Pedoman Buku Lapangan Hydrogeological Mapping and Pumping Test

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hidrogeologist

Citation preview

  • PEDOMAN BUKU LAPANGAN

    HYDROGEOLOGICAL MAPPING AND PUMPING TEST

    OLEH :

    Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc Ir. Moh. Safari Dwi Hadian, MT

    JURUSAN GEOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PADJADJARAN 2006/2007

    1

  • HYDROGEOLOGICAL MAPPING

    Dalam hydrogeology, beberapa hal selalu ditanyakan. Kemana aliran airtanah?

    Seberapa dalam kita harus mengebor untuk menjumpai sebuah lapisan akuifer? Kita

    dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut atau bahkan lainnya melalui alat dan

    metode yang akan diuraikan pada buku pedoman ini.

    1. Pemetaan muka airtanah

    Peta dan penampang melintang yang menggambarkan elevasi muka airtanah

    merupakan hal penting untuk hampir semua peneltian hidrogeologi. Informasi yang

    diperoleh berupa;

    Kedalaman air Arah aliran airtanah Gradient Kondisi tekanan dalam suatu akuifer Data hidrogeologi lainnya.

    Konsep peta muka airtanah adalah sederhana. Sebuah peta muka airtanah

    menyajikan elevasi dari suatu watertable atau permukaan potensiometrik. Konstuksi

    suatu peta bersifat simpel dan tidak sulit yaitu identik dengan penggambaran kontur

    permukaan tanah oleh mahasiswa geologi. Namun demikian perlu kehati-hatian terhadap

    kondisi tertentu dimana muka airtanah dipengaruhi perangkap lapisan tertentu (lihat

    gambar 1).

    2. Merekonstruksi muka airtanah dan konturing

    Pertama kali unit hidrostratigrafi ditentukan, kemudian dimulai dengan

    pemetaan mukaair. Beberapa pekerjaan yang perlu diperhatikan antara lain:

    Muka air diukur dari suatu lokal datum yang telah ditentukan. Elevasi titik pengukuran pada masing-masing sumur disurvey menggunakan metoda standar seperti

    electronik total station, theodolite yang mengacu pada suatu benchmark atau lokal.

    Khusus dalam praktek matakuliah ini dapat menentukan datum lokal dan pengukuran

    posisi sumur-sumur dengan pita ukur dan azimuth kompas.

    Semua muka air pada sumur-sumur yang telah diketahui posisinya harus dilakukan

    2

  • Gambar 1. Muka airtanah yang terperangkap karena kondisi geologi.

    3

  • pengukuran pada waktu yang bersamaan, idealnya dalam hari yang sama, dalam

    beberapa jam dan seterusnya. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi muka air

    yang bersifat dinamis dan dipengaruhi aliran airtanah dan resapan air.

    Bila konstruksi sumur menggunakan saringan maka posisi saringan harus pada akuifer yang sama.

    Dalam kasus memetakan airtanah tak tertekan atau pengukuran watertable, data muka air danau, empang, dan sungai dapat ditambahkan. Bisa saja semua air pada

    situasi tersebut berhubungan dengan airtanah akuifer tak tertekan, terlebih untuk

    airtanah yang sangat dangkal sekali.

    Aturan-aturan pembuatan kontur

    Pada kondisi paling sedikit, tiga titik diperlukan untuk menetukan suatu bidang. Bagaimanapun pertimbangan lebih dari tiga titik akan lebih baik dan tidak beresiko

    terjadi penyimpangan.

    Kontur tidak menyebar di luar data sumur-sumur yang ada atau kontur hanya digambarkan pada data-data yang ada.

    Antar kontur tidak mungkin saling berpotongan Interval kontur harus mempunyai nilai yang konsisten. Jika data begitu banyak

    tersedia, penambahan kontur (extra kontur) dapat dilakukan.

    3. Penentuan arah aliran

    Untuk menentukan arah aliran airtanah, lihatlah daerah yang muka airtanah tinggi dan rendah pada peta.

    Garis kontur harus melewati diantara garis aliran. Air akan mengalir dari muka air yang tinggi ke muka air yang rendah dengan

    membentuk sudut 90 derajat terhadap garis kontur (lihat gambar 2)

    Arah aliran airtanah bisa saja multi arah dalam satu peta, misal bersifat radial dsb.

    4. Peralatan yang digunakan

    Water level detector (pendeteksi muka airtanah) Pita ukur Kompas

    4

  • Water pass (gunakanlah selang berisi air) Alat tulis

    5

  • Gambar 2. Rekonstruksi kontur muka airtanah berdasarkan 3 titik pengamatan.

    6

  • PUMPING TEST

    Dalam suatu pumping test, air dipompa keluar dari suatu sumur pada kecepatan

    yang diketahui selama waktu tertentu sekian jam atau sekian hari. Muka airtanah

    dipantau pada sumur yang dipompa serta pada satu pengamatan atau lebih yang berjarak

    dekat dengan sumur ntersebut.

    Terdapat beberapa parameter yang saling berhubungan dengan parameter akuifer

    Muka airtanah selama pengujian; kecepatan pemompaan; waktu semenjak pemompaan dimulai; jarak antara sumur dipompa dan sumur pengamatan)

    Berhubungan dengan

    T (transsmisivity) dan S (storativity)

    Beberapa keuntungan dan kekurangan dari pumping test

    Bersifat mengekstraksi air keluar dari aquifer daripada slug test (tidak dilakukan dalam praktek ini sehubungan keterbatasan sarana sumur bor).

    Sangat baik untuk mengidentifikasi karakter akuifer yang berdekatan Mengukur karakter dalam skala besar keheterogenan dan anisotropi. Lebih realistik tentang respon aquifer terhadap pemompaan. Bagaimanapun memerlukan waktu yang panjang, pompa dan sumur pengamatan

    dsb.

    Sedikit kurang baik untuk lapisan aquitard (lapisan semi impermeable)

    1. Perencanaan suatu pumping test

    Studi geologi; mengetahui benar kondisi sub surface geologi. Pengetahuan geologi dapat mengacu pada regional geologi, data geofisik, data lokal geologi,

    data topografi atau singkapan-singkapan.

    Menggunakan metoda analitik; misal metoda Theis, Jacob dsb.

    2. Pengukuran dalam persiapan pumping test

    Mengukur diameter sumur Mengukur muka airtanah awal dan kedalaman dasar sumur sehingga diketahui tabal

    basah

    Mendisain sumur pengamatan (ukurlah seperti pada sumur yang dipompa dan

    7

  • jaraknya).

    Jarak sumur pengamatan diusahakan sedekat mungkin.

    3. Langkah pumping test

    Pemompaan diusahan dengan kecepatan yang kecil dahulu dinaikan bila muka air tak berubah dan seterusnya

    Diusahakan air yang dipompa tidak diresapkan lagi ke sekitar sumur yang memungkinkan mempengaruhi air dalam sumur.

    Mengukur muka air pada sumur pompa dan sumur pengamatan secara bersama-sama berdasarkan perubahan muka air yang berarti. Bila perubahan muka

    air relatif kecil saat dipompa, waktu pengamatan dapat dinaikan. Misal pada tahap

    awal setip 0.5 menit bila perubahan tak berarti naikan 1 menit beberapa kali dan

    seterusnya.

    Bila muka airtanah tidak berubah terhadap waktu selama dipompa maka kondisi demikian disebut steady state dan pemompaan dapat dihentikan.

    Selanjutnya dilakukan recovery test atau langsung pengukuran kenaikan muka airtanah semenjak pemompaan dihentikan.

    Dalam Recovery test, waktu pengukuran muka airtanah dari mulai 0.5 menit dan seterusnya dinaikan waktu pengamatan bila muka airtanah berubah sangat kecil.

    4. Pengolahan data

    Seluruh data dapat diolah dengan metode Theis dan Jacob (bila perlu dengan metode lainnya khusus untuk aquifer tak tertekan).

    Contoh grafik dan perumusan dapat dilihat pada gambar 3 dan seterusnya.

    8

  • 9

  • Gambar 3. Ploting data berdasarkan Theis method

    Gambar 4. Kurva standar Theis Method

    10

  • Gambar 5. Overlap data pengamatan dengan kurva standar.

    Formula Theis untuk menentukan Transsmisivity dan storativity

    11

  • Gambar 6. Ploting data dengan Jacob recovery test.

    Gambar 7. Jacob method untuk identifikasi perubahan kondisi akuifer.

    12

  • Formula Jacob untuk menentukan T dan S pada sumur pompa

    Formula Jacon untuk sumur pengamatan

    13

  • 14