46

Pedoman Exit Strategi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pedoman Exit Strategi

Citation preview

Page 1: Pedoman Exit Strategi

AIDS, TUBERKULOSIS, DAN MALARIA

EXIT STRATEGI DANA HIBAH GLOBAL FUND

PEDOMAN

Page 2: Pedoman Exit Strategi

Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fundi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERALPENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

SELAKU PIMPINAN PRINCIPAL RECIPIENT HIBAH GF-ATM NOMOR : HK.03.05/D/I.4/532/2012

TENTANG

PEDOMAN EXIT STRATEGI DANA HIBAH

GLOBAL FUND AIDS, TUBERKULOSIS, DAN MALARIA

DIREKTUR JENDERALPENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Menimbang : a. bahwa Kementerian Kesehatan telah menerima dana hibah Global Fund AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GF-ATM) untuk mendukung pelaksanaan Program Pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria;

b. bahwa dana hibah GF-ATM akan berakhir pada tahun 2015 sehingga diperlukan langkah-langkah persiapan dan antisipasi untuk Pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, khususnya di bidang pendanaan, baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menyusun Pedoman Exit Strategy Dana Hibah GF-ATM yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;

Page 3: Pedoman Exit Strategi

iiPedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

5. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Page 4: Pedoman Exit Strategi

Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fundiii

6. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008

tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

Page 5: Pedoman Exit Strategi

ivPedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Keputusan Presiden Nomor 181 tahun 2000 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2001

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/ PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

13. Surat Edaran Nomor SE-2/PB/2012 tentang Petunjuk Lebih Lanjut Pengelolaan HIbah Langsung Baik dalam Bentuk Uang maupun Barang/ Jasa/ Surat Berharga Tahun 2011.

M E M U T U S K A N

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TENTANGPEDOMAN EXIT STRATEGI AIDS, TUBERKULOSIS DAN MALARIA (ATM) UNTUK PEMERINTAH PUSAT DAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Kedua : Pedoman Exit Strategy AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) sebagaimana dimaksud pada Diktum Kesatu terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.

Page 6: Pedoman Exit Strategi

Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fundv

Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan acuan bagi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan Exit Strategy AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM).

Keempat : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Exit Strategy AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan mengikutsertakan institusi dan organisasi profesi terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di JakartaPada tanggal : Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Keputusan ini disampaikan Kepada Yth:1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Page 7: Pedoman Exit Strategi

viPedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

TIM PENYUSUN

PengarahTjandra Yoga Aditama

Muhammad SubuhRita Kusriastuti

EditorDyah Erti Mustikawati

Toni WandraSiti Nadia Tarmizi

David Collins

KontributorAsik Surya

Elvieda SariwatiVini Sutriani

Bayu Teja MuliawanG.K WirakambojaI Nyoman Kandun

WidiyartiChristian S. MamahitBudiarti SetiyaningsihTrya Novita Diinihari

Hanifah RogayahAstuki

SuhariantoAnggraeny K

Merry TriwisatawatiAtin ParihatinFirdaus Hafidz

Page 8: Pedoman Exit Strategi

Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fundvii

Ringkasan Eksekutif

Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) sebagai penyakit menular di negara berkembang menjadi hal penting di tingkat internasional maupun nasional. Dampak dari 3 penyakit ini dapat merusak dan menjadi hambatan besar dalam pembangunan. Oleh karena itu, berbagai upaya baik secara global, regional maupun lokal berupaya mengatasi masalah ke 3 penyakit ini. Global Fund sebagai lembaga pembiayaan untuk bidang kesehatan terutama pada penyakit AIDS, TB dan Malaria sejak tahun 2002 ikut membantu memerangi penyakit ini di negara berkembang. Dampak dari bantuan hibah Global Fund sangat dirasakan oleh program HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria di berbagai Negara termasuk Indonesia. Selama 5 tahun terakhir ini, telah banyak peningkatan dan capaian yang diperoleh. Namun dana hibah Global Fund diperkirakan akan berakhir sepenuhnya pada tahun 2015 akibat krisis ekonomi dan meningkatnya status ekonomi Indonesia sebagai Upper Lower Middle Income Countries. Berdasarkan kondisi tersebut Kementerian Kesehatan telah menyiapkan suatu strategi pembiayaan program ATM sebagai rencana transisi dan mencegah terjadinya penurunan kinerja setelah pendanaan hibah berakhir.

Total anggaran sebesar 81,8 juta USD merupakan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk menggantikan dana hibah GF Untuk mengatasi hal tersebut telah disusun rencana pembiayaan dari berbagai sumber lokal mulai dari Kementerian Kesehatan hingga pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Diharapkan dengan adanya komitmen dari berbagai pihak maka akan terjadi peningkatan pembiayaan setiap tahunnya hingga akhirnya dapat menutupi seluruh biaya pada tahun 2016.

Kementerian Kesehatan telah memperhitungkan pembiayaan oleh pemerintah untuk program ATM adalah 31,2% di tahun 2011 sebagai dasar dan dengan target mencapai 40% tahun 2012, 50% tahun 2013, 60 tahun 2014, 70% tahun 2015 dan 80% tahun 2016. Sisa 20% di tahun 2016 harapannya dapat dibiayai oleh asuransi, CSR, donor atau sumber lain.

Selain memperhitungkan kebutuhan biaya, pembagian peran/ tanggungjawab dan prioritas kegiatan menjadi hal penting di seluruh tingkat pemerintahan agar tidak terjadi kegiatan yang tumpang tindih. Pembagian wewenang dan tanggung jawab pembiayaan di setiap tingkat pemerintahan sudah diatur melalui PP no 38 Tahun 2007, yang diperlukan adalah penegasan batasan kegiatan-kegiatan prioritas yang merupakan tugas dan kewajiban antara pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Menindaklanjuti hal tersebut, pembagian peran antara pemerintah pusat, kepada provinsi dan kabupaten/kota terkait dengan tanggung jawabnya dalam ATM diharapkan sudah dimulai pada perencanaan pembiayaan tahun 2013.

Strategi pembiayaan ini adalah sebagai langkah awal untuk menjamin keberlangsungan dan mencapai tujuan program ATM di Indonesia, dimana seluruh kegiatan harus dapat dijalankan secara cost effective dan efisien serta memegang nilai-nilai Pro Rakyat, inklusif, responsif dan bersih.

Page 9: Pedoman Exit Strategi

viiiPedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Ringkasan Eksekutif vii

Daftar Isi viii

Bab I Latar Belakang 1

Tujuan Dokumen Exit Strategy 7

Landasan Hukum 7

Ruang Lingkup 9

Bab 2 Kinerja Hibah Global Fund terhadap ATM 10

Pembiayaan Global Fund 11

Bab 3 Arah dan Kebijakan Program ATM 12

A. Rencana Strategis Program ATM 12

Rencana Strategi Program HIV/AIDS 12

Rencana Strategi Program Tuberkulosis 13

Rencana Strategis Program Malaria 14

B. Roadmap program dan scalling up ATM 15

Roadmap program HIV/AIDS 15

Roadmap program Tuberkulosis 15

Roadmap program Malaria 16

Bab 4 Pembiayaan dalam Program ATM 20

A. Pembiayaan dan penganggaran ATM saat ini 20

Program HIV/AIDS 20

Program Tuberkulosis 21

Malaria 23

B. Sumber-Sumber Pembiayaan Program ATM 23

Sumber Pembiayaan Pemerintah 24

Asuransi 27

Corporate Social Responsibility (CSR) 28

C. Prioritas Pembiayaan Program ATM 29

D. Prioritas Kegiatan dan Mekanisme Penyaluran 29

Tingkat pusat 30

Tingkat Provinsi 30

Tingkat Kabupaten/ Kota 31

Penutup 32

Lampiran 33

Lampiran 1: Risalah Rakerkesnas 2011 33

DAFTAR ISI

Page 10: Pedoman Exit Strategi

1Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Bab IPendahuluan

Latar BelakangAIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) merupakan tiga penyakit yang mematikan di dunia. Secara bersama, penyakit ini membunuh 5 juga orang per tahun, terutama di negara miskin dan berkembang di dunia. Sebagian besar korban dari penyakit adalah pada usia produktif terutama laki-laki. Hal ini berdampak pada dunia bisnis dimana mereka dapat kehilangan pekerjanya, pemerintah kehilangan pegawai negerinya dan keluarga kehilangan anggota keluarga yang dicintainya termasuk sebagai pencari nafkah. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kegiatan ekonomi dan stabilitas sosial dalam komunitas. Negara dengan insiden penyakit ATM yang tinggi telah terbukti menurunkan pertumbuhan ekonomi, sebagai contoh malaria dapat menurunkan GDP sebanyak 1,3% dan seseorang penderita Tuberkulosis rata-rata kehilangan 20-30% pendapatan karena penyakitnya.

Oleh karena itu, Program AIDS, TB dan Malaria (ATM) merupakan program prioritas dan merupakan satu tujuan MDGs pada tujuan ke 6. Program Pengendalian AIDS, TB dan Malaria telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat di Indonesia.

Hal ini dapat terlihat dari Pengendalian HIV/AIDS, selama 5 tahun terakhir. Program pengendalian HIV/AIDS telah memberikan dukungan pada 228 RS dan 75 satelit yang aktif memberikan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV-AIDS, 643 klinik IMS, 74 layanan PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon), 90 klinik PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak), dan 388 klinik KTS (Konseling dan Tes secara Sukarela). Dari jumlah layanan tersebut sebanyak 548.256 orang sudah melakukan testing dan konseling, 23.311 orang menerima pengobatan ARV, 28,380 ODHA menerima dukungan dan perawatan dan terhindar dari kematian, 61.428 IDUs menerima intervensi program 2.502 diantaranya aktif mengikuti program terapi rumatan metadone, 150.064 kasus IMS yang diobati, 624 orang ibu hamil yang menerima ARV phrophilaxis dan dukungan PMTCT lainnya.

Page 11: Pedoman Exit Strategi

2Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Tabel 1. Pencapaian Target MDG HIVTarget 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015

No. Indikator Acuan dasar Saat ini

Target MDGs 2015

Status Sumber

6.1 Prevalensi HIV/ AIDS (persen) dari total populasi

- 0,2% (2009) Menurun Perlu perhatian khsusus

Estimasi Kemnkes 2006

6.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir

12,8% (2002/03)

Perempuan: 10,4%

Laki-laki: 18,4% (2007)

Meningkat Perlu perhatian khsusus

BPS, SKRRI 2002/2003 &2007

6.3 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/ AIDS

- Menikah - Perempuan: 9,5%

Laki-laki: 14,7% (2007)

Perempuan: 11,9%

Laki-laki: 15,4%

(2010)*

Meningkat P e r l u perhatian khsusus

BPS, SDKI 2007*Kemkes, Riskesdas 2010 (data sementara)

- Belum Menikah - Perempuan: 2,6%

Laki-laki: 1,4% (2007)

Perempuan: 19,8%

Laki-laki: 20,3%

(2010)*

Meningkat P e r l u perhatian khsusus

BPS, SDKI 2007*Kemkes, Riskesdas 2010 (data sementara)

Page 12: Pedoman Exit Strategi

3Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

No. Indikator Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

6.5 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan antiretroviral

- 38,4% (2009

Meningkat Perlu perhatian khsusus

Kemkes, 2010, per 30 November

2009

Program pengendalian TB telah banyak mencapai kemajuan dan diakui secara global, antara lain penurunan peringkat dari ke 3 menjadi peringkat ke 4, dan angka kematian akibat TB sudah berhasil diturunkan lebih dari 50% yaitu dari 96 per 100.000 (1990) menjadi 27 per 100.000 (2010). Namun begitu, permasalahan TB masih sangat besar karena ada 169 orang per hari atau 61,000 orang per tahun yang meninggal akibat TB. Selain itu Indonesia menduduki peringkat ke 8 untuk jumlah kasus pada daftar kasus multi-drug resistance (kekebalan terhadap pengobatan TB). Tiga indikator MDG untuk TB sudah diakui on the track yaitu prevalensi TB tahun 2010, angka CDR 83% (kasus BTA pos sudah ditemukan dan diobati), dan angka keberhasilan pengobatan (SR) sudah mencapai 89,7%. Survei kekebalan obat di Jawa Tengah yang dilaksanakan tahun 2007 dan dilaporkan tahun 2010 menunjukkan jumlah kasus baru dengan multi-drug resistance (MDR) yang tergolong rendah (1,8%), menandakan kinerja program pengendalian TB di Indonesia berjalan dengan baik. Program yang berjalan dengan baik ditambah ekspansi terkait perluasan penanganan TB MDR diperkirakan akan menimbulkan kebutuhan dana program dari sekitar 100 juta USD menjadi hampir 130 juta USD.

Tabel 2. Pencapaian MDG TurberkulosisTarget 6C : mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

No. Indikator Acuan dasar Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

6.9 Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis

6.9a Angka kejadian Tuberkulosis (semua kasus/ 100.000 penduduk/ tahun)

343 (1990)

228 (2009) Dihentikan, mulai berkurang

Sudah tercapai

Laporan TB Global WHO, 2009

6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

443 (1990)

244 (2009) Dihentikan, mulai berkurang

Sudah tercapai

Laporan TB Global WHO, 2009

6.9c Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

92 (1990)

39 (2009) Dihentikan, mulai berkurang

Sudah tercapai

Laporan TB Global WHO, 2009

Page 13: Pedoman Exit Strategi

4Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

No. Indikator Acuan dasar Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdetaksi dan diobati dalam program DOTS

Sudah tercapai

6.10a Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yagn terdeteksi dalam program DOTS

20,0% (2000)*

73,1% (2009)**

70,0% Sudah tercapai

*Laporan TB Global WHO, 2009

6.10b Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS

87,0% (2000)*

91,0% (2009)**

85,0% Sudah tercapai

**Laporan Kemkes 2009

Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan sejak tahun 1959 yang ditandai dengan pencanangan program pembasmian malaria yang dikenal dengan sebutan “Komando Pembasmian Malaria” (KOPEM) oleh Presiden Soekarno. Program ini difokuskan di daerah Jawa, Bali dan Lampung dengan kegiatan utama penyemprotan insektisida dan pengobatan malaria konfirmasi, yang berhasil menurunkan jumlah kasus di daerah tersebut.

Pada tahun 2000 dicanangkan gerakan masyarakat yang dikenal dengan Gerakan Berantas Kembali malaria atau “Gebrak malaria” yang merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan berbagai sektor dengan slogan ”Ayo Berantas Malaria”.

Selanjutnya pengendalian malaria di Indonesia memasuki fase eliminasi malaria yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030.Adapun sumber pembiayaan upaya pengendalian Malaria didukung oleh berbagai sumber baik dari pemerintah (APBN, APBD) maupun donor seperti WHO, UNICEF, ADB, American Red Cross dan GF ATM.

Hasil yang telah dicapai dalam kurun waktu tersebut adalah penurunan Annual Paracite Incidence (API) dari 4,68 per 1000 penduduk berisiko pada 1990 menjadi 1,75 per 1000 penduduk berisiko pada tahun 2011 dengan jumlah penderita malaria positif sebanyak 256.592 dari 1.322.451 suspek malaria, serta persentase pengobatan ACT 66,3 %. Dalam upaya pencegahan telah didistribusikan kelambu berinsektisida (LLINs) sebanyak 7.587.167juta kelambu kepada penduduk berisiko malaria selama periode 2008 – 2011.

Page 14: Pedoman Exit Strategi

5Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Tabel 3. Pencapaian MDG MalariaTarget 6C : mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

No. Indikator Acuan dasar Saat ini Target MDGs

2015 Status Sumber

6.6.aAngka kejadian

malaria (per 1000 penduduk)

4,68 (1990) 1,75 (2011) < 1 akan

tercapai Kemenkes 2011

6.7

Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu

berinsektisida

-

3,3 % (2007)desa : 4,5 %kota : 1,6 %

16,5 % (2010)desa : 13,5 %kota : 11,4 %

meningkatperlu

perhatian khusus

BPS, SDKI (2007)

Kemenkes Riskesdas

(2007)Kemenkes Riskesdas

(2010)

Terlepas dari pencapaian yang sudah dilakukan oleh ketiga komponen, baik yang sudah terpenuhi seperti TB maupun yang akan tercapai seperti malaria, penanggulangan ATM di Indonesia menghadapi tantangan kesinambungan pendanaan mengingat besarnya kontribusi bantuan donor luar dan masih terbatasnya kontribusi pendanaan pemerintah terkait penanganan ATM di Indonesia.Dana hibah dari Global Fund merupakan bagian penting dari keseluruhan dana untuk program pengendalian ATM. Kontribusi Global Fund dalam pengendalian TB telah berhasil meningkatkan kinerja program, dimana penemuan kasus TB (CDR = Case Detection Rate) dari 29% pada tahun 2002 menjadi 50% di tahun 2002 dan mencapai target global di tahun 2006 hingga saat ini. Sedangkan untuk Malaria, GF ATM berkontribusi pada 60% kegiatan operasional baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas/rumah sakit sampai dengan kegiatan di tingkat masyarakat seperti pustu, pos malaria desa dan polindes. Melalui bantuan hibah GF ATM diagnosis dini dan pengobatan yang tepat melalui konfirmasi laboratorium telah mendukung perubahan dari indikator AMI (Annual Malaria Incidence) menjadi API. Selain itu dukungan terhadap perbaikan akses terhadap penemuan dan pengobatan penderita malaria, perbaikan pada kualitas pemeriksaan laboratorium dan perbaikan pada sistem

Page 15: Pedoman Exit Strategi

6Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

surveilans termasuk sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) semakin kuat.

Dalam program pengendalian HIV-AIDS dan IMS, dana pengadaan obat ARV, IMS dan Infeksi Oportunistik (IO) sebagian besar berasal dari APBN. Namun demikian untuk kegiatan operasional sebagian besar dana berasal dari GF ATM. Peningkatan kualitas maupun kuantitas layanan terkait HIV-AIDS dan IMS untuk meningkatkan akses ODHA kepada layanan banyak mendapat dukungan dari GF ATM, walaupun ada juga beberapa provinsi damupun kabupaten/kota yang mengalokasikan dana APBD untuk kegiatan tersebut.

Dana hibah Global Fund diperkirakan akan berakhir sepenuhnya pada tahun 2015 sementara beberapa skema hibah akan berakhir sebelum tahun 2015 ataupun menjadi berkurang. Krisis ekonomi yang muncul di Eropa dan Amerika akhirnya berpengaruh terhadap kontribusi negara maju melalui GF ATM. Disisi lain, peningkatan status ekonomi Indonesia menurut data Word Bank sebagai negara Upper Lower Middle Income Countries menyebabkan Indonesia tidak lagi menjadi negara prioritas utama yang perlu di bantu oleh donor. Berdasarkan kondisi tersebut Kementerian Kesehatan telah menyiapkan rencana untuk mempercepat transisi ini untuk mencegah terjadinya kekurangan pembiayaan kegiatan program yang diperlukan setelah hibah berakhir.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

CDR

(%)

024681012141618202224262830

Budg

et (U

SD in

mill

ions

)CDR Donor Funding

Chronology of Funding and Achievement of Program

Gerdunas established

GDF Stepwise training

First Partnership Meeting

HRD Program

Dutch Started

TB Partners Forum

GF ATM R1 Ph1 start-up

5 YSP

ISAC start-up

GF ATM Proposal

Hospital DOTS

GF ATM R1 Ph2 start-up

TBCTA CIDA

start-up

GF ATM R5

approved

GF ATM R8

approved

TB CAP GFATM R5 Ph2

start-up

GF ATM R8 Ph1 start-up

GF ATM R1 Finished

Submitting GFATM R10 Proposal

Restriks1

Page 16: Pedoman Exit Strategi

7Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Exit Strategy juga diharapkan hanya mempertimbangkan aspek manajemen pembi-ayaan namun juga aspek manajemen program, dimana diharapkan penyesuaian ke-mampuan pembiayaan dalam negeri tidak akan menggurangi kinerja program ATM. Integrasi dalam beberapa aspek terkait manajemen program ATM seperti supervisi dan monitoring bisa jadi diperlukan untuk pelaksanaan program yang cost effective dan efisien.

Tujuan Dokumen Exit StrategyDokumen ini memberikan pedoman implementasi exit strategi Kementerian Kesehatan, dan dapat digunakan sebagai rujukan dari provinsi dan kabupaten/kota agar program HIV/AIDS, TB, dan Malaria (ATM) dapat berjalan berkesinambungan dalam hal pembiayaan setelah berakhirnya dana hibah dari Global Fund. Pedoman ini ditujukan bagi setiap pihak yang terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan baik ditingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.

Landasan Hukum1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

3. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Page 17: Pedoman Exit Strategi

8Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

6. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang mengenai ketentuan umum perseroan terbatas dan Peraturan Menteri Negara BUMN No.PER-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah

11. Keputusan Presiden Nomor 181 tahun 2000 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2001

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga.

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Dana Dekonsentrasi Dan Dana Tugas Pembantuan Sebelum

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/ PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah

Page 18: Pedoman Exit Strategi

9Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.05/ 2010 pasal 1 tentang Tata Cara Pengesahan Realisasi Pendapatan dan Belanja Yang Bersumber Dari Hibah Luar Negeri/ Dalam Negeri Yang Diterima Langsung Oleh Kementerian Negara/ Lembaga Dalam Bentuk Uang;

20. Surat Edaran Nomor SE-2/PB/2012 tentang Petunjuk Lebih Lanjut Pengelolaan HIbah Langsung Baik Dalam Bentuk Uang Maupun Barang/ Jasa/ Surat Berharga Tahun 2011

Ruang LingkupDokumen ini membahas tentang latar belakang perlunya Exit Strategy, elemen pembiayaan dan prioritisasi kegiatan dari setiap tingkat pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk menghindari tumpang tindihnya kegiatan.

Page 19: Pedoman Exit Strategi

10Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Bab 2Kinerja Hibah Global Fund terhadap ATM

The Global Fund adalah lembaga keuangan internasional yang berdedikasi untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk mencegah dan mengobati HIV/AIDS, TB dan malaria. Lembaga ini merupakan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan komunitas yang terdampak .

Sejak pembentukannya tahun 2002, the Global Fund telah menjadi lembaga keuangan utama dalam mendanai program penanggulangan AIDS, TB dan malaria. Hingga saat ini 22,6 milyar USD untuk lebih dari 1000 program ATM di 150 negara. Kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan the Global Fund ATM dimulai sejak tahun 2002.

Hingga saat ini dana hibah Global Fund yang sekarang masih berjalan dengan Kementerian Kesehatan sebagai penerima utama / Principal Recipient (PR). Lihat Tabel 4.

Tabel 4. Hibah Global Fund Yang Sedang Berjalan dengan KemenKes sebagai PR

Program Round Nomor Hibah PR Mulai Berakhir Total

Anggaran tahun

sebelumnyaTahun

TB S (8+10)

IND-T-MOH KemenKes 01/07/2011 31/12/2013 53.102.758 30.805.320 Jun 2012 -

Jun 2012

HIV/AIDS S(8+9) IND-S10-G16-H KemenKes 01/07/2010 30/06/2012 16.780.759 18.347.069 Jul 2011 -

Jun 2012

Malaria 6 IND-607-G06-M KemenKes 01/03/2008 28/02/2013 47.106.030 5.185.755 Mar 2012-

Feb 2013

Malaria 8 IND-809-G14-M KemenKes 01/01/2010 31/12/2014 54.226.746 27.469.134 Jan 2013 -

Dec 2014

HSS S (10) IND-S-MOH KemenKes 01/01/2012 21/12/2014 10.029.731 Jan 2014 -

Dec 2014

Total 181.156.024 81.807.278

Sumber: Dokumen Global Fund

Sejak tahun 2011, hibah ATM terdapat hibah untuk Health System Strenghtening (HSS) sebesar 16,6 juta USD di bawah Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Kementerian Kesehatan. Hibah ini akan berjalan hingga Desember 2014. Dimana kegiatannya diharapkan dapat memperkuat sistem infromasi kesehatan dan sistem manajemen obat.

Page 20: Pedoman Exit Strategi

11Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Selain itu, Non Government Organization (NGO)/ LSM merupakan penerima hibah untuk membiayai pelayanan kesehatan khususnya ATM dan masuk ke dalam PR dari 6 hibah Global Fudn lainnya. Setelah selesainya hibah Globah Fund, pemerintah tidak memiliki dana untuk membiayai pelayanan kesehatan di bawah tanggung jawab LSM. Oleh karena itu, LSM diharapkan dapat bertanggunjawab secara mandiri terhadap pembiayaan untuk keberlanjutan kegiatan melalui jejaring dan sistim yang sudah ada sebelumnya.

Pembiayaan Global FundTotal anggaran sebesar 81,8 juta USD merupakan perkiraan minimal terhadap jumlah total anggaran yang akan diperlukan untuk menggantikan hibah dari GF. Namun nilai ini masih belum tepat karena biaya sarana seperti konstruksi bangunan atau peralatan besar lainnya yang masih dibiayai dalam hibah mungkin sudah tidak perlu dibiayai lagi pada tahun berikutnya. Perlu ditinjau kembali dan pembaharuan rencana yang matang untuk memastikan bahwa kegiatan yang selama ini telah berjalan dapat terus dibiayai dan tidak mengalami kesenjangan biaya dengan memperhitungkan peningkatan target skala pelayanan.

Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan pembiayaannya setiap tahun hingga akhirnya dapat memperkecil kekurangan biaya di tahun 2016. Kementerian Kesehatan telah memperhitungkan pembiayaan oleh pemerintah untuk program ATM adalah 31,2% di tahun 2011 sebagai dasar dan dengan target mencapai 40% tahun 2012, 50% tahun 2013, 60 tahun 2014, 70% tahun 2015 dan 80% tahun 2016. Sisa 20% di tahun 2016 harapannya dapat dibiayai oleh asuransi atau sumber lain. Target ini harus dipenuhi setiap tahun untuk dapat menutupi seluruh kesenjangan biaya oleh karena hibah GF tidak akan cukup meskipun mereka masih ada.

Tabel 5. Pentahapan Peningkatan Kontribusi Biaya Pemerintah terhadap program ATM

Tingkat Pemerintahan

2011(Baseline)

2012(Target)

2013(Target)

2014(Target)

2015(Target)

2016(Target)

Pusat 31,0% 35,0% 40,0% 45,0% 50,0% 55,0%

Provinsi 0,2% 2,5% 5,0% 7,5% 10,0% 12,5%

Kab/Kota 2,5% 5,0% 7,5% 10,0% 12,5%

Total 31,2% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0%

Page 21: Pedoman Exit Strategi

12Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Bab 3Arah dan Kebijakan Program ATM

A. Rencana Strategis Program ATM

Rencana Strategi Program HIV/AIDSRencana Jangka PanjangTUJUAN UMUMMeningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

TUJUAN KHUSUS ● Tidak ada kasus baru HIV (zero new infection)● Tidak ada diskriminasi (zero discrimination)● Tidak ada angka kematian terkait AIDS (zero AIDS related deaths)

Indikator untuk pencapaian luaran pada tahun 2014:● Prevalensi kasus HIV sebesar <0,5 pada populasi dewasa● Persentase ODHA yang mendapatkan ARTsebesar 50% atau sebanyak 40.000

ODHA● Persentase penduduk 15 tahun ke atas menurutpengetahuan tentang HIV dan

AIDS sebesar 95%● Jumlah provinsi yang menyelenggarakansurveilans HIV dan Sypilis sebanyak

33 provinsi● Jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling

dan testing HIV sebanyak 700.000 orang.

Rencana Jangka MenengahTUJUAN UMUMMeningkatnya pengendalian HIV-AIDS dan IMS secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Page 22: Pedoman Exit Strategi

13Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

TUJUAN KHUSUS● Menurunnya jumlah kasus baru HIV serendah mungkin● Menurunnya tingkat diskriminasi serendah mungkin● Menurunnya angka kematian AIDS serendah mungkin● Meningkatnya kualitas hidup ODHA

Sasaran Strategis Pengendalian HIV-AIDS & IMS Tahun 2010-2014● Menurunnya prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun menjadi <0,5%● Meningkatnya persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki

pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari 65% menjadi 95%● Meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima

konseling dan tes HIV dari 300.000 Menjadi 700.000● Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan

penularan HIV sesuai pedoman dari 50% menjadi 100%● Meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi dari 25% (P)

dan 20% (L) menjadi 65% (P) dan 50% (L)● Meningkatnya persentase ODHA yang mendapatkan ART dari 60% menjadi

90%.● Meningkatnya persentase Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan

pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 100%.

Rencana Strategi Program TuberkulosisArah dan kebijakan upaya pengendalian TB dituangkan dalam rencana aksi nasional 2010 - 2014 dan strategi Nasional TB 2010-2014.

Rencana Jangka Panjang Rencana Jangka Panjang program pengendalian TB adalah menuju target global “World TB Free “ dengan indikator insidens 1/1.000.000 dan mencegah beban permasalahan yang lebih besar akibat TB resistan Obat

Rencana Jangka MenengahRencana jangka menengah program TB mengacu pada RPJMN Kementerian Kesehatan

Page 23: Pedoman Exit Strategi

14Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

2010- 2014. Sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 antara lain : 1. Menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per

100.000 penduduk.2. Meningkatkan prosentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari

73% menjadi 90%; 3. Meningkatkan prosentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA

positif)mencapai 88%;4. Meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai 50%; 5. Meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di atas 85%

dari 80% menjadi 88%.

Rencana Strategis Program MalariaArah dan kebijakan upaya pengendalian malaria dituangkan dalam rencana aksi nasional 2011 - 2015 dan strategi Nasional Malaria 2011-2015. Dimana tujuan Upaya Pengendalian Malaria adalah Eliminasi Malaria pada tahun 2030 yang dilakukan secara bertahap.

Rencana Jangka Panjang Terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria (Eliminasi Malaria) sampai tahun 2030, dengan menurunnya kasus Malaria (API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk

Rencana Jangka Menengah Semua kabupaten/kota mampu melaksanakan pemeriksaan sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau dengan ACT;

● Pada tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria;

● Menurunnya 50 % jumlah daerah endemis malaria

Dengan sasaran eliminasi secara bertahap seperti tabel dibawah ini : Tabel 6. Sasaran Eliminasi Program Malaria

Tahap Tahun Sasaran Wilayah Eliminasi

Tahap I 2010 Kepulauan seribu (Propinsi DKI Jakarta), Pulau Bali dan Pulau Batam.

Tahap II 2015 Pulau Jawa, Propinsi NAD, dan Kepulauan Riau

Page 24: Pedoman Exit Strategi

15Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Tahap Tahun Sasaran Wilayah Eliminasi

Tahap III 2020 Pulau Sumatera (kecuali NAD dan Propinsi Kepulauan Riau), Propinsi NTB, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.

Tahap IV 2030 Propinsi Papua, Propinsi Papua barat, Propinsi NTT, Propinsi Maluku dan Propinsi Maluku Utara.

B. Roadmap program dan Scalling Up ATM

Roadmap program Tuberkulosis1. Jangka MenengahSasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan dari 2010 sampai dengan tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif) mencapai 88%; (3) meningkatkan persentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai 50%; (4) meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.

IndikatorTarget Pencapaian

2010 2011 2012 2013 2014

1. Prevalensi TB per 100.000 penduduk 217 207 197 188 180

2. Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang ditemukan 73 76 80 85 90

3. Persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan 88 88 88 88 88

4. Presentase Provinsi dengan angka kasus baru TB Paru BTA positif/CDR (Case Detection Rate) minimal 70%

15 25 35 45 50

Page 25: Pedoman Exit Strategi

16Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

5. Presentase Provinsi mencapai angka keberhasilan pengobatan kasus baru TB Paru BTA positif/SR (Success Rate) minimal 85%

84 84 84 86 88

6. Notifikasi semua kasus TB (per 100.000. pendududk) 126 138 145 152 153

2. Jangka PanjangSasaran jangka panjang pengendalian TB adalah tercapainya eliminasi TB di Indonesia. Eliminasi TB sesuai dengan definisi WHO adalah menurunkan prevalensi TB sampai 1 per 100.000 penduduk. Dunia menargetkan eliminasi TB pada tahun 2050. Melihat hasil pencapaian target selama ini, Indonesia menargetkan eliminasi terjadi pada tahun 2040 pada tingkat nasional dan pada tahun 2050 pada tingkat provinsi.

Beberapa tahap dalam mencapai tahap eliminasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tahap

Indikator Prevalensi TB per 100.000 penduduk

TahunPencapaian

1 Tahap Reduksi dan pencapaian MDG 180 20152 Tahap Konsolidasi dan Inovasi 100 2015 – 20203 Tahap pra Eliminasi 50 2020 – 20304 Tahap Eliminasi tingkat nasional 1 20405 Tahap Eliminasi tingkat provinsi 1 2050

Roadmap program MalariaDalam road map pengendalian malaria bertujuan untuk mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030, dengan mengupayakan setiap daerah dapat mencapai tahap eliminasi sesuai dengan pentahapan. Adapun pentahapan kegiatan dan situasi yang dicapai pada Eliminasi Malaria :

1. Pentahapan KegiatanPentahapan kegiatan eliminasi malaria dibagi menjadi 4 seperti yang tertuang dalam malaria global (Global Malaria Programme) yaitu: Pemberantasan, Pra Eliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan (pencegahan penularan kembali).

Page 26: Pedoman Exit Strategi

17Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

2. Situasi yang Dicapai pada Masing-masing Tahapana. Tahap Pemberantasan

● Semua unit pelayanan kesehatan mampu melakukan tatalaksana malaria sesuai dengan pedoman nasional.

● Semua Penderita malaria yang diobati telah dilakukan konfimasi laboratorium

● Adanya upaya pengendalian malaria secara intensif untuk mencapai SPR > 5%

● Adanya kegiatan surveilans Vektor dan pengendalian vektor● Kegiatan surveilans termasuk pencatatan dan pelaporan serta sistim

kewaspadaan dini sudah berjalan baik● Adanya keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah, swasta, LSM,

organisasi profesi, Lembaga Internasional dan lembaga donor lainnya (pembentukan Tim Gebrak Malaria atau forum kerja sama lain yang sudah ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota).

b. Tahap Pra Eliminasi● Semua unit pelayanan kesehatan sudah mampu memeriksa kasus secara

laboratorium (mikroskopis).● Semua penderita malaria klinis di unit pelayanan kesehatan sudah

dilakukan pemeriksaan sediaan darah dan SPR mencapai < 5%.● Adanya peningkatan kualitas dan cakupan upaya pengendalian malaria

(surveilans, penemuan dan pengobatan, pemberantasan vektor) untuk mencapai Annual Parasite Incidence (API) , 1/1000 penduduk berisiko.

● Adanya peningkatan keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah, swasta, LSM, organisasi profesi, lembaga internasional, lembaga donor dan lain-lain (Tim Gebrak Malaria atau forum kerja sama lain yang sudah ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota).

● Tersedianya peraturan perundangan di tingkat Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang mendukung kebijakan dan sumber daya untuk pelaksanaan eliminasi malaria.

Page 27: Pedoman Exit Strategi

18Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

c. Tahap Eliminasi● API sudah mencapai < 1/1000 penduduk berisiko dalam satuan wilayah

minimal setara dengan Kabupaten/Kota.● Surveilans sudah berjalan dengan baik termasuk Active Case Detection

(ACD).● Re-orientasi program menuju Tahap Eliminasi kepada semua petugas

kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik.

● Lintas sektor terkait telah berperan secara penuh dan sinergis mulai dari pemerintah, pemerintah daerah, LSM, organisasi profesi, lembaga internasional, lembaga donor dan lain-lain dalam eliminasi malaria yang tertuang didalam Peraturan Perundang-undangan.

● Upaya penanggulangan malaria dilakukan secara intensif sehingga kasus dengan penularan setempat (indigenous) tidak ditemukan dalam periode waktu satu tahun terakhir.

Gambar 2. Skema Pentahapan Eliminasi Malaria

Page 28: Pedoman Exit Strategi

19Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Gambar 3. Bagan Rencana Kegiatan Nasional Eliminasi Malaria di Indonesia

d. Tahap Pemeliharaan (Pencegahan Penularan Kembali)● Mempertahankan kasus indigenous tetap nol● Kegiatan surveilans yang baik masih dipertahankan.● Re-orientasi program menuju Tahap Pemeliharaan kepada semua petugas

kesehatan, pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik.

● Adanya konsistensi tanggung jawab pemerintah daerah dalam tahap pemeliharaan secara berkesinambungan dalam kebijaksanaan, penyediaan sumber daya baik sarana dan prasarana serta sumber daya lainnya yang tertuang dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Perundangan yang diperlukan di Provinsi, Kabupaten/Kota.

Page 29: Pedoman Exit Strategi

20Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Bab 4 Pembiayaan dalam Program ATM

A. Pembiayaan dan penganggaran ATM saat ini

Program HIV/AIDSIndonesia menerima dana hibah ini sejak tahun 2003 melalui mekanisme pengajuan proposal, melalui Ronde 1, lalu kemudian pada tahun 2005 dengan Ronde 4, tahun 2009 dengan Ronde 8, dan tahun 2010 dengan Ronde 9. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan ditunjuk sebagai PR. Pendanaan melalui GF-ATM berbeda dengan pendanaan lainnya, karena dengan mekanisme pendanaan melalui pengajuan proposal, dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing negara. Tidak ada persyaratan pemakaian produk atau ahli dari negara tertentu.Bantuan hibah GFATM untuk komponen AIDS disalurkan melalui melalui beberapa ronde sebagai berikut:

● Pada ronde 1, (2003 – 2007) melalui “Prevention and Alleviation of HIV Impact in Indonesia” dengan hibah yang telah digunakan senilai USD 5,554,448.05 untuk membiayai kegiatan di 6 provinsi (Riau, Kep Riau, DKI Jakarta, Bali, Papua).

● Pada ronde 4, (2005 – 2010) melalui “Indonesia HIV/AIDS Comprehensive Care” dengan hibah telah dimanfaatkan sebanyak USD 19,632,084.42 pada fase 1 (2005 – 2007) dan untuk fase 2 (2008 – 2010) dianggarkan senilai USD 27,376,527. Dana ronde 4 ini digunakan untuk membiayai kegiatan di 19 provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Riau, Kep Riau, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Barat).

● Ronde 8, periode pelaksanaan 1 Juli 2009 sd 30 Juni 2012 sebanyak USD 42.208.504 untuk 12 propinsi

● Ronde 9, periode pelaksanaan 1 juli 2010 sd 30 Juni 2012 sebanyak USD 11.011.285 untuk 21 propinsi

Untuk mempermudah dalam Pengelolaan dana, pelaporan, monitoring dan evaluasi, transfer dana dari GF dan audit, maka sejak 1 Juli 2010 pelaksanaan R8 dan R9

Page 30: Pedoman Exit Strategi

21Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

pengelolaan digabung melalui mekanisme Single Stream of Funding (SSF). Dana yang dikelola melalui SSF periode 1 Juli 2010 – 30 Juni 2012 sebesar USD 39.160.397,48 dilaksanakan di 135 kab/kota di 33 propinsi.Sampai dengan saat ini secara total jumlah dana untuk program pengendalian AIDS sebagian besar adalah dukungan pendanaan dari donor, dan donor terbesar di Indonesia saat ini adalah Global Fund. Kita menyadari bahwa bantuan donor tidak dapat seterusnya diandalkan, sehingga perlu upaya untuk peningkatan pembiayaan dalam negeri untuk dapat menggantikan ketergantunagn dengan donor secara bertahap terutama untuk kebutuhan esensial seperti:

● Obat ARV, OI dan IMS● Pengadaan reagen HIV, CD4 dan VL● Pengadaan Methadone

Sedangkan kegiatan lain sesuai dengan peran dan fungsi maka tingkat pusat juga berperan sebagai pengaturan, pembinaan, pengawasan, ToT, Monev. Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota berperan dalam kegiatan operasional seperti pelatihan, Monev, pengembangan pengelolaan logistik, Analisa data, estimasi dan pemodelan, advokasi dan sosialisasi, maintenance dan operasional cost.

Dibawah ini tabel tentang estimasi kebutuhan biaya program pengendalian AIDS 2012 sampai dengan 2015 berdasarkan kegiatan dari tiap tingkat pemerintahan (dalam juta rupiah):Tabel 7. Estimasi kebutuhan biaya program AIDS 2012-2015

Tahun Kebutuhan Esensial oleh Pusat

Kegiatan lain kewenagnan Pusat

Kegiatan oleh Prov dan Kab/ Kota

2012 246.949 34.098 193.776

2013 285.720 20.596 203.333

2014 318.719 56.499 173.976

2015 324.772 21.597 188.483

Program TuberkulosisKomitmen pemerintah dalam pembiayaan kesehatan program TB telah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, anggaran kesehatan pemerintah untuk program TB berjumlah sebesar 145 milyar rupiah, meningkat 7,1% dibandingkan dengan jumlah anggaran pada tahun sebelumnya sebesar 135 milyar rupiah.

Page 31: Pedoman Exit Strategi

22Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Meskipun telah menunjukkan peningkatan, akan tetapi apabila dibandingkan dengan total kebutuhan anggaran untuk program TB selama satu tahun, maka kontribusi pemerintah tersebut hanya mencukupi 23,4% dari seluruh kebutuhan yang mencapai sebesar 621,5 milyar rupiah. Kesenjangan pendanaan yang diperlukan masih dipenuhi melalui bantuan donor internasional, seperti halnya dari pendanaan Global Fund, KNCV, WHO, dan sebagainya. Pendanaan yang bersumber dari donor internasional jumlahnya mencapai 269,36 milyar pada tahun 2009, atau sebesar 45% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2012, pendanaan program pengendalian TB sebagian besar masih berasal dari dana hibah, walaupun terdapat komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam pembiayaan program TB yang disertai kenaikan ketersediaan dana, namun hingga saat ini belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan biaya program pengendalian TB. Berikut adalah situasi pembiayaan untuk program pengendalian TB pada tahun 2012 dari berbagai sumber:

1. The Global Fund (IDR dalam 1.000.000)Tabel 8. Situasi Pembiayaan Bersumber Global Fund (dalam juta rupiah)

Tahun R1 R5 R8 R10/ SSF Total %

2009 42.882 175.956 81.558 - 300.397 89

2010 - 191.605 32.105 - 223.710 65

2011 - 107.639 66.486 135.000 309.125 66

2012 - - - 287.163 287.163 67

2. APBN (IDR dalam 1.000.000)Tabel 9. Situasi Pembiayaan Dengan Sumber APBN (dalam juta rupiah)

Tahun DIPA PPML DIPA Binfar Total %

2009 900 38.000 38.900 11

2010 1.140 11.900 120.140 35

2011 15.023 122.000 137.023 29

2012 17.016 122.304 139.320 33

Page 32: Pedoman Exit Strategi

23Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

3. APBD (IDR dalam 1.000.000)Tabel 10. Situasi Pembiayaan Dengan Sumber APBD (dalam juta rupiah)

Tahun APBD 1&2 Dekon Total %

2009 tdk diketahui* tdk diketahui* tdk diketahui* 0

2010 tdk diketahui* tdk diketahui* tdk diketahui* 0

2011 16.957 1.830 18.787 4

2012 tdk diketahui* 1.485 tdk diketahui* 0

*Pembiayaan program pengendalian TB dari sumber dana APBD belum diketahui karena kesulitan informasi tentang pembiayaan tersebut.

MalariaSejak tahun 2003 selain dari APBN dan ABPD, pengendalian malaria juga didanai oleh dana bantuan hibah GF ATM, Round 1 yang melingkupi daerah Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara sebesar USD 23.704.947, Round 6 melingkupi wilayah Sumatera dan wilayah Round 1 sebesar USD 45.987.357 dan Round 8 dengan wilayah Kalimantan dan Sulawesi sebesar USD 109.938.731.

Sebagian besar dana bantuan hibah ini digunaan untuk mendukung kegiatan operasional intensifikasi dan integrasi pengendalian malaria di Kabupaten/ Kota dan sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit serta kegiatan berbasis masyarakat (Pos Malaria Desa).

Tabel 11. Pembiayaan Program Malaria dari Berbagai Sumber 2009-2012 (IDR dalam 1.000.000)

Tahun APBN % APBD % WHO % UNICEF % GF MAL (R6, R8) %

2009 35.862 13% 20.078 7% 840 0% 28.000 10% 191.828 69%

2010 31.435 8% 28.873 7% 2.000 0% 23.271 6% 316.165 79%

2011 37.304 13% 31.544 11% 2.000 1% 28.000 10% 182.068 65%

2012 49.070 22% 36.996 17% 2.000 1% 28.000 13% 105.215 48%

Page 33: Pedoman Exit Strategi

24Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

B. Sumber-Sumber Pembiayaan Program ATMSecara umum terdapat 3 elemen strategi pembiayaan berdasarkan sumber pembiayaan:

1. Meningkatkan pembiayaan bersumber anggaran pemerintah 2. Meningkatkan pendapatan yang bersumber dari asuransi3. Meningkatkan kontribusi dari skema CSR dan hibah.

Sumber Pembiayaan Pemerintah1. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Anggaran Pendapat dan Belanja Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang diusulkan oleh Kementerian/Lembaga dan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dana APBN dapat bersumber dari:

a. Rupiah murni adalah seluruh penerimaan pemerintah, kecuali penerimaan pembiayaan proyek yang berasal dari dari pinjaman luar negeri dan/atau dalam negeri

b. Dana pinjaman adalah semua transaksi yang mengakibatkan Negara/ Daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Negara/ Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

c. Dana Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

Dalam upaya meningkatkan kualitas program pengendalian ATM di daerah, Kementerian Kesehatan melimpahkan kewenangan untuk mengelola dana APBN dengan melibatkan pemerintah daerah dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Dana Dekonsentrasi Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan bersifat non-fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset

Page 34: Pedoman Exit Strategi

25Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

tetap. Kegiatan yang bersifat non-fisik antara lain berupa sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian dan survey, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian.

b. Dana PerimbanganDana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari:a. Dana Bagi Hasil (DBH)

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi

b. Dana Alokasi Umum (DAU)DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

2. Dana BantuanDana bantuan dari pusat diberikan kepada daerah, untuk membantu daerah melaksanakan kegiatan yang menjadi prioritas skala nasional. Ada dua jenis dana bantuan tersebut, yaitu: (1) Bantuan Sosial (Bansos) dan (2) Tugas pembantuan atau TP. Bansos dan TP bukan Bagian dari APBD, jadi baik Pemda dan DPRD tidak mempunayi kewenangan mengatur peruntukkan dan penggunaan Bansos dan TP.

Page 35: Pedoman Exit Strategi

26Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

a. Dana Bantuan Sosial (Bansos)Belanja Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang, barang, dan jasa. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan guna memberikan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan penanggulangan kemiskinan agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk : (1) bantuan langsung; (2) penyediaan aksessibilitas, dan/atau (3) penguatan kelembagaan.

b. Dana Tugas PembantuanDana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan bersifat fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah nilai aset pemerintah. Kegiatan yang bersifat fisik antara lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta kegiatan fisik lain yang menambah nilai aset pemerintah. Kegiatan fisik lain sebagaimana dimaksud antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk yang akan diserahkan kepada pemerintah daerah.

Dana BOK dikucurkan ke Puskemas tahun 2011 melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mekanisme Tugas Pembantuan (TP). Dana BOK yang disalurkan melalui mekanisme TP dipergunakan untuk belanja

Page 36: Pedoman Exit Strategi

27Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

operasional, didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 248/ PMK.07/2010 tentang pengelolaan dan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, yang memungkinkan BOK diklasfiikasikan sebagai “jenis kegiatan fisik lainnya”. Diperjelas dalam surat Dierjen Perbendaharaan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan keuangan Kemenkeu No. S11664/PB.6/2010 yang menyatkaan komponene pengeluaran Dana BOK tahun anggaran 2011 adalah untuk keigatan yang terdiri dari:

i. Honor pengelola keuangan di Puskesmasii. Transpor petugas dan kader dalam rangka melaksanakan

kegiatan di luar gedung, termasuk orientasi, penyuluhan program dan supervisi;

iii. Pembiayaan bahan habis pakai, diantaranya adlaah operasional Posyandu, pemberian makanan tambahan bagi pemulihan kasus gizi buruk dan penyediaan ATK;

iv. Biaya pemeliharaan seperti pemeliharaan cold chain vaksin, dan pembuatan cincin sumur;

v. Paket kegiatan manajemen3. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) I

Rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah di tingkat Provinsi

4. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) IIRencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah di tingkat Kab/Kota

AsuransiDalam jangka panjang ke depan, asuransi akan mengcover seluruh biaya diagnostik dan pelayanan kuratif. Biaya pencegahan, promosi dan deteksi akan dibiayai oleh pemerintah. Hal ini akan mengurangi beban biaya dari semua tingkat pemerintahan meskipun di tingkat kabupaten/kota masih membutuhkan dana operasional untuk kegiatan pencegahan dan promosi dan kegiatan seperti penemuan kasus yang tentu saja tidak termasuk dalam asuransi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa masih terdapat 40% penduduk yang tidak terlindungi oleh asuransi kesehatan. Di sisi lain, mungkin tidak semua pelayanan ATM tertampung dalam paket asuransi kesehatan secara penuh.

Page 37: Pedoman Exit Strategi

28Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Beberapa kisah sukses yang telah mencapai universal coverage adalah provinsi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Aceh dan Bangka Belitung. Dan beberapa kab/ kota dapat melakukan pengelolaan secara mandiri terhadap pendapatan yang diperoleh. Sedangkan dalam skema nasional, JAMKESMAS telah melindungi 76,4 juta rakyat miskin dan hampir miskin melalui sistem pembayaran INA-CBG di rumah sakit dan kapitasi di tingkat puskesmas. Saat ini program ATM telah dilindungi secara penuh, meskipun perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut agar dapat sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan PT. Jamsostek telah menjalin MoU bersama KemenKes untuk program pengobatan Tuberkulosis kecuali MDR TB. Sedangkan PT. Askes tahun ini akan memasukkan daftar obat Tuberkulosis dalam DPHO untuk tahun 2013. PT. Jamsostek menyediakan fasilitas rujukan internal pada pelayanan tingkat pertama. Sehingga pasien tidak perlu dirujuk, jika penegakan diagnosis TB dapat dilakukan di tingkat pertama. PT. Askes baru menjamin pemeriksaan darah rutin, urin rutin dan feses rutin untuk pelaynaan tingkat pertama. Pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan diagnostik lebih lanjut.

Untuk program HIV/AIDS, PT. Askes maupun PT. Jamsostek menggunakan obat ARV dari pemerintah pusat. Sedangkan penyakit infeksi oportunistik HIV/AIDS telah menjadi paket manfaat dalam PT. Askes. Sedangkan PT. Jamsostek telah melindungi pesertanya tahun ini melalui CSR Jamsostek.

Pelayanan medis dan obat malaria telah ditanggung sepenuhnya oleh PT. Askes maupun PT. Jamsostek. Namun perlu koordinasi lebih lanjut dengan program Malaria Kementerian Kesehatan guna menyelaraskan pengobatan standar malaria terbaru sehingga dapat masuk dalam formularium obat.

Dari beragamnya skema asuransi kesehatan yang ada saat ini. Pada tahun 2014 akan digabung menjadi satu yakni BPJS 1. Namun hal ini membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum berjalan secara penuh. Saat ini, Kementerian Kesehatan berusaha untuk memastikan diagnostik dan kuratif untuk pelayanan program ATM dapat secara penuh tercover dalam beberapa paket yang ada. Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota juga terus bekerja untuk memastikan bahwa seluruh penduduknya terlindungi jaminan kesehatan.

Page 38: Pedoman Exit Strategi

29Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Corporate Social Responsibility (CSR)Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi sumber dana pelengkap dalam program ATM. CSR umumnya di gunakan untuk program-program terkait kesehatan ibu dan anak, harus ada upaya khusus untuk mengakses dana ini untuk kegiatan terkait ATM. Ada 4 cara yang biasanya digunakan terkait penggunanaan dana CSR. Sebuah perusahaan dapat menyalurkan dana mereka melalui departemen atau bidang dalam perusahaan mereka sendiri, contohnya humas. Melalui organisasi sosial yang secara khusus dibentuk oleh perusahaan untuk menyalurkan dana CSR . Melalui LSM lokal yang mereka tunjuk untuk menyalurkan dana CSR perusahaan. Cara lain adalah dengan membentuk semacam konsorsium dengan membentuk ‘konsorsium’ dengan beberapa perusahaan dalam menyalurkan dana CSR mereka untuk menangani isu tertentu. Pemerintah dapat berperan secara aktif mengarahkan CSR untuk memberikan manfaat bagi program ATM baik ditingkat pusat maupun daerah.

C. Prioritas Pembiayaan Program ATMDalam jangka pendek dan menengah, pendapatan utama dari program ini adalah anggaran pemerintah. CSR juga dapat memberikan tambahan, namun ATM harus berkompetisi dengan program lainnya, seperti kesehatan ibu dan anak.

Dalam jangka panjang, asuransi dapat menutupi seluruh biaya diagnostic dan pelayanan pengobatan. Dengan begitu, biaya pencegahan, promosi dan deteksi dapat dibiayai oleh pemerintah. Namun hal ini membutuhkan waktu sebelum seluruh penduduk dapat dilindungi oleh sistem asuransi secara penuh yang tentunya memerlukan subisdi yang besar dari pemerintah untuk menutup premi masyarakat miskin. Pelayanan yang cost effective dan efficient menjadi sangat penting sehingga sedapat mungkin dapat mencapai target dengan sumberdaya yang terbatas.

D. Prioritas Kegiatan dan Mekanisme PenyaluranPembiayaan kegiatan program ATM, saat ini didapatkan dari sumber pembiayaan melalui anggaran pemerintah. Alokasi dana dalam anggaran nasional dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) ditujukan sebagai upaya mendukung pencapaian target program, dan pembangunan milenium (MDGs) tahun 2015. Mobilisasi alokasi sumber

Page 39: Pedoman Exit Strategi

30Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

dana secara tepat, baik di tingkat pusat maupun daerah harus dilaksanakan melalui komitmen pembiayaan pemerintah pusat dalam APBN dan peningkatan pemerintah daerah dalam APBD untuk program ATM sebagai bagian dari pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal. Pembagian wewenang dan tanggung jawab pembiayaan di setiap tingkat pemerintahan sudah diatur melalui PP no 38 Tahun 2007, untuk itu perlu penegasan batasan kegiatan-kegiatan prioritas yang merupakan tugas dan kewajiban antara pusat dan daerah.

Menindaklanjuti hal tersebut, pengalihan peran antara pemerintah pusat, kepada provinsi dan kabupaten/kota terkait dengan tanggung jawabnya dalam ATM sudah harus tertuang dalam perencanaan pembiayaan tahun 2013. Usulan tersebut diharapkan akan masuk menjadi bahasan pada Musrenbang di tingkat provinsi dan kabupaten/kota (awal April 2012) dan selanjutnya dibahas di tingkat nasional pada Musrenbagnas yang akan dijadwalkan pada akhir April 2012.

Usulan pembiayaan tahun 2013 untuk kegiatan-kegiatan program ATM di tingkat pusat – provinsi – kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

Tingkat pusat1. Seluruh kebutuhan Obat Anti TB (OAT) lini 1 dan lini 2 (TBMDR), obat anti

malaria dan RDT, ARV dan IMS (HIV).2. Reagensia (2013-2014) sambil menunggu sistem quality assurance dilaksanakan

secara baik (untuk HIV dan TB)3. Kebutuhan Reagensia malaria (Giemsa dan RDT), kelambu insektisida dan alat

Indoor Residual Spraying (dengan kenaikan secara bertahap)4. Kebutuhan Penanganan KLB Malaria (Logistik dan Operasional KLB)5. Pembuatan NSPK terkait ATM6. Pembinaan teknis pelaksanaan NSPK ATM7. Monitoring mutu obat TB, Malaria dan HIV/AIDS

Tingkat Provinsi1. Alat diagnostik : mikroskop, sarana diagnostik lainnya2. Monitoring dan evaluasi program3. Pelatihan petugas antar kabupaten/kota

Page 40: Pedoman Exit Strategi

31Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

4. Pemantauan dan quality assurance untuk laboratorium/pemeriksaan diagnostik

5. Penguatan tim Pelatih Provinsi 6. Pembinaan teknis pelaksanaan program7. Buffer Stock obat anti malaria, reagen Giemsa, RDT dan Kelambu

berinsektisida8. Penguatan Surveilens dan Sistim Kewaspadaan Dini untuk mencegah terjadinya

KLB9. Penanganan KLB Malaria

Tingkat Kabupaten/ Kota1. Bahan-bahan penunjang pemeriksaan diagnosis di laboratorium seperti kaca

sediaan, pot dahak, oil emersi, eter alkohol, ose, dan lampu spritus 2. Penyediaan kelambu, dan RDT (Rapid Diagnostic Test) 3. Logistik Pengendalian Vektor4. Reagensia (setelah sistem quality assurance berjalan dengan baik5. pengiriman logistik obat dan reagen dan logistik non obat (bahan/media

penyuluhan dan lain-lain) ke fasilitas pelayanan kesehatan6. Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis pelaksanaan program7. Peningkatan informasi manajemen surveilans ATM untuk menyusun rencana

aksi di Kab/Kota.8. Pelatihan petugas ATM di daerah masing-masing.9. Penanganan KLB malaria (Logistik dan operasional)

Penutup

Penutup

Page 41: Pedoman Exit Strategi

32Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Untuk mendukung program ATM yang berkesinambungan dan juga terjangkau, program ATM harus dijalankan dengan cost effective dan juga efisien. Cost effective dapat diterjemahkan sebagai “melakukan hal yang benar” sementara efisien dapat diterjemahkan sebagai “melakukan dengan benar”. Sebagai contoh, berinvestasi dalam kegiatan pencegahan lebih cost effective dibandingkan pengobatan; Mengobati secara tuntas pasien TB biasa lebih cost effective dibandingankan pengobatan TB MDR; Kegiatan monitoring dan evaluasi secara bersama pada program ATM akan lebih jauh menekan biaya (inklusif).

Prioritisasi dapat dilakukan terhadap pentahapan kegiatan. Contohnya memperkuat pelayanan dasar laboratorium sehingga seluruh suspek TB MDR dapat teridentifikasi sebagai bagian dalam investasi penggunaan teknologi diagnostik baru. Melakukan analisa cost effective dan efisiensi perlu dilakukan sebelum dana GF berakhir sehingga perubahan dapat dilakukan sementara dana masih tersedia.

Cost effectiveness dan efisiensi dapat dilakukan ditingkat pusat. Namun setiap Provinsi dan Kabupaten/ Kota juga dapat menganalisa pelayanan program yang selanjutnya dapat dilakukan perbaikan. Hal ini memastikan bahwa pelayanan yang ada maupun tambahan, termasuk cara diagnostik dan pengobatan baru sedapat mungkin dilakukan dengan yang paling cost-effective dan efficient.

Sejalan dengan mencapai tujuan roadmap reformasi kesehatan masyarakat, tujuan tersebut dapat dicapai malalui penyelenggaraan sistem kesehatan yang mempunyai nilai-nilai sebagai berikut: (1) Pro Rakyat; (2) Inklusif; (3) Responsif; (4) Efektif; dan (5) Bersih.

PENUTUP

Page 42: Pedoman Exit Strategi

33Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

Lampiran 1

Risalah Rakerkesnas 2011

Kelompok VIPengendalian Terpadu AIDS, Tuberculosis,dan Malaria

I. PendahuluanProgram AIDS, TB dan Malaria merupakan salah satu program pokok MDGs, tercantum dalam tujuan 6. Program Pengendalian AIDS, TB dan Malaria telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari Pengendalian HIV/AIDS, selama 5 tahun terakhir. Program pengendalian HIV/AIDS telah memberikan dukungan pada 157 RS yang melakukan pengobatan ARV, 147 klinik IMS, 38 layanan MMT, 60 klinik PMTCT, dan 262 klinik VCT. Dari jumlah layanan tersebut sebanyak 378.632 orang sudah melakukan testing dan konseling, 17.617 orang menerima pengobatan ARV, 28,380 ODHA menerima dukungan dan perawatan dan terhindar dari kematian, 61.428 IDUs menerima intervensi program 3.551 diantaranya mengikuti program therapi rumatan methadone, 175.301 kasus IMS yang diobati, 391 orang ibu hamil yang menerima ARV phrophilaxis dan dukungan PMTCT lainnya.

Program pengendalian TB juga telah banyak perbaikan yang terjadi dan diakui secara global, antara penurunan peringkat dari ke 3 menjadi peringkat ke 5. Pada tahun 1990 angka kematian akibat TB masih 96/100.000, dan sudah berhasil diturunkan lebih dari 50% menjadi 27/100.000 pada th 2010. Namun, permasalahan TB yang dihadapi Indonesia masih sangat besar dimana angka kematian 27/100.000. Ini berarti ada 169 orang per hari atau 61,000 orang per tahun meninggal karena TB. Selain itu Indonesia menduduki peringkat ke 8 pada daftar kasus multi-drug resistance (kekebalan terhadap pengobatan TB). Tiga indikator MDG untuk TB sudah diakui on the track yaitu prevalensi TB, angka CDR 83% (kasus BTA pos sudah diketemukan dan diobati), dan angka keberhasilan pengobatan (SR) sudah mencapai 89,7%. Survei kekebalan obat di Jawa Tengah yang dilaksanakan tahun 2007 dan dilaporkan tahun 2010 menunjukkan jumlah kasus baru dengan multi-drug resistance (MDR) yang tergolong rendah (1,8%), menandakan kinerja program pengendalian TB di Indonesia berjalan dengan baik. Kontribusi dana dukungan Global Fund terhadap program pengendalian TB sangat signifikan terhadap pencapaian indikator-indikator Program TB.

Program pengendalian Malaria di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan dukungan dana GFATM sejak tahun 2010 . Adapun tahapannya sebagai berikut: (1) Intensifikasi pengendalian Malaria di wilayah Indonesia Timur (2003-2008), (2) Intensifikasi dan Integrasi di wilayah Sumatra dan Indonesia Timur (2008-2013). Pada

Page 43: Pedoman Exit Strategi

34Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

tahun 2008, Presiden RI mencanangkan eliminasi malaria secara bertahap (mulai 2010 sd 2030). Sejak tahun 2010, dilaksanakan pengendalian Malaria di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Hasil yang telah dicapai adalah penurunan angka kasus klinis Malaria dari 3.000.000 kasus per tahun menjadi 1.300.000 kasus per tahun di tahun 2010. Dalam rangka mencapai target MDGs, pada tahun 2010 API sudah mencapai 2/1000 penduduk (50% dari kondisi tahun 1990 yaitu 4/1000 penduduk). Dan diharapkan indikator API bisa mencapai 1/1000 penduduk pada tahun 2014.

III. Hasil dan Tindak lanjutPada Rakerkesnas 2010 dengan tema: Meningkatkan Good Governance Kesehatan di Tingkat Provinsi, salah satu sub tema yang dibahas dalam diskusi kelompok adalah Penanggulangan Terpadu AIDS, TB dan Malaria. Topik bahasan dalam diskusi kelompok tersebut meliputi: 1) Pembagian peran dalam pengembangan penanggulangan terpadu ATM antara Kemkes, Prov/Kab/Kota dan pemangku kepentingan lainnya, 2) Masukan terhadap percepatan pencapaian indikator ATM di MDGs, RPJMN, Inpres 3 dan Renstra Kemkes, 3) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen utk program ATM di Kemkes, Prov dan Kab/Kota, 4) Kontribusi pendanaan daerah dalam pengendalian ATM

Hasil pembahasan dalam diskusi kelompok diidentifikasi 9 isu pokok yang perlu ditindak lanjuti. Adapun 9 isu pokok tersebut adalah sbb: 1) Belum optimalnya dukungan untuk program ATM, 2) Kepedulian masyarakat masih kurang dalam pengendalian ATM, 3) Masih minimnya kuantitas dan kualitas tenaga pengelola ATM, 4) Masih belum optimalnya monitoring dan evaluasi, 5) Ancaman terhadap kesinambungan program ATM, 6) Belum optimalnya sistem informasi dan surveilans untuk program ATM, 7) Belum adanya keberpihakan BUMN dan swasta terhadap program ATM, 8) Pembangunan yang tidak berwawasan Kesehatan, 9) Belum optimalnya koordinasi dan integrasi kegiatan program ATM baik antar lintas sector maupun koordinasi pusat, provinsi dan kab/kota.

Pertama “Belum optimalnya dukungan untuk program ATM”Peran Pusat adalah : Menetapkan Pedoman NSPK Pengendalian Terpadu ATM sebagai acuan pelaksanaan ; Melakukan penguatan dan sosialisasi NSPK ; Mendokumentasikan seluruh peraturan, kebijakan dan edaran yang mendukung pengendalian ATM; Mensosialisasikan peraturan, kebijakan dan edaran dari berbagai sektor yang mendukung pengendalian ATM ; Mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelaksanaan NSPK; Melakukan percepatan pencapaian indikator ATM di MDGs, RPJMN, INPRES 3 dan Renstra Kementerian Kesehatan.

Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Menjabarkan, merencanakan, melaksanakan dan memonitor NSPK menjadi kegiatan yang lebih operasional untuk pelaksanaan di kab/kota ; Melakukan advokasi, sosialisasi dan koordinasi ; Mengkaji, menjabarkan dan memonitor pelaksanaan dari seluruh peraturan, kebijakan dan edaran yang

Page 44: Pedoman Exit Strategi

35Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

terkait dengan pengendalian ATM ; Menjabarkan peraturan, kebijakan dan edaran sesuai situasi dan kondisi wilayah ; Penyediaan biaya operasional pelaksanaan NSPK di Provinsi serta mengoptimalkan pencapaian indikator ATM di MDGs dalam rangka mengurangi disparitas antar daerah.

Kedua : “Kepedulian masyarakat masih kurang dalam pengendalian ATM”Peran Pusat adalah : Meningkatkan jejaring dan kemitraan LS/ LP/ LSM/ Ormas/ Swasta/ PT/ Organisasi Profesi ; Mengembangkan strategi pendekatan efektif untuk peningkatan kepedulian masyarakat ; Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat/ kader/ ormas/ nakes di tingkat pusat ; Meninjau kembali PP No 41 Tahun 2007 tentang pola minimal dan maksimal struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Meningkatkan jejaring dan kemitraan LP/ LS/ LSM/ Ormas/ Swasta/ PT/ Organisasi Profesi/Toma/Toga ; Menggali wadah koordinasi di tingkat provinsi/kab/kota untuk peningkatan kepedulian masrayakat/Toma/Toga/Anggota Dewan dll terhadap ATM ; Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat/kader/ormas/nakes di tingkat Provinsi dan Kab/Kota.

Ketiga : “Masih minimnya kuantitas dan kualitas tenaga pengelola ATM“Peran Pusat adalah : Mengembangkan Modul-Modul Pelatihan dan menyelenggarakan ToT Program ATM ; Pemenuhan Kebutuhan tenaga kesehatan ; Membuat kebijakan untuk mengurangi mutasi tenaga pelaksana ATM.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Melaksanakan pelatihan program ATM untuk petugas Kab/Kota (oleh Provinsi) dan untuk petugas puskesmas dan jaringannya (oleh Kab/Kota) ; Pemenuhan kebutuhan tenaga pengelola ATM ; Kebijakan untuk mengurangi mutasi tenaga pelaksana ATM di wilayah kerjanya.

Keempat “Masih belum optimalnya monitoring dan evaluasi”Peran Pusat adalah : Menyediakan dan sosialisasi Panduan Monev untuk Program ATM serta ; Melaksanakan Monev Terpadu Program ATM.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Koordinasi, Sosialisasi Monev untuk Program ATM; Melaksanakan Monev Terpadu Program ATM.

Kelima “Ancaman terhadap kesinambungan program ATM“Peran Pusat adalah : Menindaklanjuti ketetapan dalam UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Ps 171 tentang alokasi anggaran minimal untuk kesehatan di Provinsi, Kab/Kota dalam bentuk peraturan pendukung (PP. Permen, dll) ; Menyusun strategi pengalihan pendanaan secara bertahap ke dalam pendanaan local dengan pembagian proporsi yang seimbang antara pusat, provinsi, kab/kota.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Merealisasikan kewajiban pengalokasian 10% APBD untuk kesehatan ; Penganggaran daerah untuk Program Pengendalian ATM

Page 45: Pedoman Exit Strategi

36Pedoman Exit Strategi Dana Hibah Global Fund

dalam RAD sebesar 20% dari APBD Kesehatan. Pembagian peran yang disepakati adalah Pusat untuk logistik (obat dan reagen), Provinsi dan Kab/Kota untuk Biaya Operasional, Peningkatan Kapasitas dan Koordinasi.

Keenam “Belum optimalnya sistem informasi dan surveilans untuk program ATM”Peran Pusat adalah : Mengembangkan sistem informasi dan surveilans untuk program ATM ; Mensinkronisasikan sistem informasi ATM dalam SIKNAS ; Mengembangkan pedoman untuk peningkatan kemampuan dalam analisis dan penggunaan data/informasi melalui MIFA (Management Information for Action).

Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Mengkoordinir dan Melaksanakan sistem informasi dan surveilans untuk program ATM ; Mensinkronisasikan sistim informasi ATM dalam SIKDA ; Meningkatkan kemampuan dalam analisis dan penggunaan data/informasi melalui MIFA.

Ketujuh : “Belum adanya keberpihakan BUMN dan swasta terhadap program ATM”Peran Pusat adalah : Membuat SKB (Kemenkokesra, Kemendagri dan Kemenperindag) Alokasi CSR untuk Program ATM serta Penguatan Public Private Partnership dan Public Private Mix untuk meningkatkan keterlibatan seluruh fasilitas kesehatan dalam pengendalian ATM.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Membuat Pergub/Perwako/Perbup tentang Alokasi CSR untuk Program ATM serta Menggali potensi Public Private Partnership dan Public Private Mix untuk meningkatkan keterlibatan seluruh fasilitas kesehatan dalam pengendalian ATM di Provinsi.

Kedelapan ; “Pembangunan yang tidak berwawasan Kesehatan:Peran Pusat adalah : Membuat SKB dengan Instansi Terkait (Kementerian Lingkungan Hidup, Kemenkokesra, Kemendagri dan Kemenperindag).Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Membuat Pergub/Perwako/Perbup untuk pembangunan yang berwawasan kesehatan.

Kesembilan : “Belum optimalnya koordinasi dan integrasi kegiatan program ATM baik antar lintas sector maupun koordinasi pusat, provinsi dan kab/kota.”Peran Pusat adalah : Penegasan tupoksi masing-masing sektor dalam pengendalian ATM, Peningkatan koordinasi secara periodic dengan lintas sektor dan provinsi serta Integrasi program ATM dengan lintas program terkait.Peran Provinsi dan Kab/Kota adalah : Harmonisasi peran tupoksi masing-masing sektor dalam pengendalian ATM, Peningkatan koordinasi dengan lintas sektor dan kab/kota/fasilitas layanan serta Integrasi pelaksanaan program ATM dengan lintas program terkait.

Page 46: Pedoman Exit Strategi