53

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

  • Upload
    hanhu

  • View
    273

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat
Page 2: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

ii

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian 2014

Page 3: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

iii

PEDOMAN TEKNIS

BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA

Penanggung Jawab:

Kepala BPTP Bengkulu Dr. Dedi Sugadi, MP Penulis:

Eddy Makruf Heriyan Iswadi

Redaksi Pelaksana:

Agus Darmadi

Diterbitkan oleh:

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 Telp. (0736) 23030, Fax. (0736) 345568

E-mail: [email protected] Website: www.bengkulu.litbang.deptan.go.id

ISBN 978-602-9064-20-9

Page 4: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

iv

PENGANTAR

Lahan sub optimal yang terdiri dari lahan

kering masam dan lahan rawa

merupakan sumberdaya alam yang

mempunyai potensi cukup baik untuk

pengembangan budidaya pertanian.

Lahan rawa merupakan salah satu

agroekosistem yang sangat potensial dan

sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai sumber

pertumbuhan baru. Selama ini belum dimaksimalkan

dengan baik, pemamfaatannya masih sangat rendah

dibandingkan dengan lahan sawah irigasi.

Potensi lahan rawa di Propinsi Bengkulu dengan luas

6.746 hektar yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota. Potensi

sumberdaya lahan harus dibangkit untuk dikembangkan

sebagai salah satu alternatif pertumbuhan baru produksi

padi untuk mendukung Program Peningkatan Produksi

Beras Nasional. Upaya optimalisasi lahan rawa oleh Badan

Litbang Pertanian telah dilakukan BPTP Bengkulu dengan

perbaikan teknis budidaya dan penggunaan varietas

unggul.

Pengembangan lahan rawa menjadi lahan usaha tani

baru bukanlah hal yang mudah, hal itu harus didukung

oleh inovasi teknologi serta partisipasi petani dan

stakeholders dalam membantu sosialisasi teknologi untuk

meningkatkan keberhasilan usaha tani padi lahan rawa

maka disusunlah Buku Pedoman Teknis Budidaya Padi di

Lahan Rawa ini yang diharapkan dapat membantu

mengatasi permasalahan sistem produksi padi di lahan

Page 5: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

v

rawa dengan pemilihan teknologi yang tepat dan

penggunaan varietas unggul baru padi lahan rawa.

Bengkulu, Oktober 2014

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP

Page 6: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................ vii

I. PENDAHULUAN ........................................................ 1

II. MENGENAL LAHAN RAWA ......................................... 3

III. TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA .......... 7

1. Persiapan Lahan ................................................ 7

2. Penggunaan Benih Bermutu ............................... 9

3. Varietas Unggul ................................................. 10

4. Membuat Persemaian ........................................ 13

5. Penanaman ....................................................... 14

6. Pengelolaan Air ................................................. 21

7. Pemupukan ....................................................... 22

8. Pengendalian Gulma .......................................... 26

9. Pengendalian Hama ........................................... 28

10. Pengendalian Penyakit ....................................... 32

11. Panen dan Pasca Panen ..................................... 42

PENUTUP ....................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 45

Page 7: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Beberapa varietas unggul padi rawa yang ditanam di Provinsi Bengkulu melalui kegiatan pengkajian dan diseminasi (tahun 2008 - 2014)............................... 11

2. Varietas padi unggul serta ketahanannya terhadap

hama dan penyakit yang dapat dibudidayakan pada lahan rawa lebak.................................................... 12

3. Dosis Pemupukan pada pertanaman padi lebak di musim kemarau..................................................... 23

4. Waktu dan takaran pemberian pupuk pada pertanaman padi lebak di musim kemarau............... 26

Page 8: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Penerapan Legowo 2 : 1 (a) dan Legowo 4 : 1 (b), varietas Inpara 2 pada rawa lebak dangkal tanah mineral di Desa Karang Anyar Kabupaten Seluma..... 2

2. Lahan sawah rawa gambut dangkal......................... 8

3. Hand traktor mini untuk mengolah lahan rawa gambut dangkal..................................................... 9

4. Persemaian di lahan gambut dangkal; (a) Benih yang sudah direndam selama 24 jam, (b) Persiapan lahan persemaian, (c) Pertumbuhan bibit di persemaian, (d) Bibit siap dipindah ke lahan sawah.. 14

5. Skema (a) dan penerapan (b) legowo 4 : 1 di lahan rawa lebak pematang lahan mineral......................... 17

6. Skema (a) dan penerapan (b) legowo 2 : 1 di lahan rawa lebak pematang lahan mineral......................... 18

7. Penerapan legowo 2 : 1 di lahan rawa gambut dangkal................................................................. 18

8. Panen padi rawa Inpara 2 di lahan rawa lebak pematang tanah mineral Desa Karang Anyar Kabupaten seluma tahun2011/2012......................... 42

9. Panen padi Inpara 2 di lahan rawa lebak gambut dangkal Desa Panca Mukti Kec. Pondok Kelapa Kabupateng Bengkulu Tengah tahun 2014............... 43

Page 9: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

1

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan, khususnya beras, terus

meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah

penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan

sangat lambat. Peningkatan produksi padi nasional tetap

menjadi prioritas pemerintah, karena beras selain sebagai

makanan pokok penduduk Indonesia, juga sebagai barang

ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu, perluasan

areal panen dan peningkatan produktivitas padi dan bahan

pangan lainnya menjadi suatu keharusan guna memenuhi

kebutuhan tersebut. Dalam upaya perluasan areal tanam

padi, lahan-lahan suboptimal seperti lahan kering, lahan

sawah tadah hujan dan lahan rawa pasang surut

(termasuk lahan gambut dan rawa lebak) dengan berbagai

kendala biotik (hama dan penyakit) serta abiotik

(kekeringan dan kesuburan rendah) dapat dimanfaatkan

dengan teknologi tepat guna untuk mendukung kebutuhan

produksi nasional.

Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup besar

memiliki wilayah daratan sekitar 188,2 juta ha, terdiri atas

148 juta lahan kering dan sisanya berupa lahan basah

termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, lebak) dan

lahan yang sudah menjadi sawah permanen. Keragaman

tanah, bahan induk, fisiografi, elevasi, iklim, dan

lingkungannya menjadikan sumber daya lahan yang

beranekaragam, baik potensi maupun tingkat kesesuaian

lahannya untuk berbagai komoditas pertanian.

Page 10: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

2

Luas lahan rawa di Provinsi Bengkulu cukup luas

(6.746 ha) yang terdiri dari lahan rawa lebak mencapai

6.171 ha dan rawa pasang surutnya sekitar 575 ha,

dengan rincian rawa lebak di Kabupaten Bengkulu Selatan

202 ha, Rejang Lebong 624 ha, Bengkulu Utara 1.707 ha,

Seluma 1.380 ha, Mukomuko 1.936 ha, Lebong 20 ha,

Kepahiyang 105 ha, Bengkulu Tengah 123 ha dan Kota

Bengkulu 74 ha. Sedangkan lahan pasang surut tersebar di

Kabupaten Bengkulu Selatan seluas 84 ha, Bengkulu Utara

138 ha, Seluma 196 ha, Mukomuko 30 ha, Bengkulu

Tengah 15 Ha dan Kota Bengkulu 112 ha (BPS Provinsi

Bengkulu, 2013).

Potensi pengembangan lahan rawa untuk komoditas

padi masih terbuka tetapi saat ini petani padi rawa di

Bengkulu masih menggunakan teknologi sederhana

dengan varietas padi sawah seperti Ciherang, Ciliwung dan

IR 64 serta padi lokal yang berumur dalam (5-6 bulan).

Dengan pendekatan PTT, lahan rawa mempunyai potensi

untuk dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi

penyumbang produksi beras di Provinsi Bengkulu.

Gambar 1. Penerapan Legowo 2 : 1 (a) dan Legowo 4 : 1 (b), varietas

Inpara 2 pada rawa lebak dangkal tanah mineral di Desa

Karang Anyar Kabupaten Seluma.

(a) (b)

Page 11: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

3

II. MENGENAL LAHAN RAWA

Lahan rawa adalah lahan yang tergenang secara

periodik atau terus menerus secara alami dalam waktu

lama karena drainase atau saluran alami terhambat.

Meskipun dalam keadaan tergenang, lahan rawa tetap

ditumbuhi oleh tumbuhan. Perbedaan Lahan rawa dengan

danau adalah, danau tergenang sepanjang tahun dan

genangannya lebih dalam, tidak ditumbuhi oleh tanaman

kecuali tumbuhan air. Sedangkan lahan rawa dapat

diusahakan untuk budidaya pertanian dengan penerapan

teknologi tepat guna, seperti pengaturan air dengan

perbaikan drainase.

Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumber

daya alam yang mempunyai potensi cukup baik untuk

pengembangan budidaya pertanian. Pengelolaannya harus

dilakukan secara bijak agar kelestarian sumber daya alam

dapat dipertahankan. Dengan mengetahui tipe lahan rawa

gambut dapat dibuat perencanaan yang baik dalam

pengelolaannya secara bijaksana.

Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh

pasangnya air laut, genangan air hujan, dan luapan air

sungai. Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa

di bagi tiga yaitu rawa pasang surut, rawa lebak, dan rawa

lebak peralihan.

Rawa Pasang Surut adalah lahan rawa yang

genangannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang

besar dan pasang kecil. Pasang kecil terjadi secara harian

Page 12: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

4

yaitu 1-2 kali sehari. Berdasarkan pola genangannya

(jangkauan air pasangnya), lahan pasang surut dibagi

menjadi empat tipe:

1. Tipe A, genangan terjadi pada waktu pasang besar dan

pasang kecil;

2. Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;

3. Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada

waktu pasang kurang dari 50 cm;

4. Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang, kedalaman

air tanah lebih dari 50 cm tetapi pasang surutnya air

masih terasa atau terlihat pada saluran tersier.

Rawa Lebak adalah lahan rawa yang genangannya

terjadi karena luapan air sungai dan atau oleh air hujan di

daerah cekungan di pedalaman sehingga genangan

umumnya terjadi pada musim hujan dan menyusut atau

hilang pada musim kemarau. Rawa lebak dibagi menjadi

tiga;

1. Rawa lebak dangkal atau lebak pematang dengan

genangan airnya kurang dari 50 cm. Lahan rawa lebak

dangkal biasanya terletak di sepanjang tanggul/

bantaran sungai dengan lama genangannnya kurang

dari 3 bulan.

2. Rawa lebak tengahan dengan kedalaman air genangan

50-100 cm. Terjadi genangan selama 3-6 bulan.

3. Rawa lebak dalam, genangan air lebih dari 100 cm

selama lebih dari 6 bulan. Rawa lebak dalam biasanya

terdapat di pedalaman menjauhi sungai.

Page 13: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

5

Rawa Lebak peralihan adalah lahan rawa yang

pasang surutnya air masih dipengaruhi pasang surut air

laut atau sungai. Pada lahan rawa lebak peralihan terjadi

endapan air laut berupa lapisan pirit, biasanya pada

kedalaman 80-120 cm di bawah permukaan tanah.

Lahan Rawa Potensial adalah lahan rawa yang tidak

memiliki lapisan tanah gambut dan tidak memiliki lapisan

pirit (kadar piritnya kurang dari 0,75%) atau memiliki

lapisan pirit pada kedalaman 50 cm. Lahan rawa ini cukup

subur dan potensial untuk pertanian. Tanah yang

mendominasi lahan rawa ini adalah tanah alluvial hasil

pengendapan yang dibawa oleh air hujan, air sungai atau

air laut.

Rawa Sulfat Masam Potensial atau Lahan Aluvial

bersulfida dangkal adalah lahan yang tidak memiliki tanah

gambut dan kedalaman lapisan piritnya kurang dari 50 cm.

Pirit (FeS) adalah senyawa yang terbentuk dalam suasana

payau. Lapisan pirit lebih dari 0,75% disebut sebagai

lapisan pirit. Dalam keadaan tergenang senyawa pirit tidak

berbahaya. Dalam keadaan kering senyawa pirit akan

teroksidasi dan bila terkena air akan menjadi asam sulfat

(air aki) yang sangat asam sehingga akar tanaman akan

terganggu, unsur hara sukar diserap tanaman, unsur besi

dan aluminium akan larut hingga meracuni tanaman.

Lahan yang lapisan piritnya sudah teroksidasi tidak

direkomendasikan untuk budidaya pertanian. Tanda-tanda

lahan yang ada lapisan pirit adalah; 1) lahan ditumbuhi

penuh oleh rumput purun tikus; 2) pada tanggul saluran

terdapat bongkah-bongkah tanah berwarna kuning jerami;

Page 14: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

6

3) di saluran drainase terdapat air yang mengandung karat

besi berwarna kuning kemerahan.

Gambut adalah tanah hasil pelapukan bahan organik

seperti daun, ranting kayu, semak dalam keadaan jenuh air

dalam jangka waktu yang sangat lama. Di alam gambut

sering bercampur dengan tanah liat dan berada pada

lapisan paling atas.

Lahan Bergambut adalah Lahan dengan ketebalan

tanah gambut kurang dari 50 cm. Lahan Gambut adalah

lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm.

Berdasarkan kedalamannya, lahan gambut dibagi menjadi

empat tipe, yaitu;

1. Lahan gambut dangkal, lahan dengan ketebalan gambut

50-100 cm.

2. Lahan gambut sedang, lahan dengan ketebalan gambut

100-200 cm.

3. Lahan gambut dalam, lahan dengan ketebalan gambut

200-300 cm.

4. Lahan gambut sangat dalam, lahan dengan ketebalan

gambut lebih dari 300 cm.

Page 15: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

7

III. TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAWA

1. PERSIAPAN LAHAN

Rawa Dangkal

Membuat pematang sehingga terbentuk petakan-

petakan, guna pematang tersebut untuk menahan air,

Tanah diolah sempurna dengan cangkul pada awal

musim penghujan. Traktor dapat digunakan pada awal

musim hujan sebelum genangan air di petakan lahan

tinggi. Diupayakan agar permukaan tanah rata di dalam

setiap petakan,

Persiapan lahan dengan traktor dapat mengurangi

kepadatan tanah, untuk lahan bergambut dan gambut

sebaiknya pengolahan tanah cukup menggunakan

cangkul karena kalau menggunakan traktor sering

terperosok,

Pengolahan tanah lebih awal dapat mempercepat waktu

tanam dan pertumbuhan padi. Disaat genangan air

tinggi tanaman padi sudah tinggi sehingga terhindar

dari rendaman air yang dapat mematikan tanaman padi.

Sebelum hujan datang di saat lahan masih kering,

persiapan lahan dapat juga dilakukan dengan

menyemprotkan herbisida non selektif untuk

memberantas gulma.

Rawa Tengahan dan Rawa Dalam

Diawal musim penghujan, persiapan lahan dapat

dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan sisa

tanaman bekas pertanaman sebelumnya. Pembersihan

Page 16: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

8

lahan dilakukan dengan arit sebelum petakan digenangi

air, kemudian dapat digunakan traktor tangan.

Sistem TOT (Tanpa Olah Tanah), penyemprotan

gulma/rumput harus dilakukan di awal musim

penghujan pada saat petakan lahan belum digenangi

air. Penyemprotan gulma lebih awal harus

diperhitungkan supaya proses pembusukan gulma tidak

menunda waktu tanam. Penyemprotan gulma

menjelang musim kemarau (setelah genangan air surut)

berisiko tinggi yaitu terlambat waktu tanam sehingga

akan kekeringan pada fase generative dan banyak bulir

yang hampa.

Jenis racun rumput (herbisida) yang digunakan

biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau

paraquat.

Persiapan lahan dengan cara dibakar tidak dianjurkan

karena lahan yang mengandung gambut akan terbakar

dan menurunkan kesuburan tanah.

Gambar 2. Lahan sawah rawa gambut dangkal.

Page 17: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

9

Gambar 3. Hand traktor mini untuk mengolah lahan rawa gambut dangkal.

2. PENGGUNAAN BENIH BERMUTU

Disadari bahwa benih menjadi salah satu input

produksi yang mempunyai kontribusi nyata terhadap

peningkatan produksi tanaman. Benih bermutu akan

menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak,

benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan

pertumbuhan yang seragam. Bibit yang berasal dari benih

yang baik ketika dipindahkan ke lahan pertanaman tumbuh

lebih cepat dan akan memberikan hasil tinggi.

Cara mendapatkan benih bermutu

Gunakan benih berlabel yang dapat dibeli di kios

saprodi.

Membuat benih sendiri dengan cara:

Pilih tanaman yang tumbuhnya seragam, tidak ada

tanaman yang berbeda pertumbuhannya seperti

Page 18: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

10

tinggi, bentuk daun dan bila ada tanaman yang

berbeda jangan diikut sertakan panen,

Lakukan panen padi secara khusus untuk benih,

Hasil panen segera dirontok, dibersihkan dan

dikeringkan,

Hasil penen untuk benih yang sudah dikeringkan dan

sudah bersih disimpan dalam wadah yang aman

seperti kantong plastik dan dimasukkan dalam

kaleng,

Simpan di tempat yang kering.

Cara memilih benih

Memilih benih yang baik dapat dilakukan dengan cara

menggunakan larutan ZA atau larutan garam 3%

dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter

air atau 30 gram garam dilarutkan dalam satu liter air.

Jumlah benih yang dimasukkan disesuaikan dengan

volume larutan ZA atau garam. Benih yang mengapung

dibuang.

Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek

batang, sebelum benih disebarkan pada petak

persemaian lakukan perlakuan benih dengan insektisida

fipronil. Untuk hama keong mas dilakukan dengan cara

dipungut/diambil atau menggunakan molokusida atau

pestisida nabati.

3. VARIETAS UNGGUL

Untuk pertanaman padi di lahan rawa tahap pertama

yang harus diperhatikan adalah memilih varietas yang

Page 19: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

11

sesuai dengan kondisi lahan dan preferensi wilayah yang

berhubungan dengan; 1) bentuk gabah; 2) kejernihan

beras; dan 3) tekstur nasi sehingga memudahkan untuk

pengembangannya. Disamping itu umur varietas dan

toleransinya terhadap hama penyakit. Varietas yang

berumur pendek (genjah) akan memberikan tingkat

keberhasilan yang tinggi dibandingkan varietas yang

berumur panjang (dalam), terutama bila diperkirakan akan

terjadi cekaman kekeringan. Beberapa varietas unggul

sebagai alternatif yang dapat dibudidayakan pada lahan

rawa lebak seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Beberapa varietas unggul padi rawa yang ditanam di Provinsi Bengkulu melalui kegiatan pengkajian dan diseminasi (tahun 2008 - 2014).

Nama varietas

Pengkajian

Diseminasi Keterangan

Visitor plot

UPBS

Banyuasin - bentuk beras agak

bundar, pulen

Mendawak - - bentuk beras agak

bundar agak pulen

Lambur - - bentuk beras agak

bundar, pulen

Inpara-1 kurang disenangi, perah

Inpara-2 disenagi, pulen

Inpara-3 kurang disenagi,

perah

Page 20: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

12

Tabel 2. Varietas padi unggul serta ketahanannya terhadap hama dan penyakit yang dapat dibudidayakan pada lahan rawa lebak.

Nama Varietas Umur

Panen

Hasil

(t/ha)

Tekstur

Nasi

Ketahanan terhadap hama

dan penyakit

WCK HDB BCk Blast

Barito 140-145 3 pera T-1 AT - -

Mahakam 135-140 3-4 pera P-1,2,3 AT - -

Kapuas 127 4-5 sedang T-1 T - -

Musi 135-140 3-4 pera T-2 T - T

Sei Lilin 115-125 4-6 pera AT-2 - - AP

Sei Lalan 125-130 4-6 pera T-1,2,3 - - T

Lematang 125-130 4-6 pera T-1 - - AT

Banyuasin 115-120 4-6 pulen T-3 - T T

Batang Hari 125 4-6 pera T-1,2 T - T

Dendang 125 3-5 pulen T-1,2 - AT AT

Indragiri 117 4,5-5,5 Sedang T-2 T - T

Punggur 117 4,5-5 Sedang T-2,3 - - T

Margasari 120-125 3-4 Sedang AT-2 - - T

Martapura 120-125 3-4 Sedang AP - - T

Air tenggulang 125 5 pera T-1,2,3 T - T

Lambur 120 4 pulen AT-3 - - T

Mendawak 115 4 pulen AT-3 - - AT

IR-42 135-145 4,5-5,5 pera T-1,2 T - -

Inpara-1 131 6,67 pera AT-WCk 1,2 T - T

Inpara-2 128 6,08 pulen AT-WCk 1,2 T - T

Inpara-3 127 5,6 pulen AT-WCk 3 - - T

Keterangan:

T = Tahan WCK = Wereng Coklat

AT = Agak Tahan 1,2,3 = Biotipe 1, 2, 3

AP = Agak Peka HDB = Hawar Daun Bakteri

P = Peka BCk = Bercak Coklat

Page 21: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

13

4. MEMBUAT PERSEMAIAN

Untuk varietas unggul baru supaya bibit tidak terlalu

tua, persemaian untuk rawa dangkal, rawa tengahan dan

rawa dalam harus terpisah sesuai dengan waktu tanam

dan kedalaman genangan air.

Cara membuat persemaian

Persemaian padi di lahan rawa dapat dilakukan

dengan tiga cara, yaitu:

Persemaian basah, dilakukan di petakan sawah sebelum

penyiapan lahan dengan membuat bedengan dan

saluran drainase keliling.

Persemaian kering, dilakukan pada lahan kering di

tempat tertentu seperti di pematang.

Persemaian terapung, dapat dilakukan dengan

membuat rakit dari bambu atau batang pisang yang di

atasnya di beri hamparan tanah/lumpur. Ukuran rakit 1

x 2 m2 dan di letakan di permukaan air.

Keperluan benih 20-25 kg/ha, luas pesemaian ± 500 M2

untuk pertanaman 1 ha.

Lahan untuk persemaian diolah sempurna, lebar

bedengan 1 m dan panjang sesuai dengan ukuran petak

lahan. Di atas bedengan taburkan pupuk organik seperti

pupuk kandang dan sekam 2 kg/m2 agar bibit mudah

dicabut dan akar tidak banyak yang rusak.

Rendam benih selama 24 jam, kemudian tiriskan,

taburkan benih dengan merata kemudian tutup dengan

lapisan tanah tipis.

Page 22: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

14

Gambar 4. Persemaian di lahan gambut dangkal; (a) Benih yang sudah direndam selama 24 jam, (b) Persiapan lahan persemaian, (c) Pertumbuhan bibit di persemaian, (d) Bibit siap dipindah ke lahan sawah.

5. PENANAMAN

Cara tanam dan populasi tanaman sangat

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Cara tanam yang

dianjurkan dengan system jajar legowo 4: 1 dan 2:1.

Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa, secara

harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo

(panjang)”. Sistem tanam jajar legowo adalah pola

bertanam yang berselang-selingan antara dua atau lebih

(a) (b)

(c) (d)

Page 23: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

15

(biasanya dua tau empat) barisan tanaman padi dan satu

baris kosong.

Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo

Prinsip dari system tanam jajar legowo adalah

meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak

tanam.

Legowo adalah cara tanam padi sawah/rawa yang

memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi

oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan

pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.

Hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan

produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan

untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai

oleh legowo 2:1.

Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu

rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya

memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman

akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak

dengan adanya barisan kosong.

Tanaman padi yang berada di pinggir memiliki

pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dari

pada tanaman padi yang berada di barisan tengah

sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah

yang lebih tinggi.

Page 24: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

16

Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada di

pinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang

lebih banyak (efek tanaman pinggir).

Manfaat Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo

Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 %

yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik

secara makro maupun mikro.

Dengan adanya baris kosong akan mempermudah

pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan

pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan

melalui barisan kosong/lorong.

Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit

terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka

hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan

dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga

akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan

penyakit dapat ditekan.

Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian

tanaman dalam barisan.

Jajar Legowo 4 : 1

Cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian

diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris

pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam pada

barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe

legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan

tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan

kosong).

Page 25: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

17

Gambar 5. Skema (a) dan penerapan (b) legowo 4 : 1 di

lahan rawa lebak pematang lahan mineral.

Jajar Legowo 2 : 1

Cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian

diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris

pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanaman

antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe

legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm

(barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).

Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa

dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara

umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa

dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai

pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau

tingkat kesuburan tanahnya.

Page 26: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

18

Gambar 6. Skema (a) dan penerapan (b) legowo 2 : 1 di lahan rawa lebak pematang lahan mineral.

Gambar 7. Penerapan legowo 2 : 1

di lahan rawa gambut dangkal.

Page 27: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

19

Cara Penerapan Jajar Legowo

Pembuatan barisan tanam

Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam

yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa

digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta

biaya terjangkau.

Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari

sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan

dalam keadaan macak-macak.

Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya

dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan

jelas dengan cara menarik alat garis tanam (caplak)

yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang dibuat

dengan ukuran legowo 2:1 atau 4:1, untuk lahan rawa

lebak/rawa bergambut digunakan tali yang dibentang

dari ujung ke ujung lahan.

Tanam

Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari

21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada

perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara tanam

sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang

tanam bisa terlihat dengan jelas.

Apabila kebiasaan tanam mundur tidak menjadi

masalah, yang penting populasi tanaman yang ditanam

dapat terpenuhi.

Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan

legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara

menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang

tersedia.

Page 28: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

20

Pemupukan pada system legowo

Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang

yang melakukan pemupukan berada pada barisan

kosong di antara 2 barisan legowo.

Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata,

sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2

barisan legowo.

Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh

dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan

legowonya.

Penyiangan

Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan

menggunakan alat siang seperti landak/gasrok.

Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup

dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu

dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur

sangkar.

Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di

tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada pengendalian hama dan penyakit dengan

menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi

orang berada pada barisan kosong di antara dua

barisan legowo.

Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan

merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan

penyemprotan 2 barisan legowo.

Page 29: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

21

6. PENGELOLAAN AIR

Di lahan rawa lebak pengelolaan air sangatlah

penting, terutama untuk menghindari fluktuasi genangan

air yang tinggi dan yang datang sewaktu-watu bila ada

hujan. Usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah ialah

dengan membangun polder. Dalam pengelolaan air

ditingkat skala mikro atau tingkat petani perlu dilakukan

antara lain;

Membuat galangan untuk mencegah masuknya air yang

tinggi kedalam petakan pada musim penghujan atau

untuk menahan air di dalam petakan pada musim

kemarau.

Membuat tebat (dam overflow) pada saluran tersier

atau kuarter saat menjelang kemarau untuk menahan

aair agar tidak habis terkuras dan aras (level) muka air

tanah dapat dipertahankan < 60 cm khususnya pada

musim kemarau.

Membuat saluran atau kemalir di sekeliling petakan

serta kemalir pada musim hujan. Kemalir dibuat dengan

interval jarak 6-8 m dengan kedalaman saluran 20 cm

dan lebar 30 cm di dalam petakan untuk drainase air

sehingga tanaman padi tidak mati terendam.

Saluran air perlu terutama untuk menghindari serangan

keong mas yang cukup dominan di lahan rawa lebak,

ataupun pencucian racun besi bila ada.

Meratakan permukaan tanah sangat penting supaya air

tergenang merata di dalam petakan. Kalau hal tersebut

tidak dilakukan maka heteroginitas kesuburan tanah di

Page 30: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

22

dalam satu hamparan tanah sangat tinggi dan akibatnya

pertumbuhan tanaman padi tidak merata.

7. PEMUPUKAN

Beberapa kendala yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan pemupukan padi di lahan rawa:

1. Tanah di lahan rawa mempunyai kandungan unsur hara

tanah relatif rendah. Untuk memperoleh hasil panen

padi yang tinggi maka pengelolaan hara perlu menjadi

salah satu perhatian yang serius.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian pemupukan di

lahan rawa lebak secara umum rekomendasinya

adalah Dosis pupuk anjuran: 90 kg N + 45-67,5 kg

P2O5 + 50-60 kg K2O. Kalau di lahan rawa lebak

“bergambut/gambut” tambahkan 5 kg CuSO4 + 5 kg

ZnSO4 Per-ha.

Pemberian unsur N sebaiknya dalam bentuk urea

tablet, urea granul, urea briket dengan dosis 150-200

kg/ha, karena urea yang dipadatkan lambat

melepaskan N sehingga sesuai untuk lahan yang

selalu tergenang oleh air.

Pupuk P dan K berdasarkan status unsur hara tanah,

dan Pemberian pupuk daun PPC dan ZPT sesuai

dengan rekomendasi.

Page 31: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

23

Tabel 3. Dosis Pemupukan pada pertanaman padi lebak di musim kemarau.

No. Jenis Tanah Dosis Pupuk Waktu dan cara

pemberian

1 Bergambut - Urea 175 -200 kg/ha

- SP-36 100-150

kg/ha - KCl 100 kg/ha - CuSO4 5

kg/ha - Kapur

(dolomite) dosis rendah 500 kg/ha

- Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh pupuk SP-

36 dan KCl diberikan saat tanam.

2 Mineral - Urea 200 kg/ha

- SP-36150 kg/ha

- KCl 100 kg/ha

- Sepertiga bagian pupuk urea dan

seluruh pupuk SP-36 dan KCl

- Dua pertiga bagian pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan

Sumber: Balai Penelitian Lahan Rawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005.

2. Fluktuasi genangan air yang tidak menentu serta muka

air yang tinggi menjadi kendala serius untuk

menerapkan cara pemupukan yang efektif. Sebaiknya

pupuk diberikan saat lahan macak-macak.

3. Untuk mendapatkan dosis pupuk spesifik lokasi gunakan

alat perangkat uji tanah cepat seperti Perangkat Uji

tanah rawa (PUTR).

Page 32: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

24

Dengan alat ini dapat diketahui status kisaran pH,

hara N, hara P dan hara K dengan rekomendasinya

Rendah, sedang dan tinggi. Dari hasil uji tanah

dengan perangkat PUTR yang dilakukan diketahui

berdasarkan deret standar warna (pH 2 hingga 8)

misalnya < 4, maka kapur yang harus diberikan 500

kg/Ha, pH 4-8 kapur yang diberikan 1000 kg/ha dan

pH > 8 kapur yang diberikan 2.000 kg/ha.

Pengelompokan status hara N tanah pada bagan

warna perangkat uji Tanah PUTR, apabila warna

reaksi tanah pada tabung rekasi berwarna kuning

maka dikatagorikan status hara tanah N rendah

artinya dosis pupuk urea yang diperlukan 300 kg/ha,

status hara tanah N sedang dengan warna reaksi

tanah pada tabung bewarna hijau mudah artinya

pupuk urea yang harus diberikan 200 kg/ha, apabila

warna reaksi tanah pada tabung rekasi berwana

hijau, staus hara N tinggi maka pupuk urea yang

diperlukan 100 kg/ha.

Pengelompokan status hara P tanah pada bagan

warna perangkat uji Tanah PUTR, apabila warna

reaksi tanah pada tabung rekasi berwarna biru

sangat muda maka di katagorikan status hara tanah

P rendah artinya dosis pupuk SP-36 yang diperlukan

150 kg/ha, status hara tanah P sedang dengan

warna reaksi tanah pada tabung bewarna biru muda

artinya pupuk SP-36 yang diperlukan 100 kg/ha, apa

bila warna reaksi tanah pada tabung rekasi berwa

Page 33: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

25

biru, staus hara P tinggi maka pupuk SP-36 yang

diperlukan 50 kg/ha.

Pengelompokan status hara K tanah pada bagan

warna perangkat uji Tanah PUTR, apabila warna

reaksi tanah pada tabung rekasi berwarna orange

maka dikatagorikan status hara tanah K rendah

artinya dosis pupuk KCl yang diperlukan dengan

pemberian jerami 2,5 t/ha, pupuk KCl yang

diperlukan 125 kg/ha, status hara tanah K sedang

dengan warna reaksi tanah pada tabung bewarna

kuning dengan pemberian jerami 2,5 t/ha pupuk KCl

yang diperlukan 75 kg/ha, apabila status hara K

tinggi warna reaksi tanah pada tabung rekasi

berwana kuning muda, dengan pemberian jerami 2,5

t/ha maka pupuk KCl yang diperlukan 25 kg/ha.

Kalau jeraminya tidak dikembalikan ke lahan maka

keperluan pupuk KCl untuk yang status hara K

rendah dosis pupuk KCl 150 kg/ha, status hara K

sedang dosis pupuk KCl 100 kg/ha dan status hara K

tinggi dosis KCl yang diperlukan 50 kg/ha.

4. Waktu Pemupukan

Pupuk diberikan secara bertahap dan dosis pupuk

disesuaikan dengan hasil analisis tanah, namun sebagai

panduan umumnya sebagai berikut:

Page 34: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

26

Tabel 4. Waktu dan takaran pemberian pupuk pada pertanaman

padi lebak di musim kemarau.

Waktu pemupukan

Dosis dan Jenis Pupuk

Urea (kg/ha)

SP-36 (kg/ha)

KCl (kg/ha)

Pupukan Dasar

(7-14 ST) 33% 100% -

Pupuk Susulan

I (21-30 HST) 33% - 50%

Pupuk Susulan

II (35-45 HST) 33% - 50%

8. PENGENDALIAN GULMA

Gulma di lahan rawa lebak, pada musim kemarau

akan tumbuh cepat karena genangan air menurun dan

suhu relatif tinggi. Selama genangan air dan pengolahan

tanah dikerjakan dengan baik maka infestasi gulma

rendah. Pada Musim hujan biasanya infestasi di dominasi

oleh gulma berdaun lebar yang senang dengan genangan

air.

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara:

Penyiangan dengan tangan atau manual, gulma/rumput

disiang dengan tangan pada umur 21 dan 42 hari

setelah tanam (hst).

Penyiangan mekanis, dengan menggunakan landak atau

gasrok selama genangan air tidak melebihi 10 cm. Cara

Page 35: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

27

ini juga sekaligus menggemburkan dan memperbaiki

aerasi tanah.

Pemakaian herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh

yang selektif. Herbisida pra tumbuh adalah herbisida

yang disemprotkan sebelum guma tumbuh atau tumbuh

awal seperti kecambah gulma. Herbisida purna tumbuh

adalah herbisida yang disemprotkan pada saat gulma

tumbuh aktif. Herbesida selektif artinya hanya

membunuh gulma sasaran, dan sebaiknya pada saat

penyemprotan alat semprot dilengkapi dengan sungkup

agar bidang semprotan terarah. Sistem tanam jajar

legowo dapat mempermudah pekerjaan penyemprotan.

Penggunaan herbisida untuk pengendalian gulma

harus dilaksanakan dengan hati-hati dan bijaksana dengan

enam tepat, yaitu: tepat gunakan seperti Ally 76 WP, cara

penyiangan dengan herbisida/racun rumput harus

memenuhi persyaratan kondisi petakan harus macak-

macak sehingga cairan herbisida sewaktu penyemprotan

membasahi daun-daun gumla dan sampai kepermukaan

tanah dan apabila menggunakan herbisida pasca tumbuh

herbisida harus membasahi daun-daun gulma. Hujan yang

datang setelah penyemprotan hanya akan menyebabkan

pekerjaan menjadi sia-sia dan pemborosan. Contoh jenis

herbisida yang dianjurkan ialah:

Tepat mutu, herbisida yang digunakan berkualtas baik,

efektifitas tinggi.

Tepat sasaran, herbisa yang digunakan harus sesuai

dengan kondisi dan jenis gulma.

Page 36: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

28

Tepat takaran, karena herbisida adalah racun, dosis

yang digunakan harus terukur dan tepat sehingga tidak

berdampak buruk bagi lingkungan.

Tepat waktu, digunakan/disemprotkan sesuai dengan

fase pertumbuhan yang tepat. Herbisida pra tumbuh

digunakan pada saat gulma belum tumbuh dan

herbisida purna tumbuh digunakan pada saat gulma

tumbuh aktif.

Tepat aplikasi, cara yang digunakan harus tepat apakah

ditabur dan larutan semprot sesuai dengan jenis

herbisida.

Tepat alat, alat semprot tidak bocor, nozel yang

digunakan harus sesuai seperti nozel kipas.

9. PENGENDALIAN HAMA

Dasar dasar pengendalian hama dan penyakit pada

padi rawa hampir sama dengan pengendalian padi sawah

irigasi. Karena pengairan sulit diatur pengendalian secara

kultur teknis sebagai salah satu komponen pengendalian

hama terpadu (PHT) sulit dilakukan.

Tikus

Serangan hama tikus mulai dari persemaian sampai

dengan hampir panen. Serangan hama tikus umumnya

lebih berat pada musim kemarau dibandingkan pada

musim hujan. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan

secara mekanis, musuh alami, fumigasi, penggunaan

umpan beracun dan perbaikan aspek budidaya seperti

waktu tanam yang tepat dan serempak, perbaikan sanitasi

Page 37: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

29

lingkungan tanaman. Hal yang perlu diperhatikan dan

dilakukan antara lain adalah:

Gropyokan rutin secara gotong royong

Pemasangan umpan beracun dengan rodentisida

Pemeliharaan musuh alami seperti anjing, kucing,

burung hantu.

Wereng Coklat dan Wereng Hijau

Serangan Wereng Coklat dapat mengakibatkan

kerusakan ringan sampai berat dari semua fase tumbuh,

bibit, anakan, matang susu. Hama menghisap cairan dalam

jaringan penangkutan tanaman padi. Serangan wereng

hijau menyebabkan pertumbuhan padi terhambat dan

penurunan jumlah anakan.

Cara pengendalian

Hama Wereng Coklat dapat dikendalikan dengan

varietas yang tahan.

Dengan menggunakan jarak tanam yang tidak terlalu

rapat atau menggunakan sistem tanam Jajar legowo.

Pergiliran varietas tanaman yang sesuai dengan

ekosistem daerah tersebut.

Aplikasi insektisida yang berbahan aktif amiztran,

karbofuran, bupofrezin, BPMC, karbosulfan dan fipronil

Hama Putih Palsu

Serangan hama putih palsu umunya terjadi karena

penanaman terlalu awal dari jadual tanam dan pemupukan

Nirtogen yang tinggi (>200 kg N/ha).

Cara pengendalian

Penanaman tepat waktu dan serempak

Page 38: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

30

Penyemprotan dengan insektisida secara bijaksana agar

musuh alaminya seperti laba-laba tetap terpelihara.

Penyemprotan dapat dilakukan apabila serangan

mencapai 14%.

Memusnakan tumbuhan inang seperti gulma purun

tikus.

Penggerak Batang Padi

Hama penggerek batang padi yang disebabkan oleh

serangga hamaTryphoriza innotata, dan Tryphoriza.

Insertulas atau dikenal dengan sundep dan beluk. Hal yang

perlu diperhatikan dan dilakukan pada pengendalian hama

penggerak batang adalah:

Hama penggerek batang harus diamati secara intensif

sejak dipersemaian sampai dengan panen. Apabila

populasi ngengat tinggi dapat dikendalikan dengan

insektisida seperti karbofuran dan fipronil.

Insektisida butiran dapat digunakan pada saat

genangan air surut dan insektisida cairan digunakan

pada saat genangan air tinggi.

Apabila fase generatif populasi ngengat tangkapan 300

ekor/minggu pada perangkap lampu aplikasikan

insektisida cairan.

Pada saat panen tunggul jerami dipotong rendah

supaya perkembangan larvanya terganggu dan

mengurangi populasi generasi berikutnya.

Keong Mas

Serangan yang keong mas mulai dari masih

persemaian dan tanaman yang baru ditanam.

Page 39: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

31

Pengendalian yang paling utama adalah mencegah

penyebaran keong mas pada areal baru. Pada lahan yang

selalu tergenang keong akan berkembang cepat dan sulit

dikendalikan. Pengendalian keong mas harus berkelanjutan

untuk mencegah serangan pada tanaman musim

berikutnya.

Cara pengendalian

Membersihkan saluran air dari keong mas dengan cara

mengambil dan memusnahkannya.

Memasang saringan pada aliran air masuk untuk

menjaring keong mas.

Mengeringkan sawah 7 hari setelah tanam.

Mengumpan dengan menggunakan daun talas dan

pepaya.

Memasang ajir agar keong mas bertelur pada ajir dan

telurnya dimusnahkan.

Mengambil telur keong mas yang ada pada tanaman

padi.

Aplikasi pestisida pada saluran air (caren).

Orong-Orong

Serangan hama orong-orong sangat potensial di lahan

gambut.

Serangan hama orong-orong terjadi pada perakaran

tanaman di bawah permukaan tanah.

Tanaman yang terserang menjadi layu dan mati.

Cara pengendalian

Penggenangan daerah yang terserang terutama waktu

tanam 1-2 minggu.

Page 40: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

32

Aplikasi insektisida berbahan aktif karbofuran.

Kepinding Tanah

Serangan hama ini dengan cara menghisap cairan

dari daun bagian pinggir dan menyebabkan tanaman

menjadi kuning sampai orange. Pertumbuhan padi

terhambat, penurunan jumlah anakan.

Cara pengendalian

Hindari pemupukan nitrogen yang tinggi yang memicu

perkembangan wereng hijau.

Menanam dengan varietas yang tahan.

Aplikasi insektisida dengan bahan aktif BPMC, Bufrezin,

imidkloprid, Karbofuran, MIPC dan tamektosam.

10. PENGENDALIAN PENYAKIT

Penyakit Blast

Penyakit Blast disebabkan oleh serangan jamur

Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang

tanaman padi pada berbagai ekosistem. Penyakit blast

merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi

karena bila terserang jamur Pyricularia oryzae ini akan

mengakibatkan penurunan produksi hingga 70.

Serangan masa vegetatif menimbulkan gejala blast

daun (leaf blast) ditandai adanya bintik-bintik kecil pada

daun berwarna ungu kekuningan. Bercak menjadi besar,

berbentuk seperti belah ketupat pada bagian tengahnya

berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian

tepi kecoklatan.

Page 41: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

33

Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal

malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah

patah (busuk leher).

Serangan pada daun muda, menyebabkan proses

pertumbuhan tidak normal, daun menjadi kering dan

mati. Blast daun banyak menyebabkan kerusakan

antara fase pertumbuhan hingga fase anakan

maksimum.

Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum

biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang

terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan

sering menyebabkan puso terutama varietas yang

rentan.

Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat

dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas

serangan blast daun dan juga dapat mengurangi infeksi

pada tangkai malai (blas leher).

Faktor yang mempengaruhi berkembangnya penyakit

Blast:

Lingkungan, hamparan yang sudah pernah terjadi

serangan blast, besar kemungkinan blast akan

segera menyebar didukung oleh kelembaban dan suhu

24 ºC - 28 ºC.

Jarak Tanam, jarak tanam yang rapat bisa

mengakibatkan kelembaban di sekitar tanaman akan

meningkat, sehingga bisa mempercepat perkembangan

jamur blast.

Pemupukan, pemupukan unsur Nitrogen yang tinggi

dimusim penghujan akan memicu pertumbuhan

Page 42: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

34

Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi

menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan

lemahnya jaringan daun, sehingga spora blast pada

awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan

menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.

Kebersihan Lahan, kebersihan lahan dari gulma juga

sangat mempengaruhi serangan blas. Pada lahan yang

gulmanya tidak dikendalikan serangan blast lebih tinggi

dibandingkan dengan lahan yang bebas gulma.

Benih yang tidak sehat, Benih padi yang digunakan

bebas dari jamur Blast. Jangan menggunakan benih

padi yang terserang blast, karena jamur blat bisa

bertahan lama di dalam benih padi.

Pencegahan dan Pengendalian blast dengan menerapkan

pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi:

Penggunaan varietas tahan dan pembenaman jerami.

Penggunaan varietas baru yang tahan terhadap blast

sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap

blast.

Pemupukan berimbang, Penggunaan pupuk sesuai

anjuran terutama pada daerah-daerah endemi penyakit

blast.

Penggunaan Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan

penggunaan kalium dan phosfat, dianjurkan agar dapat

mengurangi infeksi blast di lapangan.

Penggunaan kalium mempertebal lapisan epidermis

pada daun sehingga masuknya spora pada jaringan

daun akan terhambat dan tidak akan berkembang.

Page 43: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

35

Waktu tanam yang tepat, penanaman yang bertepatan

banyak embun perlu dihindari agar pertanaman

terhindar dari serangan penyakit blas yang berat. Oleh

karena itu data iklim spesifik dari wilayah-wilayah

pertanaman padi setiap lokasi perlu diketahui.

Penggunaan Fungisida:

Penggunaan fungisida dianjurkan untuk daerah endemis

penyakit blast dengan ketentuan pengendalian secara

terpadu dan tepat guna.

Penyakit Tungro

Penyebab Penyakit dan Penularannya

Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda

yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilli Virus

(RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical

Virus (RTSV) yang ditularkan oleh wereng hijau

(sebagai vektor).

Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus

tungro, namun Nephotettix virescens merupakan

wereng hijau yang paling efisien perlu diwaspadai

keberadaannya.

Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor

memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang

terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap

tanaman sehat.

Gejala Serangan

Tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil,

daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai

bercak-bercak berwarna coklat.

Page 44: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

36

Perubahan warna daun dimulai dari ujung, meluas ke

bagian pangkal.

Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah

hampa.

Infeksi virus tungro menurunkan jumlah malai per

rumpun, malai pendek, jumlah gabah per malai rendah.

Intensitas Serangan serangan tungro ditentukan:

Tersedianya sumber tanaman terserang, adanya vektor

(penular)

Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat

ketahanan varietas dan stadia tanaman.

Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan

populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya

intensitas serangan tungro.

Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi

yang berkembang pada pertanaman yang tidak

serempak.

Pengendalian penyakit tungro

Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan

meluasnya serangan serta menekan populasi wereng

hijau yang menularkan penyakit.

Upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang

meliputi:

Waktu tanam tepat

Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi

populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-

bulan tertentu.

Page 45: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

37

Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya

puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase

generatif (berumur 55 hari atau lebih).

Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase

tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.

Tanam serempak

Diupaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila

tidak dilakukan secara serempak.

Bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng

hijau dan keberadaan sumber inokulum.

Menanam varietas tahan

Menanam varietas tahan merupakan komponen penting

dalam pengendalian penyakit tungro.

Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri

dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng

hijau. Walaupun terserang.

Varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal,

sehingga dapat menghasilkan secara normal.

Memusnahkantanaman yang terserang

Memusnahkan (Eradikasi) harus dilakukan sesegera

mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara

mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan

dalam tanah atau dibakar.

Untuk efektifitas upaya pengendalian, eradikasi mesti

dilakukan di seluruh areal dengan tanaman terinfeksi,

eradikasi yang tidak menyeluruh berarti menyisakan

sumber inokulum.

Page 46: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

38

Pemupukan N yang tepat

Pemupukan N berlebihan menyebabkan tanaman

menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga

memudahkan terjadi inveksi tungro.

Penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan

dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui

waktu pemupukan yang paling tepat.

Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-

angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman

tidak akan menyerap N secara berlebihan.

Penggunaan pestisida

Insesektisida hanya efektif menekan populasi wereng

hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola

tanam serempak.

Infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian,

menggunakan insektisida confidor ternyata cukup

efektif.

Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran)

lebih efektif mencegah penularan tungro.

Penyakit Hawar Daun Bakteri

Penyakit kresek atau hawar daun bakteri (bacterial

leaf blight) merupakan salah satu penyakit penting pada

tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Xanthomonas campestris pv. oryzae. Penyakit umumnya

banyak terdapat pada padi yang dipindah pada umur yang

lebih muda. Selain itu juga terdapat lebih banyak pada

tanaman yang dipotong ujungnya pada saat pemindahan.

Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun

bakteri (HDB) dapat mencapai 60% - 70 %.

Page 47: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

39

Gejala Serangan

Gejala Penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai

putih berawal dari bentuk garis lebam berair pada

bagian tepi daun.

Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun

yang rusak dan berkembang menutup seluruh helaian

daun.

Tanaman padi yang terserang penyakit hawar daun

bakteri (HDB) pada fase awal pertumbuhan, tanaman

layu dan akhirnya mati. Gejala inilah yang biasanya oleh

petani disebut dengan penyakit kresek.

Sedangkan pada tanaman dewasa serangan mulai dari

tepi daun berwarna keabu-abuan dan akhirnya

mengering sehingga tanaman tidak dapat

berfotosintesis dengan baik sehingga pertumbuhan

tanaman terganggu.

Serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun

bakteri dapat menyebabkan kerugian yang sangat

besar dengan mengurangi hasil sampai 50-70% akibat

pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa

meningkat.

Serangan penyakit hawar daun bakteri menyerang

tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman

padi menjelang panen.

Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti

bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun

seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil

daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan

Page 48: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

40

fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan

tanaman terhambat.

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya

menyerang tanaman padi pada saat musim hujan.

Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi

dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis

pupuk nitrogen yang tinggi.

Menanam Varietas Padi Tahan Hawar Daun Bakteri (HDB)

Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dengan

menanam varietas yang tahan terhadap serangan

penyakit hawar daun bakteri ini.

Tingkat ketahananan terhadap hawar daun bakteri

ini bervariasi antara agak tahan dan tahan.

Varietas yang tahan ditanam pada suatu wilayah

tertentu dapat menjadi varietas yang rentan jika

ditanam pada wilayah lainya, hal ini disebabkan karena

strain/patotipe HDB ini cepat bergeser dari wilayah yang

satu ke wilayah yang lain.

Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) dengan teknik

budidaya:

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan

secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya.

Teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan

perlakuan bibit dan pergiliran varietas.

Menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat,

Irigasi/pengairan secara berselang (intermiten),

pemupukan sesuai kebutuhan tanaman.

Page 49: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

41

Tidak dianjurkan memotong daun bibit dan akar pada

saat tanam, karena akan mempermudah infeksi bakteri

HDB.

Strain/Patogen HBD ini biasanya menginfeksi melalui

luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.

Serangan Penyakit hawar daun bakteri dipicu juga oleh

keadaan lingkungan sekitar pertanaman dengan

kelembaban yang tinggi.

Untuk menekan perkembangan HBD ini dilakukan

dengan menanam padi dengan jarak yang tidak terlalu

rapat.

Pengairan dilakukan secara berselang (intermiten)

sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dan jangan

menggenangi tanaman padi secara terus menerus.

Hawar daun bakteri juga berkembang pada tanaman

padi yang dipupuk dengan pupuk Nitogen dengan dosis

yang tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium.

Pupuk Nitrogen yang tinggi akan memacu pertumbuhan

vegetatif tanaman, tetapi tanaman kurang tahan

terhadap infeksi bakteri patogen Xoo.

Untuk menekan perkembangan hawar daun

bakteri pemupukan tanaman padi harus dilakukan

secara berimbang. Pupuk Nitrogen yang diaplikasikan

harus diimbangi dengan aplikasi pupuk Kalium.

Penggunaan bakterisida secara bijaksana dan sesuai

dengan rekomendasi setempat.

Page 50: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

42

11. PANEN DAN PASCA PANEN

Panen dilakukan dengan menggunakan sabit

bergerigi atau sabit biasa yang tajam. Biasanya yang

melakukan panen tenaga kerja wanita dan hasil sabitan

diketakkan pada tunggul padi selama 1 hari agar gabah

kering oleh sinar matahari. Tenaga kerja laki-laki

mengumpulkan hasil panen ke tempat yang sudah

disiapkan untuk dirontok dengan power thresher atau

pedal thresher (tergantung alat perontok yang dimiliki

petani/kelompok tani). Hasil perontokan dimasukkan dalam

karung dan disimpan di rumah/gudang. Panen dapat juga

dilakukan dengan menggunakan mesin panen, dan kondisi

lahan saat panen harus kering.

Gambar 8. Panen padi rawa Inpara 2 di lahan rawa lebak pematang tanah mineral Desa Karang Anyar Kabupaten seluma

tahun2011/2012.

Page 51: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

43

Gambar 9. Panen padi Inpara 2 di lahan rawa lebak gambut dangkal Desa Panca Mukti Kec. Pondok Kelapa Kabupateng Bengkulu Tengah tahun 2014.

Page 52: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

44

PENUTUP

Lahan sub optimal baik lahan kering masam maupun

lahan rawa yang mempunyai potensi cukup besar tidak

akan memberikan mafaat bagi kehidupan umat manusia.

Buku yang kami buat ini dengan judul PEDOMAN TEKNIS

BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWA bersumber dari

beberapa bahan bacaan dan pengalaman penerapan

komponen teknologi budidaya padi rawa melalui kegiatan

Pengkajian dan diseminasi yang dilaksanakan BPTP

Bengkulu dari tahun 2008 sampai 2014. Buku ini

diharapkan dapat membantu memberikan pengertian dan

pemahaman kepada petugas lapang atau siapa saja yang

berusahatani di lahan rawa.

Potensi yang cukup besar harus segera di

manfaatkan secara optimal dengan penerapan inopasi

teknologi tepat guna sesuai dengan kareteristik

sumberdaya lahan dan sumber daya mnusianya untuk

kesejahteraan petani yang mencari penghidupan pada

ekosistem lahan rawa.

Page 53: PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DI LAHAN RAWAbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/2014/buku/padi... · biasanya herbisida non selektif seperti glifosat atau paraquat

45

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabri, Muhammad., Ladiyani Retno Widowati, Eviat. 2011.

Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Rawa

(Swampland Soil TesKit: Acid Sulpate Soils) Versi 0.1. Balai

Penelitian Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. 19

halaman.

Ahmad Suryana. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Padi Lahan Rawa Lebak. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian. 42 halaman.

Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan 2010.

Pedoman Produksi Benih Sumber Padi. Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. 30 halaman.

Eddy, dkk. 2011/2012. Laporan kegiatan diseminsi Visitor Plot

Teknologi Budidaya di Kabupaten Seluma dan Laporan

Pengkajian Lahan Sub Optimal di Kabupaten Bengkulu

Tengah tahun 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bengkulu.

BPS Provinsi Bengkulu, 2013. Provinsi Bengkulu Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis Budidaya Padi di Lahan Lebak.

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. 28 halaman.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2003.

Kerja sama BLITPA, BP2TP, BPTP SUMUT, BPTP JATIM, BTP

NTB, BPTP SULSEL, BPTP KALTIM, IRRI.