Upload
fadmi-nanda-putri-hardi
View
48
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuain yang perlu dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.“A campaign without evaluation is a waste of time and money”, demikian ungkap Ostergaard, seorang pakar kampanye Jerman. Kampanye adalah kegiatan yang melibatkan investasi besar, bukan hanya uang tapi juga sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, pikiran dan teknologi. Penyelenggara kampanye tidak ingin investasi yang ditanamkan sia-sia tanpa kejelasan tentang hasil yang dicapai. Untuk itu, tanpa keraguan apapun, evaluasi terhadap program kampanye mutlak perlu dilakukan.
Citation preview
Tugas Kelompok Dosen PengampuPropaganda & Kampanye Musfialdy S.Sos, M.Si,
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KAMPANYE
Kelompok VII
1. Afriani Ningtyas2. Fadmi Nanda3. Hafiz Fahmi4. Muhammad Ihsan5. Ika Piyasta6. Yeni Hartati
JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIMPEKANBARU
RIAU
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah kami selaku pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang berjudul:
Propaganda & Kampanye.
Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya dengan hati terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kemajuan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Teriring doa, semoga amalan yang diberikan mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT.
Amin. Akhirnya kami selaku penyusun makalah berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Akhirul kalam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................6
2.1 Sistem Ilmu..............................................................................................................6
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................14
BAB IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara
konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuain yang perlu
dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.
“A campaign without evaluation is a waste of time and money”, demikian ungkap
Ostergaard, seorang pakar kampanye Jerman. Kampanye adalah kegiatan yang melibatkan
investasi besar, bukan hanya uang tapi juga sumber daya lainnya seperti waktu, tenaga, pikiran
dan teknologi. Penyelenggara kampanye tidak ingin investasi yang ditanamkan sia-sia tanpa
kejelasan tentang hasil yang dicapai. Untuk itu, tanpa keraguan apapun, evaluasi terhadap
program kampanye mutlak perlu dilakukan.
Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye.
Sayangnya banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi.
Mereka beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir
pulalah program tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur
campaigner yakni orang yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian
tujuan kampanye. Sebaliknya pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi
terhadap program yang dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja realisasi unsur-unsur pokok kampanye?
2. Perlukah uji coba rencana kampanye?
3. Apa saja tindakan dan pemantauan kampanye?
4. Apa yang dimaksud dengan laporan kemajuan?
5. Apakah evaluasi kampanye itu?
4
6. Mengapa melakukan evaluasi kampanye?
7. Apa saja tingkatan evaluasi kampanye?
8. Bagaimana cara menyimpulkan evaluasi kampanye?
1.3 Tujuan Makalah
Agar kita dapat memahami bahwa cara merealisasi unsur-unsur pokok kampanye,
mengetahui seberapa perlu uji coba rencana kampanye, mengetahui tindakan dan pemantauan
kampanye, memahami pengertian dari laporan kemajuan, mengetahui pengertian evaluas
kampanye, mengetahui alasan melakukan evaluasi kampanye, memahami tingkatan evaluasi
kampanye, dan mengetahui cara menyimpulkan evaluasi kampanye.
5
BAB IIPEMBAHASAN
2.1. Realisasi Unsur-Unsur Pokok Kampanye
A. Perekrutan dan Pelatihan Personel Kampanye
Kegiatan kampanye merupakan kerja tim. Penetuan siapa saja yang akan terlibat
sebagai pelaksana kampanye (compaign organizer) merupakan langkah awal dalam
melaksakan kampenye. Orang-orang yang akan menjadi personal kampanye harus
diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan
bekerja sama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis. Dalam tahap
perseleksian ini harus ditegasakan pula apakah keterlibatan orang orang tresebut sebagai
sukarelawan atau staff profesional yang akan mendapatkan bayaran. Segera setelah
personal kampanye direkrut, mereka harus mengikuti pelatihan, baik yang bersifat teknis
atau non teknis, yang berkaitan dengan berbagai aspek dan proses yang akan dijalankan
selama kampanye berlangsung. Beberapa keterampilan yang perlu dikuasi diantaranya:
kemampuan wawancara, persuasi, mengoorganisasikan pertemuan publik, prensentasi,
menulis press release, naskah pidato, dan keterampilan menggunakan berbagai media
komunikasi umum seperti fotografi atau bahkan mesin fotocopy.
Penguasaaan keterampilan tersebut pada prinsipnya bergantung pada jenis tugas yang
dibebankan kepada setiap personal. Untuk staff kampanye yang bertugas melakukan
survei, keterampilan pokok yang harus dikuasi adalah wawancara. Mereka inilah yng nanti
akan terjun melakukan wawancara baik langsung atau telefon sebagai salah satu instrumen
evaluasi. Disamping keterampilan tersebut, personel setiap kampanye juga harus dapat
dipastikan memahami tema, objek, dan tujuan kampanye. Dengan begitu ketika mucul
bebrbagai pertanyaan kepada mereka seputar kampanye yang berlangsung kepada mereka,
maka jawaban yang keluar akan senada dan konsisten dengan desain kampanye
keseluruhan akhirnya, untuk memelihara motivasi dan kekompakan, perhatian dan
dorongan harus diberikan kepada mereka. Dengan demikian sinergi dan kohesivitas
(kelekatan) tim tetap terjaga.
6
B. Menginstruksi Pesan
Pada tahap awal konstruksi pesan dapat berpedoman pada teori atau asumsi yang
diyakini pelaksana kampanye, yang sesuai dengan kharakteristik khalayak sasaran. Pesan
kampanye memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal, dan visual.
Namun apa pun dimensinya, secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan
pada pertimbangan kesederhanaan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi
khalayak, kejelasan (clarity), keringkasan (conciesness), kebaruan (novelty), konsistensi,
kesopanan (courtessy), dan kesesuaian objek kampanye. Kesederhanaan dapat membuat
pesan menjadi mudah dipahami sekaligus diingat (memorability). Dalam mengontruksi
pesan pelaku kampanye juga harus memperhatikan bagaimana pesan tersebut
diorganisasikan karena pengorganisasian pesan akan mempengaruhi bagaimana khalayak
merespons pesan kampanye.
C. Menyeleksi Penyampaian Pesan Kampanye
Pelaksanaan kampanye juga menghendaki pelaksanaan kampanye berhadapan dengan
pemilihan individu yang secara spesifik bertindak sebagai pelaku (campaign actor) yang
menyampaikan pesan kampanye. Keputusan untuk menentukan siapa pelaku atau
peyampaian pesan kampanye ini menjadi sangat penting karena merekalah aktor yang akan
berhadapan langsung dengan publik. Namun untuk beberapa pertimbangan tidak jarang
orang kebanyakan juga dijadikan sebagai penyampaian pesan kampanye. Untuk kampanye
yang menggunakan saluran antarpribadi, tidak jarang para pemuka pendapat dalam
lingkungan khalayak sasaran dijadikan sebagai penyampai pesan.
Pada umumnya faktor pokok yang harus diperhatikan dalam menyeleksi pelaku
kampanye adalah kesesuaian tokoh tersebut yang bersangkutan di mata publik. Dalam hal
kampanye perubahan sosial yang mempunyai objek kampanye ‘penyelamatan terumbu
karang’ maka nelayan merupakan penyampai pesan yang cocok ketimbang pejabat
kementrian lingkungan hidup.
7
D. Menyeleksi Saluran Kampanye
Menyeleksi media mana yang akan digunakan sebagai saluran kampanye harus
dilakukan dengan penuh pertimbangan. Beberapa faktor pokok yang perlu dipertimbangan
dalam pemilihan media kampanye diantaranya: jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya
khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye. Di samping itu faktor lain yang
juga perlu mendapat perhatian adalah karakteristik khalayak, baik secara demografis,
psikografis, maupun geografis.
2.2. Uji Coba Rencana Kampanye
Para ahli kampanye sepakat bahwa rencana kampanye, khususnya desain pesan, haruslah
diuji coba terlebih dahulu untuk menentukan apakah rencana ini akan memberikan hasil yang
diharapkan atau tidak. Jika hasilnya positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan ketahapan
tindakan. Uji coba terhadap suatu rancangan dilakukan untuk menyusun strategi (pesan media,
dan penyampai pesan) yang paling sesuai dengan situasai dan kodisi yang dihadapi. Lewat uji
coba rencana kampanye kita juga akan memperoleh gambaran tentang respon awal sebagian
khalayak sasaran terhaap pesan pesan kampanye. Respons digunakan sebagai pebanding ketika
melakukan evaluasi proses dan akhir kampanye. Hal ini dapat dimengerti mengingat pesan
adalah kunci untuk membangun kesamaan persepsi antara pelaksana dan khalayak sasaran
kampanye.
2.3. Tindakan dan Pemantauan Kampanye
Dalam prakteknya akan banyak kendala yang dihadapi untk membuat tindakan kampanye
tetap pada jalur yang benar. Untuk itu harus dipahami bahwa tindakan kampanye bukanlah
tindakan yang kaku dan parsial, tetapi bersifat adaptif, antisipasif, integratif, dan berorientasi
pada pemecahan masalah.
A. Adaptif
Tindakan kampanye bersifat adaftif artiya ia terbuka terhadap masukan masukan baru
atau bukti bukti baru yang ditemukan dilapangan. Aspek adaptif juga menujukkan bahwa
kampanye adalah kegiatan yang dinamis dan flesibel yang selalu disesuaikan dengan
perkembangan baru berdasarkan temuan temuan dilapangan
8
B. Antisipasif
Tindakan kampanye bersifat antisipasif maksudnya kegiatan kampanye harus
memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul dilapangan saat kampanye
dilakukan. Dengan bersikap antisipasif pelaku kamapanye telah mempersiapkan berbagai
alternatif pemecahan terhadap masalah masalah yang mungkin timbul. mengantisipasi
kemungkinan yang akan timbul dalam kampanye memang bukan pekerjaan yang mudah,
tapi dengan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, gambaran tentang berbagai hal yang
sebelumnya tidak terfikiran akan muncul ketika pelaksaana kampanye menerima dan
membaca berbagai masukan yang secara sistematis termuat dalam kemajuan kampanye.
C. Orientasi Pemecahan Masalah
Tindakan kampanye bersifat bersifat problem solving oriented artinya segala bentuk
tindakan dalam proses kampanye diarahan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dengan demikian ada semacam kesadaran bahwa dalam kegiatan kampanye segala wujud
pikkiran dan energi kolektif harus dicurahkan untuk memecahkan masala yang diduga
akan timbul pada setiap langkah realisasi rencana kampanye.
D. Integratif dan Koordinatif
Kegiatan kampanye bukanlah tindakan one man show melainkan kegiatan yang
didasarkan pada kerja tim. Keberhasilan kampaanye ditentukan oleh bagaimana
pelaksana kampanye bertindak secara integratif dan koordinatif. Koordinasi ini tidak
hanya dilakukan dengan sesama pelaksana kamapanye melainkan juga dengan berbagai
pihak terkait yang akan turut mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pencapaian
tujuan kampanye.
Sistem koordinasi yang dibuat hendaknya membuka interaksi langsung anatara
manajer kampanye dengan seluruh tim pelaksana. Kegiatan pemantau jjuga meliputi
tanggung jawab untuk menjalankan rencana darurat atau untuk mengubah rencana
sebagai jawaban atas perkembangan yang terjadi , menangani keedaan darurat, krisis atau
kegagalan rencan adalah wewenang manajer kampanye.
Hal hal yang sangat berhubungan erat dengan tanggung jawab untuk rencana darurat
adalah fungsi dari ‘troubleshooter’ atau pemecah masalah. Truobleshooter adalah orang
yang kostan memantau kemanjuan kampanye dan memecah masalah yang muncul. Orang
9
yang dirancang berfungsi troubleshooter harus mempunyai otoritas untuk membuat
perubahan baik yang kecil maupun yang besar dalam suatu rencana kampanye.
Trobleshooter harus mampu untuk mengidentifikasi masalah dan mencoba untuk mencari
solusi ketika orang lain tidak dapat mengenali adanya masalah tersebut.
2.4. Laporan Kemajuan
Unsur terakhir dari proses pelaksaanaan kampanye adalah penjadwalan laporan kemajuan
atau progress report. Dalam laporan kemajuan umunya dimuat berbagai data dan fakta tentang
berbagai hal yang telah dilakukan selama masa kampanye. Data yang disajikan umumnya
bukan hanya berkaitan realisasi rencana kampanye tapi juga mencangkup berbgai temuan
lapangan menyediakan semacam evaluasi kecil yang bersifat rutin terhadap berbagai proses
kampanye yang sedang berjalan.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan laporan kemajuan. Manajer dan
pelaksanaan kampanye dapat mengunakan laporan kemajuan untuk memodifikasi rencana
kampanye agar tetap efektif dalam pencapaian tujuan program. Laporan kemajuan juga tidak
jarang dapat memberikan jawaban terhadap berbagai hal yang tidak dapat dijelaskan dalam
tahap perencanaan. Lebih dari itu laporan kemajuan biasanya juga menyediakan informasi yang
berguna untuk penjabaran dan pengembangan strategi kampanye lebih jauh. Karena fungsinya
yang sangat penting maka setiap personel kampanye harus memiliki komitmen untuk
melaporkan berbagai aktivitas yang menjadi bidang tugasnya kepada manajer kampanye dapat
dianalisis dan diintegrasi menjadi laporan kemajuan yang sistematis dan meyeluruh.
2.5. Pengertian Evaluasi Kampanye
Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dari defenisi tersebut
dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat
kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye tersebut masih berlangsung. Definisi
tersebut juga menunjukkan adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan
evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai
konsekuensi pelaksanaan program tersebut.
10
2.6. Alasan Melakukan Evaluasi Kampanye
Meski evaluasi adalah sesuatu yang penting dan bermanfaat, namun menurut Pfau dan
Parrot (1993), sebagian besar penyelenggara kampanye ternyata tidak melakukannya.
Alasannya bermacam-macam, mulai dari penghematan biaya hingga ketakutan akan hasil
evaluasi yang negatif yang dianggap dapat merusak reputasi pelaksana kampanye.
Di samping alasan di atas, Gregory (2000) pakar kampanye Inggris, mengemukakan
lima alasan penting lainnya mengapa evaluasi perlu dilaksanakan. Pertama, evaluasi dapat
memfokuskan usaha yang dilakukan. Jika Anda tahu bahwa Anda akan dinilai berdasarkan
kriteria tertentu maka Anda akan lebih memfokuskan usaha Anda pada hal-hal yang menjadi
prioritas pencapaian tujuan. Kedua, evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kamanye
dalam merancang dan mengimplementasikan programnya. Ketiga, adalah memastikan efisiensi
biaya. Kampanye selalu melibatkan biaya yang besar, dan penyelenggara kampanye tidak ingin
dana dan berbagai sumber daya lain terbuang sia-sia. Keempat, evaluasi membantu pelaksana
untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah. Di sini berbagai hal yang tidak
relevan akan dengan cepat diidentifikasi dan langsung disingkirkan. Terakhir, evaluasi
membantu akuntabilitas (pertanggungjawaban) pelaksana kampanye.
2.7. Tingkatan Evaluasi Kampanye
Terkait dengan pertanyaan apa dan pada tingkatan apa evaluasi harus dilakukan,
Ostergaard (2002) mengatakan hal itu bergantung pada tujuan evaluasi itu sendiri. Bila
penyelenggara kampanye hanya ingin mengetahui keefektivan media yang digunakan dalam
menjangkau khalayak sasaran maka ia bertanya pada tingkatan kampanye (campaign level).
Bila yang ditanyakan menyangkut keefektivan media dalam mengatasi atau mengurangi
masalah yang dihadapi maka itu berada pada tingkatan masalah (problem level).
Secara umum, lanjut Ostergaard, evaluasi kampanye dapat dikategorisasi dalam empat
level atau tingkatan sebagai berikut; tingkatan kampanye (campaign level), tingkatan sikap
(attitude level), tingkatan perilaku (behavior level), dan tingkatan masalah (problem level).
A. Tingkatan Kampanye (Campaign Level)
Pada campaign level kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan
kampanye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi
11
level ini adalah apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran
yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini banyak metode kuantitatif yang dapat digunakan. Salah
satu yang paling populer di kalangan pelaksana kampanye adalah metode survei.
Dalam melakukan riset survei pelaksana kampanye harus mengajukan pertanyaan
yang sama seelum dan sesudah kampanye. Hal ini untuk memastikan apakah terjad
perubahan atau tidak pada khalayak sasaran. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan
tersebut, caranya sederhana saja, cukup kurangkan skor sesudah kampanye kepada
sebelum kampanye maka selisihnya menunjukkan kadar (persentase perubahan yang
terjadi).
Melalui cara tersebut akan diketahui apakah suatu program kampanye yang dilakukan
mencapai khalayak sasarannya atau tidak. Dengan melakukan survei pada kelompok
sasaran yang dituju, akan diketahui apakah pesan tersebut sampai kepada mereka atau
tidak. Bisa jadi pesan salah sasaran dan hanya sekitar 15-20% dari kelompok yang
terterpa pesan. Masalah pokok yang dihadapi dalam mengukur terpaan media (media
exposure) adalah keragaman media yang digunakan. Disini pesan-pesan kampanye
muncul dan menerpa khalayak sasaran melalui berbagai media. Kesulitannya adalah
ketika ditanyakan kepada khalayak, darimana merekamemperoleh informasi tentang
kampanye, mereka seringkali tidak dapat menjawab dengan akurat. Jawaban mereka
tidak jarang merujuk pada kebiasaan mereka dalam mengonsumsi media (media habit).
B. Tingkatan Sikap (Attitude Level)
Pada tingkatan sikap, evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei
atau uji sederhana (Simple Task). Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek
yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap, yakni aspek kognitif (pengetahuan,
kesadaran, kepercayaan), afektif (kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan), konatif
(komitmen untuk bertindak), dan aspek keterampilan atau skill. Sama halnya dengan
evaluasi pada tingkatan kampanye, pada level evaluasi ini pelaksana kampanye juga
mengonstruksi pertanyaan yang sama sebelum dan sesudah kampanye. Untuk mengetahui
perbedaannya kita juga tinggal mengurangi skor sesudah kampanye dengan sebelum
kampanye. Sementara untuk sampel yang dievaluasi bisa orang-orang yang sama atau
orang lain yang memiliki karakteristik yang sama (sesuai segmentasi khalayak sasaran).
12
C. Tingkatan Perilaku
Para ahli kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai level yang paling penting
dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluas ini sering diabaikan atau
dilakukan sekedarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality).
D. Tingkatan Masalah
Level evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkatan ini evaluasi
dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama.
Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan
harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Misalnya dengan diberlakukannya
kewajiban memakai sabuk keselamatan oleh POLRI. Diharapkan semua pengendara
menggunakan sabuk tersebut, dan konsekuensi angka kematian akibat kecelakaan lalu
lintas menurun tajam. Namun kenyataannya tingkan pemakaian sabuk pengaman masih
rendah, misalnya hanya 10% dari total kendaraan di jalan raya dan angka kematian akibat
kecelakaan tidak berubah. Ini berarti ada masalah karena ada kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Kriteria keberhasilan dalam problem level diukur dengan
membandingkan antara data sebelumnya dan sesudah kampanye. Bila data menunjukkan
berkurangnya kesenjangan maka kampanye menunjukkan indikasi keberhasilan. Bila
kesenjangan tidak berubah, berarti kampanye yang dilakukan mungkin tidak efektif untuk
evaluasi pada tingkatan problem.
2.8. Menyimpulkan Evaluasi Kampanye
Ketika proses evaluasi telah dilakukan pada salah satu atau seluruh level kampanye, maka
langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan kampanye harus dilakukan
dengan hati-hati dan cermat. Pada tahap ini kita tidak boleh secara gegabah dan tergesa-gesa
menyimpulkan bahwa kampanye yang dilakasanakan sukses mencapai tujuan. Pernyataan yang
besifat memastikan sepertin ini (deterministic) umumnya dihindari oleh para evaluator
kampanye. Apa yang bisa dilakukan adalah membuat kesimpulan yang bersifat propabilistik.
Jadi cukup tegaskan saja bahwa “media yang digunakan kemungkinan besar sudah sesuai”,
penetapan khalayak sasaran hanmpir dapat dipastikan sudah tepat atau secara keseluruhan
kampanye yang dilakukan cenderung menghasilkan efek yang positif.
13
Para peneliti kampanye telah mengidentifikasi beberapa situasi umum yang seringkali
terjadi pada tahapan evaluasi. Pertama adalah keadaaan dimana evaluasi terhadap efek yang
diharapkan terbukti, tercapai, kecuali pada tingkatan masalah. Khalayak memberi perhatian
pada pesan kampanye, sebagian dari mereka berubah sikap atau keterampilannya, dan sebagian
lagi mengalami perubahan perilaku. Tetapi masalah tampaknya tidak berkurang. Dalam situasi
ini, yang dapat disimpulkan bahwa teori yang digunakan salah. Ternyata perubahan perilaku
tidak mengurangi masalah yang dihadapi. Melakukan evaluasi kampannye memang tidak
mudah apalagi murah. Setidaknya 10-15% anggaran kampanye harus disisihkan untuk
melakukan evaluasi program secara profesional. Tetapi jumlah tersebut sebenarnya tidak
berarti apa-apa bila dibandiingkan dengan kemungkinan gagalnya kampanye, yang berarti pula
menyia-nyiakan seluruh anggaran yang telah dikeluarkan. Jadi, evaluasi kampanye secara
profesional tidak perlu dilakukan apapun hasil yang akan didapatkan. Bila kita menemukan
kampanye yang dilakukan cenderung efektif maka kita semakin yakin dengan ketepatan
strategi kampanye yang dipilih. Sebaliknya bila haril evaluasi menunjukkan kecenderungan
tidak efektif maka kita mendapatkan pelajaran berharga dari temuan-temuan tersebut. Tanpa
evaluasi kita akan terus-menerus mengulangi kesalahan yang sama karena tidak pernah tahu
dengan kesalahan-kesalahan sebelumnya.
14
BAB IIIKESIMPULAN
Pelaksanaan kampanye adalah penerapan dari konstruksi rancangan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Karena sifatnya yang demikian maka proses pelaksaan harus secara
konsisten berpedoman kepada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuaian yang perlu
dilakukan sesuai dengan kenyataan lapangan yang dihadapi.
Evaluasi adalah komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye. Sayangnya
banyak pelaku kampanye yang lupa atau tidak peduli dengan pelaksanaan evaluasi. Mereka
beranggapan bahwa begitu kegiatan kampanye selesai dilaksanakan, maka berakhir pulalah program
tersebut. Para ahli komunikasi menyebut orang seperti ini sebagai amateur campaigner yakni orang
yang tidak memiliki komitmen total dalam menyukseskan pencapaian tujuan kampanye. Sebaliknya
pelaku kampanye yang secara berkelanjutan melakukan evaluasi terhadap program yang
dilaksanakan disebut sebagai professional campaigner.
15
DAFTAR PUSTAKA
Venus, Antar. 2012. Manajemen Kampanye. Bandung:.Simbiosa Rekatama Media.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Steinberg, Arnold. 1987. Kampanye Politik Dalam Praktek. Jakarta: PT. Intermasa.
16