73
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DALAM HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT DALAM PROSES PERADILAN Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Endang Pujiastuti NIM. E. 0004153 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

  • Upload
    vudang

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

DALAM HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT

DALAM PROSES PERADILAN

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

Endang Pujiastuti

NIM. E. 0004153

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

Page 2: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

DALAM HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT DALAM PROSES PERADILAN

Disusun Oleh : ENDANG PUJIASTUTI

NIM : E. 0004153

Disetujui untuk dipertahankan Dosen Pembimbing

Bambang Santoso, S.H., M.Hum. NIP.131863797

Page 3: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

DALAM HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT DALAM PROSES PERADILAN

Disusun Oleh :

ENDANG PUJIASTUTI NIM : E. 0004153

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : …………………. Tanggal : ………………….

TIM PENGUJI 1. : ……………………………………. Ketua 2. : ……………………………………. Sekretaris 3. : ……………………………………. Anggota

MENGETAHUI Dekan,

Moh. Jamin, S.H.M.Hum NIP. 131 570 154

Page 4: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

iv

MOTTO

v Tiada yang dapat kita lakukan melainkan atas usaha yang sungguh-sungguh

disertai do’a dan bertawakal kepadaNya.

v Jujur tidak akan membuat diri kita hancur, melainkan akan membawa kita

menjadi orang mujur, oleh karena do’a-do’a kita yang manjur.

v Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan. Jadilah seperti yang kamu

inginkan karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan.

(Endang Pujiastuti)

Page 5: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulisan Hukum Ini Kupersembahan Kepada :

1. Yang Maha Kuasa, sumber dan pangkal segala pengetahuan.

2. Keluargaku

- Bapak dan Ibu yang telah memberi motivasi dan semangat juang karena

merekalah penulisan hukum ini tercipta.

- Adietku, yang tak pernah lelah dan tak pernah mengeluh mengorbankan

waktunya untukku.

- Adikku – Yunita, yang selalu memberi keceriaan.

- Tanteku – Terry dan Erny yang tak pernah mengeluh untuk membantuku

dan keluargaku.

3. Teman-temanku

- Evani, yang telah memberi banyak bantuan dan tak pernah lelah

mendorongku untuk segera menyelesaikan penulisan hukum ini.

- Erika, yang selalu memberikan waktunya untuk tempatku mengadu dan

mengeluh.

- Astrie, yang banyak membantuku dalam kesulitan.

- Teman-temanku semua angkatan 2004 yang selalu memberi warna dalam

hidupku.

4. Almamaterku – Fakultas Hukum UNS, yang telah memberi bekal ilmu

pengetahuan untuk mengarungi kehidupan ini.

Page 6: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang senantiasa memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita

semua makhluk-makhluk ciptaanNya.

Merupakan kebahagiaan tak tertikar bagi penulis, oleh karena akhirnya

dapat menyelesaikan penulisan hukum ini yang berjalan kurang lebih satu

semester ini. Penyelesaian penulisan hukum ini memakan waktu cukup lama oleh

karena beberapa hal, yaitu kesibukan penulis yang juga harus membagi waktu

untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah lainnya serta faktor internal penulisan

hukum ini.

Penulisan hukum ini merupakan hal baru, atau setidaknya merupakan

salah satu tema yang belum pernah diangkat sebelumnya oleh mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta serta karena permasalahan contempt

of court sedang hangat dan marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Satu sisi

merupakan kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri, di sisi lainnya banyak

kendala yang dihadapi penulis, yaitu referensi yang berkaitan dengan judul ini

sangat sedikit dan susah untuk dicari keberadaannya. Namun penulis tidak

berputus asa karena terdorong oleh motivasi yang cukup kuat, yaitu idealisme

penulis untuk menghasilkan karya ilmiah yang dapat menambah literatur ilmiah

dan menjadi landasan teoritis untuk dikaji melalui karya ilmiah selanjutnya.

Terdapat beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

membantu penulis menyelesaikan penulisan hukum ini. Oleh karena itu penulis

merasa berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai

berikut :

1. Bapak Moh Yamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang

telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Page 7: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

vii

2. Bapak Edi Herdiyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini., khususnya dalam penunjukan

Dosen Pembimbing Skripsi.

3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum selaku pembimbing penulisan skripsi

yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

4. Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum dan anggota PPH

Bapak Teguh Santoso, SH.MH. yang banyak membantu penulis dalam

konsultasi judul skripsi.

5. Bapak Moch. Najib I, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama proses perkuliahan di Fakultas Hukum UNS.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini.

Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat kepada kita semua, terutama untuk penulisan, akademisi, praktisi serta

masyarakat umum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2008

Penulis

ENDANG PUJIASTUTI

Page 8: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

MOTTO ........................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

ABSTRAK....................................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

E. Metode Penelitian ................................................................ 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10

A. Kerangka Teoritis.................................................................. 10

1. Tinjauan Umum Tentang Peradilan dan Proses

Mengadili ........................................................................ 11

2. Tinjauan Tentang Kekuasaan Kehakiman dan

Perlindungan Hukum Terhadap Martabat Hakim .......... 16

3. Tinjauan Umum Tentang Contempt of Court ................. 25

B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 31

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 35

A. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Martabat

Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Dalam Hal Terjadi

Contempt of Court Dalam Proses Peradilan ........................ 35

B. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Pengadilan Negeri

Surakarta Dalam Menerapkan Pasal-Pasal Contempt of

Court Dalam Proses Peradilan .............................................. 55

Page 9: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

ix

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 58

A. Kesimpulan ........................................................................... 58

B. Saran ..................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

x

ABSTRAK

ENDANG PUJIASTUTI, E.0004153, PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DALAM HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT DALAM PROSES PERADILAN, Penulisan Hukum, 2008, 60 halaman.

Penulisan hukum ini bertolak dari perumusan masalah bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim di Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam menindak aksi contempt of court.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : jenis penelitian empiris-kualitatif, jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sumber data berasal dari pihak yang berhubungan dengan permasalahan ini yaitu Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dan dokumen-dokumen kepustakaan, yaitu KUHP, KUHAP, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Keputusan Mahkamah Agung Nomor KMA / 104 A / SK / XII / 2006 tentang Perilaku Hakim, KepMenKeh No. 01/M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dan studi kepustakaan, serta teknik analisis data analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan bahwa Hakim Pengadilan Negeri Surakarta jarang yang mengalami aksi Contempt of Court. Selalu menjaga wibawa, profesional, adil dan tegas dalam memimpin sidang dan memiliki pengetahuan hukum yang luas merupakan cara hakim Pengadilan Negeri Surakarta agar terhindar dari aksi Contempt of Court. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap martabat Hakim sebagaimana dapat kita lihat dalam materi yang dimuat. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal mencegah ataupun menangani aksi contempt of court antara lain : kurangnya kerjasama antar aparat penegak hukum sendiri, keputus asaan hakim karena jarangnya sebuah aksi contempt of court yang telah membahayakan dirinya ketika dilaporkan tidak ada tindak lanjutnya, ancaman pihak-pihak tertentu yang menyangkut keselamatan diri Hakim, pelaku aksi contempt of court yang biasanya bergerombol tidak sebanding dengan jumlah aparat yang menjaga keamanan sidang.

Agar tidak lagi terjadi aksi contempt of court atau setidaknya mengurangi jumlah aksi contempt of court yang semakin marak terjadi maka penulis memberi saran-saran : hendaknya para hakim lebih tegas untuk menindak aksi tersebut agar lembaga peradilan Indonesia tetap dihormati, perlunya pengawalan ketat terhadap proses persidangan dalam kasus yang menarik perhatian masyarakat.

Page 11: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, ditegaskan dalam pasal 1 ayat (3)

bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum. Hal ini berarti bahwa negara

Republik Indonesia ialah negara hukum yang demokratis berdasar Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya (Kansil, 1993 : 175). Konsep rechsstaat ini bertumpu

pada aspek legalitas dalam kerangka adanya aturan perundang-undangan yang

tertulis dan berintikan kepastian. Ia lahir dari suatu perjuangan yang

menentang absolutisme, sehingga dapat dikatakan sangat revolusioner.

Saat ini, Indonesia telah memasuki era baru pemerintahanya. Era yang

dimaksud adalah Reformasi. Reformasi secara umum berarti perubahan

terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Di Indonesia reformasi

umumnya merujuk pada gerakan mahasiswa tahun 1998 yang menjatuhkan

kekuasaan Presiden Soeharto atau era setelah orde baru. Indonesia yang

sedang dilanda semangat reformasi yang dikumandangkan masyarakat luas,

hasilnya sedikit banyak membawa pengaruh dalam segala bidang, baik politik,

ekonomi, budaya, pertahanan keamanan, termasuk juga dalam bidang hukum.

Hal ini tercermin melalui dibentuknya Undang-undang di bidang kekuasaan

kehakiman agar sesuai dengan semangat reformasi yaitu dengan mengganti

UU No. 14 Tahun 1970 jo UU No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Terbentuknya Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah membawa angin

segar terhadap perubahan pada sistem peradilan di Indonesia.

1

Page 12: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xii

Reformasi hukum yang menjadi dambaan masyarakat ditujukan pada

tegaknya kewibawaan hukum, yang mana kewibawaan hukum tersebut

meliputi adanya legalitas Undang-Undang, diterapkannya Undang-Undang

tersebut, serta peningkatan sumber daya manusia aparat penegak hukum.

Kewibawaan hukum itu ada jika kepercayaan masyarakat terhadap aparat dan

lembaga penegak hukum itu ada.

Menurut Fitri Ayuningsih (2007:2), dalam membicarakan

pembangunan hukum, termasuk di dalamnya adalah penegakan hukum dalam

sistem peradilan pidana (Integrated Criminal Justice System). Untuk itu perlu

semakin dimantapkan peran dan kedudukan penegakan hukum supaya

terwujud peningkatan kemampuan dan kewibawaannya. Penegakan hukum

merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan, dan

ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan pencegahan maupun

usaha pemberantasan atau penindakan setelah terjadinya pelanggaran hukum.

Peningkatan kemampuan penegak hukum ini penting karena kebanyakan para

penegak hukum Indonesia sudah dibiasakan dididik sebagai calon penerap

hukum bukan sebagai calon ahli hukum yang dapat memperbaharui hukum.

Seringkali dijumpai berbagai produk hukum seperti undang-undang yang

gagal dalam menjerat pelaku kejahatan karena sifatnya yang memiliki celah

dan ini merupakan tantangan bagi penegak hukum untuk terus meningkatkan

moral dan kredibilitasnya, mengabdi pada hukum sehingga keadilan dapat

terwujud.

Akhir-akhir ini sering terlihat baik secara langsung ataupun melalui

media, suasana ruang sidang yang rusuh tanpa aturan. Para pengunjung sidang

terlihat berteriak-teriak, memakai topeng atau bahkan melempar kursi ke arah

majelis hakim. Tak jarang pula terjadi perselisihan antara penasehat hukum

dengan ketua majelis hakim yang diakhiri pengusiran penasehat hukum

tersebut dari ruang persidangan. Salah satu contoh yang mewakili tindakan

anarkhis tersebut adalah kasus persidangan seorang aktris bernama Lidya

Page 13: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xiii

Pratiwi, dimana saat ia menjalani proses sidang sebagai terdakwa kasus

pembunuhan Naek Gonggong Hutagalung, ia terkena pukulan keras dari salah

satu pengunjung sidang sampai ia pingsan, sesaat setelah hakim mengetuk

palu menandai usai persidangan.

Seringnya terlihat gejala, baik secara individu maupun bersama-sama

yang kurang menghargai jalannya persidangan adalah contoh akibat dari

hilangnya kepercayaan terhadap aparat dan lembaga penegak hukum di

Indonesia sekarang ini. Fenomena aksi massa baik yang menyerang hakim

langsung atau mengeluarkan kata-kata kasar di ruang sidang terjadi hampir di

seluruh wilayah Negara Indonesia. Sidang-sidang peradilanpun semakin

rawan dari aksi brutal. Hal ini tidak lepas dari masalah integritas penegak

hukum. Jika hakim tidak mempunyai integritas yang baik, maka ia tidak akan

dihormati.

Terjadinya pelecehan terhadap institusi peradilan dan orang-orang

yang menggerakkannya tidak serta merta kesalahan lembaga peradilan semata.

Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum juga ikut berperan dalam

terjadinya kerusuhan tersebut. Banyak warga belum memahami mekanisme

beracara karena informasi yang tersedia di pengadilanpun minim.

Berbagai situasi yang digambarkan di atas kerap terjadi dalam proses

persidangan di Indonesia. Tindakan-tindakan pelecehan terhadap peradilan ini

sebenarnya bukanlah hal yang baru. Berbagai tindakan tersebut makin sering

terjadi semenjak bergulirnya era reformasi yang lebih bebas. Tindakan dan

situasi yang terjadi di persidangan seperti yang disebutkan di atas dikatakan

sebagai tindakan contempt of court. Istilah contempt of court sebenarnya

berasal atau lahir dari sistem hukum common law pada beberapa abad yang

lampau. Masalah contempt of court menjadi aktual dibicarakan dan dibahas di

Indonesia menyusul terjadinya peristiwa yang dianggap sebagai suatu

penghinaan terhadap martabat pengadilan oleh advokat Adnan Buyung

Nasution bulan Januari 1986 (Hamzah Andi dan Bambang Waluyo, 1989 : 9).

Page 14: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xiv

Kewibawaan seorang hakim sangat diperlukan pada saat ia

mendapatkan perlakuan tidak pantas dari pengunjung sidang. Hakim bisa

bertindak menggunakan pasal-pasal contempt of court yang ada dalam KUHP

dan KUHAP. Dengan demikian, di Indonesia, perlindungan terhadap

peradilan, baik secara preventif (pencegahan) maupun represif (penghukuman)

sebenarnya telah ada. Walaupun telah ada pengaturan terhadap setiap usaha

untuk mencemarkan pengadilan baik berupa gangguan, hambatan, tantangan

maupun ancaman, berupa KUHP dan KUHAP, namun kenyataannya hakim

hampir tidak pernah menggunakan ketentuan tersebut ketika terjadi pelecehan

terhadap dirinya maupun terhadap institusi peradilan.

Bertilik tolak dari latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin

mengkaji lebih lanjut dalam perspektif yuridis mengenai pasal-pasal contempt

of court oleh hakim, dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul :

“PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

MARTABAT HAKIM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DALAM

HAL TERJADI CONTEMPT OF COURT DALAM PROSES

PERADILAN”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan pada masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim

Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam

proses peradilan ?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh hakim Pengadilan Negeri Surakarta

dalam menerapkan pasal-pasal contempt of court dalam proses peradilan?

Page 15: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xv

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Selain itu penelitian bertujuan untuk dapat mengetahui Metode dan Kombinasi Metode Penelitian manakah yang paling baik dan mengetahui dan dapat digunakan dalam masing-masing macam penelitian. (Sunarjati Hartono, 1994 : 11). Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui jenis tindakan contempt of court yang pernah

dialami oleh hakim Pengadlan Negeri Surakarta dan untuk mengetahui

pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim Pengadilan

Negeri Surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses

peradilan.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para hakim

Pengadilan Negeri Surakarta berkenaan dengan penerapan pasal-pasal

contemp of court dalam proses peradilan.

2. Tujuan Subyektif

a. Guna memperdalam pengetahuan penulis mengenai hukum acara

pidana, terkhusus dalam hal tindakan contempt of court yang akhir-

akhir ini sering terjadi di Indonesia.

b. Guna meningkatkan dan mendalami berbagai teori yang telah penulis

peroleh selama berada di bangku kuliah.

c. Sebagai salah satu syarat dalam menunjang kelulusan penulis pada

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan dunia

penegakan hukum pada umumnya, serta terkhusus dalam Ilmu Hukum

Acara Pidana, yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap tindakan

contempt of court, serta menambah kepustakaan dan bahan-bahan

Page 16: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xvi

informasi ilmiah, mengingat seringnya terjadi aksi-aksi contemp of court

di Indonesia akhir-akhir ini.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk lebih mengembangkan daya pikir dan analisis yang akan

membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengukur sejauh mana

kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan

masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait

dengan masalah yang diteliti.

c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan

perlindungan hukum terhadap martabat hakim dari tindakan contempt

of court dan hambatan pelaksanaan pasal-pasal contempt of court oleh

Hakim Pengadilan Negeri Surakarta.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian yang

dilakukan ini termasuk dalam jenis penelitian empiris. Sedangkan ditinjau

dari metodenya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar serta informasi verbal

atau normatif verbal atau normatif dan bukan bentuk angka-angka

(Soerjono Soekanto, 1986 : 10).

2. Sifat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini dipilih penelitian yang bersifat

deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberi data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya (Soerjono

Soekanto, 1986 : 10). Dalam penelitian ini penulis ingin menemukan dan

memahami gejala-gejala yang diteliti dengan cara penggambaran yang

Page 17: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xvii

seteliti-telitinya untuk mendekati obyek penelitian maupun permasalahan

yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu mengenai pelaksanaan

perlindungan hukum terhadap martabat hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian diadakan di Pengadilan Negeri Surakarta.

4. Jenis Data

a) Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Dalam

penelitian ini data diperoleh langsung dari Pengadilan Negeri

Surakarta.

b) Data Sekunder

Adalah data pendukung data primer yaitu diperoleh dari buku,

dokumen, laporan, peraturan perundang-undangan, internet dan lain-

lain.

5. Sumber Data

a) Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang langsung diperoleh dari pihak yang

berhubungan dengan permasalahan termasuk dalam hal ini yang

menjadi sumber data primer adalah Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta.

b) Sumber Data Sekunder

(1) Bahan hukum primer, yaitu norma atau kaidah dasar, Peraturan

Perundang-Undangan seperti KUHP, KUHAP, Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Keputusan

Mahkamah Agung Nomor : KMA/104 A/SK/XII/2006 tentang

Pedoman Perilaku Hakim, dan sebagainya.

Page 18: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xviii

(2) Bahan hukum sekunder, yaitu rancangan Undang-Undang, hasil

karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian yang terkait

dengan pokok bahasan yang peneliti kaji.

(3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yaitu

kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia dan sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara / Interview

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab

secara langsung dengan responden yang berhubungan dengan objek

penelitian. Wawancara yang penulis lakukan di Pengadilan Negeri

Surakarta adalah dengan hakim Pengadilan Negeri Surakarta.

b) Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mempelajari bahan-bahan tertulis berupa buku-buku, dokumen-

dokumen resmi, peraturan perundang-undangan serta sumber tertulis

lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif. Adapun model analisis data yang penulis pergunakan

adalah interaktive model of analysis, atau model analisis interaktif yaitu :

proses analisis dengan menggunakan tiga komponen yang terdiri dari

reduksi data, sajian data dan kemudian penarikan kesimpulan (verifikasi)

yang diaktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data

sebagai proses siklus antara tahap-tahap tersebut. (HB. Soetopo, 1998 :

40).

Page 19: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xix

Gambar 1. Skema Interaktive Model of Analysis

Keterangan :

Dari bagian di atas dapat dilihat bahwa proses analisis model interaktif bersifat

berputar (proses siklus) dan saling melengkapi (interaktif). Reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin

pada saat dan sesudah pengolahan data. Dengan cara ini kesimpulan yang

didapat sebagai hasil akhir benar-benar merupakan hasil kesimpulan yang

dapat dipertanggung jawabkan.

8. Sistematika Penulisan Hukum

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Halaman Motto dan Persembahan

Abstrak

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

Pengumpulan Data

Penyajian Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan /

Verifikasi

Page 20: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xx

Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat

penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai dua hal, yaitu yang

pertama adalah kerangka teori yang meliputi tinjauan umum

tentang peradilan dan prosesnya, tentang hakim dan kekuasaan

kehakiman dan tentang contempt of court sendiri. Kedua adalah

kerangka teori yang akan membahas tentang hal-hal yang

menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian dan

mengambil judul skripsi tentang Pelaksanaan Perlindungan

Hukum Terhadap Martabat Hakim Dalam Hal Terjadi

Contempt Of Court Dalam Proses Peradilan di Pengadilan

Negeri Surakarta.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, diuraikan hasil penelitian dan pembahasan

tentang pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat

hakim dalam hal terjadi contempt of court dalam proses

peradilan di Pengadilan Negeri Surakarta.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab akhir ini berisi kesimpulan dan saran. Pada

kesimpulan merupakan pemecahan terhadap permasalahan

yang dirumuskan. Pada bagian saran merupakan sumbangan

pemikiran dalam praktik peradilan baik untuk institusi

pengadilan dan orang-orang yang menggerakkan juga untuk

masyarakat agar lebih paham dan mengerti cara bersikap di

negara hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 21: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxi

Page 22: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Peradilan dan Proses Mengadili

Peradilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peradilan

umum, khususnya peradilan pidana Indonesia. Yang dimaksud peradilan

pidana Indonesia adalah sebagai suatu proses dari mulai kepolisian hingga

Lembaga Permasyarakatan. Proses tersebut melalui empat tahapan, yaitu

penyelidikan oleh lembaga kepolisian, penuntutan oleh lembaga

kejaksaan, pemeriksaan dan pengambilan putusan oleh lembaga

pengadilan, dan penghukuman terdakwa atau narapidana oleh lembaga

permasyarakatan.

Peradilan haruslah dilakukan berdasar asas “Demi Keadilan

Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.” Hal ini juga berarti di dalam

mengadili, haruslah menurut hukum dan ketentuan yang berlaku dengan

tidak membeda-bedakan orangnya.

Pada hakekatnya, proses mengadili adalah serangkaian tindakan

hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana, berdasar

asas :

a. Perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan

jika ada perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan

Undang-Undang.

b. Bebas, jujur, dan tidak memihak di dalam sidang pengadilan. Tidak

memihak di sini maksudnya bahwa hakim harus mengambil keputusan

yang seadil-adilnya, sehingga yang benar tidak merasa dirugikan atas

keputusan tersebut. Hakim tidak memihak diartikan tidak berat sebelah

dalam pertimbangan dan penilaiannya. Hakim juga tidak menjalankan

perintah dari pemerintah.

11

Page 23: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxiii

c. Adanya kesempatan untuk memperoleh bantuan hukum guna

pembelaan atas dirinya.

d. Sidang terbuka, dimana pemeriksaan dijalankan secara objektif dan

dihadiri khalayak ramai dengan tertib agar dapat mengikuti atau

mengawasi jalannya pemeriksaan.

e. Pembuktian, dimana tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban

pembuktian kecuali diatur lain dalam Undang-Undang.

Di dalam lembaga peradilan, Mahkamah Agung merupakan

lembaga pengadilan negeri tertinggi. Dalam hal memeriksa, mengadili dan

memutus perkara, maka dilakukan oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang

hakim. Seorang bertindak sebagai ketua dan lainnya sebagai hakim

anggota. Sidang juga dibantu oleh seorang panitera (atau seorang yang

ditugaskan melakukan pekerjaan panitera).

Proses peradilan ini di awali dengan tahap penerimaan perkara

yang diajukan oleh Penuntut Umum. Selanjutnya Ketua Pengadilan

mempelajari apakah perkara tersebut termasuk wewenang pengadilan yang

dipimpinnya atau bukan. Apabila Ketua Pengadilan Negeri berpendapat

bahwa perkara tersebut bukan termasuk wewenang Pengadilan yang

dipimpinnya, maka ia menyerahkan surat pelimpahan perkara tersebut

kepada Pengadilan Negeri yang dianggap berwenang mengadili dengan

suatu surat penetapan yang memuat pula alasannya (Pasal 148 KUHAP).

Proses selanjutnya adalah pemeriksaan perkara dalam persidangan.

Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan hukum dan ketentuan yang

berlaku dengan tidak membeda-bedakan orangnya, berdasar asas “Demi

Keadilan Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun proses

pemeriksaan persidangan secara garis besar yaitu :

Page 24: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxiv

a. Penunjukan Hakim atau Majelis Hakim dan penentuan hari dan

tanggal sidang.

Dalam Pasal 152 KUHAP setelah Pengadilan Negeri menerima

pelimpahan perkara dari Penuntut Umum tersebut dan berpendapat

bahwa perkara tersebut termasuk kewenangannya, Ketua Pengadilan

Negeri menunjuk Hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut

dan Hakim yang ditunjuk itu lalu menetapkan hari sidang.

b. Pemeriksaan Sidang

Pada awal persidangan, Hakim Ketua Sidang meneliti tentang

identitas lengkap Terdakwa yang meliputi: nama lengkap, tempat lahir,

umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,

agama, dan pekerjaan serta mengingatkan Terdakwa agar

memperhatikan sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang (Pasal

155 ayat (1)).

c. Pembacaan Surat Dakwaan .

Pada awal persidangan dibacakan surat dakwaan oleh Penuntut

Umum. Dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP, diisyaratkan agar

surat dakwaan disusun secara cermat, jelas dan lengkap. Maksudnya

agar dakwaan tersebut dapat dengan mudah dimengerti, terutama oleh

Terdakwa.

d. Keberatan Terdakwa atau Penasehat Hukum (Eksepsi).

Keberatan dapat berupa Pengadilan tidak berwenang mengadili

perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan

harus dibatalkan. Atas eksepsi tersebut Penuntut Umum diberi

kesempatan untuk menaggapi kemudian Hakim mengambil putusan

atas eksepsi tersebut. Bila eksepsi diterima maka perkara tidak

diperiksa labih lanjut. Tapi apabila eksepsi ditolak atau Hakim

berpendapat bahwa hal tersebut baru dapat diputus setelah

pemeriksaan selasai maka sidang dilanjutkan (Pasal 156 KUHAP).

Page 25: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxv

e. Pemeriksaan Alat-Alat Bukti.

Penuntut Umum yang telah mengajukan terdakwa kehadapan

sidang pengadilan dengan dakwaan telah melakukan suatu tindak

pidana, berkewajiban membuktikan perbuatan dan kesalahan

Terdakwa dalam tindak pidana tersebut. Alat-alat bukti tersebut dapat

berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan

keterangan terdakwa (Pasal 184 ayat (1) KUHAP). Minimal adanya 2

alat bukti yang sah karena menurut Pasal 183 KUHAP Hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali dengan sekurang-

kurangnya 2 alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan, bahwa

suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwa

bersangkutanlah yang melakukannya.

Setelah pemeriksaan alat-alat bukti oleh Penuntut Umum, maka

pemeriksaan dinyatakan selesai. Kepada Penuntut Umum diberi

kesempatan untuk mengajukan tuntutan pidana yang berisi uraian

tentang dakwaan, pembuktian yang telah dilakukan, kesimpulan hasil

pembuktian, pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan dan hal-

hal yang meringankan serta tuntutan hukuman. Kemudian Terdakwa

atau Penasehat Hukum diberi kesempatan untuk mengajukan

pembelaan. Setelah selesai proses tuntutan pidana dan pembelaan,

Hakim Ketua Sidang menyatakan bahwa pemeriksaan perkara tersebut

ditutup. Tapi sidang yang telah dinyatakan tertutup tersebut dapat

dibuka sekali lagi, hal ini berguna sebagai bahan musyawarah Hakim

dalam rangka mengambil keputusan.

f. Musyawarah Majelis Hakim.

Adalah musyawarah yang diadakan antara Hakim Ketua Majelis

dan para Hakim Anggota (Majelis), guna mengambil putusan dalam

perkara yang bersangkutan (Harun M. Husein, 1992 : 21).

Page 26: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxvi

g. Putusan Pengadilan.

Adalah pernyataan Hakim yang diucapkan dalam sidang

terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum. Sebelum menjatuhkan putusannya Hakim

harus memperhatikan serta mengusahakan sedapat mungkin jangan

sampai putusan yang akan disampaikan nanti memungkinkan

timbulnya perkara baru. Untuk itu Hakim harus memperhatikan 3

Faktor yang diterapkan secara proporsional, yaitu keadilan, kepastian

hukum dan kemanfaatan (Sudikno Mertokusumo, 1993 : 1670).

Dalam hal putusan, semua putusan pengadilan hanya sah dan

mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka

untuk umum. Putusan pengadilan memuat alasan dan dasar putusan,

serta pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan dasar

untuk mengadili. Terkait dengan hak untuk menolak putusan maka

disediakan berbagai upaya hukum antara lain :

1) Biasa

a) Verzet (upaya hukum terhadap putusan eksepsi)

b) Banding (upaya hukum terhadap putusan pemindanaan)

Upaya banding dapat diajukan oleh terdakwa / penasehat

hukumnya atau oleh Penuntut Umum karena tidak puas dengan

putusan Pengadilan Negeri.

Pengecualian banding :

(1) Putusan bebas

(2) Lepas dari segi tuntutan hukum berkenaan dengan kurang

tepatnya penerapan hukum.

(3) Putusan dalam acara cepat

c) Kasasi

Alasan mengajukan kasasi :

(1) Terdapat kelalaian adalam hukum acara (vormverzuim)

Page 27: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxvii

(2) Peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan.

(3) Tidak melaksanakan caramelakukan peradilan sesuai

Undang-Undang.

2) Luar biasa

a) Kasasi demi kepentingan hukum.Hanya diajukan oleh Jaksa

Agung demi keputusan hukum dan tidak merugikan pihak

manapun (259 KUHAP).

b) PK

(http://te-effendi-acara.blogspot.com)

2. Tinjauan Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Perlindungan Hukum

Terhadap Martabat Hakim

a. Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka

Hakim yang bebas dan tidak memihak telah menjadi ketentuan

universal. Ia menjadi ciri pula suatu negara hukum. The Universal

Declaration of Human Rights, pada Pasal 10 dinyatakan sebagai

berikut : “Everyone is entitled in full equality to a fair and public

hearing by an independent and impartial tribunal in the determination

of his rights and obligation and of any criminal charge against him.”

(Setiap orang berhak dalam persamaan sepenuhnya didengarkan

suaranya di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka

dan tidak memihak, dalam hal menetapkan hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya dan dalam setiap tuntutan pidana yang ditujukan

kepadanya). Sehubungan dengan itu, Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

“Everyone has the right to an effective remedy by the competent

national tribunals for act violating the fundamental rights granted him

by the constitution or by law”. (Setiap orang berhak atas pengadilan

yang efektif oleh hakim-hakim nasional yang berkuasa terhadap

tindakan perkosaan hak-hak dasar, yang diberikan kepadanya oleh

undang-undang dasar negara atau undang-undang) (Andi Hamzah,

2002 : 95).

Page 28: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxviii

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, dalam

arti ia bebas dari campur tangan pihak kekuasaan negara lainnya, bebas

dari tekanan, paksaan maupun rekomendasi yang datang dari

kekuasaan ekstra yudisial. Hakim-hakim dalam semua tingkatan

mempunyai kewenangan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugas

dan kewajibannya yang dilandasi oleh UUD 1945 dan Pancasila, serta

selalu mendasarkan putusannya kepada hukum, kebenaran dan

keadilan.

UUD 1945 juga menjamin adanya suatu kekuasaan kehakiman

yang bebas. Kekuasaan kehakiman menurut UUD 1945 merupakan

kekuasaan yang merdeka, yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah

Agung dan badan peradilan dibawahnya dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan. Didalam Penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945

dengan tegas disebutkan bahwa :

“Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya

terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu,

harus diadakan jaminan dalam undang-undang tentang kedudukan para

Hakim”.

Kemudian tentang Kekuasaan Kehakiman yang merdeka juga

ditegaskan kembali baik dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004

tentang Makamah Agung maupun dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2004 tentang Kekusaan Kehakiman.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman, yang dimaksud kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan berdasar Pancasila, demi

terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.

Page 29: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxix

b. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada

badan-badan yang ditetapkan oleh Undang-undang.

Di Indonesia, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya juga

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945

setelah perubahan dan Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 4

Tahun 2004). Badan peradilan di bawah Mahkamah Agung

sebagaimana dimaksud adalah badan peradilan dalam lingkungan :

1) Peradilan Umum

2) Peradilan Agama

3) Peradilan Militer

4) Peradilan Tata Usaha Negara

c. Pengertian Hakim

Secara umum hakim dapat diartikan sebagai pejabat yang

memimpin persidangan. Ia yang memutuskan hukuman bagi pihak

yang dituntut. Hakim harus dihormati di ruang pengadilan, dan

pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman. Kekuasaan

hakim berbeda-beda di setiap negara.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman, yang dimaksud hakim adalah pejabat yang

melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam Undang-Undang.

Hakim haruslah memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,

jujur, adil, profesional dan berpengalaman di bidang hukum.

d. Tugas Hakim

Dari perspektif yuridis, hukum Indonesia menganut sistem

Eropa Kontinental. Hal tersebut secara tidak langsung berpengaruh

Page 30: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxx

terhadap tugas hakim di Indonesia. Hakim Indonesia terbilang cukup

berat dalam menangani perkara. Hakim Indonesia bertugas mulai dari

memeriksa perkara, membuktikan, menetapkan kesalahan dan

akhirnya menetapkan berapa lama hukuman yang dipandang adil untuk

dijatuhkan kepada terdakwa. Belum lagi setelah itu menangani

administrasi perkara yang ditanganinya sampaiperkara tersebut

menjadi in-aktif. Berbeda dengan hakim pada sistem anglo saxon /

case law, tugasnya hanya terbatas memimpin jalannya sidang dan

kemudian menetapkan berapa lamanya hukuman sedang penetapan

kesalahan terdakwa diserahkan kepada juri yang dapat bersifat “grand

/ petit juri”, dan untuk masalah administrasi perkara telah dilaksanakan

oleh panitera.

Di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, disebutkan

bahwa tugas pokok daripada hakim adalah menerima, memeriksa dan

mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan

kepadanya.

Syarat-syarat pengangkatan, kedudukan serta pemberhentian

pejabat-pejabat pengadilan harus menjadi landasan pokok bagi hakim

untuk dapat menjalankan tugasnya dalam menegakkan hukum dan

keadilan dalam masyarakat dan tidak terpengaruh oleh aliran politik,

kepentingan ekonomi dan kepentingan-kepentingan yang lain dalam

masyarakat (Andi Hamzah, 2002 : 101).

e. Tanggung Jawab dan Kewajiban Hakim

Kewajiban dan tanggung jawab hakim secara yuridis formal

bersumber pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 bab IV Pasal 28-

30, sedangkan pada Pasal 4 ayat (1) hanya menyiratkan tentang

tanggung jawab hakim. Adapun kewajiban hakim antara lain :

Page 31: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxi

1) Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat.

2) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib

memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.

3) Hakim wajib mengucapkan sumpah atau janji agamanya, sebelum

memangku jabatan.

4) Hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat

hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga,

atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai, dengan ketua,

salah seorang hakim anggota, jaksa, advokat atau panitera. Selain

itu, hakim juga wajib mengundurkan diri apabila mempunyai

kepentingan langsung dengan perkara yang diperiksa.

f. Kewenangan Hakim

Wewenang utama Hakim adalah menerima, memeriksa dan

memutus perkara pidana yang dalam pelaksanaannya berpedoman

pokok pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

yang dilandasi asas kebebasan, kejujuran dan tidak memihak

(Bambang Waluyo, 2000: 20)

Selain itu kewenangan Hakim lainnya yaitu :

1) Hakim tidak wajib mengikuti atau terikat dengan putusan hakim

yang lebih tinggi.

Dalam keadaan masyarakat dan negara yang masih

menanjak take off di dalam segala hal, belum tercipta aparat

penegak hukum terutama hakim yang mapan maka sangat

berbahaya jika hakim-hakim yang lebih rendah diwajibkan

mengikuti putusan hakim yang lebih tinggi. Hakim yang lebih

tinggi tersebut dalam keadaan seperti sekarang ini kadang masih

sebaya dengan hakim yang lebih rendah dalam pengalaman dan

pengetahuan (Andi Hamzah, 2002 : 100).

Page 32: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxii

2) Hakim tidak hanya memiliki wewenang dalam hal mengadili saja,

akan tetapi juga mempunyai wewenang dalam hal penuntutan.

Walaupun sebenarnya tugas penuntutan ada pada jaksa, namun

hakim juga dapat melakukan tindakan penuntutan, misal dalam hal

perpanjangan penahanan dan penentuan sidang atau pemanggilan.

3) Hakim mempunyai wewenang dalam hal pelaksanaan putusan

hakim, dimana pelaksanaan putusan hakim dilakukan oleh ketua

pengadilan yang bersangkutan.

4) Menteri Kehakiman melalui Kep. No. 01/M 01/PW 0703 Tahun

1982 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, menyinggung

tentang kemungkinan adanya contempt of court sehingga perlu

diberikan kewenangan bagi hakim yang memeriksa perkara di

persidangan untuk menjaga ketertiban selama sidang berlangsung.

Kewenangan hakim secara tidak langsung berhubungan dengan

martabat dan kewibawaan, maksudnya bagaimana cara hakim

menggunakan kewenangannya, akan berdampak pada keputusan yang

diambil dan tanggapan masyarakat terhadap putusan tersebut.

Meskipun hakim bebas dari intervensi pihak manapun dalam

menjalankan tugasnya, namun masyarakat tetap berhak untuk

mengawasi terhadap proses peradilan tersebut. Oleh karena itu, hakim

wajib menjunjung tinggi kewibawaan dirinya dan lembaga peradilan,

agar tetap dihormati dan dipercaya sehingga hukum di Indonesia dapat

berjalan secara adil, tertib dan sesuai peraturan perundang-undangan

yang ada.

g. Perlindungan Hukum Terhadap Martabat Hakim

Hakim sebagai figur sentral dalam proses peradilan senantiasa

dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara kecerdasan

moral dan meningkatkan profesionalisme dalam menegakkan hukum

dan keadilan bagi masyarakat banyak.

Page 33: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxiii

Menurut Hermansyah, sebagaimana dikutip oleh Subagio Gigih

Wijaya, bahwa Hakim dalam menjalankan wewenang dan tugasnya

harus didasarkan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, kebenaran dan memenuhi rasa keadilan dalam

masyarakat, serta menjunjung tinggi kode etik profesi hakim. Apabila

hakim menjalankan wewenang dan tugasnya dengan baik dan benar

maka bukan hanya kepastian hukum dan keadilan yang dapat

diwujudkan, tetapi juga kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku

hakim akan terpelihara.

Hakim dipercaya untuk menjalankan tugas negara dengan

sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan tugas tersebut diperlukan

keikhlasan, kejujuran, dan tanggung jawab. Sebagai salah satu usaha

untuk menjamin pelaksanaan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya

maka setiap hakim wajib mengangkat sumpah dan janji di hadapan

atasan yang berwenang menurut agama atau kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana tersurat dalam Pasal 30 ayat 2

UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Karena sumpah

atau janji itu diikrarkan menurut agama atau kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa maka pada hakikatnya sumpah atau janji itu

bukan saja merupakan kesanggupan terhadap atasan yang berwenang,

tetapi juga merupakan kesanggupan terhadap Tuhan, bahwa yang

bersumpah atau berjanji akan mentaati segala keharusan dan tidak

melakukan segala larangan yang telah ditentukan.

Makna atau maksud dari kewajiban mengucap sumpah atau

janji ialah agar hakim yang bersangkutan bermental baik, bersih, dan

berwibawa, serta setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945, negara dan pemerintah serta sadar akan tanggung

jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat

serta abdi hukum (Bambang Waluyo, 2000 : 77).

Page 34: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxiv

Dalam kode kehormatan hakim terdapat suatu janji hakim yang

dikenal dengan Tri Prasetya Hakim Indonesia, yang berbunyi:

“Saya berjanji :

1. Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi citra, wibawa, dan

martabat hakim Indonesia,

2. Bahwa saya dalam menjalankan jabatan akan berpegang teguh

pada kode kehormatan hakim Indonesia,

3. Bahwa saya bersedia menerima sanksi, apabila saya mencemarkan

citra, wibawa dan martabat hakim Indonesia.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing saya di jalan yang

benar.”

Sikap seorang hakim dilambangkan dengan kartika, cakra,

candra, sari dan tirta yang merupakan cerminan perilaku hakim harus

senantiasa berlandaskan pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, adil,

bijaksana, berwibawa, berbudi luhur serta menunjung tinggi kejujuran.

Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang melandasi prinsip-

prinsip pedoman hakim dalam bertingkah laku, bermakna pengamatan

tingkah laku sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketaqwaan

tersebut akan mendorong hakim untuk berperilaku baik dan penuh

tanggung jawab sesuai tuntunan agama masing-masing.

Pada tanggal 22 Desember 2006 lalu, Mahkamah Agung telah

mengeluarkan suatu pedoman perilaku hakim. Pedoman perilaku

hakim ini merupakan penjabaran dari sepuluh prinsip pedoman yang

meliputi kewajiban-kewajiban untuk berperilaku adil, jujur, arif dan

bijaksana, mandiri, berintegritas tinggi, rendah hati serta profesional.

Dalam hal bertanggung jawab penerapan yang diharapkan. Pertama,

penggunaan Predikat Jabatan implementasinya hakim tidak boleh

menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi atau pihak lain.

Page 35: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxv

Kedua, penggunaan informasi Peradilan, hakim tidak boleh

mengungkapkan atau menggunakan informasi yang bersifat rahasia,

yang didapat dalam kedudukan sebagai hakim, untuk tujuan yang tidak

ada hubungannya dengan tugas-tugas peradilan.

Kehormatan hakim terutama akan terlihat pada putusan yang

dibuatnya, putusan tersebut perlu dilandasi suatu pertimbangan yang

matang dan sesuai fakta yang ada, atau keseluruhan proses

pengambilan keputusan yang bukan saja berlandaskan pada peraturan

perundang-undangan, tetapi juga rasa keadilan yang timbul dari

masyarakat. Sebagaimana halnya kehormatan, keluhuran martabat

yang merupakan tingkat harkat kemanusiaan atau harga diri yang

mulia yang sepatutnya tidak hanya dimiliki, tetapi harus dijaga dan

dipertahankan olehhakim melalui sikap tindak atau perilaku yang

berbudi pekerti luhur, dengan demikian kehormatan dan keluhuran

martabat hakim dapat dijaga dan ditegakkan.

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa kekuasaan

kehakiman di Indonesia adalah kekuasaan yang merdeka, sehingga

walaupun hakim itu diangkat dan digaji oleh pemerintah, namun ia

tegak berdiri menjalankan kewajibannya dan tidak dipengaruhi oleh

pemerintah. Berhubung dengan kedudukannya yang istimewa tersebut,

ia perlu mendapat jaminan yang cukup.

Dilihat secara teoritik, perlunya suatu perlindungan hukum

tentunya didasarkan pada adanya suatu kepentingan hukum yang

sepatutnya dilindungi. Terlaksananya sistem penyelenggaraan

peradilan yang tepat / yang seharusnya (the due administration of

justice) jelas merupakan suatu kebutuhan hukum dan sekaligus

kepentingan umum bagi setiap masyarakat (setiap kehidupan

Page 36: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxvi

bermasyarakat / bernegara) (Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992 :

216)

Perlindungan hukum terhadap hakim merupakan elemen

penting dalam upaya penegakan hukum, karena dengan adanya

jaminan terhadap diri hakim dalam menjalankan tugas, wewenang dan

tanggung jawabnya, maka diharapkan proses peradilan dapat berjalan

sebagaimana mestinya, dan hakim dapat menjatuhkan putusan seadil-

adilnya sesuai fakta dan alat bukti yang ada dalam pemeriksaan

persidangan serta bebas dari tekanan pihak manapun.

Adapun pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap

hakim ini dapat dijumpai antara lain dalam KUHP, KUHAP, Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.

01/M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan

KUHAP.

3. Tinjauan Umum Tentang Contempt of Court

a. Pengertian Contempt of Court

Istilah contempt of court berasal dari tradisi hukum sistem

common law dengan case law nya, diantaranya adalah Inggris dan

Amerika Serikat. Sejak tahun 1742, Inggris telah menerapkan

contempt of court dengan adanya doktrin pure streams of justice yang

dianggap sebagai dasar untuk memberlakukan contempt of court yang

selanjutnya pada tahun 1981 diadakan pembaruan dengan

diterapkannya contempt of court Act 1981. Amerika Serikat pertama

kali mengundangkan adalah pada tahun 1989.

Dalam ceramah Nico Keijer di UNDIP tahun 1987 dan di

BPHN tahun 1988 pernah mengemukakan, bahwa sejarah atau tradisi

Page 37: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxvii

hukum contempt of court di Inggris berhubungan erat dengan sejarah

dan bentuk kerajaan yang sangat kuat di Inggris pada abad

pertengahan. Semua orang harus tunduk para Raja sebagai kekuasaan

tertinggi. Raja merupakan sumber hukum dan keadilan yang

kekuasaannya didelegasikan kepada para hakim. Oleh karena itu

contempt of court dipandang identik dengan contempt of the king

(Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992 : 206).

Dalam praktek yurisprudensi di Inggris selanjutnya, contempt

of court tidak hanya ditujukan pada hakim atau pengadilan saja,

melainkan juga ditujukan pada bentuk gangguan terhadap kelancaran

jalannya proses peradilan. Sehingga, menurut kepustakaan common

law system, contempt of court merupakan istilah umum untuk

menggambarkan setiap perbuatan yang bermaksud mencampuri atau

mengganggu sistem atau proses penyelenggaraan peradilan yang

seharusnya (Muladi dan Barda Nawawi, 1992 : 208).

Menurut definisi terminologis, contempt of court berasal dari

kata contempt and court. Contempt artinya melanggar, menghina,

memandang rendah, sedangkan court artinya pengadilan. Jadi,

contempt of court artinya upaya melanggar, menghina atau

memandang rendah pengadilan (Andi Hamzah dan Bambang Waluyo,

1988 : 9).

Menurut Oemar Seno Adji, contempt of court secara singkat

dirumuskan sebagai suatu tidak berbuat atau suatu perbuatan yang

secara substansial menimbulkan distribusi ataupun suatu abstruksi

terhadap suatu proses peradilan dalam suatu perkara tertentu.

Dalam Black Law Dictionary dijelaskan bahwa : contempt of

court is any act which is calculated to embarrass, hinder or obstruct

court in administration of justice or which is calculated to lessen its

Page 38: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxviii

authority or dignity as a party to a proceeding therein, willfull

disobeyes its lawfull order or fail to comply with and undertaking

which he has give. (Contempt of court adalah suatu perbuatan yang

dipandang mempermalukan, menghalangi atau merintangi pengadilan

di dalam penyelenggaraan peradilan, atau dipandang sebagai

mengurangi kewibawaan atau martabatnya. Dilakukan oleh orang yang

sungguh melakukan suatu perbuatan yang melanggar secara sengaja

kewibawaan atau martabat atau cenderung merintangi atau menyia-

nyiakan penyelenggaraan peradilan atau oleh seseorang yang berada

dalam kekuasaan pengadilan sebagai pihak dalam perkara di

pengadilan itu, dengan sengaja tidak mentaati perintah pengadilan

yang sah atau tidak memenuhi hal yang ia telah akui)

(www.pemantauperadilan.com).

Di Indonesia, istilah contempt of court pertama kali ditemukan

dalam penjelasan umum UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung butir 4 alinea ke-4, yaitu : “Selanjutnya untuk dapat lebih

menjamin terciptanya suasana yang sebaik-baiknya bagi

penyelenggara peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, maka perlu dibuat suatu Undang-undang yang

mengatur penindakan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap dan/atau

ucapan yang dapat merendahkan dan merongrong kewibawaan,

martabat dan kehormatan badan peradilan yang dikenal sebagai

contempt of court.”

Berdasarkan definisi di atas, maka secara singkat contempt of

court dapat diartikan sebagai suatu perbuatan baik secara aktif maupun

pasif, dilakukan baik di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan

yang dianggap melecehkan kewibawaan pengadilan (Andi Hamzah

dan Bambang Waluyo, 1988 : 11).

Page 39: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xxxix

b. Ruang Lingkup Contempt Of Court

Contempt of court memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan

berbeda pada setiap negara. Ruang lingkup tersebut antara lain,

meliputi:

1) Perbuatan,

2) Tingkah laku,

3) Sikap dan atau ucapan

Namun demikian, untuk dapat disebut sebagai contempt of court, maka

perbuatan, tingkah laku, sikap dan/atau ucapan tersebut harus

mengandung akibat yaitu dapat merendahkan, merongrong

kewibawaan, martabat dan kehormatan badan peradilan, dimana

perbuatan, tingkah laku dan sikap atau ucapan tersebut tidak harus

selalu diartikan secara aktif tetapi dapat pula bersifat pasif atau tidak

berbuat, akan tetapi akibatnya dapat merendahkan martabat peradilan.

c. Bentuk Contempt Of Court

Menurut Oemar Seno Adji, terdapat 5 (lima) bentuk konstitutif

dari contempt of court, yaitu :

1) Perbuatan-perbuatan penghinaan terhadap peradilan yang

dilakukan dengan cara pemberitahuan atau publikasi (sub judice

rule), yaitu suatu usaha berupa perbuatan, atau sikap yang

ditunjukkan ataupun pernyataan secara lisan apalagi secara tulisan,

yang nantinya menjadi persoalan pers dan aspek hukumnya untuk

dapat mempengaruhi suatu putusa yang akan dijatuhkan oleh

hakim.

2) Tidak memenuhi perintah pengadilan (disobeying a court order),

yaitu suatu perbuatan yang tidak mematuhi perintah pengadilan

ataupun yang merendahkan otoritas, wibawa atau keadilan dari

pengadilan.

3) Mengacaukan peradilan (obstructing justice), yaitu suatu perbuatan

yang ditujukan terhadap ataupun yang mempunyai efek memutar

Page 40: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xl

balikkan, mengacaukan fungsi normal dan kelancaran suatu proses

judisial.

4) Menyerang integritas dan impartialitas pengadilan (scandalizing

the court), yaitu pernyataan di luar pengadilan dan sering

merupakan pubikasi yang mengandung suatu lapangan yang luas

mengenai situasi. Scandalizing the court meliputi pernyataan yang

menjengkelkan, mengandung kata-kata penyalahgunaan ataupun

ucapan yang mengandung penghinaan yang ditujukan kepada

hakim.

5) Tidak berkelanjutan baik dalam pengadilan (misbehaving in court),

yaitu tiap perbuatan isyarat (gesture) ataupun kata-kata yang

merupakan rintangan atuapun mengadakan obstruksi terhadap

aliran (flow) normal dan harmonis dari proses di sidang pengadilan.

Yang termasuk kategori ini adalah semua perbuatan berupa isyarat

atau kata-kata ancaman terhadap pengadilan.

d. Lingkup Pembedaan Bentuk Contempt of Court

1) Pembedaan mengenai apakah pelecehan tersebut termasuk

pelecehan pidana atau perdata (The Contempt of Criminal in nature

or civil in nature)

Apabila perbuatan tersebut merupakan perbuatan tidak

menghormati pengadilan atau acaranya atau menghalangi

penyelenggaraan peradilan sehingga pengadilan tidak dihormati,

maka itu termasuk dalam criminal contempt. Sanksi dari criminal

contempt ini adalah denda atau penjara bagi pelakunya.

Apabila perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang

tidak menghormati pihak yang mendapat kuasa dari pengadilan

(tidak mematuhi perintah pengadilan) maka perbuatan itu termasuk

dalam civil contempt. Civil contempt bukan merupakan delik

terhadap martabat pengadilan. Sanksinya adalah benda sebagai

ganti kerugian bagi pelakunya.

Page 41: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xli

2) Pembedaan mengenai apakah pelecehan tersebut dilakukan di

hadapan sidang atau di luar sidang pengadilan (The Contempt in

Direct or Indirect).

Dikatakan direct contempt atau contempt in facie apabila

pelecehan berupa tindakan mencampuri jalannya proses peradilan,

meliputi perbuatan yang dilakukan di dalam sidang pengadilan.

Permasalahannya bukan terletak pada apakah martabat pengadilan

(the dignity of the court) telah diserang atau dilanggar akan tetapi

apakah proses pengadilan terganggu atau tidak.

Sedangkan perbuatan dikatakan sebagai indirect contempt

atau contempt of facie apabila melakukan perbuatan berupa

publikasi yang dianggap mencampuri suatu proses peradilan dalam

perkara tertentu.

Apabila dihubungkan dengan lima bentuk konstitutif

Contempt of Court menurut Oemar Seno Adji sebagaimana

tersebut di atas, maka yang termasuk dalam contempt of facie

adalah misbehaving in court, disobeying court orders dan

scandalizing the court, sedangkan yang termasuk dalam ex facie

adalah disobeying court orders, scandalizing the court dan sub

judice rule.

e. Contempt of Court di Indonesia

Di Indonesia, belum ada definisi yang dapat diterima umum

apakah sebenarnya yang menjadi patokan sehingga suatu delik dapat

dimasukkan ke dalam Contempt of Court. Sehingga sampai saat ini,

lebih tepat apabila menggunakan ketentuan yang ada dalam KUHP dan

KUHAP.

Untuk lebih mudah dalam memahami maka dapat dijelaskan

melalui bagan sebagai berikut :

Page 42: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlii

Keterangan :

Istilah Contempt of Court di Indonesia pertama kali ditemukan

dalam penjelasan umum UU No. 4 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung butir 4 alinea ke-4 tentang isyarat perlunya dibuat suatu

Undang-Undang yang mengatur tentang ancaman hukuman dan

penindakan pemidanaan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap atau

ucapan yang dapat merendahkan dan merongrong kewibawaan,

martabat dan kehormatan pejabat peradilan. Kemudian diterbitkan

Surat Keputusan Bersama (SKB) No : M 03-PR ’08.05 Tahun 1987

tentang tata cara pengawasan, penindakan dan pembelaan diri

penasehat hukum. Selain itu, dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang

Propenas kembali disebutkan bahwa pembuatan Undang-Undang

tentang Contempt of Court menjadi matriks kebijakan hukum tahun

2002.

B. Kerangka Dasar Pemikiran

Dalam melakukan penelitian hendaknya terdapat kerangka berfikir

yang sistematis dan holistik agar penelitian mendapatkan hasil yang optimal

dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Menurut Samsul Hadi, kebanyakan perkara yang masuk pengadilan

merupakan langkah terakhir yang ditempuh oleh para pihak yang bersengketa.

UU No. 4 Tahun 1985

SKB No. : M 03-PR ’08.05 Tahun 1987

UU No. 25 Tahun 2000

Page 43: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xliii

Pengadilan hanya menyelesaikan sengketa antara dua pihak, yang nantinya

setelah diputuskan pasti ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah.

Pihak yang kalah pada umumnya tidak terima dengan keputusan hakim

sehingga melakukan berbagai upaya hukum untuk menolak putusan tersebut.

Hal seperti inilah yang membuat posisi hakim terpojok, sehingga dalam

pandangan publik, nama hakim menjadi buruk karena orang yang tidak puas

terhadap putusan hakim cenderung akan menyalahkan hakim tersebut

(www.umy.ac.id)

Penelitian ini berangkat dari maraknya aksi contempt of court dalam

proses peradilan di Indonesia akhir-akhir ini, dimana korban dari aksi tersebut

adalah para aparat penegak hukum khususnya para hakim.

Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan. Ia yang

memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harus dihormati di

ruang pengadilan dan pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman

(wikipedia Indonesia).

Untuk dapat mencegah dan menindak terhadap gangguan, baik barupa

ancaman atau hambatan dalam proses peradilan, perlu adanya sarana

perundang-undangan yang memadai sehingga hakim dapat menjadi sentral

penentu keadilan dalam suatu peradilan (Andi Hamzah dan Bambang

Waluyo).

Peraturan Perundang-Undangan yang dimaksud antara lain adalah

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

mengatur tentang jaminan terhadap kedudukan hakim yang bebas dalam

menjalankan profesinya. Namun begitu, bebas di sini bukan berarti tanpa

batas. Ketua MA Bagir Manan sudah menerbitkan Keputusan No. KMA/104

A/SK/XII/2006 tentang Pedoman Perilaku Hakim. Pedoman ini berisi

Page 44: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xliv

bagaimana seharusnya hakim bersikap dan berperilaku di ruang sidang

maupun di luar sidang.

Selain diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman, ketentuan contempt of court juga telah diatur dalam

KUHP dan KUHAP. Sehingga tinggal bagaimana hakim

mengimplementasikan peratiran tersebut. Berawal dari upaya perlindungan

hukum oleh hakim ketika berhadapan dengan aksi contempt of court menjadi

pokok permasalahan utama dalam penelitian ini.

Penelitian ini akan mendeskripsikan secara utuh tentang upaya hakim

dalam menyikapi aksi contempt of court yang terjadi dalam proses peradilan.

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Pengadilan Negeri Surakarta.

Hal ini didasari bahwa maraknya aksi contempt of court akhir-akhir ini tidak

terlepas dari kurang tegasnya aparat penegak hukum dalam memberikan

sanksi terhadap pelaku aksi contempt of court. Hakim harus berani mengambil

sikap memidanakan seseorang yang nyata-nyata melecehkan institusi

pengadilan, karena martabat dan kewibawaanya sendiri yang menjadi taruhan.

Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan dengan diagram sebagai

berikut :

Page 45: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlv

Martabat dan Wibawa Hakim

Proses peradilan

Aksi COC Berjalan secara tertib sesuai peraturan

Upaya Perlindungan Hukum

Pasal-Pasal KUHP dan KUHAP

tentang COC

UU Nomor 4 Th 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Page 46: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlvi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Martabat Hakim

Pengadilan Negeri Surakarta Dalam Hal Terjadi Contempt of Court

Dalam Proses Peradilan

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengadilan Negeri Surakarta yang terletak di Kota Surakarta ini

memiliki lokasi yang strategis, yang mudah dijangkau oleh setiap orang

yang akan melakukan sidang maupun kegiatan lainnya. Lebih detailnya,

Pengadilan Negeri Surakarta terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 290

Surakarta, berdiri di atas tanah Hak Pakai dengan luas 9.640 M2, berada di

Kampung Priyobadan, Kalurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan,

Kotamadya Surakarta. Bangunan Pengadilan Negeri Surakarta memiliki

luas kurang lebih 2.733 M2 terdiri dari bangunan yang memanjang dari

arah utara ke selatan dan bangunan tersebut berdiri sejak zaman Belanda.

Pada zaman Belanda, Pengadilan Negeri Surakarta terdiri atas 2 (dua)

bagian, yaitu Landraad dan Landgrecht.

Adapun ruangan-ruangan yang terdapat di Pengadilan Negeri

Surakarta sekarang telah dibagi-bagi menjadi beberapa bagian antara lain

ruang sidang, ruang untuk kantor-kantor, ruang tahanan, hingga masjid.

Ruang sidang di Pengadilan Negeri Surakarta terdiri atas lima ruang,

dimana Ruang Sidang I (satu) berada di depan dan Ruang Sidang II, III,

IV, dan V berada di dalam. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara dapat

menggunakan ruang sidang tersebut sesuai dengan jadwal yang telah

disusun. Selain ruang sidang, juga terdapat ruang untuk kantor antara lain

Ruang Ketua Pengadilan negeri, Ruang Panitera / Sekretaris, Ruang

Panitera Hukum, Ruang Panitera Perdata, Ruang Panitera Pidana dan

masih banyak ruang di Pengadilan Negeri Surakarta yang mana digunakan

untuk mendukung setiap pelayanan proses peradilan di wilayah Surakarta.

35

Page 47: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlvii

Berdasar struktur pengadilan, secara umum Pengadilan Negeri

Surakarta dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian tehnis peradilan

(kepaniteraan) dan bagian administrasi. Kepaniteraan atau bagian tehnis

peradilan secara umum bertugas membantu pimpinan pengadilan dalam

membuat program jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya

serta pengoranisasiannya. Bagian tehnis peradilan ini dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu Kepaniteraan Hukum, Kepaniteraan Perdata dan

Kepaniteraan Pidana.

1) Kepaniteraan Hukum

Kepaniteraan hukum dipimpin oleh seorang Panitera Muda

Hukum. Tugas dan kewenangan dari kepaniteraan hukum antara lain :

a. Pendaftaran CV dan pembubarannya.

b. Register atau pendaftaran Pengacara dan Notaris.

c. Pelayanan Surat Kuasa Bantuan Hukum.

d. Pelayanan SKBRI.

e. Legalisasi.

f. Pengarsipan dan lain-lain.

2) Kepaniteraan Perdata

Kepaniteraan Perdata mempunyai tugas secara umum

membantu proses pemeriksaan perkara perdata hingga perkara tersebut

diputus oleh hakim. Pemeriksaan perkara perdata akan dilaksanakan

apabila ada dua hal yaitu :

a. Gugatan.

b. Permohonan.

3) Kepaniteraan Pidana

Page 48: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlviii

Kepaniteraan Pidana mempunyai tugas secara umum

membantu proses pemeriksaan perkara pidana hingga perkara tersebut

diputus oleh hakim dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pengadilan Negeri Surakarta merupakan Pengadilan Negeri Kelas

IA. Kelas tersebut didasarkan pada banyaknya jumlah perkara yang

ditangani oleh pengadilan ini. Sampai pada akhir bulan November tahun

2007 ini, Pengadilan Negeri Surakarta telah dan sedang menangani 2.179

(dua ribu seratus tujuh puluh sembilan) jenis perkara pidana. Agar lebih

mudah dalam memahami jenis perkara tersebut, maka dapat penulis

jelaskan bahwa dalam sistem hukum kita yang menganut asas praduga tak

bersalah (presumption of ennocence) maka pidana sebagai reaksi atas delik

yang dijatuhkan harus berdasarkan pada vonis hakim melalui sidang

peradilan atas terbuktinya perbuatan pidana yang dilakukan. Apabila tidak

terbukti bersalah, maka Tersangka harus dibebaskan.

Adapun mengenai bentuk pidana yang dijatuhkan utamanya

mengacu pada KUHP. KUHP telah menetapkan jenis-jenis pidana yang

termaktub dalam Pasal 10. Diatur 2 pidana yaitu : pidana pokok dan

pidana tambahan. Pidana pokok terdiri atas 4 jenis pidana dan pidana

tambahan terdiri atas 3 jenis pidana (Bambang Waluyo, 2000 : 10).

Jenis-jenis pidana menurut Pasal 10 KUHP tersebut yaitu :

a. Pidana Pokok, meliputi :

1). Pidana Mati.

2). Pidana Penjara.

3). Pidana Kurungan.

4). Pidana Denda.

b. Pidana Tambahan, meliputi :

1). Pencabutan hak-hak tertentu.

2). Perampasan barang-barang tertentu.

3). Pengumuman putusan hakim.

Page 49: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

xlix

Untuk jenis perkara pidana biasa, Pengadilan Negeri Surakarta

telah menerima 113 (seratus tiga belas) perkara hingga akhir November

2007 ini. Adapun perinciannya dapat dilihat dalam tabel seperti di bawah

ini :

Tabel 1. Jenis Perkara Pidana (Pidana Biasa)

No Keterangan Jumlah

1. Sisa bulan lalu 70

2. Masuk dalam bulan ini 43

3. Putus dalam bulan ini 45

4 Terdakwa / Jaksa Menerima 42 / 43

5. Terdakwa / Jaksa Banding 13 / -

6. Terdakwa / Jaksa Kasasi 1 / -

7. Terdakwa Minta Grasi -

Untuk jenis pidana cepat atau ringan (lalu lintas), Pengadilan

Negeri Surakarta telah menerima 2.012 (dua ribu dua belas) perkara pada

bulan November tahun 2007 ini. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2. Jenis Perkara Pidana Cepat / Ringan / Lalu Lintas

No Keterangan Jumlah

1. Sisa bulan lalu -

2. Masuk bulan ini 2.012

3. Putus dalam bulan ini 2.012

4 Kasasi -

5. Grasi -

Page 50: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

l

Sedangkan untuk jenis tindak pidana selain yang telah tersebut di

atas, Pengadilan Negeri Surakarta telah menerima 54 (lima puluh empat)

perkara sampai pada akhir bulan November tahun 2007 ini. Adapun

perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 3. Jenis Tindak Pidana Lainnya

No Jenis Tindak Pidana Pria Wanita

1. Kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang / barang

1 -

2. Pemalsuan uang 1 -

3. Kejahatan perjudian 15 -

4. Penganiayaan 3 -

5. Menyebabkan mati / luka karena alpha 1 -

6. Pencurian 17 4

7. Penggelapan 4 -

8. Penipuan 5 -

9. Penadahan 3 -

10. Tindak pidana narkotika 2 2

2. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta

Pembahasan putusan ini lebih dikhususkan pada putusan dalam

perkara pidana. Putusan pemidanaan terjadi apabila pengadilan

berpendapat bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya (vide Pasal 193 ayat (1) KUHAP). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang

pengadilan, kesalahan Terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya terbukti secara sah dan meyakinkan. Terbukti melalui

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan Hakim yakin Terdakwa

yang bersalah melakukan (Bambang Waluyo, 2000 : 86).

Page 51: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

li

Dalam Pasal 196 ayat (3) KUHAP, ditentukan bahwa segera

sesudah putusan pemidanaan diucapkan Hakim Ketua Sidang

memberitahukan kepada Terdakwa tentang segala apa yang menjadi

haknya, yaitu :

a. Hak segera menerima atau segera menolak putusan.

b. Hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau

menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan Undang-

undang ini.

c. Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang

waktu yang ditentukan oleh Undang-undang untuk dapat mengajukan

grasi, dalam hal ia menerima putusan.

d. Hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam

tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-undang ini, dalam hal ia

menolak putusan.

e. Hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam

tenggang waktu yang ditentukan dalam Undang-undang ini

(Harun M. Husein, 1992 : 25).

Pada bulan November tahun 2007 ini, Pengadilan Negeri Surakarta

telah menjatuhkan putusan pidana denda untuk 4 (empat) Terdakwa dan

pidana penjara untuk 58 (lima puluh delapan) Terdakwa. Adapun

perinciannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Putusan Pengadilan

No Jenis Putusan Pria Wanita Anak

1. Pidana denda 2 2 -

2. Pidana penjara 52 2 4

3. Personil Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

Page 52: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lii

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, bahwa yang dimaksud Hakim adalah pejabat yang melakukan Kekuasaan Kehakiman yang diatur dalam Undang-undang. Hakim haruslah memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional dan berpengalaman di bidang hukum. Wewenang Hakim utamanya adalah : menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana yang dalam pelaksanaannya berpedoman pokok pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang dilandasi asas kebebasan, kejujuran dan tidak memihak (Bambang Waluyo, 2000 : 20).

Kewajiban Hakim antara lain :

a) Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat.

b) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, Hakim wajib

memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari Terdakwa.

c) Hakim wajib mengucapkan sumpah atau janji agamanya, sebelum

memangku jabatan.

d) Hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat

hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau

hubungan suami istri meskipun telah bercerai, dengan Ketua, salah

seorang Hakim Anggota, Jaksa, Advokat atau Panitera. Selain itu,

Hakim juga wajib mengundurkan diri apabila mempunyai kepentingan

langsung dengan perkara yang diperiksa.

Tugas keseharian daripada Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan perkara

yang diajukan kepadanya. Mereka biasa memulai tugasnya kurang lebih

pada pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB, kecuali pada hari Kamis,

karena pada hari tersebut Hakim Pengadilan Negeri Surakarta harus

mengadili sidang tindak pidana lalu lintas mulai pukul 09.00 WIB.

Page 53: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

liii

Saat ini, Pengadilan Negeri Surakarta memiliki 14 (empat belas)

hakim dengan pangkat, golongan dan jabatan yang berbeda-beda. Para

hakim tersebut dapat dilihat dalam tabel seperti berikut :

Tabel 5. Daftar Formasi (Bezetting) Hakim Pengadilan Negeri Klas IA

Surakarta

No Nama / NIP Pangkat / Gol Jabatan

1. Roba’a, SH NIP. 040 013 619

Pembina Utama Muda (IV / c)

Ketua

2. Djanatul Firdaus, SH NIP. 040 014 348

Pembina Utama Muda (IV / c)

Wakil Ketua

3. Istiningsih Rahayu, SH NIP. 040 047 676

Pembina Tk. I (IV / b)

Anggota

4. Susanto Isnu Wahyudi, SH NIP. 040 049 590

Pembina Tk. I (IV / b)

Anggota

5. Yohannes Sugiwidarto, SH NIP. 040 049 573

Pembina Tk. I (IV / b)

Anggota

6. Fakih Yuwono, SH NIP. 040 049 669

Pembina (IV / b)

Anggota

7. Ganjar Susilo, SH NIP. 040 049 565

Pembina (IV / b)

Anggota

8. M. Najib Sholeh, SH NIP. 040 056 659

Pembina (IV / b)

Anggota

9. Dwi Sudaryono, SH NIP. 040 052 027

Pembina (IV / b)

Anggota

10. Pragsono NIP. 040 052 096

Pembina (IV / b)

Anggota

11. Wiwik Suhartono, SH NIP. 040 052 080

Pembina (IV / b)

Anggota

12. Johny Jonggi Hamonangan Simanjuntak, SH NIP. 040 053 747

Pembina (IV / b)

Anggota

13. Lasito, SH NIP. 050 053 709

Pembina (IV / a)

Anggota

14. I Wayan Sosiawan, SH Pembina Anggota

Page 54: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

liv

NIP. 040 053 608 (IV / a)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur serta memberikan perlindungan hukum terhadap Hakim. Perlindungan hukum tersebut diperlukan untuk menegakkan hukum dan keadilan sebagaimana tersebut dalam konsideran Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004.

4. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Martabat Hakim

Pengadilan Negeri Surakarta dalam Hal Terjadi Contempt Of Court

dalam Proses Peradilan

Penulis banyak memperoleh informasi khususnya yang terkait

dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu pelaksanaan perlindungan

hukum terhadap martabat hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal

terjadi contempt of court dalam proses peradilan beserta hambatan yang

dihadapi para hakim tersebut untuk menindak aksi contempt of court.

Berdasar hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 12 sampai dengan 18 Desember 2007 dengan 4 (empat) hakim Pengadilan Negeri Surakarta, yaitu :

a. Sugi widarto, SH

b. Lasito, SH

c. Dwi Sudaryono, SH dan

d. Pragsono, SH

Adapun Hasil Wawancara adalah sebagai berikut :

a. Definisi Contempt of Court oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

Contempt of Court dalam pandangan hakim yang satu tidaklah

sama dengan definisi contempt of court dalam pandangan hakim

lainnya. Para hakim tersebut memberikan makna tersendiri tentang

suatu perbuatan sehingga perbuatan tersebut dapat dikatakan sebagai

aksi contempt of court. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan

penindakan yang dilakukan oleh hakim yang satu dengan hakim yang

lain karena perbuatan yang dianggap contempt of court oleh hakim

Page 55: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lv

yang satu belum tentu dianggap sebagai aksi contempt of court oleh

hakim lainnya.

Menurut Lasito, perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai

contempt of court adalah perbuatan pelecehan yang hanya terjadi di

dalam ruang sidang, sedasng jika pelecehan tersebut terjadinya sudah

diluar sidang, maka tidak dapat lagi dikatakan sebagai contempt of

court. Selama 15 (lima belas) tahun masa jabatannya, beliau sendiri

belum pernah mengalami aksi pelecehan yang sekarang marak terjadi

di Indonesia tersebut. Adapun cara mengantisipasi agar tidak terjadi

contempt of court pada diri beliau yaitu dengan senantiasa menjaga

wibawa dan ketegasan dan bila perlu mengancam dalam bentuk

penuntutan.

Sedangkan menurut Sugi Widarto, suatu perbuatan dapat

dikatakan sebagai aksi contempt of court apabila pelecehan atau

penghinaan atau perbuatan anarkhisme lainnya, selama hal tersebut

ditujukan atau mengenai hakim, tidak peduli terjadi di dalam sidang

maupun di luar sidang, maka hal tersebut masuk dalam kategori

contempt of court. Tidak jauh berbeda dengan Lasito, Sugi Widarto

yang telah berkarier sebagai hakim selama 15 (lima belas) tahun ini

juga belum pernah mengalami aksi contempt of court, meskipun beliau

pernah merasakan aksi pelecehan ketika sedang memimpin

persidangan namun beliau tidak mengambil langkah lanjut (menindak)

pelecehan tersebut karena menganggap masih dalam batas wajar dan

ketika pelaku pelecehan tersebut diperingatkan, ia tidak lagi

mengulangi perbuatannya.

Dwi Sudaryono memberikan definisi yang lebih rinci lagi

mengenai aksi contempt of court ini. Menurut beliau, yang dikatakan

sebagai aksi contempt of court adalah segala bentuk pelecehan pada

Page 56: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lvi

hakim baik di dalam ruang sidang maupun di luar sidang selama proses

peradilan berlangsung. Beliau sendiri belum pernah mengalami

contempt of court selama 17 (tujuh belas) tahun masa kariernya.

Menurut beliau, ada atau tidaknya contempt of court tergantung pada

kesadaran hukum dan pengetahuan akan hukum masyarakat. Beliau

mencontohkan, ketika menjabat sebagai Hakim di Palembang, dimana

masyarakatnya terkenal berwatak keras, namun karena masyarakat

tersebut sadar hukum maka mereka dapat menjaga sikap dan

mengendalikan diri ketika proses persidangan berlangsung.

Berbeda pula dengan pendapat Pragsono, seorang hakim yang

telah berkarier selama 17 (tujuh belas) tahun ini. Menurut beliau,

contempt of court adalah perbuatan pelecehan dan sebagainya

sebagaimana tersebut dalam KUHP dan KUHAP yang hanya terjadi di

dalam proses persidangan, jika yang dibicarakan adalah contempt of

court dimana korbannya adalah hakim. Beliau pernah mengalami aksi

contempt of court ketika menjabat Hakim di Madura, Jawa Timur.

Ketika itu beliau bertugas sebagai Hakim anggota dalam kasus tindak

pidana pembunuhan. Salah satu keluarga korban pembunuhan merasa

bahwa pertanyaan Hakim Ketua yang disertai emosi begitu

memojokkan saksi korban. Dan karena saksi korban merasa tidak

terima dan juga tidak dapat menahan emosi, ia berteria memaki hakim

dan menendang kursi yang semula ia duduki. Aksi tersebut kemudian

dilaporkan kepada penyidik (kepolisian) untuk ditindak namun hingga

habis masa jabatan beliau di Madura, Jawa Timur tersebut, tidak ada

proses penindaan lebih lanjut dari pihak kepolisian. Menurut beliau,

ada atau tidaknya aksi contempt of court dalam proses persidangan

tergantung bagaimana hakim memimpin sidang. Ibarat sebuah bus,

dimana hakim sebagai sopir dan penumpangnya adalah semua yang

terlibat dalam persidangan tersebut, maka sopir harus berhati-hati agar

penumpangnya merasa nyaman. Begitu pula dalam persidangan, hakim

Page 57: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lvii

harus bisa menjaga wibawa dan bertindak tegas tanpa harus

mengedepankan emosi agar persidangan dapat berjalan lancar sesuai

tata tertib.

b. Faktor Penyebab Terjadinya Contempt Of Court

Ada atau tidaknya suatu tindakan contempt of court dalam

sebuah proses peradilan dilatar belakangi oleh beberapa hal sebagai

berikut :

1) Tingkat kesadaran dan pengetahuan hukum masyarakat

Pada dasarnya hakim memahami perasaan pihak yang kalah

dalam suatu perkara. Masalahnya tidak semua orang paham tentang

hakikat hukum. Barangkali pengacara, hakim, akademisi, dan

pengamat hukum paham tapi belum tentu masyarakat Indonesia

keseluruhan mempunyai tingkat kesadaran dan pengetahuan akan

hukum yang sama.

2) Hakim tidak mampu menjaga wibawa dan nama baiknya

Hakim di dalam menjalankan tugasnya, tidaklah mudah. Di

Indonesia,upaya penyuapan terhadap lembaga pemerintahan dan

lembaga peradilan demi tercapainya suatu tujuan yang

menguntungkan bukanlah hal yang baru lagi. Maka di sini hakim

diuji apakah dirinya mampu menjaga wibawa dan nama baik

ataukah sebaliknya, mengorbankan kebenaran dan keadilan demi

kepentingan pribadi. Jika secara kasat mata sang hakim

mempraktekkan mafia peradilan, maka sulit mengharapkan

masyarakat menghormatinya.

3) Perbedaan perlakuan hakim terhadap para pihak dalam persidangan

Terkadang walaupun belum ada putusan Terdakwa salah

atau tidak dalam sebuah perkara pidana, hakim sudah

memperlakukan Terdakwa tersebut secara tidak baik dan

dipojokkan seolah terdakwa memang bersalah.

4) Penyalah artian kata ”reformasi” oleh masyarakat

Page 58: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lviii

Reformasi yang intinya menginginkan sebuah perubahan

dimana perubahan yang dimaksudkan ditujukan ke arah yang lebih

baik, ternyata tidak semua masyarakat memahami bagaimana

mekanisme reformasi yang benar. Sebagian masyarakat

menganggap bahwa sebuah protes terhadap lembaga pemerintahan

maupun lembaga peradilan, dimana proses tersebut tidak jarang

diwarnai aksi anarkhi inilah yang dinamakan reformasi yang

terpenting bagi masyarakat tersebut, apa yang mereka inginkan

terpenuhi.

5) Kurangnya pengawalan sidang

Dalam sebuah persidangan, khususnya jenis pemeriksaan

perkara yang menyita perhatian publik terkadang hanya ada satu

hingga dua aparat keamanan saja, padalah jika sampai terjadi aksi

contempt of court, maka jumlah tersebut jelas tidak sebanding

dengan pelaku aksi yang biasanya jumlahnya bergerombol.

c. Jenis Pemeriksaan Perkara Yang Dilakukan Oleh Hakim Pengadilan

Negeri Surakarta Yang Rawan Terhadap Aksi Contempt of Court

Menurut pendapat para hakim tersebut, jenis pemeriksaan

perkara pidana-lah yang rawan terkena aksi contempt of court,

khususnya dalam perkara tindak pidana pembunuhan, perkara tindak

pidana pemerkosaan (asusila), tindak pidana korupsi, dan parkara

tindak pidana terorisma. Walaupun begitu, bukan berarti dalam perkara

atau sengketa perdata tidak pernah timbul aksi contempt of court.

Dalam sengketa perceraian atau sengketa wanprestasi misalnya, juga

bisa terkena aksi ini.

Di Pengadilan Negeri Surakarta sendiri sebenarnya pernah

terjadi sebuah aksi pada tahun 2003. Ratusan murid Pondok Pesantren

Al Mukmin dan Majelis Mujahidin (MM) dan LPD Surakarta

mendatangi Pengadilan Negeri Surakarta. Mereka menuntut agar

Page 59: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lix

pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba’asyir

dibebaskan dan harus dihormati sebagaimana layaknya seorang ulama.

Massa mulai berkumpul pukul 13.00 di depan Pengadilan Negeri

Surakarta dan berkali-kali meneriakkan Allahu Akbar sambil berorasi.

Mereka membawa poster yang bertuliskan ”Wahai ustadz bersabarlah

kami selalu mendukungmu,” berapa episode lagi sidang ini berakhir?”,

dan wahai hakim jangan bekerjasama dengan Amerika”

(http://www.kompas.com 16 : 43 PM)

Meskipun aksi tersebut cenderung meremehkan kemampuan

Hakim dalam memutus perkara, namun aksi tersebut tidak ditindak

lanjuti dan tidak dikategorikan sebagai aksi contemp of court oleh

Hakim Pemeriksa Perkara. Karena menurut beliau aksi tersebut

memang wajar jika terjadi dan dianggap oleh Hakim sebagai sebuah

tantangan tersendiri dalam mengambil keputusan.

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa ada atau

tidaknya aksi contempt of court ini tergantung pada hakim. Sebagai

pemimpin sidang, maka hakim dalam memeriksa dan memutus perkara

haruslah selalu menjaga kewibawaan dan martabatnya. Di tangan

mereka sebuah proses persidangan ditentukan apakah berjalan tertib

sesuai peraturan ataukah berjalan rusuh dan tidak tertib sehingga

timbul yang dinamakan aksi contempt of court tersebut. Dalam jenis

perkara apapun, sesulit apapun, apabila hakim berusaha keras

memimpin persidangan dengan tegas dan adil, maka para pihak juga

akan merasa bahwa masing-masing merasa diperlakukan adil sehingga

persidanganpun dapat berjalan lancar.

d. Upaya Preventif (Pencegahan) dan Represif (Penghukuman) oleh

Hakim Pengadilan Negeri Surakarta bila terjadi aksi Contempt of

Court

Page 60: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lx

Upaya preventif dari para hakim Pengadilan Negeri Surakarta

untuk mengantisipasi agar tidak terjadi aksi contempt of court dalam

proses persidangan yang dipimpinnya antara lain :

1) Hakim harus sungguh-sungguh mengetahui peraturan hukum dari

perkara yang sedang diperiksa.

Untuk menghasilkan putusan yang adil, maka hakim harus

tahu benar peraturan hukum dari masing-masing perkara. Dengan

kata lain, hakim harus cerdas dan pandai dalam merumuskan

putusan sesuai ketentuan yang ada.

2) Hakim dalam mengadili suatu perkara harus dengan hati nurani

sehingga akan berimplikasi secara langsung maupun tidak

langsung menuntun mata batin pada keseimbangan yang timbul

yaitu kepentingan negara, individu, pelaku tindak piana dan

kepentingan korban kejahatan.

3) Hakim harus menjaga wibawa dan ketegasannya

Hal ini dimaksudkan agar pengunjung sidang maupn pihak-

pihak yang berkaitan langsung dengan proses persidangan dapat

menjaga sikap dan menghormati jalannya persidangan. Selain itu,

dengan kewibawaan seorang hakim, para pihak tersebut dapat

menaruh kepercayaan bahwa persidangan dapat berjalan secara adil

dan tidak ada kecurangan.

4) Hakim harus selalu mengingatkan kepada para pihak yang

berkaitan dengan proses persidangan maupun para pengunjung

sidang bahwa siapapun yang berusaha membuat kerusuhan, akan

diancam dengan penuntutan.

Sedangkan upaya represif apabila aksi contempt of court telah

terjadi dalam suatu proses persidangan, yaitu :

1) Hakim menunda sidang, karena dianggap sudah tidak

memungkinkan lagi meneruskan jalannya persidangan dalam

keadaan rusuh dan kepala panas.

Page 61: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxi

2) Hakim melakukan penuntutan yaitu melaporkan aksi contempt of

court terhadap dirinya tersebut kepada pihak berwenang yaitu

kepolisian agar ditindak lanjuti.

3) Hakim memerintahkan kepada pelaku untuk meninggalkan ruang

sidang. Apabila masih belum dipatuhi maka hakim dapat

memerintahkan pihak keamanan untuk melakukan penertiban.

5. Pembahasan

Membicarakan pranata contempt of court dalam sistem peradilan

Indonesia tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, akan tetapi harus

dilihat dari sistem peradilan itu secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan

peradilan kita merupakan suatu sistem, dimana terdapat keterkaitan yang

absolute antara satu sama lain.

Dalam sejarahnya, contempt of court sebagai pranata hukum

muncul dari negara Common Law yang kebanyakan menganut adversary

system, yaitu sistem hukum dimaan dalam pemeriksaan dipersidangan

hakim lebih bersifat pasif atau dapat diibaratkan hakim hanya sebagai

wasit saja. Sistem ini lebih bertumpu pada kemampuan para pihak dalam

memperjuangkan kepentingan masing-masing. Konsekuensi dari sistem ini

adalah terbatasnya kewenangan hakim dalam ruang persidangan.Untuk

mengimbangi hal inilah, maka negara yang menganut adversary system

contempt of court mengaturnya dalam suatu peraturan perundang-

undangan, yaitu sebagai dasar hukum yang memberikan kekuatan kepada

hakim untuk menindak seseorang yang telah melakukan penghinaan

kepada sidang (baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung). Gambaran dari pengadilan yang menganut adversary system

yaitu :

1) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak yang berperkara.

2) Adanya aturan-aturan yang melindungi Terdakwa selama proses dari

kesewenang-wenangan kekuasaan.

Page 62: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxii

3) Adanya proses yang mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan.

4) Adanya praduga tak bersalah.

Sedangkan kebanyakan negara Civil Law termasuk Indonesia

menganut sistem inquisitorial system (non adversary system) dimana

dalam proses peradilan penentuan fakta, kesalahan, hukum dan hukuman

merupakan urusan negara dan pengadilan merupakan pendelegasian

wewenang saja. Sehingga dalam persidangan, hakim adalah pemimpin dan

menjaga tata tertib persidangan. Oleh sebab itu maka segala sesuatu yang

terjadi dalam ruang sidang harus dengan seizin hakim. Kekuasaan hakim

yang besar ini diberikan melalui kitab undang-undang hukum pidananya

(dan acara pidana) tidak dalam suatu undang-undang khusus. Gambaran

dari proses pengadilan non adversary system yaitu :

1) Mengabaikan pengawasan hukum (disregard legal control).

2) Secara diam-diam berpraduga bersalah.

3) Dengan hukuman tinggi.

4) Dukungan pada polisi.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa istilah contempt of court di

Indonesia pertama kali ditemukan dalam penjelasan umum UU No. 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung butir 4 alinea ke-4. Dalam

penjelasan umum UU No. 14 Tahun 1985 diisyaratkan perlu dibuat suatu

Undang-undang yang mengatur tentang ancaman hukuman dan

penindakan pemidanaan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap atau

ucapan yang dapat merendahkan dan merongrong kewibawaan, martabat

dan kehormatan pejabat peradilan.

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 1985 tersebut, diterbitkanlah Surat

Keputusan Bersama (SKB) No. M. 03-PR’08.05 Tahun 1987 tentang Tata

Cara Pengawasan, Penindakan, dan Pembelaan Diri Penasihan Hukum.

Dengan terbitnya SKB ini, maka tujuan pembuat UU No. 14 Tahun 1985

Page 63: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxiii

itu telah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan yang diharapkan, yaitu

dituangkan dalam bentuk undang-undang. SKB ini hanya mengatur

contempt of court. Oleh karena itu, sampai saat ini kiranya lebih tepat

untuk memperhatikan ketentuan yang ada dalam KUHP dan KUHAP,

antara lain sebagai berikut :

1) Pasal dalam KUHP yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan

contempt of court

a) Pasal 209 : memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang

pejabat dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya.

b) Pasal 210 : memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang

hakim, penasihat atau adviseur.

c) Pasal 211 : memaksa seorang pejabat untuk melakukan perbuatan

jabatan atau untuk tidak melakukan perbuatan jabatan yang sah.

d) Pasal 212 : melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan

tugas yang sah.

e) Pasal 216 : tidak menuruti perintah atau permintaan yang

dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya

mengawasi sesuatu.

f) Pasal 217 : menimbulkan kegaduhan dalam sidang pengadilan.

g) Pasal 224 : sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-

undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban.

h) Pasal 233 : merusak / menghilangkan barang bukti

(www.pemantauperadilan.com)

2) Pasal dalam KUHP yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan

contempt of court, yang dapat dikenakan kepada pers :

a) Pasal 207 : lisan atau tulisan menghina suatu penguasa atau badan

umum yang ada di Indonesia.

Page 64: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxiv

b) Pasal 208 : menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di

muka umum suatu tulisan atau lukisan yang memuat penghinaan

terhadap suatu penguasa atau badan umum

(www.pemantauperadilan.com).

3) Pasal dalam KUHAP yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan

contempt of court

a) Pasal 217 : Menimbulkan kegaduhan dalam sidang pengadilan.

(1) Hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan dan

memelihara tata tertib di persidangan.

(2) Segala sesuatu yang diperintahkan oleh hakim ketua

sidang untuk memelihara tata tertib di persidangan

wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat.

b) Pasal 218 : Melanggar tata tertib persidangan

(1) Dalam ruang sidang siapa pun wajib menunjukkan sikap hormat

kepada pengadilan.

(2) Siapapun yang di sidang pengadilan bersikap tidak sesuai dengan

martabat pengadilan dan tidak menaati tata tertib setelah mendapat

peringatan dari hakim ketua sidang, atas perintahnya yang

bersangkutan dikeluarkan dari ruang sidang.

(3) Dalam hal pelanggaran tata tertib sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) bersifat suatu tindak pidana, tidak mengurangi

kemungkinan dilakukan penuntutan terhadap pelakunya.

(www.pemantauperadilan.com).

4) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.

01/M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan

KUHAP, mengisyaratkan adanya sifat terbuka pada sidang pengadilan

(www.pemantauperadilan.com).

Dalam keputusan ini dikatakan bahwa KUHAP mengisyaratkan

adanya sifat terbuka pada sidang pengadilan. Hal ini mencerminkan

asas demokrasi di bidang pengadilan dan tidak dapat dilepaskan dari

Page 65: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxv

fungsi pers untuk mengadakan pemberitaan, reportase tentang jalannya

pengadilan.

Pada sidang pengadilan yang terbuka itulah pemeriksaan

dijalankan seobyektif-obyektifnya dan dihadiri oleh khalayak ramai

dengan tertib agar dapat mengikuti atau mengawasi jalannya

pemeriksaan. Dengan demikian sifat terbuka dari suatu proses pidana

tidak terletak pada dapatnya orang keluar masuk ruang sidang

pengadilan, tetapi terletak pada pemberitaan yang bebas oleh pers dan

dapat dipertanggung jawabkan sedemikian rupa, sehingga “the fair

administration of justice” tidak menjadi terdesak karenanya.

Persidangan terbuka demi keadilan, hak seseorang untuk diadili secara

terbuka, tidak boleh mengakibatkan ia diadili oleh “public”. Oleh

karena itu hakim ketua sidang diwajibkan menjaga agar ketertiban di

sidang pengadilan tidak dilanggar oleh siapapun. Pelaku pelanggaran

tata tertib persidangan yang bersifat tindak pidana dimungkinkan untuk

dilakukan penuntutan terhadap dirinya (Pasal 218 KUHAP)

(www.pemantauperadilan.com).

Jadi contempt of court adalah jenis tindak pidana yang dapat

dilakukan oleh orang yang terlibat dalam suat proses perkara maupun

tidak terlibat, didalam maupun di luar pengadilan, dilakukan secara

aktif maupun pasif yang ditujukan untuk mempermalukan kewibawaan

dan martabat pengadilan atau merintangi pejabat pengadilan di dalam

menjalankan peradilan.

Penyebab terjadinya aksi contempt of court bukan hanya karena

rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum namun juga

karena perilaku hakim sendiri yang terkadang tidak dapat menjaga

martabat dan wibawa dalam memimpin sebuah proses peradilan.

Page 66: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxvi

Perkembangan terbaru saat ini sedang marak dibicarakan

mengenai perlu atau tidaknya sebuah ketentuan perundang-undangan

yang khusus mengatur contempt of court. Sebagian menganggap

bahwa undang-undang contempt of court tersendiri belum perlu dan

tidak mendesak untuk dibuat namun sebaliknya, sebagian kalangan

hakim sudah lama mengusulkan agar dibuat suatu undang-undang

yang memberi perlindungan kepada hakim dan aparat penegak hukum

lainnya dalam menjalankan tugasnya. Di dalam RUU KUHP,

ketentuan mengenai contempt of court terdapat dalam BAB IV di

bawah titel Tindak Pidana Terhadap Proses Peradilan.

D. Hambatan Yang Dihadapi Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

dalam Menindak Aksi Contempt Of Court

Maraknya aksi contempt of court di Indonesia akhir-akhir ini,

bukan berarti tidak ada penanganan sama sekali dari pemerintah maupun

aparat penegak hukum. Hakim sebagai tokoh sentral yang memiliki

peranan penting untuk mencegah dan mengatasi aksi contempt of court

sebenarnya juga telah melakukan berbagai tindakan untuk menangani aksi

tersebut. Hanya saja penanganan tersebut terkadang dihadapkan pada

berbagai hambatan. Begitupun yang dialami oleh Hakim Pengadilan

Negeri Surakarta. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya

mencegah dan mengatasi aksi contempt of court menurut Hakim

Pengadilan Negeri Surakarta antara lain :

a. Tidak adanya koordinasi atau kerjasama yang solid antar aparat

penegak hukum.

Kerjasama merupakan jalan terbaik dalam mengatasi berbagai

masalah. Begitu juga dalam upaya mencegah dan mengatasi aksi

contempt of court ini. Apabila antar lembaga (lembaga penyidik,

penuntut dan pemeriksa perkara) dapat bekerjasama dan saling

membantu tentunya aksi contempt of court dapat dicegah dan diatasi.

Page 67: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxvii

Namun terkadang salah satu pihak kurang dapat diajak bekerjasama.

Misal seperti yang dialami oleh salah seorang Hakim Pengadilan

Negeri Surakarta, Pragsono, dimana ketika beliau mengalami aksi

contempt of court kemudian melaporkan hal tersebut kepada aparat

penyidik (kepolisian), laporan tersebut seolah hanya berhenti disitu

saja dan tidak ada tindak lanjut dari pihak kepolisian. Hal seperti inilah

salah satu penyebab mengapa aksi contempt of court di Indonesia

masih marak terjadi.

b. Keputusasaan Hakim

Karena contempt of court yang terkadang membahayakan diri

hakim ketika dilaporkan oleh hakim yang bersangkutan untuk ditindak

lanjuti ternyata tidak sedikit yang terputus di tengah jalan, misal hanya

sampai pada tahap penyidikan. Hal ini tentunya membuat Hakim putus

asa dan menganggap tidak ada manfaatnya menindak aksi sebuah

contempt of court. Kembali hal ini diungkapkan oleh Pragsono. Karena

sampai saat ia pindah tugas pun contempt of court yang pernah

menimpa dirinya tersebut belum juga selesai proses hukumnya.

c. Ancaman dari pihak-pihak tertentu, dimana ancaman tersebut

menyangkut keselamatan hidup hakim atau keluarganya

Dalam sebuah kesempatan Sugi Widharto pernah

mengungkapkan bahwa yang menjadi hambatan mengapa di Indonesia

terjadi aksi contempt of court salah satunya adalah ancaman dari

pihak-pihak tertentu. Walaupun ada juga hakim yang menganggap

bahwa hal ini merupakan salah satu tantangan berprofesi sebagai

hakim namun tidak semua hakim mau untuk mengambil resiko

tersebut dan memilih jalan aman saja.

d. Pelaku aksi contempt of court biasanya bergerombol dan berjumlah

banyak sehingga menyulitkan hakim melakukan penuntutan.

Page 68: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxviii

Hal ini juga termasuk salah satu hambatan. Karena hakim sulit

menindak aksi contempt of court tersebut ketika dua pihak tidak

berimbang jumlahnya. Inilah salah satu hasil pengamatan dari Dwi

Sudaryono ketika melihat fenomena banyaknya aksi contempt of court

di Indonesia saat ini.

Pembahasan Tidak mudah untuk menindak sebuah aksi contempt of court. Hal

ini terbukti dari hasil wawancara dengan beberapa hakim Pengadilan

Negeri Surakarta bahwa dalam menindak aksi contempt of court

kenyataannya tidak seperti dalam teori. Ancaman penuntutan sesuai

ketentuan yang ada tidak semudah itu dipraktekkan. Banyak faktor yang

menghalangi atau menghambat hakim dalam menindak aksi tersebut.

Bagaimanapun hakim bukan satu-satunya orang yang harus

dipersalahkan ketika aksi contempt of court semakin marak terjadi. Pihak

keamanan sebagai pelindung dan pengatur ketertiban juga mempunyai

peran besar. Dan memang sudah seharusnya jika antar lembaga penegak

hukum saling bekerjasama untuk menindaknya bukan malah saling

menyalahkan dan mencari pembenaran diri ketika sebuah masalah datang

menghadang. Tidak seharusnya Hakim putus asa dan takut akan ancaman

yang ditujukan pada dirinya. Karena hal itu justru merupakan parameter

seberapa berani hakim menanggung resiko profesinya.

Page 69: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxix

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim

Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal terjadi contempt of court

dalam proses peradilan

a. Dari berbagai macam definisi yang ada, maka dapat disimpulkan

bahwa contempt of court adalah jenis tindak pidana yang dapat

dilakukan oleh orang yang terlibat dalam suatu proses perkara maupun

tidak terlibat, di dalam maupun di luar pengadilan, dilakukan secara

aktif maupun pasif yang ditujukan untuk mempermalukan kewibawaan

dan martabat Pengadilan atau merintangi pejabat pengadilan didalam

menjalankan peradilan.

b. Pranata contempt of court merupakan pranata yang tumbuh dan

berkembang di negara-negara yang menganut sistem common law dan

sistem peradilan yang dianutnya adalah adversary system. Keberadaan

pranata ini ditujukan untuk melindungi kekuasaan peradilan,

khususnya Hakim dalam menjalankan proses peradilan dari segala

ancaman, gangguan dan hambatan yang akan menghalangi Hakim

dalam menjalankan tugasnya.

c. Penyebab terjadinya aksi contempt of court bukan hanya karena

rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum namun juga

karena perilaku hakim sendiri yang terkadang tidak dapat mejaga

martabat an wibawa dalam memimpin sebuah proses peradilan.

d. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi aksi contempt of court yaitu

Hakim harus senantiasa menjaga wibawa dan ketegasannya tanpa 58

Page 70: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxx

harus mengedepankan emosi sehingga masyarakat pada umumnya dan

orang-orang yang terlibat dalam proses peradilan pada khususnya

dapat menaruh kepercayaan bahwa Hakim dapat memberikan putusan

yang adil, bijaksana dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang ada. Sedangkan upaya untuk mengatasi aksi contempt of court

yang telah terjadi yaitu Hakim harus tegas menindak pelaku aksi

tersebut melalui sebuah penuntutan sehingga dapat membuat jera

pelaku dan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat lainnya agar

tidak melakukan aksi serupa.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam hal mencegah ataupun menangani aksi contempt of

court antara lain :

a. Kurangnya kerjasama antar aparat penegak hukum sendiri.

b. Keputus asaan Hakim karena jarangnya sebuah aksi contempt of court

yang telah membahayakan dirinya ketika dilaporkan tidak ada tindak

lanjutnya.

c. Ancaman pihak-pihak tertentu yang menyangkut keselamatan diri

hakim.

d. Pelaku aksi contempt of court yang biasanya bergerombol tidak

sebanding dengan jumlah aparat yang menjaga keamanan sidang.

B. Saran

1. Terhadap semakin maraknya aksi contempt of court di Indonesia akhir-

akhir ini, hendaknya para hakim lebih tegas untuk menindaknya supaya

lembaga Peradilan Indonesia tetap berwibawa dan dihormati.

2. Perlunya pengawalan dan perhatian yang lebih ketat terhadap proses

persidangan dalam kasus yang menarik perhatian masyarakat.

3. Perlunya memberikan penyuluhan agar masyarakat lebih memahami

hukum khususnya mekanisme beracara di dalam proses peradilan

Page 71: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxxi

mengingat tidak semua masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan

hukum yang sama baiknya.

4. Tidak perlu menperdebatkan permasalahan perlu atau tidaknya membuat

peraturan khusus mengenai contempt of court karena semua itu kembali

pada mampu atau tidaknya hakim mengimplementasikan peraturan yang

ada dan menjaga wibawanya sehingga sebuah proses peradilan dapat

berjalan tertib dan adil sesuai peraturan perundang-undangan.

Page 72: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxxii

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. Andi Hamzah dan Bambang Waluyo. 1989. Delik-Delik Terhadap

Penyelenggaraan Peradilan (Contempt of Court). Jakarta : Sinar Grafika. Bambang Waluyo. 2000. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta : Sinar Grafika. Darto Hamoko. 2003. Demokrasi Dalam Perjalanan Sejarah (Studi Kasus di

DIY 1945 – Awal Reformasi). Yogyakarta : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Fitri Ayuningsih. 2007. Studi Tentang Penerapan Syarat Formil dan Materiil

Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum dan Akibat Hukumnya Jika Dinyatakan oleh Hakim (Studi Kasus Oada Perkara Pidana Korupsi Pengadaan Helikopter dengan Terdakwa Abdullah Puteh). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Harun M. Husein. 1992. Kasasi Sebagai Upaya Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. HB Soetopo. 1998. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surakarta : Sebelas Maret

University Press. Kansil. 1993. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Jilid II

(Pengantar Hukum Indonesia). Jakarta : Balai Pustaka. Martiman Pradjohamidjojo. 1992. Kekuasaan Kehakiman dan Wewenang Untuk

Mengadili. Jakarta : Ghalia Indonesia. Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana.

Bandung : Alumni. Oemar Seno Adji. 1980. Pengadilan Bebas Negara Hukum. Jakarta : Erlangga. ______________. 1993. Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Sejak Kembali ke

UUD 1945. Jakarta : Sinar Harapan. Satcipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. Soerjono Soekamto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Page 73: PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP …...pelaksanaan perlindungan hukum terhadap martabat hakim pengadilan negeri surakarta dalam hal terjadi contempt of court dalam proses peradilan

lxxiii

Subagio Gigih Wijaya. 2007. Pranata Dissenting Opinion sebagai Instrumen Meningkatkan Tanggung Jawab Individual Hakim Dalam Memutuskan Perkara Pidana Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tanpa Pengarang. 2007. “Awas … Hakim Terancam!”. Tahun Ke IV Nomor

52.2007. Legal Review. Tahun Ke-IV Nomor 52. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali). Jakarta : Sinar Grafika.

Http://www/balispot.com. (15 Juli 2007 Pukul 19.00 WIB) Http://www.icel.or.id (15 Juli 2007 Pukul 19.15 WIB) Http://id.wikipedia.org/wiki/reformasi (15 Juli 2007 Pukul 19.20 WIB) Http://id.wikipedia.org/wiki/reformasi (15 Juli 2007 Pukul 19.30 WIB) Http://library.USU.ac.id (15 Juli 2007 Pukul 19.45 WIB) Http://SuaraMerdeka.com (15 Juli 2007 Pukul 20.00 WIB) Http://www.umy.ac.id (15 Juli 2007 Pukul 20.15 WIB) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung. Keputusan Mahkamah Agung Nomor : KMA/104 A/SK/XII/2006 tentang

Pedoman Perilaku Hakim.