16
PELESTARIAN PENYU DI BALI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan daerah disekitar mahluk hidup tinggal, baik di darat, udara, maupun air. Mahluk hidup memerlukan lingkungan yang sesuai dengan kreterianya. Lingkungan yang ideal atau seimbang yaitu suatu lingkungan dimana komponen – komponennya, baik biotik maupun abiotik, berada lama keadaan seimbang dan harmonis sehingga kehidupan di dalam berjalan dengan baik. Contoh paling sederhana adalah lingkungan yang ada di hutan liar. Di dalam hutan liar, antara komponen biotik dan abiotik saling ada ketergantungan. Lingkungan yang ideal baik bagi pertumbuhan mahluk hidup yang hidup di dalamnya. Pada kenyataanya, masih banyak lingkungan di sekitar kita yang belum seperti lingkungan ideal atau malah sangat jauh dari lingkungan ideal. Hutan yang dulunya ada sekarang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Sehingga pohon yang dulunya menahan tanah dan air hujan sekarang sudah tidak ada lagi. Selain itu, contoh nyata lingkungan kita ialah sampah plastik yang ada di mana-mana, bila sampah itu menyumbat aliran sungai, dapat menyebabkan aliran sungai terhenti dan meluap menjadi banjir ketika hujan deras, sedangkan bila sampah itu ada di laut, maka sampah itu akan dimakan oleh hewan-hewan yang ada dilaut

Pelestarian Penyu Di Bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pelestarian Penyu Di Bali

PELESTARIAN PENYU DI BALI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lingkungan merupakan daerah disekitar mahluk hidup tinggal, baik di darat,

udara, maupun air. Mahluk hidup memerlukan lingkungan yang sesuai dengan

kreterianya. Lingkungan yang ideal atau seimbang yaitu suatu lingkungan dimana

komponen – komponennya, baik biotik maupun abiotik, berada lama keadaan seimbang

dan harmonis sehingga kehidupan di dalam berjalan dengan baik. Contoh paling

sederhana adalah lingkungan yang ada di hutan liar. Di dalam hutan liar, antara

komponen biotik dan abiotik saling ada ketergantungan. Lingkungan yang ideal baik bagi

pertumbuhan mahluk hidup yang hidup di dalamnya.

Pada kenyataanya, masih banyak lingkungan di sekitar kita yang belum seperti

lingkungan ideal atau malah sangat jauh dari lingkungan ideal. Hutan yang dulunya ada

sekarang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Sehingga pohon yang

dulunya menahan tanah dan air hujan sekarang sudah tidak ada lagi. Selain itu, contoh

nyata lingkungan kita ialah sampah plastik yang ada di mana-mana, bila sampah itu

menyumbat aliran sungai, dapat menyebabkan aliran sungai terhenti dan meluap menjadi

banjir ketika hujan deras, sedangkan bila sampah itu ada di laut, maka sampah itu akan

dimakan oleh hewan-hewan yang ada dilaut terutama penyu yang menganggap bahwa

sampah yang mengapung itu adalah ubur-ubur.

Permasalahan yang sering terjadi diakibatkan karena kenyataan kondisi

lingkungan disekitar kita sangatlah jauh dari keidealan yang ada. Bagaimana kita hidup

bila tempat kita hidup tidak memungkinkan kita untuk hidup. Contohnya bila air yang

kita perlukan untuk hidup tidak dapat kita gunakan lagi untuk minum karena sudah

tercemar, kita akan mati karena tidak ada yang bisa kita minum. Selain itu bila tanah

tempat kita tinggal rusak karena tidak ada lagi pohon yang menjaga tanah, kita tidak akan

punya lagi tempat tinggal. Selain itu, kondisi lingkungan atau habitat hewan-hewan di

hutan akan terancam punah bila kita terus merusak hutan dan tidak pernah mau

Page 2: Pelestarian Penyu Di Bali

memperbaikinya. Bila hal ini terus terjadi, bumi yang kita tinggali akan rusak dan tidak

dapat kita tinggali lagi.

1.2 Rumusan Masalaha. Bagaimana keadaan suatu lingkungan yang seimbang ?b. Bagaimana kendala dan potensi dari pelestarian Sumber Daya Alam Hayati di Bali ?c. Bagaimana penerapan konsep Tri Hita Karana Di Bali dalam pelesatarian Sumber Daya

Alam ?d. Bagaimana usaha pelestarian penyu di Bali ?

1.3 TujuanMengidentifikasi upaya pelestarian penyu di Bali

1.4 Manfaat

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalayak banyak

sehingga dapat menumbuh kembangkan rasa peduli dan cinta terhadap lingkungan

dimulai dari hal yang terkecil hingga besar. Sehingga krusakan lingkungan dapat dhindari

dan dicegah dengan seoptimal mungkin dan tercipta lingkungan hidup yang ideal.

1.5 Metode Penulisan

Karya tulis ini menggunakan metode observasi dan penggunaan literatur dari

buku maupun artikel di internet.

Page 3: Pelestarian Penyu Di Bali

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan yang SeimbangLingkungan yang seimbang yaitu suatu lingkungan dimana komponen – komponennya,

baik biotik maupun abiotik, berada lama keadaan seimbang dan harmonis sehingga kehidupan di dalam berjalan dengan baik. Contoh paling sederhana adalah lingkungan yang ada di hutan liar yang masih belum terjamah oleh kemajuan zaman. Penyu sendiri memerlukan lingkungan yang seimbang untuk dapat hidu[ dan berkembang.

2.2 Berbagai Usaha Pelestarian Sumber Daya Alam

Alam telah menyediakan berbagai macam keperluan yang kita butuhkan, mulai

dari pangan, sandang, dan papan. Semua itu dapat kita peroleh dari alam. Alam pada

dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan seimbang. Oleh

karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus dilakukan untuk

mempertahankan keserasian dan keseimbangan.

Sumber daya alam sendiri dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya.

a. Berdasarkan sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, 

tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut ter barukan karena dapat melakukan

reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).

2.  Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah,

gas bumf, batu tiara, dan bahan tambang lainnya.

3.  Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari,  energi pasang surut,

dan energi laut.

b. Berdasarkan potensi

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam, antara lain

sebagai berikut.

1.  Sumber daya alam materi; merupakan sumber daya alam yang  dimanfaatkan dalam

bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas,  kayu, serat kapas, rosela, dan

sebagainya.

Page 4: Pelestarian Penyu Di Bali

2.  Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang  dimanfaatkan

energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air terjun, sinar matahari,

energi pasang surut laut, kincir angin, dan  lain-lain.

3.  Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau

tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.

c.  Berdasarkan jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :

1. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu

sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya : bahan tambang, tanah,

air, dan kincir angin.

2. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang berupa

makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia.

Sumber daya alam perlu dilestarikan. Terutama sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui dan yang terbatas jumlahnya. Selain itu pelestarian juga dapat membuat sumber daya

tersebut tidak rusak dan kita dapat menggunakannya lagi. Sumber daya alam terutama sumber

daya tumbuhan, bila dieksploitasi secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup

parah. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumber daya tumbuhan

diantaranya adalah sebagai berikut.

Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena  (tebang habis).

Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih

(penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua

dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan. 

Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak

pohon-pohon muda di sekitarnya.

Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah

terlanjur rusak. Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan

untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain. 

Mencegah kebakaran hutan.

Page 5: Pelestarian Penyu Di Bali

Selain sumber daya tumbuhan, sumber daya hewani juga penting keberadaannya.

Manusia mengguanakan tenaga dari hewan untuk bekerja, salain itu manusia juga mendapatkan

makanan dari hewan pula. Karena hewan merupakan salah satu rantai makanan yang penting.

Untuk itulah perlu diadakan pelestarian sumber daya hewan yang diantaranya sebagai berikut.

Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu).

Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya.

Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan.

Harus menyerahkan sebagian tubuh yang diburunya kepada petugas sebagai tropy,

misalnya tanduknya. 

Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.

Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu saja. Misalnya, ikan

salmon pada musim berbiak di sungai tidak boleh ditangkap, atau kura-kura pads musim

akan bertelur. 

Harus melakukan konvensi dengan baik. Konuensi ialah aturan-aturan yang tidak tertulis

tetapi harus sudah diketahui oleh si pemburu dengan sendirinya. Misalnya, tidak boleh

menembak hewan buruan yang sedang bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buas

buruannya lepas dalam keadaan terluka.

Ada banyak cara untuk melestarikan sumber daya alam yang ada. Bila kita mau untuk

berusaha melestarikannya, tentu kita tidak akan kesulitan dalam mencari sumber daya alam.

Namun bila kita tidak peduli dengan alam, maka lambat laun, sumber daya alam tersebut akan

hilang dan kita tidak lagi mempunyai apa-apa. Pangan, sandang, dan papan akan hilang, kita

manusia juga tidak akan bisa hidup di kondisi seperti itu. Maka dari itu pelestarian terhadap

sumber daya alam yang ada harus dilakukan.

2.3 Konsep Tri Hita Karana dalam Masyarakat Bali

Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara: 1. Manusia dengan Tuhannya.2. Manusia dengan alam lingkungannya.

3. Manusia dengan sesamanya.

Page 6: Pelestarian Penyu Di Bali

Kaitannya dengan keadaan lingkungan yang seimbang adalah Tri Hita Karana

mengajarkan kita untuk menghargai alam yang telah memberikan segalanya kepada kita.

Dengan berpedoman kepada konsep ini kita diingatkan untuk selalu menjaga alam.

Khususnya di Bali, konsep Tri Hita Karana sudah dilakukan sajak dulu. Di Bali, Tri Hita

Karana dijalankan dengan barbagai cara, ada yang melakukan dengan upacara ada yang

melakukan suatu kegiatan secara langsung seperti kerja bakti membersihkan lingkungan.

Selain itu, di dalam Tri Hita Karana kita juga diajarkan untuk merawat satwa-satwa yang

ada terutama yang hampir punah sebagai bentuk keharmonisan kita denga mahluk

penghuni bumi selain manusia. Untuk itulah diperlukan kesadaran untuk menjaga satwa-

satwa yang ada dan juga melakukan pelestarian alam karena dewasa ini alam kita sudah

semakin memburuk.

2.4 Pelestarian Penyu

Upaya pelestarian penyu khususnya di Bali, yaitu :

a. Melindungi habitat dan populasi penyu di Propinsi Bali serta berpartisipasi dalam pengawasan lalu lintas dan perdagangan penyu illegal.

b. Membina kelompok masyarakat yang memiliki potensi populasi penyu untuk berpartisipasi dalam perlindungan dan pelestarian penyu.

c. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah setempat dalam perlindungan kawasan esensial/habitat peneluran penyu.

d. Membuat progam pengembangan populasi alami untuk kepentingan ekowisata dan upacara adat/ritual keagamaan umat Hindhu. Pengembangan populasi dapat dilakukan dengan cara kegiatan penetasan semi alami dan tukik yang di tetaskan kemudian dibesarkan keramba jarring apung (KJA). Hasil pembesaran ini dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan upacara adat/ritual keagamaan.

e. Meminimalisir dampak pembangunan di atau sekitar pantai peneluran dan habitat penyu alam. Pembangunan di atau sekitar pantai peneluran dan habitat penyu alam. Pembangunan di atau sekitar pantai peneluran penyu hendaknya tidak menganggu aktifitas peneluran penyu.

f. Dalam kaitan dengan kultur budaya/agama dalam pemanfaatan penyu, perlu disosialisasikan dan disebarluaskan 7 (tujuh)butir rekomendasi PHDI Propinsi Bali tanggal 15 januari 2005 untuk menjadi pedoman masyarakat dalam pemanfaatan penyu berkaitan dengan keperluan budya/agama.

Page 7: Pelestarian Penyu Di Bali

g. Mengembangkan progam penelitian dan penangkaran dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan populasi penyu.

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Karakteristik penyu

Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.

Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari.

3.2 Jenis penyu di Pulau Serangan

Page 8: Pelestarian Penyu Di Bali

Dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia, hanya tiga jenis yang banyak ditemui bersarang di pantai pesisir Pulau Bali seperti di Bali barat, Pantai Kuta, dan Pulau Serangan. Mereka adalah jenis penyu lekan, penyu sisik, dan penyu hijau.

3.3 Habitat penyu dan peneluran

Penyu seperti hewan laut lainnya mempunyai habitat di laut terutama dekat pantai saat bertelur. Habitat peneluran merupakan pantai daratan yang digunakan penyu untuk meletakkan telurnya dan kemudian kembali ke laut. Lokasi peneluran berdekatan dengan habitat perairannya. Walaupun penyu memiliki wilayah jelajah yang sangat luas, ketika musim kawin, penyu akan mendekati pantai peneluran. Penyu memilih pantai yang tidak terlalu curam, kesukaan penyu pada daerah yang landai, kemiringan dengan kisaran antara 10 – 100, berhubungan dengan

keinginan penyu untuk melewati daerah di atas batas pasang surut. Penyu, satu kali musim bertelur bisa 3 – 4 kali bertelur dengan jarak waktu antara 14 – 25 hari. Setelah musim bertelur berakhir, penyu akan bertelur lagi sekitar 2 - 3 tahun kemudian. Seteleh bertelur penyu akan menjelajahi samudera dan ketika musim kawin akan kembali mendekati pantai peneluran.

3.4 Cara pelestaraian penyu

Page 9: Pelestarian Penyu Di Bali

Upaya pelestarian penyu perlu sedini mungkin dilakukan, karena untuk saat sekarang pantai peneluran penyu mengalami kerusakan yang sangat parah. Hal ini mengakibatkan populasi penyu di alam dari hari ke hari mengalami penurunan, bahkan semua jenis penyu masuk dalam

kategori punah. Upaya pelestarian yang sering dilakukan adalah penetasan semi alami. Telur dari sarang alami dipindahkan ke dalam ember berpasir. Kemudian telur dalam ember dibawa ke lokasi penetasan semi alami dan selanjutnya ditanam. Keuntungan dari penetasan buatan adalah terbebas dari predator dan suhu dan kelembaban sarang bisa diatur dengan cara membuka dan menutup tutup ember. Kelemahan penetasan buatan ini adalah pada waktu pemindahan sarang buatan (ember berpasir), terjadi goncangan yang bisa mengakibatkan telur penyu tidak menetas. Setelah telur menetas, tukik – tukik (anak penyu) dilepaskan kembali ke laut. Atraksi ini sangat menarik bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Hal ini dijadikan sebagai sarana wisata pendidikan. Diharapkan dengan melepaskan tukik kembali ke laut bisa menanamkan jiwa kepedulian terhadap upaya pelestarian penyu.

Page 10: Pelestarian Penyu Di Bali

BAB IV

PEMBAHASAN

Penyu di dunia khususnya di bali jumlahnya kian memprihatinkan. Pada tahun 1970 an, Bali dikenal sebagai daerah pengkonsumsi penyu terbesar di Indonesia. Pada kurun waktu tersebut, yaitu pada tahun 1969 – 1999, kebutuhan penyu di Bali khususnya penyu hijau (Chelonia mydas) mencapai 19.628 ekor – 30.121 ekor per tahun. Saat itu, penyu hijau belum dilindungi. Namun demikian kondisi ini banyak mengundang protes dari berbagai pihak, bahkan Bali di juluki sebagai “daerah pembantai penyu terbesar di dunia “ dan banyak pihak yang mengancam akan memboikot pariwisata Bali. Hal ini tentunya menimbulkan citra negatif bagi pariwisata Bali.

Disamping pemburuan oleh manusia, penyu juga memiliki masalah lain yakni pembangunan di wilayah pesisir yang menyebabkan kerusakan lingkungan daerah pesisir, penangkapan tidak sengaja oleh alat perikanan, degradasi, dan kerusakan pantai untuk bertelur, dan polusi kelautan.

Oleh karena semakin berkurangnya populasi penyu maka dibutuhkan suatu upaya konkret untuk menghindari penyu agar tidak punah. Upaya tersebut dapat dilakukan oleh individu maupun pemerintah. Upaya individu tersebut dapat berupa :

1. Jika sedang melaut :a. Jika menggunakan perahu, berhati-hatilah – tabrakan dengan perahu dapat

mematikan penyu

b. Jika menemukan penyu dalam air, jangan mengganggu, terutama jika penyu sedang istirahat atau makan

c. Menurut para ahli, sebaiknya jangan menyentuh atau memberikan makanan pada penyu liar

2. Jika sedang di pantai :a. Menghindari gangguan terhadap sarang – misalnya jangan lewat di tempat

sarang dengan kendaraan, termasuk kendaraan bermotor dan kendaraan tradisional seperti grobak; dan jangan menggunakan pantai-pantai ini untuk acara – acara keramaian, seperti bakar ikan, berkemah, menyanyi sambil menyalakan api unggun, dll.

Page 11: Pelestarian Penyu Di Bali

b. Jangan meninggalkan benda besar di pantai pada saat malam, yang dapat menghalangi perjalanan sang penyu dari laut ke tempat bertelur (sarang); jika menemukan benda yang dapat mengganggu penyu (seperti kayu log hanyut besar, sampah besar lainya) sebaiknya berusahalah untuk dibersikan.

c. Meminimalisir lampu-lampu dekat pantai bertelur – cahaya non-alami dapat membingungkan penyu, sehingga tidak tahu arah yang benar, terutama anak baru menetas, dan dapat menakuti sang induk

3. Jika mengamati telur penyu maupun penyu yang sudah menetas dan bertelur :a. Jangan mendekati seekor penyu yang baru datang dari laut, dia akan

gampang takut

b. Jangan mengganggu telur atau anak penyu yang menetas

c. angan pernah memotret anak penyu dengan blitz – mereka sangat sensitif terhadap cahaya

di bali pemerintah telah berperan aktif dalam pelestarian penyu

BAB V

KESIMPULAN

Sesuai dengan konsep Tri Hita Karana maka kita perlu menyeimbangkan antara keharmonisan antara hubungan kita dengan Tuhan,dengan sesame,dan dengan lingkungan.Melihat keadaan lingkungan dan keadaan alam beserta aneka kehidupan di dalamnya semakin memburuk,Sudah seharusnya, sesuai dengan konsep Tri Hita Karana kita kembalikan keadaanya agar dapat tercipta kehidupan yang harmonis yang dapat membawa pengaruh yang baik terhadap manusia itu sendiri,terhadap lingkungan terhadap hewan beserta aneka kehidupan yang ada di Bumi.Sehingga ke depanya tercipta suasana kehidupan yang baik,yang membawa keuntungan timbal balik.

DAFTAR PUSTAKA

NARA SUMBER