4
Peluang dan Tantangan Penelitian Serang,ga di Papua Oleh: Edy Rosariyanto Dibandingkan dengan hanya penelitian kupu-kupu, sua- sana yang saya rasakan di Serui pada bulan Juli 2006 yang lalu -saat terlibat dalam penelitian- tain sekali. Keberbedaan tersebut karena hadirnya ahli dalam bidang capung, kumbang (yang juga memperhatikan lalat) yang terlibat bersama-sama dengan kelompok kupu-kupu dalam penelitian tersebut. Ini suatu keberbe- daan yang menarik sekaligus juga menantang. Pengalaman bersama dengan keiompok lain dalam penelitian menimbulkan perasaan penasaran yang mendalam. Beberapa pertanyaan kadang timbul dalam benak pikiran saya terhadap kelompok lain seperti: Bagaimana cara mereka menangkap atau mengumpul- kan serangga di lapangan? Apakah cara mereka menangkap spesis tersebut sama dengan cara menangkap kupu-kupu atau berbeda? Bagaimana mereka mengelola spesimen yang tertang- kap di lapangan? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ketrka me- ngumpulkan spesimen? Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul karena ada ke- yakinan bahwa cara kerja dari setiap kelompok se- rangga berbeda-beda walaupun ada juga persamaan di antara ketiganya. Sebelum bersama mereka (para ahli di luar dari keIom- pok kupu-kupu), saya hanya sedikit mengetahui cara kerja atau metode penelitiannya yaitu dengan membaca buku, namun hadir bersama mereka membuat apa 14

Peluang dan Tantangan Penelitian Serang,ga di Papua...Peluang dan Tantangan Penelitian Serang,ga di Papua Oleh: EdyRosariyanto Dibandingkan dengan hanya penelitian kupu-kupu, sua-sana

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Peluang dan TantanganPenelitian Serang,ga di PapuaOleh: Edy Rosariyanto

Dibandingkan dengan hanya penelitian kupu-kupu, sua-sana yang saya rasakan di Serui pada bulan Juli 2006yang lalu -saat terlibat dalam penelitian- tain sekali.Keberbedaan tersebut karena hadirnya ahli dalambidang capung, kumbang (yang juga memperhatikanlalat) yang terlibat bersama-sama dengan kelompokkupu-kupu dalam penelitian tersebut. Ini suatu keberbe-daan yang menarik sekaligus juga menantang.

Pengalaman bersama dengan keiompok lain dalampenelitian menimbulkan perasaan penasaran yangmendalam. Beberapa pertanyaan kadang timbul dalambenak pikiran saya terhadap kelompok lain seperti:Bagaimana cara mereka menangkap atau mengumpul-kan serangga di lapangan?Apakah cara mereka menangkap spesis tersebut samadengan cara menangkap kupu-kupu atau berbeda?Bagaimana mereka mengelola spesimen yang tertang-kap di lapangan?Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ketrka me-ngumpulkan spesimen?Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul karena ada ke-yakinan bahwa cara kerja dari setiap kelompok se-rangga berbeda-beda walaupun ada juga persamaan diantara ketiganya.

Sebelum bersama mereka (para ahli di luar dari keIom-pok kupu-kupu), saya hanya sedikit mengetahui carakerja atau metode penelitiannya yaitu dengan membacabuku, namun hadir bersama mereka membuat apa

14

yang dialami menjadi lebih nyata/aktual dibandinghanya dengan membaca. Sebagai contoh; dari bukuyang saya baca hanya dapat diketahui gambar dari alatyang disebut ·pit fall trap", namun gambaran yangsamar dalam pikiran tersebut menjadi kongkrit setelahmelihat sekaligus mencoba memperagakan bagaimanacara menggunakannya.

PeluangSelama beberapa hari terlibat bersama kelompokcapung, kumbang dan lalat, saya merasakan adanya \suatu pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu timbulkarena beberapa hal. Pertama yaitu këtertarikan karenawarna. Sebagai contoh selama ini saya berpikir bahwajenis lalat itu hanya memiliki pola warna gelap hitarndan biru saja, namun setelah melihat hasä tangkapanharian, ternyata variasi warna yang ada lebih dari itubahkan ukuranpun berbeda-beda. Hal menarik keduayaitu setiap spesis memiliki ketertarikan kepada sumbermakanan yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalahlalat. Rupanya ada lalat yang cenderung lebih tertarikkepada bau busuk (amis) dari ikan dibandingkan baukotoran manusia, bahkan ada yang tertarik kepada duaumpan tersebut sekaligus. Alasan ketertarikan ketigaadalah setiap spesis ternyata memiliki distribusi yangberbeda-beda. Ada spesis yang hanya dijumpai padadaerah ketinggian, ada yang hanya di daeran rendahdan ada yang tersebar memiliki penyebaran dari data-ran rendah sampai tinggi. Ketiga alasan tersebut yangsementara membuat saya merasa tertarik dan inginmengajak kita semua khususnya mahasiswa untuk te-bih serius menekuni bidang ini, sehingga akhirnyakekayaan alam yang selama ini masih tertutup akhirnyabisa terungkap.

Keterungkapan kekayaan alam khususnya menyangkutkeanekaragaman hayati di Papua bukan hanya terbataspada tercapainya tujuan individu saja untuk mengung-kap keberagaman kelompok serangga tertentu di suatutempat tetapi lebih dan itu bahwa dengan pengungkap-an kekayaan alam tersebut maka dunia pengetahuansemakin leng kap. Banyak titik atau wilayah Papua iniyang masih tertutup oleh "warna putih" (white spot), arti-nya masih banyak wilayah yang belum terungkap ke-beragamannya. Dengan semakin oanyak wilayah yangditeliti maka semakin berkurang "warna putih" dari petayang dihasilkan oleh para pakar dalam Lokakarya Biodi-versitas di Biak tahun 1997 yang didukung oleh LlPI,UNCEN, Conservation International dan /embaga lain-nya.

TantanganTak dapat dipungkin bahwa untuk bisa menjadi seorangyang mampu mengungkapkan potensi a/am di Papuadibutuhkan keahlian khusus. Keahlian tidak bisa hanyadidapat lewat me/amun saja tapi harus lebih kongkritdari sekadar hal itu yaitu melalui membaca, menu/isdan turun ke lapangan. Apakah itu cukup? Menurutpenga/aman pribadi saya hal tersebut masih kurang.Salah satu yang dipertukan ada/ah hadirnya ahli dalampendampingan pembelajaran. Hadirnya para ahli mem-buat pikiran kita terbuka lebih luas karena transfer pe-ngetahuan (knowiedge) yang' dilakukan berasal dariorang yang sungguh memiliki kualifikasi di bidang terse-but. Bahkan kadang ada banyak hal sederhana diberi-kan dalam mengidentifikasi suatu spesis dibanding bilakita mencoba sendiri.

Kenyataan di lapangan yang saya rasakan dan jugasaudara-saudara lainnya (kecuali Br. Henk) adalah per-

16

soalan bahasa. Bahasa yang berbeda (karena ahlicapung dan kumbang menggunakan bahasa Inggris)membuat kadang informasi yang diberikan oleh merekatidak leng kap tertangkap oleh pikiran kita. Akibatnyatransfer pengetahuan yang mungkin terjadi menjadiagak terganggu. Namun harus diak.ui juga bahwa keter-batasan bahasa kadang menimbulkan kreativitas yangtak terduga sehingga masih ada yang dapat dipahamidari pembicaraan yang dilakukan.

Hal ketiga yang menjadi tantangan adalah soal literatur.Literatur yang ada relatif masih terbatas dan juga se-bagian besar menggunakan bahasa Inggris. Sehinggabeberapa mahasiswa pasca penelitian di lapangan ha-rus bergelut dengan mengumpulkan literatur dan men-coba menterjemahkannya bila mau menggali informasiyang lengkap tentang apa yang menjadi obyek peneli-tian yang telah mereka lakukan.

Hal keempat adalah perlunya dorongan dari berbaqaipihak untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswadan siapa saja yang mau melakukan studi ilmiah dibidang ini. Dengan adanya dorongan maka membukapeluang untuk menguak tabir ketidaktahuan yang se-lama ini masih tersembunyi karena belum tersentuh.

PenutupDunia serangga tidak hanya terbatas pada kupu-kupu.tapi juga capung, kumbang, Iatat, lebah, belalang danlain-Iain. Namun sampai kin i secara "kasar" baru keIom-pok kupu-kupu yang berkembang dalam penelititannya.Dengan mengetahui keanekaragaman yang lainnyajuga maka informasi tentang dunia serangga di Papuasemakin lengkap. Siapakah yang berani menangkappeluang ini di tengah tantangan yang tidak mudah?

17