Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG PERBANKAN SYARIAH
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS KELURAHAN BALANDAI KOTA PALOPO)
SKRIPSI
Oleh
RINO
NIM 15.04.02.0138
Di bimbing Oleh
Burhan Rifuddin, SE., MM
Muzayyanah Jabani, ST.,M.M.
Diuji Oleh
Dr. Takdir, SH., MH.
Irma T, S.KOM., M.KOM.
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALOPO
2019
PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG PERBANKAN SYARIAH
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS KELURAHAN BALANDAI KOTA PALOPO)
SKRIPSI
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Palopo
Oleh
RINO
NIM 15.04.02.0138
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALOPO
2019
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawahini:
Nama : Rino
Nim : 15.04.02.0138
Program Studi : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan plagiasi
atau duplikat dari tulisan/karya orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
2. Seluruh bagian dari skripsi ini adalah karya saya sendiri selain kutipan
yang ditunjukkan sumbernya dan segala kekeliruan yang ada di dalamnya
adalah tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian
hari ternyata saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Palopo, 04 Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Rino
NIM 15.04.02.0138
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul :“Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan Syariah
Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
( Studi Kasus Kelurahan Balandai Kota Palopo ) “
Nama :Rino
NIM :15.0402.0138
Program Studi : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Di setujui untuk diujikan pada ujian seminar hasil. Demikian untuk proses
selanjutnya.
Palopo, 04 Juli 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Burhan Rifuddin, SE., MM. Muzayyanah Jabani, ST.,M.M. NIP 19670311 199803 1 001 NIP 19750104 200501 2 003
NOTA DINAS PEMBIMBING
Lamp :
Hal : Skripsi Rino
Palopo, 04 Juli 2019
KepadaYth.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Di
Palopo
Assalamu‘AlaikumWr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik
penulisan terhadap skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama :Rino
NIM :15.04.02.0138
Program Studi :Perbankan Syariah
Fakultas :Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan
Syariah Dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyrakat ( Studi Kasus Kelurahan Balandai
Kota Palopo )
Menyatakan bahwa skripsi tersebut sudah layak untuk diujikan pada ujian
Seminar Hasil.
Demikian untuk proses selanjutnya.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Burhan Rifuddin, SE.,MM. NIP19670311 199803 1 001
NOTA DINAS PEMBIMBING
Lamp :
Hal : Skripsi Rino
Palopo, 04 Juli 2019
KepadaYth.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Di
Palopo
Assalamu‘AlaikumWr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik
penulisan terhadap skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama :Rino
NIM :15.04.02.0138
Program Studi :Perbankan Syariah
Fakultas :Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan
Syariah Dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyrakat ( Studi Kasus Kelurahan Balandai
Kota Palopo )
Menyatakan bahwa skripsi tersebut sudah layak untuk diujikan pada ujian
Seminar Hasil.
Demikian untuk proses selanjutnya.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II
Muzayyanah Jabani, ST.,M.M. NIP 19750104 200501 2 003
PRAKATA
لََةُ وَالسّلََمُ عَلىَ اشَْرَفِ اْلْانْبيِاَءِ والْوُرْسَليِْ دٍ وَعَلَ الْحَوْدُ لِِلِ رَبِّ اْلعَالوِيْنَ وَالصَّ نَ سَيِّدِناَ هُحَوَّ
اجَْن الَهِِ وَاصَْحابَهِِ
Alhamdulillah, segala Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi
dengan judul “Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan Syariah Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat (Sutudi Kasus Kelurahan
Balandai Kota Palopo)" dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan
harapan.
Salawat dan salam atas junjungan Rasulullah saw. Keluarga, sahabat dan
seluruh pengikutnya semoga mendapat syafaat nantinya diakhir zaman. Nabi yang
diutus Allah swt. Sebagai uswatun hasanah bagi seluruh alam semesta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis
banyak menghadapi kesulitan. Namun, dengan ketabahan dan ketekunan yang
disertai dengan doa, bantuan, petunjuk, masukan dan dorongan moril dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Yunus P dan Ibunda
Nurhayati, Adik dan kakak ku, keluargaku dan annisa fitri iriani, yang senantiasa
memanjatkan doa memohonkan keselamatan dan kesuksesan buat penulis. Begitu
banyak pengorbanan yang telah mereka berikan kepada penulis baik secara moril
maupun materil. Sungguh penulis sadar tidak mampu untuk membalas semua itu.
hanya doa yang dapat penulis berikan untuk mereka semoga senantiasa berada
dalam limpahan kasih sayang Allah swt.
Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yaitu:
1. Rektor IAIN Palopo, Dr. Abdul Pirol, M. Ag, Wakil Rektor I, Dr. H.
Muammar Arafat, S.H, M.H. Wakil Rektor II Dr. Ahmad Syarief Iskandar,
S.E., M.M dan Wakil Rektor III, Dr.Muhaemin M.A.yang telah membina dan
berupaya meningkatkan mutu perguruan tinggi ini, tempat penulis menimba
ilmu pengetahuan.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palopo, dalam hal ini Dr. Hj.
Ramlah Makkulasse, M.M. Wakil Dekan I Dr. Ruslan Abdullah, S.EI., MA.
Wakil Dekan II, Dr. Tadjuddin, SE., M.Si., Ak., CA. Wakil Dekan III. Dr.
Takdir, SH., M.H. dan Ketua Program Studi Perbankan Syariah, Hendra
Safri, M.M. dan Burhan Rifuddin, SE., MM. dan Muzayyanah Jabani, ST.,
M.M. yang masing-masing sebagai pembimbing I dan II yang telah
memberikan arahan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dengan tulus
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ibu dosen dan Staf IAIN Palopo yang telah banyak membantu dan
memberikan tambahan ilmu, khususnya dalam bidang pendidikan agama
Islam.
4. Kepala Perpustakaan dan segenap karyawan IAIN Palopo yang telah
memberikan peluang untuk mengumpulkan buku-buku dan melayani penulis
untuk keperluan studi kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.
5. Kepada sang motivator saya selama menulis skripsi, Erwin, SE yang selalu
ada dalam suka dan duka untuk penulis makasih untuk semua bantuannya.
6. Penulis menggucapkan terimakasih kepada Kohati yang selalu memberikan
Doa semangat dan ide dalam rangka membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu
selama ini membatu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, pada akhirnya
ucapan terimakasih yang paling mendalam peneliti ucapkan semoga segala
bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah disisi Allah swt.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis menerima dengan hati
yang ikhlas. Semoga skripsi ini menjadi salah satu wujud penulis dan
bermanfaat bagi yang memerlukan serta dapat bernilai ibadah di sisi-Nya
Amin.
Palopo, 26 Juni 2019
Rino
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iii
NOTA DINAS PENGUJI ................................................................................... iv
PERSETUJUAN PENGUJI ............................................................................... v
NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................................... vi
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL .......................................................... xv
ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
PRAKATA ........................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
E. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian.................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Penelitian Terdahuluan yang Relevan ......................................................... 6
B. Kajian Pustaka ............................................................................................. 13
1. Pengertian Perbankan Syariah ..................................................................... .7
2. Sejarah Perbankan Syariah ......................................................................... 14
3. Dual Banking System .................................................................................. 20
4. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional....................................... 22
5. Struktur Organisasi ...................................................................................... 24
6. Produk Bank Syariah ................................................................................... 25
7. Produk Jasa Bank Syariah ........................................................................... 30
8. Kegiatan Perbankan Syariah ........................................................................ 32
9. Ekonomi Masyarakat ................................................................................... 41
10. Ciri-ciri Ekonomi Masyarakat ..................................................................... 44
11. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat ................................. 44
C. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 49
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 49
C. Informan Penelitian ................................................................................... 50
D. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 50
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 51
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 53
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 51
1. Eksistensi Perbankan Syariah di Kelurahan Balandai Kota Palopo .... 56
2. Eksistensi Perbankan Syariah dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Kelurahan Balandai ......................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 63
B. Saran-Saran ............................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.................................................................................. 48
ABSTRAK
Nama : Rino
NIM : 15.0402.0138
Judul : Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan Syariah
Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat ( Studi
Kasus Kelurahan Balandai Kota Palopo )
Permasalahan dalam penelitian ini yakni kurangnya minat masyarakat
Kelurahan Balandai menggunakan jasa Bank syariah. Adapun menurut peneliti
penyebab dari kurangnya minat masyarakat Balandai menggunakan bank syariah
karena bank syariah kurang dikenal di kalangan masyarakat Balandai. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang bank syariah di
Kelurahan Balandai dan bank syariah dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat Balandai.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Sumber data yang
digunakan yaitu data primer yang di peroleh melalui wawancara langsung dengan
informan penelitian. Data diolah dan di analisis menggunakan metode kualitatif
dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Pemahaman Masyarakat
Tentang Bank Syariah Di Kelurahan Balandai Kota Palopo masih kurang
diketahui oleh masyarakat. karena pihak bank syariah kurang melakukan
sosialisasi sehingga masyarakat kurang paham tentang Bank Syariah yang ada di
Kota Palopo. (2) Pemahaman tentang Bank Syariah di kalangan pelaku usaha
maupun wirausaha yang ada di Kelurahan Balandai dianggap kurang memberikan
kontribusi terhadap perekonomian masyarakat Kelurahan Balandai. Pelaku usaha
cenderung menggunakan jasa bank konvensional dalam melakukan
pengembangan usaha melalui pengambilan kredit atau pinjaman di bank
konvensional.
Implikasi dari penelitian ini yakni dengan merujuk pada hasil penelitian ini,
sebaiknya praktisi bank syariah melakukan sosialisasi secara maksimal di setiap
wilayah yang ada di Kota Palopo terkait bank syariah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah memiliki peranan penting dalam perekonomian
nasional. Bank syariah sebagai lembaga keuangan syariah menjadi penghimpun
dana dari masyarakat yang kelebihan dana (Surplus) dan menyalurkannya kepada
masyarakat yang kekurangan dana (defisit). Selain itu, bank syariah memberikan
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran pembiayaan
kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Meskipun bank syariah memiliki peranan penting dalam perekonomian
nasional, namun permasalahan pokok yang dialami bank syariah yaitu rendahnya
market share atau pangsa pasar Permasalahan pangsa pasar merupakan
permasalahan yang sampai saat ini belum bisa diatasi secara maksimal oleh
akademisi maupun praktisi bank syariah. Berbagai cara untuk meningkatkan
pangsa pasar bank syariah sudah dilakukan namun belum mampu menyaingi atau
menyamai pangsa pasar bank konvensional. Pemecahan masalah pangsa pasar
bank syariah memerlukan proses dan waktu yang lama.
Salah satu penyebab permasalahan rendahnya pangsa pasar bank syariah
yaitu rendahnya penggunaan jasa layanan di bank syariah. Hal tersebut dapat
terjadi karena disebabkan beberapa faktor diantaranya kualitas layanan bank
syariah, promosi dan pemahaman agama masyarakat.1 Rendahnya eksistensi bank
syariah di kalangan masyarakat menjadi salah satu penyebab rendahnya pangsa
pasar bank syariah.
Asumsi ini telah dibuktikan oleh beberapa penelitian seperti temuan dari
Nikmah Zahrotun yang mengatakan bahwa dimensi religiousitas atau pemahaman
agama memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan jasa bank syariah.2 Dari
asumsi tersebut dapat dipahami bahwa tingkat pemahaman agama masyarakat
menjadi salah satu faktor penyebab penggunaan jasa layanan bank syariah.
Sehingga demikian, tingkat pemahaman agama menjadi hal yang penting dalam
mendorong minat masyarakat menggunakan bank syariah.
Kelurahan Balandai merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kota
Palopo yang memiliki jumlah penduduk dengan mayoritas beragama Islam.
Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada observasi awal ditemukan
permasalahan kurangnya minat masyarakat Kelurahan Balandai menggunakan
jasa Bank syariah. Adapun menurut peneliti penyebab dari kurangnya minat
masyarakat Balandai mengggunakan bank syariah karena bank syariah kurang
dikenal di kalangan masyarakat Balandai .
Bank syariah mempunyai banyak keunggulan karena tidak hanya
berdasarkan pada syariah saja sehingga transaksi dan aktifitasnya menjadi halal,
tetapi sifatnya yang terbuka dan tidak mengkhususkan diri dari nasabah muslim
1Rahmanto Hanif. Pengaruh Promosi, Kualitas Layanan, Dan Pemahaman Agama
Terhadap Minat Masyarakat Desa Sraten Kab.Semarang Untuk Menabung Di Bank Syariah
.Dalam Jurnal Ekonomi Vol 1 Nomor 2 Tahun 2017, h. 21
2Nikmah Zahrotun. Pengaruh Dimensi Religiusitas Masyarakat Santri Desa Kajen
Kecamatan Margoyos Kabupaten Pati Terhadap Minat Menabung (Studi Kasus Pada BprsArtha
Mas Abadi) Dalam Jurnal Iain WalisongoTahun 2013, h. 12
saja tetapi juga bagi non muslim. Hal ini membuktikan bahwa bank syariah
membuka peluang yang sama terhadap semua nasabah dan tidak membeda-
bedakan nasabah. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran serta
peredaran uang yang mengoprasikannya di sesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariat Islam.
Bank syariah memiliki produk atau jasa yang tidak akan di temukan dalam
operasi bank konvensional. Prinsip-prinsp seperti musyarakah, mudharabah,
murabahah, ijarah, istishna, dan sebagainya tidak memuat adanya prinsip bunga
seperti yang dikembangkan bank konvensional. Sebagai sesuatu yang tergolong
baru, keberadaan bank syariah dan produk-produknya tentu akan menjadi suatu
pilihan yang mungkin diminati dan mungkin juga tidak. Firman Allah Swt. Dalam
surah An-Nisa ayat 29 sebagai berikut:3
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu.
3Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahan. h.123
Pandangan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di antaranya
dapat diwakili dengan pandangan masyarakat terhadap perbankan syariah. Kesan
umum yang ditangkap masyarakat tentang perbankan syariah adalah (1)
perbankan syariah identik dengan sistem bagi hasil, (2) perbankan syariah adalah
bank Islam.
Berdasarkan permasalahan tersebut, akibat yang ditimbulkan dari
kurangnya sosialisasi yaitu Pemahaman masyarakat tentang bank syariah di
Kelurahan Balandai Kota Palopo semakin tidak dikenal oleh masyarakat. Jika
masalah ini tidak ditangani dengan cepat oleh bank syariah maka pandangan
masyarakat akan semakin terpuruk. Dengan adanya isu negatif tersebut maka
penulis berinisiatif untuk melakukan penenelitian dengan judul “Pemahaman
Masyarakat tentang Bank Syariah Dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat (Studi Kasus Kelurahan Balandai Kota Palopo)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan di bahas adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman masyarakat tentang bank syariah di kelurahan
balandai kota palopo?
2. Bagaimana bank syariah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
kelurahan balandai kota palopo?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang bank syariah
masyarakat di Kelurahan Balandai Kota Palopo
2. Untuk mengetahui bank syariah dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Kelurahan Balandai Kota Palopo
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi kalangan
akademik maupun masyarakat secara umum dalam rangka menambah wawasan
intelektual khususnya yang menyangkut dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat di kelurahan balandai kota palopo.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi suatu bahan renungan dan intropeksi diri
dalam kehidupan sehari-hari khususnya bank syariah dalam meningkatkan
ekonomi masyarakat kelurahan balandai kota palopo.
E. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
Dari variable di atas, penulisan mencoba memberikan devenisi terhadap
variable tersebut untuk menghindari penafsiran yang berbeda;
1. Perbankan Syariah adalah bank yank beroperasi berdasarkan syariah atau
prinsip syariat Islam. Sesuai dengan prinsip Islam melarang sistem bunga
atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan
kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.
Indikator Perbankan Syariah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
kegiatan usaha, prinsip usaha dan sistem operasional bank syariah.
2. Ekonomi Masyarakat yaitu sistem pengelolaan sumber daya yang ada
dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. ekonomi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu pengembangan aset manusia, pengembangan aset modal dan
pengembangan aset sosial masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang dimaksud adalah untuk mendapatkan tentang posisi
penelitian ini dengan kaitannya dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan
oleh kalangan akademis. Hal ini ditempuh guna menghindari kesamaan objek
penelitian dan untuk menentukan letak perbedaan dengan penelitian yang pernah
ada.
1. Moh. Indra Banhsawan (2017) “Ekistensi Ekonomi Islam” berdasarkan data
hasil penelitian menyimpulkan bahwa perbankan memiliki peran penting
dalam membangun dan menunjang ekonomi Negara, terutama setelah
diundangkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan
ekonomi Islam di Indonesia saat ini sudah mulai dikenal dan disetujui oleh
masyarakat4.
2. Irsaldi (2018) “Eksistensi Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan
Perekonmian Masyarakat Kota Palpo Kecamatan Bara” Berdsasarkan hasil
penelitian menyatakan bahwa keberadaan perbankan syariah di kota palopo
atas dasar melihat kondisi yang membutuhkan lembaga keuangan yang
beroperasi sesuai dengan syariat Islam dalam pelaksanaan operasionalnya5.
4Moh. Indra Bangsawan, Eksistensi Ekoomi Islam (Studi Tentang Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia), Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017
5Irsaldi, Eksistensi Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Perekonmian Masyarakat
Kota Palpo Kecamatan Bara, Skripsi IAIN Palopo, 2018
3. Indriani Suleha (2014) “Peran Bank Syariah dalam Pembangunan Ekonomi
Syariah” berdasarkan hasil penelitian menytakan bahwa peran bank syariah
dalam mengembangkan sector nill dalam upaya memajukan ekonomi yang
berkeadilan, merata, jauh dari jurang pemisah antara orang kaya dengan orang
miskin.6
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Perbankan Syariah
Perbankan syariah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Perbankan syariah dalam
peristilaan internasiaonal dikenal sebagai Islamic banking atau juga disebut
dengan intersest-free bankimg.Peristilaan menggunakan kata Islamic tidak dapat
dilepaskan dari asal usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank syariah
dikembangkan sebagai sutu respon dari kelompok ekonomi dan praktisi
perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak
yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilakukan sejalan
dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam.
Bank Islam atau selanjutnya disebut juga dengan banh syariah, adalah
bank yang beroperasi dan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam biasa
disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Quran dan hadist Nabi saw. Atau
dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
6Indriani Suleha, Peran Bank Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Syariah, Skripsi
STAIN Palopo, 2014
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan prinsip syariat Islam.7
Antonio dan perwataatmadja membedakan menjadi duan pengertian, yaitu bank
Islam dan bank yang beroprasi dengan prinsip syariah Islam.8Bank Islam adalah
(1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. (2) bank
yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan
hadist; sementara bank yang beroprasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dikatakan lebih
lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan
mengandung unsurr-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas
dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Berbicara tentang peranan sesuatu, tidak dapat dipisahklan dengan fungsi
dan kedudukan sesuatu itu. Diantara peranan Islam, adalah memurnikan
operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan
masyarakat, meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat
memperluas segmen pangsa pasar perbankan syariah dan menjalani hubungan
kerja sama dengan para ulama karena bagaimana kemampuan para ulama,
khususnya di Indonesia, sangat dominan kehidupan umat Islam.
7
Muhammad, Manajemen dena bank syariah –ed 1, - 1, -cet 2.- Jakarta: rajawali pers, 2
8Antonio dan perwataatmadja, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta:PT dana
bakhti Wakaf , 1997), h.1 .
Adanya bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank Islam. Melalui pembiayaan ini bank Islam dapat menjadi
mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank Islam dengan nasabah tidak lagi
sebagai kerditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.9
a. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
Membahas persoalan bank syariah, pada dasrnya bersumber pada konsep
uang dalam Islam.Sebab bisnis perbankan tidak dapat lepas dari persoalan uang.
Di dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditas. Di
terimanya peran uang ini secara meluas dengan maksud melenyapkan ketidak
adilan, ketidak jujuran, dan penghisapan dalam ekonomi tukar menukar. Sebagai
alat tukar menukar, peranan uang sangat dibenarkan, namun apabila dikaitkan
dengan persoalan ketidak adilan, didalam ekonomi. tukar menukar uang
digolongkan sebagai riba al-fadl.10
Oleh karena itu, dalam Islam uang sendiri
tidak menghasilkan suatu apapun. Dengan demikian, bunga (riba) pada uang yang
dipinjam dan dipinjamkan dilarang (apabila memberatkan ekspolitas).
Diakui atau tidak, bahwa deregulasi financial di indonesia telah memberikan
iklim bagi tumbuh dan berkembangnya bank syariah di Indonesia. Pada tahun
1991 telah berdiri dua bank syariah, yaitu: BPR syariah dana mardotilla; BPR
syariah berkah amal sejahterah, keduanya berada di bandung pada tahun 1992
9
Muhammad, M.Ag.,Manajemen Bank Syariah, (edisi pertama , September 2002), h. 15.
10Zainil Arifin, Mba, Dasar-Dasar Manajemen Bank syariah,(Diterbitkan Oleh Alvbel-
Anggota Ikapi Komlek TNI-AU Triloka, Jl Trilokal 1 No. 18,Pancoran, Jakarta;2002); h. 7.
diundangkannya UU RI perbankan No 7 tanun 1992, yaitu isinya tentang bank
bagi hasil. Saat itupulah berdiri bank muamalat Indonesia. Kemudian diikuti oleh
BPR bank syariah bangun derajat warga dan BPR syariah margi rizki bahagia,
keduanya berada di Yogyakarta. Reaksi berikutnya juga muncul, untuk
melakukan revisi UU RI Nomor 7 tahun 1992 menjadi UU RI Nomor 10 tahun
1998 dengan demikian diterbitkannya UU RI Nomor 10 tahun 1998 memiliki
hikma tersendiri bagi perbankan nasional dimana pemerintah membuka lembar
kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Setelah UU
RI Nomor 10 tahun 1998 di Indonesia telah berdiri; satu bank umum syariah
(bank muamalat Indonesia) ditambah dengan 80 BPR syariah.11
Kalau dilihat secara makro ekonomi, perkembangan bank syariah di
Indonesia, memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus
dengan mayoritas penduduk Indonesia. UU RI Nomor 10 tidak menutup
kemungkinan bagi pemilik bank, suasta nasional bahkan pihak asing sekalipun
untuk menumbuhkan bank syariah di Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan
ini jelas akan memperbesar peluang transaksi keuangan di dunia perbankan kita,
terutama apabila terjalin hubungan kerja sama di antara bank-bank syariah.12
Adanya UU RI Nomor 10 tahun 1998 dapat membawa kesegaran baru bagi
dunia perbankan kita. Terutama bagi dunia perbankan syariah di tanah air,
berdirinya bank-bank baru yang berkerja pada prinsip syariah akan menambah
11Muhammad, Manajemen Dana bank Syariah, UPP STIM Ikut Mencerdaskan Bangsa,
edisi revisi Kedua maret 2011, h. 20.
12
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syaria. h. 16.
semarak lembaga keuangan syariah yang ada di sisi seperti: bank umum syariah,
BPR syariah, dan baitul mall wattamwil (BMT). Kegiatan operasional perbankan
syariah dimulai pada tahun 1992 melalui PT bank muamalat Indonesia atau empat
tahun setelah deregulasi paceo 88. Perkembangan perbankan syariah berjalan
lebih lambat di banding dengan bank konvensional.
b. Karakteristik bank syariah
Prinsip bank syariah Islam dalam pengelolaan harta menekankan pada
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus di
manfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan
landasan aktifitas ekonomi dalam masyarakat. Tidak setiap orang mampu secara
langsung menginvestasikan hartanya untuk menghasilakan keuntungan oleh
karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang menghubungkan masyarakat
pemilik dan pengusaha yang memerluksn dana (pengolaan dana). Salah satu
bentuk lembaga perantaraan tersebut adalah bank-bank yang kegiatan usahanya
berdasrkan prinsip syariah.
Bank syariah ialah bank yang berdasarkan, antara lain pada asas kemitraan,
keadilan, transparasi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari
prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain, sebagai berikut.13
1. Pelarangan riba dalam berbagai bentuk;
2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money);
13
Ikatan akutansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan Bank Syariah,(Jakarta:Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia,
2002) ,h.. 1-2.
3. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas;
4. Tidak di perkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulasi;
5. Tidak di perkenankan menggunakan dua harga dari suatu barang; dan
6. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syaraiah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun
pembebanan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan
riba yang di haramkan. Berbeda dengan bank non- syariah, bank syariah tidak
membedakan secara tegas antara sektor riil sehingga dalam kegiatan usahanya
dapat melakukan transaksi – transaksi sektor riil, seperti jual beli dan sewa
menyewa. Di samping itu, Bank syariah juga dapat menjalankan kegiatan usaha
untuk memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertengkar dengan
prinsip syariah. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah
memenuhi seluruh syariat berikut ini:
1. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman;
2. Bukan riba;
3. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain;
4. Tidak ada penipuan (gharar);
5. Tidak mengandung materi-materi yang di haramkan ; dan
6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir).
Dalam oprasiional bank syariah perlu memperhatikan hal-hal yang diatur
oleh syariah atau ajaran Islam berkaitan dengan harta, uang, jual beli, dan
transaksi ekonomi lainnya:
1. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syariah
a. Prinsip Simpan Murni (al-Wadiah)
Prinsip simpan murni merupakan fasilitas yang di berikan oleh
bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak dan kelebihan
dana untuk menyimpan dana dalam bentuk al-Wadiah. Fasilitas al-Wadiah
biasanya diberikan untuk tujuan investasi guna untuk mendapatkan
keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.Dalam dunia perbankan
konvensional identik dengan giro.
b. Bagi hasil
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian
hasil usaha antara penyediaan dana dengan pengelola dana. Pembagian
hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun
antara bank nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip
mudharabah dapat di pergunakan sebagai dasar baik untuk produk
pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan
musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.
c. Prinsip jual beli (at-tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual
beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang
atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga jual beli ditambah keuntungan (margin).
d. Prinsip fee/jasa ( al- ajr walimullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non- pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk Produk yang berdasarkan prinsip ini antara bank
garansi, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain secara syariah prinsip
ini di dasarkan pada konsep al ajr walimullah.
2. Sejarah Perbankan Syariah
a) Asal Mula Perbaikan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah
padasaman kerajaan dulu di ternate Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika, dan amerika dibawah oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
ke Negara jajahan baik di Asia, afrika maupun benua afrika.
Jika kita telusuri sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa
penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, dalam perkembangan sejarah
tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antara kerajaan satu dengan
kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama
faluta asing (money changer).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya operasional bank berkembang
lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sampai sekarang ini
kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah denagn kegiatan
peminjaman uang. Uang yang disimpan masyarakat oleh perbankan dipinjamkan
kembali kemasyrakat yang membutuhkannya.
Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat
akan jasa keuangan semakin meningkat dan berkembang, maka peranan dunia
perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada
dinegara maju maupun negara berkembang. Bahakan dewasa ini perkembangan
dunia perbankan semakin pesat dan moderen, perbankan semakin mendominasi
perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahakan aktivitas dan
keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara. 14
b) Sejarah Perbankan
Seiring dengan perkembangan dunia, perkembangan perbankan pun
semakin pesat karna perkembangan dunia, perbankan tidak terlepas dari dunia
perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daerah Eropa akhirnya
menyebar ke Asia barat. Bank-bank yang sudah dikenal pada saat itu di benua
Eropa adalah bank venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank Of Genoa dan
Bank of barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan di daratan
Ingris baru dimulai pada abad ke-16. Namun karena bangsa Ingris yang begitu
aktif dalam mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka
perkembangan perbankan pun dibawah ke negara jajahannya.
c) Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia
14
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi revisi 2014, (Jakarta: Rajawali
pers, 2015), h.28
Secara kelembagaan bank syariah yang pertama kali didirikan di Indonesia
adalah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), kemudian baru menyusul bank-bank
lain yang membuka jendela syariah (islamic window) dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Melalui Islamic window ini, Bank-bank konvensional dapat
memberikan jasa pembiayaan syariah kepada para nasabanya melalui produk-
produk yang bebas dari usaha riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysyir
(speculative) dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). UUS
adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah.15
a. Asas, fungsi, dan tujuan perbankan
Secara umum dunia perbankan yang ada di Indonesia berdasarkan
demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian, baik perkara maupun
pelaksanaanya dalam menjalankan fungsinya sebagai perbankan. Fungsi utama
perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembagunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional, kearah peningkatan hidup rakyat banyak.16
Perbankan Indonesia, baik bank syariah maupun bank konvensional,
memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelencaran sistem
pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem
15
Khotibul Umam. Perbankan Syariah: dasar-dasar dan dinamika perkembangannya di
Indonesia, (Jakarta: rajawali pers 2016), h.27
16 Pasal 2, 3 dan 4 UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana diubah dengan
UU No. 10 tahun 1998. yang dikutip oleh sulaiman jajuli, produk pendanaan bank syariah, h 10
keuangan sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Secara spesifik fungsi perbankan di Indonesia adalah sebagai:17
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga
penghimpun dan penyalur dana.
2. Pelaksanaan kebijakan moneter.
3. Lembaga yang ikut berperan dalam bentuk pertumbuhan ekonomiserta
pemerataan pembagunan.
b. Pembinaan dan pengawasan perbankan
Sebenarnya kita tidak merujuk pada awal didirikannya perbankan syariah,
perbankan syariah lahir karena adanya tuntutan dari masyarakat Islam yang benar-
benar merupakan ajaran Islam. Adanya larangan-larangan praktik muamalah yang
mengandung unsur-unsur perjudian (maisir), ketidak jelasan dan manipulative
(gharar) dan praktek melipat gandakan keuntungan secara tidak wajar (riba)
menjadi salah satu alasan semakin banyaknya masyarakat yang percaya dengan
kehadiran perbankan syariah.
Namun,sejalan dengan adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tetang
otoritas jasa keuangan (OJK), maka lingkup pengetahuan dan pengawasan
perbankan, yang mencakup pengaturan dan pengawasan kelembagaan, kesehatan,
aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank, sekarang merupakan tugas dan
wewenang OJK. Tugas dan wewenang pengawasan dan pengaturan oleh OJK
sering disebut dengan istilah microprudential. Sementara itu, tugas dan wewenang
17
http://ojk.go.id/pengaturan-pengawan-bank
pengaturan dan wawasan yang dilakukan oleh BI disebut dengan istilah
makroprudensial.18
Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential,
OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral (miral suasion)
kepada perbankan.19
Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, BI memiliki 5
(lima) peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan.
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain,
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Sebagai contoh
untuk menciptakan kestabilitas moneter, bank indonesia telah menerapkan
suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, kusus perbankan yang dilakukan melalui mekanisme
pengawasan dan regulasi yang efektif ditegakkan. Disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakkan
hukum (law enforcement) harus dijalankan. Upaya penegakkan hukum
dimaksut untuk melindungi perbankan dan stakeholder sekaligus
mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Sebagai contoh, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi basel II.
3. Bank Indonesia memiliki kewenagan untuk memgatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bank Indonesia menggambarkan
18
Bank indonesia, bookletperbankan indonesia, 2013, h. 83
19 Otoritas jasa keuangan: booklet perbankan indonesia, edisi 1, ( maret 2014), h.19
mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi resiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat antara lain dengan
menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
nama sistem RTGS (Real Time Gross setlemen) yang dapat lebih
meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai
otoritas di sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki fungsi dan keahlian
untuk mengidentifikasi resiko potensial dalam sistem pembayaran.
4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas
keuangan. Melalui peraturan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat
memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan
(potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Hasil
riset dan penentuan BI selanjutnya akan menjadi rekomendasi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam
gangguan dalam sektor keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaringan pengaman sistem
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai linder of the last resort
(LoLR). Fungsi LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal
maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat
sistematik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank
yang mengalami kesulitan likuiditas temporer, namun masih memiliki
kemampuan untuk membayar kembali. Oleh karna itu, pertimbangan resiko
sistemik dan persyaratan yang kerat harus diterapkan dalam penyediaan
likuiditas tersebut.
Perbedaan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial terletak dari
tujuannya dimana kebijakan makroprudensial ditujukan untuk memitimigasi
risiko sistemik (limit system-wide distress), sementara mikroprudensial ditujukan
untuk menciptakan lembaga keuangan yang sehat (limit individual
institution’distress). Dengan demikian, kebijakan mmakroprudensial lebih
menitik beratkan pada upaya untuk menciptakan kesehatan sektor keuangan
secara keseluruhan, sementara kebijakan keuangan yang sehat, efisien dan mampu
melakukan intermediasi dengan baik20
3. Dual Bangking System dan Dual System Bank
Dalam sistem perbankan Indonesia diakui dua sistem perbankan (dual
banking system),yaitu bank syariah dan bank konvensional. Eksperimen dual
banking system di Indonesia secara de facto muncul sejak tahun 1992, namun
secara de jure diatur dalam undang-undang yaitu tahun 1998 dengan lahirnya UU
No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan.21
Penegasan dual bangking system (sistem perbankan ganda) ini juga
ditemukan dalam UU perbankan syariah. Dalam UU No.21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah ditegaskan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia diadopsi
adanya bank syariah pada satu sistem dan bank konvensional pada sistem yang
20
Bank indonesia, booklet perbankan indonesia, h.85
21 Bank umum dalah bank yang meleksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran (Pasal 1 angka 3 UU perbankan). yang dikutip oleh Sulaiman Jajuli, produk
pendanaan bank syariah, h.22
lain. Dengan kata kalain, apabila bank tersebut melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah, maka dinamakan bank syariah, sedangkan
berdasarkan prinsip konvensional, dinamakan bank konvensional.22
Apabila dibandingkan antara bank konvensional dan bank syariah, dari segi
kelembagaan kegiatan usaha secara umum memiliki kesamaan, namun yang
membedakan secara signifikan antara keduanya adalah dalam cara dan proses
melakukan usahanya, yaitu yang pertama dilakukan berdasarkan prinsip syariah23
Bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia memiliki positioning yang
khas dengan moto sebagai “lebih dari sekedar bank”(beyond bangking), yaitu
perbankan yang meyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta
didukung oleh skema keuangan yang lebih bervaruiasi. Dalam positioning
demikian, dimasa-masa mendatang diharapkan semakin tinggi minat masyarakat
Indonesia untuk menabung di bank syariah. Apabila hal tersebut terjadi, maka
pada gilirannya akan meningkatkan siknifikansi peran bank syariah dalam
mendukung stabilitas sistem keuangan nasional dalam rangka dual banking sistem
sebagaimana arsitektur perbankan indonesia Master Plan Otoritas Jasa Keuangan.
Prinsip-prinsip syariah yang harus dipatuhi oleh bank syariah menurut
UUPS adalah prinsip syariah yang telah difatwakan (DSN-MUI) dan selanjutnya
telah dituangkan dalam peraturan bank Indonesia (PBI). Prinsip ini sebagai
prinsip syariah perbankan dan telah menjadi hukum positif karena adanya
22
Pasal 1 butir dan 7 UU No.21 tahun 2018 tentang perbankan syariah. yang dikutip oleh
sulaiman jajuli, produk pendanaan bank syariah, h 22
23 Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenagan dalam penenangan fatwa di
bidang syariah. yang dikutip oleh sulaiman jajuli, produk pendanaan bank syariah,h.24
penunjukan oleh UUPS sebagai suatu yang wajib dilaksanakan perbankan akan
mengakibatkan akad-akad yang dibuat antara bank syariah dan nasabah menjadi
bantal demi hukum (null and void)24
Pada tahun 2008, sebagai amanat dari Undang-Undang No. 21 tahun 2018
tentang perbankan syariah, bentuk suatu komite dalam internal bank Indonesia
untuk menindak lanjuti implementasi fatwa MUI, yaitu pembentukan komite
perbankan syariah (PBI No. 21 PBI/2008 tanggal 20 november 2008).25
Tugas
komite perbankan syariah adalah membantu bank indonesia dalam menafsirkan
fatwa MUI yang terkait dengan perbankan syariah, memberikan masukan dalam
rangka implementasi fatwa MUI kedalam PBI, dan melakukan pengembangan
industri perbankan syariah. Selanjutnya, pada tanggal 11 November 2014, OJK
menandatangani nota kesepahaman dengan DSN MUI di mana disepakati bahwa
OJK bertindak selaku pengatur dan pengawas industri keuangan syariah, adapun
DSN MUI bertindak selaku penyusun standar syariah dalam rangka penyusunan
peraturan terkait jasa keuangan, pembinaan dan dewan pengawas syariah serta
edukasi dan program komunikasi sektor jasa keuangan syariah.26
Pada awal tahun 2016, pemerintah membentuk komite nasional keuangan
syariah (KNKS) yang dipimpin oleh presiden. Komite ini melibatkan beberapa
lembaga, antara lain OJK, BI, LPS, Bapenas, MUI, dan sejumlah kementrian,
seperti kementrian keuangan, kementrian agama, kementrian BUMN, kementrian
24
Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah: produk-produk dan aspek-aspek hukumnya,
(Jakarta: kencana prenada media group 2014), h.2-3
25 Andi soemitra, bank dan lembaga keuangan syariah (jakarta november 2016), h.57
26 Andi soemitra, bank dan lembaga keuangan, h.58
koprasi dan UKM. Keberadaannya didasarkan pada peraturan presiden. Tujuan
komite ini untuk harmonisasi perundang-undangan, menyusun literasi keuangan
syariah, dan mendorong perekonomian nasional.27
4. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki
kesamaan, terutama sistem transaksi penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, sistem-sistem utama memperoleh
pembiaayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya.
Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan
itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang di biayai, dan
lingkungan kerja.
Dalam sistem perbankan konvensional kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dilakukan melalui mekanisme giro (demand deposit), tabungan
(saving deposit) dan deposito (time deposit).28
Tujuan utama masyarakat
menyimpan dana di bank adalah keamanan atas uang, investasi dengan harapan
memperoleh bunga, serta untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran.
a. Akad dan aspek legalitas
Dalam bank syariah, akat yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan uhkrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali
nasabah melanggar kesepakatan atau perjanjian yang telah dilakukan bila hukum
27
Andi soemitra, bank dan lembaga keuangan, h.58
28Kasmir. dasar-dasar perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004), h.3
itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian
tersebut memiliki pertanggung jawaban hingga yaumil qiamah nanti.29
b. Lembaga penyelesaian sengketa
Berdasarkan dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah
terdapat selisih antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak
menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara
dan hukum materi syariah.
Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah
di Indonesia dikenal dengan nama badan arbiterase muamalah Indonesia atau
BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kerajaan agung Republik Indonesia
dan majelis ulama Indonesia. 30
5. Struktur organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalam hal komunikasi dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan
antara bank syariah dan bank konvensional keharusan adanya dewan pengawas
syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar
sesuai dengan garis-garis syariah.
Dewan pengawas syariah biasanya dilakukan pada posisi setingkat dewan
komisariat dan setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini
yang diberikan oleh setiap dewan pengawasan syariah. Karena itu, biasanya
29
Afzalu rahman, ekonomic doctines oof islam, Jilid II, di terjemahkan oleh soeroyo dan
nastagin (Lahore: Islamic Piblication, 1990), h.362
30Iman Jauhari, penyelesaian sengketa diluar pengadilan menurut hukum Islam,
(Yogyakarta: Dcepublish, 2017), h.123
penetapan anggota dewan pengawasan syariah dilakukan rapat umum pemegang
saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi
dari Dewan Syariah Nasional. 31
6. Produk-Produk Bank Syariah
Pada sistem oprasi bank syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di bank tidak motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan ( misalnya modal usaha ),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Produk penyaluran dana
b. Produk penghimpunan dana
c. Produk jasa
Produk-produk tersebut ditawarkan bank kepada nasabahnya.
dengan penjelasan sebagai berikut:
1) Penyaluran dana
d) Prinsip jual beli (Ba’i)
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan kepemilikan barang.
Keuntungan bank disesuaikan di depan termasuk harga dari harga yang
dijual. Terdapat tiga jenis jual beli dalam pembiayaan konsuntif, modal
kerja dan investasi dalam bank syariah, yaitu:
31
Muhammad Syafii antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h.30
a) A’I al-murabaha adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang di sepakati. Dalam bi’al-murabahah,
penjual harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
b) Ba’i as-salam adalah jual beli nasabah sebagai pembeli dan pemesan
memberikan uangnya ditempat akad sesuai dengan harga yang di
pesan dan sifat barang telah disebutkan sebelumnya. Uang yang tadi
diserahkan menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan
pembayaran di lakukan dengan segera.
c) Ba’I al-istishna merupakan bagian dari ba’i as-salam namun Ba’I al-
istishna bisa digunakan dalam bidang manufaktur seluruh ketentuan
ba’I al-istishna mengikutiba’I as-salamnamun pembayaran dapat di
lakukan beberapa kali pembayaran.32
. Prinsip sewa (ijarah)
Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas
barang yang di sewa. Dalam hal ini bank menyewakan peralatan
kepada nasabah dengan biaya yang di tetapkan secara pasti
sebelumnya.
c. Prinsip bagi hasil (syirkah)
Dalam prinsip ini terdapat dua macam produk, yaitu:
32
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Bank Syariah,edisi 1 – cet. 1 –jakarta gema
insane press 200 1), h 101-113.
a) Musyarakah: adalah salah satu produk bank syariah yang mana
terdapat dua pihak atau lebih yang bekerja sama untuk meningkatkan
aset yang dimiliki bersama dimana seluruh pihak memadukan
sumber daya yang mereka miliki baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud. Dalam hal ini seluruh pihak yang bekerja sama
memberikan kontribusi yang dimiliki maupun itu dana, skil, ataupun
asset-aset lainnya. yang menjadi ketentuan dalam musyarakah adalah
pemilik modal berhak dalam menentukan kebijakan usaha yang di
tentukan pelaksana proyek.
b) Mudharabah: kerjasama dua orang atau sejumlah modal memberikan
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelolah dengan
perjanjian pembagian keuntungan perbedaan yang mendasar antara
musyarakah dan mudharabah adalah kontribusi atas manajemen dan
keuangan pada musyarakah diberikan dan dimiliki dua orang atau
lebih, sedangkan pada mudharabah modal dapat dimiliki satu orang
saja.33
2) Penghimpun dana
Produk penghimpun dana pada bank syariah meliputi giro, tabungan
dan deposito. Prinsip yang diterapkan pada bank syariah adalah:
a. Prinsip wadiah
Penerapan prinsip wadiah yang dilakukan adalah wadiah yad
dhamanah yang diterapkan pada rekening produk giro.Berbeda dengan
33
Muhammad, Manajemen Bank Syriah-ed. 1-1- (Jakarta: Rajawali Perss , 2014), h.30.
wadiah amanah, dimana pihak yang dititip (bank) bertanggung jawab
atas keutuhan harta titipan sehingga boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut.Sedangkan pada wadiah amanah harta titipan tidak boleh di
manfaatkan oleh yang di titip.
b. Prinsip mudharabah
Dalam prinsip mudarabah, penyimpanan atau deposan
bertindak sebagai pemilik modal sedangkan bank bertindak sebagai
pengelolah. Dana yang di simpan kemudian oleh bank digunakan untuk
melakukan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank menggunakannya
untuk pembiayaan mudharabah, maka bank bertanggung jawab atas
kerugian yang mungkin terjadi.34
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak
penyimpan, maka prinsip mudharabah dibagi menjadi dua bagian:
1. Mudharabah mutlaqah: prinsipnya dapat berupa tabungan dan
deposito, sehingga ada dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan
deposito mudarabah. Tidak ada pembatasan bagi bank untuk
menggunakan dan yang telah terhimpun.
2. Mudharabah muqayyadah: jenis ini adalah simpanan khusus dan
34
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Ed. 2.- Cet, 1.- Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. .87.
3. Pemilik dapat menerapkan syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi
oleh bank, sebagai contoh disyaratkan untuk bisnis tertentu, atau
akad tertentu.
3) Produk jasa
Selain menjalankan fungsinya sebagai penghubung (intermediaries) antara
pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang kelebihan dana
(surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain:
a. Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tidak sejenis, penyerahanya harus dilakukan pada waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing
ini.
b. Ijarah (sewa)
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe
deposite box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).
Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
Dari uraian di atas, dapat di pahami bahwa bank syariah khususnya di
Indonesia masih dalam proses perkembangan. Beberapa hal mendasar dari
perkembangan tersebut adalah dukungan berupa perangkat-perangkat
hukum yang telah di tetapkan oleh pemerintah sebagai patokan dalam
operasional perbankan syariah. Selain itu, warga Negara Indonesia yang
mayoritas pendukungnya beragama Islam menjadi peluang yang besar bagi
perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Berdasarkan prinsip (hukum) yang dianut oleh sistem perbankan
syariah, antara lain.
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai yang ditentukan sebelumnya jelas tidak
diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagai keuntangan dan hasil usaha institusi yang
meminjam dana.
c. Islam tidak memperbolehkan menghasilkan uang dari uang. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas, karena tidak memiliki
nilai intrinsic.
d. Unsur gharar (ketidak pastian/spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah
pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari
sebuah transaksi.
e. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan
dalam Islam. Usaha minuman keras, misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan Syariah.
7. Produk jasa Bank Syariah
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah
antara lain35
:
a. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank
Syariah dan/atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Tabungan adalah simpanan berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang di persamakan dengan itu.
c. Deposito adalah investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara
Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.
d. Giro adalah simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
e. Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank
syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
35
KH. Drs.Hafidz Abdurrahman, MA.,Rapor Merah Bank Syariah Kritik atas fatwa
produk perbankan syariah (cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016), h. 22-24.
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Deposito,
Tabungan,atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu.
f. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang di persamakan
dengan itu berupa:
Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
1) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
2) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna ;
3) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh,; dan
4) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/ atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di
biayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan,
atau bagi hasil.
g. Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun
benta tidak bergerak yang di serahkan oleh pemilik Agunan kepada Bank
Syariah dan /atau UUS guna menjamin pelunasan kewajiban Nasabah
penerima Fasilitas.
h. Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan Akad dan Bank Umum
Syariah atau UUS dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum Syariah atau
UUS yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta
tersebut.
8. Kegiatan Perbankan Syariah
Kegiatan perbankan syariah, dalam UU no 21/2008 telah diatur sesuai
dengan klasifikasi masing-masing jenis bank, yaitu sebagai berikut36
:
a. Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
1) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu berdasarkan Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2) Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
3) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
4) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad mudharabah, Akad salam,
Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
5) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh, atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
6) Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah berdasrkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
36
KH. Drs.Hafidz Abdurrahman, MA.,Rapor Merah Bank Syariah Kritik atas fatwa
produk perbankan syariah (cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016), h. 24-28.
dalam bentuk ijarah nuntahiya bittamlik atau Akad lain yang
bertentangan dengan prinsip syariah;
7) Melakukan pengambilalihan uang berdasarkan Akad hawalah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau katu pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah;
9) Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
prinsip syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10) Membeli dan menjual surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan /atau Bank Indonesia;
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan
prinsip syariah;
12) Melakukan penitipan atau kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan prinsip syariah;
13) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah;
14) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan prinsip syariah;
15) Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad waqalah;
16) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
prinsip syariah;
17) Melakukan kegiatan lain yang lazim di lakukan di bidang perbankan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Kegiatan usaha UUS meliputi:
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
waqalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
mudahrabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam,
Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah;
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah;
9. Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas
dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip Syariah, antara lain, seperti
Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau
hawalah;
10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang di terbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan
prinsip syariah;
12. Meneydiakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah;
13. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan prinsip syariah;
14. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
prinsip syariah ; dan
15. Melakukan kegiatan yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas, Bank
Umum Syariah dapat pula37
:
a. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah;
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau
lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah;
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaan;
d. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan
prinsip syariah;
e. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal;
f. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip
syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
g. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar uang;
37
KH. Drs.Hafidz Abdurrahman, MA.,Rapor Merah Bank Syariah Kritik atas fatwa
produk perbankan syariah (cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016), h. 29-30.
h. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar modal; dan
i. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum
Syariah lainnya yang berdasarkan prinsip syariah.
Selain melakukan kegitan usaha sebagaimana di maksud UUS dapat pula38
:
1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah;
2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal;
3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya;
4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip
syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
5) Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek berdasarkan prinsip syariah baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar uang; dan
6) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah
lainnya yang berdasarkan prinsip syariah.
c. Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:
38
KH. Drs.Hafidz Abdurrahman, MA.,Rapor Merah Bank Syariah Kritik atas fatwa
produk perbankan syariah (cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016), h. 30.
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
a. simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadiah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah; dan
b. Invensi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah39
;
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
a. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau
musyarakah;
b. Pembiayaan berdasarkan Akad mudharabah, salam, atau istishna;
c. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
d. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik; dan
e. Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad
mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah;
39
KH. Drs.Hafidz Abdurrahman, MA.,Rapor Merah Bank Syariah Kritik atas fatwa
produk perbankan syariah (cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016), h.31.
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan Nasabah melalui rekening
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah,
Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan prinsip Syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
Bank Islam atau yang lebih di kenal dengan Bank Syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, Bank Islam atau juga
dapat di sebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya di kembangkan berlandaskan pada
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya di sesuaikan
dengan prinsip syariat Islam.
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan
bank konvensional. Salah satu ciri khas syariah yaitu tidak menerima atau
membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi
hasil atau imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang telah di sepakati. Konsep
dasar bank Syariah di dasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis. Semua produk dan
jasa yang di tawarkan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW.
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang di terima oleh bank syariah
maupun yang di bayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian
antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah
harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana dalam syariat Islam.
Undang-undang Perbankan Syariah NO. 21 Tahun 2008 menyatakan
bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank
pembiayaan rakyat syariah (BPRS).40
Menurut Metwally dalam Martina bahwa bank syariah sendiri bertujuan
untuk mendorong dan mempercepart kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan
melaksanakan semua kegiatan perbankan, finansial, komersial, dan investasi
sesuai sistem dengan prinsip prinsip syariah.41
9. Ekonomi Masyarakat
Sebelum melangakah lebih jauh penulis akan menjelaskan apa itu
ekonomi, Ekonomi adalah pilihan ilmu-ilmu yang menjelaskan pilihan yang kita
buat dan bagai mana pilihan-pilihan dapat merubah untuk mengatasi kelangkaan.
Istilan ekonomi itu lahir di yunani (Greek), dan dengan sendirinya istilah
ekonomi itupun berasal dari kata-kata bahasa Yunani pula. Asal katanya adalah
40
Undang-Undang Syariah no. 21 tahun 2008
41 Martina. Manajemen Aset dan Liabilitas Bank Syariah. Watampone: STAIN
Watampone, 2017.
Oikos Nomos. Orang-orang barat menerjemahkan dengan Management of
housebold or estate (tata laksana rumah tangga atau pemilikan).42
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkelanjutan merupakan kondisi
utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesetaraan.Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun
yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah
setiap tahun, maka dibutuhkan pendapatan setiap tahun.
Selain dari sisi permintaan (komsumsi), dari sisi penawaran,
pertumbuhan penduduk juga membutuhkan pertumbuhan kesempatan
kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa di barengi dengan
penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam
pembagian dari penambahan pendapatan akan menciptakan kondisi
pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan.
b. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
permintaan agregad (AD) atau sisi penawaran agregad (AS),
perekonomian Indonesia secara mengejutkan berhasil pulih dengan cepat
dari kekacauan yang terjadi pada paruh pertama DKD 1960an, yaitu
mencapai pertumbuhan dua digit untuk pertama kalinya pada tahun 1968.
Sejak saat itu, pertumbuhan ekonomi yang cepat, paling sedikit 5% per
tahun, tetap dipertahankan hingga tahun 1982, yaitu ketika melemahnya
42Dr. tulus t.h tambunan, Perekonomian Indonesia, (Perbis Ghalia Imdonesia)
September 2003, h 39-140.
pasar minyak bumi dunia menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun
derastis. Di akhir dekade tersebut perekonomian Indonesia telah pulih
kembali dan tingkat pertumbuhan sebesar 6-7 persen kembali berhasil
dicapai, tidak terlalu jauh bedanya di bandingkan pertumbuhan yang tinggi
pada periode kejayaan minnyak bumi.43
c. Teori pertumbuhan ekonomi daerah
1) Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi di
sektor atau industri di suatu daera yang menggunakan sumber daya
produksi (SPD) lokal, termasuk L dan bahan baku output-nya diekspor
akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan
perkapita dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.
2) Teori lokasi
Teori lokasi biasanya juga digunakan untuk penentuan atau
pengembangan kawasan industri di suatu daerah.Inti pemikiran dari teori
ini didasarkan pada sifat rasional pengusaha perusahaan yang cenderung
mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya yang serendah
mungkin.44
Olehnya itu pengusaha akan memilih lokasi usaha yang
43
Hilil,Hal. Ekonomi Indonesia,(-Ed.2,Cet 2.-) Jakarta; Pt Rajagrafindo Persada,
2002.h.17.
44
Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Perbit Ghalia Indonesia). September
2003 h 39-182.
memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi biaya usaha/
produksinya, yakni lokasi yang lebih dekat dengan tempat bahan baku dan
pasat.
3) Teori daya tarik industri
Dalam pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering
dipertanyakan, jenis-jenis industri.Pada sejumlah faktor pembangunan
industri di suatu daerah, yang terdiri dari berapa faktor-faktor daya tarik
dan faktor-faktor daya saing daerah.
10. Ciri-Ciri Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Ciri-ciri pengembangan ekonomi masyarakat menurut Elly Irawan adalah
sebagai berikut:
Mempunyai tujuan yang hendak dicapai
a) Mempunyai wadah yang terorganisir
b) Aktivitas yang di lakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya setempat
c) Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait
d) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap pembangunan
atau pemberdayaan.
e) Menekankan pada sikap partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama
dalam wirausaha.
f) Ada keharusan membantu lapisan masyarakat, khususnya masyarakat
lapisan bahwa, jika tidak maka solidaritas dan kerja sama sulit tercapai.45
11. Bentuk-Bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Bentuk-bentuk pengembangan masyarakat setidaknya menyangkuttiga
bidang pengembangan yaitu:
a) Pengembangan asset manusia ( human asset)
Pengembangan ini berkaitan erat dengan pengembangan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Menurut Michael Sheraden, human asset ini
termasuk dalam golongan asset yang tidak nyata. Human asset secara
umum meliputi intelegensi, latar belakan pendidikan, pengetahuan, ide dan
lain sebagainya.
Dalam teori sumber daya manusia, peningkatan SDM dipandang
sebagai kunci keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesetabilan sosial.
Perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) akan meningkatkan inisiatif
dan sikap-sikap kewiraswastaan yang pada akhirnya membutuhkan
investasi dan lapangan kerja yang baru. Investasi tidak hanya diarahkan
pada peningkatan Phsical Capital Stock tetapi juga di arahkan pada
Human Capital Stock .Modal dalam Teori Sumber Daya Manusia (SDM)
bukan dipandang sebagai syarat utama untuk menciptakan pertumbuhan.
45
Alvi shidqi. Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Di Bukittinggi, (Jakarta;2008).
Usaha- usaha untuk meningkatkan human asset biasanya dilakukan
dalam berbagai program yang bersifat kualitatif seperti:
1. Program Pelatihan dan keterampilan dalam bentuk kursus-kursus.
2. Program Penyuluhan dan kesemuanya bertujuan untuk menambah dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya
menghasilkan output peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM).
b) Pengembangan Aset Modal (Financial Asset)
Pengembangan meliputi modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan,
mesin produksi dan alat-alat/komponen produksi nyata lainnya. Salah satu
masalah klasik yang di hadapi para pelaku perekonomian kecil baik yang
bergerak dalam bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa adalah
sulitnya mendapatkan modal khususnya kredit usaha. Ketidak mampuan dan
ketidak siapan mereka dalam memenuhi setiap syarat yang di ajukan oleh
lembaga formal seperti bank menjadikan sulitnya usaha terealisasikan. Para
perusahaan kecil pada umumnya tidak memiliki aset yang cukup untuk
dijaminkan kepada bank. permasalahan tersebut sebenarnya dapat dipecahkan
dengan cara pengusaha tersebut bergabung dengan sebuah organisasi, wadah
usaha dengan bersama dalam pembiayaan dimana dana tersebut dihasilkan
dari modal bersama. Wadah tersebut dapat berupa koperasi simpan pinjam,
Kelompok keswadayaan Masyarakat (SDM), Kelompok Usaha Bersama
(KUBE), dan lain sebagainya. Dengan adanya lembaga keuangan yang
dibangun secara bersama tersebut diharapkan permasalahan pendanaan usaha
akan dapat teratasi, menghindarkan pinjaman dari rentenir yang pada
akhirnya turut adil dalam ketidak berkembangannya aset.
Keberadaan lembaga keuangan yang dibentuk secara bersama ini
diharapkan menjadi kunci bagi permasalahan keterbatasan akses permodalan
yang selanjutnya akan mempengaruhi pada peningkatan produksi baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif dapat dilihat dari berbagai indicator,
antara lain bertambahnya asset produksi, pendapatan dan kesejatraan secara
umum.
c) Pengembangan Aset Sosial (Sosial Aset)
Aset sosial menurut Michael Sheraden meliputi keluarga, teman, koneksi,
atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan material, dukungan emosional
informasi, dan akses lebih mudah pada pekerjaan, kredit, bantuan-bantuan,
dan tipe asset lainnya.Modal sosial ini menurut Mark Gronovetler dan James
Coleman secara potensial sangat penting dalam menciptakan aktifitas sosial
dan ekonomi individu masyarakat.
Aset sosial menurut Edi Soeharto berkontribusi bagi kehidupan , terbuka
aset sosial berdampak pada peningkatan kesejatraan keluarga/kelompok
masyarakat tertentu. Orang yang terikat dalam menghadapi kesulitan,
kegembiraan, dan lain-lain. Oleh karena itu, suatukomunitas yang mewarisi
berbagai jaringan dan perkumpulan biasanya lebih baik dalam mengantaskan
kemiskinan, kerentanan, memecahkan masalah/perselisihan, dan mengambil
manfaat dari peluang-peluang baru.
d. Kerangka pikir
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini seperti yang diungkapkan
pada latar belakang penelitian berkaitan dengan peran perbankan syariah dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat. Kerangka pikir di bawah ini
memberikan gambaran alur penelitian tentang pemahaman masyarakat mengenai
bank syariah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat (Studi Kasus
kelurahan Balandai Kota Palopo). Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka
pikir dalam penelitian ini di gambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Pemahaman Tentang Bank Syariah
Masyarakat Kelurahan Balandai
Bank Syariah
Perekonomian Masyarakat
Kelurahan Balandai Kota Palopo
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif yang bersifat
analisis deskripsi yaitu pengumpulan, menyusun data mendeskripsikan berbagai
dokumen data informasi yang aktual. Sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
pada penelitian ini.
Adapun pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosiologis, dimaksudkan untuk menyelidiki apakah konsep yang di
berikan sesuai dengan kondisi objektif masyarakat atau ada alternatif lain kearah
perubahan masyarakat, pendekatan ini dipergunakan untuk menjelaskan dinamika
masyarakat dalam merespon keberadaan perbankan dan sisteme konomi Islam.46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan kegiatan
penelitian untuk memperoleh data-data yang di perlukan. Lokasi penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Balandai Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan. Karena
peneliti menemukan masalah terkait pemahaman tentang bank syariah. Selain itu,
lokasi penelitian juga mudah dijangkau.
46
Muhammad Fajar, PersepsiMasyarakatKecamatanTomoniTentangProduk Tabungan
BNI SyariahKCPTomoni (Skiripsi IAIN Palopo, 2016). h. 33.
C. Informan Penelitian
Informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah Kelurahan Balandai
2. Masyarakat Kelurahan Balandai
3. Pelaku Usaha Masyarakat Kelurahan Balandai
D. Jenis Dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian langsung
terhadap objek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui observasi dari
hasil wawancara langsung terhadap informan penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak lansung
diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia serta
informasi lainnya yang ada kaitannya dengan bank syariah dan ekonomi
masyarakat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas.47
Metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
47
CholidNurbokodan H, Abu Achmadi, Metode Penelitian (Cet 12), (Jakarta, PT
BumuAksara, 2012).h 70.
Pengamatan adalah alat yang pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di
selediki. Metode ini dipergunakan sebagai salah satu cara dalam pengumpulan
data berdasarkan pengamatan secara langsung pada objek penelitian
2. Wawancara (interview)
Wawancara (interview), yaitu pengambilan data dengan cara
melakukan percakapan antara narasumber dan wawancara. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mengetahui bagaimana eksistensi perbankan syariah
dalam pembangunan ekonomi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan
sebagainya.48
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi
sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang eksistensi perbankan syariah
dalam pembangunan ekonomi.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data
Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah pengelohan data dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang digunakan
terhadap data berupa uraian melalui hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R.D (Cet 18, Bandung Alfabeta,
2013), h. 143.
2. Analisis data
Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis secara deskriptif
yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh melalui hasil
wawancara, catatan lapangan, dan observasi kemudian data tersebut di
paparkan, di bahas dan di simpulkan.
Data yang telah di oleh secara kualitatif deskriptif dengan
menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a) Induktif, yaitu suatu metode yang titik tolak pada uraian yang bersifat
khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
b) Deduktif, salah satu metode yang berangkat dari uraian yang bersifat
umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
c) Tehnik komparatif, yaitu tehnik analisis perbandingan dari data dan
fakta dari ke dua tehnik tersebut di atas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Kota Palopo secara geografis terletak antara 2º53’15” - 3º04’08” Lintang
selatan dan 120º03’10” - 120º14’34” Bujur timur. Kota palopo yang merupakan
daerah otonomi kedua terakhir dari empat daerah otonom di Tanah Luwu, dimana
disebelah utara berbantasan dengan kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu,
disebelah timur dengan Teluk Bone, di sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Bua Kabupaten Luwu sedangkan di sebelah barat dengan Kecamatan
Tondon Nanggala Kabupaten Tana Toraja. Posisi strategis ini memberikan
keuntungan sekaligus memberikan kerugian secara ekonomis karena menerima
beban dari arus lalulintas yang ada.49
Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 kilometer persegi
atau sama dengan 0,39 persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara
administratif, Kota Palopo terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan.
Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan data rendah, sesuai dengan
keberadaannya sebagai daerah yang terletak di pesisir pantai. Dari luas Kota
49Badan Pusat Statistik, Refleksi 10 tahun Kota Palopo 2012
Palopo sekitar 62,00 persen dari dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter
dari permukaan laut, 24,00 persenter letak pada ketinggian 501-1000 meter dan
sekitar 14,00 persen terletak di atas ketinggian lebih dari 1000 meter.50
a. Status Kelurahan
Dimekarkan pada bulan Mei tahun 2006 dengan nama Balandai
Kecamatan Bara Kota Palopo, status tanah hak milik dan sudah merupakan
bangunan sendiri.
b. Letak Geografis
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Temmalebba kecamatan
Bara.
2) Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone.
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Salubulo Kecamatan
Wara Utara.
4) Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Battang kecamatan
Warabarat.
c. Keadaan Wilayah dan Penduduk
Balandai memiliki luas Wilayah 5,6 km² terdiri dari daratan, pegunungan
dan pantai. Kelurahan balandai memiliki 4 RW dan 17 RT. Keadaan
50
Badan Pusat Statistik, Kota Palopo Dalam Angka 2016, h. 35-42
penduduk ± 5.970 jiwa, ±1.388 kk, jumlah laki-laki sebanyak 2.914 jiwa
dan perempuan 3.056 jiwa. Jarak dari ibu kota kab/kota ±4 km. jarak dari
ibu kota provinsi ±368 km..
d. Visi Misi Balandai
1) Visi
“terwujudnya pelayanan prima menuju masyarakat sejahtrera dan
damai”
2) Misi
a. Mengembangkan kualitas SDM seputar dalam upaya memberikan
pelayanan yang memuaskan masyarakat.
b. Menciptakan kondisi yang aman dan kondusif untuk mendukung
aktivitas perekonomian masyarakat.
c. Membangun kesadaran beragama dan partisipasi masyarakat dalam
pembagunan.
d. Mengedepankan norma dan budaya lokal dalam penyelenggaraan
pemerintah kecamatan.
e. Mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan dan pengayoman kepada
masyarakat serta mempertahankan budaya gotong royong.
2. Hasil Temuan Lapangan
a. Pemahaman Masyarakat Tentang Bank Syariah Di Kelurahan Balandai
Kota Palopo.
Perkembangan lembaga keungan syariah di Kota Palopo semakin meningkat.
Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah bank syariah yang ada di Kota
Palopo. Diantaranya yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank
Rakyat Syariah (BRIS), BNI Syariah dan lain sebagainya. Kehadiran Bank syariah di
Kota Palopo merupakan salah satu kebutuhan masyarakat Kota Palopo yang
mayoritas beragama Islam. Kelurahan balandai sebagai salah satu daerah yang
mayoritas jumlah penduduknya beragama Islam semakin menyadari bahwa bank
syariah merupakan solusi terhadap riba. Hal tersebut juga disadari salah satu
masyarakat kelurahan Balandai yang mengatakan bahwa:
“saya sudah tahu tentang bank syariah dari dulu. Saya sudah pernah pake
bank syariah karena saya tahu bank syariah tidak pake bunga atau riba“51
Dari wawancara dilakukan dengan salah satu masyarakat Balandai, dapat
diketahui bahwa bank syariah telah diketahui di keluarhan Balandai. Salah satu unsur
penting yang dapat mendukung eksistensi Bank Syariah di Kelurahan Balandai yaitu
melalui sosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Karena berdasarkan hasil
wawancara dengan berbagai kalangan masyarakat di Kelurahan Balandai ada yang
51
Syarifuddin Wahab, Masyarakat Balandai , Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni
2019.
telah mengetahui tentang bank syariah namun ada pula yang sama sekali tidak
mengetahui tentang bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan yang
disampaikan oleh Iqbal Hasyim selaku ketua RT yang mengatakan bahwa:
“saya rasa masyarakat Balandai banyak yang tidak tahu tentang bank syariah.
Saya pernah dengar bank syariah tapi saya tidak tahu banyak tentang itu. Bank
syariah juga tidak pernah melakukan sosialisasi di daerah kami”52
Seperti yang di ungkapkan oleh ketua RT 03 Kelurahan Balandai bahwa bank
syariah tidak pernah melakukan sosialisasi di masyarakat Balandai Kota Palopo.
Mereka hanya mengetahui tentang bank syariah melalui perbincangan orang lain.
Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa eksistensi bank syariah di kelurahan
Balandai belum diketahui secara merata oleh masyarakat kelurahan Balandai.
Sebagian dari masyarakat hanya mengenal bank syariah tetapi tidak memahami
konsep dan sistem pelaksanaan bank syariah. Sehingga, minat menggunakan jasa
bank syariah di kelurahan Balandai Kota Palopo sangat rendah. Hal ini sejalan
dengan ungkapan yang disampaikan oleh Yuliana, ia menegaskan:
“selama ini saya menabung di bank ji. Tidak ku tahu ada pale namanya bank
syariah sama bank konvensional. Yang ku tahu bank ji tempatnya menabung
sama pinjam uang”53
52
Iqbal Hasyim. Ketua RT 3 Balandai Kota Palopo. Wawancara. Dilakukan pada tanggal 27
Juni 2019
53Yuliana, Pelaku Usaha. Wawancara di lakukan pada tanggal 27 Juni 2019
eksistensi bank syariah yang ada di kota palopo belum bias dikatakan sudah
sepenuhnya baik karena sebagian besar masyarakat Kota Palopo khususnya
Kelurahan Balandai belum mengetahui kehadiran bank syariah. Salah satu faktor
penyebabnya yaitu kurang maksimalnya pihak bank syariah dalam melakukan
sosialisasi di berbagai kelurahan dan kecamatan yang ada di Kota Palopo.
Sosialisasi pihak Bank Syariah terhadap masyarakat di Kelurahan Balandai
dianggap kurang bahkan masyarakat Kelurahan Balandai tidak pernah mengetahui
hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan maraknya masyarakat kelurahan Balandai
yang masih-masing dan tidak tahu tentang eksistensi atau keberadaan bank syariah di
Kota Palopo. Hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu masyarakat di
Keluarahan Balandai menjelaskan bahwa :
“saya mengetahui tentang bank syariah melalui dunia pendidikan. Saya
belajar tentang bank syariah di kampus. Tetapi sebelum saya mengambil
jurusan perbankan syariah, saya tidak mengetahui tentang bank syariah.”54
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa eksistensi bank syariah di
Kelurahan Balandai sebagian besar hanya diketahui kalangan masyarakat yang
memiliki pendidikan. Bagi masyarakat awam sangat asing dengan istilah bank
syariah yang telah berkembang di Kota Palopo. Pada umumnya, masyarakat
54
Nirwana. Masyarakat. Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juni 2019
Kelurahan Balandai kurang mengetahui tentang bank syariah karena kurangnya
informasi yang mereka dapatkan. Menngingat, bank lembaga keuangan yang ada di
Kota Palopo semakin banyak sehingga menjadi catatan besar bagi pihak bank syariah
untuk masuk dan hadir di tengah-tengah masyrakat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank syariah di Kota
Palopo agar dikenal dan diketahui oleh masyarakat Kota Palopo pada umumnya dan
masyarakat Balandai pada khususnya yaitu melalui sebuah sosialisasi di berbagai
wilayah yang ada di Kota Palopo. Upaya tersebut dilakukan untuk memperkenalkan
kepada masyarakat terkait sistem, mekanisme, dasar hukum dan sebagainya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa bank
syariah.
b. Pemahaman Masyarakat tentang Bank Syariah dalam Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat Balandai Kota Palopo
Pengembangan usaha di Kelurahan Balandai memiliki banyak tantangan.
tantangan yang dihadapi seperti kekurangan modal, tenaga kerja yang kurang ahli
atau terampil dan sebagainya. Salah satu faktor pendukung yang dapat membantu
perkembangan usaha masyarakat Kelurahan Balandai yaitu melalui peran dan
kontribusi lembaga keuangan dalam memberikan pinjaman melalui kredit atau
pembiayaan. Pengembangan usaha bukan saja membutuhkan tenaga kerja yang
terampil, tetapi juga harus dibarengi dengan suplay modal yang memadai.Bank
syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang ada di Kota Palopo diharapkan
dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan usaha masyarakat
Kelurahan Balandai. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan bank syariah yaitu
melalui pemberian pembiayaan kepada masyarakat Kelurahan Balandai yang
membutuhkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ira mengatakan bahwa:
“saya lebih suka menggunakan bank konvensianal dari pada bank syariah
dalam menjalankan usahaku. Karena kalau bank syariah lama prosenya baru
kayak na persulitki.“55
Berdasarkan ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu pelaku
usaha yang ada di Kelurahan Balandai cenderung menggunakan bank konvensional
dalam mengembangkan usahanya. Hal tersebut disebabkan karena asumsi
masyarakat bahwa sistem pelayanan yang diterapkan bank syariah membutuhkan
waktu yang cukup lama dibandingkan bank konvensional. Selain itu, pelayanan bank
syariah dianggap berbelit-belit sehingga mempersulit para pelaku usaha. Dengan
adanya asumsi demikian, masyarakat Kelurahan Balandai lebih memilih
55
Ira, Pelaku Usaha. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Juni 2019
menggunakan jasa bank konvensional dibandingkan bank syariah. Namun, Berbeda
dengan alasan yang dikemukakan oleh Bahar yang mengatakan bahwa:
“saya ada tabungan di bank syariah. Tapi kalau untuk ambil modal saya
pinjam di bank umum bukan bank syariah. Karena dari dulu mika pake bank
umum kalau ambil modal. Kalau bank syariah baru-baru ji saya pake itu pun
saya pake ji menabung”56
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa salah satu
pelaku usaha yang ada di Kelurahan Balandai cenderung menggunakan jasa bank
syariah bukan untuk keperluan usaha melainkan untuk menabung atau menyimpan
dana. Hal ini disebabkan karena kebiasaan mengambil pinjaman modal telah
dilakukan di bank konvensional sejak lama. Sehingga menyebabkan mereka nyaman
dan mudah mengambil kredit di bank konvensional dibandingkan bank syariah. Hal
ini tentunya menjadi tantangan besar bagi bank syariah untuk membuat masyarakat
Kelurahan Balandai mengenal sekaligus nyaman dengan merek bank syariah
mengingat bank konvensional telah meiliki tempat tersendiri di hati masyarakat
Kelurahan Balandai.
Sejauh ini, menurut pelaku usaha yang ada di Kelurahan Balandai, Bank
syariah belum memiliki kepercayaan dari wirausaha yang ada di Kelurahan Balandai.
56
Bahar. Pelaku Usaha. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Juni 2019
Sehingga menyebabkan mereka masih ragu menggunakan jasa bank syariah dalam
proses pengembangan usaha. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa pada
dasarnya, eksistensi bank syariah di kalangan pelaku usaha maupun wirausaha yang
ada di Kelurahan Balandai masih dianggap kurang memberikan kontribusi. Salah
satu penyebabnya yaitu sistem yang ada di bank syariah masih kurang dipahami oleh
masyarakat Kelurahan Balandai. Berkembang atau tidaknya usaha yang ada di
Kelurahan Balandai tidak serta merata di titik pada kontribusi bank syariah,
melainkan juga pada individu atau wirausaha itu sendiri. Dalam melakukan
pengembangan usaha, wirausaha atau pelaku usaha Kelurahan Balandai dituntut juga
melakukan dan mengambil keputusan sendiri terhadap apa yang akan dilakukan
untuk pengembangan usaha, termasuk pengambilan keputusan untuk menggunakan
jasa layanan bank syariah atau jasa bank konvensional.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan bank syariah dalam menindak lanjuti
asumsi masyarakat kelurahan Balandai pada umumnya dan pelaku usaha Kelurahan
Balandai pada khususnya yaitu senantiasa melakukan inovasi terutama inovasi yang
dapat membantu wirausaha ataupun masyarakat dalam meningkatkan perekonomian
inovasi yang dapat dilakukan bank syariah melalui inovasi produk berupa pemberian
modal kepada pelaku usaha atau masyarakat dalam pengembangan usaha. Inovasi
produk tersebut tentunya memiliki perbedaan dengan produk yang ditawarkan bank
konvensional. Selain inovasi produk, bank syariah juga harus melakukan inovasi
terhadap sistem pelayanan dalam menarik minat masyarakat. inovasi tersebut
diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat pada umumnya terkait sistem
bank syariah yang terkesan lambat dan mempersulit masyarakat dalam bertransaksi
di bank syariah.
Secara umum, bank syariah telah melaksanakan dan memfasilitasi para pelaku
usaha atau wirausaha. Salah satu diantaranya yaitu memfasilitasi dunia usaha melalui
produk yang ditawarkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan yang dilakukan
oleh Budi Gautama Siregar yang mengatakan bahwa dalam upaya pengembangan
wirausaha yang ada, bank syariah menyediakan produk-produk untuk dimanfaatkan
dalam pengembangan usaha.57
Adapun kendala yang dihadapi bank syariah yaitu
masih terdapat beberapa wirausaha yang tidak percaya dengan pelayanan bank
syariah. Kebiasaan demikian hampir ditemukan di beberapa sudut atau wilayah yang
ada di Kota Palopo.
57
Budi Gautama Siregar. Peranan Bank Syariah dalam Pengembangan Kewirausahaan.
Dalam Jurnal At-Tijaroh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015, h. 15
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Eksistensi Perbankan Syariah dalam Industri Keuangan Indonesia
Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki
peranan vital dalam perkembangan perekonomian Indoensia. Hal tesrebut dapat
dilihat pada peristiwa krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998.Krisis moneter
yang melanda Indonesia pada saat itu sangat memprihatinkan perekonomian
nasional. Akan tetapi, eksistensi perbankan syariah mampu menjadi penopang
perekonomian nasional. Bank syariah mampu bertahan di tengah pergolakan krisis
perekonomian yang ada. Bank syariah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perekonomian melalui pemberian pembiayaan kepada masyarakat sehingga bank
syariah menjadi mitra dengan masyarakat.58
Bank syariah mampu bertahan dengan kondisi perekonomian yang kurang
stabil disebabkan karena bank syariah bergerak di sectorril atau bergerak dalam
usaha kecil dan menengah sehingga tidak terlalu mempengaruhi kondisi bank syariah
meskipun kondisi ekonomi nasional kurang membaik. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muslimin Kara mengatakan bahwa pembiayaan bank
syariah yang di alokasikan untuk UMKM di Kota Makassar mengalami peningkatan
58
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (edisi pertama , September 2002), h. 15.
yang fluktuasi, namun kontirbusi pembiayaan bank syariah belum optimal.59
Dari
hasil tersebut dapat dipahami bahwa kebijakan perbankan syariah dalam hal ini
alokasi pembiayaan sangat mendukung dalam meningkatkan atau mengembangkan
perekonomian yang ada.
Seiring dengan perkembangan zaman, eksistensi perbankan syariah di
Indonesia menjadi lembaga keuangan yang memberikan solusi terhadap
perekonomain nasional. Hal ini tentunya menjadi salah satu indicator keberhasilan
dalam memberikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan
bank syariah di Indonesia sangat signifikan. Kemajuan Bank Syariah di Indonesia
beberapa abad terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
menggembirakan.60
Berdasarkan teori tersebut dapat di pahami bahwa eksistensi
bank syariah di Indonesia pada dasarnya merupakan hal yang sangat
menggembirakan karena mampu mengatasi permasalahan perekonomian bangsa
Indonesia. Sehingga kehadiran bank syariah di tengah-tengah masyarakat sepatutnya
mendapatkan respon yang positif dari berbagai kalangan masyarakat.
59
Muslimin Kara. Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan
UMKM di Kota Makassar. Dalam Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol 47 Nomor 1 Juni Tahun 2013,
h. 270
60Nurhisam Luqman. Kepatuhan Syariah dalam Industri Keuangan Syariah. Dalam jurnal
HukumIus QUIA Iustum Volume 23 Nomor 1 h. 78
2. Eksistensi Perbankan Syariah dalam Meningkatkan Perekonomian
Perbankan syariah memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian
Indonesia. Salah satu peranan penting bank syariah yaitu pemberian akses lembaga
keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat. Layanan bank syariah harus mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akseske bank syariah dapat memudahkan
masyarakat dalam menggunakan atau pun memanfaatkan jasa lembaga keuangan
bank untuk melakukan kegiatan perekonomian seperti pemanfaatan pembiayaan
untuk mengelola usaha. Hal tersebut sejalan dengan asumsi yang dikemukakan oleh
Novia Nengsih yang mengatakan bahwa bank syariah mampu mengalokasikan
pembiayaan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola
keuangan.61
Peran perbankan syariah dalam perekonomian di Indonesia dianggap belum
signifikan. Hal tersebut di sebabkan karena banyaknya kendala yang di hadapi bank
syariah dalam perkembangannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
eksistensi bank syariah di Indonesia yaitu melalui peningkatan market share atau
pangsa pasar bank syariah itu sendiri. Pangsa pasar merupakan suatu indikator yang
61
Novia Nengsih. Peran Perbankan Syariah dalam Mengimplementasikan Keuangan Inklusi
di Indonesia. Dalam jurnal Etikonomi Volume 14 Nomor 2 tahun 2015, h. 228
menggambarkan kondisi bank syariah di Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui revitalisasi startegi peningkatan pangsa pasar.62
Berikut ini beberapa solusi atau strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pangsa pasar bank syariah sehingga mampu memiliki kontribusi
terhadap perekonomian:
a. Sumber Daya Insani
Permasalahan pokok di bank syariah yaitu masalah kualitas sumber daya
insani. Menurut Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia mengatakan bahwa
sekitar 60% sumberdaya insane yang ada di bank syariah berasaldari bank
konvensional.63
Berdasarkan hasil riset tersebut dapat dipahami bahwa salah satu
factor penghambat perkembangan eksistensi bank syariah di Indonesia yaitu kondisi
sumberdaya insani yang dimiliki yang tidak sesuai dengan latar belakang bidangnya.
Sehingga hal demikian sangat berpengaruh terhadap poladan pengelolaan yang di
lakukan. Kondisi sumber daya insan yang dimiliki bank syariah akan memberikan
dampak terhadap mekanisme, sistem dan etos kerja bank syariah.
62
Safaah Restuning. Peran Perbankan Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi ,Indonesia.
Dalam jurnal Indo Islamika, Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 h. 53
63Said Sa’ad Marathon .Ekonomi Islam di Tengah Krisis Global (Jakarta: Zikrul Hakim,
2004) h. 143
b. Peraturan
Eksistensi bank syariah di Indonesia padamulanya tidak mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah. Sehingga peraturan bank syariah tidak terlalu di
perhatikan oleh kalangan pemerintah.Namun, eksistensi bank syariah semakin
mendapat perhatian setelah peristiwa krisis moneter tahun 1998 yang mampu
memberikan kontribusi besar terhadap perkonomian. Sehingga seiring dengan
kemajuan, pemerintah mengeluarkan peraturan Undang-undang nomor 21 Tahun
2008 tentang bank syariah. Sehingga dengan di keluarkannya aturan tersebut pangsa
pasar bank syariah semakin meningkat dan seimbang dengan bank konvensional.64
64
NurRianto. Dasar-dasar Ekonomi Islam (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011) h. 314
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman masyarakat
tentang bank syariah di Kelurahan Balandai Kota Palopo masih kurang
diketahui oleh masyarakat. karena pihak bank syariah kurang melakukan
sosialisasi sehingga masyarakat kurang tahu dan paham tentang eksistensi
Bank Syariah yang ada di Kota Palopo.
2. Bank Syariah di kalangan pelaku usaha maupun wirausaha yang ada di
Kelurahan Balandai kurang memberikan kontribusi terhadap perekonomian
masyarakat Kelurahan Balandai. Pelaku usaha cenderung menggunakan jasa
bank konvensional dalam melakukan pengembangan usaha melalui
pengambilan kredit atau pinjaman di bank konvensional.
B. Saran
1. Bagi Praktisi Bank Syariah, sebaiknya melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terkait produk yang ditawarkan di Bank Syariah.
2. Bagi masyarakat, sebaiknya menggunakan jasa bank syariah dalam melakukan
aktivitas pengembangan perekonomian mengingat bank syariah memberikan
manfaat yang besar kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman ,Hafidz, RaporMerah Bank SyariahKritikatas fatwa produk perbankansyariah
(cet.4 : edisi I ; Bogor, Al Azhar Press, 2016),
Antonio, Muhammad Syafii, M.Ec. Bank Syariah, edisi 1, cet. 1 –Jakarta gema
insane press 2001
Arifin, Zainil, Dasar-DasarManajemen Bank syariah, (Diterbitkan OlehAlvbel-
Anggota I kapi Komlek TNI-AU Triloka, JlTrilokal 1 No. 18, Pancoran,
Jakarta;2002)
Asy’arie,Musa Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Cet 1, (Yogyakarta:
LESFI, 1997)
Budi Gautama Siregar. Peranan Bank Syariah dalam Pengembangan Kewirausahaan.
Dalam Jurnal At-Tijaroh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
Bungu Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofi Dan
Metodologi Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Grafindo,
2005).
Cholid Nurbokodan H, Abu Achmadi, Metode Penelitian(Cet 12), (Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2012)
Dewan Pengurus Nasional FORDEBI dan ADESY, Ekonomi dan Bisnis Islam,
(Depok: RAJAWALI PERS,2017)
Fajar, Muhammad, Persepsi Masyarakat Kecamatan Tomoni Tentang Produk
Tabungan BNI SyariahKCP Tomoni (Skiripsi IAIN Palopo, 2016)
Hilil,Hal. Ekonomi Indonesia,(-Ed.2,Cet 2.-) Jakarta; Pt Rajagrafindo Persada, 2002
Ikatan akutansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan Bank Syariah, (Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia, 2002)
Karim, Adiwarman, Bank Islam:Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Ed. 2.- Cet, 1.-
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004)
Karnaen perwataatmadja dan m. Syafe’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta:PTdanabakhtiWakaf , 1997)
-------- Apa Dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: PT Dana BakhtiWakaf, 1997)
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (edisi pertama , September 2002)
--------Manajemen Dana bank Syariah, UPP STIM Ikut Mencerdaskan Bangsa, edisi
revisi Kedua maret 2011
---------,Manajemen Dana Bank Syariah.
---------, Manajemen Bank Syriah-ed. 1-1- (Jakarta: Rajawali Perss , 2014)
Muslimin Kara. Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan
UMKM di Kota Makassar. Dalam Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol 47 Nomor 1
Juni Tahun 2013
Shidqi Alvi. Peran Bank Syariah Mandiri Bagi Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Di Bukittinggi, (Jakarta;2008)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R.D (Cet 18, Bandung
Alfabeta, 2013)
Tambunan,Tulus, Perekonomian Indonesia, (Perbis Ghalia Imdonesia) September
2003
-------------Indonesia, (Perbit Ghalia Indonesia). September 2003
Yusmad, Muammar Arafat, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori Ke Praktik,
(Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2017)
---------,Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori Ke Praktik, (Yogyakarta: CV
BUDI UTAMA, 2017)
RIWAYAT HIDUP
Rino, lahir di Lalong, Pada tanggal 01 Desember
1994. Anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan
Ayahanda Yunus P., dan Ibunda Nurhayati. Penulis
pertama kali menempuh pendidikan formal di SDN
Negeri 375 Lalong Selatan Kab. Luwu dan tamat pada
tahun 2006.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah menengah
pertama di Madrasah Tsanawiyah Batusitanduk Kab. Luwu, dan tamat pada tahun
2009. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah menengah atas
di SMK Negeri 1 Walenrang Kab. Luwu, dan tamat pada tahun 2012.
Pada tahun 2015 penulis mendaftarkan diri di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palopo, pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Sebelum menyelesaikan akhir studi, penulis menyusun skripsi dengan judul
“Pemahaman Masyarakat Tentang Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan
Perekonomian Masyrakat (Studi Kasus Kelurahan Balandai Kota Palopo”, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jenjang Strata Satu (S1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.).