4
Felegi Daeli / Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika (Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan) 77 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika (Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan) Felegi Daeli 1 , Tarsisius Sarkim 2 Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma, Kampus III USD Paingan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta e-mail: [email protected]; [email protected] Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas XI SMA di Kabupaten Nias Barat tentang Fisika. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dengan jumlah 506 orang. Pengukuran dilakukan dengan tes pilihan ganda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa SMA di kabupaten Nias Barat mempunyai skor 26.40% dengan kategori tidak baik atau memiliki kemampuan yang sangat rendah. Skor pada level mengingat 29.40%, level memahami 24.29%, level menerapkan 25.30%, dan level menganalisis 26.85% dengan kategori masing-masing level berada pada kategori tidak baik. Siswa mempunyai skor pada bidang fisika yaitu bidang Mekanika 27.4%, Optika 23.5%, Termofisika 27.4%, dan Kelistrikan 25.8% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu tidak baik. Kata kunci: pemahaman siswa, fisika, Kabupaten Nias Barat I. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar mempunyai tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Tujuan pembelajaran pada masing-masing mata pelajaran berbeda-beda. Dalam mata pelajaran fisika, tujuan yang ingin dicapai salah satunya untuk menguasai konsep dan prinsip fisika serta memupuk sikap ilmiah. Konsep dan prinsip fisika ini diperoleh dari gejala-gejala fisik yang terjadi pada alam. Untuk mengetahui tingkat penguasaan fisika dapat ditunjukkan pada hasil belajar atau prestasi siswa. Tujuan pembelajaran sangat penting dalam mengukur tingkat penguasaan fisika siswa. Tingkat pemahaman siswa tentang Fisika disetiap daerah berbeda-beda. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata UN yang diperoleh setiap daerah atau kota. Pengukuran tingkat pemahaman siswa tentang Fisika juga sangat penting untuk mempersiapkan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat tingkat pengetahuan siswa tentang Fisika di Kabupaten Nias Barat dengan menggunakan kategori pencapaian tujuan pembelajaran taksonomi Bloom ranah kognitif. Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini disahkan pada tanggal 26 Mei 2009. Kabupaten Nias Barat memiliki 12 Sekolah Menengah Atas baik negeri maupun swasta. Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan sekarang kembali lagi mengikuti kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Dari hasil observasi pada tahun 2015, SMA di kabupaten Nias Barat sangat kekurangan tenaga pengajar khususnya dalam bidang fisika. Jumlah guru bidang fisika yang sudah tercatat sebagai guru PNS atau GKD (Guru Kontrak Daerah) adalah 10 orang yang tersebar pada 12 sekolah. Selain itu juga, fasilitas penunjang proses pembelajaran yang ada tiap sekolah sangat minim. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk megetahui sejauh mana pemahaman siswa SMA kelas XI di kabupaten Nias Barat tentang Fisika. Selain itu, penelitian ini juga melihat kemampuan siswa pada bidang-bidang fisika yaitu, pada bidang mekanika, bidang optika, bidang termofisika, dan bidang kelistrikan. II. LANDASAN TEORI Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek yaitu aspek produk, aspek proses, dan aspek sikap. Aspek produk dalam sains termasuk juga Fisika diterapkan pada prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang didalamnya merupakan hasil rekaan manusia. Hasil rekaan ini yang nantinya digunakan untuk menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena yang ada didalamnya. Melalui prinsip, hukum, dan teori yang dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji dengan eksperimen yang berkaitan [1]. Hal itu merupakan tujuan yang harus dicapai dalam aspek produk. Maka hakekat Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala fisik melalui proses ilmiah yang dibangun berdasarkan sikap ilmiah dengan hasil produk ilmiah berupa konsep, prinsip dan teori [2]. Pemahaman adalah menguasai sesuatu dengan pikiran atau kemampuan untuk menjelaskan sesuatu dengan kemampuan berpikir. Pemahaman siswa merupakan kemampuan berpikir siswa untuk menangkap makna atau kemampuan membuat penjelasan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Kemampuan ini terbentuk karena adanya proses belajar dan diperoleh ketika siswa mengerti atau paham sesuatu. Tingkat pemahaman siswa telah dirumuskan oleh Bloom ke dalam Taxonomy of Educational: Cognitif Domain [3]. Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari bahasan tertentu. Bloom (1956) mengembangkan sebuah taksonomi tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam tiga domain, yaitu domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) [4]. Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang kemampuan interlektual atau

Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat …hfi-diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULL-Pemahaman Siswa... · Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat …hfi-diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULL-Pemahaman Siswa... · Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan

Felegi Daeli / Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika

(Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan)

77

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016

ISSN : 0853-0823

Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang

Fisika (Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan)

Felegi Daeli1, Tarsisius Sarkim2 Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma,

Kampus III USD Paingan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

e-mail: [email protected]; [email protected]

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas XI SMA di Kabupaten Nias Barat tentang

Fisika. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dengan jumlah 506 orang. Pengukuran dilakukan dengan tes

pilihan ganda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa SMA di kabupaten Nias Barat

mempunyai skor 26.40% dengan kategori tidak baik atau memiliki kemampuan yang sangat rendah. Skor pada level

mengingat 29.40%, level memahami 24.29%, level menerapkan 25.30%, dan level menganalisis 26.85% dengan kategori

masing-masing level berada pada kategori tidak baik. Siswa mempunyai skor pada bidang fisika yaitu bidang Mekanika

27.4%, Optika 23.5%, Termofisika 27.4%, dan Kelistrikan 25.8% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu tidak baik.

Kata kunci: pemahaman siswa, fisika, Kabupaten Nias Barat

I. PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar mempunyai tujuan

pembelajaran yang harus dicapai. Tujuan pembelajaran

pada masing-masing mata pelajaran berbeda-beda. Dalam

mata pelajaran fisika, tujuan yang ingin dicapai salah

satunya untuk menguasai konsep dan prinsip fisika serta

memupuk sikap ilmiah. Konsep dan prinsip fisika ini

diperoleh dari gejala-gejala fisik yang terjadi pada alam.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan fisika dapat

ditunjukkan pada hasil belajar atau prestasi siswa. Tujuan

pembelajaran sangat penting dalam mengukur tingkat

penguasaan fisika siswa.

Tingkat pemahaman siswa tentang Fisika disetiap

daerah berbeda-beda. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

nilai rata-rata UN yang diperoleh setiap daerah atau kota.

Pengukuran tingkat pemahaman siswa tentang Fisika juga

sangat penting untuk mempersiapkan pembelajaran. Oleh

karena itu, peneliti ingin melihat tingkat pengetahuan

siswa tentang Fisika di Kabupaten Nias Barat dengan

menggunakan kategori pencapaian tujuan pembelajaran

taksonomi Bloom ranah kognitif.

Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten

di provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini disahkan pada

tanggal 26 Mei 2009. Kabupaten Nias Barat memiliki 12

Sekolah Menengah Atas baik negeri maupun swasta.

Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013

dan sekarang kembali lagi mengikuti kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) 2006. Dari hasil observasi

pada tahun 2015, SMA di kabupaten Nias Barat sangat

kekurangan tenaga pengajar khususnya dalam bidang

fisika. Jumlah guru bidang fisika yang sudah tercatat

sebagai guru PNS atau GKD (Guru Kontrak Daerah)

adalah 10 orang yang tersebar pada 12 sekolah. Selain itu

juga, fasilitas penunjang proses pembelajaran yang ada

tiap sekolah sangat minim.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini

bertujuan untuk megetahui sejauh mana pemahaman

siswa SMA kelas XI di kabupaten Nias Barat tentang

Fisika. Selain itu, penelitian ini juga melihat kemampuan

siswa pada bidang-bidang fisika yaitu, pada bidang

mekanika, bidang optika, bidang termofisika, dan bidang

kelistrikan.

II. LANDASAN TEORI

Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek

yaitu aspek produk, aspek proses, dan aspek sikap. Aspek

produk dalam sains termasuk juga Fisika diterapkan pada

prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang

didalamnya merupakan hasil rekaan manusia. Hasil

rekaan ini yang nantinya digunakan untuk menjelaskan

dan memahami alam dan berbagai fenomena yang ada

didalamnya. Melalui prinsip, hukum, dan teori yang

dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang terjadi,

memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji

dengan eksperimen yang berkaitan [1]. Hal itu

merupakan tujuan yang harus dicapai dalam aspek

produk. Maka hakekat Fisika merupakan ilmu yang

mempelajari gejala-gejala fisik melalui proses ilmiah

yang dibangun berdasarkan sikap ilmiah dengan hasil

produk ilmiah berupa konsep, prinsip dan teori [2].

Pemahaman adalah menguasai sesuatu dengan pikiran

atau kemampuan untuk menjelaskan sesuatu dengan

kemampuan berpikir. Pemahaman siswa merupakan

kemampuan berpikir siswa untuk menangkap makna atau

kemampuan membuat penjelasan dengan menggunakan

pengetahuan yang telah dimiliki. Kemampuan ini

terbentuk karena adanya proses belajar dan diperoleh

ketika siswa mengerti atau paham sesuatu. Tingkat

pemahaman siswa telah dirumuskan oleh Bloom ke

dalam Taxonomy of Educational: Cognitif Domain [3].

Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional

merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah

mempelajari bahasan tertentu. Bloom (1956)

mengembangkan sebuah taksonomi tujuan pembelajaran

yang dirumuskan dalam tiga domain, yaitu domain

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik

(keterampilan) [4]. Domain kognitif adalah tujuan

pembelajaran dalam bidang kemampuan interlektual atau

Page 2: Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat …hfi-diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULL-Pemahaman Siswa... · Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan

78 Felegi Daeli / Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika

(Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan)

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016

ISSN : 0853-0823

kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut Bloom

terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman,

aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi [5].

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan

taksonomi Bloom mengalami revisi dengan memasukkan

unsur metakognitif sebagai tingkatan tertinggi dari

domain kognitif. Tingkatan ini dinamakan sebagai

mencipta (create) yang menggantikan posisi evaluasi

dengan menghilangkan sistesis. Semua tingkatan dalam

domain kognitif yang asalnya kata benda diubah menjadi

kata kerja. Misalnya, pengetahuan (knowledge) diubah

menjadi mengingat (remembering). Oleh karena itu,

tingkatan dalam domain kognitif berdasarkan hasil revisi

tersebut adalah tingkatan paling rendah mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

dan tingkatan paling tinggi mencipta [6].

III. METODE PENELITIAN

Subyek penelitian ini terdiri dari 506 orang siswa kelas

XI IPA yang tersebar pada 11 sekolah di kabupaten Nias

Barat. Subyek penelitian merupakan jumlah siswa kelas

XI IPA di 11 sekolah kabupaten Nias Barat sehingga

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

soal-soal fisika dalam bentuk pilihan ganda. Soal ini

dibuat berdasarkan aspek kognitif dengan level

mengingat, memahami, menerapkan dan menganalisis.

Jumlah soal yang digunakan adalah 32 item dengan 5

pilihan jawaban dan 1 diantaranya adalah jawaban yang

benar. Materi fisika pada soal tersebut yaitu materi dari

kelas X sampai kelas XI semester gasal berdasarkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Materi

fisika ini terdiri dari bidang mekanika, termofisika,

optika, dan kelistrikan. Penyebaran soal ke dalam level

aspek kognitif dan bidang fisika dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Penyebaran soal ke dalam level aspek kognitif dan

bidang fisika

Aspek

kognitif

Butir Soal

Mekanika Termo

fisika

Optika Kelistrikan

Level

mengingat

1,5,10,14 25 18,22 29

Level

memahami

2,6,7,8,15 26 19 20,

21

31

Level

menerapkan

3,9,11,16 27 23 30

Level

menganalisis

4,12,

13,17

28 24 32

Pengambilan data pada penelitian ini yaitu dengan

memberikan tes kepada siswa kelas XI IPA untuk

mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa

tersebut. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif

yang dianalisis dengan menghitung jawaban yang benar

dan salah setiap responden. Perhitungan tersebut

menggunakan program excel dan memberikan kode ”1”

(satu) untuk jawaban yang benar dan ”0” (nol) untuk

jawaban yang salah.

Skor yang diperoleh setiap responden merupakan

persentase jawaban yang benar dari jumlah kesuluruhan

soal yang diberikan. Skor ini kemudian dikategorikan

menjadi 5 yaitu, A (sangat baik), B (baik), C (cukup), D

(kurang baik), dan E (tidak baik) dengan masing-masing

interval skor berdasarkan PAP tipe II [7].

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan bantuan program SPSS diperoleh deskripsi

umum tentang data yang diperoleh. Hasil analisis ini

dapat dilihat pada Tabel 2. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa skor kemampuan siswa di kabupaten Nias Barat

secara keseluruhan adalah 26.40%. Pencapaian ini dapat

digolongkan pada kategori tidak baik (E). Artinya

kemampuan siswa tersebut masih sangat rendah dari

kategori cukup (C).

Tabel 2. Deskripsi data secara keseluruhan

N Minimum

(%)

Maximum

(%)

Mean

(%)

Std.

Deviation

Skor 506 6.00 53.00 26.40 7.99648

Valid N

(listwise) 506

Analisis untuk melihat penyebaran masing-masing

skor (%) yang diperoleh 506 responden dapat dilihat pada

Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa skor

terdistribusi pada skor 6% sampai 53% dan sebagian

besar responden memiliki skor pada 25%.

Gambar 1. Hubungan antara frekuensi dan skor (%)

Banyaknya responden yang berada pada masing-

masing kategori dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel

tersebut dapat terlihat bahwa hampir seluruh siswa yaitu

498 dari 506 orang berada pada kategori E (tidak baik)

dengan rata-rata skor 26%. Dan sebagian kecil berada

pada kategori D (kurang baik) dengan rata-rata skor 50%.

Sedangkan pada kategori C (cukup), B (baik), dan A

(sangat baik) tidak ada seorang pun siswa yang berada

pada kategori tersebut.

Page 3: Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat …hfi-diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULL-Pemahaman Siswa... · Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan

Felegi Daeli / Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika

(Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan)

79

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016

ISSN : 0853-0823

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan mean pada setiap kategori

Kategori Interval Skor (%) Mean (%) Frekuensi

A 81 -100 0 0

B 66 - 80 0 0

C 56 - 65 0 0

D 46 - 55 50 8

E 0 - 45 26 498

Berdasarkan tingkatan pada aspek kognitif maka skor

yang diperoleh siswa terpapar pada Tabel 4 dibawah.

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

kemampuan siswa berada pada level mengingat. Pada

level ini siswa mampu mengungkapkan kembali

informasi yang telah diperoleh. Siswa yang berada level

ini lebih banyak menghafalkan teks atau rumus dan

mengungkapkannya kembali. Skor yang paling rendah

yaitu pada level memahami. Pada level ini siswa belum

mampu menjelaskan dan menafsirkan atau belum mampu

menangkap makna dalam suatu konsep.

Tabel 4. Rata-rata skor (%) tiap tingkatan pada aspek kognitif

Aspek Kognitif Mean (%) Kategori

Level Mengingat 29.40 Tidak Baik

Level Memahami 24.29 Tidak Baik

Level Menerapkan 25.30 Tidak Baik

Level Menganalisis 26.85 Tidak Baik

Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi anomali skor

dimana skor pada level menerapkan dan menganalisis

lebih besar dibandingkan skor pada level memahami.

Soal-soal yang digunakan peneliti pada level memahami

merupakan soal-soal konseptual tentang fisika sedangkan

pada level menerapkan dan menganalisis merupakan

soal-soal yang membutuhkan perhitungan dan penurunan

rumus. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa tidak menguasai konsep-konsep

Fisika. Tetapi siswa lebih mampu menyelesaikan soal-

soal Fisika secara matematis dibading secara konseptual.

Jika dilihat pada masing-masing soal pada level

menerapkan maka persentase skor paling tinggi yang

diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 27 dengan skor

59%. Soal tersebut adalah ”perhatikan tabel koefisien

muai panjang berikut : logam 1 = 1.2x10-5/0C, logam 2 =

2.6x10-5/0C, logam 3 = 9.6x10-5/0C, logam 4 = 4.2x10-

5/0C, dan logam 5 = 1.1x10-5/0C. Pada suhu kamar,

panjang awal kelima logam sama. Logam yang

terpanjang saat dipanaskan adalah logam . . . ”.

Sedangkan persentase skor yang paling tinggi pada level

menganalisis yaitu soal nomor 4 dengan skor 35%. Soal

ini tentang menghitung besar resultan vektor oleh dua

buah gaya dengan arah atau sudut yang berbeda.

Skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level

memahami yaitu pada soal nomor 26 dengan skor 6.3%.

Soal tersebut adalah ”nilai suhu yang sama ditunjukkan

oleh termometer Celsius dan Fahrenheit adalah.....”.

Dari soal ini terlihat bahwa keseluruhan siswa belum

menguasai konsep skala pada termometer. Soal nomor 7

dengan skor 7.1% yaitu tentang gerak jatuh bebas dengan

mengabaikan gaya gesek udara. Sebagian besar siswa

menjawab bahwa dua buah benda dengan massa yang

berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda yang

massanya kecil lebih cepat sampai ke tanah dibandingkan

dengan massa yang lebih besar.

Skor yang diperoleh siswa berdasarkan bidang-bidang

dalam fisika dapat dilihat pada Tabel 5. Skor rata-rata

paling besar yang diperoleh siswa berada pada bidang

Mekanika dan Termofisika yaitu 27.4%. Skor paling

rendah yang diperoleh siswa yaitu bidang Optika dengan

skor 23.5% dan skor pada bidang Kelistrikan yaitu

25.8%.

Tabel 5. Distribusi mean pada tiap bidang fisika

Bidang Mean (%) Kategori

Mekanika 27.4 Tidak Baik

Optika 23.5 Tidak Baik

Termofisika 27.4 Tidak Baik

Kelistrikan 25.8 Tidak Baik

Dari Gambar 2 dibawah dapat dilihat lebih jelas

distribusi skor pada masing-masing bidang dalam fisika.

Skor rata-rata terendah yang diperoleh siswa yaitu 23.5%

berada pada bidang Optika. Soal yang paling sulit pada

bidang ini yaitu soal nomor 19. Soal tersebut adalah ”jika

sebuah benda di depan lensa positif digerakkan

mendekati lensa, bayangan nyata akan...”. Dari soal

tersebut hampir seluruh siswa menjawab bahwa bayangan

nyata akan bergerak dengan kecepatan yang lebih cepat

dari bendanya. Jawaban lain yang diungkapkan siswa

adalah bayangan nyata akan bergerak dengan kecepatan

yang sama dengan bendanya. Dalam bidang optika juga

skor rata-rata paling besar yang diperoleh siswa adalah

Gambar 2. Distribusi skor pada masing-masing bidang dalam

Fisika

pada soal nomor 22 dengan skor 41%. Soal tersebut yaitu

”ciri-ciri bayangan maya adalah...”. Selain jawaban

yang sebenarnya, siswa juga menjawab bahwa ciri

bayangan maya adalah tidak dapat dilihat oleh mata dan

selalu diperbesar dari ukuran yang sebenarnya. Pada bidang kelistrikan, siswa memperoleh skor rata-

rata yaitu 25.8%. Skor paling kecil yang diperoleh siswa

yaitu pada soal nomor 29 dengan skor 13%. Soal ini

Page 4: Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat …hfi-diyjateng.or.id/sites/default/files/1/FULL-Pemahaman Siswa... · Sekolah-sekolah ini pernah menerapkan kurikulum 2013 dan

80 Felegi Daeli / Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kabupaten Nias Barat Tentang Fisika

(Mekanika, Termofisika, Optika, Kelistrikan)

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016

ISSN : 0853-0823

merupakan soal konseptual tentang arus listrik yang

mengalir ke dalam suatu penghantar. Tetapi sebagian

besar siswa menjawab bahwa yang dibutuhkan arus

listrik untuk dapat mengalir ke dalam suatu penghantar

yaitu muatan positif dan muatan negatif yang ada pada

penghantar. Seharusnya arus listrik mengalir dalam suatu

penghantar jika ada elektron dalam penghantar tersebut.

Sedangkan skor paling besar yang diperoleh siswa yaitu

pada soal nomor 31 dengan skor 45%. Soal ini tentang

”semakin besar beda potensial pada ujung-ujung kawat

penghantar maka semakin...” tetapi selain jawaban yang

benar, siswa juga menjawab bahwa semakin besar beda

potensial pada ujung kawat penghantar maka semakin

besar pula hambatan jenis penghantar.

Pada bidang mekanika, siswa memperoleh skor yang

paling kecil pada soal nomor 7 dengan skor 7.1%. Soal

tersebut berbicara tentang gerak jatuh bebas yaitu jika

sebuah benda dijatuhkan maka dengan mengabaikan gaya

gesek udara, kecepatan benda yang dijatuhkan tidak

dipengaruhi oleh massa. Tetapi kenyataannya hampir

seluruh siswa menjawab bahwa benda yang bermassa

besar lebih cepat dari pada benda yang bermassa kecil

ketika dijatuhkan secara bersamaan. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa di kabupaten Nias Barat

mempunyai konsep yang sangat rendah tentang gerak

jatuh bebas. Sedangkan skor paling besar yang diperoleh

siswa berada pada soal nomor 5 dengan skor 57% tentang

membaca grafik s (jarak) vs t (waktu).

Siswa memperoleh skor paling tinggi pada bidang

Termofisika yaitu berada pada soal nomor 27 dengan

skor 59% tentang menentukan logam terpanjang saat

dipanaskan dari data yang telah tersedia. Sedangkan skor

paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal

nomor 26 dengan skor 6.3% tentang nilai suhu yang sama

pada skala termometer Celsius dan Fahrenheit.

Penjelasan tentang soal ini telah dibahas pada persentase

skor paling tinggi yang diperoleh siswa.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa

kemampuan siswa SMA di kabupaten Nias Barat sangat

rendah dengan persentase skor rata-rata 26.40% kategori

E (tidak baik). Skor pada level dalam aspek kognitif skor

yang diperoleh siswa yaitu, level mengingat 29.40%,

level memahami 24.29%, level menerapkan 25.30%, dan

level menganalisis 26.85%. Skor pada masing-masing

level tersebut berada pada kategori E (tidak baik).

Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap

bidang fisika yaitu, bidang Mekanika 27.4%, bidang

Optika 23.5%, bidang Termofisika 27.4%, dan bidang

Kelistrikan 25.8%. Selain itu juga siswa di kabupaten

Nias Barat mempunyai konsep yang sangat rendah

tentang fisika. Hal ini ditunjukkan oleh skor pada soal-

soal konseptual lebih kecil dibandingkan soal

perhitungan.

PUSTAKA [1] Carin, A.A. dan Sund, R.B. Teaching Modern Science, 5th

Ed, Coumbus: Merrill Publishing Company, 1989.

[2] Loughran, J. What Expert Teachers Do: Enhancing

Professional Knowledge for Classroom Practice. Monash

University. 2010. Pp.25-28.

[3] Wiggins, G. and McTighe, J. Understanding by Design.

Association for Supervision and Curiculum Development.

Virginia USA, 2nd Ed, 2005. Pp.35-37.

[4] Trianto. Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi,

dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. 2012. Pp.135-

139.

[5] Sanjaya, W. Perencanaan dan Desain Sistem

Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008.

[6] Munzenmaier, C. and Rubin, N. Bloom’s Taxonomy:

What’s Old Is New Again. The Elearning Guild

Research. 2013. Pp.16-25.

[7] Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di

Sekolah. Yogyakarta: Kanisius, 1995. Pp.157.

TANYA JAWAB

Markus Bile/ STKIP Soe ?Dalam analisi taksonomi bloom revisi, bagaimana

persilangan dua ranah yang ada?

Felegi Daeli (USD Yogyakarta)

√ Tidak melakukan persilangan.

Wahyu Kristyanto (UKSW)

?Apakah untuk pertanyaan optika ada siswa yang

menjawab bayangan nyata hilang?

Felegi Daeli (USD Yogyakarta)

√ Tidak ada pilihan jawaban.