Upload
doni
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
1/21
1 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
PEMAHAMAN TENTANG “SHEMA” SEBAGAI LANDASAN
PENDIDIKAN KETUHANAN DAN MORAL KRISTIANI
Midrash: Ulangan 6:1-25
Teguh Hindarto
Baik Yudaisme dan
Kekristenan berbagi kitab suci
dan keyakinan yang sama terkait
mengenai konsep Ketuhanan dan
Kitab Suci sebagaimana
dikatakan oleh Hans Ucko sbb:
“Gereja Kristen, teologi Kristen
dan kekristenan secarakeseluruhan, tidak terpisahkan
dengan umat Yahudi atau
Yudaisme (agama Yahudi).
Orang Yahudi dan Kristen
memiliki Kitab Suci yang sama.
Iman Kristen lahir dari dalam
lingkungan Yahud i”1.
1
Hans Ucko, Akar Bersama: BelajarTentang Iman Kristen Dari Dialog
Kristen-Yahudi, Jakarta: BPK 1999
hal 5
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
2/21
2 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Ulangan 6:4-5 dalam
pemikiran Yudaisme disebut
dengan “Shema”, sebuah kredoatau pengakuan iman. Kredo ini
berbunyi: “Shema Yisrael, YHWH
Eloheinu, YHWH Ekhad. We
ahavta et YHWH Eloheika bekol
levaveka uvkol nafsheka uvkol
meodeka” (Dengarlah, hai orang
Israel: YHWH itu Tuhan kita,
YHWH itu esa! Kasihilah
YHWH, Tuhanmu, dengan
segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu).
יהוה חד
יהוה להינו
יר ל
שמע
ו הבת ת יהוה להיך בכל לבבך
ובכל נפשך ובכל מ דך
Pengakuan keimanan ini
terbagi menjadi tiga bagian:
1. YHWH adalah Tuhan
2. YHWH adalah Esa
3. Kasihilah YHWH dengan
segenap hati, jiwa dan
kekuatan
Rabbi Hayim Ha Levy Donin,memberikan keterangan: “The
Shema is declaration of faith, a
pledge of allegiance to One God,
an affirmation of Judaism. It is
the first prayer that children aretaught to say” (Shema, adalah
pernyataan iman, ikrar kesetiaan
kepada satu Tuhan, sebuah
penegasan mengenai Yudaisme.
Ini merupakan doa yang pertama
diajarkan kepada anak untuk
diucapkan)2. Shema diucapkan
saat seorang bayi lahir dan saat
seorang mengalami kewafatan.
Shema diucapkan saat
melaksanakan ibadah harian dan
ibadah Shabat.
Namun bagaimana pengakuan
yang terkandung dalam Shema
tersebut dikorelasikan dengan
iman Kristen yang berpusatkan
pada pribadi, kehidupan dan
ajaran Yesus Sang Mesias
(Yahshua ha Mashiah)?
Bagaimana konsep keesaan
dikorelasikan dengan konsep
ketritunggalan? Bagaimana
keilahian Yesus dikorelasikan
dengan pengakuan bahwa
YHWH adalah Tuhan?
2 Hayim Ha Levy Donin , To Pray As
A Jew, Basic Books, p.144
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
3/21
3 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Iman Kristen merumuskan
konsep Ketuhanan dengan
sebutan Tritunggal atau Trinitas.Rumusan dan istilah ini
merupakan pengungkapan para
Bapa Gereja saat mereka harus
mempertanggungjawabkan
keimanan mereka terhadap para
filsuf kafir yang menentang
kekristenan.
Abad 2 Ms merupakan
perpindahan titik berat pola
berteologia, dari teologia
Palestina yang kontemplatif,
menjadi Teologia Hellenis yang
rasionalistik dan metafisik 3
Akibatnya, dibutuhkan suatu
penjelasan yang rasional kepada
kaum pagan Yunani, mengenai
realitas Tuhan. Bernhard Lohse
memberikan komentar, “ Karena
itu, sedikitpun tidak
mengherankan bahwa gereja
terkadang meraba-raba dalam
upayanya memformulasikan
3 Bernhard Lohse, Pengantar
Sejarah Dogma Kristen, BPK 1994,
hal 51
imannya secara intelrktual dan
konseptual kepada (Tuhan) Bapa,
(Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”
4. Sejumlah teolog dan
Bapa Gereja (Church Fathers)
yang telah lebih dahulu
menggumuli persoalan relasi
ontologis antara Bapa, Putra dan
Roh Kudus, adalah Yustinus
martyr, Theophilus dari
Anthiokhia, Adamatinus ,
Origenes, Arius, Athanisius,
Agustinus serta Tertulianus.
Dari sekian teolog yang
merumuskan formula relasi
intologis antara Bapa, Putra dan
Roh Kudus, adalah tertulianus.
Beliau merumuskan dalam
bentuk ungkapan Yunani, “ Mono
Ousia Tress Hypostasis” atau
dalam ungkapan Latin, “Una
Substantiae Tress Persona”, yang
jika diterjemahkan adalah, “Satu
Keberadaan Tiga pribadi.
Para teolog modern, berbeda
pendapat menjelaskan istilah
Pribadi (Yun : Hypostasis, Lat :
Personae), secara berlainan dan
4 Ibid., hal 50
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
4/21
4 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
tanpa penjelasan yang mendalam.
Ada yang menamakan, “cara
berada”, “oknum”, “pribadi
5
.Berangkat dari pluralisme
pemahaman yang bertebaran
disekitar istilah Hypostasis atau
Pribadi, maka DR. Budyanto
mengusulkan suatu peninjauan
kembali terhadap penggunaan
istilah Pribadi dengan
mengatakan: “ Karena itu,
menurut hemat penulis, kalau
istilah ini pada akhirnya tidak
dapat dihindarkan lagi,
sebaiknya pengertian yang
dipakai untuk istilah pribadi
adalah, „suatu keberadaan sadar
diri‟ yang maknanya bisa
menampung pengertian-
pengertian tersebut (cat:
“pribadi”, “Cara Berada”,
“Tiga Subyektivitas d alam
Unitas”, dll)… jika pengertian„pribadi‟ itu seperti itu, maka
pengertian pribadi yang dipakai
sebagai bukti (ketuhanan) seperti
5 Ted Peters, God as Trinity,
Westminster, John Knox Press,1993, p.35
diatas adalah tidak tepat, sebab
kata pribadi itu justru dipakai
untuk menunjukkan kekhususandari sifat masing-masing, bukan
kesamaan sifat ”6.
Hampir semua teolog
mengakui bahwa istilah
“Trinitas/Tritunggal ”, tidak
terdapat secara literal dalamKitab Suci. Namun essensi yang
mengarah pada pengertian
tersebut memang terpampang
dalam banyak ayat. DR. Andar
Tobing , mengakui kenyataan
tersebut dan mengatakan: “kita
terpaksa memakai istilah Trinitas
itu untuk menolak adjaran-
adjaran dan pendapat-pendapat
yang salah dan bertentangan
dengan isi Alkitab. Biarpun
istilah itu tidak sempurna…”7.
6 Mempertimbangkan Ulang Ajaran
tentang Trinitas, TPK, 2001, hal 63
7
DR. Andar Tobing , Apologetikatentang Trinitas, BPK, 1972, hal 31
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
5/21
5 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Keesaan dan Sifat Trinitaris
Tuhan Dalam Kitab TaNaKh
(Perjanjian Lama)
Jika kita menggali dari
Kitab Suci, sejak kekal Tuhan
telah bersama Firman dan Roh-
Nya. Dalam Kitab Kejadian 1:1-3
dikatakan sbb: “ Pada mulanya
Tuhan menciptakan langit danbumi. Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi
samudera raya, dan Roh Tuhan
melayang-layang di atas
permukaan air. Berfirmanlah
Tuhan: "Jadilah terang." Lalu
terang itu jadi”. Patut kita akui
ada bahwa dalam diri Tuhan yang
esa ada sifat trinitarian bersama
Firman dan Roh-Nya namun kita
tidak dapat menjumlahkannya
karena sifat trinitarian tersebut
bukanlah dalam pengertian
aritmetik (angka) melainkan
metafisik (keagungan).
YHWH, Firman dan Roh-
Nya bukanlah tiga melainkan
satu, karena Firman dan Roh
berdiam bersama dalamkekekalan bersama YHWH (Kej
1:1-3, Yoh 1:1). Tidak ada yang
lebih dahulu dari yang lain.
YHWH, Firman dan Roh-
Nya bukan tiga melainkan satu,
karena Firman keluar dari hakikat
Bapa (Yoh 8:42) demikianpula
Roh Kudus keluar dari hakikat
Bapa (Yoh 15:26).
YHWH, Firman dan Roh-
Nya bukanlah tiga melainkan
satu, karena Firman tidak
diciptakan melainkan
menyebabkan terciptanya segala
sesuatu (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol
1:16), demikianpula Roh Kudusmenyebabkan setiap ciptaan
menjadi hidup dan bernafas (Ayb
34:14).
YHWH, Firman dan Roh-
Nya bukan pula tiga pribadi
melainkan satu pribadi dengantiga karya dan manifestasi kuasa.
Istilah tiga pribadi,
mengandaikan ada tiga realitas
Tuhan yang berdiri sendiri dalam
kekekalan dan memiliki pribadi
yang berbeda. Pemahaman ini
akan menimbulkan konsep yang
triteistik yang bertentangan
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
6/21
6 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
dengan monoteisme Yudaik (Ul
6:4-5).
Sekalipun dalam sejarah
karya penyelamatan, Sang
Firman menjadi manusia bernama
Yesus (Yahshua) dan Roh Kudus
diutus untuk tinggal dalam diri
orang beriman dan baik Yesus
dan Roh Kudus memiliki pribadiyang khas namun tidak berarti
kita harus menjumlahkan masing-
masing pribadi menjadi tiga
pribadi karena secara hakiki
Tuhan hanya memiliki satu
pribadi.
Tidak disangkal bahwa
Bapa memiliki kepribadian.
Tidak disangkal Sang Firman
yang menjadi manusia bernama
Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah
berpribadi. Demikianlah Roh
Kudus pun berpribadi. Namun
sebutan 3 pribadi seharusnya
diredefinisi karena istilah tersebut
membuat kita telah berusaha
MENJUMLAHKAN masing-
masing pribadi yang sebenarnya
satu saja yaitu Yahweh, Firmandan Roh-Nya. Sejak kekal
Yahweh telah bersama Firman
dan Roh-Nya (Kej 1:1). Ada
baiknya kita pahami istilah Ibrani
“Ekhad”, “Yakhid”, “Yakhad”sbb:
EKHAD: Muncul dalam
TaNaKh sebanyak 960 kali
dengan arti ”tunggal“, ”satu-
satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),
”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel12:49)
YAKHAD: Muncul
dalam TaNaKh sebanyak 134
kali. Makna secara literal
”bersama-sama“, ”kesatuan“
(Mik 2:12)
YAKHID: Muncul
sebanyak 11 kali dalam TaNaKh
dan selalu menunjuk satu secara
aritmetik (Am0s 8:10, Mzm
22:10)
Ketika dikatakan dalam
Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu
Yahweh Ekhad “ artinya ”Yahweh
adalah satu-satunya Tuhan dan
tiada yang lain“. Hal ini
ditegaskan dalam Yesaya 45:21
sbb: ” Bukankah Aku, YHWH?Tidak ada yang lain, tidak ada
Tuhan selain dari pada-Ku! ...“
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
7/21
7 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Bahkan kata KAMI dalam
Kejadian 1:27 tiada lain
menunjuk pada Yahweh, Firmandan Roh-Nya beserta para
malaikat (sebagai saksi
penciptaan). Kata ganti jamak
ANAKHNU dalam Kejadian 1:27
bukan bermakna ada 3 pribadi
Tuhan namun ada Tuhan yang
Esa yang menciptakan segala
sesuatu dengan Firman-Nya dan
menghidupkan segala sesuatu
dengan Roh-Nya. Sekalipun
dalam keesaan ada sifat trinitaris
Tuhan namun tidak seharusnya
kita menyebutnya dengan sebutan
3 pribadi.
Apakah karena saya
menolak penggunaan “pribadi”
atau “tiga pribadi” maka saya
dapat dikategorikan sebagai
penganut Sabelianisme? Mari kita
lihat definisi Sabelianisme sbb:
“Sabellianism , the doctrine of
one Sabellius, who, in the third
century, denied that there were
three persons in the Godhead,
and maintained that there was
only one person in three functions, aspects, or
manifestations, at least this was
the form his doctrine assumed in
course of time, which is now
called by his name, and isaccepted by many in the present
day”8 (Sabelianisme merupakan
doktrin keesaan menurut Sabelius
yang pada Abad Ketiga Masehi
menolak bahwa ada Tiga Pribadi
dalam Keilahian dan menyatakan
bahwa hanya ada satu pribadi
dalam tiga fungsi, aspek atau
manisfestasi. Sedikitnya bentuk
doktrin ini diterima dalam
rangkaian waktu dan
dihubungkan dengan namanya
serta diterima oleh banyak orang
hingga hari ini)
“ In Christianity,
Sabellianism, (also known as
modalism, modalistic
monarchianism, or modal
monarchism) is the nontrinitarian
belief that the Heavenly Father, Resurrected Son and Holy Spirit
are different modes or aspects of
one God, as perceived by the
8 Sabelianism
http://freefactfinder.com/definition/S
abelianism.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Christianityhttp://en.wikipedia.org/wiki/Nontrinitarianhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Nontrinitarianhttp://en.wikipedia.org/wiki/Christianity
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
8/21
8 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
believer, rather than three
distinct persons in God Himself ”9
(Dalam Kekristenan,
Sabelianisme (juga dikenal
dengan sebutan Modalisme,
Modalistik Monarkhisme atau
Modal Monarkisme) merupakan
kepercayaan non triniytarian yang
menyatakan bahwa Bapa
Surgawi, Sang Putra yang bangkit
dari kematian dan Roh Kudushanyalah model atau aspek yang
berbeda dari satu Tuhan yang
banyak diterima oleh orang
beriman, dibandingkan tiga
pribadi yang terpisah dalam diri
Tuhan)
Jika penolakkan terhadapistilah Trinitas dan istilah pribadi
dikategorikan sebagai
Sabelianisme, maka pandangan
teologis yang saya pegang
(penolakkan istilah “pribadi” dan
“tiga pribadi” serta istilah
“tritunggal) cenderungSabelianisme. Namun yang saya
tolak adalah terminologi atau
istilah belaka bukan essensi
Tuhan yang Esa namun bersifat
9
http://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianism
Trinitaris tersebut. Dan saya tidak
memiliki pemahaman bahwa
Bapa, Anak dan Roh adalah
topeng atau cara berada yang lain
dalam konteks zaman yang
berbeda. Dan saya pun tidak
pernah mengatakan bahwa Bapa
turut menderita di kayu salib
sebagaimana Anak
(Patripasiamus) mengalami
penderitaan.
Keesaan Dan Sifat Trinitaris
Tuhan Dalam Kitab Perjanjian
Baru
Dalam sejarah karya
penyelamatan terhadap umatmanusia, Firman YHWH menjadi
manusia (Yoh 1:1,14) bernama
Yesus (Yahshua, Mat 1:21) dan
Roh YHWH diutus untuk tinggal
dalam diri orang yang menerima
Yesus sebagai Mesias dan Anak
Tuhan (Yoh 14:26; 15:26).
Firman yang menjadi manusia
bernama Yesus (Yahshua)
disebut dengan Anak Tuhan (Ibr:
Ben Elohim/Yun: Huiou tou
Theou) dan Roh YHWH yang
berdiam dalam diri orang beriman disebut Roh Kudus atau
http://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianism
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
9/21
9 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Penghibur (Ibr: Melits/Yun:
Parakletos).
Yesus sebagai perwujudan
Firman yang menjadi manusia
menyebut YHWH dengan
sebutan Tuhan (Ibr: Elohim/Yun:
Theos, Yoh 4:24; 14:1) dan Bapa
Sorgawi (Mat 6:9, Yoh 10:30).
Istilah-istilah tersebut
bertebaran dalam Injil Sinoptik
(Matius, Markus, Lukas) dan
Yohanes serta surat-surat rasuli
(Paul, Yakobus, Petrus,
Yohanes). Gereja mengompilasi
(menyusun) dan merangkaiistilah-istilah yang bertebaran
tersebut menjadi rumusan
doktrinal yang kela disebut
dengan Tritunggal atau Trinitas.
Istilah Tritunggal pada dasarnya
bukan berbicara mengenai jumlah
atau keberapaan Tuhan
melainkan hubungan hakiki atau
kebagaimanaan Tuhan.
Saya mendefiniskan
Tuhan yang Esa yang bersifat
trinitaris tersebut dengan istilah
Keesaan Bapa, Putra Roh
Kudus yang dijabarkan sbb:
Tuhan yang Esa dengan Tiga
Karya Ketuhanan, yaitu Mencipta
langit dan bumi, yang lazim
disebut Bapa. Menebus ciptaandari kutuk dosa dan
mengaruniakan kehidupan kekal
yang lazim disebut Sang Putra.
Membimbing, menyertai dengan
sarana Roh-Nya dalam diri orang
beriman, yang lazim disebut Roh
Kudus.
YHWH, Firman YHWH
dan Roh YHWH adalah hakikat
Tuhan (Kej 1:1-3)
Bapa, Putra dan Roh
Kudus adalah predikat/sebutan bagi Tuhan yang berkarya (Mat
28:19-20)
Mencipta, Menebus,
Menyertai dalam diri orang
beriman adalah karya Tuhan atas
dunia (1 Kor 8:5-6)
YHWH, adalah nama
Tuhan yang wujud-Nya Roh (Kel
3:15, Yoh 4:24)
Yesus (Yahshua) adalah
nama Sang Firman YHWH yang
menjadi manusia (Yoh 1:1,1,14, 1
Tim 3:16, Kol 1:16)
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
10/21
10 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Roh Kudus adalah nama
Roh YHWH yang dicurahkan dan
diam dalam diri orang beriman pada Yesus (Yoh 14:17)
Mengapa dipergunakan
istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan
Roh Kudus?” Pertama, istilah
Keesaan adalah istilah yang
firmaniah dan secara literaltertulis dalam TaNaKh dan Kitab
Perjanjian Baru. Dalam Kitab
Perjanjian Baru, Yesus kembali
mengutip “Shema” (Mrk 12:29).
Berulang kali, dalam suratnya,
Rasul Paul mengungkapkan
sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus
bersamaan dengan kata Esa (1
Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-
6, Gal 3:20), demikian pula Rasul
Yohanes menyebutkan mengenai
keesaan (Yoh 5:45) serta rasul
Yudas (Yud 1:25). Secara literal,
istilah “ Keesaan” adalah
Firmaniah atau Skriptural.
Dengan menggunakan istilah
“Keesaan” pada Tuhan, maka
Yudaisme dan Kekristenan tidak
bersebrangan jauh. Jika kita
menyembah Tuhan yang satumengapa kita harus berselisih
mengenai istilah Ketuhanan?
Kedua, makna Keesaan
dalam sudut pandang Skriptural
adalah bahwa orang berimanharus menyembah kepada satu-
satunya Tuhan yang benar, yaitu
Bapa, Putra dan Roh Kudus serta
bukan kepada Tuhan yang lain.
Hanya Dialah fokus ibadah (Ul
6:13), fokus kasih (Ul 11:1),
fokus doa (Mzm 143:1), fokus
pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata
“ Ekhad”, bukan bermakna
aritmetis semata namun
bermakna metafisik. Tuhan yang
mengatasi ruang dan waktu dan
yang satu-satunya berhak
menerima penyembahan.
Ketiga, baik Bapa, Putra
dan Roh Kudus adalah sehakikat,
setara dalam kekekalan. Bapa,
Putra dan Roh Kudus, keluar dari
hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh
15:26). Kata EKHAD muncul
dalam TaNaKh sebanyak 960 kali
dengan arti ”tunggal“, ”satu-
satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),
”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel
12:49). Dalam konteks keesaan
Bapa, Putra dan Roh Kudus makadapat dimaknai adanya kesatuan
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
11/21
11 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
yang trinitaris dalam diri Tuhan
yang Esa itu.
Dari semua penjelasan di
atas, Kekristenan (sekalipun
menggunakan istilah Tritunggal
yang dapat menimbulkan bias
pemahaman) tetap
mempertahankan keesaan Tuhan.
Kekristenan tetap menyembahYHWH sebagai Tuhan dan Bapa
Surgawi yang Esa di dalam dan
melalui Yesus Sang Mesias dan
melalui penyertaan Roh Kudus,
karena secara hakiki Pra Ada
Yesus adalah Sang Firman Tuhan
yang telah berada bersama Tuhan
dalam kekekalan sebagaimana
Roh Kudus adalah Roh YHWH
yang sejak awal bersama YHWH.
Dua aspek pengakuan terhadap
keilahian Yesus dan Roh Kudus
yang membuat Yudaisme modern
menolak konsep Ketuhanan
Kekristenan.
Apapun pemahaman
Yudaisme dan Kekristenan
terhadap Tuhan namun Ulangan
6:4-5 merupakan panggilan bersama bagi dua umat Tuhan
untuk hanya mengakui dan
menyembah serta mengasihi
Tuhan yang Esa yang bernama
YHWH (Yahweh). Yudaismetidak membutuhkan Yesus dan
Roh Kudus untuk datang pada
YHWH sementara Kekristenan
meyakini bahwa YHWH telah
menyatakan diri-Nya melalui
Firman-Nya yang menjadi
manusia Yesus serta mengutus
Roh Kudus-Nya untuk tinggal
dalam diri orang beriman,
sehingga pemahaman ini mutlak
bagi Kekristenan sebagai bagian
dari keimanan dalam Ketuhanan.
Apa Arti Mengasihi YHWH
Dengan Segenap Hati, Jiwa,
Kekuatan?
Kita tidak diminta hanya
mengakui bahwa ada satu Tuhan
bernama YHWH dan satu Mesias
dan Juruslamat bernama Yesus
serta satu Penghibur yaitu Roh
Kudus. Pengakuan bahwa
YHWH adalah Esa hanya akan
berhenti dalam ranah abstrak dan
logika jika tidak dilanjutkan
dengan “mengasihi”. Tuhanadalah Kasih sebagaimana
dikatakan dalam 1 Yohanes 4:8
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
12/21
12 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
sbb: “ sebab Tuhan adalah kasih
(Yun: ho theos agape estin). Kita
diperintahkan untuk mengasihisecara totalitas baik hati, jiwa,
pikiran dan kekuatan kita.
Esensi Kasih
Kata Ibrani AHAV (הב
)
terdiri dari huruf “ Alef ”, “ Heh”
dan “ Bet ”. Huruf “Alef”
merupakan huruf pertama dalam
abjad Ibrani. Huruf “Alef”
melambangkan “keutamaan”,
“Sumber segala sesuatu”, “Yang
permulaan”. Kemudian huruf
“Heh” melambangkan“kehidupan”, “dinamika”. Kata
“Hayah” bermakna “ada”,
“menjadi”. Huruf “Heh”
merupakan bagian dari nama
YHWH. Adapun huruf “Bet”
merupakan lambang “penciptaan”
karena kalimat pertama dalam
Kejadian 1:1 berbunyi “ Beresyit
bara Elohim…”. Kajian
piktografis atas kata “Ahav”
memberikan pemahaman pada
kita bahwa kata “Ahav”
merefleksikan karakter,kepribadian, pikiran dari Tuhan
Pencipta yang bernama YHWH,
karena Dialah sumber segala
sesuatu, Dialah kehidupan,
Dialah pula yang menciptakan.
Dalam Kitab Perjanjian
Baru, yang merekam tindakan
YHWH yang berkarya melalui
Sang Firman yang menjadi
manusia yaitu Yahshua ha
Mashiah (Yesus Sang Mesias),kata “Ahav” ditonjolkan bukan
sebatas karakter, kepribadian dan
pikiran YHWH melainkan
keseluruhan tindakan YHWH
atas dunia dan manusia, dalam
hal menebus ciptaan dari kutuk
dosa yang berujung pada
rusaknya Rupa dan Gambar diri-
Nya dalam keberadaan manusia
serta kefanaan atau maut yang
mengakhiri hidup manusia.
“Saudara-saudaraku yang
kekasih, marilah kita saling
mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Tuhan; dan setiap
orang yang mengasihi, lahir dari
Tuhan dan mengenal Tuhan.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tidak mengenal Tuhan, sebabTuhan adalah kasih (ho theos
agape estin). Dalam hal inilah
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
13/21
13 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
kasih Tuhan dinyatakan
(hepanerote) di tengah-tengah
kita, yaitu bahwa Tuhan telahmengutus Anak-Nya yang tunggal
ke dalam dunia, supaya kita
hidup oleh-Nya” (1 Yoh 4:7-9).
Pola pikir Yunani
cenderung membagi-bagi sesuatu
hal menjadi bagian yang kecil.Kata “Kasih” dalam bahasa
Yunani dipilah menjadi beberapa
bagian yaitu: AGAPAO, PHILEO,
EROS . Kata “ Agape” diartikan
sebagai bentuk “kasih yang sejati
dan berkorban”. Kata “ Phileo”
dimaknai sebagai “kasih
persahabatan”. Sementara kata
“ Eros”, bermakna “kasih yang
bersifat ungkapan seksual”,
“gairah”, “birahi”. Karakter,
kepribadian, pikiran dan tindakan
nyata Tuhan yang mengasihi
manusia diterjemahkan oleh para
penyalin Kitab Perjanjian Baru
berbahasa Yunani, dengan kata
AGAPAO (agapaw) yang
merefleksikan kasih Tuhan yang
sempurna.
Karakteristik Kasih
Kita telah mendapat
penjelasan bahwa kata Ibrani
AHAV dan kata Yunani
AGAPAO yang dilekatkan
terhadap diri YHWH, Tuhan
Pencipta dan manusia, menjadi
sebuah kata yang yang
merefleksikan relasi timbal balikdan dinamis serta komunikatif
antara YHWH dan umat-Nya
demikian sebaliknya.
Persoalannya, bagaimanakah kita
memahami kualitas kasih YHWH
dalam kehidupan sehari-hari?
Dengan kata lain, apakah makna
kasih YHWH sebatas dipahami
sebagai tindakan YHWH
mengutus Putra-Nya untuk
melepaskan umat manusia dari
kutuk dosa yang berujung maut?
Apakah kasih dimaknai sebagai
tindakan pasif terhadap orang
yang berlaku sewenang-wenang
atas diri kita?
Baik TaNaKh maupun
Kitab Perjanjian Baru, selalu
menghubungkan kalimatmengasihi YHWH, sebagai
sebuah tindakan yang
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
14/21
14 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
diejawantahkan dalam suatu
tindakan ketaatan melakukan
perintah-perintah-Nyasebagaimana dikatakan:
" Haruslah engkau
mengasihi YHWH Tuhanmu, dan
melakukan dengan setia
kewajibanmu terhadap Dia
dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya,
peraturan-Nya dan perintah-
Nya” (Ul 11:1).
“ Janganlah engkau
menuntut balas, dan janganlah
menaruh dendam terhadaporang-orang sebangsamu,
melainkan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri;
Akulah YHWH ” (Im 19:18).
“ Hai orang-orang yang
mengasihi YHWH, bencilahkejahatan! Dia, yang memelihara
nyawa orang-orang yang
dikasihi-Nya, akan melepaskan
mereka dari tangan orang-orang
fasik ” (Mzm 97:10)
Dari kutipan ayat-ayat diatas, karakteristik kasih YHWH
terejawantah dalam kepatuhan
umat-Nya dalam melakukan
segala perintah-perintah-Nya
dalam firman-Nya. Dengan katalain, kasih YHWH harus
diejawantahkan berbanding lurus
dengan perbuatan mulia dari
umat-umat-Nya. Jika seseorang
mengklaim mengasihi YHWH
namun tidak mengasihi sesama,
tidak membenci kejahatan dan
ketidakadilan serta tidak pernah
melakukan perintah-perintah-
Nya, sesungguhnya mereka
belum tinggal dalam kasih
YHWH. Kualitas dan
karakteristik kasih yang dimiliki
orang tersebut belum mencapai
tahapan AHAVA atau AGAPAO.
Kuasa Kasih
Kebanyakan orang yang
tidak mengenal YHWH dan Sang
Mesias serta Torah-Nya,
menganggap kata kasih sebagai
bentuk kelemahan, pasif dan
fatalistik. Namun Kitab
Perjanjian Baru memberikan
gambaran kuat bahwa kasih
memiliki kekuatan dan kuasa.Mari kita perhatikan beberapa
ayat berikut:
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
15/21
15 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
“Tetapi yang terutama:
kasihilah sungguh-sungguh
seorang akan yang lain, sebabkasih menutupi banyak sekali
dosa” (1 Ptr 4:8).
“ Di dalam kasih tidak ada
ketakutan: kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan; sebab
ketakutan mengandung hukumandan barangsiapa takut, ia tidak
sempurna di dalam kasih” (1 Yoh
4:18).
Kasih berkuasa
mengampuni dosa seseorang.
Kasih berkuasa mengatasiketakutan dalam diri kita. Kasih
sejati yang memiliki kuasa
sebagaimana di atas merupakan
jenis kasih yang dinamakan
AHAV atau AGAPAO yang
bersumber dalam diri YHWH di
dalam Yahshua Sang Mesias. Jika
kita tinggal dalam kasih-Nya,
maka kita tetap berada di dalam
Dia sebagaimana dikatakan:
“ Kita telah mengenal dan telah
percaya akan kasih Tuhan
kepada kita. Tuhan adalah kasih,dan barangsiapa tetap berada di
dalam kasih, ia tetap berada di
dalam Tuhan dan Tuhan di dalam
dia” (1 Yoh 4:16).
Bukti bahwa Kasih adalah
suatu kekuatan tidak terbatas
yang berdaya kuasa mengalahkan
berbagai kejahatan dan
kelemahan, nampak dalam
peristiwa penyaliban Yesus.
Ketika menjelang ajal, Dia tetapkonsisten menyampaikan kata-
kata pengampunan sebagai
refleksi kasih kepada musuh-
musuh-Nya dengan berkata,
“Bapa, ampunilah mereka,
karena mereka tidak tahu apa
yang mereka lakukan!”. Dalam
kesakitan, dalam penderitaan,
dalam ajal yang menjelang,
Yesus Sang Mesias tetap
mengeluarkan kata-kata
pengampunan. Bukankah kasih
sejati mengalahkan rasa sakit
secara fisik? Bukankah kasih
mengalahkan dendam dan sakit
hati akibat penyiksaan? Inilah
kuasa dan kekuatan kasih sehati.
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
16/21
16 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Bagaimana Iman Kepada
Tuhan Dipelihara Dalam
Keluarga?
Ulangan 6:6-9
mengatakan sbb: “ Apa yang
kuperintahkan kepadamu pada
hari ini haruslah engkau
perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulangkepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila
engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau
bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda
pada tanganmu dan haruslah itu
menjadi lambang di dahimu, dan
haruslah engkau menuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan
pada pintu gerbangmu”. Orang
Yahudi yang menganut Yudaisme
memaknai ayat-ayat tersebut
secara harafiah dengan
mengikatkan kotak kecil dalam
dahi kepalanya dan
mengikatkannya dalam kedua
tangannya yang disebut denganTefilin. Dan tiap-tiap keluarga
Yahudi yang saleh menyematkan
Shema dalam ambang pintu
rumahnya yang disebut Mezuzah.
Ayat di atas merupakan
perintah agar kita sebagai orang
yang beriman kepada YHWH dan
juga kepada Yesus Sang Mesias
serta Roh Kudus, mentransferkan
keimanan kita kepada anak-anak
kita. Setiap momentum adalahkesempatan untuk mengajarkan
perihal Tuhan dan kehendak-Nya.
Ketika kita sedang bertamasya
dan menikmati keindahan alam,
ketika kita sedang melihat
peristiwa kecelakaan yang
memilukan, ketika kita sedangmengalami kehidupan yang
kurang baik, ketika kita
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
17/21
17 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
merasakan kebahagiaan dalam
hidup, ketika kita sedang
bepergian, semua memiliki peluang sebagai pelajaran hidup
perihal Tuhan dan kehendaknya.
Ketika kita sedang
berkekurangan, kita belajar
mengenai sikap bersyukur dan
berserah pada Tuhan dan jangan
menyerah pada keadaan serta
mencari jalan pintas. Ketika kita
melihat keindahan alam, kita
belajar mengenai kekuasaan
Tuhan atas semesta dan
kehidupan kita.
Tuhan menginginkan
umat-Nya mengenal apa yang
mereka percayai. Dan apa yang
dipercayai harus dipahami oleh
keturunannya sebagaimana Dia
katakan dalam Ulamngan 6:20-21
sbb: “ Apabila di kemudian hari
anakmu bertanya kepadamu:
Apakah peringatan, ketetapan
dan peraturan itu, yang
diperintahkan kepadamu oleh
YHWH Tuhan kita? makaharuslah engkau menjawab
anakmu itu: Kita dahulu adalah
budak Firaun di Mesir, tetapi
YHWH membawa kita keluar dari
Mesir dengan tangan yang kuat ”
Demikian pula ditegaskan
kembali dalam Keluaran 12:26-27 sbb: “ Dan apabila anak-
anakmu berkata kepadamu:
Apakah artinya ibadahmu ini?
maka haruslah kamu berkata:
Itulah korban Paskah bagi
YHWH yang melewati rumah-
rumah orang Israel di Mesir,
ketika Ia menulahi orang Mesir,
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
18/21
18 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
tetapi menyelamatkan rumah-
rumah kita." Lalu berlututlah
bangsa itu dan sujudmenyembah”
Kondisi Eropa Abad XXI
memberikan kesaksian
“osteoporosis” (pengeroposan)
iman Kristen terjadi di benua
Kristen ini. Prof. DR. J.A.B.Jongenel, pakar Missiologi
Utrecht Universiteit, dalam
diskusi di depan pendeta-pendeta
Jakarta di kantor PGI pada
tanggal 11 September 1995
mengatakan sbb: “ Eropah kini
menjadi semakin sekuler dan
negara yang paling sekuler
adalah negeri
Belanda...penduduk Amsterdam,
Ibukota Nederland yang 200
tahun lalu hampir seluruhnya
beragama Kristen (99%)
sekarang tinggal 10% saja yang
dibaptis dan ke gereja,
kebanyakan mereka tidak terikat
lagi dalam agama atau sudah
menjadi sekuler ”10
10 Sekularisasi, Ancaman Bagi
Semua Agama, Berita Oikumene,
September 1995
Studi yang dilakukan di
Inggris (United Kingdom
Christian Handbook ,1998/1990) menghasilkan
statistik bahwa di antara orang-
orang dewasa, 11% menjadi
pengunjung gereja secara teratur,
15% adalah anggota gereja, 62%
melihat siaran TV Kristen
sedikitnya sekali sebulan, 65%
Kristen nominal, 69% percaya
bahwa agama dapat memberikan
standar hidup masyarakat dan
73% kecewa melihat bahwa
standar moral sudah merosot”11
Bagaimana dengan
Indonesia? Kondisi di Indonesia
tentu saja belum separah di Eropa
dan Amerika namun tantangan di
Indonesia adalah perpindahan
agama dari Kristen ke Islam yang
terus menerus terjadi secara
sistematis (sekalipun terjadi
perpindahan dari Islam ke Kristen
yang cukup menggembirakan)
mengintai anak-anak mudah
11 Ir. Herlianto,MTh., Gereja
Modern: Mau Kemana?, Bandung:
YABINA, 1995
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
19/21
19 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
Kristiani yang tidak terdidik
dalam pokok iman dan ibadah.
Oleh karenanya orang tua
Kristiani harus memahami apa
yang diimaninya. Keimanan atau
kepercayaan kepada Tuhan bukan
sekedar hafalan terhadap ayat-
ayat dalam rumusan logis dan
abstrak belaka namun berlanjutdalam hubungan yang pribadi dan
dinamis dengan Tuhan.
Hubungan yang dinamis dan
bersifat pribadi inilah yang
disebut mengasihi dan mengenal
Tuhan. Keimanan yang telah kita
miliki dan menjadi kekuatan
dalam hidup kita, harus
ditransformasikan (dipindahkan)
kepada anak-anak kita sehingga
merekapun mewarisi iman yang
sama dan mengalami kuasa
Tuhan yang sama.
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
20/21
20 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan
dengan maksud dan tujuan sbb:
1. Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai
akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalamPokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan
(Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)
2. Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar
Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi
3. Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci
dengan pola pikir Ibrani
4. Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya
terhadap Kekristenan masa kini
5. Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal
dengan kebudayaan Semitik
6. Memperkokoh Teologi Judeochristianity
8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan
21/21
21 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5
7. Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual
bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya
Sebelumnya organisasi ini bernama Forum Studi Mesianika (FSM).
Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012
lalu, maka Forum Studi Mesianika (FSM) berganti nama menjadi
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) bekerjasama dan berafiliasi
dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika
Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.
Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya
adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan
pembelajaran anggota IJI.
Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)
Email: [email protected]
Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za)
Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)
Donasi dan Informasi: 081327274269
mailto:[email protected]://www.messianic-indonesia.com/http://www.hrti.co.za/http://www.hrti.co.za/http://www.messianic-indonesia.com/mailto:[email protected]