Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

  • Upload
    doni

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    1/21

    1 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    PEMAHAMAN TENTANG “SHEMA” SEBAGAI LANDASAN

    PENDIDIKAN KETUHANAN DAN MORAL KRISTIANI

    Midrash: Ulangan 6:1-25

    Teguh Hindarto

    Baik Yudaisme dan

    Kekristenan berbagi kitab suci

    dan keyakinan yang sama terkait

    mengenai konsep Ketuhanan dan

    Kitab Suci sebagaimana

    dikatakan oleh Hans Ucko sbb:

    “Gereja Kristen, teologi Kristen

    dan kekristenan secarakeseluruhan, tidak terpisahkan

    dengan umat Yahudi atau

    Yudaisme (agama Yahudi).

    Orang Yahudi dan Kristen

    memiliki Kitab Suci yang sama.

     Iman Kristen lahir dari dalam

    lingkungan Yahud i”1.

    1

     Hans Ucko, Akar Bersama: BelajarTentang Iman Kristen Dari Dialog

     Kristen-Yahudi, Jakarta: BPK 1999

    hal 5

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    2/21

    2 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Ulangan 6:4-5 dalam

     pemikiran Yudaisme disebut

    dengan “Shema”, sebuah kredoatau pengakuan iman. Kredo ini

     berbunyi: “Shema Yisrael, YHWH

     Eloheinu, YHWH Ekhad. We

    ahavta et YHWH Eloheika bekol

    levaveka uvkol nafsheka uvkol

    meodeka” (Dengarlah, hai orang

    Israel: YHWH itu Tuhan kita,

    YHWH itu esa! Kasihilah

    YHWH, Tuhanmu, dengan

    segenap hatimu dan dengan

    segenap jiwamu dan dengan

    segenap kekuatanmu).

    יהוה חד

     

    יהוה להינו

     

    יר ל

     

    שמע

     

    ו הבת ת יהוה להיך בכל לבבך

     ובכל נפשך ובכל מ דך

    Pengakuan keimanan ini

    terbagi menjadi tiga bagian:

    1.  YHWH adalah Tuhan

    2.  YHWH adalah Esa

    3.  Kasihilah YHWH dengan

    segenap hati, jiwa dan

    kekuatan

    Rabbi Hayim Ha Levy Donin,memberikan keterangan: “The

    Shema is declaration of faith, a

     pledge of allegiance to One God,

    an affirmation of Judaism. It is

    the first prayer that children aretaught to say” (Shema, adalah

     pernyataan iman, ikrar kesetiaan

    kepada satu Tuhan, sebuah

     penegasan mengenai Yudaisme.

    Ini merupakan doa yang pertama

    diajarkan kepada anak untuk

    diucapkan)2. Shema  diucapkan

    saat seorang bayi lahir dan saat

    seorang mengalami kewafatan.

    Shema  diucapkan saat

    melaksanakan ibadah harian dan

    ibadah Shabat.

     Namun bagaimana pengakuan

    yang terkandung dalam Shema

    tersebut dikorelasikan dengan

    iman Kristen yang berpusatkan

     pada pribadi, kehidupan dan

    ajaran Yesus Sang Mesias

    (Yahshua ha Mashiah)?

    Bagaimana konsep keesaan

    dikorelasikan dengan konsep

    ketritunggalan? Bagaimana

    keilahian Yesus dikorelasikan

    dengan pengakuan bahwa

    YHWH adalah Tuhan?

    2 Hayim Ha Levy Donin , To Pray As

     A Jew, Basic Books, p.144

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    3/21

    3 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Iman Kristen merumuskan

    konsep Ketuhanan dengan

    sebutan Tritunggal atau Trinitas.Rumusan dan istilah ini

    merupakan pengungkapan para

    Bapa Gereja saat mereka harus

    mempertanggungjawabkan

    keimanan mereka terhadap para

    filsuf kafir yang menentang

    kekristenan.

    Abad 2 Ms merupakan

     perpindahan titik berat pola

     berteologia, dari teologia

    Palestina yang kontemplatif,

    menjadi Teologia Hellenis yang

    rasionalistik dan metafisik 3 

    Akibatnya, dibutuhkan suatu

     penjelasan yang rasional kepada

    kaum pagan Yunani, mengenai

    realitas Tuhan.  Bernhard Lohse 

    memberikan komentar, “ Karena

    itu, sedikitpun tidak

    mengherankan bahwa gereja

    terkadang meraba-raba dalam

    upayanya memformulasikan

    3  Bernhard Lohse,  Pengantar

    Sejarah Dogma Kristen, BPK 1994,

    hal 51

    imannya secara intelrktual dan

    konseptual kepada (Tuhan) Bapa,

    (Yesus Sang Mesias) dan Roh Kudus”

    4. Sejumlah teolog dan

    Bapa Gereja (Church Fathers)

    yang telah lebih dahulu

    menggumuli persoalan relasi

    ontologis antara Bapa, Putra dan

    Roh Kudus, adalah Yustinus

    martyr, Theophilus dari

    Anthiokhia, Adamatinus ,

    Origenes, Arius, Athanisius,

    Agustinus serta Tertulianus.

    Dari sekian teolog yang

    merumuskan formula relasi

    intologis antara Bapa, Putra dan

    Roh Kudus, adalah tertulianus.

    Beliau merumuskan dalam

     bentuk ungkapan Yunani, “ Mono

    Ousia Tress Hypostasis” atau

    dalam ungkapan Latin, “Una

    Substantiae Tress Persona”, yang

     jika diterjemahkan adalah, “Satu

    Keberadaan Tiga pribadi.

    Para teolog modern, berbeda

     pendapat menjelaskan istilah

     Pribadi  (Yun :  Hypostasis, Lat :

     Personae), secara berlainan dan

    4 Ibid., hal 50

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    4/21

    4 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    tanpa penjelasan yang mendalam.

    Ada yang menamakan, “cara

    berada”, “oknum”, “pribadi

    5

    .Berangkat dari pluralisme

     pemahaman yang bertebaran

    disekitar istilah Hypostasis   atau

    Pribadi,  maka DR.  Budyanto 

    mengusulkan suatu peninjauan

    kembali terhadap penggunaan

    istilah  Pribadi  dengan

    mengatakan: “ Karena itu,

    menurut hemat penulis, kalau

    istilah ini pada akhirnya tidak

    dapat dihindarkan lagi,

     sebaiknya pengertian yang

    dipakai untuk istilah pribadi

    adalah, „suatu keberadaan sadar

    diri‟ yang maknanya bisa

    menampung pengertian-

     pengertian tersebut (cat:

    “pribadi”, “Cara Berada”,

    “Tiga Subyektivitas d alam

    Unitas”, dll)… jika pengertian„pribadi‟ itu seperti itu, maka

     pengertian pribadi yang dipakai

     sebagai bukti (ketuhanan) seperti

    5  Ted Peters, God as Trinity,

    Westminster, John Knox Press,1993, p.35

    diatas adalah tidak tepat, sebab

    kata pribadi itu justru dipakai

    untuk menunjukkan kekhususandari sifat masing-masing, bukan

    kesamaan sifat ”6.

    Hampir semua teolog

    mengakui bahwa istilah

    “Trinitas/Tritunggal ”, tidak

    terdapat secara literal dalamKitab Suci. Namun essensi yang

    mengarah pada pengertian

    tersebut memang terpampang

    dalam banyak ayat. DR.  Andar

    Tobing , mengakui kenyataan

    tersebut dan mengatakan: “kita

    terpaksa memakai istilah Trinitas

    itu untuk menolak adjaran-

    adjaran dan pendapat-pendapat

     yang salah dan bertentangan

    dengan isi Alkitab. Biarpun

    istilah itu tidak sempurna…”7.

    6  Mempertimbangkan Ulang Ajaran

    tentang Trinitas, TPK, 2001, hal 63

    7

      DR. Andar Tobing ,  Apologetikatentang Trinitas, BPK, 1972, hal 31

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    5/21

    5 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Keesaan dan Sifat Trinitaris

    Tuhan Dalam Kitab TaNaKh

    (Perjanjian Lama)

    Jika kita menggali dari

    Kitab Suci, sejak kekal Tuhan

    telah bersama Firman dan Roh-

     Nya. Dalam Kitab Kejadian 1:1-3

    dikatakan sbb: “ Pada mulanya

    Tuhan menciptakan langit danbumi. Bumi belum berbentuk dan

    kosong; gelap gulita menutupi

     samudera raya, dan Roh Tuhan

    melayang-layang di atas

     permukaan air. Berfirmanlah

    Tuhan: "Jadilah terang." Lalu

    terang itu jadi”. Patut kita akui

    ada bahwa dalam diri Tuhan yang

    esa ada sifat trinitarian bersama

    Firman dan Roh-Nya namun kita

    tidak dapat menjumlahkannya

    karena sifat trinitarian tersebut

     bukanlah dalam pengertian

    aritmetik (angka) melainkan

    metafisik (keagungan).

    YHWH, Firman dan Roh-

     Nya bukanlah tiga melainkan

    satu, karena Firman dan Roh

     berdiam bersama dalamkekekalan bersama YHWH (Kej

    1:1-3, Yoh 1:1). Tidak ada yang

    lebih dahulu dari yang lain.

    YHWH, Firman dan Roh-

     Nya bukan tiga melainkan satu,

    karena Firman keluar dari hakikat

    Bapa (Yoh 8:42) demikianpula

    Roh Kudus keluar dari hakikat

    Bapa (Yoh 15:26).

    YHWH, Firman dan Roh-

     Nya bukanlah tiga melainkan

    satu, karena Firman tidak

    diciptakan melainkan

    menyebabkan terciptanya segala

    sesuatu (Mzm 33:6, Yoh 1:3, Kol

    1:16), demikianpula Roh Kudusmenyebabkan setiap ciptaan

    menjadi hidup dan bernafas (Ayb

    34:14).

    YHWH, Firman dan Roh-

     Nya bukan pula tiga pribadi

    melainkan satu pribadi dengantiga karya dan manifestasi kuasa.

    Istilah tiga pribadi,

    mengandaikan ada tiga realitas

    Tuhan yang berdiri sendiri dalam

    kekekalan dan memiliki pribadi

    yang berbeda. Pemahaman ini

    akan menimbulkan konsep yang

    triteistik yang bertentangan

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    6/21

    6 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    dengan monoteisme Yudaik (Ul

    6:4-5).

    Sekalipun dalam sejarah

    karya penyelamatan, Sang

    Firman menjadi manusia bernama

    Yesus (Yahshua) dan Roh Kudus

    diutus untuk tinggal dalam diri

    orang beriman dan baik Yesus

    dan Roh Kudus memiliki pribadiyang khas namun tidak berarti

    kita harus menjumlahkan masing-

    masing pribadi menjadi tiga

     pribadi karena secara hakiki

    Tuhan hanya memiliki satu

     pribadi.

    Tidak disangkal bahwa

    Bapa memiliki kepribadian.

    Tidak disangkal Sang Firman

    yang menjadi manusia bernama

    Yesus (Yahshua-Yeshua) adalah

     berpribadi. Demikianlah Roh

    Kudus pun berpribadi. Namun

    sebutan 3 pribadi seharusnya

    diredefinisi karena istilah tersebut

    membuat kita telah berusaha

    MENJUMLAHKAN masing-

    masing pribadi yang sebenarnya

    satu saja yaitu Yahweh, Firmandan Roh-Nya. Sejak kekal

    Yahweh telah bersama Firman

    dan Roh-Nya (Kej 1:1). Ada

     baiknya kita pahami istilah Ibrani

    “Ekhad”, “Yakhid”, “Yakhad”sbb:

    EKHAD: Muncul dalam

    TaNaKh sebanyak 960 kali

    dengan arti ”tunggal“, ”satu-

    satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),

    ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel12:49)

    YAKHAD: Muncul

    dalam TaNaKh sebanyak 134

    kali. Makna secara literal

    ”bersama-sama“, ”kesatuan“

    (Mik 2:12)

    YAKHID: Muncul

    sebanyak 11 kali dalam TaNaKh

    dan selalu menunjuk satu secara

    aritmetik (Am0s 8:10, Mzm

    22:10)

    Ketika dikatakan dalam

    Ulangan 6:4, ”Yahweh Eloheinu

    Yahweh Ekhad “ artinya ”Yahweh

    adalah satu-satunya Tuhan dan

    tiada yang lain“. Hal ini

    ditegaskan dalam Yesaya 45:21

    sbb: ”  Bukankah Aku, YHWH?Tidak ada yang lain, tidak ada

    Tuhan selain dari pada-Ku! ...“ 

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    7/21

    7 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Bahkan kata KAMI dalam

    Kejadian 1:27 tiada lain

    menunjuk pada Yahweh, Firmandan Roh-Nya beserta para

    malaikat (sebagai saksi

     penciptaan). Kata ganti jamak

    ANAKHNU dalam Kejadian 1:27

     bukan bermakna ada 3 pribadi

    Tuhan namun ada Tuhan yang

    Esa yang menciptakan segala

    sesuatu dengan Firman-Nya dan

    menghidupkan segala sesuatu

    dengan Roh-Nya. Sekalipun

    dalam keesaan ada sifat trinitaris

    Tuhan namun tidak seharusnya

    kita menyebutnya dengan sebutan

    3 pribadi.

    Apakah karena saya

    menolak penggunaan “pribadi”

    atau “tiga pribadi” maka saya

    dapat dikategorikan sebagai

     penganut Sabelianisme? Mari kita

    lihat definisi Sabelianisme sbb:

    “Sabellianism  , the doctrine of

    one Sabellius, who, in the third

    century, denied that there were

    three persons in the Godhead,

    and maintained that there was

    only one person in three functions, aspects, or

    manifestations, at least this was

    the form his doctrine assumed in

    course of time, which is now

    called by his name, and isaccepted by many in the present

    day”8  (Sabelianisme merupakan

    doktrin keesaan menurut Sabelius

    yang pada Abad Ketiga Masehi

    menolak bahwa ada Tiga Pribadi

    dalam Keilahian dan menyatakan

     bahwa hanya ada satu pribadi

    dalam tiga fungsi, aspek atau

    manisfestasi. Sedikitnya bentuk

    doktrin ini diterima dalam

    rangkaian waktu dan

    dihubungkan dengan namanya

    serta diterima oleh banyak orang

    hingga hari ini)

    “ In Christianity, 

    Sabellianism, (also known as

    modalism, modalistic

    monarchianism, or modal

    monarchism) is the nontrinitarian

    belief that the Heavenly Father, Resurrected Son and Holy Spirit

    are different modes or aspects of

    one God, as perceived by the

    8 Sabelianism

    http://freefactfinder.com/definition/S

    abelianism.html

    http://en.wikipedia.org/wiki/Christianityhttp://en.wikipedia.org/wiki/Nontrinitarianhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://freefactfinder.com/definition/Sabelianism.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Nontrinitarianhttp://en.wikipedia.org/wiki/Christianity

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    8/21

    8 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    believer, rather than three

    distinct persons in God Himself ”9 

    (Dalam Kekristenan,

    Sabelianisme (juga dikenal

    dengan sebutan Modalisme,

    Modalistik Monarkhisme atau

    Modal Monarkisme) merupakan

    kepercayaan non triniytarian yang

    menyatakan bahwa Bapa

    Surgawi, Sang Putra yang bangkit

    dari kematian dan Roh Kudushanyalah model atau aspek yang

     berbeda dari satu Tuhan yang

     banyak diterima oleh orang

     beriman, dibandingkan tiga

     pribadi yang terpisah dalam diri

    Tuhan)

    Jika penolakkan terhadapistilah Trinitas dan istilah pribadi

    dikategorikan sebagai

    Sabelianisme, maka pandangan

    teologis yang saya pegang

    (penolakkan istilah “pribadi” dan

    “tiga pribadi” serta istilah

    “tritunggal) cenderungSabelianisme. Namun yang saya

    tolak adalah terminologi atau

    istilah belaka bukan essensi

    Tuhan yang Esa namun bersifat

    http://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianism

    Trinitaris tersebut. Dan saya tidak

    memiliki pemahaman bahwa

    Bapa, Anak dan Roh adalah

    topeng atau cara berada yang lain

    dalam konteks zaman yang

     berbeda. Dan saya pun tidak

     pernah mengatakan bahwa Bapa

    turut menderita di kayu salib

    sebagaimana Anak

    (Patripasiamus) mengalami

     penderitaan.

    Keesaan Dan Sifat Trinitaris

    Tuhan Dalam Kitab Perjanjian

    Baru

    Dalam sejarah karya

     penyelamatan terhadap umatmanusia, Firman YHWH menjadi

    manusia (Yoh 1:1,14) bernama

    Yesus (Yahshua, Mat 1:21) dan

    Roh YHWH diutus untuk tinggal

    dalam diri orang yang menerima

    Yesus sebagai Mesias dan Anak

    Tuhan (Yoh 14:26; 15:26).

    Firman yang menjadi manusia

     bernama Yesus (Yahshua)

    disebut dengan Anak Tuhan (Ibr:

     Ben Elohim/Yun:  Huiou tou

    Theou) dan Roh YHWH yang

     berdiam dalam diri orang beriman disebut Roh Kudus atau

    http://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianismhttp://en.wikipedia.org/wiki/Sabellianism

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    9/21

    9 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Penghibur (Ibr:  Melits/Yun:

     Parakletos).

    Yesus sebagai perwujudan

    Firman yang menjadi manusia

    menyebut YHWH dengan

    sebutan Tuhan (Ibr:  Elohim/Yun:

    Theos, Yoh 4:24; 14:1) dan Bapa

    Sorgawi (Mat 6:9, Yoh 10:30).

    Istilah-istilah tersebut

     bertebaran dalam Injil Sinoptik

    (Matius, Markus, Lukas) dan

    Yohanes serta surat-surat rasuli

    (Paul, Yakobus, Petrus,

    Yohanes). Gereja mengompilasi

    (menyusun) dan merangkaiistilah-istilah yang bertebaran

    tersebut menjadi rumusan

    doktrinal yang kela disebut

    dengan Tritunggal atau Trinitas.

    Istilah Tritunggal pada dasarnya

     bukan berbicara mengenai jumlah

    atau keberapaan Tuhan

    melainkan hubungan hakiki atau

    kebagaimanaan Tuhan.

    Saya mendefiniskan

    Tuhan yang Esa yang bersifat

    trinitaris tersebut dengan istilah

    Keesaan Bapa, Putra Roh

    Kudus  yang dijabarkan sbb:

    Tuhan yang Esa dengan Tiga

    Karya Ketuhanan, yaitu Mencipta

    langit dan bumi, yang lazim

    disebut Bapa. Menebus ciptaandari kutuk dosa dan

    mengaruniakan kehidupan kekal

    yang lazim disebut Sang Putra.

    Membimbing, menyertai dengan

    sarana Roh-Nya dalam diri orang

     beriman, yang lazim disebut Roh

    Kudus.

    YHWH, Firman YHWH

    dan Roh YHWH adalah hakikat

    Tuhan (Kej 1:1-3)

    Bapa, Putra dan Roh

    Kudus adalah predikat/sebutan bagi Tuhan yang berkarya (Mat

    28:19-20)

    Mencipta, Menebus,

    Menyertai dalam diri orang

     beriman adalah karya Tuhan atas

    dunia (1 Kor 8:5-6)

    YHWH, adalah nama

    Tuhan yang wujud-Nya Roh (Kel

    3:15, Yoh 4:24)

    Yesus (Yahshua) adalah

    nama Sang Firman YHWH yang

    menjadi manusia (Yoh 1:1,1,14, 1

    Tim 3:16, Kol 1:16)

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    10/21

    10 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Roh Kudus adalah nama

    Roh YHWH yang dicurahkan dan

    diam dalam diri orang beriman pada Yesus (Yoh 14:17)

    Mengapa dipergunakan

    istilah “Keesaan Bapa, Putra, dan

    Roh Kudus?”   Pertama,  istilah

    Keesaan adalah istilah yang

    firmaniah dan secara literaltertulis dalam TaNaKh dan Kitab

    Perjanjian Baru. Dalam Kitab

    Perjanjian Baru, Yesus kembali

    mengutip “Shema” (Mrk 12:29).

    Berulang kali, dalam suratnya,

    Rasul Paul mengungkapkan

    sebutan Bapa, Putra, Roh Kudus

     bersamaan dengan kata Esa (1

    Tim 1:17, 1 Tim 2:5-6, 1 Kor 8:5-

    6, Gal 3:20), demikian pula Rasul

    Yohanes menyebutkan mengenai

    keesaan (Yoh 5:45) serta rasul

    Yudas (Yud 1:25). Secara literal,

    istilah “ Keesaan”  adalah

    Firmaniah atau Skriptural.

    Dengan menggunakan istilah

    “Keesaan” pada Tuhan, maka

    Yudaisme dan Kekristenan tidak

     bersebrangan jauh. Jika kita

    menyembah Tuhan yang satumengapa kita harus berselisih

    mengenai istilah Ketuhanan? 

     Kedua, makna Keesaan

    dalam sudut pandang Skriptural

    adalah bahwa orang berimanharus menyembah kepada satu-

    satunya Tuhan yang benar, yaitu

    Bapa, Putra dan Roh Kudus serta

     bukan kepada Tuhan yang lain.

    Hanya Dialah fokus ibadah (Ul

    6:13), fokus kasih (Ul 11:1),

    fokus doa (Mzm 143:1), fokus

     pujian (Mzm 66:2). Jadi, kata

    “ Ekhad”,  bukan bermakna

    aritmetis semata namun

     bermakna metafisik. Tuhan yang

    mengatasi ruang dan waktu dan

    yang satu-satunya berhak

    menerima penyembahan.

     Ketiga,  baik Bapa, Putra

    dan Roh Kudus adalah sehakikat,

    setara dalam kekekalan. Bapa,

    Putra dan Roh Kudus, keluar dari

    hakikat Bapa (Yoh 8:42, Yoh

    15:26). Kata  EKHAD  muncul

    dalam TaNaKh sebanyak 960 kali

    dengan arti ”tunggal“, ”satu-

    satunya“ (Zak 14:9, Yes 10:17),

    ”kesatuan“ (Kej 2:24; 34:16, Kel

    12:49). Dalam konteks keesaan

    Bapa, Putra dan Roh Kudus makadapat dimaknai adanya kesatuan

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    11/21

    11 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    yang trinitaris dalam diri Tuhan

    yang Esa itu.

    Dari semua penjelasan di

    atas, Kekristenan (sekalipun

    menggunakan istilah Tritunggal

    yang dapat menimbulkan bias

     pemahaman) tetap

    mempertahankan keesaan Tuhan.

    Kekristenan tetap menyembahYHWH sebagai Tuhan dan Bapa

    Surgawi yang Esa di dalam dan

    melalui Yesus Sang Mesias dan

    melalui penyertaan Roh Kudus,

    karena secara hakiki Pra Ada

    Yesus adalah Sang Firman Tuhan

    yang telah berada bersama Tuhan

    dalam kekekalan sebagaimana

    Roh Kudus adalah Roh YHWH

    yang sejak awal bersama YHWH.

    Dua aspek pengakuan terhadap

    keilahian Yesus dan Roh Kudus

    yang membuat Yudaisme modern

    menolak konsep Ketuhanan

    Kekristenan.

    Apapun pemahaman

    Yudaisme dan Kekristenan

    terhadap Tuhan namun Ulangan

    6:4-5 merupakan panggilan bersama bagi dua umat Tuhan

    untuk hanya mengakui dan

    menyembah serta mengasihi

    Tuhan yang Esa yang bernama

    YHWH (Yahweh). Yudaismetidak membutuhkan Yesus dan

    Roh Kudus untuk datang pada

    YHWH sementara Kekristenan

    meyakini bahwa YHWH telah

    menyatakan diri-Nya melalui

    Firman-Nya yang menjadi

    manusia Yesus serta mengutus

    Roh Kudus-Nya untuk tinggal

    dalam diri orang beriman,

    sehingga pemahaman ini mutlak

     bagi Kekristenan sebagai bagian

    dari keimanan dalam Ketuhanan.

    Apa Arti Mengasihi YHWH

    Dengan Segenap Hati, Jiwa,

    Kekuatan?

    Kita tidak diminta hanya

    mengakui bahwa ada satu Tuhan

     bernama YHWH dan satu Mesias

    dan Juruslamat bernama Yesus

    serta satu Penghibur yaitu Roh

    Kudus. Pengakuan bahwa

    YHWH adalah Esa hanya akan

     berhenti dalam ranah abstrak dan

    logika jika tidak dilanjutkan

    dengan “mengasihi”. Tuhanadalah Kasih sebagaimana

    dikatakan dalam 1 Yohanes 4:8

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    12/21

    12 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    sbb: “ sebab Tuhan adalah kasih 

    (Yun: ho theos agape estin). Kita

    diperintahkan untuk mengasihisecara totalitas baik hati, jiwa,

     pikiran dan kekuatan kita.

    Esensi Kasih

    Kata Ibrani AHAV (הב

    )

    terdiri dari huruf “ Alef ”, “ Heh”

    dan “ Bet ”. Huruf “Alef”

    merupakan huruf pertama dalam

    abjad Ibrani. Huruf “Alef”

    melambangkan “keutamaan”,

    “Sumber segala sesuatu”, “Yang

     permulaan”. Kemudian huruf

    “Heh” melambangkan“kehidupan”, “dinamika”. Kata

    “Hayah” bermakna “ada”,

    “menjadi”. Huruf “Heh”

    merupakan bagian dari nama

    YHWH. Adapun huruf “Bet”

    merupakan lambang “penciptaan”

    karena kalimat pertama dalam

    Kejadian 1:1 berbunyi “ Beresyit

    bara Elohim…”. Kajian

     piktografis atas kata “Ahav”

    memberikan pemahaman pada

    kita bahwa kata “Ahav”

    merefleksikan karakter,kepribadian, pikiran dari Tuhan

    Pencipta yang bernama YHWH,

    karena Dialah sumber segala

    sesuatu, Dialah kehidupan,

    Dialah pula yang menciptakan.

    Dalam Kitab Perjanjian

    Baru, yang merekam tindakan

    YHWH yang berkarya melalui

    Sang Firman yang menjadi

    manusia yaitu Yahshua ha

    Mashiah (Yesus Sang Mesias),kata “Ahav” ditonjolkan bukan

    sebatas karakter, kepribadian dan

     pikiran YHWH melainkan

    keseluruhan tindakan YHWH

    atas dunia dan manusia, dalam

    hal menebus ciptaan dari kutuk

    dosa yang berujung pada

    rusaknya Rupa dan Gambar diri-

     Nya dalam keberadaan manusia

    serta kefanaan atau maut yang

    mengakhiri hidup manusia.

    “Saudara-saudaraku yang

    kekasih, marilah kita saling

    mengasihi, sebab kasih itu

    berasal dari Tuhan; dan setiap

    orang yang mengasihi, lahir dari

    Tuhan dan mengenal Tuhan.

     Barangsiapa tidak mengasihi, ia

    tidak mengenal Tuhan, sebabTuhan adalah kasih (ho theos

    agape estin). Dalam hal inilah

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    13/21

    13 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    kasih Tuhan dinyatakan

    (hepanerote) di tengah-tengah

    kita, yaitu bahwa Tuhan telahmengutus Anak-Nya yang tunggal

    ke dalam dunia, supaya kita

    hidup oleh-Nya” (1 Yoh 4:7-9).

    Pola pikir Yunani

    cenderung membagi-bagi sesuatu

    hal menjadi bagian yang kecil.Kata “Kasih” dalam bahasa

    Yunani dipilah menjadi beberapa

     bagian yaitu: AGAPAO, PHILEO,

     EROS . Kata “ Agape” diartikan

    sebagai bentuk “kasih yang sejati

    dan berkorban”. Kata “ Phileo”

    dimaknai sebagai “kasih

     persahabatan”. Sementara kata

    “ Eros”, bermakna “kasih yang

     bersifat ungkapan seksual”,

    “gairah”, “birahi”. Karakter,

    kepribadian, pikiran dan tindakan

    nyata Tuhan yang mengasihi

    manusia diterjemahkan oleh para

     penyalin Kitab Perjanjian Baru

     berbahasa Yunani, dengan kata

    AGAPAO (agapaw) yang

    merefleksikan kasih Tuhan yang

    sempurna.

    Karakteristik Kasih

    Kita telah mendapat

     penjelasan bahwa kata Ibrani

    AHAV dan kata Yunani

    AGAPAO yang dilekatkan

    terhadap diri YHWH, Tuhan

    Pencipta dan manusia, menjadi

    sebuah kata yang yang

    merefleksikan relasi timbal balikdan dinamis serta komunikatif

    antara YHWH dan umat-Nya

    demikian sebaliknya.

    Persoalannya, bagaimanakah kita

    memahami kualitas kasih YHWH

    dalam kehidupan sehari-hari?

    Dengan kata lain, apakah makna

    kasih YHWH sebatas dipahami

    sebagai tindakan YHWH

    mengutus Putra-Nya untuk

    melepaskan umat manusia dari

    kutuk dosa yang berujung maut?

    Apakah kasih dimaknai sebagai

    tindakan pasif terhadap orang

    yang berlaku sewenang-wenang

    atas diri kita?

    Baik TaNaKh maupun

    Kitab Perjanjian Baru, selalu

    menghubungkan kalimatmengasihi YHWH, sebagai

    sebuah tindakan yang

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    14/21

    14 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    diejawantahkan dalam suatu

    tindakan ketaatan melakukan

     perintah-perintah-Nyasebagaimana dikatakan:

    " Haruslah engkau

    mengasihi YHWH Tuhanmu, dan

    melakukan dengan setia

    kewajibanmu terhadap Dia

    dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya,

     peraturan-Nya dan perintah-

     Nya” (Ul 11:1). 

    “ Janganlah engkau

    menuntut balas, dan janganlah

    menaruh dendam terhadaporang-orang sebangsamu,

    melainkan kasihilah sesamamu

    manusia seperti dirimu sendiri;

     Akulah YHWH ” (Im 19:18). 

    “ Hai orang-orang yang

    mengasihi YHWH, bencilahkejahatan! Dia, yang memelihara

    nyawa orang-orang yang

    dikasihi-Nya, akan melepaskan

    mereka dari tangan orang-orang

     fasik ” (Mzm 97:10)

    Dari kutipan ayat-ayat diatas, karakteristik kasih YHWH

    terejawantah dalam kepatuhan

    umat-Nya dalam melakukan

    segala perintah-perintah-Nya

    dalam firman-Nya. Dengan katalain, kasih YHWH harus

    diejawantahkan berbanding lurus

    dengan perbuatan mulia dari

    umat-umat-Nya. Jika seseorang

    mengklaim mengasihi YHWH

    namun tidak mengasihi sesama,

    tidak membenci kejahatan dan

    ketidakadilan serta tidak pernah

    melakukan perintah-perintah-

     Nya, sesungguhnya mereka

     belum tinggal dalam kasih

    YHWH. Kualitas dan

    karakteristik kasih yang dimiliki

    orang tersebut belum mencapai

    tahapan AHAVA atau AGAPAO.

    Kuasa Kasih

    Kebanyakan orang yang

    tidak mengenal YHWH dan Sang

    Mesias serta Torah-Nya,

    menganggap kata kasih  sebagai

     bentuk kelemahan, pasif dan

    fatalistik. Namun Kitab

    Perjanjian Baru memberikan

    gambaran kuat bahwa kasih

    memiliki kekuatan dan kuasa.Mari kita perhatikan beberapa

    ayat berikut:

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    15/21

    15 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    “Tetapi yang terutama:

    kasihilah sungguh-sungguh

     seorang akan yang lain, sebabkasih menutupi banyak sekali

    dosa” (1 Ptr 4:8). 

    “ Di dalam kasih tidak ada

    ketakutan: kasih yang sempurna

    melenyapkan ketakutan; sebab

    ketakutan mengandung hukumandan barangsiapa takut, ia tidak

     sempurna di dalam kasih” (1 Yoh

    4:18).

    Kasih berkuasa

    mengampuni dosa seseorang.

    Kasih berkuasa mengatasiketakutan dalam diri kita. Kasih

    sejati yang memiliki kuasa

    sebagaimana di atas merupakan

     jenis kasih yang dinamakan

    AHAV atau AGAPAO yang

     bersumber dalam diri YHWH di

    dalam Yahshua Sang Mesias. Jika

    kita tinggal dalam kasih-Nya,

    maka kita tetap berada di dalam

    Dia sebagaimana dikatakan:

    “ Kita telah mengenal dan telah

     percaya akan kasih Tuhan

    kepada kita. Tuhan adalah kasih,dan barangsiapa tetap berada di

    dalam kasih, ia tetap berada di

    dalam Tuhan dan Tuhan di dalam

    dia” (1 Yoh 4:16). 

    Bukti bahwa Kasih adalah

    suatu kekuatan tidak terbatas

    yang berdaya kuasa mengalahkan

     berbagai kejahatan dan

    kelemahan, nampak dalam

     peristiwa penyaliban Yesus.

    Ketika menjelang ajal, Dia tetapkonsisten menyampaikan kata-

    kata pengampunan sebagai

    refleksi kasih kepada musuh-

    musuh-Nya dengan berkata,

    “Bapa, ampunilah mereka,

    karena mereka tidak tahu apa

     yang mereka lakukan!”.  Dalam

    kesakitan, dalam penderitaan,

    dalam ajal yang menjelang,

    Yesus Sang Mesias tetap

    mengeluarkan kata-kata

     pengampunan. Bukankah kasih

    sejati mengalahkan rasa sakit

    secara fisik? Bukankah kasih

    mengalahkan dendam dan sakit

    hati akibat penyiksaan? Inilah

    kuasa dan kekuatan kasih sehati.

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    16/21

    16 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Bagaimana Iman Kepada

    Tuhan Dipelihara Dalam

    Keluarga?

    Ulangan 6:6-9

    mengatakan sbb: “ Apa yang

    kuperintahkan kepadamu pada

    hari ini haruslah engkau

     perhatikan, haruslah engkau

    mengajarkannya berulang-ulangkepada anak-anakmu dan

    membicarakannya apabila

    engkau duduk di rumahmu,

    apabila engkau sedang dalam

     perjalanan, apabila engkau

    berbaring dan apabila engkau

    bangun. Haruslah juga engkau

    mengikatkannya sebagai tanda

     pada tanganmu dan haruslah itu

    menjadi lambang di dahimu, dan

    haruslah engkau menuliskannya

     pada tiang pintu rumahmu dan

     pada pintu gerbangmu”. Orang

    Yahudi yang menganut Yudaisme

    memaknai ayat-ayat tersebut

    secara harafiah dengan

    mengikatkan kotak kecil dalam

    dahi kepalanya dan

    mengikatkannya dalam kedua

    tangannya yang disebut denganTefilin. Dan tiap-tiap keluarga

    Yahudi yang saleh menyematkan

    Shema  dalam ambang pintu

    rumahnya yang disebut Mezuzah.

    Ayat di atas merupakan

     perintah agar kita sebagai orang

    yang beriman kepada YHWH dan

     juga kepada Yesus Sang Mesias

    serta Roh Kudus, mentransferkan

    keimanan kita kepada anak-anak

    kita. Setiap momentum adalahkesempatan untuk mengajarkan

     perihal Tuhan dan kehendak-Nya.

    Ketika kita sedang bertamasya

    dan menikmati keindahan alam,

    ketika kita sedang melihat

     peristiwa kecelakaan yang

    memilukan, ketika kita sedangmengalami kehidupan yang

    kurang baik, ketika kita

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    17/21

    17 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    merasakan kebahagiaan dalam

    hidup, ketika kita sedang

     bepergian, semua memiliki peluang sebagai pelajaran hidup

     perihal Tuhan dan kehendaknya.

    Ketika kita sedang

     berkekurangan, kita belajar

    mengenai sikap bersyukur dan

     berserah pada Tuhan dan jangan

    menyerah pada keadaan serta

    mencari jalan pintas. Ketika kita

    melihat keindahan alam, kita

     belajar mengenai kekuasaan

    Tuhan atas semesta dan

    kehidupan kita.

    Tuhan menginginkan

    umat-Nya mengenal apa yang

    mereka percayai. Dan apa yang

    dipercayai harus dipahami oleh

    keturunannya sebagaimana Dia

    katakan dalam Ulamngan 6:20-21

    sbb: “ Apabila di kemudian hari

    anakmu bertanya kepadamu:

     Apakah peringatan, ketetapan

    dan peraturan itu, yang

    diperintahkan kepadamu oleh

    YHWH Tuhan kita? makaharuslah engkau menjawab

    anakmu itu: Kita dahulu adalah

    budak Firaun di Mesir, tetapi

    YHWH membawa kita keluar dari

     Mesir dengan tangan yang kuat ” 

    Demikian pula ditegaskan

    kembali dalam Keluaran 12:26-27 sbb: “ Dan apabila anak-

    anakmu berkata kepadamu:

     Apakah artinya ibadahmu ini?

    maka haruslah kamu berkata:

     Itulah korban Paskah bagi

    YHWH yang melewati rumah-

    rumah orang Israel di Mesir,

    ketika Ia menulahi orang Mesir,

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    18/21

    18 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    tetapi menyelamatkan rumah-

    rumah kita." Lalu berlututlah

    bangsa itu dan sujudmenyembah” 

    Kondisi Eropa Abad XXI

    memberikan kesaksian

    “osteoporosis” (pengeroposan)

    iman Kristen terjadi di benua

    Kristen ini. Prof. DR. J.A.B.Jongenel, pakar Missiologi

    Utrecht Universiteit, dalam

    diskusi di depan pendeta-pendeta

    Jakarta di kantor PGI pada

    tanggal 11 September 1995

    mengatakan sbb: “ Eropah kini

    menjadi semakin sekuler dan

    negara yang paling sekuler

    adalah negeri

     Belanda...penduduk Amsterdam,

     Ibukota Nederland yang 200

    tahun lalu hampir seluruhnya

    beragama Kristen (99%)

     sekarang tinggal 10% saja yang

    dibaptis dan ke gereja,

    kebanyakan mereka tidak terikat

    lagi dalam agama atau sudah

    menjadi sekuler ”10

     

    10  Sekularisasi, Ancaman Bagi

    Semua Agama, Berita Oikumene,

    September 1995

    Studi yang dilakukan di

    Inggris (United Kingdom

    Christian Handbook ,1998/1990) menghasilkan

    statistik bahwa di antara orang-

    orang dewasa, 11% menjadi

     pengunjung gereja secara teratur,

    15% adalah anggota gereja, 62%

    melihat siaran TV Kristen

    sedikitnya sekali sebulan, 65%

    Kristen nominal, 69% percaya

     bahwa agama dapat memberikan

    standar hidup masyarakat dan

    73% kecewa melihat bahwa

    standar moral sudah merosot”11

     

    Bagaimana dengan

    Indonesia? Kondisi di Indonesia

    tentu saja belum separah di Eropa

    dan Amerika namun tantangan di

    Indonesia adalah perpindahan

    agama dari Kristen ke Islam yang

    terus menerus terjadi secara

    sistematis (sekalipun terjadi

     perpindahan dari Islam ke Kristen

    yang cukup menggembirakan)

    mengintai anak-anak mudah

    11 Ir. Herlianto,MTh., Gereja

     Modern: Mau Kemana?, Bandung:

    YABINA, 1995

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    19/21

    19 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    Kristiani yang tidak terdidik

    dalam pokok iman dan ibadah.

    Oleh karenanya orang tua

    Kristiani harus memahami apa

    yang diimaninya. Keimanan atau

    kepercayaan kepada Tuhan bukan

    sekedar hafalan terhadap ayat-

    ayat dalam rumusan logis dan

    abstrak belaka namun berlanjutdalam hubungan yang pribadi dan

    dinamis dengan Tuhan.

    Hubungan yang dinamis dan

     bersifat pribadi inilah yang

    disebut mengasihi dan mengenal

    Tuhan. Keimanan yang telah kita

    miliki dan menjadi kekuatan

    dalam hidup kita, harus

    ditransformasikan (dipindahkan)

    kepada anak-anak kita sehingga

    merekapun mewarisi iman yang

    sama dan mengalami kuasa

    Tuhan yang sama.

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    20/21

    20 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    INDONESIAN JUDEOCHRISTIANITY INSTITUTE

    Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) adalah organisasi yang didirikan

    dengan maksud dan tujuan sbb:

    1.  Menghadirkan Kekristenan dengan corak Semitik Yudaik sebagai

    akar historisnya. Corak Semitik Yudaik tersebut dijabarkan dalamPokok Keimanan (Akidah/Emunah) dan Tata Peribadatan

    (Ibadah/Avodah) serta Perilaku Hidup (Akhlaq/Halakah)

    2.  Mengisi kesenjangan materi terkait Yudaisme sebagai akar

    Kekristenan awal, dalam berbagai kajian dan kurikulum Teologi

    3.  Melakukan berbagai kajian kritis dan teologis terhadap Kitab Suci

    dengan pola pikir Ibrani

    4.  Menghadirkan penafsiran baru terhadap Torah dan relevansinya

    terhadap Kekristenan masa kini

    5.  Melakukan kajian-kajian mengenai hubungan Kekristenan awal

    dengan kebudayaan Semitik

    6.  Memperkokoh Teologi Judeochristianity

  • 8/16/2019 Pemahaman Tentang Shema Sebagai Landasan

    21/21

    21 | B u l e t i n I J I V o l 3 M a r e t 2 0 1 5  

    7.  Membantu pemerintah dalam pembangunan mental dan spiritual

     bangsa dalam rangka pembinaan manusia Indonesia seutuhnya

    Sebelumnya organisasi ini bernama  Forum Studi Mesianika  (FSM).

    Berdasarkan rapat anggota yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2012

    lalu, maka  Forum Studi Mesianika  (FSM) berganti nama menjadi

     Indonesian Judeochristianity Institute (IJI).

     Indonesian Judeochristianity Institute  (IJI) bekerjasama dan berafiliasi

    dengan Hebraic Root Teaching Institute (HRTI) yang berdomisili di Afrika

    Selatan dengan pimpinan Prof. Liebenberg.

    Salah satu usaha untuk mencapai beberapa tujuan di atas diantaranya

    adalah menerbitkan buletin berkala sebagai wujud komunikasi dan

     pembelajaran anggota IJI.

     Indonesian Judeochristianity Institute (IJI)

    Email: [email protected]

    Website: www.messianic-indonesia.com (www.hrti.co.za) 

    Facebook:Messianic Indonesia (Indonesian Judeochristianity Institute)

    Donasi dan Informasi: 081327274269

    mailto:[email protected]://www.messianic-indonesia.com/http://www.hrti.co.za/http://www.hrti.co.za/http://www.messianic-indonesia.com/mailto:[email protected]