19
A. Pembahsan Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk pengujian kadar glukosa darah dengan metode GOD. Metode GOD itu sendiri merupakan suatu metode yang prinsipnya berdasarkan reaksi antara sisa hidrogen peroksida dengan aseptor oksigen seperti amonofenazon. Seperti yang kita ketahui, hidrogen peroksida adalah produk lain terbentuk dari hasil perombakan glukosa menjadi asam glukonat dengan katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk adalah sebanding dengan glukosa yang menjadi prekursor awalnya. Kemudian dengan menambahkan aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat diukur dengan melihat reaksi yang terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi enzim peroksidase, pengamatan dibantu oleh indikator merah-violet. Terdapat empat macam perlakuan untuk menetapkan kadar glukosa, yaitu pemeriksaan sewaktu, pemeriksaan setelah makan (postpradial), pemeriksaan saat puasa, dan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pemeriksaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah jenis pemeriksaan puasa. Pemeriksaan untuk pemeriksaan post pradial, dan puasa digunakan untuk melihat kerja insulin pada metabolisme glukosa untuk dibandingkan dengan satu sama lainnya. Sedangkan pemeriksaan sewaktu hanya dapat melihat bagaimana kerja dari pada kerja insulin pada saat itu juga. Sedangkan. Pemeriksaan tiga bulan dapat dilakukan untuk memeriksa dan mengontrol kerja insulin terhadap

Pembahasan glukosa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

glukosa

Citation preview

Page 1: Pembahasan glukosa

A. Pembahsan

Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk pengujian kadar glukosa darah

dengan metode GOD. Metode GOD itu sendiri merupakan suatu metode yang

prinsipnya berdasarkan reaksi antara sisa hidrogen peroksida dengan aseptor oksigen

seperti amonofenazon. Seperti yang kita ketahui, hidrogen peroksida adalah produk

lain terbentuk dari hasil perombakan glukosa menjadi asam glukonat dengan

katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk adalah sebanding

dengan glukosa yang menjadi prekursor awalnya. Kemudian dengan menambahkan

aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat

diukur dengan melihat reaksi yang terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi

enzim peroksidase, pengamatan dibantu oleh indikator merah-violet.

Terdapat empat macam perlakuan untuk  menetapkan kadar glukosa, yaitu

pemeriksaan sewaktu, pemeriksaan setelah makan (postpradial), pemeriksaan saat

puasa, dan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pemeriksaan yang dilakukan pada praktikum

kali ini adalah jenis pemeriksaan puasa. Pemeriksaan untuk pemeriksaan post pradial,

dan puasa digunakan untuk melihat kerja insulin pada metabolisme glukosa untuk

dibandingkan dengan satu sama lainnya. Sedangkan pemeriksaan sewaktu hanya

dapat melihat bagaimana kerja dari pada kerja insulin pada saat itu juga. Sedangkan.

Pemeriksaan tiga bulan dapat dilakukan untuk memeriksa dan mengontrol kerja

insulin terhadap kadar glukosa. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil

darah pasien melalui pembuluh darah vena, tepat nya pembuluh darah vena yang

terdapat pada tekukan siku tangan kanan. Darah yang diambil adalah sebanyak 3 ml,

kemudian dipisahkan plasma dengan serumnya dengan metode sentrifugasi.

Plasma darah yang telah terpisah kemudian diambil, dipreparasi untuk

kemudian ditambahkan reagen yang mengandung enzim GOD aminofenazon dan

indikator. Standar dan blanko juga disiapkan untuk perbandingan, standar terdiri dari

larutan glukosa, sedangkan blankonya adalah reagen didalam nya. Preparat sampel

disiapkan secara kuantitatif dengan menggunakan mikropipet dengan volume yang

telah ditentukan, yaitu :

Sampel terdiri dari    : 100 μL sampel + reagen ad 1000 μL

Blanko terdiri dari    : reagen 1000 μL

Standar terdiri dari   : 100 μL larutan standar + reagen ad 1000 μL

Pengukuran sampel, blanko, dan standar dilakukan dengan instrumen

spektrofotometri UV-VIS sebanyaka tiga kali (triplo) pada panjang gelombang 546

Page 2: Pembahasan glukosa

nm sehingga nantinya akan didapatkan data berupa absorbansi sampel. Hal yang harus

diperhatikan disini adalah bahwa cara memegang kuvet, harus pada bagian kuvet yang

buram, karena jika dipegang pada bagian bening kuvetnya, maka dikhawatirkan akan

mengganggu absorbansi disebabkan adanya protein yang mungkin tertinggal pada

kuvet.

Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu lerutan menunjukkan serapan

yang bernilai sama berturut-turut GOD-PAP merupakan enzim yang memerlukan

waktu tertentu untuk bereaksi optimum, sehingga dibutuhkan waktu inkubasi. Jika

waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi optimum / operating time-nya, maka

enzim tidak akan bereaksi sempurna.  Sedangkan apabila waktu inkubasi lebih dari

waktu inkubasi optimum / operating time, maka senyawa yang terbentuk akan

terdegradasi.

Sebelum melakukan pengukuran absorbansi serum sampel pada

spektrofotometer, dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk baku. Tujuan

pengukuran baku ini untuk melihat apakah reagen yang dipakai murni atau tidak

terkontaminasi oleh zat lain. Adapun hasil absorbansi sampel yang diuji oleh

kelompok 7 adalah 0,079 dan kadar glukosa darah yang didapat adalah 50,97 mg/dl.

Kadar glukosa tersebut merupakan kadar glukosa dibawah normal karena kadar

glukosa darah normal adalah 70 sampai 120 mg/dl.

Ada 5 golongan obat antidiabetes oral (ADO) yang dapat digunakan untuk

DM. Kelima golongan ini dapat diberikan pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol

hanya dengan diet dan latihan saja, diantaranya sebagai berikut:

a. Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid,

tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid. Generasi 2 yang potensi

hipoglikemik lebih besar al. gliburid (glibenklamid), glipizid, glikazid dan

glimepirid.

Mekanisme kerja golongan obat ini sering disebut sebagai insulin

secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel beta

Langerhans pankreas.

Farmakokinetik dari berbagai sulfonilurea mempunyai sifat kinetik berbeda,

tetapi absorpsi melalui saluran cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan

hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi. Untuk mencapai kadar optimal di

plasma, sulfonilurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila diminum

Page 3: Pembahasan glukosa

30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90-99% terikat protein plasma

terutama albumin; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar

untuk gliburid.

Insiden efek samping generai I sekitar 4%, insidennya lebih rendah lagi

untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tenu dapat timbul. Reaksi

ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau

ginjal, terutama yang menggunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek

samping lain adalah reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala

hematologik, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya.

Contoh adalah glibenklamid (gliburid), potensinya 200x lebih kuat dari

tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar, pada

pemberian dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya diekskresi melalui urin,

sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan

sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21 % selama 112

tahun.

b. Meglitinid

Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme

kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda.

Golongan ADOini merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-

independent di sel beta pankreas.

Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam

waktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karenyanya harus diberikan beberapa kali

sehari, sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya tidak

aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi

hepar atau ginjal harus diberikan secara hati-hati. Efek samping utamanya

hipoglikemia dan gangguan saluran pencernaan, reaksi alergi juga pernah

dilaporkan.

c. Biguanid

Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid, yaitu : fenformin,

buformin dan metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena

sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah

metformin.

Page 4: Pembahasan glukosa

Mekanisme kerja biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemik tetapi suatu

antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya

tidak menyebabkan hipoglikemia.

Efek samping hampir 20% pasien dengan metformin mengalami mual,

muntah, diare serta kecap logam (metalic taste); tetapi dengan menurunkan dosis

keluhan-keluhan tersebut segera hilang.

Indikasi sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen,

dan digunakann pada terapi diabetes dewasa. Dari berbagai derivat biguanid, data

fenformin yang paling banyak terkumpul tetapi sediaan ini kini dilarang

dipasarkan di Indonesia karena bahaya asidosis laktat yang mungkin

ditimbulkannya. Di Eropa fenformin digantikan dengan metforminyang kerjanya

serupa dengan fenformin tetapi diduga lebih sedikit menyebabkan asidosis laktat.

Dosis metformin ialah 1-3 g sehari dibagi dalam dua atau 3 kali pemberian.

d. Penghambat α-glikosidase

Obat golongan penghambat enzim α-glikoidase ini dapat memperlambat

absorpsi polisakarida (starch), dekstrin dan disakarida di intestin. Dengan

menghambat kerja enzim α-glikosidase di brush border intestin, dapat mencegah

peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.

Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan

menyebabkan efek samping hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai

monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang glukosa postprandialnya sangat

tinggi. Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan absorpsi buruk.

Efek sampingyang bersifat dose-dependent, malabsorpsi, flatulen, diare dan

abdominal bloating (Suharti K. Suherman, 2012. Hal 481-495).

e. Tiazolidinedion

Mekanisme kerja tiazolidinedion insulin merangsang pembentukan dan

translokasi GLUT ke membran sel di organ perifer. Ini terjadi karena insulin

merangsangPeroxisome proliferators-activeted receptor-Ɣ (PPARƔ) di inti sel

dan mengaktivasi insulin-responsivegenes, gen yang berperan pada metabolisme

karbohidrat dan yang berperan pada metabolisme karbohidrat dan lemak.

Efek samping antara lain, peningkatan berat badan, edema, menambah

volume plasma dan memperburuk gagal jantung kongestif. Edema sering terjadi

pada penggunaannya bersama insulin, kecuali heapar tidak dianjurkan pada gagal

Page 5: Pembahasan glukosa

jantung kelas 3 dan 4 menurut klasifikasi New York Heart Association.

Hipoglikemia pada penggunaan monoterapi jarang terjadi.

Tigagejala yang sering dialami penderita diabetes mellitus yaitu:

a. Banyak minum (polydipsia)

b. Banyak kencing (polyuria)

c. Berat badanturun (polyphagia)

Pada awalnya,kadang-kadang beratbadan penderita diabetes naik.

Penyebabnya kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan

minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang

pada awalnya terus naik dan tiba-tiba menurun terus tanpa diet. Gejala lain adalah

gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama dimalam hari, gangguan penglihatan,

gatal didaerah kemaluan atau lipatankulit, bisul ataul uka yang lama sembuh

gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan.

Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru

diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lanjut gejala yang

muncul antara lain:

a. Rasa haus

b. Banyak kencing

c. Berat badan turun

d. Rasa lapar

e. Badan lemas

f. Rasa gatal

g. Kesemutan

h. Mata kabur

i. Kulit kering

Gejala lainnya adalah pusing, mual dan berkurangnya daya ketahanan selama

melakukan olahraga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap

infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan

penderita diabetes tipe 1 sering mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar

penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami penurunan berat badan.

Pada penderita diabetes tipe 1, gejalanya timbul secara tiba-tibadan bisa

berkembang dengan cepat kedalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasi dosis

diabetikum. Kadar guladidalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel

Page 6: Pembahasan glukosa

tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energy dari

sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan

senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala awal dari ketoasi dosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual,

muntah,lelah dan nyeri perut (terutama padaanak-anak). Pernafasan menjadi dalam

dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas

penderita tercium seperti bau aseton.Tanpa pengobatan, ketoasi dosis diabetikum bisa

berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.

Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukan gejala selama beberapa tahun.

Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbul gejala berupa sering kencing dan

haus. Jarang kerja diketoasi dosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih

dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres misalnya infeksi atau obat-obatan),

maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan

kebingungan mental, pusing, kejang-kejang dan suatu keadaan yang disebut koma

hiperglikemik-hiperos molar non-ketotik.

Hormon Prankeas dan Regulasi

Produksi hormon pankreas, termasuk insulin, somatostatin, gastrin, dan

glukagon, memainkan peran penting dalam menjaga gula dan keseimbangan garam

dalam tubuh kita. Hormon utama yang disekresi oleh pankreas meliputi:

Gastrin: Hormon ini membantu pencernaan dengan merangsang sel-sel

tertentu di perut memproduksi asam.

Glukagon: Glukagon membantu insulin mempertahankan glukosa darah

normal dengan bekerja dengan cara yang berlawanan insulin. Merangsang sel-

sel untuk melepaskan glukosa, dan ini meningkatkan kadar glukosa darah

Anda.

Insulin: Hormon ini mengatur glukosa darah dengan memungkinkan banyak

sel-sel tubuh Anda untuk menyerap dan menggunakan glukosa. Pada

gilirannya, ini turun kadar glukosa darah.

Somatostatin: Ketika kadar hormon pankreas lainnya, seperti insulin dan

glukagon, terlalu tinggi, somatostatin disekresikan untuk menjaga

keseimbangan glukosa dan / atau garam dalam darah.

Peptida intestinal vasoaktif (VIP): Hormon ini membantu mengontrol sekresi

air dan penyerapan dari usus dengan merangsang sel-sel usus untuk

melepaskan air dan garam ke dalam usus.

Page 7: Pembahasan glukosa

Hormon insulin

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan

oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel

beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan

tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa

darah yang baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel

alfa kelenjar pankreas.

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon

insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase,

preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian

dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di

sini, sekali lagi dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan

peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan

melalui membran sel.

Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara

normal, karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi

glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan

komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi

insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula

memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta.

Indikasi terapi dengan insulin :

Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi

insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.

Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis

lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark

miokard akut atau stroke.

DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet

saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.

Ketoasidosis diabetik.

Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.

Page 8: Pembahasan glukosa

Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan

suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,

secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar

glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika

terjadi peningkatan kebutuhan insulin.

Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.

Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Insulin kerja singkat

Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ).

Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.

Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini

diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan

efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.

2. Insulin kerja menengah

Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn (NPH). Jenis ini

awal kerjanya adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan

efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.

3. Insulin kerja panjang

Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat

dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24

sampai 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.

4. Insulin infasik (campuran)

Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah. Preparatnya:

Mixtard 30/40. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar

pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah

pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali. 

Dosis Insulin :

Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :

Gula darah < 60 mg % = 0 unit

Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit

Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit

Page 9: Pembahasan glukosa

Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit

Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit

Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit

Efek metabolik terapi insulin:

Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.

Supresi produksi glukosa oleh hati.

Stimulasi utilisasi glukosa perifer.

Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.

Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.

Mengurangi glucose toxicity.

Perbaiki kemampuan sekresi endogen.

Mengurangi Glicosilated end product.

Cara penyuntikan insulin :

Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada

keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin

dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja

panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja

menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil

pemeriksaan kadar glukosa darah harian. 

Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai

rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin,

semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang

sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit

yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.

Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti

oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular

dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat.

Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset

kerja dan juga mempersingkat masa kerja.

Indikasi pemberiaan insulin pada pasien DM lanjut usia seperti pada non

lanjut usia, uyaitu adanya kegagalan terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar,

Page 10: Pembahasan glukosa

adanya infeksi (stress) dll. Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang

dicampur dengan kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali sehari.

Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak

mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik

yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat

diperlukan bantuan dari keluarganya.

Efek samping penggunaan insulin :

Hipoglikemia

Lipoatrofi

Lipohipertrofi

Alergi sistemik atau lokal

Resistensi insulin

Edema insulin

Sepsis

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi

bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada

25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu

terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini

diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda

terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi

yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik

insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi

terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.

Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama

pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan

indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan

berlagsung.

Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah

pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila

pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptiK yang menimbulkan sensitisasi

atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi

umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal,

Page 11: Pembahasan glukosa

gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri

kematian.

Interaksi Insulin

Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormon

pertumbuhan, kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin, dan

glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang glikogenolisis.

Peningkatan hormon-hormon ini perlu diperhitungkan dalam pengobatan insulin.

Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin perlu disesuaikan bila

obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa antibiotik (misalnya

kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason meningkatkan kadar insulin

dalam plasma dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik.

Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang mendapat penghambat

adrenoseptor ß, obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia. Potensiasi

efek hipoglikemik insulin terjadi dengan penghambat MAO, steroid anabolik dan

fenfluramin.

B. Kesimpulan :

Jadi kadar glukosa darah yang terdeteksi adalah 50,97 mg/dl hal ini bisa

dimungkinkan mengalami hipoglikemia dengan sampel darah N.n Erna dengan

umur 21 th dan berat badan 39kg dengan berpuasa 8jam

Page 12: Pembahasan glukosa

DAFTAR PUSTAKA

Suryohudoyo P, 2000. Ilmu kedokteran molekuler. Ed I, Jakarta: Perpustakaan Nasional, hlm

48-58.

Tjokroprawiro A, 1999. Diabetes mellitus and syndrome 32 (A step forward to era of

globalisation–2003). JSPS-DNC symposium, Surabaya: 1-6.