pembahasan komplemen

  • Upload
    sutilao

  • View
    251

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    1/27

    BAB II

    PEMBAHASAN

    ENDAHULUAN

    Begitu antibodi tersangkut pada permukaan

    mikroorganisme yang menyerang, serangkaian protein

    plasma yang disebut komplemen akan teraktivasi.Protein komplemen ini mampu menghancurkan

    penyerang tersebut. Proses ini dimulai oleh perubahan

    konformasional pada daerah Fc suatu antibodi pada saat

    berikatan dengan antigen. Jika antigen tersebut melayang

    bebas dalam sirkulasi sebagai molekul tunggal,

    kompleks imun yang terbentuk dapat berikatan pula

    dengan komplemen. Komplemen dalam kompleks

    tersebut kemudian dapat membantu menarik sel-sel

    fagosit, yang akan menelan dan membuang antigen yang

    diinaktivasi dari sirkulasi.

    Jika antigen merupakan bagian dari dinding sel bakteri,

    komplemen dapat melekat pada antibodi yang terikat,

    pada akhirnya akan melemahkan dan membunuh bakteritersebut. Proses yang sama dapat terjadi pada sel darah

    yang ditransfusikan jika terdapat ketidaksesuaian dengan

    resipiennya, dan oleh karenanya menyebabkan

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    2/27

    hemolisis.

    Melalui aktivasi komplemen yang disebut jalur klasik,komplemen pertama C1q melekat pada daerah Fc pada

    dua molekul IgG yang berdekatan yang menjadi saling

    berdekatan karena berikatan pada suatu permukaan

    asing. Selain itu, satu molekul IgM dapat menarik C1q

    karena IgM mempunyai lima daerah Fc. Selanjutnya,

    subunit C1r dan C1s terikat pada C1q. Subunit-subunit

    ini mempunyai aktivitas enzimatik yang memecah dua

    komponen lain (C4 menjadi C4a dan C4b, dan C2

    menjadi C2a dan C2b). C4 berikatan langsung dengan

    permukaan dekat tempat aktivasinya, dan C2a berikatan

    dengan C4b. Kompleks C4b-C2a kemudian memecah C3

    menjadi C3a dan C3b, yang pada akhirnya melekat

    dipermukaan yang berdekatan. Interaksi antara C2a danC3b akan memecah C5 yang kemudian akan mengikat

    C6 dan C7 dan juga melekat pada permukaan. C8 dan C9

    tertarik untuk membentuk tambahan akhir pada

    kompleks ini. Pada titik ini, permukaan sel bakteri akan

    mengalami kerusakan yang serius, yang pada akhirnya

    akan menyebabkan lisis. Rangkaian aktivasi komplemen

    ini sama tidak tergantungpada antigen spesifik yang

    terlibat dalam kompleks imun. Antibodi spesifik yang

    mengarahkan dan memulai keseluruhan proses ini.

    Jalur alternatif merupakan cara lain aktivasi komplemen.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    3/27

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    4/27

    komponen-komponennya disaring dengan baik sekali

    dengan pemeriksaan hemolitik yang ditunjukkan CH50.Pada pemeriksaan ini, pengenceran serum manusia yang

    akan diuji aktivitas komplemennya dicampur dengan

    larutan terstandarisasi eritrosit domba yang disensitisasi

    dengan adsorpsi antibodi spesifik. Komplemen yang ada

    dalam serum uji akan menyebabkan hemolisis, yang

    dihitung secara spektrofotometrik sebagai jumlah

    hemoglobin yang dilepaskan dari eritrosit domba yang

    lisis. CH50 ini sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan

    penyaring untuk fungsi komplemen pada keadaan yang

    dicurigai adanya defisiensi kongenital salah satu

    komponen. Pada masa lalu, CH50 telah dipakai untuk

    menunjukkan aktivitas komplemen kuantitatif sebagai

    bagian dari proses penyakit. Namun pemeriksaanimunologis modern terhadap masing-masing komponen

    telah menggantikan sebagian besar peran CH50 dalam

    pemantauan penyakit. Salah satu alasan laboratorium

    imunokimia yang sangat baik sekalipun dapat

    menunjukkan variasi kadar CH50 yang bermakna, yaitu

    bahwa sel-sel domba menunjukkan adanya fluktuasi

    stabilitas musiman. Oleh karena itu, pemeriksaan CH50

    fungsional sebaiknya dibedakan pada hampir semua

    keadaan untuk pemeriksaan komponen yang lebih

    spesifik, yang telah terstandarisasi dengan baik untuk

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    5/27

    jangka waktu lama. CH50 mempunyai rentang normal

    sekitar 50-200 unit. Kadar dibawah rentang normalmenunjukkan adanya peningkatan konsumsi atau

    penurunan sintesis. Pemeriksaan hemolitik mempunyai

    sensitivitas tertentu untuk kadar komponen C2, C4 dan

    C5. suatu nilai nol dari aktivitas hemolitik menunjukkan

    adanya defisiensi satu atau lebih komponen dan

    sebaiknya dilanjutkan dengan investigasi yang rinci

    untuk menggambarkan abnormalitasnya. Peningkatan

    kadar CH50 tidak bermakna kecuali sebagai reaktan fase

    akut.

    Komponen komplemen yang paling sering diperiksa

    dalam serum adalah C3 (75-175 mg/dL) dan C4 (15-45

    mg/dL). Keduanya pada keadaan normal merupakan

    faktor komplemen yang terbanyak dalam serum danapaling mudah diukur dengan metode imunologis

    (biasanya nefelometri atau imunodifusi). Penurunan

    kadarnya dapat saling dihubungkan secara serial dari

    waktu ke waktu untuk pemantauan suatu penyakit

    autoimun. Kadar yang rendah menunjukkan kekurangan

    akibat aktivasi skunder terhadap progresi penyakit.

    Kadar normal atau tinggi menunjukkan kebalikannya,

    regresi penyakit atau respons terhadap terapi.

    Pemeriksaan komponen lain yang lebih canggih

    diperoleh dari laboratorium rujukan khusus. Termasuk

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    6/27

    diantaranya penentuan C1q, C2, C4, C4d, C5, C6, Faktor

    B (properdin) dan inhibitor esterase C1. Pemeriksaan-pemeriksaan ini dapat dipakai untuk membedakan

    gangguan imunologis dari keadaan peradangan lain dan

    juga untuk mendiagnosis suatu defisiensi spesifik.

    PEMERIKSAAN KOMPLEMEN

    Perubahan dalam kadar komplemen menunjukkan

    adanya proses penyakit. Kadarnya yang meningkat

    sering ditemukan pada inflamasi akut dan infeksi dan

    berhubungan dengan peningkatan AFP.

    Defisiensi komplemen dapat dibagi menjadi defisiensi

    primer yang ditentukan faktor genetik dan defisiensi

    sekunder yang diakibatkan oleh pemakaian komplemen

    dalam interaksi antigen-antibodi yang lebih memberikanhubungan dengan patogenesis penyakit.

    Komplemen dapat dibagi dalam 3 golongan sebagai

    berikut :

    a. Komplemen dini pada jalur klasik (C1, C4 dan C2)

    b. Komplemen dini pada jalur alternatif (faktor B, D dan

    P)

    c. Komplemen lambat pada kedua jalur (C3 dan C9)

    Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B normal,

    maka itu berarti aktivasi komplemen hanya terjadi

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    7/27

    melalui jalur klasik. Bila kadar C4, C3 dan faktor B

    semuanya rendah, kemungkinan besar juga terjadiaktivasi melalui jalur alternatif. Tetapi bila kadar C4

    normal dengan kadar C3 dan faktor B rendah, berarti ada

    aktivasi melalui jalur alternatif saja.

    Pengukuran C3 dan C4 akan membantu dalam

    pemantauan pengobatan penderita glomerulonefritis dan

    vaskulitis. Kadar yang rendah biasanya menjadi normal

    pada remisi.

    Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-

    antibodi, komplemen yang ada dalam serum dapat diikat

    atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi

    tersebut, dan bahwa komplemen dapat diaktivasi oleh

    kompleks erithrosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan

    eritrosit tersebut melisis.Complement Fixation Test (CFT) atau uji Fiksasi

    komplemen merupakan cara untuk menentukan antigen

    atau antibodi yang hanya bereaksi bila ada komplemen.

    Antibodi dicampur dengan antigen dan komplemen.

    Komplemen akan diikat kompleks antigen-antibodi. Bila

    tidak terjadi ikatan komplemen, maka komplemen akan

    ditemukan bebas dalam larutan. Adanya komplemen

    bebas tersebut dapat diperlihatkan dengan menambahkan

    sel darah merah dan hemolisin. Lisis sel darah merah

    akan terjadi atas pengaruh komplemen yang bebas tadi.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    8/27

    Kenyataan ini dipakai untuk menggunakan komplemen

    sebagai salah satu bahan untuk penetapan antigenmaupun antibodi. Pengujian ini didasarkan atas reaksi

    yang terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pertama dimana

    sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks

    antigen-antibodi, dan tahap kedua dimana komplemen

    yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang

    telah dilapisi hemolisin. Banyaknya komplemen yang

    tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang

    mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua,

    secara tidak langsung merupakan parameter untuk

    antibodi atau antigen yang diperiksa.

    Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipercaya, semua

    reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus disesuaikan

    satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titeryang optimal. Oleh karena itu sebelum melaksanakan

    pemeriksaan pada sampel penderita, terlebih dahulu

    dilakukan uji pendahuluan untuk menstandarisasi titer

    hemolisin dan titer komplemen yang dipakai pada sistem

    uji ini.

    Titer hemolisin ditentukan oleh pengenceran tertinggi

    hemolisin yang masih dapat melisiskan eritrosit

    berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.

    Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan

    sampel penderita dipakai 2 unit.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    9/27

    Oleh karena uji fiksasi komplemen melibatkan suatu

    sistem yang terdiri atas berbagai reaktan, disampingtitrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan

    harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau

    faktor yang meningkatkan aktivasi komplemen

    (antikomplemen atau prokomplemen). Untuk keperluan

    ini, pada titrasi komplemen diikutsertakan antigen dan

    antigen kontrol, serta pada pemeriksaan sampel selalu

    harus diikutsertakan kontrol serum positif maupun

    negatif. Suatu hasil pemeriksaan, baru bisa dipercaya

    apabila semua reaktan pada sistem ini terkontrol dengan

    baik.

    Uji fiksasi komplemen dipakai pertama kali oleh

    Wassermann, Neisser dan Bruck untuk menentukan

    diagnosis Sifilis (Test Wassermann), akan tetapikemudian prinsip pengujian yang sama dipakai juga

    dalam diagnosis serologik berbagai penyakit lain,

    diantaranya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

    parasit, seperti Trypanosoma, Schistosoma, serta

    penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti

    virus Hepatitis B, Herpes, Rotavirus, Rubella dan lain-

    lain.

    SISTEM KOMPLEMEN

    Pendahuluan

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    10/27

    Komplemen merupakan sekumpulan molekul protein

    dan interaksinya yang terjadi secara berantai,mengakibatkan efek bilogis pada membran, pada sifat sel

    dan interaksi protein lain. Sedikitnya ada 11 jenis protein

    komplemen yang ada dalam plasma normal, masing-

    masing ada dalam keadaan inaktif tetapi bila komplemen

    diaktivasi, setiap jenis komplemen mempunyai fungsi

    spesifik. Akivasi dapat dimulai dengan reaksi antigen

    dengan IgG atau IgM atau bila ada kontak dengan IgA

    yang menggumpal, selain itu aktivasi dapat pula dimulai

    oleh kontak dengan polisakarida atau lipopolisakarida,

    oleh produk yang terjadi akibat aktivasi sistem pembe

    kuan atau kalikrein.

    Aktivitas BiologisKomplemen dinyatakan dengan nomor dan huruf. Proses

    aktivasi tidak berlangsung berurutan sesuai dengan

    urutan nomor komplemen. Disepakati bahwa urutan

    interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2,

    C3, kemudian C5 sampai C9. Aktivasi komplemen dapat

    merupakan proses pemecahan molekul-molekul secara

    enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses

    penyesuaian tanpa pemecahan. Pada beberapa tahap dari

    proses ini diperlukan ion kalsium dan magnesium.

    Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    11/27

    pecahnya membran dan kerusakan sel yang tidak dapat

    diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : C2 melepaskan suatu peptida

    dengan berat molekul kecil dan aktivitas kinin, hasil

    aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan

    leukosit sehingga terjadi efek anafilaktik, unsur lain dari

    C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan

    menyebabkan sel lebih mudah di fagositosis, proses ini

    disebut opsonisasi, fragmen C3 dan C4 menyebabkan

    proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen

    melekat pada permukaan sel yang memiliki reseptor

    untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat pula

    menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4

    merangsang aktivitas kemotaktik neutrofil sehingga

    neutrofil bergerak menghampiri fragmen protein yangbersangkutan. Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas

    prokoagulan trombosit dan sebaliknya aktivitas

    prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1.

    Plasmin dan trombin bersifat proteolitikdan dapat

    memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.

    Jalur aktivasi

    Pada jalur klasik, aktivasi komplemen diawali dengan

    aktivasi C1q, C1r dan C1s oleh kompleks antigen-

    antibodi. Karena C1q tidak tahan panas, maka

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    12/27

    pemanasan serum dapat melumpuhkan seluruh aktivitas

    komplemen. Untuk penggabungan C1qrs diperlukanCa++ sedangkan Mg++ diperlukan oleh C4 untuk

    mengaktivasi C2. Bila digunakan antikoagulan yang

    mengikat ion, naka plasma kehilangan kation sehingga

    komplemen yang ada didalamnya tidak dapat diaktivasi.

    Setelah C1qrs aktif mengaktivasi C4 dan kemudian C4

    akut mengaktivasi C2, maka kontak dengan C2 aktif

    menyebabkan C3 pecah menjadi 2 bagian yaitu : bagian

    yang kecil dan tetap berada dalam cairan dan C3b yang

    lebih besar dan melekat pada membran sel. C3b

    diperlukan untuk mengaktivasi C5, tetapi setalah itu sisa

    kompleks C5-C9 terbentuk dengan sendirinya tanpa

    aktivasi oleh enzim.

    Jalur alternatif tidak melibatkan aktivasi C1, C4 dan C2tetapi dimulai dengan pemecahan C3. Setelah C3b

    terbentuk, aktivasi C5 sampai C9 berlangsung dengan

    sendirinya. Kunci dari jalur alternatif adalah aktivasi

    properdin, yaitu suatu protein serum yang tidak

    mempunyai efek biologis bila ia berada dalam keadaan

    tidak aktif. Kontak dengan IgA yang menggumpal,

    endotoksin atau kompleks melekul seperti dekstran, agar

    dan zymosan dapat merubah properdin kemudian

    mencetuskan proses yang menghasilkan C3b.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    13/27

    Tes Fiksasi Komplemen

    Berbagai prosedur untuk menentukan adanya interaksiantigen-antibodi dengan cara mengukur penurunan kadar

    komplemen dalam serum, setelah dipaparkan pada bahan

    yang akan diperiksa. Test fiksasi komplemen hanya

    dapat dipakai bila reaksi antigen antibodi benar-benar

    mengikat komplemen. Cara dipengaruhi oleh berbagai

    faktor kesulitan teknik maupun imunologik dan hanya

    dipakai bila tidak ada cara lain yang lebih baik.

    Komplemen

    Teknik radioimunoassay dan imunodifusi

    memungkinkan untuk menentukan kadar setiap

    komponen komplemen termasuk komponen dalam jalur

    alternatif. Sebagian besar pemeriksaan ini terutamadipakai dalam penelitian. Untuk keperluan klinik,

    penetapan aktivitas komplemen secara umum biasanya

    sudah memadai. Cara yang paling mudah adalah

    menentukan hemolisis lengkap dari eritrosit domba

    dalam suatu reaksi yang memerlukan komplemen.

    Dalam hal ini eritrosit domba dilapisi dengan antibodi

    yang hanya dapat bereaksi dengan antigen bila ada

    komplemen, sehingga derajat hemolisis eritrosit dapat

    dipakai sebagai ukuran untuk aktivitas komplemen. Hasil

    tes dinyatakan dengan unit CH50, yang menyatakan

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    14/27

    pengenceran serum tertinggi yang dapat menghancurkan

    separuh dari jumlah eritrosit yang dipakai pada test.Setiap laboratorium harus menentukan nilai rujukan

    sendiri karena hasilnya akan berbeda pada kondisi yang

    berlainan misalnya perbedaan dalam kadar antibodi dan

    eritrosit yang dipakai, cara penyimpanan, elektrolit dan

    suhu.

    Kadar C3 dan C4 masing-masing dapat ditentukan

    dengan cara imunodifusi radial. Cara ini memerlukan

    waktu 24-36 jam, disamping itu hasilnya menunjukkan

    variasi akibat aktivitas komplemen in vivo dan cara

    penanganan spesimen yang berbeda-beda.

    Aktivitas komplemen meningkat pada berbagai penyakit

    tetapi jarang dirasakan perlu untuk mencari kelainan

    pada komplemen. Komplemen merupakan protein faseakut, kadarnya meningkat pada inflamasi, analog dengan

    peningkatan LED dan CRP pada keadaan yang sama.

    Penetapan komplemen lebih sering diperlukan untuk

    mengetahui ada tidaknya penurunan aktivitas

    komplemen.

    Penurunan aktivitas komplemen

    Komplemen dikonsumsi pada reaksi antigen-antibodi,

    khususnya reaksi yang membentuk kompleks imun.

    Penurunan CH50 biasanya terdapat pada penyakit

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    15/27

    imunologis sistemik terutama SLE dan glomerulonefritis

    akibat kelainan imunologis. Pada SLE penurunan kadarkomplemen dan peningkatan titer anti-DNA

    menunjukkan adanya glomerulonefritis akut dan pada

    saat penyakit tenang kadar komplemen biasanya kembali

    normal. Pada penyakit kolagen-vaskuler yang lain seperti

    skleroderma dan artritis reumatoid. Kadar komplemen

    biasanya menurun waktu penyakit kambuh. Banyak jenis

    vaskulitis dan artritis diakibatkan oleh pembentukan

    kompleks imun, penurunan titer CH50 sering

    memastikan adanya kompleks imun khususnya yang

    menyertai beberapa jenis infeksi seperti hepatitis B,

    Streptokokus, Mononukleosis infeksiosa dan penyakit

    parasit.

    Pada hipotensi akut yang tidak diketahui sebabnya, kadarkomplemen dalam serum biasanya rendah, hal ini

    menunjukkan adanya aktivitas sistem imun secara

    menyeluruh atau adanya aktivitas melalui jalur alternatif.

    Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal

    misalnya aktivasi granulosit dalam sirkulasi sistemik

    atau sirkulasi paru-paru, interaksi heparin dan protamin

    dan aktivasi sistem bradikinin. Penderita artritis

    reumatoid sering menunjukkan penurunan aktivitas

    komplemen dalam cairan sendi, walaupun kadar

    komplemen dalam serum normal.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    16/27

    Ada kemungkinan terjadi defisiensi komplemen secara

    spesifik tetapi hal ini jarang dijumpai. Penyakit autoimunsering dijumpai pada penderita dengan defisiensi salah

    satu komponen komplemen, sedangkan defisiensi C3

    merupakan predisposisi umum untuk penyakit infeksi.

    Infeksi Neisseria yang menyeluruh dapat terjadi bila ada

    defisiensi C6, C7 atau C8. Pada defisiensi setiap

    komponen komplemen, penetapan CH50 menunjukkan

    nilai nol.

    UJI FIKSASI KOMPLEMEN

    Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-

    antibodi, komplemen yang ada dalam serum dapat diikat

    atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi

    tersebut, dan bahwa komplemen dapat diaktivasi olehkompleks erithrosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan

    eritrosit tersebut melisis.

    Kenyataan ini dipakai untuk menggunakan komplemen

    sebagai salah satu bahan untuk penetapan antigen

    maupun antibodi. Pengujian ini didasarkan atas reaksi

    yang terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pertama dimana

    sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks

    antigen-antibodi, dan tahap kedua dimana komplemen

    yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang

    telah dilapisi hemolisin. Banyaknya komplemen yang

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    17/27

    tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang

    mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua,secara tidak langsung merupakan parameter untuk

    antibodi atau antigen yang diperiksa.

    Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipercaya, semua

    reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus disesuaikan

    satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titer

    yang optimal. Oleh karena itu sebelum melaksanakan

    pemeriksaan pada sampel penderita, terlebih dahulu

    dilakukan uji pendahuluan untuk menstandarisasi titer

    hemolisin dan titer komplemen yang dipakai pada sistem

    uji ini.

    Titer hemolisin ditentukan oleh pengenceran tertinggi

    hemolisin yang masih dapat melisiskan eritrosit

    berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan

    sampel penderita dipakai 2 unit.

    Oleh karena uji fiksasi komplemen melibatkan suatu

    sistem yang terdiri atas berbagai reaktan, disamping

    titrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan

    harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau

    faktor yang meningkatkan aktivasi komplemen

    (antikomplemen atau prokomplemen). Untuk keperluan

    ini, pada titrasi komplemen diikutsertakan antigen dan

    antigen kontrol, serta pada pemeriksaan sampel selalu

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    18/27

    harus diikutsertakan kontrol serum positif maupun

    negatif. Suatu hasil pemeriksaan, baru bisa dipercayaapabila semua reaktan pada sistem ini terkontrol dengan

    baik.

    Uji fiksasi komplemen dipakai pertama kali oleh

    Wassermann, Neisser dan Bruck untuk menentukan

    diagnosis Sifilis (Test Wassermann), akan tetapi

    kemudian prinsip pengujian yang sama dipakai juga

    dalam diagnosis serologik berbagai penyakit lain,

    diantaranya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

    parasit, seperti Trypanosoma, Schistosoma, serta

    penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti

    virus Hepatitis B, Herpes, Rotavirus, Rubella dan lain-

    lain.

    Uji Fiksasi Komplemen untuk penetapan antibodi

    terhadap virus

    Peralatan dan bahan yang diperlukan (cara mikro)

    1. Peralatan yang dipakai sama seperti untuk teknik

    mikrohemaglutinasi

    2. Kit reagens (Behring) terdiri atas antigen virus,

    komplemen, eritrosit domba, hemolisin dan larutan

    penyangga.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    19/27

    Cara kerja :

    I. Uji Pendahuluan

    1. Titrasi hemolisin

    a. Sediakan 9 tabung reaksi. Masukkan kedalam tabung

    pertama dan seterusnya larutan penyangga dengan

    volume seperti pada gambar.

    b. Masukkan 1,0 ml hemolisin yang telah diencerkan

    1:100 kedalam tabung pertama, lalu campur kemudian

    pindahkan 1 ml kedalam tabung berikutnya, demikian

    seterusnya hingga tabung terakhir.

    c. Sediakan 12 tabung, kemudian kedalam 9 tabung

    pertama dimasukkan masing-masing 0,2 ml larutan

    hemolisin dari tabung-tabung permulaan. Tabung 10-12

    dipakai untuk kontrol erithrosit.d. Kedalam tabung 1-9 dimasukkan 0,1 ml komplemen

    yang sudah diencerkan 1:30, 0,2 ml suspensi eritrosit 2%

    dan 0,5 ml larutan penyangga.

    e. Kedalam tabung 10-12 masukkan 0,2 ml suspensi

    eritrosit 2% dan 0,8 ml larutan penyangga.

    f. Campur lalu inkubasikan tabung-tabung tersebut pada

    suhu 37OC selama 30 menit.

    g. Perhatikan adanya hemolisis dan tentukan tabung

    dengan pengenceran hemolisis tertinggi yang

    menyebabkan hemolisis lengkap. Pengenceran ini

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    20/27

    disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan sampel penderita

    dipakai 2 unit.h. Pembuatan sistem hemolitik

    Campur eritrosit 2% sama banyak dengan hemolisin

    yang titernya 2 unit. Biarkan dalam suhu kamar selama

    minimal 10 menit sebelum dipakai.

    2. Titrasi Komplemen

    a. Sediakan 3 baris tabung yang jumlahnya masing-

    masing 8 buah. Kedalam tabung-tabung baris I

    masukkan larutan penyangga, komplemen dan larutan

    antigen, lalu campur

    b. Lakukan hal yang sama pada tabung baris ke II dan ke

    III, hanya sebagai pengganti antigen, kedalam tabung

    baris II dimasukkan antigen kontrol dan kedalam tabungbaris ke III dimasukkan larutan penyangga.

    c. Inkubasikan semua tabung dalam penangas air dengan

    suhu 37OC selama 30 menit.

    d. Masukkan sistem hemolitik (1h) kedalam semua

    tabung sebanyak 0,2 ml. Campur dan inkubasikan lagi

    pada suhu 37OC selama 30 menit.

    e. Perhatikan hemolisis yang terjadi dan tentukan

    pengenceran komplemen tertinggi yang menyebabkan

    hemolisis lengkap. Apabila hemolisis lengkap pada

    ketiga baris tabung terjadi pada pengenceran komplemen

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    21/27

    yang sama, berarti semua reaktan pada sistem ini baik.

    f. Pengenceran tertinggi komplemen yang dapatmenyebabkan hemolisis lengkap disebut 1 unit dan

    dipakai 2 unit untuk pengujian.

    II. Pemeriksaan sampel

    Pada setiap pemeriksaan selalu harus diikutsertakan

    kontrol antigen, kontrol sistem hemolitik, kontrol

    eritrosit dan kontrol komplemen.

    Serum penderita terlebih dahulu diinaktifkan dalam

    penangas air dengan suhu 56OC untuk menghilangkan

    komplemen yang ada dalam serum, sehingga satu-

    satunya sumber komplemen hanya yang dibubuhkan

    pada pengujian dan diketahui titernya.

    1. Sampel

    Pakai satu baris sumur untuk sampel pertama (sampel

    akut) dan satu baris lain untuk sampel kedua

    (konvalesen).

    a. Masukkan ke dalam sumur 1 dan sumur 4-12 larutan

    penyangga sebanyak 25 ul.

    b. Masukkan ke dalam sumur 1-4 sampel yang terlebih

    dahulu telah diencerkan 1:5 sebanyak 25 ul.

    c. Buat pengenceran serum mulai sumur 4 sampai 12

    dengan mikrodiluter.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    22/27

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    23/27

    diuraikan dibawah ini :

    Masukkan ke dalam sumur 1 dan 2 larutan penyanggasebanyak 50 ul dan komplemen sebanyak 25 ul.

    4. Kontrol eritrosit

    Masukkan ke dalam sumur 3 dan 4 larutan penyangga

    sebanyak 75 ul dan sistem hemolitik sebanyak 50 ul.

    5. Kontrol komplemen

    a. Masukkan ke dalam sumur 5-12 larutan penyangga

    sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 5-8 antigen virus

    sebanyak 25 ul dan kedalam sumur 9-12 antigen kontrol

    sebanyak 25 ul.

    b. Buat pengenceran komplemen dalam tabung terpisah

    sehingga memperoleh larutan komplemen 2 unit, 1,5unit, 1,0 unit dan 0,5 unit.

    c. Masukkan ke dalam sumur 5 dan 9 komplemen 2 unit

    sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 6 dan 10 komplemen

    1,5 unit sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 7 dan 11

    komplemen 1,0 unit sebanyak 25 ul dan ke dalam sumur

    8 dan 12 komplemen 0,5 unit sebanyak 25 ul.

    d. Campurlah reaktan dalam setiap sumur.

    6. Plate ditutup dengan plate lain kemudian

    diinkubasikan pada suhu 4-6OC selama 18 jam dalam

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    24/27

    kotak yang lembab (diberi kain basah).

    7. Keesokkan harinya, biarkan plate dalam suhu kamar

    selama 15 menit, kemudian masukkan ssitem hemolitik

    ke dalam semua sumur.

    8. Kocok, lalu inkubasikan pada suhu 37OC selama 15-

    30 menit.

    9. Reaksi dianggap selesai bila telah timbul hemolisis

    lengkap dalam sumur yang berisi komplemen 2 dan 1,5

    unit, hemolisis tak lengkap dalam sumur berisi

    komplemen 1 unit dan tidak ada hemolisis dalam sumur

    berisi komplemen 0,5 unit.

    10. Perhatikan hemolisis yang terjadi pada sumur-sumur

    berisi sampel dan nyatakan pengenceran tertinggi sampel

    yang tidak menyebabkan hemolisis.

    Penafsiran

    1. Adanya reaksi positif (tidak ada hemolisis) berarti

    dalam serum terdapat antibodi terhadap virus

    bersangkutan.

    2. Titer antibodi dalam serum tunggal belum memastikan

    apakah ada infeksi atau pernah divaksinasi.

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    25/27

    3. Untuk mengetahui adanya infeksi diperlukan

    pemeriksaan serum ganda, yaitu 2 sampel yang diperolehpada masa akut dan masa konvalesen dengan jarak

    waktu 2 minggu. Suatu kenaikan titer sebanyak 4 kali

    merupakan indikasi adanya infeksi.

    4. Reaksi positif pada kontrol antigen berarti dalam

    serum antibodi terhadap zat-zat nonspesifik yang

    menyertai antigen. Untuk memastikan, titrasi terhadap

    serum diulang dengan menggunakan kedua jenis antigen

    secara paralel. Adanya antibodi spesifik dapat dipastikan

    bila titernya terhadap antigen virus 4 kali titer terhadap

    antigen kontrol.

    5. Serum kontrol yang diperoleh dari binatang, kadang-

    kadang mengandung antibodi terhadap antigen kontrol

    hingga dapat menimbulkan hemolisis.

    Uji fiksasi (penambatan) komplemen didasarkan pada adanya antibodi penambatan

    komplemen di dalam serum. Adanya komplemen menyebabkan antibodi ini melisis sel-sel.

    Tujuan uji fiksasi komplemen adalah untuk menentukan ada atau tidaknya antibodi spesifik

    di dalam serum. Uji ini terdiri dari dua sistemyaitu sebagai berikut.

    1. Sistem penambatan komplemen

    Dalam sistem ini serum, suspense bakteri (antigen lain), dan komplemen dicampurkan.

    Bila antigen dan antibodi dari dalam serum itu bergabung, maka komplemen itu dinyatakan

    tertambat.

    Karakteristika Sistem Komplemen adalah sebagai berikut.

    * Komplemen adalah nama yang diberikan terhadap suatu seri protein(plasma) yang terdiri

    dari 21 protein

    * Mekanisme kerja sistem ini seperti proses pembekuan darah yang membentuk suatu

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    26/27

    sistem enzim yang terstimulasi dalam plasma yang kebanyakan adalah proteinase-

    proteinase.

    * Ciri spesifik sistem ini : menghasilkan suatu respon yang cepat dan bertingkat terhadapsuatu stimulus yang dapat berupa kompleks imun.

    * Protein plasma yang diberi simbol C diikuti dengan angka, menunjukkan nomor penemuan

    komplemen tersebut, bukan suatu nomor urutan reaksi.

    * Protein komplemen utama yaitu : C1 (q,r,s), C2, C3, C4 ,dst hingga C9, faktor B, faktor D,

    faktor H, properdin,dll.

    * Pada setiap tahap aktivasi selalu dihasilkan suatu aktivitas enzim baru yang juga

    komponen komplemen.

    * Produk reaksi pertama berlaku sebagai katalis enzimatik yang mengaktifkan komponen-

    komponen selanjutnya, demikian seterusnya hingga dihasilkan suatu respon bertingkat yang

    menyerupai cascade. Kerja ini menyerupai air terjun yang terus berlangsung tanpa bisadihentikan di tengah-tengah reaksi. Fragmen enzim diberi nama a dan b misalnya C2a dan

    C2b.

    * Pusat katalitik sistem ini berada pada C3.

    * Akhir dari aktivitas komplemen adalah : terbentuknya suatu pori fungsional pada

    membran sel di mana komplemen tersebut melekat, kemudian terjadi perubahan

    konformasi fosfolipid sel yang menyebabkan lisis dan berakhir dengan kematian sel. Hal ini

    disebut MAC (membrane attack complex).

    Sistem Komplemen terdiri dari tiga jalur yaitu sebagai berikut.

    * Jalur Klasik. Jalur ini diawali dengan stimulasi dari kompleks antigen-antibodi yang

    kemudian mengaktivasi C1q, C1r, C1s, ketiga komponen ini menghasilkan komponen

    enzimatik yang menstimulasi C4, C4 menghasilkan komponen enzimatik yang

    menstimulasiC2, komponen C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan

    menstimulasi C3 Convertase (pusat katalitik sistem komplemen).

    * Jalur MB-Lecitin. Jalur ini diawali oleh stimulasi dari kompleks manosa binding protein

    pada permukaan patogen yang kemudian menstimulasi MBL, MASP-1, MASP-2. Ketiga

    komponen ini kemudian mnghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi C4, (seperti

    halnya pada jalur klasik) C4, C4 menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasiC2,

    komponen C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan menstimulasi C3

    convertase (pusat katalitik sistem komplemen).

    * Jalur Alternatif. Jalur ini diawali oleh stimulasi dari permukaan patogen yang mengandung

    LPS (Lipopolisakarida) yang kemudian langsung menstimulasi C3, C3 menghasilkan

    komponen enzimatik yang menstimulasi faktor B, faktor B menghasilkan komponen

    enzimatik yang menstimulasi fakator D, faktor D kemudian menghasilkan komponen

    enzimatik yang akhirnya mensimulasi C3 convertase.

    Setelah Ketiga jalur tersebut mengaktivasi C3 Convertase, C3 convertase ini kemudian

  • 8/10/2019 pembahasan komplemen

    27/27

    menghasilkan C3a, C5a dan C3b. C3a, C5a kemudian menstimulasi peptida mediator untuk

    inflamasi dan menstimulasi rekrutmen sel fagositik. C3b kemudian berikatan dengan

    reseptor komplemen pada sel fagositik dan kemudian menstimulasi opsonisasi danpenghilangan kompleks imun. Selain itu, C3b juga menstimulasi komponen terminal

    komplemen yang kemudian terjadi reaksi cascade : menstimulasi C5b, C6,C7,C8,C9 dan

    akhirnya membentuk Membran attack complex dan menyebabkan lisis pada patogen.

    Persamaan atara ketiga jalur tersebut adalah sebagai berikut.

    o Ketiganya sama-sama akan mengaktivasi pusat katalitik sistem komplemen yaitu C3;

    Ketiganya pada akhirnya akan menginduksi C9; dan ketiganya sama-sama membentuk

    membran attack complex.

    Perbedaan atara ketiga jalur tersebut adalah sebagai berikut.

    o Stimulus yang menginduksi masing-masing jalur berbeda-beda. Jalur Lecitin distimulasi

    oleh kompleks antigen antibodi, Jalur MB-Lecitin distimulasi oleh kompleks manosa-bindingLecitin, dan Jalur Alternatif distimulasi LPS (lipopolisakarida) dari permukaan patogen.

    o Komponen yang distimulasi oleh stimulus masing-masing jalur berbeda. Jalur Lecitin

    selanjutnya mengaktivasi C1q,C1r,C1s, C4 dan C2, jalur MB Lecitin selanjutnya mengaktivasi

    MBL, MASP-1, MASP-2, C4 dan C2, dan jalur alternatif mengaktivasi C3, B,dan D.

    2. Sistem indikator hemolitik

    Antibody hemolitik (hemolisin)dibuat dengan cara mengimunisasi kelinci dengan sel-sel

    darah merah biri-biri. Serum dari kelinci yang sudah diimunisasi dengan sel biri-biri ini

    dicampur dengan sel-sel darah merah biri-biri. Bila komplemen tertambat digunakan di

    dalam reaksi antibodi uji dan atigen maka tidak akan terjadi hemolisis. Oleh sebab itu, reaksi

    hemolitik meninjukan uji negatif. Ini menunjukan bahwa semua reaktan didalam uji fiksasi

    komplemen harus disesuaikan dengan tepat.

    Uji fiksasi komplemen terutama bermanfaat bila kombinasi antara antigen uji dan

    antibodi tidak menimbulkan reaksi kasat mata seperti yang terjadi pada aglutinasi dan

    presipitasi. Uji fiksasi komplemen ini banyak digunakan secara luas di dalam diagnosis

    laboratories penyakit menular, termasuk penyakit yang disebutkan oleh bakteri, virus,

    protozoa, dan cendawan. Salah satu penerapan yang diketahui paling baik dari uji ini adalah

    uji Wasserman untuk sifilis, meskipun uji ini telah diganti oleh uji-uji lain.