Upload
trankhanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED
LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM
REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Kimia
Oleh:
SEPTI APRILIA
S831008052
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED
LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM
REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
SEPTI APRILIA
(S831008052)
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof.Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 195201161980031001
………………
……………
Pembimbing II Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 195101021975011001
……………….
……………
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH ( PROBLEM BASED
LEARNING ) DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM
REAL DAN VIRTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIK DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun oleh :
SEPTI APRILIA
(S831008052)
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 195209151976032001
Sekretaris Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 196811241994031001
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 195201161980031001
2. Prof. Dr. H. Ashadi
NIP 195101021975011001
Surakarta, Oktober 2011 Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195708201985031004 NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Septi Aprilia
NIM : S831008052
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran
Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan
Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari Kemampuan
Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi
Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun
Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2011
Yang membuat pernyataan,
Septi Aprilia
NIM. S831008052
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat, sementara esok adalah
cita-cita yang indah dan sekarang adalah kenyataan yang sedang terjadi”
(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)
Yakinlah bahwa segala sesuatu yang diberikan
Allah kepada kita adalah yang terbaik.
(Septi Aprilia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
à Teristimewa untuk papa dan mamaku tercinta, terimakasih yang telah membesarkanku,
mendidikku, mendoakanku, memberiku semangat, cinta dan kasih sayang, serta mengajariku
arti hidup. Segala perjuangan dan pengorbanan yang telah kalian lakukan tak akan
terlupakan dan semoga Allah SWT membalas semua jasamu.
à Kedua Adikku Tersayang, Lita Andes Clara dan Adi Guna Aji W yang selalu memberikanku
keceriaan dan semangat.
à Guru-guruku yang telah membimbingku, mengajariku dan memberikanku ilmu yang insya
Allah sangat bermanfaat.
à Seluruh keluarga besar yang turut membantu keberhasilanku.
Almamaterku tercinta............
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul :
Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan
Menggunakan Laboratorium Real dan Laboratorium Virtual ditinjau dari
Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran
Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMAN 1
Boja Tahun Pelajaran 2010/2011) dengan baik.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu pada Program
Pascasarjana UNS ini.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas dan
dukungannya dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Selaku
Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan
pendidikan dan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing II penyusunan tesis atas bimbingan
dan arahannya dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah mencurahkan segala ilmunya.
6. Kepala SMAN 1 Boja, guru beserta karyawan yang telah memberikan ijin
tempat dalam penelitian ini.
7. Dinas Pendidkan Kabupaten Boja, yang telah memberikan rekomendasi
penelitian.
8. Kepala SMAN 1 Limbangan, yang telah memberikan tempat untuk
melaksanakan uji coba instrumen penelitian.
9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya
dalam menghadapi perkuliahan dan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
ABSTRAK ........................................................................................................... xix
ABSTRACT ............................................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 9
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 10
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS .......... 14
A. Kajian Teori .............................................................................................. 14
1. Pembelajaran Kimia ............................................................................ 14
2. Teori Belajar ....................................................................................... 15
3. Problem Based Learning (PBL) ......................................................... 21
4. Media Pembelajaran ............................................................................ 28
5. Laboratorium Real .............................................................................. 30
6. Laboratorium Virtual .......................................................................... 31
7. Kemampuan Matematik ...................................................................... 33
8. Gaya Belajar ........................................................................................ 34
9. Prestasi Belajar Kimia ......................................................................... 37
10. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ....................................... 40
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 48
C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 52
D. Hipotesis ................................................................................................... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 62
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 62
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 63
C. Metode Penelitian .................................................................................... 65
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 67
1. Variabel Bebas .................................................................................... 67
2. Variabel Moderator ............................................................................. 68
3. Variabel Terikat .................................................................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 69
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 69
G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................................. 70
1. Uji Coba Instrumen Tes ...................................................................... 70
2. Uji Coba Instrumen Angket ................................................................ 79
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 82
1. Uji Prasarat Analisis............................................................................ 82
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 92
A. Deskripsi Data .......................................................................................... 92
1. Data Kemampuan Matematik Siswa ................................................... 92
2. Data Gaya Belajar Siswa ..................................................................... 96
3. Data Prestasi ...................................................................................... 101
B. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................................. 108
1. Uji Normalitas ................................................................................... 108
2. Uji Homogenitas ............................................................................... 111
C. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 113
1. Uji Anava .......................................................................................... 113
2. Uji Lanjut Anava ............................................................................... 116
D. Pembahasan ............................................................................................ 122
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 136
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 138
A. Kesimpulan ............................................................................................ 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Implikasi Hasil Penelitian ....................................................................... 142
1. Implikasi Teoritik .............................................................................. 142
2. Impliksi Praktis ................................................................................. 142
C. Saran ....................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 145
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar Nilai Prestasi Siswa Tahun 2009-2010 ........................................ 2
Tabel 2.1 Bentuk Masalah PBL ............................................................................ 23
Tabel 2.2 Sintak untuk PBL .................................................................................. 24
Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning ....................................................... 25
Tabel 3.1 Jadual Penelitian .................................................................................. 62
Tabel 3.2 Hasil Uji Kesamaan Rerata .................................................................. 65
Tabel 3.3. Tata Letak Rancangan Data Penelitian ................................................ 66
Tabel 3.4 Kategori Validitas Butir Soal ............................................................... 71
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrument Tes ..................................................... 72
Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas Butir Soal ............................................................ 74
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Tes ................................................... 74
Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaran .................................................................. 75
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes .......................................... 76
Tabel 3.10 Kategori Indeks Daya Pembeda ................................................ 78
Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrument Tes ........................... 78
Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Angket ...................................... 80
Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket ............................................. 82
Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif ............................................................. 84
Tabel 3.15 Desain Data Prestasi Afektif .............................................................. .86
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa ................................... 93
Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah .............. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang
Menggunkan Laboratoium Real ........................................................... 94
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang
Menggunkan Laboratoium Virtual ....................................................... 95
Tabel 4.5 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa ..................................................... 96
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Real .. 97
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Laboratorium Virtual 98
Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ........................................................ 101
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium
Real .................................................................................................... .101
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas
Laboratorium Virtual ...................................................................... .102
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan
Kemampuan Matematik ................................................................. 103
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Gaya
Belajar Siswa ................................................................................... 103
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Kemampuan Matematik
dan Gaya Belajar Siswa ................................................................... 104
Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media, Kemampuan
Matematik dan Gaya Belajar Siswa ................................................. 104
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif ......................................................... 105
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium
Real .................................................................................................. 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium
Virtual. ............................................................................................. 106
Tabel 4.18 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Kemampuan
Matematik ........................................................................................... 107
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar
Siswa ................................................................................................... 107
Tabel 4.20 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Kemampuan Matematik
dan Gaya Belajar Siswa ...................................................................... 107
Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media, Kemampuan
Matematik dan Gaya Belajar Siswa ................................................... 108
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif ............................................. 109
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif ............................................... 110
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif .......................................... 112
Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif ............................................ 112
Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Kognitif ......................... 113
Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Afektif ........................... 115
Tabel 4.28 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1 ................................................... 117
Tabel 4.29 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2 ................................................... 118
Tabel 4.30 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Kognitif ............... 118
Tabel 4.31 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Afektif ................. 119
Tabel 4.32 Tabel Hasil Uji Lanjut Anava Scheffe Prestasi Kognitif ................. 120
Tabel 4.33 Tabel Hasil Uji Rata-Rata Hipotesis 5 ............................................. 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Larutan Jenuh Basa ........................................................................... 41
Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium Real 94
Gambar 4.2.Histogram Kemampuan Matematik pada Kelas Laboratorium
Virtual ................................................................................................ 95
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas
Laboratorium Real ............................................................................. 99
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas
Laboratorium Real ............................................................................ 99
Gambar 4.5 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Laboratorium
Virtual .............................................................................................. 100
Gambar 4.6 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas
Laboratorium Virtual ....................................................................... 100
Gambar 4.7 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Real .................. 102
Gambar 4.8 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual .............. 103
Gambar 4.9 Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real .................... 105
Gambar 4.10 Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual ............ 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus……………………………………………………. 150
Lampiran 2 Rpp Laboratorium Real………………………………………. 152
Lampiran 3 Rpp Laboratorium Virtual……………………………………. 172
Lampiran 4 Lks Laboratorium Real………………………………………. 192
Lampiran 5 Lks Laboratorium Virtual…………………………………… 215
Lampiran 6 Kunci Jawaban Evaluasi Lks……………………………. 235
Lampiran 7 Kisi-Kisi Tes Prestasi Kognitif…………………………... 244
Lampiran 8 Lambar Soal Tes Prestasi Kognitif……………………….. 249
Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif………………………... 256
Lampiran 10 Kisi-Kisi Penyusunan Angket Afektif……………………. 257
Lampiran 11 Pedoman Penskoran Penilaian Afektif ………………....... 259
Lampiran 12 Angket Penilaian Aspek Afektif…………………………. 260
Lampiran 13 Kisi-Kisi Kemampuan Matematik Siswa………………… 264
Lampiran 14 Petunjuk Penilaian Kemampuan Matematik Siswa……… 266
Lampiran 15 Lembar Tes Kemampuan Matematik Siswa……………... 267
Lampiran 16 Kunci Jawaban Kemampuan Matematik Siswa………….. 271
Lampiran 17 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar………………… 272
Lampiran 18 Pedoman Penskoran Angket Gaya Belajar………………. 274
Lampiran 19 Angket Gaya Belajar……………………………………... 275
Lampiran 20 Analisis Hasil Uji Coba Tes Kognitif……………………. 281
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 35 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen ................................ 322
Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian ................................................ 323
Lampiran 21 Analisis Hasil Uji Coba Tes Afektif……………………... 283
Lampiran 22 Analisis Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Matematika….. 285
Lampiran 23 Analisis Hasil Uji Coba Gaya Belajar Siswa…………….. 287
Lampiran 24 Uji T (Kesamaan Rerata)…………………………………. 289
Lampiran 25 Data Induk Penelitian…………………………………….. 292
Lampiran 26 Uji Normalitas Prestasi Kognitif…………………………. 296
Lampiran 27 Uji Normalitas Prestasi Afektif…………………………... 299
Lampiran 28 Uji Homogenitas Prestasi Kognitif………………………. 302
Lampiran 29 Uji Homogenitas Prestasi Afektif………………………... 305
Lampiran 30 Hasil Pengujian Hipotesis………………………………... 308
Lampiran 31 Uji lanjut ANAVA……………………………………….. 310
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Foto Penelitian…………………………………………….
Surat Ijin Uji Coba Instrumen…………………………….
Surat Ijin Penelitian……………………………………….
313
320
321
[
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRAK
Septi Aprilia, S831008052, 2011, “Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Menggunakan Laboratorium Real dan Virtual ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa” (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA Semester II SMA N 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011). Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning dengan menggunakan media laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik, gaya belajar siswa dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2010/2011. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas, kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium virtual dan real. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan matematik siswa, sedangkan angket untuk prestasi belajar afektif dan gaya belajar siswa. Pengujian hipotesis menggunakan Anova tiga jalan sel tak sama dengan desain faktorial 2x2x2.
Dari hasil olah data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh penggunaan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar afektif siswa, 2) ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar afektif siswa, 3) ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 4) tidak ada interaksi antara media dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 5) ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa, tetapi tidak ada interaksi antara media dan gaya belajar terhadap prestasi belajar afektif siswa, 6) tidak ada interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, 7) tidak ada interaksi antara media, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
Kata Kunci :Metode PBL dengan Media Lab. Real dan Virtual, Kemampuan Matematik, Gaya Belajar, Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
ABSTRACT
Septi Aprilia, S831008052, 2011, "Problem Based Chemistry Learning Using Real and Virtual Laboratory Viewed from Mathematical Ability and Student Learning Styles" (Case Study on Solubilities and Solubility Products of Chemical-Learning in the class of XI IPA of Semester II State of Senior High School 1 Boja Academic Year 2010/2011). Advisor 1: Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd., Advisor 2 : Prof. Dr. H. Ashadi. Thesis: Science Education Program, Postgraduate program, Surakarta Sebelas Maret University.
The purposes of the research were to know the effect of Problem Based Learning method using real and virtual laboratory, mathematical ability, student learning styles and their interaction toward student achievement.
The research used experimental method. The population was all of the students in grade XI IPA, SMAN 1 Boja Academic Year 2010/2011. The Sample was obtained by cluster random sampling and consisting of two classes, XI IPA 1 and XI IPA 2, which used virtual and real media respectively. The data of students’ cognitive achievement and mathematical ability were collected using achievement tests method. The data of affective students’ achievement and student learning style were collected using questionnaire. The data was analyzed using three ways Anova with 2x2x2 factorial design.
Based on the results of data analysis can be concluded that: 1) there was an effect of real and virtual laboratory toward students’ cognitive achievement but there was not effect of real and virtual laboratoty toward students’ affective achievement, 2) there was an effect of mathematics ability toward students’ cognitive achievement but there was no effect of mathematical ability toward students’ affective achievement, 3) there was the effect of learning style toward students’ cognitive and affective achievement, 4) there was no interaction between media and mathematical ability toward student’s cognitive and affective achievement, 5) there was an interaction between media and learning styles toward students' cognitive achievement but there was no interaction between media and learning styles toward students' affective achievement, 6) there was no interaction between mathematical ability and learning style toward students’ cognitive and affective achievement, 7) there was no interaction among media, mathematical ability, and learning styles toward students’ cognitive and affective achievement. Keywords: Problem Based Learning with Real and Virtual Laboratory, Mathematical Ability, Learning Styles, Cognitive and Affective Achievement, Solubilities and Solubility Products.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai
pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan. Di dalamnya terdapat kegiatan
pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari seluruh rangkaian proses
pendidikan di sekolah. Menurut Syaiful Sagala (2008:3) ” Pendidikan ialah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup, dan umumnya pengajaran dilakukan disekolah sebagai lembaga formal”.
Jadi, kualitas pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia
yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global.
Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek
subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional yang
melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.
Kurikulum yang digunakan untuk saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau biasa disebut dengan KTSP. Dengan sistem ini diharapkan
penilaian dapat menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian tidak hanya
menitikberatkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mancakup ranah afektif dan
psikomotor. Berdasarkan KTSP, siswa harus memiliki kompetensi dalam semua
mata pelajaran setelah proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama
materi kimia yang bersifat hitungan seperti : termokimia, laju reaksi,
kesetimbangan kimia, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, akan tetapi
diantara prestasi yang didapatkan tersebut yang paling dianggap sulit adalah
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal tersebut terbukti dari prestasi
belajar siswa yang masih rendah, salah satunya terjadi di SMAN 1 Boja. Prestasi
belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun pelajaran 2008-
2009 masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mencapai nilai ≥ 70, yang ditunjukkan pada
tabel. 1.1. di bawah ini :
Tabel 1.1. Daftar Nilai Prestasi Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di SMAN 1 Boja Tahun Pelajaran 2008-2009
No Kelas Nilai rata-rata nilai ≤ KKM (%)
1. XI IPA 1 67,24 47,62
2. XI IPA 2 68,47 52,38
3. XI IPA 3 61,02 90,24
Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan, dikarenakan kegiatan pembelajaran kimia yang
berlangsung di kelas masih menitikberatkan kepada guru sebagai pemeran utama
dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberi informasi,
sedangkan peserta didik hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofan Amri (2010:139) :
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang dipandang masih belum efektif, guru masih terjebak dalam praktik mengajar yang cenderung membosankan. Dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara siswa berada pada posisi yang tidak berdaya, pendekatan dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, biasanya hanya mengandalkan bentuk ceramah.
Metode yang seperti ini, dapat mengakibatkan siswa cenderung malas dan tidak
aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka lebih terbiasa menerima informasi
tanpa berusaha untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki.
Sementara, orientasi pembelajaran kimia perlu lebih ditujukan kepada peran aktif
siswa untuk belajar dan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini
berarti harus ada perubahan dalam proses pembelajaran kimia, yakni dari yang
semula guru menetapkan apa yang akan dipelajari (teacher centered) menjadi
bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa (student centered).
Selain itu, di SMAN 1 Boja sudah memiliki laboratorium yang lengkap,
seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, bahasa, dan lain-lain. Namun,
laboratorium tersebut khususnya laboratorium kimia jarang dipergunakan dalam
proses pembelajaran, dengan alasan alat dan bahan yang dipergunakan untuk
media pembelajaran tidak lengkap, bahkan banyak alat-alat yang sudah rusak
karena usia yang sudah terlalu tua atau kurangnya perawatan. Oleh karena itu,
perlu diadakan penanganan secara nyata dari guru agar laboratorium yang ada
dapat dimanfaatkan dan dipergunakan dengan baik, karena kegiatan pembelajaran
di laboratorium memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran
kimia. Dengan proses belajar yang dilakukan di laboratorium, siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
melakukan dan mengamati percobaan secara langsung sehingga diharapkan siswa
akan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menemukan sendiri konsep-
konsep materi yang sedang mereka pelajari. Di samping pemanfaatan
laboratorium IPA yang kurang maksimal disekolah, fasilitas lain seperti
laboratorium komputer (labkom) juga belum dipergunakan secara maksimal
dalam proses pembelajaran. Fasilitas elektronik canggih ini kebanyakan baru
dipergunakan sebagai media pembelajaran salah satu mata pelajaran tertentu
seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja. Jika kita lihat faktanya,
ilmu pengetahuan dan teknologi itu mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin maju,
untuk itu siswa perlu dibekali kompetensi yang memadai supaya siswa dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan atau inovasi dalam memasuki dunia
teknologi.
Pada beberapa tahun terakhir, tidak sedikit materi pembelajaran yang
dapat disampaikan dengan menggunakan media komputer. Menurut Azhar
Arysad (2006:15) ”pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa”. Dengan menggunakan komputer siswa
menjadi lebih termotivasi karena penggunaan komputer mempunyai tampilan
yang menarik seperti gambar, warna, dan musik. Selain itu, media komputer
dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Penggunaan media
komputer dalam proses pembelajaran mengajarkan tentang konsep-konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam bentuk audio dan visual, dan pada
akhirnya penggunaan komputer dapat menjadi pilihan yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang efektif dikelas untuk menunjang keberhasilan
dalam pembelajaran kimia.
Berdasarkan beberapa uraian permasalahan di atas, dalam proses
pembelajaran strategi maupun metode pembelajaran mempunyai peranan yang
sangat penting. Dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, guru harus
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, dan fasilitas-media yang
tersedia, karena memang dalam membelajarkan konsep kimia yang kompleks,
sangat penting bagi guru untuk memperhatikan sifat dan karakteristik materi
bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Ada banyak pilihan metode
pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan konsep kimia yang bersifat
abstrak, namun belum banyak dipraktikkan oleh para guru di kelas, antara lain:
metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL) Inkuiri, CTL,
peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah dengan menggunaan metode
Problem Based Learning (PBL). PBL merupakan salah satu pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Melalui PBL
diharapkan prestasi belajar kimia siswa dapat lebih baik dan meningkat. Hal
tersebut mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Johannes Strobel &
Angela van Barneveld (2009: 53-55) yang menyatakan bahwa siswa yang diajar
dengan PBL mengungguli siswa yang diajarkan dengan cara tradisional. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penelitian tersebut menunjukkan prestasi belajar siswa lebih baik apabila
menggunakan metode PBL. Selain penggunaan metode, agar lebih efektif dan
menarik perhatian siswa dapat menggunakan berbagai media antara lain animasi,
modul, peta konsep, komik, laboratorium real, laboratorium virtual dan lain-lain.
Media pembelajaran yang digunakan tentu saja harus memperhatikan kondisi
siswa dan kondisi sekolah. Guru sebagai fasilitator harus dapat menentukan
media pembelajaran apa yang sesuai.
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
laboratorium real dan laboratorium virtual. Dengan menggunakan kedua media
ini maka fasilitas laboratorium seperti laboratorium IPA dan laboratorium
komputer dapat dimanfaatkan dengan baik dan prestasi siswa akan lebih baik jika
dibandingkan dengan prestasi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
ceramah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Cengiz Tuysuz (2010:37-
53), yaitu menyebutkan bahwa “dengan menggunakan laboratorium virtual
mengakibatkan dampak positif terhadap prestasi dan sikap siswa dibandingkan
dengan menggunakan metode tradisional”.
Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain dipengaruhi metode dan
media pembelajaran, juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang mempunyai
pengaruh dalam proses belajar mengajar. Faktor internal siswa antara lain adalah
kreativitas, kemampuan matematik, sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi belajar,
dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk melihat dari kemampuan
matematik siswa, karena kemampuan matematik sangat diperlukan dalam
mempelajari kimia terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kebanyakan bersifat hitungan. Namun, sejauh ini guru sangat jarang
memperhatikan aspek-aspek tersebut. Guru hanya fokus pada penyampaian
materi tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menguasai materi kimia.
Selain kemampuan matematik, tingkatan daya serap siswa dalam
menerima pembelajaran sudah pasti berbeda-beda, ada siswa yang menerima
pelajaran dengan cepat, sedang dan ada yang lambat. Sebagian siswa dapat
menerima pelajaran dengan mudah ketika guru menulis dipapan tulis dengan
demikian siswa dapat membaca dan memahaminya, tetapi ada siswa yang lebih
suka guru mereka dengan lisan, karena mereka dapat mendengarkan untuk bisa
memahaminya, tetapi ada pula siswa yang cenderung melakukan gerakan pada
saat guru memberikan pelajaran. Dengan kata lain, setiap siswa memiliki gaya
belajar tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran hingga
menghasilkan suatu bentuk pengetahuan. Gaya belajar tersebut berupa gaya
belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar taktual atau kinestetik, dan
selama ini guru kurang memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Bertolak dari uraian di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian
tentang pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
menggunakan media laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar
kimia siswa baik aspek kognitif, maupun aspek afektif bagi siswa yang
mempunyai kemampuan matematik dan gaya belajar yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang dianggap sulit
oleh siswa, hal itu ditunjukkan dengan rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang
rendah, dan masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mendapat nilai ≥ 70.
2. Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
3. Proses pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas saat ini masih menitik
beratkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran.
4. Pada proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode yang
konvensional (metode ceramah).
5. Pada faktanya banyak sekolah yang mempunyai fasilitas laboratorium lengkap
terutama laboratorium IPA, namun laboratorium tersebut masih jarang
dipergunakan pada proses pembelajaran.
6. Pemanfaatan fasilitas lain seperti laboratorium komputer juga belum
dipergunakan secara maksimal pada proses pembelajaran terutama
pembelajaran kimia.
7. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran kimia yang belum tepat,
inovatif, dan kreatif.
8. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan
konsep kimia namun belum banyak dipraktikkan oleh para guru di kelas, antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL), inkuiri,
CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain.
9. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang memberikan peluang
yang luas kepada siswanya, sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan
pembelajaran, dan guru hanyalah sebagai fasilitator. Metode pembelajaran
tersebut adalah metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual, tetapi guru kurang memperhatikan
pemilihan metode yang tepat dan masih menggunakan metode konvensional.
10. Keberhasilan dalam pembelajaran kimia, selain ditentukan oleh metode dan
media pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan matematik yang dimiliki
siswa, namun guru kurang dalam mengembangkan sikap tersebut.
11. Selain kemampuan matematik, guru belum memperhatikan gaya belajar siswa
yang berbeda-beda.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan
terarah pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
metode Problem Based Learning (PBL).
2. Proses pembelajaran dibatasi pada pengamatan langsung (laboratorium real)
dan pengamatan melalui komputer (laboratorium virtual) yang sudah
dipersiapkan oleh guru disertai lembar kerja siswa.
3. Kemampuan matematik siswa dibatasi pada kemampuan matematik tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan rendah yang diperoleh dengan pemberian tes sebelum proses belajar
mengajar berlangsung.
4. Gaya belajar siswa dalam menerima informasi pelajaran dibatasi pada gaya
belajar visual dan kinestetik, gaya belajar audiotorial tidak dilibatkan dalam
penelitian ini karena metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium
real dan laboratorium virtual, siswa tidak banyak mendengar informasi dari
pendengaran.
5. Prestasi belajar berupa tes hasil belajar kimia pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan, prestasi belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan
aspek afektif.
6. Pembelajaran kimia dibatasi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
\
D. Perumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL)
menggunakan lab real dan lab virtual terhadap prestasi belajar kimia pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
2. Adakah pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
3. Adakah pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar
kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab
real dan lab virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi
belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
5. Adakah interaksi metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan lab
real dan lab virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
6. Adakah interaksi antara kemampuan matematik dan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
7. Adakah interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL)
menggunakan lab real dan lab virtual, kemampuan matematik dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan Problem Based Learning (PBL) menggunakan
laboratorium real dan virtual terhadap prestasi belajar kimia pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
2. Pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi
belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
6. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan..
7. Interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan.
F. Manfaat Penelitian
[[[[[[[[[
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai guru: Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode dan
pembelajaran yang sesuai dengan siswanya.
b. Bagi sekolah: Sebagai referensi untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran
khususnya kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Bagi perkembangan pembelajaran kimia: Sebagai bahan kajian bagi penelitian
lain yang menggunakan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan virtual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa: memberikan pengalaman kepada siswa tentang pembelajaran
dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium
real dan virtual.
b. Bagi guru :
1. Memberikan pengalaman kepada guru tentang pelaksanaan metode
Problem Based Learning (PBL) menggunakan media laboratorim real dan
virtual
2. Sebagai masukan bagi guru dalam mendesain model pembelajaran yang
berorentasi pada guru sebagai fasilitator.
3. Sebagai bahan masukan guru dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan media komputer.
4. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar
memperhatikan kemampun matematik yang berbeda pada siswanya.
5. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar agar
memperhatikan gaya belajar yang berbeda pada siswanya.
c. Bagi Sekolah : Memaksimalkan fasilitas pembelajaran kimia sehingga
pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A/A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kimia
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) belajar dapat
didefinisikan sebagai “suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari kedua pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri melalui pemecahan masalah serta dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Seseorang dikatakan belajar jika telah mengalami perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan atau pemahaman
(kognitif), sikap atau nilai (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena
itu, kegiatan pembelajaran perlu: (1). berpusat pada peserta didik;
(2). mengembangkan kreativitas peserta didik; (3). menciptakan kondisi
menyenangkan, (4). menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science.
Menurut Sastrawijaya (1988:33),”Pembelajaran kimia harus memberikan
wawasan mengenai cara berpikir ilmiah dan memberikan pengalaman kerja kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
nyata dan merangsang siswa berpikir ilmiah melalui kerja praktek di
laboratorium”. Berati dalam proses pembelajaran kimia tidak cukup hanya dengan
menghafal materi saja, tetapi lebih menekankan keterampilan dan teknik
pemecahan masalah dengan cara melakukan praktek di laboratorium, sehingga
siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung, dan siswa akan lebih
mengerti tetang materi yang sedang dipelajari.
2. Teori Belajar
Teori belajar yang relevan dengan penelitian ada beberapa teori
belajar,antara lain :
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme sangat berpengaruh dalam pembelajaran kimia.
Teori belajar menurut pandangan Konstruktivisme menyatakan bahwa anak tidak
menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi anak secara aktif
membangun pengetahuannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2007:13) Teori
belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Jadi,
dalam proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuan
sendiri.
Menurut teori kontruktivis untuk membangun suatu pengetahuan baru,
peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dimilikinya melalui interaksi dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Melalui metode PBL dengan menggunakan laboratorium real dan virtual siswa
belajar secara berkelompok dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang
sedang dihadapi melalui proses praktikum sehingga siswa dapat membangun
konsep sendiri berdasarkan pada pembelajaran yang mereka lakukan.
b. Teori belajar kognitif menurut Piaget
Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss (1896-1980) yang dikenal
sebagai pelopor aliran kontruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang perkembangan individu. Menurut Jean Piaget dalam Syaiful
Sagala (2008 : 24) terdapat dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan
pertumbuhan kognitif anak yaitu: (1). proses assimilation dimana dalam proses ini
menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia
ketahui dengan mengubahnya bila perlu; (2). proses accomodation yaitu anak
menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih
baik.
Pemikiran lain dari Jean Piget dalam Ratna Wilis (1989:152)
menemukakan bahwa perkembangan individu meliputi empat tahap, yaitu (1).
sensory motor (0-2 tahun) yaitu anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan; (2). pre
operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan
operasi matematika seperti menambah mengurangi dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(3). concrete operational (7-11 tahun) tahap ini merupakan permulaan anak mulai
berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-
materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris berubah
menjadi sensioenris; dan (4). formal operational (11 tahun keatas) anak pada
periode ini dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk
operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode
ini ialah ia tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-
peristiwa yang konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam sampel,
metode dan media pembelajaran yang digunakan, dimana sampel yang digunakan
adalah siswa kelas XI dengan rata-rata berumur 15-17 tahun. Pada usia ini anak
mengalami tahapan perkembangan operasional formal, dimana siswa sudah
mampu bekerja secara sistematis, menganalisis hasil, dan menarik kesimpulan.
Sementara metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode berbasis
masalah dengan laboratorium real dan virtual, dimana siswa dapat bekerjasama
secara efektif dan sistematis, serta dapat menganalisis dan membuat kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan secara berkelompok.
Berdasarkan uraian tersebut, maka metode PBL sesuai dengan teori belajar
yang dikemukakan oleh Piaget. Laboratorium real dan virtual yang digunakan
dapat membantu siswa dalam proses menemukan konsep dan informasi yang
sesuai dengan pola berfikir anak yang sudah mampu berfikir abstrak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Teori Belajar Menurut Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang telah
mengembangkan suatu pendekatan perilaku yang elektik mengenai psikologi
belajar. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (1998:17) “belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas disebabkan :
(1). stimulus yang berasal dari lingkungan; (2). proses kognitif yang dilakukan
oleh pelajar”. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap
dan nilai. Dengan demikian belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan yang telah melewati proses informasi dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menurut Gagne terdapat tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu: (1). motivasi; (2). pengenalan ; (3). pemerolehan; (4). penyimpanan;
(5). ingatan kembali; (6). generalisasi; (7). perlakuan dan (8). umpan balik (Ratna
Wilis,1989:134) . Pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
dalam penelitian ini dimulai dengan menganalisa tujuan instruksional
pembelajaran, pada setiap pembelajaran siswa harus aktif. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah PBL menggunakan laboratorium real dan
virtual dengan harapan siswa dapat mengerti tentang konsep kelarutan dan
hasil kali kelarutan yang dipelajari secara langsung melalui langkah demi
langkah proses pembelajaran dengan bimbingan lembar kegiatan siswa,
sehingga siswa dapat menghubungkan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
yang dipelajari sebagai hasil belajar pada kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Teori Belajar David Ausubel
Ratna Wilis Dahar (1989: 112) menyatakan bahwa “Inti dari teori Ausubel
tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1968)”. Bagi Ausubel, belajar
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel
dan juga Novak (1977) dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 115), ada tiga kebaikan
dari belajar bermakna, antara lain: a) informasi yang dipelajari secara bermakna
lebih lama dapat diingat; b) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan
diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip; c) informasi yang dilupakan sesudah subsumsi
obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah
belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.
Selanjutnya, dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 116) dikemukakan bahwa
“Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel
(1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu”. Prasyarat-prasyarat
dari belajar bermakna adalah materi yang akan dipelajari harus bermakna secara
potensial dan anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk
melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar
bermakna (meaningful learning set). Kebermaknaan materi pelajaran secara
potensial tergantung pada dua faktor, yaitu materi itu harus memiliki
kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam
struktur kognitif siswa. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
materi yang nonarbitrer dan substantif. Yang dimaksud dengan materi yang
nonarbitrer ialah materi yang ajek (konsisten) dengan apa yang telah diketahui.
Sedangkan yang dimaksud dengan materi tersebut harus substantif berarti materi
itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah arti.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari teori belajar
bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna
jika guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya
dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Pada
penelitian ini menggunakan metode PBL dengan media real dimana dengan
media yang digunakan tersebut siswa dapat mengenal obyek yang diamati secara
langsung dalam mendapatkan konsep yang bermakna. Jika dilihat dari
karateristiknya, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang
bersifat hitungan, sehingga guru dalam menyajikan materi pelajaran tentang
kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat menghubungkannya dengan konsep
kemampuan matematik yang relevan dalam struktur kognitif siswa.
e. Teori Belajar Sosial
Teori Belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku, Teori
ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian
besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-
proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita dapat memahami
bagaimana kita dapat belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial
“ manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, tetapi jjuga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
“dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi fungsi psikologi diterangkan
sebagai interaksi yang continue dan timbal balik dari determinan-determinan
pribadi dan determinan-determinan lingkungan” (Bandura dalam Ratna Wilis
(1989:27).
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa implikasi dari teori Bandura
dalam pembelajaran adalah upaya menciptakan tatanan pembelajaran dengan
dibentuk kelompok-kelompok belajar dengan tingkat kemampuan berbeda.
Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar
individu.
3. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata, Salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa adalah model Problem
Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Dutch dalam Taufiq
Amir (2010 : 21) memberi definisi bahwa “PBL merupakan metode instruksional
yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok
untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata”. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa. Sementara
pengertian metode PBL menurut Arends (2008 : 41) adalah “Suatu metode yang
memiliki esensi yang melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan
bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investogasi dan penyelidikan
siswa”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dari kedua pengertian di atas, Problem Based Learning (PBL) dapat
didefinisikan sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam metode Problem
Based Learning (PBL), fokus pembelajaran terletak pada masalah yang dipilih
sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan
dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.
Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan
masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar
yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam
pemecahan masalah.
a. Hakikat Masalah dalam PBL
Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya,
jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, PBL memberikan
kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data
secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping itu, tingkat
kesukaran masalah juga harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh David H. Jonassen &
Woei Hung (2008: 21-22), menyatakan bahwa “tingkat kesukaran masalah
memainkan peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua
jenis metode pembelajaran yang menggunakan masalah”. Masalah dengan tingkat
kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya,
sementara tingkat kesukaran masalah yang tidak tepat dapat melebihi kesiapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembelajar dan menyebabkan kegagalan. Tujuan dari menilai tingkat kesukaran
masalah adalah untuk membantu peneliti mengidentifikasi jenis masalah yang
paling efektif digunakan dalam PBL.
Metode PBL dalam penelitian ini menekankan siswa untuk dapat
memecahkan masalah yang dimunculkan oleh guru pada awal pembelajaran.
Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
antara lain dengan laboratorium real dan virtual. Masalah yang diangkat juga
disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari, yakni tentang
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Menurut Taufik Amir ( 2010 : 34) mengemukakan bentuk masalah dalam
PBL, antara lain terdapat pada Tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1. Bentuk masalah dalam PBL
Fitur dari masalah Hal-hal yang perlu diperhatikan Karakteristik · Seperti apa relevansinya terhadap siswa?
· Seperti apa relevansinya terhadap dunia nyata? · Seperti apa tingkat kompleksivitas dan kesulitannya? · Apakah penyelesaiannya hanya menurut pemahan satu
topik, atau penyelesaiannya menurut integrasi multitopik atau bahkan multidisiplin ilmu?
· Seberapa terbuka solusi masalahnya? · Apakah masalah cukup “mengembang” (ill-
structured)? · Apakah cukup mengundang rasa ingin tahu? · Apakah cukup menantang dan menciptakan motivasi? · Apakah cukup membuat pemelajar harus
memanfaatkan pengetahuan terdahulunya dan mendapatkan informasi baru?
Lingkungan belajar dan sumber materi
· Sejauh mana masalah yang dapat menstimulasi kerjasama kelompok?
· Apakah perlu tuntutan mendapatkan sumber materi? · Data/ informasi seperti apa yang dituntut dari sumber
materi? Pelaporan dan presentasi
· Adakah sekenario dari penyelesian masalah? · Sejauh mana rincian laporan dan presentasi yang harus
dibuat?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Tahapan-tahapan PBL
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. Arends (2008: 57)
menjelaskan sintak PBL yang tersaji / dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah ini :
Tabel 2.2. Sintak untuk PBL
Fase
Perilaku Guru
Fase 1 Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa
Guru membahas tujuan pelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan
penting dan memotivasi siswa untuk
terlibat dalam kegiatan untuk mengatasi
masalah.
Fase 2 Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya.
Fase 3 Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen dan mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4 Mengembangkan dan
mempresentasikan
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan seperti
laporan, dan model-model dan
membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
Fase 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap proses-proses yang
mereka gunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tabel 2.2 menjelaskan tahapan PBL melalui lima sintak atau langkah.
Masing-masing langkah dijabarkan sesuai dengan pengertiannya. Sementara itu,
Tabel 2.3 berikut ini menjelaskan tahapan PBL melalui enam langkah menurut
pendapat John Dewey dalam Wina Sanjaya (2007: 217) menjelaskan 6 langkah
PBL, yaitu:
Tabel 2.3 Tahapan Problem Based Learning
Tahapan
Keterangan
1. Merumuskan masalah Langkah siswa menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
2. Menganalisis masalah Langkah siswa meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis Langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data Langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5. Pengujian hipotesis Langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah
Langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Secara umum, kedua pendapat tersebut tidak jauh berbeda atau hampir
sama. Pada penelitian ini, tahapan PBL yang digunakan disarikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menggabungkan kedua pendapat yang ada. Dari kedua pendapat ahli mengenai
langkah-langkah PBL tersebut maka secara umum PBL dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini : (1). memberikan orientasi tentang permasalahan
kepada siswa, guru menyajikan tujuan pembelajaran dalam bentuk masalah atau
pertanyaan, siswa mengemukakan pendapat atau opini dari masalah itu;
(2). mengorganisasikan siwa untuk meneliti permasalahan, Guru membantu siswa
untuk mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya; (3). mengumpulkan data dan menganalisisnya, Guru
mengarahkan siswa untuk melakukan pengumpulan data dari eksperimen/
pekerjaan siswa untuk mencari penjelasan dan solusi dari permasalahan,
kemudian data yang didapatkan tersebut di Tabelkan; (4). mengembangkan dan
menyajikan hasil penyelesaian masalah, data yang didapatkan tersebut dianalisis
dengan mengacu pada tujuan penyelesaian masalah, lalu mengambil kesimpulan
dan melakukan presentasi dari hasil penyelesaian masalah; (5). melakukan
evaluasi, guru melakukan evaluasi hasil dari suatu proses penyelesaian masalah
yang telah dilakukan oleh siswa.
c. Keunggulan dan kelemahan PBL
Sebagai suatu strategi pembelajaran, PBL memiliki beberapa keunggulan,
antara lain: (1). pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran; (2). pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa; (3). pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa; (4). pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata; (5). pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah tersebut juga dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya;
(6). melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja; (7). pemecahan
masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa; (8). pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru; (9). pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata;
(10). pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Disamping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, antara lain:
(1). manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba; (2). keberhasilan strategi pembelajaran melalui
pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3). tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kelemahan pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat diatasi dengan cara
selalu membangkitkan semangat, minat, dan motivasi siswa pada awal
pembelajaran. Guru perlu menekankan kepada siswa bahwa setiap masalah yang
ada, pasti ada jalan keluarnya dan dapat dipecahkan bersama-sama dengan
kelompoknya. Untuk itu, perlu adanya variasi kegiatan awal pembelajaran yang
menarik bagi siswa. Disamping itu, agar PBL dapat berjalan dengan baik maka
perlu persiapan yang cukup oleh guru.
4. Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode dan media pembelajaran, kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai. Media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Menurut Shofyan, “ media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara
guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan
berdayaguna”, (http://forum.upi.edu, diakses tanggal 31 Oktober 2010). Maka
dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian media adalah komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Adapun ciri-ciri umum media pembelajaran adalah : (1). media pembelajaran
memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat
keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca
indera; (2). media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa;
(3). penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio;
(4). media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik
di dalam maupun di luar kelas; (5). media pembelajaran digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran; (6). media
pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP) atau perongan
(misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video, recorder); (7). sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manjemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.
Manfaat positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pengajaran
di kelas adalah sebagai berikut: (1). penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima
pesan yang sama; (2). proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat
diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan; (3). pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi
siswa, umpan balik, dan penguatan; (4). lama waktu pengajaran yang diperlukan
dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam
jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa;
(5). kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan; (6). pengajaran dapat diberikan
kapanpun dan dimanapun; (7). sikap positif siswa terhadap apa yang mereka
pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; (8). peran guru dapat
berubah kearah yang lebih positif,dalam proses belajar mengajar. Dalam proses
pembelajaran pada penelitian ini menggunakan Media pembelajaran dengan
laboratorium real dan virtual.
5. Laboratorium Real
Laboratorium merupakan suatu tempat untuk melakukan percobaan untuk
melakukan pengamatan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat :
Laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan pengalaman belajar dimana siswa berinteraksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari jadi suatu laboratorium sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu serta sistem pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)”, (http://smileboys.blogspot.com/2008/05/ pengertian – laboratorium . html, diakses tanggal 1 november 2010).
Jadi, dalam pengertian yang khusus laboratorium adalah suatu ruangan
tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan agar siswa dapat
mendapatkan konsep berdasarkan pengalaman siswa selama proses pembelajaran
berlangsung sehingga laboratorium mempunyai peranan yang sangat penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sementara pengertian laboratorium
real adalah laboratorium khusus atau ruangan khusus yang dilengkapi dengan
alat-alat dan bahan-bahan nyata untuk melakukan percobaan, dalam laboratorium
real ini siswa benar-benar dihadapkan dengan benda-benda yang nyata. Peranan
laboratorium sudah lama dikembangkan dan dipergunakan dalam pembelajaran
IPA untuk mendukung proses pembelajaran, karena dengan melakukan percobaan
dilaboratorium dapat melibatkan siswa dalam pengalaman yang konkret terhadap
benda-benda dan konsep-konsep.
Kelebihan dari laboratorium nyata antara lain : (a). membuat siswa lebih
percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya; (b). dalam
membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari
hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia; (c). hasil-hasil
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Sedangkan Kekurangannya : (a). metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang
sains dan teknologi; (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal; (c). metode ini
menuntut ketelitian, keuletan dan ketabaha; (d). setiap percobaan tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu
yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
6. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual berbeda dengan laboratorium real, pada laboratorium
virtual alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan praktikum
adalah seperangkat komputer lengkap dengan software yang dirancang khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
untuk kegiatan eksperimen. Software ini berisi animasi- animasi alat bahan dan
desain untuk kegiatan eksperimen, dengan menggunakan media komputer sebagai
media pembelajaran, harus direncanakan secara sistematik agar pembelajaran dan
penggunaan komputer dapat berjalan dengan efektif. Pembelajaran dengan
menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar :
(1). menumbuhkan minat peserta didik; (2). menyampaikan materi baru;
(3). melibatkan peserta didik secara aktif; (4). mengevaluasi tingkat pemahaman
siswa; (5). menetapkan tindak lanjut.
Kelebihan dari laboratorium virtual, antara lain: (1). lebih efisien dan
efektif tidak menggunakan gedung dan alat-alat laboratorium yang rumit;
(2). siswa dapat mengulang kembali praktikum di rumah masing-masing jika
belum mengerti; (3). pengadaan laboratorium maya lebih murah dari pada sebuah
laboratorium nyata. Sedangkan kekurangan laboraorium virtual : (1). siswa tidak
dapat dapat meraba alat-alatnya secara nyata, sehingga psikomotor siswa kurang
terlatih dalam merangkai alat-alat praktikum; (2). keterampilan guru saat ini
dalam menggunakan IT masih kurang; (3). ketersediaan alat-alat IT di sekolah
masih kurang.
Berkenaan dengan masalah biaya, bagi sekolah penggunaan laboratorium
virtual tidaklah mahal, hal itu akan sangat terasa apabila alat dan bahan yang
dipergunakan untuk melakukan eksperimen di laboratorium real mahal (tidak
terjangkau). Untuk dapat mengaplikasikanya hanya dibutuhkan seperangkat
komputer dan softwarenya. Sedangkan menurut Bekir Bayrak (2007) mengatakan
bahwa “tidak ada perbedaan hasil belajar yang nyata antara arahan laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dengan arahan komputer”, artinya belajar dengan menggunakan komputer pada
laboratorium virtual sama efektifnya dengan belajar menggunakan laboratorium
real.
[[
7. Kemampuan Matematik
Menurut Yulia Kovas (2007), ada tiga kategori kemampuan matematik
(mathematical ability), yaitu : (1). understanding number, kemampuan tentang
pengoperasian angka dan proses aljabar untuk digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan hitungan; (2). non-numerical processes, kemampuan dalam
memahami proses matematika yang bukan angka dan memahami konsep-konsep
seperti perputaran atau pencerminan simetris dan operasi spasial lainnya;
(3). computation and knowledge, kemampuan untuk melakukan perhitungan
sederhana menggunakan metode kertas-pensil dan mengingat kembali fakta
matematika dan istilah-istilahnya.
Penelitian yang dilakukan John W Adam (2007) mengkaji tentang
perbedaan kemampuan matematik individu pada aspek : (1). genetics,
kemampuan matematik individu memiliki kaitan kuat dengan faktor genetic;
(2). cognition, perbedaan tingkat kemampuan matematik dapat dilihat dari
ketepatan penghitungan, individu yang tingkat ketepatan penghitungannya rendah
maka kaitan antar konsep dalam memori jangka panjangnya akan lemah;
(3). behavioral, tingkat rasa takut terhadap matematika akan mempengaruhi
kapasitas kerja otak. dan sikap terhadap matematika. Dari penjelasan ini dapat
dikatakan bahwa kemampuan matematik bersifat individual, artinya tiap individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
memiliki kemampuan matematik yang berbeda-beda. Kemampuan matematik
dapat dijadikan variabel dalam penelitian.
Dalam pembelajaran kimia SMA, kemampuan matematik sangat
diperlukan, terlebih yang terkait dengan kemampuan menyelesaikan perhitungan
dan pengoperasian angka (understanding number) yaitu kemampuan dalam
melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, operasi perkalian dan
pembagian, operasi hitung aljabar, operasi dalam bentuk akar, dan kesebandingan.
Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat
hitungan. Siswa agar mampu menyelesaikan soal hasil kali kelarutan tidak hanya
dituntut paham konsep, namun juga memiliki kemampuan berhitung yang baik.
8. Gaya Belajar
Pengertian gaya belajar menurut Bobi DePorter (2008 :112), “ gaya belajar
adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi”. Jadi, setiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Terdapat tiga modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas
visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita
belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu,
kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”. Adapun
karakteristik masing-masing gaya belajar antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Gaya belajar visual
Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata / penglihatan (visual), dalam hal ini metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan kepada
peragaan / media, antara lain menggunakan materi-materi visual seperti gambar,
diagram, gunakan warna untuk mengingat hal-hal penting, menggunakan
multimedia (contoh: komputer dan video). Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya
belajar visual antara lain: bicara agak cepat, lebih mengingat yang dilihat daripada
yang didengar, lebih suka membaca daripada dibacakan, memiliki masalah untuk
mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis.
b. Gaya belajar auditori (mendengar)
Bagi siswa yang mempunyai gaya belajar auditori, yang memegang
peranan penting adalah telinga/pendengaran (audio) dan lebih cepat dalam
menerima pelajaran dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa
yang guru katakana. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar auditori antara
lain: mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat. Strategi untuk
mempermudah belajar siswa auditori antara lain: ajak anak untuk ikut
berpartisipasi baik dalam kelas maupun dalam keluarga, dorong anak untuk
mempelajari materi pelajaran dengan keras, gunakan music untuk mengajarkan
anak, diskusikan ide dengan anak secara verbal dan biarkan anak merekam materi
pelajarannya kedalam kaset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Gaya belajar kinestetik
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk
diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik antara lain: berbicara perlahan,
penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan,
belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan
dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, menyukai
buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca,
menyukai permainan yang menyibukkan, dan menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah :
jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk
belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil
bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan
anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar dan gunakan warna
terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar
sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan
strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar.
Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
9. Prestasi Belajar Kimia
Setelah melakukan proses belajar mengajar kimia di kelas, untuk
mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses
belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Winkel
(2007:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya”, Jadi dengan adanya nilai dari guru dapat
diketahui apakah prestasi belajar siswa itu baik atau tidak. Penilaian ini bertujuan
untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah
dipelajari dan ditetapkan. Hasil belajar terdiri dari tiga domain, yaitu:
a. Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual
Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang
lebih kompleks, yaitu: (1). Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan
mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2). Pemahaman
(comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau
meringkas; (3). Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau
menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
konkret; (4). Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau
menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga
susunannya dapat dimengerti; (5). sintesis (synthesis), yaitu kemampuan
menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6). evaluasi
(evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai
Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada yang
lebih kompleks, yaitu: (1). penerimaan (receiving), merupakan kepekaan
menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala;
(2). penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang; (3). penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4). organisasi
(organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda
berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5). karakteristik nilai
(characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
c. Domain psikomotor, meliputi keterampilan motorik dan gerak fisik
Domain psikomotor mempunyai enam tingkatan dari yang sederhana
hingga yang lebih kompleks, maliputi: (1). persepsi (perception), berkaitan
dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2). kesiapan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pekerjaan (set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan, baik secara
mental, fisik, maupun emosional; (3). mekanisme (mechanism), berkaitan dengan
penampilan respons yang sudah dipelajari; (4). respons terbimbing (guided
respons), yaitu mengikuti atau mengulang perbuatan yang diperintahkan oleh
orang lain; (5). kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan
keterampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (6). keaslian (origination),
merupakan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi
yang dihadapi.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses
pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar
yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
(1). prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai siswa; (2). prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu siswa; (3). prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan; (4). prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi
pendidikan; (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau
kecerdasan siswa.
Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan
dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas
institusi pendidikan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada
pokok bahasan kelarutan dan hasil kalil kelarutan. Alat penilaian yang dalam
bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam aspek afektif, sedangkan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. “Alat
penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi
dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan keajegannya atau
reliabilitasnya”, (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan evaluasi atau penilaian.
Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes yang baik harus memenuhi
kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya.
10. Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
a. Pengertian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam
sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Untuk zat yang tergolong
mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalam gram per 100 gram air, untuk zat
yang tergolong sukar larut dinyatakan dalam mol L-1 sama dengan kemolaran.
Perak kromat (Ag2CrO4) merupakan contoh garam yang sukar larut dalam air.
Jika kita memasukkan sedikit saja Kristal garam itu kedalam segelas air kemudian
diaduk, kita akan melihat bahwa sebagian besar dari garam tidak larut
(mengendap di dalam gelas). Larutan perak kromat mudah sekali jenuh. Apakah
setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti? Ternyata tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat terdapat pada gambar 1
dibawah ini sebagai berikut :
Ag2CrO4(s) 2Ag+ (aq) + CrO42-
(aq)
Gambar 1. Larutan Jenuh Perak Kromat
Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang
sedikit larut disebut tetapan hasil kali kelarutan dan dinyatakan dengan lambang
Ksp. Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4, sesuai dengan
persamaan berikut ini :
Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]
Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam AxBy sebagai berikut :
AxBy(S) xAy+(aq) + yBx-(aq)
Ksp = [Ay+]2 [Bx-]y
b. Hubungan Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Pada reaksi kesetimbangan Ag2CrO4(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq) konsentrasi
kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam larutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4 , yang sesuai dengan stoikiometri reaksi (perbandingan
Ag+ + CrO4-
Ag2CrO4(s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
koefisien reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s, maka
konsentrasi Ag+ dalam larutan sama dengan 2 s dan konsentrasi ion CrO42- sama
dengan s.
Ag2CrO4(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CrO4
2-(aq)
s 2s s
Dengan demikian, nilai tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat dikaitkan
dengan nilai kelarutannya (s) sebagai berikut:
Ksp = [Ag+]2[CrO42-] = (2s)2 (s) = 4s3
Secara umum, hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut:
AxBy(s) ⇌ xAy+(aq) + y Bx-
(aq)
s xs ys
Ksp = [Ay+]x [Bx-]y
= (xs)x (ys)y
= xxyys(x+y)
c. Pengaruh Ion Senama terhadap kelarutan
Contoh pengaruh ion senama pada larutan elektrolit adalah pada larutan
jenuh Ag2CrO4, apakah yang akan terjadi apabila kedalam larutan jenuh itu kita
tambahkan larutan AgNO3 atau larutan K2CrO4? Dalam larutan jenuh Ag2CrO4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion-ion Ag+ dan ion-ion
CrO42-.
Ag2CrO4 2Ag+(aq) + CrO42-
(aq)
Penambahan larutan AgNO3 atau K2CrO4 akan memperbesar ion 2Ag+ atau ion
CrO42- dalam larutan.
AgNO3(aq) Ag+(aq) + NO3
-(aq)
K2CrO4(aq) 2K+(aq) + CrO4
2-(aq)
Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan,
penambahan ion Ag+ atau ion CrO42- akan menggeser kesetimbangan kekiri.
Akibat dari pergeseran itu, jumlah Ag2CrO4 yang larut mulai berkurang. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi
sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak
mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan selama suhu tidak berubah.
d. Pengaruh pH terhadap kelarutan
Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai
jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan
sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang
berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam
kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) pH dan kelarutan basa
Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa akan lebih sukar larut dalam
larutan yang bersifat basa daripada larutan yang bersifat netral.
Contoh : Membandingkan kelarutan basa dalam air dan dalam larutan yang
bersifat basa.
Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12. Tentukanlah kelarutan
Mg(OH)2 dalam:
a) akuades (air murni)
b) larutan dengan pH = 12
Jawab:
a) dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana:
[Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1
Mg(OH)2(s) ⇌ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
s s 2s
[Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
(s) (2s)2 = 2 x 10-12
4s3 = 2 x 10-12
s = 7,94 x 10-5 mol. L-1
jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 7,94 x 10-5 mol. L-1
b) dalam larutan dengan pH = 12
pH = 12 → pOH = 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
[OH-] = 1 x 10-2 mol. L-1
Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh, misalkan kelarutan
Mg(OH)2 = x mol. L-1
Mg(OH)2(s) ⇌ Mg2+(aq) + 2OH-
(aq)
x x 2x
konsentrasi ion OH- dalam larutan = 1 x 10-2 + 2x mol. L-1. Substitusi data ini ke
dalam persamaan tetapan konsentrasi Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai
berikut:
[Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
(x) (1 x 10-2 + 2x) = 2 x 10-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x << 1 x 10-2 , maka 1 x 10-2 + 2x ≅ 1 x 10-2.
Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:
(x) (1 x 10-2)2 = 2 x 10-12
x = 2 x 10-8
jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah
2 x 108 mol. L-1. Kelarutan ini kira-kira 4.000 kali lebih kecil daripada kelarutan
Mg(OH)2 dalam akuades.
2) pH dan Kelarutan Garam
Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan
HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut:
CaCO3(s) ⇌ Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
Dalam larutan asam, ion CO32- akan diikat oleh H+membentuk HCO3
- atau
H2CO3. H2CO3 selanjutnya akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan
menggeser kesetimbangan ke arah kanan. Dengan kata lain CaCO3 melarut.
3) pH dan kelarutan garam
Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam
larutan HCl. Fakta ini dapat diterangkan sebagai berikut, dalam larutan jenuh
CaCO3 terdapat kesetimbangan :
CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO3
2-(aq)
Dalam larutan asam, ion CO32- akan diikat oleh ion H+ membentuk HCO3
- atau
H2CO3. H2CO3 selanjutnya akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan
menggeser kesetimbangan diatas kekanan. Dengan kata lain, menyebabkan
CaCO3 melarut.
e. Reaksi Pengendapan
Kita dapat mengeluarkan suatu ion dalam larutannya melalui reaksi
pengendapan. Misalnya ion kalsium (Ca2+) dalam air sudah dapat dengan
menambahkan larutan Na2CO3. Dalam hal ini, ion Ca2+ akan bergabung dengan
ion carbonat (CO32-) membentuk CaCO3, suatu garam yang sukar larut, sehingga
mengendap.
Ca2+(aq) + CO3
2-(aq) CaCO3(s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Contoh lainnya yaitu mengendapkan ion Cl- dari air laut dengan menambahkan
larutan perak nitrat (AgNO3). Ion Cl- akan bergabung dengan ion Ag+ membentuk
AgCl yang sukar melarut.
Cl- (aq) + Ag+(aq) ⇌ AgCl(s)
Proses terjadinya pengendapan AgCl ketika larutan yang mengandung ion
Cl- ditetesi dengan ion Ag+. Apakah endapan AgCl langsung terbentuk begitu ada
ion Ag+ memasuki larutan? Kita ingat kembali bahwa AgCl dapat larut dalam air,
meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Artinya ion Ag+ dan ion Cl- dapat
berada secara bersama dalam larutan sehingga larutan itu jenuh, yaitu sampai hasil
kali [Ag+][Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila penambahan ion Ag+
dilanjutkan hingga hasil [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl maka kelebihan ion Ag+ dan ion
Cl- akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi pada penbahan larutan Ag+ ke
dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal sebagai berikut:
Jika [Ag+][Cl-] < Ksp AgCl, larutan belum jenuh.
Jika [Ag+][Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh.
Jika [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan).
Sebagai mana telah dipelajari ketika membahas kesetimbangan kimia,
hasil kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan
(bukan konsentrasi kesetimbangan) kita kenal dengan Qc. Jadi secara umum dapat
dikatakan bahwa:
Jika Qc < Ksp, larutan belum jenuh.
Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh.
Jika Qc > Ksp, larutan terjadi pengendapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Penelitian yang relevan
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, di
antaranya adalah :
1. Judul : Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah melalui Metode Proyek dan
Inkuiri ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa.
Peneliti : Septa Krisdiyanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Kesimpulan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran
berbasis masalah dengan menggunakan metode proyek dan inkuiri terhadap
prestasi belajar siswa, kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan
penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan penerapan
pembelajaran berbasis masalah tetapi pada penelitian ini membandingkan
antara dua metode dan memperhatikan kreativitas dan sikap ilmiah.
Perbedaannya terletak pada media pembelajaran yang digunakan, penulis
membandingkan media pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan
matematik dan gaya belajar siswa.
2. Judul : Pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL dengan
eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan
mempertimbangkan sikap ilmiah siswa pada materi pokok asam, basa dan
garam siswa kelas VII SMP N 3 Karanganyar. Peneliti : Titin Catur
Winarti, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas Sebelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Maret Surakarta, 2009. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan
eksperimen virtual lebih baik jika dibandingkan prestasi belajar siswa
dengan eksperimen laboratorium. Kesamaan antara yang dilakukan penulis
dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan pembelajaran
dengan laboratorium riil dan virtual dalam pengajaran kimia. Perbedaannya
terletak pada pendekatan pembelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan
yaitu asam basa dan garam, sedangkan penulis menggunakan materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
3. Judul : Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing menggunakan
Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil ditinjau dari Sikap Ilmiah dan
Gaya Belajar. Peneliti : Supi Iswari, Prodi Pendidikan Sains-Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Kesimpulan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa Pembelajaran
Inkuiri terbimbing dengan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dapat
menunjukkan perbedaan prestasi belajar. Dalam proses pembelajaran
konsep teoritis yang abstrak memerlukan media untuk memvisualisasikan
materi menjadi konkret. Sikap ilmiah dan gaya belajar siswa sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kesamaan antara yang dilakukan
penulis dengan penelitian di atas adalah penulis juga menerapkan
pembelajaran dengan laboratorium real dan virtual dalam pengajaran kimia,
sama-sama membahas gaya belajar siswa. Perbedaannya terletak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
metode pembelajaran yaitu penulis menggunakan metode Problem Based
Learning (PBL).
4. Judul : Pembelajaran Kimia melalui Metode TAI dan GI ditinjau dari
Kemampuan Awal dan Kemampuan Matematik Siswa. Peneliti : Mawan
Akhir Riwanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan matematik
tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap prestasi belajar siswa,
berarti dari analisa data dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
pengaruh pembelajaran dengan metode TAI dan GI yang disertai
kemampuan awal dan kemampuan matematik siswa tinggi memiliki prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal dan
kemampuan matematik yang rendah. Kesamaan antara penelitian yang
akan dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur
kemampuan matematik siswa, sementara perbedaannya terletak pada metode
pembelajajaran yang digunakan.
Hasil penelitian lain yang dipublikasikan secara internasional dalam bentuk
jurnal internasional menurut David H. Jonassen & Woei Hung yang berjudul “All
Problems are not Equal: Implications for Problem-Based Learning, The
Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat kesukaran masalah memegang peran penting dalam
efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menggunakan masalah. Masalah dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta
didik akan sesuai dengan kesiapan kognitifnya, sementara tingkat kesukaran
masalah yang tidak tepat dapat melebihi kesiapan pembelajar dan menyebabkan
kegagalan.
Penelitian yang lain menurut Lucilia Domingues, tahun 2010 yang
berjudul ” Virtual laboratories in (bio) chemical engineering education”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Informasi dan Komunikasi (ICT) telah
mendorong terciptanya gaya belajar baru dengan menggunakan laboratorium
virtual sebagai pelengkap atau pengganti sesi laboratorium, dengan laboratorium
virtual dapat mengatasi beberapa keterbatasan dari percobaan yang konvensional.
Kedua hasil penelitian yang dipublikasikan secara internasional di atas
menekankan pada proses penyelesaian masalah dalam pembelajaran. Tujuan
akhirnya yaitu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berbasis pada masalah. Sementara itu,
penelitian yang dilakukan oleh peneliti berusaha untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar
siswa namun dengan tidak mengabaikan hakikat kimia sebenarnya yang
merupakan satu kesatuan yang meliputi proses, produk, dan sikap.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka
pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang
dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1. Pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) baik dengan
laboratorium real maupun virtual terhadap prestasi belajar siswa.
Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan suatu materi
yang sebagian besar materinya bersifat abstrak. Pada umumnya siswa dalam
memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) cendrung belajar
dengan hafalan dari pada memahami konsep materi tersebut. Hal ini menyebabkan
sebagian besar materi ini menjadi lebih abstrak, sehingga siswa tidak dapat
mengenali konsep-konsep atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk
memahaminya, sehingga, siswa tidak memiliki pemahaman konsep kimia yang
bersifat dasar pada awal mereka mempelajari ilmu kimia. Akibatnya siswa tidak
mampu berpikir ilmiah terhadap peristiwa sehari-hari yang terjadi dalam dunia
nyata siswa. Hal ini tentu tidak sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran
kimia yaitu memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
sebab itu, agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka dapat
digunakan suatu metode Problem Based Learning (PBL) yang dilengkapi dengan
media laboratorium real dan virtual.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan laboratorium berarti memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan percobaan dan
meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan prestasinya, karena
dengan kegiatan laboratorium siswa dapat melakukan peragaan, simulasi,
pengukuran, dan pengamatan secara langsung untuk menggali potensi sesuai
dengan tuntutan dari standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
ditentukan dalam kurikulum. Guru dapat memfokuskan peranannya untuk
memfasilitasi, membimbing, mengarahkan, dan memotivasi siswanya untuk
menemukan jawaban dari permasalahan yang dituangkan pada lembar kerja siswa.
Menurut Ausebel ”Guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif
siswa melalui proses belajar yang bermakna”. Penggunaan laboratorium real
dalam pembelajaran kimia memiliki keunggulan obyek yang diamati merupakan
obyek yang nyata berada dalam lingkungan sehari-hari, dengan demikian siswa
dapat lebih mengenal obyek dan mendapatkan konsep yang bermakna. Sedangkan
kelemahan penggunaan laboratorium real adalah ketersediaan peralatan
laboratorium yang terbatas jumlahnya dan perlu persiapan yang lama untuk
melakukan pengamatan baik persiapan alat dan bahan, selain itu siswa masih
banyak mengalami kesulitan dalam menggunakan alat dan bahan percobaan.
Sementara siswa yang pembelajarannya menggunakan laboratorium
virtual, dalam melakukan percobaan tidak dihadapkan dengan alat dan bahan yang
nyata tetapi melalui komputer yang telah dilengkapi dengan software yang
didesain khusus untuk melakukan percobaan. Keunggulan dari penggunaan
laboratorium virtual adalah siswa lebih dapat menekuni materi yang disajikan,
karena siswa dapat dengan cepat mendapatkan materi yang diinginkan. Pada
media laboratorium virtual dapat dilakukan secara berulang-ulang tanpa
menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pengulangan sehingga siswa dapat
mengulang praktikum hingga mereka merasa paham. Akan tetapi kelemahan
penggunaan laboratorium virtual adalah tidak semua siswa dapat mengoperasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
komputer dengan baik, sehingga siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan
baik.
SMAN 1 Boja sudah mempunyai fasilitas laboratorium kimia yang
lengkap tetapi fasilitas tersebut jarang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran,
sehingga apabila kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
laboratorium siswa akan merasa kesulitan, karena tidak terbiasa melakukannya,
sehingga dimungkinkan memerlukan waktu yang lama untuk melakukan
peercobaan. Sementara laboratorium komputer yang tersedia di SMAN 1 Boja
memiliki jumlah komputer yang memadai untuk proses pembelajaran kimia,
dimana dengan jumlah komputer yang banyak siswa lebih dapat berkonsentrasi
dalam melakukan percobaan, dan jika melihat keadaan siswa di SMAN 1 Boja
rata-rata sudah mempunyai kompetensi yang memadai untuk mengoperasionalkan
komputer sehingga siswa dapat dengan lancar melakukan percobaan. Disamping
itu pula, siswa akan merasa lebih semangat karena media pembelajaran
laboratorium virtual mempunyai tampilan yang menarik, yang dilengkapi dengan
animasi-animasi dan gambar.
Dari pemikiran di atas diduga bahwa siswa yang pembelajarannya melalui
Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual memperoleh
prestasi belajar baik kognitif maupun afektif yang lebih baik daripada siswa yang
menggunakan laboratorium real.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kimia.
Ausebel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Proses belajar akan
mendatangkan hasil atau bermakna bila guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkan dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognitif siswa. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
merupakan materi yang bersifat hitungan. Sementara itu kemampuan matematik
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengoperasikan
bilangan dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan
kesebandingan. Siswa dengan struktur kognitif perhitungan yang baik, dapat
menghubungkan persoalan hitungan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
konsep perhitungan yang telah ada pada struktur kognitifnya. Siswa dengan
kemampuan matematik tinggi akan dapat melakukan perhitungan matematik
dengan cepat dan tepat. Kemampuan matematik yang tinggi dimungkinkan akan
membantu siswa dalam menyelesaikan soal hitungan yang ada dalam materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan , harapannya prestasi kognitif makin baik.
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi,
sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Siswa dengan
kemampuan matematik tinggi akan merasa senang dalam melakukan perhitungan-
perhitungan dalam soal kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini dapat
mendorong sikap positif terhadap pelajaran. Berbeda dengan siswa yang memiliki
kemamapuan matematik rendah, akan merasa terbebani dengan persoalan
perhitungan. Orientasi perasaan dan sikap ini akan mempengaruhi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
afektif siswa selama pembelajaran. Dari pemikiran di atas, diduga siswa yang
memiliki kemampuan matematik tinggi akan memiliki prestasi belajar ranah
kognitif dan afektif yang lebih baik dibanding siswa dengan kemampuan
matematik rendah.
3. Pengaruh Gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kimia.
Siswa memiliki kecenderungan dalam menerima dan mengolah informasi
selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan gaya belajar mereka
masing-masing. Siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung melakukan
proses belajar dengan penglihatan (visual), siswa yang seperti ini biasanya lebih
mengingat daripada yang didengar. Sementara siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh dan melakukan. Biasanya siswa
yang seperti ini cenderung lebih aktif pada saat proses pembelajaran.
Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan suatu materi yang
bersifat hitungan, jadi dalam mempelajari materi tersebut diperlukan latihan soal
secara terus menerus. Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai kegiatan
seperti menulis sehingga ketika mereka mengerjakan soal-soal mereka lebih
bersemangat, dan lebih mengingat materi pelajaran yang sedang dipelajari sehingga
diduga bahwa siswa yang memiliki gaya belajar yang kinestetik akan memperoleh
prestasi kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
gaya belajar visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
media laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran metode PBL menggunakan media pembelajaran dengan
kemampuan matematik sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa
dengan kemampuan matematik tinggi membutuhkan suatu media permbelajaran
yang sesuai untuk lebih mengasah kemampuannya tersebut. Oleh karena itu
pembelajaran dengan media laboratorium real dan virtual merupakan salah satu
media yang tepat untuk memfasilitasi siswa dengan karakteristik tersebut di atas.
Hal ini disebabkan karena prinsip dasar dari media pembelajaran dengan
menggunakan laboratorium real dan virtual menekankan pada pengalaman-
pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat menemukan konsep-
konsep ataupun membuktikan konsep-konsep dan prinsip melalui proses
praktikum sehingga dapat menghubungkan pengetahuan yang diterima dengan
pengetahuan awal yang dimiliki, sementara itu karateristik materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat hitungan.
Ditinjau dari kemampuan matematiknya, siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi jika diberikan perlakuan menggunakan media laboratorium
virtual akan mendapatkan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan menggunakan media
laboratorium real, Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah
memiliki prestasi yang sama-sama rendah ketika diberikan perlakuan dengan
laboratorium real maupun virtual, karena karakteristik materi kelarutan dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kali kelarutan bersifat hitungan, jadi kemampuan matematik sangat mendukung
dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi pada saat proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas diduga bahwa terdapat interaksi antara metode
Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media laboratorium real
dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa.
5. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
laboratorium real, laboratorium virtual dan gaya belajar memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
Media pembelajaran dan gaya belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa, siswa yang menggunakan media laboratorium real dengan gaya
belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang memiliki gaya belajar visual. Sedangkan, siswa yang menggunakan
laboratorium virtual dengan gaya belajar visual memiliki prestasi yang lebih baik
daripada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Jika dilihat dari gaya belajar siswa, siswa yang memiliki gaya belajar
visual jika diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual
akan mendapatkan pretasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa diberikan
perlakuan dengan menggunakan media laboratorium real, karena siswa yang
mempunyai gaya belajar visual cenderung lebih menyukai belajar dengan melihat
sehingga ketika diberikan media laboratorium virtual akan lebih bersemangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sedangkan, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik jika diberikan perlakuan
dengan menggunakan media laboratorium real akan mendapatkan prestasi yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan media laboratorium virtual, karena siswa yang mermiliki gaya
belajar kinestetik cenderung banyak bergerak, sehingga akan lebih bersemangat
ketika diberikan praktikum secara langsung di laboratorium. Berdasarkan uraian
ini diduga bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya
belajar terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa.
6. Interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar siswa
Kemampuan matematik dan gaya belajar merupakan faktor internal yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan matematik siswa
menunjukkan kemampuan dalam memecahkan persoalan dalam bentuk hitungan
sedangkan gaya belajar siswa menunjukkan kemampuan untuk menerima dan
menyerap informasi. Dari uraian tersebut, maka siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi dan gaya belajar kinestestetik akan memperoleh prestasi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
Sedangkan, siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya
belajar visual maupun kinestetik akan memperoleh prestasi yang sama-sama
rendah, dengan gaya belajar apupun tanpa didukung dengan kemampuan
matematik yang baik akan mendapatkan hasil yang kurang baik karena materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan bersifat hitungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan uraian ini diduga bahwa terdapat interaksi antara kemampuan
matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
7. Interaksi metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real
dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
Media pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan
penyelidikannya dengan inderanya sehingga siswa dapat menemukan dan
mengkonstruksi pengetahuannya. Jika siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi, gaya belajar kinestetik dan diberikan pembelajaran dengan
menggunakan laboratorium virtual maka prestasinya akan lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dan
gaya belajar visual. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematik
rendah dan diberikan pembelajaran dengan menggunakan laboratorium real
maupun virtual dengan gaya belajar apapun akan memiliki prestasi yang sama-
sama rendah. Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa terdapat interaksi antara
media pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam
penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui
laboratorium virtual dan real dan laboratorium virtual terhadap prestasi
belajar siswa.
2. Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
3. Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap
prestasi belajar siswa.
4. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan
laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
5. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
6. Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
7. Ada interaksi antara metode Problem Based Learning (PBL) dengan
laboratorium real dan virtual, kemampuan matematik dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA N 1 Boja pada tahun
pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan pada semester 2 (genap), dengan jadual
penelitian pada Tabel 3.1. dibawah ini :
Tabel 3.1. Jadual Penelitian
No Kegiatan Bulan / Tahun 2010-2011
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 9 10
1 Penyusunan proposal X
2 Pembimbingan proposal X X X
3 Penyusunan instrument X X
4 Seminar proposal X
5 Penyempurnaan
proposal
X X
6 Analilsis Uji Coba
instrument
X
7 Pelaksanaan penelitian X X
8 Pembimbingan
pengolahan data
X X
9 Penulisan laporan BAB
IV dan V
X X
10 Ujian tesis X
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan Tabel 3.1. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara
bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perizinan penelitian, dan konsultasi instrument
penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian, meliputi : uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang
disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan.
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMAN 1 Boja
tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya
kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-
kelompok yang ada dalam populasi. Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas
XI IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas
secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok sampel. Setelah diundi
secara acak, terpilihlah kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai kelompok sampel
dalam penelitian ini. Kelas XI IPA 1 diberikan perlakuan menggunakan media
laboratorium virtual dan pada siswa kelas XI IPA2 diberikan perlakuan
menggunakan media laboratorium real.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Diperlukan untuk dilakukan pengujian kesamaan rerata, agar hasil
eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat, bukan karena
pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rerata kedua kelompok sampel
digunakan uji t (t-test) dua pihak, berdasarkan hasil prestasi MID semester
sebelumnya. Adapun langkah-langkah uji t dua pihak adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa
kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok
eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan.
H1 = Ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa
kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok
eksperimen dua sebelum diberikan perlakuan.
2. Uji Statistik
Statistik uji t menggunakan compare mean dengan pendekatan
Independent-Samples T test. Ketentuan pengambilan kesimpulan yaitu H0 diterima
ketika P-value (2-tailed) > nilai a. Tingkat signifikansi (a) yang digunakan 0,05.
Untuk menghitung uji kesamaan rerata dilakukan dengan menggunakan
software program SPSS 15. Berikut ini hasil uji kesamaan rerata yang
ditunjukkan oleh Tabel 3.2. dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 3.2. Hasil Uji Kesamaan Rerata
Levene's Test t-test for Equality of Means
F T P value (2-tailed)
Prestasi kelas XI IPA 1
dan XI IPA 2 0.778 0,253 0.801
Sebelum dilakukan uji kesamaan rerata terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan homogenitas, ternyata kedua sampel ini menunjukkan uji tidak
normal dan homogen sehingga untuk pengambilan keputusan uji kesamaan rerata
digunakan equal variance assumed, dimana besarnya sig.(2-tailed) > 0,05
sehingga Ho diterima. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan rerata dapat
dilihat bahwa P value (2-tailed) = 0,801 > t = 0,253 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa
kelompok eksperimen satu dengan kemampuan awal siswa kelompok eksperimen
dua sebelum diberikan perlakuan.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen (experimental research). Dalam penelitian ini ada dua kelompok,
kelompok pertama diberi perlakuan dengan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan laboratorium real dan kelompok kedua diberi
perlakuan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan
laboratorium virtual. Untuk kelompok pertama dan kelompok kedua diasumsikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan media
pembelajaran, kemampuan matematik dan gaya belajar.
Suatu penelitian yang baik diperlukan rancangan yang baik dan tepat, baik
sasaran penelitian, instrument penelitian, serta faktor-faktor yang mungkin akan
mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan, artinya penelitian ini diharapkan
tidak menimbulkan kerancuan dan masalah dalam penetapan kesimpulan yang
diperoleh dari hasil penelitian benar-benar menggambarkan apa adanya tidak
dibuat-buat atau dimanipulasi. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan
factorial 2 x 2 x 2 dengan teknik analisis varians (Anova) yaitu suatu rancangan
penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan pembelajaran yang
menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real
dan metode Problem Based Learning (PBL) yang menggunakan laboratorium
virtual yang dihubungkan dengan kemampuan matematik tinggi dan kemampuan
matematik rendah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Tata letak
rancangan data penelitian disajikan dalam Tabel 3.3. di bawah ini :
Tabel. 3.3. Tata Letak Rancangan Data Penelitian
Metode PBL (A)
Lab. real (A1) Lab. virtual (A2)
Kem.Matematik
(B)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Gaya Belajar
(C)
Visual ( C1)
Kinestetik (C2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Keterangan :
A = Metode pembelajaran
A1 = Laboratorium real
A2 = Laboratorium virtual
B = Kemampuan matematik
B1 = Kemampuan matematik tinggi
B2 = Kemampuan matematik rendah
C = Gaya belajar
C1 = Gaya belajar visual
C2 = Gaya belajar kinestetik
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan metode
Problem Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real dan laboratorium
virtual.
a. Definisi Operasional :
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru
dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna
meningkatkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran kimia dengan metode Problem Based
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Learning (PBL) adalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
b. Simbol : A.
2. Variabel Moderator
Variabel Moderator pada penelitian ini adalah kemampuan matematik dan
gaya belajar siswa, yang dibatasi pada kemampuan matematik tinggi dan
kemampuan matematik rendah dan gaya belajar siswa yang dibatasi pada gaya
belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
a. Definisi Operasional
Kemampuan matematik adalah keadaan internal seseorang dalam
menyelesaikan perhitungan dan pengoperasian angka. Sedangkan gaya belajar adalah
kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi pelajaran di kelas.
b. Simbol : B untuk Kemampuan matematik, dan C untuk gaya belajar.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi (hasil) belajar kimia
untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Prestasi belajar yang dimaksud
disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari proses pembelajaran dikelas
pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, yang mengakibatkan perubahan diri
siswa yang disimbolkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
meliputi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah
domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, memahami, dan mengaplikasi. Sementara,
aspek afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang
merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang
yang muncul saat terjadi proses interaksi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Pada penelitian ini penulis menggunakan silabus Silabus, Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa.
2. Instrumen Pengambilan Data
Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar
kognitif dan angket prestasi belajar afektif, tes kemampuan matematik siswa,
dan angket gaya belajar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah tes
dan angket.
1. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar
kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan data kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
matematik siswa, pada kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Boja tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Metode Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan
jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data gaya belajar siswa
dan nilai prestasi belajar afektif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Coba Instrumen Tes
a. Validitas Butir Soal
Penghitungan validitas tes dimaksudkan untuk mengetahui keabsahan
atau ketepatan suatu tes. Menurut Suharsimi (2001: 65), sebuah tes dikatakan
valid apabila tes tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur. Validitas yang
diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal/item. Pada validitas item
sebuah soal dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor
total (Suharsimi, 2001: 76). Validitas butir soal dicari dengan mengkorelasikan
skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah
korelasi product moment Pearson, sebagai berikut:
¢⫨Ƽ 实 棺纵∑贯光邹石纵∑贯邹纵∑光邹瞬走棺足∑贯2石纵∑贯邹2阻诅棺纵∑光2卒石纵∑光邹2奏
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
N = jumlah soal
X = skor tiap butir soal
Y = skor total
Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item
dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut rhitung. Selanjutnya hasil
perhitungan dengan korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke
Tabel r Tabel. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rTabel.
Kategori interpretasi derajat validitas berdasarkan interpretasi yang
dikemukakan Suharsimi Arikunto (1999 : 75) adalah :
Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal
Nilai Kategori
0,80< 11r ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60< 11r ≤ 0,80 tinggi
0,40< 11r ≤ 0,60 cukup
0,20< 11r ≤ 0,40 rendah
11r ≤ 0,20 sangat rendah
Untuk menghitung validitas butir soal tes kemampuan matematik dan
tes prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program
ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Berikut ini hasil uji coba instrumen untuk
mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Instrumen Jumlah Valid Tidak
valid No item tidak valid
Tes prestasi kognitif 30 21 9 7,9,14,17,19,20,24,25,28
Tes Kemampuan
Matematik
30 23 7 1,3,12,18,22,24,28
Dari Tabel 3.5 terlihat bahwa pada prestasi belajar kognitif, terdapat 9
soal yang tidak valid. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam
penelitian, sedangakan soal yang valid ada 21 butir soal. Jumlah soal yang
dipakai untuk pengambilan data penelitian sebanyak 20 soal, jadi terdapat 1 butir
soal yang valid tidak digunakan dalam penelitian, dengan asumsi bahwa sudah
ada indikator soal yang mewakili, yaitu soal nomor 13. Hasil uji validitas
instrumen penilaian kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20.
Pada tes kemampuan matematik, ada 7 item soal yang tidak valid dan soal
yang valid ada 23 soal. Soal-soal yang tidak valid tersebut tidak dipakai dalam
penelitian. Jumlah soal tes kemampuan matematik yang dipakai pada saat
penelitian adalah 20 soal, sehingga terdapat 3 item soal yang valid juga didrop
yaitu dengan nomor soal 10,19,dan 29. Hasil uji validitas tes kemampuan
matematik secara lebih rinci terdapat pada lampiran 22.
c. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan
alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau
keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan
memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan
hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Suatu alat ukur atau instrumen
dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu
memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti
yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian
reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi
atau keajegan hasil pengukuran yang digunakan.
Pengukuran reliabilitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. ¢ژژ 实足坡坡能ژ卒足骗潜能Ǵ婆骗潜 卒
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas
n = banyaknya soal
S = simpangan baku
p = proporsi subjek yang menjawab benar
q = proporsi subjek yang menjawab salah
pq = jumlah hasil pekalian antara p dan q
(Suharsimi Arikunto, 1999: 102)
Kategori interpretasi derajat reliabilitas terdapat pada Tabel 3.6 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80< 11r ≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik)
0,60< 11r ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< 11r ≤ 0,60 cukup(sedang)
0,20< 11r ≤ 0,40 rendah (kurang)
11r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
Dibawah ini merupakan Tabel uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan.
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
No. Instrumen Reliabilitas Kriteria
1. Prestasi Kognitif 0,79 tinggi
2. Kemampuan Matematika 0,83 sangat Tinggi
Tabel 3.7. menunjukkan bahwa instrumen Prestasi kognitif memiliki
kriteria uji reliabilitas tinggi, sedangkan kemampuan matematika memiliki kriteria
uji reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, kedua instrumen pengambilan data
tersebut memenuhi syarat uji coba reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan
untuk mengambil data penelitian.
C. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang
mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit
dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan :
%100xII
SS
B
BA
++
=A
Kesukaran Tingkat
Keterangan :
SA = Jumlah Skor Kelompok Atas
SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah
IA = Jumlah Skor Ideal Kelompok atas
IB = Jumlah Skor Ideal Kelompok Bawah
Untuk menghitung daya pembeda atau indeks kesukaran tes prestasi
kognitif dan tes kemampuan matematik dilakukan dengan menggunakan
software program ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Kategori interpretasi
nilai indeks kesukaran menurut Karno To adalah:
Tabel 3.8. Kategori Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria
0 – 15 % sangat sukar, sebaiknya dibuang
16 % – 30 % sukar
31 % – 70 % sedang
71 % – 85 % mudah
86 % – 100 % sangat Mudah, sebaiknya di buang
Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes
karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk
mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Suatu instrumen tes dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori
sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan
mudah. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kognitif dan Kemampuan
Matematik terangkum dalam Tabel 3.9 dibawah ini :
Tabel 3.9. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen tes
No. Instrumen Tes Tingkat
Kesukaran Nomor Soal Jumlah
1. Prestasi Kognitif Sukar 7,9,15,28 4 Sedang 3,4,5,6,8,10,11,12,13,14,16,
17,18,19,20,21,22,23,24,25, 26,27,29
23
Mudah 1,2,30 3 2. Kemampuan
Matematik Sukar 12,22,28 3 Sedang 5,6,7,8,9,11,13,14,15,18,25,
26,27,30
14
Mudah 1,2,3,4,10,16,17,19,20,2, 23,2429
13
Pada instrument tes kognitif diatas yang mempunyai tingkat kesukaran
sukar terdapat pada nomor 7,9 dan 8, dari ketiga soal diatas tidak valid, tetapi
pada soal nomor 15 valid sehingga digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor
soal dengan kategori soal sedang yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas adalah
soal nomor 13,14,17,19,20,24,25 soal tersebut tidak dipakai untuk penelitian, dan
nomor soal dengan kategori mudah semuanya valid sehingga digunakan pada saat
penelitian.
Pada instrument tes kemampuan matematik diatas yang mempunyai tingkat
kesukaran sukar terdapat pada nomor 12,22 dan 28, dari ketiga soal diatas tidak
valid sehingga soal tersebut tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan nomor
soal dengan kategori soal sedang yang tidak valid berdasarkan Tabel diatas adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
soal nomor 18, dan nomor soal dengan kategori soal mudah yang tidak valid
berdasarkan Tabel diatas nomor 1,3,24, soal yang tidak valid tersebut tidak
digunakan untuk penelitian, tetapi pada soal nomor 10,15,29 valid tetapi tidak
digunakan pada saat penelitian.
Berdasarkan hasil uji instrumen kognitif dan kemampuan matematik diatas
menunjukkan hasil instrumen tes yang memiliki distribusi tingkat kesukaran soal
yang baik, karena kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
soal kategori sulit dan mudah. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian
kognitif secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20.
d. Uji Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah.
Untuk menghitung daya pembeda atau indeks diskriminan dilakukan dengan
membagi tiga subjek menjadi 27% kelompok atas, 46% kelompok sedang dan
27% kelompok bawah. Pembagian kelompok ini dengan cara mengurutkan
nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dalam menentukan
daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus berikut:
%100xI
SS BA
A
Pembeda Daya-
=
Keterangan:
SA = Jumlah Skor Kelompok Atas
SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah
IA = Jumlah Skor Ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kategori Indeks daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto dapat
diklasifikasikan pada Tabel 3.10. sebagai berikut :
Tabel 3.10. Kategori Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria negatif – 20 % Jelek 21 % – 40 % Cukup 41 % – 70 % Baik 71% - keatas Sangat baik
Penghitungan daya pembeda atau indeks diskriminan tes kemampuan
awal dan prestasi kognitif dilakukan dengan menggunakan software program
ANATES pilihan ganda Versi 4.0.9. Berikut ini rangkuman hasil uji coba
instrumen untuk mengetahui indeks daya beda butir soal yang disajikan dalam
Tabel 3.11. dibawah ini :
Tabel 3.11. Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrumen Tes
No. Instrumen Tes
Kualifikasi Daya Beda
Nomor Soal Jumlah
1. Prestasi Kognitif
Jelek 7,17,19,20,24,25,28 7 Cukup 2,4,9,12,14,15,18,21,26,30 10 Baik 1,3,5,6,8,10,11,13,16,22,23,27,29 13
2. Kemampuan Matematik
Jelek 1,3,18,24,28 5 Cukup 2,4,6,10,12,15,17,19,20,21,
22,26,29,30 14
Baik 5,7,8,9,11,13,14,16,23,25,27 11
Tabel 3.11 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi kognitif
dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah tujuh soal atau sebesar
16,67% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada, yang mana soal yang
mempunyai daya beda jelek terdapat pada soal 7,17,19,20,24,25,28, keseluruhan
soal tersebut tidak valid dan tidak digunkan dalam penelitian. Sementara itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
instrumen tes kemampuan matematik dengan kualifikasi daya beda jelek hanya
berjumlah lima soal atau sebesar 13,33% dari keseluruhan soal kemampuan
matematik yang ada, terdapat pada nomor soal 1,3,18,24,28. Sementara itu untuk
instrument tes prestasi kognitif yang mempunyai daya beda cukup dan tidak valid
terdapat pada nomor 9,14 dan pada instrumen tes kemampuan matematik terdapat
pada nomor 12,22, keseluruhan soal tersebut tidak digunkan dalam penelitian.
Secara umum dapat disimpulkan kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji
daya beda sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai.
2. Uji Coba Instrumen Angket
Validasi tidak hanya dilakukan pada instrumen tes, instrumen yang berupa
angketpun harus divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Analisis instrumen
angket sebagai berikut:
a. Validitas angket
Validasi terhadap butir-butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor
masing-masing butir soal dengan skor total. Validasi terhadap butir-butir soal
angket dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan
skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson,
sebagai berikut:
¢铺仆实 棺纵∑贯光邹石纵∑贯邹纵∑光邹税走棺纵∑贯挠石纵∑贯邹挠奏走棺纵∑光挠邹石纵∑光邹挠奏
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
N = jumlah soal
X = skor tiap butir soal
Y = skor total
(Suharsimi Arikunto, 2001:72)
Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item
angket yang selanjutnya disebut rhitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan
korelasi product momen pearson dapat dikonsultasikan ke tabel r tabel. Item
dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rTabel. Penghitungan validitas item angket
dilakukan dengan menggunakan software program ANATES Uraian Versi
4.0.5. Kategori validitas instrumen angket sama halnya dengan kategori
validitas instrumen tes pada Tabel 3.4. Berikut ini hasil uji coba instrumen
untuk mengetahui validitas angket yang disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket
No Instrumen
Pengambilan Data
Nomor Soal yang Valid
Jumlah Nomor Soal yang Tidak
Valid Jumlah
Jumlah soal yang
dipakai 1. Gaya Belajar
Visual 1,2,4,6,7,9,10, 11,12,13,14,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24
20 3,5,8,15 4 22 2 revisi
Gaya Belajar Kinestetik
2,3,4,5,6,7,8,10, 11,12,13,15,16,17, 18,20,21,22,23
19 1,9,14,19,24 5 22 2 revisi
2. Prestasi Afektif
1,3,4,5,6,7,9,10,11, 12,13,15,16,17,19, 20,21,22,24,25,26, 28,29,30,31,32,35, 36,37,38,39,40,42, 45,46,50
36 2,8,14,18,23,27, 33,34,41,43,44, 47,48,49
14 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pada angket gaya belajar visual , ada 4 item soal yang tidak valid, yaitu
soal nomor 3,5,8 dan 15. Untuk soal nomor 5 dan 15 tidak dipakai dalam
penelitian, sedangkan pada soal nomor 3 dan 8 direvisi dengan cara memperbaiki
atau mengubah redaksi kalimat soal. Sedangkan untuk angket kinestetik terdapat 5
butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1,9,14,19,24. Untuk soal nomor 14
dan 24 tidak dipakai dalam penelitian, sedangkan pada soal nomor 1,9 dan 19
direvisi dengan cara memperbaiki atau mengubah redaksi kalimat soal. Soal- soal
tersebut direvisi untuk memenuhi kebutuhan indikator soal karena hanya terdapat
satu soal pada indikator. Hasil uji validitas angket gaya belajar secara lebih rinci
terdapat pada lampiran 23.
Pada angket prestasi afektif terdapat 14 soal yang tidak valid, dan soal-soal
yang tidak valid tersebut didrop selebihnya soal yang valid dipakai pada saat
penelitian. Hasil uji validitas prestasi afektif secara lebih rinci terdapat pada
lampiran 21.
b. Reliabilitas instrumen angket
Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Pengukuran
reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha.
ژژ¢ 实足坡坡能ژ卒收1石∑弃腮潜弃腮潜寿
Keterangan :
n = jumlah soal ∑徽轨2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
徽棍2 = varians total
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 3.13. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket
No. Instrumen Reliabilitas Kriteria
1. Gaya Belajar Visual 0,85 Sangat tinggi
Gaya Belajar Kinestetik 0,76 Tinggi
2. Prestasi Afektif 0,92 Sangat tinggi
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian
(anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data
menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan variabel
bebas, media , kemampuan matematik dan gaya belajar.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar,
kemampuan matematik dan gaya belajar berdistribusi normal atau tidak.
Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi
normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2) Menetapkan uji statistik
Uji normalitas terhadap prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 15,0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3) Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α)
ditetapkan = 0,05 atau 5%.
4) Menetapkan keputusan uji
Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,
jika p value > 0,05.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dihitung menggunakan
software program SPSS 15. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai
berikut:
1) Penentuan Hipotesis
H0 = sampel berasal dari populasi tidak homogen
H1 = sampel berasal dari populasi homogen
2) Uji Statistik
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,
jika p value > 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan
dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan matematik, dan
gaya belajar terdapat pengaruh yang signifikan.
a. Uji Anava
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan ditolak atau diterima. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga
variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan matematika dan
gaya belajar. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Problem
Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real (A1) dan
menggunakan laboratorium virtual (A2). Kemampuan matematik dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan kategori rendah (B2). Gaya
belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori visual (C1) dan
kategori kinestetik (C2). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi
belajar kimia siswa pada aspek kognitif dan afektif. Desain data prestasi kognitif
dengan uji anava 3 jalan 2x2x2 terdistribusi seperti pada Tabel 3.14. dibawah ini :
Tabel 3.14 Desain Data Prestasi Kognitif
Kemampuan Matematik ( B )
Tinggi ( B1 ) Rendah ( B2 )
Gaya Belajar (C) Visual (C1 )
Kinestetik (C2 )
Visual (C1 )
Kinestetik (C2 )
Met
ode
PBL
(A
)
Lab.Real (A1 )
A1 B1 C1 A1 B1 C2 A1 B2 C1 A1 B2 C2
Lab.Virtual ( A2 )
A2 B1 C1 A2 B1 C2 A2 B2 C1 A2 B2 C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Keterangan :
A = Metode pembelajaran
A1 = Laboratorium real
A2 = Laboratorium virtual
B = Kemampuan matematik
B1 = Kemampuan matematik tinggi
B2 = Kemampuan matematik rendah
C = Gaya belajar
C1 = Gaya belajar visual
C2 = Gaya belajar kinestetik
Desain penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel. Secara
umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
A1B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan
gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real.
A1B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan
gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real.
A1B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan
gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
A1B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan
gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium real.
A2B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan
gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual.
A2B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan
gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual.
A2B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan
gaya belajar visual yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual.
A2B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah dan
gaya belajar kinestetik yang diperlakukan dengan metode Problem
Based Learning (PBL) menggunakan laboratorium virtual.
Tabel 3.15. Desain Data Prestasi Afektif
Kemampuan Matematik ( B )
Tinggi ( B1 ) Rendah ( B2 )
Gaya Belajar (C) Visual (C1 )
Kinestetik (C2 )
Visual (C1 )
Kinestetik (C2 )
Met
ode
PBL
(A
)
Lab.Real (A1 )
A1 B1 C1 A1 B1 C2 A1 B2 C1 A1 B2 C2
Lab.Virtual ( A2 )
A2 B1 C1 A2 B1 C2 A2 B2 C1 A2 B2 C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Seperti pada Tabel 3.14, masing-masing sel atau kotak pada Tabel 3.15.
juga berisi lambang yang berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan
interaksi antar ketiga variabel terhadap prestasi afektif. Sel pertama dengan
lambang A1 B1 C1 menunjukkan interaksi antar metode pembelajaran PBL,
kemampuan matematik, dan gaya belajar terhadap prestasi afektifnya. Artinya,
pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode PBL
dengan menggunakan laboratorium real (A1), memiliki kemampuan matematika
kategori tinggi (B1), dan gaya belajar visual (C1). Sel kedua dengan lambang A2
B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel tersebut terdapat kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan metode PBL dengan menggunakan laboratorium virtual
(A2), memiliki kemampuan matematika kategori tinggi (B1), dan gaya belajar
visual (C1). Begitu pula dengan sel-sel yang lainnya.
Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan hipotesis
Dari analisis data penelitian, dapat ditentukan H0 sebagai berikut :
a) H0A : Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar
siswa.
H1A : Ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan lab. real dan virtual terhadap prestasi belajar siswa.
b) H0A : Tidak ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
H1A : Ada pengaruh kemampuan matematik siswa yang tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
c) H0A :Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik
terhadap prestasi belajar siswa.
d) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan kemampuan
matematik terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan kemampuan
matematik terhadap prestasi belajar siswa.
e) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
f) H0A : Tidak ada interaksi antara kemampuan matematik dengan
gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada interaksi antara kemampuan matematik dengan gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
g) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual , kemampuan matematik
dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada interaksi antara penggunaan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan lab. real dan virtual , kemampuan matematik
dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
2) Menentukan statistik uji
Statistik uji menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika P-value < 0,05. Tingkat
signifikansi (a) yang digunakan 0,05.
3) Uji lanjut Anava
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda dilakukan apabila terdapat Ho
yang ditolak. Uji lanjut yang dilakukan menggunakan Uji mean dan Uji Scheefe.
Uji mean (uji rata-rata) dilakukan untuk mengetahui perbedaan mana yang lebih
baik dari suatu variabel, sedangkan hipotesis Uji Scheefe digunakan untuk
pengujian hipotesis interaksi dari suatu variabel. Apabila terdapat perbedaan maka
setelah dilakukan uji scheffe dilanjutkan dengan uji mean agar mengetahui bentuk
interaksinya.
b. Uji Prestasi Afektif
Pengujian hipotesis prestasi afektif dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
1) Menentukan hipotesis
a) Hipotesis nol (H0)
H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL)
dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa.
H02: Tidak ada pengaruh kemampuan matematik kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi afektif siswa.
H03: Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
afektif siswa.
b) Hipotesis alternatif (H1)
H11: Ada pengaruh penggunaan pendekatan Problem Based Learning (PBL)
dengan lab real dan virtual terhadap prestasi afektif siswa.
H12: Ada pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik
rendah terhadap prestasi afektif siswa.
H13: Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap
prestasi afektif siswa.
2) Menentukan statistik uji
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava)
yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15 dan statistik uji
menggunakan Tests of Between-Subjects Effects atau uji F. Ketentuan pengambilan
kesimpulan, H0 ditolak ketika P-value < 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pada prinsipnya sama dengan pengambilan keputusan pada pengujian
hipotesis prestasi kognitif. Apabila (H0) ditolak yang berarti hipotesis alternatif
(H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji mean dan uji
Scheffe sama dengan pengujian hipotesis pada prestasi kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data-data yang terkumpul pada penelitian ini meliputi : data kemampuan
matematik, data gaya belajar dan data prestasi siswa. Data tersebut diperoleh dari
hasil tes dan angket siswa kelas XI IPA 2 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based Learning (PBL)
dengan media laboratorium real dan siswa kelas XI IPA 1 dengan jumlah 36
siswa sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan metode Problem Based
Learning (PBL) dengan media laboratorium virtual di SMA Negeri 1 Boja tahun
pelajaran 2010/2011.
1. Data Kemampuan Matematik Siswa
Data ini diperoleh melalui tes kemampuan matematik siswa sebanyak 20
butir soal. Data kemampuan matematik dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu
kemampuan matematik tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan
matematik ≥ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas dan kategori
kemampuan matematik rendah bagi siswa yang mempunyi nilai kemampuan
matematik ≤ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh kelas. Dengan kriteria
tersebut diperoleh data kemampuan matematik siswa yang menggunakan metode
pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan media laboratorium real dan
laboratorium virtual yang dideskripsikan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Matematik Siswa
Kelompok Jumlah
data Nilai
Tertinggi Nilai
Terendah Rata-rata
Standar Deviasi
Media Lab.real 36 95 45 70 15,86
Media Lab.Virtual 36 100 35 67,64 19,51
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa pada kelas yang menggunakan
media laboratorium real nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 95,
nilai terendah adalah 45, nilai rata-ratanya adalah 70 dan nilai standar deviasinya
adalah 15,86, sedangkan pada kelas yang menggunakan media laboratorium
virtual nilai tertinggi untuk kemampuan matematik adalah 100, nilai terendah
adalah 35, nilai rata-ratanya adalah 67,64 dan nilai standar deviasinya adalah
19,51. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kemampuan matematik siswa
pada kelas yang menggunakan laboratorium real dan kelas yang menggunakan
laboratorium virtual relatif sama.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi dan rendah pada setiap kelas ditunjukkan oleh Tabel 4.2.
dibawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Data Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah
Kemampuan Matematik
Jumlah Kelas XI IPA 2
Lab. Real Kelas XI IPA 1
Lab. Virtual Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 36 20 55,56% 16 44,44% Rendah 36 16 44,44% 20 55,56% Jumlah 72 36 100% 36 100%
Berdasarkan Tabel di atas terdapat 36 siswa yang dikategorikan
mempunyai kemampuan matematik tinggi dan 36 siswa dikategorikan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kemampuan matematik rendah. Pada kelas yang menggunakan media
laboratorium real terdapat 20 siswa dengan kemampuan matematik tinggi dan 16
siswa dengan kemampuan matematik rendah. Distribusi frekuensi siswa pada
kelas yang menggunakan media laboratorium real berdasarkan kemampuan
matematik siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.3. dibawah ini :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan Media Laboratorium Real
Interval Kelas
Frekuensi Frekuensi (%)
45-54 6 16,67
55-64 7 19,44
65-74 4 11,11
75-84 8 22,22
85-94 8 22,22
95-104 3 8,33
Jumlah 36 100
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu
dengan nilai frekuensi 8 berada pada nilai kemampuan matematik 85-92. Untuk
lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Matematik Siswa pada Kelas Laboratorium Real
0123456789
45-54 55-64 65-74 75-84 85-94 95-104
frek
uens
i
interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat 16 siswa pada kelas yang menggunakan media
laboratorium virtual dengan kemampuan awal tinggi dan 20 siswa dengan
kemampuan awal rendah. Distribusi frekuensi siswa pada yang menggunakan
media laboratorium real berdasarkan kemampuan matematik siswa ditunjukkan
oleh Tabel 4.4. dibawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematik pada Kelas yang Menggunakan media Lab. Virtual
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi
(%) 35-45 3 8,33 46-56 16 44,44 57-67 1 2,78 68-78 1 2,78 79-89 6 16,67 90-100 9 25,00 Jumlah 36 100
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak yaitu
dengan nilai frekuensi 16 berada pada nilai kemampuan matematik 46-56. Untuk
lebih jelas maka disajikan gambar histogram yang ditunjukkan oleh gambar 4.2.
Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Matematik Siswa pada Kelas Laboratorium Virtual
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100
frek
uens
i
interval
35-45
46-56
57-67
68-78
79-89
90-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
2. Gaya Belajar Siswa
Data gaya belajar siswa dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu
kategori gaya belajar visual dan kategori gaya belajar kinestetik. Kategori gaya
belajar visual yaitu siswa yang memiliki nilai angket gaya belajar visual ≥ nilai
angket gaya kinestetik dan kategori gaya belajar kinestetik yaitu siswa yang
memiliki nilai angket gaya belajar visual ≤ nilai angket gaya belajar kinestetik.
Deskripsi data gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.5. dibawah ini :
Tabel 4. 5 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa
Media Laboratorium Real
Kategori N Rata-rata St.Dev Max Min
Visual 36 56,42
5,07 65 47
Kinestetik 36 55,97
4,66
66 48
Media Laboratorium Virtual
Kategori N Rata-rata
StDev Max Min
Visual 36 56,06 4,66 68 48
Kinestetik 36 55,39 5,28 70 46
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat skor rata-rata gaya belajar visual baik pada
kelas yang menggunakan media laboratorium real dan kelas media laboratorium
virtual yaitu 56,42 dan 56,06, sedangkan pada gaya belajar kinestetik baik pada
kelas yang menggunakan media laboratorium real dan kelas media laboratorium
virtual yaitu 55,97 dan 55,39.
Distribusi frekuensi siswa pada kelas yang menggunakan media
laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel 4.6, dan frekuensi siswa pada kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
yang menggunakan media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.7.
dibawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Lab.Real
Visual
Nilai interval
Frekuensi Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
47-49 4 48 4 11,11
50-52 4 51 8 11,11
53-55 8 54 16 22,22
56-58 8 57 24 22,22
59-61 6 60 30 16,67
62-64 4 63 34 11,11
65-67 2 66 36 5,56
jumlah 36 100%
Kinestetik
Nilai interval
Frekuensi Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
48-50 3 49 3 8,33
51-53 9 52 12 25,00
54-56 10 55 22 27,78
57-59 5 57 27 13,89
60-62 4 61 31 11,11
63-65 4 64 35 11,11
66-68 1 67 36 2,78
jumlah 36 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Kelas Media Virtual
Visual
Nilai interval Frekuensi
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
48-50 5 49 5 13,89
51-53 6 52 11 16,67
54-56 9 55 20 25,00
57-59 11 58 31 30,56
60-62 2 61 33 5,56
63-65 1 64 34 2,78
66-68 2 67 36 5,56
Kinestetik
Nilai interval Frekuensi
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek. Relatif
46-49 4 47,5 4 11,11
50-53 9 51,5 13 25,00
54-57 11 55,5 24 30,56
58-61 8 59,5 32 22,22
62-65 2 63,5 34 5,56
66-69 1 67,5 35 2,78
70-73 1 71,5 36 2,78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambar 4. 3 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Media Lab. Real
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Media Lab.Virtual
0123456789
47-49 50-52 53-55 56-58 59-61 62-64 65-67
frek
uens
i
interval
0
2
4
6
8
10
12
48-50 51-53 54-56 57-59 60-62 63-65 66-68
frek
uens
i
interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4. 5 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Visual Kelas Media Lab.Virtual
Gambar 4. 6 Histogram Distribusi Skor Gaya Belajar Kinestetik Kelas Media Lab.Virtual
0
2
4
6
8
10
12
48-50 51-53 54-56 57-59 60-62 63-65 66-68
frek
uens
i
interval
0
2
4
6
8
10
12
46-49 50-53 54-57 58-61 62-65 66-69 70-73
frek
uens
i
interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
3. Data Prestasi
a. Prestasi Belajar Kognitif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil prestasi belajar
kognitif dan afektif. Berikut ini disajikan Tabel 4.8. untuk mengetahui deskripsi
data prestasi kognitif terhadap media pembelajaran.
Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Kognitif
Kelompok Jumlah
data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Media Lab.real 36 75 40 58,75 9,44
Media Lab.Virtual 36 85 55 71,25 8,31
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan
media laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel 4.9.dibawah ini :
Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Real
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi
(%) 40-46 5 13,89
47-53 3 8,33
54-60 14 38,89
61-67 8 22,22
68-74 3 8,33
75-81 3 8,33
Jumlah 36 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Real
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan
media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.10.dibawah ini
Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif pada Kelas Laboratorium Virtual
[p
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
55-59 2 5,56
60-64 3 8,33
65-69 7 19,44
70-74 7 19,44
75-79 8 22,22
80-84 6 16,67
85-89 3 8,33
Jumlah 36 100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
frek
uens
i
Laboratorium Real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Kognitif Kelas Laboratorium Virtual
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media dan
kemampuan matematik ditunjukkan oleh Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik
Variabel N Rata-
rata SD
Media Lab.real
Kem. Matematik tinggi 20 61,25 8,56 Kem. Matematik rendah 16 55,62 9,81
Media Lab.virtual
Kem. Matematik tinggi 16 75,62 5,74 Kem. Matematik rendah 20 68 8,33
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media dan
gaya belajar ditunjukkan oleh Tabel 4.12. dibawah ini :
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-rata SD Media Lab.real
Gaya belajar visual 20 53,75 7,93 Gaya belajar kinestetik 16 65 7,3
Media Lab.virtual
Gaya belajar visual 23 71,08 8,11 Gaya belajar kinestetik 13 71,92 8,55
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89
frek
uens
i
Laboratorium Virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari kemampuan
matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.13
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-rata
SD
Kemampuan
Matematik Tinggi
Gaya Belajar Visual 18 65,56 11,87
Gaya Belajar Kinestetik 18 69,72 8,31
Kemampuan
Matematik Rendah
Gaya Belajar Visual 25 61,2 11,66
Gaya Belajar Kinestetik 11 65,45 8,5
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi kognitif ditinjau dari media,
kemampuan matematik dan dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-
rata SD
Media Lab.Real
KM Tinggi GB Visual 9 56,11 7,81 GB Kinestetik 11 65,45 6,87
KM Rendah GB Visual 11 51,28 7,83 GB Kinestetik 5 64 8,94
Media Lab Virtual
KM Tinggi GB Visual 9 75 5,34 GB Kinestetik 7 76,43 5,56
KM Rendah GB visual 14 68,57 8,42 GB Kinestetik 6 66,67 8,76
b. Prestasi Afektif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil prestasi belajar
afektif. Berikut ini disajikan Tabel 4.15. untuk mengetahui deskripsi data prestasi
afektif terhadap media pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif c.
Kelompok Jumlah
data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Media Lab.real 36 121 81 104,25 10
Media Lab.Virtual 36 115 81 100,64 8,85 d.
Distribusi frekuensi prestasi afektif siswa pada kelas yang menggunakan
media laboratorium real ditunjukkan oleh Tabel 4.16.dibawah ini :
Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
81-87 3 8,33 88-94 2 5,56 95-101 10 27,78 102-108 10 27,78 109-115 5 13,89 116-121 6 16,67 Jumlah 36 100
Gambar 4.9. Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Real
0
2
4
6
8
10
12
81-87 88-94 95-101 102-108 109-115 116-121
frek
uens
i
Laboratorium real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Distribusi frekuensi prestasi kognitif siswa pada kelas yang menggunakan
media laboratorium virtual ditunjukkan oleh Tabel 4.17.dibawah ini :
Tabel 4. 17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif pada Kelas Laboratorium Virtual
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi
(%)
81-85 1 2,78
86-90 3 8,33
91-95 7 19,44
96-100 9 25,00
101-105 4 11,11
106-110 5 13,89
111-115 7 19,44
Jumlah 36 100
Gambar 4.10. Histogram Prestasi Afektif Kelas Laboratorium Virtual
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media dan
kemampuan matematik ditunjukkan oleh Tabel 4.18 di bawah ini :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
81-85 86-90 91-95 96-100 101-105 106-110 111-115
frek
uens
i
laboratorium virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 4.18. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Kemampuan Matematik
Variabel N Rata-
rata
SD
Lab.real Kemampuan Matematik Tinggi 20 103,9 8,49
Kemampuan Matematik Rendah 16 104,69 11,9
Lab.virtual Kemampuan Matematik Tinggi 16 100.06 8,36
Kemampuan Matematik Rendah 20 101,1 9,41
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media dan
gaya belajar ditunjukkan oleh Tabel 4.19 dibawah ini :
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-
rata
SD
Lab.real Gaya belajar visual 20 103 10,69
Gaya belajar kinestetik 16 105,81 9,17
Lab.virtual Gaya belajar visual 23 98,39 8,47
Gaya belajar kinestetik 13 104,62 8,37
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari kemampuan
matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.20 dibawah ini :
Tabel 4.20. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-
rata SD
Kemampuan Matematik Tinggi
Gaya belajar visual 18 99,83 6,75 Gaya belajar kinestetik 18 104,56 9,46
Kemampuan Matematik Rendah
Gaya belajar visual 25 101,04 11,52 Gaya belajar kinestetik 11 106,45 7,17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Berikut ini adalah deskripsi data prestasi afektif ditinjau dari media,
kemampuan matematik dan gaya belajar siswa ditunjukkan oleh Tabel 4.21
dibawah ini :
Tabel 4.21. Deskripsi Data Prestasi Afektif ditinjau dari Media, Kemampuan Matematik dan Gaya Belajar Siswa
Variabel N Rata-
rata SD
Lab.real KM Tinggi
GB Visual 9 102 4,58 GB Kinestetik 11 105,45 10,69
KM Rendah GB Visual 11 103,82 14,01 GB Kinestetik 5 106,6 5,37
Lab.virtual KM Tinggi
GB Visual 9 97,67 8,08 GB Kinestetik 7 103,14 8,25
KM Rendah GB Visual 14 98,86 8,98 GB Kinestetik 6 106,33 8,94
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Untuk pengujian prasyarat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Berikut dijelaskan pengujian prasyarat tersebut :
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika di dapat signifikansi > 0,05,
maka H0 (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Nilai signifikansi yang
digunakan mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil uji normalitas
dilakukan menggunakan SPSS 15, data lengkap mengenai uji normalitas terdapat
pada lampiran 26 dan 27. Berikut adalah rangkuman hasil uji normalitas yang
ditunjukkan oleh Tabel 4.22 dan Tabel 4.23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Tabel 4.22 Uji Normalitas Prestasi Kognitif
No Variabel Komponen P-value Keputusan Kesimpulan 1 Media Lab.Real 0,096 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Lab.Virtual 0,060 > 0,05 H0 ditolak Data normal 2 K.MTK KM Tinggi 0,183 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal 3 GB GB Visual 0,091 > 0,05 H0 ditolak Data normal
GB Kinestetik 0,179 > 0,05 H0 ditolak Data normal 4 Interaksi 1 Real * KM Tinggi 0,135 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah 0,051 > 0,05 H0 ditolak Data normal Virtual * KM Tinggi 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal Virtual * KM Rendah 0,055 > 0,05 H0 ditolak Data normal
5 Interaksi 2 Real * GB Visual 0,174 > 0,05 H0 ditolak Data normal Real * GB Kinestetik 0,136 > 0,05 H0 ditolak Data normal Virtual * GB Visual 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal Virtual * GB Kinestetik 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
6 Interaksi 3 KM Tinggi* GB Visual 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal KM Tinggi* GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah* GB Visual
0,071 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah* GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
7 Interaksi 4 Real * KM Tinggi * GB Visual
0,123 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Tinggi * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah * GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Tinggi * GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Tinggi * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Rendah * GB Visual
0,168 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Rendah * GB Kinestetik
0,168 > 0,05 H0 ditolak Data normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 4.22 diatas menunjukkan pengujian normalitas data prestasi kognitif
memiliki P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Dengan
demikian sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Dibawah ini
merupakan uji normalitas pada prestasi afektif siswa.
Tabel 4.23 Uji Normalitas Prestasi Afektif
No Variabel Komponen P-value Keputusan Kesimpulan
1 Media Lab.Real 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Lab.Virtual 0,117 > 0,05 H0 ditolak Data normal
2 K.MTK KM Tinggi 0,135 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
3 GB GB Visual 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
GB Kinestetik 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
4 Interaksi 1 Real * KM Tinggi 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Tinggi 0,124 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Rendah
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
5 Interaksi 2 Real * GB Visual 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * GB Visual 0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
6 Interaksi 3 KM Tinggi* GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Tinggi* GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah* GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
KM Rendah* GB Kinestetik
0,173 > 0,05 H0 ditolak Data normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
No Variabel Komponen P-value Keputusan Kesimpulan
7 Interaksi 4 Real * KM Tinggi * GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Tinggi * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah * GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Real * KM Rendah * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Tinggi * GB Visual
0,077 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Tinggi * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Rendah * GB Visual
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Virtual * KM Rendah * GB Kinestetik
0,2 > 0,05 H0 ditolak Data normal
Tabel 4.23 menunjukkan pengujian normalitas data prestasi afektif
memiliki P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Dengan
demikian sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sampel berdistribusi
homogen atau tidak. Uji homogenitas menggunakan SPSS 15. Selengkapnya
mengenai uji homogenitas terdapat pada lampiran 28 dan 29. Berikut adalah
rangkuman hasil uji homogenitas yang ditunjukkan oleh Tabel 4.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif
No Variabel Terikat P-value Keputusan Kesimpulan 1 Media 0,405 > 0,05 H0 ditolak Homogen
2 Kemampuan Matematik 0,768 > 0,05 H0 ditolak Homogen
3 Gaya Belajar 0,078 > 0,05 H0 ditolak Homogen
4 Media * KM 0,427 > 0,05 H0 ditolak Homogen
5 Media * GB 0,831 > 0,05 H0 ditolak Homogen
6 KM * GB 0,157 > 0,05 H0 ditolak Homogen
7 Media* KM* GB 0,794 > 0,05 H0 ditolak Homogen
Tabel 4.24. menunjukkan bahwa pengujian homogentitas pada data
prestasi kognitif mendapatkan P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0
ditolak, dengan kata lain bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau
homogen.
Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Afektif
No Variabel Terikat P-value Keputusan Kesimpulan
1 Media 0,718 > 0,05 H0 ditolak Homogen
2 Kemampuan Matematik 0,142 > 0,05 H0 ditolak Homogen
3 Gaya Belajar 0,731 > 0,05 H0 ditolak Homogen
4 Media * KM 0,357 > 0,05 H0 ditolak Homogen
5 Media * GB 0,815 > 0,05 H0 ditolak Homogen
6 KM * GB 0,147 > 0,05 H0 ditolak Homogen
7 Media* KM* GB 0,051 > 0,05 H0 ditolak Homogen
Tabel 4.25. menunjukkan bahwa pengujian homogentitas pada data
prestasi afektif mendapatkan P-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dengan kata lain bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau
homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Anava
Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis variansi tiga jalan
dengan sel tak sama (Uji ANAVA). Pengujiian dilakukan menggunakan program
SPSS 15 dan analsisis komputasinya dapat dilihat pada lampiran. Rangkuman
hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang ditunjukkan oleh Tabel
4.26. dibawah ini :
Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA untuk Data Prestasi Kognitif
No Terhadap prestasi kognitif P-value Sig. Keputusan
1 Media 0,000 < 0,05 H0 ditolak
2 Kemampuan Matematik 0,005 < 0,05 H0 ditolak
3 Gaya Belajar Siswa 0,007 < 0,05 H0 ditolak
4 Media*Kemampuan Matematik 0,170 > 0,05 H0 diterima
5 Media* Gaya Belajar 0,005 < 0,05 H0 ditolak
6 Kemampuan Matematik * Gaya Belajar 0,948 > 0,05 H0 diterima
7 Media* Kemampuan Matematik*GB 0,416 > 0,05 H0 diterima
Kesimpulan :
1. P-value media = 0,000 < 0,05 maka H0 (Tidak ada pengaruh penggunaan
media terhadap prestasi belajar siswa) ditolak, berarti terdapat pengaruh
media terhadap prestasi kognitif.
2. P-value kemampuan matematik = 0,005 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat
pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif) ditolak, berarti
terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
3. P-value aktivitas siswa = 0,007 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh gaya
belajar siswa terhadap prestasi kognitif) ditolak, berarti terdapat pengaruh
gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif.
4. P-value interaksi media dan kemampuan matematik = 0,170 > 0,05 maka H0
(tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi
kognitif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan kemampuan
matematik terhadap prestasi kognitif.
5. P-value interaksi metode dan aktivitas siswa = 0,005 < 0,05 maka H0 (tidak
terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif)
ditolak, berarti terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi kognitif.
6. P-value interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,948 >
0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi kognitif) diterima, berarti tidak terdapat
interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
kognitif.
7. P-value interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa =
0,416 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif) diterima, berarti tidak
terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa
terhadap prestasi kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Data Prestasi Afektif
No Terhadap prestasi afektif P-value Sig. Keputusan
1 Media 0,213 > 0,05 H0 diterima
2 Kemampuan Matematik 0,439 >0,05 H0 diterima
3 Gaya Belajar Siswa 0,046 < 0,05 H0 ditolak
4 Media*Kemampuan Matematik 0,881 > 0,05 H0 diterima
5 Media* Gaya Belajar 0,479 > 0,05 H0 diterima
6 Kemampuan Matematik * Gaya Belajar 0,889 > 0,05 H0 diterima
7 Media* Kemampuan Matematik*Gaya
Belajar
0,778 > 0,05 H0 diterima
Kesimpulan :
1. P-value media = 0,213 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh media
terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat pengaruh media
terhadap prestasi afektif
2. P-value kemampuan matematik = 0,439 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat
pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi afektif) diterima, berarti
tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi afektif
3. P-value aktivitas siswa = 0,046 < 0,05 maka H0 (tidak terdapat pengaruh gaya
belajar siswa terhadap prestasi afektif) ditolak, berarti terdapat pengaruh gaya
belajar siswa terhadap prestasi afektif
4. P-value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,881 > 0,05 maka H0 (tidak
terdapat interaksi media dan kemampuan matematik terhadap prestasi afektif)
diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan kemampuan matematik
terhadap prestasi afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
5. P-value interaksi media dan gaya belajar siswa = 0,479 > 0,05 maka H0 (tidak
terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif)
diterima, berarti tidak terdapat interaksi media dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi afektif
6. P-value interaksi kemampuan matematik dan gaya belajar siswa = 0,889 >
0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi kemampuan matematik dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak terdapat interaksi
kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif
7. P-value interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa =
0,778 > 0,05 maka H0 (tidak terdapat interaksi media, kemampuan matematik
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif) diterima, berarti tidak
terdapat interaksi media, kemampuan matematik dan gaya belajar siswa
terhadap prestasi afektif.
2. Uji Lanjut Anava
Setelah uji Anava diatas, maka untuk hipotesis yang diterima, baik prestasi
kognitif dan afektif dilakukan uji lanjut dengan uji compare means (uji rata-rata)
dengan menggunakan SPSS 15, tetapi untuk uji lanjut pada hipotesis kelima
dimana terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar kognitif dilakukan uji scheffe, untuk uji lanjut yang
dilakukan secara rinci dijelaskan pada Tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
a. Uji lanjut hipotesis 1
Bunyi hipotesis 1 adalah terdapat pengaruh media terhadap prestasi
kognitif, untuk mengetahui media mana yang lebih baik maka dilakukan uji
lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 1 ditunjukkan pada Tabel 4.28. dibawah
ini :
Tabel 4.28. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1
media Rata-rata N
Std. Deviation
real 58,75 36 9,440 virtual 71,39 36 8,160 Total 65,07 72 10,828
Berdasarkan Tabel 4.28. diatas dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi
kognitif siswa dengan menggunakan media laboratorium real = 58,75 lebih kecil
dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan media laboratorium
virtual = 71,25. Dari rata-rata kedua media diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
menggunakan media laboratorium virtual lebih baik memiliki prestasi kognitif
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa menggunakan media laboratorium
real.
b. Hasil uji lanjut hipotesis 2
Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kemampuan matematik terhadap
prestasi kognitif, untuk mengetahui kemampuan matematik mana yang lebih baik
maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada
Tabel 4.29. dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Tabel 4.29. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2
kemmpuan mtk
Rata-rata N
Std. Deviation
Tinggi 67,64 36 10,315 rendah 62,50 36 10,856 Total 65,07 72 10,828
Berdasarkan Tabel diatas, rata-rata prestasi kognitif siswa yang
mempunyai kemampuan matematik tinggi = 67,64 lebih besar dari pada rata-rata
prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah = 62,5.
Hal tersebut berarti siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi lebih
baik prestasi kognitifnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
kemampuan matematik rendah.
c. Uji lanjut hipotesis 3 pada prestasi kognitif
Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
kognitif, untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik maka dilakukan uji
lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.30. dibawah
ini :
Tabel 4.30. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Kognitif
gaya belajar
Rata-rata
N Std. Deviation
visual 63,02 43 11,809 kinestetik 68,10 29 8,495
Total 65,07 72 10,828
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.30, rata-rata prestasi kognitif
siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 63,02 lebih kecil dari pada rata-rata
prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik = 68,10. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasi
kognitif dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
d. Hasil uji lanjut hipotesis 3 pada prestasi afektif
Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi
afektif, untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik maka dilakukan uji
lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.31. dibawah
ini :
Tabel 4.31. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3 pada Prestasi Afektif
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.31, rata-rata prastasi afektif
siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 100,53 untuk siswa yang memiliki
gaya belajar visual dan 105,28 untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Hal tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik prestasi
afektifnya dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
e. Hasil uji lanjut hipotesis 5
Bunyi hipotesis 4 adalah terdapat interaksi antara media dan gaya belajar
siswa terhadap prestasi kognitif. Uji lanjut ini dilakukan untuk mengetahui media
pembelajaran dan gaya belajar manakah yang memiliki perbedaan rerata dan
memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan bantuan SPSS 15, dengan
menggunakan Uji Scheffe diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.32.
gaya belajar Rata-rata N
Std. Deviation
Visual 100,53 43 9,728 kinestetik 105,28 29 8,689 Total 102,44 72 9,552
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 4.32. Tabel Hasil Uji Lanjut ANOVA Scheffe Prestasi Kognitif
Interaksi Media-GB Siswa Sig. Kesimpulan
Media Real-Gaya Belajar Visual
Real- Gaya Belajar Kinestetik 0,001 Ada perbedaan
Virtual -Gaya Belajar Visual 0,000 Ada perbedaan
Virtual - Gaya Belajar Kinestetik 0,000 Ada perbedaan
Media Real-Gaya Belajar Kinestetik
Real- Gaya Belajar Visual 0,001 Ada perbedaan
Virtual- Gaya Belajar Visual 0,149 Tidak ada perbedaan
Virtual -Gaya Belajar Kinestetik 0,155 Tidak ada perbedaan
Media Virtual-Gaya Belajar Visual
Real- Gaya Belajar Visual 0,000 Ada perbedaan
Real- Gaya Belajar Kinestetik 0,149 Tidak ada perbedaan
Virtual- Gaya Belajar Kinestetik 0,993 Tidak ada perbedaan
Media Virtual-Gaya Belajar Kinestetik
Real- Gaya Belajar Visual 0,000 Ada perbedaan
Real- Gaya Belajar Kinestetik 0,155 Tidak ada perbedaan
Virtual- Gaya Belajar Visual 0,993 Tidak ada perbedaan
Berdasarkan hasil uji lanjut scheffe pada Tabel 4.32 di atas, didapatkan
hasil bahwa pada media real dengan gaya belajar kinestetik dengan gaya belajar
visual terdapat perbedaan prestasi belajar. Hal serupa juga terjadi pada media
virtual dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa yang
mempunyai gaya belajar visual dengan media laboratorium real memiliki
perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang menggunakan laboratorium virtual,
sedangkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dengan media
laboratorium real memiliki perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang
menggunakan laboratorium virtual. Karena terdapat perbedaan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
berdasarkan hasil uji scheffe, maka dilakukan uji rata-rata untuk mengetahui
bentuk interaksinya, hasil uji rata-rata terdapat pada Tabel 4.33 dibawah ini :
Tabel 4.33. Data Hasil Uji Rata-rata Hipotesis 5
interaksi 2 Rata-rata N
Std. Deviation
real-GB V 53,75 20 7,926 real-GB K 65,00 16 7,303 virtual-GB V 71,09 23 8,112 virtual-GB K 71,92 13 8,549 Total 65,07 72 10,828
Berdasarkan hasil uji lanjut rata-rata pada Tabel 4.33 di atas, didapatkan
hasil bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik selalu
mendapatkan prestasi yang lebih baik ketika diberikan perlakuan dengan
menggunakan media laboratorium virtual jika dibandingkan dengan prestasi
siswa yang menggunakan media laboratorium real. Sedangkan siswa yang
menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki
prestasi belajar yang lebih baik dengan nilai rata-rata 65,00 dibandingkan dengan
siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan rata-rata 53,75, Sedangkan tidak
ada perbedaan rata-rata prestasi siswa antara siswa yang menggunakan media
virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik yang ditunjukkan dengan nilai
rata-rata 71,09 dan 71,92. Hal inilah yang menunjukkan adanya interaksi antara
media dengan gaya belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
D. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama mengenai pengaruh media terhadap prestasi
kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,000, pada prestasi afektif menunjukan
P-value bernilai 0,213,. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi
kognitif, sedangkan Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa
terdapat pengaruh penggunaan media Laboratorium real dan laboratorium virtual
terhadap prestasi kognitif, dan tidak terdapat pengaruh penggunaan media
Laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi afektif.
Berdasarkan Hasil Uji lanjut Tabel 4.24, rata-rata prestasi kognitif siswa
dengan menggunakan media laboratorium real = 58,75 lebih kecil dari pada rata-
rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan media laboratorium virtual =
71,25. Dari rata-rata kedua media diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
menggunakan media laboratorium virtual lebih baik memiliki prestasi kognitif
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa menggunakan media laboratorium
real. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeynep Tatli dan
Alipasa Ayas pada tahun 2010 yang berjudul “Virtual Laboratory Aplications in
Chemistry Education”, Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah bahwa pada
saat pelaksanaan praktikum dengan menggunakan virtual lab lebih efektif,
menarik dan lebih bermanfaat serta dapat memungkinkan siswa untuk mengulang
percobaan. Sementara pada real lab tidak semua siswa aktif dalam proses
eksperimen di laboratorium nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Penyebab keadaan ini adalah pada pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium virtual menggunakan media berbentuk simulasi praktikum dan
animasi yang dijalankan sendiri oleh siswa sehingga memungkinkan siswa lebih
aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu dengan
media laboratorium virtual dapat dilakukan secara berulang-ulang tanpa
menghabiskan waktu untuk mempersiapkan pengulangan sehingga siswa dapat
mengulang praktikum hingga mereka merasa paham.
Media yang efektif adalah media yang dapat mengakomodasi siswa
mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi, dan disukai oleh siswa. Pada
saat proses pembelajaran siswa yang menggunakan media laboratorium virtual
lebih antusias dan bersemangat dibandingkan siswa yang menggunakan
laboratorium real, hal ini ditandai dengan lebih banyak pertanyaan yang muncul
ketika diskusi setelah melakukan praktikum di laboratorium yang menandakan
bahwa siswa berada dalam proses memahami materi yang disampaikan.
Program komputer yang digunakan merupakan bentuk simulasi dari
laboratorium real yang dapat menampilkan konsep secara visual dengan gerakan
dan gambar, dan dapat menampilakan proses secara nyata sehingga siswa merasa
melakukan praktikum yang sebenarnya. Media laboratorium virtual dapat
menyesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar siswa sehingga dapat
mengakomodasi siswa yang lamban belajar. Dengan laboratorium virtual dapat
menghindarkan dari kegagalan percobaan dan kesalahan konsep.
Berbeda dengan siswa yang melakukan pembelajaran dengan
menggunakan media laboratorium real rata-rata nilai prestasinya lebih rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
dibanding kelas dengan Siswa yang menggunakan media laboratorium virtual
dikarenakan siswa dalam melakukan praktikum masih banyak bermain-main
sehingga ada bagian tahapan tetentu yang terlewatkan dan mereka tidak
memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari, dan pada saat pelaksanaan
praktikum di laboratorium tidak semua siswa dapat berpartisipasi aktif untuk
proses eksperimen di laboratorium.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukuan, pada saat proses
pembelajaran dilaboratorium masih banyak sekali siswa yang belum paham cara
menimbang NaCl dan CaCO3 dengan menggunakan neraca Ohauss dan mereka
masih binggung menentukan garam yang sukar larut berdasarkan hasil percobaan
dan pada saat diskusi tidak banyak pertanyaan yang muncul. Selain itu, praktikum
secara nyata di laboratorium memerlukan waktu yang lama sehingga dengan
alokasi waktu yang sama dengan laboratorium virtual mereka tidak dapat
mengulangi percobaan yang telah dilakukan. Oleh karena itu kegagalan praktikum
mungkin saja terjadi dan data-data yang diperoleh belum pasti sesuai dengan teori.
Guru dalam hal ini harus mengerti dan paham serta memiliki kemampuan yang
cukup agar tidak terjadi kesalahan konsep dalam proses belajarnya.
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
laboratorium virtual lebih efektif dibandingkan laboratorium real, hal ini dapat
dilihat dari proses dan hasil pembelajaran siswa.
Pada prestasi afektif, siswa yang menggunakan media laboratorium real
dan virtual memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif.
Kesimpulan ini diperkuat oleh data Tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
siswa yang menggunakan media laboratorium real relatif sama dengan siswa
yang menggunakan media laboratorium virtual yaitu 104,25 untuk siswa yang
menggunakan media laboratorium real dan 100,64 untuk siswa yang
menggunakan media laboratorium virtual. Siswa yang menggunakan media
laboratorium real senang saat mempelajari materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan karena mereka dapat melakukan percobaan secara langsung, sehingga
akan lebih mudah membentuk pemahaman. Sementara itu pada siswa dengan
menggunakan media laboratorium virtual mereka juga dapat melakukan
percobaan secara langsung dengan menggunakan computer yang telah didesain
menggunakan software khusus, dimana percobaan yang dilakukan sama dengan
percobaan pada laboratorium real. Sehingga baik siswa yang menggunakan media
laboratorium real maupun siswa yang menggunakan media laboratorium virtual
memiliki prestasi afektif yang relatif sama.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada
pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) baik dengan
laboratorium real maupun virtual terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh yang
sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa sama-sama senang dalam
melakukan pembelajaran baik dengan laboratorium real maupun virtual,
penyebab lain mungkin disebabkan karena keterbatasan pengukuran prestasi
afektif dengan menggunakan angket, peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa
benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
2. Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh kemampuan matematik
terhadap prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,005 dan pada prestasi
afektif menunjukan P-value bernilai 0,439. Berdasarkan keputusan uji maka Ho
ditolak pada prestasi kognitif. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh
kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun
berdasarkan keputusan uji pada aspek prestasi afektif maka Ho diterima. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah
terhadap prestasi afektif.
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.25, rata-rata prestasi kognitif
siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi = 67,64 lebih besar dari
pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik
rendah = 62,5. Hal tersebut berarti siswa yang mempunyai kemampuan matematik
tinggi lebih baik prestasi kognitifnya dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kemampuan matematik rendah.
Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang bersifat
hitungan. Pada saat proses pembelajaran, siswa yang mempunyai kemampuan
matematik tinggi melakukan perhitungan matematik dengan lebih cepat dan tepat,
karena dengan kemampuan matematik yang tinggi memungkinkan dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan soal hitungan yang ada dalam materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan, sehingga siswa mendapat prestasi kognitif
yang lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi siswa yang memiliki
kemampuan matematik rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pada prestasi afektif, kemampuan matematik siswa baik tinggi maupun
rendah memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Kesimpulan
ini diperkuat oleh data Tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang
mempunyai kemampuan matematik tinggi relatif sama dengan siswa yang
memiliki kemampuan matematik rendah yaitu 102,72 untuk siswa yang memiliki
kemampuan matematik tinggi dan 102,17 untuk siswa yang memiliki kemampuan
matematik rendah. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi menjadi senang
saat mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang bersifat hitungan
karena mereka merasa telah mempunyai kemampuan dasar yang cukup yaitu
keterampilan dalam mengoperasikan angka-angka, sehingga akan lebih mudah
membentuk pemahaman. Sementara itu pada siswa dengan kemampuan
matematik rendah yang terjadi adalah kemauan yang keras dalam belajar untuk
mengejar keterbatasan mereka dalam hal penguasaan materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan. Sehingga baik siswa dengan kemampuan matematik tinggi maupun
rendah memiliki prestasi afektif yang relatif sama.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada
pengaruh kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kimia. Pengaruh yang
sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa dengan kemampuan
matematik apapun sama-sama senang dalam melakukan pembelajaran dikelas,
penyebab lain mungkin disebabkan karena pada penelitian ini kemampuan
matematik siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu tinggi
dan rendah, peneliti tidak melibatkan kategori sedang, hal ini mungkin sedikit
berpengaruh terhadap hasil penelitian. Selain itu penyebab lainnya mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
karena terdapat keterbatasan pada pengukuran prestasi afektif dengan
menggunakan angket, peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benar-benar
jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket.
3. Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga mengenai pengaruh gaya belajar siswa terhadap
prestasi kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,007, pada prestasi afektif
menunjukan P-value bernilai 0,046. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak
pada prestasi kognitif dan prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan prestasi
afektif.
Menurut Murat Peker & Seref Mirasyedioglu (2008) dalam penelitiannya
yang berjudul ”Pree-Service Elementary School Teacher’s Learning Style and
Attitudes Toward Mathematics”, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa gaya
belajar berpengaruh dalam proses pembelajaran. Maka dapat disimpulakan bahwa
dengan guru memperhatikan gaya belajar siswa pada saat proses pembelajaran,
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa
menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 4.26, rata-rata prestasi kognitif
siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 63,02 lebih kecil dari pada rata-rata
prestasi kognitif siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik = 68,10.
Sementara rata-rata prestasi afektif siswa ditunjukkan pada Tabel 4.27. rata-rata
prastasi afektif siswa yang mempunyai gaya belajar visual = 100,53 untuk siswa
yang memiliki gaya belajar visual dan 105,28 untuk siswa yang memiliki gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
belajar kinestetik. Hal tersebut berarti siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
lebih baik prestasi kognitif dan afektifnya dibandingkan dengan siswa yang
memiliki gaya belajar visual.
Pada saat proses pembelajaran, siswa yang mempunyai gaya belajar
kinestetik cenderung lebih aktif pada proses pembelajaran. Mereka tampak lebih
bersemangat dalam melakukan praktikum dikelas dan selalu mengekspresikan
sesuatu yang didengar dengan mencatat, aktivitas mencatat inilah yang membuat
siswa menjadi lebih cepat menangkap dan mengingat materi dibandingkan dengan
siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Jadi, hal inilah yang mengakibatkan
prestasi kognitif dan afektif belajar siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual.
4. Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat mengenai Interaksi metode Problem Based
Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual dan
kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif siswa yang
menunjukkan P-value bernilai 0,170. Pada prestasi afektif menunjukan P-value
bernilai 0,881. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi
kognitif dan afektif. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi metode
Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real,
laboratorium virtual dan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif siswa.
Berdasarkan Tabel 4.9, untuk media laboratorium real memiliki rata-rata
prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
61,25 dan rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan
matematik rendah sebesar 55,62. Sedangkan untuk siswa yang menggunakan
media laboratorium virtual rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki
kemampuan matematik tinggi sebesar 76,25 dan rata-rata prestasi kognitif siswa
yang memiliki kemampuan matematik rendah sebesar 68. Sedangkan pada
prestasi belajar afektif pada Tabel 4.14, untuk siswa yang menggunakan media
laboratorium real yang memiliki kemampuan matematik tinggi dan rendah
berturut turut rata-rata 103,9 dan 104,69, dan untuk siswa yang menggunakan
media laboratorium virtual dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah
memiliki rata-rata berturut-turut 100,06 dan 101,1.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai
rataan yang signifikan antara siswa dengan kemampuan matematik tinggi yang
diberikan perlakuan media laboratorium real maupun yang diberi perlakuan media
laboratorium virtual, begitu juga untuk siswa dengan kemampuan matematik
rendah, tidak terdapat perbedaan nilai rataan yang signifikan yang diberikan
perlakuan kedua media tersebut. Hal tersebut berarti tidak ditemukan interaksi
antara media laboratorium real dan laboratorium virtual dengan kemampuan
matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif. Pengaruh
yang diberikan media laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi
kognitif dan afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak
berhubungan dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah. Begitu pula
sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh kemampuan matematik tinggi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif media laboratorium real dan
laboratorium virtual.
Berdasarkan kenyataan dilapangan diketahui bahwa siswa yang
menggunakan laboratorium real dengan kemampuan matematik tinggi maupun
rendah tetap dapat melakukan pengamatan dengan bantuan alat-alat yang ada pada
laboratorium real. Mereka sama-sama dapat membangun konsep dengan metode
dan media yang digunakan. Demikian juga pada siswa yang menggunakan media
laboratorium virtual, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi maupun
yang rendah mereka tetap dapat mengoperasikan komputer untuk mendapatkan
konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi
metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media
laboratorium real dan virtual dengan kemampuan matematik terhadap prestasi
belajar kognitf dan afektif siswa . Pengaruh yang sama terhadap prestasi kognitif
dan afektif disebabkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Misalnya
faktor metode pembelajaran, media pembelajaran, kemampuan matematik, dan
gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan
dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor
tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
5. Hipotesis Kelima
Pengujian hipotesis kelima mengenai Interaksi metode Problem Based
Learning (PBL) dengan menggunakan laboratorium real, laboratorium virtual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa
menunjukkan P-value bernilai 0,005 dan pada prestasi afektif menunjukan P-value
bernilai 0,479. Berdasarkan keputusan uji maka Ho ditolak pada prestasi kognitif
dan Ho diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti bahwa terdapat interaksi
antara media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya
belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan Ho
diterima pada prestasi afektif. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara media
laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual dan
kinestetik terhadap prestasi belajar afektif.
Berdasarkan hasil uji lanjut scheffe pada Tabel 4.28, didapatkan hasil
bahwa pada media real dengan gaya belajar kinestetik dengan gaya belajar visual
terdapat perbedaan prestasi belajar. Hal serupa juga terjadi pada media virtual
dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. Siswa yang mempunyai
gaya belajar visual dengan media laboratorium real memiliki perbedaan prestasi
belajar dengan siswa yang menggunakan laboratorium virtual, sedangkan siswa
yang mempunyai gaya belajar kinestetik dengan media laboratorium real
memiliki perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang menggunakan
laboratorium virtual.
Berdasarkan hasil uji lanjut rata-rata pada Tabel 4.33 di atas, didapatkan
hasil bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik selalu
mendapatkan prestasi yang lebih baik ketika diberikan perlakuan dengan
menggunakan media laboratorium virtual jika dibandingkan dengan prestasi
siswa yang menggunakan media laboratorium real. Sedangkan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
menggunakan media laboratorium real dengan gaya belajar kinestetik memiliki
prestasi belajar yang lebih baik dengan nilai rata-rata 65,00 dibandingkan dengan
siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan rata-rata 53,75, Sedangkan tidak
ada perbedaan rata-rata prestasi siswa antara siswa yang menggunakan media
virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik yang ditunjukkan dengan nilai
rata-rata 71,09 dan 71,92. Hal inilah yang menunjukkan adanya interaksi antara
media dengan gaya belajar siswa.
Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara media
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif. Pengaruh yang diberikan media
terhadap prestasi afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak
berhubungan dengan gaya belajar siswa. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang
diberikan oleh gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif merupakan pengaruh
yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan media pembelajaran. Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada metode PBL dengan
menggunakan media laboratorium real dan laboratorium virtual memiliki langkah
yang sama, hanya berbeda pada saat melakukan praktikum dimana untuk media
laboratorium virtual menggunakan komputer dan animasi-animasi yang dirancang
khusus sesuai dengan praktikum pada laboratorium yang sebenarnya. Jadi siswa
dengan gaya belajar apapun senang dalam mengikuti pelajaran baik yang
menggunakan laboratorium real maupun virtual.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi
metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena pengaruh yang
sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena siswa dengan gaya belajar
apapun sama-sama senang dalam melakukan pembelajaran baik dengan
laboratorium real maupun virtual, penyebab lain mungkin disebabkan karena
pengukuran gaya belajar pada penelitian ini hanya dikategorikan ke dalam dua
kelompok saja, yaitu visual dan kinestetik, peneliti tidak melibatkan kategori
gaya belajar auditorial, hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil
penelitian.
6. Hipotesis Keenam
Pengujian hipotesis keenam mengenai Interaksi kemampuan matematik
dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa menunjukkan P-
value bernilai 0,948 dan pada prestasi afektif menunjukan P-value bernilai 0,889.
Berdasarkan keputusan uji maka Ho pada prestasi kognitif dan Ho pada prestasi
afektif diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan
matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
Berdasarkan Tabel 4.11, rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki
kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar visual dan kinestetik berturut-
turut adalah 65,56 dan 69,72, dan untuk siswa yang memiliki kemampuan
matematik rendah dengan gaya belajar visual dan kinestetik berturut-turut adalah
61,2 dan 65,45. Sedangkan untuk prestasi belajar afektif ditunjukkan pada Tabel
4.16, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dengan gaya belajar
visual dan kinestetik berturut- turut memiliki rata-rata 99,83 dan 104,56, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
untuk siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah dengan gaya belajar
visual dan kinestetik memiliki rata-rata berturut-turut 101,04 dan 106,45.
Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara
kemampuan matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif dan
afektif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual
maupun kinestetik dengan kemampuan matematik tinggi ataupun rendah dapat
membentuk konsep yang sama pada diri siswa, yang ditunjukkan dengan sikap
siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi dengan gaya belajar apapun tetap dapat mengikuti proses belajar
dikelas dengan baik, begitu pula siswa yang memiliki kemampuan matematik
rendah dengan gaya belajar apapun tetap dapat menguikuti proses belajar dengan
baik.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi
metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa .
Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena banyak faktor
yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa. Misalnya faktor metode pembelajaran, media
pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar yang digunakan dalam
penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
7. Hipotesis Ketujuh
Pengujian Hipotesis ketujuh mengenai interaksi antara metode media
laboratorium real dan media laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi
dan rendah serta gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,416, pada prestasi afektif menunjukan P-value
bernilai 0,778. Berdasarkan keputusan uji maka Ho diterima pada prestasi
kognitif dan afektif . Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara media
laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi dan
rendah dan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan ada interaksi
metode Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media
laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa .
Pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif disebabkan karena banyak faktor
yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa. Misalnya faktor metode pembelajaran, media
pembelajaran, kemampuan matematik, dan gaya belajar yang digunakan dalam
penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga
peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan belajar
mengajar.
E. Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal dan telah
melalui proses evaluasi namun tetap tidak dapat luput dari keterbatasan. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini antara
lain: (1). kemampuan matematik siswa hanya dikategorikan ke dalam dua
kelompok saja, yaitu tinggi dan rendah. Peneliti tidak melibatkan kategori
sedang. Hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian; (2). gaya
belajar siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja, yaitu visual dan
kinestetik, untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditory lebih cenderung
memilih salah satu gaya belajar, sehingga hal ini mungkin sedikit berpengaruh
terhadap hasil penelitian; (3) penelitian ini hanya melibatkan sebagian faktor dari
keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa,
meliputi metode pembelajaran, media, kemampuan matematik siswa, gaya belajar
terhadap prestasi belajar; (4). instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi
afektif siswa hanya berupa angket. Penggunaan angket menunutut adanya
kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Peneliti hanya bisa mengantisipasi jawaban siswa tidak berasal dari jawaban
temannya atau kerjasama. Peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benar-
benar jujur seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket.
(5). pada saat pelaksanaan praktikum di laboratorium real, kebanyakan siswa
belum bisa menggunakan alat dan bahan percobaan sehingga waktu percobaan
yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) dengan laboratorium real
dan virtual dapat membantu dan memberikan semangat dalam diri siswa dalam
memecahkan persoalan pembelajaran kimia tentang materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan secara berkelompok. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
pengaruh penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) yang
menggunakan media loaboratorium real dan virtual terhadap prestasi kognitif.
Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif diketahui bahwa siswa yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan media laboratorium virtual
memperoleh prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
perlakuan menggunakan media laboatorium real, hal itu disebabkan karena
siswa lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan
dapat dilakukan berulang-ulang tanpa menghabiskan waktu untuk
mempersiapkan pengulangan sehingga mereka dapat mengulangi praktikum
sampai merasa paham.
Pada prestasi afektif, siswa yang menggunakan media laboratorium real
dan virtual memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Siswa
yang menggunakan media laboratorium real senang saat mempelajari materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
kelarutan dan hasil kali kelarutan karena mereka dapat melakukan percobaan
secara langsung, sementara siswa dengan menggunakan laboratorium virtual
mereka juga dapat melakukan percobaan secara langsung dengan
menggunakan computer yang telah didesain menggunakan software khusus,
dimana percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan pada laboratorium
real. Sehingga baik siswa yang menggunakan media laboratorium real
maupun siswa yang menggunakan media laboratorium virtual memiliki
prestasi afektif yang relatif sama.
2. Kemampuan matematik merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui kemampuan
matematik siswa digunakan tes kemampuan matematik. Pada uji hipotesis
menunjukkan ada pengaruh kemampuan matematik tinggi dan kemampuan
matematik rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh
kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap
prestasi afektif. Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif diketahui bahwa
siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi memperoleh prestasi lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik
rendah, karena siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dapat
lebih cepat dan tepat dalam menyelesaikan persoalan materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan yang bersifat hitungan. Sedangkan untuk prestasi afektif,
dinyatakan tidak ada perbedaan prestasi siswa yang memiliki kemampuan
matematik tinggi dan matematik rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
3. Siswa memiliki kecenderungan dalam menerima dan mengolah informasi
selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan gaya belajar mereka
masing-masing. Kerja laboratorium dapat memberikan rangsangan kepada
para siswa yang memiliki gaya belajar visual maupun kinestetik. Oleh
karena itu, terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap
prestasi kognitif dan afektif. Berdasarkan rata-rata data prestasi kognitif dan
afektif diketahui bahwa siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih baik
prestasinya dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual. Hal
itu disebabkan karena siswa yang mempunyai gaya belajar kinestestetik
cenderung lebih aktif pada proses pembelajaran.
4. Semua siswa baik yang mempunyai kemampuan matematik tinggi maupun
rendah tertarik terhadap pembelajaran kimia dengan menggunakan media
laboratorium real dan virtual. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan
matematik tinggi maupun rendah mempunyai semangat yang sama dalam
mengikuti pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan. Oleh karena itu,
tidak terdapat interaksi antara laboratorium real, laboratorium virtual dan
kemampuan matematik terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
5. Penggunaan media laboratorium real dan virtual dalam pembelajaran kimia
berpengaruh terhadap prestasi siswa yang mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda. Hal itu ditunjukkan dengan adanya interaksi antara media
laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar visual
dan kinestetik terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan hasil uji lanjut
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada media real dengan gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
belajar kinestetik memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki gaya belajar visual, sedangkan tidak ada
perbedaan rata-rata pretasi siswa antara siswa yang menggunakan media
virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Hal inilah yang menunjukkan
adanya interaksi antara media dengan gaya belajar siswa. Namun, tidak
terdapat interaksi antara media laboratorium real dan media laboratorium
virtual dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar
afektif.
6. Semua siswa baik yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan gaya
belajar visual maupun kinestetik mempunyai ketertarikan yang sama dalam
mengikuti pembelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hal itu ditunjukkan dengan tidak terdapat interaksi antara kemampuan
matematik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
Sehingga pengaruh yang diberikan kemampuan matematik terhadap prestasi
kognitif dan afektif merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak
berhubungan dengan gaya belajar siswa. Begitu pula sebaliknya, pengaruh
yang diberikan oleh gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif
merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
kemampuan matematik siswa.
7. Penggunaan media laboratorium real dan virtual dalam pembelajaran kimia
sangat menarik bagi semua siswa. Dikaitkan dengan kemampuan matematik
dan gaya belajar terhadap media yang digunakan mempunyai ketertarikan yang
hampir sama. Oleh karena itu, tidak terdapat interaksi antara media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
laboratorium real dan laboratorium virtual, kemampuan matematik tinggi dan
rendah dan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi kognitif dan
afektif.
B. Implikasi Hasil Penelitian.
1. Implikasi teoritik
Implikasi teoritik dari penelitian ini yaitu bahwa siswa dengan
kemampuan matematik tinggi akan lebih mudah memahami konsep yang
disampaikan oleh guru, daripada siswa dengan kemampuan matematik rendah.
Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa.
Penggunaan media laboratorium real menuntut siswa untuk menemukan
suatu konsep dengan melakukan percobaan langsung. Sedangkan penggunaan
media laboratorium virtual proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
komputer, percobaan dilakukan dengan menggunakan software yang telah
rancang sesuai dengan percobaan pada laboratorium yang sebenarnya.
2. Implikasi praktis
Dengan diperolehnya kesimpulan dari penelitian ini sebagai implikasi
praktisnya terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa adalah:
a. Hendaknya guru menggunakan media laboratorium virtual pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan agar siswa mendapatkan prestasi kognitif dan
afektif yang lebih baik.
b. Hendaknya guru mengukur kemampuan matematik siswa agar guru lebih
mengetahui kemampuan siswa dalam mengerjakan soal kelarutan dan hasil kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
kelarutan yang bersifat hitungan, serta melakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan matematik siswa tersebut dengan memberikan latihan soal
matematik yang sesuai dengan indikator soal yang ingin diukur.
c. Hendaknya guru mengukur dan mengetahui gaya belajar siswa agar
pembelajaran yang diberikan sesuai dengan memperhatikan media yang
digunakan.
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Penggunaan media laboratorium virtual hendaknya digunakan oleh guru
dalam upaya memberikan variasi pembelajaran dan meningkatan prestasi
belajar siswa, khususnya pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
b. Guru sebaiknya melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
matematik siswa dengan memberikan latihan soal matematik yang sesuai
dengan indikator soal kemampuan matematik yang ingin diukur, karena
dengan kemampuan matematik yang baik dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi kimia yang bersifat hitungan.
c. Gaya belajar siswa hendaknya diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran karena dengan mengetahui gaya belajar siswa guru lebih
mehami dalam pemilihan metode dan media yang tepat agar prestasi
belajar siswa menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
2. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Hendaknya metode dan media yang digunakan dalam penelitian dicoba
terlebih dahulu agar kita mengetahui kelemahan dan mengetahui kesiapan
dalam menyampaikan materi.
b. Hendaknya peneliti tidak hanya mengukur kemampuan matematik tinggi
dan rendah saja, siswa yang mempunyai kemampuan matematik sedang
sebaiknya diukur supaya peneliti benar-benar mengetahui kemampuan
siswa.
c. Hendaknya peneliti tidak hanya mengukur gaya belajar visual dan
kinestetik, siswa yang mempunyai gaya belajar auditori sebaiknya diukur
supaya benar-benar mengetahui gaya belajar siswa, sehingga dapat
meninggkatkan prestasi belajar siswa.
d. Hendaknya untuk prestasi afektif tidak hanya menggunakan angket, tetapi
sebaiknya peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk
mencocokkan jawaban siswa dengan angket, agar mengetahui kejujuran
siswa.
e. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acauan untuk penelitian yang
sejenis dengan pokok bahasan yang lain seperti materi laju reaksi, asam
dan basa, koloid, dan materi kimia yang lainnya yang sebagian besar
materinya dapat disampaikan dengan praktikum di laboratorium.
f. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel yang lain,
misalnya: sikap ilmiah, motivasi belajar, kemampuan awal dan lain
sebagainya.