Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL
DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi
Oleh :
TRI WAHYUNI NIM. S831002064
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh Tri Wahyuni
NIM. S831002064
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. ...................... ...............
NIP. 19600809 198612 1 001
Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph.D. ....................... ............... NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi pendidikan Sains,
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh Tri Wahyuni
NIM. S831002064
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tanggal : 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. ....................... ...............
Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi ...................... ............... Anggota : 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. ...................... ............... 2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ...................... ...............
Mengetahui
Direktur Ketua Program Pascasarjana, Program Studi pendidikan Sains, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP.19570820 198503 1 004 NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan puji syukur kepada Allah SWT., yang bertanda tangan di bawah ini
saya :
Nama : TRI WAHYUNI
NIM : S831002064
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul
“PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi
Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh.
Surakarta, April 2011
Yang Membuat Pernyataan,
TRI WAHYUNI NIM. S831002064
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Orang yang cerdas adalah yang bisa mengendalikan nafsunya dan beramal untuk kepentingan
setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa
nafsunya dan hanya mengharapkan sesuatu dari Allah ta’ala tanpa usaha beribadah”.
“Hidup sekali, hiduplah yang berarti”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN “Teriring untaian doa dan sanjungan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT,
kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk :
kedua orang tuaku,
Suamiku tercinta,
ketiga buah hatiku,
Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan
yang telah memberikan semangat,dukungan, dan doa dalam menggapai cita-citaku”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memercikkan setetes dari keluasan lautan ilmu-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan Tesis berjudul :” PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO
DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA
PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN
MINAT BELAJAR” (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri
Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen), untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Program
Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Pendidikan Biologi, Fakultas Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari pembimbing dan
banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains, yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga
dalam penyusunan tesis penulis.
3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing I penyusunan tesis penulis
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada penulis
mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.
4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis penulis
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis
mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., selaku dosen Problematika Pendidikan Sains,
Kapita Selekta Pendidikan Sains, dan Penelitian Pendidikan Sains yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun
proposal penelitian.
6. Para Dosen Pengampu Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu
kepada penulis.
7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang
selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dan
memberikan motivasi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.
9. Suami Sugianto, S.Pd. dan ketiga putri tercinta; Meiki Anissah NH., Dheiwa
Safira NS., Fadlila Qolbi NA., yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terlaksananya penyusunan tesis ini.
Semoga segala bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan
semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap tesis ini dapat mengantarkan penulis untuk mendapatkan derajat
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ ...i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... . ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
ABSTRAK ............................................................................................................. xvi
ABSTRACT ............................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........ …………….........................................................1
B. Identifikasi Masalah …………….....................................................................9
C. Pembatasan Masalah......................................................................................... 10
D. Perumusan Masalah .................. ……………....................................................11
E. Tujuan Penelitian .................. ……………........................................................11
F. Manfaat Penelitian ............... …………….........................................................12
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar ........................ ………………………………………............14
2. Pembelajaran dan Pengajaran ………………………………………..........20
3. Model Pembelajaran ......... ………………………………………………..21
4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..................................... 24
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ....................................... 29
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ............ 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Interaksi Sosial ……………………………………………………………32
8. Minat Belajar................................................................................................ 36
9. Hasil Belajar....... …………………………………………………………..39
10. Hakekat Biologi .......................................................................................... 40
11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup ................ .…………..........42
B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………….....................63
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………...........68
D. Hipotesis …………..…………..……………………………………….........73
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian... ………………………………………............74
B. Metode Penelitian ............................................................................................ 75
C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 76
D. Definisi Operasional ........................................................................................ 76
E. Populasi dan Sampel.................... ………………………………….….......... .78
F. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 78
G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 79
H. Pengujian Instrumen ........................................................................................ 80
I. Teknik Pengukuran .......................................................................................... 87
J. Teknik Analisa Data ........................................................................................ 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................................. .....90
B. Uji Prasyarat Analisis ...................................................................................... 99
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 102
D. Pembahasan Hasil Analisis ........................................................................... 105
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 118
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 120
B. ImplikasiHasil Penelitian ............................................................................... 124
C. Saran ............................................................................................................. 124
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................127
LAMPIRAN ...........................................................................................................131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................................74
3.2. Desain Faktorial 2x2x2 ...................................................................................75
3.3. Interpretasi Validitas Soal ................................................................................81
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ..........................................................................82
3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal ............................................................................84
3.6. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................................84
3.7. Klasifikasi Taraf Kesukaran ............................................................................85
3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran ...............................................................................86
3.9. Interpretasi Daya Pembeda ..............................................................................87
3.10. Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................................87
4.1. Diskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model
Pembelajaran ....................................................................................................90
4.2. Data Sikap Kooperatif ......................................................................................91
4.3. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen I..........92
4.4. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen II ........93
4.5. Diskripsi Sebaran Data Keseluruhan ................................................................94
4.6. Rerata Hasil Belajar ..........................................................................................94
4.7. Diskripsi Data Interaksi Sosial .........................................................................95
4.8. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi ............................................96
4.9. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah ..........................................96
4.10. Diskripsi Data Minat Belajar .. .........................................................................98
4.11. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Tinggi ................................ .............98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.12. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Rendah ............................................98
4.13. Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Kooperatif ..............................................100
4.14. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial ..................100
4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar .....................101
4.16. Hasil Uji Homogenitas ....................................................................................102
4.17. Hasil Uji Anava ...............................................................................................103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Lintasan Oksidasi Piruvat ................................................................................47
2.2. Siklus Asam Sitrat .............................………………………………...……...49
2.3. Lintasan Detail Siklus Kreb’s ..........................................................................50
2.4. Ringkasan alur Glukoneogenesis ...……………………………….………….52
2.5. Siklus Urea .. …………………………………………………………………55
2.6. Sel Target .........................................................................................................56
2.7. Cara Hormon Mencapai Sel Target .................................................................57
4.1. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I ………………………92
4.2. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II ……………………...93
4.3. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Tinggi ………….….97
4.4. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Rendah ...……….…97
4.5. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Tinggi .......................99
4.6. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Rendah ……...……...99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Silabus ........................................................................................................ 131
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ............................ 133
b. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ................................................ 147
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik...................................................................... 160
4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ............................................................................. 163
5. Soal Tes Hasil Belajar .................................................................................... 164
6. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ................................................................... 170
7. Lembar Jawab Tes Hasil Belajar .................................................................... 171
8. Kisi-Kisi Interaksi Sosial Peserta Didik ......................................................... 172
9. Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik........................................................ 173
10. Lembar Jawab Interaksi Sosial Peserta Didik ................................................ 176
11. Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik............................................................ 177
12. Instrumen Minat Belajar Peserta Didik .......................................................... 179
13. Lembar Jawab Minat Belajar Peserta Didik .................................................. 182
14. Rubrik Penilaian Sikap Kooperatif ................................................................ 183
15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Tes Hasil
Belajar ............................................................................................................ 184
16. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial .................................... 186
17. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ...................................... 188
18. Data Induk Kelas Bamboo Dancing .............................................................. 190
19. Data Induk Kelas NHT .................................................................................. 191
20. Foto Try-out ................................................................................................... 192
21. Foto Kelas Bamboo Dancing ......................................................................... 193
22. Foto Kelas NHT ............................................................................................. 194
23. Data Normalitas, Homogenitas Hasil Belajar ................................................ 196
24. Data T-test ...................................................................................................... 198
25. Hasil Try-out .................................................................................................. 199
26. Jawaban Hasil Belajar Peserta Didik.............................................................. 205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
27. Jawaban Interaksi Sosial Peserta Didik ......................................................... 209
28. Jawaban Minat Belajar Peserta Didik ............................................................ 213
29. Hasil Penilaian Sikap Kooperatif ................................................................... 217
30. Daftar Hadir Peserta Didik ........................................................................... 221
31. Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................................. 228
32. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian ....................................................... 229
33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen Penelitian ....... 230
34. Surat Ijin Penelitian ....................................................................................... 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Tri Wahyuni. S831002064. “Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) pada Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Interaksi Sosial dan Minat Belajar.” ( Sebuah Studi Kasus pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen) Tesis. Pembimbing : 1) Prof.Drs.Sutarno,M.Sc.,Ph.D. 2) Dra.Suparmi, MA.,Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi; (2) Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (3) Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap prestasi belajar biologi; (7) Interaksi model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil biologi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan satu kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif, rubrik penilaian sikap kooperatif untuk ranah afektif, angket untuk interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan software SPSS 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup; (2) Terdapat pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (3) Terdapat pengaruh minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, Bamboo Dancing, NHT, interaksi sosial, minat belajar, hasil belajar, Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Tri Wahyuni. S831002064. “Cooperative Learning Using Bamboo Dancing and Numbered Heads Together (NHT) Type on Biology Learning overviewed from Social Interaction and Learning Interest.” (A Case Study on Living Things Characteristics Material for student in Grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen academic year 2010/2011) Thesis. Advisors: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. 2) Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011. The purposes of the research were to find out: (1) The effect of the use of cooperative learning model Bamboo Dancing and NHT type towards student’s achievement; (2) The effect of student’s social interaction towards student’s achievement; (3) The effect of student’s learning interest towards student’s achievement; (4) Interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement. (5) Interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement. (6) Interaction between student’s social interaction and students learning interest towards student’s achievement. (7) Interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement. The research used experimental method which carried out in June 2010-March 2011. The populations of this research were all students in grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, semester 1 year 2010/ 2011. Sample of this research was determined by clusters random sampling technique consisting of two classes. An experimental class I used cooperative learning model Bamboo Dancing type and an experimental class II used cooperative learning model Numbered Heads Together type. The data was collected using test for student’s achievement, observation sheet for affective, and questionnaires for social interaction and learning interest. Hypotheses were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design using SPSS 12 software. The result of this research indicated that: (1) There was an effect of the use of cooperative learning model throught Bamboo Dancing and Numbered Heads Together type towards student’s achievement on Living Things Characteristics material; (2) There was an effect of student’s social interaction (high and low) towards student’s achievement; (3) There was an effect student’s learning interest (high and low) towards student’s achievement; (4) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement; (5) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement; (6) There was not any interaction between student’s social interaction and student’s learning interest towards student’s achievement; (7) There was not any interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement. Keywords: Cooperative learning, Bamboo Dancing, NHT, social interaction, learning interest, student’s achievement, Living Things Characteristics.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa.
Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha
menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat
hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan,
keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan
kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional
kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya.
Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, dengan adanya KTSP ini
akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan
kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan
dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan
moral manusia.
Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka
pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi IPA serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar Biologi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus
memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus
memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta
keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media
atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran.
Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi
kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang
bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai
dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun
hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan
(3) produk ilmiah.
Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses
merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi
yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara
luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau
metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam
pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan
sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk
ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran
Biologi.
Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA
tahun pelajaran 2009/2010 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60
yaitu diperoleh rerata 55. Selain itu, hasil ulangan peserta didik sebelum materi Ciri-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai
46%. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan
peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA (Biologi) di
SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik
menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai
dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil
tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran.
Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan)
dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA (Biologi) di SMP
Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru (teacher centered ). Guru
masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran
(transformator), sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM.
Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan
teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar,
dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang
menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat
monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai
mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini
mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik sangat kurang. Akibatnya, lingkungan belajar yang tercipta juga kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan
ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan
pernyataan Herawati Susilo (2000) bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah
partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo
(2000:2.3) menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar
merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar.
Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam
pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Minds on).
Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi
berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam
Aunurrahman (2009:51), terdiri dari tujuh jenis/kategori perilaku yaitu, penerimaan,
partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup
(Heart on). Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009:52) psikomotor
yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan dan kreativitas ( Hands on).
Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut
adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah
adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen.
Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses
belajar mengajar. Peserta didik dalam pembelajaran masih bersifat individual, pasif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik
terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasi/materi
dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan
lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik (olahraga), minat belajar rendah,
kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi
rendah.
Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak
pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan
pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar
guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi
di kelasnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih
baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga
diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun
kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat
mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama
teman secara bebas.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor
minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang
menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena
obyek tersebut menarik bagi dirinya. Pemusatan perhatian dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi
seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah
juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola
keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.
Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti
dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai
secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W.
(2007:24) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik
diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar peserta didik ( kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hal ini
sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk
dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta
didik.
Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia”. (Soerjono Sukanto. 2007 : 55 ).Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori.
(2008:107 mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M.
Asrori (2008:107) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara
beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling
mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila
tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan
demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan
faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.
Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.(2004), bahwa
tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada
peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik.
Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang pada prinsipnya
merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar
komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran. Jadi, model pembelajaran kooperatif ini cocok digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh
karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo
Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) adalah model pembelajaran dirasa
sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.
Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua
kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan,
sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta
didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan
bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja
sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi
kepada peserta didik yang lainnya.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu
pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik
dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan
masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk
melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan
dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian
untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan
hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen,
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi
sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model
pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing dan NHT ( Numbered Heads Together ).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa
masalah pembelajaran di SMP Negeri 2 Tangen yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Secara umum hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA (Biologi) di SMP
Negeri 2 Tangen belum memuaskan.
2. Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan seperti PBL, CTL,
Pembelajaran Kooperatif, namun belum dikembangkan.
3. Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif seperti TPS, Bamboo
Dancing, NHT, namun belum dikembangkan.
4. Peserta didik yang pasif dalam menerima pelajaran, dapat dipengaruhi oleh
faktor internal peserta didik, antara lain interaksi sosial, minat belajar, gaya
belajar, motivasi belajar, keingintahuan, dan kesulitan belajar.
5. Interaksi sosial peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.
6. Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.
7. Pemahaman guru biologi tentang hakikat pembelajaran IPA masih kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
8. Guru biasanya hanya melakukan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal ada
tiga aspek yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
9. Ada berbagai materi yang dipelajari peserta didik kelas VII diantaranya materi
Mikroskop, Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Organisasi Kehidupan namun guru belum
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka masalah
penelitian difokuskan pada:
1 Model pembelajaran Biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT.
2 Interaksi sosial dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, yang diteliti meliputi
lima komponen, yaitu kerja sama, persesuaian, perpaduan, persaingan, dan
pertentangan, yang dikategorikan menjadi
3 Minat belajar dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, meliputi tiga komponen
yaitu keinginan/hasrat, kecenderungan melakukan aktivitas, dan perasaan
suka/tak suka.
4 Materi pelajaran yang digunakan adalah tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai
Kompetensi Dasar 6.1. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
5 Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes formatif untuk aspek kognitif
setelah penelitian dilakukan dan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk untuk
aspek afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi ?
2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi ?
3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi ?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik
terhadap hasil belajar biologi ?
7. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
NHT, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
NHT terhadap hasil belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil
belajar biologi.
7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi
ditinjau dari interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.
b. Untuk menambah dan mengembangkan pembelajaran IPA (biologi) dalam
mendukung teori-teori belajar yang sudah ada sehubungan dengan masalah
yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Secara Praktis
a. Guru
(1) Sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam
menggunakan strategi pembelajaran sehingga dapat meminimalkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
(2) Lebih terdorong untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan
pembelajaran biologi yang efektif, menyenangkan, dan bermakna.
b. Peserta didik
(1) Terlatih menjalin kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat
orang lain,meningkatkan minat / motivasi belajar, belajar lebih bermakna,
dan ada perubahan norma yang positif yang berhubungan dengan hasil
belajar.
c. Peneliti lain
(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain
untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar
Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar
sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2)
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah proses
yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit
banyak bersifat permanen. Jadi, belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah
terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara yaitu lewat interaksi dengan
lingkungan dan lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi di dalam diri siswa. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Piaget, yang
memiliki prinsip, (a) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui
perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b)
pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar
tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa, belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Esa N.W.(2010:13)
menyatakan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,
dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki
arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini merupakan pengertian belajar secara luas.
Dalam pengertian sempit, kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas
sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan. Belajar adalah penambahan pengetahuan.
Guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk
menerima / mengumpulkan dan menghafalnya (Sardiman. 2010 : 20). Seperti yang
dikatakan Reber dalam Agus Suprijono (2009:3), menyatakan bahwa belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan. Pada kenyataannya belajar sebagai konsep
mendapatkan pengetahuan banyak dianut. Sudah barang tentu pengertian belajar
seperti ini secara esensial belum memadai. Dari pengertian belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku melalui proses sistemik
yang dinamis dan konstruktif sehingga memperoleh pengalaman dari hasil interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian belajar di atas pada prinsipnya belajar adalah suatu
proses yang menimbulkan suatu perubahan perilaku. Belajar merupakan hasil
pengalaman. Dengan demikian, belajar memerlukan waktu.
Beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yang mendasari
pembelajaran biologi diantaranya :
a. Teori Piaget
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget. Menurut
Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai
menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.
Empat perkembangan kognitif tersebut adalah : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun);
(2) pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkrit (usia 7-11 tahun); (4)
operasional formal (usia 11-dewasa). Perkembangan kognitif merupakan perubahan
yang bertautan, bertahap sedemikian rupa sehingga proses mental menjadi semakin
kompleks dan canggih.
Tingkat perkembangan peserta didik usia SMP kelas VII adalah pada tingkat
operasional konkrit menuju operasional formal. Pada tingkatan ini peserta didik
mendapatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah konkrit secara logis.
Peserta didik dapat menerima pandangan orang lain, bahasa komunikatif dan sosial
serta dapat memencar persepsi lebih lanjut dan dapat mengikuti transformasi. Hal ini
terjadi dalam pembelajaran menggunakan NHT pada tahap berpikir bersama dalam
kelompok.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada
seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannnya. Implikasi penting dalam pembelajaran biologi dari teori Piaget
dalam Baharruddin dan Esa N.W.(2010:118) dan Paul Suparno (2006:30-32) adalah:
a) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya (skemata); b) Memusatkan perhatian
pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya (asimilasi); c)
Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran (akomodasi); d) Memaklumi adanya perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok
(keseimbangan/equilibrium).
Asimilasi merupakan suatu proses, individu secara kognitif mengadaptasikan
diri terhadap lingkungan. Pada pembelajaran model kooperatif tipe Bamboo Dancing
asimilasi terjadi pada saat peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya, sedangkan
pada pembelajaran model kooperatif tipe NHT asimilasi terjadi pada saat berpikir
bersama. Begitu pula untuk proses adaptasi akomodasi dan equilibrium.
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program
yang menekankan pada : pertama, pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-
pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang
lain, dan kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan
yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar
yang luas.
Berdasarkan teori Piaget di atas, bahwa perkembangan kognitif bukan
merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan
pengkonstruksian oleh peserta didik suatu kerangka mental untuk memahami
lingkungan mereka. Jadi, dalam melaksanakan pembelajaran penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar dapat dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing dan NHT.
b. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan.
Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky dalam Herawati Susilo (2000:1.45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu
terserap ke dalam individu tersebut. Pembelajaran akan terjadi apabila anak bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada
dalam zone of proximal development (ZPD). Zone of proximal development adalah
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide penting
lain dari Vygotsky adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah besar
bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
dapat melakukannya.
Menurut Herawati Susilo (2000:1.44) ada dua implikasi utama teori Vygotsky
dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat
berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-
strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua,
dalam pengajaran menekankan scaffolding, peserta didik semakin lama semakin
bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.
Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan dan
pengembangan pembelajaran kooperatif. Peserta didik dalam membangun
pengetahuannya selain harus mengalami diperlukan adanya kerja kelompok dan
interaksi sosial dengan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses
konstruksi terarah. Interaksi sosial di sini adalah interaksi sesama peserta didik, guru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dan lingkungan yang lain. Hal ini terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing pada tahap berdiskusi dalam kelompok dan NHT pada tahap berpikir
bersama.
c. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme
mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen.
Belajar merupakan proses dan telah terjadi apabila terdapat perubahan perilaku.
Perubahan perilaku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama lewat interaksi
dengan lingkungan dan cara yang kedua lewat kematangan, karena pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik.
Implikasi teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : Gagne
beranggapan adanya learning hierarchy. Keberhasilan mempelajari sesuatu
kemampuan tergantung kepada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang
telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar harus dimulai dari yang paling
sederhana kemudian yang kompleks.
Menurut Gagne terdapat lima kemampuan manusia yang harus dicapai dalam
pembelajaran biologi. Lima kemampuan hasil belajar tersebut tiga diantaranya
bersifat kognitif (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal), satu
bersifat afektif (sikap), dan yang lain bersifat psikomotorik (keterampilan motorik).
Lima kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing maupun NHT mulai dari tahap penyampaian tujuan sampai
evaluasi melalui presentasi untuk Bamboo Dancing dan tahap menjawab untuk NHT.
Keterampilan intelektual (keterampilan berpikir) adalah kemampuan yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu seperti membaca, menghitung, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menganalisis. Ini merupakan keterampilan prasyarat untuk menguasai keterampilan
berikutnya. Strategi kognitif (proses terkendali) adalah suatu bentuk khusus dari
keterampilan berpikir yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan
masalah yang berasal dari proses internal yang digunakan untuk mengubah cara
belajar, mengingat, dan cara berpikir. Informasi verbal adalah kemampuan yang
diperoleh dengan jalan menghafal. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang
melibatkan koordinasi otot, gerakan, mata, dan indera yang lain. Di dalam kegiatan
praktikum banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik. Sikap, yaitu
keadaan pada peserta didik yang akan mempengaruhi dan mengubah tindakan yang
dipilihnya.
2. Pembelajaran dan Pengajaran
Agus Suprijono (2009:11) menyatakan bahwa ’pembelajaran merupakan
terjemahan dari learning’. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,
cara, perbuatan mempelajari. Menurut Syaiful Sagala (2008:61) pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Wartono dkk. (2004:15),
pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap barupada
saat seseorang/individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, terjadi
sepanjang waktu dan di mana saja.
Pembelajaran biologi adalah pengembangan pengetahuan biologi, keterampilan
proses sains, atau sikap ilmiah pada saat seseorang individu berinteraksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
informasi dan lingkungan. Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Dengan kata
lain bahwa pembelajaran biologi merupakan sebuah proses yang alami atau proses
perubahan yang terjadi karena reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi di alam ini.
Berdasarkan makna leksikal, pengajaran adalah proses, perbuatan, cara
mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran adalah proses
mekanis. Menurut Wartono dkk.( 2004:15 ), ”pengajaran adalah susunan informasi
dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran”. Yang dimaksud lingkungan di
sini adalah tidak hanya tempat di mana pengajaran berlangsung tetapi juga metode,
media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan
membimbing peserta didik belajar. Jadi perbedaan esensiil pada istilah pembelajaran
dan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta
didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya
guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.
Jadi, proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan
penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik
berinteraksi dengan informasi itu.
3. Model Pembelajaran
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45) berpendapat bahwa, model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa
sistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran, pola yang
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk
kepada guru di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono
(2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Merujuk pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran untuk
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Selain itu model pembelajaran juga dapat
membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pada awalnya model pembelajaran
dikembangkan oleh Bruce, Joyce, Weil, dan Showers dan digunakan untuk dua
alasan penting. Pertama, model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Satu model pembelajaran dapat
menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti
merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan
memperdebatkan temuan, bekerja secara kolaboratif, menciptakan karya seni, dan
melakukan presentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Model pembelajaran dalam Wartono dkk (2004 :1) mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri tersebut adalah
(1) rasional teoritik yang logis; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
peserta didik belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan; (4) lingkungan
belajar yang diperlukan.
Kedua, model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting
untuk memfokuskan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya, dan sifat lingkungan belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur
langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran mempunyai komponen-
komponen yang sama. Semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian
peserta didik dan memotivasi peserta didik. Demikian pula setiap model
pembelajaran selalu mempunyai tahap ” menutup pelajaran ” dengan merangkum
pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan
guru. Namun, antara sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai
perbedaan, yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada peserta
didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Misalnya, belajar secara
kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya
meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Proses demokrasi dan peran aktif peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
didik sangat diperlukan untuk menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya.
Menurut Arends dan para pakar pembelajaran yang lain dalam Wartono dkk
(2004:1), menyatakan bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada
model pengajaran yang lain. Guru perlu menguasai berbagai macam model
pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan
lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah. Dengan demikian guru dapat memilih
model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat
sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok peserta didik tertentu.
Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan
merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud adalah
pengajaran langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah.
Kunci penting dalam menggunakan model pengajaran adalah tidak terlalu
menyimpang dari sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Depdiknas (2004:11-12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Herawati Susilo (2000:1.57)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memanfaatkan kecenderungan peserta didik untuk berinteraksi dan menerapkan
keterampilan tertentu, serta mengandalkan peranan tugas dan peranan hubungan
kerja di dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar bersama. Menurut Slavin
(2010:8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik duduk bersama dalam
kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik
dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Jadi, dalam
pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama
dan kolaborasi.
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar
kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke
dalam individu tersebut. Ditinjau dari pendapat tersebut, maka yang dikehendaki
adalah susunan kelas berbentuk pembelajaran koopratif.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif
dapat menumbuhkan pembelajaran efektif, yang bercirikan : (1) memudahkan
peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan
keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus
diterapakan. Lima unsur tersebut adalah positive interdependence (saling
ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face
to face promotif interaction ( interaksi promotif ), interpersonal skill ( komunikasi
antar anggota ), dan group processing ( pemrosesan kelompok ).
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut.
Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan
kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota
kelompok menjadi individu yang kuat. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk
menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini
dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri interaksi promotif adalah
saling membantu, saling memberi informasi dan sarana, memproses informasi
bersama, saling mengingatkan, saling percaya dan saling memotivasi untuk
keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Dalam
pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling
mendukung, dan mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Melalui
pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa dari anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak dapat diketahui.
Menurut Slavin (2010 : 4), dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai
tiga karakteristik : (1) Peserta didik bekerja dalam tim-tim belajar kecil; (2) Peserta
didik didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat
akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) Peserta didik diberi imbalan
atau hadiah atau dasar prestasi. Anita lie (2008:18,28) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif didasari oleh semangat gotong royong.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan pencapaian
hasil belajar berupa prestasi akademik, mengembangkan hubungan antarkelompok,
penerimaan teman sekelas yang lemah bidang akademik, dan meningkatkan rasa
harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa
peserta didik perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya. Untuk
mencapai hasil belajar itu diperlukan kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada
derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun
reward. Selain itu, model ini juga unggul dalam membantu peserta didik memahami
konsep-konsep sulit dan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
mempelajari materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang ada hubungannya dengan kerjasama dan pengembangan komunikasi
antar anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus heterogen. Heterogen
dalam hal prestasi belajar, kemampuan komunikasi, aktifitas sosial dan jenis
kelamin.
Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahap, yaitu: (1) Tahap 1,
menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik
belajar; (2) Tahap 2, menyajikan informasi/memperkenalkan materi. Guru
menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demostrasi atau lewat bahan
bacaa;. (3) Tahap 3, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien; (4) Tahap 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) Tahap
5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (6) Tahap 6,
memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Hanafiah (2009 : 56) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing ( tari bamboo ) bertujuan agar peserta didik saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu
singkat secara teratur. Metode ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran
pengalaman pikiran dan informasi antarpeserta didik. Anita Lie (2008:67)
menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Menurut Agus Suprijono (2009:98), pembelajaran dengan Bamboo Dancing ini
diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik di papan
tulis atau guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu.
Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang
telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengikuti pelajaran yang baru.
Tahap berikutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam
satu kelas ada 36 peserta didik, maka tiap kelompok besar terdiri 18 peserta didik.
Mengatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar 18 peserta didik berdiri
berjajar dan saling berhadapan. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar
mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.
Guru membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada
kesempatan itu, peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mendiskusikan tugas
yang diterimanya.
Usai berdiskusi dalam kelompok awal, tiap-tiap kelompok besar berdiri berjajar
saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian
seterusnya. Pergeseran baru berhenti apabila tiap peserta didik kembali ke pasangan
awalnya.
Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh
kelas. Guru memfasilitasi dalam presentasi kelas, agar pengetahuan yang diperoleh
melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi
pengetahuan bersama seluruh kelas.
Dari uraian di atas, tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi, tahap 2:
pengenalan topik dan sumbang saran, tahap 3: membagi kelas menjadi 2 kelompok
besar, tahap 4: berdiskusi dalam kelompok awal dan kelompok besar, tahap 5:
Evaluasi melalui presentasi kelas, tahap 6: pemberian penghargaan, membuat
rangkuman.
Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, memiliki keunggulan dan
kelemahan. Adapun keunggulan dari Bamboo Dancing adalah peserta didik akan
lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama dengan
sesama teman dan terfokus, berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan
baik, secara individu maupun kelompok dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan, memperoleh reward yang membanggakan. Proses dari metode ini akan
membawa dampak yang besar bagi peserta didik untuk pembelajaran dan kehidupan
selanjutnya. Apabila penggunaan tipe Bamboo Dancing ini belum dikelola dengan
baik, maka akan memiliki kelemahan yaitu adanya kegaduhan sehingga mengganggu
konsentrasi peserta didik yang lain.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together (NHT)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Anita Lie ( 2008:59) menyatakan bahwa metode NHT memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong peserta didik untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.
NHT atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode ini dikembangkan oleh
Spencer Kagan dengan melibatkan para peserta didik dalam melihat kembali bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah seperti berikut ini.
Tahap 1: Penomoran ( Numbering ). Guru membagi peserta didik ke dalam
kelompok beranggotakan 3-5 orang atau disesuaikan dengan jumlah konsep yang
dipelajari dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5 atau
disesuaikan. Tahap 2 : Mengajukan Pertanyaan ( Questioning ). Guru mengajukan
sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan. Tahap 3 :
Berpikir bersama (Heads Together). Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya
mengetahui jawaban itu. Tahap 4 : Menjawab (Answering ). Guru memanggil suatu
nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Hal itu dilakukan
terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan
jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga
peserta didik menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memiliki keunggulan dan kelemahan
sebagai berikut: a) Keunggulan : dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja
sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta didik yang lain.;
b) Kelemahan : membutuhkan waktu persiapan yang lama dan kurang efektif untuk
kelas yang terlalu banyak jumlah peserta didiknya.
7. Interaksi Sosial
Interaksi akan selalu berkaitan dengan istilah komunikasi atau hubungan.
Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator.
Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan
sesuatu. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki
dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber
dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dalam
kelompok.( Sardiman .2010:7). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
interaksi sosial peserta didik adalah adanya sosialisasi individu yang terjadi di tiga
lingkungan utama, yaitu: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.(M.Asrori.
2008:112). Pendapat tersebut sejalan dengan H.Bonner dalam Abu Ahmadi
(2007:49) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar
individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam kehidupan bersama tak akan mungkin tanpa interaksi sosial, karena
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan di dunia ini. Antar individu saling
menegur, berjabat tangan, saling berbicara dan saling kontak fisik. Aktivitas-aktivitas
seperti itu merupakan bentuk interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto (2007:55)
menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial dapat terjadi apabila adanya kontak sosial (social-contact) dan
adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu
antarindividu, antarindividu dengan kelompok, dan antarkelompok. Selain itu, suatu
kontak dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Adanya komunikasi,
seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Beberapa tokoh yang berpendapat tentang bentuk interaksi sosial dalam
Soejono Soekanto (2007 : 65) antara lain : Gillin dan Gillin menggolongkan interaksi
sosial menjadi dua yaitu proses yang asosiasif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi)
dan proses yang disasosiatif (persaingan, pertentangan ). Kimball Young berpendapat
bahwa bentuk interaksi sosial adalah oposisi (persaingan dan pertentangan), kerja
sama (kooperatif) yang menghasilkan akomodasi, dan diferensiasi (tiap individu
mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan).
Menurut Tomatsu Shibutani, bentuk interaksi adalah akomodasi dalam situasi rutin,
ekspresi pertemuan dan anjuran, interaksi strategis dalam pertentangan, dan
pengembangan perilaku massa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bentuk interaksi sosial adalah
kerja sama (cooperation), persaingan (competition), perpaduan (asimilasi),
akomodasi (accomodation), dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
Interaksi sosial merupakan proses komunikasi sosial dan terjadinya kontak fisik
antara dua individu atau lebih dalam mencapai tujuan yang ingin diraih. Menurut
Soerjono Soekanto (2007: 57) berlangsungnya interaksi sosial didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu : (1) Imitasi. Faktor imitasi memiliki peranan penting dalam
proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-
kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, imitasi dapat
melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang;
(2)Sugesti. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan
atau sustu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Berlangsungnya sugesti pada saat seseorang tidak dapat berpikir secara rasional
(emosi); (3) Identifikasi. Faktor identifikasi merupakan kecenderungan-
kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain.Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya, maupun
dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di
dalam proses kehidupannya. Meskipun identifikasi dapat terjadi dengan sendirinya,
dalam proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang
teridentifikasi bener-benar mengenal orang lain, sehingga pandangan, sikap maupun
kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain dapat menjiwainya. Jadi, proses
identifikasi memberikan pengaruh yang kuat dalam proses interaksi sosial;
(4)Simpati. Proses simpati merupakan proses dimana merasa tertarik kepada orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
lain. Di dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting dalam memahami
pihak lain secara mendalam untuk bekerjasama dengan pihak lain. Proses simpati
akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling mengerti. Hal
ini akan memungkinkan untuk terciptanya interaksi sosial.
Hal-hal di atas merupakan faktor minimal yang menjadi dasar berlangsungnya
interaksi sosial, secara operasional masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
interaksi sosial. Dalam pembelajaran di sekolah interaksi sosial dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri
peserta didik meliputi kesiapan, motivasi, kemampual awal, bakat, dan itelegensi.
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri peserta didik meliputi sarana
prasarana, guru, iklim belajar dan sebagainya.
Menurut Agus Suprijono (2009:56) interaksi sosial merupakan dialog interaktif
sebagai kunci dari semua kehidupan sosial. Jadi, tanpa interaksi sosial tidak mungkin
ada kehidupan bersama dan tidak akan ada pengetahuan yang disebut Piaget sebagai
pengetahuan sosial. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan
individu yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, dan
emosional.
Model pembelajaran kooperatif di dalamnya selalu terjadi interaksi kelompok.
Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota).
Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan
inteligensi interpersonal. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan
kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
Interaksi kelompok tersebut bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
skill). Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi,
kecakapan bekerja sama, dan solidaritas ( Agus Suprijono. 2009:62). Dukungan teori
konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran
kooperatif, yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara
mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatkan dengan
orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki
pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan
mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Vygotsky
menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial
dengan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, interaksi sosial peserta didik adalah keterlibatan
peserta didik dalam hubungannya dengan peserta didik yang lain baik secara individu
maupun secara kelompok, peserta didik dengan guru, untuk mendapatkan
pengalaman atau pengetahuan dalam konteks sosial. Interaksi sosial ini memberikan
makna yang positif terhadap kehidupan peserta didik di sekolah maupun di
masyarakat.
8. Minat Belajar
Menurut Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pendapat yang
sama juga disampaikan oleh Baharuddin dan Esa Nur W (2007:24). Minat
merupakan perasaan suka terhadap suatu kegiatan, dimana minat menjadi sebab
suatu kegiatan itu dilakukan oleh seseorang. Minat dapat berupa respon mulai dari
yang disukai sampai pada yang tidak disukai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dalam kehidupan sehari-hari minat berkaitan erat dengan aktivitas dalam
segala hal. Secara umum Arikunto (1990:103) mendefinisikan minat sebagai
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu kegiatan. Dari definisi
ini dapat diungkapakan bahwa minat merupakan kecenderungan dalam menyukai
suatu kegiatan dapat berupa pelajaran, benda atau suasana tertentu.
Menurut Wina Sanjaya (2010:71) minat adalah kecenderungan individu untuk
melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi
seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Hal ini juga sejalan dengan Winkel
(1991:105) yang menyatakan bahwa minat merupakan kecenderungan subyek yang
menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan
merasa senang mempelajari materi itu.
Winkel (1991:105) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat
belajar disebut faktor situasional. Faktor situasional itu ada lima aspek yaitu : (1)
Pribadi peserta didik. Aspek pribadi peserta didik mencakup hal-hal seperti taraf
intelegensi, daya kreativitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar
motivasi belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalm
belajar, kondisimental dan fisik; (2) Pribadi guru. Pribadi guru mencakup hal-hal
seperti kepribadian, penghayatan nilai-nilai kehidupan, daya kreativitas, motivasi
kerja, keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan prosedur didaktik, gaya
memimpin dan kemampuan bekerjasama; (3) Struktur jaringan hubungan sosial
sekolah. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah mencakup sistem sosial, status
sosial peserta didik, interaksi sosial antara peserta didik dan antara guru dengan
peserta didik, suasana dalam kelas; (4) Sekolah sebagai institusi pendidikan. Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sebagai institusi pendidikan mencakup disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan
kelas, pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran, dan hubungan dengan
orang tua; (5) Faktor situasional. Faktor situasional mencakup keadaan sosial
ekonomis, keadaan politik, keadaan musim dan iklim, ketentuan dari instansi-instansi
negara yang berwenang terhadap pengelolaan pendidikan sekolah. Semua aspek ini
dapat berperan dalam kelangsungan proses belajar mengajar di kelas, tetapi tidak
merupakan salah satu komponen dalam belajar mengajar.
Menurut Baharuddin dan Esa N.W. (2010:24) menyatakan bahwa minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar.
Berdasarkan uraian di atas, minat belajar dapat dimaknai sebagai dorongan atau
respon, kegairahan, kesenangan, dan ketertarikan yang kuat dari dalam diri peserta
didik terhadap sesuatu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga terjadi
perubahan tingkah laku.
Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat
membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaan yang dapat diukur
melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berminat terhadap sesuatu
hal mengandung arti menarik diri dalam hal itu. Minat merupakan kekuatan
pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau
aktivitas tertentu. Maka dari itu, minat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik. Apabila peserta didik memiliki minat belajar tinggi terhadap pelajaran
tertentu maka akan mempermudah peserta didik mempelajarinya. Tetapi sebaliknya,
apabila minat belajar rendah terhadap suatu pelajaran maka akan mempersulit dalam
mempelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
9. Hasil Belajar
Agus Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran
Gagne, hasil belajar berupa : (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mrngungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
(2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu
kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan
ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4)
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordiansi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6-7), hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh ) application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organisation (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, tekniki, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual.
Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
peserta didik. Faktor internal peserta didik antara lain kesehatan, intelegensi/IQ,
motivasi, minat, dan keingintahuan. Faktor eksternal antara lain lingkungan keluarga,
serkolah, masyarakat, dan sumber belajar.
Dari beberapa pemikiran para pakar pendidikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi saja. Artinya hasil belajar tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif dari beberapa faktor. Dalam penelitian ini akan
diteliti pengaruh faktor internal peserta didik yaitu minat belajar dan interaksi sosial
peserta didik serta faktor eksternal yaitu penggunaan model pembelajaran dalam
usaha untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran biologi.
10. Hakekat Biologi
Menurut Wenno (2008:10) menyatakan bahwa biologi sebagai ilmu harus
diajarkan sesuai dengan hakikat biologi dan teori belajar yang mendasari
pembelajaran biologi. Para ilmuwan biologi mempelajari gejala alam yang
merupakan kajian biologi melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses misalnya
pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah antara lain mencakup sikap
objektif dan jujur pada saat sedang mengumpulkan dan menganalisis data, sikap
ingin tau yang selalu berkembang, sikap terbuka terhadap pandangan/gagasan baru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kritis terhadap pernyataan ilmiah, peduli terhadap lingkungan dan memanfaatkannya
secara bijaksana, tekun, dan tidak percaya pada dongeng.
Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu diperoleh penemuan-
penemuan yang dapat berupa fakta atau teori, dan penemuan-penemuan itulah yang
disebut produk ilmiah. Fakta biasanya merupakan hasil pengamatan, konsep
merupakan generalisasi dari beberapa stimulus yang berciri sama, sementara teori
merupakan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Dengan demikian secara garis besar biologi terdiri atas tiga komponen
keterampilan proses IPA, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk
ilmiah. Komponen sikap ilmiah yang perlu dikembangkan adalah tanggung jawab,
keingintahuan, jujur, terbuka, objektif, toleransi, kerja keras, kecermatan bekerja,
disiplin, percaya diri, konsep diri positif, terbuka, menafsirkan gejala alam dari sudut
prinsip-prinsip ilmiah. Pendidikan biologi dalam arti luas bertujuan mengembangkan
kepribadian peserta didik.
Proses dapat dikatakan sebagai perangkat keterampilan kompleks. Proses atau
metode ilmiah merupakan konsep dasar yang dapat dirinci menjadi sejumlah
komponen yang harus dikuasai seseorang apabila orang itu hendak melakukan
penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Dalam pembelajaran biologi yang
paling baik adalah menggunakan keterampilan proses. Proses belajar mengajar
biologi dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang
dirancang sedemiklian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap
ilmiah peserta didik sendiri sebagai produk. Menyampaikan ide yang dilakukan oleh
peserta didik merupakan cara belajar biologi yang terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup
a. Organisasi Makhluk Hidup
Makhluk hidup meliputi sekelompok jasad yang pada kondisi tertentu akan
menunjukkan gejala atau tanda-tanda kehidupan. Beberapa hal yang dapat
mencirikan makhluk hidup antara lain adalah kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang, kemampuan reproduksi atau memperbanyak diri, kemampuan
melakukan proses metabolisme (termasuk kemampuan menyerap nutrisi dari luar),
kepekaan terhadap rangsangan (baik dalam bentuk rangsangan fisik maupun kimia),
serta kemampuan melakukan interaksi atau komunikasi antarjasad (hidup). Batasan
semacam ini seringkali tidak dapat sepenuhnya menjelaskan gejala atau fenomena
yang terdapat di alam, namun paling tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk
membedakan antara jasad hidup dengan benda mati.
Berdasarkan batasan tersebut di atas, secara umum makhluk hidup dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu makhluk hidup seluler (cellular organism) dan
makhluk hidup bukan seluler ( non- cellular organism). Makhluk hidup seluler
mempunyai satuan (unit) dasar berupa sel, misalnya bakteri dan tanaman tingkat
tinggi. makhluk hidup bukan-seluler tidak tersusun atas sel melainkan satuan yang
lain, misalnya virus yang satuan dasarnya adalah virion. Dalam hal ini batasan
makhluk hidup tidak dapat diterapkan sepenuhnya, terutama pada kelompok
makhluk hidup bukan seluler. Makhluk hidup bukan seluler akan menunjukkan ciri-
ciri hidup apabila berada di dalam sistem biologis yang sesuai (jasad seluler).
Apabila makhluk hidup bukan seluler berada di luar sistem biologis yang sesuai,
maka jasad hidup bukan seluler tidak akan menunjukkan ciri-ciri kehidupan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tidak dapat tumbuh dan berkembang, serta tidak melakukan aktivitas metabolisme di
luar sel inangnya. Hal ini sangat berbeda dengan makhluk seluler karena jasad ini
dapat menunjukkan ciri-ciri kehidupan meskipun berada secara individual di suatu
lingkungan tertentu.
Satuan dasar minimum dari makhluk hidup yang mampu perbanyakan diri
adalah sel, baik pada makhluk tingkat rendah maupun tingkat tinggi. Pada makhluk
hidup yang terdiri dari banyak sel, masing-masing sel juga mempunyai peranan yang
terpadu dengan sel-sel lainnya di dalam jasad tersebut. Semua sel tersusun atas
komponen-komponen kimiawi utama yaitu protein, asam nukleat, lemak, dan
polisakarida. Sel adalah suatu satuan yang dinamis oleh karena selalu mengalami
perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan ukuran dan volume, karena
adanya proses pertumbuhan, maupun perubahan fungsi. Bahkan pada waktu sel tidak
mengalami pertumbuhan sebenarnya juga terjadi perubahan di dalam sel karena
adanya proses metabolisme yang lain. Sel akan melakukan transformasi bahan atau
nutrisi menjadi bentuk energi, sebaliknya, energi yang dihasilkan akan digunakan
untuk melakukan transformasi lebih lanjut yang akhirnya akan bermuara dalam
bentuk pertumbuhan dan perkembangan.
b. Metabolisme
Metabolisme dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai dari bakteri,
protozoa, jamur ,tumbuhan, hewan, dan manusia. Metabolisme adalah suatu proses
yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Dalam proses ini makhluk hidup
memperoleh, mengubah dan memanfaatkan senyawa dari lingkungan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mempertahankan kelangsungan hidup dari makhluk tersebut. Metabolisme
merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel.
Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul
organik kompleks. Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana
menjadi senyawa kompleks adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.
Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme.
Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme,
makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Jalur-jalur metabolisme penting
mencakup: metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, metabolisme protein, dan
metabolisme asam nukleat.
Metabolisme karbohidrat. Secara sederhana karbohidrat didefinisikan sebagai
polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar
gugus hidroksil. Karbohidrat terdiri atas atom C, H, dan O. Adapun rumus umum
dari karbohidrat adalah: Cn(H2O)n atau CnH2nOn . Fungsi primer dari karbohidrat
adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber energi).
Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka menengah
(pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lain adalah
sebagai komponen struktur sel. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat
makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah karbohidrat
dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam
tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi
jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi
janin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pencernaan karbohidrat dicapai dengan hidrolisis untuk membebaskan
oligosakarida, kemudian mono- dan disakarida. Tujuan akhir pencernaan dan
absorpsi karbohidrat adalah mengubah karbohidrat menjadi ikatan-ikatan lebih kecil,
terutama berupa glukosa dan fruktosa, sehingga dapat diserap oleh pembuluh darah
melalui dinding usus halus. Pencernaan karbohidrat kompleks dimulai dari mulut dan
berakhir di usus halus. Pencernaan karbohidrat dilakukan oleh enzim-enzim
disakarida yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase,
dan laktase.
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi
dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya penyediaan energi
dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida,
disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi
didalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama
bagi pembentukan energi di dalam tubuh.
Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian
akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh,
glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati
namun juga dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood
glucose). Glukosa juga berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak.
Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan
digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang
merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan energi
tubuh.
Tahapan dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut : Pertama, glukosa
masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan
dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel
Pulau Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP
bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP
yang digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP (-1P).
Mg2+
Glukosa + ATP à glukosa 6-fosfat + ADP
Kedua, glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim
fosfoheksosa isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya
bekerja pada anomer µ-glukosa 6-fosfat
µ-D-glukosa 6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat
Ketiga, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim
fosfofruktokinase yang berperan penting dalam laju glikolisis. Reaksi ini
memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
µ-D-fruktosa 6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat
Keempat, fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu
gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa 1,6-bifosfat « D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kelima, gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan
sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator
enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid 3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat
Keenam, glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-
bifosfogliserat, dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi
aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-
fosfat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Atom-atom hidrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan
kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan
dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P).
Ketujuh, energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui
pembentukan ikatan sulfur berenergi tinggi, setelah fosforolisis, sebuah gugus fosfat
berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi
ini ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih lanjut dengan ADP, yang dikatalisir
oleh enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat + ADP « 3-fosfogliserat + ATP
Kedelapan, 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh
enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG)
merupakan intermediate dalam reaksi ini.
3-fosfogliserat « 2-fosfogliserat
Kesembilan, 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan
enzim enolase. Reaksi ini melibatkan dehidrasi serta pendistribusian kembali energi
di dalam molekul, menaikkan valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di
dalam darah perlu dicegah sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini
bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+.
2-fosfogliserat « fosfoenol piruvat + H2O
Kesepuluh, fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat
kinase sehingga menghasilkan ATP.
Fosfoenol piruvat + ADP à piruvat + ATP
Kesebelas, jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH
melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan
direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat
dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ à L(+)-Laktat + NAD+
Gambar 2.1 Lintasan oksidasi piruvat (dipetik dari: Murray dkk. 2009. Biokimia Harper)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi
menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus
Kreb’s). Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi
menjadi derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks
enzim piruvat dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh
NAD+, akibatnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
Siklus asam sitrat sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam
trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan
jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Fungsi utama siklus asam sitrat
adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir
menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen
pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim
dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai
respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif.
Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi
hambatan total pada siklus tersebut. Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam
matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan
dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur
ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam
membran interna mitokondria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 2.2 Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein (dipetik dari: Murray dkk. 2009.Biokimia Harper)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 3.3 Lintasan detail Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. 2009. Biokimia Harper)
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1. Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2.
3. Isositrat + NAD+ « Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+ (terikat enzim)
4. µ–ketoglutarat + NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+
Sitrat Sis-akonitat (terikat enzim)
Isositrat
H2
O H2
O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5. Suksinil KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
6. Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis)
menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA yang masuk ke
dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini
terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna
makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan
energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen.
Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi
sebenarnya tidak demikian.
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi.
Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak
tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan
pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis
adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari
lipid maupun protein.
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubngkan satu sama
lain dengan ikatan peptide. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen, oksigen
dan nitrogen dan kadang kala sulfur dan fosfor. Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein terdapat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hampir segala macam makanan. Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang
penting perananya dalam makhluk hidup.
Gambar 3.4 Ringkasan jalur glukoneogenesis (dipetik dari: Murray dkk.2009. Biokimia
Harper)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan fungsi biologisnya protein dibedakan atas protein struktural,
protein enzim, protein pelindung, protein hormon, protein kontraktil, protein
pengangkut dan protein simpanan. Protein struktural atau protein pembangun adalah
sebagai pementuk struktur bahan atau jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan,
sebagian protein ini adalah fibrosa yang tidak larut dalam air. Contohnya kolagen,
keratin elastin dan fibroin. Protein enzim berfungsi sebagai biokatalisator dan
mempunyai bentuk globular. Contonya : hidrolase, oksido-reduktase, transferase,
liase, ligase, dan isomerase.
Protein pengangkut mempunyai fungsi untuk membawa ion atau molekul
tertentu dari suatu organ ke organ lain melalui aliran darah, contohnya : hemoglobin,
seruloplasmin, serum albumin, lipoprotein, mioglobin. Protein kontraktil berperan
dalam proses gerak dimana dapat memberikan kemampuan pada sel untuk
berkontraksi, bergerak atau berubah bentuk, contohnya: aktin dan myosin. Protein
pelindung merupakan protein yang spesifik yang berada didalam darah yang
berperan melindungi serangan zat asing yang masuk kedalam tubuh, contohnya:
antibody atau immunoglobulin. Protein simpanan adalah jenis protein yang disimpan
atau dibuat sebagai cadangan untuk berbagai proses metabolisme, contohnya:
gliadin, ovalbumin, kasein. Protein hormone, tidak semua hormone merupakan
protein.
Secara umum fungsi protein didalam tubuh adalah mensintesis substansi-
substansi penting seperti hormone, enzim, antibody dan kromosom; mendorong
pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan struktur tubuh mulai dari sel, jaringan
sampai organ; memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(biokatalisator); menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam-basa) karena amfoter
(dapat bersifat asam atau basa); berfungsi sebagai buffer (penyangga pH) yang
efekitf; menyediakan energi.
Protein memainkan berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggung
jawab untuk fungsi dan ciri-ciri benda hidup. Keistimewaan lain dari protein ini
adalah strukturnya yang mengandung N, C, H, O, S, disamping C, H, O (seperti juga
karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa
kompleks dengan protein).
Metabolisme protein tidak secara langsung terlibat dalam memproduksi energi,
tetapi metabolisme protein terlibat dalam produksi enzim, beberapa hormon,
komponen struktural, dan protein spesifik. Asam-asam amino yang terbentuk
digunakan untuk biosintesis glukosa melalui tingkat-tingkat glikoneogenesis. Melalui
mekanisme reaksi yang bertingkat, asam ketokarboksilat dapat diubah menjadi asetil
-koA yang kemudian masuk kedalam siklus krebs untuk mendapatkan energi.
Di dalam tubuh protein dihidrolisis menjadi asam amino, sementara hewan dan
manusia tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino dan harus dikeluarkan dari
tubuh melalui proses metabolism lebih lanjut. Degradasi asam amino protein
menghasilkan limbah nitrogen berupa ammonia. Senyawa ini bersifat racun bagi
organism tertentu, agar tidak beracun gugus amino diekskresikan keluar tubuh dalam
bentuk urea sebagai bentuk ekskresi nitrogen. Urea disintesis melalui dijalur urea
seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 2.5 Siklus Urea
c. Responsif
Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel
agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna
dan interna yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat
utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem
saraf sering diipandang sebagai pembawa pesan melalui sistem struktural yang tetap.
Sistem Endokrin dimana berbagai macam” hormon “disekresikan oleh kelenjar
spesifik , diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ
targetnya (definisi klasik dari hormon). Kata hormon berasal dari istilah Yunani yang
berarti membangkitkan aktifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ
tertentu. Sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam
suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut
sebagai fungsi Endokrin. Ini bisa dilihat dari sekresi hormon insulin oleh pulau β
Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya
sel-sel hepar.
Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target,
maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan
reaksi modifikasi yang dapat mempengaruhi pada ekspresi gen dan kadar ion.
Gambar 2.6 Sel Target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 2.7 Cara Hormon Mencapai sel Target
Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon yang rantai panjang
dengan gugus karboksilat pada . Asam lemak memiliki empat peranan utama.
Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun fosfolipid dan glikolipid.
Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang
menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran . Ketiga,
asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Keempat, derivat asam lemak berperan
sebagai hormon dan cakra intrasel.
Lipid utama dalam makanan adalah triasilgliserol, dan dalam jumlah yang lebih
sedikit yaitu fosfolipid. Keduanya adalah molekul hidrofobik, dan harus dihidrolisis
dan diemulsifikasi menjadi butiran yang sangat halus (misel) sebelum dapat diserap.
Triasilgliserol merupakan cadangan energi yang sangat besar karena dalam bentuk
tereduksi dan bentuk anhidrat. Oksidasi sempurna asam lemak menghasilkan energi
sebesar 9 kkal/g dibandingkan karbohidrat dan protein yang menghasilkan energi
sebesar 4 kkal/g.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d. Reproduksi
Kemampuan organisme untuk mereproduksi jenisnya merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan antara makhluk hidup dengan benda mati.
Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan memiliki dasar seluler, yaitu
setiap sel berasal dari sel. Kelangsungan kehidupan didasarkan pada reproduksi sel,
atau pembelahan sel. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan
organisme yang sama. Keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya daripada
individu-individu lain yang spesiesnya sama namun hubungannya lebih jauh.
Kehidupan suatu sel yang dimulai dari asal-usulnya dalam pembelahan sel induk
hingga pembelahan dirinya sendiri menjadi dua bagian. Pembelahan sel berfungsi
dalam reproduksi, pertumbuhan, dan perbaikan.
Reproduksi pada makhluk hidup ada dua macam, yaitu reproduksi aseksual
(vegetatif) dan seksual (generatif). Reproduksi aseksual terjadi seperti pada
organisme bersel tunggal membelah untuk membentuk keturunan duplikatnya,
pembelahan suatu sel mereproduksi seluruh organisme. Pembelahan sel pada
organisme multiseluler dapat tumbuh dan berkembang dari satu sel tunggal, yaitu sel
telur yang dibuahi. Setelah organisme dewasa pembelahan sel berperan dalam
pembaharuan dan perbaikan, penggantian sel yang mati. Pembelahan sel
mendistribusikan kumpulan kromosom yang identik ke sel anak melalui pembelahan
mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan nukleus, biasanya segera diikuti
oleh sitokinasis, yaitu pembelahan sitoplasma. Pada proses pembelahan ini , dari satu
sel induk menjadi dua sel anak yang memiliki informasi genetik yang ekuivalen
dengan sel induknya. Proses yang sama berlanjut untuk menghasilkan sel-sel baru
untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau sel yang mati. Jadi, pada reproduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
aseksual satu induk menghasilkan keturunan dengan sifat genetik yang identik lewat
proses mitosis.
Meiosis adalah pembelahan sel untuk memproduksi sel gamet yang
menghasilkan sel anak yang memiliki separuh jumlah kromosom sel induknya. Pada
setiap generasi manusia, meiosis mengurangi jumlah kromosom dari 46 menjadi 23.
Reproduksi seksual didahului oleh proses fertilisasi/pembuahan/singami. Fertilisasi
dapat terjadi dengan cara hubungan seksual, dimana sel sperma haploid dari bapak
mencapai dan bersatu dengan ovum haploid dari ibu. Fertilisasi menggabungkan
gamet (sel sperma dan ovum) dan menggandakan jumlah kromosom kembali
menjadi 46 kromosom dalam somatis, sebenarnya adalah dua set yang terdiri dari 23
kromosom, satu set maternal dan satu set paternal.
Meiosis dan fertilisasi merupakan ciri unik dari reproduksi seksual. Meiosis
dan fertilisasi saling bergantian dalam siklus hidup seksual. Meskipun
kemunculannya bergantian antara meiosis dengan fertilisasi, waktu terjadinya kedua
peristiwa dalam siklus hidup bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Pada reproduksi
seksual mengkombinasi gen-gen yang berasal dari dua induk (orang tua) yang
berbeda untuk menghasilkan keturunan dengan sifat genetik yang berbeda-beda.
e. Mutasi, Evolusi, dan Adaptasi
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang
menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu
makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme
bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan
antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang
baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika yang dapat meningkatkan variasi
antara organisme.
Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih
umum atau langka dalam suatu populasi. Evolusi didorong oleh dua mekanisme
utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah
proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup
dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya,
sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan
sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih
banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang
menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi
perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi
alam.
Sementara itu, hanyutan genetik (Genetic Drift) merupakan sebuah proses
bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Proses
ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya,
kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan
bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui
proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh
lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah
populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Variasi menghilang ketika sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia
telah menggantikan keseluruhan alel leluhur. Variasi berasal dari mutasi bahan
genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui
reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang
berbeda; contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi
pada tanaman.
Mutasi merupakan perubahan pada urutan DNA sel genom dan diakibatkan
oleh radiasi, virus, transposon, bahan kimia mutagenik, serta kesalahan selama
proses meiosis ataupun replikasi DNA. Mutagen-mutagen ini menghasilkan beberapa
jenis perubahan pada urutan DNA. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan produk
gen, mencegah gen berfungsi, atupun tidak menghasilkan efek sama sekali. Oleh
karena efek-efek merugikan mutasi terhadap sel, organisme memiliki mekanisme
reparasi DNA untuk menghilangkan mutasi. Mutasi dapat melibatkan duplikasi
fragmen DNA yang besar, yang merupakan sumber utama bahan baku untuk gen
baru yang berevolusi, dengan puluhan sampai ratusan gen terduplikasi pada genom
hewan setiap satu juta tahun.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya
bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang
pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai
rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi
lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai
ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum
(dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme
yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
menengah tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi
terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata.
Hal ini dapat menyebabkan organisme secara perlahan memiliki tinggi badan yang
sama.
Adaptasi merupakan struktur atau perilaku yang meningkatkan fungsi organ
tertentu, menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan
bereproduksi. Ia diakibatkan oleh kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada
sifat organisme secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang
paling cocok terhadap lingkungannya. Proses ini dapat menyebabkan penambahan
ciri-ciri baru ataupun kehilangan ciri-ciri leluhur.
Namun, banyak sifat-sifat yang tampaknya merupakan adapatasi sederhana
sebenarnya merupakan eksaptasi, yakni struktur yang awalnya beradaptasi untuk
fungsi tertentu namun secara kebetulan memiliki fungsi-fungsi lainnya dalam proses
evolusi. Selama adaptasi, beberapa struktur dapat kehilangan fungsi awalnya dan
menjadi struktur vestigial. Struktur tersebut dapat memiliki fungsi yang kecil atau
sama sekali tidak berfungsi pada spesies sekarang, namun memiliki fungsi yang jelas
pada spesies leluhur atau spesies lainnya yang berkerabat dekat.
B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ratna Kartikawati (2009 ) di SMK
Gamaliel I Madiun, yang berjudul: Pembelajaran Kimia Model Think Pairs Share
(TPS) dan Model Make a Match (MAM) ditinjau dari Interaksi Sosial dan Minat
Belajar Siswa, diperoleh hasil ada pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah)
3terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sosial tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah.
Begitu pula minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar. Prestasi
belajar peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dari pada peserta
didik yang memiliki minat belajar rendah. Hal yang membedakan dengan penelitian
yang dilaksanakan peneliti adalah tipe dari model pembelajaran kooperatifnya, pada
penelitian Ratna Kartikawati menggunakan tipe Think Pairs Share (TPS) dan Model
Make a Match (MAM), sedangkan pada penelitian yang dilaksanakanan peneliti
adalah tipe Bamboo Dancing dan NHT. Adapun persamaannya adalah sama-sama
menggunakan model kooperatif dan tinjaunnya dari interaksi sosial dan minat
belajar.
Berdasarkan hasil penelitian di SMA N 1 dan SMA N 2 Telukdalam, Nias
Selatan oleh Abdiel Ranesaro Sarumaha (2009), tentang pengaruh penerapan
pembelajaran NHT dan NHT + Metakognitif berpengaruh terhadap pemahaman
konsep dan keterampilan metakognitif siswa. Namun demikian, penggunaan NHT +
Metakognitif memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan penggunaan NHT
saja. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT+ Metakognitif dan pada
variabel terikatnya yaitu pemahaman konsep dan keterampilan metakognitif.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Samarinda oleh Eltje
Theodora Maasawet (2009), terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Snowballing
dan NHT terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif sains biologi ,
dan sikap sosial siswa. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan
peneliti adalah model pembelajaran yang digunakan oleh Eltje Theodora Maasawet
yaitu Snowballing dan pada variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kritis,
hasil belajar kognitif sains biologi , dan sikap sosial siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas X-5 SMAN 7
Malang oleh Ainussholiha Noor (2009), diperoleh hasil bahwa penerapan
pembelajaran dengan NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi untuk aspek
kognitif dan aspek afektif peserta didik. Hal yang membedakan dengan penelitian
yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Ainussholiha Noor hanya
menggunakan satu tipe model saja dan tanpa memperhatikan faktor internal peserta
didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.
Penelitian yang dilaksanakan di SMA Taruna Magelang oleh Stepanus Legiyo
(2009), diperoleh hasil penggunaan NHT dan TPS ada pembelajaran fisika ditinjau
dari sikap sosial siswa, dapat meningkatkatkan prestasi belajar peserta didik. Begitu
pula, peserta didik yang memiliki sikap sosial tinggi berprestasi lebih tinggi, yang
sikap sosial rendah berprestasi lebih rendah, Hal yang membedakan dengan
penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Stepanus Legiyo salah
satu model pembelajaran kooperatifnya menggunakan tipe TPS dan yang
diperhatikan adalah sikap sosial siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMPN 3 Pahandut
Palangkaraya oleh Supramono (2007), yang berjudul: Penerapan Model Kooperatif
Tipe NHT (Number Head Together) pada Konsep Gerak pada Tumbuhan di Kelas
VIII-6 SMPN-3 Pahandut Palangkaraya, diperoleh simpulan bahwa penerapan model
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan ketuntasan belajar dan respon siswa baik di
segala aspek. Hal yang membedakan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti
adalah pada penelitian Supramono hanya menggunakan satu tipe pembelajaran
kooperatif tanpa memperhatikan faktor internal peserta didik seperti interaksi sosial
dan minat belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Menurut penelitian dari Burcin Acar and Leman Tarhana (2005) yang
berjudul: Effect of Cooperative Learning Strategies on Students Understanding of
Concepts in electrochemistry, pada High School Science Turkey diperoleh hasil
sebagai berikut : The result from the t-test indicated that the student who were
trained using cooperative learning instruction had significantly higher score in terms
of achievement than those tought by the traditional approach. According to the post-
test and interview, it was also found that instruction for the cooperative group was
more successful in remediati. Dimana Peserta didik yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi secara signifikan
dibanding dengan pembelajaran tradisional. Hal yang membedakan dengan
penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Burcin Acar and Leman
Tarhana tipe yang digunakan tidak diketahui dan tanpa memperhatikan faktor
internal peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.
Berdasarkan hasil penelitian internasional berikutnya dengan judul:
Cooperative Learning An Alternative to Teaching at a Medieval University ( George
M. Bodner, Patricia A.Metz, dan Ken Tobin.1997 ), diperoreh simpulan : Particular
attention is paid to what has been learned from evaluation of the techniques know as
cooperative learning. Dengan pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa peserta
didik aktif dalam proses pembelajaran. Hal yang membedakan dengan penelitian
yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian George M. Bodner, Patricia
A.Metz, dan Ken Tobin tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan tidak diketahui
dan yang diperhatikan hanya keaktifan peserta didik tanpa memperhatikan faktor
internal peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil penelitian dari Kemal Doymus Umit Simsek, Atanam Karacop, dan
Sukru Ada (2009) yang berjudul Effect of Two Cooperative Learning Strategies on
Teaching and Learning Topics of Thermochemistry, diperoleh hasil sebagai berikut :
The results indicated that the instruction based on group investigation techniques,
caused a significantly better achievement in terms of the TAT and PNMET compared
to jigsaw technique designed chemistry instruction. Hal yang membedakan dengan
penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Kemal Doymus Umit
Simsek, Atanam Karacop, dan Sukru Ada tipe pembelajaran kooperatif yang
digunakan GI dan Jigsaw dan tanpa memperhatikan faktor internal peserta didik
seperti interaksi sosial dan minat belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nesrin OZSOY dan
Nazli YILDIZ (2004), yang berjudul: The Effect of Laerning Together Technique of
Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics Teaching 7th
Class of Primary School, diperoleh simpulan sebagai berikut : Conclusions showed
that there is a significant difference between the results of experiment and control
groups. Learning Together technique of cooperative learning method is more
effective that tradisional teaching methods. Pembelajaran kooperatif lebih efektif
daripada pembelajaran tradisional. Hal yang membedakan dengan penelitian yang
dilaksanakan peneliti adalah pada penelitian Nesrin OZSOY dan Nazli YILDIZ
pembelajaran kooperatif yang digunakan tidak diketahui dan menggunakan
pembelajaran tradisional sebagai kontrol serta tanpa memperhatikan faktor internal
peserta didik seperti interaksi sosial dan minat belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
C. Kerangka Berpikir
Dari kajian teori dapat disusun kerangka berpikir yang dapat digunakan untuk
memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang muncul.
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
NHT terhadap hasil belajar biologi.
Karakteristik dari materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup adalah materi yang sebagian
bersifat konkrit dan sebagian bersifat abstrak. Dalam proses pembelajaran ini peserta
didik melakukan pengamatan di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik sudah
memiliki bekal dari hasil pengamatan langsung. Untuk itulah, dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan metode diskusi melalui pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing memiliki keunggulan dimana peserta
didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama
dengan sesama teman, dan berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan
baik. Sedangkan model pembelajaran kooperatif NHT juga memiliki keunggulan
yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, dan keberanian untuk
mengemukakan pendapat pada peserta didik yang lain. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT diduga dapat
mempengaruhi hasil belajar biologi, karena sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Dari kedua tipe pembelajaran kooperatif itu diduga tipe Bamboo Dancing akan
lebih unggul dibandingkan dengan tipe NHT, karena tipe Bamboo Dancing terdapat
diskusi dengan kelompok lebih kecil dari NHT, sehingga lebih fokus dalam
penyelesaian tugasnya dan peserta didik lebih besar keterlibatannya dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori belajar Peaget yang menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa besar anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannnya. Ketepatan pemilihan
dan penggunaan model pembelajaran akan membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan yang telah direncanakan dan membantu guru dalam pembelajaran dapat lebih
terarah.
2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi .
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Dalam
kegiatan belajar mengajar kondisi peserta didik beraneka ragam, ada yang interaksi
sosialnya tinggi dan rendah. Bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), perpaduan (asimilasi), akomodasi (accomodation), dan
pertentangan atau pertikaian (conflict).
Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memiliki ciri-ciri antara lain:
mampu bekerja sama dengan baik, selalu berusaha menyelesaikan
konflik/pertentangan dengan baik, dapat saling memotivasi antar teman, selalu
berusaha dan bersaing untuk mencapai tujuan, dan ambisius dalam mencapai tujuan.
Untuk peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah memiliki ciri-ciri
sebaliknya dari peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi. Interaksi sosial
dapat dibangun melalui pembelajaran kooperatif.
Tinggi rendahnya interaksi sosial peserta didik diduga dapat mempengaruhi
hasil belajar biologi, dikarenakan peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
akan mudah mendapatkan dan memberikan pemahamannya dengan cara berinteraksi
dengan sesama temannya. Hal ini sesusai dengan teori Vygotsky yang menekankan
peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain
(sosiokultural).
3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi
Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat
membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaan yang dapat diukur
melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Minat belajar yang
dimiliki peserta didik dalam pembelajaran biologi ada yang tinggi dan ada yang
rendah. Maka, guru biologi memiliki tugas membangkitkan minat peserta didiknya.
Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi memiliki ciri-ciri antara lain: peserta
didik memiliki keinginan/hasrat yang tinggi dalam pembelajaran, ada kecenderungan
melakukan aktivitas dengan cepat dan tepat, memiliki semangat dan gairah yang
tinggi untuk belajar. Peserta didik yang minat belajarnya rendah memiliki ciri-ciri
sebaliknya dari peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi.
Tinggi rendahnya minat belajar biologi diduga dapat mempengaruhi hasil belajar
biologi. Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi akan memperoleh hasil
belajar lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan. Daryono (2010:38) bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
merupakan faktor dari luar peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar
biologi. Sedangkan, interaksi sosial merupakan faktor dari dalam diri peserta didik.
Interaksi antara model pembelajaran dengan interaksi sosial diduga dapat
mempengaruhi hasil belajar biologi. Dimana peserta didik yang memiliki interaksi
sosial rendah dengan pembelajaran kooperatif dapat terbantu dalam proses
pembelajarannya, sehingga hasil belajar meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Stahl dalam Isjoni (2009:15) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik dan meningkatkan sikap tolong
menolong dalam perilaku sosial. Begitu pula menurut teori Vygotsky yang
menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial
dengan orang lain. Jadi, susunan kelas yang dikehendaki Vygotsky adalah susunan
kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik
dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-
strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD.
5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
merupakan faktor dari luar peserta didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar
biologi. Sedangkan, minat belajar biologi merupakan faktor dari dalam diri peserta
didik. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membangkitkan minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
belajar, sehingga peserta didik yang memiliki minat belajar rendah dapat lebih
tertarik dan senang dalam proses pembelajarannya. Hal ini akan berdampak positif
pada peningkatan hasil belajar.
Interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar diduga dapat
mempengaruhi hasil belajar biologi. Hal ini sesuai dengan teori Peaget dimana
tingkat perkembangan usia didik kelas VII adalah tingkat operasional formal dan
peserta didik cenderung menginginkan belajar dalam suasana yang menyenangkan
dan nyata. Jadi, dengan model pembelajaran yang menyenangkan akan membangun
minat peserta didik.
6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil
belajar biologi.
Interaksi sosial dan minat belajar merupakan faktor dari dalam diri peserta
didik diduga dapat mempengaruhi hasil belajar biologi secara bersama-sama.
7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
Numbered Heads Together (NHT) merupakan faktor dari luar peserta didik yang
dapat mempengaruhi hasil belajar biologi. Sedangkan, interaksi sosial dan minat
belajar biologi merupakan faktor dari dalam diri peserta didik. Interaksi antara
model pembelajaran dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik diduga
dapat mempengaruhi hasil belajar biologi secara bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah peneliti kemukakan ,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi.
2. Terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi .
3. Terdapat pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi .
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil
belajar biologi.
5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil
belajar biologi .
6. Terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik
terhadap hasil belajar biologi .
7. Terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
dan NHT dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap
hasil belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Provinsi
Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran
2010/2011. Agar pelaksanaan penelitian berjalan sesuai yang telah direncanakan,
diperlukan penjadwalan kegiatan. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2010/2011 bulan No. Kegiatan
Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
1. Penyusunan proposal x x
2. Pembimbingan proposal x x x
3. Penyusunan instrumen x
4. Seminar proposal x x x
5. Uji coba instrumen x x
6. Analisis uji coba instrumen x
7. Pelaksanaan penelitian x x
8. Pembimbingan bab III dan
pengolahan data penelitian
x
9. Penulisan laporan bab IV
dan V
x x x
10. Ujian tesis x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelompok eksperimen. Kedua kelompok
diasumsikan sama dalam segala segi kecuali dalam perlakuan. Satu kelompok
(eksperimen I) diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Bamboo
Dancing dan kelompok lain (eksperimen II) diberi perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together). Desain penelitian
menggunakan desain faktorial 2 x 2 x 2 seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Desain Faktorial 2 x 2 x 2
Pembelajaran Kooperatif ( A ) Bamboo Dancing NHT ( A1 ) ( A2 )
Interaksi Sosial
Tinggi Interaksi Sosial ( B1 )
( B ) Interaksi Sosial
Rendah ( B2 ) Minat Belajar Tinggi
Minat Belajar ( C1 )
( C ) Minat Belajar
Rendah ( C2 )
Keterangan :
A : Model pembelajaran kooperatif.
A1 : Model pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing
A2 : Model pembelajaran kooperatif NHT
B1 : Interaksi sosial tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B2 : Interaksi sosial rendah
C1 : Minat belajar tinggi
C2 : Minat belajar rendah
C. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel moderator.
1. Variabel Bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas satu adalah
model pembelajaran tipe Bamboo Dancing dan variabel bebas dua adalah
model pembelajaran tipe NHT.
2. Variabel Terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi variabel
bebas. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar biologi
yang diukur dari hasil ulangan harian peserta didik (aspek kognitif).
3. Variabel Moderator/Atribut dalam penelitian ini adalah interaksi sosial
peserta didik yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, serta
minat belajar peserta didik yang akan dikategorikan menjadi tinggi dan
rendah.
D. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes ulangan
harian biologi (ranah kognitif) pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup dan ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
afektif berupa sikap kooperatif. Tes berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan
jawaban, afektif dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta
didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya antara 4-6 peserta didik dengan struktur heterogen.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing
Bamboo Dancing ( tari bamboo ) merupakan tipe pembelajaraan dimana
peserta didik saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan
yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Tipe ini mempunyai kelebihan
yaitu peserta didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa
bekerja sama dengan sesama teman, dan berusaha untuk bisa menyampaikan
informasi dengan baik.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ( Numbered Heads Together)
NHT atau Penomoran-Berpikir-Bersama merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Metode NHT memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban paling tepat. Selain itu, metode ini juga mendorong
peserta didik untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. NHT bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.
5. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah keterlibatan peserta didik dalam hubungannya dengan
peserta didik yang lain baik secara individu maupun secara kelompok, peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dengan guru, untuk mendapatkan pengalaman atau pengetahuan dalam konteks
sosial. Interaksi sosial ini memberikan makna yang positif terhadap kehidupan
peserta didik di sekolah maupun di masyarakat.
6. Minat Belajar
Minat belajar dapat dimaknai sebagai dorongan atau respon, kegairahan atau
kecenderungan, kesenangan, dan ketertarikan yang kuat dari dalam diri peserta didik
terhadap sesuatu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga terjadi
perubahan tingkah laku. Minat menjadi penyebab seseorang melakukan kegiatan dan
penyebab munculnya partisipasi dalam kegiatan.
E. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP
Negeri 2 Tangen, dan sebagai sampelnya diambil dua kelas secara random ( Cluster
Random Sampling). Adapun langkah pertamanya adalah menentukan peserta didik
kelas VII yang akan dijadikan sampel dengan cara memilih dua kelas secara acak
dari lima kelas yang ada di SMP Negeri 2 Tangen, Sragen.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Pada penelitian ini instrumen pelaksanaan pembelajaran yang digunakan adalah
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa tentang
Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Instrumen Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini, interaksi sosial dan minat belajar peserta
didik dengan menggunakan instrumen berupa angket dan hasil belajar peserta didik
menggunakan instrumen tes hasil belajar untuk aspek kognitif. Pengambilan data
dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk penilaian aspek afektif.
G. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari peserta didik kelas VII SMP
Negeri 2 Tangen, Sragen tahun pelajaran 2010/2011, khususnya dua kelas yang
diambil secara acak. Data yang akan dikumpulkan adalah hasil belajar yang
diperoleh dari hasil ulangan harian peserta didik ranah kognitif pada materi
pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Interaksi sosial dan minat belajar peserta
didik diperoleh datanya dengan menggunakan angket dan rubrik penilaian sikap
kooperatif untuk ranah afektif.
1. Tes, dilaksanakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik
kelas VII SMP Negeri Tangen. Data diambil menggunakan tes kognitif. Bentuk
tes objektif pilihan ganda ( Multiple Choice ) terdiri dari 30 butir soal untuk
dikerjakan dalam waktu 40 menit.
2. Angket, merupakan daftar pertanyaan ataupun pernyataan yang diisi oleh
responden untuk mendapatkan data tentang interaksi sosial dan minat belajar
peserta didik. Butir soal sebanyak 40 soal untuk dikerjakan dalam waktu 60
menit.
3. Rubrik penilaian sikap kooperatif, merupakan lembar pengamatan yang terdiri
dari beberapa pernyataan yang diisi oleh guru yang bersangkutan atau oleh guru
lain sebagai observer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Untuk memperoleh instrumen yang benar-benar baik, sebelum digunakan untuk
mengambil data penelitian, maka instrumen diujicobakan dahulu untuk mengukur
tingkat validitas dan reliabilitasnya.
H. Pengujian Instrumen
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
instrumen. Uji coba ini untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-
benar telah valid dan reliabel, sebab tingkat validitas dan reliabilitas dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu pengujian ini juga untuk mengetahui
tingkat kesukaran dan daya pembeda pada tiap butir soal. Adapun instrumen-
instrumen yang diujikan meliputi tes hasil belajar pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup dan angket interaksi sosial serta minat belajar peserta didik.
Uji coba dilaksanakan pada kelas VII SMP Negeri 1 Gesi Sragen dengan
alasan sekolah tersebut memiliki kesetaraan tingkat kemampuan dengan kelas
eksperimen dengan pertimbangan nilai IPA pada ijazah SD saat penerimaan peserta
didik baru di SMP Negeri 1 Gesi Sragen tidak jauh beda dengan kelas eksperimen.
Diharapkan dengan kesetaraan ini, hasil uji coba instrumen dapat dipercaya.
Selanjutnya soal-soal yang benar-benar memenuhi kriteria validitas dan reliabel akan
digunakan, sedangkan beberapa soal yang tidak valid atau mendekati valid akan tetap
digunakan setelah melalui proses revisi dan penyesuaian.
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Uji coba intrumen dimaksudkan untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
validitas item dari instrumen penelitian. Suatu item dikatakan valid apabila ada
dukungan yang besar terhadap skor total atau dengan kata lain terdapat kesejajaran
antara skor item dan skor total.
Rumus yang dipakai untuk mengetahui tingkat validitas item soal dalam
penelitian ini adalah rumus korelasi Product-Moment (rxy) dari Karl Pearson. Rumus
Product-Moment dari Karl Pearson adalah :
N∑XY – ( ∑X )( ∑Y ) rxy = √ ( N∑X2 – ( ∑X)2(N∑Y2- (∑Y)2 )
Keterangan :
rxy = Angka indeks korelasi Product-Moment
N = Jumlah responden / peserta tes
X = Skor butir
Y = Skor total
∑XY = Jumlah hasil kali antara skor X dan Skor Y
∑X = Jumlah total butir
∑Y = Jumlah skor total
Keputusan uji :
a. Jika rxy > r tabel maka butir soal valid pada taraf signifikan 5%.
b. Jika rxy < r tabel maka butir soal tidak valid / invalid
Klasifikasi validitas soal yang dipakai pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Interpretasi Validitas Soal
Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1.00 Sangat tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Dengan menggunakan rumus korelasi Product-Moment ini dapat diketahui
besarnya validitas tiap item. Semua soal atau item dikatakan valid jika mempunyai
hasil perhitungan lebih besar dari tabel harga kritik Product-Moment. Semua item
soal dikatakan tidak valid jika harga perhitungan lebih kecil dari harga tabel.
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas tes hasil belajar, angket interaksi
sosial dan minat belajar peserta didik diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen
Jenis Instrumen
Jumlah Item Jumlah Item Valid
Jumlah Item Tidak Valid
Hasil Belajar 30 25 5
( 6, 13, 18, 20, 26 )
Angket Interaksi Sosial
40 34 6 ( 4, 13, 16, 17, 23, 32 )
Angket Minat Belajar
40 36 4 ( 14,17,24,30 )
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, pada instrumen tes hasil belajar yang
berjumlah 30 item terdapat 5 item yang tidak valid yaitu nomor 6, 13, 18, 20, 26.
(lampiran 15). Namun demikian 5 item yang tidak valid tersebut validitasnya
mendekati valid, maka dari itu item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui
proses revisi dan penyesuaian.
b. Angket Interaksi Sosial
Berdasarkan hasil uji validitas pada angket interaksi sosial yang berjumlah 40
item terdapat 6 item yang tidak valid yaitu nomor 4, 13, 16, 17, 23,32 (lampiran 16).
Namun demikian 6 item yang tidak valid tersebut validitasnya mendekati valid, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dari itu item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui proses revisi dan
penyesuaian.
c. Angket Minat Belajar
Berdasarkan hasil uji validitas pada angket minat belajar yang berjumlah 40
item terdapat 4 item yang tidak valid yaitu nomor 14,17,24,30 (lampiran 17). Namun
demikian 4 item yang tidak valid tersebut validitasnya mendekati valid, maka dari itu
item tersebut semua tetap digunakan setelah melalui proses revisi dan penyesuaian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah nilai keajegan dari suatu item atau ketetapan instrumen
ketika digunakan. Suatu item dikatakan reliabel jika soal tersebut dari waktu ke
waktu menghasilkan nilai yang sama bagi seorang individu. Uji reliabilitas
digunakan pada instrumen penelitian tes hasil belajar, angket interaksi sosial serta
angket minat belajar peserta didik. Uji reliabilitas untuk tes hasil belajar
menggunakan Kuder-Richardson (K-R) sebagai berikut :
n Mt (1- Mt/n ) R = ( 1 - ) n - 1 SD2
Keterangan :
R = Indeks reliabilitas seluruh tes
n = Jumlah item tes
Mt = Mean nilai (skor) total
SD = Standar Deviasi
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen pada
umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r tabel dengan taraf
signifikansi 5 %. Jika r hitung > r tabel, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel.
Interpretasi reliabilitas seperti pada tabel 3.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Interpretasi 0,81-1.00 Sangat tinggi 0,61-0,80 Tinggi 0,41-0,60 Cukup 0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat rendah
Sedangkan yang digunakan untuk menguji konsistensi internal dari suatu
angket yang memiliki skor bukan nol dan satu adalah Cronbach’s Alpha atau
Koefisien Alpha. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Koefisien Alpha
adalah :
R ∑σi2
α = (1 - ) R – 1 σx
2
Keterangan :
R = jumlah butir soal
σ i2 = varian butir soal
σ x2 = varian skor total
Varian butir soal diperoleh dengan rumus: σ x2 = Pi qi
Keterangan : Pi adalah tingkat kesukaran soal dan qi adalah ( 1 - Pi )
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes hasil belajar, angket interaksi sosial, dan
minat belajar dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas
Jenis instrumen Reliabilitas Kriteria
Hasil Belajar 0,867 Sangat tinggi
Angket Interaksi Sosial
0,851 Sangat tinggi
Angket Minat Belajar 0,895 Sangat tinggi
(Lampiran 15-17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
3. Uji Taraf Kesukaran
Suatu tes hasil belajar yang baik memiliki proporsi butir soal yang tingkat
kesukarannya seimbang, artinya berdestribusi normal. Salah satu ciri butir soal yang
baik adalah soal tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk kelompok tertentu
yang akan dites. Taraf kesukaran suatu item dinyatakn dalam suatu bilangan indeks
yang disebut indeks kesukaran (IK) , yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban benar yang
seharusnya diperoleh dari suatu item. Makin tinggi prosentase peserta didik yang
menjawab benar pada suatu butir soal, maka makin mudah soal tersebut, atau
sebaliknya.
Indeks kesukaran diujikan pada instrumen tes hasil belajar. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
BN IK = N Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran.
BN = Jumlah peserta didik /pengikut yang menjawab benar.
N = Jumlah seluruh peserta didik /pengikut
Klasifikasi taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran
IK (%) Kategori 0 - 20 Sangat Sukar (SS) 21- 40 Sukar (S) 41- 70 Sedang (Sd) 71- 90 Mudah (Md)
91 - 100 Sangat Mudah (SM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran tes hasil belajar (lampiran 15), dapat dilihat
pada tabel 3.8 berikut :
Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Klasifikasi Jumlah Soal Nomor Soal Sangat Mudah (SM) 0 - Mudah (Md) 8 5,7,10,13,18,23,27,30
Sedang (Sd) 15 1,2,3,4,6,8,9,11,12,15,17,20,24
,26, 29
Sukar (S) 7 14,16,19,21,22,25,28
Sangat Sukar (SS) 0 - Jumlah
30
4. Daya Pembeda
Butir soal dikatakan baik selain memenuhi kriteria di atas adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang kelompok atas dengan
kelompok bawah dalam kaitannya dengan butir-butir soal lainnya yang terdapat pada
tes yang bersangkutan.
Untuk menghitung bilangan daya pembeda suatu item digunakan rumus
sebagai berikut :
BA BB DP = - NA NB
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
BA = Jumlah jawaban benar kelompok atas
BB = Jumlah jawaban benar kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
NA = Jumlah pengikut/ peserta didik kelompok atas
NB = Jumlah pengikut/ peserta didik kelompok bawah
Adapun klasifikasi daya pembeda seperti pada tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9 Interpretasi Daya Pembeda
DP Kualifikasi Negatif - 0,19 Sangat Kurang Membedakan
0,20-0,39 Kurang Membedakan 0,40-0,59 Cukup Membedakan 0,60-0,79 Lebih Membedakan 0,80-1,00 Sangat Membedakan
Berdasarkan hasil uji daya pembeda tes hasil belajar (lampiran 15), dapat
dilihat pada tabel 3.10 berikut :
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda
Kualifikasi Jumlah Soal Nomor Soal Sangat Membedakan (SM) 0 -
Lebih Membedakan (LM) 6 1,2,4, 8,17,22
Cukup Membedakan (CM) 19 3,5,7,9,10,11,12,14,15,16,19,21,
23,24,25,27,28,29,30
Kurang Membedakan (KM) 5 6,13,18,20,26
Sangat Kurang Membedakan
(SKM)
0 -
Jumlah 30
I. Teknik Pengukuran
1. Interaksi Sosial
Pengukuran tingkat interaksi sosial peserta didik didasarkan skor-skor dari
angket. Penilaian tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi dengan skor di
atas mean dan rendah dengan skor di bawah mean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Minat Belajar
Pengukuran tingkat minat belajar peserta didik didasarkan skor-skor dari
angket. Penilaian tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi dengan skor di
atas mean dan rendah dengan skor di bawah mean.
3. Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar peserta didik menggunakan tes kognitif yaitu dengan
ulangan harian dan afektif dengan menggunakan rubrik penilaian sikap kooperatif.
J. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk mengetahui dan menguji kebenaran dari hipotesis
yang diajukan. Teknik analisa data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini untuk menganalisa data diperlukan penghitungan statistik.
Sebelum data dianalisa dengan menggunakan Analisa Varian (ANAVA) tiga
jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2, terlebih dahulu data diuji normalitas dan
homogenitasnya . Pengujian normalitas dan homogenitas menggunakan program
SPSS 12
1. Uji Prasyarat Analisa
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian
diperoleh data populasi yang berdistribusi normal. Dengan prosedur sebagai berikut :
1) Menetapkan hipotesis, (Ho) : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
normal, (H1): Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal; 2) Menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
taraf signifikansi yaitu 5%; 3) Melakukan pengujian; 4) Keputusan uji dimana Ho
diterima jika tobs < ttabel , Ho ditolak jika tobs > ttabel ; 5) Menarik kesimpulan. Hasil
uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov(a) dapat dilihat pada lampiran
23.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas di program SPSS 12 disebut Test of Equal Variances. Uji
homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians atau homogenitas antar
populasi. Jika populasi-populasi mempunyai varian-varian sama dikatakan populasi
homogen. Kriteria pengujian Ho yaitu : Jika Fobs > Ftabel maka Ho ditolak (tidak
homogen), jika Fobs < Ftabel maka Ho diterima (homogen). Hasil uji homogenitas
dapat dilihat pada lampiran 23.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Anava pada taraf signifikan α =
0,05 dengan bantuan SPSS 12. Uji Anava adalah untuk menguji beda rerata. Setelah
uji Anava selesai, maka tidak dilanjutkan dengan uji lanjut dari Anava walaupun
hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1 diterima.
Hal ini dilakukan karena hasil pengujian dari variabel yang hanya terdiri dari
dua kategori, apabila hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1 diterima ( Sig < 0,05) sudah
memiliki cukup bukti bahwa ada beda rerata antara dua perlakuan atau dua kategori,
sehingga tidak perlu untuk dilakukan uji lanjut Anava. Karena tujuan uji lanjut
Anava ini untuk melakukan pelacakan terhadap rataan setiap pasangan kolom, baris,
dan pasangan sel, untuk variabel lebih dari dua kategori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan di
SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen. Adapun hasil penelitian yang akan
disajikan yaitu mengenai deskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian
hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas data hasil belajar pada
ranah kognitif, interaksi sosial, dan minat belajar. Data tersebut diperoleh dari kelas
VII E sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan model Bamboo Dancing, dan
kelas VII D sebagai kelas eksperimen II dengan menggunakan model NHT
(Numbered Heads Together).
1. Data Hasil Belajar
Dalam penelitian ini data hasil belajar peserta didik diambil ketika
pembelajaran dengan menggunakan model Bamboo Dancing dan NHT telah selesai.
Data hasil belajar peserta didik ranah kognitif dari model Bamboo Dancing dan
NHT dapat dilihat pada deskripsi data hasil belajar peserta didik pada tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model Pembelajaran
Model Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rerata SD
Bamboo Dancing 37 97 40 68,38 11,25 NHT 37 97 53 75,32 12,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata hasil belajar peserta didik
pada kelas yang pembelajarannya dengan model Bamboo Dancing adalah 68,38
sedangkan pada kelas yang pembelajarannya dengan model NHT adalah 75,32. Jadi,
rerata hasil belajar peserta didik pada kelas yang pembelajarannya dengan
menggunakan model pembelajaran koopetatif tipe NHT lebih tinggi daripada kelas
yang pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing.
Tabel 4.2 Data Sikap Kooperatif Peserta Didik
Kelas Jumlah Data Nilai Maksimum Nilai Minimum Rerata
Bamboo Dancing 37 85 56 68,15
NHT 37 85 56 69,00
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai ranah afektif memiliki
rerata yang tidak jauh beda. Rerata nilai ranah afektif pada pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing sebesar 207, sedangkan pada
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebesar 210. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap kooperatif pada kedua tipe pembelajaran kooperatif tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti.
a. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model Bamboo Dancing
Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas yang
pembelajarannya dengan model Bamboo Dancing ( Eksperimen I ) disajikan pada
tabel 4.3 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas Eksperimen I
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)
38 - 46 42 1 2,7 47 - 55 51 1 2,7 56 - 64 60 11 29,7 65 - 73 69 15 40,5 74 - 82 78 5 13,5 83 - 91 87 2 5,4 92 - 100 96 2 5,4
Jumlah 37 100,0
Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar di atas disajikan grafik
histogram pada gambar 4.1. Berdasarkan histogram pada gambar 4.1 dapat dilihat
bahwa hasil belajar dengan frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 65-73
yaitu sebanyak 15 peserta didik. Hal ini karena pada interval tersebut terletak pada
rerata kelas Eksperimen I yaitu 68,38.
Gambar 4.1 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I
b. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Kelas dengan Model NHT
Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas yang
pembelajarannya dengan model NHT ( Eksperimen II ) disajikan pada tabel 4.4
berikut ini.
Hasil Belajar Kelas Bamboo Dancing
1 1
11
15
52 2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
38-46 47-55 56-64 65-73 74-82 83-91 92-100
Interval Kelas
Fre
kuen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas Eksperimen II
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 52 - 58 55 4 8,1 59 - 65 62 6 16,2 66 - 72 69 4 8,1 73 - 79 76 7 18,9 80 - 86 83 5 13,5 87 - 93 90 10 27,0 94 - 100 97 1 2,7
Jumlah 37 100,0
Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar di atas disajikan grafik
histogram pada gambar 4.2. Berdasarkan histogram tersebut dapat dilihat bahwa
hasil belajar dengan frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 87-93 yaitu
sebanyak 10 peserta didik. Sedangkan frekuensi terendah berada pada interval 94-
100 yang hanya berjumlah 1 peserta didik. Berikut ini juga disajikan deskripsi
sebaran data keseluruhan berdasarkan desain pembelajaran dalam penelitian pada
tabel 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.2 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II
Hasil Belajar Kelas NHT
46
4
75
10
10
2
4
6
8
10
12
52-58 59-65 66-72 73-79 80-86 87-93 94-100
Interval Kelas
Fre
kuen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.5 Deskripsi Sebaran Data Keseluruhan
Pembelajaran Kooperatif Bamboo Dancing NHT
Tinggi N : 11 X : 80,1 SD: 8,6
N : 15 X : 86,7 SD: 5,5 Interaksi Sosial
Tinggi Minat Belajar
Rendah N : 5 X : 65,4 SD: 2.2
N : 7 X : 69,7 SD: 4,5
Tinggi N : 7 X : 69,6 SD: 7,1
N : 6 X : 77,2 SD: 3,9 Interaksi Sosial
Rendah Minat Belajar
Rendah N : 14 X : 59,6 SD: 8,1
N : 9 X : 59,6 SD: 4,6
Dari tabel 4.5 tersebut dapat diamati hubungan antara model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT, interaksi sosial, dan minat belajar
terhadap rerata nilai peserta didik. Melalui tabel 4.5 menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yang diterapkan pada peserta didik yang
memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata nilai
tertinggi yaitu 86,7. Sementara itu, pembelajaran kooperatif dengan tipe Bamboo
Dancing dan NHT yang diterapkan pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial
rendah dan minat belajar rendah memperoleh rerata nilai terendah yaitu 59,6.
Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat secara keseluruhan rerata hasil
belajar peserta didik yang bervariasi pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Rerata Hasil Belajar
Interaksi Sosial Tinggi Interaksi Sosial Rendah Pembelajaran
Kooperatif Minat Belajar
Tinggi
Minat Belajar
Rendah
Minat Belajar
Tinggi
Minat Belajar
Rendah
Bamboo Dancing 80,1 65,4 69,6 59,6
NHT 86,7 69,7 77,2 59,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata hasil belajar peserta didik
untuk model Bamboo Dancing diperoleh rerata hasil belajar tertinggi 80,1 pada
peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi. Untuk
model NHT diperoleh rerata hasil belajar tertinggi 86,7 pada peserta didik yang
memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi. Sedangkan untuk rerata
hasil belajar model Bamboo Dancing diperoleh rerata hasil belajar terendah 59,6
pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah.
Untuk model NHT diperoleh rerata hasil belajar terendah 59,6 pada peserta didik
yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar rendah.
2. Data Interaksi Sosial Peserta Didik
Dalam penelitian ini, data interaksi sosial peserta didik diukur dengan
menggunakan angket interaksi sosial peserta didik kepada responden yang
dilaksanakan sebelum penelitian dilaksanakan. Pembagian kategori interaksi sosial
peserta didik adalah kategori tinggi dan rendah. Interaksi sosial peserta didik kategori
tinggi jika skor ≥ means, kategori rendah jika skor < means. Adapun diskripsi data
interaksi sosial peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Diskripsi Data Interaksi Sosial
Interaksi Sosial
Jumlah Data
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Rerata SD
Tinggi 38 97 63 78,8 10,08
Rendah 36 83 40 64,5 9,42
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan peserta didik
dengan interaksi sosial tinggi berjumlah 38 orang, sedangkan peserta didik dengan
interaksi sosial rendah berjumlah 36 orang. Rerata hasil belajar pada peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang memiliki interaksi sosial tinggi adalah 78,8. Sedangkan rerata hasil belajar
belajar pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah adalah 64,5. Jadi,
peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memperoleh rerata hasil belajar
lebih tinggi dibanding dengan peserta didik dengan interaksi sosial rendah.
Untuk lebih rincinya distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat
dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 63 - 69 66 8 21,1
70 - 76 73 6 15,8
77 - 83 80 11 28,9
84 - 90 87 8 21,1
91 - 97 94 5 13,2
Jumlah 38 100,0
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%)
40 - 46 43 1 2,8
47 - 53 50 3 8,3
54- 60 57 12 33,3
61 - 67 64 11 30,6
68 - 74 71 4 11,1
75 - 81 78 3 8,3
82 - 88 85 2 5,6
Jumlah 36 100,0
Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar pada peserta didik yang
memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah di atas disajikan grafik histogram pada
gambar 4.3 dan 4.4 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.3 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Interaksi Sosial Tinggi
Gambar 4.4 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Interaksi Sosial Rendah
3. Data Minat Belajar Peserta Didik
Dalam penelitian ini data minat belajar peserta didik diperoleh dari pengisian
angket minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi kepada responden
yang dilaksanakan sebelum penelitian dilaksanakan. Pembagian kategori minat
belajar peserta didik adalah kategori tinggi dan rendah. Minat belajar peserta didik
kategori tinggi jika skor ≥ means, kategori rendah jika skor < means. Adapun
diskripsi data minat belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Interaksi Sosial Tinggi
86
11
8
5
0
2
4
6
8
10
12
63-69 70-76 77-83 84-90 91-97
Interval KelasF
reku
ensi
Interaksi Sosial Rendah
13
12 11
4 3 20
2
4
6
8
10
12
14
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88
Interval Kelas
Fre
kuen
si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10 Diskripsi Data Minat Belajar
Minat Belajar
Jumlah Data Nilai Maksimum
Nilai Minimum Rerata SD
Tinggi 39 97 60 80,3 8,92
Rendah 35 77 40 62,4 7,19
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan peserta didik
dengan minat belajar tinggi berjumlah 39 orang, sedangkan peserta didik dengan
minat belajar rendah berjumlah 35 orang. Rerata hasil belajar pada peserta didik yang
memiliki minat belajar tinggi adalah 80,3. Sedangkan rerata hasil belajar belajar pada
peserta didik yang memiliki minat belajar rendah adalah 62,4. Jadi, peserta didik
yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih tinggi
dibanding dengan peserta didik dengan minat belajar rendah.
Untuk lebih rincinya distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dapat
dilihat pada tabel 4.11 dan tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Tinggi
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 56 - 61 58,5 1 2,6 62 - 67 64,5 3 7,7 68 - 73 70,5 7 17,9 74 - 79 76,5 7 17,9 80 - 85 82,5 8 20,5 86 - 91 88,5 8 20,5 92 - 97 94,5 5 12,8
Jumlah 39 100,0
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Rendah
Interval kelas Nilai Tengah Frekuensi Persentase (%) 40 - 45 42,5 1 2,9 46 - 51 48,5 1 2,9 52- 57 54,5 7 20,0 58 - 63 60,5 13 37,1 64 - 69 66,5 8 22,9 70 - 75 72,5 4 11,4 76 - 80 78,5 1 2,9
Jumlah 35 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk memperjelas distribusi frekuensi hasil belajar pada peserta didik yang
memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah di atas disajikan grafik histogram pada
gambar 4.5 dan 4.6 berikut ini.
Gambar 4.5 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Minat Belajar Tinggi
Gambar 4.6 Gambar Histogram Hasil Belajar Kelompok Minat Belajar Rendah
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dalam penelitian
Minat Belajar Tinggi
13
7 78 8
5
0123456789
56-61 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91 92-97
Interval Kelas
Fre
kuen
si
1 1
7
13
8
41
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
kuen
si
40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-80
Interval Kelas
Minat Belajar Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov(a) melalui bantuan software SPSS 12 dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Kooperatif
Test of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Model Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Bel. Bamdanc. NHT
.143
.104 37 37
.053 .200(*)
.960
.964 37 37
.209
.277 * This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing dengan nilai sig. 0,053 > α (0,05) yang berarti Ho diterima,
sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada
pembelajaran kooperatif tipe NHT menunjukkan nilai sig. 0,200 > α (0,05) yang
berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial Test of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Interaksi Sosial
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Bel. Tinggi
Rendah
.133
.116
38
36
.088
.200(*)
.950
.971
38
36
.087
.451
* This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas hasil belajar ditinjau dari interaksi sosial menunjukkan
bahwa pada peserta didik dengan interaksi sosial tinggi diperoleh nilai sig. 0,088 > α
(0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
uji normalitas pada peserta didik dengan interaksi sosial rendah menunjukkan nilai
sig. 0,200 > α (0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar Test of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Minat Belajar
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Bel. Tinggi
Rendah
.107
.139
39
35
.200(*)
.084
.976
.934
39
35
.569
.037
* This is a lower bound of the true significance. a Liliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas hasil belajar ditinjau dari minat belajar menunjukkan
bahwa pada peserta didik dengan minat belajar tinggi diperoleh nilai sig. 0,200 > α
(0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan hasil
uji normalitas pada peserta didik dengan minat belajar rendah menunjukkan nilai sig.
0,084 > α (0,05) yang berarti Ho diterima, sehingga data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Levene’s dengan bantuan software SPSS 12 dengan tingkat
signifikan α = 0,05, di mana bila harga P-value data yang diperoleh lebih besar atau
sama dengan α = 0,05 maka Ho diterima. Ho diterima berarti data berasal dari
populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Jika uji homogenitas
terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji analisis variansi (Anava).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error Variances(a)
Dependent Variable: Hasil Belajar
F df1 df2 Sig. 1.262 7 66 .283
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+Model+Intersos+Minatbel+Model * Intersos+Model * Minatbel+Intersos *
Minatbel+Model * Intersos * Minatbel
Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai sig. 0,283 > α
(0,05) yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. Karena homogenitas
terpenuhi maka selanjutnya dapat dilakukan uji analisis variansi (Anava).
C. Pengujian Hipotesis (Anava)
Setelah pengujian prasyarat instrumen maka pengujian selanjutnya adalah
pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT,
interaksi sosial (tinggi dan rendah) dan minat belajar (tinggi dan rendah) peserta
didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
Data yang diperoleh dari penelitian berupa data hasil belajar, interaksi sosial,
dan minat belajar peserta didik, kemudian dianalisis dengan Anava tiga jalan
(2x2x2) dengan isi sel tidak sama menggunakan bantuan software SPSS 12. Analisis
hasil penelitian menggunakan taraf signifikan 0,05. Kriteria uji yang ditetapkan
adalah jika nilai signifikan P-value < α (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Berikut ini disajikan hasil uji Anava menggunakan SPSS 12 dengan General Linear
Model (GLM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.17 Hasil Uji Anava
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Hasil Belajar
Source Type III Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Corrected Model
7966.624(a) 7 1138.089 27.669 .000
Intercept 324756.674 1 324756.674 7895.391 .000 Model 338.226 1 338.226 8.223 .006 Intersos 1295.601 1 1295.601 31.498 .000 Minatbel 3554.137 1 3554.137 86.407 .000 Model * Intersos 11.012 1 11.012 .268 .607 Model * Minatbel
103.874 1 103.874 2.525 .117
Intersos * Minatbel
18.744 1 18.744 .456 .502
Model * Intersos * Minatbel
27.366 1 27.366 .665 .418
Error 2714.741 66 41.132 Total 392715.000 74 Corrected Total 10681.365 73
a R Squared = .746 (Adjusted R Squared = .719)
Berdasarkan analisis variansi tiga jalan di atas didapatkan hasil-hasil sebagai
berikut :
a. Hipotesis Pertama
P-value (0,006) < α (0,05) dengan demikian H0A ditolak dan H1A diterima.
Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
terdadap hasil belajar peserta didik.
b. Hipotesis Kedua
P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian H0B ditolak dan H1B diterima.
Artinya, terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terdadap hasil belajar
peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Hipotesis Ketiga
P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian H0C ditolak dan H1C diterima.
Artinya, terdapat pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil
belajar peserta didik..
d. Hipotesis Keempat
P-value (0,607) > α (0,05) dengan demikian H0AB diterima dan H1AB ditolak..
Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan interaksi
sosial peserta didik.
e. Hipotesis Kelima
P-value (0,117) > α (0,05) dengan demikian H0AC diterima dan H1AC ditolak..
Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan minat
belajar peserta didik.
f. Hipotesis Keenam
P-value (0,502) > α (0,05) dengan demikian H0BC diterima dan H1BC ditolak..
Artinya, tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta
didik.
g. Hipotesis Ketujuh
P-value (0,418) > α (0,05) dengan demikian H0ABC diterima dan H1ABC ditolak..
Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif, interaksi sosial,dan
minat belajar terhadap hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil uji anava, Ho yang ditolak adalah H0A, H0B, dan H0C. Namun
demikian, sudah memiliki cukup bukti bahwa ada beda rerata antara model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dengan NHT, antara interaksi sosial
tinggi dengan interaksi sosial rendah, dan antara minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah maka tidak perlu dilakukan uji lanjut Anava.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil perhitungan uji anava tiga jalan diperoleh P-value (0,006) < α (0,05)
dengan demikian H0A ditolak dan H1A diterima. Artinya, terdapat pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terdadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil
belajar peserta didik yang menggunakan tipe Bamboo Dancing adalah 68,38
sedangkan yang menggunakan tipe NHT adalah 75,32. Melihat rerata hasil belajar
tersebut, peserta didik yang menggunakan pembelajaran NHT mempunyai hasil
belajar lebih baik daripada menggunakan Bamboo Dancing. Untuk memperkuat data
tersebut di atas bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara dua tipe pembelajaran,
dapat dilihat dari sig. (2-tailed) (0,018) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran kooperatif
tipe Bamboo Dancing dan NHT.
Model pembelajaran merupakan faktor eskternal yang dapat mempengaruhi
hasil belajar peserta didik. Merujuk pemikiran Joyce dalam bab terdahulu, bahwa
model pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memperoleh informasi,
ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Jadi, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan model pembelajaran sangat diperlukan,
tentunya dengan perencanaan dan pengelolaan sebaik-baiknya.
Melalui model pembelajaran kooperatif baik tipe Bamboo Dancing maupun
NHT dalam pembelajaran biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, hasil belajar
peserta didik meningkat. Hal ini terjadi karena peserta didik dalam proses
pembelajarannya melakukan keterampilan proses sains melalui pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilingkungan sekolah maupun rumah, pengukuran hasil eksperimen, memecahkan
masalah yang sudah diterimanya, dan bertanya/merespon pendapat teman. Melalui
kegiatan tersebut, keterampilan proses sains sebagai karakteristik pembelajaran
biologi dapat muncul dan menghasilkan pengalaman belajar yang berarti pada diri
peserta didik sehingga akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik.
Sesuai dengan teori belajar Peaget, bahwa perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung pada seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannnya. Dalam proses pembelajaran peserta didik melakukan
pengamatan langsung dilingkungan sekolah, sekitar rumah, dan eksperimen sehingga
peserta didik memiliki bekal untuk belajar berkelompok dalam model pembelajaran
kooperatif. Jadi, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
NHT tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
biologi materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
Meskipun Bamboo Dancing dan NHT merupakan model pembelajaran
kooperatif, namun antara Bamboo Dancing dan NHT memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar
peserta didik. Di dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki lebih
banyak kesempatan saling membantu untuk memecahkan masalah yang harus
dijawab dalam kelompoknya dan lebih tenang, karena penyampaian jawaban satu
persatu. Sehingga Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan pengaruh
lebih baik terhadap hasil belajar peserta didik. Sedangkan, pada model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing dalam memecahkan masalah hanya terfokus pada
pasangannya dan terkesan gaduh, karena peserta didik saling berbagi informasi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat dalam
bentuk lisan, sehingga mengganggu konsentrasi masing-masing peserta didik. Selain
itu tipe Bamboo Dancing merupakan hal yang baru di kelas tersebut. Sehingga belum
diperoleh hasil yang optimal, tetapi hasil belajar peserta didik sudah meningkat.
Pada penilaian ranah afektif melalui pengamatan sikap kooperatif pada kedua
kelas eksperimen tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (lampiran 18 dan 19).
Keadaan seperti ini tidak terlepas dari bagaimana mengelola pembelajaran kooperatif
yang diharapkan. Sikap kooperatif peserta didik dalam pembelajaran kooperatif baik
tipe Bamboo Dancing dan NHT apabila dikelola sesuai prosedur yang sudah
ditentukan maka sikap dan perilaku peserta didik dapat terarah dan dapat
memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran. Karena melalui
sikap kooperatif peserta didik akan memiliki kemampuan bicara yang pokok (inner
speech) yang dapat digunakan sebagai alat berpikir. Walaupun dalam penelitian ini
model pembelajaran kooperatif belum dapat dilaksanakan secara maksimal.
Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di
kelas X-5 SMAN 7 Malang, oleh Ainussholiha Noor (2009) diperoleh hasil bahwa
penerapan pembelajaran dengan NHT dapat meningkatkan hasil belajar biologi untuk
aspek kognitif dan aspek afektif peserta didik.
Menurut penelitian dari Burcin Acar and Leman Tarhana diperoleh hasil
sebagai berikut : The result from the t-test indicated that the student who were
trained using cooperative learning instructionhad significantly higher score in terms
of achievement than those tought by the traditional approach. Hasil penelitian ini
menyimpulkan hasil dari t-test mengidikasikan bahwa peserta didik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar lebih tinggi
daripada yang menggunakan pembelajaran tradisional.
2. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh P-value (0,000) < α (0,05) dengan
demikian H0B ditolak dan H1B diterima. Artinya, terdapat pengaruh interaksi sosial
tinggi dan rendah terdadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Untuk mengetahui interaksi sosial yang mana yang lebih baik dapat dilihat
melalui uji t, diperoleh sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar pada peserta didik dengan interaksi sosial
tinggi dan rendah. Peserta didik dengan interaksi sosial tinggi memperoleh hasil
belajar lebih baik daripada peserta didik dengan interaksi sosial rendah. Selain itu,
pengaruh interaksi sosial terhadap hasil belajar peserta didik dapat dilihat
berdasarkan rerata yang menunjukkan bahwa interaksi sosial yang tinggi
memperoleh hasil belajar dengan rerata 78,8 sedangkan interaksi sosial rendah 64,5.
Hasil belajar peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik
daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah. Hal ini sangat mungkin
sekali karena dengan memiliki interaksi sosial tinggi peserta didik dapat lebih aktif
dalam pembelajarannya, leluasa mengevaluasi, dan memperbaiki pemahaman serta
mengonstruksi pengetahuannya dengan cara mengomunikasikan pemahamannya
bersama kelompoknya. Dengan demikian dapat memperoleh hasil belajar yang lebih
baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah.
Namun demikian, tidak semua peserta didik yang memperoleh hasil belajar
tinggi juga memiliki interaksi sosial tinggi. Hal ini terjadi karena ada sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peserta didik yang senang berpikir sendiri tanpa harus kerja kelompok dan kurangnya
solidaritas (egois). Selain itu, tidak semua peserta didik yang memperoleh hasil
belajar tinggi memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Keadaan demikian
dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan keluarga.
Seperti yang di sampaikan M.Asrori, bahwa ada sejumlah faktor dari dalam
keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak (peserta didik) dalam proses
perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayang,
diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman disini adalah rasa aman
secara material dan mental. Maka, apabila anak kurang mendapatkan apa yang
dibutuhkan dalam proses perkembangan sosialnya akan cenderung memiliki interaksi
sosial yang rendah.
Begitu pula sebaliknya, ada sebagian peserta didik yang memiliki interaksi
sosial tinggi tetapi hasil belajarnya rendah. Ada faktor internal peserta didik yang
mempengaruhi diantaranya : kurangnya konsentrasi dalam pembelajaran dan daya
ingat yang rendah. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi sebenarnya
telah memiliki modal untuk mencapai hasil belajar yang tinggi, sesuai dengan teori
tersebut di atas. Jadi, peserta didik yang mengalami keadaan demikian diperlukan
bimbingan khusus agar dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Sebagaimana teori yang telah disajikan pada bab terdahulu, interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial dapat terjadi apabila adanya
kontak sosial (social-contact) dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,
dan antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Adanya komunikasi, seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.
Model pembelajaran kooperatif di dalamnya selalu terjadi interaksi kelompok.
Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota).
Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan
inteligensi interpersona / keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen
keterampilan sosial menurut Agus Suprijono (2009:62) adalah kecakapan
berkomunikasi, kecakapan bekerja sama, dan solidaritas.
Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting
model pembelajaran kooperatif, yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan
dikonstruksi secara mutual. Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris.
Keterlibatkan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi
dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial
memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
Vygotsky menekankan peserta didik mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dengan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Gamaliel I Madiun
juga diperoleh hasil bahwa ada pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah)
terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki interaksi sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah( Ratna
Kartikawati.2009 ). Begitu pula, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
SMP negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi oleh Tri Lukitaningsih (2011) diperoleh hasil
bahwa interaksi sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
biologi.
3. Hipotesis Ketiga
Pada hasil uji analisis penelitian, diperoleh P-value (0,000) < α (0,05) dengan
demikian H0C ditolak dan H1C diterima. Artinya, terdapat pengaruh minat belajar
yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Untuk mengetahui minat belajar yang mana yang lebih baik dapat dilihat
melalui uji t,diperoleh sig. (2-tailed) (0,000) < α (0,05) menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar pada peserta didik dengan minat belajar
tinggi dan rendah. Peserta didik dengan minat belajar tinggi memperoleh hasil
belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar rendah. Hal ini dapat
dilihat dari rerata hasil belajar peserta didik dengan minat belajar tinggi adalah 80,3,
sedangkan peserta didik dengan minat belajar yang rendah adalah 62,4 (tabel 4.10).
Peserta didik dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi merupakan
kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang
(peserta didik yang lain dan guru), situasi atau aktivitas di dalamnya. Dengan
demikian akan mempermudah mempelajari dan memahami materi yang dipelajari.
Jadi, minat belajar tinggi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk hidup.
Namun demikian, ada beberapa peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi memperoleh hasil belajar di bawah rerata kelas, tetapi masih diatas KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini terjadi, karena daya ingat yang kurang baik. Tetapi, sebagian besar peserta
didik yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh hasil belajar di atas rerata,
sedangkan peserta didik yang memiliki minat belajar rendah sebagian besar
memperoleh hasil belajar di bawah rerata kelas.
Secara umum, minat adalah sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu kegiatan. Dari definisi ini dapat diungkapkan bahwa minat
merupakan kecenderungan dalam menyukai suatu kegiatan dapat berupa pelajaran,
benda atau suasana tertentu. Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam
melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi
kesediaan yang dapat diukur melalui kesulitan, ketertarikan, perhatian dan
keterlibatan. Berminat terhadap sesuatu hal mengandung arti menarik diri dalam hal
itu. Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh
perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu. Maka dari itu, minat belajar
sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Apabila peserta didik memiliki minat belajar tinggi terhadap pelajaran tertentu
maka akan mempermudah peserta didik mempelajarinya. Tetapi sebaliknya, apabila
minat belajar rendah terhadap suatu pelajaran maka akan mempersulit dalam
mempelajarinya. Apabila peserta didik dapat dengan mudah mempelajari dan
memahami materi pembelajaran, maka akan cenderung memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
Begitu pula, hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Gamaliel I Madiun
oleh Ratna Kartikawati (2009), diperoleh hasil ada pengaruh minat belajar (tinggi
dan rendah) terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar peserta didik yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
minat belajar tinggi lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki minat belajar
rendah.
4. Hipotesis Keempat
Dari hasil uji analisis diperoleh P-value (0,607) > α (0,05) dengan demikian
H0AB diterima dan H1AB ditolak.. Artinya, tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara model
pembelajaran dengan kemampuan interaksi sosial peserta didik dapat dijelaskan
sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama, terdapat pengaruh model
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta didik. Dimana pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai hasil belajar
lebih baik daripada menggunakan tipe Bamboo Dancing. Sedangkan pada hipotesis
kedua, peserta didik dengan interaksi sosial tinggi memperoleh hasil belajar lebih
baik daripada peserta didik dengan interaksi sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga
diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar biologi.
Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi interaksi sosial
peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model
pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki interaksi sosial
tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan peserta didik yang
memiliki interaksi sosial rendah cenderung memperoleh hasil belajar yang rendah
pula. Model pembelajaran kooperatif menuntut peserta didik untuk aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses pembelajaran. Sedangkan menurut Piaget interaksi sosial akan efektif apabila
ada tindakan aktif dari peserta didik (Paul Suparno2001:108). Karena pengaruh yang
ditimbulkan saling independen maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dengan interaksi sosial peserta didik terhadap
hasil belajar.
5. Hipotesis Kelima
Hasil uji analisis diperoleh P-value (0,117) > α (0,05) dengan demikian H0AC
diterima dan H1AC ditolak. Artinya, tidak terdapat interaksi antara pembelajaran
kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada
materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran
dengan kemampuan minat belajar peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hipotesis pertama, terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap
prestasi belajar peserta didik. Dimana pembelajaran yang menggunakan tipe NHT
mempunyai hasil belajar lebih baik daripada menggunakan Tipe Bamboo Dancing.
Sedangkan pada hipotesis ketiga, peserta didik dengan minat belajar tinggi
memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar
rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajar biologi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh minat belajar yang
tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup.
Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi minat belajar
peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, apapun model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki minat belajar
tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, sedangkan peserta didik yang
memiliki minat belajar rendah memperoleh hasil belajar yang rendah pula. Peserta
didik yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih mudah mempelajari dan
memahami materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, sehingga sangat memungkinkan untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik walaupun menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT. Begitu pula
sebaliknya, apabila peserta didik dengan minat yang rendah akan mengalami
kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran sehingga apapun
model pembelajarannya tidak akan memberikan hasil belajar yang optimal.
Karena pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar
peserta didik terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-
Ciri Makhluk Hidup.
6. Hipotesis Keemam
Dari hasil uji analisis diperoleh P-value (0,502) > α (0,05) dengan demikian
H0BC diterima dan H1BC ditolak.. Artinya, tidak terdapat interaksi antara interaksi
sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi
Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Tidak adanya interaksi antara interaksi sosial dengan minat
belajar peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis kedua,
terdapat pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil
belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan interaksi
sosial tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
interaksi sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga diperlukan untuk meningkatkan
hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Sedangkan pada hipotesis
ketiga, terdapat pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan minat belajar
tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat
belajar rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk
meningkatkan hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
Pada proses pembelajaran biologi peserta didik yang memiliki interaksi sosial
semakin tinggi maka semakin tinggi pula hasil belajarnya, begitu pula semakin tinggi
minat belajar semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga, interaksi sosial dan
minat belajar mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar
rendah memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, hal yang demikian
seharusnya tidak terjadi, karena dengan modal interaksi sosial yang tinggi peserta
didik dapat lebih leluasa mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
kelompoknya. Dalam proses pembelajaran pada penelitian, peserta didik yang
memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar rendah cenderung tidak sungguh-
sungguh dalam mengikuti pembelajaran, terkesan banyak main-mainnya, dan kurang
konsentrasi. Interaksi sosial tinggi yang dimiliki peserta didik tidak dapat membuat
minat belajar yang rendah menjadi tinggi. Sehingga keadaan tersebut sangat
mempengaruhi hasil belajar.
Pada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar
tinggi memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, hal yang demikian terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena peserta didik cenderung pasif sehingga akumulasi pengetahuannya tidak dapat
maksimal. Minat belajar yang tinggi tidak dapat membuat interaksi sosial rendah
peserta didik berubah menjadi tinggi.
Karena pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta
didik terhadap hasil belajar.
7. Hipotesis Ketujuh
P-value (0,418) > α (0,05) dengan demikian H0ABC diterima dan H1ABC ditolak..
Artinya, tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi
sosial, dan minat belajar terhadap hasil belajar peserta didik. Tidak adanya interaksi
antara model pembelajaran, interaksi sosial, dan minat belajar terhadap hasil belajar
peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama,
terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi pada materi
Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Dimana pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai hasil belajar lebih baik daripada
menggunakan tipe Bamboo Dancing. Sedangkan pada hipotesis kedua, terdapat
pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan interaksi sosial
tinggi memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan interaksi
sosial rendah. Jadi, interaksi sosial juga diperlukan peserta didik untuk meningkatkan
hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Hipotesis ketiga, terdapat
pengaruh minat belajar yang tinggi dan rendah terhadap hasil belajar biologi pada
materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik dengan minat belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memperoleh hasil belajar lebih baik daripada peserta didik dengan minat belajar
rendah. Jadi, minat belajar sangat diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT, semakin tinggi interaksi sosial
peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya, begitu pula semakin tinggi minat
belajar peserta didik semakin tinggi hasil belajarnya. Begitu pula sebaliknya, proses
pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing maupun NHT , semakin rendah interaksi sosial peserta didik semakin
rendah pula hasil belajarnya, begitu pula semakin rendah minat belajar peserta didik
semakin rendah hasil belajarnya.
Sebagaimana telah dibahas pada hipotesis keempat, kelima, dan keenam karena
pengaruh yang ditimbulkan saling independen maka, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran, interaksi sosial, dan minat belajar
peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Meskipun demikian,
peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan dan keterbatasan
yang menyebabkan hasil penelitian masih belum sempurna. Beberapa kelemahan
dalam penelitian ini antara lain :
1. Instrumen penelitian yang terdiri dari angket interaksi sosial dan minat belajar,
tes hasil belajar dan rubrik penilaian sikap kooperatif belum merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
instrumen yang standar, karena instrumen tersebut disusun sendiri oleh peneliti
dan hanya diujicobakan satu kali.
2. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan (12 JP)
dengan evaluasi, dirasa masih kurang untuk melihat pengaruh dari perlakuan.
3. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan
NHT masih dianggap hal baru bagi guru dan peserta didik terutama tipe Bamboo
Dancing, karena lebih terbiasa menggunakan metode ceramah dan diskusi yang
belum terlaksana secara sistematik, sehingga proses belajar mengajar yang
terjadi belum dapat berjalan dengan maksimal.
4. Efektifitas pembelajaran masih rendah, masih ada beberapa peserta didik yang
belum dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
5. Timbul kegaduhan-kegaduhan sehingga menyita waktu untuk penyelesaian
pemecahan masalah dalam kelompok dan mengganggu konsentrasi masing-
masing peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka keseluruhan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
Peserta didik dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT memperoleh rerata hasil belajar lebih baik yaitu 75,32 daripada peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
yang memperoleh rerata hasil belajar 68,38. Model pembelajaran kooperatif tipe
NHT memiliki lebih banyak kesempatan saling membantu untuk memecahkan
masalah yang harus dijawab dalam kelompoknya dan lebih tenang, karena
penyampaian jawaban satu persatu. Sedangkan, pada model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing dalam memecahkan masalah hanya terfokus
pada pasangannya dan terkesan gaduh, karena peserta didik saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu
singkat dalam bentuk lisan, sehingga mengganggu konsentrasi masing-masing
peserta didik. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih
efektif digunakan untuk pembelajaran biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup daripada model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2. Interaksi sosial (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil
belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta
didik yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik yaitu 78,8 daripada peserta
didik yang memiliki interaksi sosial rendah yang memperoleh rerata hasil belajar
64,5. Jadi, interaksi sosial diperlukan peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajar biologi. Pada proses pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup diketahui semakin tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula
hasil belajarnya.
3. Minat belajar (tinggi dan rendah) peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Rerata hasil belajar peserta didik
yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik yaitu 80,3 daripada peserta didik
yang memiliki minat belajar rendah yang memperoleh rerata hasil belajar 62,4.
Peserta didik dengan minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi merupakan
kekuatan pendorong yang memaksa peserta didik menaruh perhatian pada
peserta didik yang lain dan guru, serta situasi atau aktivitas di dalamnya. Dengan
demikian akan mempermudah mempelajari dan memahami materi yang
dipelajari. Jadi, dengan minat belajar tinggi dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran biologi materi Ciri-Ciri Makhluk hidup.
4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi
sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Peserta didik yang memiliki interaksi sosial tinggi memperoleh rerata
hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial
rendah, walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Bamboo Dancing maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin
tinggi interaksi sosial peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya.
Sehingga, apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik
yang memiliki interaksi sosial tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi
pula, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah cenderung
memperoleh hasil belajar yang rendah pula, pengaruh yang ditimbulkan antara
model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial terhadap hasil belajar
biologi saling independen, maka tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi
pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
5. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat
belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil
belajar lebih baik daripada peserta didik yang memiliki minat belajar rendah,
walaupun menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
maupun NHT. Pada proses pembelajaran biologi menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing maupun NHT , semakin tinggi
minat belajar peserta didik semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sehingga,
apapun model pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik yang memiliki
minat belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Sedangkan
peserta didik yang memiliki minat belajar rendah akan memperoleh hasil belajar
yang rendah pula. Karena pengaruh antara model pembelajaran kooperatif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
minat belajar yang ditimbulkan saling independen, maka tidak terdapat interaksi
antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk.
6. Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik
terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Peserta
didik yang memiliki interaksi sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh
rerata hasil belajar yang tinggi, sedangkan peserta didik yang memiliki interaksi
sosial rendah dan minat belajar rendah memperoleh rerata hasil belajar yang
rendah. Interaksi sosial dan minat belajar peserta didik berpengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup, tetapi
pengaruh yang ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi
antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
7. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial,
dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-
Ciri Makhluk Hidup. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif baik tipe Bamboo Dancing maupun NHT yang memiliki interaksi
sosial tinggi dan minat belajar tinggi memperoleh rerata hasil belajar lebih baik
daripada peserta didik yang memiliki interaksi sosial rendah dan minat belajar
rendah. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat
belajar berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. Akan tetapi, pengaruh yang
ditimbulkan saling independen sehingga tidak terdapat interaksi antara model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik
terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini
memberikan implikasi sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar peserta didik.
b. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik
materi pembelajaran yang akan disampaikan.
2. Implikasi Praktis
a. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup.
b. Dalam pembelajaran, guru seharusnya memperhatikan tingkat interaksi sosial
dan minat belajar peserta didik.
c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat efektif untuk
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
1. Kepada Guru Biologi
a. Guru hendaknya dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Ciri-Ciri
Makhluk Hidup atau materi lainnya.
b. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT hendaknya
dipersiapkan LKS, yang dilengkapi dengan soal untuk tiap nomor peserta
didik, guru telah mengobservasi lingkungan yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
c. Sebelum pelaksanaan pembelajaran perlu diukur tingkat interaksi sosial dan
minat belajar peserta didik.
d. Perlu ditingkatkan interaksi sosial dan minat peserta didik dengan cara
memberi masalah dan contoh materi yang menarik.
e. Guru dalam membagi kelompok hendaknya benar-benar heterogen agar hasil
yang diharapkan dapat maksimal.
f. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, peserta didik perlu
mengadakan pengamatan secara langsung di lingkungan, sekitar rumah, atau
laboratorium secara individu maupun kelompok sebagai bekal dalam proses
pembelajaran.
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya selalu berusaha agar peserta didik tetap
bersemangat untuk belajar, menyukai pelajaran yang dipelajari, serta
menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga peserta
didik betah untuk belajar di sekolah dan di tempat belajar lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
b. Pihak sekolah hendaknya dapat menciptakan lingkungan sekolah sebagai
lingkungan yang dapat menjadi sarana belajar bagi peserta didik.
c. Pihak sekolah hendaknya memenuhi sarana dan prasarana pembelajaran, agar
proses pembelajaran dapat berjalan maksimal sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan optimal.
3. Kepada Peneliti
a. Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini belum optimal, hal ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan mengoptimalkan pelaksanaannya.
b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah
dipraktikkan pada peserta didik yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum
penelitian dilaksanakan.
4. Kepada Pengelola Pendidikan
a. Masih banyak guru yang belum memahami penggunaan model-model
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran, untuk itu
hendaknya pengelola pendidikan mengadakan pelatihan untuk guru yang
berhubungan dengan pembelajaran.
5. Kepada Peserta Didik
a. Setiap peserta didik hendaknya memiliki interaksi sosial dan minat belajar
yang tinggi serta aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
b. Setiap peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh dan selalu konsentrasi
dalam proses pembelajaran.