98
PEMBERDAYAAN EKONOMI PEDAGANG KECIL MELALUI PINJAMAN MIKRO MASJID DI MASJID JAMI BINTARO JAYA RAWA PAPAN KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN Disusun Oleh: AYU PRIMA ANANDA NIM 105054002040 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009  

PEMBERDAYAAN EKONOMI PEDAGANG KECIL MELALUI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42618/1/AYU... · Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil Melalui Pinjaman Mikro Masjid

  • Upload
    buidan

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PEMBERDAYAAN EKONOMI PEDAGANG KECIL

MELALUI PINJAMAN MIKRO MASJID DI MASJID

JAMI BINTARO JAYA RAWA PAPAN

KELURAHAN BINTARO

JAKARTA SELATAN

Disusun Oleh:

AYU PRIMA ANANDA

NIM 105054002040

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

 

PEMBERDAYAAN EKONOMI PEDAGANG KECIL MELALUI

PINJAMAN MIKRO MASJID DI MASJID JAMI’ BINTARO JAYA

RAWA PAPAN KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Ayu Prima Ananda

NIM: 105054002040

Di bawah bimbingan

Wati Nilamsari, M.Si

NIP. 19710520 199903 2 002

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430H./ 2009 M.

 

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMBERDAYAAN EKONOMI PEDAGANG KECIL

MELALUI PINJAMAN MIKRO MASJID DI MASJID JAMI’ BINTARO

JAYA RAWA PAPAN KELURAHAN BINTARO JAKARTA SELATAN

telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjan Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 2009

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota,

Penguji I Penguji II

Pembimbing

Wati Nilamsari, M. Si

 

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

3. Jika di kemudia hari terbukti bahwa hasil karya asli merupakan jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 14-12-2009

Ayu Prima Ananda

 

ABSTRAK

Ayu Prima Ananda

Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil Melalui Pinjaman Mikro Masjid di

Masid Jami’ Bintaro Jaya Rawa Papan Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan

Pemberdayaan ekonomi pedagang kecil adalah suatu program kegiatan

oleh badan atau Lembaga yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan hidup

dan mengembangkan usaha yang dimiliki para pedagang kecil. Masjid Jami’

Bintaro Jaya juga memiliki program serupa yang dinamakan Pinjaman Mikro

Masjid (PMM). Program PMM bertujuan untuk membantu pedagang kecil dengan

memberikan pinjaman modal usaha tanpa bunga atau anggunan dan tidak

menerapkan bagi hasil melainkan hanya wajib mengembalikan modal pinjaman

dengan tepat waktu yang disepakati bersama. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana pelaksana pemberdayaan pedagang kecil melalui program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) dan bagaimana dampak PMM terhadap

peningkatan penghasilan para pedagang kecil.

Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan pendekatan

kualitatif. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung (observasi), studi

dokumentasi dan wawancara mendalam terhadap responden yang dipilih secara

purposive. Sasaran yang diteliti adalah pedagang kecil yang menjadi anggota

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) yang berada di Rawa Papan Kelurahan Bintaro

Jakarta Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksana program melalui beberapa

tahapan seperti tahapan persiapan, assesment, tahapan pelaksana program, tahapan

evaluasi dan tahapan terminasi. Akan tetapi pada tahapan perencanaan program

dan tahapan performulasian rencana aksi idealnya dalam pelaksana

pemberdayaan seharunya dilakukan. Namun di dalam program PMM tidak

dilaksanakan dikarenakan pada saat tahapan perencanaan program PMM tidak

mengikut sertakan para pedagang kecil dan PMM pada saat disosialisasikan sudah

berbentuk program.

Disamping itu Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) memberikan

dampak yang positif bagi pedagang kecil di Rawa Papan, karena dengan

diberikannya modal pinjaman maka para pedagang kecil dapat mengembangkan

usaha serta membuat penghasilannya meningkat, sehingga para pedagang kecil

mempunyai kehidupan yang lebih baik dan diharapkan dapat mencapai

kesejahteraan. Hal ini berarti tujuan awal program Pinjaman Mikro Masjid telah

tercapai.

 

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad

S.A.W yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang di ridhai Allah SWT

dan Dialah manusia yang membawa risalah kebenaran diakhir zaman.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna,

sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun pasti ada

kekurangan kelemahan baik sisi atau tehnik penyusunannya. Dengan demikian

penulis membuka diri untuk menerima masukkan dan kritik demi perbaikan skripi

dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri sekarang dan

dimasa yang akan datang. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd., Ketua Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam (PMI).

3. Ibu Wati Nilamsari M.Si. Selaku Seketaris Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam (PMI), dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi

yang dengan sabar membimbing penulis, senantiasa menyediakan

waktunya di tengah kesibukannya memberikan masukkan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

 

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

5. Orang tuaku tercinta ayahku (Abdul Hady Djawanih) dan mamahku

(Yuyun Julaeha), yang selalu memberikan kasih sayang tidak terhingga

sepanjang hayatku, serta selalu mendoakan dan memberikan semangat

tanpa henti pada penulis.

6. kepada kedua adikku, Dwi Maulana dan Yudi Gumelar yang akan selalu

menjadi penyemangatku untuk aku meraih kesuksesan.

7. Untuk seseorang yang tidak bisa ku sebutkan namanya, terima kasih

karena dikala bingung, sedih, bahagia kau selalu memberikan perhatian,

cinta dan kasih sayang.

8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan PMI angkatan 2005,

kepada Sulis, Masdar, Hilda, Lukman, Amel, Bibah, Iip, Ipul, Reni, Ema,

Anti, Maryam, Romlah, Rika, Shela dan semuanya teman-teman Jurusan

Jurnalistik, KPI, MD, Kessos yang tidak saya sebutkan namanya satu

persatu, terima kasih atas semua dukungannya.

9. Keluarga besar Masjid Jami’ Bintaro Jaya, terutama untuk Mas Wendy

yang bersedia membimbing dan menerima penulis, Mba Cicih Sukaesih

yang bersedia membantu penulis, serta seluruh pihak yang telah

memberikan bantuan dan informasinya kepada penulis dalam penelitian

yang telah penulis laksanakan.

10. Kepada anggota Pinjaman Mikro Masjid, khususnya Ibu Watini, Ibu

Komariah, Ibu Dinawati, Ibu Ubay Badriah, Bapak Jumadi dan Bapak

 

Mijan, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis wawancara dalam

proses pengumpulan data dalam penulisan skripsi.

11. Kepada pimpinan staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun meteril,

sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, karena keterbatasan wawasan pengetahuan dan pengalaman,

maka kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amien.

Ciputat, 15 Desember 2009

Ayu Prima Ananda

 

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

D. Metodologi Penelitian ................................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 20

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 21

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 24

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................. 24

B. Pemberdayaan Ekonomi ............................................................. 26

1. Pengertian Ekonomi ............................................................. 26

2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ..................................... 27

 

3. Langkah-Langkah Pemberdayaan Ekonomi ......................... 29

4. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi ....................................... 31

5. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Ekonomi .......................... 32

C. Pemberdayaan Ekonomi Sebagai Bagian dari Pemberdayaan

Masyarakat ................................................................................. 36

D. Masjid ........................................................................................ 38

1. Pengertian Masjid ................................................................. 38

2. Fungsi Masjid ....................................................................... 39

E. Pedagang Kecil .......................................................................... 41

1. Pengertian Pedagang Kecil ................................................... 41

BAB III GAMBARAN UMUM PINJAMAN MIKRO MASJID JAMI’

BINTARO JAYA DAN GAMBARAN UMUM WILAYAH

RAWA PAPAN RW 06 KELURAHAN BINTARO

A. Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ................................... 42

1. Sejarah dan Perkembangan Program Pinjaman Mikro

Masjid Jami’ Bintaro Jaya (PMM) ....................................... 42

2. Visi dan Misi Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ..................... 43

3. Struktur Organisasi Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ............ 44

4. Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ............................. 45

5. Sumber dana Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ...................... 47

6. Pelaksanaan Program Pinjaman Mikro Masjid ..................... 49

B. Gambaran Rawa Papan .............................................................. 50

1. Letak Geografis Rawa Papan ............................................... 50

 

2. Kondisi Demografis ............................................................. 50

3. Kondisi Sosial Budaya ......................................................... 51

a. ................................................................................... K

ondisi Kehidupan Beragama ........................................... 51

b. ................................................................................... T

ingkat Pendidikan ........................................................... 51

c. ................................................................................... S

arana Prasarana .............................................................. 51

d. ................................................................................... K

ondisi Ekonomi .............................................................. 52

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS

A. ............................................................................................. P

elaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil Melalui

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) ................................................. 53

1. Tahap Persiapan ................................................................... 54

2. Tahap Assesment.................................................................. 57

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program ................................ 59

4. Tahap Performulasian Rencana Aksi .................................... 59

5. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program ........................ 61

6. Tahap Evaluasi ..................................................................... 63

7. Tahap Terminasi ................................................................... 65

B. Dampak Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Terhadap

Peningkatan Penghasilan Pedagang kecil ................................... 67

 

BAB V PENUTUP

A. ............................................................................................. K

esimpulan ................................................................................... 77

B............................................................................................... S

aran ............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anggota Peminjam Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

tahun 2008 ............................................................................................. 13

2. Sampel Penelitian Anggota Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

wilayah Rawa Papan .............................................................................. 15

3. Jumlah peminjam Program Pinjaman Mikro Majid (PMM)

berdasarkan sektor usaha tahun 2008 ..................................................... 46

4. Jumlah peminjam berdasarkan wilayah tahun 2008 ............................... 46

5. Donatur dari perusahaan Program Pinjaman Mikro Masjid tahun 2008 48

6. Donatur Personal Program Pinjaman Mikro Masjid tahun 2008 ............ 49

7. Hasil Wawancara dengan Anggota Program Pinjaman Mikro Masjid

(PMM) Pada Tahap Persiapan Lapangan ............................................... 57

8. Hasil Wawancara dengan Anggota Program Pinjaman Mikro Masjid

(PMM) Pada Tahap Evaluasi ................................................................. 65

9. Data Besar Pinjaman yang diperoleh dari Program Pinjaman Mikro

Masjid (PMM) ...................................................................................... 71

10. Data Dampak Peningkatan Penghasilan para anggota PMM di Rawa

Papan ..................................................................................................... 74

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) .......... 45

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia

atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis,

biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang

bersangkut paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan

mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-

penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal

yang merupakan masalah sosial.1

Dari sekian banyak masalah sosial yang dihadapi manusia dan

masyarakat salah satunya bersumber dari faktor ekonomi yaitu masalah

kemiskinan. Karena kemiskinan sering kali tidak disadari kehadirannya, oleh

masyarakat yang tergolong miskin/ dhuafa (ekonomi lemah).

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),

h.314

 

Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang

tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan

kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan mental, maupun fisiknya

dalam kelompok tersebut.2

Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dalam kehidupan

masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang, seperti negara

Indonesia.

Masalah ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah, secara

berencana, terpadu dan menyeluruh. Program pembangunan pemerintah telah

berusaha mengurangi angka kemiskinan, sejak jaman orde baru hingga jaman

orde reformasi, dengan cara pemberdayaan terhadap masyarakat miskin atau

dhuafa.

Program Pemberdayaan terhadap masyarakat miskin merupakan

suatu kewajiban lembaga pemerintah dan non pemerintah. Aktifitas dimana

orang-orang yang tidak berdaya menjadi berdaya atau mempunyai kehidupan

yang layak, sama dengan manusia lainnya. Artinya cukup tersedianya

sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, keadilan dan rasa aman.

Mensejahterakan kehidupan bangsa dalam hidup, berarti memberdayakan

setiap warga negara agar mampu berbuat dan bertindak seimbang, baik dalam

pikiran, perkataan, perbuatan serta mampu menyelaraskan antara Hak dan

2 Ibid.,h.320.

 

Kewajiban, oleh karena itu pemberdayaan dan kesejahteraan dalam hidup

merupakan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.3

Pemberdayaan dimaksud adalah sebagai suatu proses dimana masyarakat

yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk

melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa intervensi) untuk

mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka.4

Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari

pemberdayaan masyarakat, karena itu konsep pemberdayaan ekonomi

masyarakat dengan pemberdayaan secara umum tidak jauh berbeda serta tidak

terlepas dari konsep pemberdayaan masyarakat itu sendiri.5

Pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat merupakan salah satu

tugas kemanusiaan paling asasi. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

tidak dapat dilakukan sebatas pemberian subsidi, retribusi, dan program-

program yang sifatnya karikatif, melainkan harus paradigmatif, strukturalis

(kelembagaan) dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.6

Merujuk pada pasal 34 ayat 1 UUD 1945. “Fakir miskin dan anak-anak

yang terlantar dipelihara oleh Negara”.7 Dan pada pasal 28 ayat (3) UUD 1945

bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

3 Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan: Filsofi, strategi, implementasi. (Jakarta:

DEPDIKNAS, 2005),h. 219. 4 Soetomo. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2006),h.81. 5 Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhua’afa.

(Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008), h. 227. 6 Julius Bobo, Transformasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Cidesindo, 2003), cet ke1, h. 56 7 Artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2009 dari

http://nirwansyahputra.wordpress.com/2008/10/24/orang-miskin-sumut-per-maret-2008-16-

juta-orang.

 

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.8

Dengan demikian Program Pemberdayaan adalah suatu kewajiban pemerintah

untuk memberdayakan masyarakat miskin sehingga mempunyai kehidupan

yang lebih baik. serta masyarakat miskin pun berhak untuk mendapatkan

jaminan sosial untuk mendapatkan pengembangan lewat pemberdayaan

apapun.

Pemberdayaan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu program

kegiatan yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat atau pemerintah

dalam meningkatkan keterampilan hidup, berupa pemberian permodalan

terhadap sekelompok orang agar dapat memiliki keterampilan, sehingga dapat

mengembangkan usaha yang dimilikinya dan membuat kondisi hidupnya lebih

baik.9

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang

didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari kegiatannya.10

Dalam proses pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin ternyata

bukan hanya dilakukan lembaga pemerintah (Government) atau Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) saja, melainkan tempat peribadahan seperti

masjid melaksanakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini

8 Artikel diakses pada tanggal 15Desember 2009 dari

http://andiherman.wordpress.com/2009/11/13/pengembangan-sistem-jaminan-kesehatan-

daerah-kabupaten-kutai-timur/ 9 Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhua’afa, h. 226. 10 Artikel diakses pada 2 Juli 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Swadaya_Masyarakat

 

sesuai dengan fungsi Masjid yang bukan hanya sebagai tempat pemenuhan

kebutuhan spritual seperti ibadah mahdloh, tetapi juga merupakan pusat

kegiatan sosial ekonomi kemasyarakatan, seperti yang di contohkan pada

masa Rasulullah S.A.W.11

Masa Nabi Muhammad S.A.W ataupun di masa sesudahnya, masjid

merupakan pusat kegiatan kaum muslimin. Mencakup kegiatan di bidang

pemerintahan, politik, ekonomi, sosial,kebudayaan, peradilan dan kemiliteran

semua ini biasa dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid.12

Kota-kota besar seperti Jakarta memperlihatkan fungsi masjid selain

sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat pendidikan, dan kegiatan-kegiatan

ekonomi, sosial dan budaya. Fungsi Masjid seperti itu harus dikembangkan

dengan pengelolaan yang baik dan teratur sehingga dari Masjid lahir insan-

insan muslim yang berkualitas, berharkat dan bermatabat.13

Contoh beberapa masjid yang memperlihatkan fungsi sosialnya seperti

masjid Raya Cinere (MRC), masjid Raya Pondok Indah dan masjid Jami’

Bintaro Jaya. Masjid tersebut tidak hanya hanya sebagai tempat ibadah

mahdloh melainkan secara teratur dan berkelanjutan aktif dalam program

pemberdayaan masyarakat.

Masjid Raya Cinere (MRC) memiliki program pemberdayaan dalam

bidang pendidikan, seperti TK Al Kausar MRC, TPA MRC, Majelis Taklim

dilengkapi perpustakaan. Sedangkan program sosial lainnya adalah pelayanan

11 Ir.H. Nana Rukmana D.w., MA. Masjid dan Dakwah Merencanakan, Membangun, dan

, Mengelola Masjid. ( AL- Mawardi Prima).h.49. 12 Drs. Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.2 13 Ibid., h. 8.

 

pendidikan untuk muallaf, pengurusan jenazah, dan pengelolan Zakat infaq

dan Shadaqah. Sedangkan dalam bidang ekonomi MRC memberikan

pinjaman untuk para pedagang kecil dengan sistem bagi hasil.

Masjid Raya Cinere (MRC) mendapatkan modal dari usaha penyewaan

gedung serbaguna, lapangan parkir serta para pedagang kios dan usaha

lainnya. Hasil yang didapatkan dari usaha tersebut di gulirkan sebagai

pinjaman kepada umat yang nantinya wajib dikembalikan lagi untuk umat

berikutnya, program tersebut dinamakan dana pinjaman bergulir.

Masjid Raya Pondok Indah melakukan kegiatan yang sama dengan

masjid Raya Cinere. Masjid Raya Pondok Indah melakukan kegiatan

pemberdayaan antara lain dalam bidang pendidikan, seperti diadakannya TPA,

Taman Pendidikan Al-quran plus yang dilakukan dengan sistem Iqra,

bimbingan belajar untuk SD, SMP, SMU, perpustakaan, serta pemberian

beasiswa bagi dua ratus anak yatim piatu dan fakir miskin. Sementara itu

pemberdayaan ekonomi dilakukan melalui Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Usaha Mulya. Pemberdayaan dibidang sosial antar lain: pelayanan jenazah,

pelayanan kesehatan dengan pengobatan secara cuma-cuma bekerja sama

dengan Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC).

Masjid Raya Pondok Indah mendapatkan dana amal yang setiap Jumat

nya bisa mencapai sebelas juta rupiah. Akan tetapi dana amal yang

dikumpulkan tidak mencukupi untuk kebutuhan kegiatan yang dilakukan oleh

masjid, maka Masjid Raya Pondok Indah mempunyai beberapa usaha yang

sama dilakukan oleh masjid Raya Cinere yaitu penyewaan gedung serba guna,

 

lapangan parkir dan pertokoan, hasilnya untuk pendapatan masjid dan menjadi

modal yang nantinya digulirkan untuk umat.14

Masjid yang melakukan kegiatan pemberdayaan dan berjalan secara

teratur dan berkelanjutan dilakukan oleh masjid Jami’ Bintaro Jaya. Masjid

Jami’ Bintaro Jaya mempunyai program pemberdayaan antara lain, dalam

bidang pendidikan seperti: Pemberian beasiswa secara selektif, pendidikan

untuk muallaf, dan perpustakaan.

Selain hal tersebut masjid Jami’ Bintaro Jaya aktif terhadap kegiatan

pemberdayaan masyarakat seperti, pemberdayaan Layanan Kesehatan Umat

(LKU) dan pemberdayaan ekonomi untuk pedagang kecil dalam program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM). Selain itu masjid Bintaro Jaya

menyelenggarakan program pendidikan terhadap perempuan (muslimat)

seperti Baca, Tulis dan Berhitung ( BALISTUNG) huruf latin.

Kegiatan pemberdayaan masjid Jami’ Bintaro Jaya yang berjalan

dengan lancar dan optimal adalah pemberdayaan ekonomi untuk para

pedagang kecil. Program tersebut dinamakan dengan Pinjaman Mikro Masjid

(PMM). Bertujuan untuk membantu para pedagang kecil yang berada di

sekitar masjid. selain hal tersebut tujuan PMM adalah untuk menghindari para

pedagang kecil dari renternir dan usaha yang melanggar syariat Islam lainnya.

Pinjaman Mikro Masjid melakukan pemberdayaan ekonomi yang tidak

memberatkan umat pedagang kecil dengan cara memberikan pinjaman modal

usaha tanpa bunga atau anggunan dan tidak menerapkan bagi hasil melainkan

14 Artikel diakses pada 2 Juli 2009 dari

http://www.pkesinteraktif.com/content/view/1793/199/lang,id/

 

hanya wajib mengembalikan modal pinjaman dengan tepat waktu yang

disepakati bersama.

PMM berharap dengan adanya pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan masjid Jami’ Bintaro Jaya, dapat membantu para pedagang kecil

dari kurangnya modal dan meningkatkan pendapatan mereka sehingga para

pedagang kecil merasa kehidupan ekonominya sejahtera.

Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) berupaya untuk melakukan

penguatan dan pemberdayaan perekonomian di masyarakat khususnya para

pedagang kecil, dan itu semua perlu diarahkan untuk mendorong terjadinya

perubahan yang meliputi proses perubahan dari pola ekonomi yang lemah ke

ekonomi yang tangguh serta dari ketergantungan menjadi kemandirian.

Berdasarkan uraian di atas maka Peneliti memberikan judul skripsi

adalah “Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil melalui Pinjaman

Mikro Masjid di Masjid Jami’ Bintaro Jaya Rawa Papan Kelurahan

Bintaro Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dan akan dibahas pada penulisan

skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi

penelitian pada program Pinjaman Mikro Masjid yang dilakukan oleh

 

Masjid Jami’ Bintaro Jaya dalam lingkup pelaksanaan pemberian

pinjaman modal untuk pedagang kecil.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah di atas, maka

penelitian permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan ekonomi pedagang kecil

melalui Pinjaman Mikro Masjid (PMM)?

b. Bagaimana dampak Pinjaman Mikro Masjid (PMM) terhadap

peningkatan penghasilan pedagang kecil?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada pembatasan dan perumusan masalah

sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan Pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan Pinjaman Mikro Masjid kepada pedagang kecil.

b. Untuk mengetahui apakah Pinjaman Mikro Masjid berdampak pada

peningkatan penghasilan pedagang kecil.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian tentang pendampingan program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM), yang dilakukan oleh Masjid Jami’

Bintaro Jaya Jakarta ini dapat memberikan sejumlah manfaat, antara lain:

 

a. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukkan bagi instasi atau lembaga yang bergerak dalam bidang

pemberdayaan masyarakat, dan bagi Masjid Jami’ Bintaro Jaya Jakarta

Selatan, semoga hasil penelitian ini dapat menambah motivasi untuk terus

mengembangkan kegiatan dan usaha yang telah dirintisnya menjadi lebih

baik lagi.

b. Manfaat Akademik

Menambah khazanah penelitian model dan objek penelitian

mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu memahami

makna/ kondisi riil dari aktivitas para pelaku usaha kecil yang mempunyai

usaha di Rawa Papan o6 kelurahan Bintaro dalam program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM).15

Dalam pendekatan kualitatif peneliti berharap dapat menghimpun

data, mengolah dan menganalisis dan menafsirkan secara mendetail.16

Peneliti memakai pendekatan kualitatif dengan memakai data deskriptif

15 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006),h.6. 16 DR.Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1997),h.21.

 

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati.17

Dengan pendekatan kualitatif, dapat menggambarkan dan

menganalisis pelaksanaan pemberdayaan melalui program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM) hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan

fenomena dengan metode penelitian dengan cara wawancara, pengamatan,

dan pemanfaatan dan dokumentasi.18Jenis pendekatan penelitian ini

bermaksud untuk mengungkap fakta dan gejala apa adanya saat penelitian.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan format

deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.19

Peneliti dapat menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan

pemberdayaan dalam program Pinjaman Mikro Masjid (PMM), yang

dilakukan oleh Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Data-data yang dipakai adalah

dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan atau memo, dan

dokumen resmi lainnya.20Dengan data-data diatas peneliti dapat meneliti

secara menggambarkan, dan menganalisis secara menyeluruh

pemberdayaan melalui program PMM.

17 Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.4. 18 Ibid.,h.5. 19 Ibid., h. 4. 20 Consule G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, h. 71.

 

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu Penelitian

Pada dasarnya interaksi awal peneliti dengan program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM) sudah dimulai pada saat melakukan praktikum PMI,

di laksanakan selama 3 bulan dari tanggal 15 September 2008 sampai

dengan 04 Desember 2008. Untuk permohonan izin awal peneliti jadikan

program Pinjaman Mikro Masjid ini sebagai tempat penelitian skripsi,

peneliti datang ke Masjid Jami’ Bintaro Jaya kepada Mas Wendy,

pelaksana dari PMM tersebut pada tanggal 21 Juni 2009 yang pada

hakikatnya beliau mengizinkan.

Peneliti melaksanakan penelitian kembali untuk menambah dan

menyempurnakan data yang peneliti telah dapatkan saat praktikum PMI

pada bulan Agustus sampai November 2009 lalu, yang dimulai pada

minggu pertama di bulan Agustus 2009 untuk meminta wawancara

perolehan data skripsi dan mengumpulkan data-data yang diperlukan

dengan melaksanakan tehnik-tehnik pengumpulan data sampai pada

minggu terakhir bulan November 2009.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di masjid Jami’ Bintaro Jaya.

Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai

berikut:

1. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti

 

2. Peneliti pernah melakukan magang di masjid Jami’ Bintaro

Jaya dalam Pinjaman Mikro Masjid (PMM) selama 3 bulan

dari tanggal 15 september 2008-04 Desember 2008.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang yang digunakan meliputi

dua macam, yaitu: data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subyek

penelitian, yaitu dari anggota Pinjaman Mikro Masjid yang berada di

RawaPapan RW 06 Kelurahan Bintaro yaitu berdomisili di RT 04,

RT11, RT12 dan RT 13, yaitu: Jumadi, Mijan, Komariah, Watini,

Dinawati dan Ubay Badriah.

Sebagai data primer pendukung yaitu tim dari program Pinjaman

Mikro Masjid yaitu: pelaksana harian program PMM adalah Wendy

Setiady. Dengan pertimbangan bahwa beliau yang langsung

menangani para anggota peminjam.

b. Data Sekunder, yaitu data yang di peroleh baik berupa dokumen, arsip

arsip, memo, gambar, foto, tape recorder ataupun benda yang berkaitan

dengan penelitian. Data sekunder ini penulis peroleh dari Profil

Pinjaman Mikro Masjid 2008.

5. Teknik Pemilihan Subyek

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan

responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sample.21

21 Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 224

 

Dimana pada teknik purposive sample tersebut dimaksudkan untuk

memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi responden

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Terpenting disini bukanlah jumlah

responden khususnya, melainkan potensi dari tiap kasus untuk

memberikan pemahaman teoeritis yang lebih baik mengenai aspek yang

dipelajari.

Tabel 1

Jumlah Anggota Peminjam PMM

NO. NAMA ALAMAT

1 Abdul Rachman Jl. Mushollah No. 26 Rt. 06 Rw. 03, Pd. Karya

2 Abdullah Jl. Rawapapan Rt. 08 Rw. 06, Bintaro

3 Ade W. Halim Jl. H. Toran Rs No. 66 rt. 04 Rw. 01, Rengas

4 Agus Faizin Jl. Cempaka v No. 17 Rt. 01 Rw. 03, Rengas

5 Amir Bin Nasori Jl. H. Toran No. 191 Rt. 01 Rw. 01, Rengas

6 Anda Juanda Jl. Kebon Kopi No. 56 Rt. 07 Rw. 04, pd. Betung

7 Anih Sindu Jl. Gardu No. 15 rt. 03 Rw. 04, Pd. Aren

8 Anwar Jl. Rawapapan No. 16 Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

9 Awangsih Jl. Rawapapan No. 32A Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

10 Bidayatin Jl. Kebon Kopi No. 59 Rt. 09 Rw. 04, Pd. Betung

11 Budi Tarwanto Jl. Cempaka V No. 16 Rt. 01 Rw. 03, Rengas

12 Chasanah Jl. Rawapapan No. 15 Rt. 07 Rw. 06, Bintaro

13 Dana Jl. Rawapapan Rt. 014 Rw. 06, Bintaro

14 Daryunah Jl. H. Toran No. 91 Rt. 01 Rw. 01, Rengas

15 Dinawati Jl. Rawapapan No. 27 Rt. 012 Rw. 06, Bintaro

16 Fatonah Jl. H. Toran No. 111 Rt. 01 Rw. 01, Rengas

17 Hani Jl. Rawapapan No. 110 Rt. 012 Rw. 06, Bintaro

18 Hj. Siti Fatimah Jl. H. Toran No. 67 Rt. 01 Rw. 01, Rengas

19 Iim Ibrahim

20 Isnatun Jl. Cempaka V No. 17 Rt. 01 Rw. 03, Rengas

21 Jasrun Jl. H. Kabun No. 27 rt. 05 Rw. 09, Rengas

22 Jumadi Jl. H. Jamin No. 15 Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

23 Komariah Jl. Rawapapan Rt. 011 rw. 06, bintaro

24 Larni Jl. Wr. Supratman No. 35 Rt. 06 Rw. 010, Rengas

 

25 Lidya Astuti Jl. Rawapapan No. 12 Rt. 011 Rw. 06, Bintaro

26 Maman Sulaeman Jl. Wr. Supratman Gg. H.Isa No. 44 Rt. 06 Rw.

011, Rengas

27 Mijan Jl. Rawapapan No. 17b Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

28 Misgiwati Jl. Cempaka 1 No. 19 Rt. 04 Rw. 03, Rengas

29 Muhayah Jl. Rawapapan No. 30 Rt. 012 Rw. 06, Bintaro

30 Muryani Jl. Rawapapan Rt. 011 Rw. 06, Bintaro

31 Nurheni Jl. Rawapapan No. 89 Rt. 08 Rw. 06, Bintaro

32 Rini Supadilawati Jl. H. Kabun No. 26 Rt. 05 Rw. 09, Rengas

33 Rusdiyanto Jl. H. Nawih No. 23 Rt. 011 Rw. 011, Bintaro

34 Sa'anah Jl. Rawapapan No. 15a Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

35 Samini Jl. Amal Bakti No. 16 Rt. 03 Rw. 02, Rengas

36 Sana Jl. Rawapapan No. 29 Rt. 012 Rw. 06, Bintaro

37 Sari Beneh Jl. H. Toran Rt. 05 Rw. 01, Rengas

38 Sri kartini Jl. H. Jamin No. 39 Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

39 Sudarmanto Jl. Rawapapan No. 15E Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

40 Suhartati Jl. Amal Bakti No. 3 Rt. 03 Rw. 02, Rengas

41 Sukidah Jl. Rawapapan No. 37 Rt. 011 Rw. 06, Bintaro

42 Sumayah Jl. H. Kabun No. 25 Rt. 05 Rw. 09, Rengas

43 Tiroh Jl. Rawapapan No. 28 Rt. 012 Rw. 06, Bintaro

44 Tukijan Jl. Rawapapan No. 19 Rt. 04 Rw. 06, Bintaro

45 Ubay Badriah Jl. Rawapapan I No. 2 Rt. 013 Rw. 06, Bintaro

46 Uun Yulansari Jl. Rawapapan Rt. 011 Rw. 06, Bintaro

47 Watini Jl. Rawapapan No. 23 Rt. 011 Rw. 06, Bintaro

Sumber: laporan Data Peminjam Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Tahun 2008

Berdasarkan data diatas, anggota Pinjamaan Mikro Masjid (PMM) sebanyak 47

orang dan peneliti hanya meneliti anggota PMM dari Rawa Papan RW 06,

kelurahan Bintaro yang terdiri dari wilayah RT 04, RT11, RT 12 dan RT 13. Hal

tersebut dikarenakan banyaknya pedagang kecil yang meminjam di Pinjaman

Mikro Masjid (PMM). Mereka adalah anggota yang sudah di berikan lebih dari

satu kali pinjaman dan mengembalikan uang pinjaman dengan tepat waktu. Maka

peneliti memilih sampel yang dapat dilihat pada tabel 2.

 

Tabel 2

Sampel Penelitian anggota Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

No Nama Usaha Alamat

1 Jumadi Makanan bakso Jl. RawaPapan no.32 RT.04/ RW 06

Bintaro.

2 Mijan Makanan mie

ayam dan bakso

Jl. RawaPapan no.15 RT.04/ RW 06

Bintaro.

3 Komariah Sayuran Jl. RawaPapan no. 17 RT.11/ RW 06

Bintaro

4 Watini Makanan dan

elektronik

Jl. RawaPapan no.39 RT.11/ RW 06

Bintaro

5 Dinawati Makanan kue

basah

Jl. RawaPapan no.39 RT.12/ RW 06

Bintaro

6 Ubay

Badriah

Keperluan ibadah Jl. RawaPapan no.39 RT.13/ RW 06

Bintaro

Sumber: Data Primer Anggota Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Tahun 2008

6. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang objektif, maka dalam penelitian

lapangan ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah tehnik pengambilan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian.22 Untuk itu dokumentasi

yang dilakukan peneliti dengan cara mengumpulkan, membaca dan

mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan

serta data-data lain di perpustakaan yang dijadikan sebagai bahan

analisa dalam penelitian ini. Dokumentasi ini digunakan sebagai bahan

22 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial ( Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya,2004).h. 70.

 

yang sudah di dokumentasikan, seperti: majalah, buletin, surat kaabar,

buku , jurnal dan lainnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat

perekam23 alat yang digunakan dalam melakukan wawancara terhadap

subyek peneliti dengan alat berupa tape recorder. Benda tersebut

berfungsi untuk merekam hasil dari wawancara tersebut, lalu

wawancara hasil wawancara dicatat dalam bentuk transkip wawancara

dengan bahasa apa adanya.

c. Observasi

Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.24

dalam observasi ini peneliti melakukan pencatatan terhadap apa yang

dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan. Kemudian

peneliti menuangkanyya dalam tulisan skripsi sesuai dengan data yang

dibutuhkan.

7. Teknik Pencatatan Data

23 Ibid.,h. 67-68. 24 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial , h. 69

 

Dalam teknik pencatatan data, peneliti menggunakan catatan

lapangan.25catatan lapangan yang digunakan oleh peneliti sewaktu

mengadakan pengamatan, wawancara atau menyaksikan aktifitas tertentu

selama di lapangan dengan menggunkan bahasa yang objektif. Alat bantu

yang digunakan oleh peneliti dalam proses pencatatan data berupa alat

tulis, tape recorder dan kekuatan daya ingat. Pada saat melakukan

pencatatan keadaan peneliti diketahui oleh pengurus program Pinjaman

Mikro Masjid (PMMM).

Dalam wawancara, peneliti sebagai perwawancara melakukan

percakapan dan mengajukan pertanyaan dengan pihak yang terwawancarai

(yang memberikan jawaban atas pertanyaan si peneliti). Kemudian dari

hasil wawancara tersebut dicatat dan direkam untuk diolah dan

disempurnakan, apabila peneliti. Sebelumnya peneliti melakukan

persiapan beberapa hal mengenai: pedoman wawancara yang meliputi

beberapa pertanyaan yang tujuannya untuk penentuan nama informan,

tempat wawancara, perangkat garis besar pertanyaan. Dan merencanakan

pendekatan dalam hal wawancara, supaya tercipta suasana yang lancar

serta mendapatkan perolehan data yang diharapkan.

8. Teknik Analisa data

Analisa data (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data,

memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,

25 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006),.h.247.

 

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.26

Menurut Seiddel, 1998, prosesnya berjalan sebagai berikut,

mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode

agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Lalu mengumpulkan, memilah-

milah, mengklasifikasikan, mensintesikan, membuat ikhtisar, dan

membuat indeksnya. lalu berpikir dengan jalan membuat agar kategori

data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-

hubungan serta membuat temuan-temuan umum. Patton mengatakan

bahwa dalam menganalisis data, mengorganisasikannya ke dalam suatu

pola, kategori dan satuan uraian dasar.27 Untuk itu dalam melakukan

penyajian data, serta mengambil kesimpulan melalui ferivikasi. Kegiatan

ini dilakukan sejak memasuki pelaksanaan penelitian di lapangan hingga

akhir secara terus menerus.

9. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu: Kriterium Keterlatihan,

Kriterium Kebergantungan, Kriterium Kredibilitas/kepercayaan, Kriterium

Kepastian.

26 Ibid.,h. 248 27 Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 249.

 

Dalam hal ini peneliti menggunakan langkah-langkah kriteria

keabsahan data sebagai berikut: 28

a. Kriterium Kredibilitas/ kepercayaan

Fungsi Kriterium Kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan

inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat

dicapai, kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil

penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti, pada kenyataan ganda

yang sedang diteliti. Kriterium Kredibilitas ini menggunakan dua teknik

pemerikasaan: pertama, ketekunan pengamatan, dimaksudkan untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan

persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri

pada ha-hal tersebut secara rinci (triangulasi).

Kedua, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan

jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan

ekonomi yang dilakukan oleh Masjid Jami’ Bintaro jaya melalui

program Pinjaman Mikro Masjid (PMM), (2) membandingkan keadaan

dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan

orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban

yang diberikan oleh narasumber (mas Wendy) dengan jawaban dari para

peminjam, yaitu (pedagang kecil yang berada di kawasan Rawapapan

28 Ibid.,h. 324-326.

 

yang meminjam di PMM), (3) membandingkan hasil wawancara dengan

hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.

b. Kriterium Kepastian.

Menurut Scriven, yang menyatakan bahwa masih ada unsur

‘kualitas’ yang melekat pada konsep objektivitas, hal ini dapat digali,

dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya,

faktual, dan dapat dipastikan. Dari sini peneliti dapat membuktikan

bahwa data-data ini terpecaya. Keterpecayaan ini didasarkan pada

hasil-hasil data yang diperoleh dari hasil rekaman wawancara informan

dan observasi terhadap subyek penelitian.

Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor

dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan

beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan

seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu

subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat

dikatakan objektif.29

10. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Hamid Nasuhi,

dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi),

( CeQda- UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke-1.

E. Tinjauan Pustaka

29 Ibid., h. 325-326.

 

Sebelum peneliti mengkaji tulisan, ada beberapa karya ilmiah yang

berbentuk skripsi dan pembahasannya yang sanagat dekat dengan tema yang

peneliti angkat dalam skripsi ini, antara lain:

1) Penelitian Nurman Safari, dengan judul Pemberdayaan usaha mikro

melalui program Migran Masyarakat Mandiri Di Desa Kutasirna

Sukabumi Jawa Barat, (Jakarta: UIN, 2008). Dalam penelitian tersebut

menunjukkan dengan adanya pemberdayaan ekonomi ini para pengusaha

mikro dapat meningkatkan penghasilan pendapatan dan kebutuhan sehari-

harinya dapat tercukupi. Serta dengan adanya pemberdayaan usaha mikro

melalui program migran dengan cara memberikan bantuan untuk usaha

mikro, yang diberikan pada eks migran ataupun migran. Karena

masyarakat eks migran ingin mempunyai kehidupan yang lebih baik, maka

masyarakat eks migran menerimanya dengan sambutan yang amat baik.

Dan keterkaitan karya ilmiah ini tersebut dengan skripsi ini adalah tentang

pemberdayaan terhadap usaha mikro dan melalui program yang menjadi

fokus penelitian kami.

2) Penelitian Budi Santoso, dengan judul Peranan Masyarakat (MM) Dompet

Dhuafa Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Di Depok, (Jakarta: UIN,

2008). Penelitian tersebut melakukan pemberdayaan terhadap usaha kecil

yang di lakukan oleh Masyarakat Manidri (MM) Dompet Dhuafa. Peran

MM Dompet Dhuafa ini memberikan penyuluhan, peminjaman modal

usaha dan meningkatkan keterampilan pelaku usaha kecil. Dalam peran

Masyarakat Mandiri ini memberikan pinjaman modal usaha dengan

 

mengembalikannya tanpa bunga dan agunan apapun. Maka sangat

membantu bagi para usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Dan

kedekatan karya ilmiah tersebut dengan skripsi ini yaitu tentang

pemberdayaan usaha kecil dengan peminjaman modal usaha, dengan

pengembalian tanpa bunga dan agunan apapun.

Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari

karya ilmiah di atas mengilhami peneliti untuk mengangkat tema

Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil melalui Pinjaman Mikro

Masjid di Masjid Jami’ Bintaro Jaya Rawa Papan Kelurahan Bintaro

Jakarta Selatan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa

materi dalam penulisan skripsi, maka berikut penulis menjelaskan dalam

sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini tediri dari lima bab yang

dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai bahasan masing-masing

yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelas

berikut adalah sistematikanya:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, batasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan ditutup dengan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan teoritis, terdiri dari: Pengertian Pemberdayaan

Masyarakat, Pengertian Pemberdayaan Ekonomi, Pengertian

 

Ekonomi, Pengertian Pemberdayaan Ekonomi, Langkah-langkah

Pemberdayaan Ekonomi, Pola-pola Pemberdayan Ekonomi,

Tahapan Pemberdayaan Ekonomi, Pemberdayaan Ekonomi

sebagai Bagian dari Pemberdayaan masyarakat, Pengertian

Masjid, Fungsi Masjid, Pengertian Pedagang Kecil.

BAB III : Sejarah dan Perkembangan Program Pinjaman Mikro Masjid

(PMM), Visi dan Misi Pinjaman Mikro Masjid, Struktur

Organisasi Pinjaman Mikro Masjid, Program Pinjaman Mikro

Masjid (PMM), Sumber dana Pinjaman Mikro Masjid (PMM),

dan Pelaksanaan Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM), Letak

Geografis Rawa Papan, Kondisi Demografis Rawa Papan,

Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Sarana dan Prasarana, dan

Kondisi Ekonomi.

BAB IV : Merupakan bentuk dari analisa terhadap temuan lapangan yang

meliputi kegiatan pelaksanaan masjid dalam memberdayakan

ekonomi pedagang kecil melalui Pinjaman Mikro Masjid

(PMM), Dampak Pinjaman Mikro Masjid (PMM) terhadap

peningkatan pendapatan.

BAB V : Penutup, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris

yaitu empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power yang

berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.

Awalam em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti di

dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri

manusia, suatu sumber kreativitas.30

Pemberdayaan atau pengembangan juga menciptakan kondisi

hingga semua orang (yang lemah) dapat menyumbang kemampuannya

secara maksimal untuk mencapai tujuannya, Kartasasmita menyatakan

bahwa keberdayaan dalam konteks masyarkat adalah kemampuan individu

bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarkat

yang bersangkutan.31

Pemberdayaan Masyarakat menurut Edi Suharto dan Dwi Yuliani

adalah suatu pendekatan dalam meningkatkan kehidupan masyarakat

melalui pemberian kekuasaan pada kelompok-kelompok masyarakat agar

30 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha ( Jakarta: Centre for Entrepreneurship

Development), h.53. 31 Ibid.,h.54.

 

mampu membuat, menggunakan dan mengontrol sumber-sumber yang ada

di lingkungan mereka.32

Suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup

keseluruhan masyarakat melalui partisipatif aktif dan inisiatif dari

masyarakat.33 Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan

Masyarakat Islam adalah tindakan nyata yang menawarkan alternatif

model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan

lingkungan dalam perspektif Islam.34

Masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya. Suatu proses pemberdayaan akan menyediakan

sebuah pilihan-pilihan, sebab manusia atau masyarakat yang dapat

memajukan pilihan-pilihan dan yang dapat memilih dengan jelas adalah

masyarakat yang punya kualitas.35

Parson mengatakan Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan

mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai

pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan

32 Yusron Killun, Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat

Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit ( Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2006),h. 40. 33 Viviyulaswati, “PNPM mandiri Sebagai Salah Satu Kebijakan Penanggulangan

Kemiskinan”. Seminar dan Workshop Comdev Talk ( Universitas Indonesia, 28 November 2008) 34 Dra Nanih Machendrawaty, M.Ag. dan Agus Ahmad Safei, M.Ag. Pengembangan

Masyarakat Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),h. 29. 35 Ibid.,h.29.

 

kekuasaan yang cukup untuk memperoleh kehidupanya dan kehidupan

orang lain yang menjadi perhatiannya 36

Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu

yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan

sosial: yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas kehidupannya.

B. Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Ekonomi

Ekonomi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah segala hal

yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-

barang dan kekayaan (keuangan). 37

Dalam pengertian lain ekonomi adalah studi tentang bagaimana

individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya yang

langka untuk memuaskan keinginan mereka akan barang-barang material

dengan sebaik-baiknya.38

36 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika

Aditama), h. 59. 37 Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah),h. 135. 38 Masykur Wiratmo, Pengantar ekonomi makro (Jakarta: Guandarrma),h. 1.

 

Menurut para ahli perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani,

yaitu Oikos dan Nomos.Oicos berarti rumah, dan nomos yang berarti aturan.

Jadi ekonomi adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup

manusia dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat maupun dalam

rumah tangga negara.39

Ekonomi adalah merupakan suatu cara aturan yang ada dalam

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas

kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud disini berkait dengan

aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi,

pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka.40

2. Pengertian Ekonomi Usaha Mikro

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri

Keuangan No.40/KMK.06/2003tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif

milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.

Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak

Rp.50.000.000,-.41

3. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi masyarakat, kita saksikan bahwanya Indonesia

sudah tertinggal jauh dalam kemajuan dan penguasaan teknologi untuk itu

diperlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual.

39 Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Quran tentang Pemberdayaan Dhua’fa

(Jakarta: Dakwah Press Universitas UIN Syarif Hidayatullah),h. 221. 40 Ibid.,h.221-222. 41 Diakses pada tanggal 15 Desember 2009 dari

http://wisiso.blogspot.com/2009/08/pengertian-usaha-mikro.html

 

Pemberdayaan ekonomi, telah kita ketahui permasalahan kemiskinan menjadi

demikian identik dengan masyarakat islam, dan ini bukanlah untuk diratapi,

melainkan berupaya untuk dicari jalan keluarnya. Setiap pribadinya ditantang

untuk lebih keras dalam bekerja, berkreasi dan berwirausaha dan lebih

profesional dalam mengelola potensi-potensi dan kekuatan riil ekonomi

umat.42

Pemberdayaan ekonomi pada hakikatnya merupakan suatu proses yang

dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya dinamika

masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi

ekonomi di masa mendatang.43

Pengembangan ekonomi masyarakat adalah sebuah istilah yang

mengandung tiga suku kata yang masing-masing memiliki arti tersendiri.

Pertama, pengembangan secara etimologi berasal dari kata kembang yang

berarti proses, cara, perbuatan mengembang.44

Pemberdayaan ekonomi hendaknya menjadi prioritas pemerintah untuk

mengorientasikan kepada masyarakat banyak atau rakyat berjiwa wirausaha.

Sebab untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat sebuah

negara dapat dinilai sebagai tolak ukur adalah bagaimana pendapatan rakyat

(wirausaha) yang nota bene sebagai penduduk yang terbanyak.45

42 Dra. Nanih Machendrawaty, M. Ag dan Agus Ahmad Safei, M.Ag, Pengembangan

Masyarakat Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 44. 43 Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha,h. 58. 44 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka,1991),h.538 45 Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha,h.63.

 

Menurut istilah Edi Suharto, pengembangan ekonomi masyarakat

adalah suatu usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dalam bidang ekonomi.46

Pemberdayaan ekonomi rakyat, perlu diarahkan untuk mendorong

terjadinya perubahan struktural. Perubahan struktural ini bisa meliputi proses

perubahan ekonomi tradisional ke arah ekonomi modern, dari ekonomi lemah

ke ekonomi tanguh, dari ekonomi substansi ke ekonomi pasar, dari

ketergantungan kepada kemandirian, dari konglomerat ke rakyat.47

Pemberdayaan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu program

kegiatan yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau

pemerintah dalam meningkatkan keterampilan hidup, permodalan sekelompok

orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, membuat kondisi hidupnya lebih

baik atau mengembangkan usaha yang dimilikinya.48Untuk itu dalam

mengatasi kesenjangan serta upaya menciptakan keadilan sosial, maka kita

harus mencegah terjadinya konsentrasi modal dan asset ekonomi produktif di

kelompok kecil orang saja.

Modal dann asset ekonomi perlu disebarkan secara lebih merata,

khususnya kepada kelompok-kelompok pengusaha kecil dan lemah49

Edi Suharto, Metode Pengembangan Masyarakat: Jurnal Community Development,

(Jakarta: Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam,2004)vol.1, h.3 47 Dra. Nanih Machendrawaty, M.Ag dan Agus Ahmad Safei, M.Ag, Pengembangan

Masyarakat Islam ( Bandung : PT. Remaja RosdaKarya), h. 70. 48 Ismail, Pengalaman Al-Quran tentang Pemberdayaan Dhua’fa, h.226. 49 Nurhayati Ujamas, M.Nur A.Latif, Pengembangan SDM Bagi Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat, (Jakarta:Depag RI, 1997). h.35

 

Gunawan Sumadinigrat mengatakan ekonomi kerakyatan adalah

system ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam

proses pembangunan. System ekonomi kerakyatan mencakup administrasi

pembangunan nasional mulai dari system perencanaan hingga pemantauan dan

pelaporan.50

Kesimpulannya pemberdayaan ekonomi dilakukan kepada masyarakat,

untuk memberikan usaha bersama secara terencana untuk mendapatkan

kondisi hidupnya lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas kehidupanya

dalam bidang ekonomi.

4. Langkah-langkah Pemberdayaan Ekonomi

Dalam rangka mewujudkan perubahan dari ekonomi tradisional ke

ekonomi modern beberapa langkah strategis yang perlu diambil dalam

menetapkan kebijaksanaan adalah sebagai berikut:51

Pertama, pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset

produksi. Yang paling mendasar adalah akses pada dana. tersedianya suntikan

dana yang memadai dapat menciptakan pembentukan modal bagi usaha

rakyat, sehingga rakyat dapat meningkatkan produksi, pendapatan, dan

menciptakan tabungan untuk investasi secara berkesinambungan.

Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi

rakyat. Sebagai produsen dan penjual, posisi rakyat dalam perekonomian

sangat lemah. Mereka adalah “price taker” karena jumlahnya banyak bangsa

50 Gunawan Sumadingrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), h.76 51 Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, h.79

 

pasar kecil. Lebih jauh, dalam transaksi, mereka bisa menghadapi kekuatan

usaha besar.

Ketiga, meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam

rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Keempat, kebijaksanaan pengembangan industri harus mengarah pada

pengauatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat

yang berkembang menjadi industri-industri kecil dan menengah yang kuat

harus menjadi tulang punggung industri nasional.

Kelima, kebijaksanaan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya

tenaga kerja mandiri secara cikal bakal wirausaha baru, yang nantinya akan

berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling

menunjang.

Keenam, pemerataan pembangunan antar daerah.

5. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi

Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan

sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan

dipahami sebagai kontrubusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalaui

oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat. Terutama

dalam tahapan perumusan kebutuhan yang harus dipenuhi asumsinya bahwa

masyarakatlah yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.52

52 Elly Irawan, “Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi”, dalam Lili Bariadi, Muhammad

Zen dan M. Hudri, Zakat dan Wirausaha ( Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development,

2005), h. 55.

 

Adapun pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai

ciri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:53

a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

b. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.

c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumber daya setempat.

d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait.

e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirausaha.

g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya

masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama

sulit tercapai.

h. Akan lebih efektif bila program pemberdayaan masyarakat pada awalnya

memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber

dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan.

5. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Ekonomi

Melakukan pemberdayaan ekonomi tidaklah tiba-tiba, akan tetapi

melakukan pemberdayaan kepada masyarakat harus melalui tahapan-tahapan

yang harus dilakukan seperti:54

a. Membangun Jalinan Relasi

53 Elly Irawan, Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi, h. 55. 54Ismail, Pengalaman Al-Quran tentang Pemberdayaan Dhua’fa, h.248-251.

 

Pihak fasilitator/ pendamping masyarakat / social worker melakukan

penjalinan relasi dengan tokoh formal dan informal, perorangan atau

kelompok pelaku atau calon pelaku ekonomi mikro/ kecil yang akan diajak

bermitra dalam mengembangkan dirinya agar dapat memulai atau

mengembangkan usaha mikro yang telah dirintisnya.

b. Penyadaran Potensi dan Masalah

Umumnya para calon pelaku atau pelaku usaha mikro kurang

mengetahui atau penyadari potensi-potensi yang ada dalam diri dan

lingkungannya. Sumber-sumber yang ada didalam atau diluar desa (kelurahan)

dan komunitasnya sebagai aset penting belum dapat dijadikan modal untuk

memulai atau mengembangkan usahanya. Sehingga mereka cenderung

mandeg atau stagnan pada situasi rutinitas. Melalui diskusi dengan fasilitator

atau social worker dengan pendekatan PRA (Participatory Rural Apraisal)

akan menyadarkan mereka tentang potensi-potensi dan masalah-masalah yang

melingkupinya.

c. Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan dengan membentuk kelompok-

kelompok kecil pelaku mikro atau calon pelaku mikro dengan

memanfaatkan kelembagaan lokal. Pengorganisasian ini sebagai sarana

sharing antar anggota untuk saling menilai kinerja. Pengorganisasian juga

sebagai dasar untuk penguatan organisasi atau kelembagaan yang

memingkinkan anggota atau kelompok calon pengusaha mikro atau

pengusaha mikro dapat lebih berdaya atau berkembang.

 

d. Kaderisasi

Dalam program pengembangan masyarakat, juga dalam

pengembangan ekonomi agar program ini lebih sustainable, maka perlu

disiapkan kader-kader lokal atau pendampingan lokal untuk

menembangkan keswadayaan yang akan berfungsi untuk mengambil alih

tugas-tugas fasilitator atau pendamping dari LSM atau lembaga

pengembangan lainnya kelak setelah program atau proyek berakhir.\

e. Intervensi Teknis

Pada tahap intervensi teknis pengembangan masyarakat/

pengembangan ekonomi masyarakat ini dilakukan proses pengembangan

atau pemberdayaan yang sesungguhnya, berupa pelatihan-pelatihan teknis,

pendampingan: supervisi dan konsultasi dan atau pemberian bantuan

permodalan. Pada intervensi teknis ini biasanya pihak fasilitator

melibatkan orang-orang dari lembaga-lembaga yang kompeten dibidang

teknik tersebut.

f. Membuat dan Mengelola Sistem

Sebenarnya melibatkan sumber luar dalam intervensi teknis, itu

merupakan langkah untuk membuat sistem. Sistem ini penting karena

tidak semua yang dibutuhkan oleh calon atau pelaku usaha mikro ini ada

dalam komunitas atau masyarakatnya. Pemenuhan kebutuhan

pengembangan usaha pada sistem lain yang ada diluar lingkungannya.

 

Maka peran pendamping atau fasilitator adalah membuat sistem dan

membuat jaringan sistem pengembangan baik untuk tahapan produksi atau

pemasaran dari produk yang dihasilkannya.

g. Monitoring dan Evaluasi

Pada tahap ini fasilitator melakukan monitoring dan evaluasi hasil

teehadap hasil-hasil dari proses pengembangan ekonomi. Sebagao bahan

untuk mengukur keberhasilan proses pengembangan ekonomi. Evaluasi

hasil dan dampak penting dilakukan sebagai bahan masukan bagi peserta,

fasilitator dan lembaga tempat fasilitator bekerja.

Sumber lain mengenai tahapan pemberdayaan ekonomi adalah:55

a. Tahap Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development),

dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota

agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang akan

dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada

tahap penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap

daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak awal

dengan kelompok sasaran.

b. Tahap Assesment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan

mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber

daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula

55 Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komuitas, Pengantar pada pemikiran dan Pendekatan Praktis h. 251-258

 

digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan,

kesempatan, dan ancaman.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini agen perubah (agent of change) secara partisipatif

mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka

hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d. Tahap Performulasian Rencana Aksi

Pada tahap ini agen perubah membantu masing-masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan

mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e. Tahap Pelaksanaan (implementasi) program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling

krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu

yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

pelaksanaan dilapangan bila tidak ada kerjasama antar warga.

f. Tahap Evaluasi

Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat

sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering seringkali bukan

karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang

 

terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi

jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi

jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

C. Pemberdayaan Ekonomi sebagai bagian dari Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut pendapat Ife adalah upaya dimana

menyediakan sumber daya, peluang, pengetahuan, dan keterampilan bagi

masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk menentukan masa

depan mereka sendiri dan dapat mengambil bagian dan mempengaruhi

kehidupan masyarakat mereka.56

Pemberdayaan ekonomi juga termasuk pemberdayaaan masyarakat

karena dengan adanya pemberdayaan ekonomi dapat memberikan peluang

keterampilan untuk meningkatkan kapasitas kearah ekonomi yang lebih

baik lagi dan sejahtera.

Seperti para pedagang kecil, mereka juga termasuk dalam

masyarakat yang harus di berdayakan dengan di berikan pengetahuan,

keterampilan dan peluang tentang usaha. Karena dengan di berikan

pemberdayaan, para pedagang kecil dapat memberikan kehidupan ke arah

yang lebih baik dan sejahtera.

Pemberdayaan ekonomi merupakan bagian dari pemberdayaan

masyarakat, karena itu konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan

konsep pemberdayaan masyarakat secara umum tidak jauh berbeda serta

56 Ismail, Pengalaman Al-Quran tentang Pemberdayaan Dhua’fa, h. 168.

 

tidak terlepas dari konsep besar dari pengembangan masyarakat itu

sendiri.57

Konsep Pemberdayaan masyarkat tersebut meliputi ciri atau

karakter pemberdayaan yang berdasarkan tiga hal utama yaitu:58

a. Berbasis Masyarakat (Community Based)

Program pemberdayaan ekonomi harus berbasis masyarakat

(community based), artinya masyarakat bertindak sebagai pelaku atau

subyek dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program pemberdayaan

ekonomi. Masyarakat mewakili kewenangan untuk mengambil keputusan

tentang kegiatan yang diperlukan serta pelaksanaannya. Keputusan yang

diambil adalah keputusan bersama.

b. Berbasis Sumber Daya Setempat

Mengembangkan ekonomi masyarakat hendaknya berbasis pada

sumber daya setempat, artinya program pengembangan ekonomi

masyarakat yang ingin dilakukan didasarkan pada sumber-sumber yang

tersedia pada daerah tersebut.

c. Berbasis Berkelanjutan

Program pengembangan ekonomi hendaknya berprinsip

berkelanjutan, artinya program yang dirancang tersebut harus dapat

berfungsi sebagai motor pengerak awal, tidak berhenti pada akhir suatu

program. Agar hal tersebut dapat tercapai diperlukan startegi, perencanaan

dan pelaksanaan yang tepat guna.

57 Ibid., h. 227. 58Ibid., h.227-228.

 

Pada intinya pemberdayaan ekonomi adalah sebagian dari

pemberdayaan masyarakat. Karena yang di berdayakan adalah masyarakat

yang memang sangat membutuhkan untuk mencapai ke taraf yang lebih

baik lagi.

D. Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau

tempat menyembah Allah SWT. Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah

shalat. Berdasarkan sabda Nabi Saw. Diatas setiap orang bisa melakukan

shalat di mana saja, dirumah, di kebun, di jalan, di kendaraan, dan di tempat

lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan

shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan

silahturahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik

untuk melangsungkan shalat jum’at.59

Masjid sebagai salah satu pemenuh kebutuhan spritual sebenarnya

bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja, tetapi juga merupakan pusat

kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan Rasullah

SAW.60

Masjid bisa di katakan juga sebagai komponen fasilitas sosial,

merupakan salah satu fasilitas yang merupakan bangunan tempat berkumpul

59 Drs. Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid ( Jakarta: Gema Insani Press,

1996),h. 1-2 60 Nana Rukmana D.W., MA. Masjid dan Dakwah Merencanakan, Membangun, dan

Mengelola Masjid ( Jakarta: AL-Mawardi Prima, 2002), h. 49.

 

bagi sebagian besar umat Islam untuk melakukan ibadat sebagai kebutuhan

spritual yang diperlukan oleh umat manusia, disamping kebutuhan material.61

2. Fungsi Masjid

Masjid di setiap era harus menjadi tempat pembinaan umat,

sehingga dalam era informasi dan era reformasi pun masjid harus tetap

dapat berperan sebagai pendorong pemenuhan kebutuhan spritual umat,

mewujudkan pelayanan sosial, kesehatan dan pendidikan, pembinaan anak

dan remaja, serta penyaluran bakat mereka dalam bidang seni dan olah

raga, bahkan sampai kepada pemenuhan ekonomi masyarakat. Masjid

harus tetap dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat dan dakwah

islamiyah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasullulah SAW.62

Masjid mempunyai fungsi utama adalah tempat di mana kita

bersujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada

Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi

masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Selain fungsi utama nya

temapat kita bersujud, ada pula fungsi masjid yang lainnya, yaitu:63

1. masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna

memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

2. masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan

kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.

61 Ibid., h. 48. 62 Nana Rukamana, Masjid dan Dakwah Merencanakan, Membangun, dan

Mengelola Masjid ( Jakarta: AL-Mawardi Prima, 2002), h. 56-57. 63 Ayub, Manajemen Masjid ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 7-8.

 

3. masjid tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong

royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

4. masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk

meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.

5. masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader

pimpinan umat.

6. masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.

Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan

operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Untuk sekarang ini

masjid semnakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi jumlahnya maupun

keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan

ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.

Melihat fenomena yang ada, terutama dikota-kota besar masjid telah

menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, dan

kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

E. Pedagang Kecil

1. Pengertian

Pedagang menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah menjual

dan (membeli) kadang sekaligus sebagai penjual juga pembeli atau saudagar.64

64 Drs. Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah,

1997).h, 367.

 

Perusahaan dagang adalah perusahaan dimana kegiatan pokok

usahanya adalah melakukan transaksi pembelian barang dagang dengan tujuan

untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuk barang tersebut lebih dahulu.

Sedangkan pedagang kecil (retaile) membeli barang dari pedagang besar untuk

dijual kepada konsumen dengan harga eceran.65

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk

menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering

ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut

adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya

adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga

digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. 66

Pedagang kaki lima ini pun dikatakan sebagai pedagang kecil, dimana

para pedagang-pedagang ini tidak mempunyai pegawai, ataupun tidak

mempunyai manajemen yang baik. Kebanyakan pedagang kecil ini tidak

mempunyai pembukuan dalam menjalankan usahanya.

65 Artikel diakses pada 23 Juli 2009 dari http://kiosbisnisku.blogspot.com 66 Artikel diakses pada 23 Juli 2009 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_Kaki_Lima

 

BAB III

GAMBARAN UMUM PINJAMAN MIKRO MASJID JAMI’BINTARO

JAYA DAN GAMBARAN UMUM WILAYAH RAWA PAPAN RW 06

KELURAHAN BINTARO

A. Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

1. Sejarah dan Perkembangan Program Pinjaman Mikro Masjid Jami’

Bintaro Jaya (PMM)

Sekitar tahun 2007-2008 kenaikan bahan bakar minyak dan harga

kebutuhan pokok membuat kehidupan pengusaha mikro semakin sulit, dan

masyarakat mengalami krisis global yang berdampak pada perekonomian

Indonesia. Untuk mengurangi dampak dari krisis global di Indonesia dan

khususnya bagi pengusaha kecil (mikro), perlu adanya keberpihakan

kepada pengusaha kecil ( mikro) yang sedang menghadapi krisis.67

Untuk itu perlu adanya program yang bergerak untuk membantu

atau memberdayakan para pengusaha kecil (mikro), supaya pengusaha

kecil ini bisa tetap berjalan dan tetap eksis bahkan berkembang dalam

usahanya di tengah persaingan dan krisis ekonomi yang sedang melanda

di Indonesia. Untuk itu Masjid Jami’ Bintaro Jaya pun membuat program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) yang maksudnya untuk memberdayakan

para pengusaha kecil (mikro) dalam mengembangkan usahanya dan dapat

mensejahterakan para pedagang kecil (mikro). PMM membantu para

67 Profil Pinjaman Mikro Masjid (PMM), h. 4.

 

pedagang kecil yang tidak mempunyai modal untuk mengembangkan

usahanya.68

Lembaga masjid Jami’ Bintaro dan manejemennya mengambil

peran straegis untuk mengatasi masalah ini, masjid yang biasanya

berfungsi sebagai tempat ibadah, dalam hal ini masjid Jami’ Bintaro Jaya

mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan membantu masyarakat di

sekitar masjid Jami’ agar mencapai potensi maksimal sehingga terbentuk

ketahanan umat yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) diharapakan dapat

memberikan manfaat, seperti :

a. Membantu pengusaha (kecil) mikro mengembangkan usahanya dalam

menghadapi persaingan dan tingginya harga kebutuhan pokok dengan

meningkatkan kapasitas usahanya.

b. Memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap

berkurangnya pengangguran dan kemiskinan.

c. Menjadi alternatif pinjaman yang tidak memberatkan bagi masyarakat.

d. Meningkatkan nilai manfaat masjid bagi jama’ah dan masyarakat

sekitarnya.69

2. Visi dan Misi Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Visi dari Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Jami’ Bintaro Jaya

adalah membangun komunitas masjid dalam rangka membantu ketahanan

68 Ibid., h.4. 69 Lembaran Profil Pinjaman Mikro Masjid, h. 4-5.

 

umat agar bermanfaat bagi diri dan lingkungan dengan dukungan

manajemen masjid yang profesional.

Misi dari Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Jami’ Bintaro Jaya:70

a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha

kecil (mikro).

b. Membangun dan mengembangkan mentalitas positif dalam masyarakat

melalui pendampingan usaha.

c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajemen usaha bagi

pengusaha kecil.

d. Mendekatkan masyarakat kepada masjid sebagai pusat aktifitas

kerohanian.

3. Struktur Organisasi Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Bertangung jawab dalam program Pinjaman Mikro Masjid adalah

ketua IV bidang sosial masjid Jami’ Bintaro Jaya yang bernama ibu Ir. H.

Ida Ferdinandus beliau yang menaungi program Pinjaman Mikro Masjid,

dimana tugas beliau sebagai penasihat dan yang mengarahkan bagaimana

program PMM berjalan nantinya.

Program Pinjaman Mikro mempunyai tim pelaksana yang sehari-

hari bertanggung jawab, dalam tim ini ada ketua pelaksana yaitu bapak

Soedartono dimana beliau diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan,

membimbing dalam program PMM. Bapak Soedartono dalam

menjalankan tanggung jawab program PMM dibantu oleh wakil yang

70 Ibid., h. 3

 

bernama ibu Helfia Nil Chalis dimana tugas beliau membantu bapak

Ketua.

Wendy Setiady dalam hal ini bertanggung jawab melaksanakan

tugas pendampingan, pembinaan, seleksi serta analisa dari para peminjam

Pinjaman Mikro Masjid, sedangkan Agus Surahman lebih bertanggung

jawab menagih dan mencatat keuangan peminjam PMM. Keuangan

program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) yang bertanggung jawab dalam

tugas ini adalah Cicih Sukaesih. Dibawah ini skema dari struktur

organisasi program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Jami’ Bintaro Jaya:71

Struktur organisasi program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Ketua IV Bidang Sosial Masjid

Ir.Hj. Ida Ferdinandus

Ketua Pelaksana PMM

Soedartono

Wakil Ketua Pelaksana PMM

Ir. H. Helfia Nil Chalis

Pelaksana Harian PMM

Wendy Setiady, S.H dan Agus Surahman

Keuangan

Cicih Sukaesih

4. Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

71 Profil PMM.,h. 14

 

Dana program PMM di salurkan dalam bentuk pinjaman kepada

usaha kecil (mikro) yang berada di sekitar Masjid Jami’ Bintaro Jaya.

Usaha kecil ( mikro) yang diberikan pinjaman seperti pedagang sayur dan

buah, pedagang makanan dan minuman, pedagang kebutuhan bahan

pokok, pedagang pakaian dan pedagang lainnya.

Sampai dengan tahun 2008, pinjama mikro masjid telah disalurkan

kepada 58 peminjam, dan 10 permohonan yang sedang dalam proses serta

29 peminjam yang sudah melunasi pinjaman. Pinjaman terbanyak di

berikan kepada pedagang makanan dan minuman, pinjaman kedua

pedagang sayuran dan buah.72 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

4 dibawah ini:

Tabel 3

Jumlah Peminjam Mikro Masjid (PMM) Berdasarkan sektor usaha

No Usaha Yang diberi Pinjaman Jumlah yang dipinjami

1. Makanan dan minuman 34

2. Sayur mayur dan buah 9

3. Kebutuhan bahan pokok 6

4. Pakaian 4

5. Lain-lain 5

Sumber: Profil Pinjaman Mikro Masjid( PMM) Tahun, 2008

Penyebaran Pinjaman Mikro Masjid (PMM) meliputi wilayah,

seperti di daerah Rawa Papan ada 23 peminjam, Rengas ada 17 peminjam,

Pondok Betung ada 3 peminjam, Pondok Karya ada 1 dan Pondok Aren

ada 1 peminjam. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5 dibawah ini.

72 Catatan Pembukuan Donatur PMM, 2008

 

Tabel 4

Jumlah Peminjam Berdasarkan Wilayah

No. Wilayah Peminjam Jumlah Peminjam

1. Rawa Papan 23

2. Rengas 17

3. Pondok Betung 3

4. Pondok Karya 1

5. Pondok Aren 1

Sumber: Profil Pinjaman Mikro Masjid (PMM), Tahun 2008

Dari semua peminjam yang meminjam di PMM, peneliti hanya

memilih para peminjam yang berada di wilayah Rawa Papan sebagai

sample penelitian. Adapun jenis usaha dari peminjam yang berada di

wilayah Rawa Papan adalah sebagai berikut: Ibu Sana mempunyai usaha

mikro kantin sekolah yang menjual makanan dan minuman, Ibu Chasanah

mempunyai usaha nasi uduk, Bapak Jumaidi usaha Bakso dan Ibu Lidya

Astuti mempunyai usaha sembako.

5. Sumber Dana

Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) sangat membantu para

pedagang kecil (mikro) dimana dengan adanya program PMM di bawah

naungan Masjid Jami’ Bintaro Jaya, para pedagang dapat mendapatkan

bantuan pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya. Sesuai dengan

visi dan misinya ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

usaha kecil (mikro), dan membangun ketahanan umat agar bermanfaat

bagi dan lingkungan dengan dukungan manajemen masjid yang

profesional.

 

Masjid dengan program Pinjaman Mikro Masjid mendapatkan

sumber dana dari para donatur yang terdiri dari perusahaan dan personal.

Karena pinjaman mikro masjid ini tidak memakai agunan dan tidak

bersifat bagi hasil, maka uang yang dipinjamkan pengembaliannya harus

benar-benar tepat waktu, supaya dana yang ada dapat berputar untuk calon

peminjam lainnya.

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Jami’ Bintaro Jaya dalam

mendapatkan donatur dana, melakukan pengajuan proposal kepada

perusahaan atau calon donatur membaca brosur masjid dan melihat

program PMM, lalu memberikan bantuannnya pada pihak Pinjaman Mikro

Masjid.

Jangka panjangnya Pinjaman Mikro Masjid ini memerlukan dana

sebesar Rp.100.000.000.,untuk bisa memberikan bantuan modal kepada

para pengusaha mikro lebih dari Rp. 1000000, dan banyak para pengusaha

mikro yang bisa berdayakan kembali lewat usaha mikronya.73

Berdasarkan data laporan dari Pinjaman Mikro Masjid Jami’

Bintaro Jaya data para donatur yang terdiri dari perusahaan dan personal,

yang membantu program PMM ini berjalan sampai sekarang:

Tabel 5

Donatur dari Perusahaan untuk Program Pinjaman

Mikro Masjid Jami’ Bintaro jaya

No Perusahaan Jumlah

1. Dana Reksa Rp. 15.000.000

73 Catatan Pembukuan Donatur PMM, 2008.

 

2. Telkom Rp. 15.000.000

3. Arkonim Rp. 10.000.000

4. Jaya Real Propety Rp. 10.000.000

Sumber:laporan donatur Pinjaman Mikro Masjid(PMM), Tahun 2008.

Tabel 6

Donatur Personal untuk Program Pinjaman Mikro Masjid Jami’

Bintaro jaya

No Personal Jumlah

1. Rusli Ranie Rp. 10.000.000

2. H. Eddy Ichwan Rp. 4.500.000

3. Ir. H. Budi Karya S. Rp. 5.000.000

4. Ir. Arfan Rp. 2.000.000

Sumber: laporan donatur Pinjaman Mikro Masjid (PMM),Tahun 2008

6. Pelaksanaan Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Untuk menjadi anggota peminjam mikro masjid harus mengikuti

prosedur yang sudah di berlakukan oleh PMM, adapun tahapannya

adalah:74 Awalnya PMM merekrut dengan cara langsung atau tidak

langsung. Langsung biasanya pada saat PMM membagikan kuesioner dan

74 Lembaran Profil Pinjaman Mikro Masjid (PMM), h.8.

 

para peminjam datang sendiri, secara tidak langsung biasanya

direkomendasikan oleh orang lain.

Para calon peminjam lalu diberikan surat permohonan sesudah itu

di wawancara oleh pihak PMM dan di survei apakah benar calon

peminjam mempunyai usaha, lalu sesudah wawancara dan survei pihak

PMM menganalisis. Analisis itu dilihat dari karakter, kapistas, modal,

kondisi, dilihat juga asal wilayah, omset pendapatnya, penghasilan kotor

dan bersih serta apakah tempat tinggal sendiri atau mengontrak.

Sesudah tahapan analisa selesai dan calon peminjam memang

layak diberikan pinjaman. Maka pihak PMM pada hari Selasa memanggil

calon peminjam untuk diwawancarai oleh ketua Pinjaman Mikro Masjid.

Jika hasil wawancara dan analisa disetujui oleh ketua PMM.

Calon peminjam pun layak untuk diberikan pinjaman, maka calon

peminjam pun langsung melakukan perjanjian antar keduanya. Setelah

perjanjian disepakati hari Jum’atnya pinjaman pun dicairkan.

Adapun yang mempunyai otoritas dari setiap langkah pengajuan

pinjaman adalah pelaksana harian PMM, kemudian berakhir pada ketua

Pinjaman Mikro Masjid yang menentukan apakah calon peminjam layak

diberikan pinjaman atau tidak.

B. Gambaran Rawa Papan

1. Letak Geografis Rawa Papan

 

Rawa Papan terletak diantara 060 -100 37’ Lintang Selatan diantara

1060- 490 35’ Lintang Timur. Rawa Papan berbatasan wilayah dengan75 :

Sebelah Utara : RW 09 Kelurahan Bintaro.

Sebelah Timur : RC. Veteran, wilayah RW 01 Kelurahan Bintaro.

Sebelah Selatan : Kesehatan Raya.

Sebelah Barat : Perumahan Bintaro Jaya, RW 08 Kelurahan Bintaro.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di Rawa Papan berjumlah 2.828 jiwa, yang

terdiri dari laki-laki berjumlah 1.461 jiwa sedangkan wanita berjumlah

1.367 jiwa. Suku asli Rawapapan adalah mayoritas Betawi dan Jawa.76

3. Kondisi Sosial Budaya

a. Kondisi Kehidupan Beragama

Keagamaan masyarakat Rawa Papan menganut agama Islam,

Kristen, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Dimana mayoritas

penduduknya beragama Islam. Kehidupan antar umat beragama di wilayah

Rawa Papan cukup harmonis dan tingkat toleransi beragama cukup

tinggi.77

b. Tingkat Pendidikan

75 Data Kelurahan Bintaro Pesangarahan 2008.

76 Data Kelurahan Bintaro Pesangarahan 2008 77 Wawancara Pribadi dengan RW 06 Abdul Gani, Jakarta, 04 Juli2009.

 

Pendidikan merupakan salah satu indikator penentu berhasilnya

suatu daerah dalam pembangunan pendidikan berkaitan langsung dengan

peningkatan kualitas Sumber Daya Alam (SDM). Dengan demikian,

pendidikan mempunyai peran yang sangat signifikan dalam menciptakan

penduduk yang produktif dan kreatif yang berpartisipasi dalam

pembangunan.

Kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Rawa Papan

adalah sebagian besar penduduknya lulusan SMU, selanjutnya penduduk

dengan tingkat pendidikan SLTP, dan hanya beberapa yang lulusan

perguruan tinggi dan selanjutnya hanya lulusan SD.78

c. Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana peribadatan yang terdapat di Rawa Papan

adalah sebagai berikut:

1). Masjid berjumlah 2 buah.

2). Mushala berjumlah 3 buah.

Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Rawa

Papan adalah sarana dan prasarana pendidikan umum Negeri berupa

bangunan SD berjumlah 2 buah, sedangkan pendidikan berupa Taman

Kanak-kanak berjumlah 4 buah, Madrasah Tsanawiyah berjumlah 1 buah,

dan bangunan Madrasah berjumlah 1 buah.79

d. Kondisi Ekonomi

78 Wawancara Pribadi dengan RW 06 Abdul Gani 79 Wawancara Pribadi dengan RW 06 Abdul Gani.

 

Jenis mata pencaharian penduduk Rawa Papan, beraneka ragam.

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh,

pedagang. Sedangkan bermata pencaharian sebagai karyawan dan pegawai

negeri sipil tidak terlalu banyak.80

80 Wawancara Pribadi dengan RW 06 Abdul Gani.

 

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS

A. Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Kecil Melalui Pinjaman

Mikro Masjid (PMM).

Bagi usaha kecil, modal merupakan faktor utama dalam

mengembangkan usaha, dengan modal bergulir. Masjid Jami’ Bintaro Jaya

melakukan pemberdayaan ekonomi lewat program Pinjaman Mikro Masjid

(PMM) dengan cara memberikan permodalan kepada para pedagang kecil

supaya dapat mengembangkan usahanya. Melalui program Pinjaman Mikro

Masjid (PMM).

Pinjaman Mikro Masjid diharapkan dapat membantu pedagang kecil

dari kesulitan dan membuat usaha mereka berkembang, sehingga kehidupan

mereka menjadi lebih sejahtera. Pernyataan pendamping dan juga pelaksana

harian di PMM:

“…Secara khusus PMM berharap bukan hanya membantu para

pengusaha mikro dari kesulitan yang ada tetapi jangka panjangnya

mengembangkan usaha mereka supaya memiliki keuntungan sesudah

mereka mendapat Pinjaman Mikro Masjid. Intinya membantu penghasilan

mereka sejahtera, anak-anak mereka bersekolah dan kesehatan bisa

didapatkan…” 81

Tahapan pendampingan yang dilakukan oleh PMM masjid Jami’

Bintaro Jaya, peneliti analisis menggunakan teori Isbandi Rukminto Adi82,

yang melihat pelaksana pendampingan tersebut melalui tahapan sebagai

berikut:

81 Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta 19 Agustus 2009. 82 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat ( Jakarta: PT.Raja Garfindo, 2008),h. 244-258.

 

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan menurut Isbandi Rukminto Adi83 adalah

Tahapan persiapan petugas dalam hal ini tenaga community worker

merupakan prasyarat suksesnya suatu Pemberdayaan Masyarakat. Program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM) mempercayai petugas pelaksana memang

bukan latar belakang dari Pemberdayaan Mayarakat, tetapi petugas

pelaksana harian PMM tersebut mempunyai pengalaman di bidang

pemberdayaan masyarakat.

Pada tahapan persiapan lapangan, petugas melakukan penyiapan

lapangan dengan cara studi kelayakan terhadap daerah yang dijadikan

sasaran baik dilakukan secara informal maupun formal begitu juga dengan

Program Pinjaman Mikro Masjid dalam tahap persiapan lapangan petugas

harian PMM melakukan survey wilayah yang banyak pedagang kecil dan

membutuhkan modal pinjaman untuk usahanya, selanjutnya petugas PMM

menjalin kontak dengan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Majelis

Ta’lim dan program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) di sosialisasikan

kepada ibu-ibu pengajian yang mempunyai usaha dan membutuhkan

modal pinjaman.

“…ke Majelis Ta’lim pada saat memperkenalkan PMM

kemasyarakat, PMM menghubungi Majelis Ta’lim yang berada di Rawa

Papan, dan Rengas kemudian dari Majelis Ta’lim berkembang menjadi

wacana ke pedagang-pedagang kecil…”84

83 Ibid., h.245-258. 84 Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta, 19 Agustus 2009.

 

Ibu Watini adalah pedagang alat-alat elektronik dan makanan,

beliau memang memang mengetahui ada program Pinjaman Mikro Masjid

(PMM) yang disosialisasi kan lewat perkumpulan ibu-ibu pengajian,

berikut penuturannya:

“….ya….tau dari temen diadain kumpulan ibu-ibu datang,..trus

dikasih

syarat-syarat nya..ya..kaya Majelis Ta’ lim gitu…”85

Begitupun dengan ibu Komariah penjual sayuran beliau ditawarkan

adanya Pinjaman untuk modal usaha dan beliau mengetahui ada program

PMM dari perkumpulan pengajian.

“…he..datang kesini kumpul-kumpul gitu..musyawarah

gitu..gini..-gini..cocok apa ga?..kalo mau silahkan gitu kan..udah akhirna

pada mau..86”

Sama halnya dengan Ibu Ubay Badriah dan ibu Dinawati

mengetahui Pinjaman Mikro Masjid dari perkumpulan pengajian Majelis

Ta’lim, pada saat pelaksana harian PMM mensosialisasikan program

PMM.

“…dari informannya gitu..dari Majelis ta’lim pengajian trus ngsisi

formulir gitu…bagi siapa yang mau pinjam..yang punya usaha dagang tiap

hari..gitu…”87

Sedangkan penuturan ibu Ubay Badriah mengetahui dari

pengajian.

“…dari pengajian..Majelis Ta’lim…”

85 Wawancara Pribadi dengan Watini , Rawa Papan 21 Agustus 2009. 86 Wawancara Pribadi dengan Komariah, Rawa Papan 21 Agustus 2009. 87 Wawancara Pribadi dengan Dinawati, Rawa Papan 31 Oktober 2009.

 

Sosialisasi yang dilakukan Pinjaman Mikro masjid di Majelis

Ta’lim, tidak hanya lewat pengajian di Majelis Ta’lim ada juga yang

mengetahui program Pinjaman Mikro Masjid tersebut dari pedagang kecil

lainnya atau pegawai Masjid Jami’ Bintaro Jaya yang bertempat tinggal di

Rawa Papan seperti berikut penuturannya;

“…aku kan..dikasih selebaran sama bu Cicih, nah dari situ taunya

ada PMM…88”

Bapak Jumadi penjual bakso mengetahui adanya Pinjaman Mikro

Masjid (PMM) dari pegawai masjid Jami’ Bintaro Jaya, bukan dari

sosialisasi PMM ke Majelis Ta’lim.

“…oh..ini pinjaman ini..dari mba..Cici, kasih atau ada

pinjaman..89”

Intinya sosialisasi yang dilakukan program Pinjaman Mikro Masjid

tidak hanya dilakukan di perkumpulan seperti pengajian di Majelis Ta’lim,

sosialisasi program PMM juga berkembang menjadi wacana dari

pedagang satu ke pedagang lainnya dan sosialisasi juga dilakukan melalui

pegawai masjid Jami’ Bintaro Jaya.

Dapat disimpulkan dalam tahapan persiapan program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM), secara garis besar sesuai dengan tahapan Isbandi

Rukminto Adi. Perbedaannya hanya di persiapan petugas dimana petugas

pelaksana(Community Worker) idealnya dari latar belakang yang mengerti

dengan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan program PMM petugas

hariannya bukan dari latar belakang Pemberdayaan Masyarakat, akan

88 Wawancara Pribadi dengan Mijan, Rawa Papan 20 Agustus 2009. 89 Wawancara Pribadi dengan Jumadi, Rawa Papan 20 Agustus 2009.

 

tetapi pelaksana harian PMM sudah mempunyai pengalaman dan

mengetahui teknik-teknik yang akan dilakukan dalam melakukan

perubahan.

Data wawancara subyek penelitian untuk mengetahui apakah

sosialisasi PMM masjid Jami Bintaro Jaya sudah dilakukan. Lihat tabel

dibawah ini :

Tabel 7

Hasil Wawancara dengan anggota Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Pertanyaan No Jawaban dari anggota PMM

Bapak/ Ibu

mengetahui program

Pinjaman Mikro

Masjid (PMM) dari

mana?

1.

2.

3.

4.

5.

6.

IbuWatini:“ ya... tau dari temen, diadain

kumpulan...terus dikasih syarat-syaranya...dirumah

temen juga sih..kaya Majelis Ta’lim...”

Ibu Komariah: “..dari pegawai masjid..he... datang

kesini kumpul gitu, musyawarah gitu..gini..cocok

apa ga?..kalo mau silahkan gitukan..udah akhirna

pada mau..mis ditanya-tanya disana..”

Ibu Dinawati:”..dari informannyakan dari Majelis

Ta’lim terus ngisi formulir, gitu bagi siapa yang

mau pinjem..yang punya usaha dagang tiap hari

gitu..suruh isi formulir trus dikumpulin, naroh

formulir ke masjid, trus di datang kesini diapa

disurvey eh..ma pa Wendy..

Ibu Ubay Badriah:”..dari pengajian..Majelis

Ta’lim...”

Bapak Mijan: “...aku kan dikasih selebaran sama bu

Cicih..nah dari situ taunya..”

Bapak Jumadi : “..oh..ini pinjaman ini...dari mba

Cici..kasih tau ada pinjaman..”

 

Sumber: Data wawancara dengan subyek penelitian

2. Tahapan Assesment

Dalam tahapan assesment dilakukan pengidentifikasian masalah

(kebutuhan yang dirasakan atau felt needs) ataupun kebutuhan yang

diekspresikan dan juga sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran.

Tahapan assesment yang dilakukan oleh Pinjaman Mikro Masjid dengan

menggunakan penyebaran kuesioner, setelah kuesioner tersebut di isi oleh

pedagang kecil yang ingin menjadi anggota Pinjaman Mikro Masjid, maka

dapat petugas harian PMM dapat membaca kebutuhan dan masalah yang

dihadapi oleh pedagang kecil.

“menggunakan survey dengan cara penyebaran kuesioner lalu

PMM bisa membaca apa yang dibutuhkan pedagang kecil “90

PMM secara garis besar mengetahui masalah dan kebutuhan lewat

formulir kuesioner yang diberikan pada tahap persiapan untuk pedagang

kecil. setelah dianalisis oleh pendamping PMM ternyata masalah yang

sering di hadapi adalah masih kurangnya modal.

“…kalau dilihat dan dianalisis masalah yang ada pada pengusaha

mikro ini adalah kurangnya modal….”91

Pada tahapan assesment yang dilakukan oleh program Pinjaman

Mikro Masjid sedikit berbeda dengan tahapan menurut Isbandi Rukminto

Adi. Dalam pelaksanaannya petugas PMM melakukan tahapan assesment

90 Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta, 19 Agustus 2009.

91. Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta, 19 Agustus 2009.

 

melihat dari kuesioner yang disebarkan ke pedagang kecil, karena dengan

melihat kuesioner yang sudah di isi oleh pedagang kecil sudah dapat

diketahui apa masalah dan kebutuhan yang dirasakan serta sumber daya

yang dimiliki oleh pedagang kecil.

Dari hasil pengamatan peneliti melihat program Pinjaman Mikro

Masjid jarang melakukan diskusi dengan atau curah pendapat dengan

pedagang kecil.Maka petugas PMM melihat apa permasalahan yang

dibutuhkan oleh pedagang kecil lewat formulir kuesioner lalu dianalisis

oleh petugas harian PMM.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada hal tersebut pelaku perubahan secara partisipatif mencoba

melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan

bagaimana cara mengatasinya.

Pada tahap ini idealnya petugas PMM mengajak para pedagang kecil

untuk membuka pikirannya dengan berfikir tentang masalah yang dihadapi

serta bagaimana cara mengatasinya. Karena potensi untuk mengembangkan

usaha ada pada pedagang kecil itu sendiri, mereka sudah mengenal, mengerti

dan memahami seluk beluk usaha mereka sendiri, petugas PMM hanya

membantu mengarahkan kearah yang lebih baik.

“....PMM sebagai pendamping hanya mengarahkan kearah yang

lebih baik supaya para pedagang itu sejahtera dan mampu. PMM tidak akan

memperkenalkan program tanpa ada kebutuhan dan masalah dari pengusaha

mikro... karena masalah yang mereka hadapi lagi-lagi adalah modal..”92

92 Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta, 19 Agustus 2009.

 

Pada kenyataanya tahapan perencanaan alternatif program atau

kegiatan, tidak dilakukan oleh PMM dikarenakan PMM sudah berbentuk

program untuk pedagang kecil dan pembentukannya pedagang kecil tidak

diikut sertakan begitu pula dengan tahapan performulasian rencana aksi.

4. Tahap Performulasian Rencana Aksi

Tahapan performulasian rencana Aksi adalah tahapan yang

dilakukan oleh pelaku perubahan membantu masing-masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan

mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pada Tahapan

tersebut seharusnya petugas PMM adalah mengajak dan memformulasikan

rencana program yang telah disepakati bersama.

Pada kenyataannya tahapan performulasian rencana tidak dilakukan

dikarenakan pada saat dibentuknya program Pinjaman Mikro Masjid, peran

pedagang kecil tidak diikut sertakan dalam pembuatannya. Seharusnya peran

pedagang kecil diikut sertakan dalam pembuatan program Pinjaman Mikro

Masjid karena performulasian rencana aksi adalah merupakan suatu sarana

untuk para pedagang kecil melakukan kegiatan-kegiatan apa saja yang

dilakukan untuk mengatasi permasalahan para pedagang. Seperti

mengadakan pelatihan manajemen atau membuat buku kas untuk

mengetahui penghasilan dan pengeluaran sehari-sehari pedagang kecil.

Karena pada tahapan performulasian ini tidak melibatkan pedagang kecil,

melainkan program Pinjaman Mikro Masjid sudah langsung dilaksanakan

saja.

 

“...karena keterbatasan Sumber Daya Manusia yang ada di PMM,

maka kita tidak melakukannya, karena masalah dan kebutuhan pedagang

kecil lagi-lagi modal..93”

Dalam tahapan performulasian rencana aksi peran pedagang kecil

sebagai objek pemberdayaan tidak diiukut sertakan dalam performulasi

rencana program PMM.

5. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan

Tahapanan pelaksanaan merupakan salah satu tahap yang paling

krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu

yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan

dan warga masyarakat.

Tahapan pelaksanaan program petugas pelaksana dalam hal ini harus

bisa mengajak, mendidik dan memotivasi kepada anggota PMM supaya bisa

diajak kerja sama, karena melalui peran petugas program dapat berhasil atau

tidaknya. Program Pinjaman Mikro Masjid sendiri mempunyai tujuan atau

target yang ingin dicapai untuk itu petugas harus bisa mengarahkan kepada

anggota PMM.

Pada tahap pelaksanaan ini adalah tahap yang sangat krusial dalam

tahap pemberdayaan, maka bila ada anggota Pinjaman Mikro Masjid ada

yang tidak bisa diajak bekerja sama, petuga program PMM akan mencoba

93 Wawancara pribadi dengan Wendy Setiady.

 

kembali dan memberikan kesempatan pertama sampai ke dua kepada

anggota PMM yang memang tidak bisa diajak bekerja sama, kalau

kesempatan tersebut diabaikan maka PMM akan memutuskan untuk tidak

memberikan kerja sama kembali terhadap angota yang tidak bisa diajak

kerja sama. Seperti penuturannya sebagai berikut:

“..m..m… jadi begini..jadi kita punya target atau tujuan yang ingin

dicapai yang tadi saya sampaikan, lalu kita arahkan untuk tujuan

tersebut..gimana kalau anggota peminjam ini tidak bisa diarahkan?...kita

akan memberikan kesempatan 1-2, kalau tidak ada signifikan perubahan

terhadap usahanya kita akan memberhentikan pinjamannya….”94

Karena Pinjaman Mikro Masjid adalah program pemberdayaan

ekonomi dengan cara memberikan pinjaman modal bergulir, maka jika ada

anggota PMM yang sudah diberikan kesempatan dan tidak bisa diajak

bekerja sama mau tidak mau kerja sama antar kedua belah pihak selesai.

Dari hasil pengamatan yang diteliti para pedagang kecil yang

berada di Rawa Papan bisa bekerja sama dengan program Pinjaman Mikro

Masjid, karena terbukti anggota PMM yang peneliti wawancara rata-rata

sudah meminjam lebih dari 1 kali. Seperti penturan Ibu watini beliau

sudah meminjam yang ke dua.

“...saya sudah minjem yang kedua..dapat 1.500.000 ngajuin si

2000.000..dapatnya satu setengah...95”

Bapak Jumadi adalah pedagang bakso karena beliau sudah

meminjam di PMM lebih dari dua kali.

“....eh..saya udah ke tiga kali malah..96”

94 Wendy Setiady, Pelaksana harian PMM (Pinjaman Mikro Masjid), Wawancara

Pribadi, Jakarta 10 November 2009. 95 Wawancara Pribadi dengan Watini. 96 Wawancara Pribadi dengan Jumadi.

 

Semua anggota PMM yang berada di Rawa Papan dalam

pelaksanannya bisa diajak bekerja sama terlihat dari para anggota PMM

yang ada di Rawa Papan sudah meminjam lebih dari satu kali.

Pada tahapan pelaksanaan program atau kegiatan. Petugas PMM

bisa mengajak kerja sama dengan para anggota PMM yang berada di Rawa

Papan, karena pedagang kecil di Rawa Papan yang menjadi anggota PMM

setelah diamati dan dilakukan wawancara mereka masih menjadi anggota

program PMM dan sudah meminjam lebih dari satu kali.

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat

sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan

keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem

dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.97

Evaluasi yang digunakan oleh program PMM mengikuti by proses,

ketika ada sesuatu yang harus diperbaiki program PMM memperbaikinya

dan evaluasi biasanya dilakukan oleh PMM dengan dua cara yaitu

pertama anggota PMM memberikan masukkan-masukkan ke PMM dan

petugas PMM melihat apakah program PMM sangat bermanfaat bagi

masyarakat dilihat dari proses analisa. Untuk itu analisa harus lebih detail

97 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: PT.Raja Garfindo, 2008),h252

 

dan lengkap. Evaluasi dilakukan oleh program PMM tidak secara rutin

dan setiap hari di karenakan kurangnya Sumber Daya Manusia dan butuh

waktu. Evaluasi biasanya dilakukan minimal dilakukan perbulan.

“…ya….mm..untuk evaluasi tidak dilaksanakan setiap hari

e…karena butuh waktu ya….jadi evaluasi yang kita lakukan minimal

perbulan…Cuma pada dasarnya kalau perhari engga ya…jumlah

perbulan….”

Selain melakukan evaluasi program Pinjaman Mikro Masjid juga

melakukan tahapan monitoring dengan cara petugas PMM datang ke

angota Peminjam. Akan tetapi monitoring ini juga tidak dilakukan setiap

hari.

“….iya…monitoring datang kerumah….tidak ada setiap hari

waktunya tentetif sekali tidak dijadwal…..”

Dalam pelaksanaanya monitoring belum sering dilaksanakan, bisa

dibilang pada awal-awal saja pendamping melakukan kontrol usaha pada

saat mau meminjam di Pinjaman mikro Masjid, Seperti penuturan bapak

Jumadi.

“….ee..Cuma survey aja, sudah dua kali…”98

Anggota Pinjaman Mikro Masjid ibu Watini juga baru di lakukan

survey saja dan monitoring belum dilakukan.

“...Survey..aja...”99

Anggota PMM lainnya seperti ibu Ubay Badriah, Dinawati dan

Komariah mereka juga Belum dikunjungi petugas PMM untuk dilakukan

98 Wawancara Pribadi dengan Jumadi, Jakarta 20 Agustus 2009. 99 Wawancara Pribadi dengan Watini, Jakarta 21 Agustus 2009.

 

monitoring oleh program PMM. Karena mereka baru sekali dikontrol oleh

petugas pelaksana PMM itupun pada saat survey pertama kali.

Sedangkan bapak Mijan sudah pernah dikontrol oleh petugas PMM

akan tetapi baru dilakukan satu kali berikut penuturannya:

“..iya..pernah..udah...100”

Program Pinjaman Mikro Masjid belum sepenuhnya melakukan

diskusi dengan anggota PMM, untuk memberikan masukan-masukan

terhadap PMM. Hanya beberapa anggota saja yang melakukannya. Dan

petugas PMM baru melakukan evaluasi dari proses peminjaman dan

analisis yang dilakukan oleh petugas harian PMM.

Setelah diamati dan dilihat dari hasil wawancara pedagang kecil

yang ada di Rawa Papan juga belum melakukan monitoring dengan

sepenuhnya, monitoring baru dilakukan beberapa anggota saja dengan

cara dikontrol usahanya. Ada juga baru dikontrol usahanya pada saat

mereka ingin menjadi anggota PMM.

Data hasil wawancara anggota PMM yang sudah dilakukan

monitoring dan yang hanya dilakukan survey saja.

Tabel 8

Hasil Wawancara dengan anggota Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

Pertanyaan No Jawaban dari anggota PMM

Setelah bapak/ ibu

mendapatkan

pinjaman, apakah

1.

Ibu Watini.“...survey..aja..” (Petugas PMM hanya

datang pertama kali pada saat survey pertama kali

100 Wawancara Pribadi dengan Mijan, Jakarta 20 Agustus 2009.

 

petugas PMM selalu

datang untuk

mengontrol usaha

ibu/ bapak?

2.

3

4

5

6

7

peminjaman).

Ibu Komariah.“..engga..engga diliat Cuma kan yang

kerja disana ada mba Cici udah tau..” (Mba Cici

adalah pegawai Pinjaman Mikro Masjid).

Ibu Dinawati.“...pernah survey aja..”

Ibu Ubay Badriah. “...pernah..survey..”

Bapak Mijan.”..iya..pernah...udah..”

Bapak Jumadi.”..cuma survey aja dua kali..”

Sumber: Data wawancara dengan subyek penelitian

7. Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahapan “perpisahan” hubunga secara

formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali bukan

karena masyarakat dianggap “mandiri”. Dalam tahapan terminasi yang

dilakukan oleh PMM, apabila ada anggota yang tidak bisa diajak bekerja

sama maka pinjaman dengan PMM di akhiri, akan tetapi bila anggota

PMM masih bisa diajak bekerja sama maka PMM akan terus melakukan

pemberdayaan. PMM memberikan pendampingan sampai anggota nya

sudah mencapai target yang diinginkan oleh Pinjaman Mikro Masjid.

“….Oke..proses terminasi ..m..m..kita sebenarnya mungkin bisa

dikatakan proses nya jika anggota PMM tidak bisa diajak kerja sama lagi

dengan kita, selama masih bisa diajak kerja sama kita akan terus

melakukan pinjaman ke angota PMM, sampai anggota mencapai target

yang diinginkan oleh PMM.. nah…ini yang sekarang terjadi…101”

101 Wawancara Pribadi dengan Wendy Setiady, Jakarta 10 November 2009.

 

Kemungkinan juga akan ada kebijakan baru dan PMM akan

mengadakan perubahan, yaitu proses terminasi akan di maksimalkan

sampai 5 kali mengajukan pinjaman baik bagi anggota PMM yang sudah

mandiri ataupun belum mandiri. Kebijakan tersebut di buat karena PMM

ada kekhawatiran para anggota peminjam menjadi ketergantungan.

Memang anggota PMM ada yang baru meminjam satu atau dua

kali sudah tidak mau bekerja sama kembali, adapula anggota yang

mengajukan pinjaman sudah lebih dari 2 kali. Anggota PMM yang sering

mengajukan pinjaman harus di curigai apakah pinjaman yang diberikan

digunakan untuk modal atau digunakan untuk keperluan lain. Seperti

penuturan beberapa anggota PMM yang ingin meminjam kembali, sebagai

berikut:

“..ya.. saya udah meminjam 2 kali...pengen ..lagi minjem..tapi

belum ke sana ..aja..102”

Anggota yang sudah meminjam sudah mau ke 4 kali, yaitu bapak

Mijan ingin meminjam kembali untuk membeli kursi dan sumpit yang

sudah rusak.

“....nah... ini..kita nagajuin pinjaman lagi..kita ngajuin 3 juta,

karena bangku kita juga udah rusak, sumpitnya juga udah tinggal

dikit...ya...untuk beli peralatan...103”

Tahapan terminasi adalah pemutusan hubungan dengan masyarakat

yang diberdayakan, pada program Pinjaman Mikro Masjid tahapan

terminasi berbeda, karena Program PMM adalah pemberdayaan ekonomi

102 Dinawati, salah satu anggota PMM, Wawancara Pribadi, Jakarta 31 oktober 2009. 103 Wawancara Pribadi dengan Mijan.

 

yang dilakukan dengan pemberian modal. Untuk itu jika ada anggota

PMM yang tidak bisa diajak bekerja sama, maka PMM mau tidak mau

harus memutuskan hubungan dengan anggota tersebut. Bila ada anggota

yang meminjam terus-menerus maka petugas PMM harus mencurigai

anggota tersebut, apakah pinjaman tersebut digunakan untuk modal usaha.

Pemutusan hubungan dengan anggota juga harus dilakukan dengan

anggota yang sudah meminjam lebih dari 5 kali dikarenakan jika

diteruskan dikhawatirkan membuat ketergantungan dengan program

PMM.

Peneliti mengamati anggota program Pinjaman Mikro Masjid

masih bisa diajak bekerja sama dengan program PMM, dari keenam

anggota PMM yang diteliti belum ada pemutusan hubungan yang

dilakukan oleh program PMM.

B. Dampak Pinjaman Mikro Masjid (PMM) terhadap peningkatan

penghasilan pedagang kecil.

Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan hasil temuan lapangan

yang telah diperoleh dari beberapa informan dilapangan melalui observasi

maupun hasil diskusi dengan anggota Pinjaman Mikro Masjid mengenai

dampak yang diperoleh anggota PMM setelah mereka meminjam modal.

Pemberdayaan ekonomi untuk Pedagang kecil dilakukan oleh

Masjid Jami Bintaro Jaya, dikarenakan para pedagang kecil masih

menghadapi permasalahan-permasalahan yang cukup banyak dan

beragam.

 

Permasalahan yang paling utama yang dihadapi adalah mengenai

bahan baku, modal dan pembiayaan usaha, pengembangan teknologi,

pemasaran, sumber daya manusia, birokrasi, kelembagaan dan kemitraan.

Dengan demikian lewat program Pinjaman Mikro Masjid para pedagang

kecil sangat terbantukan sekali, karena salah satu permasalahan yang

dihadapi pedagang kecil diantaranya tidak adanya modal dan tidak bisa

mengembangkan usaha dapat teratasi. Rawa Papan adalah salah satu

daerah di bawah binaan program Pinjaman Mikro Masjid karena banyak

para pedagang kecil yang harus di bina dan di bantu.

Program Pinjaman Mikro Masjid memberikan pinjaman kepada

pedagang kecil sangat beragam tergantung modal usaha yang dibutuhkan

oleh pedagang kecil. Pinjaman Mikro Masjid mengetahui kebutuhan

modal yang diperlukan oleh anggota dari hasil survey, wawancara dan

analisis.

Ibu Dinawati adalah salah satu anggota PMM yang mengajukan

pinjaman satu juta rupiah, beliau mengajukan pinjaman untuk menambah

modal membeli bahan-bahan membuat kue basah. Ternyata dari hasil

survey, wawancara dan analisis PMM melihat pinjaman yang diajukan

senilai Rp.1000.000,. belum sesuai dengan kebutuhan usahanya. Karena

PMM menilai jika ibu Dinawati diberikan pinjaman senilai yang diajukan

PMM khawatir pinjaman tersebut tidak dipergunakan untuk modal usaha

sebagiannya, pada akhirnya Pinjaman Mikro Masjid hanya memberikan

 

pinjaman senilai Rp. 500.000., berikut penuturan ibu Dinawati penjual

kue-kue basah;

“…awalnya mah..ngajuinnya..satu juta...tapi dapatnya cuma lima

ratus ribu..ya…untuk nambah-nambah beli bahan-bahan kue…”104

Ibu Dinawati sudah meminjam yang kedua dengan pinjaman Rp.

900.000 pinjaman tersebut digunakan untuk menambah bahan-bahan kue

dan membayar kredit tikar.

“…sekarang sudah pinjaman yang ke dua..sembilan ratus ribu

rupiah..untuk modal kue trus ma modal kredit tikar,..saya waktu itu..”

Bukan hanya ibu Dinawati yang mengajukan pinjaman sudah lebih

dari satu kali, ibu Watini penjual bermacam-macam usaha seperti, baju-

baju, makanan dan kredit alat-alat elektronik sudah meminjam yang kedua

kali, awalnya ibu Watini mengajukan pinjaman Rp.1000.000., dan PMM

memberikan sesuai yang diajukan permohonan beliau setelah pinjaman

tersebut selesai ibu Watini mengajukan kembali pinjaman kedua sebesar

Rp. 2000.000., tetapi sesuai analisa PMM hanya mengabulkannya

sejumlah Rp.1.500.000.,

“…giliran..ke dua..dapat satu juta lima ratus ribu rupiah..ngajuin

si..dua juta..dapatnya satu juta..untuk..belanja elektro..”105

Anggota Pinjaman Mikro Masjid lainnya ibu Komariah penjual

sayuran sudah meminjam yang ke tiga kali. Ibu komariah mengajukan

pinjaman sebesar Rp. 1000.000., PMM hanya memberikan sebesar

Rp.850.000.,

104 Wawancara Pribadi dengan Dinawati, Jakarta 31 Oktober 2009. 105 Wawancara pribadi dengan Watini, Jakarta 21 Agustus 2009.

 

“..tadinya mau pinjem sejuta..saya. Tapi..yang belakangan ini

dapatnya delapan ratus lima puluh ribu...ya..buat modal tambahan

dagang..”106

Bapak Mijan adalah salah satu anggota peminjam yang akan

mengajukan pinjaman yang ke tiga kalinya, beliau akan meminjam sebesar

Rp.3000.000., untuk pembelian modal seperti, bangku yang sudah rusak

dan sumpit yang sudah hilang-hilangan. Berikut paparannya:

“…nah..ini..kita ngajuin pinjaman lagi, kita ngajuin tiga

juta..karena bangku kita juga udah pada rusak, sumpitnya juga udah pada

tinggal dikit..ya..untuk beli peralatan..”107

Menurut istilah Edi Suharto pengembangan ekonomi masyarakat

adalah suatu usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dalam bidang ekonomi.108 Melalui program Pinjaman

Mikro Masjid pedagang kecil yang mendapatkan pengembangan ekonomi

lewat pinjaman modal usaha. Karena dengan pengembangan ekonomi

yang dilakukan Pinjaman Mikro Masjid para pedagang kecil tersebut dapat

meningkatkan kualitas kehidupannya.

Data para anggota PMM mendapat pinjaman dari program

Pinjaman Mikro Masjid sangat bervariasi dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 9

106 Wawancara pribadi dengan Komariah, Jakarta 21 Agustus 2009. 107 Wawancara pribadi dengan Mijan. 108 Edi Suharto, Metode Pengembangan Masyarakat: Jurnal Community Development.

(Jakarta; Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam,2004)vol.1,h.3.

 

Data Besar Pinjaman yang diperoleh dari Program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM)

Nama

Anggota

Modal Awal

Usaha

Besar

Pinjaman I

Besar

Pinjaman II

Besar

Pinjaman III

Komariah Rp. 500.000 Rp. 600.000 Rp. 1.000.000

Jumadi Rp. 4.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 RP. 1.500.000

Watini Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 1.500.000

Mijan Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000

Dinawati Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 900.000

Ubay

Badriah

Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000

Sumber: Arsip Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM), tahun 2008dan 2009

Program Pinjaman Mikro Masjid memberikan pemberdayaan

ekonomi dengan cara memberikan modal, anggota PMM dapat merasakan

dampak dari program pinjaman tersebut. Seperti bapak Mijan yang

memiliki modal awal untuk usahanya sebesar Rp. 2.000.000 (modal pada

tahun 1980 an) dan masih berdagang keliling, sedangkan untuk

penghasilan yang diperoleh sekitar Rp.5.000.000 perbulan.

Setelah ia meminjam di PMM dia tidak lagi berkeliling, melainkan

membuka usaha di teras depan rumahnya. Pinjaman tersebut dipergunkan

untuk membeli frezzer yang dipergunakan untuk menyimpan bakso agar

tidak cepat basi (awet). Pinjaman kedua dipergunakan untuk membeli

 

keperluan lainnya seperti bangku, sumpit, saos, kecap, mie pangsit dan

lainnya. Berikut pernyataanya:

“…perkembangan usaha…ya..Alhamdullilah sih..setelah kita

dapetin tambahan modal gitu ya…ya..nambah juga pemasukkan. Karena

kita kan dulu minjem untuk…ada pembelian frezzer..kan itu kita bisa taro

bakso banyak..jadina kita Alhamdullilahnya…”109

Dengan demikian setelah meminjam di PMM modal usahanya

bertambah sebesar Rp. 3.000.000 dan penghasilannya setelah meminjam

di PMM menjadi sekitar Rp. 5.500.000. Maka dampak yang dirasakan

oleh bapak Mijan dengan adanya program Pinjaman Mikro Masjid (PMM)

sangat membantu dan meningkatkan penghasilan yang diperoleh.

Anggota lain seperti ibu Komariah awal usaha mempunyai modal

sekitar Rp. 500.000 dan penghasilan yang diperoleh sebesar Rp. 750.000.

Kemudian ibu Komariah mengajukan pinjaman ke Program PMM dan

jumlah keseluruhan modalnya sebesar Rp. 2.100.000, penghasilan yang

didapatkan setelah meminjam sekitar Rp.1.200.000. Dengan demikian

dampak yang dirasakan dengan adanya program PMM, ada peningkatan

sebesar Rp.450.000.

“….ya..ada..lebih-lebihnya dikit-dikit...110”

Ibu Watini salah anggota Pinjaman Mikro Masjid yang berdagang

makanan, elektonik dan pakaian. Awal modal ia usaha sebesar Rp.

1.000.000 dengan penghasilan yang diperoleh sebesar Rp. 1.500.000

setelah ia mendpat pinjaman di PMM modal usahanya bertambah menjadi

109 Wawancara Pribadi dengan Mijan 110 Wawancara pribadi dengan Komariah.

 

Rp. 5.500.000 dan setelah mendapat pinjaman penghasilan yang diperoleh

menjadi sebesar Rp. 3.000.000 jadi ada peningkatan dalam usahanya

sebesar Rp. 1.500.000

Bapak Jumadi pedagang bakso yang mempunyai modal awal

sebesar Rp. 4.000.000 modal tersebut dipergunakan untuk membeli

keseluruhan usaha, seperti gerobak dan bahan baku lainnya. Dari modal

tersebut bapak Jumadi memperoleh penghasilan sebesar Rp. 3.000.000.

Kemudian bapak Jumadi meminjam di PMM sebanyak tiga kali. Pinjaman

tersebut digunakan untuk membeli tambahan gerobak, frezzer untuk

menyimpan bakso dan bahan baku lainnya, jadi modal bapak Jumadi

bertambah menjadi Rp. 8.000.000 dengan penghasilan yang diperoleh

sebesar Rp. 4.000.000.

Ibu Dinawati berdagang kue basah dengan modal awal sebesar Rp.

700.000 dengan penghasilan sebesar Rp. 1.000.000 kemudian ibu

Dinawati meminjam di PMM untuk menambah modal usaha sebanyak dua

kali, jadi jumlah modal ibu Dinawati setelah meminjam sebesar Rp.

2.100.000. Modal tersebut untuk menambah modal kue dan usaha lain,

yaitu usaha tikar. Maka penghasilan yang diperolehnya sebesar

Rp.1.500.000.

Ibu Ubay Badriah berdagang perlengkapan ibadah dan minyak

wangi dengan modal awal usaha sebesar Rp. 500.000 dan memperoleh

penghasilan sebesar Rp. 1.000.000. Lalu setelah meminjam di program

 

PMM modal pun bertambah menjadi Rp. 4.500.000 dengan penghasilan

sebesar Rp. 1.500.000.

Setelah diamati dan hasil wawancara memang dampak yang

dengan adanya PMM tersebut sangat membantu para pedagang kecil di

Rawa Papan akan. Walaupun kenaikan yang dialami para pedagang kecil

tersebut baru sekita kisaran antara Rp. 450.000- Rp.500.000 ada juga yang

mengalami kenaikannya sekitar Rp. 1.000.000- Rp. 1.500.000 yang bisa

dikatakan sudah mengalami kenaikan yang lumayan. Jadi, para pedagang

kecil yang berada di Rawa Papan tersebut belum mengalami kenaikan

yang terlalu akan tetapi penghasilan yang diperoleh memang mengalami

peningkatan.

Untuk mengetahui dampak penghasilan para anggota Program

Pinjaman Mikro Masjid (PMM), maka peneliti membuat tabel dibawah

ini:

Tabel 10

Data Dampak Penghasilan para anggota PMM di Rawa Papan

Nama

Anggota

PMM

Awal modal

usaha

Besar

Tambahan

Modal

Penghasilan

Sebelum

Mendapat

Pinjaman

Penghasilan

Sesudah

Mendapat

Pinjaman

Besar

Peningkatan

Penghasilan

Komariah Rp.

500.000

Rp.

2.100.000

Rp.

750.000

Rp.

1.200.000

Rp.

450.000

Jumadi Rp.

4.000.000

Rp.

8.000.000

Rp.

3.000.0000

Rp.

3.500.000

Rp.

500.000

Watini Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.

 

1.000.000 5.500.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000

Mijan Rp.

2.000.000

Rp.

3.000.000

Rp.

5.000.000

Rp.

5.500.000

Rp.

500.000

Dinawati Rp.

700.000

Rp.

2.100.000

Rp.

1.000.000

Rp.

1.500.000

Rp.

500.000

Ubay

Badriah

Rp.

500.000

Rp.

4.500.000

Rp.

1.000.000

Rp.

1.500.000

Rp.

500.000

Sumber: Data Wawancara dengan Subyek Penelitian

Pemberdayaan ekonomi juga termasuk pemberdayaan masyarakat

karena dengan adanya pemberdayaan ekonomi dapat memberikan peluang

keterampilan untuk meningkatkan kapasitas kearah ekonomi yang lebih

baik lagi dan sejahtera. Dengan demikian program Pinjaman Mikro Masjid

memberikan peluang untuk mengembangkan usahanya demi

meningkatkan kapasitas daerah yang lebih baik dan sejahtera.

Pedagang kecil setelah menerima pinjaman usaha mereka menjadi

berkembang, dikarenakan modalnya menjadi bertambah maka dampak

dari pinjaman tersebut adalah meningkatnya pendapatan dan kapasitas

ekonomi bisa menjadi lebih baik menuju sejahtera. Berikut keterangan

anggota PMM yang sudah mengalami dampak peningkatan pendapatan:

“..ya..udah cukup Alhamdullilah, ya ga susah-susah kaya dulu-

dulu...111”

Menurut Lili Bariadi pemberdayaan ekonomi pada hakikatnya

merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi

menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per

111 Wawancara pribadi dengan Dinawati.

 

capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan

mempersiapkan kondisi ekonomi di masa mendatang.112

Dengan adanya pemberdayaan ekonomi lewat program PMM para

pedagang kecil dapat meningkatkan income per capita sehingga dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari juga dirasakan pada anggota PMM yang

lainnya.

“....ya.udah..Alhamdullilah..anak-anak bisa sekolah...kebutuhan

sehari-hari..dapat tercukupi..”113

Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) sangat membantu sekali

untuk pedagang kecil, karena dengan bertambahnya modal maka pedagang

kecil tersebut bisa mengembangkan usahanya dan memiliki peningkatan

pendapatan sehingga dapat memenuhi kehidupan sehari-hari dan bisa

mencapai ketaraf kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

Dengan demikian program PMM dalam memberdayakan

pedagang kecil mengalami kemajuan dalam usahanya karena dilihat dari

dampak peningkatan penhasilan yang dialami mereka. Walaupun

peningkatannya belum terlalu signifikan. Akan tetapi bisa dikatakan tujuan

dibentuknya Program Pinjaman Mikro Masjid sudah tercapai.

112 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre for Entepreneuship

Development), h. 58. 113 Wawancara pribadi dengan Jumadi.

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara

pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen, dan observasi ke

Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Mengenai pelaksanaan pemberdayaan ekonomi

pedagang kecil melalui Pinjaman Mikro Masjid (PMM) di Rawa Papan

RW.06 Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan serta dampak program Pinjaman

Mikro Masjid (PMM) terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil. Jadi

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pemberdayaan ekonomi pedagang kecil yang dilakukan

oleh program Pinjaman Mikro Masjid (PMM) dilakukan dengan

beberapa tahapan seperti tahapan persiapan, tahapan assesment, tahapan

implementasi (pelaksana), tahapan evaluasi, tahapan monitoring dan

tahapan terminasi.

Idealnya tahapan pemberdayaan seharusnya memakai tahapan

perencanaan alternatif program dan tahapan performulasian program.

Akan tetapi Pinjaman Mikro Masjid tidak melakukan tahapan-tahapan

tersebut dikarenakan Pinjaman Mikro Masjid saat disosialisasikan

kepada masyarakat, dalam hal ini adalah pedagang kecil sudah berupa

program. Serta masyarakat (pedagang kecil) dalam pembuatan Program

Pinjaman Mikro Masjid tidak diikut sertakan dalam pembuatannya.

 

2. Dampak dari Program Pinjaman Mikro Masjid terhadap pedagang kecil

di Rawa Papan memang sangat positif bagi para pedagang kecil yang

memang membutuhkan suntikan modal untuk usaha mikro mereka.

Karena dengan adanya program Pinjaman Mikro Masjid para pedagang

kecil bisa mengembangkan usahanya, jika usahanya maju kebutuhan

sehari-hari dapat tercukupi dan bisa menyekolahkan anak-anak mereka

minimal sampai SMU ataupun sampai perguruan tinggi. Untuk itu bisa

dikatakan program Pinjaman Mikro Masjid sudah mencapai tujuan

dalam meningkatkan penghasilan demi tercapainya kehidupan yang

lebih baik dan sejahtera.

B. Saran

Adapun saran untuk program Pinjaman Mikro masjid (PMM) adalah

sebagai berikut:

1. Program Pinjaman Mikro Masjid harus menambah Sumber Daya Manusia,

agar dapat melakukan proses pendampingan ke anggota PMM lebih rutin

lagi, minimal pendampingan dilakukan seminggu sekali dan menyeluruh

ke anggota Pinjaman Mikro Masjid lainnya.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi harus lebih rutin kembali, karena

dengan memonitor dan mengevaluasi anggota PMM dapat mengetahui

apakah usahanya berkembang dengan pinjaman modal dari PMM, dan

mengetahui apa yang dibutuhkan dari para anggota PMM.

 

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Adi, Isbandi, Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas (Pengantar pada pemikiran dan Pendekatan Praktis).

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Ayub,E, Moh. dkk. Manajemen Masjid Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Bachtiar,Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1997.

Bobo, Julius, Transformasi Ekonomi Rakyat. Jakarta: Cidesindo, 2003.

Bariadi, Lili,. dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: Centre for Entrepreneurship

Development ,2004.

Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka,1991.

Ismail, Usman, Asep. Pengamalaan Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhua’afa.

Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008.

Killun, Yusron. Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat

Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit. Jakarta: Universitas Islam

Negeri, 2006.

Kusnadi. Pendidikan Keaksaraan: Filsofi, strategi, implementasi. Jakarta:

DEPDIKNAS, 2005.

Machendrawaty, Nanih dan Safei, Ahmad, Agus. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Moeleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006.

Rukmana, Nana. Masjid dan Dakwah Merencanakan, Membangun, dan ,

Mengelola Masjid. AL- Mawardi Prima, 2002.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT

Refika Aditama, 2005.

 

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006.

SevilliaG, Consule. Dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI- Press, 1993.

Soetomo. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006.

Sumadingrat, Gunawan. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman

Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Ujamas,Nurhayati dan A.Latif, M.Nur. Pengembangan SDM Bagi Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta:Depag RI, 1997.

Wiratmo, Masykur. Pengantar ekonomi makro. Jakarta: Gunadarrma, 1994.

Yasyin Drs, Sulchan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah,

1997.

MAKALAH ATAU JURNAL:

Suharto, Edi. Metode Pengembangan Masyarakat: Jurnal Community

Development. Jakarta: Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam, 2004

Viviyulaswati. PNPM mandiri Sebagai Salah Satu Kebijakan Penanggulangan

Kemiskinan. Seminar dan Workshop Comdev Talk Universitas Indonesia,

28 November 2008.

WEBSITE:

Artikel diakses pada 2 Juli 2009 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Swadaya_Masyarakat

Artikel diakses pada 2 Juli 2009 dari

http://www.pkesinteraktif.com/content/view/1793/199/lang,id/

Artikel diakses pada 23 Juli 2009 dari

http://kiosbisnisku.blogspot.com

Artikel diakses pada 23 Juli 2009 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_Kaki_Lima

 

LAPORAN- LAPORAN:

Jumlah Peminjam Mikro Masjid (PMM) Berdasarkan sektor usaha Tahun 2008.

Jumlah Peminjam Mikro Masjid (PMM) Berdasarkan Wilayah Tahun 2008.

laporan donatur Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Tahun 2008.

laporan Data Peminjam Pinjaman Mikro Masjid (PMM) Tahun 2008.

DAFTAR WAWANCARA:

Wendy Setiady, pelaksana harian Program Pinjaman Mikro Masjid (PMM),

Wawancara Pribadi. Jakarta, 19 Agustus 2009.

Mijan, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan, Wawancara

Pribadi. Jakarta, 20 Agustus 2009.

Jumadi, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan, Wawancara

Pribadi. Jakarta, 20 Agustus 2009.

Komariah, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan,

Wawancara Pribadi. Jakarta, 21 Agustus 2009.

Watini, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan, Wawancara

Pribadi. Jakarta, 21 Agustus 2009

Dinawati, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan, Wawancara

Pribadi. Jakarta, 31 Oktober 2009

Ubay Badriah, salah satu anggota Pinjaman Mikro Masjid di Rawa Papan,

Wawancara Pribadi. Jakarta, 7 November 2009.