112
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KETERAMPILAN MENJAHIT OLEH KOPERASI WANITA WIRA USAHA BINA SEJAHTERA DI BULAK TIMUR-DEPOK Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: Minarti 106054002047 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM

KETERAMPILAN MENJAHIT OLEH KOPERASI WANITA

WIRA USAHA BINA SEJAHTERA

DI BULAK TIMUR-DEPOK

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Minarti

106054002047

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …
Page 3: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: “Pemberdayaan Perempuan melalui Program

keterampilan Menjahi toleh Koperasi Wanita Wirausaha Bina Sejahtera di

Bulak Timur-Depok”. Telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa tanggal 27

Februari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam.

Jakarta, 27 Februari2014

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jumroni, M.Si M. Hudri, M. Ag

NIP: 19630515 19920031 006 NIP: 19720606 199803 1 003

Anggota

Penguji I Penguji II

Yusra Kilun, M.Pd Nurul Hidayati, S. Ag,

NIP. 19570605 199103 1 004 NIP. 19690322 199603 2 001

Pembimbing

Dr. AsepUsman Ismail, MA NIP: 19600720 199103 1 001

Page 4: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang sayagunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syrif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 Februari 2014

Minarti

Page 5: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

i

ABSTRAK

Minarti

Pemberdayaan Perempuan melalui Program Keterampilan Menjahit oleh

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur, Depok.

Kemampuan ekonomi yang rendah seringkali menyebabkan orang tua

harus memilih untuk memprioritaskan pendidikan laki-laki daripada perempuan.

Akhirnya, perempuan seringkali berada pada pekerjaan domestik dengan upah

yang minim. Selain itu, juga karena dorongan persepsi yang masih kuat di

masyarakat bahwa wanita tidak usah terlalu tinggi tingkat pendidikannya karena

akhirnya hanya akan masuk dapur saja. Dalam akses pelayanan pinjaman modal

atau bahkan bantuan dari pemerintah pun sering kali mengatasnamakan laki-laki.

Hal ini tentunya menyulitkan perempuan untuk meraih akses tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

program yang dilaksanakan oleh KopWan dalam pemberdayaan perempuan

melalui program keterampilan menjahit dan apa saja faktor pendukung dan faktor

penghambatnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Koperasi

Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera) Bulak timur-Depok.

Dalam pelatihan keterampilan menjahit ini bukan hanya pengetahuan

tentang menjahit saja yang mereka dapatkan, akan tetapi juga dapat mempererat

ukhuah Islamiyah dari segi silaturahmi. Instruktur pelatihan keterampilan

menjahit ini pun sangat berpengalaman bahkan sudah mempunyai usaha konveksi

sendiri dan juga toko pakaian dari hasil konveksi milik Ibu Haninah (Instruktur)

tersebut, sehingga dia membantu para peserta pelatihan menjahit dalam

memberikan pengetahuannya tentang keterampilan menjahit. Peserta pelatihan

keterampilan menjahit ini memang tidak terlalu banyak yaitu hanya 10 orang saja,

karena pelatihan keterampilan menjahit ini hanya di komunitas Ibu-ibu pengajian

saja yang mengikuti program pelatihan keterampilan menjahit ini. Pelatihan

dilaksanakan selama 3 bulan, tiap minggunya hanya 3 hari dalam satu minggu

yaitu hari senin dan kamis dan sabtu. Pelatihan ini dilaksanakan hanya 2jam mulai

dari jam 09.00 - 11.00 WIB. Dari hasil pelatihan keterampilan menjahit

diharapkan mereka mampu bersaing dengan para pekerja lain dalam dunia kerja.

Tanpa menutup kemungkinan mereka akan membuka usaha rumahan dan

merekrut orang lain untuk membantu pekerjaan mereka.

Page 6: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Kepada-Nya kita

memuji, memohon pertolongan, dan bertaubat hanya kepada-Nya saja. Kita

berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada qudwah hasanah kita,

baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, para

sahabatnya, dan kepada seluruh umatnya yang tulus ikhlas mengikuti sunnah-

sunnah dan langkah perjuangannya, Amiin.

Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-

bahan, dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan disertai dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan itu dapat penulis hadapi.

Selanjutnya penulis menyadari, skripsi ini terwujud atas bantuan berbagai

pihak. Maka pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang mendalam kepada:

1. Ibunda “Sapinah” dan Ayahanda “Naimin” yang begitu tulus mencintai dan

tidak henti-hentinya mendo’akan selama ini selama ini. Semoga Allah SWT

selalu mencurahkan karunia nikmat dan kemuliaan sebagai balasan atas cinta

kasih dan pengorbanan yang telah diberikan secara tulus dan ikhlas kepada

penulis.

Page 7: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

iii

2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Asep Usman Ismail, M. Ag. sebagai dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan banyak waktunya dan dengan sabar memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

4. Ibu Wati Nilamsari, M. Si. sebagai Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak M. Hudri M. A. sebagai Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam yang telah memberikan kemudahan administrasi.

6. Bapak dan Ibu Dosen FakultasDakwah dan Komunikasi yang telah

menyampaikan Ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis, serta

masukan dan motivasinya selama perkuliahan.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, serta Perpustakaan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, terima kasih atas bantuan dalam memberikan kemudahan

bagi penulis dalam peminjaman buku.

8. Ketua Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera Ibu Marnih dan para

pengurusnya,yang telah bersedia memberikan semua pengetahuan dan

informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.

Page 8: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

iv

9. Untuk keluarga besar jurusan PMI, teman-teman seperjuanganku selama

diperkuliahan. Khususnya untuk para sahabat-sahabatku, Fitri Rahmawaty,

Nurdiana Ratnasari, Siti Wahyuni. Terima kasih atas Support dan do’a yang

diberikan sehingga penulis bisa terus semangat walaupun dalam jatuh dan

bangunnya penulis dalam penyusunan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berdo’a semoga mereka

mendapatkan balasan yang mulia.

Akhir kata, karena keterbatasan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman,

maka tentu saja banyak hal khilaf dan salah didalam skripsi ini. Maka, koreksi

dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepan.

Selanjutnya penulis ucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat, Amiin.

Ciputat, 27 Februari 2014

Minarti

Page 9: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Metodologi Penelitian ................................................................ 7

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 14

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 15

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pemberdayaan ............................................................................. 17

1. Pengertian Pemberdayaan ...................................................... 17

2. Tujuan Pemberdayaan ........................................................... 22

3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat ..................................... 23

4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 26

5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ....................................... 29

B. Perempuan ................................................................................. 33

1. Pengertian Perempuan ............................................................ 33

2. Kodrat Seorang Perempuan .................................................... 34

3. Pemberdayaan Perempuan ..................................................... 34

C. Keterampilan Menjahit ................................................................ 37

1. Pengertian Keterampilan ........................................................ 37

2. Macam-macam Ketrampilan .................................................. 38

Page 10: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

vi

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI WANITA WIRA USAHA

BINA SEJAHTERA

A. Profile KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera .............................. 41

B. Visi dan Misi .......................................................................... 43

C. Tujuan Berdirinya Koperasi ................................................... 43

D. Landasan Berdirinya Koperasi ............................................... 44

E. Pelayanan Program KopWan Wirausaha Bina Sejahtera………. 45

F. Gambaran Umum Wilayah Depok .............................................. 46

BAB IV ANALISIS ANALISIS TENTANG HASIL PENELITIAN DI

KOPERASI WANITA WIRA USAHA BINA SEJAHTERA

A. Pelaksanaan Program keterampilan menjahit ............................. 60

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Program keterampilan

Menjahit .................................................................................... 72

1. Faktor Pendukung ................................................................ 72

2. Faktor Penghambat .............................................................. 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 76

B. Saran ........................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80

LAMPIRAN………………………………………………………………… 84

Page 11: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di indonesia merupakan amanat sebagaimana ditetapkan dalam

UUD 1945, di mana tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pembangunan sebagaimana digariskan dalam GBHN, merupakan cara untuk

mencapai tujuan tersebut. Pembangunan mencakup upaya pembangunan aspek

fisik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan dan dapat pula

pembangunan ideologi.

Proses pembangunan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh dua dimensi

yaitu: yang pertama dimensi makro yang menggambarkan bagaimana institusi

negara melalui kebijakan dan peraturan yang dibuatnya mempengaruhi proses

perubahan suatu masyarakat. Sedangkan dimensi yang kedua adalah dimensi

mikro yaitu indvidu dan kelompok masyarakat mempengaruhi proses

pembangunan itu sendiri1.

Menurut Syaiful Arif, kemiskinan dapat digolongkan menjadi dua kategori

yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural

dipahami sebagai akibat struktural bisa terjadi karena adanya struktur dan

1Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga Penerbit

FEUI, 2003), Cet 1, h. 1.

1

Page 12: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

2

kebijakan pemeritah yang timpang, sebagai akiabat dari terjadinya ketidakadilan

dalam kehidupan masyarakat 2.

Definisi lainnya yang senada diberikan F. Magnis suseno. S.J. yaitu

kemiskinan dalam arti, bahwa orang tidak menguasai sarana-sarana fisik

secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai

tingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi 3.

Gender adalah berbagai atribut dan tingkah laku yang dilekatkan pada

perempuan dan laki-laki dan dibentuk oleh budaya. Dari sini muncul gagasan

tentang apa yang dipandang pantas dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.

Sebagai contoh, masih menjadi kontroversi bila seorang perempuan duduk

sebagai pemegang tampuk kepemimpinan, sedangkan jika posisi itu dipegang

oleh laki-laki tidaklah demikian 4.

Secara ideal, perempuan menginginkan keadilan dan persamaan peran pada

segala dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang politik, ekonomi, dan

sosial. Harapan itu sepertinya hanya sebatas mimpi yang sulit diwujudkan.

Misalnya pada dimensi sosial, perempuan seringkali tersubordinasi oleh realitas

yang meminggirkan perannya di wilayah publik. Ketidaksetaraan muncul

dipermukaan masyarakat tatkala perempuan menikah dan harus mengerjakan

pekerjaan domestik, serta mengabaikan peran publik

2 Syaiful Arif,Menolak Pembangunanisme, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000), Cet.1, h.

289. 3Magnis suseno. S.J. Keadialan dan Analisa Sosial : Segi-Segi Etis, Dalam J.B. Bana

Wiratman, S. J. (ed), Kemiskinan dan Pembebasan, Kannisiius, (Yogyakarta: Kannisiius, 1987),

Cet.1, h. 37. 4Edriana Noerdin dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, (Jakarta: Women Research

Institute, 2006), Cet ke-1, h. 1.

Page 13: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

3

Bahkan, pada kasus pernikahan dini, perempuan tidak memiliki kecakapan

hidup (life skill) yang memadai untuk berperan aktif pada tataran relasi sosial.

Banyaknya perempuan berpendidikan rendah menambah problem pengangguran

kerja karena potensinya tenggelam oleh keterbatasan yang memasung

kreativitasnya 5.

Menurut data-data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan ada berbagai

alasan kenapa anak perempuan tidak menamatkan sekolahnya atau tidak

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu alasan tersebut

adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih kuatnya budaya kawin muda bagi

perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Anggapan yang berlaku adalah

bahwa setinggi-tingginya perempuan sekolah, akhirnya juga tidak akan bekerja

karena perempuan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangga.

Hal yang paling dominan adalah hambatan ekonomi, yaitu keterbatasan biaya

untuk sekolah sehingga keluarga miskin terpaksa menyekolahkan anak laki-laki

ketimbang anak perempuan6.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan merupakan upaya

mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan

ekonomi mikro dan kecil lokal yang ada dalam masyarakat agar komunitas

ekonomi mikro tersebut mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan

kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu upaya

pengembangan ekonomi masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu (dhu‟afa)

5 Najlah Naqiyah, Otonomi Perempuan, (Malang: Bayumedia Publising, 2005), h.1

6Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, (Jakarta: Women Research

Institute, 2006 ), Cet ke-1, h. 18.

Page 14: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

4

untuk melepaskan diri dari perangkap-perangkap kemiskinan dan keterbelakangan

yang menghinggapinya.

Agar proses perubahan dan pengembangan berjalan lancar menuju era

sejahtera dan demokrasi, maka dilakukan pembentukan suatu wadah yang mandiri

dan fleksibel, guna mengantisipasi semua problem sosial yang ada dimasyarakat.

KopWan (Koperasi Wanita) memiliki peran penting dalam pemberdayaan

perempuan antara lain memberikan pelatihan, konsultasi usaha, peningkatan

keterampilan baik dalam hal teknis usaha seperti organisasi, manajemen,

administrasi/akuntasi usaha, maupun peningkatan kualitas produk, akses kepada

sumber-sumber produktif, peningkatan kesadaran perempuan atas hak-haknya

dilingkungan kerja maupun keluarga, sosial, hukum, maupun politik.

Setiap orang secara naluri berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, bentuk

usaha tersebut adalah dengan bekerja di suatu tempat baik sektor-sektor swasta

maupun sektor negri, jerih payah itu di hargai dengan uang yang sering kali

disebut dengan pendapatan, pendapatan pribadi (Personal Income) menunjukan

semua jenis pendapatan, baik diperoleh karena fungsi produksi maupun tanpa

memberikan suatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu Negara 7.

Perempuan perlu diberikan suatu pelatihan, pendidikan, bahkan suatu

pemberdayaan, agar mereka memiliki kemampuan untuk hidup layak dan bisa

membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat keadaan

seperti itu, maka Kelurahan Cipayung melakukan pemberdayaan masyarakat

melalui program keterampilan menjahit oleh KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera,

7Paul A, Samuelson dan William D, Nordhaus, Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta:

Erlangga, 1991), h. 151.

Page 15: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

5

dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Tujuannya agar

perempuan di sana memiliki suatu kemampuan / keahlian.

Adapun pemberdayaan yang dilakukan oleh Kopwan Wira Usaha Bina

Sejahtera yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan, mulai dari menjahit,

dan keterampilan membuat tas dari payet-payet. Dengan adanya program tersebut

diharapkan agar masyarakat khususnya komunitas ibu-ibu PKK RW 09 dapat

meningkatkan kemampuannya dengan cara mengembangkan potensinya serta

dapat membantu perekonomiannya.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan maka penulis menyimpulkan bahwa

agar wanita tidak lagi dianggap sebagai kaum yang lemah, maka penulis tertarik

untuk memberi judul skripsi ini yaitu “Pemberdayaan Perempuan melalui

Program keterampilan Menjahit oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera di Bulak Timur-Depok”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini terarah, penulis membatasi pada Pemberdayaan

Perempuan melalui Program Ketermpilan Menjahit oleh Koperasi Wanita Wira

Usaha Bina Sejahtera.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalahnya:

a. Bagaimana pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi

Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak Timur – Depok

Page 16: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

6

b. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pada Program Keterampilan

Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak

Timur – Depok

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Keterampilan

Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera di Bulak

Timur – Depok.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung pada

Program Keterampilan Menjahit Oleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

di Bulak Timur – Depok.

2. Manfaat Penelitian

Sesuai penelitian di atas, maka manfaat dari peneitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis.

1) Sebagai bahan referensi tentang pengembangan masyarakat dan mutu

pembelajaran di Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah.

2) Untuk memenuhi syarat-syarat menyelesaikan gelar Sarjana Ilmu

Sosial Islam (S.Sos.I) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulllah Jakarta.

Page 17: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

7

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Pengurus masjid

Baiturahiim sebagai penghubung antara pengurus masjid dengan

peserta (ibu-ibu pengajjian) agar Istiqamah karena keberadaannya

program kterampilan menjahit ini dapat membantu perekonomian

peserta dan juga sekaligus membantu pemerintah dalam mengurangi

tingkat penganguran dan kriminalitas.

2) Penelitian ini diharapkan menjadibahan rekomendasi bagi pekerja

sosial atau lembaga sosial atau komunitas sosial yang memiliki

kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan dalam hal ini adalah

ibu-ibu dalam melaksanakan program-program penanganan

pemberdayaan perempuan dalam hal ekonomi.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitiaan adalah alat uji dan analisa yang digunakan untuk

mendapatkan hasil yang valid, realibel, dan objektif8.

1. Pendekatan Penelitian.

Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut

Taylor penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang di amati.9

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

8Ipah Fatimah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, {Jakarta: UIN Syarief

Hidayatullah,2000},h. 34. 9Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), cet.

Ke 1

Page 18: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

8

mengeksplorasi dan mengklasifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial,dengan

jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit

yang diteliti10

.

Penelitian kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis

pelaksanaan-pelaksanaan pemberdayaan perempuan dalam program Kopwan

Wira Usaha Bina Sejahtera melalui keterampilan menjahit. Dalam penelitian ini

peneliti berupaya menggambarkan secara komprehensif melalui pengumpulan

data dengan melakukan wawancara mendalam dan pengamatan, tentang

pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui Kopwan Wira Usaha Bina

sejahtera. Pelaksanaan program tersebut dianalisis dengan cara menyesuaikan dan

membandingkan konsep-konsep atau teori-teori keilmuan tentang pemberdayaan.

Dalam penelitian ini dijelaskan lebih dalam tentang pelaksanaan program

pemberdayaan perempuan melalui Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera. Sehingga

penelitian ini mendeskripsikan mengenai pelaksanaan program pemberdayaan

perempuan melalui Program Keterampilan oleh Kopwan Wira Usaha Bina

Sejahtera.

2. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian ini di Jl.Bulak timur No.105 Depok.

Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 10 November 2012 s.d 30

Januari 2013. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena tempat tersebut

mudah di akses oleh peneliti dan tempatnya pun strategis. Hal tersebut yang

membuat penulis melakukan penelitian dilokasi tersebut.

10

Prof. Dr. H. Syamsir, MS dan Jaenal Aripin, M. Ag, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), h.13

Page 19: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

9

3. Tehnik Pemilihan Subjek dan Objek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif tekhnik pemilihan subjek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah “sample bertujuan (purpossive

sample), penarikan sample secara purposife menekankan pada pertimbangan

karakteristik tertentu dari subjek penelitiannya”11

. Dimana karakeristik tersebut

dilihat dari tiga (3) karakteristik yaitu, ibu-ibu yang masih aktif dalam program

ini, mewakili setiap tingkat mewakili setiap tingkat keahlian {dasar, terampil dan

mahir}dan latar belakang yang sama yaitu ibu-ibu yang ingin maju. Objek dalam

penelitian ini adalah peserta [Ibu-ibu] yang ikut dalam program tersebut, dan

karakteristik penelitian kualitatif tekhnik pemilihan informan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sample bertujuan (purpossive sample)12

.

Dalam mencari data peneliti mewawancarai ketua pemberdayaan yaitu 1.

Ibu Marnih, dan 2. Pelatih Keterampilan yaitu ibu Haninah dan ibu Dawiyah dan

tiga orang ibu-ibu yang mendapatkan pemberdayaan yaitu ibu rita, ibu ety dan ibu

ida.

Adapun objek penelitian ini adalah penilaian responden terhadap program

keterampilan menjahit yang di laksanoleh Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera di Bulak Timur-Depok.

4. Tehnik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan dan validitas data dalam rangkaian penelitian,

tentunya diperlukan tekhnik pemeriksaan data guna menjaga keabsahan data dan

11

Lexy. J., Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2009), edisi revisi Cet. Ke-26, h. 241.

12Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2009),

edisi revisi Cet. Ke-26, h. 241.

Page 20: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

10

validitas data. Dalam hal ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut13

:

a. Kriteria kredibilitas atau kepercayaan

Fungsi kriteria ini adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa

tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kemudian

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan

jalan pembuktikan oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang

diteliti. Ada dua tehnik pemeriksaan yang diantaranya:

1) Ketekunan Pengamatan

Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang relevan dengan persoalan dalam penelitian dan kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (triangulasi).

Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada subjek

penelitian, yaitu Ketua koperasi, tim pengajar, peserta KopWan diteliti

dan rinci secara berkesinambungan, sehingga data yang dapat benar-

benar valid, objektif, dan saling mendukung, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi).

2. Triangulasi

yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara subjek

13

Ibid, hal. 124.

Page 21: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

11

penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang

program keterampilan menjahit di KopWan.

b) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti

membandingkan jawaban yang diberikan oleh ketua Kopwan

dengan jawaban wawancara dengan peserta.

c) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara tersebut untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut.

3. Kriteria Kepastian

Mengutip pendapat Scriven, yang mengatakan bahwa masih banyak

ada unsur “kualitas” yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini

dapat digali, dari pengertian bahwa sesuatu itu objektif, berarti dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sini peneliti dapat

membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Kepercayaan ini

didasarkan pada hasil data-data yang dapat diperoleh dari hasil

rekaman wawancara terhadap subjek penelitian14

.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini penuis

menggunakan metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif, dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

14

Ibid

Page 22: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

12

a. Observasi

Observasi adalah suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan yang

sistematis yang ditujukan pada sesuatu atau beberapa fase masalah

didalam rangka penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data

yang diperlukan dn untuk pemecahan persoalan yang dihadapi15

.

Observasi (pengamatan) yakni menetapkan kejadian, gerak, atau proses

peneliti terlibat langsung bersama dengan yang diteliti. Peneliti melihat

kegiatan proses pelaksanaan program Dalam observasi peneliti

melakukan pencataan apa yang bisa dilihat oleh mata, diraba oleh

tangan, didengar oleh telinga kemudian peneliti tuangkan dalam

penulisan dalam skripsi sesuai dengan data yang dibutuhkan.

b. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung

dari partisipan atau sasaran peneltian yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Alat yang digunakan untuk Wawancara

berupa alat tulis tape recorder, serta daya ingat peneliti. Adapun

responden yang akan diwawancarai antara lain, Ketua koperasi

KopWan, tim pelatih, peserta atau unsur yang berhubungan dengan

permasalahan yang ingin digali.

15

Sapari Imam Asyari, Pendekatan Penelitian Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 82.

Page 23: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

13

c. Dokumentasi

Studi Dokumentasi-catatan tertulis yang didapat dari lokasi penelitian16

.

Dalam studi dokumentasi ini peneliti dokumentasi yakni mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa buku panduan atau catatan

membuat dan memfoto copy biodata serta buku-buku yang didapatkan.

6. Tehnik Pencatatan Data

Pencatanan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang

berisikan hasil wawncara dan pengamatan. Pengamatan secara cermat terhadap

kegiatan pemberdayaan perempuan secara langsung di KopWan Wira Usaha Bina

Sejahtera.

Tekhnik wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan tentang

pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui program kopwan dalam hal ini,

penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti siapkan untuk

responden, lalu di jawab pertanyaan itu oleh responden dengan bebas dan terbuka.

7. Teknik Analisa Data

Pada saat menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan

catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti

menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut.

Analisa data melibatkan upaya mengidentipikasi ciri-ciri suatu objek dan

kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak

pada pelatihan keterampilan menjahit dalam pengembangan ekonomi keluarga di

di kelurahan Cipayung RW 09 Bulak Timur, Depok.

16

Suharsini Arikunto, Prosedurt Penelitian Jakarta, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), hal. 234.

Page 24: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

14

8. Sumber Data.

Dalam penelitian sumber data diambil dari data primer dan data sekunder

yaitu:

a. Data primer diperoleh secara langsung melalui proses penelitian secara

langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yakni data dari ibu-ibu

peserta keterampilan menjahit, ketua KopWan, tim pelatih.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan ataupun

dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga atau dokumen

yang diteliti taupun referensi dan buku-buku dari perpustakaan.

Teknik penulisan skripsi ini, mengacu kepada buku Hamid Nasuhi, dkk,

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Skripsi, Tesis, Disertasi), (CEQDA UIN

Jakarta, 2007), cet ke 1.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan

penulis jadikan bahan perbandingan. Pertama, Siti Nafisah, skripsi yang berjudul

“Pemberdayaan Perempuan di Teluk Naga-Tangerang Melalui Keterampilan

Pembuatan Tas (Study Kasus Koperasi Wanita Ibu Mandiri dan Pemberdayaan

Perempuan”, PMI-2009) skripsi ini berisikan pemberdayaan perempuan dengan

cara membuat kerajinan tangan berupa pembuatan tas. Yang kedua, M.Syaichu,

Skripsi yang berjudul Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Wira Usaha

Industri Perhiasan di Desa Taman Rahayu (FDK PMI 2006) skripsi ini berisikan

pada pemberdayaan perempuan dengan cara industri perhiasan.

Page 25: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

15

Skripsi yang mengangkat tema “Pemberdayaan Perempuan dan

Peningkatan Ekonomi Keluarga melalui Keterampilan Menjahit (Analisis

terhadap program Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera) Bulak Timur-

Depok” adalah kompilasi analisa dari berbagai literatur yang ada. Tentunya dari

buku-buku karya ilmiah yang mengangkat Yayasan / LSM yang melakukan

pemberdayaan perempuan. Skripsi yang penulis bahas adalah mengenai

pemberdayaan perempuan dengan cara keterampilan menjahit dengan

perbedaanya dengan literatur-literatur skripsi diatas adalah batasan sasaran peserta

dan waktu proses pemberdayaan pelatihan keterampilan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis

menyusun kedalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-sub tersendiri. Bab-

bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan dengan satu sama lainnya,

adapun susunannya adalah sebagai berikut:

Bab 1: Merupakan Pendahuluan yang mendeskripsikan tentang : Latar

Belakang Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab 11: Landasan Teoritis yang terdiri dari Pengertian Pemberdayaan,

Tujuan Pemberdayaan, Tahapan Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan,

Pemberrdayaan Perempuan, Pengertian, Tujuan, Ciri khas Pemberdayaan

Perempuan.

Page 26: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

16

Bab III: Bab ini memuat tentang gambaran umum tentang objek penelitian

yang terdiri dari Latar Belakang Berdirinya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera, Tujuan Berdirinya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera, Visi

dan Misi, Struktur Organisasi, Program Kerja atau Kegiatan Koperasi Waanita

Bina Sejahtera, Gambaran Umum Program Keterampilan Menjahit dan Gambaran

Umum Lokasi Penelitian.

Bab 1V: Bab ini membahas analisis tentang Pemberdayaan Perempuan di

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera yang terdiri dari: Analisis

Perencanaan program keterampilan menjahit di koperasi wanita wira usaha bina

sejahtera , Analisis Pelaksanaan program keterampilan menjahit dalam melakukan

pemberdayaan perempuan di koperasi wanita wira usaha bina sejahtera.

Bab V, Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 27: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat.

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- menjadi

kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan,

berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe-

dengan mendapat sisipan-m- dan akhiran –an menjadi “pemberdayaan” artinya

membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan17

Kata “Pemberdayaan”adalah terjemahan dari bahasa inggris

“Empowerment”, pemberdayaan berasal dari kata dasar “Power” yang berarti

kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan, awalan “em”

pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatusumber

kreativitas18

.

Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)

berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan)19

. Pemberdayaan menunjuk

pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya

sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

17

Roesmidi dan Riza Risyanti. Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprint

Jatinagor, 2006), h.1. 18

Lili Baridi, Muhammad Zein, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED (Center

for Enterprenership Development, 2005), cet. Ke-1, h.53. 19

Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2005),

Cet ke-1, h. 57

17

Page 28: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

18

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,

bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang

memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh

barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; (c) berpartisispasi dalam

proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka20

.

Menurut Agus Ahmad Syafi‟i, pemberdayaan atau empowerment dapat

diartikan sebagai penguatan, dan secara teknis istilah pemberdayaan dapat

disamakan dengan istilah pengembangan21

. Berkenaaan dengan istilah di atas,

dalam Pengalaman al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu'afa, “Community

Empowerment” (CE) atau pemberdayaan masyarakat pada intinya adalah

“membantu klien” (pihak yang diberdayakan), untuk memperoleh daya guna

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan tentang diri

mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial melalui

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang

dimilikinya antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya22

.

Masih dalam Pengamalan Al-Qur‟an, Jim Ife mengatakan bahwa

pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan

keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga

mereka bisa menemukan masa depan mereka lebih baik23

. Sedangkan

pemberdayaan menurut Gunawan Sumohadiningrat adalah “upaya untuk

20

Ibid., h. 58 21

Agus Ahmad Syafi‟i, Manajemen Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat

Baru, 2001), h. 70. 22

Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Qur’anTentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta:

Dakwah Press, 2008), Cet Ke-1, h. 9. 23

Ibid, h. 9.

Page 29: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

19

membangun daya yang dimiliki dhu‟afa dengan mendorong, memberikan

motivasi dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta

berupaya untuk mengembangkannya24

.

Menurut beberapa pakar yang terdapat dalam buku Edi Suharto,

mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara

pemberdayaan. Menurut Ife dalam Membangun Masyarakat Memberdayakan

Rakyat, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung25

. Masih dalam buku tersebut, Parson

mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang

menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan

mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang

mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi

perhatiannya. Sedangkan menurut Swift dan Levin dalam Membangun

Masyarakat Memberdayakan Rakyat, pemberdayaan menunjuk pada usaha

pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial26

.

Menurut Payne dalam buku yang ditulis Isbandi Rukminto Adi dinyatakan

bahwa pemberdayaan (empowerment) adalah membantu klien memperoleh daya

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang

24

Gunawan Sumohadiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Mayarakat,

(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), h. 165. 25

Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2005),

Cet ke-1,h. 57 26

Ibid.

Page 30: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

20

terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki antara

lain melalui transfer daya dari lingkungan27

.

Berdasarkan beragam definisi pemberdayaan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok rentan dan lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan,

sehingga mereka memiliki keberdayaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti: memiliki kepercayaan

diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya28

. Adapun cara yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan

yaitu dengan memberikan motivasi atau dukungan berupa penyediaan sumber

daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas mereka, meningkatkan kesadaran tentang potensi yang

dimilikinya, kemudian berupaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

mereka tersebut.

27

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial, (Jakarta ; LP FEUI, 2002), h. 162. 28

Ibid, h. 60.

Page 31: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

21

Sedangkan istilah masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat

diartikan sekelompok orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah geografis

tertentu dan satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya29

.

Menurut pengertian masyarakat adalah kelompok manusia yang saling

terkaitoleh sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas yang hidup

bersama, masyarakat adalah yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara

berkelompok30

.

Dari devinisi tentang pemberdayaan dan masyarakat di atas maka secara

sederhana penulis mendevinisikan pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana

mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya menjadi berdaya ke arah

yang lebih baik kepada individu-individu yang hidup secara bersama.

Pemberdayaan masyarakat yang terjadi pada masyarakat bukanlah suatu

proses yang berhenti pada suatu titik tertentu, tetapi merupakan suatu upaya

berkesinambungan yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan

daya yang ada menuju ke arah yang lebih baik.

Dengan melihat devinisi dari pemberdayaan dan masyarakat di atas penulis

dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses

peningkatan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik guna melepaskan

masyarakat dari kehidupan yang membelengggunya, salah satunya adalah

mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan dan keterbelakangan.

29

Nanih Machendrawaty dan Agus A. Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat Islam : Dari

Idiologi, strategi sampai tradisi, (Bandung : Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, h.44. 30

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1987), Cet.

Ke-2, h. 75.

Page 32: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

22

2. Tujuan pemberdayaan

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat

khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi

internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal

(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil)31

.Ada beberapa kolompok

yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:

a. Kelompok lemah secara strutural, baik lemah secara kelas, gender,

maupun etnis.

b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,

penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami

masalah pribadi dan atau keluarga32

.

Menurut Agus Ahmad Syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah

memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri

ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Karenanya pemberdayaan

masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti

masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat

bagi dirinya33

.

Payne mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (Empowerment),

pada intinya bertujuan: membantu klien memperoleh daya untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan

31

Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2005),

Cet ke-1,h. 60. 32

Ibid., h. 60. 33

Agus Ahmad Syafi‟i, Manajemen Masyarakat Islam, h. 39

Page 33: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

23

diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa

peraya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer

daya dari lingkungannya34

.

3. Indikator Keberdayaan

Menurut Kiefer pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi

kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif.

Parson et.al. juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual

yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih

besar.

b.Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna

dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari

pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan

upaya-upaya kolektif dari orang-orang yang lemah tersebut untuk

memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih

menekan35

.

34

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, h. 54. 35

Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2005),

Cet ke-1, h.63.

Page 34: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

24

Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan beberapa indikator

pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai Empowerment Index atau indeks

pemberdayaan36

:

a. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah

atau wilayah tempat tinggalnya, seperti kepasar, fasilitas medis, bioskop,

rumah ibadah, kerumah tangga. Tingkat mobilitas ini di anggap tinggi

jika individu mampu pergi sendirian.

b. Kemampuan membeli komoditas „kecil‟: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras,minyak

tanah, minyak goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun

mandi, rokok, bedak, sampo). Individu dianggap mampu melakukan

kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa

meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang

tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

c. Kemampuan membeli komoditas‟besar‟: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian,

TV, radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di

atas, poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat

keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat

membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga : mampu

membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai

36

Ibid, h. 63-66.

Page 35: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

25

keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah,

pembelian kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha.

e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga.

f. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai

pemerintah desa/kelurahan; seorang anggota DPRD setempat; nama

presiden; mengetahui pentingnya memiliki surat nihak dan hukum-

hukumwaris.

g. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap

„berdaya‟ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain

melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri

yang mengabaikan suami dn keluarganya; gaji yang tidak adil;

penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi

dan pegawai pemerintah.

h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,

tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang di anggap memiliki 4 poin

tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah

dari pasangannya.

Berdasarkan indikator keberdayaan tersebut, maka sesungguhnya

keberhasilan pemberdayaan keluarga miskin dapat dilihat dari keberdayaan

mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat

kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis jenis. Ketiga aspek tersebut

dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: „kekuasaan di dalam‟ (power

Page 36: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

26

within), „kekuasaan untuk‟ (power to), „kekuasaan atas‟ (power over), dan

„kekuasaan dengan‟ (power with)37

.

4. Tahapan Pemberdayaan

Menurut Isbandi Rukminto Adi, pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh

tahapan pemberdayaan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan: Pada tahap ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan,

yaitu : pertama, penyiapan petugas. Yaitu tenaga pemberdayaan

masyarakat yang bisa dilakukan oleh community worker, dan kedua,

penyiapan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara

non-direktif.

b. Tahap Pengkajian (Assessment): Pada tahap ini yaitu proses pengkajian

dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat (key

person), tetapi juga dapat melalui kelompok-kelompok dalam

masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi

masalah kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan juga sumber daya

yang dimiliki klien.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan: Pada tahap ini

petugas sebagai agen perubah (exchange agent) secara partisipatif

mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka

hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat

diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan

yang dapat dilakukan.

37

Ibid., h.63

Page 37: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

27

d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi: Pada tahap ini agen perubah

membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan

program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi

permasalahan yang ada. Disamping itu juga petugas membantu untuk

memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila

ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.

e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan: Dalam upaya

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat

sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang

telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan masyarakat

merupakan hal penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang

sudah direncanakan dengan baik melenceng saat dilapangan.

f. Tahap Evaluasi: Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang

berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan

keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek bisa

terbentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan

untuk jangka panjang dapat membangun komunitas masyarakat yang

lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

g. Tahap Terminasi: Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan

hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini

diharapakan proyek harus segera berhenti. Petugas harus tetap melakukan

Page 38: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

28

kontak meskipun tidak secara rutin. Kemudian secara perlahan-lahan

mengurangi kontak dengan komunitas sasaran38

.

Adapun bagan dari model tahapan pemberdayaan yang telah dijelaskan di

atas adalah sebagai berikut:

Bagan 1

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat39

Sedangkan menurut Gunawan Sumodiningrat, upaya untuk pemberdayaan

masyarakat terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu:

38

Adi Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 2003) h. 54. 39

Ibid., h. 53.

Persiapan

Pengkajian (Assessment)

Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pemformulasian Rencana Aksi

Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Evaluasi

Terminasi

Page 39: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

29

1) Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat itu

berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan

masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam

rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta

pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat

masyarakat menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

3) Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi40

.

5. Strategi Pemberdayaan

Parson menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara

kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses

pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan-satu antara pekerja sosial dan klien

dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini

dapat meningkatkan rasa percaya diri klien, hal ini bukanlah strategi utama

pemberdayaan41

.

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga

aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.

Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:

a. Aras Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

40

Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,

(Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), h. 165. 41

Edi suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Revika Aditama, 2005),

h. 66.

Page 40: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

30

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai

pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach.

b. Aras Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak42

.

Dengan merujuk pada tujuan pemberdayaan, tahapan pemberdayaan, dan

strategi pemberdayaan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pada hakikatnya pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat yang mengalami kerentanan sosial (seperti: masalah

kemiskinan, penyandang cacat, manula, perbedaan etnis, dan ketidakadilan

42

Ibid, h. 66-67.

Page 41: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

31

gender). Upaya pemberdayaan tersebut ditujukan agar masyarakat dapat hidup

sejahtera.

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat tentang pemberdayaan terhadap

perempuan yang umumnya sulit dalam mendapatkan akses dalam perkonomian

seperti kesempatan mendapatkan modal usaha, kemudahan dalam meraih sumber

ekonomi dan pelayanan, kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan, pendidikan,

dan kesempatan untuk menyalurkan bakat dan minatnya dalam berkarya. Hal ini

tentunya terkait oleh peran, tanggung jawab, dan perilakunya sebagai perempuan.

Sebagaimana dikatakan oleh Edriana, kontruksi peran yang melekat pada

perempuan, tanggung jawab, dan perilakunya sebagai perempuan, juga karena

relasinya yang tidak setara dengan laki-laki sehingga menimbulkan ketidakadilan

gender. Hal ini bisa berdampak langsung terhadap kesejahteraan perempuan dan

mengakibatkan kemiskinan berbasis gender43

.Adapun indikator ketidakadilan

yang berbasis pada ketimpangan gender dan mengakibatkan kemiskinan

perempuan, antara lain adalah:

a. Perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan pelatihan.

b. Perempuan kekurangan modal untuk membangun usaha sendiri.

c. Perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik dan tidak

dibayar dan jam kerja perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki,

sementara penghasilan perempuan jauh lebih rendah dibanding laki-

laki44

.

43

Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, (Jakarta: Women Research

Institute, 2006), Cet.ke-1, h.26. 44

Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, h.24.

Page 42: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

32

Maka dengan melihat kondisi perempuan tersebut, pemberdayaan pada

perempuan sangat perlu dilakukan demi tercapainya kemandirian dan

kesejahteraan pada perempuan.

Sejalan dengan tahapan pemberdayaan yang ada dalam teori di atas, maka

dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bentuk pemberdayaan ekonomi pada

perempuan di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera. Adapun dalam

melakukan pemberdayaan pada perempuan adalah dengan cara meningkatkan

kapasitas pengetahuan dan skill perempuan agar mampu berdaya saing dan hidup

mandiri. Selain itu juga perlu dilakukan pembukaan akses kepada berbagai

peluang yang akan membuat perempuan menjadi semakin berdaya, seperti akses

pembekalan pengetahuan dan keterampilan, akses pembiayaan modal dan akses

pemasaran sehingga perempuan mampu mengembangkan usahanya.

Masih sejalan dengan strategi pemberdayaan seperti diungkapkan

sebelumnya, adapun strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh Koperasi Wanita

Wira Usaha Bina Sejahtera adalah strategi pemberdayaan ‟aras mezzo‟, di mana

pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien sebagai media intervensi

sehingga lebih efektif dan efisien. Selain itu, dengan pembinaan secara kelompok

juga akan menjadi wadah paguyuban, menumbuhkan rasa kekeluargaan dan

solidaritas dalam kelompok.

Page 43: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

33

B. Perempuan

1. Pengertian Perempuan

Kata perempuan secara etimologi berasal dari kata empu yang berarti tuan,

orang yang mahir berkuasa, ataupun kepala, hulu atau yang paling besar: maka

dikenal kata empu jari “ibu jari”, empu gending orang yang mahir mencipta

tembang.

Kata perempuan juga berakar erat dari kata perempuan kata ini mengalami

pasangan kata dari tuan. Sedangkan kata perempuan pada kamus bahasa Indonesia

merupakan orang atau manusia yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil,

melahirkan anak dan menyusui45

.

Secara harfiyah wanita tersebut kaum perempuan, dimana mereka

merupakan kaum yang amat dihormati dalam konsepsi Islam. Sebab, pada telapak

kaki wanita terletak surga. Sebagai mana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan

oleh Ahmad dan Anas ra, Nabi Muhammad SAW Bersabda :

اَلْجَنَّةُ جَحْثَ أَقْدَامِ الُأمَّهَاتِ

Artinya : “Surga itu terletak ditelapak kaki ibu “. (HR.Muslim)

Hadits ini menggambarkan betapa mulianya tugas dan pungsi seorang ibu

sebagai pemimpin.

45

Artmanda. W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media).

Page 44: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

34

2. Kodrat Seorang Wanita

Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian kodrat adalah ketentuan hidup

dan takdir tuhan46

. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa kodrat

merupakan segala sesuatu yang dilihat dari segi biologis yaitu jika seseorang

memiliki vagina maka disebut sebagai seorang perempuan47

.

Selain itu, pada buku yang sama didevinisikan bahwa kodrat adalah suatu

ketentuan yang datang dari Tuhan. Sebagai kodrat, jenis kelamin bersifat abadi,

dalam arti tidak berubah “kepemilikan”. Pengertian kodrat disini lebih kepada

biologis dimana perempuan dikodratkan untuk memiliki payudara, mengalami

haid, hamil, melahirkan, menyusui48

.

Dari pengertian kodrat diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan

kodrat adalah segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan yang sifatnya

Abadi, dan tidak dapat dirubah bentuk serta fungsinya sebagaimana yang telah

ditetapkan oleh Tuhan, dan sifat biologis.

3. Pemberdayaan Perempuan.

Pada dasarnya pemberdayaan perempuan menjadi penting dikarenakan

beberapa faktor yaitu:

a. Pembangunan dengan perspektif patriakhal mengakibatkan perempuan

menjadi tidak berdaya (tidak dapat mengekspresikan kebebasan yang

dimilikinya).

b. Tingkat pendidikan perempuan cenderung lebih rendah daripada laki-laki.

46

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya : Apollo, 1997). 47

Lies Maeceos-Natsir MA, Jender dan Pembangunan, (Kantor Mentri Pemberdayaan

Perempuan RI dan Women Suport Project 11/CIDA, 2001), h. 11. 48

Ibid, h. 12

Page 45: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

35

c. Hak reproduksi yang cenderung dipaksakan.

d. Ketinggalan perempuan dalam dunia politik dan sebagainya49

.

Oleh karena itu, agar semuanya berjalan dengan seimbang maka

diperlukannya upaya untuk mengadakan suatu pemberdayaan perempuan agar

mereka mempunyai akses dan kontrol terhadap semua aspek pembangunan. Yang

mana tujuan akhirnya adalah kesetaraan anatara laki-laki dan perempuan.

Pengertian diatas sama dengan pendapat menyatakan bahwa pemberdayaan

perempuan dimulai dengan tidak membiarkan mereka “bodoh dan dibodohi”50

.

Dimana dalam hal ini perempuan tidak dibiarkan untuk tidak memperoleh

informasi yang penting bagi dirinya mengenai kehidupan diluar sana baik tentang

pertumbuhan ekonomi, sosial, maupun budaya.

Oleh karena itu, agar perempuan tidak ketinggalan dalam memperoleh

informasi, maka penyadaran gender perlu diperhatikan atau dipromosikan baik

bagi kaum Adam maupun kaum Hawa yang paling utama.

Pada dasarnya pemberdayaan perempuan ini bertujuan untuk membuat

setiap perempuan menjadi seorang yang mandiri yang tidak menggantungkan

hidupnya pada keluarganya maupun orang lain. Mandiri, dalam kamus bahasa

Indonesia berarti tidak tergantung pada orang lain. Namun mandiri disini tidak

hanya sekedar tergantung pada orang lain, tetapi juga menyadari bahwa dirinya

adalah pribadi yang berkehendak bebas.

49

Ari Sunarijati,dkk, Perempuan yang Menuntun : Sebuah Perjalann Inspirasi dan

Kreasi, {Bandung: Ashoka Indonesia,2000), cet. Ke- 1, h.130 50

A. Nunuk P. Murniati, Gentar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama,

Budaya dan Keluagra, (Magelang: Indonesia Tera,2004), cet.ke-2, h. 215

Page 46: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

36

Pribadi yang mandiri, berani menyatakan kehendaknya, berani memutuskan,

dan bertanggung jawan secara sadar yaitu bahwa dirinya adalah seorang pribadi

yang mampu dalam segala hal atau bidang. Akan tetapi sangat sulit bagi

perempuan untuk menjadi pribadi yang mandiri, sebab masyarakat selalu

menghubungkan perempuan dengan ketergantungan.

Pola ketergantungan yang tercipta dari konstruksi sosial yang bias gender

sangat mengganggu perkembangan pribadi seorang perempuan untuk mandiri

karena didasarkan pada budaya patriarkhal.

Budaya Patriarkhal ini merupakan suatu sistem yang bercirikan laki-laki

(ayah). Dalam sistem ini laki-laki yang berkuasa untuk menentukan, dimana

sistem ini dianggap wajar karena disejajarkan dengan pembagian kerja

berdasarkan seks51

.

Jadi, dalam hal ini pada dasarnya perempuan dapat bergerak dengan bebas

dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun politik sekalipun, jika budaya

patriarkhal itu ditiadakan.

Jika budaya tersebut masih dipegang kuat oleh masyarakat pada umumnya

maka hal ini masih mempersulit perempuan dalam berkarya, sehingga pribadinya

merasa tidak berdaya untuk menghadapi permasalahan tersebut. Dan ini berarti

melanggar ketetapan perempuan untuk memperoleh haknya sebagai warga negara

yang sah.

51

Ibid,h. 81.

Page 47: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

37

C. Keterampilan Menjahit.

1. Pengertian Keterampilan Menjahit

Kata keterampilan berasal dari kata terampil, dengan ditambahkan awalan

ke- dan akhiran menjadi keterampilan yang berarti kecakapan.

Jadi keterampilan itu adalah kecakapan seseorang dalam membuat misalnya

kecakapan dalam menjahit pakaian, kecakapan dalam membuat kerajinan tangan

dan sebagainya. Dari hasil pekerjaannya dapat dilihat : Kerapihannya,

penyelesaiannya cepat atau tidak, teliti atau tidak, bagaimana halus kasarnya

pekerjaan dan sebagainya.

Menurut Ngalim Purwanto, keterampilan berasal dari kata terampil yang

bearti mahir, namun dalam pembahasan ini keterampilan yang dimaksud adalah

keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan tangan atau kecekatan kerja52

.

Sedangkan Whitherington menyatakan bahwa suatu keterampilan adalah

hasil dari latihan yang berulang-ulang yang dapat disebut perubahan meningkat

atau progresif atau pertumbuhan yang di alami oleh orang yang mempelajari

keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu53

. Jadi, keterampilan adalah

serangkaian latihan terencana dan terarah yang diberikan oleh instruktur. Selain

itu keterampilan bergerak dari hal yang teramat sederhana sampai hal yang sangat

kompleks.

52

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktikum , (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 1986), h. 169. 53

Whitherington, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Aksara Baru, 1985), h. 104.

Page 48: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

38

Keterampilan menurut Mace dikutip oleh Ivor. K. Davies adalah

kemampuan untuk menghasilkan secara konsisten suatu akibat yang diharapkan

dengan ketepatan, kecepatan, dan penghematan tindakan54

.

Keterampilan menjahit dalam arti yang luas bukan hanya sekedar pelajaran

jahit menjahit saja, tetapi meliputi pengetahuan tentang kesehatan, keserasian, dan

perawatan dalam berpakaian. Seperti apa yang di ungkapkan oleh Moersarah

Mangkoesatyoko, dalam bukunya yang berjudul PKK, bahwa keterampilan

menjahit adalah pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan dan tata rias diri,

memahami peraturan kesehatan untuk mencapai keindahan diri, memiliki

keterampilan untuk merawat dan memperindah diri serta memiliki apresiasi

terhadap penampilan diri yang menarik55

.

Dari penjelasan diatas, keterampilan dapat di artikan bahwa keterampilan

merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan

sesuatu yang dilakukan secara konsisten dengan ketepatan dan kecepatan tertentu

serta hemat waktu dalam melakukan tindakan.

2. Macam-macam Keterampilan

Keterampilan kerajinan tangan sangat banyak jenisnya, ada yang khusus

untuk pria dan ada yang khusus wanita. Jenis pekerjaan tangan yang dikhususkan

untuk pria seperti bengkel, mengukir, menenun, membentuk rotan, dan seni cetak

sablon. Sedangkan jenis pekerjaan tangan yang dikhususkan untuk wanita seperti

melipat, menjahit, meronce, merangkai bunga, memasak, membatik dan merenda.

54Ivor. K. Davies, Pengelolaa Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), h. 70

55Moersarah Mangkoesatyoko et.al, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga 1 (Jakarta: F.A.

Hasmar ,1975), h. 7.

Page 49: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

39

Jenis pekerjaan tangan untuk pria dan wanita dibedakan karena kemampuan

taktil yang berbeda, pekejaan tangan untuk pria membutuhkan tangan dan teknik,

sedangkan pekerjaan tangan untuk wanita membutuhkan motorik halus dan

kesabaran. Adapun macam-macam keterampilan meliputi :

a. Keterampilan rekayasa meliputi : 1). Keterampilan anyaman, 2).

Keterampilan sablon, 3). Keterampilan tenun, 4). Keterampilan menjahit,

5). Keterampilan membuat bata.

b. Keterampilan jasa dan pekantoran meliputi : 1). Koperasi, 2). Komputer

c. Keterampilan pertanian meliputi: Tanaman hias.

d. Keterampilan seni dan kerajinan meliputi : 1). Ukir kayu, 2). Batik cap.

2. Tujuan Belajar Keterampilan

Berdasarkan kurikulum KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera diadakannya

pelatihan keterampilan ini antara lain :

a. Untuk mensejahterakan kehidupan peserta keterampilan menjahit dan

dapat meningkatkan ekonomi mereka.

b. Untuk membantu peserta dengan keterampilan atau keahlian hidup

sehingga dapat menjadi modal dasar untuk membuka usaha. Diharapkan

dengan keterampilan yang telah didapat para peserta dari pelatihan ini,

maka secara otomatis peserta dapat memanfaatkan keterampilannya

untuk berusaha dalam rangka meningkatkan ekonomi mereka menuju

pada pemenuhan kesejahteraannya.

Selain itu tujuan yang hendak dicapai dalam meningkatkan ekonomi peserta

antara lain, meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta, tujuan ini agar

Page 50: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

40

bagaimana peserta keterampilan menjahit ini di upayakan memiliki keterampilan

hidup untuk menjadi lebih produktif. Bentuk upaya ini dilakukan dengan cara

pelatihan keterampilan selanjutnya setelah pelatihan keterampilan tersebut, maka

para peserta akan memiliki keterampilan yang dapat mereka pergunakan untuk

melakukan usaha yang menghasilkan.

Ada juga tujuan yang lain yaitu untuk mempersiapkan tenaga kerja yang

terampil, ini bertujuan agar peserta siap dengan keterampilannya yang akan

digunakan dalam dunia kerja yang akan digelutinya.

Page 51: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

41

BAB III

GAMBARAN UMUM

KOPERASI WANITA WIRA

USAHA BINA SEJAHTERA

A. Profil Koperasi Wira Usaha Bina Sejahtera

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera bertujuan membantu para wanita

agar lebih mandiri dan bisa membantu suami atau dirinya sendiri secara finansial.

Tetapi pada umumnya, Koperasi WanitaWira Usaha Bina Sejahtera tetap

bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan khususnya

yang berada di wilayah Bulak Timur-Depok, tanpa membedakan jenis kelamin,

suku bangsa, ras dan agama. Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

didirikan bukan dengan semangat gender untuk menyaingi laki-laki, tetapi lebih

kepada keinginan untuk membuat perempuan lebih „berdaya‟, mendapatkan

kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya terutama di

bidang ekonomi, karena saat ini perempuan masih belum mudah mengakses

sumber-sumber permodalan. Koperasi ini adalah juga bentuk persembahan dari

perempuan untuk masyarakat, sehingga walau semua anggotanya perempuan,

koperasi ini tetap melayani laki-laki dalam kegiatannya. Ibu Marnih pun

menambahkan bahwa alasannya membentuk lembaga koperasi adalah karena

masih banyaknya diperlukan dukungan terhadap para pengusaha kecil dan

menengah akan sumber modal.

Koperasi ini tumbuh dari kelompok arisan ibu-ibu pengajian yang dimotivasi

oleh Ibu Marnih (ketua koperasi). Pada awal berdirinya Tahun 2009 bulan Mei,

41

Page 52: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

42

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera hanya memiliki satu unit program

yang bernama Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Kopwan Wira Usaha

Bina Sejahtera berusaha melakukan pemberdayaan ekonomi pada masyarakat,

yaitu dengan cara memberikan bantuan pinjaman atau pendanaan modal usaha.

Melalui produk pembiayaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) melayani

kebutuhan penambahan modal terhadap usaha kecil dengan pola pembayaran atau

pengembalian yang ringan dengan periode harian, mingguan atau bulanan.

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera semakin menemukan jati dirinya.

Berawal dari keinginan menciptakan kesejahteraan pada masyarakat khususnya di

wilayah Bulaktimur-Depok, Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera merasa

tidak cukup bila hanya membantu dari segi permodalan saja karena itu hanya akan

membuat khalayak sasaran (khasar) menjadi tergantung, potensinya menjadi tidak

berkembang dan tidak mandiri. Dalam melakukan pemandirian masyarakat,

Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera merasa perlu melakukan peningkatan

kapasitas dari sisi sumber daya manusianya yaitu dengan cara memberikan

pelatihan-pelatihan keterampilan dan pengetahuan.

Untuk itulah, KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera akhirnya membentuk suatu

unit program yang khusus memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan dan

pengetahuan tersebut. Pelatihan-pelatihan ini khusus diberikan pada perempuan

karena selain Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera didirikan dengan legalitas dan

dasar hukum koperasi wanita, juga karena hal ini merupakan salah satu upaya

bentuk keberpihakan Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera pada perempuan.

Adapun program tersebut adalah program keterampilan menjahit.

Page 53: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

43

Dengan berdirinya Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera, diharapkan bisa

membuat wanita itu sadar diri bahwa mereka punya potensi dan mampu

melakukan sesuatu yang mereka tidak bayangkan sebelumnya yaitu jadi „wanita

yang mandiri‟, yang di dalamnya ada unsur sadar diri, bertanggung jawab, berani

mengambil resiko, dan dewasa. Selain itu, Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera

juga berusaha memberikan kesempatan kepada para wanita yang berada dalam

keanggotaan koperasi, para pengelola dan para nasabah untuk menerjuni bidang

baru, mengembangkan usaha, meningkat kapasitas diri dan sebagainya.

B. Visi dan Misi

Adapun visi dari Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

antara lain terwujudnya kemandirian dan partisipasi masyarakat

untuk mengatasi masalah-masalah masyarakat yang ada dibulak

timur-Depok. Sedangkan misi dari Koperasi Wanita Wira Usaha

Bina Sejahtera itu sendiri yaitu pemberdayaan masyarakat dan

penguatan institusi lokal untuk meningkatkan ekonomi dan

kesejahteraan sosial.

C. Tujuan Berdirinya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera

Tujuan khusus berdirinya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera adalah

membantu para wanita agar lebih mandiri dan bisa membantu suami atau dirinya

sendiri secara finansial. Hal ini dikarenakan wanita sering kali dikatakan lemah

Page 54: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

44

dan memang memiliki akses yang minim untuk mendapatkan pembiayaan atau

modal usaha di lembaga-lembaga konvensional.

Sedangkan tujuan umum Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera adalah

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tanpa membedakan

jenis kelamin, suku bangsa, ras dan agama. Dengan berdirinya Koperasi Wanita

Wira Usaha Bina Sejahtera, diharapkan bukan hanya bisa mendapatkan bantuan

modal, tapi juga bisa berkenalan dengan institusi keuangan agar usaha dan

kegiatannya bisa maju ke depan.56

D. Landasan Berdirinya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera.

Adapun landasan berdir inya Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera adalah sebagai berikut.

1. Pasal 2: Koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berasaskan

kekeluargaan.

2. Pasal 3: Koperasi melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip

koperasi, yaitu:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

56

Ibid.

Page 55: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

45

e. Kemandirian

f. Melaksanakan pendidikan perkoperasian bagi anggota;

g. Kerjasama antar koperasi.

3. Koperasi sebagai badan usaha dalam melaksanakan kegiatannya yang

mengorganisir pemanfaat dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para

anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi tersebut pada ayat 1 (satu) di

atas dan kaidah-kaidah usaha ekonomi57

.

E. Pelayanan Program Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera.

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera berusaha menggalih potensi yang

ada pada diri perempuan sehingga dapat berkembang menjadi perempuan-

perempuan yang berdaya dan mandiri, serta dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

dan keluarganya.Pelatihan keterampilan khusus diberikan pada perempuan karena

selain Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera didirikan dengan legalitas dan

berdasar hukum koperasi wanita, juga sebagai upaya bentuk keberpihakan

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera pada perempuan. Menurut Ibu

Marnih58

, koperasi ini didirikan bukan dengan semangat gender untuk menyaingi

laki-laki, tetapi lebih kepada keinginan untuk membuat perempuan lebih

‟berdaya‟, mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi dan

kemampuannya terutama di bidang ekonomi.

Adapun kegiatan pelatihan yang diberikan seperti pelatihan membuat pakaian

jadi yang bukan hanya untuk keterampilan pribadi melainkan yang bisa

57

Ibid. 58

Wawancara pribadi dengan Ibu Marnih (Ketua Kopwan Wira Usaha Bina Sejahtera),

pada tanggal 19 februari 2013, di kediaman rumahnya,bulak timur-Depok..

Page 56: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

46

dipasarkan atau dijual dari hasil produksi tersebut seperti membuat baju dan

celana. Kegiatan pelatihan ini sengaja dirancang oleh Kopwan dalam rangka

meningkatkan kapasitas potensi dan keilmuan perempuan. Pelatihan keterampilan

diberikan dalam bentuk kursus dan pelatihan panggilan. Pelatihan dalam bentuk

kursus, yaitu pelatihan pribadi di mana peserta mendatangi kantor Kopwan untuk

diberikan pelatihan keterampilan. Sedangkan pelatihan panggilan adalah kegiatan

pelatihan di mana Kopwan mendatangi kelompok ibu-ibu yang meminta untuk

diberikan pelatihan keterampilan. Kelompok ibu-ibu ini bisa berupa kelompok ibu

majelis ta‟lim, ibu-ibu PKK, ibu-ibu dharma wanita, dan sebagainya.

Melalui Program Keterampilan Menjahit, Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera berusaha mengalih potensi yang ada pada diri perempuan sehingga

perempuan dapat meningkat kapasitas keilmuannya dan berkembang menjadi

perempuan-perempuan yang tangguh, mampu berdaya saing dan mandiri, serta

dapat meningkatkan ekonomi keluarganya.

F. Gambaran Umum Tentang Wilayah Depok

1. Sejarah Tentang Depok

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan

Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian

pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun

pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas

Page 57: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

47

Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat

sehingga diperlukan kecepatan pelayanan59

.

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada

tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang

terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

a. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok,

Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa

Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.

b. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri

Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.

c. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa

Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa

Kalibaru, Desa Kalimulya.

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat

baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya

bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya

pemekaran Kelurahan , sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan)

dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu :

1) Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu :

Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas,

Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

59

http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi.

Page 58: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

48

2) Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji,

Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka,

Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.

3) Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu :

Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya,

Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak,

Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya,

Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.

Dari tahun 1982 – 1999, penyelenggaraan pemerintah Kota Administratif

Depok mengalami pergantian Kepemimpinan sebagai berikut :

a) Drs. Moch Rukasah Suradimadja (Alm) Walikotatif 1982 – 1984

b) Drs. H.M.I Tamdjid Walikotatif 1984 – 1988

c) Drs. Abdul Wachyan Walikotatif 1988 – 1991

d) Drs. Moch. Masduki Walikotatif 1991 – 1992

e) Drs. H.Sofyan Safari Hamim Walikotatif 1992 – 1996

f) Drs. H. Yuyun WS Plh Walikotatif 1996 – 1997

g) H. Badrul Kamal Walikotatif 1997 – 1999

2. Terbentuknya Kota Depok

Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat

yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi

Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain Pemerintah

Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat

Page 59: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

49

memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah

Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan

Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan

diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Pejabat

Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H.

Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif

Depok.

Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan

pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu

landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok.

Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok

meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan

sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten

Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :

a. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua

belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan,

Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa

Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa

Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.

b.Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu :

Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung,

Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa

Page 60: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

50

Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa

Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.

c. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo,

Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa

Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.

d. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa

Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong,

Desa Pondok Jaya.

Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan

langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan

wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman ,

Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan

sebagai kota resapan air.

3. Kondisi Demografi

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota

Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah

kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok

mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari

meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa,

terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa

(49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km2, maka kepadatan

Page 61: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

51

penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk

tersebut tergolong “padat”, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran

penduduk yang tidak merata. Dalam kurun waktu 5 tahun (2000 – 2005)

penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada

tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun

2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23

% per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi

setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan

mencapai jumlah 1.610.000 jiwa dan kepadatan penduduk mencapai 7.877

jiwa per km2.

Adapun angka kelahiran penduduk dari tahun 1999 sampai 2004

senantiasa berfluktuasi, demikian juga angka kematian berfluktuasi hampir

mendekati pola angka kelahiran. Pada tahun 2004, angka kelahiran sebesar

3.713 jiwa dan angka kematian 1,962 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk

Kota Depok disebabkan tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok sebagai

akibat pesatnya pengembangan kota yang dapat dilihat dari meningkatnya

pengembangan kawasan perumahan. Angka kepergian penduduk Kota

Depok tahun 2004 memperlihatkan pula pola yang berfluktuasi, dimana

jumlah penduduk yang datang 11,899 jiwa dan penduduk yang pergi 4.503

jiwa, atau rata-rata jumlah pendatang pertahun mencapai 7,396 jiwa.

Berdasarkan perkembangan tersebut diperkirakan jumlah penduduk yang

datang ke Kota Depok pada waktu mendatang akan meningkat, seiring

Page 62: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

52

dengan semakin banyaknya operasional kegiatan jasa dan niaga yang

berkembang pesat.

b. Iklim

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan

curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara

umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan

antara bulan Oktober-Maret:

- Temperatur : 24,3o-33 o Celsiu

- Kelembabanrata-rata : 25 %

- Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th

- Kecepatan angin rata-rata : 14,5 knot

- Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 %

- Jumlah curah hujan : 2684 m/th

- Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun

4. Kondisi Geografi

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19‟ 00” – 6o 28‟

00” Lintang Selatan dan 106o 43‟ 00” – 106o 55‟ 30” Bujur Timur. Secara

geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada

dalam lingkungan wilayah Jabotabek.

Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran

rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter

diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok

sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29

Page 63: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

53

km2. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten da satu Propinsi.

Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut60

:

a. Sebelah Utara:Kecamatan Ciputat Kabupaten Tanggerang dan DKI Jakarta.

b. Sebelah Timur:Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan

Gunung Puteri Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Selatan: Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede

Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat:Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur

Kabupaten Bogor.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota

Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring

dengan meningkatnya perkembangan jaringan transpotasi yang tersinkronisasi

secara regional dengan kota-kota lainnya.

Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung

dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat

pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas

air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi topografi berupa dataran rendah

bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah

banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai

yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai

Pesanggrahan dan Kali Cikeas

60

http://www.dprd-depokkota.go.id/selayang-pandang/kondisi-geografis-2/.

Page 64: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

54

1) Sumber Daya Lahan

Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan

perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui

berdasarkan data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010) dalam

pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai

8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok.

Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%)

dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data

tahun 2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap

penurunan kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari

pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari

44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun

2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau

meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.

Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan

mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun

2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan

seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.

Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan

terbangun, hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan

perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota,

industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan

kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan

Page 65: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

55

permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran

irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan

terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak

terhadap penurunan kondisi Kota Depok.

Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di

masa yang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah

yang semakin menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan

mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling

parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana

PU.

5. Tenaga Kerja.

Penduduk usia kerja didenfinisikan sebagai penduduk yang berumur 10

tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari ”angkatan kerja” dan bukan

angkatan kerja. Penduduk yang tergolong ”angkatan Kerja adalah mereka yang

aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya

tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap

dikategorikan sebagai penganggur.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006, dapat diperoleh gambaran

bahwa pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang bekerja 44,63% sedangkan

yang menganggur sekitar 9,36%. Jadi penduduk KotaDepok yang tergolong

angkatan kerja 53,98%, sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja.

Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki

63,56% dan perempuan 25,71 dari pendudk yang bekerja sebagian besar bekerja

Page 66: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

56

di sektor jasa dan perdagangan dengan persentase masing-masing 27,98% dan

26,92%. Status pekerjaan didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak

64,84%, kemudian berusaha sendiri 26,79%. (Sumber : Kota Depok Dalam

Anggka 2007)

6. Pendidikan

Tahun Ajaran 2006/2007 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota

Depok sebanyak 314 sekolah, jumlah murid TK 14.053, dan 954 guru TK.

Sekolah SD sebanyak 362 sekolah, dengan 125.581 murid, dan 4.656 orang guru.

Sekolah SMP berjumlah 137 sekolah dengan jumlah siswa 44.601 orang dan

jumlah guru 3.023 orang. Di tingkat SMA terdapat 51 sekolah dengan jumlah

murid dan guru masing-masing 14.937 orang dab 1.183 orang. Selain itu terdapat

55 sekolah SMK, dengan jumlah murid 18.726 orang dan jumlah guru 1.371

orang.

Pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas

yang memiliki ijazah tertinggi SLTA dan sederajat. 27,67% Memiliki Ijazah

tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan

lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas yang bisa membaca

dan menulis huruf latin 59,99%, huruf lainnya 1,07%, huruf latin dan huruf

lainnya 37,51%, dan yang buta huruf 1,43%.

7. Agama

Tempat ibadah merupakan salah satu sarana yang penting untuk

meningkatkan derajat keimanan seseorang, pada tahun 2007, di Kota Depok

terdapat 554 masjid, 129 mushola, 995 musholla, 6 gereja katolik, 62 gereja

Page 67: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

57

protestan, 1 vihara, dan 2 pura. Jumlah TPA di Kota Depok 286. jumlah Madrasah

Ibtidaiyah (MI) di Kota Depok tahun 2007 ada 133 sekolah dengan jumlah murid

30.547 orang, dan guru 1.423 orang. Sedangkan jumlah Madrasah Tsanawiyah

(MTs) di Kota Depok 55 sekolah, dengan jumlah siswa 10.333 orang, dan jumlah

guru 1.355 orang. Serta jumlah sekolah Madrasah Aliyah (MA) ada 21 sekolah,

dengan jumlah siswa 1.869 siswa, dan 257 guru.

Page 68: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

58

BAB IV

ANALISIS TENTANG HASIL PENELITIAN DI KOPERASI

WANITA WIRA USAHA BINA SEJAHTERA

Minimnya pendidikan dan sulitnya lapangan pekerjaan membuat seseorang

menjadi sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keadaan ini semakin memburuk

dengan adanya krisis ekonomi yang semakin parah, harga kebutuhan pokok

semakin meningkat sedangkan penghasilan tidak juga bertambah. Krisis ekonomi

juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi

mengakibatkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya

kesempatan kerja.

Persoalan kemiskinan pada dasarnya dapat menimpa laki-laki dan

perempuan. Hanya saja jika kita mau melihat lebih dalam, ternyata masalah

kemiskinan pada perempuan merupakan hal yang lebih rentan dan khusus

dibanding dengan masalah kemiskinan pada laki-laki. Menurut Badriyah Fayumi,

kendati seorang laki-laki dan perempuan sama-sama miskin, kemiskinan itu

disebabkan oleh alasan yang berbeda serta kemampuan yang berbeda pula dalam

menghadapinya. Kemiskinan memiliki dimensi yang sangat bias gender karena

adanya ketimpangan gender dan akses kekuasaan61

.

Kontruksi peran yang melekat pada perempuan, tanggung jawab, dan

perilakunya sebagai perempuan, juga karena relasinya yang tidak setara dengan

laki-laki, secara langsung atau tidak langsung telah menimbulkan ketidakadilan

61

Badriyah Fayumi, et.al, Halaqoh Islam Mengaji Perempuan HAM dan Demokrasi,

(Jakarta: Ushull Press, 2004), Cet ke-1, h. 42

58

Page 69: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

59

gender. Ketidakadilan ini terjadi karena telah berakar dalam adat, norma, atau pun

struktur dalam masyarakat. Dan pada akhirnya, hal ini berdampak langsung

terhadap kesejahteraan perempuan dan mengakibatkan kemiskinan berbasis

gender62

.Untuk itu karenanya dalam mengatasi permasalahan kemiskinan

terhadap perempuan diperlukan penanganan khusus yang responsif gender63

. Atau

dengan kata lain diperlukan adanya suatu keberpihakan pada perempuan.

Keberpihakan pada perempuan itu bisa dilakukan dengan cara membuka

akses kepada berbagai peluang yang bisa memungkinkan perempuan menjadi

semakin berdaya dan mandiri, seperti akses pembekalan pengetahuan dan

keterampilan, akses pembiayaan modal dan akses pemasaran. Sehingga dengan

demikian akan terjadi peningkatan dalam kapasitas pengetahuan dan keterampilan

(skill), serta tumbuhnya rasa percaya diri pada perempuan untuk mau

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, perempuan

diharapkan bisa memiliki kemandirian dalam ekonomi sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya. Untuk itu, perempuan harus

diberikan kebebasan dalam berekspresi dan mengembangkan potensinya secara

baik, selama tidak menyalahi norma dan fitranya sebagai perempuan, serta kaidah

dalam agama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marnih sebagai berikut: “Menurut

Ibu Marnih (ketua KopWan), tujuan pelatihan keterampilan menjahit itu sendiri

antara lain adalah untuk silaturahmi, dan selain itu juga untuk mengisi kegiatan

62

Edriana Noerdin, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, (Jakarta: Women Research

Institute, 2006), Cet. ke-1, h.26 63

Badriyah Fayumi, et.al, Halaqah Islam; Mengaji Perempuan HAM, dan Demokras, h.17-

18

Page 70: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

60

ibu-ibu pengajian karena memang pada awalnya kegiatan ini hanya untuk

komunitas ibu-ibu pengajian, agar setelah terampil dapat membantu ekonomi

mereka untuk membuka usaha yang mereka bisa dari pelatihan tersebut, agar

dapat meringankan beban suaminya dengan adanya tujuan pelatihan ini maka para

peserta dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyahnya sekaligus mendapatkan

pengetahuan keterampilan menjahit yang dapat membuka peluang usaha dari hasil

keterampilan tersebut yang akan membantu perekonomian keluarga”64

.

A. Pelaksanaan Keterampilan Menjahit Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera.

Pemberdayaan merupakan suatu aktifitas dimana menjadikan orang-orang yang

tidak berdaya menjadi berdaya atau mempunyai kemampuan hidup layak sama

dengan manusia lainnya. Artinya tersedianya cukup sandang, pangan, perumahan,

pendidikan, kesehatan, keadilan, dan rasa aman. Mencerdaskan kehidupan bangsa

atau pendidikan berarti memberdayakan setiap warga negara agar mampu berbuat

seimbang, baik dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan mampu menyelaraskan

antara hak dan kewajiban 65

.

Agar proses perubahan dan pengembangan berjalan lancar menuju era

sejahtera dan demokrasi, maka dilakukan pembentukan suatu wadah yang mandiri

dan fleksibel, guna mengantisipasi semua problem sosial yang ada dimasyarakat.

Kopwan (Koperasi Wanita) memiliki peran penting dalam pemberdayaan

perempuan antara lain memberikan pelatihan, konsultasi usaha, peningkatan

keterampilan baik dalam hal teknis usaha seperti organisasi, manajemen,

64

Wawancara dengan Ibu Marnih ( Ketua KopWan), Bulak Timur-Depok,25 Februari 2013. 65

Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan: Filosofis, Strategi, Implementasi, (Jakarta:

DepDikNas, 2005), H. 219.

Page 71: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

61

administrasi/akuntasi usaha, maupun peningkatan kualitas produk, akses kepada

sumber-sumber produktif, peningkatan kesadaran perempuan atas hak-haknya

dilingkungan kerja maupun keluarga, sosial, hukum, maupun politik.

Setiap orang secara naluri berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, bentuk

usaha tersebut adalah dengan bekerja disuatu tempat baik sektor-sektor swasta

maupun sektor negri, jerih payah itu dihargai dengan uang yang sering kali

disebut dengan pendapatan, pendapatan pribadi (Personal Incom) menunjukan

semua jenis pendapatan, baik diperoleh karena fungsi produksi maupun tanpa

memberikan suatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu Negara 66

.

Karena perempuan pun perlu diberikan suatu pelatihan, pendidikan, bahkan

suatu pemberdayaan. Agar mereka memiliki kemampuan untuk hidup layak dan

bisa membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat

keadaan seperti itu, maka Masjid Baiturrahim melakukan pemberdayaan

masyarakat melalui program keterampilan menjahit oleh KopWan Wira Usaha

Bina Sejahtera, dengan memanfaatkan SDA yang ada. Adapun kelompok

sasarannya yaitu para perempuan komunitas ibu-ibu pengajian. Agar perempuan

disana memiliki suatu kemampuan/keahlian.

Adapun pemberdayaan yang dilakukan oleh Kopwan Wira Usaha Bina

Sejahtera yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan, mulai dari menjahit,

dan keterampilan membuat tas dari payet-payet. Dengan adanya program tersebut

diharapkan agar masyarakat khususnya komunitas ibu-ibu pengajian dapat

66

Paul A, Samuelson dan William D, Nordhaus, Pemberdayaan Ekonomi, (Jakarta:

Erlangga, 1991), h. 151.

Page 72: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

62

meningkatkan kemampuannya dengan cara mengembangkan potensinya serta

dapat membantu perekonomiannya.

Sesuai tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan67

:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara subjek penelitian

dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang program keterampilan

menjahit di KopWan. Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan ibu

Markonah salah satu peserta program keterampilan menjahit ini ”peserta

yang ikut disini cuma ada satu yang udah punya usaha sendiri yang lain

udah bisa bikin tapi cuma buat dipake sendiri”68

tetapi menurut

pengamatan saya di lapangan peserta disana sudah dibilang sudah pada

mampu untuk dikatakan mahir dalam keterampilan hanya saja belum bisa

untuk membuka usaha sendiri. Saya membandingkan data hasil

pengamatan tidak sesuai dengan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan

jawaban yang diberikan oleh ketua Kopwan dengan jawaban wawancara

dengan peserta. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KopWan ibu

Marnih “Menurut Ibu Marnih (ketua KopWan), tujuan pelatihan

keterampilan menjahit itu sendiri antara lain adalah untuk silaturahmi,

dan selain itu juga untuk mengisi kegiatan ibu-ibu pengajian karena

67

Lexy. J., Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

2009), edisi revisi Cet. Ke-26, h.124 68

Wawancara Pribadi dengan Ibu Markonah, Depok, 25 February 2013

Page 73: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

63

memang pada awalnya kegiatan ini hanya untuk komunitas ibu-ibu

pengajian, agar setelah terampil dapat membantu ekonomi mereka untuk

membuka usaha yang mereka bisa dari pelatihan tersebut…”69

.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ros “saya ikut

kursus disini mah pengen bisa jahit trus bias deh buat baju sendir buat

dijual”70

Saya membandingkan data hasil wawancara ketua Kopwan

sesuai dengan dengan hasil wawancara salah satu peserta pelatihan.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Wawancara tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Berdasarkan

hasil wawancara dengan ketua KopWan tentang tujuan berdirinya

Kopwan

“Menurut Ibu Marnih (ketua KopWan), tujuan pelatihan keterampilan

menjahit itu sendiri antara lain adalah untuk silaturahmi, dan selain itu

juga untuk mengisi kegiatan ibu-ibu pengajian karena memang pada

awalnya kegiatan ini hanya untuk komunitas ibu-ibu pengajian, agar

setelah terampil dapat membantu ekonomi mereka untuk membuka usaha

yang mereka bisa dari pelatihan tersebut…”71

. Saya membandingkan data

hasil wawancara ketua Kopwan sesuai dengan dokumen profile KopWan

dilihat dari tujuan berdirinya KopWan ynag ada di profile Kopwan yang

saya punya dari KopWan.

69

Wawancara dengan Ibu Marnih ( Ketua KopWan), Bulak Timur-Depok,25 Februari 2013. 70

Wawancara Pribadi dengan Ibu Ros, Depok, 25 February 2013 71

Wawancara dengan Ibu Marnih ( Ketua KopWan), Bulak Timur-Depok,25 Februari 2013.

Page 74: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

64

1. Pelatih

Dalam pelatihan Keterampilan Menjahit yang menjadi Instruktur adalah Ibu

Haninah dan Ibu Dawiyah. Ibu Haninah dan Ibu Dawiyah merupakan orang yang

berpengalaman dalam dunia fashion dan ahli dalam keterampilan membuat pola

pakaian.

2. Peserta

Peserta yang ikut keterampilan menjahit memang belum terlalu banyak ,

yaitu sebanyak 10 orang. Mungkin jumlah ini terbilang sangat sedikit, karena

memang hanya pada komunitas Ibu-ibu pengajian. Tetapi tetap hal ini tidak

menyurutkan minat mereka untuk belajar menjahit. Karena menurut Ibu Dawiyah

selaku Pelatih Keterampilan Menjahit mengatakan; “ keterampilan menjahit dapat

menjanjikan keberhasilannya”. Seperti hasil surfey, yang penulis lihat banyak

sekali yang berhasil mereka yang ikut keterampilan menjahit. Dari kebanyakn

yang berhasil dan sudah ahli dari hasil mengikuti keterampilan menjahit mereka

membuka usaha rumahan bahkan ada yang mempunyai toko pakaian dari hasil

jahitan tersebut. Berikut ini data peserta program keterampilan menjahit72

:

72

Tim Penyusun, Profile KopWan, (Depok, KopWan, 2010), h. 10.

Page 75: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

65

Data Peserta KopWan

3. Waktu dan Lokasi Pelatihan Keterampilan Menjahit

Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan ibu Ety waktu dan lokasi

pelatihan sebagai berikut:

“Pelatihan dilakukan selama 3 bulan. Dalam seminggu pelatihan di adakan

sebanyak 2 kali yaitu hari senin dan kamis. Pelatihan berjalan selama dua

jam, dari jam 09.00-11.00. Pelatihan keterampilan di adakan di rumah Ibu

Marnih Ketua KopWan Wira Usaha Bina Sejahtera”73

.

4. Kurikulum Pelatihan Keterampilan Menjahit

a. Tingkat Dasar atau Pengenalan Mesin

Pada tahapan ini para peserta pelatihan akan diperkenalkan pada

komponen-komponen mesin dan tata cara bagaimana mengoperasikan

mesin, peserta juga di ajarkan bagaimana saja yang harus lebih hati-hati

karena sangat sensitif terhadap kerusakan. Tahapan ini berjalan selama

satu minggu, karena ada berbagai macam mesin yang dikenalkan pada

73

Wawancara Pribadi dengan Ibu Ety, Depok, 25 February 2013.

No Nama Peserta Tingkat Pendidikan Tingkat Keahlian

1 Ety SMA Mahir

2 Rita SMP Terampil

3 Markonah SD Terampil

4 Zaenab SMP Terampil

5 Ros SMA Terampil

6 Wati SMA Terampil

7 Ela SMP Terampil

8 Ida SMP Dasar

9 Siti SMP Dasar

10 Sopia SMA Dasar

Page 76: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

66

peserta dan membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi. Seperti kata Ibu

Haninah:

“Dalam keterampilan menjahit harus banyak mengetahui tentang

berbagai mesin. Diantaranya yaitu: mesin jarum satu, mesin utama,

mesin obras, mesin jarum dua dan lain-lainnya”74

.

b. Belajar menjalankan jarum di atas kertas tanpa benang

Para peserta diajarkan menjalankan jarum tanpa benang diatas kertas

dengan menggikuti garis yang telah tercetak. Materi ini bertujuan agar

peserta terbiasa dan terlihat tidak kaku. Motif garis yang di ajarkan

berupa lingkaran, zig zag, lurus atas bawah dan berbagai macam bentuk.

Tahapan ini sangat berguna untuk para peserta,walaupun kelihatan

mudah ternyata para peserta tetap merasa kesulitan. Dan tahapan ini

berjalan selama satu minggu.Para peserta benar-benar ditekankan untuk

bisa mengikuti garis yang disediakan.

c. Belajar Menjalankan Jarum di Atas kertas memakai benang

Setelah peserta dirasa telah lancar menjalankan jarum diatas kertas, kini

saatnya menggunakan benang untuk menjahit. Tetap seperti awal bahan

dasar yang digunakan adalah kertas dan pola garis yang di ujikan juga

sama. Yang membedakan pada tahap ini adalah penggunaan benang saja.

Para peserta akan lebih dapat melihat hasil yang mereka jahit, tidak

hanya sebatas kertas yang bolong saja melainkan ada aluran jarum yang

melekat pada kertas.

74

Wawancara Pribadi dengan Ibu Haninah, Depok, 25 February 2013.

Page 77: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

67

Tahapan ini juga menentukan apakah peserta sudah benar-benar lancar

dan bisa pindah pada media yang sebenarnya atau bahan. Hal ini sesuai

dengan ucapan Ibu Haninah, “Para peserta akan melanjutkan ketahapan

penggunaan bahan jika pada tahapan menjahit di atas kertas sudah

lancar”75

. Biasanya tahapan ini berjalan satu minggu pada minggu ke-III,

Ibu Haninah akan menambahkan waktu dan hari pelaksanaan jika para

peserta belum mampu.

d. Belajar Menjahit Menggunakan Bahan

Setelah dilihat para peserta sudah mulai cukup mahir menggunakan

jarum untuk menjahit, maka media yang digunakan adalah bahan atau

kain. Ditahap ini para siswa diberikan potongan-potongan kain bekas

dan diperintahkan untuk bisa menyatukannya atau membuat suatu model

jahitan tertentu. Memang tidak terlalu ditekankan untuk membuat apa

tetapi diharapkan para peserta mampu menjahit diatas bahan.

Seperti dikatan Ibu Haninah,” para peserta tidak di anjurkan untuk

membuat sesuatu. Tetapi peserta harus mampu membuat jahitan diatas

bahan, bahan yang dipakai adalah bahan sisa, hal ini sangat menunjang

kemahiran peserta untuk beberapa saat kedepan sebelum mereka

membuat macam-macam keterampilan”76

.

e. Membuat Pola

Materi pembuatan pola adalah dasar sebelum para peserta benar-benar

akan membuat suatu hasil kerajinan, pada tahapan pembuatan pola

75

Wawancara Pribadi dengan Ibu Haninah, Depok, 25 february 2013. 76

Ibid.

Page 78: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

68

peserta diajarkan berbagai jenis bentuk. Mulai dari rample, kembang, lis

pinggir jahitan dan macam-macam bentuk lainnya. Peserta juga

diajarkan membuat pola bentuk kerajinan seperti tutup kulkas, bantal

love, perlak memasak, tutup galon dan masih banyak lagi. Dari pola

yang mereka buat nantinya akan dijadikan barang jadi atau kerajinan

yang layak pakai bahkan dipasarkan.

f. Praktek Membuat Berbagai Macam Kerajinan

Inilah tahap inti dari pebelajaran keterampilan menjahit. Setelah lama

para pesrta belajar menjalankan mesin di berbagai media dan pembuatan

pola. Pada tahapan ini peserta akan di uji kemampuannya sejauh mana

peserta dapat menggunakan mesin. Kerajinan pertama mereka buat

adalah perlak untuk masak, ini merupakan model dasar yang mudah

seterusnya mereka akan diberikan model-model lain yang lebih

berfariasi.

Tahapan ini berjalan cukup lama, hampir dari semua waktu dari tahapan

pelatihan menjahit adalah praktek pembuatan kerajinan. Ditahapan ini

instruktur sangat menekankan para peserta dapat membuat suatu

kerajinan, karena inilah yang akan mereka kembangkan. Para peserta

bisa membuat usaha kecil dirumah dengan kemampuan pembuatan

berbagai macam kerajinan dari hasil keteampilan menjahit ini.

Seperti kata Ibu Haninah:

“Model-model keterampilan yang diajarkan harus berpariasi, tidak hanya

pada satu model saja. Hal ini bertujuan untuk membangun kreatifitas dan

Page 79: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

69

imajinasi peserta untuk berkembang. Kami menggharapkan para peserta

mampu mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan dari KopWan

ini”77

.

Berbagai macam pembuatan kerajinan diajarkan. Ada tutup kulkas,

tutup galon, perlak masak, bantal love, sarung bantal, bahkan pakaian

jadi seperti pembuatan celana olahraga dan celana leging. Variasi ini

bertuajuan agar para peserta mempunyai berbagai keahlian dalam

keterampilan dan juga dapat dikembangkan nantinya.

g. Ujian Keterampilan

Tahapan ini dilakukan setelah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran

telah usai. Ujian dilaksanakan pada minggu ke-XVI, materi yang di

ujikan adalah menjahit diatas kertas dengan mengikuti pola yang telah

ditentukan dan peserta diperintahkan membuat suatu kerajinan dari apa

yang telah mereka dapatkan dalam pelatihan. Karena pada akhir dari

pelatihan ini para peserta akan mendapatkan sertifikat yang

menerangkan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan keterampilan

menjahit. Sertifikat ini akan berguna ketika para peserta melamar kerja

nanti.

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung

maupun tiba-tiba, menurut Adi Asbandi Rukminto melalui 7 (tujuh) tahapan

pemberdayaan beberapa proses, yaitu78

:

77

Wawancara Pribadi dengan ibu Haninah, Depok, 25 February 201. 78

Adi Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 2003) h. 54.

Page 80: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

70

Ada beberapa tahapan dari pelatihan keterampilan menjahit di Koperasi

Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera yaitu:

a. Tahapan Perencanaan (Planning)

Tahapan ini merupakan perencanaan pada mateeri-materi baru dan

pengetaturan jadwal. Umumnya perencanaan dilakukan ketika peserta

telah mengikuti tahapa penelusuran minat dan bakat. Pada tahap ini

instruktur membuat sendiri tentang kurikulum yang akan diajarkan pada

peserta, tahapan ini sangat menentukan akan berapa lama waktu yang

dibutuhkan untuk peserta ikut dalam pelatihan menjahit. Jadwal yang

dibuat akan disesuaikan dengan kegiatan di Koperasi Wanita Wira Usaha

Bina Sejahtera.

b. Tahapan Pelaksanaan Program (Implementation)

Pelaksanaan program diKoperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

melalui pelatihan keterampilan menjahit ini merupakan upaya untuk

mengembalikan keberfungsian sosial. Koperasi ini berusaha untuk

memberdayakan wanita agar mampu memberdayakan diri sendiri dan

dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilan menjahit dan

juga dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Pelaksanaan

program keterampilan melalui beberapa tahapan: pengenalan mesin,

pembuatan pola, pembuatan kerajinan dan ujian keterampilan.

Tahapan ini harus di ikuti oleh setiap peserta, karena ini akan menjadi

setiap orientasi mereka terhadap pengenalan mesin dan manfaatnya

sekaligus melatih kepekaan tangan mereka terhadap mesin. Dan kendala

Page 81: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

71

yang dihadapi tidak hanya itu saja, peserta juga harus dapat beradaptasi

dengan waktu yang telah ditentukan dalam pelatihan ini. Peserta sebisa

mungkin harus bisa menggunakan waktu dan kesempatan yang mereka

miliki jika ingin cepat ahli dalam keterampilan menjahit.

Persoalan yang lain, peserta yang ikut keterampilan memiliki latar

belakang keterampilan yang berbeda ada yang sudah paham dan ada yang

belum sama sekali, jadi para Instruktur harus mengimbangi materi yang

diberikan antara yang sudah sedikit mahir dengan yang belum mahir sana

sekali.

c. Tahapan Evaluasi (Evaluation)

Tahapan ini dilakukan dengan mengadakan ujian materi pada akhir

kegiatan program pelatihan keterampilan menjahit. Evaluasi harian juga

dilakukan oleh Instruktur setiap jam kelas berakhir. Tahapan evaluasi ini

akan menimbulkan berbagai ide dan gagasan yang akan menjadi acuan

pada pelatihan berikutnya.

d. Tahapan Terminasi

Tahapan ini diajukan dengan pemberian sertifikat bagi para peserta.

Peserta diharapkan mampu menggunakan keilmuan yang mereka telah

dapatkan selama mengikuti pelatihan dan dapat membantu perekonomian

mereka.

Page 82: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

72

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program

Keterampilan Menjahit di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

Faktor Pendukung dan penghambat dalam kegiatan program keterampilan

menjahit terbagi dalam dua komponen, ada yang berasal dari dalam (internal) dan

dari luar (eksternal). Diantaranya adalah:

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Keterampilan Menjahit

a. Alat Praktek yang cukup mendukung

Alat praktek atau unit mesin di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

sejahtera ini cukup banyak sehingga memungkinkan para peserta bisa

mengikuti pelatihan keterampilan dengan baik. Hampir setiap peserta

menggunakan satu mesin dalam sekali praktek pelatihan keterampilan. Dan

inilah faktor pendukung yang sangat menunjang guna terlaksananya kegiatan

praktek keterampilan menjahit, sesuai dengan hasil wawancara Ibu Ida:

“Disini mesin untuk jaitnya sudah banyak satu orang satu msesin jait”79

.

b. Metode yang berfariasi

Para peserta tidak akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan.

Dalam pelatihan keterampilan menjahit peserta mendapatkan berbagai macam

model kerajinan. Hal ini sangat memotifasi peserta agar lebihgiat lagi,

sekaligus menjadi acuan untuk membangun imajinasi siswa terhadap hal-hal

baru yang mungkin belum mereka dapatkan.

79

Wawancara Pribadi dengan ibu Ida, 25 February 2013.

Page 83: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

73

c. Bersertifikat

Pelaksanaan program keterampilan menjahit ini bersertifikat non

formal, namun diakhir pelatihan peserta diberikan kelulusan yang bisa

dipergunakan, misalnya bial peserta ingin melamar pekerjaan. Diharapkan

peserta mampu menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari

keterampilan menjahit. Dan dari sertifikat ini memudahkan peserta pelatihan

keterampilan menjahit dalam mencari pekerjaan misalnya perusahaan

Garment. Di Indonesia terdapat begitu banyak pabrik Garment yang

merupakan perusahaan yang banyak menarik buruh wanita untuk

dipekerjakan.upah yang ditawarkan pun setara dengan UMR Nasional, dan

inilah faktor pendukung dari luar (Eksternal) untuk keterampilan menjahit.

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keterampilan Menjahit

a. Tidak adanya montir mesin

Ketika mesin rusak maka kegiatan pemberian keterampilan akan

terhambat. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi para peserta, karena

mereka tidak bisa menggunakan mesin apalagi jika mesin rusak lebih dari satu

semakin menambah buruk keadaan. Maka keberadaan montir ini sangat

diperlukan ketika mesin rusak, supaya kegiatan belajar menjahit tetap

berjalan.

Page 84: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

74

b. Kerjasama dengan pihak lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Rita Koperasi ini tidak

bekerja sama dengan pihak lain: “Koperasi ini mah jalan sendiri ngga da

kerjasama dengan orang sendiri ja”80

Koperasi ini tidak bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan

keterampilan menjahit, seandainya Koperasi ini bekerjasama dengan Investor

asing untuk membuka usaha, pasti akan menjadikan lapangan pekerjaan bagi

peserta keterampilan menjahit. Setidaknya peserta bisa magang diperusahaan

tersebut dan akan menjadi pertimbangan perusahaan ketika peserta di anggap

layak untuk dipekejakan.

c. Tidak adanya Tempat untuk Pelatihan Keterampilan Menjahit

Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera ini berada di naungan

Masjid Baiiturrahim Bulaktimur-Depok, Masjid ini hanya perantara karena

pelatihan keterampilan menjahit ini berdiri dari komunitas Ibu-ibu pengajian

yang diketuai oleh Ibu Marnih, beliau adalah ketua pengajian sekaligus ketua

Koperasi tersebut. Tempat pelatihan dilaksanakan dirumah Ibu Marnih, hal

inilah yang menjadi penghambat karena belum adanya tempat khusus atau

aula dalam pelaksanaan pelatihan menjahit.

d. Kurang Motivasi dari Keluarga

Ada beberapa peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan

menjahit diperintahkan pulang baik dari anak maupun suaminya. Mungkin

keluarga atau suaminya tidak paham dengan tujuan pemberian keterampilan

80

Wawancara Pribadi dengan ibu Rita, 25 February 2013.

Page 85: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

75

menjahit ini. Hal tersebutlah yang menjadi penghambat para peserta dalam

pelatihan keterampilan menjahit.

Page 86: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab terdahulu, maka

penulis mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Program yang dilakukan di Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

dalam pemberian pelatihan keterampilan menjahit adalah upaya

pemberdayaan perempuan dalam mengembangkan potensi sehingga dapat

meningkatkan perekonomian keluarga dan diharapkan dari hasil pelatihan

keterampilan menjahit ini bisa menjadi modal untuk mereka agar dapat

membuka usaha sendiri sehingga para perempuan bisa memberdayakan diri

sendiri juga dapat membantu perekonomian keluarganya. Dalam pelatihan

keterampilan menjahit ini bukan hanya pengetahuan tentang menjahit saja

yang mereka dapatkan, akan tetapi juga dapat mempererat ukhuah

Islamiyah dari segi silaturahmi. Instruktur pelatihan keterampilan menjahit

ini pun sangat berpengalaman bahkan sudah mempunyai usaha konveksi

sendiri dan juga toko pakaian dia membantu para peserta pelatihan

menjahit dalam memberikan pengetahuannya tentang keterampilan

menjahit. Peserta pelatihan keterampilan menjahit ini memang tidak terlalu

banyak yaitu hanya 10 orang saja, karena pelatihan keterampilan menjahit

ini hanya di komunitas Ibu-ibu pengajian saja dan juga beberapa ibu-ibu

diluar pengajian yang mengikuti program pelatihan keterampilan menjahit

76

Page 87: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

77

ini. Pelatihan dilaksanakan selama 3 bulan, tiap minggunya hanya 2 hari

dalam satu minggu yaitu hari senin dan kamis. Pelatihan ini dilaksanakan

hanya 2jam mulai dari jam 09.00-11.00WIB.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan program keterampilan

menjahit terbagi dalam dua komponen, ada yang berasal dari dalam

(internal) dan dari luar (eksternal). Diantaranya adalah:

a. Faktor pendukung pelaksanaan keterampilan menjahit alat praktek yang

cukup mendukung seperti alat praktek atau unit mesin sehingga

memungkinkan para peserta bisa mengikuti pelatihan keterampilan

dengan baik, metode yang berfariasi dengan begitu para peserta tidak

akan merasa jenuh dengan materi yang diberikan dan bersertifikat non

formal, namun diakhir pelatihan peserta diberikan kelulusan yang bisa

dipergunakan, misalnya bila peserta ingin melamar pekerjaan.

b. Faktor penghambat pelaksanaan keterampilan menjahit seperti tidak

adanya montir mesin sehingga jika mesin mengalami kerusakan maka

harus mencari tempat servis mesin sendiri, tidak adanya kerjasama

dengan pihak lain dan tidak adanya tempat untuk pelatihan keterampilan

menjahit serta kurang motivasi dari keluarga beberapa peserta yang

mengikuti pelatihan keterampilan menjahit Ketika mesin rusak maka

kegiatan pemberian keterampilan akan terhambat.

Page 88: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

78

B. Saran

Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai upaya Koperasi Wanita

Wira Usaha Bina Sejahtera melalui program keterampilan menjahit, ada beberapa

saran-saran dari penulis diantaranya:

1. Program Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera harus lebih

melebarkan sayapnya ke daerah lain yang sama-sama membutuhkan

bantuan-bantuan dalam rangka pengembangan ekonomi.

2. Keluarga atau masyarakat hendaknya memberikan motivasi dan dukungan

kepada program keterampilan ini karena program keterampilan menjahit ini

mampu mengembangkan ekonomi mereka.

3. Hendaknya Pemerintahan Dewan Kelurahan maupun Pemerintahan Desa

baik tingkat RW,RT dapat membantu memfasilitasi tempat untuk pelatihan

keterampilan menjahit.

4. Dalam merancang materi pelatihan keterampilan hendaknya Koperasi

Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera melakukan analisis gender terlebih

dahulu agar bisa memahami permasalahan sebenarnya yang dialami

perempuan, memahami kebutuhan perempuan, dan tindakan yang tepat dan

perlu dilakukan dalam membantu perempuan menghadapi

permasalahannya. Misalnya saja, dengan melibatkan perempuan (dalam hal

ini perempuan/ ibu-ibu peserta pelatihan) pada saat penyusunan program,

sehingga kopwan bisa lebih memahami kebutuhan pelatihan apa yang

dibutuhkan perempuan. Kemudian dalam masalah jadwal pelatihan,

hendaknya kopwan juga mempertimbangkan aspek peran perempuan

Page 89: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

79

sebagai ibu rumah tangga. Misalnya pelatihan diberikan pada hari-hari

libur, atau pada waktu ibu-ibu telah selesai melakukan perannnya mengurus

rumah, suami, dan anak. Hal ini penting agar program tersebut dapat

berkembang efektif dan berkelanjutan.

5. Kegiatan pelatihan keterampilan harus lebih disosialisasikan karena

sesungguhnya program ini menarik dan strategis untuk bisa meningkatkan

kapasitas dan kemandirian perempuan dalam ekonomi.

Page 90: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

80

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi, Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis).

Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2003.

Abdul, Muhammad, Mannan. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta:

Dana Bakti Wakaf, 1995.

Ahmad, Agus, Syafi‟i. Manajemen Masyarakat Islam. Bandung: Gerbang

Masyarakat Baru, 2001.

A, Paul, Samuelson dan D, William, Nordhaus. Pemberdayaan Ekonomi. Jakarta:

Erlangga, 1991.

Arif, Syaiful. Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2000.

Arikunto, Suharsini . Prosedur Penelitian Jakarta. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1993.

Baridi, Lili, Zein, Muhammad, Hudri, Muhammad. Zakat dan Wirausaha.

Jakarta: CED (Center for Enterprenership Development), 2005.

Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo, 1997.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 1991.

Fatimah, Ipah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: UIN

Syarief Hidayatullah, 2000.

Fayumi, Badriyah, et.al, Halaqoh Islam Mengaji Perempuan HAM dan

Demokrasi. Jakarta: Ushull Press, 2004.

80

Page 91: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

81

Ghani, Djunaidi . Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Bina Ilmu,

2001.

Http://www.depok.go.id/profil-kota/geografi.

Http://www.dprd-depokkota.go.id/selayang-pandang/kondisi-geografis-2/.

Ivor, K, Davies. Pengelolaa Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 1991.

J, Lexy, Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,

2000.

Kusnadi. Pendidikan Keaksaraan: Filosofis, Strategi, Implementasi,. Jakarta:

DepDikNas, 2005.

Machendrawaty, Nanih dan Ahmad, Agus, Syafe‟i. Pengembangan Masyarakat

Islam Dari Idiologi, strategi sampai tradisi. Bandung : Rosda Karya, 2001.

Maeceos, Lies dan Natsir, Jender dan Pembangunan. Kantor Mentri

PemberdayaanPerempuan RI dan Women Suport Project 11/CIDA, 2001.

Magnis suseno. S. J. Keadialan dan Analisa Sosial: Segi-Segi Etis, Dalam J.B.

Bana S. J., Wiratman, (ed), Kemiskinan dan Pembebasan. Yogyakarta:

Kannisiius, 1987.

Maimunah Siti. Evaluasi Hasil Program PPMK Melalui Pelatihan Tanaman

Hias. Jakarta, UIN, 2007.

Mangkoesatyoko, Moersarah ,bet.al. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga 1.

Jakarta: F.A. Hasmar ,1975.

Muhammad, Ahmad, Al-Assal dan Ahmad, Fathi, Abdul Karim, Sistem Prinsip

dan Tujuan Ekonomi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Muhammad, Fuad, Fachruddin. Ekonomi Islam. Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982.

Page 92: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

82

Murasa Sarkaniputra, Murasa. Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran

Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid. Jakarta, 1999.

Murniati, A. Nunuk P. Gentar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif

Agama, Budaya dan Keluagra. Magelang: Indonesia Tera,2004.

Naqiyah, Najlah. Otonomi Perempuan. Malang: Bayumedia Publising, 2005.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktikum. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1986.

Roesmidi dan Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint

Jatinagor, 2006.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press, 1987.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT

Revika Aditama, 2005.

Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000.

Sumohadiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pengembangan

Mayarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997.

Sunarijati, Ari, dkk. Perempuan yang Menuntun: Sebuah Perjalann Inspirasi dan

Kreasi. Bandung: Ashoka Indonesia, 2000.

Syaifuddin, Endang, Anshari. Wawasan Islam, Pokok-pokok Pikiran Tentang

Islam dan Umatnnya. Bandung: CV Pustaka Perpustakaan Salman ITB, 1983.

Syamsir dan Aripin, Jaenal, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2006.

Page 93: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

83

Usman, Asep, Ismail. Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa.

Jakarta: Dakwah Press, 2008.

W Artmanda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media, 1998.

Whitherington. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru, 1985.

Wiratmo, Maskur. Pengantar Ekonomi Makro, Seri Diktat Guna Darma. Jakarta:

Guna Darma,1994.\

Wawancara Pribadi dengan Ibu Dawiyah, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Ety, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Haninah, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Ida, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Markonah, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Marnih, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Rita, Depok, Senin 25 february 2013.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Ros, Depok, Senin 25 february 2013.

Page 94: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

84

Page 95: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

85

Page 96: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

86

Lampiran

Pedoman Wawancara untuk Ketua Koperasi Wanita Wira Usaha Bina

Sejahtera

Nama : Marnih Susilawati, S.E

Usia : 49 thn

Jabatan: Ketua Koperasi Wanita Wira Usaha Bina Sejahtera

1. Apa yang melatar belakangi adanya koperasi wanita ini dan apa tujuannya?

Jawab: Faktor utama yang melatar belakangi kegiatan ini adalah ekonomi

keluarga, dan dengan diadakahn kegiatan ini maka wanita desa Bulak Timur

lebih mandiri dan membantu para suami dalam mengembangkan perekonomian

keluarganya

2. Berapa jumlah keseluruhan peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan

disini?

Jawab: Untuk keseluruhan ada 10 orang, dari tingkat dasar, terampil hingga

mahir

3. Berapa jumlah tutor/pendamping?

Jawab: Pendamping ada 2 orang, Ibu Haninah dan Ibu Dawiyah. Karena

mereka merupakan orang yang berpengalaman dalam dunia fashion dan ahli

dalam keterampilan membuat pola pakaian

4. Apa saja program yang didiadakan oleh kopwan tersebut?

Jawab: Memberikan pelatihan menjahit dan konsultasi usaha

5. Siapa saja yang boleh menjadi peserta koperasi wanita ini dan apakah ada

kriteria-kriteria serta batasan-batasan wilayah bagi yang ingin menjadi

peserta?

Jawab: Pada dasarnya untuk ibu-ibu pengajian, tetapi dikarenakan banyaknya

ibu-ibu di Bulak Timur yang ingin memajukan perekonomian keluarga maka

dibuka untuk umum di wilayah Bulak Timur saja.

Page 97: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

87

6. Apa hasil yang dicapai dari penerapan program pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Hasil yang dicapai dalam program diharapkan para peserta dapat

mengembangkan potensi dan dapat meningkatkan perekonomian

7. Apa saja faktor penghambat yang ibu temukan dalam pelaksanaan program

pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Faktor penghambatnya, tidak adanya sertifikat keahlian, tidak adanya

kerjasama dari pihak luar untuk menyalurkan keahlian yang diperoleh perserta

setelah melaksanakan pelatihan tersebut.

8. Apa harapan Ibu terhadap peserta pelatihan?

Jawab: Saya berharap dengan diadakannya program pelatihan keterampilan

menjahit ini dapat memajukan kesejahteraan dan meningkatkan perekonomian

warga Rw 9 serta terwujudnya harapan ibu-ibu Rw 9 Bulak Timur ini

membantu para suami dalam meningkatkan perekonomin keluarga mereka

masing-masing.

Depok, 25 Februari 2013

Marnih Susilawati, S.E

Page 98: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

88

Pedoman Wawancara untuk Pelatih Keterampilan Menjahit

Nama : Ibu Dawiyah

Usia : 38 thn

Jabatan: Pelatih Keterampilan

1. Sudah berapa lama ibu menjadi pelatih disini?

Jawab: Sejak program ini mulai dilaksanakan kira-kira bulan mei tahun 2009

2. Materi apa yang ibu ajarkan?

Jawab: Saya mengajar pada tingkat dasar dan materi yang pertama saya

sampaikan berupa perkenalan mesin, lalu membuat pola dan mulai percobaan

menjahit dengan menggunakan kertas pola tersebut

3. Bagaimana menurut ibu tentang KopWan ini?

Jawab: Saya bersyukur kopwan yang diadakan oleh ibu-ibu PKK di rw 9 ini

sangat bagus karena program ini banyak memberikan ilmu yang bermanfaat,

sehingga para peserta bisa menjahit dan nantinya mereka dapat meningkatkan

perekonomian keluarga dengan bekal menjahit yang diberikan dari kopwan.

4. Apakah menurut ibu program keterampilan menjahit ini berpengaruh pada

perkembangan keahlian menjahit peserta disini?

Jawab: Jelas berpengaruh, karena dengan potensi, keahlian dan bekal ilmu

yang diberikan kami dapat membuat berbagai macam pakaian yang nantinya

bisa kami pergunakan untuk membuka usaha sendiri ataupun dengan bekerja

sebagai karyawan pabrik garment

Page 99: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

89

5. Bagaimana respon peserta ketika mengikuti pelatihan menjahit disini?

Jawab: Respon mereka baik, dan mereka senang dengan kegiatan tersebut.

Terlihat jelas ketika mereka bersemangat mengikuti pelatihan.

6. Apa faktor penghambat dalam proses pelaksanaan pelatihan menjahit disini?

Jawab: Menurut saya faktor penghambat utama yang telihat pada pelatihan ini

yaitu kekurangannya mesin menjahit, karena banyaknya peserta yang ingin

mengikuti pelatihan ini, sedangkan alat terbatas sehingga tidak banyak peserta

yang mengikuti program tersebut.

7. Apa hasil yang telah dicapai program sekolah gratis ini?

Jawab: Hasil yang dicapai adalah dengan keberhasilan dari beberapa peserta

mahir dalam meningkatkan perekonomian keluarganya dengan membuka

usaha sendiri dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain

8. Apa harapan ibu terhadap peserta kedepannya dengan adanya pelatihan

menjahit disini?

Jawab: Harapan saya adalah pencapaian keinginan/harapan peserta mengkuti

pelatihan untuk meningkatkan perekonomian keluarga mereka sendiri

Depok, 25 Februari 2013

Dawiyah

Page 100: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

90

Pedoman Wawancara untuk Pelatih Keterampilan Menjahit

Nama : Ibu Haninah

Usia : 42thn

Jabatan: Pelatih Keterampilan

1. Sudah berapa lama ibu menjadi pelatih disini?

Jawab: Sejak berdirinya program ini

2. Materi apa yang ibu ajarkan?

Jawab: Pada tingkat terampil saya mengajarkan mereka cara membuat pakaian

dengan fashion yang lebih bagus lagi

3. Bagaimana menurut ibu tentang KopWan ini?

Jawab: KopWan adalah koperasi wanita yang diadakan oleh ibu-ibu PKK

dalam naungan kelurahan Rw 9 guna meningkat perekonomian warga Rw 9.

Program ini bagus, karena program tersebut sangat positif dan dapat

memajukan kesejahteraan warga Rw 9

4. Apakah menurut ibu program keterampilan menjahit ini berpengaruh pada

perkembangan keahlian menjahit peserta disini?

Jawab: Tentu sudah pasti sangat perpengaruh, tujuan program tersebutkan

untuk meningkatkan potensi dan keahlian menjahit peserta.

5. Bagaimana respon peserta ketika mengikuti pelatihan menjahit disini?

Jawab: Respon mereka bagus,walaupun pada awal pelaksaan bagi tingkat

dasar amatlah sulit, tetapi harapan mereka besar sehingga mereka bersemangat

untuk melaksanakannya.

Page 101: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

91

6. Apa faktor penghambat dalam proses pelaksanaan pelatihan menjahit disini?

Jawab: Jika mesin rusak, tidak adanya montir khusus yang dapat memperbaiki

mesin dengan cepat.

7. Apa hasil yang telah dicapai program sekolah gratis ini?

Jawab: Peserta yang mencapai kesuksesan, seperi Eti peserta yang membuka

usaha sendiri dengan memproduksi pakaian dan leging serta membuka

lapangan pekerjaan bagi orang lain

8. Apa harapan ibu terhadap peserta kedepannya dengan adanya pelatihan

menjahit disini?

Jawab: Saya berharap peserta yang mengikuti pelatihan ini semuanya

mendapatkan kesuksesan dan mampu mengembangkan diri diluar tempat

pelatihan.

Depok, 25 Februari 2013

Haninah

Page 102: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

92

Pedoman Wawancara untuk Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit

Nama : Ibu Bunga Rita

Usia : 20

Jabatan: Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit (tingkat terampil )

1. Sudah berapa lama ibu mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Saya baru seminggu ikut pelatihan disni.

2. Dari mana ibu tahu tentang pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Dari teman saya mba dewi yang telah lama ikut pelatihan ini,dan

sekarang mba dewi telah bekerja di pabrik garment.

3. Apa kegiatan ibu sebelum mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab : Saya lulusan SMA dan sebelum pelatihan saya bekerja menjaga toko

yang pemiliknya adalah bu Eti Komalasari,beliau juga pernah ikut pelatihan

dan sekarang sudah mempunyai toko dan membuka usaha garmen sendiri

dirumahnya.

4. Bagaimana menurut ibu dengan adanya pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Saya sih senang saja, karena saya mendapatkan ilmu pengetahuan

tentang menjahit dan saya bisa membuat pakaian sesuai keinginan saya

nantinya jika sudah pada tingkat mahir

5. Apa saja materi yang ibu dapatkan dari pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Karena masih baru saya belajar materi ditingkat dasar pengenalan

mesin dan membuat pola.

Page 103: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

93

6. Menurut ibu bagaimana pelatih/pendamping dalam memberikan materi, apakah

mudah dimengerti?

Jawab: Menurut saya sih Ibu Dawiyah cara mengajarnya bagus dan dapat

dimengerti, beliau memantau satu per satu peserta. Jika ada yang tidak

dimengerti Ibu Dawiyah tidak segan untuk membantu dan mengarahkan

peserta dalam cara membuat pola dan lainnya.

7. Faktor penghambat yang ibu hadapi selama belajar menjahit di pelatihan

keterampilan ini?

Jawab: Saya merasa tidak ada pengahambatnya karena saya penganguran dan

belum berkeluarga.

8. Apa rencara ibu setelah selesai mengikuti pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Jika ada modal saya sih inginnya seperti Ibu Eti Komalasari. Membuka

usaha sendiri dan memasarkannya dengan membuka toko sendiri

Depok, 25 Februari 2013

Bunga Rita

Page 104: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

94

Pedoman Wawancara untuk Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit

Nama : Ida Nuraini

Usia : 25 thn

Jabatan: Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit ( tingkat dasar)

1. Sudah berapa lama ibu mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Saya sudah 2 bulan lebih disini

2. Dari mana ibu tahu tentang pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Dari Ibu Rt wktu saya sedang silaturahim kerumah beliau untuk

memperpanjang KTP.

3. Apa kegiatan ibu sebelum mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Ibu rumah tangga, saya sudah menikah 2 thn, melihat suami pontang

panting mencari uang sendiri saya merasa kasihan dan ingin membantu,

daripada saya berdiam diri dirumah lebih baik saya ikut pelatihan tersebut dan

mulai mencoba bekerja menjadi penjahit panggilan

4. Bagaimana menurut ibu dengan adanya pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Bagus sekali, karena pelatihan ini kan positif juga memberikan imu

yang bermanfaat kepada perempuan didesa ini, apalagi pelatihan ini diadakan

secara Cuma-Cuma sehingga tidak membebani warga miskin seperti kami.

5. Apa saja materi yang ibu dapatkan dari pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Dari cara menggambar pakain dikertas dan pembuatan pola hingga

menjahit dengan rapih

6. Menurut ibu bagaimana pelatih/pendamping dalam memberikan materi, apakah

mudah dimengerti?

Page 105: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

95

Jawab: Ibu Haninah bagus,walaupun agak sedikit keras tetapi selalu

memberikan motivasi untuk maju..

7. Faktor penghambat yang ibu hadapi selama belajar menjahit di pelatihan

keterampilan ini?

Jawab: Ibu rumah tangga seperti saya ini faktor penghambatnya adalah anak,

maklum ibu-ibu selalu ribet dengan anak.

8. Apa rencara ibu setelah selesai mengikuti pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Rencana saya maunya buka usaha sendiri, tetapi karena tidak ada

modal maka saya bekerja saja dulu sebagai penjahit penggilan.

Depok, 25 February 2013

Ida Nuraini

Page 106: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

96

Pedoman Wawancara untuk Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit

Nama : Eti Komalasari

Usia : 29

Jabatan: Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit (tingkat mahir)

1. Sudah berapa lama ibu mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Saya alumni, sekarang saya sudah mempunyai usaha sendiri dirumah

dengan memproduksi celana alandin dan leging

2. Dari mana ibu tahu tentang pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Karena saya aktif dalam acara ibu-ibu PKK jadi saya tahu dari ibu-ibu

tersebut.

3. Apa kegiatan ibu sebelum mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab: Dulu saya ibu rumah tangga yang aktif mengikuti acara ibu-ibu PKK

dan saya sering terlibat dalam acara-acara tersebut

4. Bagaimana menurut ibu dengan adanya pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Sudah pasti bagus, karena dapat mensejahterakan perempuan-

perempuan dikampung Bulak Timur ini, khusunya di Rw 9

5. Apa saja materi yang ibu dapatkan dari pelatihan keterampilan ini?

Jawab: Semua materi pembelajaran sudah saya kuasai

6. Menurut ibu bagaimana pelatih/pendamping dalam memberikan materi, apakah

mudah dimengerti?

Page 107: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

97

Jawab: Menurut saya Ibu Dawiyah dan Ibu Haninah bagus dalam memberikan

materi pembelajaran, dan mereka pun sangat berpengalaman dalam bidang

menjahit tersebut.

Depok, 25 February 2013

Eti Komalasari

Page 108: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

98

Pedoman Wawancara untuk Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit

Nama : Markonah

Usia : 29

Jabatan: Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit (tingkat terampil )

1. Sudah berapa lama ibu mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab : 1 bulan

2. Dari mana ibu tahu tentang pelatihan keterampilan ini?

Jawab : Dari tetangga saya yang ikut kursus itu.

3. Apa kegiatan ibu sebelum mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab : Saya cuma ibu rumah tangga

4. Bagaimana menurut ibu dengan adanya pelatihan keterampilan ini?

Jawab : senang, karna disini ibu dapat banyak kepinteran saya bisa jahit sendiri

lumayan setidaknya buat baju buat ibu dan keluarga ibu

5. Apa saja materi yang ibu dapatkan dari pelatihan keterampilan ini?

Jawab : banyak kaya bikin pola trus belajar jahit masih banyak lagi deh yang

saya tau disini.

6. Menurut ibu bagaimana pelatih/pendamping dalam memberikan materi, apakah

mudah dimengerti?

Jawab : Ibu Dawiyah sieh ngajarnya bagus dan telaten, dia ngeliatin satu per

satu peserta. Jika ada yang ngga dimengerti dia nggak segan-segan untuk

ngebantuin dan ngasih tau peserta

Page 109: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

99

7. Faktor penghambat yang ibu hadapi selama belajar menjahit di pelatihan

keterampilan ini?

Jawab : keluaga ibu kan ibu punya anak sekolah jadi waktu kursus ibu

berkurang.

8. Apa rencara ibu setelah selesai mengikuti pelatihan keterampilan ini?

Jawab : ibu sieh ga muluk-muluk ibu bisa jait buat baju sendiri untk keluarga

udah seneng banget tapi jujur pengen juga buka usaha sendiri

Depok, 25 February 2013

Markonah

Page 110: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

100

Pedoman Wawancara untuk Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit

Nama : Ibu Ros

Usia : 30

Jabatan: Peserta Pelatihan Keterampilan Menjahit (tingkat terampil )

1. Sudah berapa lama ibu mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab : Saya sudah 3 bulan disini.

2. Dari mana ibu tahu tentang pelatihan keterampilan ini?

Jawab : Dari teman kakak saya ikut pelatihan disini.

3. Apa kegiatan ibu sebelum mengikuti pelatihan keterampilan disini?

Jawab : Saya jualan nasi uduk gorengan.

4. Bagaimana menurut ibu dengan adanya pelatihan keterampilan ini?

Jawab : Saya senang, saya dapet ilmu menjahit dan saya bisa membuat pakaian

sendiri mudah-mudahan bisa buka toko nanti

5. Apa saja materi yang ibu dapatkan dari pelatihan keterampilan ini?

Jawab : pengenalan mesin dan membuat pola, ya sudah sampai bisa bikin 1

baju sendiri.

6. Menurut ibu bagaimana pelatih/pendamping dalam memberikan materi, apakah

mudah dimengerti?

Jawab : Menurut saya sih Ibu Dawiyah mengajarnya bagus dan dapat

dimengerti, ibu telaten banget. Ibu sering membantu dan mengarahkan peserta

dalam menjahit.

Page 111: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

101

7. Faktor penghambat yang ibu hadapi selama belajar menjahit di pelatihan

keterampilan ini?

Jawab : alhamdulillah Saya tidak ada pengahambatnya.

8. Apa rencara ibu setelah selesai mengikuti pelatihan keterampilan ini?

Jawab : pengennya sieh punya toko sendiri mudah-mudahan ja ya mba

Depok, 25 Februari 2013

Page 112: PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM …

102