35
dr. IKA KOMALA BAGIAN FARMAKOLOGI UNSWAGATI

Pemberian Antibiotik Secara Rasional Di Klinik

  • Upload
    dea

  • View
    68

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

dr. IKA KOMALABAGIAN FARMAKOLOGI UNSWAGATI

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

Dalam penanganan penyakit infeksi, pemberian antimikroba adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, selain pemberian obat-obat simtomatik dan terapi suportif lainnya.

Penggunaan antibiotikapun semakin meluas,untuk itu diperlukan pemahaman mengenai dasar-dasar pemilihan antibiotika sehingga penggunaannya dapat efektif dan efisien.

Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran.

Adanya tekanan promosi dari berbagai pabrik obat tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan.

Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus infeksi, agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik rasional, kita tetap harus berfikir secara mikrobiologik.

Jika kita menghadapi kasus infeksi dengan berbagai simtomnya, harus kita bayangkan

kira-kira kuman apa yang

penyebabnya? Gram positif atau negatif? Aerob atau anaerob? Terhadap antibiotik golongan mana

kiranya kuman tersebut masih sensitif?

Adanya anggapan bahwa antibiotika yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari AB lama merupakan anggapan yang salah!

Ada beberapa hal penting mengenai AB yang perlu diketahui sebelum kita memilih dan menggunakannya, yaitu :

1.Sifat aktifitasnya2.Spektrum 3.Mekanisme Kerja4.Pola Resistensi5.Efek samping

Selain itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.

1. Sifat aktifitasnya

Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme kuman.

Bakteriosidik : membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel.

untuk infeksi yang berat, apalagi jika keadaan pertahanan tubuh penderita kurang baik, maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.

2. Spektrum antibiotika

Spektrum sempit : hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu.

Spektrum luas : dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif.

pemakaian AB spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan.

bila jenis kuman tidak dapat dipastikan, maka dipakai AB spektrum luas.

3.Mekanisme kerja Antibiotika Antibiotik yang menghambat

metabolisme sel kuman. Mis : sulfonamid, trimetoprim

Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman. Mis: penicillin, sefalosporin

Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman. mis : polimiksin

Antibiotik yang menghambat sintesa protein kuman. Mis : aminoglikosid, makrolid, tetrasiklin, kloramfenikol

Antibiotik yang menghambat sintesa asam nukleat kuman, mis :rifampicin,kuinolon

4. Pola resistensi

Dalam pemakaian AB, perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat, misalnya : campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap ciprofloxacine tetapi di Thailand banyak yang resisten karena pemakaian luas untuk terapi STD.

5. Efek sampingAda 3 macam efek samping, yaitu :

1.Reaksi alergi2.Reaksi idiosinkrasi, co: pemakaian

primaquin dapat merangsang terjadinya anemia hemolitik berat pada individu tertentu.

3.Reaksi toksik, co: gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

Pemakaian antibiotika berdasarkan “educated guess” Dalam keadaaan ideal, kuman

penyebab infeksi dapat diketahui dengan pasti, sehingga pilihan AB dapat dilakukan dengan mudah karena sudah ada tes sensitifitas.

Terapi yang didasarkan atas pemeriksaan mikrobiologik tersebut disebut terapi definitif

Dalam keadaan tidak mungkin (seperti di Puskesmas),kita menggunakan prinsip “Educated Guess” dengan mempertimbangkan organ/sistem yang kena infeksi, kuman penyebab, dan kemudian menentukan AB mana yang paling sesuai.

Prinsip dasar penggunaan antibiotik rasional

1. Tepat indikasi2. Tepat penderita3. Tepat pemilihan jenis Antibiotik4. Tepat dosis5. Efek samping minimal6. Bila diperlukan : kombinasi yang

tepat7. Ekonomik

DIDASARKAN RASIO 1. TEMPAT INFEKSI

2. SPEKTRUM AB ( INDIKASI)

3. SIFAT FARMAKOKINETIK AB, dll

4. EFEKTIVITAS KLINIS / HASIL UJI KLINIS

5. PENGALAMAN KLINIS

6. KEAMANAN AB

7. POTENSI TIMBULNYA RESISTENSI

8. BIAYA OBAT

9. “MASKING EFFECT”

MANFAATRISIKO

PRINSIP UMUM PENGGUNAAN AB

Langkah yang dapat ditempuh dalam upaya memilih antibiotika secara rasional

1. Tepat indikasi, tepat penderita

Pastikan bahwa pasien benar membutuhkan antibiotika. Atau dengan kata lain, pastikan bahwa pasien sungguh mengalami infeksi bakteri.

Salah satu pemeriksaan yang dapat membedakan infeksi bakteri sistemik akut dan infeksi virus adalah hitung leukosit.

Pada infeksi bakteri sistemik, jumlah leukosit meningkat dengan disertai peningkatan persentase neutrofil (batang dan segmen)

Sedangkan infeksi virus umumnya tidak akan menyebabkan peningkatan neutrofil, tetapi peningkatan limfosit atau monosit.

2. Perkirakan bakteri yang menjadi penyebab infeksi

Perkiraan ini didasarkan pada kemungkinan lokasi infeksi primer yang dapat ditentukan dari hasil analisis terhadap berbagai gejala, tanda serta hasil uji laboratorium yang ditemukan pada pemeriksaan.

3. Tentukan antibiotika

Tentukan beberapa pilihan antibiotika yang memiliki efektivitas terhadap dugaan bakteri penyebab.

Dalam hal ini, kita harus mengingat kembali “drug of choise” dari berbagai infeksi.

4. Riwayat pemberian antibiotik

Pertimbangkan riwayat pemberian antibiotik sebelumnya, kemampuan adaptasi bakteri yang sangat tinggi menyebabkan besarnya kemungkinan bahwa bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotik yang sebelumnya diberikan.

5. Pertimbangkan kemampuan penetrasi antibiotika ke lokasi fokus infeksi

Beberapa lokasi fokus infeksi hanya dapat dipenetrasi oleh antibiotika tertentu. Misal : SSP, karena adanya blood brain barrier.

6.Pertimbangkan adanya kontraindikasi

Pemberian antibiotika harus mempertimbangkan adanya efek samping yang minimal.

Terdapat beberapa kontraindikasi pemberian antibiotika, misalnya dalam hal usia, alergi, gangguan fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, dll.

7. Tentukan bentuk sediaan dan dosis

Bentuk sediaan dan dosis antibiotika ditentukan berdasarkan usia, berat badan, keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati pasien.

8. Bila diperlukan, pertimbangkan kombinasi antibiotika yang tepat

Sebagian infeksi sebaiknya diobati dengan agen antimikroba tunggal

Meskipun ada indikasi untuk terapi kombinasi, kombinasi-kombinasi antimikroba seringkali digunakan secara berlebihan dalam praktek klinis.

Penggunaan kombinasi antimikroba yang tidak perlu meningkatkan toksisitas dan biaya dan kadang menurunkan efikasi yang disebabkan adanya antagonisme satu obat dengan obat lain.

Indikasi kombinasi antibiotika sebaiknya diseleksi untuk alasan berikut :

1. Untuk memberikan terapi empiris spektrum luas pada pasien-pasien yang sakit parah.

2. Untuk mengobati infeksi-infeksi polimikroba seperti pada abses abdomen.

3. Untuk mengurangi munculnya strain-strain resisten. Misal : pada pemberian antituberkulosis

4. Untuk mengurangi toksisitas yang terkait dosis melalui pengurangan dosis satu atau lebih komponen obat.misal : kombinasi flucytosin dan amphotericin B untuk mengobati meningitis criptococal memungkinkan penurunan dosis amphoterisin B sehingga menurunkan nefrotoksisitas.

9.Tentukan harga antibiotika Bila terdapat beberapa pilihan

antibiotika dengan tingkat efektivitas dan keamanan yang sebanding, pilihlah antibiotik yang paling cost-efektif.

Akibat pemakaian antibiotika yang tidak rasional1. Menurunkan imunitas tubuh2. Biaya tinggi3. Penggunaan obat yang lebih toksik4. Timbulnya efek samping yang tidak

diinginkan.5. Mengganggu perkembangan flora

normal usus.6. Timbulnya Resistensi kuman