71
PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) SERTA TAURIN TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DAN KOLESTEROL TOTAL DARAH SERTA KUALITAS DAN KUANTITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN (Tesis) Oleh Wulan Ayu Nurfitri PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU …digilib.unila.ac.id/56810/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 5. 3. · pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (acanthus

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU

    (Acanthus ilicifolius L.) SERTA TAURIN TERHADAP PENURUNAN

    KADAR GLUKOSA DAN KOLESTEROL TOTAL DARAH SERTA

    KUALITAS DAN KUANTITAS SPERMATOZOA MENCIT

    (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    (Tesis)

    Oleh

    Wulan Ayu Nurfitri

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • ABSTRACT

    PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU

    (Acanthus ilicifolius L.) SERTA TAURIN TERHADAP PENURUNAN

    KADAR GLUKOSA DAN KOLESTEROL TOTAL DARAH SERTA

    KUALITAS DAN KUANTITAS SPERMATOZOA MENCIT

    (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    By

    Wulan Ayu Nurfitri

    Diabetes one of the leading cause of death in the world caused

    abnormalities or disorder work the secretion of insulin, that can be had an

    influence on fertility. Leaves and fruit Acanthus ilicifolius L. and taurine organic

    compounds have antidiabetic compounds. Research aims to understand effect

    extract methanol leaves and fruit Acanthus ilicifolius L., and taurine to blood

    glucose levels , cholesterol and the number of spermatozoa mice male induced

    alloxan. The research method used Completely Randomized Design with 5

    treatment groups and 5 repetitions. Treatment of them, K1 for control negative

    (normal), K2 as a control positive ( induced alloxan ), K3 namely induced alloxan

    and given extract leaves Acanthus ilicifolius L. 22,4 mg / bw for 14 days, K4

    namely induced alloxan and given extract fruit Acanthus ilicifolius L. 22,4 mg /

    bw for 14 days, and K5 as a group that is induced alloxan and given taurine 15.6

    mg/ bw for 14 days. Parameters observed included body weight, blood glucose

    levels, cholesterol levels, number of spermatozoa, and the weight of the testis.

    Data analyzed by OneWay-ANOVA and followed by test fisher the first 5 %.

    Results showing that extracts methanol leaves and fruit Acanthus ilicifolius L. and

    taurine did not affect the body weight, but significantly lower blood glucose and

    cholesterol levels, although only fruit and taurine positively increase the number

    of spermatozoa of male mice induced by alloxan. The research results show that

    extracts methanol leaves and fruit and taurine jeruju can be lowered blood glucose

    levels and cholesterol total significantly and can improve the quality and quantity

    of spermatozoa in mice who were given extract fruit jeruju and taurine and

    capable of repairing cells hearts, pancreas and testicles induced aloksan.

    Key Words: Jeruju, Taurine, Aloksan, Blood Glucose, Cholesterol, Spermatozoa, Mice

  • ABSTRAK

    PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU

    (Acanthus ilicifolius L.) SERTA TAURIN TERHADAP PENURUNAN

    KADAR GLUKOSA DAN KOLESTEROL TOTAL DARAH SERTA

    KUALITAS DAN KUANTITAS SPERMATOZOA MENCIT

    (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    Oleh

    Wulan Ayu Nurfitri

    Diabetes adalah penyebab kematian tertinggi di dunia bersama tiga penyakit

    lainnya (penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit pernafasan) mencakup

    lebih dari 80% kematian dini. Hiperglikemia pada penderita diabetes disebabkan

    kelainan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin yang mana dapat

    berpengaruh terhadap fertilitas. Beberapa kajian menunjukkan bahwa daun jeruju

    dan buah jeruju serta senyawa organik taurin memiliki senyawa antidiabetik.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak metanol daun dan buah

    jeruju (Acanthus ilicifolius L.), serta taurin terhadap kadar glukosa darah,

    kolesterol total darah, kualitas dan kuantitas spermatozoa mencit jantan yang

    diinduksi aloksan. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap

    (RAL) dengan 5 (lima) kelompok perlakuan dan diulang 5 kali. Perlakuan

    diantaranya, yaitu K1 sebagai kontrol negatif (tanpa induksi aloksan maupun

    bahan uji), K2 sebagai kontrol positif (diinduksi aloksan), K3 sebagai kelompok

    yang diinduksi aloksan dan diberi ekstrak daun jeruju 22,4 mg/bb selama 14

    hari, K4 sebagai kelompok yang diinduksi aloksan dan diberi ekstrak buah jeruju

    22,4 mg/bb selama 14 hari, dan K5 sebagai kelompok yang diinduksi aloksan dan

    diberi taurin 15,6 mg/bb selama 14 hari. Data dianalisis dengan One Way Anova

    dan Uji Fisher pada taraf α = 0,05. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak

    metanol daun dan buah jeruju serta taurin dapat menurunkan kadar glukosa dan

    kolesterol total darah secara signifikan dan dapat memperbaiki kualitas dan

    kuantitas spermatozoa pada mencit yang diberi ekstrak buah jeruju dan taurin dan

    mampu memperbaiki sel hati, pankreas dan testis yang diinduksi aloksan.

    Kata kunci : Jeruju, Taurin, Aloksan, Glukosa darah, Kolesterol, Spermatozoa,

    Mencit

  • PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAUN DAN BUAH JERUJU

    (Acanthus ilicifolius L.) SERTA TAURIN TERHADAP PENURUNAN

    KADAR GLUKOSA DAN KOLESTEROL TOTAL DARAH SERTA

    KUALITAS DAN KUANTITAS SPERMATOZOA MENCIT

    (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

    (Tesis)

    Oleh

    Wulan Ayu Nurfitri

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    MAGISTER SAINS

    Pada

    Program Studi Magister Biologi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Lampung

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bayah-Lebak pada tanggal 22

    Desember 1991, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak

    Yaya Mulyadijaya, S.Pd. dan Ibu Nurhayati, S.Pd.

    Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di

    TK Pelita Bayah Lebak Tahun 1998. Dilanjutkan dengan sekolah dasar di SD

    Negeri Bayah Barat 5 yang lulus pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) di SMP Negeri 1 Bayah pada tahun 2007. Tahun 2010, penulis

    menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1

    Bayah. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas

    Pasundan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan

    Biologi dan lulus pada tahun 2014.

    Tahun 2017 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister Biologi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dan

    dinyatakan lulus pada tahun 2019.

  • MOTTO

    “Dunia itu cuma terdiri dari tiga hari

    Kemarin, telah berlalu apa yang kau lakukan

    Besok, kamu tidak tahu tentang besok

    Dan hari ini, dimana kamu berada didalamnya

    Sebenarnya kamu tidak memiliki apa-apa

    kecuali satu hari saja,

    Maka rebutlah hari yang satu itu

    Hari ini ...................................................”

    Sesungguhnya bersama

    kesulitan ada kemudahan.

    Maka apabila engkau telah

    selesai (dari sesuatu

    urusan), tetaplah bekerja

    keras (untuk urusan yang

    lain). Dan hanya kepada

    Tuhanmulah engkau

    berharap.

    (Q.S. ASY-SYARH : 6-8)

  • Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

    PERSEMBAHAN

    Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang selalu dilimpahkan.

    Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW.

    Ku persembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada:

    Yang tercinta, ayahanda dan ibunda yang telah mendidik

    dan membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan cinta dan kasih sayang, selalu mendukung segala langkahku

    untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, yang takkan pernah bisa terbalas sampai kapan pun.

    Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan semangat serta dukungan dan doa serta kasih sayangnya untukku, selalu mengingatkanku

    ketika aku mulai bosan dan mengeluh, dan selalu mendengarkan segala keluhanku.

  • SANWACANA

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan

    Maha Penyayang karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat

    menyelesaikan Tesis yang berjudul “Efek Ekstrak Metanol Daun dan Buah Jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) serta Taurin dalam Menurunkan Kadar Glukosa dan

    Kolesterol Total Darah serta Kualitas dan Kuantitas Spermatozoa Mencit

    (Mus musculus L.) yang Diinduksi Aloksan. Penelitian ini didanai oleh DRPM-

    Kemenristek Dikti Program Tim Pasca Sarjana tahun ajaran 2017-2018. Ucapan

    terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada

    semua yang telah membantu sejak memulai kegiatan sampai terselesaikannya tesis

    ini, ucapan tulus penulis sampaikan kepada:

    1. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku pembimbing I dan selaku

    pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk

    memberikan bimbingan, semangat, ilmu, arahan, ide, saran, dan kritik dengan

    penuh kesabaran selama penulisan tesis ini.

    2. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si., selaku pembimbing II yang telah

    meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat, ilmu, arahan,

    ide, saran, dan kritik dengan penuh kesabaran selama penulisan tesis ini.

    3. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto M.Sc., selaku pembahas I atas saran, kritik,

    ilmu serta dukungan yang telah diberikan sehingga tesis ini terselesaikan.

  • 4. Bapak Dr. Hendri Busman, M.Biomed., selaku pembahas II atas saran, kritik,

    ilmu serta dukungan yang telah diberikan sehingga tesis ini terselesaikan.

    5. Bapak Prof. Hasriadi Mat Akin, M. P., selaku Rektor Universitas Lampung

    6. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Lampung.

    7. Bapak Drs. Suratman, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

    8. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

    Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Lampung.

    9. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., Ketua Program Studi Magister Biologi Fakultas

    Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Lampung.

    10. Ibu Dr. Emantis Rosa, M. Biomed., selaku Kepala Laboratorium

    Biomolekuler dan Mba Nunung Cahyawati, A.Md., selaku laboran yang telah

    banyak membantu penulis selama penulisan tesis ini.

    11. Bapak dan Ibu dosen, staf beserta laboran Jurusan Biologi FMIPA Unila atas

    ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

    12. drh. Joko Siswanto, drh. Eva, mas Bayu, dan mbak Heni dari Balai Penyidikan

    dan Pengujian Veteriner (BPPV) Lampung Regional III, atas bantuannya

    dalam histopatologi.

    13. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Yaya Mulyadijaya S.Pd dan Nurhayati S.Pd)

    yang telah memberi dorongan materil dan moril serta do’a dan kasih

    sayangnya selama ini yang tidak mungkin terbalas oleh apapun dan sampai

    kapanpun.

  • 14. Keluarga besar Agus Saeful Bahri di Lampung yang telah memberi dukungan

    baik materil maupun moril selama penulisan tesis ini.

    15. Kakak dan adikku tercinta yang menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah,

    canda tawa dan motivasi kepada penulis.

    16. Iffa Afiqa Khairani, S.Si., yang telah membimbing penulis selama penelitian

    dan mau berbagi ilmu, dorongan serta motivasi kepada penulis.

    17. Lily, Yona, Ara, Winda, Tyas, Yogi, dan Harnes yang kompak sebagai partner

    selama melakukan penelitian.

    18. Teman-teman anggota laboratorium biologi molekuler yaitu; mba Nung, Sayu

    Kadek, Lily, Yona, Arra, Winda, Tyas, Tia, Inas atas kebersamaannya selama

    melakukan penelitian.

    19. Teman-teman seangkatan pada Magister Biologi 2017 FMIPA Universitas

    Lampung, Novriadi S.Si, Desfika Ardia Putri S.Pd, Yogi Kurnia S.Pd,

    Yoharnes S.Si, Rizka Arifianti S.Si, Evi Yunita Sari S.Pd, dan Tika Lidia Sari

    S.Pd., atas kebersamaan selama menempuh pendidikan di semester-semester

    awal.

    20. Serta almamater Universitas Lampung tercinta

    Bandar Lampung, April 2019

    Penulis,

    Wulan Ayu Nurfitri

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI......................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v

    I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    C. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 6

    D. Hipotesis .................................................................................................... 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 8

    A. Diabetes Melitus ....................................................................................... 8

    1. Diabetes Melitus Tipe 1....................................................................... 9 2. Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................................... 9 3. Gestational Diabetes Mellitus (Gdm) .............................................. 10 4. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus................................................. 10

    B. Kolesterol ………………………………………………………………. 11 C. Jeruju ........................................................................................................ 12

    1. Kalasifikasi Tumbuhan Jeruju........................................................... 12

    2. Deskripsi Tumbuhan Jeruju...................................................... .......... 13

    3. Kandungan Kimia Jeruju...................................................... .............. 14

    4. Kegunaan Jeruju ................................................................................. 15

    D. Taurin............................................................ ............................................ 16

    E. Mencit ....................................................................................................... 17

    F. Hati ............................................................ ............................................... 19

    G. Pankreas............................................................ ........................................ 22

    H. Sistem Reproduksi Mencit Jantan............................................................ . 23

    I. Aloksan ..................................................................................................... 26

    III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 28

    A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 28

  • ii

    B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 28

    C. Metode Penelitian ..................................................................................... 30

    1. Rancangan Percobaan ......................................................................... 30

    2. Populasi dan Sampel ........................................................................... 31

    D. Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 32

    1. Persiapan Hewan Uji...................................................... ..................... 32

    2. Persiapan Bahan Uji...................... .. ................................................... 33

    2.1 Persiapan Ekstrak Daun dan Buah Jeruju....... ................................. 33

    2.2 Pengujian Fitokimia Ekstrak Daun dan Buah Jeruju ................... 34

    2.3 Persiapan Taurin................................................. ......................... 35

    3. Induksi Aloksan...................... .. .......................................... .............. 35

    4. Preparat Histopatologi....... ................................................................. 36

    E. Parameter Penelitian.............................................................................. ..... 37

    1. Rerata Berat Badan Mencit.................................................................. 37

    2. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah ............ ........................... 38

    3. Rerata Berat Testis.................................. ............................................ 39

    4. Rerata Jumlah Spermatozoa ............ .................................................. 39

    5. Motilitas........ ...................................................................................... 40

    6. Penilaian dan gambaran histologi hati serta pankreas pada mencit .. 40

    6.1 Hati ........ ...................................................................................... 40

    6.2 Pankreas........................................................................................ 41

    6.3 Testis ........................................................................................... 41

    E. Analisis Data.............................................................................. ............... 42

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43

    A. Hasil Uji Fitokimia................................................................................ 43 B. Rerata Berat Mencit............................................................................... 44 C. Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) Mencit.............................. 46 D. Rerata Kadar Kolesterol Total Darah. Mencit........................................ 50 E. Rerata Berat Testis Mencit................................................................... 52 F. Rerata Jumlah Spermatozoa Mencit...................................................... 54 G. Motilitas Spermatozoa Mencit................................................................. 57 H. Penilaian Dan Gambaran Histologi Pankreas, Hati, Dan Testis

    Mencit.. ..................................................................................................... 60

    1. Rerata Jumlah Kerusakan Pankreas................................................... 60 2. Gambaran Histopatologi Pankreas Mencit........................................... 61

    2.1 Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Normal (K1) .............. 61 2.2 Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Aloksan (K2) .............. 63

    2.3 Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan

    dan Diberi Ekstrak Daun Jeruju (A.ilicifolius L.) (K3) .................... 65

    2.4 Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan dan Diberi Ekstrak Buah Jeruju (A.ilicifolius L.) (K4).................... 66

    2.5 Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan dan Diberi Taurin (K5) ..................................................... ………. 68

    3 Hati ....................................................................................................... 69 4 Gambaran Histopatologi Hati Mencit ………………………………… 70

    4.1 Histopatologi Hati Mencit Kelompok Normal (K1)………………. 71 4.2 Histopatologi Hati Mencit Kelompok Aloksan (K2) .................. … 72 4.3 Histopatologi Hati Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan

  • iii

    dan Diberi Ekstrak Daun Jeruju (A.ilicifolius) (K3) .................... 74

    4.4 Histopatologi Hati Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan dan Diberi Ekstrak Buah Jeruju (A.ilicifolius) (K4)..................... 75

    4.5 Histopatologi Hati Mencit Kelompok Diinduksi Aloksan dan Diberi Taurin (K5) ..................................................... …….. 76

    5 Testis .................................................................................................... 77

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 83

    A. Simpulan .................................................................................................. 83

    B. Saran ........................................................................................................ 84

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes ............................................................ 11

    Tabel 2. Fitokimia Daun Jeruju Menggunakan Ekstrak Metanol ................ 14

    Tabel 3. Fitokimia dari Acanthus ilicifolius L. ............................................. 15

    Tabel 4. Sifat Biologis Mencit ..................................................................... 18

    Tabel 5. Rancangan Percobaan Penelitian .................................................... 31

    Tabel 6. Prosedur Pengujian Fitokimia ........................................................ 34

    Tabel 7. Kriteria Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Hati .............. 41

    Tabel 8. Kriteria Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Pankreas ...... 41

    Tabel 9. Kriteria Johnsen score ................................................................... 42

    Tabel 10. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun dan Buah Jeruju ...................... 43

    Tabel 11. Rerata Berat Badan Mencit .......................................................... 44

    Tabel 12. Rerata Kadar Glukosa Darah Mencit ............................................ 46

    Tabel 13. Rerata Kadar Kolesterol Total Darah Mencit ............................... 50

    Tabel 14. Rerata Jumlah Spermatozoa Mencit ............................................. 54

    Tabel 15. Persentase Motilitas Spermatozoa Mencit .................................... 57

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Tumbuhan Jeruju ......................................................................... 12

    Gambar 2. Struktur Tumbuhan Jeruju ........................................................... 13

    Gambar 3. Struktur Taurin ............................................................................ 17

    Gambar 4. Mencit (Mus musculus L.) ........................................................... 18

    Gambar 5. Struktur Histologi Hati Mencit Jantan Kontrol............................ 19

    Gambar 6. Gambaran Histologi Hati Mencit ............................................... 21

    Gambar 7. Histologi Pulau Langerhans yang Dinduksi Aloksan................. 23

    Gambar 8. Sistem Reproduksi Mencit (Mus musculus L.) ........................... 24

    Gambar 9. Proses Spermatogenesis.............................................................. 26

    Gambar 10. Struktur Kimia Alloxan.............................................................. 27

    Gambar 11. Rerata Berat Testis Mencit ………............................................ 52

    Gambar 12. Skor Kerusakan Pankreas Mencit .............................................. 60

    Gambar 13. Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok Normal.................... 62

    Gambar 14. Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok yang Diinduksi

    Aloksan ...................................................................................... 64

    Gambar 15. Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok yang Diinduksi

    Aloksan dan Diberi Ekstrak Daun Jeruju (A. ilicifolius L.).......... 66

    Gambar 16. Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok yang Diinduksi

    Aloksan dan Diberi Ekstrak Buah Jeruju (A. ilicifolius L.)........ 66

    Gambar 17. Histopatologi Pankreas Mencit Kelompok yang Diinduksi

  • vi

    Aloksan dan Diberi Taurin .......................................................... 68

    Gambar 18. Skor Kerusakan Hati Mencit .................................................... 69

    Gambar 19. Histopatologi Hati Mencit Kelompok Normal.......................... 71

    Gambar 20. Histopatologi Hati Mencit Kelompok Positif ........................... 72

    Gambar 21. Histopatologi Hati Mencit Kelompok yang Diinduksi Aloksan

    dan Diberi Ekstrak Daun Jeruju …………............................... 74

    Gambar 22. Histopatologi Hati Mencit Kelompok yang Diinduksi Aloksan

    dan Diberi Ekstrak Buah Jeruju …………............................... 76

    Gambar 23. Histopatologi Hati Mencit Kelompok yang Diinduksi Aloksan

    dan Diberi Taurin …………..................................................... 77

    Gambar 24. Skor Histopatologi Testis Mencit .............................................. 78

    Gambar 25. Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit

    Kelompok Normal (K1) ............................................................... 79

    Gambar 26. Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit

    Kelompok yang Diinduksi Aloksan (K2)...................................... 79

    Gambar 27. Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit

    Kelompok yang Diberi Ekstrak Daun Jeruju (K3)........................ 80

    Gambar 28. Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit

    Kelompok yang Diberi Ekstrak Buah Jeruju (K4)......................... 80

    Gambar 29. Sayatan Melintang Tubulus Seminiferus Testis Mencit

    Kelompok yang Diberi Taurin (K5).............................................. 81

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang dan Masalah

    Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun

    dimana pankreas tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak bisa

    menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif dari dalam tubuh.

    Insulin ialah hormon yang mengatur keseimbangan gula darah dalam tubuh

    (Infodatin, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF), diabetes

    diklasifikasikan menjadi tiga tipe yakni: diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan

    diabetes gestasional. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling

    banyak ditemukan yakni sekitar 90% dari semua kasus diabetes yang terjadi

    (IDF, 2017).

    Diabetes merupakan salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar

    pada abad ke-21. Diabetes menjadi penyebab salah satu kematian tertinggi di

    dunia bersama tiga penyakit lainnya (kardiovaskular, kanker, dan penyakit

    pernafasan) mencakup lebih dari 80% kematian dini. Pada tahun 2017,

    sekitar 4 juta orang berusia 20-79 tahun diperkirakan meninggal akibat

    diabetes yang setara dengan satu kematian setiap delapan detik. Diabetes

    bertanggungjawab sekitar 10,7% kematian secara global untuk orang-orang

    di kelompok usia 20-79 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan gabungan

  • 2

    jumlah kematian akibat infeksi penyakit (1,1 juta kematian akibat

    HIV/AIDS, 1,8 juta dari tuberkulosis, dan 0,4 juta dari malaria). Jumlah

    penderita diabetes meningkat menjadi 451 juta jika umurnya diperluas

    sampai 18-99 tahun. Jika hal ini terus berlanjut, pada tahun 2045 akan ada

    693 juta orang usia 18-99 tahun atau 629 juta orang usia 20-79 tahun akan

    memiliki diabetes (IDF, 2017).

    Pada tahun 2017, Indonesia memiliki sekitar 10,3 juta penderita diabetes

    yang merupakan peringkat ke-6 di dunia dengan rentang usia penderita

    diabetes sekitar 20-79 tahun. Di kawasan Pasifik Barat, Indonesia berada

    diperingkat ke-2 dengan jumlah penderita diabetes sekitar 10,6 juta orang

    pada rentang usia 18-99 tahun (IDF, 2017).

    Kelainan sekresi insulin dan gangguan kerja dari insulin dapat menyebabkan

    hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia menyebabkan radikal bebas meningkat

    diikuti dengan penurunan sejumlah antioksidan dan akhirnya terjadi peristiwa

    yang disebut stres oksidatif (Gunawan, 2014). Stres oksidatif dapat

    menyebabkan kerusakan berbagai makromolekul dalam sel yang berperan

    dalam patogenesis penyakit degeneratif (Winarsi, 2007).

    Stres oksidatif pada penderita diabetes akan meningkatkan pembentukan

    Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam mitokondria yang akan

    mengakibatkan berbagai kerusakan oksidatif berupa komplikasi diabetes

    (Tiwari et al, 2002). Beberapa komplikasi yang terjadi dari diabetes ialah :

    meningkatnya resiko penyakit jantung dan stroke, neuropati (kerusakan

    syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan

  • 3

    keharusan untuk amputasi kaki, retinopati diabetikum yang merupakan salah

    satu penyebab utama kebutaan yang mana terjadi akibat kerusakan pembuluh

    darah kecil di retina, diabetes juga merupakan salah satu penyebab utama

    gagal ginjal (Infodatin, 2014).

    Stres oksidatif dapat juga menjadi penyebab infertilitas karena produk reactiv

    oxygen species (ROS), baik endogen maupun eksogen melebihi tingkat

    antioksidan di dalam tubuh. Mitokondria memproduksi molekul-molekul

    ROS endogen (Utami, 2009). Cara mencegah komplikasi diabetes salah

    satunya dengan menormalkan kadar Reactive Oxygen Species (ROS) di

    dalam mitokondria untuk mencegah kerusakan oksidatif (Tiwari et al, 2002).

    Stres oksidatif pada penderita diabetes dapat berkurang dengan menggunakan

    antioksidan sehingga diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut

    (Rosen et al, 2002).

    Pengunaan obat-obat sintesis relatif mengeluarkan biaya yang cukup mahal

    dan menghasilkan efek samping. Oleh karena itu, maka diperlukan obat

    alternatif dari berbagai jenis tumbuhan untuk mengobati penyakit dengan

    efek samping yang sangat kecil. Obat tradisional yang mengandung metabolit

    sekunder dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengembangan obat

    karena lebih mudah diterima oleh tubuh dibandingkan obat sintetik (Galih

    dan Esyanti, 2014). Pengobatan tradisional sebagian besar menggunakan

    ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar, batang, biji,

    bunga, daun, ataupun kulit kayu. Bagian-bagian dari tumbuhan tersebut

    mengandung senyawa metabolit sekunder yang terdiri dari empat golongan

  • 4

    utama, yaitu steroid, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Senyawa metabolit

    sekunder tersebut memiliki aktivitas biologi (Lahamado et al, 2017). Obat

    tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat pilihan untuk mengobati

    penyakit berat, penyakit yang belum memiliki obat yang memuaskan seperti

    kanker dan AIDS, serta berbagai penyakit menahun misalnya hipertensi dan

    diabetes melitus tanpa pengawasan dokter (Dewoto, 2007).

    Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan tumbuhan obat ialah tanaman

    jeruju (Acanthus ilicifolius L.). Tanaman jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    merupakan tanaman obat penting yang berasal dari hutan mangrove, namun

    nilai obatnya belum sepenuhnya dieksplorasi. Berbagai bagian tanaman ini

    dieksplorasi secara ilmiah untuk aktivitas biologinya seperti hepatoprotektif,

    aktivitas anti osteoporosis, antimikroba, antikanker, analgesik, antiinflamasi,

    antidiabetik, dan antiulcer (Gayathri et al, 2014).

    Penelitian terkini tentang penyaringan fitokimia ekstrak daun jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) menunjukan adanya protein, resin, steroid, tanin,

    gula, glikosida, sterol, terpenoid, fenol, alkaloid, glikosida jantung dan

    katekol. Potensi ekstrak tumbuhan disebabkan adanya metabolit sekunder,

    dan ekstraknya terbukti mengandung berbagai senyawa bermanfaat untuk

    efek antioksidan dan antiinflamasi (Velmani et al, 2016).

    Senyawa lain yang memiliki sifat antikanker dan antioksidan adalah taurin.

    Taurin adalah suatu antioksidan yang sangat kuat sehingga dapat mencegah

    kerusakan DNA pada konsentrasi yang rendah. Berdasarkan penelitian

  • 5

    dilaporkan bahwa taurin mencegah penyakit diabetes serta fibrosis hati

    melalui mekanisme antioksidannya (Tasci et al, 2007).

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui efek ekstrak metanol daun dan buah jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) serta taurin terhadap kadar glukosa dan

    kolesterol total darah pada mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi

    aloksan.

    2. Untuk mengetahui ekstrak metanol daun dan buah jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) serta taurin terhadap kualitas dan kuantitas

    spermatozoa mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan.

    3. Menguji efek antidiabet ekstrak metanol daun dan buah jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) serta taurin terhadap gambaran histopatologi

    pankreas, hati, dan tubulus seminiferus pada mencit (Mus musculus L.)

    yang diinduksi aloksan.

  • 6

    C. Kerangka Pemikiran

    DIABETES Salah satu penyebab kematian

    tertinggi di dunia.

    Indonesia memiliki sekitar 10,3

    juta penderita diabetes yang

    merupakan peringkat ke-6 di

    dunia

    Upaya

    Pengobatan

    Obat

    modern

    Obat-obat

    tradisional

    Harganya

    cukup mahal

    Adanya efek

    samping

    Mudah di dapat di

    alam

    Efek samping

    yang sangat kecil

    Obat berbahan alami

    Jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.)

    Taurin

    (Asam amino)

    Daun jeruju

    Buah

    jeruju

    Menurunkan kadar glukosa serta kolesterol total darah

    Mempertahankan kualitas dan kuantitas spermatozoa mencit jantan (Mus musculus L.)

    Memperbaiki kerusakan sel pankreas, hati, dan tubulus seminiferus mencit

    (Mus musculus L.)

    Aloksan

    Menyebabkan kerusakan sel β pankreas

    Sekresi insulin mengalami penurunan

    Hiperglikemia

  • 7

    D. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

    1. Pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    serta taurin mampu menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol total

    darah mencit (Mus musculus L.) yang telah diinduksi aloksan.

    2. Pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    serta taurin mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas spermatozoa

    mencit jantan (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan.

    3. Pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    serta taurin mampu memperbaiki kerusakan sel pankreas, hati, dan tubulus

    seminiferus mencit (Mus musculus L.) yang telah diinduksi aloksan.

  • 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Melitus

    Diabetes melitus (DM) ialah suatu kondisi kronis dimana kadar glukosa

    darah (KGD) mengalami peningkatan (hiperglikemia) sehingga pengaturan

    homeostasis glukosa tidak berjalan dengan baik (Ridwan, 2012). Keadaan

    hiperglikemia terjadi karena tubuh tidak dapat menghasilkan banyak atau

    cukup hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

    adalah hormon penting yang diproduksi di kelenjar pankreas dan berfungsi

    mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel tubuh di mana glukosa

    diubah menjadi energi (IDF, 2017).

    Hiperglikemia jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama bisa

    menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh. Berbagai kerusakan

    tersebut menyebabkan berkembangnya gangguan kesehatan seperti penyakit

    kardiovaskular, neuropati, nefropati dan penyakit mata, retinopati dan

    kebutaan. Komplikasi serius dapat dicegah dengan pengelolaan diabetes

    secara tepat (IDF, 2017).

    Menurut International Diabet Federation (IDF), Dibetes mellitus secara luas

    ada tiga tipe utama diabetes, diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan diabetes

  • 9

    gestasional (GDM). Ada juga beberapa jenis diabetes yang kurang umum

    yang meliputi diabetes monogenik dan diabetes sekunder. Diabetes

    monogenik adalah hasil dari mutasi genetik tunggal pada gen dominan

    autosomal dari pada kontribusi beberapa gen dan faktor lingkungan seperti

    yang terlihat pada diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes sekunder timbul

    sebagai komplikasi penyakit lain seperti gangguan hormon (misalnya

    penyakit Cushing atau akromegali), penyakit pankreas (misalnya

    pankreatitis) atau akibat obat-obatan (misalnya kortikosteroid) (IDF, 2017).

    1. Diabetes melitus tipe 1

    Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kelainan autoimun berupa penghancuran

    sel-sel β pankreas oleh sistem kekebalan (Campbell et al, 2008).

    Kerusakan sel-sel β pankreas tersebut menyebabkan produksi insulin oleh

    tubuh sedikit bahkan mengalami defisiensi insulin relatif atau absolut.

    Penyakit ini terjadi pada usia berapa pun. Diabetes tipe 1 paling sering

    terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita diabetes tipe 1

    membutuhkan suntikan insulin setiap hari agar kadar glukosanya berada

    dalam kisaran normal. Penderita diabetes tipe 1 mampu bertahan jika ada

    insulin (IDF, 2017).

    2. Diabetes melitus tipe 2

    Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum, terhitung sekitar

    90% dari semua kasus diabetes. Hiperglikemia pada diabetes tipe 2 terjadi

    karena ketidakmampuan tubuh yang tidak memadai untuk merespons

    sepenuhnya insulin (resistensi insulin). Selama keadaan resistensi insulin,

  • 10

    insulin tidak efektif dan oleh karena itu pada awalnya mendorong

    peningkatan produksi insulin untuk mengurangi kenaikan glukosa, tapi

    seiring waktu keadaan produksi insulin yang relatif tidak memadai dapat

    berkembang. Diabetes tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa

    yang lebih tua, namun semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang

    dewasa muda karena meningkatnya tingkat obesitas, ketidakaktifan fisik

    dan pola makan yang buruk (IDF, 2017).

    3. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)

    Keadaan intoleransi glukosa yang tidak ada atau diblokir selama

    kehamilan disebut gestational diabetes mellitus. Gestational diabetes

    mellitus (GDM) terjadi karena pankreas wanita tidak berfungsi mengatasi

    keadaan diabetes saat kehamilan (Gilmartin et al, 2008). Sekitar 7% dari

    semua kehamilan diperparah oleh GDM, dimana menghasilkan lebih dari

    200.000 kasus per tahun. Prevalensi dapat berkisar dari 1 hingga 14%

    dari semua kehamilan (ADA, 2003).

    4. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

    Untuk diagnosa diabetes, kriteria diagnostik telah diperdebatkan dan

    diperbarui selama beberapa dekade namun kriteria terkini dari Organisasi

    Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diabetes didiagnosis dengan

    mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah (IDF, 2017). Kriteria

    diagnosis disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut :

  • 11

    Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes (IDF, 2017)

    Diabetes didiagnosis

    jika satu atau lebih

    dari kriteria berikut

    terpenuhi

    Toleransi glukosa yang

    diperbaiki (igt) harus

    didiagnosis jika kedua

    kriteria berikut

    terpenuhi

    Glukosa darah puasa

    terganggu (ifg) harus

    didiagnosis jika apapun

    dari kriteria berikut

    terpenuhi

    Glukosa darah

    puasa ≥7.0

    mmol/L (126 mg/dL)

    Glukosa darah puasa

  • 12

    dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu : LDL (Low Density

    Lipoprotein) dinamakan sebagai kolesterol jahat karena kadar LDL tinggi di

    dalam darah menyebabkan terjadinya pengendapan kolesterol di dalam arteri.

    HDL (High Density Lipoprotein) sebagai kolesterol baik karena dapat

    membuang kelebihan LDL di pembuluh arteri kembali ke hati untuk diproses

    selanjutnya akan dibuang. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

    mengandung sebagian besar trigliserida dalam darah (Soeharto, 2004).

    C. Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    Jeruju merupakan tumbuhan yang habitatnya di kawasan mangrove dan

    sangat jarang di daratan. Jeruju tumbuh liar di tanah yang berlumpur dan

    berair payau, di daerah pantai, dan di tepi sungai. Jeruju memiliki ciri khas

    yaitu tumbuhan herba yang rendah dan kuat. Tumbuhan jeruju dapat dilihat

    pada Gambar 1 sebagai berikut :

    1. Klasifikasi Tumbuhan Jeruju ( Acanthus ilicifolius L. )

    Jeruju diklasifikasikan berdasarkan sistem Angiosperm Phylogeny Group

    II (2003) sebagai berikut :

    Kerajaan

    Divisi

    :

    :

    Plantae

    Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Bangsa : Lamiales

    Suku : Acanthaceae

    Marga : Acanthus

    Jenis : Acanthus ilicifolius L.

    Gambar 1. Tumbuhan Jeruju

  • 13

    Nama daerah

    Jeruju hitam, daruyu, darulu

    2. Deskripsi Tumbuhan Jeruju ( Acanthus ilicifolius L. )

    Jeruju (A. ilicifolius L.) adalah tanaman yang kuat dan agak berkayu,

    tanaman herba rendah yang terjurai di permukaan tanah, dan berada

    dalam ketinggian hingga 2 m. Daun jeruju memiliki dua sayap gagang

    daun yang berduri serta terletak di tangkai. Permukaan daunnya halus dan

    memiliki tepi daun yang bervariasi seperti : zigzag/bergerigi besar-besar

    seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju

    pangkal. Memiliki bentuk daun lanset lebar dengan ujung meruncing

    serta berduri tajam. Letak daun sederhana dan berlawanan. Memiliki

    ukuran daun sekitar 9-30 x 4-12 cm. Bunga jeruju mempunyai mahkota

    bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih.

    (Noor et al, 2012). Struktur tumbuhan jeruju (A. ilicifolius L.) disajikan

    pada Gambar 2 sebagai berikut :

    Gambar 2. Struktur Tumbuhan Jeruju 1. Daun 2. Bunga 3. Mahkota bunga

    beserta putik dan benang sari 4. Buah

    (Sumber : Saranya dan Ramanathan, 2015).

  • 14

    3. Kandungan kimia Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    Penelitian tentang penyaringan fitokimia ekstrak daun jeruju

    (A. ilicifolius L.) menunjukan adanya protein, resin, steroid, tanin, gula,

    glikosida, sterol, terpenoid, fenol, alkaloid, glikosida jantung dan katekol.

    Potensi ekstrak tumbuhan disebabkan oleh adanya metabolit sekunder,

    dan ekstraknya terbukti mengandung berbagai senyawa bermanfaat untuk

    efek antioksidan dan anti-inflamasi (Velmani et al, 2016).

    Konstituen kimia dari kelas yang berbeda telah diisolasi dan

    dikarakterisasi dari jeruju (A. ilicifolius L.). Ekstrak yang diperoleh dari

    etanol, metanol, kloroform dan heksana berasal dari bagian tanaman yang

    berbeda seperti akar daun, batang telah ditemukan mengandung beberapa

    unsur kimia yang berbeda : Alkaloid, glikosida, lignans, saponin, sterol,

    asam lemak, dan derivat asam koumarat (Singh dan Aeri, 2013).

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang aktivitas

    atinociceptive dari ekstrak metanol daun jeruju (A. ilicifolius L.), skrining

    awal menunjukkan adanya berbagai kelas konstituen seperti flavonoid,

    saponin, tanin, glikosida dan steroid, yang dapat dilihat pada Tabel 2 :

    Tabel 2. Fitokimia Daun Jeruju Menggunakan Ekstrak Metanol

    Pengujian Hasil

    Flavonoid +

    Tanin +

    Steroid +

    Saponin +

    Alkaloid -

    Glikosida +

    (Sumber: Islam et al, 2012)

  • 15

    Penelitian yang dilakukan oleh (Ernianingsih, 2014) tentang

    Etnofarmakologi Tumbuhan Mangrove Achantus ilicifolius L.,

    Acrostichum speciosum L., dan Xylocarpus rumphii Mabb. di Desa

    Sungai Tekong Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

    diperoleh data fitokimia dari Achantus ilicifolius L. yang dapat dilihat

    pada Tabel 3 sebagai berikut :

    Tabel 3. Fitokima dari Achantus Ilicifolius L. (Ernianingsih et al, 2014)

    Spesies Organ Fitokimia

    Alkaloid Saponin Flavonoid Terpenoid Fenol

    A. Ilicifolius Daun + ++ + + + Buah + + + + + Bunga + + - - + Akar + + + + + Kulit

    Batang

    - + + + +

    4. Kegunaan Jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    Secara tradisional tanaman jeruju (A. ilicifolius L.) digunakan untuk

    dispepsia, kelumpuhan, asma, sakit kepala, rematik, dan penyakit kulit.

    Tanaman ini dikenal dengan nama “Krishnasaireyaka” atau

    “Karimkurunji”, merupakan satu dari sembilan tanaman yang disamakan

    dengan obat “Sahachara”, yang digunakan dalam pengobatan Ayurveda

    (Ilmu pengobatan tradisional di India) untuk penanganan rematik (Singh

    dan Aeri, 2013). Selain itu dapat juga mengobati penyakit diabetes,

    leukimia, rematik neuralgia (Saranya dan Ramanathan, 2015).

    Tanaman jeruju (A. ilicifolius L.) merupakan tanaman obat penting yang

    berasal dari hutan mangrove, namun nilai obatnya belum sepenuhnya

    dieksplorasi. Berbagai bagian tanaman ini dieksplorasi secara ilmiah

  • 16

    untuk aktivitas biologinya seperti hepatoprotektive, aktivitas anti

    osteoporosis, antimikroba, antikanker, analgesik, antiinflamasi,

    antidiabetik, dan antiulcer (Gayathri et al, 2014). Daun jeruju

    (A. ilicifolius L.) digunakan untuk mengobati rematik, neuralgia, gigitan

    ular, kelumpuhan dan asam. Teh yang diseduh dari daun mengurangi rasa

    sakit dan memurnikan darah. Ekstrak alkohol jeruju (A. ilicifolius L.)

    terbukti efektif melawan perkembangan tumor dan pembentukan

    papiloma kulit karsinogen yang diinduksi pada tikus. Studi biologi

    ekstrak methanol daun jeruju (A. ilicifolius L.) menunjukkan bahwa ia

    memiliki efek penghambatan edema-edema pada tikus (Islam et al, 2012).

    D. Taurin

    Taurin ialah asam amino β sulfonat yang berasal dari metabolisme metionin

    dan sistein (Redmond et al, 1998). Taurin termasuk asam amino bebas yang

    banyak terdapat di tulang, jaringan jantung dan otak. Taurin terdapat di

    tuna albakor, ikan hiu, ikan pari, mackerel, dan salmon hasil budidaya .

    Taurin banyak dimanfaatkan untuk mereduksi tekanan darah, meningkatkan

    kesehatan jantung, dan mereduksi kolesterol dalam darah (Kadam dan

    Prabhasankar, 2010). Taurin berperan dalam berbagai fungsi biologis tubuh

    seperti stabilitas membran, keseimbangan homeostatis dari kalsium

    antioksidan, osmoregulasi dan memacu pertumbuhan (Widyasti et al, 2013).

    Struktur taurin dapat dilihat pada Gambar 3.

  • 17

    Gambar 3. Struktur Taurin (Birdsall, 1998)

    E. Mencit (Mus musculus L.)

    Penelitian saat ini menggunakan hewan model yang secara patologis dibuat

    dalam kondisi Diabetes milletus. Kondisi patologis pada hewan model

    bertujuan untuk melakukan pencegahan, menetapkan diagnosa, mengetahui

    patogenesis, dan terapi yang digunakan untuk penanganan penyakit Diabetes

    milletus (Erwin et al, 2012). Mencit (Mus musculus L.) banyak digunakan

    sebagai hewan uji karena sifat-sifatnya yang menguntungkan diantaranya:

    tubuhnya kecil, mudah dikelola, penanganan mudah, reproduksinya cepat

    serta jumlah anak perkelahiran (litter size) tinggi, dan tidak mengeluarkan

    biaya yang banyak selama pengelolaannya (Kartiarso et al, 2006).

    Penelitian biasanya memakai mencit jantan karena mencit jantan tidak

    terpengaruh oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada mencit

    betina. Mencit jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih

    cepat dan kondisinya lebih stabil dibandingkan mencit betina

    (Mangkoewidjojo, 1988). Gambaran mencit jantan disajikan pada Gambar 4.

    dan sifat biologi yang dimiliki mencit jantan disajikan pada Tabel 4.

  • 18

    1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

    Klasifikasi mencit jantan menurut (Arrington, 1972) sebagai berikut :

    Kerajaan : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Mamalia

    Bangsa : Rodentia

    Suku : Muridae

    Marga : Mus

    Jenis : Mus musculus L.

    Gambar 4. Mencit (Mus musculus L. )

    Tabel 4. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus L.)

    Kriteria Keterangan

    Lama hidup 1-3 tahun

    Lama bunting 19-21 hari

    Kawin sesudah beranak 19-24 hari

    Umur sapih 21 hari

    Umur dewasa kelamin 35 hari

    Umur dikawinkan 8 minggu

    Siklus estrus 4-5 hari

    Lama estrus 12-14 jam

    Berat Jantan

    Berat Betina

    20-40 kg

    18-35 kg

    Berat lahir 0,5-1,0 g

    Berat sapih 18-20 g

    Jumlah anak lahir 6-15 ekor

    Kecepatan tumbuh 1 g/hari

    (Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)

  • 19

    F. Hati

    Hati terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobus hepaticus (hati). Bagian

    tengah setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara

    radial oleh lempeng sel hati ( Lamina hepatocytica), yaitu hapatosit dan

    sinusoid ke arah perifer. Struktur histologi hati disajikan pada Gambar 5.

    Gambar 5. Struktur Histologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L.)

    Kontrol (Perbesaran 100x dengan Pewarnaan HE) (Julio et al, 2013)

    Hati adalah organ tubuh yang berperan sebagai penetral racun. Hati

    bertanggung jawab dalam mengubah zat-zat berbahaya menjadi zat yang

    tidak berbahaya. Proses biotransformasi tersebut menyebabkan sel hati

    mudah sekali mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi biasanya

    kerusakan dalam struktur sel dan terjadinya gangguan fungsi pada hati

    (Corwin, 2001).

    Hati berfungsi dalam mengatur kadar glukosa di darah. Makanan yang

    mengandung glukosa akan diserap di usus kemudian oleh hati diteruskan

    Sel Hepatosit

    Vena Sentral

    sinusoid

  • 20

    kepada vena portal. Glikogen dalam hati akan dipecah menjadi glukosa.

    Kadar glikogen normal dapat mempertahankan kadar glukosa darah. Hati

    dapat mengalami gangguan sehingga dapat menyebabkan terjadinya

    hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswarna, 1995).

    Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit yang mengakibatkan kelainan

    dan gangguan pada hati sehingga gambaran hati mengalami perubahan.

    Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat bersifat sementara dan tetap.

    Perubahan yang sifatnya sementara disebut degenerasi. Degenerasi terjadi

    karena gangguan biokimiawi sehingga mengakibatkan kerusakan pada sel

    hati akibatnya tidak terjadi keseimbangan pengeluaran dan pemasukan ion

    serta air (Salasa et al, 2015).

    Kerusakan sel hati meliputi degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik,

    dan nekrosis. Degenerasi paling ringan ialah degenerasi parenkimatosa. Pada

    degenerasi parenkimatosa terjadi pembengkakan dan kekeruhan sitoplasma.

    Degenerasi ini terjadi akibat gangguan oksidasi di mitokondria dan

    retikulum endoplasma maka bersifat reversibel. Sel yang terkena jejas tidak

    dapat mengeliminasi air sehingga tertimbun di dalam sel dan sel mengalami

    pembengkakan. Degenerasi yang lebih berat ialah degenerasi hidropik,

    dimana vakuola terlihat berisi air dalam sitoplasma yang tidak mengandung

    lemak atau glikogen. Perubahan yang terjadi akibat gangguan metabolisme

    seperti hipoksia atau keracunan bahan kimia. Degenerasi hidropik bersifat

    reversibel meskipun tidak menutup kemungkinan bisa menjadi irreversibel

    apabila penyebab cederanya menetap. Sel yang mengalami robekan pada

  • 21

    membran plasmanya dan terjadi perubahan inti sehingga menyebabkan sel

    mati disebut nekrosis (Utomo et al, 2012). Perubahan sel hati dapat dilihat

    pada Gambar 6 sebagai berikut :

    Gambar 6. Gambaran Histologi Hati Mencit dengan Perbesaran 100x (A)

    dan 400x (B). Ket: (a) Vena Sentralis; (b) sinusoid; (c) sel hepatosit

    normal; (d) degenerasi bengkak keruh; (e) degenerasi hidrofik; (f) nekrosis

    (Radela, 2017)

  • 22

    G. Pankreas

    Pankreas ialah organ yang terletak di cekung duodenum dan meluas ke

    belakang peritoneum dari dinding posterior perut, menuju kearah kiri

    mencapai hilus limfa. Berukuran panjang dan besar. Pankreas merupakan

    kelenjar eksokrin dan endokrin. Pulau Langerhans merupakan bagian

    endokrin pankreas. Pulau Langerhans banyak tersebar di seluruh pankreas,

    terlihat seperti massa bundar, sel-selnya pucat dengan banyak mengandung

    pembuluh darah, dan tidak teratur (Bloom, 2002).

    Pulau Langerhans terbagi atas beberapa sel yang memproduksi beberapa

    hormon yang berbeda. Selnya terdiri dari sel alfa (α), sel beta (ß), sel delta

    (d), dan sel polipeptida pankreas (PP) yang memproduksi glukagon, insulin,

    somatostatin dan polipeptida pankreatik secara berurut. Sel-sel tersebut saling

    berpengaruh satu sama lain melalui efek parakrin dalam pulau Langerhans.

    Hal tersebut memperlihatkan adanya interaksi antar sel untu mempertahankan

    fungsi normal pada tubuh manusia (Banjarnahor dan Wangko, 2012).

    Proses sintesis dan sekresi insulin ini terjadi tepatnya pada sel-sel β pulau-

    pulau Langerhans pankreas. Kedua proses ini melibatkan berbagai komponen

    yang mendukung perlangsungan proses-proses tersebut dengan hasil akhirnya

    insulin. Pada keadaan tertentu komponen-komponen yang berada dalam sel

    ini dapat mengalami disfungsi, yang akan mengganggu sintesis dan sekresi

    sehingga menimbulkan penyakit (Banjarnahor dan Wangko, 2012).

    Gambaran histologi Pulau Langerhans disajikan pada Gambar 7.

  • 23

    Gambar 7. Histologi Pulau Langerhans yang Dinduksi Aloksan.

    K= kontrol normal (tanpa perlakuan) K- = kontrol negatif (dengan aloksan)

    (Jeli dan Makiyah, 2011)

    H. Sistem Reproduksi Mencit Jantan

    Sistem reproduksi mencit jantan terdiri dari testis, saluran dari testis,

    kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan penis.

    Testis adalah organ reproduksi kelamin primer pada jantan (Napitupulu et al,

    2014). Testis merupakan suatu kelenjar endokrin karena menghasilkan

    testosteron yang diproduksi oleh sel Leydig. Hormon testosteron

    berpengaruh pada sifat-sifat jantan dan berperan dalam spermatogenesis.

    Testis mencit terdiri dari tubulus seminiferus dan jaringan stroma. Lapisan

    dalam epitel tubulus seminiferus terdapat sel germinatif dan sel sertoli,

    sedangkan pada jaringan stroma terdapat pembuluh darah, limfe, sel saraf,

    sel makrofag dan sel Leydig. Gambaran sistem reproduksi mencit dapat

    dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut:

  • 24

    Gambar 8. Sistem Reproduksi Mencit (Mus musculus L.) (Cook, 1965)

    Sekresi endokrin testis paling utama ialah memproduksi hormon testosteron

    yang dihasilkan sel interstial. Produksi testosteron oleh testis tergantung oleh

    rangsangan LH dari lobus anterior hipofisis. Hormon testosteron

    berpengaruh terhadap proses spermatogenesis dan berperan dalam mengatur

    sifat-sifat seks sekunder (Bloom, 2002).

    1. Sel Spermatogenik

    Spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 64 hari dimulai dari sel yang

    letaknya tepat diatas lamina basal yaitu spermatogonia. Spermatogonia

    sendiri dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : spermatogonia gelap tipe A,

    spermatogonia pucat tipe A, dan spermatogonia tipe B. Sel-sel

    spermatogonia tipe B akan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.

    Spermatosit primer ialah sel benih yang ukurannya besar terdapat di

    tubulus seminiferus. Pembelahan miosis spermatosit primer akan

    menghasilkan spermatosit sekunder. Kedua spermatosit sekunder yang

    tetap berhubungan akan membelah siri secara mitosis menghasilkan

  • 25

    spermatid (empat sel). Spermatid terletak di dekat lumen. Spermatid akan

    mengalami perubahan melalui diferensiasi yang pesat (spermiogenesis)

    menjadi spermatozoa (Bloom, 2002).

    2. Spermatogenesis

    Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sperma.

    Sel-sel germinal yang belum berdiferensiasi akan multifikasi dan maturasi

    membentuk spermatozoa fungsional melalui tiga fase yaitu: fase

    spermatogonia, fase spermatosit, dan fase spermatid (Campbell et al,

    2008). Proses spermatogenesis bermula dari sel germinativum sampai

    pembentukan sperma di tubuli seminiferi testis. Sel germinativum

    mengandung sel sertoli dan sel-sel germinal yaitu spermatogonia,

    spermatosit, dan spermatid. Sel sertoli berfungsi sebagai pelindung sel-sel

    germinal kecuali spermatogonia, selama proses meiosis terhadap

    lingkungan luar (Nugroho dan Soeradi, 2002).

    Spermatogenesis terjadi melalui tiga tahapan yaitu proliferasi, meiosis dan

    diferensiasi. Pada tahap proliferasi terjadi di basal tubulus seminiferus.

    Spermatogonia menjalani beberapa pembelahan mitosis dengan

    pembelahan terakhir yang menghasilkan spermatosit primer. Tahap

    meiosis terjadi di kompartemen adluminal dari tubulus seminiferus. Pada

    prosesnya terjadi pengurangan jumlah kromosom pada gamet menjadi

    setengah (dari diploid ke haploid). Spermatosit primer mengalami meiosis

    I dan menjadi spermatosit sekunder dan kemudian menjalani meiosis II

    menghasilkan putaran spermatid. Tahap diferensiasi terjadi di

  • 26

    kompartemen adluminal dari tubulus seminiferus. Spermatid matang

    mengalami elonginasi. DNA menjadi sangat kental, akrosom terbentuk,

    flagela (ekor) dibentuk, dan sel menjadi berpotensi motil. Spermatid

    memanjang bergerak lebih dekat ke lumen tubulus seminiferus.

    Untuk proses spermatogenesis dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai

    berikut :

    Gambar 9. Proses Spermatogenesis (Senger, 2003)

    I. Aloksan

    Aloksan memiliki nama kimia 2,4,5,6-Tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6

    pyrimidinetetrone (Ashok et al, 2007). Aloksan adalah suatu senyawa yang

    banyak digunakan untuk menginduksi diabetes eksperimental pada hewan

    coba (Szkudelski, 2001). Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang

  • 27

    sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba (Studiawan

    dan Muljad Hadi, 2005).

    Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke dalam

    sel-sel beta pankreas dan kecepatan pengambilan akan menentukan sifat

    diabetogenik aloksan (Prameswari dan Widjanarko, 2014). Aloksan yang

    masuk dapat merusak sel beta pankreas sehingga tubuh kurang mampu

    menghasilkan insulin. Diduga penurunan aktivitas enzim yang terlibat dalam

    sintesis glikogen pada keadaan diabetes berhubungan dengan resistensi

    insulin pada berbagai jaringan (Suarsana et al, 2010). Struktur aloksan dapat

    dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Struktur Kimia Alloxan (Lenzen, 2008)

  • 28

    III. METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2018.

    Pembuatan ekstrak metanol daun dan buah jeruju (A. ilicifolius L.) serta

    larutan taurin dan pembedahan dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler

    FMIPA Universitas Lampung. Pemeliharaan mencit, menginduksi aloksan,

    pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (A. ilicifolius L.) serta

    larutan taurin dilakukan di Laboratorium MIPA Terpadu Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Proses

    mikroteknik dan pengamatan histopatologi dilakukan di Laboratorium

    Biologi Molekuler FMIPA Universitas Lampung, dan Balai Penyidikan dan

    Pengujian Veteriner (BPPV) Lampung.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat-alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kandang mencit

    yang ditutup dengan penutup yang terbuat dari kawat dan tempat minum

    mencit sebanyak 30 buah, 2 buah gavage/sonde mencit untuk

    memberikan ekstrak metanol daun dan buah jeruju (A.ilicifolius L.) serta

    larutan taurin ke mencit secara oral, alat uji glukosa dan kolesterol darah

  • 29

    Nesco® multicheck berikut strip uji glukosa darah sebanyak 120 buah dan

    90 buah strip uji kolesterol darah, 1 buah thermometer dan hygrometer

    untuk mengetahui suhu dan kelembaban ruang kandang, spidol marker

    untuk menandakan ulangan, kertas label, timbangan digital untuk

    mengukur berat badan mencit dan berat organ mencit, serta 1 buah jarum

    untuk mengambil darah mencit. Adapun proses pembuatan ekstrak

    metanol daun dan buah jeruju (A. ilicifolius L.) dibutuhkan: beaker glass

    500 ml, gelas ukur 500 ml, erlemneyer, staining jar, penggiling/blender,

    sarung tangan, oven, batang pengaduk, lap, pisau, tissue, peralatan

    refluks, rotary evaporator, peralatan partisi, peralatan penyaringan, dan

    timbangan.

    Untuk menghitung jumlah spermatozoa menggunakan Hemocytometer,

    gelas arloji, spatula, pipet volume, mikroskop, beaker glass, erlemneyer,

    botol gelap. Untuk membuat histopatologi diperlukan: peralatan bedah

    dan perlengkapannya, mikrotom dan perlengkapannya, sarung tangan,

    mikroskop dan kamera, objek dan cover glass, tissue cassette, pisau

    scalpel, oven, mangkuk stainles steel, pembakar bunsen, dan tabung film

    60 buah.

    2. Bahan-bahan Penelitan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: sebagai

    sampel penelitian menggunakan 30 ekor mencit jantan (Mus musculus L.)

    yang berasal dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

    Lampung yang berumur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 30-40 gram.

  • 30

    Bahan lain yang digunakan adalah ekstrak metanol daun dan buah jeruju

    (A. ilicifolius L.) serta taurin. Induksan diabetes menggunakan bubuk

    alloxan monohidrat (Sigma-Aldrich) yang diperoleh dari P.T. Sawittoku

    Chemical Laboratories Makasar.

    Selama perawatan mencit bahan yang digunakan ialah : pakan mencit

    berupa pellet yang berasal dari pellet unggas dan diberikan secar ad

    libitum, air minum, dan sekam padi sebagai alas. Untuk melarutkan

    aloksan menggunakan Aqua pro injection. Untuk proses ekstraksi daun

    jeruju dan buah jeruju menggunakan metanol. Untuk proses dehidrasi saat

    pembuatan histopatologi jaringan bahan yang diperlukan antara lain:

    etanol 70%, etanol 80%, etanol 90 %, etanol absolute, xylol, dan parafin

    cair. Sedangkan untuk pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) bahan yang

    diperlukan antara lain: xylol, ethanol absolute, etanol 90%, etanol 80%,

    air keran, larutan hematoksilin, larutan scott, larutan eosin dan cairan

    perekat.

    C. Metode Penelitian

    1. Rancangan Percobaan

    Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian eksperimental. Rancangan

    yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

    kelompok perlakuan 5 kelompok terdiri dari 5 ulangan dan 1 mencit

    cadangan. Jumlah individu yang dipakai sebagai ulangan sebanyak 6 ekor

    mencit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5:

  • 31

    Tabel 5. Rancangan Percobaan Penelitian

    Kelompok Keterangan Jumlah

    Kelompok 1

    (Kontrol Negatif)

    kelompok yang tidak diberi perlakuan

    apapun, hanya diberi pakan standar hingga

    penelitian berakhir

    6

    Kelompok 2

    (Kontrol Positif)

    Mencit yang diberi induksan aloksan tetapi

    tanpa pemberian bahan uji

    6

    Kelompok 3

    Diinduksi aloksan, kemudian diberi ekstrak

    metanol dari daun jeruju (Acanthus

    ilicifolius L.) dengan dosis 22,4

    mg/ekor/hari.

    selama 14 hari.

    6

    Kelompok 4

    Kelompok yang diberi induksan aloksan

    dan kemudian diberi ekstrak metanol dari

    buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    dengan dosis 22,4 mg/ekor/hari.

    selama 14 hari.

    6

    Kelompok 5

    Kelompok yang diberi induksan aloksan dan

    kemudian dilajutkan dengan pemberian

    taurin selama 14 hari dengan dosis 15,6

    mg/ekor/hari

    6

    2. Populasi dan Sampel

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang

    diperoleh dari BPPV Lampung. Mencit yang digunakan dalam penelitian

    ini berjumlah 30 ekor dengan usia 2-3 bulan dan berat badan ± 30-40

    gram. Digunakan mencit jantan karena sistem imun pada mencit jantan

    cenderung lebih tidak dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini

    disebabkan karena kadar hormon estrogen pada mencit jantan relatif

  • 32

    rendah dibanding mencit betina. Pada pengukuran berat badan juga

    terlihat bahwa kelompok mencit betina lebih sulit mengalami

    pertambahan berat badan karena mencit betina sangat rentan terjadi stress

    dan bersifat menetap (Astuti dan Elfi, 2014).

    D. Pelaksanaan Penelitian

    1. Persiapan Hewan Uji

    Hewan uji yang dipakai ialah mencit jantan (Mus musculus L.) dengan

    berat ± 30-40 gram dan berumur 2-3 bulan. Mencit diperoleh dari Balai

    Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar

    Lampung. Mencit dipelihara pada lingkungan homogen secara individu

    dan di tempatkan kedalam kandang plastik berukuran 20x30 cm serta

    penutup berbahan kawat dan wadah air minum.

    Aklimatisasi mencit dilakukan selama 7 hari sebelum perlakuan

    diberikan, hal ini bertujuan agar mencit dapat menyesuaikan dengan

    kondisi kandang. Keadaan hewan selama aklimatisasi dan perlakuan

    dikontrol pada suhu lingkungan yang tetap. Makanan yang diberikan

    berupa pakan standar (pelet) dan minuman mencit diberikan secara

    ad libitum. Setiap lima hari berat badan mencit ditimbang dan diamati

    perilakunya. Mencit yang digunakan adalah mencit yang sehat dan

    selama aklimatisasi. Selanjutnya mencit dikelompokan ke dalam 6

    kelompok dan diberi perlakuan sesuai dengan rancangan percobaan yang

    akan diujikan.

  • 33

    2. Persiapan Bahan Uji

    2.1 Persiapan Ekstrak Daun dan Buah Jeruju (A. ilicifolius L.)

    Bahan uji yang digunakan adalah esktrak daun jeruju, ekstrak buah jeruju

    yang didapatkan dari Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.

    Daun jeruju dan buah jeruju dipilah yang terbaik kemudian dibersihkan

    dengan menggunakan air yang mengalir sampai bersih. Selanjutnya daun

    jeruju dan buah jeruju dikeringkan memakai oven dengan suhu 30-35 oC.

    Dengan menggunakan penggiling dan blender maka haluskanlah daun

    jeruju dan buah jeruju. Setelah itu lakukan maserasi selama 24 jam

    dengan menggunakan pelarut metanol (perbandingan 1:10) hingga

    diperoleh maserat daun dan buah jeruju. Filtrat dipekatkan memakai

    rotary evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak kental, lalu

    dimasukkan ke oven untuk mendapatkan ekstrak dalam bentuk pasta.

    Kemudian ekstrak dilarutkan dengan menggunkan CMC 1 %.

    Ekstrak daun jeruju diberikan kepada mencit kelompok 3 dan ekstrak

    buah jeruju diberikan kepada mencit kelompok 4 selama 14 hari setelah

    diinduksi aloksan. Menurut (Venkataiah et al, 2013) pemberian dosis

    ekstrak daun jeruju pada tikus wistar dengan berat 200 g sebanyak 400

    mg/kb dapat memberikan hasil lebih baik dalam regenerasi sel ß.

    Berdasarkan tabel konversi dosis Laurence & Bacharach (1964), nilai

    konversi dari tikus ke mencit yaitu 0,14 (mencit dengan berat badan 20

    g), maka dosis ekstrak daun jeruju dan ekstrak buah jeruju yang diberikan

    pada mencit dengan berat 30-40 g adalah 80 mg × 0,14 × 2 = 22,4

    mg/ekor/hari.

  • 34

    2.2 Pengujian Fitokimia Ekstrak Daun dan Buah Jeruju (A. ilicifolius L.)

    Untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat didalam ekstrak

    daun dan buah jeruju (A. ilicifolius L.) maka dilakukan uji fitokimia.

    Dalam penelitian ini menggunakan pelarut metanol. Metanol merupakan

    pelarut yang bersifat universal sehingga dapat melarutkan analit yang

    bersifat polar dan nonpolar (Astarina et al, 2013). Langkah –langkah

    pengujian fitokimia ekstrak daun dan buah jeruju (A.ilicifolius L.) dapat

    dilihat pada Tabel 6 berikut :

    Tabel 6. Tabel Prosedur Pengujian Fitokimia (Tasmin et al, 2014)

    Jenis uji Perlakuan Indikator

    Saponin 0,5 mL sampel + 5 mL

    akuades, kemudian dikocok

    selama 30 detik

    Busa

    Steroid 0,5 mL sampel + 0,5 asam

    asetat glacial + 0,5 mL H2SO4

    Warna sampel

    berubah menjadi

    biru atau ungu

    Terpenoid 0,5 mL sampel + 0,5 asam

    asetat glacial + 0,5 mL H2SO4

    Warna sampel

    berubah menjadi

    merah atau kuning

    Tanin 1 mL sampel + 3 tetes larutan

    FeCl3

    Warna larutan

    menjadi hitam

    kebiruan

    Alkaloid 0,5 mL sampel + 5 tetes

    kloroform + 5 tetes pereaksi

    Mayer (1 g KI dilarutkan

    dalam 20 mL akuades dan

    ditambahkan 0,271 g HgCl2 hingga larut)

    Warna larutan

    putih kecokelatan

    Flavonoid 0,5 mL sampel + 0,5 g serbuk

    Mg + 5 mL HCl pekat

    (ditambahkan tetes demi tetes

    Warna larutan

    merah atau kuning,

    terbentuk busa

  • 35

    2.3 Persiapan Taurin

    Pemberian taurin secara oral pada mencit. Taurin diberikan kepada

    mencit kelompok 5 (setelah diinduksi aloksan). Dosis taurin yang

    diberikan yaitu 15,6 mg/ekor/hari selama 14 hari. Berdasarkan penelitian

    (Widiastuti, 2017), pemberian dosis taurin 15,6 mg/ekor/hari selama 14

    hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang mengalami

    diabetes.

    3. Induksi Aloksan

    Untuk menciptakan keadaan hiperglikemik pada mencit maka perlu

    dilakukan penginduksiaan aloksan. Aloksan dapat merusak reseptor

    insulin dengan diikuti kerusakan dari sel ß pankreas. Akibat reseptor

    insulin dan sel ß pankreas mengalami keruskan menyebabkan insulin

    tidak dapat dihasilkan secara normal, sehingga glukosa darah tidak bisa

    digunakan menjadi energi, akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi

    tinggi (Szkudelski, 2001).

    Percobaan induksi aloksan agar diabetes pada dosis 160 mg/kg/bb ialah

    pada tikus setelah dipuasakan merupakan dosis yang dapat membuat

    hewan uji menjadi hiperglikemia. Hewan uji menunjukkan keadaan

    diabetes selama berbulan-bulan, dan tidak kembali menjadi keadaan

    normal tanpa bantuan medis (Ashok et al, 2007).

    Pembuatan mencit menjadi kondisi DM dimulai dengan mempuasakan

    mencit jantan selama ± 18 jam, setelah itu mencit diukur kadar glukosa

  • 36

    darah dan berat badannya. Dua jam berikutnya, setelah luka pada ekor

    mengering, mencit disuntik dengan larutan aloksan. Aloksan yang

    dipakai sebelumnya dilarutkan dengan memakai 0,3 ml aqua pro

    injection.

    Setelah 24 jam induksi, mencit diberi 3 ml air gula 5% secara oral, untuk

    mencegah terjadinya hipoglikemia yang fatal. Untuk melihat pengaruh

    pemberian aloksan pada mencit, dilakukan optimasi larutan selama 5 hari.

    Berdasarkan International Diabetes Federation (2017), kriteria diagnosa

    terjadinya diabetes melitus (DM) apabila diperoleh kadar glukosa darah

    puasa ≥ 126 mg/dl.

    4. Preparat Histopatologi

    Setelah hari ke 14, semua mencit yang diteliti dibedah. Selanjutnya organ

    hati diambil dan dilakukan penimbangan. Setelah data bobot hati

    diperoleh selanjutnya organ hati difiksasi selama 24 jam kemudian dibuat

    sayatan histologi hati dengan menggunakan metode parafin. Pengamatan

    pada organ hati dilakukan dengan menghitung jumlah sel yang

    mengalami kerusakan, dan sel hati yang normal di lima lapang pandang

    sekitar vena sentralis. Pada masing-masing lapang pandang dihitung

    jumlah sel hati (hepatosit) yang mengalami kerusakan kemudian dibagi

    dengan jumlah hepatosit dalam satu lapang pandang

    (Kurniawan et al, 2014).

  • 37

    Lima kelompok hewan percobaan yang telah diberikan perlakuan selama

    dua minggu diterminasi dengan cara dislokasi leher kemudian diambil

    organ pankreasnya untuk selanjutnya dilakukan pembuatan preparat

    histopatologi dengan metode pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Preparat

    histopatologi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x dan

    dicatat perubahan mikroskopik yang ditemukan pada 5 lapang pandang

    (Dharma et al, 2015).

    Setelah hewan percobaan di dislokasi leher, kemudia ambil organ

    testisnya. Setelah berat testis ditimbang, letakan testis ke dalam botol film

    yang berisi larutan buffer formalin, kemudian pembuatan preparat

    histologi dilakukan dengan menggunakan metode parafin dan pewarnaan

    Hematoxylin Eosin (HE). Setelah itu proses pembuatan preparat

    mikroskopis testis, diamati dan dinilai gambaran histopatologi

    spermatogenesisnya menggunakan kriteria Johnsen score dengan kriteria

    skor 1-10 (Adelati et al, 2016).

    E. Parameter Penelitian

    1. Rerata Berat Badan Mencit

    Pengukuran berat badan dilakukan dalam empat waktu, yaitu hari ke-0

    (berat badan mencit sebelum diinduksi aloksan), hari ke 3 (berat badan

    mencit setelah diinduksi aloksan), hari ke-10 (berat badan mencit setelah

    7 hari pemberian ekstrak daun jeruju, buah jeruju, dan taurin) dan hari

    ke-17 (berat badan mencit setelah 14 hari pemberian ekstrak daun jeruju,

    buah jeruju dan taurin). Alat yang digunakan dalam pengukuran berat

  • 38

    badan yaitu timbangan digital. Semua berat badan yang diperoleh ialah

    berat badan setelah sebelumnya dipuasakan selama ± 6-8 jam.

    2. Kadar Glukosa dan Kolestrol Total Darah

    Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebanyak 4 kali. Pengukuran

    kadar glukosa dilakukan setelah mencit dipuasakan selama ± 6-8 jam,

    kemudian kadar glukosa diukur menggunakan glukometer. Pengukuran

    kadar glukosa dilakukan sebanyak empat kali pada tiap-tiap perlakuan

    setelah mencit dipuasakan selama ± 6-8 jam. Pengukuran pertama yaitu

    hari ke-0 (kadar glukosa mencit sebelum diinduksi aloksan), pengukuran

    kedua dilakukan setelah injeksi aloksan untuk mengetahui keberhasilan

    terjadinya induksi diabetes mellitus pada tiap sampel pada hari ke 3,

    pengukuran ke tiga pada hari ke-10 (kadar glukosa mencit setelah 7 hari

    pemberian ekstrak daun jeruju, buah jeruju, dan taurin) dan pengukuran

    glukosa ke empat pada hari ke-17 (kadar glukosa mencit setelah 14 hari

    pemberian ekstrak daun jeruju, buah jeruju dan taurin). Adapun

    pengukuran kolesterol dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke 3,

    ke 7 dan ke 14 setelah pemberian ekstrak. Pada hari ke 14, dilakukan

    pemeriksaan kadar glukosa dan kolesterol darah total. Sampel darah

    mencit diambil melalui pembuluh vena ekor (intravena). Sampel darah

    kemudian diuji kadar glukosa dan kolesterolnya dengan memakai alat

    Nesco® multicheck.

  • 39

    3. Rerata Berat Testis

    Berat testis diukur pada hari ke-14, yaitu setelah mencit dibedah. Organ

    testis diambil kemudian dicuci dengan larutan ringer, selanjutnya organ

    testis beratnya ditimbang memakai timbangan analitik.

    4. Rerata Jumlah Spermatozoa

    Pengambilan spermatozoa dilakukan setelah hewan uji diberi ekstrak

    daun jeruju, ekstrak buah jeruju dan taurin selama 14 hari. Mencit

    dipreparasi dengan cara dislokasi leher. Kemudian mencit ditelentangkan

    di papan bedah dan dibedah pada bagian abdomen, kemudian diambil

    bagian kauda epididimis kanan dan kiri. Kauda epididimis dibersihkan

    dari lemak sampai bersih, kemudian diletakkan pada gelas arloji yang

    berisi 100 µL larutan ringer (NaCl 0,9%). Selanjutnya kauda epididimis

    dipotong untuk mengeluarkan spermatozoa dan dihomogenkan sampai

    terbentuk suspensi spermatozoa. Perhitungan jumlah spermatozoa

    menggunakan ruang hitung Improved Neubauer (Hemocytometer).

    Suspensi spermatozoa yang telah diencerkan dengan larutan ringer

    diambil 10 µL kemudian dimasukkan ke dalam ruang hitung

    hemocytometer. Hemocytometer yang telah terisi suspensi spermatozoa

    kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif

    40× dan lensa okuler 100x. Data berupa jumlah spermatozoa dihitung

    dengan rumus “Total spermatozoa (juta/ml ejakulat) = jumlah

    spermatozoa terhitung x 200.000 “ (Christijanti, 2009).

  • 40

    5. Motilitas

    Untuk menghitung motilitas pada mencit terlebih dahulu membuat

    suspensi yang homogen dari cairan epididimis. Kauda epididimis

    dimasukan kedalam gelas arloji yang telah terisi 1 mL larutan garam

    fisiologis (NaCl 0,9 %), kauda epididimis dipotong dengan menggunakan

    gunting yang tajam dan runcing, terus ditekan-tekan supaya cairan yang

    berada di dalam kauda epididimis keluar dan tersuspensi dengan pelarut

    (Desak, 2013).

    Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan memakai

    mikroskop cahaya perbesaran 400x. Motilitas spermatozoa

    dikelompokkan ke dalam kategori sel spermatozoa progresif (A),

    progresif lambat (B). nonprogresif (C), dan imotil (D), lalu secara

    bersamaan presentase motilitas dihitung menggunakan rumus sebagai

    berikut (Dina et al, 2016) :

    6. Penilaian dan Gambaran Histologi Hati serta Pankreas pada Mencit

    6.1 Hati

    Untuk melihat gambaran histopatologi hati dilakukan menggunakan

    mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Di setiap lapangan pandang,

    dihitung 20 sel secara acak dan dinilai skor tiap sel dengan model skoring

    Histopathology Manja Roenigk. Jenis kerusakan hati yang diamati

    meliputi nekrosis, degenerasi parenkimatosa dan degenerasi hidrofik

    dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan kriteria tersebut maka skor

  • 41

    minimal yang mungkin didapat adalah 100 jika semua sel yang

    ditemukan dalam keadaan normal. Skor maksimal 400 jika semua sel

    dalam keadaan nekrosis.

    Tabel 7. Kriteria Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Hati

    Tingkat Kerusakan Skor

    Normal 1

    Degenerasi Parenkimatosa 2

    Degenerasi Hidropik 3

    Nekrosis 4

    (Sumber: Maulida et al, 2013)

    6.2 Pankreas

    Preparat histopatologi diamati dan diskoring berdasarkan kategori yang

    dapat diihat pada Tabel 8 sebagai berikut :

    Tabel 8. Kriteria Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Pankreas

    Tingkat Kerusakan Skor

    Tidak ada nekrosis sel pankreas 0

    ¼ total nerkosis sel pankreas 1

    ½ total nekrosis sel pankreas 2

    ¾ total nekrosis sel pankreas 3

    Nekrosis seluruh sel pankreas 4

    (Sumber: Dharma et al, 2015)

    6.3 Testis

    Pemeriksaan dan penilaian dilakukan dengan cara preparat testis diamati

    menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Pemberian skor

    dilakukan pada 5 lapangan pandang tiap lapang pandang terdiri dari 1

    tubulus seminiferus. Skor dari 5 lapangan pandang dirata-rata, sehingga

    didapatkan skor untuk masing-masing mencit, untuk penilaian kriteria

  • 42

    histopatologi testis dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut :

    (Adelati et al, 2016).

    Tabel 9. Kriteria Johnsen Score

    Skor Penilaian

    10 Epitel tubulus normal, spermatogenesis

    lengkap, lumen tubulus terbuka, sel

    spermatozoa ≥ 10

    9 Epitel tubulus rusak, lumen tubulus tertutup,

    sel spermatozoa ≥ 10

    8 Sel spermatozoa < 10

    7 Sel spermatozoa 0, Sel spermatid ≥ 10

    6 Sel spermatozoa 0, Sel spermatid < 10

    5 Sel spermatozoa dan Sel spermatid 0, sel

    spermatosit ≥ 5

    4 Sel spermatozoa dan Sel spermatid 0, sel

    spermatosit < 5

    3 Sel spermatogenik hanya terdiri atas sel

    spermatogonium

    2 Sel spermatogenik 0, hanya ada sel sertoli

    1 Tidak ada sel sama sekali dalam tubulus

    (Sumber: Johnsen, 1970)

    F. Analisis Data

    Data yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis memakai program Minitab

    16 dengan memakai metode statistik One Way Anova (Analysis of Variance) pada

    taraf nyata 5% untuk melihat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan.

    Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan Uji Fisher pada taraf nyata 5%.

  • 83

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

    kesimpulan diantaranya :

    1. Pemberian ektrsak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    serta taurin dapat menurunkan kadar glukosa dan kolesterol total darah

    pada mencit.

    2. Pemberian ektrsak metanol buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.) serta

    taurin mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas spermatozoa mencit

    (Mus musculus L.), sedangkan pemberian ekstrak metanol daun jeruju

    (Acanthus ilicifolius L.) menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas

    spermatozoa mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan.

    3. Pemberian ektrsak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus ilicifolius L.)

    serta taurin mampu memperbaiki kerusakan histopatogi pankreas, hati

    dan testis pada mencit jantan (Mus musculus L.) yang diinduksi aloksan

  • 84

    B. Saran

    Disarankan agar dapat dilakukan lebih lanjut, dengan :

    1. Menambahkan variasi dosis dan penambahan waktu yang lebih lama

    dalam pemberian ekstrak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus

    ilicifolius L.) serta taurin. Tujuan mencari dosis yang tepat sebagai

    pengobatan alternatif dalam menurunkan kadar glukosa dan kolesterol

    total darah.

    2. Mengkombinasikan ekstrak metanol daun dan buah jeruju (Acanthus

    ilicifolius L.) serta taurin untuk menurunkan kadar glukosa dan kolesterol

    total darah serta kualitas dan kuantitas spermatozoa.

  • 85

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdelmoaty, M.A., Ibrahim, M.A., Ahmed, N.S., and Abdelaziz, M. A. 2010.

    Confirmatory Studies on the Antioxidant and Antidiabetic Effect of Quercetin in

    Rats. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 25(2) pp.188-192.

    ADA (American Diabetes Association). 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

    Mellitus. Diabetes Care Journal. Volume 33 (1): 562-569.

    Adelati, S., A. Z. Juniarto., I. P. Miranti. 2016. Histopatologi Spermatogenesis Testis

    Tikus Wistar Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran Diponegoro Volume 5 (4):

    1760-1769.

    Amoreaux, W. J., C. Cuttitta., A. Santora., J. F. Blaize., J. Tachjadi., A. E. Idrissi. 2010.

    Taurine regulates insulin release from pancreatic beta cell lines. Journal of

    Biomedical Science.

    APG (Angiosperm Phylogeny Group). 2003. An update of the Angiosperm Phylogeny

    Group classification for the orders and families of flowering plants: APG II.

    Botanical journal of the Linnean Society, 141 (4) : 399-436.

    Akhlaghi M, Bandy B. 2009. Review article: mechanisms of flavonoid protection against

    myocardial ischemia– reperfusion injury. Journal Molecullar and Cellular

    Cardiology 46: 309–317.

    Arjadi F, Mustofa. 2017. Ektrak Daging Buah Mahkota Dewa Meregenerasi Sel Pulau

    Langerhans Pada Tikus Putih Diabetes. Jurnal Ilmiah Biologi (Biogenesis)

    Volume 5(1) : 27-33.

    Arrington, J.B. E.B. Prophet and B. Mills. 1992. Laboratory Methods in Histotechnology.

    Armed Forces Institute of Pathology. Washington C.

    Artha, C., A. Mustika., S. W. Sulistyawati. 2017. Pengaruh Ekstrak Daun Singawalang

    terhadap Kadar LDL Tikus Putih Jantan Hiperkolesterolemia. Artikel Penelitian.

    Vol 5 (2): 105-109.

    Ashok, P., B. Meenakshi. 2004. Contraceptive Effect Of Curcuma longa (L.) in Male

    Albino Rat. Asian J Androl Volume 6 (1): 71-74.

    Astutik, W., dan E. Kuswati. 2014. Efektivitas Pemberian Jus Kulit Manggis

    terhadap Kadar Hormon Kortisol pada Mencit (Mus musculus) yang Mengalami

    Stress. Jurnal Skala Husada Volume 11 (1) : 91-95

    Banjarnahor, E., dan S. Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis Dan Sekresi Insulin.

    Jurnal Biomedik Volume 4(3) : 156-162

  • 86

    Birdsall, T. C. 1998. Therapeutic Applications of Taurine. Altern Med Rev 3 : 128-136.

    Bloom William, Don W. Fawcett. 2002. Buku ajar histologi. Edisi 12. Terjemahan Jan

    Tambayong. Jakarta: EGC

    Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid

    3. Jakarta: Erlangga

    Cook, M. J., 1965. The Anatomy of the Laboratory Mouse. England: Academic Press.

    Diunduh di http://www.informatics.jax.org/cookbook/ pada tanggal 4 Januari

    2019

    Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. (Diterjemahkan Brahmu). Penerbit Buku

    Kedokteran, Jakarta.

    Christijanti, W. 2009. Penurunan Jumlah Dan Motilitas Spermatozoa Setelah Pemberian

    Ekstrak Biji Pepaya (Kajian Potensi Biji Papaya Sebagai Bahan Kontrasepsi

    Alternatif). Biosaintifika. Volume 1(1): 19 – 26.

    Dehghan MH., Martin T., Dehghanan R. 2005. Antifertility effect of Iranian neem seed

    alcoholic extract on epididymal sperm of mice. Iranian Journal of Reproductive

    Medicine, 3(2):83-89

    Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.

    Majalah Kedokteran Indonesia 57 (7).

    Dharma I. G. B. S., I. K. Berata, dan Samsuri. 2015. Studi Histopatologi Pankreas Tikus

    Putih (Rattus