212
EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN NAMNAM (C. cauliflora L.) DAN PROPOLIS TERHADAP KEMAMPUAN FAGOSITOSIS MAKROFAG PERITONEUM TIKUS SECARA IN VITRO ZAITUN AWALIAH PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN NAMNAM

(C. cauliflora L.) DAN PROPOLIS TERHADAP KEMAMPUAN

FAGOSITOSIS MAKROFAG PERITONEUM TIKUS

SECARA IN VITRO

ZAITUN AWALIAH

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN NAMNAM

(C. cauliflora L.) DAN PROPOLIS TERHADAP KEMAMPUAN

FAGOSITOSIS MAKROFAG PERITONEUM TIKUS

SECARA IN VITRO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

ZAITUN AWALIAH

1110096000058

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 3: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …
Page 4: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …
Page 5: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2016

Zaitun Awaliah

1110096000058

Page 6: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ABSTRAK

ZAITUN AWALIAH. Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun Namnam(C. Cauliflora L.) Dan Propolis Terhadap Kemampuan Fagositosis MakrofagPeritoneum Tikus Secara In Vitro.Di bawah bimbingan LA ODE SUMARLIN dan ANNA MUAWANAH

Telah dilakukan penelitian mengenai salah satu bahan alam di Indonesia yaituekstrak metanol daun namnam dan propolis sebagai imunomodulator secara invitro berdasarkan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofagperitoneum tikus. Antigen yang digunakan adalah bakteri Staphylococcusepidermidis. Stimuno digunakan sebagai kontrol positif. Perlakuan konsentrasimasing-masing sampel uji adalah 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, dan 10000ppm. Hasil analisis statistik (α= 5%) menunjukkan adanya perbedaan yangsignifikan antara nilai aktivitas fagositosis kedua sampel uji dibandingkan dengankontrol negatif (aquades). Sedangkan dalam penetapan nilai kapasitas fagositosisperbedaan yang signifikan dibanding kontrol negatif hanya terjadi pada sampelpropolis konsentrasi 1000 ppm. Sampel ekstrak daun namnam memilikikemampuan imunomodulaor optimal pada konsentrasi 1000 ppm (86% dan 689)dengan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (30% dan 202).Kemampuan imunomodulaor optimal sampel propolis pada konsentrasi 1000 ppm(93% dan 1621) dengan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (37%dan 1134). Berdasarkan hasil pengujian masing-masing sampel disimpulkanbahwa ekstrak daun namnam dan propolis memiliki kemampuan sebagaiimunomodulator.

Kata kunci: daun namnam, propolis, imunomodulator, fagositosis

Page 7: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ABSTRACT

ZAITUN AWALIAH. The Immunomodulatory Effect of Namnam LeafMethanol Extract (C.Cauliflora L.) and Propolis Against of Phagocytosis onMacrophage of Rat Peritoneum In Vitro.Under the guidance of LA ODE SUMARLIN dan ANNA MUAWANAH

Immunomodulatory assay of Indonesian product resources were explored isnamnam methanol extract and propolis in vitro based on increased value ofmacrophages phagocytic activity and capacity in rat peritoneum. Staphylococcusepidermidis was used as antigen. The treatment concentrations was used in 1 ppm,10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, and 10000 ppm. Statistic analytical (α= 5%) showedthere are significant differences between the value phagocytic activity of the testsample as compared to negative controls. Meanwhile in determining valuephagocytic capacity, a difference compares to negative control only was showedon propolis sampel concentration is 1000 ppm. Namnam leaf extract samples haveimmunomodulatory capabilities optimally at a concentration of 1000 ppm (86%and 689) with an increase in value of the activity and phagocytic capacity (30%and 202). Propolis samples immunomodulatory capabilities optimally at aconcentration of 1000 ppm (93% and in 1621) with an increase in value of theactivity and phagocytic capacity (37% and 1134). Based on these results indicatedthat namnam leaf extracts and propolis have the ability as an immunomodulator.

Keyword: namnam leaf, propolis, immunomodulatory, phagocytosis

Page 8: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Skripsi ini berjudul Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun

Namnam (C. Cauliflora L.) dan Propolis Terhadap Kemampuan Fagositosis

Makrofag Peritoneum Tikus (Rattus Novergicus) Secara In Vitro.

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir dalam

meraih gelar sarjana pada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulisan skripsi ini yaitu:

1. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Dosen

Penguji I

3. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

4. Anna Muawanah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Sandra Hermanto, M.Si selaku penguji II, Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

vii

6. Suja bin Abdul Gani dan Ellah, kedua orang tua yang telah memberi dukungan

materil dan moril

7. Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Chris Adhiyanto, M Biomed, Ph.D

8. STP Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Laely Nurmida Rahmawati, M.Biomed, PhD

9. Laboran Kimia Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antara lain Adawiyah, S.Si dan Erni, S.Si

10. Laboran Biologi Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antara lain Nur Amaliah Silihat, S.Si; Puji Astuti S.Si; Dinda Rama H., S.Si;

dan Fahri Fahrudin, M.Si selaku dosen praktikum biologi

11. Rekan-rekan Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014

12. Rekan-rekan UKM Teater Syahid

13. Rekan-rekan PMII Komisariat Sains dan Teknologi, serta PMII Cabang

Ciputat

14. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu

Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu mendapatkan

rahmat dan karunia oleh Allah SWT. Penyusun menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikannya. Semoga laporan tugas akhir ini dapat digunakan

sebagaimana mestinya

Ciputat, Juli 2016

Penyusun

Page 10: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.………………………………………………...………. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xiv

BAB I PENDAHULUAN.……………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang………......………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………............... 6

1.3 Hipotesis……………………………………………………............. 6

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 6

1.5 Manfaat Penelitian…..……………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….……... 7

2.1 Tanaman Namnam (C. cauliflora L.)…...……………………… …. 7

2.2 Propolis………………………………………………………..……. 11

2.3 Hewan Uji Rattus novergicus………………...…………………….. 14

2.4 Bakteri Uji Staphylococcus epidermidis…...……………………….. 15

2.5 Kontrol Pembanding………………………………………………... 16

2.6 Sistem Imun……………………………………………………….... 18

2.7 Fagositosis dan Makrofag…………………………………………... 21

2.8 Imunomodulator...……………………………………....................... 23

2.9 Uji Fagositosis...……………………………………......................... 25

Page 11: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 26

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………. 26

3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………….... 26

3.2.1 Alat Penelitian..……………………………………………...... 26

3.2.2 Bahan Penelitian……………………………………………… 26

3.3 Prosedur Kerja……………………………………………………… 27

3.3.1 Ekstraksi Daun Namnam …………..…………………............ 27

3.3.2 Preparasi Larutan Sampel Uji...………………..………........... 28

3.3.2.1 Preparasi Larutan Sampel Ekstrak Daun Namnam…… 28

3.3.2.2 Preparasi Larutan Sampel Propolis…………………… 28

3.3.3 Uji Fitokimia Propolis……………………..………..………... 28

3.3.3.1 Uji Alkaloid………………………..………..………... 29

3.3.3.2 Uji Flavonoid………………………..………..………. 29

3.3.3.3 Uji Triterpenoid dan Steroid………………………….. 29

3.3.3.4 Uji Kuinon……………………………………………. 29

3.3.3.5 Uji Tanin………………………..………..…………… 30

3.3.3.6 Uji Saponin………………………..………..………… 30

3.3.4 Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis……. 30

3.3.5 Penyiapan Makrofag…………………………..………..…….. 32

3.3.6 Uji Viabilitas………..………..………..………..………..…… 32

3.3.7 Uji Fagositosis……………………………..………..………... 33

3.3.8 Analisis Data………………………………………………….. 34

Page 12: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 35

4.1 Ekstraksi Daun Namnam….………………………………………………... 35

4.2 Hasil Uji Fitokimia.………………………………………………................ 36

4.3 Hasil Uji Viabilitas Makrofag………………………………………………. 45

4.4 Hasil Uji Fagositosis………………………………………………………... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… 58

5.1 Simpulan……………………………………………………………………. 58

5.2 Saran………………………………………………………………………... 58

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 60

LAMPIRAN…………………………………..……………………………….. 71

Page 13: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Namnam dan Buah Namnam ..………………………….. 7

Gambar 2. Struktur Senyawa (a) Flavonoid, (b) Isorhamnetin, (c)Rhamnazin, (d) Flavon, dan (e) Flavonol………………………. 9

Gambar 3. Komponen Utama Ekstrak Etanol Buah Namnam (5-hidroksimetilfurfural)

10

Gambar 4. Struktur Kimia Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE) ………... 12

Gambar 5. Struktur Kimia adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3dihydrosqualene) ..………………………….....……………….. 12

Gambar 6. Struktur Kimia Friedelanol…………………………………....... 13

Gambar 7. Staphylococcus epidermidis di Bawah Pengamatan MikroskopPerbesaran 400x..………………………….. ..………………… 15

Gambar 8. Daun Meniran..………………………….. ..………………….... 17

Gambar 9. Produk Komersil Mengandung Ekstrak Meniran..……………... 17

Gambar 10. Mekanisme Fagositosis.…………………………...…………… 22

Gambar 11. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Dragendorff.….............................. 37

Gambar 12. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Mayer ……................................... 37

Gambar 13. Reaksi Pengujian Fitokimia Flavonoid……................................ 38

Gambar 14. Reaksi Pengujian Fitokimia Terpenoid.……............................... 39

Gambar 15. Reaksi Pengujian Fitokimia Kuinon…….................................... 40

Gambar 16. Reaksi Pengujian Fitokimia Tanin……………………………... 40

Gambar 17. Reaksi Hidrolisis Saponin dalam Air…………………………... 41

Gambar 18. Uji Viabilitas Makrofag Tikus (Rattus novergicus)……………..... 46

Page 14: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xii

Gambar 19. Makrofag (1) Aktif Sedang Memfagosit Bakteri, (2) TidakAktif Memfagosit, (3) Bakteri yang Sedang Difagosit olehMakrofag……………………………………………………… 47

Gambar 20. Fagositosis Mikroba di Dalam Sel……………………………. 48

Gambar 21. Diagram % Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun

Namnam dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol

Positif……….......................................................................... 53

Gambar 22. Diagram Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun

Namnam dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol

Positif……………………….................................................. 53

Page 15: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analisis Kualitatif Fitokimia Cynometra cauliflora L………......... 9

Tabel 2. Komposisi Kimia Propolis Sebagai Imunomodulator…................. 13

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Propolis dan Ekstrak Metanol DaunNamnam……….……………..…………………………………… 36

Tabel 4. Hasil Uji Viabilitas Makrofag………….………………………… 46

Tabel 5. Nilai Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C.Cauliflora L.) dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif……………………………………………………………… 51

Tabel 6. Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C.Cauliflora L.) dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif……………………………………………………………… 52

Page 16: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian………………………………………... 71

Lampiran 2. Bagan Ekstraksi Daun Namnam……………………………. 72

Lampiran 3. Bagan Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcusepidermidis…………………………………………………... 73

Lampiran 4. Bagan Penyiapan Makrofag dari Peritoneum Tikus………… 74

Lampiran 5. Cara Penghitungan Jumlah Makrofag dalam Hemositometer. 75

Lampiran 6. Bagan Uji Fagositosis……………………………………….. 76

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Fagositosis………………… 77

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Uji Kapasitas Fagositosis………………... 78

Lampiran 9. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas FagositosisEkstrak Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif …….…………………………………………………. 79

Lampiran 10. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas FagositosisPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif ……… 82

Lampiran 11. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Kapasitas FagositosisEkstrak Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif ……………………………………………………….. 85

Lampiran 12. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Kapasitas FagositosisPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif ……… 88

Lampiran 13. Bahan Utama Penelitian…………………………...………. 91

Lampiran 14. Proses Dalam Penelitian…………………….....………....... 92

Page 17: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia penggunaan obat-obatan tradisional sudah dikenal sejak

ratusan tahun yang lalu dan makin populer dengan makin berkembangnya industri

obat tradisional. Meskipun masyarakat sebagai konsumen mengakui adanya

dampak positif dari konsumsi obat-obatan tersebut, namun bukti ilmiah dari

manfaatnya tetap diperlukan dan tidak dapat dilupakan kemungkinan adanya efek

samping dan efek samping penggunaan obat-obatan tersebut (Sjahrurachman et

al., 2004).

Berbagai macam penyakit dapat masuk ke dalam tubuh tergantung pada

sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem imun tidak bekerja optimal, tubuh akan

rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mempengaruhi daya tahan tubuh,

misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan, gaya hidup sehari-hari, stres,

umur dan hormon (Suhirman dan Winarti, 2007).

Adanya senyawa-senyawa kimia yang dapat meningkatkan efektivitas

sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun. Industri

kesehatan biasanya menggunakan produk alami sebagai alternatif untuk formulasi

terapi medis konvensional (allopathic) dalam rangka pengobatan berbagai

penyakit (Margaretha, 2012). Dengan demikian, upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kekebalan tubuh oleh agen imunomodulator/imunostimulan yang

Page 18: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

2

bekerja sebagai adjuvant untuk pengobatan konvensional (Sarisetyaningtyas et al.,

2006).

Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai

imunomodulator. Imunomodulator adalah bahan yang dapat mengembalikan dan

memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang

fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2002). Usaha pencarian tanaman yang

berkhasiat sebagai imunomodulator dapat diawali dari penggunaannya secara

empiris. Beberapa pendekatan dilakukan dari berbagai aspek seperti etnobotani,

etnofarmasi, etnofarmakologi dan etnomedis dilanjutkan dengan test secara in

vitro (Suhirman dan Winarti, 2007).

Menurut Parmer et al. (1997) dan Grotewold (2006), golongan senyawa

alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid, isoflavonoid, dan triterpen diketahui

bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator. Penelitian lain telah

dilakukan oleh Kustiawan (2012) mengenai imunomodulator dari ekstrak etanol

daun sirih merah yang mengandung senyawa golongan neolignan dapat

meningkatkan indeks fagositosis makrofag, diketahui sebagai imunostimulan.

Isolasi dilakukan dan didapat dua isolat yaitu 2-allyl-4-(1’-hydroxy-1’-(3”,4”,5”-

trimethoxyphenyl)propoan- 2’-yl)-3,5-dimethoxycyclohexa-3,5-dienone dan isolat

2 yakni 2-allyl-4-(1’-acetyl-1’-(3”,4”,5”-trimethoxyphenyl) propan-2’-yl)-3,5-

dimethoxycyclohexa-3,5-dienone. Selain itu, salah satu bahan obat tradisional

yakni tempuyung mengandung senyawa flavonoid (luteolin-7-O-glikosida,

apigenin-7-O-glikosida dan kaempferol) yang diduga dapat digunakan sebagai

imunomodulator (Nugroho, 2012). Penggunaan suatu imunomodulator dianggap

Page 19: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

3

penting terutama jenis imunomodulator yang memberikan efek pada sistem

kekebalan tubuh dan dapat membantu meringankan kelainan klinis yang dapat

ditimbulkan oleh suatu penyakit (Abraham et al., 2008; Cuningham et al., 2014).

Salah satu bahan alam Indonesia yang diduga mempunyai potensi sebagai

imunomodulator adalah tanaman namnam (Cynometra cauliflora L.), merupakan

keluarga fabaceae atau leguminosae, Sebagian besar tanaman golongan tersebut

adalah sumber senyawa flavonoid baik dalam bentuk flavonoid, isoflavonoid,

efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan mencegah pembentukan anion

superoksida misalnya senyawa isorhamnetin dan rhamnazin (Tringali, 2001).

Aziz dan Iqbal (2013) menyebutkan bahwa total fenolik dan flavonoid

tanaman namnam pada bagian daun merupakan bagian yang terbaik sebagai

sumber antioksidan, yaitu kadar total fenolik sebesar 1180,47 – 1831,47 mg

GAE/g dan kadar total flavonoid sebesar 21,96 – 33,63 mg GAE/g. Penelitian lain

juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun namnam (Cynometra cauliflora)

memiliki kandungan total fenolik, flavonoid, vitamin C dan β-karoten yang tinggi

(Sumarlin et al, 2015). Sifat antioksidan dan beberapa senyawa yang

dikandungnya inilah yang memungkinkan adanya potensi sebagai

imunomodulator (Kurniasih et al., 2015).

Selain tanaman namnam, salah satu bahan alam lain yang diyakini secara

empiris mempunyai banyak khasiat dan relatif aman adalah propolis. Propolis

adalah bahan alami tidak beracun dikumpulkan oleh lebah dari berbagai sumber

tanaman, telah digunakan sejak dahulu kala diantaranya sebagai obat tradisional,

biokosmetik, dan makanan kesehatan (Bankova, 2000; Palombo, 2011; Parolia et

Page 20: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

4

al., 2010). Propolis merupakan antibiotik karena mempunyai kandungan

flavonoid, yaitu bahan aktif yang berfungsi sebagai antiperadangan dan antivirus.

Propolis juga dapat berperan sebagai antitumor, dapat merangsang sistem

kekebalan secara langsung dan melepaskan unsur yang merespon imunitas seluler

melalui mekanisme fagositosis (Wade, 2005).

Secara kimia, propolis mengandung bahan kimia kompleks yang sangat

kaya berbagai imunomodulator yang potensial berupa asam fenolat dan flavonoid

yang memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Cafeic

Acid Phenethyl Esther (CAPE) yang memiliki aktivitas sebagai imunomodulator

juga terkandung didalamnya (Challem, 2004). Missima et al. (2007) menyebutkan

senyawa dalam tanaman yang dihinggapi lebah juga menentukan senyawa di

dalam propolis. Salah satu yang berhasil diisolasi adalah senyawa baccharis oxide

((3S)-2,3-epoxy-2,3-dihydrosqualene) dan friedelanol yang dapat meningkatkan

produksi H2O2. Berasal dari tanaman Baccharis dracunculifolia DC sebagai

sumber utama propolis asal Brazil. Hasil menunjukkan efek stimulasi pada

makrofag. Namun penyelidikan lebih lanjut diharapkan memberikan kotribusi

pemahaman yang lebih baik mengenai aksi imunomodulator dari senyawa

metabolit sekunder ini.

Dengan demikian, diduga bahwa ekstrak metanol daun namnam dan

propolis berkhasiat sebagai imunomodulator. Hal inilah yang mendasari perlunya

dilakukan penelitian terhadap kemampuan ekstrak metanol daun namnam dan

propolis sebagai imunomodulator yang dilakukan pengujian secara terpisah.

Page 21: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

5

Informasi mengenai sifat imunomodulator dalam penelitian ini akan

diukur berdasarkan pengukuran nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

secara in vitro. Nilai aktivitas fagositosis ditetapkan dengan menghitung makrofag

aktif sedang memfagosit bakteri. Makrofag yang dipakai berasal dari cairan

peritoneum tikus galur Spreague Dawley dengan bakteri Staphylococcus

epidermidis sebagai antigen. Sementara itu, penetapan nilai kapasitas fagositosis

dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri yang difagosit oleh makrofag aktif

dalam proses fagositosis tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak metanol daun namnam dan propolis memiliki efek

imunomodulator terhadap kemampuan aktivitas dan kapasitas fagositosis

makrofag peritoneum tikus?

1.3 Hipotesis

Ekstrak metanol daun namnam dan propolis memiliki kemampuan sebagai

imunomodulator dilihat dari peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel

makrofag peritoneum tikus.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

imunomodulator ekstrak metanol daun namnam dan propolis dengan

meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag peritoneum tikus.

Page 22: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan data mengenai hasil identifikasi

kemampuan ekstrak metanol daun namnam dan propolis sebagai imunomodulator

untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Page 23: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Namnam (C. cauliflora L.)

Cynometra cauliflora dikenal dengan nama lokal yaitu namnam. Berasal

dari bahasa Yunani kynos, kyon yang berarti anjing, dan metra yang berarti rahim.

Mengacu pada bentuk polong-polongan dan namnam termasuk ke dalam keluarga

leguminose (Quattrochi, 2000). Pohon namnam mempunyai tinggi antara 3-10

meter. Batangnya tegak, bulat, berwarna abu-abu kecoklatan, dan berbonggol-

bonggol. Daun namnam majemuk dengan sepasang anak daun berbentuk lonjong

dengan panjang antara 5 sampai 15 cm, berwarna putih atau merah jambu terang

ketika masih muda, dan berubah menjadi hijau tua mengkilat ketika tua. Bunga

namnam majemuk terdiri dari 4-5 tandan yang tumbuh di batang dan cabang,

bunga namnam berukuran kecil berwarna merah muda atau putih dengan mahkota

berbentuk lanset berwarna putih. Buah namnam berbentuk ginjal keriput yang

ujungnya meruncing dan daging buah yang tebal, tumbuh di batang hingga dekat

ke tanah, berwarna coklat atau kekuningan dengan permukaan yang kasar (Heyne,

1987).

Gambar 1. Daun Namnam (Dokumentasi Pribadi)

Page 24: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

8

Biasanya tanaman ini tumbuh di dataran rendah tropis yang lembab,

namun juga dapat tumbuh dengan baik di iklim dengan musim kemarau yang

berbeda dan tahan terhadap angin (Rabeta dan Faraniza, 2013). Menurut orang

terdahulu tanaman ini memiliki banyak sifat gizi dan obat dan dianggap sebagai

buah yang kurang dimanfaatkan (Ikram et al., 2009).

Sebagian besar tanaman golongan fabaceae atau leguminosae merupakan

sumber senyawa flavonoid baik dalam bentuk flavonoid, isoflavonoid, maupun

neoflavonoid yang dilaporkan efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan

mencegah pembentukan anion superoksida misalnya senyawa isorhamnetin dan

rhamnazin (Tringali, 2001). Hasil test secara in vitro dari favonoid golongan

flavones dan flavonols telah menunjukkan adanya respon imun (Hollman et al.,

1996). Golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol

mempunyai bioaktifitas sebagai imunostimulant agent (Wagner, 1985).

(1) (2)

(3) (4)

Page 25: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

9

(5)

Gambar 2. Struktur senyawa (1) flavonoid, (2) isorhamnetin, (3) rhamnazin, (4)flavon, dan (5) flavonol (Tringali, 2001)

Tanaman famili fabaceae atau leguminosae juga dilaporkan sebagai

penghasil senyawa fenolik yang tersubstitusi gugus hidroksil khususnya golongan

oligostilbenoid (memiliki struktur yang terdiri dari rantai C6-C2-C6). Senyawa

golongan oligostilbenoid tersebut telah dilaporkan mempunyai beberapa keaktifan

biologis yang sangat menarik, seperti antioksidan, anti-HIV, antibakteri,

antifungal, dan antihepatotoksik sitotoksik, inhibitor enzim 5α-reduktase, dan

enzim asetilkolinesterase. (Kristanti et al., 2006).

Komponen bioaktif yang terdapat pada bagian-bagian tanaman namnam

berbeda-beda (Aziz dan Iqbal, 2013). Hal ini dapat dilihat dalam (tabel 1) analisis

kualitatif fitokimia Cynometra cauliflora L.

Tabel 1. Analisis Kualitatif Fitokimia Cynometra cauliflora L. (Aziz dan Iqbal, 2013)Batang Daun tua Kulit Pohon Daun muda

Tanin + + + +Pilobatanin - - - -Saponin + + + +Flavonoid + + + +Terpenoid + + - +Glikosida kardiak - + + +

Keterangan: + : terdeteksi; - : tidak terdeteksi

Page 26: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

10

Sukandar dan Amelia (2013) menyatakan senyawa 1-metilurasil

terkandung di dalam ekstrak etanol buah namnam yang bersifat sebagai

antibakteri, memiliki komponen utama 5-hidroksimetilfurfural, dan memiliki

aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 328,29 ppm. Flavonoid

merupakan antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E sehingga

mampu merangsang kekebalan tubuh (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Berdasarkan data analisa GC-MS, senyawa yang diduga bersifat

antioksidan dalam ekstrak etanol buah namnam antara lain gliserol, dimetil malat,

H-Piran-4-on, 2,3-dihidro-3,5-dihidroksi-6, Vitamin D3, 5-hidroksimetilfurfural,

Asam kojat, Trimetil sitrat, Etil ptalat, Asam 2-okso siklopentanakarboksilat,

Asam palmitat, Metil linoleat dan Asam linoleat. Senyawa-senyawa tersebut

termasuk ke dalam jenis senyawa fenolik dan asam-asam organik polifungsional

yang merupakan senyawa aktif antioksidan (Sukandar dan Amelia, 2013).

Gambar 3. Komponen Utama Ekstrak Etanol Buah Namnam (5-hidroksimetilfurfural)(Sukandar dan Amelia, 2013)

Sumarlin et al. (2015) menyatakan bahwa kadar total fenolik yang

terkandung dalam ekstrak metanol daun namnam adalah sebesar 267,6897 mg

GAE/g, total flavonoid sebesar 12,5850 mg QE/g, vitamin C sebesar 201,6848 mg

AA/g, dan kadar β-karoten sebesar 1,013 βCE/g. Tingginya kadar fenolik,

flavonoid, dan vitamin C pada ekstrak metanol daun namnam tersebut

menyebabkan tingginya aktivitas antioksidan. Sifat antioksidan dan beberapa

Page 27: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

11

senyawa yang dikandungnya inilah yang memungkinkan adanya potensi sebagai

imunomodulator. Antioksidan bersifat imunomodulator, yaitu menguatkan sel-sel

yang sehat untuk menghadang kanker. Mekanisme yang sudah berhasil diungkap

adalah sitotoksik (penghambatan siklus pembelahan sel) dan induksi apoptosis

(merangsang proses bunuh diri sel kanker) (Kurniasih et al., 2015).

2.2 Propolis

Propolis adalah bahan alami yang dihasilkan oleh lebah dan telah

digunakan sejak peradaban Mesir dan Yunani kuno yang diakui kualitas

penyembuhannya terhadap berbagai penyakit. Hippocrates, pendiri kedokteran

modern, menggunakannya untuk penyembuhan luka dan bisul internal maupun

eksternal (Parolia et al., 2010). Propolis berasal dari kata Yunani, yakni pro

berarti pertahanan dan polis berarti kota, sehingga propolis bermakna pertahanan

kota atau pertahanan sarang lebah. Propolis atau lem lebah adalah nama generik

yang diberikan untuk bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai jenis

tumbuhan, terutama dari bagian kuncup dan daun tumbuhan tersebut. Lebah

kemudian mencampur bahan resin ini dengan enzim yang disekresikan dari

kelenjar saliva lebah, membentuk propolis (Bankova et al., 2000; Hady dan

Hegazi, 2002).

Umumnya propolis berwarna kuning sampai coklat tua tergantung pada

asal bahan baku pembuatannya. Pada suhu 25-45oC, propolis adalah berupa zat

yang lunak, lentur dan sangat lengket, kurang dari 15oC, dan terutama ketika beku

atau di dekat titik beku, ia menjadi keras dan rapuh, di atas 45oC, akan semakin

Page 28: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

12

lengket dan bergetah. Biasanya propolis akan menjadi cair pada 60-70oC, tetapi

untuk beberapa sampel titik lebur mungkin setinggi 100oC. Secara kimia, propolis

mengandung bahan kimia kompleks yang sangat kaya berbagai imunomodulator

yang potensial berupa asam fenolat dan flavonoid yang memiliki banyak manfaat

untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE)

yang memiliki aktivitas sebagai imunomodulator juga terkandung di dalamnya

(Challem, 2004).

Gambar 4. Struktur Kimia Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE)

Penelitian lain menyebutkan bahwa senyawa dalam tanaman yang

dihinggapi lebah juga menentukan senyawa di dalam propolis. Salah satunya yang

berhasil diisolasi adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3-dihydrosqualene)

dan friedelanol dapat meningkatkan produksi H2O2. Berasal dari tanaman

Baccharis dracunculifolia DC sebagai sumber utama propolis asal Brazil. Hasil

menunjukkan efek stimulasi pada makrofag. Namun penyelidikan lebih lanjut

diharapkan memberikan kotribusi pemahaman yang lebih baik mengenai aksi

imunomodulator dari senyawa metabolit sekunder ini (Missima et al., 2007).

Gambar 5. Struktur Kimia adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3

dihydrosqualene) (Biosyc Database Collection/http://www.biocyc.org)

Page 29: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

13

Gambar 6. Struktur Kimia Friedelanol (Kamperdick et al., 1997)

Komposisi senyawa utama propolis dalam beberapa pengujian imunologi

dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Komposisi Senyawa Propolis Sebagai Imunomodulator (Sforcin, 2007)Kajian Imunologi Komponen Utama

Jalur klasik dan alternatif padasistem komplemen

Asam fenolik dan esternya, alkoholfenolik, aldehid dan keton, flavonoid,hidrokarbon aromatik, kumarin(Ivanovska et al., 1995)

Penyebaran makrofag dan mortalitas Asam klorogenat (Tatefuji et al., 1996)Aktivasi makrofag Asam p-kumarin dan benzopiran,

minyak esensial, asam aromatik, di-dan triterpenoid (Orsi et al., 2000)

Poliferasi limfosit Asam p-kumarin dan benzopiran,minyak esensial, asam aromatik, di dantriterpenoid (Sa-Nuns et al., 2003)

Produksi antibodi CAPE (Park et al., 2004)Antibodi dan Produksi IFN-ɣ Senyawa fenolik, asam sinamat,

flavonoid (pinobanksin, kaemferol)(Park et al., 2004; Fischer et al., 2007)

Krell (1996) menyatakan bahwa propolis dapat berfungsi memperbaiki

kondisi patologi bagian tubuh yang sakit, bekerja sebagai antioksidan dan

antibiotik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh baik humoral maupun

seluler karena mengandung flavonoid sekitar 15%.

Page 30: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

14

2.3 Hewan Uji Rattus novergicus

Menurut Adiyati (2011), hewan coba merupakan hewan yang

dikembangbiakkan untuk digunakan sebagai hewan uji coba. Tikus sering

digunakan pada berbagai macam penelitian medis selama bertahun-tahun. Hal ini

dikarenakan tikus memiliki karakteristik genetik yang unik, mudah berkembang

biak, murah serta mudah untuk mendapatkannya. Tikus merupakan hewan yang

melakukan aktivitasnya pada malam hari (nocturnal).

Tikus putih (Rattus norvegicus) atau biasa dikenal dengan nama lain

Norway Rat berasal dari wilayah Cina dan menyebar ke Eropa bagian barat (Sirois

2005). Pada wilayah Asia Tenggara, tikus ini berkembang biak di Filipina,

Indonesia, Laos, Malaysia, dan Singapura (Adiyati, 2011). Tikus putih merupakan

strain albino dari Rattus norvegicus. Tikus memiliki beberapa galur yang

merupakan hasil pembiakkan sesama jenis atau 15 persilangan.

Menurut Sirois, tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

termasuk ke dalam hewan mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini

yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus ini tebal dan

pendek dengan rambut halus. Mata tikus putih berwarna merah. Ciri yang paling

terlihat adalah ekornya yang panjang (lebih panjang dibandingkan tubuh). Bobot

badan tikus jantan pada umur dua belas minggu mencapai 240 gram sedangkan

betinanya mencapai 200 gram. Tikus memiliki lama hidup berkisar antara 4-5

tahun dengan berat badan umum tikus jantan berkisar antara 267 – 500 gram dan

betina 225 – 325 gram.

Page 31: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

15

2.4 Bakteri Uji Staphylococcus epidermidis

Bakteri Staphylococcus epidermidis digunakan sebagai antigen.

Penggunaan antigen yaitu bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh

(Suhirman dan Winarti, 2007). Bakteri tersebut adalah yang paling sering

Staphylococcus coagulasenegative (CNS) diisolasi dari infeksi aliran darah

(Pechorsky et al., 2009). Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram

positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak

teratur, diameter 0,8 - 1,0 μm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni

berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada

pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan

pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut

Staphylococcus albus, koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol (Warsa, 1994).

Gambar 7. Staphylococcus epidermidis di Bawah Pengamatan Mikroskop Perbesaran400x

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan anggota flora normal pada

kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal, juga terdapat pada kulit,

selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui

kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et

Page 32: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

16

al., 2001). Fase log bakteri Staphylococcus epidermidis dengan jumlah sel 109

cfu/ml terjadi tepat pada jam ketiga (Utami, 2009).

2.5 Kontrol Pembanding

Sebagai kontrol pembanding yang digunakan adalah stimuno, terbuat dari

herbal asli Indonesia yaitu meniran (Phyllanthus niruri L.). Stimuno digunakan

untuk memperbaiki sistem imun, membantu merangsang tubuh memproduksi

lebih banyak antibodi, dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan

tubuh bekerja optimal. Berbagai penelitian praklinis dan klinis telah dilakukan

mengenai tanaman ini sehingga kini diproduksi secara komersial.

Meniran banyak mengandung berbagai unsur kimia sebagai berikut, lignan

yang terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin,

nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen terdiri dari cymene,

limonene, lupeol, lupeol acetate. Flavonoid terdiri dari quercetin, quercitrin,

isoquercitrin, astragalin, rutine, dan physetinglucoside. Lipid terdiri dari

ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid.

Benzenoid berupa methylsalicilate. Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes berupa

triacontacal dan triacontanol. Komponen lainnya berupa tanin, vitamin C, dan

vitamin K. Serta banyak mengandung mineral terutama kalium, damar dan zat

penyamak (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Akar dan daun Phyllantus niruri Linn. mengandung suatu senyawa pahit

dan beracun. Senyawa tersebut diduga merupakan suatu alkaloida. Alakaloid

terdiri dari norscurinine, 4-metoxy-norsecurinine, entnorsecurinina, nirurne,

phyllantin, dan phyllochrysine. Akar dan daun meniran juga kaya senyawa

Page 33: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

17

flavonoid antara lain quercetin, quercetrin, isoquercetrin, astragalin, dan rutin.

Dari minyak bijinya telah di identifikasi beberapa asam lemak yaitu asam

risinoleat, asam linoleat, asam linolenat (Chairul, 2003).

Khasiat meniran berkaitan erat dengan senyawa-senyawa yang terkandung

di dalamnya, yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu mempunyai kandungan

utama senyawa golongan flavonoid . Flavonoid merupakan antioksidan yang lebih

kuat dibandingkan dengan vitamin E sehingga mampu merangsang kekebalan

tubuh (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Gambar 8. Daun Meniran Gambar 9. Produk Komersil MengandungEkstrak Meniran

Riset tentang meniran sebagai imunomodulator pertama kali dilakukan

oleh (Thabrew) 1991 dimana ekstrak meniran mampu meningkatkan aktivitas

sistem komplemen melalui jalur klasik (Sriningsih dan Wibowo, 2009). Meniran

yang terkandung didalamnya mempunyai manfaat sebagai imunostimulan yang

dapat memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu. Secara klinis

imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain

pada kasus keganasan HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain

(Sjahrurachman, 2004). Karena sifatnya sebagai imunostimulator kuat, ekstrak

Phyllanthus niruri L lebih bermanfaat digunakan sebagai imunoterapi atau terapi

adjuvant mendampingi obat-obat kanker yang lain, terutama kanker yang

Page 34: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

18

diinduksi oleh virus, walaupun penelitian pendahuluan sebagai obat kanker telah

banyak dibuktikan dari komponen yang terdapat di dalam tumbuhan ini (Ma’at,

2004).

Tanaman meniran banyak digunakan untuk hepatitis, infeksi saluran

kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk

penyembuhan diare, infeksi saluran pencernaan dan penyakit yang disebabkan

karena gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit, digunakan untuk luka dan

scabies. Akar segar digunakan untuk pengobatan hepatitis. Daun digunakan untuk

penambahan nafsu makan dan antipiretik (Sudarsono, 1996).

2.6 Sistem Imun

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan

tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi ''serangan'' dari luar tubuh kita.

Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas. Antigen

bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Kelak mekanisme inilah yang

akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikroorganisme seperti bakteri,

virus, jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun tidak

bekerja optimal, tubuh akan rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mem-

pengaruhi daya tahan tubuh. Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan,

gaya hidup sehari-hari, stres, umur dan hormon (Suhirman dan Winarti, 2007).

Sistem imun terdiri dari sekelompok sel dan substansi yang ditemukan di

dalam tubuh yang mampu mempertahankan diri kita terhadap infeksi, penyakit

kanker, dan senyawa yang asing bagi tubuh manusia. Sebagian besar pemain

utama dalam sistem imun adalah sel-sel yang berasal dari prekursor di dalam

Page 35: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

19

sumsum tulang yang bersirkulasi di dalam darah dan masuk ke dalam jaringan

apabila dibutuhkan. Sel-sel ini terbentuk dari sel-sel punca (stem cells) yang

berdiferensiasi menjadi sel-sel matur berdasarkan tipe turunan (lineage) seluler

dan faktor pertumbuhan yang ada (Sears et al., 2011). Sel dan molekul yang

bertanggung jawab atas imunitas disebut sistem imun dan respon komponennya

secara bersama dan terkoordinasi disebut respon imun (Kresno, 2001).

Sistem imun terdiri dari dua sistem, yaitu imun alami (non spesifik) dan

imun spesifik. Pada sistem imun non spesifik terdapat sel-sel yang berperan salah

satunya adalah makrofag. Makrofag inilah yang nantinya sebagai efektor pada

sistem imun, berperan untuk memusnahkan kuman/patogen yang akan merusak

tubuh (Harijanto, 2000), baik melalui mekanisme fagositosis langsung maupun

melalui mekanisme tak langsung dengan melepaskan ROI dan sitokin (Wijayanti,

2000). Dengan peningkatan reactive oxygen intermediste (ROIs), makrofag

menghasilkan reactive nitrogen intermediates dengan bantuan enzyme seperti

hydrolitic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric

oxide synthase (iNOS). ROIs (reactive oxygen intermediates) yaitu suatu

metabolit oksigen mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis. Ikatan mikroba

dengan sel fagositosis terjadi fusi dengan lisosom membentuk fagolisosom

(Abbas & Lichtman, 2005). Dengan terbentuknya fagolisosom, reseptor fagosit

yang mengikat mikroba mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim

dalam fagolisosom. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Enzim tersebut di atas

mengubah oksigen menjadi superoxide anion, hydroxylradicals, single oxygen,

myeloperoxidase, hydrogen peroxide (H2O2) yang dapat berinteraksi sehingga

Page 36: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

20

menghasilkan metabolit oksigen yang toksik yang dapat digunakan untuk

membunuh kuman (Abbas & Lichtman, 2005).

Tiga garis pertahanan tubuh yang saling bekerja sama untuk melawan

patogen, dua diantaranya bersifat non spesifik, yaitu tidak membedakan satu agen

infeksi dengan agen infeksi lainnya. Garis pertama pertahanan non spesifik itu

bersifat eksternal, yang terdiri atas jaringan epitelium yang menutupi dan melapisi

tubuh kita (kulit dan membran mukosa) beserta sekresi yang dihasilkannya. Garis

pertahanan non spesifik kedua bersifat internal, pertahanan ini dipicu oleh sinyal

kimiawi dan melibatkan sel-sel fagositik dan protein anti mikroba yang

menyerang agen infeksi yang telah menembus rintangan tubuh bagian luar.

Munculnya peradangan merupakan suatu tanda bahwa garis pertahanan kedua

telah diaktifkan. Garis pertahanan ketiga adalah sistem kekebalan. Sistem

kekebalan mulai memainkan perannya secara bersamaan dengan garis pertahanan

kedua, tetapi ia merespon dengan cara yang spesifik terhadap mikroorganisme

tertentu, sel-sel tubuh yang menyimpang, toksin, dan zat-zat lain yang ditandai

oleh molekul asing. Jadi mikroba yang menyerang masuk ke dalam tubuh harus

menembus rintangan eksternal yang dibentuk oleh kulit dan membran mukosa,

yang menutupi permukaan tubuh. Jika berhasil melakukan hal tersebut, patogen

itu harus menghadapi garis pertahanan non spesifik kedua, yaitu mekanisme yang

saling berinteraksi dan meliputi fagositosis, respon peradangan, dan protein

antimikroba. Sementara mikroorganisme sedang diserang oleh sel-sel fagositik,

respon peradangan, dan protein antimikroba, mikroorganisme itu tanpa bisa

Page 37: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

21

dihindarkan akan menghadapi limfosit, yang merupakan sel kunci dalam sistem

kekebalan-garis pertahanan ketiga (Campbell et al., 2004).

Sistem imun dapat dipengaruhi oleh makanan, agen farmakologis, polusi

lingkungan, dan bahan kimia alami (bahan alam) seperti vitamin dan flavonoid

(Middleton, 2000). Menurut kaidah keilmuaan yang berlaku, segala informasi

yang berhubungan dengan kandungan senyawa aktif dan mekanisme kerjanya

yang terkandung dalam bahan alam menjadi sangat penting dalam upaya

pengembangan bahan alam sebagai imunostimulator (Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, 2000; Safitri, 2000).

2.7 Fagositosis dan Makrofag

Fagositosis adalah proses tiga-tahap yang meliputi memasukkan antigen

target ke dalam fagosom intrasel, menyatukannya (fusi) dengan granul sitoplasma,

dan membunuhnya dengan pemecahan oksidatif (oxidative burst) (Sears et al.,

2011). Proses fagositosis merupakan bagian dari proses imun non-spesifik dan

memainkan peran pada pertemuan pertama antara hospes dengan benda asing.

Mekanisme fagositosis dapat dilihat pada gambar 10.

Page 38: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

22

Gambar 10. Mekanisme fagositosis (Talaro, 2008)

Makrofag mempunyai peran dalam sistem pertahanan tubuh terhadap

benda asing. Sel-sel monosit yang diproduksi dalam sumsum tulang akan masuk

ke pembuluh darah. Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaran

darah ke tempat tujuan di berbagai jaringan untuk berdiferensiasi sebagai

makrofag. Sel ini bekerja dengan bantuan antibody menghancurkan benda asing.

Makrofag peritoneal bebas dalam cairan peritoneum. Lisosom merupakan badan

sel yang mampu melakukan proses lisis. Lisosom banyak sekali terdapat di dalam

sel-sel pertahanan tubuh, seperti sel-sel leukosit dan makrofag (Baratawidjaja,

1988; Sadikin, 2002).

Fungsi makrofag dalam fagositosis meliputi aktivitas membunuh,

menghancurkan dan mengeliminasi antigen dari tubuh, makrofag berfungsi pula

sebagai Antigen Precenting Cell (APC) yang menghancurkan antigen dan

komponen antigen yang dihancurkan akan berinteraksi dengan sistem imun

Page 39: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

23

spesifik. Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas

berbagai bahan diantaranya lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang

seemuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan non spesifik dan spesifik.

Makrofag sangat dikhususkan untuk melaksanakan fungsi penelanan dan

penghancuran semua benda-benda berupa partikel dengan proses fagositosis.

Proses fagositosis terkadang dipermudah oleh antibodi karena partikel-partikel

yang diselimuti antibodi ditelan secara lebih efisien. Komplemen suatu seri

protein serum dalam reaksi berurutan dapat juga terlibat sebagai penguat

fagositosis (Sunaryo et al., 2007).

2.8 Imunomodulator

Imunomodulator secara umum didefenisikan sebagai senyawa yang dapat

meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non

spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral (Kresno, 2001).

Imunomodulator adalah bahan yang dapat mengembalikan dan memperbaiki

sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya

berlebihan (Baratawidjaja, 2002).

Imunomodulator (bersifat mitogen yaitu menaikkan proliferasi sel yang

berperan pada imunitas) ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung,

misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon

atau enzim lisosomal untuk meningkatkan fagositosis mikro (granulosit) dan

fagositosis makro (makrofag) (Mathilda, 1987).

Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui

imunorestorasi, imunostimulasi, dan imunosupresi. Imunorestorasi dan

Page 40: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

24

imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan

imunosupresi disebut down regulation (Baratawidjaja, 2002).

1) Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun

yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti

immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune

Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi

sumsum tulang, hati dan timus (Baratawidjaja, 2002).

2) Imunostimulasi

Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-

kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun

seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan

tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu

efekumumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik,

dan keganasan terutama yang melibatkan sistem lifatik (Mathilda, 1987).

Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu imunostimulan biologi dan

sintetik. Beberapa contoh imunostimulan biologi adalah sitokin, antibodi

monoklonal, jamur dan tanaman obat (herbal). Sedangkan imunostimulan sintetik

yaitu levamisol, isoprinosin dan muramil peptidase (Djauzi, 2003).

Page 41: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

25

3) Imunosupresi

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.

Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi

penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan

atau gejala sistemik, seperti autoimun atau autoinflamasi (Baratawidjaja, 2002).

Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut:

1. Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.

2. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.

3. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.

4. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek

samping farmakologik yang merugikan.

5. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.

2.9 Uji Fagositosis

Pengujian imunomodulator untuk melihat aktivitas dan kapasitas

fagositosis dengan menggunakan makrofag yang berasal dari peritoneum tikus

dilakukakan penetapan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis.

Nilai aktivitas fagositosis adalah jumlah makrofag yang secara aktif

melakukan fagositosis dalam 100 makrofag dengan banyaknya makrofag yang

dinyatakan dalam persen (Sriningsih dan Wibowo, 2006). Sedangkan nilai

kapasitas fagositosis adalah jumlah bakteri yang ditetapkan berdasarkan yang

difagosit oleh 50 makrofag aktif.

Page 42: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Desember 2015.

Tempat pelaksanaannya di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) dan Laboratorium

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas piala,

erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk, neraca analitik, penggiling (blender),

aluminium foil, plastik tahan panas, eksikator, kandang hewan uji, alat bedah

steril (papan bedah, gunting, pisau bedah, pinset), spuit steril, kaca objek, pipet

volume, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, jarum ose, bunsen, botol

vial, mikropipet, tip mikropipet, vortex, sentrifus, incubator, shaker incubator,

rotary evaporator, refrigerator, hemositometer, autoklaf, Laminar Air Flow

(LAF), spektrofotometer UV-Vis Perkin Eimer, dan mikroskop kamera.

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah daun namnam (C. cauliflora L.) dan

propolis yang diproduksi dari lebah Trigona sp. (asal Sulawesi Tengah). Bahan

kimia untuk uji fitokimia yaitu, HCl 2%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,

aquades, serbuk Mg, FeCl3 1%, NaOH 2N, pereaksi Libermann-Burchard. Bahan

Page 43: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

27

pelarut untuk ekstraksi daun namnam adalah metanol (p.a). Bahan-bahan yang

digunakan untuk uji imunomodulator yaitu makrofag yang berasal dari

peritoneum tikus (Rattus novergicus) galur Spreague dawley berbobot 170-280

gram, diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, bakteri

sebagai antigen adalah Staphylococcus epidermidis yang didapat dari

laboratorium mikrobiologi Universitas Indonesia. Bahan-bahan untuk uji

fagositosis antara lain stimuno sebagai larutan pembanding, medium Nutrient

Agar (NA), Nutrient Broth (NB), larutan Giemsa 4%, larutan biru tripan, larutan

Phosphat Buffered Saline (PBS) pH 7,8 steril, etanol 70%, metanol (p.a), eter,

aquadest steril, asam asetat 0,1 M, dan EDTA 0,2 M.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Ekstraksi Daun Namnam

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 2 kg

serbuk kering daun namnam dimaserasi dengan pelarut metanol sebanyak 7 liter

selama 24 jam, disaring, sehingga diperoleh filtrat pertama. Kemudian residu daun

namnam dimaserasi kembali dengan pelarut metanol sebanyak 3,5 L selama 9

jam. Disaring kembali, diperoleh filtrat kedua, selanjutnya filtrat yang diperoleh

dicampur dan dipekatkan di dalam rotary evaporator pada suhu 45-50oC sehingga

diperoleh ekstrak kental (Lampiran 2).

Page 44: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

28

3.3.2 Preparasi Larutan Sampel Uji

3.3.2.1 Preparasi Larutan Sampel Ekstrak Daun Namnam

Ekstrak yang diperoleh dalam proses sebelumnya ditimbang sebanyak 100

mg kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest steril. Diambil 10 ml dan

dimasukkan ke dalam botol vial steril (konsentrasi 1000 ppm). Pembuatan larutan

konsentrasi 100 ppm, dipipet 1 ml dari larutan induk pertama (1000 ppm),

dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril. Selanjutnya dipipet 1 ml dari larutan

induk kedua (100 ppm), dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril (konsentrasi 10

ppm).

3.3.2.2 Preparasi Larutan Sampel Propolis

Sampel propolis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang

diproduksi dari lebah Trigonal sp. (asal Sulawesi Tengah). Diambil sebanyak 67

µl propolis, dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril dan ditempatkan di dalam

botol vial (konsentrasi 1000 ppm). Kemudian dipipet 1 ml dari larutan induk

pertama (1000 ppm) untuk membuat larutan konsentrasi 100 ppm, dilarutkan ke

dalam 10 ml aquadest steril. Selanjutnya dipipet 1 ml dari larutan induk kedua

(100 ppm), dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril (konsentrasi 10 ppm).

3.3.3 Uji Fitokimia Propolis (Harborne, 1987)

Bahan yang diuji fitokimia dalam penelitian ini hanya propolis. Sampel

propolis komersil yang dijual dipasaran kemudian diuji fitokimia untuk

mengidentifikasi kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid,

saponin, kuinon, dan tanin.

Page 45: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

29

3.3.3.1 Uji Alkaloid

Sebanyak 4 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 0,5 ml HCl 2% setelah itu divortex dan dibagi ke dalam 2 tabung.

Tabung pertama ditambahkan 2-3 tetes Reagen Dragendorff (positif alkaloid jika

terdapat endapan jingga). Sedangkan tabung kedua ditambahkan 2-3 tetes Reagen

Mayer (positif alkaloid jika terdapat endapan kuning).

3.3.3.2 Uji Flavonoid

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl 2% (positif flavonoid jika

timbul busa dan berwarna bening-oranye).

3.3.3.3 Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan beberapa tetes Reagen Lieberman-Burchard ke dalam

tabung tersebut (positif triterpenoid jika terbentuk cincin kecoklatan atau violet

dan positif steroid jika berwarna hijau).

3.3.3.4 Uji Kuinon

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 2-3 tetes NaOH 2N ke dalam tabung tersebut dan dikocok

(positif kuinon jika berwarna merah).

Page 46: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

30

3.3.3.5 Uji Tanin

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1% ke dalam tabung tersebut dan dikocok

(positif tanin jika berwarna hijau kehitaman atau biru tinta).

3.3.3.6 Uji Saponin

Sebanyak 1 gram sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 5 ml dan dipanaskan dalam penangas

air selama 5 menit. Cairan yang diperoleh disaring dan didiamkan sampai agak

dingin. Setelah itu dikocok sampai timbul busa (positif saponin jika busa tersebut

stabil selama 10 menit).

3.3.4 Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Sterilisasi alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada proses uji imunomodulator dan penyiapan

medium termasuk tabung reaksi, botol vial, gelas piala, tip mikropipet, pipet

volumetrik, serta bahan-bahan yang akan digunakan seperti medium Nutrient

Agar (NA), Nutrient Broth (NB), aquadest, larutan PBS (Phosphate buffered

saline) disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan

ruangan yang akan digunakan dipastikan dalam keadaan steril, lampu UV pada

Laminar Air Flow dinyalakan selama ± 2 jam sebelum digunakan (Harley, 2002).

2) Penyiapan medium

Medium yang digunakan pada pembiakan dan peremajaan bakteri adalah

Nutrient Agar (NA). Medium ini dibuat dengan melarutkan 0,5 gram sebuk NA ke

Page 47: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

31

dalam 125 ml aquadest dan dipanaskan sampai mendidih hingga semua serbuk

larut. Kemudian dimasukkan masing-masing sebanyak 8 ml ke dalam tabung

reaksi dan ditutup rapat menggunakan kapas penutup, lalu disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Medium didinginkan dalam posisi

miring, setelah mengeras, medium siap digunakan.

Pembuatan suspensi bakteri dilakukan menggunakan medium Nutrient

Broth (NB). Medium ini dibuat dengan mencampurkan 2 gram serbuk (NB) ke

dalam 250 ml aquadest dan dipanaskan sampai mendidih hingga semua serbuk

larut. Kemudian dimasukkan ke dalam 4 gelas Erlenmeyer ukuran 100 ml dan 250

ml masing-masing sebanyak 30 ml; 30 ml; 90 ml; dan 90 ml. Ditutup rapat

menggunakan kapas penutup. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama

15 menit. Setelah dingin, medium siap untuk digunakan (Harley, 2002).

3) Pembuatan inokulum aktif

Kultur stok bakteri Staphylococcus epidermidis diinokulasi ke dalam

medium Nutrient Agar (NA) miring untuk peremajaan. Diinkubasi pada suhu

30oC selama 24 jam. Selanjutnya diambil 1 ose, ditanam ke dalam 30 ml medium

Nutrient Broth (NB), dikocok dalam shaker incubator dengan kecepatan 120 rpm

pada suhu 30oC selama 24 jam.

Sebanyak 10 ml bakteri tersebut dimasukkan ke dalam 90 ml medium

Nutrient Broth (NB) dan dikocok dengan shaker incubator (120 rpm, 30oC)

hingga mencapai umur aktif (fase midlog) dari bakteri S. epidermidis (3 jam).

Lalu diambil peletnya dengan cara disentrifus 3000 rpm selama 1 jam, kemudian

ditambahkna 10 ml larutan PBS steril. Kekeruhannya diukur dengan

Page 48: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

32

spektrofotometer UV-Vis pada λ= 580 nm dan disesuaikan hingga diperoleh

suspensi dengan transmitan 25% (setara dengan 109 sel/mL) (Chairul, 2009;

Ranjith, 2008). Bagan pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis

dapat dilihat pada (Lampiran 3).

3.3.5 Penyiapan Makrofag (Sriningsih, 2006)

Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama 14 hari untuk penyesuaian

lingkungan. Saat akan dibedah tikus dieutanasia dengan memasukkan ke dalam

toples berisi kapas yang telah diberi eter. Setelah mati, kulit bagian abdomennya

dibersihkan dengan etanol 70% dan dibedah dengan cara digunting. Membran

peritoneum diusap dengan etanol 70% kemudian digunting sedikit lagi hingga

terbuka rongga peritoneumnya. Ke dalam rongga tersebut diteteskan larutan PBS

kurang lebih sebanyak 3 ml. Dipijat-pijat selama 2-3 menit, kemudian cairan

peritoneum disedot dengan spuit dan dimasukkan ke dalam botol vial steril.

Jumlah makrofag disetarakan dengan alat hemositometer, hingga didapatkan

populasi 107 sel makrofag/ml (Lampiran 4).

3.3.6 Uji Viabilitas (Chairul, 2009; Ranjith, 2008)

Uji viabilitas makrofag dihitung menggunakan alat hemasitometer. Uji

viabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya hidup makrofag.

Perhitungan dipermudah dengan mencampurkan larutan biru tripan, sel

hidup (tidak terwarnai) dan sel mati (terwarnai) oleh biru tripan (Gambar 17).

Dihitung jumlah sel makrofag yang hidup dan jumlah makrofag total. Hasilnya akan

digunakan untuk pengujian selanjutnya.

Page 49: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

33

Persen viabilitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

%Aktivitas= Jumlah makrofag aktif x 100% jumlah makrofag keseluruhan. Nilai

viabilitas tidak boleh kurang dari 95%.

3.3.7 Uji Fagositosis (Sriningsih, 2006)

Sebanyak 200 µl makrofag, 200 µl suspensi bakteri, 200 µl sampel uji

dimasukkan ke dalam botol vial steril kemudian diinkubasi selam 30 menit pada

suhu 37oC. Sebagai kontrol positif digunakan 200 µl makrofag, 200 µl suspensi

bakteri, 200 µl larutan pembanding stimuno yang mengandung ekstrak meniran

dengan konsentrasi yang sama dengan larutan uji. Sebagai kontrol negatif

digunakan 200 µl makrofag, 200 µl suspensi bakteri, 200 µl aquadest. Selanjutnya

ditambah 50 µl larutan EDTA 0,2 M (Lampiran 6).

Masing-masing dibuat preparat ulas pada kaca objek kemudian difiksasi

dengan metanol selama 6 menit dan dikeringakan dengan cara dilewatkan ke

nyala api bunsen. Dilakukan pewarnaan dengan mencelupkan ke dalam larutan

pewarna Giemsa 4% selama 45 menit. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan

asam 1 % sebanyak 4 kali dan dibilas dengan aquadest mengalir. Dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan. Preparat ulas yang sudah siap diamati di bawah

mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Dihitung jumlah makrofag aktif

(aktivitas) serta jumlah bakteri yang dimakan oleh makrofag aktif (kapasitas),

yaitu dengan cara:

Page 50: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

34

1) Nilai aktivitas fagositosis makrofag

Nilai aktivitas fagositosis ditetapkan berdasarkan banyaknya jumlah

makrofag yang aktif melakukan proses fagositosis dari 100 makrofag yang

dinyatakan dalam persen (%).

Jumlah makrofag aktifAktivitas fagositosis = x 100 %

Jumlah total makrofag

2) Nilai kapasitas fagositosis makrofag

Dipilih 50 makrofag aktif secara acak, kemudian dihitung jumlah bakteri

yang difagositosis oleh setiap makrofag. Nilai kapasitas fagositosis ditetapkan

berdasarkan jumlah bakteri Staphylococcus epidermidis yang difagositosis oleh 50

sel makrofag aktif.

3.3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat adanya perbedaan aktivitas

dan kapasitas fagositosis makrofag dari masing-masing kelompok perlakuan.

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program pengolahan

data statistik SPSS 20. Pada analisis data ini, ditentukan terlebih dahulu

normalitas data dari setiap variabel, dilanjutkan dengan uji parametik ANOVA

satu arah dengan taraf signifikansi 95%. Apabila ada perbedaan yang bermakna

maka dilajutkan dengan uji LSD.

Page 51: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi Daun Namnam

Ekstraksi dilakukan untuk memisahkan senyawa organik dalam filtrat dan

menarik senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam sampel dengan

menggunakan sejumlah pelarut. Metode ekstrasi dalam penelitian ini adalah

metode maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut

dengan perendaman, pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Departemen Kesehatan, 2000).

Pemilihan metode ini yaitu karena alat-alat yang digunakan sederhana, proses

pengerjaannya mudah, dan dapat menghindari rusaknya senyawa yang tidak tahan

terhadap pemanasan.

Daun namnam yang diperoleh dari daerah Pangandaran, Jawa Barat

terlebih dahulu dikeringkan lalu dihancurkan hingga menjadi serbuk. Selanjutnya

dimaserasi dan dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental. Penggunaan metanol

diharapkan ekstrak lebih efisien dalam mengekstrak senyawa antioksidan pada

bagian tanaman dibandingkan dengan ekstrak aquades (Rabeta dan Faraniza,

2013). Selain itu metanol merupakan senyawa volatil, mudah dipisahkan dari

ekstrak dan sifat kelarutannya yang luas dapat melarutkan hampir semua senyawa

organik yang terkandung dalam sampel, baik yang bersifat polar maupun non

polar (Yu et al., 2009). Rendemen hasil ekstrak metanol daun namnam yang

diperoleh adalah sebanyak 5,36%.

Page 52: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

36

4.2 Hasil Uji Fitokimia

(Tabel 3) menunjukkan kandungan senyawa kimia propolis Trigona sp.

dan ekstrak metanol daun namnam. Meski telah banyak pengujian kandungan

senyawa kimia propolis pada penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini tetap

dilakukan pengujian fitokimia yaitu propolis yang digunakan berasal dari

Sulawesi Tengah. Sampel tersebut diperoleh dari produk yang sudah dijual secara

komersil (Lampiran 13). Sementara uji fitokimia ekstrak metanol daun namnam

telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya oleh Sumarlin et al. (2015), hasil

dapat dilihat pada (Tabel 3) sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Propolis dan Ekstrak Metanol Daun NamnamGolongan Senyawa Hasil

Propolis *Ekstrak Metanol DaunNamnam

Alkaloid + -Flavonoid + +Triterpenoid dan steroid + +Kuinon + +Tanin - +Saponin - +

Sumber: *(Sumarlin et al., 2015)

Pengujian fitokimia senyawa alkaloid propolis menunjukkan hasil positif

yang ditandai dengan adanya endapan jingga jika ditambah pereaksi Dragendorff

dan endapan kuning (ditambah pereaksi Mayer). Pengujian fitokimia senyawa

alkaloid ekstrak metanol daun namnam menunjukkan hasil negatif. Prinsip

metode analisis ini adalah reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya

penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada

alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi Dragendorff (Gambar 11). Ion

logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada

Page 53: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

37

alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Untuk senyawa

alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan

bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk

kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Gambar 12).

Gambar 11. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Dragendorff (Svehla,1990)

Gambar 12. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Mayer (Svehla, 1990)

Hasil positif juga ditunjukkan pada uji fitokimia senyawa flavonoid

propolis dengan terbentuknya warna oranye. Penambahan asam klorida pekat

menyebabkan terjadinya protonasi flavonoid (Gambar 13). Namun, asam klorida

kurang reaktif jika dibandingkan dengan asam bromida bila direaksikan dengan

alkohol primer pada flavonoid. Oleh karena itu, diperlukan katalis berupa serbuk

Mg untuk mempercepat reaksi sehingga terbentuk garam flavilium hasil reduksi

yang berwarna warna merah, kuning, atau jingga (Robinson, 1995).

Page 54: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

38

Gambar 13. Reaksi Pengujian Fitokimia Flavonoid (Achmad, 1986)

Flavonoid adalah golongan senyawa yang paling banyak disebutkan dalam

penelitian mengenai imunomodulator karena diduga senyawa tersebut yang

bertanggung jawab sebagai efek demikian. Penelitian sebelumnya menyebutkan

bahwa flavonoid memiliki efek imunosupresan dalam respon poliferasi limfosit

(You et al., 1998). Sejak propolis diketahui mengandung flavonoid, hal ini perlu

dipelajari dari efek yang telah dilaporkan tersebut (Bankova, 1998). Flavonoid

berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan

merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis. Flavonoid

meningkatkan aktivitas Il-2 dan poliferasi limfosit. Sel T helper (CD4+) akan

mempengaruhi poliferasi limfosit kemudian menyebabkan sel Th1 (sel yang

membunuh mikroba) teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi kemudian akan

mempengaruhi molekul-molekul yang dapat mengaktifkan makrofag. Aktivasi

Page 55: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

39

makrofag dapat dilihat salah satunya dengan meningkatnya proses fagositosis

makrofag dan meningkatnya produksi nitrit oksida (Lyu et al., 2005).

Pengujian fitokimia senyawa triterpenoid/steroid propolis menunjukkan

hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau. Perubahan warna

tersebut dikarenakan terjadinya oksidasi pada golongan senyawa terpenoid/steroid

melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi Reaksi dapat dinyatakan

sebagai berikut (Gambar 14).

Gambar 14. Reaksi Pengujian Fitokimia Terpenoid (Siadi, 2012)

Pengujian kandungan kuinon dilakukan dengan penambahan NaOH yang

ditandai perubahan warna merah jika positif kuinon (Gambar 15).

Page 56: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

40

Gambar 15. Reaksi Pengujian Fitokimia Kuinon (Winarno, 2008)

Identifikasi senyawa tanin dalam propolis menunjukkan hasil negatif.

Adanya tanin akan terbentuk warna hijau kehitaman setelah ditambahkan larutan

FeCl3, karena tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk senyawa kompleks

(Harborne, 1987). Reaksi antara senyawa tanin dengan FeCl3 dilihat pada

(Gambar 16).

Gambar 16. Reaksi Pengujian Fitokimia Tanin (Marliana, 2005)

Page 57: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

41

Uji saponin propolis tidak menunjukkan hasil positif. Jika adanya senyawa

tersebut, ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil selama 10 menit. Hal itu

menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan buih dalam air yang

terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Setyowati et al., 2014).

Reaksi dilihat pada (Gambar 17).

Gambar 17. Reaksi Hidrolisis Saponin dalam Air (Setyowati et al., 2014)

Saponin memproduksi sitokin seperti interleukin dan interferon yang

berperan dalam efek imunostimulan. Interleukin dan interferon akan bereaksi

dengan antigen (benda-benda asing) yang masuk ke dalam tubuh (Tizard, 1988).

Saponin dalam jumlah normal berperan sebagai immunostimulator, sedangkan

dalam jumlah yang melebihi batas normal saponin akan berperan sebagai

immunosupresor (zat yang menekan/menurunkan sistem imun) (Francis et al.,

2002).

Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat

meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari golongan flavonoid, kurkumin,

limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol) dan katekin. Menurut Wagner (1985)

Page 58: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

42

golongan senyawa polisakarida, terpenoid, alkaloid dan polifenol mempunyai

bioaktifitas sebagai imunostimulant agent.

Berdasarkan kandungan senyawa yang dimiliki oleh ekstrak metanol daun

namnam dan propolis, efek imunomodulator kedua sampel uji diduga disebabkan

oleh adanya kandungan senyawa golongan flavonoid sebagai komponen utama,

sebagaimana halnya kontrol positif yang mengandung ekstrak meniran

(Phyllanthus niruri L.). Selain itu, senyawa tanin dapat mempengaruhi aktivitas

fisiologi manusia seperti menstimulasi sel fagosit, antitumor, dan antiinfeksi (Haslam,

1996). Flavonoid juga telah dilaporkan berpengaruh pada sifat antioksidan melalui

aktivitas scavenging dan kelating (Sumarlin et al., 2015).

Aksi imunomodulator erat kaitannya dengan sifat suatu bahan alam yaitu

sebagai antioksidan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa bagian daun dari tanaman

namnam merupakan sumber terbaik antioksidan (Aziz dan Iqbal, 2013). Fungsi sel

imun berkaitan dengan generasi Reactive Oxygen Species (ROS) atau oksigen

radikal bebas yang turut serta dalam aktifitas mikrobisidal dari fagosit, aktifitas

sitotoksik atau respon limfoproliferatif terhadap mitogen. Kelebihan jumlah dari

ROS dapat mengancam sel-sel imun, karena dapat menyerang komponen seluler

dan menyebabkan kerusakan dan kematian sel dengan cara mengoksidasi lipid,

protein, karbohidrat membran serta asam nukleat. Efek ini dapat dicegah dengan

cara menetralisir ROS dengan kompleks antioksidan. Antioksidan memegang

peranan penting dalam memelihara sel-sel imun dan menjaganya dari stres

oksidatif. Beberapa penelitian saat ini menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi

antioksidan dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan dalam hal ini antioksidan

bekerja sebagai imunostimulan (Fuente et al., 2000 dan Estany et al., 2007).

Page 59: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

43

Marquez et al. (2004) dalam penelitiannya mengevaluasi aktivitas

imunosupresi senyawa Caffeic acid phenethyl ester (CAPE) di dalam sel T

manusia, ditemukan bahwa senyawa fenolik adalah inhibitor kuat pada gerakan

cepat atau lambat dalam reseptor sel T dan media aktivasi sel T. Meskipun

demikian, secara spesifik CAPE menghambat kedua transkrip (IL-2) dan sintesis

(IL-2) dalam menstimulasi sel T. Selanjutnya untuk menandai mekanisme

penghambatan oleh senyawa CAPE pada tingkat traskripsi, mereka memeriksa

ikatan DNA dan aktivitas transkripsi nuclear factor (NF)-B, nuclear factor

mengaktivasi sel (NFAT), dan faktor transkripsi pengaktivasi protein-1 (AP-1)

dalam sel Jurkat. Mereka menemukan bahwa senyawa CAPE menghambat

aktivitas transkripsi (NF)-B (nuclear factor-Kappa B yaitu mediator sentral

imun) secara langsung tanpa mempengaruhi degradasi sitoplasma penghambatan

protein (NF)-B, IB-B. Meskipun kedua ikatan NF-B menuju DNA dan aktivitas

transkripsi dari sebuah protein hybrid Gal4-p65 telah diatasi dalam penanganan

oleh senyawa CAPE pada sel Jurkat. Selanjutnya, CAPE menghambat kedua

ikatan DNA dan aktivitas transkripsi NFAT, hasil menunjukkan korelasi dengan

kemampuannya untuk menghambat phorbol 12-myristate 13-acetate ditambah

ionomycin menginduksi defosforilasi NFAT1. Mereka menyatakan bahwa temuan

ini memberikan wawasan baru yang melibatkan mekanisme tingkat molekuler

dalam aktivitas antiinflamasi dan imunomodulator oleh senyawa bahan alam.

Menurut Dimov et al. (1991), propolis memodulasi sistem imun non

spesifik melalui aktivasi makrofag, juga mampu memodulasi secara in vivo dan in

vitro produksi C1q oleh makrofag sebagai fungsi reseptor komplemen secara

Page 60: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

44

langsung maupun melalui sitokin. Penelitian lainnya dinyatakan oleh Moriyasu et

al. (1994) bahwa propolis menstimulasi sitokin seperti IL-1ɣ and TNF-α oleh

makrofag peritoneum tikus.

Aktivitas suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun tidak

tergantung pada ukuran molekul tertentu. Efek ini dapat diberikan baik oleh

senyawa dengan berat molekul yang kecil maupun oleh senyawa polimer. Karena

itu usaha untuk mencari senyawa semacam ini hanya dapat dilakukan dengan

metode uji imunbiologi saja. Termasuk di sini adalah metode in vitro dan in vivo,

di mana dapat diukur pengaruh senyawa bersangkutan pada fungsi dan

kemampuan sistem mononuklear, demikian pula kemampuan terstimulasi dari

limfosit B dan T (Barbuto et al., 2003; Patil et al., 2011).

Kandungan flavonoid, seperti halnya karotenoid, menurut penelitian yang

telah ada, berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor serta dengan

terbukti meningkatkan respon imun walaupun masih banyak kontroversi yang

dijumpai. Kontroversi ini terjadi karena mekanisme aktivasinya belum dapat

dijelaskan (Robinovict, 1995).

Mathilda (1987) menyebutkan telah berhasil diisolasi dua heteroglikan

asam yang larut air dari Echinacea purpurea (BM 35.000 dan 450.000) yang

kemungkinan bekerja sebagai imunomodulator. Keduanya terdiri dari berbagai

gula dalam perbandingan dan ikatan tertentu. Senyawa ini menstimulasi

fagositosis, bekerja kuat pada limfosit T dan menginduksi produksi interferon.

Hubungan struktur-aktivitas polisakarida juga sedang diteliti oleh para ahli.

Page 61: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

45

Senyawa yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi lebih berkhasiat

daripada senyawa dengan berat molekul yang rendah dan bangun yang linier.

Penelitian mengenai aktivitas imunostimulan menunjukkan bahwa ada

korelasi antara struktur dan aktivitas senyawa bahan alamnya. Beberapa senyawa

kimia memiliki kemampuan imunostimulan dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok yaitu senyawa dengan berat molekul rendah (alkil amida, senyaw

fenolik, alkaloid, kuinon, saponin, sesquiterpenoid, di- , tri-terpenoid) dan

senyawa dengan berat molekul tinggi (Wagner, 1999).

4.3 Hasil Uji Viabilitas Makrofag

Setelah pengambilan makrofag yang diperoleh dari cairan peritoneum

tikus galur Spreague Dawley, dilakukan uji viabilitas. Hewan percobaan tikus

(Rattus novergicus) dengan galur Spreague Dawley digunakan pada penelitian ini

karena bersifat lebih kuat, mudah didapat, dan sering digunakan dalam penelitian,

terutama diharapkan memperoleh cairan peritoneum yang lebih banyak. Selain itu,

juga memiliki fungsi fisiologis dan metabolisme dalam tubuh tikus yang hampir

identik dengan manusia (Adiyati, 2011).

Kehilangan viabiliti sesuatu sel disebabkan karena kehilangan intergriti

membran (McGahon et al., 1995). Sel-sel yang mati akan menyerap zat warna

biru tripan oleh karena susunan atau integritas membran selnya telah rusak

sehingga biru tripan akan masuk melalui lubang-lubang membran sel ke dalam sel

(sitoplasma) (Yulinery dan Hidayat, 2012). Bagi sel yang hidup pula kelihatan

cerah dan bersinar (McGahon et al., 1995) (Gambar 18).

Page 62: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

46

Tabel 4. Hasil Uji Viabilitas MakrofagUlangan Jumlah Sel Yang

HidupJumlah Sel Yang

MatiViabilitas (%)

I 1507 28 98,17II 1283 30 97,71

Rata-rata 97,94 ± 0,3

Hasil uji viabilitas yang dinyatakan dalam persen menunjukkan bahwa daya

hidup sel yang diuji adalah sebesar 97,94% (Tabel 4). Hasil ini memenuhi syarat

untuk digunakan ke tahap selanjutnya karena persyaratan nilai viabilitas makrofag

telah terpenuhi yaitu tidak boleh kurang dari 95% (Chairul, 2009). Jika

dibandingkan dengan beberapa uji viabilitas lain hasil ini juga cukup tinggi

diantaranya Yulinery dan Nurhidayat (2012) dengan ekstrak fermentasi beras

memiliki viablitas 97,09% dan Febriansyah (2009) yang menguji ekstrak metanol

daun dan kulit batang Rhodamnia cinerea Jack memiliki viabilitas 97,16%.

Gambar 18. Uji Viabilitas Makrofag Tikus (Rattus novergicus)

Page 63: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

47

4.4 Hasil Uji Fagositosis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator dari

bahan alam yaitu tanaman namnam (C. cauliflora L.) dan propolis asal Sulawesi

Tengah. Metode yang digunakan yaitu berdasarkan penetapan nilai aktivitas dan

kapasitas fagositosis makrofag tikus (Rattus novergicus) terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis (Gambar 19). Makrofag yang berasal dari cairan

peritoneum tikus galur Spreague Dawley akan diuji kemampuannya terhadap

bakteri Staphylococcus epidermidis yang digunakan sebagai antigen. Penetapan

nilai kapasitas fagositosis dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri yang

difagosit oleh makrofag aktif dalam proses fagositosis tersebut (Gambar 19).

Gambar 19. Makrofag (1) Aktif Sedang Memfagosit Bakteri; (2) Tidak AktifMemfagosit; (3) Bakteri Yang Sedang Difagosit Oleh Makrofag

Proses fagositosis terjadi melalui beberapa tingkat yaitu kemotaktis,

menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan, dan mencerna. Kemotaktis

adalah pergerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap berbagai

faktor seperti produk bakteri dan faktor kimiawi yang dilepas pada aktivasi

1

3

2

Page 64: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

48

komplemen. Antibodi seperti halnya dengan komplemen (C3b) dapat

meningkatkan opsonisasi. Opsonin adalah molekul besar yang diikat dan dapat

dikenal oleh reseptor permukaan sel fagosit makrofag, sehingga meningkatkan

efisiensi fagositosis. Makrofag mengekspresikan banyak reseptor permukaan yang

dapat menelan mikroba. Bila sudah ditelan, membran tertutup, partikel digerakkan

ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang mengandung bakteri atau

bahan lain asal ekstraseluler yang disebut fagosom. Di dalam sel terdapat enzim

lisosom yang diperlukan untuk memecah bahan yang ditelan (antigen), bersatu

dengan fagosom membentuk fagolisosom memungkinkan terjadinya degradasi

oleh reactive oxygen species (ROS) dan NO sehingga terjadi degradasi oleh

makrofag (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Gambar 20. Fagositosis Mikroba Di Dalam Sel (Baratawidjaja & Rengganis, 2010)

Page 65: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

49

Makrofag cocok untuk studi fagositosis karena makrofag dianggap sebagai

salah satu sel fagosit yang paling primitif dari sistem kekebalan tubuh nonspesifik

(Zalikoff et al., 1991 ; Silva et al., 2002 cit Jensch-Junior et al., 2006). Fagositosis

makrofag banyak digunakan sebagai parameter imunologi untuk mengevaluasi

kesehatan/fungsi kekebalan tubuh (Jensch-Junior et al., 2006). Melalui toll like

receptor (TLR) makrofag dapat secara langsung kontak dengan patogen termasuk

imunogen dari tanaman sehingga menjadi aktif (Finlay, 2010). Peningkatan

aktifitas makrofag ditandai dengan perubahan bentuk, perubahan biokimiawi,

serta perubahan fungsi dari makrofag untuk menilai peningkatan sistem imun

(Ulya, 2012; Baratawidjaja, 2006).

Bakteri Staphylococcus epidermidis dilibatkan sebagai antigen. Bakteri

tersebut termasuk jenis gram positif yang mampu mengikat pewarna Giemsa

sehingga dapat memudahkan dalam pembacaan sel di bawah mikroskop. Bakteri

tersebut juga tidak bersifat patogen dan tidak mengandung protein A, yaitu protein

yang bersifat antifagositik sehingga tidak dapat menghindar dari fagositik

makrofag peritoneum dan tidak bersifat virulen (Sriningsih, 2006). Penggunaan

pewarna Giemsa memberikan keuntungan yaitu dapat membedakan morfologi inti

sel dan/ atau sitoplasma (Garcia,1999). Sebagai kontrol pembanding yaitu

stimuno yang mengandung ekstrak meniran. Aquades digunakan sebagai kontrol

negatif/normal.

Hasil analisis data pendahuluan aktivitas dan kapasitas fagositosis ekstrak

metanol daun namnam dan propolis yang diperoleh menunjukkan bahwa data

tersebar secara normal. Kemudian hasil ANOVA menunjukkan bahwa ada

Page 66: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

50

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan, maka selanjutnya data hasil

pengamatan aktivitas dan kapasitas fagositosis kedua sampel uji dilakukan

analisis statistik uji LSD untuk membandingkan hasil antar perlakuan (Lampiran

9) (Lampiran 10) (Lampiran 11) (Lampiran 12).

Berdasarkan hasil analisis statistik uji LSD menunjukkan bahwa nilai

aktivitas fagositosis ekstrak metanol daun namnam pada setiap konsentrasi

berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (Lampiran 9). Nilai presentase

aktivitas fagositosis kontrol negatif sebesar 56% dengan nilai kapasitas 487, dapat

dilihat pada (Tabel 5). Kontrol negatif hanya diberi perlakuan menggunakan

aquadest. Terjadi peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis sampel

ekstrak metanol daun namnam dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil

menunjukkan nilai aktivitas fagositosis tertinggi sampel ekstrak metanol daun

namnam yaitu pada konsentrasi 1000 ppm dengan nilai kenaikan presentase

aktivitas fagositosis sebesar 30%. Meskipun masih lebih kecil dari hasil kontrol

positif dengan kenaikan sebesar 37% (Tabel 5). Pada konsentrasi 10000 ppm,

hasil pengamatan tidak terdeteksi karena kondisi sampel terlalu pekat sehingga

menyebabkan seluruh medan pandang tertutup oleh larutan sampel uji. Sedangkan

berdasarkan penetapan nilai kapasitas fagositosis ekstrak metanol daun namnam,

hasil tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi 1 ppm dengan kenaikan nilai

kapasitas fagositosis sebesar 383 (Tabel 6). Hasil optimal efek imunomodulator

sampel ekstrak metanol daun namnam ditetapkan pada konsentrasi 1000 ppm

dengan nilai aktivitas sebesar 86% (Tabel 5) dan nilai kapasitas 689 (Tabel 6),

meskipun dalam penetapan nilai kapasitas fagositosis tertinggi dicapai pada

Page 67: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

51

larutan uji konsentrasi 1 ppm. Kemudian nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis

ekstrak metanol daun namnam dibandingkan dengan kontrol positif menunjukkan

tidak adanya perbedaan secara bermakna yang berarti sampel uji memiliki efek

yang sama dengan kontrol positif sebagai imunomodulator.

Tabel 5. Nilai Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C. Cauliflora L.)dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Konsentrasi(ppm)

%Aktivitas FagositosisKN KP EDN P Kenaikan %Aktivitas

EDN P0 56 ± 3.51 80 ± 9.8* 95 ± 1.4* 24 3910 79 ± 3.5* 67 ± 6.3* 23 11100 83 ± 1.4* 86 ± 4.2* 27 301000 93 ± 0.7* 86 ± 2.1* 93 ± 0* 30 3710000 - 96 ± 0.7* - 40

Keterangan: *) Memberikan perbedaan yang bermakna (signifikan) dibandingkan kontrol negatif; KN = Kontrol Negatif;KP = Kontrol Positif; EDN = Ekstrak metanol daun namnam; (-) = tidak terdeteksi

Sementara itu, nilai aktivitas fagositosis sampel propolis juga

menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan kontrol negatif, ditunjukkan

berdasarkan hasil analisis statistik uji LSD (Lampiran 10). Hasil menunjukkan

nilai aktivitas fagositosis tertinggi sampel propolis yaitu pada konsentrasi 10000

ppm dengan nilai kenaikan presentase aktivitas fagositosis sebesar 40%.

Meskipun demikian, tetapi terjadi penurunan pada nilai kapasitasnya dibanding

kontrol negatif. Hasil analisis statistik uji LSD menunjukkan dalam pengamatan

nilai kapasitas fagositos hanya sampel propolis perlakuan konsentrasi 1000 ppm

yang berbeda secara signifikan dibanding dengan kontrol negatif (Lampiran 12).

Oleh karena itu, hasil optimal efek imunomodulator sampel propolis ditetapkan

pada konsentrasi 1000 ppm dengan nilai aktivitas sebesar 93% (Tabel 5) dan nilai

kapasitas 1621 (Tabel 6).

Page 68: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

52

Tabel 6. Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C. Cauliflora L.)dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Konsentrasi(ppm)

Nilai Kapasitas FagositosisKN KP EDN P Kenaikan Nilai

KapasitasEDN P

0 487 ± 9.81 870 ± 88 790 ± 140 383 30310 788 ± 87 592 ± 7 301 105100 697 ± 82 1035 ± 16 210 5481000 1106 ± 62* 689 ± 10 1621 ± 437* 202 113410000 - 322 ± 49 - -165Keterangan: *) Memberikan perbedaan yang bermakna (signifikan) dibandingkan kontrol negatif; KN = Kontrol Negatif;

KP = Kontrol Positif; EDN = Ekstrak metanol daun namnam; (-) = tidak terdeteksi

Perbedaan yang signifikan tidak terlihat pada penetapan nilai kapasitas

fagositosis antara seluruh perlakunan konsentrasi sampel uji ekstrak metanol daun

namnam jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil juga menunjukkan

semakin tinggi konsentrasi larutan uji ekstrak metanol daun namnam terjadi

penurunan nilai kapasitas fagositosis. Sementara pada sampel uji propolis hanya

perlakuan konsentrasi 1000 ppm yang menunjukkan perbedaan secara signifikan

dengan kontrol negatif. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan data tidak

terdistribusi homogen. Sebab lain adalah kendala teknis dalam penghitungan

bakteri secara manual menggunakan mikroskop. Makrofag yang padat terisi

bakteri seringkali dijumpai saat pengamatan sehingga sulit menghitung jumlahnya

secara tepat dalam medan pandang mikroskop (Gambar 19). Kondisi ini dapat

teratasi jika menggunakan alat khusus yang dapat menghitung jumlah bakteri

secara otomatis menggunakan instrumen fluorosence microplate reader (Wagner

dan Jurcic, 1991).

Perbandingan antara sampel ekstrak metanol daun namnam dengan

propolis yaitu nilai presentase aktivitas fagositosis propolis lebih tinggi daripada

sampel ekstrak metanol daun namnam pada setiap konsentrasi. Begitu juga

Page 69: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

53

dengan nilai kapasitas fagositosis sampel propolis lebih tinggi dibanding sampel

ekstrak metanol daun namnam. Diagram perbandingan keduanya dapat dilihat

dalam (Gambar 21) (Gambar 22).

Gambar 21. Diagram % Aktivitas Fagositosis Ekstrak metanol daun namnam danPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Gambar 22. Diagram Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak metanol daun namnamdan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Page 70: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

54

Ada beberapa mekanisme yang dimungkinkan menyebabkan terjadinya

peningkatan aktivitas fagositosis. Kemungkinan pertama adalah faktor opsonin.

Pada saat opsonin membungkus partikel asing tersebut akan terjadi pengikatan

dengan permukaan fagosit. Kemungkinan kedua adanya reseptor pola pengenalan

(pattern recognition receptors/PRR) (Handajani, 2013). Kemungkinan yang

ketiga adalah dari kandungan yang terdapat dalam sampel uji ekstrak metanol

daun namnam dan propolis.

Aktivitas dan kapasitas fagositosis pada bahan uji berkaitan dengan

kandungan kimia yang terdapat dalam bahan uji tersebut (Chairul, 2009). Menurut

Inalci et al. (2005), beberapa komponen bioaktif yang berasal dari alam

mempunyai efek pleitropik (mempunyai beragam efek fisiologis) dan kombinasi

berbagai komponen bioaktif pada satu simplisia atau ekstrak akan memberikan

efek sinergis. Salah satu senyawa yang terdapat dalam ekstrak metanol daun

namnam dan propolis ialah flavonoid, senyawa tersebut akan berinteraksi dengan

dengan membran sel yang dapat mencegah masuknya molekul asing dan

melindungi fungsi struktur membran sel (Oteiza et al., 2006).

Flavonoid berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T

sehingga akan merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis

(Kusmardi et al., 2007). Flavonoid juga dapat berinteraksi dengan semua

membran sel (termasuk sel imun) melalui ikatan hidrogen yang berguna

mengurangi atau menekan masuknya molekul pengganggu dan melindungi stuktur

dan fungsi membran sel (Oteiza et al., 2006). Flavonoid membantu aktivitas dari

reseptor untuk mengikat partikel asing. Terdapat beberapa pengaruh flavonoid

Page 71: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

55

(imunomodulator) dalam mempengaruhi reseptor. Pertama, flavonoid dapat

mempengaruhi sel B dengan cara mengaktifkan sel T untuk menginduksi sekresi

antibodi, antibodi yang dikeluarkan dapat membantu Fc receptors dalam reaksi

opsonisasi, yaitu reaksi untuk mempermudah fagositosis karena antigen diselimuti

oleh antibodi, terutama antibodi IgG. Bagian ekor antibodi IgG yang berikatan

dengan antigen mampu mengikat reseptor di permukaan (makrofag) (Bellanti,

1993 dan Sherwood, 2001). Kedua, interaksi senyawa tersebut dengan membran

sel diduga dapat mempertajam reseptor pada Sel Kupffer (makrofag), khususnya

pada scavenger receptors yang berfungsi sebagai mediator fagositosis (Gao et al.,

2008 dan Oteiza et al., 2006).

Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan mengenai mekanisme kerja

propolis sebagai imunomodulator, meskipun hasilnya masih belum jelas (Cuesta

et al., 2005). Salah satu senyawa di dalamnya yaitu CAPE (Cafeic Acid Phenethyl

Esther), beberapa menjelaskan evaluasi secara in vitro efek propolis dalam

mengaktivasi makrofag menunjukkan propolis meningkatkan pembentukan H2O2

di dalam sel ini (Orsi et al., 2000). Ivanovska et al. (1993) meneliti efek kompleks

caffeic acid dan simanat dengan lisin, menunjukkan asam sinamat menghambat

pembentukan H2O2 oleh peritoneum makrofag, ketika caffeic acid diinduksi

dalam produksi itu. Krol et al. (1995) melaporkan bahwa flavon menghambat

secara langsung luminol-chemoluminescence murin makrofag oleh mekanisme

involusi posforilasi protein kinase C. Indikasi lainnya dari aktivasi makrofag

adalah pembentukan nitrat oksida (NO), dari L-arginin oleh sintesis nitrat oksida

(NOS) (Macfarlaane et al., 1999; Novelli, 2005). NO penting dalam mekanisme

Page 72: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

56

mikrobisida dari makrofag untuk menghambat sintesis DNA, respirasi

mitokondria dan transport aktif dalam membran fungi dan bakteri (Chan et al.,

1992; Macmicking et al., 1997). Di samping itu, NO juga merupakan

neutransmissor vasodilator penting dan mediator seluler dari perbaikan jaringan

(Chakraborty et al., 2006).

Menurut Sforcin (2007) menerangkan dalam penelitiannya bahwa aksi

propolis sebagai imunomodulator disebabkan dari produk turunan tanaman dan

isolat ekstrak dari sumber tanamannya tidak memiliki efek yang sama dalam

pengujian tersebut. Mungkin ada efek sinergis, hal ini yang menyebabkan setiap

propolis memiliki aktivitas farmakologi yang berbeda.

Menurut Sriningsih dan Wibowo pada penelitiannya tahun 2006, beberapa

penelitian efek imunitas dari ekstrak atau isolat tanaman menunjukkan bahwa efek

yang muncul sangat tergantung dari dosis uji, dimana efek

imunosupresi/sitotoksik akan muncul manakala dilakukan pada dosis besar.

Sementara efek imunostimulan akan terlihat pada dosis rendah (Wagner, 1999).

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun, sedangkan

imunostimulan bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sistem imun

menggunakan bahan yang merangsang sistem imun (Baratawidjaja, 2006). Hal

serupa diperkuat oleh (Pinca et al., 2013) dalam penelitiannya yaitu sifat

flavonoid sebagai imunomodulator dapat berubah menjadi imunosupresan

terhadap rerata indeks daya fagosit makrofag, ketika diberikan dalam dosis yang

besar dan dalam jangka waktu yang lama.

Page 73: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

57

Dari hasil tersebut ekstrak metanol daun namnam dan propolis dapat

meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag, maka keduanya

memiliki kemampuan sebagai imunomodulator. Namun demikian, perlu adanya

penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas imunomodulator ekstrak metanol daun

namnam dan propolis. Berhubung efek imunomodulator disebabkan oleh

mekanisme sistem tubuh yang kompleks, maka perlu menggunakan metode uji

yang lebih komprehensif (Sriningsih, 2006).

Page 74: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ekstrak daun namnam dan propolis memiliki kemampuan

imunomodulator berdasarkan peningkatan aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag dibandingkan dengan kontrol negatif.

2. Sampel ekstrak daun namnam memiliki kemampuan imunomodulaor

optimal pada konsentrasi 1000 ppm (86% dan 689) dengan peningkatan

nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (30% dan 202).

3. Sampel propolis kemampuan imunomodulaor optimal pada konsentrasi

1000 ppm (93% dan 1621) dengan peningkatan nilai aktivitas dan

kapasitas fagositosis (37% dan 1134).

4. Nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis kedua sampel ekstrak metanol

daun namnam masih dibawah kontrol pembanding yang merupakan

produk imunomodulator komersil (stimuno) (93% dan 1106), sedangkan

hasil penetapan pada sampel propolis menunjukkan hasil lebih tinggi

daripada produk komersil tersebut.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji toksisitas ekstrak daun namnam dan propolis untuk

mengetahui apakah sampel bersifat toksik atau tidak terhadap makrofag.

Page 75: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

59

2. Perlu dilakukan serangkaian pengujian secara in vivo lebih lanjut untuk

mengetahui jenis cara kerja imunomodulator ekstrak daun namnam dan

propolis.

Page 76: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

60

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. dan Lichtman, A.H. 2005. Cellular and Molecular Immunology Edisi4, 5. Elsevier Saunders. Philadelphia.

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta (ID): Karnunika.

Adiyati, P.N. 2011. Ragam Jenis Ektoparasit Pada Hewan Coba Tikus Putih(Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley. Bogor: Fakultas KedokteranHewan Institut Pertanian Bogor.

Aziz, A.F.A. dan Iqbal, M. 2013. Antioxidant Activity and PhytochemicalComposition of Cynometra cauliflora. Journal of Experimental andIntegrative Medicine. 3(4):337-341.

Bankova, V.S., De Castro SL, Marcucci, M.C. 2000. Propolis: recent advances inchemistry and plant origin. Apidologie. 31: 3-15.

Baratawidjaja, K.G. 1988. Imunologi Dasar. Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia

Baratawidjaja, K.G. 2002. Imunomodulasi. Dalam: Imunologi dasar. Edisi 5.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: BalaiPenerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.

Barbuto, J.A.M., Hers, E.M., Salmon, S.E. 2003. Imunofarmakologi dalamfarmakologi dasar dan klinik. Katzung BG. 6: 904-6.

Beekeeping dan Crane, E. 1988. Science, Practice and World Resourses.Heinemann London.

Bellanti, J.A..1993. Imunologi III. Diterjemahkan oleh Wahab AS, Soeripto N.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993. hal. 1, 7-8,18.

Campbell, N.A., Reece J.B., Mitchell L.G. 2004. Biologi Edisi 5 Jilid 3. Jakarta:Erlangga.

Challem, J. 2004. Tuberculosis, Medical Journals Document Value of BeePropolis, Honey and Royal Jelly. The Nutrition Reporter 2004. Dalam:Indeks Daya Fagosit Makrofag Peritoneum Setelah Pemberian Propolis PadaMencit (Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Universitas Islam SultanAgung (Unissula) Semarang.

Page 77: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

61

Chairul. 2009. Phagocytosis Effectivity Test of Phenylbutenoid CompoundsIsolated from Bangle (Zingiber cassumunarRoxb.) Rhizome. Journal ofBiological Diversity. 10 (1): 40-43

Chan, J., Xing, Y., Magliozzo, R.S., Blomm, B.R., 1992. Killing of VirulentMycobacterium Tuberculosis by Reactive Nitrogen Intermediates Producedby Activated Murine Macrophages. The Journal of Experimental Medicine175, 1111–1122.

Chakraborty, P.D., Bhattacharyya, D., Pal, S., Ali, N., 2006. In Vitro Induction ofNitric Oxide by Mouse Peritoneal Macrophages Treated With HumanPlacental Extracts. International Immunopharmacology 6, 100–107.

Cuesta, A., Rodr´ıguez, A., Esteban, M.A., Meseguer, J.. 2005. In Vivo Effects ofPropolis, A Honeybee Product, On Gilthead Seabream Innate ImmuneResponses. Fish & Shelfish Immunology 18, 71–80.

Cuningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J., SpongC.S., editors. William’s Obstetric. 2014. New york: McGraw Hill.; 24: 266 p

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan; 2000, Hal. 1-11.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Parameter Standar UmumEkstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan. Hal 1-17.

Dimov, V., Ivanovska, N., Manolova, N., Bankova, V., Nikolov, N. dan Popov.1991.Immunomodulatory action of propolis: Influence on anti-infectiousprotection and macrophage function. Apidologie, 22:155-162.

Djauzi, S. 2003. Perkembangan obat imunomodulator. Med J Ked. 4(2): 13-5.

Estany, S., Palacio, J.R., Barnadas, R., Sabes, M, Iborra A, Martinez P.Antiioxidant activity of N-acetylcysteine, flavonoids and α-tocopherol onendometrial cells in culture. J Repro Immun. Elsevier. 2007; 1-10.

Febriansyah, A.R. 2009. Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun danKulit Batang Rhodamnia cinerea Jack Melalui Pengukuran Aktivitas danKapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritoneum Mencit Yang DiinduksiStaphylococcus epidermidis Secara In Vitro. Skripsi. Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Finlay, T. M., Abdulkhalek, S., Gilmour, A., Guzzo, C., Jayanth, P., Amith, S. R.,.Szewczuk, M. R. 2010. Thymoquinone-induced Neu4 sialidase activates

Page 78: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

62

NFkappaB in macrophage cells and pro-inflammatory cytokines in vivo.Glycoconj J, 27(6), 583-600. doi: 10.1007/s10719-010-9302-5. DalamAkrom Dan Fatimah. Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L)Meningkatkan Aktivitas Fagositosis Makrofag Tikus Betina Galur Sd(Sprague Dawley) Yang Diinduksi Dmba (7,12dimetilbenz(Α)Antrasen)Secara In Vitro. Pharmaciana, Vol. 5, No. 1, 2015: 69-76.

Fischer, G., Conceic¸ ˜ao, F.R., Leite, F.P.L., Dummer, L.A., Vargas, G.D.,H¨ubner, S.O., Dellagostin, O.A., Paulino, N., Paulino, A.S., Vidor, T.,2007. Immunomodulation produced by a green propolis extract on humoraland cellular responses of mice immunized with SuHV-1.Vaccine 25, 1250–1256.

Francis, G., Zohar K., Harinder, P.S.M., dan Klaus B. 2002. The biological actionof saponins in animal sistems. British Journal of Nutrition. 88: 587–605.

Fuente, M.D. dan Victor, V.M. 2000. Antioxidants as modulator of immunefunction. In immunology and cell biology; 78: 49-54.

Gao, J., Mitchell, L.A., Lauer, F.T., Burchiel, S.W.., 2008, p53and ATM/ATRRegulate 7,12-Dimethylbenz(a)anthracene InducedImmunosuppression,Molecular Pharmacology, 73:137.

Garcia, C.R.S.. 1999. Calcium Homeostasis and Signaling in the Blood–StageMalaria Parasite. Parasitology Today. 15. 12:488–491.

Ghisalberti, E.L. 1978. Propolis: a review., Bee Wld. 60: 59–84.

Gordaliza, M. 2007. Natural Product As Leads For anticancer Drug, ClinicalTransl. Oncology, Milan: Springer Milan 9 : 767 -776.

Grotewold, E. 2006. The Science of Flavonoids. Springer Science and BusinessMedia Inc. United States of America.

Hady, Abd El FK., dan Hegazi, A.G. 2002. Egyptian Propolis: 2. chemicalcomposition, antiviral and antimicrobial activities of east Nile Deltapropolis. Dokki, Giza, Egypt: Departments of Chemistry of Natural Productsand Parasitology. National Research Center. 57: 386-394.

Handajani, J. 2013. Minyak Atsiri Temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.,Zingiberaceae) Meningkatkan Aktivitas Fagositosis Neutrofil Terpapar A.actinomycetemcomitans. The International Symposium on Oral and DentalSciences. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern MengekstraksiTumbuhan. Terjemahan Padmawinata. K. Bandung (ID): Penerbit ITB.

Page 79: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

63

Haslam, E. 1996. Natural Polyphenols (Vegetable Tannins) as Drugs:Possiblemodes of Action. J. Nat. Prod. 59: 205-215.

Harley, J.P., Prescott, L.M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, FifthEdition. The Mc Graw Hill Companies. San Francisco 79: 446-447.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid 1. Jakarta: Yayasan SaranaWan Jaya.

Hollman, P.C.H., M.G.L. Hertog dan M.B. Katan, 1996. Analysis and HealthEffects of Flavonoids. Food Chemistry. 57 (1) : 43-46.

Ikram, E.H.K., Eng, K.H, Jalil, A.M.M., Ismail, A., Idris, S., Azlan, A., NazriH.S.M., Diton, N.A.M., Mokhtar, R.A.M. 2009. Antioxidant capacity andtotal phenolic content of Malaysian underutilized fruit. J Food Comp Anal.22:388-93.

Inalci, M. et.al. 2005. Use of Cancer Chemopreventive Phytochemicals asAntineoplastic Agents, Lanset Oncol. 6;899 – 904.

Ivanovska, N.D., Dimov, V.B., Pavlova, S., Bankova, V., Popov, S.. 1995a.Immunomodulatory action of propolis. V. Anticomplementary activity of awater-soluble derivative. Journal of Ethnopharmacology 47, 135–143.

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran EdisiXXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga. Jakarta: Penerbit Salemba Medik. 205-209.

Jensch-Junior, B.E., Pressinotti, L.N., Borges, J.C.S., deSilva, J.R.M.C. 2006.Characterization of macrophage phagocytosis of the tropical fishProchilodus scrofa (Steindachner, 1881). Aquaculture. 251:509–515.

Kamperdick, C., Adam, G., Van, N.H., Sung, T.V. 1997. Chemical Constituentsof Madhuca pasquiery. Zeitschrift für Naturforschung. 52:295-300.

Kardinan, A. dan Kusuma, F.R.. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan TubuhAlami, Cetakan ke-1, 5, 10, 11. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Krell, R. 1996. Value-added products from beekeeping, FAO Agricultural ServiceBull., No. 124.

Kresno, S.B. 2001. Respons Imun Pada Infeksi. Imunologi: Diagnosis danProsedur Laboratorium Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia

Page 80: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

64

Krol, W., Czuba, Z.P., Threadgill, M.D., Cunningham, B.D.M., Shani, J..1995.Modulation of Luminol-Dependent Chemiluminescence of MurineMacrophages by Flavone And Its Synthetic Derivatives. Arzneimittel-Forschung/Drug Research. 45, 815–818.

Kusmardi, Kumala, S., Triana, E.E. 2007. Efek Imunomodulator Ekstrak DaunKetepeng Cina (Cassia Alata L.) Terhadap Aktivitas dan KapasitasFagositosis Makrofag. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2: 50-53.

Kurniasih, Nunung, Kusmiyati, M., Nurhasanah, Sari, RP, Wafdan, R. 2015.Potensi Daun Sirsak (Annona Muricata Linn), Daun Binahong (AnrederaCordifolia (Ten) Steenis), Dan Daun Benalu Mangga (DendrophthoePentandra) Sebagai Antioksidan Pencegah Kanker. Volume IX No.1.

Kustiawan, P.M., Wahyuono, S., dan Yuswanto, A. 2012. Isolasi dan IdentifikasiSenyawa Imunostimulan Non Spesifik In Vitro dari Daun Sirih Merah (Pipercrocatum Ruiz & Pav.). Thesis. Program Pascasarjana Fakultas FarmasiUGM.

Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama PudingMerah dengan Metode Uji Brine Shrimp. Medan: USU Repository.

Lyu, S.Y. dan Park, W.B. 2005. Production of Cytokine and NO by RAW 264.7Macropaghes and PBMC in vitro incubation with flavonoids. Arch. Pharm.Res. 28: 573-581

Ma’at, S. 2004. Tanaman Obat Untuk Pengobatan Kanker (Bagian 3). JurnalBahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2.

Macfarlane, A.S., Schwacha, M.G., Eisenstein, T.K., 1999. In Vivo Blockage ofNitric Oxide with Aminoguanidine Inhibits Immunosuppression Induced byan Attenuated Strain of Salmonella Typhimurium, Potentiates SalmonellaInfections, and Inhibits Macrophage and Polymorphonuclear LeukocyteInfluxinto The Spleen. Infection and Immunity 67, 891–898.

Macmicking, J., Xie, Q.W., Nathan, C., 1997. Nitric oxide and macrophagefunction. Annual Review of Immunology 15, 323–350.

Margaretha, I. 2012. Kajian Senyawa Bioaktif Propolis Trigona Spp. SebagaiAgen Anti Karies Melalui Pendekatan Analisis Kimia Dipandu DenganBioassay. Disertasi. Universitas Indonesia.

Marliana, S.D., Suryanti, V., Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan AnalisisKromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechiumedule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1): 26-31.

Marquez N., Sancho R., Macho A..2004. Caffeic Acid Phenethyl Ester Inhibits T-Cell Activation by Targeting Both Nuclear Factor of Activated T-Cells and

Page 81: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

65

NF-B Transcription Factors. J Pharmacol Exp Ther (JPET), 308, 993-1001.

Mathilda, W.B. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute TeknologiBandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46.

McGahon, A.J., Martin, R.P., Bissonnette, R.P., Mahboubi, A., Shi, Y., Mogil,R.J., Nishioka, W.K., Green, D.R. 1995. The end of the (cell) line: Methodsfor the study of apoptosis in vitro. Dlm. Methods in Cell Biology. NewYork: Academic Press Inc. dalam Omar et al. 2010.. Penyaringan AntikanserEkstrak Etanol daripada Famili Piperaceae Terpilih dan Penentuannyamelalui Pewarnaan Tripan Biru. Sains Malaysiana

Middleton, E.J.R., Kandaswami, Chithan, Theoharides, Theoharis C. 2000. TheEffects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications forInflammation, Heart Disease, and Cancer. Pharmacol Rev 52:673–751.Diakses melalui http://www.pharmrev.org pada tanggal 4 Desember 2009.

Missima, F. dan Sforcin, J.M. 2007. Green Brazilian Propolis Action OnMacrophages And Lymphoid Organs of Chronically Stressed Mice. OriginalArticle. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, in press.

Mor, G. dan Abraham ,V.M. 2008. The immunology of pregnancy. In: MooreMR, Lookwood RJ, editors. Creasy and Resnik’s Maternal Fetal Medicine.New York: Elsevier; 6: 88-90.

Moriyasu, J., Arai, S., Motoda, R., Kurimoto, M.. 1994. In Vitro Activation ofMouse Macrophage by Propolis Extract Powder. Biotherapy 8, 364–365.

Nugroho, Y.A. 2012. Efek Pemberian Kombinasi Buah Sirih (Piper betle L.)Fruit, Daun Miyana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. BR.) Leaf, Madudan Kuning Telur Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Kapasitas FagositosisSel Makrofag. Artikel. 22 (1).

Orsi, R.O., Funari, S.R.C., Soares, A.M.V.C., Calvi, S.A., Oliveira, S.L., Sforcin,J.M., Bankova, V., 2000. Immunomodulatory action of propolis onmacrophage activation. The Journal of Venomous Animals and Toxins 6,205–219.

Oteiza, Patricia, I., Erlejman, Alejandra G., Sandra, Verstraeten, V., Keen. CarlL., Fraga, Csar, G. 2006. Flavonoid-membran interactions: A protective roleof flavonoids at the membran surface?. Clinical & DevelopmentalImmunology, Volume 12, Issue 1 March 2005. Dalam Kusuma, DY. EfekPemberian Filtrat Daun Sambung Nyawa (Gynura Procumbens Lour.Merr.) Terhadap Aktifitas Sel Kupffer Pada Mencit Putih (Mus MusculusLinn.).

Page 82: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

66

Palombo E.A . 2011. Traditional Medicinal Plant Extracts and Natural Productswith Activity against Oral Bacteria: Potential Application in the Preventionand Treatment of Oral Diseases. Hindawi Publishing Corporation,Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Article ID680354, 15 pages.

Park, J.H., Lee, J.K., Kim, H.S., Chung, S.T., Eom, J.H., Kim, K.A., Chung, S.J.,Paik, S.Y., Oh, H.Y., 2004. Immunomodulatory effect of caffeic acidphenethyl ester in BALB/c mice. International Immunopharmacology 4,429–436.

Parmer, V.S., Jain, S.C., Bisht, K.S., Jain, R., Taneja, P., Jha, A., Tyagi, O.D.,Prasad, A.K., Wengel J., Olsen, E.S., Boll, P.M.. 1997. Phytochemistry ofThe Genus Piper, 46: 597-673.

Parolia, A, Thomas M.S, Kundabala, M., Mohan, M. 2010. Propolis and itspotential uses in oral health. Int. J. Med. and Medical Sci; 2(7): 210-215.

Patil, US.., Jaydeokar, A.V., Bandawane, D.D. 2011. Immunomodulators: Apharmacologycal review. Intr J Pharm, Pharm Scien.14: 30-6

Pechorsky, A., Nitzan, Y., Lazarovitch, T. 2009. Identification of pathogenicbacteria in blood cultures: comparison between conventional and PCRmethods. J Microbiol Meth 78:325-330.

Pinca, S., Djati M.S., Rifa’I, M. 2013. Analisis Mobilisasi Sel T CD4+ dan CD8+

pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium danPemberian Simplisia Polyscias obtuse. Jurnal Biotropika Volume 1 No.1,Malang: Universitas Brawijaya.

Quattrochi, U. 2000. CRC World Dictionary of Plant Names: Common Names,Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Entimology. Francis.

Rabeta, M.S. dan Faraniza, N. 2013. Total phenolic content and ferric reducingantioxidant power of the leaves and fruits of Garcinia atrovirdis andCynometra cauliflora. International Food Research Journal 20(4): 1691-1696.

Ranjith, M.S. 2008. Enhanced Phagocytosis and Antibody Production byTinospora cordifolia – A new dimension in Immunomodulation. AfricanJournal of Biotechnology. 7 (2), 081-085

Robinovitch, M. 1995.Proffesional and non-Proffesional Phagocytes anIntroduction. Trends In Cell Biology. Vol: 5, 85-87.

Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.

Page 83: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

67

Safitri, E. 2000. Studi Tentang Efek Imunostimulan Tilosin Terhadap PeningkatanRespon Kekebalan Nonspesifik. Skripsi. Jakarta: Fakultas FarmasiUniversitas Pancasila.

Sa-Nunes, A., Faccioli, L.H., Sforcin, J.M. 2003. Propolis: lymphocyteproliferation and IFN-_ production. Journal of Ethnopharmacology 87, 93–97

Sarisetyaningtyas, P.V., Hadinegoro, S.R., dan Munasir, Zakiudin. 2006.Randomized controlled trial of Phyllanthus niruri Linn extract. PaediatricaIndonesiana volume 46.

Sears, B. dan Saenz, R. 2011. Intisari Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta: EGC.

Setyowati, W.A.E., Ariani, S.R.D., Ashadi, Mulyani, B., Rahmawati, C.P. 2014.Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak MetanolKulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. MakalahPendamping Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI 271-280.

Sforcin, J.M. 2007. Propolis and the immune system: a review. Journal ofEthnopharmacology. 113 (1): 1-14.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem (Human Physiology:From Cells To Systems) Edisi 2. Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit.Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.

Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Buji Jarak Pagar (Jatropha curcas) SebagaiBiopestisida Yang Efektif Dengan Penambahan NaCl. Jurnal MIPA. 35(1).

Silva, C. A. da, Pinheiro, J.W., Fonseca, N.A.N., Cabrera, L., Novo, V.C.C.,Silva, M.A.A. da, Canteri, R.C., Hoshi, E. H., 2002. Sunflower meal as feedto swine during the growing and finishing phase: digestibility, performanceand carcass quality. Rev. Bras. Zootec., 31 (2) Suppl.: 982-990

Sirois, M. 2005. Laboratory Animal Medicine : Principles and Procedures.United States of America: Mosby, Inc. Dalam: Ragam Jenis EktoparasitPada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley.Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Sjahrurachman, A., Sukmana, N., Setiati S., Munazir Z., Rubiana, H., Nelwan,Lesmana dan Dianiati. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal.Jurnal HTA Indonesia

Page 84: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

68

Sriningsih dan Wibowo, A.E. 2006. Efek Pemberian Ekstrak Etanol HerbaMeniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Aktivitas dan KapasitasFagositosis Makrofag Peritoneum Tikus. Artocarpus. Vol.6, No.2: 91-96.

Sriningsih dan Wibowo, A.E. 2009. Efek Imunostimulan Ekstrak Meniran(Phyllanthus niruri L.) Secara In Vivo Pada Tikus. Jurnal Bahan AlamIndonesia. ISSN 1412-2855 Vol.7, No.1: 15-18.

Sudarsono, 1996. Tumbuhan Obat (Hasil Peneltian, Sifat- Sifat dan Penggunaan).Yogyakarta: PPOT UGM.

Suhirman, S., dan Winarti, C. 2007. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat SebagaiImunomodulator. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Sukandar, D. dan E. R. Amelia. 2013. Karakterisasi Senyawa Aktif Antioksidandan Antibakteri dalam Ekstrak Etanol Buah Namnam (Cynometra caulifloraL.). Valensi. 3(1): 34-38.

Sumarlin, L., Suprayogi, A., Rahminiwati A., Tjachja A., dan Sukandar D.,Bioactivity of Methanol Extract of Namnam Leaves in Combination withTrigona Honey, J. Teknol. dan Industri Pangan. 26(2): 144-154.

Sunaryo, H., Chairul, Winaningrum. 2007. Uji Efek Imunomodulator EkstrakDaun, Kulit Batang, dan Buah Ki Pahit (Picrasma javanica Blume). Dalam:FAKTA (Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta) Vol.3 (3). Jakarta: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Prof. Dr. Hamka. Hal121-126.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. PT KalmanMedia Pusaka, Jakarta.

Talaro, Kathlee P. 2008. Foundation in Microbiology: basic principle. SixthEdition. New York. McGraw-Hill Company

Tatefuji,T., Izumi, N., Ohta,T., Arai, S., Ikeda, M.,Kurimoto, M. 1996. Isolationand identification of compounds from Brazilian propolis which enhancemacrophage spreading and mobility. Biological & Pharmaceutical Bulletin19, 966–970.

Thabrew, M.I., de Silva, K.T., Labadie, R.P., de Bie PULA, van den Berg, P.1991. Immunomodulatory activity of three Sri Lanka medicinal plants usedin hepatic disorder. J Ethnopharmacol. 74(9): 63-6.

Tizard, I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi Ke 2. Terjemahan MasdukiPartodirejo. Airlangga University Press, Surabaya.

Page 85: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

69

Tringali, C. 2001. Bioactive Compound from Natural Sources. London: Taylorann Francis Inc. 164-165.

Ulya, A.N., 2012, Efek Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag FraksiKloroformEkstrak Etanol Kelopak Rosella (Hibiscus ssabdarifa L) secara invitro. Skripsi. Fakultas Farmasi. UAD, Yogyakarta. Dalam Akrom danFatimah. Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L) MeningkatkanAktivitas Fagositosis Makrofag Tikus Betina Galur Sd (Sprague Dawley)Yang Diinduksi Dmba (7,12dimetilbenz(Α)Antrasen) Secara In Vitro.Pharmaciana, Vol. 5, No. 1: 69-76

Utami, R. 2009. Uji Efek Imunomodulator Kapur Sirih (CaCO3) TerhadapAktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritoneum MencitSecara in vivo . Skripsi. Program Sarjana Farmasi UIN Syarif HidayatullahJakarta:44.

Wade, C. 2005. Can Bee Propolis Rejuvenate The Immune System?www.thenaturalshopper.com/buybee- supplements/article.htm. Dalam:Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Sistem Kekebalan SelulerPada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. Malang: UniversitasBrawijaya.

Wagner, H., 1985. Immunostimulants from medicinal plants. In Advances inChinese medicinal materials research (Eds.) H.M. Chang; H.W. Yeung;W.W. Tso and A. Koo. World Scientific Publ. Co. Singapura : 159-170.

Wagner, H. 1999. Immunomodulatory Agents From Plants: Search for PotentImmunostimulant Agents from Plants and Other Natural Sources. In: Bohlin,L. dan J.G. Bruhn (eds.) Bioassay Methods in Natural Product Research andDrug. Basel: Kluwer Academic Publisher.

Wagner H dan Jurcic K. 1991. Assays for immunomodulation and effects onmediators of inflammation. Dalam: Dey PM, Harbone JB, editor. Methods inplants biochemistry:assays for bioactivity. Volume ke-6. Academic Pr.

Warsa, U.C., Karsinah, L.H.M., Suharto, Mardiastuti, H.W. 1994. MikrobiologiKedokteran. EGC, Jakarta: 111.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press.

You, K.M., Son, K.H., Chang, H.W., Kang, S.S., Kim, H.P., 1998. Vitexicarpin, aflavonoid from the fruits of Vitex rotundifolia, inhibits mouse lymphocyteproliferation and growth of cell lines in vitro. Planta Medica 64, 546–550.

Page 86: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

70

Yu, L., Yueh-Hsiung, K., Yun-Lian, L. Wenchang, C. 2009. Antioxidative Effectand Active Component from Leaves of Lotus (Nelumbo nucifera). J. Agric.Food Chem 57 (15): 6623-6629. DOI: 10.1021/jf900950z.

Yulinery T., Nurhidayat, N. 2012. Penggunaan Ekstrak Fermentasi Beras Daribeberapa Jenis Monascus Purpureus Untuk Aktivitas In Vitro FagositosisSel Makrofag dan Polimorfonuklear Peritoneum Mencit SebagaiImmunomodulator. Berita Biologi 11(2). Bidang Mikrobiologi, PusatPenelitian Biologi-LIPI.

Zalikoff, J.T., Enane, A.E., Bowser, D., Squibb, K.S., Frenkel, K. 1991.Development of Fish Peritoneal Macrophages as a Model for HigherVertebrates in Immunotoxicological Studies I. Characterization of TroutMacrophage Morphological, Functional, and Biochemical Properties.Toxycological Science. Oxford Journal.Volume 16, Issue 3. Pp. 576-589.

Page 87: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

71

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Daun Namnam Propolis

Ekstraksi Daun Namnam

Pembuatan Suspensi BakteriStaphylococcus epidermidis

Penyiapan makrofag daricairan peritoneum tikus

Uji Fagositosis

Pengamatan

Analisis Data

Preparasi sampel uji

Uji Viabilitas

Page 88: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

72

Lampiran 2. Bagan Ekstraksi Daun Namnam

2000 gram Daun Namnam

Dikeringkan dengan cara dijemur

Dihancurkan hingga menjadi serbuk

Dimaserasi dengan pelarut metanolsebanyak 7 liter selama 24 jam

Disaring, diperoleh filtrat pertama,sisihkan

Residu dimaserasi lagi menggunakanpelarut yang sama sebanyak 3,5 literselama 9 jam, didapat filtrat kedua

Kedua filtrat dicampur, dimasukkan kedalam alat rotary evaporator pada suhu 45-

50oC hingga diperoleh ekstrak kental

Page 89: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

73

Lampiran 3. Bagan Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Diambil 1 ose bakteri S. epidermidis dari kultur

Ditanam ke dalam 30 ml medium NB

Dikocok di dalam shaker incubatorkecepatan 120 rpm selama 24 jam

Diambil 10 ml dan ditanam ke dalam90 ml medium NB

Dikocok kembali selama 3 jamkecepatan 120 rpm (fase midlog)

Dimasukkan sebanyak 10 ml ke dalamtabung dan disentrifus kecepatan 3000

rpm selama 1 jam

Supernatan Endapan

+ 10 larutan PBS sterilpH 7,8

Diukur dengan spektrofotometerUV-Vis λ= 580 nm, 25% T setara

dengan 109 sel/ml

Page 90: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

74

Lampiran 4. Bagan Penyiapan Makrofag dari Peritoneum Tikus

Tikus (Rattus governicus) galurSpreagu Dawley bobot 200- 280 gram

Dianestesia menggunakan eter didalam toples

Direntangkan di atas papan bedah,perut tikus diusap dengan etanol 70%

Dibedah menggunakan alatbedah steril

Ditambahakan 2-3 ml larutas PBSsteril ke dalam rongga peritoneum,

dipijat-pijat selama 2 menit

Diambil cairan peritoneumnyadengan bantuan spuit steril

Dimasukkan ke dalam vial steril, tutuprapat, ditempat dalam cooling box

Dihitung % viabilitas menggunakanhemasitometer dan pengamatan di bawahmikroskop (digunakan larutan tripan biru

untuk membantu penghitungan)

Disetarakan dengan hemositometer hinggapopulasi makrofag setara dengan 107 sel/ml

makrofag

Page 91: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

75

Lampiran 5. Cara Penghitungan Jumlah Makrofag dalam Hemositometer

1. Hemositometer terdiri dari 4 kamar hitung. Setiap kamar hitung terdiri dari

16 kotak.

2. Hitung sel pada 4 kamar hemositometer. Sel yang gelap (mati) dan sel

yang berada dibatas luar di sebelah atas dan di sebelah kanan tidak ikut

dihitung. Sel di batas kiri dan batas bawah ikut dihitung.

3. Jumlah % viabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N sel hidup% Viabilitas = x 100%

N sel hidup + N sel mati

Page 92: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

76

Lampiran 6. Bagan Uji Fagositosis

KONTROLNEGATIF

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µlaquades

KONTROLPOSITIF

200 µl makrofagperitoneum tikus

107 sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan

pembanding (ST®)

SAMPEL UJI(EDN)

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan ekstrak uji 1,

10, 100, 1000,10000 ppm

SAMPEL UJI(PROPOLIS)

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan ekstrak uji 1,10, 100, 1000, 10000

ppm

Diinkubasi 37oC selama 45 menit

+ 50 µl larutan EDTA 0,2 M

Dibuat preparat apus, dikeringkandi udara

Direndam ke dalam larutanGiemsa 4% selama 45 menit

Diangkat lalu bilas denganaquades, biarkan mengering

Diamati di bawah mikroskopperbesaran 400x

Ditetapkan nilai aktivitas dankapasitas fagositosis

Difiksasi menggunakan metanol,didiamkan 5 menit

Analisis Data

Page 93: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

77

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Fagositosis

Konsentrasi % Aktivitas FagositosisUlangan I Ulangan II Rata-Rata % Kenaikan Aktivitas

Kontrol Negatif 59 54 56 ± 3.5Kontrol Positif 93 94 93 ± 0.7 37Ekstrak Metanol DaunNamnam1 87 73 80 ± 9.8 2410 77 82 79 ± 3.5 23100 82 84 83 ± 1.4 271000 88 85 86 ± 2.1 3010000 - - - -Propolis1 96 94 95 ± 1.4 3910 63 72 67 ± 6.3 11100 83 89 86 ± 4.2 301000 93 93 93 ± 0 3710000 96 97 96 ± 0.7 40

Page 94: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

78

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Kapasitas Fagositosis

Konsentrasi Kapasitas FagositosisUlangan I Ulangan II Rata-Rata % Kenaikan Kapasitas

Kontrol Negatif 494 480 487 ± 9.8 -Kontrol Positif 1151 1062 1106 ± 62 619Ekstrak Metanol DaunNamnam1 933 808 870 ± 88 38310 850 726 788 ± 87 301100 755 639 697 ± 82 2101000 697 682 689 ± 10 20210000 - - - -Propolis1 691 889 790 ± 140 30310 587 597 592 ± 7 105100 1047 1023 1035 ± 17 5481000 1312 1931 1621 ± 437 113410000 357 287 322 ± 49 -165

Page 95: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

79

Lampiran 9. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas Fagositosis Ekstrak

Metanol Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi % Aktivitas Fagositosis

DescriptivesAktivitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 56.50 3.536 2.500 24.73 88.27 54 59KP 2 93.50 .707 .500 87.15 99.85 93 94EDN 1 ppm 2 80.00 9.899 7.000 -8.94 168.94 73 87EDN 10 ppm 2 79.50 3.536 2.500 47.73 111.27 77 82EDN 100 ppm 2 83.00 1.414 1.000 70.29 95.71 82 84EDN 1000 ppm 2 86.50 2.121 1.500 67.44 105.56 85 88

EDN 10000 ppm 2 100.00 0.000 0.000 100.00 100.00 100 100Total 22 83.00 10.898 2.323 78.17 87.83 54 100

Uji Normalitas % Aktivitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AktivitasN 22

Normal Parametersa,b Mean 83.00Std.Deviation

10.898

Most Extreme Differences Absolute .200

Positive .141

Negative -.200Kolmogorov-Smirnov Z .938Asymp. Sig. (2-tailed) .343

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 96: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

80

Uji ANOVA % Aktivitas Fagositosis

ANOVAAktivitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3050.273 10 305.027 42.472 .000Within Groups 79.000 11 7.182Total 3129.273 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 97: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

81

Uji LSD % Aktivitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: AktivitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -37.000* 3.503 .000 -44.71 -29.29EDN 1 ppm -23.500* 3.503 .000 -31.21 -15.79EDN 10 ppm -23.000* 3.503 .000 -30.71 -15.29EDN 100 ppm -26.500* 3.503 .000 -34.21 -18.79EDN 1000 ppm -30.000* 3.503 .000 -37.71 -22.29EDN 10000 ppm -43.500* 3.503 .000 -51.21 -35.79

KP KN 37.000* 3.503 .000 29.29 44.71EDN 1 ppm 13.500* 3.503 .003 5.79 21.21EDN 10 ppm 14.000* 3.503 .002 6.29 21.71EDN 100 ppm 10.500* 3.503 .012 2.79 18.21EDN 1000 ppm 7.000 3.503 .071 -.71 14.71EDN 10000 ppm -6.500 3.503 .091 -14.21 1.21

EDN 1 ppm KN 23.500* 3.503 .000 15.79 31.21KP -13.500* 3.503 .003 -21.21 -5.79EDN 10 ppm .500 3.503 .889 -7.21 8.21EDN 100 ppm -3.000 3.503 .410 -10.71 4.71EDN 1000 ppm -6.500 3.503 .091 -14.21 1.21EDN 10000 ppm -20.000* 3.503 .000 -27.71 -12.29

EDN 10 ppm KN 23.000* 3.503 .000 15.29 30.71KP -14.000* 3.503 .002 -21.71 -6.29EDN 1 ppm -.500 3.503 .889 -8.21 7.21EDN 100 ppm -3.500 3.503 .339 -11.21 4.21EDN 1000 ppm -7.000 3.503 .071 -14.71 .71EDN 10000 ppm -20.500* 3.503 .000 -28.21 -12.79

EDN 100 ppm KN 26.500* 3.503 .000 18.79 34.21KP -10.500* 3.503 .012 -18.21 -2.79EDN 1 ppm 3.000 3.503 .410 -4.71 10.71EDN 10 ppm 3.500 3.503 .339 -4.21 11.21EDN 1000 ppm -3.500 3.503 .339 -11.21 4.21EDN 10000 ppm -17.000* 3.503 .001 -24.71 -9.29

EDN 1000 ppm KN 30.000* 3.503 .000 22.29 37.71KP -7.000 3.503 .071 -14.71 .71EDN 1 ppm 6.500 3.503 .091 -1.21 14.21EDN 10 ppm 7.000 3.503 .071 -.71 14.71EDN 100 ppm 3.500 3.503 .339 -4.21 11.21EDN 10000 ppm -13.500* 3.503 .003 -21.21 -5.79

EDN 10000 ppm KN 43.500* 3.503 .000 35.79 51.21KP 6.500 3.503 .091 -1.21 14.21EDN 1 ppm 20.000* 3.503 .000 12.29 27.71EDN 10 ppm 20.500* 3.503 .000 12.79 28.21EDN 100 ppm 17.000* 3.503 .001 9.29 24.71EDN 1000 ppm 13.500* 3.503 .003 5.79 21.21

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 98: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

82

Lampiran 10. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas Fagositosis

Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi % Aktivitas Fagositosis

DescriptivesAktivitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 56.50 3.536 2.500 24.73 88.27 54 59KP 2 93.50 .707 .500 87.15 99.85 93 94P 1 ppm 2 95.00 1.414 1.000 82.29 107.71 94 96

P 10 ppm 2 67.50 6.364 4.500 10.32 124.68 63 72P 100 ppm 2 86.00 4.243 3.000 47.88 124.12 83 89P 1000 ppm 2 93.00 0.000 0.000 93.00 93.00 93 93P 10000 ppm 2 96.50 .707 .500 90.15 102.85 96 97Total 22 83.82 12.207 2.603 78.41 89.23 54 97

Uji Normalitas % Aktivitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AktivitasN 22Normal Parametersa,b Mean 83.82

Std.Deviation

12.207

Most Extreme Differences Absolute .181

Positive .140

Negative -.181Kolmogorov-Smirnov Z .851Asymp. Sig. (2-tailed) .464

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 99: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

83

Uji ANOVA % Aktivitas Fagositosis

ANOVAAktivitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3050.273 10 305.027 42.472 .000Within Groups 79.000 11 7.182

Total 3129.273 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 100: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

84

Uji LSD % Aktivitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: AktivitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -37.000* 2.680 .000 -42.90 -31.10P 1 ppm -38.500* 2.680 .000 -44.40 -32.60P 10 ppm -11.000* 2.680 .002 -16.90 -5.10P 100 ppm -29.500* 2.680 .000 -35.40 -23.60P 1000 ppm -36.500* 2.680 .000 -42.40 -30.60P 10000 ppm -40.000* 2.680 .000 -45.90 -34.10

KP KN 37.000* 2.680 .000 31.10 42.90P 1 ppm -1.500 2.680 .587 -7.40 4.40P 10 ppm 26.000* 2.680 .000 20.10 31.90P 100 ppm 7.500* 2.680 .017 1.60 13.40P 1000 ppm .500 2.680 .855 -5.40 6.40P 10000 ppm -3.000 2.680 .287 -8.90 2.90

P 1 ppm KN 38.500* 2.680 .000 32.60 44.40KP 1.500 2.680 .587 -4.40 7.40P 10 ppm 27.500* 2.680 .000 21.60 33.40P 100 ppm 9.000* 2.680 .006 3.10 14.90P 1000 ppm 2.000 2.680 .471 -3.90 7.90P 10000 ppm -1.500 2.680 .587 -7.40 4.40

P 10 ppm KN 11.000* 2.680 .002 5.10 16.90KP -26.000* 2.680 .000 -31.90 -20.10P 1 ppm -27.500* 2.680 .000 -33.40 -21.60P 100 ppm -18.500* 2.680 .000 -24.40 -12.60P 1000 ppm -25.500* 2.680 .000 -31.40 -19.60P 10000 ppm -29.000* 2.680 .000 -34.90 -23.10

P 100 ppm KN 29.500* 2.680 .000 23.60 35.40KP -7.500* 2.680 .017 -13.40 -1.60P 1 ppm -9.000* 2.680 .006 -14.90 -3.10P 10 ppm 18.500* 2.680 .000 12.60 24.40P 1000 ppm -7.000* 2.680 .024 -12.90 -1.10P 10000 ppm -10.500* 2.680 .002 -16.40 -4.60

P 1000 ppm KN 36.500* 2.680 .000 30.60 42.40KP -.500 2.680 .855 -6.40 5.40P 1 ppm -2.000 2.680 .471 -7.90 3.90P 10 ppm 25.500* 2.680 .000 19.60 31.40P 100 ppm 7.000* 2.680 .024 1.10 12.90P 10000 ppm -3.500 2.680 .218 -9.40 2.40

P 10000 ppm KN 40.000* 2.680 .000 34.10 45.90KP 3.000 2.680 .287 -2.90 8.90P 1 ppm 1.500 2.680 .587 -4.40 7.40P 10 ppm 29.000* 2.680 .000 23.10 34.90P 100 ppm 10.500* 2.680 .002 4.60 16.40P 1000 ppm 3.500 2.680 .218 -2.40 9.40

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 101: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

85

Lampiran 11. Hasil Analisa Data (Uji Statistik) Kapasitas Fagositosis

Ekstrak Metanol Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi Kapasitas Fagositosis

DescriptivesKapasitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 487.00 9.899 7.000 398.06 575.94 480 494KP 2 1106.50 62.933 44.500 541.07 1671.93 1062 1151EDN 1 ppm 2 870.50 88.388 62.500 76.36 1664.64 808 933

EDN 10 ppm 2 788.00 87.681 62.000 .22 1575.78 726 850EDN 100 ppm 2 697.00 82.024 58.000 -39.96 1433.96 639 755EDN 1000 ppm 2 689.50 10.607 7.500 594.20 784.80 682 697EDN 10000 ppm 2 17.50 7.778 5.500 -52.38 87.38 12 23Total 22 655.73 367.517 78.355 492.78 818.67 12 1489

Uji Normalitas Kapasitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KapasitasN 22

Normal Parametersa,b Mean 655.73Std.Deviation

367.517

Most Extreme Differences Absolute .164

Positive .085

Negative -.164Kolmogorov-Smirnov Z .768Asymp. Sig. (2-tailed) .598

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 102: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

86

Uji ANOVA Kapasitas Fagositosis

ANOVAKapasitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 2112994.364 10 211299.436 3.213 .034

Within Groups 723442.000 11 65767.455

Total 2836436.364 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 103: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

87

Uji LSD Kapasitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: KapasitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -619.500* 256.452 .034 -1183.95 -55.05EDN 1 ppm -383.500 256.452 .163 -947.95 180.95EDN 10 ppm -301.000 256.452 .265 -865.45 263.45EDN 100 ppm -210.000 256.452 .430 -774.45 354.45EDN 1000 ppm -202.500 256.452 .446 -766.95 361.95EDN 10000 ppm 469.500 256.452 .094 -94.95 1033.95

KP KN 619.500* 256.452 .034 55.05 1183.95EDN 1 ppm 236.000 256.452 .377 -328.45 800.45EDN 10 ppm 318.500 256.452 .240 -245.95 882.95EDN 100 ppm 409.500 256.452 .139 -154.95 973.95EDN 1000 ppm 417.000 256.452 .132 -147.45 981.45EDN 10000 ppm 1089.000* 256.452 .001 524.55 1653.45

EDN 1 ppm KN 383.500 256.452 .163 -180.95 947.95KP -236.000 256.452 .377 -800.45 328.45EDN 10 ppm 82.500 256.452 .754 -481.95 646.95EDN 100 ppm 173.500 256.452 .513 -390.95 737.95EDN 1000 ppm 181.000 256.452 .495 -383.45 745.45EDN 10000 ppm 853.000* 256.452 .007 288.55 1417.45

EDN 10 ppm KN 301.000 256.452 .265 -263.45 865.45KP -318.500 256.452 .240 -882.95 245.95EDN 1 ppm -82.500 256.452 .754 -646.95 481.95EDN 100 ppm 91.000 256.452 .729 -473.45 655.45EDN 1000 ppm 98.500 256.452 .708 -465.95 662.95EDN 10000 ppm 770.500* 256.452 .012 206.05 1334.95

EDN 100 ppm KN 210.000 256.452 .430 -354.45 774.45KP -409.500 256.452 .139 -973.95 154.95EDN 1 ppm -173.500 256.452 .513 -737.95 390.95EDN 10 ppm -91.000 256.452 .729 -655.45 473.45EDN 1000 ppm 7.500 256.452 .977 -556.95 571.95EDN 10000 ppm 679.500* 256.452 .023 115.05 1243.95

EDN 1000 ppm KN 202.500 256.452 .446 -361.95 766.95KP -417.000 256.452 .132 -981.45 147.45EDN 1 ppm -181.000 256.452 .495 -745.45 383.45EDN 10 ppm -98.500 256.452 .708 -662.95 465.95EDN 100 ppm -7.500 256.452 .977 -571.95 556.95EDN 10000 ppm 672.000* 256.452 .024 107.55 1236.45

EDN 10000 ppm KN -469.500 256.452 .094 -1033.95 94.95KP -1089.000* 256.452 .001 -1653.45 -524.55EDN 1 ppm -853.000* 256.452 .007 -1417.45 -288.55EDN 10 ppm -770.500* 256.452 .012 -1334.95 -206.05EDN 100 ppm -679.500* 256.452 .023 -1243.95 -115.05EDN 1000 ppm -672.000* 256.452 .024 -1236.45 -107.55

Page 104: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

88

Lampiran 12. Hasil Analisa Data (Uji Statistik) Kapasitas Fagositosis

Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi Kapasitas Fagositosis

DescriptivesKapasitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 487.00 9.899 7.000 398.06 575.94 480 494KP 2 1106.50 62.933 44.500 541.07 1671.93 1062 1151P 1 ppm 2 790.00 140.007 99.000 -467.91 2047.91 691 889

P 10 ppm 2 592.00 7.071 5.000 528.47 655.53 587 597P 100 ppm 2 1035.00 16.971 12.000 882.53 1187.47 1023 1047P 1000 ppm 2 1621.50 437.699 309.500 -2311.07 5554.07 1312 1931P 10000 ppm 2 322.00 49.497 35.000 -122.72 766.72 287 357Total 22 773.73 446.901 95.280 575.58 971.87 124 1931

Uji Normalitas Kapasitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KapasitasN 22Normal Parametersa,b Mean 773.73

Std.Deviation

446.901

Most Extreme Differences Absolute .153

Positive .153

Negative -.073Kolmogorov-Smirnov Z .717Asymp. Sig. (2-tailed) .682

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 105: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

89

Uji ANOVA Kapasitas Fagositosis

ANOVAKapasitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3279121.364 10 327912.136 3.942 .017Within Groups 915011.000 11 83182.818

Total 4194132.364 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 106: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

90

Uji LSD Kapasitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: KapasitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -619.500 288.414 .055 -1254.30 15.30P 1 ppm -303.000 288.414 .316 -937.80 331.80P 10 ppm -105.000 288.414 .723 -739.80 529.80P 100 ppm -548.000 288.414 .084 -1182.80 86.80P 1000 ppm -1134.500* 288.414 .002 -1769.30 -499.70P 10000 ppm 165.000 288.414 .579 -469.80 799.80

KP KN 619.500 288.414 .055 -15.30 1254.30P 1 ppm 316.500 288.414 .296 -318.30 951.30P 10 ppm 514.500 288.414 .102 -120.30 1149.30P 100 ppm 71.500 288.414 .809 -563.30 706.30P 1000 ppm -515.000 288.414 .102 -1149.80 119.80P 10000 ppm 784.500* 288.414 .020 149.70 1419.30

P 1 ppm KN 303.000 288.414 .316 -331.80 937.80KP -316.500 288.414 .296 -951.30 318.30P 10 ppm 198.000 288.414 .507 -436.80 832.80P 100 ppm -245.000 288.414 .414 -879.80 389.80P 1000 ppm -831.500* 288.414 .015 -1466.30 -196.70P 10000 ppm 468.000 288.414 .133 -166.80 1102.80

P 10 ppm KN 105.000 288.414 .723 -529.80 739.80KP -514.500 288.414 .102 -1149.30 120.30P 1 ppm -198.000 288.414 .507 -832.80 436.80P 100 ppm -443.000 288.414 .153 -1077.80 191.80P 1000 ppm -1029.500* 288.414 .004 -1664.30 -394.70P 10000 ppm 270.000 288.414 .369 -364.80 904.80

P 100 ppm KN 548.000 288.414 .084 -86.80 1182.80KP -71.500 288.414 .809 -706.30 563.30P 1 ppm 245.000 288.414 .414 -389.80 879.80P 10 ppm 443.000 288.414 .153 -191.80 1077.80P 1000 ppm -586.500 288.414 .067 -1221.30 48.30P 10000 ppm 713.000* 288.414 .031 78.20 1347.80

P 1000 ppm KN 1134.500* 288.414 .002 499.70 1769.30KP 515.000 288.414 .102 -119.80 1149.80P 1 ppm 831.500* 288.414 .015 196.70 1466.30P 10 ppm 1029.500* 288.414 .004 394.70 1664.30P 100 ppm 586.500 288.414 .067 -48.30 1221.30P 10000 ppm 1299.500* 288.414 .001 664.70 1934.30

P 10000 ppm KN -165.000 288.414 .579 -799.80 469.80KP -784.500* 288.414 .020 -1419.30 -149.70P 1 ppm -468.000 288.414 .133 -1102.80 166.80P 10 ppm -270.000 288.414 .369 -904.80 364.80P 100 ppm -713.000* 288.414 .031 -1347.80 -78.20P 1000 ppm -1299.500* 288.414 .001 -1934.30 -664.70

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 107: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

91

Lampiran 13. Bahan Utama Penelitian

a. Ekstrak Metanol DaunNamnam

b. Propolis c. ST®

d. Bakteri Staphylococcusepidermidis

e. Rattusgovernicus

Page 108: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

92

Lampiran 14. Proses dalam Penelitian

a. Preparasi sampel ujib. Preparasi suspensi bakteri

c. Persiapan pengambilan cairan peritoneum c. Uji viabilitas

d. Pengamatan aktivitas dan kapasitasfagositosis

Page 109: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2016

Zaitun Awaliah

1110096000058

Page 110: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ABSTRAK

ZAITUN AWALIAH. Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun Namnam(C. Cauliflora L.) Dan Propolis Terhadap Kemampuan Fagositosis MakrofagPeritoneum Tikus Secara In Vitro.Di bawah bimbingan LA ODE SUMARLIN dan ANNA MUAWANAH

Telah dilakukan penelitian mengenai salah satu bahan alam di Indonesia yaituekstrak metanol daun namnam dan propolis sebagai imunomodulator secara invitro berdasarkan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofagperitoneum tikus. Antigen yang digunakan adalah bakteri Staphylococcusepidermidis. Stimuno digunakan sebagai kontrol positif. Perlakuan konsentrasimasing-masing sampel uji adalah 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, dan 10000ppm. Hasil analisis statistik (α= 5%) menunjukkan adanya perbedaan yangsignifikan antara nilai aktivitas fagositosis kedua sampel uji dibandingkan dengankontrol negatif (aquades). Sedangkan dalam penetapan nilai kapasitas fagositosisperbedaan yang signifikan dibanding kontrol negatif hanya terjadi pada sampelpropolis konsentrasi 1000 ppm. Sampel ekstrak daun namnam memilikikemampuan imunomodulaor optimal pada konsentrasi 1000 ppm (86% dan 689)dengan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (30% dan 202).Kemampuan imunomodulaor optimal sampel propolis pada konsentrasi 1000 ppm(93% dan 1621) dengan peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (37%dan 1134). Berdasarkan hasil pengujian masing-masing sampel disimpulkanbahwa ekstrak daun namnam dan propolis memiliki kemampuan sebagaiimunomodulator.

Kata kunci: daun namnam, propolis, imunomodulator, fagositosis

Page 111: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ABSTRACT

ZAITUN AWALIAH. The Immunomodulatory Effect of Namnam LeafMethanol Extract (C.Cauliflora L.) and Propolis Against of Phagocytosis onMacrophage of Rat Peritoneum In Vitro.Under the guidance of LA ODE SUMARLIN dan ANNA MUAWANAH

Immunomodulatory assay of Indonesian product resources were explored isnamnam methanol extract and propolis in vitro based on increased value ofmacrophages phagocytic activity and capacity in rat peritoneum. Staphylococcusepidermidis was used as antigen. The treatment concentrations was used in 1 ppm,10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm, and 10000 ppm. Statistic analytical (α= 5%) showedthere are significant differences between the value phagocytic activity of the testsample as compared to negative controls. Meanwhile in determining valuephagocytic capacity, a difference compares to negative control only was showedon propolis sampel concentration is 1000 ppm. Namnam leaf extract samples haveimmunomodulatory capabilities optimally at a concentration of 1000 ppm (86%and 689) with an increase in value of the activity and phagocytic capacity (30%and 202). Propolis samples immunomodulatory capabilities optimally at aconcentration of 1000 ppm (93% and in 1621) with an increase in value of theactivity and phagocytic capacity (37% and 1134). Based on these results indicatedthat namnam leaf extracts and propolis have the ability as an immunomodulator.

Keyword: namnam leaf, propolis, immunomodulatory, phagocytosis

Page 112: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Skripsi ini berjudul Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun

Namnam (C. Cauliflora L.) dan Propolis Terhadap Kemampuan Fagositosis

Makrofag Peritoneum Tikus (Rattus Novergicus) Secara In Vitro.

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir dalam

meraih gelar sarjana pada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulisan skripsi ini yaitu:

1. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Dosen

Penguji I

3. La Ode Sumarlin, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

4. Anna Muawanah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Sandra Hermanto, M.Si selaku penguji II, Program Studi Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 113: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

vii

6. Suja bin Abdul Gani dan Ellah, kedua orang tua yang telah memberi dukungan

materil dan moril

7. Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Chris Adhiyanto, M Biomed, Ph.D

8. STP Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Laely Nurmida Rahmawati, M.Biomed, PhD

9. Laboran Kimia Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antara lain Adawiyah, S.Si dan Erni, S.Si

10. Laboran Biologi Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

antara lain Nur Amaliah Silihat, S.Si; Puji Astuti S.Si; Dinda Rama H., S.Si;

dan Fahri Fahrudin, M.Si selaku dosen praktikum biologi

11. Rekan-rekan Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014

12. Rekan-rekan UKM Teater Syahid

13. Rekan-rekan PMII Komisariat Sains dan Teknologi, serta PMII Cabang

Ciputat

14. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu

Semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu mendapatkan

rahmat dan karunia oleh Allah SWT. Penyusun menyadari bahwa penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikannya. Semoga laporan tugas akhir ini dapat digunakan

sebagaimana mestinya

Ciputat, Juli 2016

Penyusun

Page 114: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.………………………………………………...………. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xiv

BAB I PENDAHULUAN.……………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang………......………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………............... 6

1.3 Hipotesis……………………………………………………............. 6

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 6

1.5 Manfaat Penelitian…..……………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….……... 7

2.1 Tanaman Namnam (C. cauliflora L.)…...……………………… …. 7

2.2 Propolis………………………………………………………..……. 11

2.3 Hewan Uji Rattus novergicus………………...…………………….. 14

2.4 Bakteri Uji Staphylococcus epidermidis…...……………………….. 15

2.5 Kontrol Pembanding………………………………………………... 16

2.6 Sistem Imun……………………………………………………….... 18

2.7 Fagositosis dan Makrofag…………………………………………... 21

2.8 Imunomodulator...……………………………………....................... 23

2.9 Uji Fagositosis...……………………………………......................... 25

Page 115: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 26

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………. 26

3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………….... 26

3.2.1 Alat Penelitian..……………………………………………...... 26

3.2.2 Bahan Penelitian……………………………………………… 26

3.3 Prosedur Kerja……………………………………………………… 27

3.3.1 Ekstraksi Daun Namnam …………..…………………............ 27

3.3.2 Preparasi Larutan Sampel Uji...………………..………........... 28

3.3.2.1 Preparasi Larutan Sampel Ekstrak Daun Namnam…… 28

3.3.2.2 Preparasi Larutan Sampel Propolis…………………… 28

3.3.3 Uji Fitokimia Propolis……………………..………..………... 28

3.3.3.1 Uji Alkaloid………………………..………..………... 29

3.3.3.2 Uji Flavonoid………………………..………..………. 29

3.3.3.3 Uji Triterpenoid dan Steroid………………………….. 29

3.3.3.4 Uji Kuinon……………………………………………. 29

3.3.3.5 Uji Tanin………………………..………..…………… 30

3.3.3.6 Uji Saponin………………………..………..………… 30

3.3.4 Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis……. 30

3.3.5 Penyiapan Makrofag…………………………..………..…….. 32

3.3.6 Uji Viabilitas………..………..………..………..………..…… 32

3.3.7 Uji Fagositosis……………………………..………..………... 33

3.3.8 Analisis Data………………………………………………….. 34

Page 116: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 35

4.1 Ekstraksi Daun Namnam….………………………………………………... 35

4.2 Hasil Uji Fitokimia.………………………………………………................ 36

4.3 Hasil Uji Viabilitas Makrofag………………………………………………. 45

4.4 Hasil Uji Fagositosis………………………………………………………... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………… 58

5.1 Simpulan……………………………………………………………………. 58

5.2 Saran………………………………………………………………………... 58

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 60

LAMPIRAN…………………………………..……………………………….. 71

Page 117: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Namnam dan Buah Namnam ..………………………….. 7

Gambar 2. Struktur Senyawa (a) Flavonoid, (b) Isorhamnetin, (c)Rhamnazin, (d) Flavon, dan (e) Flavonol………………………. 9

Gambar 3. Komponen Utama Ekstrak Etanol Buah Namnam (5-hidroksimetilfurfural)

10

Gambar 4. Struktur Kimia Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE) ………... 12

Gambar 5. Struktur Kimia adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3dihydrosqualene) ..………………………….....……………….. 12

Gambar 6. Struktur Kimia Friedelanol…………………………………....... 13

Gambar 7. Staphylococcus epidermidis di Bawah Pengamatan MikroskopPerbesaran 400x..………………………….. ..………………… 15

Gambar 8. Daun Meniran..………………………….. ..………………….... 17

Gambar 9. Produk Komersil Mengandung Ekstrak Meniran..……………... 17

Gambar 10. Mekanisme Fagositosis.…………………………...…………… 22

Gambar 11. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Dragendorff.….............................. 37

Gambar 12. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Mayer ……................................... 37

Gambar 13. Reaksi Pengujian Fitokimia Flavonoid……................................ 38

Gambar 14. Reaksi Pengujian Fitokimia Terpenoid.……............................... 39

Gambar 15. Reaksi Pengujian Fitokimia Kuinon…….................................... 40

Gambar 16. Reaksi Pengujian Fitokimia Tanin……………………………... 40

Gambar 17. Reaksi Hidrolisis Saponin dalam Air…………………………... 41

Gambar 18. Uji Viabilitas Makrofag Tikus (Rattus novergicus)……………..... 46

Page 118: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xii

Gambar 19. Makrofag (1) Aktif Sedang Memfagosit Bakteri, (2) TidakAktif Memfagosit, (3) Bakteri yang Sedang Difagosit olehMakrofag……………………………………………………… 47

Gambar 20. Fagositosis Mikroba di Dalam Sel……………………………. 48

Gambar 21. Diagram % Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun

Namnam dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol

Positif……….......................................................................... 53

Gambar 22. Diagram Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun

Namnam dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol

Positif……………………….................................................. 53

Page 119: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Analisis Kualitatif Fitokimia Cynometra cauliflora L………......... 9

Tabel 2. Komposisi Kimia Propolis Sebagai Imunomodulator…................. 13

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Propolis dan Ekstrak Metanol DaunNamnam……….……………..…………………………………… 36

Tabel 4. Hasil Uji Viabilitas Makrofag………….………………………… 46

Tabel 5. Nilai Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C.Cauliflora L.) dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif……………………………………………………………… 51

Tabel 6. Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C.Cauliflora L.) dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif……………………………………………………………… 52

Page 120: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian………………………………………... 71

Lampiran 2. Bagan Ekstraksi Daun Namnam……………………………. 72

Lampiran 3. Bagan Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcusepidermidis…………………………………………………... 73

Lampiran 4. Bagan Penyiapan Makrofag dari Peritoneum Tikus………… 74

Lampiran 5. Cara Penghitungan Jumlah Makrofag dalam Hemositometer. 75

Lampiran 6. Bagan Uji Fagositosis……………………………………….. 76

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Fagositosis………………… 77

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Uji Kapasitas Fagositosis………………... 78

Lampiran 9. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas FagositosisEkstrak Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif …….…………………………………………………. 79

Lampiran 10. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas FagositosisPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif ……… 82

Lampiran 11. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Kapasitas FagositosisEkstrak Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan KontrolPositif ……………………………………………………….. 85

Lampiran 12. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Kapasitas FagositosisPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif ……… 88

Lampiran 13. Bahan Utama Penelitian…………………………...………. 91

Lampiran 14. Proses Dalam Penelitian…………………….....………....... 92

Page 121: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia penggunaan obat-obatan tradisional sudah dikenal sejak

ratusan tahun yang lalu dan makin populer dengan makin berkembangnya industri

obat tradisional. Meskipun masyarakat sebagai konsumen mengakui adanya

dampak positif dari konsumsi obat-obatan tersebut, namun bukti ilmiah dari

manfaatnya tetap diperlukan dan tidak dapat dilupakan kemungkinan adanya efek

samping dan efek samping penggunaan obat-obatan tersebut (Sjahrurachman et

al., 2004).

Berbagai macam penyakit dapat masuk ke dalam tubuh tergantung pada

sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem imun tidak bekerja optimal, tubuh akan

rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mempengaruhi daya tahan tubuh,

misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan, gaya hidup sehari-hari, stres,

umur dan hormon (Suhirman dan Winarti, 2007).

Adanya senyawa-senyawa kimia yang dapat meningkatkan efektivitas

sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun. Industri

kesehatan biasanya menggunakan produk alami sebagai alternatif untuk formulasi

terapi medis konvensional (allopathic) dalam rangka pengobatan berbagai

penyakit (Margaretha, 2012). Dengan demikian, upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kekebalan tubuh oleh agen imunomodulator/imunostimulan yang

Page 122: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

2

bekerja sebagai adjuvant untuk pengobatan konvensional (Sarisetyaningtyas et al.,

2006).

Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai

imunomodulator. Imunomodulator adalah bahan yang dapat mengembalikan dan

memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang

fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2002). Usaha pencarian tanaman yang

berkhasiat sebagai imunomodulator dapat diawali dari penggunaannya secara

empiris. Beberapa pendekatan dilakukan dari berbagai aspek seperti etnobotani,

etnofarmasi, etnofarmakologi dan etnomedis dilanjutkan dengan test secara in

vitro (Suhirman dan Winarti, 2007).

Menurut Parmer et al. (1997) dan Grotewold (2006), golongan senyawa

alkaloid, senyawa fenolat, flavonoid, isoflavonoid, dan triterpen diketahui

bermanfaat sebagai antikanker dan imunomodulator. Penelitian lain telah

dilakukan oleh Kustiawan (2012) mengenai imunomodulator dari ekstrak etanol

daun sirih merah yang mengandung senyawa golongan neolignan dapat

meningkatkan indeks fagositosis makrofag, diketahui sebagai imunostimulan.

Isolasi dilakukan dan didapat dua isolat yaitu 2-allyl-4-(1’-hydroxy-1’-(3”,4”,5”-

trimethoxyphenyl)propoan- 2’-yl)-3,5-dimethoxycyclohexa-3,5-dienone dan isolat

2 yakni 2-allyl-4-(1’-acetyl-1’-(3”,4”,5”-trimethoxyphenyl) propan-2’-yl)-3,5-

dimethoxycyclohexa-3,5-dienone. Selain itu, salah satu bahan obat tradisional

yakni tempuyung mengandung senyawa flavonoid (luteolin-7-O-glikosida,

apigenin-7-O-glikosida dan kaempferol) yang diduga dapat digunakan sebagai

imunomodulator (Nugroho, 2012). Penggunaan suatu imunomodulator dianggap

Page 123: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

3

penting terutama jenis imunomodulator yang memberikan efek pada sistem

kekebalan tubuh dan dapat membantu meringankan kelainan klinis yang dapat

ditimbulkan oleh suatu penyakit (Abraham et al., 2008; Cuningham et al., 2014).

Salah satu bahan alam Indonesia yang diduga mempunyai potensi sebagai

imunomodulator adalah tanaman namnam (Cynometra cauliflora L.), merupakan

keluarga fabaceae atau leguminosae, Sebagian besar tanaman golongan tersebut

adalah sumber senyawa flavonoid baik dalam bentuk flavonoid, isoflavonoid,

efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan mencegah pembentukan anion

superoksida misalnya senyawa isorhamnetin dan rhamnazin (Tringali, 2001).

Aziz dan Iqbal (2013) menyebutkan bahwa total fenolik dan flavonoid

tanaman namnam pada bagian daun merupakan bagian yang terbaik sebagai

sumber antioksidan, yaitu kadar total fenolik sebesar 1180,47 – 1831,47 mg

GAE/g dan kadar total flavonoid sebesar 21,96 – 33,63 mg GAE/g. Penelitian lain

juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun namnam (Cynometra cauliflora)

memiliki kandungan total fenolik, flavonoid, vitamin C dan β-karoten yang tinggi

(Sumarlin et al, 2015). Sifat antioksidan dan beberapa senyawa yang

dikandungnya inilah yang memungkinkan adanya potensi sebagai

imunomodulator (Kurniasih et al., 2015).

Selain tanaman namnam, salah satu bahan alam lain yang diyakini secara

empiris mempunyai banyak khasiat dan relatif aman adalah propolis. Propolis

adalah bahan alami tidak beracun dikumpulkan oleh lebah dari berbagai sumber

tanaman, telah digunakan sejak dahulu kala diantaranya sebagai obat tradisional,

biokosmetik, dan makanan kesehatan (Bankova, 2000; Palombo, 2011; Parolia et

Page 124: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

4

al., 2010). Propolis merupakan antibiotik karena mempunyai kandungan

flavonoid, yaitu bahan aktif yang berfungsi sebagai antiperadangan dan antivirus.

Propolis juga dapat berperan sebagai antitumor, dapat merangsang sistem

kekebalan secara langsung dan melepaskan unsur yang merespon imunitas seluler

melalui mekanisme fagositosis (Wade, 2005).

Secara kimia, propolis mengandung bahan kimia kompleks yang sangat

kaya berbagai imunomodulator yang potensial berupa asam fenolat dan flavonoid

yang memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Cafeic

Acid Phenethyl Esther (CAPE) yang memiliki aktivitas sebagai imunomodulator

juga terkandung didalamnya (Challem, 2004). Missima et al. (2007) menyebutkan

senyawa dalam tanaman yang dihinggapi lebah juga menentukan senyawa di

dalam propolis. Salah satu yang berhasil diisolasi adalah senyawa baccharis oxide

((3S)-2,3-epoxy-2,3-dihydrosqualene) dan friedelanol yang dapat meningkatkan

produksi H2O2. Berasal dari tanaman Baccharis dracunculifolia DC sebagai

sumber utama propolis asal Brazil. Hasil menunjukkan efek stimulasi pada

makrofag. Namun penyelidikan lebih lanjut diharapkan memberikan kotribusi

pemahaman yang lebih baik mengenai aksi imunomodulator dari senyawa

metabolit sekunder ini.

Dengan demikian, diduga bahwa ekstrak metanol daun namnam dan

propolis berkhasiat sebagai imunomodulator. Hal inilah yang mendasari perlunya

dilakukan penelitian terhadap kemampuan ekstrak metanol daun namnam dan

propolis sebagai imunomodulator yang dilakukan pengujian secara terpisah.

Page 125: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

5

Informasi mengenai sifat imunomodulator dalam penelitian ini akan

diukur berdasarkan pengukuran nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

secara in vitro. Nilai aktivitas fagositosis ditetapkan dengan menghitung makrofag

aktif sedang memfagosit bakteri. Makrofag yang dipakai berasal dari cairan

peritoneum tikus galur Spreague Dawley dengan bakteri Staphylococcus

epidermidis sebagai antigen. Sementara itu, penetapan nilai kapasitas fagositosis

dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri yang difagosit oleh makrofag aktif

dalam proses fagositosis tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak metanol daun namnam dan propolis memiliki efek

imunomodulator terhadap kemampuan aktivitas dan kapasitas fagositosis

makrofag peritoneum tikus?

1.3 Hipotesis

Ekstrak metanol daun namnam dan propolis memiliki kemampuan sebagai

imunomodulator dilihat dari peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel

makrofag peritoneum tikus.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

imunomodulator ekstrak metanol daun namnam dan propolis dengan

meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag peritoneum tikus.

Page 126: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan data mengenai hasil identifikasi

kemampuan ekstrak metanol daun namnam dan propolis sebagai imunomodulator

untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Page 127: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Namnam (C. cauliflora L.)

Cynometra cauliflora dikenal dengan nama lokal yaitu namnam. Berasal

dari bahasa Yunani kynos, kyon yang berarti anjing, dan metra yang berarti rahim.

Mengacu pada bentuk polong-polongan dan namnam termasuk ke dalam keluarga

leguminose (Quattrochi, 2000). Pohon namnam mempunyai tinggi antara 3-10

meter. Batangnya tegak, bulat, berwarna abu-abu kecoklatan, dan berbonggol-

bonggol. Daun namnam majemuk dengan sepasang anak daun berbentuk lonjong

dengan panjang antara 5 sampai 15 cm, berwarna putih atau merah jambu terang

ketika masih muda, dan berubah menjadi hijau tua mengkilat ketika tua. Bunga

namnam majemuk terdiri dari 4-5 tandan yang tumbuh di batang dan cabang,

bunga namnam berukuran kecil berwarna merah muda atau putih dengan mahkota

berbentuk lanset berwarna putih. Buah namnam berbentuk ginjal keriput yang

ujungnya meruncing dan daging buah yang tebal, tumbuh di batang hingga dekat

ke tanah, berwarna coklat atau kekuningan dengan permukaan yang kasar (Heyne,

1987).

Gambar 1. Daun Namnam (Dokumentasi Pribadi)

Page 128: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

8

Biasanya tanaman ini tumbuh di dataran rendah tropis yang lembab,

namun juga dapat tumbuh dengan baik di iklim dengan musim kemarau yang

berbeda dan tahan terhadap angin (Rabeta dan Faraniza, 2013). Menurut orang

terdahulu tanaman ini memiliki banyak sifat gizi dan obat dan dianggap sebagai

buah yang kurang dimanfaatkan (Ikram et al., 2009).

Sebagian besar tanaman golongan fabaceae atau leguminosae merupakan

sumber senyawa flavonoid baik dalam bentuk flavonoid, isoflavonoid, maupun

neoflavonoid yang dilaporkan efektif menghambat peroksidasi asam linoleat dan

mencegah pembentukan anion superoksida misalnya senyawa isorhamnetin dan

rhamnazin (Tringali, 2001). Hasil test secara in vitro dari favonoid golongan

flavones dan flavonols telah menunjukkan adanya respon imun (Hollman et al.,

1996). Golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol

mempunyai bioaktifitas sebagai imunostimulant agent (Wagner, 1985).

(1) (2)

(3) (4)

Page 129: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

9

(5)

Gambar 2. Struktur senyawa (1) flavonoid, (2) isorhamnetin, (3) rhamnazin, (4)flavon, dan (5) flavonol (Tringali, 2001)

Tanaman famili fabaceae atau leguminosae juga dilaporkan sebagai

penghasil senyawa fenolik yang tersubstitusi gugus hidroksil khususnya golongan

oligostilbenoid (memiliki struktur yang terdiri dari rantai C6-C2-C6). Senyawa

golongan oligostilbenoid tersebut telah dilaporkan mempunyai beberapa keaktifan

biologis yang sangat menarik, seperti antioksidan, anti-HIV, antibakteri,

antifungal, dan antihepatotoksik sitotoksik, inhibitor enzim 5α-reduktase, dan

enzim asetilkolinesterase. (Kristanti et al., 2006).

Komponen bioaktif yang terdapat pada bagian-bagian tanaman namnam

berbeda-beda (Aziz dan Iqbal, 2013). Hal ini dapat dilihat dalam (tabel 1) analisis

kualitatif fitokimia Cynometra cauliflora L.

Tabel 1. Analisis Kualitatif Fitokimia Cynometra cauliflora L. (Aziz dan Iqbal, 2013)Batang Daun tua Kulit Pohon Daun muda

Tanin + + + +Pilobatanin - - - -Saponin + + + +Flavonoid + + + +Terpenoid + + - +Glikosida kardiak - + + +

Keterangan: + : terdeteksi; - : tidak terdeteksi

Page 130: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

10

Sukandar dan Amelia (2013) menyatakan senyawa 1-metilurasil

terkandung di dalam ekstrak etanol buah namnam yang bersifat sebagai

antibakteri, memiliki komponen utama 5-hidroksimetilfurfural, dan memiliki

aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 328,29 ppm. Flavonoid

merupakan antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E sehingga

mampu merangsang kekebalan tubuh (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Berdasarkan data analisa GC-MS, senyawa yang diduga bersifat

antioksidan dalam ekstrak etanol buah namnam antara lain gliserol, dimetil malat,

H-Piran-4-on, 2,3-dihidro-3,5-dihidroksi-6, Vitamin D3, 5-hidroksimetilfurfural,

Asam kojat, Trimetil sitrat, Etil ptalat, Asam 2-okso siklopentanakarboksilat,

Asam palmitat, Metil linoleat dan Asam linoleat. Senyawa-senyawa tersebut

termasuk ke dalam jenis senyawa fenolik dan asam-asam organik polifungsional

yang merupakan senyawa aktif antioksidan (Sukandar dan Amelia, 2013).

Gambar 3. Komponen Utama Ekstrak Etanol Buah Namnam (5-hidroksimetilfurfural)(Sukandar dan Amelia, 2013)

Sumarlin et al. (2015) menyatakan bahwa kadar total fenolik yang

terkandung dalam ekstrak metanol daun namnam adalah sebesar 267,6897 mg

GAE/g, total flavonoid sebesar 12,5850 mg QE/g, vitamin C sebesar 201,6848 mg

AA/g, dan kadar β-karoten sebesar 1,013 βCE/g. Tingginya kadar fenolik,

flavonoid, dan vitamin C pada ekstrak metanol daun namnam tersebut

menyebabkan tingginya aktivitas antioksidan. Sifat antioksidan dan beberapa

Page 131: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

11

senyawa yang dikandungnya inilah yang memungkinkan adanya potensi sebagai

imunomodulator. Antioksidan bersifat imunomodulator, yaitu menguatkan sel-sel

yang sehat untuk menghadang kanker. Mekanisme yang sudah berhasil diungkap

adalah sitotoksik (penghambatan siklus pembelahan sel) dan induksi apoptosis

(merangsang proses bunuh diri sel kanker) (Kurniasih et al., 2015).

2.2 Propolis

Propolis adalah bahan alami yang dihasilkan oleh lebah dan telah

digunakan sejak peradaban Mesir dan Yunani kuno yang diakui kualitas

penyembuhannya terhadap berbagai penyakit. Hippocrates, pendiri kedokteran

modern, menggunakannya untuk penyembuhan luka dan bisul internal maupun

eksternal (Parolia et al., 2010). Propolis berasal dari kata Yunani, yakni pro

berarti pertahanan dan polis berarti kota, sehingga propolis bermakna pertahanan

kota atau pertahanan sarang lebah. Propolis atau lem lebah adalah nama generik

yang diberikan untuk bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai jenis

tumbuhan, terutama dari bagian kuncup dan daun tumbuhan tersebut. Lebah

kemudian mencampur bahan resin ini dengan enzim yang disekresikan dari

kelenjar saliva lebah, membentuk propolis (Bankova et al., 2000; Hady dan

Hegazi, 2002).

Umumnya propolis berwarna kuning sampai coklat tua tergantung pada

asal bahan baku pembuatannya. Pada suhu 25-45oC, propolis adalah berupa zat

yang lunak, lentur dan sangat lengket, kurang dari 15oC, dan terutama ketika beku

atau di dekat titik beku, ia menjadi keras dan rapuh, di atas 45oC, akan semakin

Page 132: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

12

lengket dan bergetah. Biasanya propolis akan menjadi cair pada 60-70oC, tetapi

untuk beberapa sampel titik lebur mungkin setinggi 100oC. Secara kimia, propolis

mengandung bahan kimia kompleks yang sangat kaya berbagai imunomodulator

yang potensial berupa asam fenolat dan flavonoid yang memiliki banyak manfaat

untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE)

yang memiliki aktivitas sebagai imunomodulator juga terkandung di dalamnya

(Challem, 2004).

Gambar 4. Struktur Kimia Cafeic Acid Phenethyl Esther (CAPE)

Penelitian lain menyebutkan bahwa senyawa dalam tanaman yang

dihinggapi lebah juga menentukan senyawa di dalam propolis. Salah satunya yang

berhasil diisolasi adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3-dihydrosqualene)

dan friedelanol dapat meningkatkan produksi H2O2. Berasal dari tanaman

Baccharis dracunculifolia DC sebagai sumber utama propolis asal Brazil. Hasil

menunjukkan efek stimulasi pada makrofag. Namun penyelidikan lebih lanjut

diharapkan memberikan kotribusi pemahaman yang lebih baik mengenai aksi

imunomodulator dari senyawa metabolit sekunder ini (Missima et al., 2007).

Gambar 5. Struktur Kimia adalah baccharis oxide ((3S)-2,3-epoxy-2,3

dihydrosqualene) (Biosyc Database Collection/http://www.biocyc.org)

Page 133: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

13

Gambar 6. Struktur Kimia Friedelanol (Kamperdick et al., 1997)

Komposisi senyawa utama propolis dalam beberapa pengujian imunologi

dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Komposisi Senyawa Propolis Sebagai Imunomodulator (Sforcin, 2007)Kajian Imunologi Komponen Utama

Jalur klasik dan alternatif padasistem komplemen

Asam fenolik dan esternya, alkoholfenolik, aldehid dan keton, flavonoid,hidrokarbon aromatik, kumarin(Ivanovska et al., 1995)

Penyebaran makrofag dan mortalitas Asam klorogenat (Tatefuji et al., 1996)Aktivasi makrofag Asam p-kumarin dan benzopiran,

minyak esensial, asam aromatik, di-dan triterpenoid (Orsi et al., 2000)

Poliferasi limfosit Asam p-kumarin dan benzopiran,minyak esensial, asam aromatik, di dantriterpenoid (Sa-Nuns et al., 2003)

Produksi antibodi CAPE (Park et al., 2004)Antibodi dan Produksi IFN-ɣ Senyawa fenolik, asam sinamat,

flavonoid (pinobanksin, kaemferol)(Park et al., 2004; Fischer et al., 2007)

Krell (1996) menyatakan bahwa propolis dapat berfungsi memperbaiki

kondisi patologi bagian tubuh yang sakit, bekerja sebagai antioksidan dan

antibiotik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh baik humoral maupun

seluler karena mengandung flavonoid sekitar 15%.

Page 134: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

14

2.3 Hewan Uji Rattus novergicus

Menurut Adiyati (2011), hewan coba merupakan hewan yang

dikembangbiakkan untuk digunakan sebagai hewan uji coba. Tikus sering

digunakan pada berbagai macam penelitian medis selama bertahun-tahun. Hal ini

dikarenakan tikus memiliki karakteristik genetik yang unik, mudah berkembang

biak, murah serta mudah untuk mendapatkannya. Tikus merupakan hewan yang

melakukan aktivitasnya pada malam hari (nocturnal).

Tikus putih (Rattus norvegicus) atau biasa dikenal dengan nama lain

Norway Rat berasal dari wilayah Cina dan menyebar ke Eropa bagian barat (Sirois

2005). Pada wilayah Asia Tenggara, tikus ini berkembang biak di Filipina,

Indonesia, Laos, Malaysia, dan Singapura (Adiyati, 2011). Tikus putih merupakan

strain albino dari Rattus norvegicus. Tikus memiliki beberapa galur yang

merupakan hasil pembiakkan sesama jenis atau 15 persilangan.

Menurut Sirois, tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley

termasuk ke dalam hewan mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini

yaitu bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus ini tebal dan

pendek dengan rambut halus. Mata tikus putih berwarna merah. Ciri yang paling

terlihat adalah ekornya yang panjang (lebih panjang dibandingkan tubuh). Bobot

badan tikus jantan pada umur dua belas minggu mencapai 240 gram sedangkan

betinanya mencapai 200 gram. Tikus memiliki lama hidup berkisar antara 4-5

tahun dengan berat badan umum tikus jantan berkisar antara 267 – 500 gram dan

betina 225 – 325 gram.

Page 135: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

15

2.4 Bakteri Uji Staphylococcus epidermidis

Bakteri Staphylococcus epidermidis digunakan sebagai antigen.

Penggunaan antigen yaitu bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh

(Suhirman dan Winarti, 2007). Bakteri tersebut adalah yang paling sering

Staphylococcus coagulasenegative (CNS) diisolasi dari infeksi aliran darah

(Pechorsky et al., 2009). Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram

positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak

teratur, diameter 0,8 - 1,0 μm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni

berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada

pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan

pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut

Staphylococcus albus, koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol (Warsa, 1994).

Gambar 7. Staphylococcus epidermidis di Bawah Pengamatan Mikroskop Perbesaran400x

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan anggota flora normal pada

kulit manusia, saluran respirasi dan gastrointestinal, juga terdapat pada kulit,

selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui

kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et

Page 136: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

16

al., 2001). Fase log bakteri Staphylococcus epidermidis dengan jumlah sel 109

cfu/ml terjadi tepat pada jam ketiga (Utami, 2009).

2.5 Kontrol Pembanding

Sebagai kontrol pembanding yang digunakan adalah stimuno, terbuat dari

herbal asli Indonesia yaitu meniran (Phyllanthus niruri L.). Stimuno digunakan

untuk memperbaiki sistem imun, membantu merangsang tubuh memproduksi

lebih banyak antibodi, dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan

tubuh bekerja optimal. Berbagai penelitian praklinis dan klinis telah dilakukan

mengenai tanaman ini sehingga kini diproduksi secara komersial.

Meniran banyak mengandung berbagai unsur kimia sebagai berikut, lignan

yang terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetralin, lintretalin, nirathin,

nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside. Terpen terdiri dari cymene,

limonene, lupeol, lupeol acetate. Flavonoid terdiri dari quercetin, quercitrin,

isoquercitrin, astragalin, rutine, dan physetinglucoside. Lipid terdiri dari

ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, dan linolenic acid.

Benzenoid berupa methylsalicilate. Steroid berupa beta-sitosterol. Alcanes berupa

triacontacal dan triacontanol. Komponen lainnya berupa tanin, vitamin C, dan

vitamin K. Serta banyak mengandung mineral terutama kalium, damar dan zat

penyamak (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Akar dan daun Phyllantus niruri Linn. mengandung suatu senyawa pahit

dan beracun. Senyawa tersebut diduga merupakan suatu alkaloida. Alakaloid

terdiri dari norscurinine, 4-metoxy-norsecurinine, entnorsecurinina, nirurne,

phyllantin, dan phyllochrysine. Akar dan daun meniran juga kaya senyawa

Page 137: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

17

flavonoid antara lain quercetin, quercetrin, isoquercetrin, astragalin, dan rutin.

Dari minyak bijinya telah di identifikasi beberapa asam lemak yaitu asam

risinoleat, asam linoleat, asam linolenat (Chairul, 2003).

Khasiat meniran berkaitan erat dengan senyawa-senyawa yang terkandung

di dalamnya, yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu mempunyai kandungan

utama senyawa golongan flavonoid . Flavonoid merupakan antioksidan yang lebih

kuat dibandingkan dengan vitamin E sehingga mampu merangsang kekebalan

tubuh (Kardinan dan Kusuma, 2004).

Gambar 8. Daun Meniran Gambar 9. Produk Komersil MengandungEkstrak Meniran

Riset tentang meniran sebagai imunomodulator pertama kali dilakukan

oleh (Thabrew) 1991 dimana ekstrak meniran mampu meningkatkan aktivitas

sistem komplemen melalui jalur klasik (Sriningsih dan Wibowo, 2009). Meniran

yang terkandung didalamnya mempunyai manfaat sebagai imunostimulan yang

dapat memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu. Secara klinis

imunomodulator digunakan pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain

pada kasus keganasan HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain

(Sjahrurachman, 2004). Karena sifatnya sebagai imunostimulator kuat, ekstrak

Phyllanthus niruri L lebih bermanfaat digunakan sebagai imunoterapi atau terapi

adjuvant mendampingi obat-obat kanker yang lain, terutama kanker yang

Page 138: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

18

diinduksi oleh virus, walaupun penelitian pendahuluan sebagai obat kanker telah

banyak dibuktikan dari komponen yang terdapat di dalam tumbuhan ini (Ma’at,

2004).

Tanaman meniran banyak digunakan untuk hepatitis, infeksi saluran

kencing, serta untuk merangsang keluarnya air seni (diureticum), untuk

penyembuhan diare, infeksi saluran pencernaan dan penyakit yang disebabkan

karena gangguan fungsi hati. Buahnya berasa pahit, digunakan untuk luka dan

scabies. Akar segar digunakan untuk pengobatan hepatitis. Daun digunakan untuk

penambahan nafsu makan dan antipiretik (Sudarsono, 1996).

2.6 Sistem Imun

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan

tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi ''serangan'' dari luar tubuh kita.

Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas. Antigen

bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Kelak mekanisme inilah yang

akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikroorganisme seperti bakteri,

virus, jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun tidak

bekerja optimal, tubuh akan rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mem-

pengaruhi daya tahan tubuh. Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan,

gaya hidup sehari-hari, stres, umur dan hormon (Suhirman dan Winarti, 2007).

Sistem imun terdiri dari sekelompok sel dan substansi yang ditemukan di

dalam tubuh yang mampu mempertahankan diri kita terhadap infeksi, penyakit

kanker, dan senyawa yang asing bagi tubuh manusia. Sebagian besar pemain

utama dalam sistem imun adalah sel-sel yang berasal dari prekursor di dalam

Page 139: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

19

sumsum tulang yang bersirkulasi di dalam darah dan masuk ke dalam jaringan

apabila dibutuhkan. Sel-sel ini terbentuk dari sel-sel punca (stem cells) yang

berdiferensiasi menjadi sel-sel matur berdasarkan tipe turunan (lineage) seluler

dan faktor pertumbuhan yang ada (Sears et al., 2011). Sel dan molekul yang

bertanggung jawab atas imunitas disebut sistem imun dan respon komponennya

secara bersama dan terkoordinasi disebut respon imun (Kresno, 2001).

Sistem imun terdiri dari dua sistem, yaitu imun alami (non spesifik) dan

imun spesifik. Pada sistem imun non spesifik terdapat sel-sel yang berperan salah

satunya adalah makrofag. Makrofag inilah yang nantinya sebagai efektor pada

sistem imun, berperan untuk memusnahkan kuman/patogen yang akan merusak

tubuh (Harijanto, 2000), baik melalui mekanisme fagositosis langsung maupun

melalui mekanisme tak langsung dengan melepaskan ROI dan sitokin (Wijayanti,

2000). Dengan peningkatan reactive oxygen intermediste (ROIs), makrofag

menghasilkan reactive nitrogen intermediates dengan bantuan enzyme seperti

hydrolitic enzyme, defensins (cationic protein), lysozyme, lactoferrin dan nitric

oxide synthase (iNOS). ROIs (reactive oxygen intermediates) yaitu suatu

metabolit oksigen mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis. Ikatan mikroba

dengan sel fagositosis terjadi fusi dengan lisosom membentuk fagolisosom

(Abbas & Lichtman, 2005). Dengan terbentuknya fagolisosom, reseptor fagosit

yang mengikat mikroba mengirimkan sinyal yang mengaktifkan beberapa enzim

dalam fagolisosom. (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Enzim tersebut di atas

mengubah oksigen menjadi superoxide anion, hydroxylradicals, single oxygen,

myeloperoxidase, hydrogen peroxide (H2O2) yang dapat berinteraksi sehingga

Page 140: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

20

menghasilkan metabolit oksigen yang toksik yang dapat digunakan untuk

membunuh kuman (Abbas & Lichtman, 2005).

Tiga garis pertahanan tubuh yang saling bekerja sama untuk melawan

patogen, dua diantaranya bersifat non spesifik, yaitu tidak membedakan satu agen

infeksi dengan agen infeksi lainnya. Garis pertama pertahanan non spesifik itu

bersifat eksternal, yang terdiri atas jaringan epitelium yang menutupi dan melapisi

tubuh kita (kulit dan membran mukosa) beserta sekresi yang dihasilkannya. Garis

pertahanan non spesifik kedua bersifat internal, pertahanan ini dipicu oleh sinyal

kimiawi dan melibatkan sel-sel fagositik dan protein anti mikroba yang

menyerang agen infeksi yang telah menembus rintangan tubuh bagian luar.

Munculnya peradangan merupakan suatu tanda bahwa garis pertahanan kedua

telah diaktifkan. Garis pertahanan ketiga adalah sistem kekebalan. Sistem

kekebalan mulai memainkan perannya secara bersamaan dengan garis pertahanan

kedua, tetapi ia merespon dengan cara yang spesifik terhadap mikroorganisme

tertentu, sel-sel tubuh yang menyimpang, toksin, dan zat-zat lain yang ditandai

oleh molekul asing. Jadi mikroba yang menyerang masuk ke dalam tubuh harus

menembus rintangan eksternal yang dibentuk oleh kulit dan membran mukosa,

yang menutupi permukaan tubuh. Jika berhasil melakukan hal tersebut, patogen

itu harus menghadapi garis pertahanan non spesifik kedua, yaitu mekanisme yang

saling berinteraksi dan meliputi fagositosis, respon peradangan, dan protein

antimikroba. Sementara mikroorganisme sedang diserang oleh sel-sel fagositik,

respon peradangan, dan protein antimikroba, mikroorganisme itu tanpa bisa

Page 141: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

21

dihindarkan akan menghadapi limfosit, yang merupakan sel kunci dalam sistem

kekebalan-garis pertahanan ketiga (Campbell et al., 2004).

Sistem imun dapat dipengaruhi oleh makanan, agen farmakologis, polusi

lingkungan, dan bahan kimia alami (bahan alam) seperti vitamin dan flavonoid

(Middleton, 2000). Menurut kaidah keilmuaan yang berlaku, segala informasi

yang berhubungan dengan kandungan senyawa aktif dan mekanisme kerjanya

yang terkandung dalam bahan alam menjadi sangat penting dalam upaya

pengembangan bahan alam sebagai imunostimulator (Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan, 2000; Safitri, 2000).

2.7 Fagositosis dan Makrofag

Fagositosis adalah proses tiga-tahap yang meliputi memasukkan antigen

target ke dalam fagosom intrasel, menyatukannya (fusi) dengan granul sitoplasma,

dan membunuhnya dengan pemecahan oksidatif (oxidative burst) (Sears et al.,

2011). Proses fagositosis merupakan bagian dari proses imun non-spesifik dan

memainkan peran pada pertemuan pertama antara hospes dengan benda asing.

Mekanisme fagositosis dapat dilihat pada gambar 10.

Page 142: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

22

Gambar 10. Mekanisme fagositosis (Talaro, 2008)

Makrofag mempunyai peran dalam sistem pertahanan tubuh terhadap

benda asing. Sel-sel monosit yang diproduksi dalam sumsum tulang akan masuk

ke pembuluh darah. Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaran

darah ke tempat tujuan di berbagai jaringan untuk berdiferensiasi sebagai

makrofag. Sel ini bekerja dengan bantuan antibody menghancurkan benda asing.

Makrofag peritoneal bebas dalam cairan peritoneum. Lisosom merupakan badan

sel yang mampu melakukan proses lisis. Lisosom banyak sekali terdapat di dalam

sel-sel pertahanan tubuh, seperti sel-sel leukosit dan makrofag (Baratawidjaja,

1988; Sadikin, 2002).

Fungsi makrofag dalam fagositosis meliputi aktivitas membunuh,

menghancurkan dan mengeliminasi antigen dari tubuh, makrofag berfungsi pula

sebagai Antigen Precenting Cell (APC) yang menghancurkan antigen dan

komponen antigen yang dihancurkan akan berinteraksi dengan sistem imun

Page 143: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

23

spesifik. Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas

berbagai bahan diantaranya lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin yang

seemuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan non spesifik dan spesifik.

Makrofag sangat dikhususkan untuk melaksanakan fungsi penelanan dan

penghancuran semua benda-benda berupa partikel dengan proses fagositosis.

Proses fagositosis terkadang dipermudah oleh antibodi karena partikel-partikel

yang diselimuti antibodi ditelan secara lebih efisien. Komplemen suatu seri

protein serum dalam reaksi berurutan dapat juga terlibat sebagai penguat

fagositosis (Sunaryo et al., 2007).

2.8 Imunomodulator

Imunomodulator secara umum didefenisikan sebagai senyawa yang dapat

meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non

spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral (Kresno, 2001).

Imunomodulator adalah bahan yang dapat mengembalikan dan memperbaiki

sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya

berlebihan (Baratawidjaja, 2002).

Imunomodulator (bersifat mitogen yaitu menaikkan proliferasi sel yang

berperan pada imunitas) ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung,

misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon

atau enzim lisosomal untuk meningkatkan fagositosis mikro (granulosit) dan

fagositosis makro (makrofag) (Mathilda, 1987).

Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui

imunorestorasi, imunostimulasi, dan imunosupresi. Imunorestorasi dan

Page 144: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

24

imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan

imunosupresi disebut down regulation (Baratawidjaja, 2002).

1) Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun

yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti

immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune

Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi

sumsum tulang, hati dan timus (Baratawidjaja, 2002).

2) Imunostimulasi

Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-

kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun

seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan

tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu

efekumumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik,

dan keganasan terutama yang melibatkan sistem lifatik (Mathilda, 1987).

Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu imunostimulan biologi dan

sintetik. Beberapa contoh imunostimulan biologi adalah sitokin, antibodi

monoklonal, jamur dan tanaman obat (herbal). Sedangkan imunostimulan sintetik

yaitu levamisol, isoprinosin dan muramil peptidase (Djauzi, 2003).

Page 145: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

25

3) Imunosupresi

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.

Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi

penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan

atau gejala sistemik, seperti autoimun atau autoinflamasi (Baratawidjaja, 2002).

Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut:

1. Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.

2. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.

3. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.

4. Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek

samping farmakologik yang merugikan.

5. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.

2.9 Uji Fagositosis

Pengujian imunomodulator untuk melihat aktivitas dan kapasitas

fagositosis dengan menggunakan makrofag yang berasal dari peritoneum tikus

dilakukakan penetapan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis.

Nilai aktivitas fagositosis adalah jumlah makrofag yang secara aktif

melakukan fagositosis dalam 100 makrofag dengan banyaknya makrofag yang

dinyatakan dalam persen (Sriningsih dan Wibowo, 2006). Sedangkan nilai

kapasitas fagositosis adalah jumlah bakteri yang ditetapkan berdasarkan yang

difagosit oleh 50 makrofag aktif.

Page 146: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga Desember 2015.

Tempat pelaksanaannya di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) dan Laboratorium

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gelas piala,

erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk, neraca analitik, penggiling (blender),

aluminium foil, plastik tahan panas, eksikator, kandang hewan uji, alat bedah

steril (papan bedah, gunting, pisau bedah, pinset), spuit steril, kaca objek, pipet

volume, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, jarum ose, bunsen, botol

vial, mikropipet, tip mikropipet, vortex, sentrifus, incubator, shaker incubator,

rotary evaporator, refrigerator, hemositometer, autoklaf, Laminar Air Flow

(LAF), spektrofotometer UV-Vis Perkin Eimer, dan mikroskop kamera.

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah daun namnam (C. cauliflora L.) dan

propolis yang diproduksi dari lebah Trigona sp. (asal Sulawesi Tengah). Bahan

kimia untuk uji fitokimia yaitu, HCl 2%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,

aquades, serbuk Mg, FeCl3 1%, NaOH 2N, pereaksi Libermann-Burchard. Bahan

Page 147: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

27

pelarut untuk ekstraksi daun namnam adalah metanol (p.a). Bahan-bahan yang

digunakan untuk uji imunomodulator yaitu makrofag yang berasal dari

peritoneum tikus (Rattus novergicus) galur Spreague dawley berbobot 170-280

gram, diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, bakteri

sebagai antigen adalah Staphylococcus epidermidis yang didapat dari

laboratorium mikrobiologi Universitas Indonesia. Bahan-bahan untuk uji

fagositosis antara lain stimuno sebagai larutan pembanding, medium Nutrient

Agar (NA), Nutrient Broth (NB), larutan Giemsa 4%, larutan biru tripan, larutan

Phosphat Buffered Saline (PBS) pH 7,8 steril, etanol 70%, metanol (p.a), eter,

aquadest steril, asam asetat 0,1 M, dan EDTA 0,2 M.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Ekstraksi Daun Namnam

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 2 kg

serbuk kering daun namnam dimaserasi dengan pelarut metanol sebanyak 7 liter

selama 24 jam, disaring, sehingga diperoleh filtrat pertama. Kemudian residu daun

namnam dimaserasi kembali dengan pelarut metanol sebanyak 3,5 L selama 9

jam. Disaring kembali, diperoleh filtrat kedua, selanjutnya filtrat yang diperoleh

dicampur dan dipekatkan di dalam rotary evaporator pada suhu 45-50oC sehingga

diperoleh ekstrak kental (Lampiran 2).

Page 148: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

28

3.3.2 Preparasi Larutan Sampel Uji

3.3.2.1 Preparasi Larutan Sampel Ekstrak Daun Namnam

Ekstrak yang diperoleh dalam proses sebelumnya ditimbang sebanyak 100

mg kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest steril. Diambil 10 ml dan

dimasukkan ke dalam botol vial steril (konsentrasi 1000 ppm). Pembuatan larutan

konsentrasi 100 ppm, dipipet 1 ml dari larutan induk pertama (1000 ppm),

dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril. Selanjutnya dipipet 1 ml dari larutan

induk kedua (100 ppm), dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril (konsentrasi 10

ppm).

3.3.2.2 Preparasi Larutan Sampel Propolis

Sampel propolis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang

diproduksi dari lebah Trigonal sp. (asal Sulawesi Tengah). Diambil sebanyak 67

µl propolis, dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril dan ditempatkan di dalam

botol vial (konsentrasi 1000 ppm). Kemudian dipipet 1 ml dari larutan induk

pertama (1000 ppm) untuk membuat larutan konsentrasi 100 ppm, dilarutkan ke

dalam 10 ml aquadest steril. Selanjutnya dipipet 1 ml dari larutan induk kedua

(100 ppm), dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest steril (konsentrasi 10 ppm).

3.3.3 Uji Fitokimia Propolis (Harborne, 1987)

Bahan yang diuji fitokimia dalam penelitian ini hanya propolis. Sampel

propolis komersil yang dijual dipasaran kemudian diuji fitokimia untuk

mengidentifikasi kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid,

saponin, kuinon, dan tanin.

Page 149: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

29

3.3.3.1 Uji Alkaloid

Sebanyak 4 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Ditambahkan 0,5 ml HCl 2% setelah itu divortex dan dibagi ke dalam 2 tabung.

Tabung pertama ditambahkan 2-3 tetes Reagen Dragendorff (positif alkaloid jika

terdapat endapan jingga). Sedangkan tabung kedua ditambahkan 2-3 tetes Reagen

Mayer (positif alkaloid jika terdapat endapan kuning).

3.3.3.2 Uji Flavonoid

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml HCl 2% (positif flavonoid jika

timbul busa dan berwarna bening-oranye).

3.3.3.3 Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan beberapa tetes Reagen Lieberman-Burchard ke dalam

tabung tersebut (positif triterpenoid jika terbentuk cincin kecoklatan atau violet

dan positif steroid jika berwarna hijau).

3.3.3.4 Uji Kuinon

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 2-3 tetes NaOH 2N ke dalam tabung tersebut dan dikocok

(positif kuinon jika berwarna merah).

Page 150: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

30

3.3.3.5 Uji Tanin

Sebanyak 2 ml sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1% ke dalam tabung tersebut dan dikocok

(positif tanin jika berwarna hijau kehitaman atau biru tinta).

3.3.3.6 Uji Saponin

Sebanyak 1 gram sampel propolis dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 5 ml dan dipanaskan dalam penangas

air selama 5 menit. Cairan yang diperoleh disaring dan didiamkan sampai agak

dingin. Setelah itu dikocok sampai timbul busa (positif saponin jika busa tersebut

stabil selama 10 menit).

3.3.4 Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Sterilisasi alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada proses uji imunomodulator dan penyiapan

medium termasuk tabung reaksi, botol vial, gelas piala, tip mikropipet, pipet

volumetrik, serta bahan-bahan yang akan digunakan seperti medium Nutrient

Agar (NA), Nutrient Broth (NB), aquadest, larutan PBS (Phosphate buffered

saline) disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan

ruangan yang akan digunakan dipastikan dalam keadaan steril, lampu UV pada

Laminar Air Flow dinyalakan selama ± 2 jam sebelum digunakan (Harley, 2002).

2) Penyiapan medium

Medium yang digunakan pada pembiakan dan peremajaan bakteri adalah

Nutrient Agar (NA). Medium ini dibuat dengan melarutkan 0,5 gram sebuk NA ke

Page 151: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

31

dalam 125 ml aquadest dan dipanaskan sampai mendidih hingga semua serbuk

larut. Kemudian dimasukkan masing-masing sebanyak 8 ml ke dalam tabung

reaksi dan ditutup rapat menggunakan kapas penutup, lalu disterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Medium didinginkan dalam posisi

miring, setelah mengeras, medium siap digunakan.

Pembuatan suspensi bakteri dilakukan menggunakan medium Nutrient

Broth (NB). Medium ini dibuat dengan mencampurkan 2 gram serbuk (NB) ke

dalam 250 ml aquadest dan dipanaskan sampai mendidih hingga semua serbuk

larut. Kemudian dimasukkan ke dalam 4 gelas Erlenmeyer ukuran 100 ml dan 250

ml masing-masing sebanyak 30 ml; 30 ml; 90 ml; dan 90 ml. Ditutup rapat

menggunakan kapas penutup. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama

15 menit. Setelah dingin, medium siap untuk digunakan (Harley, 2002).

3) Pembuatan inokulum aktif

Kultur stok bakteri Staphylococcus epidermidis diinokulasi ke dalam

medium Nutrient Agar (NA) miring untuk peremajaan. Diinkubasi pada suhu

30oC selama 24 jam. Selanjutnya diambil 1 ose, ditanam ke dalam 30 ml medium

Nutrient Broth (NB), dikocok dalam shaker incubator dengan kecepatan 120 rpm

pada suhu 30oC selama 24 jam.

Sebanyak 10 ml bakteri tersebut dimasukkan ke dalam 90 ml medium

Nutrient Broth (NB) dan dikocok dengan shaker incubator (120 rpm, 30oC)

hingga mencapai umur aktif (fase midlog) dari bakteri S. epidermidis (3 jam).

Lalu diambil peletnya dengan cara disentrifus 3000 rpm selama 1 jam, kemudian

ditambahkna 10 ml larutan PBS steril. Kekeruhannya diukur dengan

Page 152: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

32

spektrofotometer UV-Vis pada λ= 580 nm dan disesuaikan hingga diperoleh

suspensi dengan transmitan 25% (setara dengan 109 sel/mL) (Chairul, 2009;

Ranjith, 2008). Bagan pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis

dapat dilihat pada (Lampiran 3).

3.3.5 Penyiapan Makrofag (Sriningsih, 2006)

Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama 14 hari untuk penyesuaian

lingkungan. Saat akan dibedah tikus dieutanasia dengan memasukkan ke dalam

toples berisi kapas yang telah diberi eter. Setelah mati, kulit bagian abdomennya

dibersihkan dengan etanol 70% dan dibedah dengan cara digunting. Membran

peritoneum diusap dengan etanol 70% kemudian digunting sedikit lagi hingga

terbuka rongga peritoneumnya. Ke dalam rongga tersebut diteteskan larutan PBS

kurang lebih sebanyak 3 ml. Dipijat-pijat selama 2-3 menit, kemudian cairan

peritoneum disedot dengan spuit dan dimasukkan ke dalam botol vial steril.

Jumlah makrofag disetarakan dengan alat hemositometer, hingga didapatkan

populasi 107 sel makrofag/ml (Lampiran 4).

3.3.6 Uji Viabilitas (Chairul, 2009; Ranjith, 2008)

Uji viabilitas makrofag dihitung menggunakan alat hemasitometer. Uji

viabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya hidup makrofag.

Perhitungan dipermudah dengan mencampurkan larutan biru tripan, sel

hidup (tidak terwarnai) dan sel mati (terwarnai) oleh biru tripan (Gambar 17).

Dihitung jumlah sel makrofag yang hidup dan jumlah makrofag total. Hasilnya akan

digunakan untuk pengujian selanjutnya.

Page 153: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

33

Persen viabilitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

%Aktivitas= Jumlah makrofag aktif x 100% jumlah makrofag keseluruhan. Nilai

viabilitas tidak boleh kurang dari 95%.

3.3.7 Uji Fagositosis (Sriningsih, 2006)

Sebanyak 200 µl makrofag, 200 µl suspensi bakteri, 200 µl sampel uji

dimasukkan ke dalam botol vial steril kemudian diinkubasi selam 30 menit pada

suhu 37oC. Sebagai kontrol positif digunakan 200 µl makrofag, 200 µl suspensi

bakteri, 200 µl larutan pembanding stimuno yang mengandung ekstrak meniran

dengan konsentrasi yang sama dengan larutan uji. Sebagai kontrol negatif

digunakan 200 µl makrofag, 200 µl suspensi bakteri, 200 µl aquadest. Selanjutnya

ditambah 50 µl larutan EDTA 0,2 M (Lampiran 6).

Masing-masing dibuat preparat ulas pada kaca objek kemudian difiksasi

dengan metanol selama 6 menit dan dikeringakan dengan cara dilewatkan ke

nyala api bunsen. Dilakukan pewarnaan dengan mencelupkan ke dalam larutan

pewarna Giemsa 4% selama 45 menit. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan

asam 1 % sebanyak 4 kali dan dibilas dengan aquadest mengalir. Dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan. Preparat ulas yang sudah siap diamati di bawah

mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Dihitung jumlah makrofag aktif

(aktivitas) serta jumlah bakteri yang dimakan oleh makrofag aktif (kapasitas),

yaitu dengan cara:

Page 154: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

34

1) Nilai aktivitas fagositosis makrofag

Nilai aktivitas fagositosis ditetapkan berdasarkan banyaknya jumlah

makrofag yang aktif melakukan proses fagositosis dari 100 makrofag yang

dinyatakan dalam persen (%).

Jumlah makrofag aktifAktivitas fagositosis = x 100 %

Jumlah total makrofag

2) Nilai kapasitas fagositosis makrofag

Dipilih 50 makrofag aktif secara acak, kemudian dihitung jumlah bakteri

yang difagositosis oleh setiap makrofag. Nilai kapasitas fagositosis ditetapkan

berdasarkan jumlah bakteri Staphylococcus epidermidis yang difagositosis oleh 50

sel makrofag aktif.

3.3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat adanya perbedaan aktivitas

dan kapasitas fagositosis makrofag dari masing-masing kelompok perlakuan.

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program pengolahan

data statistik SPSS 20. Pada analisis data ini, ditentukan terlebih dahulu

normalitas data dari setiap variabel, dilanjutkan dengan uji parametik ANOVA

satu arah dengan taraf signifikansi 95%. Apabila ada perbedaan yang bermakna

maka dilajutkan dengan uji LSD.

Page 155: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi Daun Namnam

Ekstraksi dilakukan untuk memisahkan senyawa organik dalam filtrat dan

menarik senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam sampel dengan

menggunakan sejumlah pelarut. Metode ekstrasi dalam penelitian ini adalah

metode maserasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut

dengan perendaman, pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Departemen Kesehatan, 2000).

Pemilihan metode ini yaitu karena alat-alat yang digunakan sederhana, proses

pengerjaannya mudah, dan dapat menghindari rusaknya senyawa yang tidak tahan

terhadap pemanasan.

Daun namnam yang diperoleh dari daerah Pangandaran, Jawa Barat

terlebih dahulu dikeringkan lalu dihancurkan hingga menjadi serbuk. Selanjutnya

dimaserasi dan dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental. Penggunaan metanol

diharapkan ekstrak lebih efisien dalam mengekstrak senyawa antioksidan pada

bagian tanaman dibandingkan dengan ekstrak aquades (Rabeta dan Faraniza,

2013). Selain itu metanol merupakan senyawa volatil, mudah dipisahkan dari

ekstrak dan sifat kelarutannya yang luas dapat melarutkan hampir semua senyawa

organik yang terkandung dalam sampel, baik yang bersifat polar maupun non

polar (Yu et al., 2009). Rendemen hasil ekstrak metanol daun namnam yang

diperoleh adalah sebanyak 5,36%.

Page 156: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

36

4.2 Hasil Uji Fitokimia

(Tabel 3) menunjukkan kandungan senyawa kimia propolis Trigona sp.

dan ekstrak metanol daun namnam. Meski telah banyak pengujian kandungan

senyawa kimia propolis pada penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini tetap

dilakukan pengujian fitokimia yaitu propolis yang digunakan berasal dari

Sulawesi Tengah. Sampel tersebut diperoleh dari produk yang sudah dijual secara

komersil (Lampiran 13). Sementara uji fitokimia ekstrak metanol daun namnam

telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya oleh Sumarlin et al. (2015), hasil

dapat dilihat pada (Tabel 3) sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Propolis dan Ekstrak Metanol Daun NamnamGolongan Senyawa Hasil

Propolis *Ekstrak Metanol DaunNamnam

Alkaloid + -Flavonoid + +Triterpenoid dan steroid + +Kuinon + +Tanin - +Saponin - +

Sumber: *(Sumarlin et al., 2015)

Pengujian fitokimia senyawa alkaloid propolis menunjukkan hasil positif

yang ditandai dengan adanya endapan jingga jika ditambah pereaksi Dragendorff

dan endapan kuning (ditambah pereaksi Mayer). Pengujian fitokimia senyawa

alkaloid ekstrak metanol daun namnam menunjukkan hasil negatif. Prinsip

metode analisis ini adalah reaksi pengendapan yang terjadi karena adanya

penggantian ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada

alkaloid dapat mengganti ion iodo dalam pereaksi Dragendorff (Gambar 11). Ion

logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada

Page 157: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

37

alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Untuk senyawa

alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan

bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk

kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Gambar 12).

Gambar 11. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Dragendorff (Svehla,1990)

Gambar 12. Reaksi Uji Alkaloid Pereaksi Mayer (Svehla, 1990)

Hasil positif juga ditunjukkan pada uji fitokimia senyawa flavonoid

propolis dengan terbentuknya warna oranye. Penambahan asam klorida pekat

menyebabkan terjadinya protonasi flavonoid (Gambar 13). Namun, asam klorida

kurang reaktif jika dibandingkan dengan asam bromida bila direaksikan dengan

alkohol primer pada flavonoid. Oleh karena itu, diperlukan katalis berupa serbuk

Mg untuk mempercepat reaksi sehingga terbentuk garam flavilium hasil reduksi

yang berwarna warna merah, kuning, atau jingga (Robinson, 1995).

Page 158: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

38

Gambar 13. Reaksi Pengujian Fitokimia Flavonoid (Achmad, 1986)

Flavonoid adalah golongan senyawa yang paling banyak disebutkan dalam

penelitian mengenai imunomodulator karena diduga senyawa tersebut yang

bertanggung jawab sebagai efek demikian. Penelitian sebelumnya menyebutkan

bahwa flavonoid memiliki efek imunosupresan dalam respon poliferasi limfosit

(You et al., 1998). Sejak propolis diketahui mengandung flavonoid, hal ini perlu

dipelajari dari efek yang telah dilaporkan tersebut (Bankova, 1998). Flavonoid

berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan

merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis. Flavonoid

meningkatkan aktivitas Il-2 dan poliferasi limfosit. Sel T helper (CD4+) akan

mempengaruhi poliferasi limfosit kemudian menyebabkan sel Th1 (sel yang

membunuh mikroba) teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi kemudian akan

mempengaruhi molekul-molekul yang dapat mengaktifkan makrofag. Aktivasi

Page 159: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

39

makrofag dapat dilihat salah satunya dengan meningkatnya proses fagositosis

makrofag dan meningkatnya produksi nitrit oksida (Lyu et al., 2005).

Pengujian fitokimia senyawa triterpenoid/steroid propolis menunjukkan

hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau. Perubahan warna

tersebut dikarenakan terjadinya oksidasi pada golongan senyawa terpenoid/steroid

melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi Reaksi dapat dinyatakan

sebagai berikut (Gambar 14).

Gambar 14. Reaksi Pengujian Fitokimia Terpenoid (Siadi, 2012)

Pengujian kandungan kuinon dilakukan dengan penambahan NaOH yang

ditandai perubahan warna merah jika positif kuinon (Gambar 15).

Page 160: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

40

Gambar 15. Reaksi Pengujian Fitokimia Kuinon (Winarno, 2008)

Identifikasi senyawa tanin dalam propolis menunjukkan hasil negatif.

Adanya tanin akan terbentuk warna hijau kehitaman setelah ditambahkan larutan

FeCl3, karena tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk senyawa kompleks

(Harborne, 1987). Reaksi antara senyawa tanin dengan FeCl3 dilihat pada

(Gambar 16).

Gambar 16. Reaksi Pengujian Fitokimia Tanin (Marliana, 2005)

Page 161: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

41

Uji saponin propolis tidak menunjukkan hasil positif. Jika adanya senyawa

tersebut, ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil selama 10 menit. Hal itu

menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan buih dalam air yang

terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Setyowati et al., 2014).

Reaksi dilihat pada (Gambar 17).

Gambar 17. Reaksi Hidrolisis Saponin dalam Air (Setyowati et al., 2014)

Saponin memproduksi sitokin seperti interleukin dan interferon yang

berperan dalam efek imunostimulan. Interleukin dan interferon akan bereaksi

dengan antigen (benda-benda asing) yang masuk ke dalam tubuh (Tizard, 1988).

Saponin dalam jumlah normal berperan sebagai immunostimulator, sedangkan

dalam jumlah yang melebihi batas normal saponin akan berperan sebagai

immunosupresor (zat yang menekan/menurunkan sistem imun) (Francis et al.,

2002).

Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat

meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari golongan flavonoid, kurkumin,

limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol) dan katekin. Menurut Wagner (1985)

Page 162: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

42

golongan senyawa polisakarida, terpenoid, alkaloid dan polifenol mempunyai

bioaktifitas sebagai imunostimulant agent.

Berdasarkan kandungan senyawa yang dimiliki oleh ekstrak metanol daun

namnam dan propolis, efek imunomodulator kedua sampel uji diduga disebabkan

oleh adanya kandungan senyawa golongan flavonoid sebagai komponen utama,

sebagaimana halnya kontrol positif yang mengandung ekstrak meniran

(Phyllanthus niruri L.). Selain itu, senyawa tanin dapat mempengaruhi aktivitas

fisiologi manusia seperti menstimulasi sel fagosit, antitumor, dan antiinfeksi (Haslam,

1996). Flavonoid juga telah dilaporkan berpengaruh pada sifat antioksidan melalui

aktivitas scavenging dan kelating (Sumarlin et al., 2015).

Aksi imunomodulator erat kaitannya dengan sifat suatu bahan alam yaitu

sebagai antioksidan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa bagian daun dari tanaman

namnam merupakan sumber terbaik antioksidan (Aziz dan Iqbal, 2013). Fungsi sel

imun berkaitan dengan generasi Reactive Oxygen Species (ROS) atau oksigen

radikal bebas yang turut serta dalam aktifitas mikrobisidal dari fagosit, aktifitas

sitotoksik atau respon limfoproliferatif terhadap mitogen. Kelebihan jumlah dari

ROS dapat mengancam sel-sel imun, karena dapat menyerang komponen seluler

dan menyebabkan kerusakan dan kematian sel dengan cara mengoksidasi lipid,

protein, karbohidrat membran serta asam nukleat. Efek ini dapat dicegah dengan

cara menetralisir ROS dengan kompleks antioksidan. Antioksidan memegang

peranan penting dalam memelihara sel-sel imun dan menjaganya dari stres

oksidatif. Beberapa penelitian saat ini menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi

antioksidan dapat menyebabkan terjadinya penyakit dan dalam hal ini antioksidan

bekerja sebagai imunostimulan (Fuente et al., 2000 dan Estany et al., 2007).

Page 163: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

43

Marquez et al. (2004) dalam penelitiannya mengevaluasi aktivitas

imunosupresi senyawa Caffeic acid phenethyl ester (CAPE) di dalam sel T

manusia, ditemukan bahwa senyawa fenolik adalah inhibitor kuat pada gerakan

cepat atau lambat dalam reseptor sel T dan media aktivasi sel T. Meskipun

demikian, secara spesifik CAPE menghambat kedua transkrip (IL-2) dan sintesis

(IL-2) dalam menstimulasi sel T. Selanjutnya untuk menandai mekanisme

penghambatan oleh senyawa CAPE pada tingkat traskripsi, mereka memeriksa

ikatan DNA dan aktivitas transkripsi nuclear factor (NF)-B, nuclear factor

mengaktivasi sel (NFAT), dan faktor transkripsi pengaktivasi protein-1 (AP-1)

dalam sel Jurkat. Mereka menemukan bahwa senyawa CAPE menghambat

aktivitas transkripsi (NF)-B (nuclear factor-Kappa B yaitu mediator sentral

imun) secara langsung tanpa mempengaruhi degradasi sitoplasma penghambatan

protein (NF)-B, IB-B. Meskipun kedua ikatan NF-B menuju DNA dan aktivitas

transkripsi dari sebuah protein hybrid Gal4-p65 telah diatasi dalam penanganan

oleh senyawa CAPE pada sel Jurkat. Selanjutnya, CAPE menghambat kedua

ikatan DNA dan aktivitas transkripsi NFAT, hasil menunjukkan korelasi dengan

kemampuannya untuk menghambat phorbol 12-myristate 13-acetate ditambah

ionomycin menginduksi defosforilasi NFAT1. Mereka menyatakan bahwa temuan

ini memberikan wawasan baru yang melibatkan mekanisme tingkat molekuler

dalam aktivitas antiinflamasi dan imunomodulator oleh senyawa bahan alam.

Menurut Dimov et al. (1991), propolis memodulasi sistem imun non

spesifik melalui aktivasi makrofag, juga mampu memodulasi secara in vivo dan in

vitro produksi C1q oleh makrofag sebagai fungsi reseptor komplemen secara

Page 164: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

44

langsung maupun melalui sitokin. Penelitian lainnya dinyatakan oleh Moriyasu et

al. (1994) bahwa propolis menstimulasi sitokin seperti IL-1ɣ and TNF-α oleh

makrofag peritoneum tikus.

Aktivitas suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun tidak

tergantung pada ukuran molekul tertentu. Efek ini dapat diberikan baik oleh

senyawa dengan berat molekul yang kecil maupun oleh senyawa polimer. Karena

itu usaha untuk mencari senyawa semacam ini hanya dapat dilakukan dengan

metode uji imunbiologi saja. Termasuk di sini adalah metode in vitro dan in vivo,

di mana dapat diukur pengaruh senyawa bersangkutan pada fungsi dan

kemampuan sistem mononuklear, demikian pula kemampuan terstimulasi dari

limfosit B dan T (Barbuto et al., 2003; Patil et al., 2011).

Kandungan flavonoid, seperti halnya karotenoid, menurut penelitian yang

telah ada, berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor serta dengan

terbukti meningkatkan respon imun walaupun masih banyak kontroversi yang

dijumpai. Kontroversi ini terjadi karena mekanisme aktivasinya belum dapat

dijelaskan (Robinovict, 1995).

Mathilda (1987) menyebutkan telah berhasil diisolasi dua heteroglikan

asam yang larut air dari Echinacea purpurea (BM 35.000 dan 450.000) yang

kemungkinan bekerja sebagai imunomodulator. Keduanya terdiri dari berbagai

gula dalam perbandingan dan ikatan tertentu. Senyawa ini menstimulasi

fagositosis, bekerja kuat pada limfosit T dan menginduksi produksi interferon.

Hubungan struktur-aktivitas polisakarida juga sedang diteliti oleh para ahli.

Page 165: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

45

Senyawa yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi lebih berkhasiat

daripada senyawa dengan berat molekul yang rendah dan bangun yang linier.

Penelitian mengenai aktivitas imunostimulan menunjukkan bahwa ada

korelasi antara struktur dan aktivitas senyawa bahan alamnya. Beberapa senyawa

kimia memiliki kemampuan imunostimulan dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok yaitu senyawa dengan berat molekul rendah (alkil amida, senyaw

fenolik, alkaloid, kuinon, saponin, sesquiterpenoid, di- , tri-terpenoid) dan

senyawa dengan berat molekul tinggi (Wagner, 1999).

4.3 Hasil Uji Viabilitas Makrofag

Setelah pengambilan makrofag yang diperoleh dari cairan peritoneum

tikus galur Spreague Dawley, dilakukan uji viabilitas. Hewan percobaan tikus

(Rattus novergicus) dengan galur Spreague Dawley digunakan pada penelitian ini

karena bersifat lebih kuat, mudah didapat, dan sering digunakan dalam penelitian,

terutama diharapkan memperoleh cairan peritoneum yang lebih banyak. Selain itu,

juga memiliki fungsi fisiologis dan metabolisme dalam tubuh tikus yang hampir

identik dengan manusia (Adiyati, 2011).

Kehilangan viabiliti sesuatu sel disebabkan karena kehilangan intergriti

membran (McGahon et al., 1995). Sel-sel yang mati akan menyerap zat warna

biru tripan oleh karena susunan atau integritas membran selnya telah rusak

sehingga biru tripan akan masuk melalui lubang-lubang membran sel ke dalam sel

(sitoplasma) (Yulinery dan Hidayat, 2012). Bagi sel yang hidup pula kelihatan

cerah dan bersinar (McGahon et al., 1995) (Gambar 18).

Page 166: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

46

Tabel 4. Hasil Uji Viabilitas MakrofagUlangan Jumlah Sel Yang

HidupJumlah Sel Yang

MatiViabilitas (%)

I 1507 28 98,17II 1283 30 97,71

Rata-rata 97,94 ± 0,3

Hasil uji viabilitas yang dinyatakan dalam persen menunjukkan bahwa daya

hidup sel yang diuji adalah sebesar 97,94% (Tabel 4). Hasil ini memenuhi syarat

untuk digunakan ke tahap selanjutnya karena persyaratan nilai viabilitas makrofag

telah terpenuhi yaitu tidak boleh kurang dari 95% (Chairul, 2009). Jika

dibandingkan dengan beberapa uji viabilitas lain hasil ini juga cukup tinggi

diantaranya Yulinery dan Nurhidayat (2012) dengan ekstrak fermentasi beras

memiliki viablitas 97,09% dan Febriansyah (2009) yang menguji ekstrak metanol

daun dan kulit batang Rhodamnia cinerea Jack memiliki viabilitas 97,16%.

Gambar 18. Uji Viabilitas Makrofag Tikus (Rattus novergicus)

Page 167: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

47

4.4 Hasil Uji Fagositosis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator dari

bahan alam yaitu tanaman namnam (C. cauliflora L.) dan propolis asal Sulawesi

Tengah. Metode yang digunakan yaitu berdasarkan penetapan nilai aktivitas dan

kapasitas fagositosis makrofag tikus (Rattus novergicus) terhadap bakteri

Staphylococcus epidermidis (Gambar 19). Makrofag yang berasal dari cairan

peritoneum tikus galur Spreague Dawley akan diuji kemampuannya terhadap

bakteri Staphylococcus epidermidis yang digunakan sebagai antigen. Penetapan

nilai kapasitas fagositosis dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri yang

difagosit oleh makrofag aktif dalam proses fagositosis tersebut (Gambar 19).

Gambar 19. Makrofag (1) Aktif Sedang Memfagosit Bakteri; (2) Tidak AktifMemfagosit; (3) Bakteri Yang Sedang Difagosit Oleh Makrofag

Proses fagositosis terjadi melalui beberapa tingkat yaitu kemotaktis,

menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan, dan mencerna. Kemotaktis

adalah pergerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respons terhadap berbagai

faktor seperti produk bakteri dan faktor kimiawi yang dilepas pada aktivasi

1

3

2

Page 168: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

48

komplemen. Antibodi seperti halnya dengan komplemen (C3b) dapat

meningkatkan opsonisasi. Opsonin adalah molekul besar yang diikat dan dapat

dikenal oleh reseptor permukaan sel fagosit makrofag, sehingga meningkatkan

efisiensi fagositosis. Makrofag mengekspresikan banyak reseptor permukaan yang

dapat menelan mikroba. Bila sudah ditelan, membran tertutup, partikel digerakkan

ke sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang mengandung bakteri atau

bahan lain asal ekstraseluler yang disebut fagosom. Di dalam sel terdapat enzim

lisosom yang diperlukan untuk memecah bahan yang ditelan (antigen), bersatu

dengan fagosom membentuk fagolisosom memungkinkan terjadinya degradasi

oleh reactive oxygen species (ROS) dan NO sehingga terjadi degradasi oleh

makrofag (Baratawidjaja & Rengganis, 2010).

Gambar 20. Fagositosis Mikroba Di Dalam Sel (Baratawidjaja & Rengganis, 2010)

Page 169: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

49

Makrofag cocok untuk studi fagositosis karena makrofag dianggap sebagai

salah satu sel fagosit yang paling primitif dari sistem kekebalan tubuh nonspesifik

(Zalikoff et al., 1991 ; Silva et al., 2002 cit Jensch-Junior et al., 2006). Fagositosis

makrofag banyak digunakan sebagai parameter imunologi untuk mengevaluasi

kesehatan/fungsi kekebalan tubuh (Jensch-Junior et al., 2006). Melalui toll like

receptor (TLR) makrofag dapat secara langsung kontak dengan patogen termasuk

imunogen dari tanaman sehingga menjadi aktif (Finlay, 2010). Peningkatan

aktifitas makrofag ditandai dengan perubahan bentuk, perubahan biokimiawi,

serta perubahan fungsi dari makrofag untuk menilai peningkatan sistem imun

(Ulya, 2012; Baratawidjaja, 2006).

Bakteri Staphylococcus epidermidis dilibatkan sebagai antigen. Bakteri

tersebut termasuk jenis gram positif yang mampu mengikat pewarna Giemsa

sehingga dapat memudahkan dalam pembacaan sel di bawah mikroskop. Bakteri

tersebut juga tidak bersifat patogen dan tidak mengandung protein A, yaitu protein

yang bersifat antifagositik sehingga tidak dapat menghindar dari fagositik

makrofag peritoneum dan tidak bersifat virulen (Sriningsih, 2006). Penggunaan

pewarna Giemsa memberikan keuntungan yaitu dapat membedakan morfologi inti

sel dan/ atau sitoplasma (Garcia,1999). Sebagai kontrol pembanding yaitu

stimuno yang mengandung ekstrak meniran. Aquades digunakan sebagai kontrol

negatif/normal.

Hasil analisis data pendahuluan aktivitas dan kapasitas fagositosis ekstrak

metanol daun namnam dan propolis yang diperoleh menunjukkan bahwa data

tersebar secara normal. Kemudian hasil ANOVA menunjukkan bahwa ada

Page 170: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

50

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan, maka selanjutnya data hasil

pengamatan aktivitas dan kapasitas fagositosis kedua sampel uji dilakukan

analisis statistik uji LSD untuk membandingkan hasil antar perlakuan (Lampiran

9) (Lampiran 10) (Lampiran 11) (Lampiran 12).

Berdasarkan hasil analisis statistik uji LSD menunjukkan bahwa nilai

aktivitas fagositosis ekstrak metanol daun namnam pada setiap konsentrasi

berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif (Lampiran 9). Nilai presentase

aktivitas fagositosis kontrol negatif sebesar 56% dengan nilai kapasitas 487, dapat

dilihat pada (Tabel 5). Kontrol negatif hanya diberi perlakuan menggunakan

aquadest. Terjadi peningkatan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis sampel

ekstrak metanol daun namnam dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil

menunjukkan nilai aktivitas fagositosis tertinggi sampel ekstrak metanol daun

namnam yaitu pada konsentrasi 1000 ppm dengan nilai kenaikan presentase

aktivitas fagositosis sebesar 30%. Meskipun masih lebih kecil dari hasil kontrol

positif dengan kenaikan sebesar 37% (Tabel 5). Pada konsentrasi 10000 ppm,

hasil pengamatan tidak terdeteksi karena kondisi sampel terlalu pekat sehingga

menyebabkan seluruh medan pandang tertutup oleh larutan sampel uji. Sedangkan

berdasarkan penetapan nilai kapasitas fagositosis ekstrak metanol daun namnam,

hasil tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi 1 ppm dengan kenaikan nilai

kapasitas fagositosis sebesar 383 (Tabel 6). Hasil optimal efek imunomodulator

sampel ekstrak metanol daun namnam ditetapkan pada konsentrasi 1000 ppm

dengan nilai aktivitas sebesar 86% (Tabel 5) dan nilai kapasitas 689 (Tabel 6),

meskipun dalam penetapan nilai kapasitas fagositosis tertinggi dicapai pada

Page 171: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

51

larutan uji konsentrasi 1 ppm. Kemudian nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis

ekstrak metanol daun namnam dibandingkan dengan kontrol positif menunjukkan

tidak adanya perbedaan secara bermakna yang berarti sampel uji memiliki efek

yang sama dengan kontrol positif sebagai imunomodulator.

Tabel 5. Nilai Aktivitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C. Cauliflora L.)dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Konsentrasi(ppm)

%Aktivitas FagositosisKN KP EDN P Kenaikan %Aktivitas

EDN P0 56 ± 3.51 80 ± 9.8* 95 ± 1.4* 24 3910 79 ± 3.5* 67 ± 6.3* 23 11100 83 ± 1.4* 86 ± 4.2* 27 301000 93 ± 0.7* 86 ± 2.1* 93 ± 0* 30 3710000 - 96 ± 0.7* - 40

Keterangan: *) Memberikan perbedaan yang bermakna (signifikan) dibandingkan kontrol negatif; KN = Kontrol Negatif;KP = Kontrol Positif; EDN = Ekstrak metanol daun namnam; (-) = tidak terdeteksi

Sementara itu, nilai aktivitas fagositosis sampel propolis juga

menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan kontrol negatif, ditunjukkan

berdasarkan hasil analisis statistik uji LSD (Lampiran 10). Hasil menunjukkan

nilai aktivitas fagositosis tertinggi sampel propolis yaitu pada konsentrasi 10000

ppm dengan nilai kenaikan presentase aktivitas fagositosis sebesar 40%.

Meskipun demikian, tetapi terjadi penurunan pada nilai kapasitasnya dibanding

kontrol negatif. Hasil analisis statistik uji LSD menunjukkan dalam pengamatan

nilai kapasitas fagositos hanya sampel propolis perlakuan konsentrasi 1000 ppm

yang berbeda secara signifikan dibanding dengan kontrol negatif (Lampiran 12).

Oleh karena itu, hasil optimal efek imunomodulator sampel propolis ditetapkan

pada konsentrasi 1000 ppm dengan nilai aktivitas sebesar 93% (Tabel 5) dan nilai

kapasitas 1621 (Tabel 6).

Page 172: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

52

Tabel 6. Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak Metanol Daun Namnam (C. Cauliflora L.)dan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Konsentrasi(ppm)

Nilai Kapasitas FagositosisKN KP EDN P Kenaikan Nilai

KapasitasEDN P

0 487 ± 9.81 870 ± 88 790 ± 140 383 30310 788 ± 87 592 ± 7 301 105100 697 ± 82 1035 ± 16 210 5481000 1106 ± 62* 689 ± 10 1621 ± 437* 202 113410000 - 322 ± 49 - -165Keterangan: *) Memberikan perbedaan yang bermakna (signifikan) dibandingkan kontrol negatif; KN = Kontrol Negatif;

KP = Kontrol Positif; EDN = Ekstrak metanol daun namnam; (-) = tidak terdeteksi

Perbedaan yang signifikan tidak terlihat pada penetapan nilai kapasitas

fagositosis antara seluruh perlakunan konsentrasi sampel uji ekstrak metanol daun

namnam jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil juga menunjukkan

semakin tinggi konsentrasi larutan uji ekstrak metanol daun namnam terjadi

penurunan nilai kapasitas fagositosis. Sementara pada sampel uji propolis hanya

perlakuan konsentrasi 1000 ppm yang menunjukkan perbedaan secara signifikan

dengan kontrol negatif. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan data tidak

terdistribusi homogen. Sebab lain adalah kendala teknis dalam penghitungan

bakteri secara manual menggunakan mikroskop. Makrofag yang padat terisi

bakteri seringkali dijumpai saat pengamatan sehingga sulit menghitung jumlahnya

secara tepat dalam medan pandang mikroskop (Gambar 19). Kondisi ini dapat

teratasi jika menggunakan alat khusus yang dapat menghitung jumlah bakteri

secara otomatis menggunakan instrumen fluorosence microplate reader (Wagner

dan Jurcic, 1991).

Perbandingan antara sampel ekstrak metanol daun namnam dengan

propolis yaitu nilai presentase aktivitas fagositosis propolis lebih tinggi daripada

sampel ekstrak metanol daun namnam pada setiap konsentrasi. Begitu juga

Page 173: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

53

dengan nilai kapasitas fagositosis sampel propolis lebih tinggi dibanding sampel

ekstrak metanol daun namnam. Diagram perbandingan keduanya dapat dilihat

dalam (Gambar 21) (Gambar 22).

Gambar 21. Diagram % Aktivitas Fagositosis Ekstrak metanol daun namnam danPropolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Gambar 22. Diagram Nilai Kapasitas Fagositosis Ekstrak metanol daun namnamdan Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Page 174: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

54

Ada beberapa mekanisme yang dimungkinkan menyebabkan terjadinya

peningkatan aktivitas fagositosis. Kemungkinan pertama adalah faktor opsonin.

Pada saat opsonin membungkus partikel asing tersebut akan terjadi pengikatan

dengan permukaan fagosit. Kemungkinan kedua adanya reseptor pola pengenalan

(pattern recognition receptors/PRR) (Handajani, 2013). Kemungkinan yang

ketiga adalah dari kandungan yang terdapat dalam sampel uji ekstrak metanol

daun namnam dan propolis.

Aktivitas dan kapasitas fagositosis pada bahan uji berkaitan dengan

kandungan kimia yang terdapat dalam bahan uji tersebut (Chairul, 2009). Menurut

Inalci et al. (2005), beberapa komponen bioaktif yang berasal dari alam

mempunyai efek pleitropik (mempunyai beragam efek fisiologis) dan kombinasi

berbagai komponen bioaktif pada satu simplisia atau ekstrak akan memberikan

efek sinergis. Salah satu senyawa yang terdapat dalam ekstrak metanol daun

namnam dan propolis ialah flavonoid, senyawa tersebut akan berinteraksi dengan

dengan membran sel yang dapat mencegah masuknya molekul asing dan

melindungi fungsi struktur membran sel (Oteiza et al., 2006).

Flavonoid berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T

sehingga akan merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis

(Kusmardi et al., 2007). Flavonoid juga dapat berinteraksi dengan semua

membran sel (termasuk sel imun) melalui ikatan hidrogen yang berguna

mengurangi atau menekan masuknya molekul pengganggu dan melindungi stuktur

dan fungsi membran sel (Oteiza et al., 2006). Flavonoid membantu aktivitas dari

reseptor untuk mengikat partikel asing. Terdapat beberapa pengaruh flavonoid

Page 175: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

55

(imunomodulator) dalam mempengaruhi reseptor. Pertama, flavonoid dapat

mempengaruhi sel B dengan cara mengaktifkan sel T untuk menginduksi sekresi

antibodi, antibodi yang dikeluarkan dapat membantu Fc receptors dalam reaksi

opsonisasi, yaitu reaksi untuk mempermudah fagositosis karena antigen diselimuti

oleh antibodi, terutama antibodi IgG. Bagian ekor antibodi IgG yang berikatan

dengan antigen mampu mengikat reseptor di permukaan (makrofag) (Bellanti,

1993 dan Sherwood, 2001). Kedua, interaksi senyawa tersebut dengan membran

sel diduga dapat mempertajam reseptor pada Sel Kupffer (makrofag), khususnya

pada scavenger receptors yang berfungsi sebagai mediator fagositosis (Gao et al.,

2008 dan Oteiza et al., 2006).

Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan mengenai mekanisme kerja

propolis sebagai imunomodulator, meskipun hasilnya masih belum jelas (Cuesta

et al., 2005). Salah satu senyawa di dalamnya yaitu CAPE (Cafeic Acid Phenethyl

Esther), beberapa menjelaskan evaluasi secara in vitro efek propolis dalam

mengaktivasi makrofag menunjukkan propolis meningkatkan pembentukan H2O2

di dalam sel ini (Orsi et al., 2000). Ivanovska et al. (1993) meneliti efek kompleks

caffeic acid dan simanat dengan lisin, menunjukkan asam sinamat menghambat

pembentukan H2O2 oleh peritoneum makrofag, ketika caffeic acid diinduksi

dalam produksi itu. Krol et al. (1995) melaporkan bahwa flavon menghambat

secara langsung luminol-chemoluminescence murin makrofag oleh mekanisme

involusi posforilasi protein kinase C. Indikasi lainnya dari aktivasi makrofag

adalah pembentukan nitrat oksida (NO), dari L-arginin oleh sintesis nitrat oksida

(NOS) (Macfarlaane et al., 1999; Novelli, 2005). NO penting dalam mekanisme

Page 176: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

56

mikrobisida dari makrofag untuk menghambat sintesis DNA, respirasi

mitokondria dan transport aktif dalam membran fungi dan bakteri (Chan et al.,

1992; Macmicking et al., 1997). Di samping itu, NO juga merupakan

neutransmissor vasodilator penting dan mediator seluler dari perbaikan jaringan

(Chakraborty et al., 2006).

Menurut Sforcin (2007) menerangkan dalam penelitiannya bahwa aksi

propolis sebagai imunomodulator disebabkan dari produk turunan tanaman dan

isolat ekstrak dari sumber tanamannya tidak memiliki efek yang sama dalam

pengujian tersebut. Mungkin ada efek sinergis, hal ini yang menyebabkan setiap

propolis memiliki aktivitas farmakologi yang berbeda.

Menurut Sriningsih dan Wibowo pada penelitiannya tahun 2006, beberapa

penelitian efek imunitas dari ekstrak atau isolat tanaman menunjukkan bahwa efek

yang muncul sangat tergantung dari dosis uji, dimana efek

imunosupresi/sitotoksik akan muncul manakala dilakukan pada dosis besar.

Sementara efek imunostimulan akan terlihat pada dosis rendah (Wagner, 1999).

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun, sedangkan

imunostimulan bekerja dengan cara memperbaiki fungsi sistem imun

menggunakan bahan yang merangsang sistem imun (Baratawidjaja, 2006). Hal

serupa diperkuat oleh (Pinca et al., 2013) dalam penelitiannya yaitu sifat

flavonoid sebagai imunomodulator dapat berubah menjadi imunosupresan

terhadap rerata indeks daya fagosit makrofag, ketika diberikan dalam dosis yang

besar dan dalam jangka waktu yang lama.

Page 177: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

57

Dari hasil tersebut ekstrak metanol daun namnam dan propolis dapat

meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag, maka keduanya

memiliki kemampuan sebagai imunomodulator. Namun demikian, perlu adanya

penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas imunomodulator ekstrak metanol daun

namnam dan propolis. Berhubung efek imunomodulator disebabkan oleh

mekanisme sistem tubuh yang kompleks, maka perlu menggunakan metode uji

yang lebih komprehensif (Sriningsih, 2006).

Page 178: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ekstrak daun namnam dan propolis memiliki kemampuan

imunomodulator berdasarkan peningkatan aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag dibandingkan dengan kontrol negatif.

2. Sampel ekstrak daun namnam memiliki kemampuan imunomodulaor

optimal pada konsentrasi 1000 ppm (86% dan 689) dengan peningkatan

nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis (30% dan 202).

3. Sampel propolis kemampuan imunomodulaor optimal pada konsentrasi

1000 ppm (93% dan 1621) dengan peningkatan nilai aktivitas dan

kapasitas fagositosis (37% dan 1134).

4. Nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis kedua sampel ekstrak metanol

daun namnam masih dibawah kontrol pembanding yang merupakan

produk imunomodulator komersil (stimuno) (93% dan 1106), sedangkan

hasil penetapan pada sampel propolis menunjukkan hasil lebih tinggi

daripada produk komersil tersebut.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan uji toksisitas ekstrak daun namnam dan propolis untuk

mengetahui apakah sampel bersifat toksik atau tidak terhadap makrofag.

Page 179: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

59

2. Perlu dilakukan serangkaian pengujian secara in vivo lebih lanjut untuk

mengetahui jenis cara kerja imunomodulator ekstrak daun namnam dan

propolis.

Page 180: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

60

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. dan Lichtman, A.H. 2005. Cellular and Molecular Immunology Edisi4, 5. Elsevier Saunders. Philadelphia.

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta (ID): Karnunika.

Adiyati, P.N. 2011. Ragam Jenis Ektoparasit Pada Hewan Coba Tikus Putih(Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley. Bogor: Fakultas KedokteranHewan Institut Pertanian Bogor.

Aziz, A.F.A. dan Iqbal, M. 2013. Antioxidant Activity and PhytochemicalComposition of Cynometra cauliflora. Journal of Experimental andIntegrative Medicine. 3(4):337-341.

Bankova, V.S., De Castro SL, Marcucci, M.C. 2000. Propolis: recent advances inchemistry and plant origin. Apidologie. 31: 3-15.

Baratawidjaja, K.G. 1988. Imunologi Dasar. Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia

Baratawidjaja, K.G. 2002. Imunomodulasi. Dalam: Imunologi dasar. Edisi 5.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: BalaiPenerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.

Barbuto, J.A.M., Hers, E.M., Salmon, S.E. 2003. Imunofarmakologi dalamfarmakologi dasar dan klinik. Katzung BG. 6: 904-6.

Beekeeping dan Crane, E. 1988. Science, Practice and World Resourses.Heinemann London.

Bellanti, J.A..1993. Imunologi III. Diterjemahkan oleh Wahab AS, Soeripto N.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1993. hal. 1, 7-8,18.

Campbell, N.A., Reece J.B., Mitchell L.G. 2004. Biologi Edisi 5 Jilid 3. Jakarta:Erlangga.

Challem, J. 2004. Tuberculosis, Medical Journals Document Value of BeePropolis, Honey and Royal Jelly. The Nutrition Reporter 2004. Dalam:Indeks Daya Fagosit Makrofag Peritoneum Setelah Pemberian Propolis PadaMencit (Mus Musculus). Fakultas Kedokteran Universitas Islam SultanAgung (Unissula) Semarang.

Page 181: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

61

Chairul. 2009. Phagocytosis Effectivity Test of Phenylbutenoid CompoundsIsolated from Bangle (Zingiber cassumunarRoxb.) Rhizome. Journal ofBiological Diversity. 10 (1): 40-43

Chan, J., Xing, Y., Magliozzo, R.S., Blomm, B.R., 1992. Killing of VirulentMycobacterium Tuberculosis by Reactive Nitrogen Intermediates Producedby Activated Murine Macrophages. The Journal of Experimental Medicine175, 1111–1122.

Chakraborty, P.D., Bhattacharyya, D., Pal, S., Ali, N., 2006. In Vitro Induction ofNitric Oxide by Mouse Peritoneal Macrophages Treated With HumanPlacental Extracts. International Immunopharmacology 6, 100–107.

Cuesta, A., Rodr´ıguez, A., Esteban, M.A., Meseguer, J.. 2005. In Vivo Effects ofPropolis, A Honeybee Product, On Gilthead Seabream Innate ImmuneResponses. Fish & Shelfish Immunology 18, 71–80.

Cuningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J., SpongC.S., editors. William’s Obstetric. 2014. New york: McGraw Hill.; 24: 266 p

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan; 2000, Hal. 1-11.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Parameter Standar UmumEkstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat danMakanan. Hal 1-17.

Dimov, V., Ivanovska, N., Manolova, N., Bankova, V., Nikolov, N. dan Popov.1991.Immunomodulatory action of propolis: Influence on anti-infectiousprotection and macrophage function. Apidologie, 22:155-162.

Djauzi, S. 2003. Perkembangan obat imunomodulator. Med J Ked. 4(2): 13-5.

Estany, S., Palacio, J.R., Barnadas, R., Sabes, M, Iborra A, Martinez P.Antiioxidant activity of N-acetylcysteine, flavonoids and α-tocopherol onendometrial cells in culture. J Repro Immun. Elsevier. 2007; 1-10.

Febriansyah, A.R. 2009. Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Metanol Daun danKulit Batang Rhodamnia cinerea Jack Melalui Pengukuran Aktivitas danKapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritoneum Mencit Yang DiinduksiStaphylococcus epidermidis Secara In Vitro. Skripsi. Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Finlay, T. M., Abdulkhalek, S., Gilmour, A., Guzzo, C., Jayanth, P., Amith, S. R.,.Szewczuk, M. R. 2010. Thymoquinone-induced Neu4 sialidase activates

Page 182: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

62

NFkappaB in macrophage cells and pro-inflammatory cytokines in vivo.Glycoconj J, 27(6), 583-600. doi: 10.1007/s10719-010-9302-5. DalamAkrom Dan Fatimah. Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L)Meningkatkan Aktivitas Fagositosis Makrofag Tikus Betina Galur Sd(Sprague Dawley) Yang Diinduksi Dmba (7,12dimetilbenz(Α)Antrasen)Secara In Vitro. Pharmaciana, Vol. 5, No. 1, 2015: 69-76.

Fischer, G., Conceic¸ ˜ao, F.R., Leite, F.P.L., Dummer, L.A., Vargas, G.D.,H¨ubner, S.O., Dellagostin, O.A., Paulino, N., Paulino, A.S., Vidor, T.,2007. Immunomodulation produced by a green propolis extract on humoraland cellular responses of mice immunized with SuHV-1.Vaccine 25, 1250–1256.

Francis, G., Zohar K., Harinder, P.S.M., dan Klaus B. 2002. The biological actionof saponins in animal sistems. British Journal of Nutrition. 88: 587–605.

Fuente, M.D. dan Victor, V.M. 2000. Antioxidants as modulator of immunefunction. In immunology and cell biology; 78: 49-54.

Gao, J., Mitchell, L.A., Lauer, F.T., Burchiel, S.W.., 2008, p53and ATM/ATRRegulate 7,12-Dimethylbenz(a)anthracene InducedImmunosuppression,Molecular Pharmacology, 73:137.

Garcia, C.R.S.. 1999. Calcium Homeostasis and Signaling in the Blood–StageMalaria Parasite. Parasitology Today. 15. 12:488–491.

Ghisalberti, E.L. 1978. Propolis: a review., Bee Wld. 60: 59–84.

Gordaliza, M. 2007. Natural Product As Leads For anticancer Drug, ClinicalTransl. Oncology, Milan: Springer Milan 9 : 767 -776.

Grotewold, E. 2006. The Science of Flavonoids. Springer Science and BusinessMedia Inc. United States of America.

Hady, Abd El FK., dan Hegazi, A.G. 2002. Egyptian Propolis: 2. chemicalcomposition, antiviral and antimicrobial activities of east Nile Deltapropolis. Dokki, Giza, Egypt: Departments of Chemistry of Natural Productsand Parasitology. National Research Center. 57: 386-394.

Handajani, J. 2013. Minyak Atsiri Temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.,Zingiberaceae) Meningkatkan Aktivitas Fagositosis Neutrofil Terpapar A.actinomycetemcomitans. The International Symposium on Oral and DentalSciences. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern MengekstraksiTumbuhan. Terjemahan Padmawinata. K. Bandung (ID): Penerbit ITB.

Page 183: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

63

Haslam, E. 1996. Natural Polyphenols (Vegetable Tannins) as Drugs:Possiblemodes of Action. J. Nat. Prod. 59: 205-215.

Harley, J.P., Prescott, L.M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology, FifthEdition. The Mc Graw Hill Companies. San Francisco 79: 446-447.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid 1. Jakarta: Yayasan SaranaWan Jaya.

Hollman, P.C.H., M.G.L. Hertog dan M.B. Katan, 1996. Analysis and HealthEffects of Flavonoids. Food Chemistry. 57 (1) : 43-46.

Ikram, E.H.K., Eng, K.H, Jalil, A.M.M., Ismail, A., Idris, S., Azlan, A., NazriH.S.M., Diton, N.A.M., Mokhtar, R.A.M. 2009. Antioxidant capacity andtotal phenolic content of Malaysian underutilized fruit. J Food Comp Anal.22:388-93.

Inalci, M. et.al. 2005. Use of Cancer Chemopreventive Phytochemicals asAntineoplastic Agents, Lanset Oncol. 6;899 – 904.

Ivanovska, N.D., Dimov, V.B., Pavlova, S., Bankova, V., Popov, S.. 1995a.Immunomodulatory action of propolis. V. Anticomplementary activity of awater-soluble derivative. Journal of Ethnopharmacology 47, 135–143.

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran EdisiXXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Airlangga. Jakarta: Penerbit Salemba Medik. 205-209.

Jensch-Junior, B.E., Pressinotti, L.N., Borges, J.C.S., deSilva, J.R.M.C. 2006.Characterization of macrophage phagocytosis of the tropical fishProchilodus scrofa (Steindachner, 1881). Aquaculture. 251:509–515.

Kamperdick, C., Adam, G., Van, N.H., Sung, T.V. 1997. Chemical Constituentsof Madhuca pasquiery. Zeitschrift für Naturforschung. 52:295-300.

Kardinan, A. dan Kusuma, F.R.. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan TubuhAlami, Cetakan ke-1, 5, 10, 11. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Krell, R. 1996. Value-added products from beekeeping, FAO Agricultural ServiceBull., No. 124.

Kresno, S.B. 2001. Respons Imun Pada Infeksi. Imunologi: Diagnosis danProsedur Laboratorium Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia

Page 184: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

64

Krol, W., Czuba, Z.P., Threadgill, M.D., Cunningham, B.D.M., Shani, J..1995.Modulation of Luminol-Dependent Chemiluminescence of MurineMacrophages by Flavone And Its Synthetic Derivatives. Arzneimittel-Forschung/Drug Research. 45, 815–818.

Kusmardi, Kumala, S., Triana, E.E. 2007. Efek Imunomodulator Ekstrak DaunKetepeng Cina (Cassia Alata L.) Terhadap Aktivitas dan KapasitasFagositosis Makrofag. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2: 50-53.

Kurniasih, Nunung, Kusmiyati, M., Nurhasanah, Sari, RP, Wafdan, R. 2015.Potensi Daun Sirsak (Annona Muricata Linn), Daun Binahong (AnrederaCordifolia (Ten) Steenis), Dan Daun Benalu Mangga (DendrophthoePentandra) Sebagai Antioksidan Pencegah Kanker. Volume IX No.1.

Kustiawan, P.M., Wahyuono, S., dan Yuswanto, A. 2012. Isolasi dan IdentifikasiSenyawa Imunostimulan Non Spesifik In Vitro dari Daun Sirih Merah (Pipercrocatum Ruiz & Pav.). Thesis. Program Pascasarjana Fakultas FarmasiUGM.

Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama PudingMerah dengan Metode Uji Brine Shrimp. Medan: USU Repository.

Lyu, S.Y. dan Park, W.B. 2005. Production of Cytokine and NO by RAW 264.7Macropaghes and PBMC in vitro incubation with flavonoids. Arch. Pharm.Res. 28: 573-581

Ma’at, S. 2004. Tanaman Obat Untuk Pengobatan Kanker (Bagian 3). JurnalBahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 2.

Macfarlane, A.S., Schwacha, M.G., Eisenstein, T.K., 1999. In Vivo Blockage ofNitric Oxide with Aminoguanidine Inhibits Immunosuppression Induced byan Attenuated Strain of Salmonella Typhimurium, Potentiates SalmonellaInfections, and Inhibits Macrophage and Polymorphonuclear LeukocyteInfluxinto The Spleen. Infection and Immunity 67, 891–898.

Macmicking, J., Xie, Q.W., Nathan, C., 1997. Nitric oxide and macrophagefunction. Annual Review of Immunology 15, 323–350.

Margaretha, I. 2012. Kajian Senyawa Bioaktif Propolis Trigona Spp. SebagaiAgen Anti Karies Melalui Pendekatan Analisis Kimia Dipandu DenganBioassay. Disertasi. Universitas Indonesia.

Marliana, S.D., Suryanti, V., Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan AnalisisKromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechiumedule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1): 26-31.

Marquez N., Sancho R., Macho A..2004. Caffeic Acid Phenethyl Ester Inhibits T-Cell Activation by Targeting Both Nuclear Factor of Activated T-Cells and

Page 185: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

65

NF-B Transcription Factors. J Pharmacol Exp Ther (JPET), 308, 993-1001.

Mathilda, W.B. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute TeknologiBandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46.

McGahon, A.J., Martin, R.P., Bissonnette, R.P., Mahboubi, A., Shi, Y., Mogil,R.J., Nishioka, W.K., Green, D.R. 1995. The end of the (cell) line: Methodsfor the study of apoptosis in vitro. Dlm. Methods in Cell Biology. NewYork: Academic Press Inc. dalam Omar et al. 2010.. Penyaringan AntikanserEkstrak Etanol daripada Famili Piperaceae Terpilih dan Penentuannyamelalui Pewarnaan Tripan Biru. Sains Malaysiana

Middleton, E.J.R., Kandaswami, Chithan, Theoharides, Theoharis C. 2000. TheEffects of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implications forInflammation, Heart Disease, and Cancer. Pharmacol Rev 52:673–751.Diakses melalui http://www.pharmrev.org pada tanggal 4 Desember 2009.

Missima, F. dan Sforcin, J.M. 2007. Green Brazilian Propolis Action OnMacrophages And Lymphoid Organs of Chronically Stressed Mice. OriginalArticle. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, in press.

Mor, G. dan Abraham ,V.M. 2008. The immunology of pregnancy. In: MooreMR, Lookwood RJ, editors. Creasy and Resnik’s Maternal Fetal Medicine.New York: Elsevier; 6: 88-90.

Moriyasu, J., Arai, S., Motoda, R., Kurimoto, M.. 1994. In Vitro Activation ofMouse Macrophage by Propolis Extract Powder. Biotherapy 8, 364–365.

Nugroho, Y.A. 2012. Efek Pemberian Kombinasi Buah Sirih (Piper betle L.)Fruit, Daun Miyana (Plectranthus scutellarioides (L.) R. BR.) Leaf, Madudan Kuning Telur Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Kapasitas FagositosisSel Makrofag. Artikel. 22 (1).

Orsi, R.O., Funari, S.R.C., Soares, A.M.V.C., Calvi, S.A., Oliveira, S.L., Sforcin,J.M., Bankova, V., 2000. Immunomodulatory action of propolis onmacrophage activation. The Journal of Venomous Animals and Toxins 6,205–219.

Oteiza, Patricia, I., Erlejman, Alejandra G., Sandra, Verstraeten, V., Keen. CarlL., Fraga, Csar, G. 2006. Flavonoid-membran interactions: A protective roleof flavonoids at the membran surface?. Clinical & DevelopmentalImmunology, Volume 12, Issue 1 March 2005. Dalam Kusuma, DY. EfekPemberian Filtrat Daun Sambung Nyawa (Gynura Procumbens Lour.Merr.) Terhadap Aktifitas Sel Kupffer Pada Mencit Putih (Mus MusculusLinn.).

Page 186: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

66

Palombo E.A . 2011. Traditional Medicinal Plant Extracts and Natural Productswith Activity against Oral Bacteria: Potential Application in the Preventionand Treatment of Oral Diseases. Hindawi Publishing Corporation,Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Article ID680354, 15 pages.

Park, J.H., Lee, J.K., Kim, H.S., Chung, S.T., Eom, J.H., Kim, K.A., Chung, S.J.,Paik, S.Y., Oh, H.Y., 2004. Immunomodulatory effect of caffeic acidphenethyl ester in BALB/c mice. International Immunopharmacology 4,429–436.

Parmer, V.S., Jain, S.C., Bisht, K.S., Jain, R., Taneja, P., Jha, A., Tyagi, O.D.,Prasad, A.K., Wengel J., Olsen, E.S., Boll, P.M.. 1997. Phytochemistry ofThe Genus Piper, 46: 597-673.

Parolia, A, Thomas M.S, Kundabala, M., Mohan, M. 2010. Propolis and itspotential uses in oral health. Int. J. Med. and Medical Sci; 2(7): 210-215.

Patil, US.., Jaydeokar, A.V., Bandawane, D.D. 2011. Immunomodulators: Apharmacologycal review. Intr J Pharm, Pharm Scien.14: 30-6

Pechorsky, A., Nitzan, Y., Lazarovitch, T. 2009. Identification of pathogenicbacteria in blood cultures: comparison between conventional and PCRmethods. J Microbiol Meth 78:325-330.

Pinca, S., Djati M.S., Rifa’I, M. 2013. Analisis Mobilisasi Sel T CD4+ dan CD8+

pada Timus Ayam Pedaging Pasca Infeksi Salmonella typhimurium danPemberian Simplisia Polyscias obtuse. Jurnal Biotropika Volume 1 No.1,Malang: Universitas Brawijaya.

Quattrochi, U. 2000. CRC World Dictionary of Plant Names: Common Names,Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Entimology. Francis.

Rabeta, M.S. dan Faraniza, N. 2013. Total phenolic content and ferric reducingantioxidant power of the leaves and fruits of Garcinia atrovirdis andCynometra cauliflora. International Food Research Journal 20(4): 1691-1696.

Ranjith, M.S. 2008. Enhanced Phagocytosis and Antibody Production byTinospora cordifolia – A new dimension in Immunomodulation. AfricanJournal of Biotechnology. 7 (2), 081-085

Robinovitch, M. 1995.Proffesional and non-Proffesional Phagocytes anIntroduction. Trends In Cell Biology. Vol: 5, 85-87.

Sadikin, M. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika.

Page 187: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

67

Safitri, E. 2000. Studi Tentang Efek Imunostimulan Tilosin Terhadap PeningkatanRespon Kekebalan Nonspesifik. Skripsi. Jakarta: Fakultas FarmasiUniversitas Pancasila.

Sa-Nunes, A., Faccioli, L.H., Sforcin, J.M. 2003. Propolis: lymphocyteproliferation and IFN-_ production. Journal of Ethnopharmacology 87, 93–97

Sarisetyaningtyas, P.V., Hadinegoro, S.R., dan Munasir, Zakiudin. 2006.Randomized controlled trial of Phyllanthus niruri Linn extract. PaediatricaIndonesiana volume 46.

Sears, B. dan Saenz, R. 2011. Intisari Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta: EGC.

Setyowati, W.A.E., Ariani, S.R.D., Ashadi, Mulyani, B., Rahmawati, C.P. 2014.Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak MetanolKulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. MakalahPendamping Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI 271-280.

Sforcin, J.M. 2007. Propolis and the immune system: a review. Journal ofEthnopharmacology. 113 (1): 1-14.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem (Human Physiology:From Cells To Systems) Edisi 2. Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit.Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.

Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Buji Jarak Pagar (Jatropha curcas) SebagaiBiopestisida Yang Efektif Dengan Penambahan NaCl. Jurnal MIPA. 35(1).

Silva, C. A. da, Pinheiro, J.W., Fonseca, N.A.N., Cabrera, L., Novo, V.C.C.,Silva, M.A.A. da, Canteri, R.C., Hoshi, E. H., 2002. Sunflower meal as feedto swine during the growing and finishing phase: digestibility, performanceand carcass quality. Rev. Bras. Zootec., 31 (2) Suppl.: 982-990

Sirois, M. 2005. Laboratory Animal Medicine : Principles and Procedures.United States of America: Mosby, Inc. Dalam: Ragam Jenis EktoparasitPada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Galur Sprague Dawley.Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Sjahrurachman, A., Sukmana, N., Setiati S., Munazir Z., Rubiana, H., Nelwan,Lesmana dan Dianiati. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal.Jurnal HTA Indonesia

Page 188: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

68

Sriningsih dan Wibowo, A.E. 2006. Efek Pemberian Ekstrak Etanol HerbaMeniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Aktivitas dan KapasitasFagositosis Makrofag Peritoneum Tikus. Artocarpus. Vol.6, No.2: 91-96.

Sriningsih dan Wibowo, A.E. 2009. Efek Imunostimulan Ekstrak Meniran(Phyllanthus niruri L.) Secara In Vivo Pada Tikus. Jurnal Bahan AlamIndonesia. ISSN 1412-2855 Vol.7, No.1: 15-18.

Sudarsono, 1996. Tumbuhan Obat (Hasil Peneltian, Sifat- Sifat dan Penggunaan).Yogyakarta: PPOT UGM.

Suhirman, S., dan Winarti, C. 2007. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat SebagaiImunomodulator. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Sukandar, D. dan E. R. Amelia. 2013. Karakterisasi Senyawa Aktif Antioksidandan Antibakteri dalam Ekstrak Etanol Buah Namnam (Cynometra caulifloraL.). Valensi. 3(1): 34-38.

Sumarlin, L., Suprayogi, A., Rahminiwati A., Tjachja A., dan Sukandar D.,Bioactivity of Methanol Extract of Namnam Leaves in Combination withTrigona Honey, J. Teknol. dan Industri Pangan. 26(2): 144-154.

Sunaryo, H., Chairul, Winaningrum. 2007. Uji Efek Imunomodulator EkstrakDaun, Kulit Batang, dan Buah Ki Pahit (Picrasma javanica Blume). Dalam:FAKTA (Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Eksakta) Vol.3 (3). Jakarta: FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Prof. Dr. Hamka. Hal121-126.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. PT KalmanMedia Pusaka, Jakarta.

Talaro, Kathlee P. 2008. Foundation in Microbiology: basic principle. SixthEdition. New York. McGraw-Hill Company

Tatefuji,T., Izumi, N., Ohta,T., Arai, S., Ikeda, M.,Kurimoto, M. 1996. Isolationand identification of compounds from Brazilian propolis which enhancemacrophage spreading and mobility. Biological & Pharmaceutical Bulletin19, 966–970.

Thabrew, M.I., de Silva, K.T., Labadie, R.P., de Bie PULA, van den Berg, P.1991. Immunomodulatory activity of three Sri Lanka medicinal plants usedin hepatic disorder. J Ethnopharmacol. 74(9): 63-6.

Tizard, I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi Ke 2. Terjemahan MasdukiPartodirejo. Airlangga University Press, Surabaya.

Page 189: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

69

Tringali, C. 2001. Bioactive Compound from Natural Sources. London: Taylorann Francis Inc. 164-165.

Ulya, A.N., 2012, Efek Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag FraksiKloroformEkstrak Etanol Kelopak Rosella (Hibiscus ssabdarifa L) secara invitro. Skripsi. Fakultas Farmasi. UAD, Yogyakarta. Dalam Akrom danFatimah. Ekstrak Heksan Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L) MeningkatkanAktivitas Fagositosis Makrofag Tikus Betina Galur Sd (Sprague Dawley)Yang Diinduksi Dmba (7,12dimetilbenz(Α)Antrasen) Secara In Vitro.Pharmaciana, Vol. 5, No. 1: 69-76

Utami, R. 2009. Uji Efek Imunomodulator Kapur Sirih (CaCO3) TerhadapAktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritoneum MencitSecara in vivo . Skripsi. Program Sarjana Farmasi UIN Syarif HidayatullahJakarta:44.

Wade, C. 2005. Can Bee Propolis Rejuvenate The Immune System?www.thenaturalshopper.com/buybee- supplements/article.htm. Dalam:Pengaruh Pemberian Ekstrak Propolis Terhadap Sistem Kekebalan SelulerPada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Strain Wistar. Malang: UniversitasBrawijaya.

Wagner, H., 1985. Immunostimulants from medicinal plants. In Advances inChinese medicinal materials research (Eds.) H.M. Chang; H.W. Yeung;W.W. Tso and A. Koo. World Scientific Publ. Co. Singapura : 159-170.

Wagner, H. 1999. Immunomodulatory Agents From Plants: Search for PotentImmunostimulant Agents from Plants and Other Natural Sources. In: Bohlin,L. dan J.G. Bruhn (eds.) Bioassay Methods in Natural Product Research andDrug. Basel: Kluwer Academic Publisher.

Wagner H dan Jurcic K. 1991. Assays for immunomodulation and effects onmediators of inflammation. Dalam: Dey PM, Harbone JB, editor. Methods inplants biochemistry:assays for bioactivity. Volume ke-6. Academic Pr.

Warsa, U.C., Karsinah, L.H.M., Suharto, Mardiastuti, H.W. 1994. MikrobiologiKedokteran. EGC, Jakarta: 111.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press.

You, K.M., Son, K.H., Chang, H.W., Kang, S.S., Kim, H.P., 1998. Vitexicarpin, aflavonoid from the fruits of Vitex rotundifolia, inhibits mouse lymphocyteproliferation and growth of cell lines in vitro. Planta Medica 64, 546–550.

Page 190: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

70

Yu, L., Yueh-Hsiung, K., Yun-Lian, L. Wenchang, C. 2009. Antioxidative Effectand Active Component from Leaves of Lotus (Nelumbo nucifera). J. Agric.Food Chem 57 (15): 6623-6629. DOI: 10.1021/jf900950z.

Yulinery T., Nurhidayat, N. 2012. Penggunaan Ekstrak Fermentasi Beras Daribeberapa Jenis Monascus Purpureus Untuk Aktivitas In Vitro FagositosisSel Makrofag dan Polimorfonuklear Peritoneum Mencit SebagaiImmunomodulator. Berita Biologi 11(2). Bidang Mikrobiologi, PusatPenelitian Biologi-LIPI.

Zalikoff, J.T., Enane, A.E., Bowser, D., Squibb, K.S., Frenkel, K. 1991.Development of Fish Peritoneal Macrophages as a Model for HigherVertebrates in Immunotoxicological Studies I. Characterization of TroutMacrophage Morphological, Functional, and Biochemical Properties.Toxycological Science. Oxford Journal.Volume 16, Issue 3. Pp. 576-589.

Page 191: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

71

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Daun Namnam Propolis

Ekstraksi Daun Namnam

Pembuatan Suspensi BakteriStaphylococcus epidermidis

Penyiapan makrofag daricairan peritoneum tikus

Uji Fagositosis

Pengamatan

Analisis Data

Preparasi sampel uji

Uji Viabilitas

Page 192: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

72

Lampiran 2. Bagan Ekstraksi Daun Namnam

2000 gram Daun Namnam

Dikeringkan dengan cara dijemur

Dihancurkan hingga menjadi serbuk

Dimaserasi dengan pelarut metanolsebanyak 7 liter selama 24 jam

Disaring, diperoleh filtrat pertama,sisihkan

Residu dimaserasi lagi menggunakanpelarut yang sama sebanyak 3,5 literselama 9 jam, didapat filtrat kedua

Kedua filtrat dicampur, dimasukkan kedalam alat rotary evaporator pada suhu 45-

50oC hingga diperoleh ekstrak kental

Page 193: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

73

Lampiran 3. Bagan Penyiapan Suspensi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Diambil 1 ose bakteri S. epidermidis dari kultur

Ditanam ke dalam 30 ml medium NB

Dikocok di dalam shaker incubatorkecepatan 120 rpm selama 24 jam

Diambil 10 ml dan ditanam ke dalam90 ml medium NB

Dikocok kembali selama 3 jamkecepatan 120 rpm (fase midlog)

Dimasukkan sebanyak 10 ml ke dalamtabung dan disentrifus kecepatan 3000

rpm selama 1 jam

Supernatan Endapan

+ 10 larutan PBS sterilpH 7,8

Diukur dengan spektrofotometerUV-Vis λ= 580 nm, 25% T setara

dengan 109 sel/ml

Page 194: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

74

Lampiran 4. Bagan Penyiapan Makrofag dari Peritoneum Tikus

Tikus (Rattus governicus) galurSpreagu Dawley bobot 200- 280 gram

Dianestesia menggunakan eter didalam toples

Direntangkan di atas papan bedah,perut tikus diusap dengan etanol 70%

Dibedah menggunakan alatbedah steril

Ditambahakan 2-3 ml larutas PBSsteril ke dalam rongga peritoneum,

dipijat-pijat selama 2 menit

Diambil cairan peritoneumnyadengan bantuan spuit steril

Dimasukkan ke dalam vial steril, tutuprapat, ditempat dalam cooling box

Dihitung % viabilitas menggunakanhemasitometer dan pengamatan di bawahmikroskop (digunakan larutan tripan biru

untuk membantu penghitungan)

Disetarakan dengan hemositometer hinggapopulasi makrofag setara dengan 107 sel/ml

makrofag

Page 195: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

75

Lampiran 5. Cara Penghitungan Jumlah Makrofag dalam Hemositometer

1. Hemositometer terdiri dari 4 kamar hitung. Setiap kamar hitung terdiri dari

16 kotak.

2. Hitung sel pada 4 kamar hemositometer. Sel yang gelap (mati) dan sel

yang berada dibatas luar di sebelah atas dan di sebelah kanan tidak ikut

dihitung. Sel di batas kiri dan batas bawah ikut dihitung.

3. Jumlah % viabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N sel hidup% Viabilitas = x 100%

N sel hidup + N sel mati

Page 196: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

76

Lampiran 6. Bagan Uji Fagositosis

KONTROLNEGATIF

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µlaquades

KONTROLPOSITIF

200 µl makrofagperitoneum tikus

107 sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan

pembanding (ST®)

SAMPEL UJI(EDN)

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan ekstrak uji 1,

10, 100, 1000,10000 ppm

SAMPEL UJI(PROPOLIS)

200 µl makrofagperitoneum tikus 107

sel/ml + 200 µlsuspensi bakteri

S.epidermidis 109

sel/ml + 200 µllarutan ekstrak uji 1,10, 100, 1000, 10000

ppm

Diinkubasi 37oC selama 45 menit

+ 50 µl larutan EDTA 0,2 M

Dibuat preparat apus, dikeringkandi udara

Direndam ke dalam larutanGiemsa 4% selama 45 menit

Diangkat lalu bilas denganaquades, biarkan mengering

Diamati di bawah mikroskopperbesaran 400x

Ditetapkan nilai aktivitas dankapasitas fagositosis

Difiksasi menggunakan metanol,didiamkan 5 menit

Analisis Data

Page 197: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

77

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Fagositosis

Konsentrasi % Aktivitas FagositosisUlangan I Ulangan II Rata-Rata % Kenaikan Aktivitas

Kontrol Negatif 59 54 56 ± 3.5Kontrol Positif 93 94 93 ± 0.7 37Ekstrak Metanol DaunNamnam1 87 73 80 ± 9.8 2410 77 82 79 ± 3.5 23100 82 84 83 ± 1.4 271000 88 85 86 ± 2.1 3010000 - - - -Propolis1 96 94 95 ± 1.4 3910 63 72 67 ± 6.3 11100 83 89 86 ± 4.2 301000 93 93 93 ± 0 3710000 96 97 96 ± 0.7 40

Page 198: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

78

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Kapasitas Fagositosis

Konsentrasi Kapasitas FagositosisUlangan I Ulangan II Rata-Rata % Kenaikan Kapasitas

Kontrol Negatif 494 480 487 ± 9.8 -Kontrol Positif 1151 1062 1106 ± 62 619Ekstrak Metanol DaunNamnam1 933 808 870 ± 88 38310 850 726 788 ± 87 301100 755 639 697 ± 82 2101000 697 682 689 ± 10 20210000 - - - -Propolis1 691 889 790 ± 140 30310 587 597 592 ± 7 105100 1047 1023 1035 ± 17 5481000 1312 1931 1621 ± 437 113410000 357 287 322 ± 49 -165

Page 199: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

79

Lampiran 9. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas Fagositosis Ekstrak

Metanol Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi % Aktivitas Fagositosis

DescriptivesAktivitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 56.50 3.536 2.500 24.73 88.27 54 59KP 2 93.50 .707 .500 87.15 99.85 93 94EDN 1 ppm 2 80.00 9.899 7.000 -8.94 168.94 73 87EDN 10 ppm 2 79.50 3.536 2.500 47.73 111.27 77 82EDN 100 ppm 2 83.00 1.414 1.000 70.29 95.71 82 84EDN 1000 ppm 2 86.50 2.121 1.500 67.44 105.56 85 88

EDN 10000 ppm 2 100.00 0.000 0.000 100.00 100.00 100 100Total 22 83.00 10.898 2.323 78.17 87.83 54 100

Uji Normalitas % Aktivitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AktivitasN 22

Normal Parametersa,b Mean 83.00Std.Deviation

10.898

Most Extreme Differences Absolute .200

Positive .141

Negative -.200Kolmogorov-Smirnov Z .938Asymp. Sig. (2-tailed) .343

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 200: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

80

Uji ANOVA % Aktivitas Fagositosis

ANOVAAktivitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3050.273 10 305.027 42.472 .000Within Groups 79.000 11 7.182Total 3129.273 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 201: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

81

Uji LSD % Aktivitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: AktivitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -37.000* 3.503 .000 -44.71 -29.29EDN 1 ppm -23.500* 3.503 .000 -31.21 -15.79EDN 10 ppm -23.000* 3.503 .000 -30.71 -15.29EDN 100 ppm -26.500* 3.503 .000 -34.21 -18.79EDN 1000 ppm -30.000* 3.503 .000 -37.71 -22.29EDN 10000 ppm -43.500* 3.503 .000 -51.21 -35.79

KP KN 37.000* 3.503 .000 29.29 44.71EDN 1 ppm 13.500* 3.503 .003 5.79 21.21EDN 10 ppm 14.000* 3.503 .002 6.29 21.71EDN 100 ppm 10.500* 3.503 .012 2.79 18.21EDN 1000 ppm 7.000 3.503 .071 -.71 14.71EDN 10000 ppm -6.500 3.503 .091 -14.21 1.21

EDN 1 ppm KN 23.500* 3.503 .000 15.79 31.21KP -13.500* 3.503 .003 -21.21 -5.79EDN 10 ppm .500 3.503 .889 -7.21 8.21EDN 100 ppm -3.000 3.503 .410 -10.71 4.71EDN 1000 ppm -6.500 3.503 .091 -14.21 1.21EDN 10000 ppm -20.000* 3.503 .000 -27.71 -12.29

EDN 10 ppm KN 23.000* 3.503 .000 15.29 30.71KP -14.000* 3.503 .002 -21.71 -6.29EDN 1 ppm -.500 3.503 .889 -8.21 7.21EDN 100 ppm -3.500 3.503 .339 -11.21 4.21EDN 1000 ppm -7.000 3.503 .071 -14.71 .71EDN 10000 ppm -20.500* 3.503 .000 -28.21 -12.79

EDN 100 ppm KN 26.500* 3.503 .000 18.79 34.21KP -10.500* 3.503 .012 -18.21 -2.79EDN 1 ppm 3.000 3.503 .410 -4.71 10.71EDN 10 ppm 3.500 3.503 .339 -4.21 11.21EDN 1000 ppm -3.500 3.503 .339 -11.21 4.21EDN 10000 ppm -17.000* 3.503 .001 -24.71 -9.29

EDN 1000 ppm KN 30.000* 3.503 .000 22.29 37.71KP -7.000 3.503 .071 -14.71 .71EDN 1 ppm 6.500 3.503 .091 -1.21 14.21EDN 10 ppm 7.000 3.503 .071 -.71 14.71EDN 100 ppm 3.500 3.503 .339 -4.21 11.21EDN 10000 ppm -13.500* 3.503 .003 -21.21 -5.79

EDN 10000 ppm KN 43.500* 3.503 .000 35.79 51.21KP 6.500 3.503 .091 -1.21 14.21EDN 1 ppm 20.000* 3.503 .000 12.29 27.71EDN 10 ppm 20.500* 3.503 .000 12.79 28.21EDN 100 ppm 17.000* 3.503 .001 9.29 24.71EDN 1000 ppm 13.500* 3.503 .003 5.79 21.21

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 202: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

82

Lampiran 10. Hasil Analisis Data (Uji Statistik) Aktivitas Fagositosis

Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi % Aktivitas Fagositosis

DescriptivesAktivitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 56.50 3.536 2.500 24.73 88.27 54 59KP 2 93.50 .707 .500 87.15 99.85 93 94P 1 ppm 2 95.00 1.414 1.000 82.29 107.71 94 96

P 10 ppm 2 67.50 6.364 4.500 10.32 124.68 63 72P 100 ppm 2 86.00 4.243 3.000 47.88 124.12 83 89P 1000 ppm 2 93.00 0.000 0.000 93.00 93.00 93 93P 10000 ppm 2 96.50 .707 .500 90.15 102.85 96 97Total 22 83.82 12.207 2.603 78.41 89.23 54 97

Uji Normalitas % Aktivitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AktivitasN 22Normal Parametersa,b Mean 83.82

Std.Deviation

12.207

Most Extreme Differences Absolute .181

Positive .140

Negative -.181Kolmogorov-Smirnov Z .851Asymp. Sig. (2-tailed) .464

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 203: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

83

Uji ANOVA % Aktivitas Fagositosis

ANOVAAktivitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3050.273 10 305.027 42.472 .000Within Groups 79.000 11 7.182

Total 3129.273 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 204: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

84

Uji LSD % Aktivitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: AktivitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -37.000* 2.680 .000 -42.90 -31.10P 1 ppm -38.500* 2.680 .000 -44.40 -32.60P 10 ppm -11.000* 2.680 .002 -16.90 -5.10P 100 ppm -29.500* 2.680 .000 -35.40 -23.60P 1000 ppm -36.500* 2.680 .000 -42.40 -30.60P 10000 ppm -40.000* 2.680 .000 -45.90 -34.10

KP KN 37.000* 2.680 .000 31.10 42.90P 1 ppm -1.500 2.680 .587 -7.40 4.40P 10 ppm 26.000* 2.680 .000 20.10 31.90P 100 ppm 7.500* 2.680 .017 1.60 13.40P 1000 ppm .500 2.680 .855 -5.40 6.40P 10000 ppm -3.000 2.680 .287 -8.90 2.90

P 1 ppm KN 38.500* 2.680 .000 32.60 44.40KP 1.500 2.680 .587 -4.40 7.40P 10 ppm 27.500* 2.680 .000 21.60 33.40P 100 ppm 9.000* 2.680 .006 3.10 14.90P 1000 ppm 2.000 2.680 .471 -3.90 7.90P 10000 ppm -1.500 2.680 .587 -7.40 4.40

P 10 ppm KN 11.000* 2.680 .002 5.10 16.90KP -26.000* 2.680 .000 -31.90 -20.10P 1 ppm -27.500* 2.680 .000 -33.40 -21.60P 100 ppm -18.500* 2.680 .000 -24.40 -12.60P 1000 ppm -25.500* 2.680 .000 -31.40 -19.60P 10000 ppm -29.000* 2.680 .000 -34.90 -23.10

P 100 ppm KN 29.500* 2.680 .000 23.60 35.40KP -7.500* 2.680 .017 -13.40 -1.60P 1 ppm -9.000* 2.680 .006 -14.90 -3.10P 10 ppm 18.500* 2.680 .000 12.60 24.40P 1000 ppm -7.000* 2.680 .024 -12.90 -1.10P 10000 ppm -10.500* 2.680 .002 -16.40 -4.60

P 1000 ppm KN 36.500* 2.680 .000 30.60 42.40KP -.500 2.680 .855 -6.40 5.40P 1 ppm -2.000 2.680 .471 -7.90 3.90P 10 ppm 25.500* 2.680 .000 19.60 31.40P 100 ppm 7.000* 2.680 .024 1.10 12.90P 10000 ppm -3.500 2.680 .218 -9.40 2.40

P 10000 ppm KN 40.000* 2.680 .000 34.10 45.90KP 3.000 2.680 .287 -2.90 8.90P 1 ppm 1.500 2.680 .587 -4.40 7.40P 10 ppm 29.000* 2.680 .000 23.10 34.90P 100 ppm 10.500* 2.680 .002 4.60 16.40P 1000 ppm 3.500 2.680 .218 -2.40 9.40

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 205: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

85

Lampiran 11. Hasil Analisa Data (Uji Statistik) Kapasitas Fagositosis

Ekstrak Metanol Daun Namnam dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi Kapasitas Fagositosis

DescriptivesKapasitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 487.00 9.899 7.000 398.06 575.94 480 494KP 2 1106.50 62.933 44.500 541.07 1671.93 1062 1151EDN 1 ppm 2 870.50 88.388 62.500 76.36 1664.64 808 933

EDN 10 ppm 2 788.00 87.681 62.000 .22 1575.78 726 850EDN 100 ppm 2 697.00 82.024 58.000 -39.96 1433.96 639 755EDN 1000 ppm 2 689.50 10.607 7.500 594.20 784.80 682 697EDN 10000 ppm 2 17.50 7.778 5.500 -52.38 87.38 12 23Total 22 655.73 367.517 78.355 492.78 818.67 12 1489

Uji Normalitas Kapasitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KapasitasN 22

Normal Parametersa,b Mean 655.73Std.Deviation

367.517

Most Extreme Differences Absolute .164

Positive .085

Negative -.164Kolmogorov-Smirnov Z .768Asymp. Sig. (2-tailed) .598

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 206: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

86

Uji ANOVA Kapasitas Fagositosis

ANOVAKapasitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 2112994.364 10 211299.436 3.213 .034

Within Groups 723442.000 11 65767.455

Total 2836436.364 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 207: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

87

Uji LSD Kapasitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: KapasitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -619.500* 256.452 .034 -1183.95 -55.05EDN 1 ppm -383.500 256.452 .163 -947.95 180.95EDN 10 ppm -301.000 256.452 .265 -865.45 263.45EDN 100 ppm -210.000 256.452 .430 -774.45 354.45EDN 1000 ppm -202.500 256.452 .446 -766.95 361.95EDN 10000 ppm 469.500 256.452 .094 -94.95 1033.95

KP KN 619.500* 256.452 .034 55.05 1183.95EDN 1 ppm 236.000 256.452 .377 -328.45 800.45EDN 10 ppm 318.500 256.452 .240 -245.95 882.95EDN 100 ppm 409.500 256.452 .139 -154.95 973.95EDN 1000 ppm 417.000 256.452 .132 -147.45 981.45EDN 10000 ppm 1089.000* 256.452 .001 524.55 1653.45

EDN 1 ppm KN 383.500 256.452 .163 -180.95 947.95KP -236.000 256.452 .377 -800.45 328.45EDN 10 ppm 82.500 256.452 .754 -481.95 646.95EDN 100 ppm 173.500 256.452 .513 -390.95 737.95EDN 1000 ppm 181.000 256.452 .495 -383.45 745.45EDN 10000 ppm 853.000* 256.452 .007 288.55 1417.45

EDN 10 ppm KN 301.000 256.452 .265 -263.45 865.45KP -318.500 256.452 .240 -882.95 245.95EDN 1 ppm -82.500 256.452 .754 -646.95 481.95EDN 100 ppm 91.000 256.452 .729 -473.45 655.45EDN 1000 ppm 98.500 256.452 .708 -465.95 662.95EDN 10000 ppm 770.500* 256.452 .012 206.05 1334.95

EDN 100 ppm KN 210.000 256.452 .430 -354.45 774.45KP -409.500 256.452 .139 -973.95 154.95EDN 1 ppm -173.500 256.452 .513 -737.95 390.95EDN 10 ppm -91.000 256.452 .729 -655.45 473.45EDN 1000 ppm 7.500 256.452 .977 -556.95 571.95EDN 10000 ppm 679.500* 256.452 .023 115.05 1243.95

EDN 1000 ppm KN 202.500 256.452 .446 -361.95 766.95KP -417.000 256.452 .132 -981.45 147.45EDN 1 ppm -181.000 256.452 .495 -745.45 383.45EDN 10 ppm -98.500 256.452 .708 -662.95 465.95EDN 100 ppm -7.500 256.452 .977 -571.95 556.95EDN 10000 ppm 672.000* 256.452 .024 107.55 1236.45

EDN 10000 ppm KN -469.500 256.452 .094 -1033.95 94.95KP -1089.000* 256.452 .001 -1653.45 -524.55EDN 1 ppm -853.000* 256.452 .007 -1417.45 -288.55EDN 10 ppm -770.500* 256.452 .012 -1334.95 -206.05EDN 100 ppm -679.500* 256.452 .023 -1243.95 -115.05EDN 1000 ppm -672.000* 256.452 .024 -1236.45 -107.55

Page 208: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

88

Lampiran 12. Hasil Analisa Data (Uji Statistik) Kapasitas Fagositosis

Propolis dengan Kontrol Negatif dan Kontrol Positif

Deskripsi Kapasitas Fagositosis

DescriptivesKapasitas

N MeanStd.

DeviationStd.Error

95% ConfidenceInterval for Mean

Minimum MaximumLowerBound

UpperBound

KN 2 487.00 9.899 7.000 398.06 575.94 480 494KP 2 1106.50 62.933 44.500 541.07 1671.93 1062 1151P 1 ppm 2 790.00 140.007 99.000 -467.91 2047.91 691 889

P 10 ppm 2 592.00 7.071 5.000 528.47 655.53 587 597P 100 ppm 2 1035.00 16.971 12.000 882.53 1187.47 1023 1047P 1000 ppm 2 1621.50 437.699 309.500 -2311.07 5554.07 1312 1931P 10000 ppm 2 322.00 49.497 35.000 -122.72 766.72 287 357Total 22 773.73 446.901 95.280 575.58 971.87 124 1931

Uji Normalitas Kapasitas FagositosisOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KapasitasN 22Normal Parametersa,b Mean 773.73

Std.Deviation

446.901

Most Extreme Differences Absolute .153

Positive .153

Negative -.073Kolmogorov-Smirnov Z .717Asymp. Sig. (2-tailed) .682

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan: Nilai signifikansi uji normalitas p > 0.05, menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal

Page 209: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

89

Uji ANOVA Kapasitas Fagositosis

ANOVAKapasitas

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Between Groups 3279121.364 10 327912.136 3.942 .017Within Groups 915011.000 11 83182.818

Total 4194132.364 21

Keputusan: Nilai signifikansi uji ANOVA p < 0.05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan aktivitas yang signifikan antara perlakuan

Page 210: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

90

Uji LSD Kapasitas Fagositosis

Multiple ComparisonsDependent Variable: KapasitasLSD

(I) Konsentrasi

MeanDifference

(I-J)Std.Error Sig.

95% ConfidenceInterval

LowerBound

UpperBound

KN KP -619.500 288.414 .055 -1254.30 15.30P 1 ppm -303.000 288.414 .316 -937.80 331.80P 10 ppm -105.000 288.414 .723 -739.80 529.80P 100 ppm -548.000 288.414 .084 -1182.80 86.80P 1000 ppm -1134.500* 288.414 .002 -1769.30 -499.70P 10000 ppm 165.000 288.414 .579 -469.80 799.80

KP KN 619.500 288.414 .055 -15.30 1254.30P 1 ppm 316.500 288.414 .296 -318.30 951.30P 10 ppm 514.500 288.414 .102 -120.30 1149.30P 100 ppm 71.500 288.414 .809 -563.30 706.30P 1000 ppm -515.000 288.414 .102 -1149.80 119.80P 10000 ppm 784.500* 288.414 .020 149.70 1419.30

P 1 ppm KN 303.000 288.414 .316 -331.80 937.80KP -316.500 288.414 .296 -951.30 318.30P 10 ppm 198.000 288.414 .507 -436.80 832.80P 100 ppm -245.000 288.414 .414 -879.80 389.80P 1000 ppm -831.500* 288.414 .015 -1466.30 -196.70P 10000 ppm 468.000 288.414 .133 -166.80 1102.80

P 10 ppm KN 105.000 288.414 .723 -529.80 739.80KP -514.500 288.414 .102 -1149.30 120.30P 1 ppm -198.000 288.414 .507 -832.80 436.80P 100 ppm -443.000 288.414 .153 -1077.80 191.80P 1000 ppm -1029.500* 288.414 .004 -1664.30 -394.70P 10000 ppm 270.000 288.414 .369 -364.80 904.80

P 100 ppm KN 548.000 288.414 .084 -86.80 1182.80KP -71.500 288.414 .809 -706.30 563.30P 1 ppm 245.000 288.414 .414 -389.80 879.80P 10 ppm 443.000 288.414 .153 -191.80 1077.80P 1000 ppm -586.500 288.414 .067 -1221.30 48.30P 10000 ppm 713.000* 288.414 .031 78.20 1347.80

P 1000 ppm KN 1134.500* 288.414 .002 499.70 1769.30KP 515.000 288.414 .102 -119.80 1149.80P 1 ppm 831.500* 288.414 .015 196.70 1466.30P 10 ppm 1029.500* 288.414 .004 394.70 1664.30P 100 ppm 586.500 288.414 .067 -48.30 1221.30P 10000 ppm 1299.500* 288.414 .001 664.70 1934.30

P 10000 ppm KN -165.000 288.414 .579 -799.80 469.80KP -784.500* 288.414 .020 -1419.30 -149.70P 1 ppm -468.000 288.414 .133 -1102.80 166.80P 10 ppm -270.000 288.414 .369 -904.80 364.80P 100 ppm -713.000* 288.414 .031 -1347.80 -78.20P 1000 ppm -1299.500* 288.414 .001 -1934.30 -664.70

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 211: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

91

Lampiran 13. Bahan Utama Penelitian

a. Ekstrak Metanol DaunNamnam

b. Propolis c. ST®

d. Bakteri Staphylococcusepidermidis

e. Rattusgovernicus

Page 212: EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK METANOL DAUN …

92

Lampiran 14. Proses dalam Penelitian

a. Preparasi sampel ujib. Preparasi suspensi bakteri

c. Persiapan pengambilan cairan peritoneum c. Uji viabilitas

d. Pengamatan aktivitas dan kapasitasfagositosis