99
PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIF : SPHERICAL GRIP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. W DENGAN STROKE DI RUANG ANYELIR RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI DISUSUN OLEH : DESY IDA LIYANAWATI P.12 015 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

  • Upload
    doanh

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIF :

SPHERICAL GRIP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN

OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA ASUHAN

KEPERAWATAN Tn. W DENGAN STROKE

DI RUANG ANYELIR RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO KABUPATEN

WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

DESY IDA LIYANAWATI

P.12 015

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIF :

SPHERICAL GRIP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN

OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA ASUHAN

KEPERAWATAN Tn. W DENGAN STROKE

DI RUANG ANYELIR RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO KABUPATEN

WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program

Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

DESY IDA LIYANAWATI

NIM.P.12 015

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah
Page 4: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah
Page 5: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah
Page 6: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “PemberianRange of Motion (ROM) Aktif-Asitif : Spherical

Grip terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Asuhan

Keperawatan Tn. Wdengan Stroke di Ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Bapak Joko Kismanto, S. Kep., Ns. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Happy Indri H., S. Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 7: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

5. Ibu Alfyana Nadya, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji II yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya,

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Kakak dan saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan dukungan

untuk menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta,Mei 2015

Penulis

Page 8: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 5

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7

1. Stroke ............................................................................ 7

2. Terapi Range of Motion (ROM) ................................... 28

3. Spherical Grip ............................................................... 35

B. Kerangka Teori ...................................................................... 39

C. Kerangka Konsep .................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Aplikasi Riset ............................................................ 41

B. Tempat dan Waktu ................................................................. 41

C. Media dan Alat yang digunakan ........................................... 41

D. Prosedur Tindakan ................................................................. 41

E. Alat Ukur ................................................................................ 42

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien....................................................................... 43

B. Pengkajian .............................................................................. 43

Page 9: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

C. Perumusan Masalah .............................................................. 51

D. Perencanaan Keperawatan .................................................... 52

E. Implementasi .......................................................................... 54

F. Evaluasi .................................................................................. 58

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................. 61

B. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 65

C. Perencanaan Keperawatan .................................................... 68

D. Implementasi Keperawatan ................................................... 73

E. Evaluasi ................................................................................. 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 80

B. Saran ...................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Range Of Motion ....................................................................... 34

Page 11: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Spherical Grip ........................................................................... 38

Gambar 2.2 Jenis Power Grip....................................................................... 38

Gambar 2.3 Spherical Grip Bola .................................................................. 38

Gambar 2.4 Kerangka Teori ......................................................................... 39

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ..................................................................... 40

Gambar 4.1 Genogram ................................................................................. 44

Page 12: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

Lampiran 3 Surat Pernyataan

Lampiran 4 Jurnal

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Log Book

Lampiran 7 Pendelagasian

Lampiran 8 Lembar Observasi

Lampiran 9 SOP ROM Spherical Grip

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

Page 13: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke atau gangguan vaskuler otak atau dikenal dengan cerebro

vaskuler disease (CVD) adalah suatu kondisi susunan sistem saraf pusat

yang patologis akibat adanya gangguan peredaran darah (Satyanegara,

2010).

Menurut Junaidi (2011), Stroke adalah penyakit atau gangguan

fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya

peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa

tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di

otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan

menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan

memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini

akan memunculkan gejala stroke.

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negara

maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, hampir 700.000

orang Amerika mengalami stroke dan stroke mengakibatkan hampir

150.000 kematian. 11% orang Amerika berusia 55-56 mengalami infark

serebal silent prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan

43% pada usia 85 tahun (Adrian,2013).

Angka kematian karena stroke sampai saat ini masih tinggi.

Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada tahun 2008

Page 14: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

2

ada 6,2 juta kematian karena stroke (WHO, 2012) dan merupakan

penyebab kematian no 3 di dunia setelah jantung koroner dan kanker

(WHO, 2007). Data yang lebih rincioleh American Heart Association/

American Stroke Association (AHA/ASA) dalam Heart Disease and

Stroke Statistics-2012 Update, menyebutkan bahwa setiap 4 menit

seseorang meninggal karena stroke dan stroke berkontribusi dalam setiap 18

kematian di Amerika Serikat pada tahun 2008 (Roger, et al. 2011). Di

Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor 4 setelah

penyakit jantung, kanker dan penyakit kronik saluran pernafasan bawah

(Miniño, et al,2011), sedangkan di Inggris merupakan satu diantara tiga

penyebab kematian tertinggi (National Audit Office, 2010), sementara

di Australia stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit

jantung koroner dengan 8.300 kematian pada tahun 2009 (Refshauge, 2012;

National Stroke Foundation, 2012).

Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa

kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari

tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus

melonjak. Pada tahun 2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit

menemukan pasien rawat inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636

orang. Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa ke dokter/rumah

sakit tidak diketahui jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007 berhasil mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33

provinsi dan 440 kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini berhasil

Page 15: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

3

mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan

987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel

kesehatan masyarakat. Hasilnya, stroke merupakan pembunuh utama di

antara penyakit -penyakit noninfeksi di kalangan penduduk perkotaan.

Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam.

Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita

stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain pemyakit degeneratif,

terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca

Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan

selalu ingin diperhatikan (Hernowo, 2007).

Kasus tertinggi Stroke adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 3.986

kasus (17,91%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus stroke di

kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah kasus

keseluruhan PTM lain di Kota Semarang terdapat proporsi sebesar 3,18%.

Angka Kejadian Stroke di RSUD dr.Mangun Sumarso Wonogiri adalah

sebanyak 1777 orang selama 2014 baik yang rawat jalan atau rawat inap.

Serangan stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen.

Cacat fisik dapat mengakibatkan seseorang kurang produktif. Oleh karena

itu pasien stroke memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat fisik

agar dapat menjalani aktivitasnya secara normal. Rehablitasi harus dimulai

sedini mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan

fisik yang lebih cepat dan optimal. Serta menghindari kelemahan otot yang

Page 16: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

4

dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah pasien

terkena stroke (Irfan, 2010).

Salah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke

adalah latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM). ROM Aktif-

Asitif dilakukan dengan cara klien menggunakan lengan atau tungkai yang

berlawanan dan lebih kuat untuk menggerakan setiap sendi pada

ekstremiitas yang tidak mampu gerakan aktif (Berman, 2009).

Pasien dengan stroke akan mengalami gangguan-gangguan yang

bersifat fungsional. Gangguan sensoris dan motorik post stroke

mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot,

penurunan fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan

sensorik. Fungsi yang hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien

stroke mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan

keseimbangan tubuh dan postur (kemampuan untuk mempertahankan

posisi tertentu) (Irfan 2010).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik

untuk mengaplikasikan tindakan terapi pemberian Range of Motion (ROM)

aktif–asitif : spherical grip terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas

atas pada pasien stroke,untuk mengurangi resiko kecacatan dan kelemahan

otot ekstremitas akibat dari serangan stroke.

Page 17: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

5

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan terapi pemberian Range Of Motion

(ROM) aktif–asitif : spherical grip terhadap peningkatan kekuatan otot

ekstremitas atas pada Tn.W dengan stroke.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.W dengan stroke.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.W

dengan stroke

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada Tn.W dengan stroke.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.W stroke

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.W dengan stroke.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian Range of Motion

(ROM) aktif–asitif : spherical grip terhadap peningkatan kekuatan

otot ekstremitas atas pada Tn.W dengan stroke.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit

Aplikasi ini diharapkan dapat memberikan referensi baru bagi

pelayanan asuhan keperawatan di rumah sakit untuk mengelola pasien

dengan stroke.

Page 18: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

6

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk melakukan pemberian Range

of Motion (ROM) aktif –asitif : spherical grip terhadap peningkatan

kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke.

3. Bagi pasien

Hasil dari pemberian terapi ini sangat berguna untuk pasien karena dapat

meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien sroke dengan

hemiparesis tanpa adanya resiko efek samping yang membahayakan

pasien dan mudah dilakukan.

4. Bagi Institusi pendidikan

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan baru yang dapat lebih di

kembangkan lagi untuk menangani masalah stroke.

Page 19: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Stroke

a. Definisi

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran

darah otak (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Muttaqin (2008)

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus

ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi

otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya

gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan

kapan saja. Stroke atau gangguan vaskuler otak atau dikenal dengan

cerebro vaskuler disease (CVD) adalah suatu kondisi susunan sistem

saraf pusat yang patologis akibat adanya gangguan peredaran darah

(Satyanegara, 2010). Srtoke atau cedera serebrovaskuler adalah

kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah

ke bagian otak (Wijaya dan Putri, 2013).

b. Klasifikasi Stroke

Menurut Muttaqin (2008) stroke dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala

kliniknya, yaitu:

Page 20: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

8

a) Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi

saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

(1) Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam

jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan

otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK

yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian

mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral

yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di

daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

(2) Perdarahan subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau

AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh

darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat

diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya

keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan

Page 21: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

9

vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat

disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll).

b) Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,

biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun

tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi

iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat

timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

2) Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya yaitu :

a) TIA (Trans Iskemik Attack) adalah gangguan neurologis

setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa

jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan

sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b) Stroke involusi adalah stroke yang terjadi masih terus

berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin

berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau

beberapa hari.

c) Stroke komplit adalah dimana gangguan neurologi yang

timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai dengan

istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA

berulang.

Page 22: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

10

c. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008) penyebab stroke yaitu :

1) Trhombosis Cerebal

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami

oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat

menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis

biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun

tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis

dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi

serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam

setelah trombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis

otak :

a) Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat

suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah

seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka

(Ruhyanudin, 2007). Kerusakan dapat terjadi melalui

mekanisme berikut :

(1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan

berkurangnya aliran darah.

(2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi

trombosis.

Page 23: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

11

(3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian

melepaskan kepingan thrombus (embolus).

(4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma

kemudian robek dan terjadi perdarahan.

b) Hyperkoagulasi pada pilysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c) Arteritis (radang pada arteri)

d) Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah

otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya

emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan

menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut

berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :

(1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart

Desease (RHD).

(2) Infark Myokard

(3) Fibrilasi : Keadaan aritmia menyebabkan berbagai

bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk

gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali

dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

(4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan

Page 24: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

12

terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2) Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak

sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan

hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan

otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak,

jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan

mungkin herniasi otak.

3) Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum

adalah Hipertensi yang parah, Cardiac Pulmonary Arrest,

Cardiac output turun akibat aritmia.

4) Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia

setempat adalah Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan

subarachnoid, Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala

migraine.

d. Patofisiologi

Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang

berdiameter 100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada

Page 25: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

13

dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis

fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol

dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus

(talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria

vertebro-basilaris mengalami perubahan-perubahan degenaratif

yang sama. Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam

jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya

pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari (Muttaqin

2008).

Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat

berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besarakan

merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik. Jika

perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya

dapat merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih

tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh

pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang

luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial

dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk

serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin 2008).

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,

hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi

perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak

terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,

Page 26: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

14

talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume

perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian

tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi

otak serta terganggunya drainase otak (Muttaqin 2008).

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade

iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-

neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan

lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila

volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 %

pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan

bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc

diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume

darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Muttaqin

2008).

e. Tanda dan Gejala Stroke

Menurut Wijaya dan Putri (2013), Pada stroke non hemoragik

gejala utamanya adalah timbulnya defisit neorologis sacara

mendadak atau subakut didahului gejala prodromal terjadi pada

waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak

menurun kecuali bila embolus cukup besar. Gejala yang muncul

pada perdarahan intraserebral adalah gejala prodomal yang tidak

jelas kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Sifat nyeri kepala hebat

sekali, mual muntah seringkali teradi sejak permulaan serangan.

Page 27: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

15

Kesadaran biasanya menurun cepatmasuk koma (65% terjadi kurang

dari setengah jam, 23 % antara setengah sampai dua jam dan 12%

terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

Pada perdarahan subaraknoid didapatkan gejala prodomal

berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan

sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meninggal.

Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena

pecahnya aneurisma pada arteri karotis interna. Gejala neurologis

yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh

darah dan lokasinya , gejala yang muncul dapat berupa kelumpuhan

wajah dan anggota badan satu atau lebih anggota badan, gangguan

sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, prubahan mendadak

status mental, afasia (bicara tidak lancer), ataksia anggota badan,

vertigo, mual muntah atau nyeri kepala.

Gejala khusus pada pasien stroke adalah kehilangan motorik

misalnya hemiplegia, hemiparesis, menurunnya tonus otot

abnormal. Kehilangan komunikasi misalnya disartria yaitu kesulitan

bicara disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk

menghasilkan bicara, disfasia atau afasia kehilangan bicara yang

terutama ekpresif/ represif. Gangguan persepsi yaitu berupa

homonimus hemianopsia yaitu kehilangan setengah lapang pandang

dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang

paralisis, amforfosintesis yaitu keadaan dimana cenderung berpaling

Page 28: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

16

dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi / ruang yang sakit

tersebut, gangguan visual spasia yaitu gangguan dalam

mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial,

kehilangan sensori antara lain tidak mampu merasakan posisi dan

gerakan bagian tubuh (kehilangan propriosetik) sulit

mengintepretasikan stimulasi visual , taktil dan auditorius.

f. Komplikasi

Menurut Pudiastuti (2013) komplikasi stroke diantaranya :

1) Akibat berbaring lama

a) Bekuan Darah

Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan

penimbunan cairan, pembengkakan selain itu juga

menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang

terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.

b) Dekubitus

Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul ,

pantat, sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak dapat

dirawat dapat menjadi infeksi.

c) Pneumonia

Pasien stroke tidak dapat batuk dan menelan dengan

sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-

paru dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.

d) Atrofi dan kekauan sendi

Page 29: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

17

Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi.

2) Komplikasi lain dari stroke

a) Distrimia

b) Peningkatan tekanan intra kranial

c) Kontraktur

d) Gagal nafas

e) Kematian.

3) Akibat dari Stroke antara lain

a) 80-90% bermasalh dalam berpikir dan meningkat.

b) 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dan tungkai.

c) 70% menderita depresi.

d) 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan

kanan dan kiri.

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pudiastuti (2013) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada

penderita stroke adalah

1) Ultrasongrafi Doppler mengidentifikasikan penyakit artiovena

(masalh system arteri karotis (arteri darah atau muncul plak)).

2) Aniografi serebral membantu menentukan penyebab stroke

secara spesifik seperti perdarahan darah atau obstruksi arteri

adalah titik obstruksi atau rupture.

3) CT Scan memperlihatikan adanya edema, hematoma, iskemia,

dan adanya infark.

Page 30: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

18

4) Fungsi Lumbal menunjukkan adanya tekanan normal,

hemoragik, Malforasi Arterial Arterivena (MAV).

5) Sinar X tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas.

6) EEG mengidentifikasikan masalh didasarkan pada gelombang

otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanan stroke menurut Wijaya dan Putri (2013) adalah

1) Penatalaksanan umum

a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat , posisi lateral

dekubitus bila disertai muntah. Boleh di mulai mobilisasi

bertahap bila hemodinamik stabil.

b) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila

perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil AGD.

c) Kosongkan kandung kemih dengan kateter bila penuh.

d) Kontrol tekanan darah dipertahankan normal.

e) Suhu tubuh harus dipertahankan.

f) Nutrisi perorfal hanya boleh di berikan setelah tes fungsi

menelan baik bila terdapat gangguan menlan atau pasien

yang kesadaran menurun dianjurkan pasang NGT.

g) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.

2) Penatalaksanaan Medis

a) Trombolitik (streptokinase)

Page 31: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

19

b) Anti platelet / anti trombolitik (asetosol,mticlopidin,

cilostazol, dipiridamol).

c) Antikoagilan (heparin)

d) Hemorrhagea (pentoxyfilin)

e) Antagonis serotonin (Noftidrofuryl)

f) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)

3) Penatalaksanaan Khusus / Komplikasi

a) Atasi Kejang

b) Atasi TIK yang meninggi manitol, gliserol, furosemid,

intubasi, stroid dll).

c) Atasi dekompresi (kraniotomi)

d) Untuk penatalaksanaan factor resiko

(1) Atasi hipertensi

(2) Atasi hiperglikemia

(3) Atasi hiperurisemia

i. Asuhan keperawatan

Berikut merupakan asuhan keperawatan pada pasien stroke menurut

Wijaya dan Putri (2013) adalah :

1) Pengkajian

a) Identitas klien

Umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dll.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Page 32: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

20

Riwayat hipertensi , riwayat penyakit kardiovaskuler,

riwayat tinggi kolesterol, obesitas, riwayat DM, riwayat

aterosklerosis, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi

yang disertai hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen,

riwayat konsumsi alcohol.

c) Riwayat kesehatan sekarang

Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kehilangan

motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplagia) ,

merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri,kejang otot).

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat penyakit degenerative dalam keluarga.

2) Pemeriksaan data dasar

a) Aktivitas / istirahat

Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena

kelemahan,kehilangan atau paralisis , merasa mudah lelah ,

susah beristirahat nyeri kejang otot , gangguan tonus otot ,

gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.

b) Sirkulasi

Adanya penyakit jantung ,hipotensi arterial berhubungan

dengan embolisme, frekuensi nadi dapat berubah ubah

karena ketidakefektifan jantung.

c) Integritas ego

Page 33: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

21

Perasaantidak berdaya ,putus asa , emosi labil , kesulitan

untuk mengekspresikan diri.

d) Eliminasi

Perubahan pola berkemih seperti inkotennsia urine, distensi

abdomen , bising usus(-).

e) Makanan / cairan

Nafsu makan hilang mual muntah selama fase akut /

peningkatan TIK, kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah

,pipi dan tengkorak), disfagia,kesulitan menelan.

f) Neurosensori

Adanya sinkope/ pusing, sakit kepala berat, kelemahan ,

kesemutan kebas pada sisi yang terkena seperti

lumpuh,penglihatan menurun, hilangnya rangsangan

sensoris kontra lateral pada wajah, gangguan rasa

pengecapan dan penciuman, status mental / tingkat

kesadaran menurun, penurunan memori, paralisis,reflek

tendon menurun,afasia,kehilangan kemampuan mengenali

gangguan persepsi, kehilangan kemampuan menggunakan

motorik.

g) Nyeri

Sakit kepala dengan intensitas berbeda,gelisah.

Page 34: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

22

h) Pernafasan

Merokok, batuk, hambatan jalan nafas,pernafasan sulit ,

suara nafas tambahan.

i) Interaksi sosial

Masalah bicara tidak mampu berkomunikasi.

3) Pemeriksaan neurologis

a) Status mental

Tingkat kesadaran (kuntitatif,kualitatif) , pemeriksaan

kemampuan bicara, orientasi (tempat,waktu,orang) ,

penilaian daya pertimbangan, penilaian daya

obstruksi,penilaian kosakata,daya ingat,berhitung dan

mengenal benda.

b) Nervus kranialis

Olfaktorius (penciuman), optikus (penglihatan),

okulomotoris (gerak mata, kontraksi pupil), troklear (gerak

mata), trigeminus (sensasi pada wajah kulit kepala, gigi,

mengunyah), abducen (gerak mata), fasialis ( pengecap),

vestibulokoklearisis (pendengaran dan keseimbangan),

aksesoris spinal (fonasi, gerakan kepala, leher dan bahu) ,

hipoglasus ( gerak lidah).

c) Fungsi motorik

Masa otot, kekuatan dan tonus otot , fleksi dan ekstensi

lengan, abduksi lengan dan adduksi lengan, fleksi dan

Page 35: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

23

ekstensi pergelangan tangan, adduksi dan abduksi jari,

abduksi dan adduksi piggul, fleksi dan ekstensi lutut,

dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki, dorsofleksi

dan fleksi plantar ib u jari kaki.

d) Fungsi sensori

Sentuhan ringan,sensasi nyeri, sensasi posisi, sensasi

getaran,lokalisasi taktil.

e) Fungsi serebelum

Tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes

romberg, gaya berjalan.

f) Reflex

Biseps, triseps, brachioradialis, patella, achilles.

4) Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien stroke menurut

Rendy dan Margareth (2012) adalah

a) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan aliran darah arteri terhambat.

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neoromuskular.

c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot.

5) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan pada pasien stroke menurut Rendy dan

Margareth (2012) adalah

Page 36: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

24

a) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan aliran darah arteri terhambat.

Kriteria hasil :

Tekanan darahdalam batas-batas yang dapat diterima, tidak

ada keluhan sakit kepala , pusing, tidak terjadi penurunan

kesadaran.

Intervensi :

(1) Monitor tekanan darah setiaap 4 jam sekali

Rasional : untuk mengevaluasi perkembangan penyakit

dan keberhasilan terapi.

(2) Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai

tekanan darah dioertahankan pada tingkat yang dapat

diterima.

Rasional : tirah baring membantu menurunkan

kebutuhan oksigen, posisi duduk meningkatkan aliran

darah arteri brdasarkan gaya grafitasi, kontraksi arteriol

pada hipertensi menyebabkan peningkatkan darah pada

arteri.

(3) Pantau data laboratorium missal GDA dan creatinin.

Rasional : indicator perfusi atau fungsi organ.

(4) Anjurkan tidak menggunakan rokok atau niotin.

Rasional : meningkatkan vasokontriksi.

Page 37: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

25

(5) Kolaborasi pemberian obat-obatan anti hipertensi

misalnya golongan inhibator simpa (propanazol,

atenolol) dan golongan vasodilator (hidralazin).

Rasioanal : golongan inhibator secara umum

menurunkan tekanan darah melalui efek kombinasi

penurunan tahanan perifer, menurunkan curah jantung,

menghambat syaraf simpatis dan menekan pelepasan

rennin. Golongan vasodilator berfungsi untuk

merilekskan otot polos vaskuler.

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neoromuskular.

Krteria hasil :

Tidak ada kontraktur, klien berpartisipasi dalam program

latihan, klien mencapai keseimbangan saat duduk, kekuatan

otot meningkat.

Intervensi :

Page 38: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

26

(1) Berikan posisi yang benar.

Rasional : pemberian posisi yang benar penting untuk

mencegah kontraktur, meredaka tekanan, membantu

kesejajaran tubuh yang baik, mencegah neuropati

kompresif khususnya terhadap saraf ulnar dan pireneal.

(2) Berikan posisi tidur yang tepat.

Rasional : mempertahankan posisi tegak ditempat tidur

dalam periode yang lama akan memperberat deformitas

fleksi panggul dan pembentukan dekubitus disakrum.

(3) Berikan papan kaki.

Rasional : digunakan sesuai interval selama periode

flaksid setelah stroke untuk mempertahankan kaki pada

sudut yang benar terhadap tungkai katiak pasien pada

posisi terlentang, hal ini mencegah footdrop dan korda

tumit menjadi pendek akibat kontraktur otot

gastroknemius.

(4) Cegah adduksi bahu.

Rasional : membantu mencegah edema dan fibrosis yang

akan mencegah rentang gerak normal bila pasien telah

dapat melakukan Kontrol lengan.

(5) Atur posisi tangan dan jari , jari-jari diposisikan sedikit

fleksi tangan ditempatkan agak supinasi.

Page 39: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

27

Rasional : posisi tangan dan jari yang fungsional dapat

mencegah edema tangan.

(6) Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.

Rasional : mencegah pembentukan dekubitus.

(7) Kolaborasi dengan fisioterapi pemberian latihan ROM.

Rasional : mempertahankan mobilitas sendi,

mengembalikan control motorik, mencegah terjadinya

kontraktur pada ekstremitas yang menglami paralysis

mencegah bertambah buruknya system neurovaskuler

dan meningkatkan sirkulasi.

(8) Siapkan pasien untuk ambulasi.

Rasional : mempertahankan keseimbangan saat duduk

dan saat berdiri.

c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot.

Kriteria hasil :

Pasien dapat merawat diri berpakaian, mandi, makan,

toileting.

Intervensi :

(1) Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri.

(2) Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi,

berpakaian, makan, minum, toileting.

(3) Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.

Page 40: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

28

(4) Dukung klien untuk menunjukkan aktivitas normal

sesuai kemampuan.

(5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

perawatan diri klien.

2. Terapi Range of Motion (ROM)

a. Definisi

Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal

dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot

(Potter & Perry, 2005).

b. Manfaat Range of Motion (ROM)

Menurut Potter & Perry (2005) manfaat dari ROM adalah

1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam

melakukan pergerakan.

2) Mengkaji tulang, sendi, dan otot.

3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi.

4) Memperlancar sirkulasi darah.

5) Memperbaiki tonus otot.

6) Meningkatkan mobilisasi sendi.

7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.

Page 41: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

29

c. Klasifikasi Range of Motion (ROM)

Menurut Carpenito (2009) latihan ROM dibedakan menjadi 4 jenis

yaitu :

1) ROM Aktif

ROM Aktif adalah kontraksi otot secara aktif melawan gaya

gravitasi seperti mengangkat tungkai dalam posisi lurus.

2) ROM Pasif

ROM Pasif yaitu gerakan otot klien yang dilakukan oleh

orang lain dengan bantuan oleh klien.

3) ROM Aktif-Asitif

ROM Aktif-Asitif yaitu kontraksi otot secara aktif dengan

bantuan gaya dari luar seperti terapis, alat mekanis atau

ekstremitas yang sedang tidak dilatih.

4) ROM Aktif Resestif

ROM Aktif Resestif adalah kontraksi otot secara aktif

melawan tahanan yang diberikan, misalnya beban.

d. Indikasi Range of Motion ROM

Menurut Potter & Perry (2005) indikasi ROM adalah

1) Indikasi ROM Aktif

a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif

dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau

tidak.

Page 42: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

30

b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat

menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-

AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif

yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah

secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer

memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).

c) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.

d) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas

diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.

2) Indikasi ROM Pasif

a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang

apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses

penyembuhan.

b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk

bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya

keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total.

e. Kontraindikasi ROM

Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan

ROM menurut Carpenito (2009) yaitu:

1) Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat

mengganggu proses penyembuhan cedera.

a) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas

gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan

Page 43: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

31

akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan

pemulihan.

b) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat

gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan

peradangan.

2) ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya

membahayakan (life threatening).

a) PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,

sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk

meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus.

b) Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri

koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih

dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat.

f. Macam-macam gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh

Menurut Potter & Perry (2005), ROM terdiri dari gerakan pada

persendian sebagai berikut :

Page 44: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

32

Bagian Tubuh Gerakan Penjelasan Rentang

1. Leher Fleksi Menggerakan dagu menempel

ke dada,

rentang

45°

Ekstensi Mengembalikan kepala ke

posisi tegak,

rentang

45°

Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang

sejauh mungkin,

rentang

40-45°

Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh

mungkin sejauh mungkin

kearah setiap bahu,

rentang

40-45°

Rotasi Memutar kepala sejauh

mungkin dalam gerakan

sirkuler,

rentang

180°

2. Bahu Fleksi Menaikan lengan dari posisi di

samping tubuh ke depan ke

posisi di atas kepala,

rentang

180°

Ekstensi Mengembalikan lengan ke

posisi di samping tubuh,

rentang

180°

Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang

tubuh, siku tetap lurus,

rentang

45-60°

Abduksi Menaikan lengan ke posisi

samping di atas kepala dengan

telapak tangan jauh dari

kepala,

rentang

180°

Adduksi Menurunkan lengan ke samping

dan menyilang tubuh sejauh

mungkin,

rentang

320°

Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar

bahu dengan menggerakan

lengan sampai ibu jari

menghadap ke dalam dan ke

belakang,

rentang

90°

Rotasi luar Dengan siku fleksi,

menggerakan lengan sampai

ibu jari ke atas dan samping

kepala,

rentang

90°

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan

lingkaran penuh,

rentang

360°

3. Siku Fleksi Menggerakkan siku sehingga

lengan bahu bergerak ke depan

sendi bahu dan tangan sejajar

bahu,

rentang

150°

Ektensi Meluruskan siku dengan

menurunkan tangan,

rentang

150°

Page 45: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

33

4. Lengan bawah Supinasi Memutar lengan bawah dan

tangan sehingga telapak tangan

menghadap ke atas,

rentang

70-90°

Pronasi Memutar lengan bawah

sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah,

rentang

70-90°

5. Pergelangan

tangan

Fleksi Menggerakan telapak tangan ke

sisi bagian dalam lengan

bawah,

rentang

80-90°

Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan

sehingga jari-jari, tangan,

lengan bawah berada dalam

arah yang sama,

rentang

80-90°

Hiperekstensi Membawa permukaan tangan

dorsal ke belakang sejauh

mungkin,

rentang

89-90°

Abduksi Menekuk pergelangan tangan

miring ke ibu jari,

rentang

30°

Adduksi Menekuk pergelangan tangan

miring ke arah lima jari,

rentang

30-50°

6. Jari-jari tangan Fleksi Membuat genggaman, rentang

90°

Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang

90°

Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke

belakang sejauh mungkin,

rentang

30-60°

Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan

yang satu dengan yang lain,

rentang

30°

Adduksi Merapatkan kembali jari-jari

tangan,

rentang

30°

7. Ibu jari Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang

permukaan telapak tangan,

rentang

90°

Ekstensi menggerakan ibu jari lurus

menjauh dari tangan,

rentang

90°

Abduksi Menjauhkan ibu jari ke

samping,

rentang

30°

Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan

tangan,

rentang

30°

Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap

jari-jari tangan pada tangan

yang sama.

-

8. Pinggul Fleksi Mengerakan tungkai ke depan

dan atas,

rentang

90-120°

Ekstensi Menggerakan kembali ke

samping tungkai yang lain,

rentang

90-120°

Page 46: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

34

Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke

belakang tubuh,

rentang

30-50°

Abduksi Menggerakan tungkai ke

samping menjauhi tubuh,

rentang

30-50°

Adduksi Mengerakan tungkai kembali

ke posisi media dan melebihi

jika mungkin,

rentang

30-50°

Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke

arah tungkai lain,

rentang

90°

Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai

menjauhi tungkai lain,

rentang

90°

Sirkumduksi Menggerakan tungkai

melingkar -

9. Lutut Fleksi Mengerakan tumit ke arah

belakang paha,

rentang

120-130°

Ekstensi Mengembalikan tungkai

kelantai,

rentang

120-130°

10. Mata kaki Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga

jari-jari kaki menekuk ke atas,

rentang

20-30°

Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga

jari-jari kaki menekuk ke

bawah,

rentang

45-50°

11. Kaki Inversi Memutar telapak kaki ke

samping dalam,

rentang

10°

Eversi Memutar telapak kaki ke

samping luar,

rentang

10°

12. Jari-jari kaki Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke

bawah,

rentang

30-60°

Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang

30-60°

Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu

dengan yang lain,

rentang

15°

Adduksi Merapatkan kembali bersama-

sama,

rentang

15°

Gambar 2.1 Tabel Range of Motion (ROM)

g. Kekuatan otot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dan

menghasilkan gaya. Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi

kekuatan otot, seperti operasi, cedera, atau penyakit tertentu. Malas

berolahraga juga dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat

Page 47: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

35

membuat Anda rentan mengalami cedera saat beraktifitas

(carpenito, 2009).

Nilai derajat kekuatan otot

1) Derajat 0 : Kontraksi otot tidak terdeksi dengan palpasi.

2) Derajat 1 : Tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat

dipalpasi.

3) Derajat 2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah

sesuai perintah.

4) Derajat 3: Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan

melawan gravitasi tanpa tahanan.

5) Derajat 4 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,

melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang.

6) Derajat 5 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,

melawan gavitasi dan melawan tahanan maksimal.

3. Spherical grip

a. Definisi

Fungsi tangan (prehinsion) begitu penting dalam melakukan

aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif maka

lesi pada bagian otak yang mengakibatkan kelemahan akan sangat

menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-

hari seseorang. Tangan juga merupakan organ panca indera dengan

daya guna yang sangat khusus. Prehension dapat didefinisikan

sebagai semua fungsi yang dilakukan ketika menggerakan

Page 48: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

36

sebuah objek yang digenggam oleh tangan . Beberapa bentuk dari

fungsional tangan antara lain power grip yang merupakan bagian

dari fungsional tangan yang dominan terdiri dari cylindrical grip,

spherical grip,hook grip lateral prehinsion grip (Irfan, 2010).

Spherical grip adalah latihan untuk menstimulasi gerak pada

tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam. Latihan ini

dilakukan melalui 3 tahap yaitu membuka tangan, menutup jari-jari

untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam.

Latihan ini adalah latihan fungsional tangan dengan cara

menggenggam sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada

telapak tangan (Irfan, 2010). Kadang sulit membedakan antara

Cylindrical grip dan Spherical grip. Perbedaan utama antara

keduanya biasanya tergantung dari ukuran objeknya. Untuk

ukuran yang lebih besar menggunakan spherical grip karena

jarak antara jari-jari juga semakin luas. Dan otot yang berpengaruh

dalam hal ini yaitu abduktor dan adduktor jari – jari, selain fleksor

jari-jari. Berdasarkan ulusan diatas untuk membantu pemulihan

lengan bagian atas atau ekstremitas atas maka di perlukan teknik

untuk merangsang tangan seperti latihan spherical grip (wahyudin ,

2008).

b. Teknik Pemberian Spherical Grip

1) Prosedur pemberian teknik spherical grip menurut irfan (2010)

adalah :

Page 49: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

37

a) Berikan benda berbenuk bulat (bola tenis).

b) Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam

sempurna.

c) Posisikan wrist joint 45 derajat.

d) Berikan intruksi untuk menggenggam (menggeggam kuat)

selama 5 detik kemudian rileks.

e) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.

c. Manfaat pemberian

Pada latihan spherical grip diharapkan agar terjadi peningkatan

mobilitas pada daerah pergelangan tangan (wrist joint) serta

stabilitas pada daerah punggung tangan (metacarpophalangeal

joint) dan jari-jari (phalangs). Banyak dijumpai pada insan stroke

dimana ketidakmampuan fungsi tangan (prehension) diakibatkan

oleh adanya instabilitas dari pergelangan tangan serta hiperekstensi

dari sendi metacarpophalangeal. Hal ini terjadi akibat kesalahan

penanganan dan atau penguluran yang berlebihan pada jari-jari yang

dilakukan oleh insan stroke sendiri. Perlu diketahui bahwa,

fungsional jari-jari dimungkinkan jika terdapat stabilitas yang baik

pada pergelangan tangan serta mobilitas yang baik pada jari-jari.

Optimalisasi fungsi tangan hanya dapat dilakukan jika tangan

berbentuk lumbrikal ( Lesmana, 2013).

Dengan adanya perbaikan dari tonus postural melalui stimulasi

atau rangsangan propriceptif berupa tekanan pada persendian,

Page 50: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

38

akan merangsang otot-otot di sekitar sendi untuk berkontraksi

memperahankan posisi. Dari sisi aktif efferent dari muscle

spindle dan gologitendon akan meningkat sehingga informasi

akan sampai pada saraf pusat dan munculah proses fasilitasi dan

inhibisi, serta reduksi dari kemampuan otot dan sendi dalam

melakukan gerakkan yang disadari (Victoria, 2014).

Gambar 2.1 Spherical grip Gambar 2.2 Jenis Power grip

Gambar 2.3 Spherical Grip Bola

Page 51: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

39

B. Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori

Penyebab stroke :

a. Trhombosis

Cerebal

b. Haemorhagi

c. Hipoksia umum

d. Hipoksia setempat

Stroke adalah cedera otak

yang berkaitan dengan

obstruksi aliran darah otak.

Macam-macam stroke :

a. Stroke hemoragik

b. Stroke non hemoragik

Pemberian teknik ROM

aktif-asitif spherical grip

Ganguan sensorik dan motorik

Kelemahan otot dan

penurunan kekuatan

otot

Peningkatan kekuatan

otot

Page 52: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

40

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

ROM aktif-asitif

spherical grip

Peningkatan

kekuatan otot

ekstremitas

atas pasien

stroke

Kekuatan otot

menurun pada

pasien stroke

akibat lesi di

otak

Page 53: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

41

BAB III

METODE PENYUSUNAN APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset

Subyek dari aplikasi riset ini adalah pasien Tn.W dengan stroke yang

mengalami hemiparesis.

B. Tempat dan Waktu

Aplikasi riset ini dilakukan di ruang anyelir RSUD dr.Soediran Magun

Sumarso Kabupaten Wonogiri pada tanggal 10-13 Maret 2015.

C. Media dan Alat yang digunakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah :

1. Bola yang digunakan saat pasien menggenggam pada teknik spherical

grip.

2. Lembar observasi derajat kekuatan otot

D. Prosedur Tindakan

1. Mencuci tangan.

2. Mengukur derajat kekuatan sebelum tindakan ROM aktif-asitif spherical

grip

3. Memberikan pasien bola (bola tenis).

Page 54: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

42

4. Melakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna.

5. Memposisikan wrist joint 45 derajat.

6. Memberikan intruksi untuk menggenggam (menggeggam kuat) selama 5

detik kemudian rileks.

7. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.

8. Mengukur kekuatan derajat otot pasien.

9. Mencuci tangan.

E. Alat Ukur

1. Lembar observasi derajat kekuatan otot terlampir.

Nilai derajat kekuatan otot :

a. Derajat 0 : Kontraksi otot tidak terdeksi dengan palpasi.

b. Derajat 1 : Tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat

dipalpasi.

c. Derajat 2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai

perintah.

d. Derajat 3: Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan

gravitasi tanpa tahanan.

e. Derajat 4 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan

gravitasi dan melawan tahanan sedang.

f. Derajat 5 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan

gavitasi dan melawan tahanan maksimal.

Page 55: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

43

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 75 tahun yang berinisial Tn.W,

beragama islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan saat ini sebagai petani,

dengan diagnosa medis stroke non hemoragik, beralamat di Jambungan

Sumberojo Wuryantoro,pasien masuk rumah sakit tanggal 10 Maret 2015.

Selama di rumah sakit yang bertanggung jawab atas Tn. W adalah Ny.P berusia

43 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat

Jambungan Sumberojo Wuryantoro , hubungan dengan pasien adalah anak

kandung.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015 jam 09:00 dengan

metode alloanamnesa, autoanamnesa, dan data laboratorium. Keluhan utama

yang dirasakan pasien adalah tangan dan kaki kirinya terasa berat untuk

digerakkan kepala pusing dan vertigo, dengan riwayat penyakit sekarang klien

mengatakan bahwa sebelumnya Tn. W terjatuh di halaman rumah sehabis

memberi makan ayam nya sejak kemarin hingga hari ini tangan dan kaki

kirinya terasa berat untuk digerakkan, kemudian oleh keluarga dibawa ke IGD

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri di IGD pasien mendapatkan

terapi infus ringer laktat 20 tpm, infus manitol 125cc/6 jam, piracetam 3gr/6

Page 56: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

44

jam, citicolin 1gr/12 jam, furosemid 40mg/12 jam, antalgin 2ml/8 jam,

ranitidine /12 jam kemudian klien dipindahkan ke bangsal anyelir di bangsal

anyelir pasien masih mengeluhkan tangan dan kaki kirinya masih terasa berat

untuk di gerakkan.

Riwayat penyakit dahulu pasien sebelumnya pernah mempunyai riwayat

penyakit asma sejak 3 tahun yang lalu dan pernah dirawat di rumah sakit

sebanyak 2 kali karena asama pasien juga pernah menjalani operasi kecil

berupa jahitan di hidung karena kecelakan 2 tahun lalu, pasien tidak

mempunyai alergi obat atau makanan dulunya pasien adalah seorang perokok

berat.

Riwayat kesehatan keluarga, anggota keluarga pasien tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit hipertensi, asma DM,dan penyakit menular

lainnya.

GENOGRAM

Tn.W

Gambar 4.1 Genogram

Page 57: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

45

Keterangan: : meninggal

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: garis keturunan

Riwayat kesehatan lingkungan, pasien tinggal dilingkungan yang bersih

jauh dari polusi udara dan kebisingan air dirumahnya bersih dan ada

pembuangan sampahnya.. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien

mengatakan bila ada keluarganya yang sakit diperiksakan ke dokter atau

puskesmas terdekat.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan makan 3

kali sehari dengan jenis nasi, sayur, lauk. Setiap kali makan 1 porsi habis dan

tidak ada keluhan. Pasien minum 7-8 gelas perhari dengan jenis air putih dan

teh. Selama sakit pasien makan 3 kali sehari dengan diit dari RS yaitu bubur

rendah garam, sayur, lauk. Setiap kali makan 1 porsi habis. Pasien minum 4

gelas air putih perhari.

Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1 kali perhari

dengan konsistensi lunak berbentuk, bewarna kuning, berbau khas dan tidak

ada keluhan. Pasien dalam sehari BAK 6-7 kali, sekali BAK mengeluarkan

urine sekitar 150 cc, jadi 1 hari sekitar 1050 cc. Selama sakit pasien

mengatakan BAB 1 kali dengan konsistensi lunak berbentuk, bewarna kuning,

berbau khas dan tidak ada keluhan. Pasien dalam sehari BAK 3-4 kali sekali

BAK urine sekita 150 cc jadi 1 hari sekitar 600 cc.

Page 58: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

46

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan makan atau

minum secara mandiri, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi atau ROM juga mandiri. Selama sakit pasien mengatakan

makan atau minum, berpakaian, berpindah dibantu keluarga maupun perawat,

mobilitas di tempat tidur dan ambulasi atau ROM dibantu keluarga dan

perawat, toileting dibantu keluarga dan perawat juga alat yaitu pispot.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan jarang tidur siang,

tidur malam jam 21.00 dan bangun jam 4.30 dan lama tidur pasien sekitar 8,5

jam perhari. Selama sakit pasien mengatakan tidur siang selama kurang lebih

2 jam dan tidur malam sekitar 8 jam terkadang pasien sulit tidur karena nyeri

di kepala.

Pola kognitif-perceptual, sebelum sakit pasien dapat melihat tanpa

gangguan, berbicara lancar, tidak ada gangguan komunikasi, ,mampu

membedakan bau, tidak terjadi gangguan pendengaran. Selama sakit pasien

dapat melihat dengan jelas, mampu berkomunikasi walaupun sedikit tidak

jelas/pelo, tidak terjadi gangguan pedengaran dan dapat membedakan bau.

Pola persepsi konsep diri, pasien adalah seorang laki laki yang merupakan

seorang suami dan seorang ayah pasien adalah panutan bagi keluarganya,

pasien adalah seorang petani bertanggung jawab terhadap keluarga, pasien

dihargai oleh anggota keluarganya dan tetangga sekitarnya pasien mengatakan

bahwa mengatakanmensyukuri apa yang ada pada dirinya sekarang dan ingin

lebih berguna untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya, dan selama sakit

pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya, pasien selalu mendapat dukungan

Page 59: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

47

keluarga, pasien mengatkan ingin segera sembuh dan ingin cepat pulang dan

melanjutkan aktivitasnya kembali seperti biasanya dan pasien juga merasa

kurang nyaman dengan kondisi tubuhya saat ini dan merasa kurang percaya

diri dengan kondisinya saat ini karena dapt menggangu aktivitasnya sehari-

hari.

Pola hubungan peran, sebelum sakit dan selama sakit pasien memiliki

hubungan yang harmonis tidak ada masalah dengan keluarganya dan hubungan

dengan lingkungan sekitarnya juga baik dan selama sakit pasien juga sering di

jenguk keluarga dan tetangganya.

Pola seksual reproduksi, pasien sudah menikah dan pasien juga tidak

mempunyai gangguan atau kelainan pada daerah genetalianya.

Pola mekanisme koping,sebelum dan selama sakit pasien jika ada masalh

dengannya selalu bercerita dengan keluarganya dan mencari solusi jalan

keluarnya dan selama dirawat di rumah sakit pasien mengatasi masalh atau

penyakitnya saat ini dengan mengikuti aturan perintah dari dokter dan juga

perawat.

Pola nilai dan keyakinan, pasien beragama islam saat sakit ini pasien

merasa terganggu pada saat beribadah karena kelemahan anggota badannya

dan pasien yakin akan segera sembuh dengan sholat dan berdoa.

Hasil pemeriksaan fisik keadaan atau penampilan umum sedang,

kesadaran apatis GCS 12 E4 V4 M4. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

sebagai berikut, tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 88x/ menit,

irama teratur teraba kuat, frekuensi pernafasan 20x/ menit irama teratur, suhu

Page 60: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

48

37˚C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rambut jarang pendek

dan beruban. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tidak edema,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil

kanan dan kiri sama kurang lebih 2mm, reflek terhadap cahaya positif, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung tidak menggunakan nafas cupng

hidung, sekret tidak ada , tidak ada polip, bentuk simetris. Mulut bersih, tidak

ada stomatitis,mukosa bibir lembab. Gigi bersih, tidak ada caries gigi. Telinga

kanan dan kiri simetris, tidak ada benjolan, tidak ada serumen, luban telingga

bersih. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pemeriksaan 12 syaraf kranial pada Tn. W yaitu nervus 1 olfaktorius,

pasien mampu merespon bau dengan perubahan ekspresi tetapi tidak mampu

menyebutkannya. Nervus II optikus fungsi penglihatan baik, bola mata bisa

mengikuti gerakan cahaya. Nervus III okulamotorius reaksi pupil tidak ada

gangguan reflek terhadap cahaya positif. Nervus IV troklearis, pasien dapat

melihat ke bawah. Nervus V trigeminus, pasien dapat mengunyah dengan baik.

Nervus VI abdusen, pasien mampu membuka dan menutup mata. Nervus VII

fasialis merespon rasa tetapi dan bisa menyebutkan. Nervus VIII

vestibulokoklearis keseimbangan berdiri pasien terganggu karena hemiparase

sinistra pada bagian kaki kiri dan tidak ada gangguan pendengaran. Nervus IX

glasofaringeus ada reflek muntah. Nervus vagus ada reflek menelan tetapi

lemah. Nervus XI asesorius pasien dapat mengangkat bahu kanan dan tidak

dapat mengangkat bahu kiri ( hemiparase sinistra). Nervus XII hipoglosus

pasen dapat mengeluarkan lidah.

Page 61: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

49

Pemeriksaan dada, untuk paru-paru: inspeksi didapatkan hasil ekspansi

dada kanan kiri sama, palpasi vocal vremitus kanan dan kiri sama, perkusi

sonor seluruh lapang paru, auskultasi tidak ada suara tambahan. Jantung:

inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis tidak

teraba, perkusi jantung pekak, auskultasi bunyi jantung I-II murni.

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi bentuk datar dan tidak ada

jejas, auskultasi bising usus 20x/menit, perkusi kuadran I pekak, II, III, IV

timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan.

Pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang DC. Rektum tidak ada

hemoroid dan luka.

Pada pemeriksaan ektremitas atas, kekuatan otot tangan kanan 5 kekuatan

otot kiri 2 tangan kiri terasa berat untuk digerakkan, ROM kanan aktif dan kiri

pasif, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada deformitas tulang, akral

teraba hanga, tidak ada odema. Pada pemeriksaan ektremitas bawah, kekuatan

otot kaki kanan 5, kaki kiri 3 terasa berat untuk digerakkan, ROM kanan aktif

kiri aktif-asitif, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada deformitas tulang,

akral teraba hangat,tidak ada odema.

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 09 Maret 2015 didapatkan hasil

WBC 7,3 k/ul normal (4,1-10,9P), LYM 2,2 %/L normal ( 0,6-4,1), MID 0,5%

normal (0,0-1,8), GRAN 4,6 %/G normal (2,0-7,8), RBC 4,47 M/ul normal

(4,20-6,30), HGB 13,5 g/dl normal(12,0-18,0), HCT 40,9 % nomal (37,0-51,0),

MCV 91,6 Fl normal (80,0-97,0), MCH 30,2 pg normal (26,0-32,0), MCHC

33,0 g/Dl normal (31,0-36,0), RDW 14,8 % normal (11,5-14,5), PLT 202 k/ul

Page 62: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

50

normal (140-440), MPV 79 fL normal (0,0-99,8), kolesterol total 128 mg/dl

normal (50-200), trigliserida 63 mg/dl (50-200), asam urat 7,7 mg/dl normal

(2,4-7,0), GDS 82 mg/dl normal ( 76-120), SGOT 29 u/L normal (0-25), SGPT

11 u/L normal (0-29), ureum 54 mg/dl normal (10-50), kreatinin 1,23 mg/dl

normal (0,5-1,3). Hasil CT-Scan kepala tanggal 10 maret 2015 didapatkan hasil

Gyri dan sulci baik, differiensiasi grey dan white matter tegas, tampak lesi

hipodens di capsula interna kiri, tampak mid line shift ke kanan, sistema

ventrikel dan cysterna baik, kedua orbita simetris air cell mastoid kanan kiri

baik, tulang-tulang infark, tampak lesi hipodens (HU >40) di sinus maxillaries

kiri, tak tampak cephal haematoma di dapat kesan lacunar infark cerebri

kapsula interna kiri, muscole (DD massa) sinus maxillaries kiri.

Terapi yang di dapat selama di bangsal anyelir antara lain ringer laktat 20

tpm golongan larutan elektrolit nutrisi untuk mengembalikan keseimbangan

elektrolit pada dehidrasi. Manitol 125 cc/6jam golongan diuretik untuk dieresis

dan penurunan tekanan intracranial. Ceftriaxone 1 g/12 jam golongan

antibakteri untuk infeksi gram positif dan negatif pada saluran nafas, saluran

kemih, infeksi gonoreal, septisemia, infeksi tulang dan jaringan, infeksi kulit.

Citicolin 200mg/12 jam golongan vasodilator otak untuk memperbaiki

sirkulasai darah otak. Antalgin 2ml/12 jam golongan analgesik antipiretik

untuk penghilang rasa sakit. Captopril 25 mg/12 jam golongan antihipertensi

untuk hipertensi berat sampai sedang. Betahistin 6 mg/12 jam golongan

antineoplastik untuk vertigo dan dizzines yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau penyakit

Page 63: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

51

meniere, sindrom meniere, dan vertigo. Amlodiplin 10mg/24 jam golongan

antihipertensi untuk obat hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.

C. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data

subjektif antara lain pasien mengatakan terkadang kepalanya pusing dan

mengalami vertigo. Data objektif yang diperoleh pasien tampak kesakitan dan

gelisah, keadaan umum pasien sedang nilai GCS 12 E4 V4 M4 kesadaran

apatis, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 88 kali per menit, pernafasan 20

kali per menit, pasien megalami pelo/ tidak terlalu jelas dalam berkomunikasi,

pasien mengalami gangguan di nervus VIII vestibulokoklearis keseimbangan

berdiri pasien terganggu karena hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri dan

gangguan pada nervus XI asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri (

hemiparase sinistra), hasil CT-Scan terdapat lesi hipodens pada capsula interna

kiri, lacunar infark cerebri kapsula interna kiri muscole (DD massa) sinus

maxillaries kiri. Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral merupakan prioritas utama, sehingga

dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah.

Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian diperoleh data

subyektif antara lain pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya terasa lemah

dan berat untuk digerakkan. Data obyektif yang diperoleh adalah kekuatan otot

ekstremitas atas pasien kanan 5 kiri 2 kekuatan otot ekstremitas bawah pasien

Page 64: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

52

kanan 5 kiri 3, paien mengalami hemiparase sinistra, pasien susah merubah

posisi secara mandiri, aktivitas dan latihan dibantu oleh orang lain berup

makan/minum, bepakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM,

toileting dibantu orang lain dan alat, pasien mengalami gangguan di nervus

VIII vestibulokoklearis keseimbangan berdiri pasien terganggu karena

hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri dan gangguan pada nervus XI

asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri ( hemiparase sinistra), hasil

CT-Scan meunjukkan lacunar infark cerebri kapsula interna kiri muscole (DD

massa) sinus maxillaries kiri merupakan prioritas kedua, sehingga dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuscular.

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 10 Maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Tn. W dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam diharapkan tidak terjadi

gangguan fungsi serebral dengan kriteria hasil kesadaran membaik, TD dalam

batas normal 120/80 mmHg, nadi dalam batas normal 60-100 kali per

menit,tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial antara lain pusing kepala

berat maupun vertigo, fungsi motorik membaik. Intervensi yang dilakukan

yaitu kaji dan monitor tekanan darah setiap 4 jam dengan rasionalisasi untuk

Page 65: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

53

mengevaluasi penyakit dan keberhasilan terapi, kaji keadaan umum dan tingkat

kesadaran dengan rasionalisasi mengetahui ada tidaknya perubahan kesadaran

pasien, pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan darah

kembali normal hindari fleksi dan rotasi leher dengan rasionalisasi tirah baring

membantu menurunkan kebutuhan oksigen dan posisi duduk meningkstksn

sliran darah arteri, anjurkan pasien untuk bed rest dengan rasionalisasi

mencegah peningkatan TIK, kolaborasi dengan dokter pemberian obat

captopril, amlodipin, betahistin ,antalgin, citicolin, manitol dengan

rasionalisasi untuk menurunkan tekanan darah ,mencegah vertigo, menurunkan

TIK, memerbaiki sirkulasi darah otak.

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 10 Maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Tn W dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan neuromuscular dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat

mempertahankan posisi optimal dari fungsi motorik dengan criteria hasil

kekuatan tonus otot meningkat ektremitas atas kiripasien dari 2 menjadi 3

ekstremitas bawah kiri dari 3 menjadi 4, pasien mampu merubah posisi secara

mandiri, aktivitas dan latihan mampu mandiri, pasien berpartisipasi dalm

program latihan, pasien mampu menggunakan kembali sisi tubuhnya yang

mengalami hemiparse kembali normal, tidak adanya kontraktur. Intervensi

yang dilakukan yaitu observasi kemampan secara fungsional dan kaji kekuatan

otot pasien dengan rasionalisasi megetahui sejauh apa kerusakan otot pasien

Page 66: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

54

dan mengetahui sejauh apa kekuatan otot pasien, anjurkan keluarga untuk

merubah posisi setiap 2 jam dengan rasionalisasi untuk mengurangi tekanan

dan mencegah dekubitus, berikan teknik ROM aktif-asitif spherical grip

dengan rasionalisasi untuk meningkatkan kekuatan otot pasien, kolaborasi

dengan fisioterapis pemberian latihan ROM aktif dan pasif dengan rasionalisasi

mempertahanlan mobilitas sendi mengembalikan kontrol motorik.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

keperawatan berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan tindakan

keperawatan pada tanggal 10 Maret 2015 sebagai tindak lanjut pelaksanaan

asuhan keperawatan Tn W dilakukan implementasi jam 08.15 mengkaji

kekuatan otot pasien, pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa berat untuk

digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 kiri 2 ekstremitas bawah

kanan 5 kiri 3. Jam 08.20 mengkaji dan memonitor tekanan darah dan mengkaji

keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien , pasien mengatakan kepalanya

pusing, TD : 170/90 mmHg keadaaun umum sedang kesadaran composmentis

nilai GCS12 E4V4M4. Jam 08.30 memberikan posisi semi fowler dan

mempertahankan tirah baring, pasien mengatakan nyaman dengan posisinya,

pasien rileks. Jam 08:40 menganjurkan keluarga untuk merubah posisi pasien

setiap dua jam sekali, keluarga pasien mengatakan bersedia merubah posisi

pasien, keluarga mengerti. Jam 09:00 memberikan latihan ROM aktif-asitif

spherical grip, pasien mengatakan bersedia diberikan latihan tangan dan kaki

Page 67: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

55

kirinya masih terasa berat untuk digerakkan, kekuatan otot ekstremitas atas

kanan pasien 5 kiri 2, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan pasien 5 kiri 3.

Jam 09:30 berkolaborasi dengan dokter pemberian obat citicolin 200mg,

antalgin 2ml, captopril 25mg, amlodipin 10mg, betahistin 5ml dan manitol

125cc, pasien mengatakan bersedia diberikan obat, obat masuk psien tidak

memiliki alergi terhadap obat. Jam 10:00 menganjurkan pasien untuk

beristirahat, pasien mengatakan mau beristirahat. Jam 10:30 memonitor

tekanan darah pasien, pasien mengatakan kepalanya pusing, tekanan darah

160/100 mmHg. Jam 13:00 memberikan latihan ROM aktif-asitif spherical

grip, pasien mengatakan mau diberikan latihan tangan dan kaki kirinya masih

terasa lemas dan sulit digerakkan, kekuatan ekstremitas atas kanan 5 kiri 2,

kekuatan ektremitas bawah kanan 5 kiri 3. Jam 13:30 menganjurkan pasien dan

keluarga untuk berlatih secara mandiri, pasien dan keluarga bersedia dan

mengerti.

Implementasi hari kedua tanggal 11 Maret 2015, jam 07:30 mengkaji

kemampuan dan kekuatan otot pasien, pasien mengatakan tangan dan kaki

kirinya sudah mulai bisa digerakkan tetapi masih belum sempurna, kekuatan

otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5

kiri 4. Jam 08:00 mengkaji keadaan umun, kesadaran, tekanan darah pasien,

pasien mengatakan pusing berkurang, lemas, keaadaan umum sedang GCS

E4V4M5 TD : 160/90 mmHg. Jam 09:00 berkolaborasi dengan fisioterapis

latihan ROM pasif, pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah bisa

digerakkan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 kiri 2, kekuatan otot

Page 68: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

56

ekstremitas bawah kanan 5 kiri 4, ekstremitas membaik menunjukkan

peningkatan. Jam 09:30 memberikan latihan ROM aktif-asitif sperical grip,

pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah mulai membaik, kekuatan

otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2, kekuatan otot ektremitas bawah kanan 5 kiri

4. Jam 10:00 berkolaborasi dengan dokter pemberian obat citicolin 200mg,

antalgin 2ml, captopril 25mg, amlodipin 10mg, betahistin 5mg, dan manitol

125cc, pasien mengatakan bersedia diberikan obat, obat masuk pasien tidak

memiliki alergi terhadap obat. Jam 10:30 menganjurkan pasien untuk bedrest

pada posisi semi-fowler, pasien mengatakan bersedia istirahat, pasien rileks.

Jam 11:00 menganjurkan keluarga untuk merubah posisi setiap posisi pasien,

keluarga mengatakan bersedia dan merubah posisi pasien. Jam 11:30 mengkaji

keadaan umum, kesadaran, dan tekanan darah, pasien mengatakan pusing

dikepalanya sudah berkurang, keaadan umum baik, GCS 13 E4V4M5 , TD :

160/90 mmhg. Jam 13:00 memberikan latihan ROM aktif-asitif spherical grip,

pasien mau diberi latihan, pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah

mulai membaik, kekuatan otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2, kekuatan otot

ektremitas bawah kanan 5 kiri 4, pasien menunjukkan perbaikan.

Implementasi hari ketiga tanggal 12 maret 2015 , jam 08:00 mengkaji

keadaan umun, kesadaran, tekanan darah pasien , pasien mengatakan pusing

kepalanya sudah hilang , TD : 140/90 mmHg keadaan umum pasien baik

kesadaran composmentis GCS 14 E4 V5 M5. Jam 08:30 mengkaji kekuatan otot

pasien, pasien mengatakan kaki kirinya sudah mulai bisa digerakkan tetapi

masih belum sempurna, kekuatan otot ektremitas atas kanan 5 kiri 3, kekuatan

Page 69: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

57

otot ekstremitas bawah kanan 5 kiri 4. Jam 09:00 berkolaborasi dengan dokter

pemberian obat citicolin 200mg, antalgin 2ml, captopril 25mg, amlodipin

10mg, betahistin 5mg, dan manitol 125cc, pasien mengatakan bersedia

diberikan obat, obat masuk pasien tidak memiliki alergi terhadap obat. Jam

09:30 berkolaborasi dengan fisioterapis latihan ROM pasif, pasien mengatakan

tangan dan kaki kirinya sudah bisa digerakkan, kekuatan otot ektremitas atas

kanan 5 kiri 3, kekuatan otot ektremitas bawah kanan 5 kiri 4, ekstremitas

membaik menunjukkan peningkatan. Jam 10:00 memberikan latihan ROM

aktif asitif spherical grip pasien mau diberi latihan mengatakan tangan dan kaki

kirinya sudah bisa digerakkan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 kiri 3,

kekuatan otot ektremitas bawah kanan 5 kiri 4. Jam 12:00 Mengukur tekanan

darah pasien , pasien mengatakan keadaan nya sudah membaik TD : 130/80

mmHg. Jam 12:15 Memberikan posisi semifowler dan menganjurkan pasien

beristirahat pasien mengtakan bersedia paien beristirahat. Jam 13:30

Memberikan latihan ROM spherical grip pasien mau diberi latihan

mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah bisa digerakkan, kekuatan otot

ekstremitas atas kanan 5 kiri 3, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5 kiri

4, kekuatan otot membaik.

Page 70: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

58

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 Maret 2015 jam

14:00 dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilakukan

evaluasi keperawatan didapat data subyektif yaitu pasien mengatakan

kepalanya terasa pusing, data obyektif TD : 160/100 mmHg, GCS 13 E4 V4 M5,

kesadaran membaik, keadaan umum pasien sedang, maka dapat disimpulkan

masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan yaitu kaji dan monitor tekanan darah setiap 4 jam, kaji

keadaan umum dan tingkat kesadaran dengan rasionalisasi mengetahui ada

tidaknya perubahan kesadaran pasien, pertahankan tirah baring pada posisi

semi fowler, anjurkan pasien untuk bed rest, kolaborasi dengan dokter

pemberian obat.

Setelah dilakukan tindakan pada tanggal 10 Maret 2015, jam 14:10

dilakukan evaluasi keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik

didapat data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya terasa berat

untuk digerakkan, data obyektif pasien terlihat lemah, kekuatan otot ektremitas

atas kanan 5 kiri 2 kekuatan otot ektremitas bawah kanan 5 kiri 3, pasien belum

mampu melakukan aktivitaas secara mandiri, maka dapat disimpulkan masalah

hambatan mobilitas fisik belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkanyaitu

kaji kekuatan otot pasien kolaborasi dengan fisioterapis pemberian latihan

ROM akti dan pasif, berikan latihan ROM aktif-asitif spherical grip.

Evaluasi hari kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 jam 14.10,

dengan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilakukan evaluasi

Page 71: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

59

keperawatan didapat data subyektif yaitu pasien mengatakan pusing

dikepalanya berkurang, data obyektif TD : 160/90 mmHg, GCS13 E4 V4 M5,

kesadaran membaik, keadaan umum pasien sedang, maka dapat disimpulkan

masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian sehingga

intervensi dilanjutkan yaitu kaji dan monitor tekanan darah setiap 4 jam, kaji

keadaan umum dan tingkat kesadaran dengan rasionalisasi mengetahui ada

tidaknya perubahan kesadaran pasien, pertahankan tirah baring pada posisi

semi fowler, anjurkan pasien untuk bed rest, kolaborasi dengan dokter

pemberian obat.

Evaluasi hari kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015, jam 14:20

dilakukan evaluasi keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik

didapat data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah mulai

bisa digerakkan lebih baik tetapi belum sempurna, data obyektif pasien

terlihatlebih baik, kekuatan otot ektremitas atas kanan 5 kiri 2 kekuatan otot

ektremitas bawah kanan 5 kiri 4, pasien mampu berpindah dan bergerak dengan

lebih baik, pasien mampu berlatih teknik spherical grip secara mandiri maka

dapat disimpulkan masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian sehingga

intervensi dilanjutkan yaitu kaji kekuatan otot pasien kolaborasi dengan

fisioterapis pemberian latihan ROM aktif dan pasif, berikan latihan ROM aktif-

asitif spherical grip.

Evaluasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 jam 14:00,

dengan diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilakukan

evaluasi keperawatan didapat data subyektif yaitu pasien mengatakan pusing

Page 72: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

60

di kepalanya sudah hilang, data obyektif TD : 130/90 mmHg, GCS14 E4 V5

M5, kesadaran membaik , keadaan umum pasien baik, maka dapat disimpulkan

masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian sehingga

intervensi dilanjutkan yaitu kaji dan monitor tekanan darah setiap 4 jam, kaji

keadaan umum dan tingkat kesadaran dengan rasionalisasi mengetahui ada

tidaknya perubahan kesadaran pasien, pertahankan tirah baring pada posisi

semi fowler, anjurkan pasien untuk bed rest, kolaborasi dengan dokter

pemberian obat.

Evaluasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015, jam 14:20

dilakukan evaluasi keperawatan dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik

didapat data subyektif pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya sudah bisa

digerakkan lebih baik dan tidak terasa terlalu berat, data obyektif pasien terlihat

lebih baik, pasien mampu duduk dan berpindah secara mandiri, ektremitas atas

dan bawah mampu digerakkan dengan baik dan menunjukkan peningkatan,

pasien mampu berlatih mandiri teknik ROM spherical grip, kekuatan otot

ektremitas atas kanan 5 kiri 3 kekuatan otot ektremitas bawah kanan 5 kiri 4,

pasien mampu berlatih teknik spherical grip secara mandiri maka dapat

disimpulkan masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sehingga intervensi

dihentikan.

Page 73: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

61

BAB V

PEMBAHASAN

Bab V dalam karya tulis ini akan dijelaskan mengenai pembahasan yang akan

menguraikan hasil analisa dan perbandingan , serta kesenjangan antara teori dan

aplikasi yang terdapat di lapangan. Pembahasan ini berisi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

perawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).

Hasil pengkajian pada Tn.W yang dilakukan tanggal 10 maret 2015

melalaui metode alloanamnesa dan autoanamnesa dokter mendiagnosa Tn. W

srtoke. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang

disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi

pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin,2008). Adapun hasil pengkajian pada

riwayat penyakit sekarang Tn. W mengalami hemiparasis sinistra sehingga

tangan dan kaki kirinya susah untuk digerakkan. Keluhan tersebut sejalan

dengan teori dari Iskandar (2004) yang menyebutkan yang dimana salah satu

tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan defisit neurologis/kelumpuhan

fokal (hemiparasis) , baal atau mati rasa sebelah badan berkurang. Pasien stroke

mengalami hemiparasis yang berupa

Page 74: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

62

gangguan fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh

gangguan suplai darah ke otak pada pasien stroke berkurang.

Pada pengkajian pola aktivitas dan latihan Tn. W dalam melakukan

aktivitas dan latihan seperti makan, minum, berpakaian, berpindah , mobilitas

tempat tidur dan ambulasi atau ROM dibantu oleh keluarga dan perawat.

Keadaan tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa pada pasien stroke terjadi

hemiparasis dan menurunnya kekuatan otot pasien pula yang menyebabkan

gerakan pasien lambat, penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena

gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak, sehingga

kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2008).

Pada pengkajian pola kognitif dan perceptual Tn. W mengalami

gangguan dalam berkomunikasi yaitu bicara pasien tidak jelas atau pelo.

Keadaan tersebut sesui dengan teori dari Rosiana (2009) yaitu Disratria atau

pelo sering ditemui atau dialami penderita stroke karena kelemahan spastisitas

dan gangguan koordinasi pada organ bicara atau artikulasi pada saraf kranial.

Pada pemeriksaan fisik Tn. W didapatkan hasil pengkajian yaitu kedaan

umum pasien sedang, kesadaran apatis dengan nilai GCS 12 E4 V4 M4. Pada

pasien stroke kebanyakan dari mereka mengalami penurunan kesadaran.

Kesadaran apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan kehidupan sekitar, sikap acuh tak acuh (Nurarif, 2013). Glasgow Coma

Scale adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien

dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon

pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata,

Page 75: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

63

bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat score dengan

rentang angka 1-6 tergantung responnya. Glasgow Coma Scale meliputi :

Pengukuran eye / mata: spontan membuka mata 4, membuka mata dengan

perintah(suara) 3, membuka mata dengan rangsang nyeri 2, tidak membuka

mata dengan rangsang apapun 1. Pengukuran verbal :berorientasi baik 5,

bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4, bisa

membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3, bisa mengeluarkan

suara yang tidak memiliki arti 2, tidak bersuara 1. Pengukuran motorik :

menurut perintah 6, dapat melokalisir rangsang nyeri 5 menolak rangsangan

nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 4 , menjauhi rangsang nyeri 3, ekstensi

spontan 2 , tak ada gerakan 1. Nilai GCS tertinggi 15 yaitu E4V5M6 dan

terendah 3 E1V1M1. Nilai GCS jika di hubungkan dengan nilai kesadaran

kualitatif adalah nilai GCS 14-15 compoosmentis, nilai 12-13 apatis, nilai 11-

12 somnolent, nilai 8-10 stupor dan skor <5 adalah koma (,Sylviningrum,

2014).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,

termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,

kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan

berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran

memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular

mengalami injuri (Putra,2010).

Pada pemeriksaan pengukuran tekanan darah pada Tn. W didapatkn

hasil TD: 170/100 mmHg. Menurut Meifi (2009), Faktor resiko terpenting

Page 76: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

64

stroke adalah hipertensi , tinginya lemak darah, dan merokok . Tekanan darah

pasien adalah 170/100 mmHg dan merupakan hipertensi grade 2 (sistolik 160-

179 dan diastolik 100- 109). Menurut Nugroho (2011) Hipertensi merupakan

kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan diastolik

≥140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg untuk usia 60 tahun dan

tekanan sistolik 95 mmHg untuk usia 60 tahun. Tekanan darah meningkat

sebagai kompensasi kurangnya pasokan darah di tempat terjadinya stroke dan

biasanya tekanan darah turun dalam waktu 48 jam.

Pada pemeriksaan 12 syaraf kranial Tn. W didapatkan hasil gangguan

pada Nervus VIII vestibulokoklearis keseimbangan berdiri pasien terganggu

karena hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri dan gangguan pada Nervus

XI asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri ( hemiparase sinistra).

Pada pasien stroke mengalami hemiparase yang berupa gangguan fungsi otak

sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak

pada pasien stroke berkurang ( Iskandar,2004).

Pada pemeriksaan ekstremitas Tn. W didapatkan hasil kekuatan otot

kanan atas pasien 5 kiri 2 dan kekuatan otot bawah kanan 5 kiri 3, pasien

mengatakan kaki dan tangan kirinya terasa berat untuk digerakkan dan pasien

mengalami penurunan kekuatan sebelah kiri. Keluhan tersebut sejalan dengan

teori yang dimana salah satu tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan

defisit neurologis/kelumpuhan fokal (hemiparasis) , baal atau mati rasa sebelah

badan berkurang. Pasien stroke mengalami hemiparase yang berupa gangguan

Page 77: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

65

fungsi otak sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai

darah ke otak pada pasien stroke berkurang ( Iskandar, 2004).

Pada pemeriksaan Ct Scan Tn. W didapatkan hasil lacunar infark

cerebri kapsula interna kiri, muscole (DD massa) sinus maxillaries kiri.

Pemeriksaan penunjang pada pasien stroke sangat penting untuk mengetahui

jenis serangan stroke, apakah stroke iskemik atau hemoragik karena terapi pada

kedua jenis stroke berbeda, sehingga untuk membedakan dapat dilakukan

pemeriksaan CT scan. Hasil CT scan memperlihatkan secara spesifik letak

edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta

posisinya secara pasti, dan hasil pemeriksaan biasannya di dapatkan hiperdens

fokal, kadang- kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan otak

(Pudiastuti, 2013).

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tantang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial,

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamanya, perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status

kesehatan klien (Dermawan, 2012).

Perumusan diagnosa keperawatan pada kasus ini di dasarkan pada

keluhan utama dan beberapa karakteristik yang muncul pada pasien Dari

pengkajian pada Tn. W didapatkan data subyektif pasien mengeluhkan

kepalanya pusing data obyektif hasil CT Scan lacunar infark cerebri kapsula

Page 78: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

66

interna kiri, muscole (DD massa) sinus maxillaries kiri, kesadaran apatis nilai

GCS 12 (E4V4M4) terjadi penurunan kesadaran , bicara pasien pelo atau tidak

terlalu jelas, nadi 88 x permenit, tekanan darah 170/ 100 mmHg, respirasi 20

kali permenit, suhu 37º C, pasien mengalami hemiparse sinistra.

Sehingga penulis mengambil diagnose ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah. Ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral adalah penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat

menganggu kesehatan (Nurarif, 2013). Batasan karakteristik ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral yaitu perubahan status mental, perubahan perilaku,

perubahan respon motorik, perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan,

kelemahan ekstremitas atau kelumpuhan, ketidak normalan dalam berbicara

(Herdman, 2012). Penentuan etiologi dari diagnose ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah berdasarkan

pengkajian yang didapat yaitu hasil CT-Scan lacunar infark cerebri kapsula

interna kiri, muscole (DD massa) sinus maxillaries kiri, kesadaran apatis GCS

12 E4 V4 M4, tekanan darah 170/100 mmHg, komunikasi pelo.

Perumusan diagnosa kedua yaitu didapat hasil pengkajian adalah Tn W

mengalami kelemahan anggota gerak dengan kaki dan tangan sebelah kirinya

berat untuk digerakan ditandai dengan kekuatan otot ektremitas atas kanan 5

kiri 2 ektremitas bawah kanan 5 kiri 3, aktivitas dan latihan dibantu oleh

keluarga, kelainan pada pada Nervus VIII vestibulokoklearis keseimbangan

berdiri pasien terganggu karena hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri dan

gangguan pada Nervus XI asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri

Page 79: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

67

( hemiparase sinistra). Keluhan tersebut sejalan dengan teori yang dimana

salah satu tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan defisit neurologis atau

kelumpuhan fokal (hemiparesis) baal atau mati rasa sebelah badan berkurang .

pasien stroke mengalami hemiparase yang berupa gangguan fungsi otak

sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak

pada pasien stroke berkurang ( Iskandar,2004).

Karakteristik tersebut sesuai dengan batasan karakteristik untuk

masalah hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan kemampuan untuk

melakukan ketrampilan motorik kasar, kesulitan membolak-balik posisi

(Herdman,2012). Sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif, 2013).

Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik adalah penurunan waktu reaksi,

kesulitan membolak-balik posisi, keterbatasan untuk melakukan ketrampilan

motorik halus, keterbatasan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar,

keterbatasan rentang pergerakkan (Herdman,2012). Penentuan etiologi dari

diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular didapatkan dari hasil pengkajian yaitu adanya kelainan pada

pada Nervus VIII vestibulokoklearis keseimbangan berdiri pasien terganggu

karena hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri dan gangguan pada Nervus

XI asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri ( hemiparase sinistra).

Page 80: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

68

Pada pembahasan ini penulis mengambil dua diagnosa yaitu resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan hambatan mobilitas fisik. Dua

diagnosa tersebut sesuia dengan teori yang ada yaitu Menurut Rendy dan

Margareth (2012) diagnosa utama yang terjadi pada pasien stroke adalah resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik dan defisit

perawatan diri.

Pada kasus ini penulis tidak mengambil diagnosa defisit perawatan diri

dikarenakan pasien tidak menglami defisit perawatan diri walupun aktifitas dan

latihannya dibantu oleh keluarga. Karena saat pengkajian keadaan pasien

bersih rapi dan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda yang terdapat pada

batasan karateristik diagnosa defisit perawatan diri.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan. Merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan

dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien

ditentukan dan merencanakan intervensi keperawatan. Selama perencanaan

dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim kesehatan

lain, telaah literatur, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang

relevan, tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penata laksanaan

klinik (Dermawan, 2012).

Page 81: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

69

Intervensi pada masalah keperawatan dengan diagnosa ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x6 jam diharapkan tidak

terjadi gangguan perfusi jaringan serebral dengan kriteria hasil tingkat

kesadaran membaik dan tidak terjadi penurunan kesadaran, fungsi motorik

membaik, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial berupa

pusing kepala berat maupun vertigo, TTV dalam batas normal (TD : sistol 120-

140, diastole 80-90 mmHg dan Nadi 60-100 kali per menit).

Penulis menulis intervensi sesuai dengan kriteria NIC (Nursing

Intervension Clacification) berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama

penulis menyusun perencanaan antara lain kaji dan monitor tekanan darah

setiap 4 jam dengan rasionalisasi untuk mengevaluasi penyakit dan

keberhasilan terapi. Mengukur tekanan darah perlu dilakukan pada pasien

stroke karena hipertensi mendorong timbulnya stroke lewat di perberatnya

atherosklerosis pada arkus aorta maupun arteri servikoserebral. Hipertensi

lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis firinoid yang

memperlemah di nding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan

ruptur intima dan menimbulkan aneurisma, selanjutnya dapat menyebabkan

ruptur intima dan menimbulkan aneurisma. Hipertensi menyebabkan

gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak sehingga pada

tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita hipertensi

sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi. Makin lama hipertensi

tidak diobati makin tinggi angka kejadian untuk stroke (Sitorus, 2006).

Page 82: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

70

Intervensi yang kedua adalah kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran

dengan rasionalisasi mengetahui ada tidaknya perubahan kesadaran pasien.

Kesadaran pasien perlu sering untuk dipantau karena pada pasien stroke rawan

terjadi penurunan kesadarn. Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan

dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti

keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan

tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat

kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas

reticular mengalami injuri (Putra,2010).

Intervensi yang ketiga yaitu pertahankan tirah baring pada posisi semi

fowler sampai tekanan darah kembali normal hindari fleksi dan rotasi leher

dengan tujuan tirah baring membantu menurunkan kebutuhan oksigen dan

posisi duduk meningkatkan aliran darah arteri (Rendy dan Margareth, 2012).

Intervensi yang keempat yaitu anjurkan pasien untuk bed rest dengan

rasionalisasi mencegah peningkatan TIK. Karena otak terletak di dalam

tengkorak, peningkatan TIK akan mengganggu aliran darah ke otak dan

mengakibatkan iskemik serebral, pencegahan dan kontrol terhadap

peningkatan TIK serta mempertahankan tekanan perfusi serebral (Cerebral

Perfusion Pressure/CPP) ( Kayana, 2013).

Intervensi yang kelima yaitu kolaborasi dengan dokter pemberian obat

citicolin 200mg, antalgin 2ml, captopril 25mg, amlodipin 10mg, betahistin

5mg, dan manitol 125cc dengan tujuan untuk menurunkan TD ,mencegah

vertigo, menurunkan TIK, memerbaiki sirkulasi darah otak (ISO, 2012).

Page 83: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

71

Intervensi pada masalah keperawatan dengan diagnosa hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

mempertahankan posisi optimal dari fungsi motorik dengan kriteria hasil

kekuatan tonus otot meningkat ektremitas atas kiripasien dari 2 menjadi 3

ekstremitas bawah kiri dari 3 menjadi 4, pasien mampu merubah posisi secara

mandiri, aktivitas dan latihan mampu mandiri, pasien berpartisipasi dalm

program latihan, pasien mampu menggunakan kembali sisi tubuhnya yang

mengalami hemiparse kembali normal, tidak adanya kontraktur.

Intervensi yang dilakukan yaitu observasi kemampuan secara

fungsional dan kaji kekuatan otot pasien dengan rasionalisasi megetahui sejauh

apa kerusakan otot pasien dan mengetahui sejauh apa kekuatan otot pasien.

Kelemahan otot menyebabkan ketidakseimbangan dan saat berjalan karena

gangguan kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi gerak (Irdawati, 2008).

Intervensi yang kedua yaitu anjurkan keluarga untuk merubah posisi

setiap 2 jam dengan rasionalisasi untuk mengurangi tekanan dan mencegah

dekubitus. Mencegah dekubitus merupakan tindakan patient safety sehingga

pasien harus di mobilisasi dengan cara merubah posisi pasien setiap 2jam

(Surbargus, 2011).

Intervensi yang ketiga adalah berikan teknik ROM Aktif-Asitif

spherical grip dengan rasionalisasi untuk meningkatkan kekuatan otot pasien

dan kolaborasi dengan fisioterapis pemberian latihan ROM aktif dan pasif

dengan tujuan mempertahanlan mobilitas sendi mengembalikan kontrol

Page 84: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

72

motorik. Range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

pergerakkan sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot

dan tonus otot. Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat

mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan kontraktur,

tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara

rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan

kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin

banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan

otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan

terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).

Ada cara lain untuk terapi pada pasien stroke dengan cara meletakkan

tangan pada posisi menggeggam berfungsi dengan jari-jari sedikit fleksi dan

ibu jari dalam posisi adduksi. Gunakan pegangan dalam bentuk roll. Benda

berbentuk roll dapat menyebabkan pergelangan spastik (peningkatan tonus otot

menyebabkan adanya suatu tahanan) ( Baticcaca, 2008).

Latihan genggaman pada tangan dapat dilakukan dengan cara teknik

spherical grip karena paling mudah dan praktis digunakan yaitu dengan

memberikan benda berbentuk bulat (bola tennis), lakukan koreksi pada jari-jari

agar menggenggam sempurna, posisikan wrist join 45 derajat, berikan intruksi

untuk menggenggam selama 5 detik kemudian rileks, lakukan pengulangan

sebanyak 7 kali ( Irfan, 2010).

Page 85: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

73

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Pada Tn W penulis melakukan 3 hari pengelolaan terhadap pasien.

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari untuk menyelesaikan 2 diagnosa

yang diangkat yaitu mengkaji kekuatan otot pasien, mengkaji dan memonitor

tekanan darah dan mengkaji keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien,

memberikan posisi semi fowler dan mempertahankan tirah baring,

menganjurkan keluarga untuk merubah posisi pasien setiap dua jam sekali,

memberikan latihan ROM aktif-asitif spherical grip, berkolaborasi dengan

dokter pemberian obat citicolin 200mg, antalgin 2ml, captopril 25mg,

amlodipin 10mg, betahistin 5ml dan manitol 125cc, menganjurkan pasien

untuk beristirahat,memonitor tekanan darah pasien.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

kerusakan neuromuskular penulis menekankan pada pemberian teknik ROM

aktif-asitif spherical grip untuk meningkatkan kekuatan otot atas Tn. W yang

mengalami hemiparase. Dari pemberian terapi ROM spherical grip selama 3

hari dan diberikan 2 kali sehari didapatkan hasil sebagai berikut, hari pertama

pemberian ROM spherical grip dilakukan sebanyak 2 kali sehari pagi dan siang

hari kekuatan otot kiri atas sebelum dilakukan pemberian ROM spherical grip

adalah 2 setelah diberikan ROM spherical grip kekuatan otot kiri atas Tn. W

Page 86: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

74

adalah 2. Pada hari kedua juga diberikan 2 kali sehari sebelum dilakukan ROM

spherical grip kekuatan otot kiri atas Tn. W adalah 2 dan setelah dilakukan

ROM spherical grip kekuatan otot kiri atas Tn. W adalah 2 . Pada hari ketiga

pemberian ROM spherical grip diberikan 2 kali sehari kekuatan otot kiri atas

Tn. W adalah 2 dan setelah dilakukan tindakan pemberian ROM spherical grip

kekuatan otot kiri atas Tn. W menjadi 3.

ROM spherical grip diberikan selama 3- 5 menit, terdapat kesulitan saat

melakukan tindakan karena ROM spherical grip ini menekankan pada

kekuatan genggaman tangan sedangkan pasien menglami kekakuan pada jari-

jari tangannya sehingga kekuatan genggaman tangan pasien kurang kuat.

Kemudahannya pasien kooperatif saat dilakukan tindakan sehingga saat

pemberian ROM spherical grip penulis dapat memberikan ROM sesui prosedur

dan memungkinkan didapatkan hasil yang efektif untuk meningkatkan

kekuatan otot atas Tn. W.

Serangan stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen. Cacat

fisik dapat mengakibatkan seseorang kurang produktif. Oleh karena itu pasien

stroke memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat fisik agar dapat

menjalani aktivitasnya secara normal. Rehablitasi harus dimulai sedini

mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik

yang lebih cepat dan optimal. Serta menghindari kelemahan otot yang dapat

terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah pasien terkena

stroke (Irfan, 2010).

Page 87: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

75

Hemiparase dan menurunnya kekuatan otot itulah yang menyebabkan

gerakan pasien lambat, penderita stroke mengalami kesulitan berjalan karena

gangguan kekuatan otot , keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga

kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Latihan rentang gerak

mempercepat penyembuhan pasien stroke karena akan mempengaruhi sensasi

gerak di otak (Irdawati,2008).

Salah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke adalah

latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM). ROM Aktif-Asitif

dilakukan dengan cara klien menggunakan lengan atau tungkai yang

berlawanan dan lebih kuat untuk menggerakan setiap sendi pada ekstremiitas

yang tidak mampu gerakan aktif (Berman, 2009).

ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempuraan dan kemampuan pergerakkan sendi secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot. Dari sudut

terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian

dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan

pembentukan kontraktur . Gerakan yang didapatkan pada latihan ROM dapat

dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal lain

dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh

struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot,

permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf ( Potter &

perry, 2009).

Page 88: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

76

Salah satu tindakan ROM yang dapat dilakukan adalah pemberian

ROM aktif asitif spherical grip. Spherical grip adalah latihan untuk

menstimulasi gerak pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam.

Latihan ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu membuka tangan, menutup jari-jari

untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam. Latihan ini

adalah latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda

berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan . Teknik spherical grip karena

paling mudah dan praktis digunakan yaitu dengan memberikan benda

berbentuk bulat (bola tennis), lakukan koreksi pada jari-jari agar

menggenggam sempurna, posisikan wrist join 45 derajat, berikan intruksi

untuk menggenggam selama 5 detik kemudian rileks, lakukan pengulangan

sebanyak 7 kali ( Irfan, 2010).

Menurut Lesmana (2013) , pada latihan spherical grip diharapkan agar

terjadi peningkatan mobilitas pada daerah pergelangan tangan (wrist joint)

serta stabilitas pada daerah punggung tangan (metacarpophalangeal joint) dan

jari-jari (phalangs). Banyak dijumpai pada insan stroke dimana

ketidakmampuan fungsi tangan (prehension) diakibatkan oleh adanya

instabilitas dari pergelangan tangan serta hiperekstensi dari sendi

metacarpophalangeal. Dengan adanya perbaikan dari tonus postural melalui

stimulasi atau rangsangan propriceptif berupa tekanan pada persendian, akan

merangsang otot-otot di sekitar sendi untuk berkontraksi memperahankan

posisi. Dari sisi aktif efferent dari muscle spindle dan gologitendon akan

meningkat sehingga informasi akan sampai pada saraf pusat dan munculah

Page 89: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

77

proses fasilitasi dan inhibisi, serta reduksi dari kemampuan otot dan sendi

dalam melakukan gerakkan yang disadari (Victoria, 2014).

Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat

mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan kontraktur,

tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara

rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan

kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin

banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan

otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan

terjadi kecacatan yang permanen (Potter & Perry, 2009).

Implementasi rehabilitasi medis menurut Rosiana (2009) sangat

penting untuk mengembalikan pasien pada kemandirian mengurs diri dan

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban keluarganya.

ROM sangat penting karena apabila otot diam pada sisi tertentu dalam waktu

lama kelenturannya akan hilang, otot akan kaku pada posisi tersebut sulit dan

memerlukan tenaga lebih besar untuk kontraksi memendek dan memanjang

begitu pula pada sendi yang akn kering dan kaku.

Implementasi lain yang dilakukan oleh penulis lakukan pada Tn. W

adalah mengkaji kesadaran pasien , mengukur tekanan darah pasien. Kesadaran

pasien menunjukkan peningkatan yang baik dan tidak terjadi penurunan

kesadaran, tekanan darah pasien juga menunjukkan penurunan dari hari

pertama tekanan darah pasien 160/100 mmHg , hari kedua 160/90 mmHg, hari

ketiga 130/90 mmHg. Mengukur tekanan darah dan mengobservasi kesadaran

Page 90: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

78

perlu dilakukan pada pasien stroke karena kesadaran dan tekanan darah

mempengaruhi keberhasilan dari pemberian ROM spherical grip dan

menunjukkan adanya perbaikan pada kondisi pasien stroke.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah membandingkan efek atau hasil suatu

tindakan keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat

(Dermawan, 2012).

Hasil evaluasi dari diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan interupsi aliran darah yang sudah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 hari sudah menunjukkan perbaikan sesuai dengan

criteria hasil yang sudah ditentukan dalam intervensi keperawatan diantarnaya

membaiknya kesadaran dan keadaan umum pasien dari apatis ke

composmentis, TD pasien menurun menjadi 130/80 mmHg, nyeri kepala

pasien sudah hilang dan kekuatan otot pasien menunjukkan peningkatan

sehingga masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral sudah

teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan untuk kembali mengoptimalkan

pemulihan jaringan serebral.

Hasil evaluasi dari diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuskular yang sudah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 hari didapatkan hasil aktivitas dan latihan pasien sudah tidak

tergantung orang lain dan mampu mandiri, kekuatan otot pasien mengalmi

peningkatan , ekstremitas atas kanan 5 dan kiri 3 , ekstremitas bawah kanan 5

Page 91: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

79

kiri 4 sehingga masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan neuromuscular teratasi intervensi dipertahankan.

Dari pemberian latihan ROM aktif asitif spherical grip selama 3 hari

pada asuhan keperawatan pada Tn. W didapatkan hasil pengingkatan kekuatan

otot ekstremitas atas kiri pasien dari 2 menjadi 3 dan dapat disimpulkan bahwa

pemberian latihan ROM sheperical grip ini efektif untuk meningkatan

kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke yang mengalami hemiparase

walaupun peningkatan kekuatan ototnya tidak terlalu signifikan. Hasil evaluasi

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmaningrum (2012)

bahwa 20 responden dari penderita stroke yang dirawat inap di RSUD Tugurejo

Semarang menunjukkan hasil terdapat peningkatan kekuatan otot eksremitas

atas pada hari ke-2 sore nilai p=0,014, selanjutnya pada hari berikutnya hari

ke-3 p=0,046, selanjutnya pada hari beriktnya hari ke-4 pagi p=0,046 dan

selanjutnya hari ke-6 pagi p=0,046.

Page 92: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

80

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang pemberian Range of Motion

(ROM) aktif asitif spherical grip untuk meningkatkan kekuatan otot

ekstremitas atas pada asuhan keperawatan Tn. W dengan stroke di ruang

anyelir RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri maka dapat

ditarik kesimpulan:

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat di ambil dari kasus Tn. W adalah pasien

mengalami hemiparase sinistra, kekuatan otot ekstremitas atas pasien

kanan 5 kiri 2 kekuatan otot ekstremitas bawah pasien kanan 5 kiri 3,

aktivitas dan latihan dibantu keluarga, kepala terasa pusing , kesadaran

apatis GCS E4 V4 M4 , TD 170/100 mmHg, nadi 88x/menit, bicara pasien

tidak terlalu jelas atau pelo, didapat hasil CT-Scan menunjukkan lacunar

infark cerebri kapsula interna kiri muscole (DD massa) sinus maxillaries

kiri. Nervus VIII vestibulokoklearis keseimbangan berdiri pasien

terganggu karena hemiparase sinistra pada bagian kaki kiri, Nervus XI

asesorius pasien tidak dapat mengangkat bahu kiri ( hemiparase sinistra).

Page 93: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

81

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang ada pada Tn. W dapat ditegakkan

diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

interupsi aliran darah dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuscular.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan yang dapat diambil untuk menyelesaikan

masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan interupsi aliran darah adalah kaji dan monitor

tekanan darah setiap 4 jam, kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran,

pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan darah

kembali normal hindari fleksi dan rotasi leher, anjurkan pasien untuk bed

rest , kolaborasi dengan dokter pemberian obat captopril, amlodipin,

betahistin ,antalgin, citicolin, manitol.

Intervensi keperawatan yang dapat diambil untuk menyelesaikan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan neuromuskular adalah observasi kemampuan secara fungsional

dan kaji kekuatan otot, anjurkan keluarga untuk merubah posisi setiap 2

jam, berikan teknik ROM aktif-asitif spherical grip, kolaborasi dengan

fisioterapis pemberian latihan ROM aktif dan pasif.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada Tn.W

dengan stroke adalah sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan lebih

Page 94: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

82

mengoptimalkan pemberian latihan ROM aktif-asitif spherical girp untuk

meningkatkan kekuatan otot pasien.

5. Evaluasi

Evalusi keperawatan yang dapat di hasilkan oleh Tn. W dengan

stroke adalah maslah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat

teratasi sebagian dan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dapat

teratasi sesuai criteria hasil.

6. Pemberian latihan ROM aktif-asitif spherical girp untuk meningkatkan

kekuatan otot ekstremitas atas pasien dapt menunjukkan hasil yang

signifikan karena dalam waktu 3 hari pemberian latihan kekuatan otot

ekstremitas pasien meningkat dari 2 menjadi 3.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

hipertensi penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

1. Bagi institusi pendidikan

Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih membangun ilmu

pengetahuan melalui aplikasi jurnal yang lebih inovatif dan dapat

melakukan asuhan keperawatan yang lebih komperhensif.

Page 95: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

83

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang

baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien stroke, sehingga

perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu dalam mengatasi

kelemahan otot dan meningkatkan kembali kekuatan otot pada pasien

stroke.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun

dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi pasien yang

mengalami stroke dengan hemiparase.

Page 96: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Goldszmidt J, 2013. Stroke Esensial Edisi Kedua. Jakarta : PT. Indeks

Batticaca, Fransisca, 2012 , Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan , Jakarta : Salemba Medika.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dep Kes, R.I Desember.2008,

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.

Berman, Audrey, Snyder, Shirlee, Koizer, Barbara & Erb, Glenora. 2009. Buku

Ajar praktik keperawatan klinis koizer & erb. Alih bahasa : Eny Meila.

Jakarta : EGC.

Carpenito, 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC :

Jakarta.

Corwin, EJ . 2009. Buku Saku Patofisiologis , 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

Dermawan, Deden.2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep&Kerangka

Kerja. Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Dinkes Jawa Tengah. 2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2005. Semarang.

Henderson, Leila. 2002. Stroke Panduan Perwatan. Jakarta : EGC.

Herdman, TH.2012. NANDA International Diagnosis Keperawata Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. EGC : Jakarta.

Hernowo, Windu . 2007. Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam.

https://hpstroke.wordpress.com. Diakses 18 Februari 2015.

Irdawati, 2008. Perbedaan Pengaruh Latihan Gerak terhadap Kekuatan otot pada

pasien stroke non hemoragik hemiparase kanan dibandingkan dengan

hemiparase kiri vol.43 nomor 2. Jawa tengah : mEdia Medika Indonesia.

Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Iskandar , J . 2004. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. PT.

Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia : Jakarta.

ISO Indonesia.2012. Informasi Spesialis Obat. ISFI : Jakarta.

Juniadi,Iskandar . 2006. Stroke A-Z Pengenalan , pencegahan, Pengobatan

Rehabilitasi stroke, serta Tanya jawab seputar stroke. Jakarta : PT Buana

Ilmu Populer.

Page 97: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

Kayana Ida Bagus Adi dkk. 2013. Teknik Pemantauan Tekanan Intrakranial.

Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana :

Denpasar.

Lesmana, Syahmirza Indra, 2009. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban

Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau

Dari Perbedaan Gender (Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban

Metode Delorme dan Metode Oxford Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan dan Fisioterapi. Diakses tanggal 15 mei 2015.

Marilynn E, Doengoes, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Meifi, Dharmady Agus, 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Vol.8 nomor 1.

Manajemen Kedokteran Daminus : Jakarta.

Miniño, A.M., Murphy, S.L. & Xu, J., 2011. National Vital Statistics Reports,

Deaths : Final Data for 2008.,59(10).

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

National Audit Office, 2010. Progress in Improving Stroke Care; A Good

Practice Guide. www.nao.org.uk/publivations/0506/Progress in

Improving Stroke Care.aspx. Diakses 18 Februari 2015.

National Stroke Foundation, 2012. National Stroke Audit: Rehabilitation Services

Report 2012. Melbourne, Australia; National Stroke Foundation.

Available at: http://strokefoundation.com.au/prevent-stroke/. Diakses 18

Februari 2015.

Nugroho, Taufan.2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak,Bedah,penyakit

Dalam. Nuha Medika : Yogyakarta.

Nurarif.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

Nanda NIC-NOC. Mediaction : Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik. Jakarta: EGC

Putra, Dwi Yoedhas. 2010. Tingkat Kesadarn.

http://yoedhasfliyingdutchman.blogspot.com/2010/04/tingkat-

kesadaran.html//. Diakses tanggal 13 Mei 2015.

Page 98: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

Refshauge, A, 2012. Australia’'s Health 2012, The thirteenth biennial health

report of the Australian Institute of Health and Welfare. Diakses tanggal

20 februari 2015.

Rendy, clevo dan Margareth.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Medical Book : Yogyakarta.

Roger, V.L., Go, A.S., Lloyd-jones, D.M., Adams, R.J., Berry, J.D., Brown,

T.M.,Carnethon, M.R., Dai, S., Simone, G.D., Ford, E.S., Fox, C.S.,

Fullerton, H.J., Gillespie, C., Greenlund, K.J., Hailpern, S.M., Heit,

J.A., Ho, P.M., Howard. 2011. Heart Disease and Stroke Statistics —

2011 Update, A Report From the American Heart Association.

Rosiana, W Pradanasi.2009. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan

Primer. Kedokteran Indonesia : Jakarta.

Ruhyanudin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler. Malang: Umm Press.

Satyanegara et.al. 2010. Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara Edisi IV. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama .

Sitorus, Rico J dkk, 2006. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadi an

Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun. Semarang. Diakses

tanggal 13 Mei 2015.

Smeltzer, S,C & BARE, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisu 8 col 1. Alih bahasa Agung Waluyo dkk.

Jakarta : EGC.

Sukamaningrum.F.,Kristiyawati.S.P.,Solechan.A. 2011. Efektifitas Rnge of Motion

(ROM) Aktif-Asitif : Spherical grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke. Stikes Telogorejo Semarang.

Suratun , Heriyati, Santa Manurung , Een Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem

Musculusekeletal. Jakarta : EGC.

Surbagus, Amin. 2011. Manajemen pelayanan dalam keperawatan.

http://www.scribd.com/doc/85351094/patient-safety. Diakses tanggal 13

Mei 2015.

Victoria, Arlies Z, dkk. 2014. Pengaruh Latihan Lateral Prehension Grip

Terhadap Peningkatan Luas Gerak Sendi (LGS) Jari Tangan Pada Pasien

Stroke Di Rsud Dr. H Soewondo Kendal. Stikes Telogorejo Semarang.

WHO, 2005. Avoiding Heart Attacks and Strokes; Don’t be a victim-Protect

Yourself. Diakses 20 Februari 2014.

Page 99: PEMBERIAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF - ASITIFdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-desyidaliy... · dapat terjadi apabila tidak dilakukan latihan rentang gerak setelah

WHO, 2007. Prevention of Cardiovascular Disease ; Guidelines for assessment

and management of cardivascular risk. Diakses 20 Februari 2014

WHO, 2012. Cardovascular diseases, Available at:

www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/print.html. Diakses 20

Februari 2014.

Wijaya, Andra Saferi dan Putra , Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medical

Bedah 2 Keperawatan Dewasa. Medical Book : Yogyakarta.