Upload
jeestdandelion
View
437
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PRAKTIKUM
MATA KULIAH PILIHAN POLIMER
PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE MENGGUNAKAN
LIMBAH BIJI MANGGA SEBAGAI BAHAN BAKU DENGAN
PLASTICER GLISERIN DARI MINYAK JELANTAH
Disusun Oleh :
Sutisno Prabowo 21030111060056
Ilham Ramadhan 21030111060119
Andhika Pusparini 21030111060120
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Polimer
Judul Usulan Kegiatan : Pembuatan Edible Film dengan Bahan Baku Pati Singkong
Sebagai Kemasan Permen
Dosen Pembimbing : Ir. Dedy Kurniawan Wikanta, MM
Praktikan :
1. Wahyu Adhe Kurniawan 21030111060032
2. Septian Adi Gita P 21030111060057
3. Anastasia Armandita Octaviana 21030111060091
Proposal Praktikum dengan Judul :
Pembuatan Edible Film dengan Bahan Baku Pati Singkong Sebagai
Kemasan Permen
telah disetujui pada tanggal ……………… November 2013
Semarang, November 2013
Dosen pembimbing
Ir. Dedy Kurniawan Wikanta, MM
NIP. 19520422 198103 1 001
ORGANISASI KELOMPOK
Praktikum Mata Kuliah Pilihan Polimer akan dilaksanakan oleh mahasiswa Program
Studi Diploma III Teknik Kimia Program Diploma Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang, yaitu sebagai berikut :
1. Wahyu Adhe Kurniawan 21030111060032
2. Septian Adi Gita P 21030111060057
3. Anastasia Armandita Octaviana 21030111060091
Demikian usulan kegiatan ini dibuat agar dapat disetujui dan dapat dilaksanakan
dengan sebaik – baiknya.
Semarang, November 2013
Praktikan
Wahyu Adhe Kurniawan
21030111060032
Praktikan
Septian Adi Gita
21030111060057
Praktikan
Anastasia Armandita
21030111060091
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. Dedy Kurniawan Wikanta, MM
NIP. 19520422 198103 1 001
Ka. Laboratorium
Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si
NIP. 19540318 198603 2 001
PROPOSAL PRAKTIKUM
MATA KULIAH PILIHAN POLIMER
I. JUDUL
Pembuatan Plastik Biodegradable Menggunakan Limbah Biji Mangga Sebagai Bahan
Baku dengan Plasticizer Gliserin dari Minyak jelantah
II. LATAR BELAKANG MASALAH
Limbah adalah salah satu permasalahan yang paling memprihatinkan di
Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah
juga semakin meningkat pesat, termasuk limbah plastik. Penggunaan plastik dalam
kehidupan sehari – hari sudah sangat umum sehingga limbah plastic yang ada di
Indonesia pun jumlahnya sudah sangat banyak, bahkan diperkirakan limbah plastik di
Indonesia telah mencapai ribuan ton. Sampah plastik termasuk sampah non-organik
yang butuh waktu sangat lama untuk dapat terdegradasi dengan sempurna. Plastik
baru dapat terdegradasi dalam waktu 450 hingga 600 tahun (Katz,1995). Limbah
plastik ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan seperti
tersumbatnya jalan air dalam tanah, menyebabkan racun bagi berbagai organisme, dan
memerlukan lahan yang sangat besar untuk penampungan sampah – sampah tersebut.
Di sisi lain, plastik yang selama ini banyak digunakan berasal dari pengolahan
sumber energi fosil. Pembuatan plastik sintetis yang berasal dari energi fosil bahkan
telah mencapai 140 juta ton/tahun di seluruh dunia.Banyaknya pemakaian tersebut
kini dihadapkan pada ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Industri
plastik dituntut untuk lebih meminimalisasi penggunaan bahan bakar fosil dan lebih
menekan laju produksinya. Berbagai hal di atas menuntut suatu solusi dalam
menghasilkan plastik yang mudah diuraikan sempurna dalam waktu singkat serta
berasal dari bahan lain selain sumber energy fosil. Plastik biodegradable, sebagai
plastik yang berasal dari bahan yang ramah lingkungan dapat dijadikan salah satu
solusinya.
Plastik biodegradable memiliki beberapa keunggulan dibandingkan plastic
sintetis. Selain sifatnya yang mudah terurai, proses pembuatan plastic biodegradable
juga menghasilkan lebih sedikit emisi karbon dibandingkan proses pembuatan plastik
biasa (Kusumastuti et.al, 2010) dan lebih aman digunakan sebagai kemasan makanan.
Plastik biodegradable dapat dibuat dari berbagai macam bahan alami seperti limbah
kulit buah-buahan dan limbah chitosan. Selain itu, pembuatan plastik biodegradable
relatif mudah sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat.
Proses pembuatan biodegrable plastik menggunakan plasticizer sintetis.
Plasticizer adalah senyawa yang memungkinkan plastik yang dihasilkan tidak kaku
dan rapuh. Sebagian besar platicizer sintetis yang digunakan berasal dari golongan
ftalat. Berdasarkan penelitian, ester turunan asam ftalat ini dapat membahayakan
kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian (Arban, 2007).
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menghasilkan plasticizer yang lebih
aman,yaitu gliserin yang dihasilkan sebagai hasil samping reaksi transesterifikasi
alkohol dengan minyak jelantah. Proses pembuatan plasticizer yang berasal dari
minyak jelantah juga diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan limbah
minyak jelantah, terutama sebagai hasil aktivitas rumah tangga.Selain plasticizer,
bahan utama dalam komposisi plastik biodegradable adalah pati.
Di indonesia banyak sekali bahan – bahan yang bisa diolah menjadi suatu bahan
potensial dan bermanfaat tapi hanya dibuang begitu saja sebagai sampah tanpa ada yang
memanfaatkan. Diantaranya adalah biji mangga yang sampai saat ini masih dibuang begitu
saja sebagai sampah dan belum dimanfaatkan, padahal dari biji mangga ini bisa diperoleh
hasil suatu produk-produk yang sangat berguna sebagai makanan maupun sebagai bahan
industri.
Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian yang memanfaatkan
berbagai jenis limbah tersebut dalam proses pembuatan plastik biodegradable dengan
mengangkat judul “Pembuatan Plastik Biodegradable Menggunakan Limbah Biji
Mangga Sebagai Bahan Baku dengan Plasticizer Gliserin dari Minyak Jelantah”.
III. PERUMUSAN MASALAH
Berkaitan dengan produksi plastik biodegradable diantaranya
denganmenggunakan substrat yang berbasis pati dan selulosa dengan biaya produksi
yang lebih murah dan terjangkau. Produksi plastik biodegradable memberikan
prospek yang baik karena bahan baku yang dipakai mudah ditemukan bahkan
melimpah di Indonesia dan selama ini pati dan selulosa dianggap mencemari
lingkungan. Namun demikian, kendala yang dihadapi adalah menentukan kondisi
operasi yang baik untuk plastik biodegradable dengan hasil relatif baik yang harus
dicapai untuk memproduksi plastik biodegradable dari limbah biji mangga dan juga
dihasilkan paket teknologi tepat guna dan mendukung program pemerintah. Untuk itu,
perlu menelaah proses produksi plastik biodegradable dari limbah biji mangga
dengan baik.
IV. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah biji mangga sebagai
bahan baku pembuatan film plastikbiodegradable. Disamping itu, untuk mengetahui
gambaran sifat fisik atau mekanik (warna, kekuatan tarik dan elongasinya), kelarutan
dalam air dan sifat biodegradabilitasnya.Produk yang dihasilkan diharapkan memiliki
sifat elongitas dan hidrofobik yang tinggi. Hasil proses yang optimal didukung dengan
biaya operasional minimal.
Hasil Penelitian ini dapat menciptakan inovasi baru dalam pembuatan plastik
yang biasanya terbuat dari polimer sintetik menjadi plasticbiodegradable yang
berbahan baku biji mangga. Selain itu juga dapat dipergunakan sebagai dasar
pengembangan lebih lanjut dan scale-up alat pemroses dari skala laboratorium
menjadi skala industri. Dengan demikian, diharapkan plastik biodegradable ini dapat
mensubstitusi plastik konvensional yang sifatnya terbaharukan dan ramah lingkungan.
V. TINJAUAN PUSTAKA
Kajian pustaka ini mengulas tentang plastik biodegradable, biji mangga dan
komposisinya,pati,plasticizer, dan etanol.
5.1 Plastik Biodegradable
Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang terbuat dari biopolimer.
Biopolimer adalah polimer yang tersusun atas biomassa yang dapat diperbaharui
(Anonim 1, 2006). Selain penyusunnya, perbedaan antara plastic biodegradable
dengan plastik biasa adalah biodegrability atau tingkat penguraian plastik
biodegradable yang dapat terdegradasi dengan lebih mudah daripada plastik biasa.
Hal tersebut menyebabkan plastik biodegradable merupakan plastic alternatif yang
ramah lingkungan (Anonim 1, 2006).
Sebenarnya, penggunaan biomassa sebagai bahan dasar plastic biodegradable
bukan suatu hal yang baru. Sejarah plastik biodegradable dapat ditelusuri hingga
tahun 1900 pada saat pebisnis Henry Ford mengembangkan metode pembuatan
plastik biodegradable dari kacang kedelai untuk digunakan sebagai plastik pada mobil
(Anonim 1, 2006). Penggunaan plastik biodegradable menurun selama masa Perang
Dunia, namun sekarang plastik biodegradable mendapatkan popularitasnya kembali
(Anonim 1, 2006)
Pada umumnya, plastik biodegradable dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok besar berdasarkan sumber penyusun biopolimer. Kedua kelompok tersebut
adalah biopolimer yang sudah ditemukan di dalam organisme hidup dan biopolimer
yang harus dipolimerisasi terlebih dahulu (Anonim 1, 2006).
Biopolimer yang sudah ditemukan di dalam organisme hidup
Biopolimer yang berasal dari organisme hidup antara lain adalah
pati. Pati merupakan polimer, yang ditemukan di jaringan tumbuhan dan
tersusun atas rantai panjang glukosa (Anonim 1, 2006). Plastik biodegradable
yang berbahan dasar pati disebut plastik berbasis pati. Pembuatan plastik
tersebut meliputi pembuatan tepung pati yang kemudian diproses dengan
menambahkan plasticizer seperti gliserin. Guna pemberian plasticizer adalah
menambahkan elastisitas dan fleksibilitas pada produk (Darni et al., 2008).
Pembuatan plastik berbahan dasar pati memiliki potensi yang tinggi di
Indonesia karena terdapat berbagai tumbuhan penghasil pati seperti jagung,
singkong, pisang, dan lainnya (Darni et al., 2008).
Selain biopolimer pati, poliester alami pun dapat digunakan sebagai
bahan dasar plastik biodegradable. Poliester alami tersebut berasal dari reaksi
kimiawi bakteri (Anonim 1, 2006). Polimer yang dihasilkan dari reaksi
tersebut adalah poli-3-hidroksibutirat atau PHB sehingga produk yang
dihasilkan dikenal sebagai plastik biodegradable PHB (Luengo et al., 2003).
Sintesis plastik biodegradable PHB menggunakan mikroorganisme Ralstonia
eutropha (Luengo et al., 2003).
Biopolimer yang harus dipolimerisasi terlebih dahulu
Asam laktat merupakan salah satu molekul yang dapat dipolimerisasi
guna menghasilkan suatu biopolimer (Anonim 1, 2006). Proses yang dilalui
untuk menghasilkan plastik biodegradable tersebut adalah a) produksi asam
laktat melalui proses fermentasi glukosa dengan bantuan bakteri, b) asam
laktat yang didapatkan dipolimerisasi menjadi suatu polimer yakni asam
polilaktik atau PLA. Plastik biodegradable yang diproses dengan metode
tersebut dikenal sebagai plastik PLA (Anonim 1,2006).
5.2 Biji Mangga
Mangga (Mangifera indica L.)
Klasifikasi Mangga (Mangifera indica L.) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : M. indica
Nama binomial : Mangifera indica L.
5.3 Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin dengan perbandingan 1:3 (besarnya perbandingan amilosa
dan amilopektin ini berbeda-beda tergantung jenis patinya. Kandungan amilosa dan
amilopektin pati kulit singkong adalah 15:73. Pati memiliki tingkat kristalinitas 15-
45%. Pemanfaatan pati dalam pembuatan plastik dikarenakan keunggulan-keunggulan
yang dimiliki pati, yakni sifatnya yang dapat diperbarui, penahan yang baik untuk
oksigen, ketersediaan yang melimpah, harga murah dan mampu terdegradasi. Pati
memiliki stabilitas termal dan minimun interference dengan sifat pencairan yang
cukup untuk membentuk produk dengan kualitas yang baik.
Campuran polimer hidrokarbon dan pati sering digunakan untuk menghasilkan
lembaran dan film berkualitas tinggi untuk kemasan. Pembuatan film dari 100% pati
sulit diproses saat kondisi melting (Nolan-ITU, 2002).
5.4 Plasticizer
Plasticizer adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan beberapa
sifat/properties dari polimer, misalnya kemampuan kerja (workability), ketahanan
terhadap panas (heat resistance), sifat insulasi (insulation properties), dan ketahanan
terhadap minyak (oil resistance). Penambahan plasticizerpada sebuah film penting
karena diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh film yang disebabkan oleh kekuatan
intermolekuler ekstensif, sehingga diperoleh film yang tidak mudah putus, lebih
fleksibel dan kuat (Guilbert dan Biquet, 1996).
Menurut Guilbert dan Biquet (1996), plasticizer yang sering digunakan dalam
pembentukan film adalah sebagai berikut:
1. Monosakarida, disakarida, dan oligosakarida
2. Poliol (gliserol dan derivatnya, polietilen glikol dan gliserin)
3. Lipida dan derivatnya (asam lemak, monogliserida dan esternya,
asetogliserida, fosfolipida dan emulsifier lainnya).
Plasticizer harus sesuai dengan polimer pembentuk film dan dapat secara
permanen terdapat pada sistem solven-polimer pada kondisi yang digunakan.
Formulasi dari seluruh sistem film (polimer, solven, plasticizerdan bahan tambahan
lain) memliki efek langsung pada sifat dan karakteristik film yang dihasilkan,
akibatnya polimer dan plasticizer yang digunakan tidak hanya harus sesuai, namun
juga harus memiliki solubilitas yang sama dengan solven yang digunakan. Sebuah
plasticizer yang dapat larut (soluble) umumnya dapat digunakan untuk pembuatan
pelapis yang tidak larut atau memilki kelarutan rendah (Guilbert dan Biquet, 1996).
Penambahan plasticizer pada suatu produk bertujuan untuk menurunkan
kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas
polimer. Keberadaan plasticizer sebagai salah satu komponen pembentuk film sangat
penting pengaruhnya terhadap stabilitas sifat fisis dan mekanis film. Oleh karena itu,
seharusnya plasticizer bukan bahan yang bersifat mudah menguap dan mempunyai
ketahanan film yang tinggi terhadap uap air. Konsentrasi plasticizer yang
ditambahkan pada umumnya bervariasi antara 10 sampai 60 persen berat polimer,
tergantung sifat, tipe film, serta metode aplikasi yang digunakan (Guilbert dan Biquet,
1996). Plasticizer yang sering digunakan adalah gliserol dan gliserin.
5.5 Gliserin
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan
sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya merupakan alkohol trihidrat C3H5(OH)3, yang
lebih tepatnya dinamai 1,2,3-propanatriol (S wern,D., “Bailey's Industrial Oil And Fat
Products”, Vol. 5, Ed. 5, p. 275). Istilah gliserol dan gliserin seringkali digunakan
secara tertukar. Walaupun demikian, perbedaan yang tajam antara keduanya sangat
terlihat. Gliserol adalah istilah yang digunakan untuk campuran murni, sedangkan
gliserin berhubungan kepada tingkat komersialnya, terlepas dari kemurniannya
Gliserol di alam jarang ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak, tetapi
biasanya sebagai trigliserida yang berkombinasi dengan asam minyak seperti stearat,
oleat, dan merupakan campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak.
Gliserol memiliki sifat fisik berupa cairan yang tidak berwarna, kental dan memiliki
rasa yang manis, serta tidak berbau. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam
eter
Kegunaan gliserol sangat banyak, terutama adalah sebagai resin sintetis, getah
ester, obat-obatan, kosmetika, dan pasta gigi. Dalam penelitian ini, gliserol digunakan
sebagai plasticizer, yaitu zat pembentuk plastik yang berfungsi untuk menurunkan
kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas
polimer.
5.6 Etanol
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroxyl (-OH).Jenis
alkohol yang banyak digunakan adalah metil alkohol (metanol), etil alkohol (etanol)
dan iso propil alkohol atau propanol-2.Dalam dunia perdagangan yang disebut
alkohol adalah etanol atau etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH.Industri pemakai
etanol di antaranya industri kimia, industri farmasi, industri rokok kretek, industri
kosmetika, industri tinta dan percetakan, dan industri mebel. Etanol dikategorikan
dalam dua kelompok utama, yaitu sebagai berikut :
1. Etanol 95-96% v/v, disebut etanol berhidrat, yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :
a. Technical/raw spirit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritus, minuman,
desinfektan dan pelarut;
b. Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut;
c. Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
2. Etanol >99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut
dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium analisis.
Etanol ini disebut fuel grade ethanol (FGE) atau anhydrous ethanol (etanol
anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang bebas air atau hanya mengandung
air minimal (Prihandana et al., 2007).
VI. METODOLOGI PENELITIAN
6.1 Alat dan Gambar
6.1.1 Alat yang Digunakan
1. Termometer
2. Pemanas listrik
3. Gelas beker
4. Pengaduk
5. Pipet
6. Stopwatch
7. Timbangan listrik
8. Pemarut semi mekanis
9. Saringan
10. Oven
11. Cetakan (bahan polyethilene)
12. Tenso lab (alat uji mekanik)
13. Media pengujian biodegradabilitas dan kelarutan
14. Foto warna
6.1.2 Gambar Alat
6.2 Bahan yang Digunakan
Biji mangga
Minyak Jelantah
Etanol 96 %
NaOH
Asam Stearat
Aquadest
6.3 Cara Kerja
6.3.1 Pembuatan Gliserin dari Minyak Jelantah
Minyak jelantah yang digunakan adalah minyak jelantah sisa rumah tangga
yang telah dipakai dua kali penggorengan atau warnanya sudah kecoklatan. Tahap
pertama adalah penyaringan minyak jelantah dari pengotor hingga yang tersisa hanya
minyak jelantah saja. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan saringan kecil lalu
dilanjutkan dengan kertas saring. Saringan dan kertas saring dapat digantikan dengan
menggunakan kain kering bersih. Hasil penyaringan ditampung ke dalam gelas kimia.
Minyak jelantah dan alkohol dicampurkan dengan komposisi 1 : 3. Campuran antara
minyak jelantah dan alkohol dipanaskan dengan suhu 75oC sambil dilakukan
pengaduk dengan kecepatan 80 rpm. Pemanasan dilakukan hingga terlihat adanya dua
fasa pada campuran (kira-kira satu jam). Campuran didinginkan lalu dipindahkan ke
dalam tabung reaksi. Gliserin berada di bagian bawah campuran. Kedua campuran
dipisahkan dengan melakukan dekantasi atau bisa juga dengan menggunakan pipet.
3.3.2 Pembuatan Tepung Biji Mangga
Biji mangga dipisahkan dari kulitnya. Biji mangga dicacah dengan
menggunakan pisau dan dicuci hingga bersih. Kemudian, biji mangga dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 80oC selama 24 jam. Setelah kering, biji
mangga dicacah halus dengan menggunakan blender atau ditumbuk hingga halus dan
bentuknya menyerupai tepung. Hasil tumbukan kasar tepung biji mangga diayak
dengan menggunakan saringan atau kain bersih. Hasil tumbukan biji mangga yang
masih kasar ditumbuk kembali dan diayak hingga mendapatkan tepung biji mangga
yang halus.
3.3.3 Pembuatan Plastik Biodegradable
1. Tahap perlakuan awal (pretreatment).
Pembuatan plastik biodegradable dengan melarutkan 30 gr serbuk biji mangga
ke dalam 300 ml aquadest. Campuran diaduk dengan water bath stirrer dan dipanaskan
selama 1 jam (tiap 20 menit ditambah aquadest 20 ml). Selanjutnya setelah dipanaskan
selama 1 jam, larutan tadi didinginkan selama 15 menit, kemudian air dan ampas yang
terdapat di larutan tersebut di saring. Air yang didapat tadi kemudian dicuci dengan
menggunakan etanol 96% dengan perbandingan 1:1, setelah itu di sentrifuge ± 20 menit
untuk memisahkan ekstrak serbuk biji mangga dengan air. Ekstrak atau padatan yang
didapatkan kemudian dicuci lagi dengan etanol 96% dan di sentrifuge selama 10 menit.
Kemudian didapatkan ekstrak serbuk biji mangga, lalu dikeringkan selama 1 hari.
2. Tahap Penelitian
Penelitian awal dilakukan dengan menguji pengaruh pengaruh konsentrasi
asam stearat. Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
Pembuatan plastik biodegradable dengan variasi konsentrasi asam stearat.
Pembuatan plastik biodegradable di mulai dengan melarutkan ekstrak serbuk biji
mangga 30 gr dalam aquadest, kemudian ditambahkan 4 gr tapioca sambil di
lakukan pemanasan dan pengadukan dengan hot plate dengan magnetic stirrer,
sampai tercapai suhu 50-55°C, selama 10 menit. Selanjutnya, ditambahkan
gliserin 10 ml sambil terus di aduk dan dipanaskan sampai suhu 75°C, dan
dipertahankan selama 5 menit. Di lakukan pencampuran asam stearat dengan
konsentrasi 0%, 1%, 2%, dan 3% (ekstrak serbuk biji mangga). Sebelum di
campur ke dalam adonan, asam stearat dilarutkan dalam 10 ml etanol 96% dan
ditambahkan 5 gr zein (ekstrak serbuk biji mangga). Selanjutnya dilakukan
penambahan aquadest sampai volume 100 ml, dan dipanaskan sambil diaduk
sampai mencapai suhu 80 - 85°C dan dipertahankan selama 10 menit.
Pencetakkan dilakukan dengan menuangkan adonan ke dalam plat berukuran 25
x 16 x 2 cm. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60°C,
12 jam. Plastik biodegradable yang diperoleh di lepas dari plat plastic dan di
simpan dalam kotak yang berisi silica gel sebelum dilakukan analisis.
3.3.4 Analisa Hasil Percobaan
Uji Ketebalan Plastik biodegradable
Uji Organoleptik
Uji Kelarutan Plastik biodegradable dalam air