Upload
pamela-actinina-sri-rumata
View
444
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hjfh
Citation preview
TOKSIKOLOGI FORENSIK
PENDAHULUAN
Toksikologi Forensik,
Toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia (racun)
terhadap mekanisme biologi.Racun adalah senyawa yang berpotensial memberikan efek
berbahaya terhadap organisme. Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Lebih khusus, toksikologi
mempelajari sifat fisiko kimia dari racun, efek psikologi yang ditimbulkannya pada organisme,
metode analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dari materibiologik atau non biologik,
serta mempelajari tindakan-tindakan pencegahan bahayakeracunan.LOOMIS (1978) berdasarkan
aplikasinyatoksikologi dikelompokkan dalam tigakelompok besar, yakni: toksikologi
lingkungan,toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik.Tosikologi forensik menekunkan diri
padaaplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologiuntuk kepentingan peradilan.Kerja utama
daritoksikologi forensik adalah analisis racun baikkualitatif maupun kuantitatif sebagai
buktidalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.Toksikologi forensik mencakup terapan
ilmualam dalam analisis racun sebagi bukti dalamtindak kriminal.Toksikologi forensic
merupakan gabungan antara kimia analisis danprinsip dasar toksikologi. Bidang kerjatoksikologi
forensik meliputi:
analisis dan mengevaluasi racun penyebabkematian,
analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarangdi dalam cairan tubuh atau napas, yang
dapatmengakibatkan perubahan prilaku(menurunnya kemampuan mengendaraikendaraan
bermotor di jalan raya, tindakkekerasan dan kejahatan, penggunaandooping)
analisis obat terlarang di darah dan urin padakasus penyalahgunaan narkotika dan
obatterlarang lainnya
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yang pertama
bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian akibat keracunan morfin,
sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok yang
kedua – dimana sebenarnya yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari –
adalah untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi. Dengan demikian, tujuan yang
kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi.
Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat ditemukan
reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian pada yang kedua, dimana
disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya adalah sampai sejauh mana reaksi obat
tersebut berperan dalam memungkinkan terjadinya berbagai peristiwa tadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METHAMPETHAMINE
Methampethamine adalah obat psikostimulant dari golongan phenethylaminedan
amfetamine.Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan jika digunakan
dengan dosis yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan euforia,meningkatkan percaya diri, dan
libido. Menurut UU No.5 Tahun 1997,methampethamine termasuk dalam obat psikotropika
golongan II yaitu ³obat psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi danatau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkansindrom ketergantungan. Methemphetamine bekerja pada sistem saraf pusat
dengan mengaktifkan pelepasan neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan serotonin.
Farmakodinamik
Metamfetamin merupakan obat simpatomimetik yang berarti ³meniru´transmiter endogen
di sistem saraf simpatis dengan berinteraksi dengan reseptornya. Neurotransmiter yang dimaksud
adalah katekolamine, norephineprine, dopamine, dan epineprine.Metamfetamin merupakan
stimulan sistem saraf yang memiliki efek yang dapat mempengaruhi frekuensi nadi, suhu tubuh,
tekanan darah, nafsu makan,konsentrasi, suasana hati dan emosi serta berhubungan dengan
kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Efek akut dari senyawa tersebut antara lain dapat
meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi, vasokontriksi pembuluh darah, bronkodilatasi,
hiperglikemia, peningkatan kewaspadaan, konsentrasi dan penurunan nafsu makan.
Metamfetamin juga merupakan neurotoksin yang poten dan dapat menyebabkan degenerasi
dopaminergik.Metamfetamin dosis tinggi dapat menimbulkan penurunan beberapa penanda
dopamin dan serotonin di otak.Hasil penetilian menyatakan bahwa berkurangnya produksi
dopamin atau penurunan pengeluarannya merupakan efek dari metamfetamin. Ketika dopamin
menurun,senyawa oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida pun diproduksi.
BENTUK
Ice
Ice adalah bentuk murni dari methamphetamine yang dapat diinhalasi, diisap seperti
rokok, atau disuntikan secara intravena oleh pelaku penyalahgunaan zat. Efek psikologis
dari ice berlangsung selama beberapa jam dan digambarkan cukup kuat. Tidak seperti
crack cocain, ice adalah suatu obat sintetik yang dapat dibuat dalam laboratorium gelap
setempat.
EFEK SAMPING
What are the immediate (short-term) effects of methamphetamine abuse?
Sebagai stimulansia kuat, walaupun dengan dosis yang kecil, methamphetamine dapat
menaikan mania seseorang, (lebih bersemangat, hiperakitf dan menurunkan nafsu
makan). Sensasi yang singkat, intens, atau mengalir cepat, di akui oleh orang yang
menggunakan methamfetamin secara dibakar arau di injeksi. Pemakaian secar oral, di
hisap melalui hidung menghasilkan efek “high” yang lama dan bukan yang singkat
seperti “rush” , yang diketahui dapat berlangsung selama setengah hari. Kedua efek
jangka panjang dan jangka pendek dipercaya sebuah hasil dari lepasnya neurotransmitter
dopamine
Methamphetaminememilikiefek toksik. Pada hewan, tinggitunggaltidakobattelah
terbuktimerusakterminal sarafdidopaminyang mengandungdaerah otak.
Pelepasanbesardopaminediproduksi olehmethamphetaminediperkirakanuntuk berkontribusiefek
toksikobat padaterminal sarafdi otak. Dosis tinggidapatmeningkatkansuhu tubuhke tingkat
berbahaya, kadang-kadangmematikan,, sertakejang-kejangpenyebab.
GejalaPenggunaanMetamfetamin
Ketidakmampuanuntuk tidur
Peningkatankepekaan terhadap kebisingan
Nervousaktivitas fisik, sepertimenggaruk
Iritabilitas,pusing, atau kebingungan
ekstrimanoreksia
Tremoratau kejang
Peningkatandenyut jantung dantekanan darah
Kehadiranmenghirupatau menyuntikkanperlengkapan.resence of inhaling or injecting
paraphernalia.
Farmakokinetik
Konsentrasi puncak penyerapan metamfetamin dicapai pada 3,13-6,3 jam pasca
dikonsumsi. Metabolisme puncak dicapai pada 10 sampai 24 jam.Metamfetamin dapat melewati
sawar darah otak dan plasenta karena memiliki lipofilisitas yang tinggi.Metamfetamin
dimetabolisme di hati dan diekresikan oleh ginjal.Waktu paruh dari metamfetamin bervariasi
dengan waktu rata-rata adalah 9 sampai 12 jam.Adapun efek metamfetamin terhadap tubuh
antara lain :
1. Efek fisik
Efek yang dapat terjadi berupa anoreksia, hiperaktivitas, dilatasi pupil, kemerahan
pada kulit, mulut kering, nyeri kepala, takikardi, bradikardi, takipnue, hipertensi,
hipotensi, diare, dan pada pengunaan yang lama dan atau dosis yang lebih tinggi
dapat mengakibatkan kejang, serangan jantung, stroke, dan kematian
2. Efek psikologis
Dapat berupa euforia, cemas, peningkatan libido, peningkatan
kewaspadaan,konsentrasi, kepercayaan diri, sensitif, agresif, halusinasi, obsesif, dan
pada penggunaan yang lama dan atau dosis yang lebih tinggi dapat
mengakibatkan psikosis amfetamin.
3. Efek dalam jangka panjang
Penggunaan methemphetamine dengan jangka waktu panjang sangat erat
hubungannya dengan munculnya depresi, keinginan bunuh diri, dan perilaku kasar.
Methemphetamine juga mempunyai resiko ketergantungan, selain itu juga merupakan
zat neurotoksik yang diyakini meningkatkan resiko penyakit parkinson.
Penyalahgunaan methemphetamine diyakini bertanggungjawab untuk mengakibatkan
terjadinya penurunan kognitif yang menetap, seperti ingatan, dan gangguan
konsentrasi.
4. Efek putus obat
Efek yang terjadi akibat putus obat pada penggunaan methamphetamine dapat berupa
lemah, depresi, peningkatan nafsu makan.Gejala dapat tetap munculdalam beberapa
hari pada penggunaan jangka pendek, dan dapat tetap munculhingga beberapa
minggu ataupun bulan pada pemakaian jangka panjang.Tingkat beratnya efek putus
obat yang timbul tergantung dari lamanya pemakaian dan jumlah methamphetamine
yang digunakan.
Pengunaan di bidang medik
Methamphetamine telah disetujui oleh badan pengatur makanan dan obat-obatan di
Amerika Serikat (FDA) untuk penggunaannya di bidang kesehatan dan terapi baik untuk anak-
anak maupun dewasa.Methamphetamine dikenal memiliki efek pada sistem saraf pusat seperti
golongan stimulan lainnya, tetapi pada dosis yang lebih kecil, didapatkan juga efek yang ringan
pada sistem saraf tepi.Sifat methamphetamine yang mudah larut dalam lemak mengakibatkan
mudah untuk masuk kedalam sawar darah otak dibandingkan golongan obat stimulant
lainnya.Merek dagang ³Desoxyn´ digunanakan untuk pengobatan ADHD, narcolepsy, dandepresi
yang resistant.
2.2. Metode Pemeriksaan
A. Uji penapisan ³screening test´
Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam
sampel.Analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisiko kimia, sifat kimia maupun efek
farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji
penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kanabinoid, turunan
amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-
siklik,turunanasam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur
inti molekulnya. Sebagai contoh, disini diambil senyawa golongan opiat, dimanasenyawa
ini memiliki struktur dasar morfin, beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar
morfin seperti, heroin, monoasetil morfin, morfin, morfin-3-glukuronida, morfin-6-
glukuronida, asetilkodein, kodein, kodein-6-glukuronida, dihidrokodein serta
metabolitnya, serta senyawa turunan opiat lainnya yangmempunyai inti morfin.Uji penapisan
seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit denganderajat reabilitas dan
sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat. Terdapat teknik
uji penapisan yaitu:
a) Thin Layer Chromatography (TLC)/ kromatografi lapis tipis (KLT) yang
dikombinasikan dengan reaksi warna, b) Teknik immunoassayumumnya memiliki
sifat reabilitas dansensitifitas yang tinggi, serta dalam pengerjaannya memerlukan
waktu yang relatif singkat, namun teknik ini menjadi relatif tidak murah.
a) Teknik immunoassay
Teknik immunoassayadalah teknik yang sangat umum digunakan dalamanalisis obat
terlarang dalam materi biologi.Teknik ini menggunakan ³anti-drug antibodyuntuk
mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di
dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya (antigentarget) makadia akan berikatan
dengan ³antidrug antibody, namun jika tidak ada antigentargetmaka ³anti-drug
antibodyakan berikatan dengan ³antigen-penanda´. Terdapat berbagai metode / teknik
untuk mendeteksi beberapa ikatan antigen-antibodi ini,seperti ³enzyme linked
immunoassay´(ELISA), enzymemultiplied immunoassaytechnique (EMIT),
fluorescence polarization immunoassay(FPIA),cloned enzyme-donor immunoassay
(CEDIA), danradio immunoassay(RIA).Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada
beban kerja (jumlah sampel per-hari) yang ditangani oleh laboratorium toksikologi.
Misal dipasaran teknik ELISA atau EMIT terdapat dalam bentuk single test maupun
multi test. Untuk laboratorium toksikologi dengan beban kerja yang kecil pemilihan
teknik single test immunoassay akan lebih tepat ketimbang teknik multi test, namun
biaya analisa akan menjadi lebihmahal. Hasil dari immunoassay test ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk menarik kesimpulan, karena
kemungkinan antibodi yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai senyawa yang
memiliki baik bentuk struktur moleku lmaupun bangun yang hampir sama. Reaksi
silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang mengandung
pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap test immunoassay dari anti
bodi- metamfetamin. Oleh sebab ituhasil reaksi immunoassay (screening test) harus
dilakukan uji pemastian (confirmatoritest).
b) Thin Layer Chromatography (TLC )/ Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya, namun
KLT kurang sensitif.Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat disarankan dalam
analisis toksikologi forensik, uji penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit
lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda yang berbeda.Dengan
menggunakan spektrofoto densitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat
dideteksi spektrumnya (ultraviolet atau fluoresensi). Kombinasi ini tentunya akan
meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji penapisan dengan metode
KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.
B. Uji pemastian ³confirmatory test´
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya.
Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih
spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yangdikombinasi
dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-
MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi
cair ± spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofoto densitometri, dan teknik
lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas padauji ini akan sangat memungkinkan
mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada.
Uji konfirmasi kromatografi gas ± spektrometri massa (GC-MS)
Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan teknik GC-MS adalah analit
dipisahkan menggunakan gas kromatografi kemudian selanjutnya dipastikan identitasnya
menggunakan teknik spektrfotometri massa. Sebelumnya analit diisolasidari matrik biologik,
kemudian jika perlu diderivatisasi. Isolat akan dilewatkan kekolom GC, dengan perbedaan sifat
fisikokima toksikan dan metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi pemisahan toksikan dari
senyawa segolongannya atau metabolitnya. Pada prisipnya pemisahan menggunakan GC, indeks
retensi dari analit yang terpisah adalah sangat spesifik untuk senyawa tersebut, namun hal ini
belum cukup untuk tujuan analisis toksikologi forensik. Analit yang terpisah akan memasuki
spektrofotometri massa, di sini bergantung dari metode fragmentasi pada MS, analitakan
terfragmentasi menghasilkan pola spektrum massa yang sangat karakteristik untuk setiap
senyawa. Pola fragmentasi (spetrum massa) ini merupakan karakteristik molekular dari suatu
senyawa. Dengan memadukan data indeks retensi dan spectrum massanya, maka identitas dari
analit dapat dikenali dan dipastikan.
2.3 Aspek Medikolegal Metamfetamin
Undang-undang No. 35 Tahun 2009 mengatur secara jelas mengenai narkotika. Menurut UU
narkotika ini (pasal 127), menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan
III memiliki konsekuensi hukum yang berbeda, sehingga interpretasi temuan analisis
toksikologi forensik, khususnya dalam kaitan menjawab pertanyaan narkotika apa yang telah
dikonsumsi, adalah sangat mutlak dalam penegakan hukum. Interpretasi temuan analisis
toksikologi forensik diperoleh dari pemeriksaan lengkap yang terdiri dari uji penapisan dan
uji konfirmasi agar tidak terjadi interpretasi positif palsu oleh uji penapisan yang dapat
menyebabkan sanksi pidana berat bagi tersangka.Pasal 6 UU tersebut membagi narkotika
menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
2. Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Berdasarkan UU tersebut, terdapat legalitas penggunaan
narkotika pada golongan II dan golongan III. Akan tetapi perlu pengawasan yang ketat
dari pemerintah terhadap segala kegiatan yang terkait dengan narkotika. Menurut pasal
61 pengawasan tersebut meliputi:
1. Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak
pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
3. Evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan
4. Produksi
5. Impor dan ekspor
6. Peredaran
7. Pelabelan
8. Informasi, dan
9. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penggunaan narkotika golongan II dan golongan III untuk pengobatan jugadiatur didalam Pasal
53 yang berbunyi :
1. Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapatmemberikan
Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatasdan sediaan tertentu
kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki, menyimpan,dan/atau
membawa Narkotika untuk dirinya sendiri
3. Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti yang sah bahwa
Narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakandiperoleh secara sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan UU di atas, telah
disebutkan secara jelas pengawasan terhadapsegala kegiatan yang berhubungan dengan
narkotika.Undang-undang yang mengatur tentang psikotropika diatur dalam Undang-
undang No. 5 tahun 1997. Pasal 2 ayat 2 membagi psikotropika menjadi 4 golongan,yaitu
:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakanuntuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, sertamempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-andan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan Berdasarkan
uraian tersebut metamfetamin yang merupakan psikotropika golongan II yang dapat
digunakan untuk pengobatan. Setiap kegiatan yang terkait dengan psikotropika sama
pengaturannya dengan narkotika. Analisis toksikologi forensik narkotika sama
dengan analisis toksikologi forensik untuk obat-obatan psikotropika seperti
metamfetamin. Pemeriksaan toksikologi forensik psikotropika juga ditegakkan
dengan uji yang lengkap, tidak hanya cukup dengan uji penapisansaja. Hal ini
berhubungan dengan ketentuan pidana yang akan dijatuhkan kepada tersangka sesuai
dengan UU no 5 tahun 1997.