18
TOKSIKOLOGI FORENSIK PENDAHULUAN Toksikologi Forensik, Toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia (racun) terhadap mekanisme biologi.Racun adalah senyawa yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap organisme. Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Lebih khusus, toksikologi mempelajari sifat fisiko kimia dari racun, efek psikologi yang ditimbulkannya pada organisme, metode analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dari materibiologik atau non biologik, serta mempelajari tindakan-tindakan pencegahan bahayakeracunan.LOOMIS (1978) berdasarkan aplikasinyatoksikologi dikelompokkan dalam tigakelompok besar, yakni: toksikologi lingkungan,toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik.Tosikologi forensik menekunkan diri padaaplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologiuntuk kepentingan peradilan.Kerja utama daritoksikologi forensik adalah analisis racun baikkualitatif maupun kuantitatif sebagai buktidalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.Toksikologi forensik mencakup terapan ilmualam dalam analisis racun sebagi bukti dalamtindak kriminal.Toksikologi forensic merupakan gabungan antara kimia

Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hjfh

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

TOKSIKOLOGI FORENSIK

PENDAHULUAN

Toksikologi Forensik,

Toksikologi adalah ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia (racun)

terhadap mekanisme biologi.Racun adalah senyawa yang berpotensial memberikan efek

berbahaya terhadap organisme. Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,

konsentrasi racun di reseptor, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme

paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Lebih khusus, toksikologi

mempelajari sifat fisiko kimia dari racun, efek psikologi yang ditimbulkannya pada organisme,

metode analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dari materibiologik atau non biologik,

serta mempelajari tindakan-tindakan pencegahan bahayakeracunan.LOOMIS (1978) berdasarkan

aplikasinyatoksikologi dikelompokkan dalam tigakelompok besar, yakni: toksikologi

lingkungan,toksikologi ekonomi dan toksikologi forensik.Tosikologi forensik menekunkan diri

padaaplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologiuntuk kepentingan peradilan.Kerja utama

daritoksikologi forensik adalah analisis racun baikkualitatif maupun kuantitatif sebagai

buktidalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.Toksikologi forensik mencakup terapan

ilmualam dalam analisis racun sebagi bukti dalamtindak kriminal.Toksikologi forensic

merupakan gabungan antara kimia analisis danprinsip dasar toksikologi. Bidang kerjatoksikologi

forensik meliputi:

 

analisis dan mengevaluasi racun penyebabkematian,

analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarangdi dalam cairan tubuh atau napas, yang

dapatmengakibatkan perubahan prilaku(menurunnya kemampuan mengendaraikendaraan

bermotor di jalan raya, tindakkekerasan dan kejahatan, penggunaandooping)

analisis obat terlarang di darah dan urin padakasus penyalahgunaan narkotika dan

obatterlarang lainnya

Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yang pertama

bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian akibat keracunan morfin,

Page 2: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok yang

kedua – dimana sebenarnya yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari –

adalah untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan

lalu lintas, kecelakaan pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi. Dengan demikian, tujuan yang

kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi atas peristiwa yang terjadi.

            Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat ditemukan

reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian pada yang kedua, dimana

disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya adalah sampai sejauh mana reaksi obat

tersebut berperan dalam memungkinkan terjadinya berbagai peristiwa tadi.

Page 3: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

METHAMPETHAMINE

Methampethamine adalah obat psikostimulant dari golongan phenethylaminedan

amfetamine.Obat ini meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, dan stamina, dan jika digunakan

dengan dosis yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan euforia,meningkatkan percaya diri, dan

libido. Menurut UU No.5 Tahun 1997,methampethamine termasuk dalam obat psikotropika

golongan II yaitu ³obat psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi danatau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkansindrom ketergantungan. Methemphetamine bekerja pada sistem saraf pusat

dengan mengaktifkan pelepasan neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan serotonin.

Farmakodinamik 

Metamfetamin merupakan obat simpatomimetik yang berarti ³meniru´transmiter endogen

di sistem saraf simpatis dengan berinteraksi dengan reseptornya. Neurotransmiter yang dimaksud

adalah katekolamine, norephineprine, dopamine, dan epineprine.Metamfetamin merupakan

stimulan sistem saraf yang memiliki efek yang dapat mempengaruhi frekuensi nadi, suhu tubuh,

tekanan darah, nafsu makan,konsentrasi, suasana hati dan emosi serta berhubungan dengan

kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Efek akut dari senyawa tersebut antara lain dapat

meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi, vasokontriksi pembuluh darah, bronkodilatasi,

hiperglikemia, peningkatan kewaspadaan, konsentrasi dan penurunan nafsu makan.

Metamfetamin juga merupakan neurotoksin yang poten dan dapat menyebabkan degenerasi

dopaminergik.Metamfetamin dosis tinggi dapat menimbulkan penurunan beberapa penanda

dopamin dan serotonin di otak.Hasil penetilian menyatakan bahwa berkurangnya produksi

Page 4: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

dopamin atau penurunan pengeluarannya merupakan efek dari metamfetamin. Ketika dopamin

menurun,senyawa oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida pun diproduksi.

BENTUK

Ice

Ice adalah bentuk murni dari methamphetamine yang dapat diinhalasi, diisap seperti

rokok, atau disuntikan secara intravena oleh pelaku penyalahgunaan zat. Efek psikologis

dari ice berlangsung selama beberapa jam dan digambarkan cukup kuat. Tidak seperti

crack cocain, ice adalah suatu obat sintetik yang dapat dibuat dalam laboratorium gelap

setempat.

EFEK SAMPING

What are the immediate (short-term) effects of methamphetamine abuse?

Sebagai stimulansia kuat, walaupun dengan dosis yang kecil, methamphetamine dapat

menaikan mania seseorang, (lebih bersemangat, hiperakitf dan menurunkan nafsu

makan). Sensasi yang singkat, intens, atau mengalir cepat, di akui oleh orang yang

menggunakan methamfetamin secara dibakar arau di injeksi. Pemakaian secar oral, di

hisap melalui hidung menghasilkan efek “high” yang lama dan bukan yang singkat

seperti “rush” , yang diketahui dapat berlangsung selama setengah hari. Kedua efek

jangka panjang dan jangka pendek dipercaya sebuah hasil dari lepasnya neurotransmitter

dopamine

Methamphetaminememilikiefek toksik. Pada hewan, tinggitunggaltidakobattelah

terbuktimerusakterminal sarafdidopaminyang mengandungdaerah otak.

Pelepasanbesardopaminediproduksi olehmethamphetaminediperkirakanuntuk berkontribusiefek

toksikobat padaterminal sarafdi otak. Dosis tinggidapatmeningkatkansuhu tubuhke tingkat

berbahaya, kadang-kadangmematikan,, sertakejang-kejangpenyebab.

GejalaPenggunaanMetamfetamin

Ketidakmampuanuntuk tidur

Peningkatankepekaan terhadap kebisingan

Nervousaktivitas fisik, sepertimenggaruk

Page 5: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

Iritabilitas,pusing, atau kebingungan

ekstrimanoreksia

Tremoratau kejang

Peningkatandenyut jantung dantekanan darah

Kehadiranmenghirupatau menyuntikkanperlengkapan.resence of inhaling or injecting

paraphernalia.

Farmakokinetik 

Konsentrasi puncak penyerapan metamfetamin dicapai pada 3,13-6,3 jam pasca

dikonsumsi. Metabolisme puncak dicapai pada 10 sampai 24 jam.Metamfetamin dapat melewati

sawar darah otak dan plasenta karena memiliki lipofilisitas yang tinggi.Metamfetamin

dimetabolisme di hati dan diekresikan oleh ginjal.Waktu paruh dari metamfetamin bervariasi

dengan waktu rata-rata adalah 9 sampai 12 jam.Adapun efek metamfetamin terhadap tubuh

antara lain :

1. Efek fisik 

Efek yang dapat terjadi berupa anoreksia, hiperaktivitas, dilatasi pupil, kemerahan

pada kulit, mulut kering, nyeri kepala, takikardi, bradikardi, takipnue, hipertensi,

hipotensi, diare, dan pada pengunaan yang lama dan atau dosis yang lebih tinggi

dapat mengakibatkan kejang, serangan jantung, stroke, dan kematian

2. Efek psikologis

Dapat berupa euforia, cemas, peningkatan libido, peningkatan

kewaspadaan,konsentrasi, kepercayaan diri, sensitif, agresif, halusinasi, obsesif, dan

pada penggunaan yang lama dan atau dosis yang lebih tinggi dapat

mengakibatkan psikosis amfetamin.

3. Efek dalam jangka panjang

Penggunaan methemphetamine dengan jangka waktu panjang sangat erat

hubungannya dengan munculnya depresi, keinginan bunuh diri, dan perilaku kasar.

Methemphetamine juga mempunyai resiko ketergantungan, selain itu juga merupakan

zat neurotoksik yang diyakini meningkatkan resiko penyakit parkinson.

Page 6: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

Penyalahgunaan methemphetamine diyakini bertanggungjawab untuk mengakibatkan

terjadinya penurunan kognitif yang menetap, seperti ingatan, dan gangguan

konsentrasi.

4. Efek putus obat

Efek yang terjadi akibat putus obat pada penggunaan methamphetamine dapat berupa

lemah, depresi, peningkatan nafsu makan.Gejala dapat tetap munculdalam beberapa

hari pada penggunaan jangka pendek, dan dapat tetap munculhingga beberapa

minggu ataupun bulan pada pemakaian jangka panjang.Tingkat beratnya efek putus

obat yang timbul tergantung dari lamanya pemakaian dan jumlah methamphetamine

yang digunakan.

Pengunaan di bidang medik 

Methamphetamine telah disetujui oleh badan pengatur makanan dan obat-obatan di

Amerika Serikat (FDA) untuk penggunaannya di bidang kesehatan dan terapi baik untuk anak-

anak maupun dewasa.Methamphetamine dikenal memiliki efek pada sistem saraf pusat seperti

golongan stimulan lainnya, tetapi pada dosis yang lebih kecil, didapatkan juga efek yang ringan

pada sistem saraf tepi.Sifat methamphetamine yang mudah larut dalam lemak mengakibatkan

mudah untuk masuk kedalam sawar darah otak dibandingkan golongan obat stimulant

lainnya.Merek dagang ³Desoxyn´ digunanakan untuk pengobatan ADHD, narcolepsy, dandepresi

yang resistant.

2.2. Metode Pemeriksaan

A. Uji penapisan ³screening test´ 

Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam

sampel.Analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisiko kimia, sifat kimia maupun efek

farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji

penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kanabinoid, turunan

amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-

Page 7: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

siklik,turunanasam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur

inti molekulnya. Sebagai contoh, disini diambil senyawa golongan opiat, dimanasenyawa

ini memiliki struktur dasar morfin, beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar

morfin seperti, heroin, monoasetil morfin, morfin, morfin-3-glukuronida, morfin-6-

glukuronida, asetilkodein, kodein, kodein-6-glukuronida, dihidrokodein serta

metabolitnya, serta senyawa turunan opiat lainnya yangmempunyai inti morfin.Uji penapisan

seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit denganderajat reabilitas dan

sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat. Terdapat teknik

uji penapisan yaitu:

a) Thin Layer Chromatography (TLC)/ kromatografi lapis tipis (KLT) yang

dikombinasikan dengan reaksi warna, b) Teknik immunoassayumumnya memiliki

sifat reabilitas dansensitifitas yang tinggi, serta dalam pengerjaannya memerlukan

waktu yang relatif singkat, namun teknik ini menjadi relatif tidak murah.

a) Teknik immunoassay

Teknik immunoassayadalah teknik yang sangat umum digunakan dalamanalisis obat

terlarang dalam materi biologi.Teknik ini menggunakan ³anti-drug antibodyuntuk

mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika di

dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya (antigentarget) makadia akan berikatan

dengan ³antidrug  antibody, namun jika tidak ada antigentargetmaka ³anti-drug

antibodyakan berikatan dengan ³antigen-penanda´. Terdapat berbagai metode / teknik

untuk mendeteksi beberapa ikatan antigen-antibodi ini,seperti ³enzyme linked

immunoassay´(ELISA), enzymemultiplied immunoassaytechnique (EMIT),

fluorescence polarization immunoassay(FPIA),cloned enzyme-donor immunoassay

(CEDIA), danradio immunoassay(RIA).Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada

beban kerja (jumlah sampel per-hari) yang ditangani oleh laboratorium toksikologi.

Misal dipasaran teknik ELISA atau EMIT terdapat dalam bentuk single test maupun

multi test. Untuk laboratorium toksikologi dengan beban kerja yang kecil pemilihan

teknik single test immunoassay akan lebih tepat ketimbang teknik multi test, namun

biaya analisa akan menjadi lebihmahal. Hasil dari immunoassay test ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk menarik kesimpulan, karena

kemungkinan antibodi yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai senyawa yang

Page 8: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

memiliki baik bentuk struktur moleku lmaupun bangun yang hampir sama. Reaksi

silang ini tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk yang mengandung

pseudoefedrin akan memberi reaksi positif palsu terhadap test immunoassay dari anti

bodi- metamfetamin. Oleh sebab ituhasil reaksi immunoassay (screening test) harus

dilakukan uji pemastian (confirmatoritest).

b) Thin Layer Chromatography (TLC )/ Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya, namun

KLT kurang sensitif.Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat disarankan dalam

analisis toksikologi forensik, uji penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit

lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda yang berbeda.Dengan

menggunakan spektrofoto densitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat

dideteksi spektrumnya (ultraviolet atau fluoresensi). Kombinasi ini tentunya akan

meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji penapisan dengan metode

KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.

B. Uji pemastian ³confirmatory test´ 

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya.

Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih

Page 9: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yangdikombinasi

dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-

MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi

cair ± spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofoto densitometri, dan teknik

lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas padauji ini akan sangat memungkinkan

mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada.

Uji konfirmasi kromatografi gas ± spektrometri massa (GC-MS)

Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan teknik GC-MS adalah analit

dipisahkan menggunakan gas kromatografi kemudian selanjutnya dipastikan identitasnya

menggunakan teknik spektrfotometri massa. Sebelumnya analit diisolasidari matrik biologik,

kemudian jika perlu diderivatisasi. Isolat akan dilewatkan kekolom GC, dengan perbedaan sifat

fisikokima toksikan dan metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi pemisahan toksikan dari

senyawa segolongannya atau metabolitnya. Pada prisipnya pemisahan menggunakan GC, indeks

retensi dari analit yang terpisah adalah sangat spesifik untuk senyawa tersebut, namun hal ini

belum cukup untuk tujuan analisis toksikologi forensik. Analit yang terpisah akan memasuki

spektrofotometri massa, di sini bergantung dari metode fragmentasi pada MS, analitakan

terfragmentasi menghasilkan pola spektrum massa yang sangat karakteristik untuk setiap

senyawa. Pola fragmentasi (spetrum massa) ini merupakan karakteristik molekular dari suatu

senyawa. Dengan memadukan data indeks retensi dan spectrum massanya, maka identitas dari

analit dapat dikenali dan dipastikan.

2.3 Aspek Medikolegal Metamfetamin

Undang-undang No. 35 Tahun 2009 mengatur secara jelas mengenai narkotika. Menurut UU

narkotika ini (pasal 127), menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan

III memiliki konsekuensi hukum yang berbeda, sehingga interpretasi temuan analisis

toksikologi forensik, khususnya dalam kaitan menjawab pertanyaan narkotika apa yang telah

dikonsumsi, adalah sangat mutlak dalam penegakan hukum. Interpretasi temuan analisis

toksikologi forensik diperoleh dari  pemeriksaan lengkap yang terdiri dari uji penapisan dan

uji konfirmasi agar tidak terjadi interpretasi positif palsu oleh uji penapisan yang dapat

Page 10: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

menyebabkan sanksi pidana berat bagi tersangka.Pasal 6 UU tersebut membagi narkotika

menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan.

2. Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Berdasarkan UU tersebut, terdapat legalitas penggunaan

narkotika pada golongan II dan golongan III. Akan tetapi perlu pengawasan yang ketat

dari pemerintah terhadap segala kegiatan yang terkait dengan narkotika. Menurut pasal

61 pengawasan tersebut meliputi:

1. Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak

pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika

3. Evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan

4. Produksi

5. Impor dan ekspor 

6. Peredaran

7. Pelabelan

8. Informasi, dan

9. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penggunaan narkotika golongan II dan golongan III untuk pengobatan jugadiatur didalam Pasal

53 yang berbunyi :

1. Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapatmemberikan

Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatasdan sediaan tertentu

kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Page 11: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan

2. Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki, menyimpan,dan/atau

membawa Narkotika untuk dirinya sendiri

3. Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti yang sah bahwa

Narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakandiperoleh secara sah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan UU di atas, telah

disebutkan secara jelas pengawasan terhadapsegala kegiatan yang berhubungan dengan

narkotika.Undang-undang yang mengatur tentang psikotropika diatur dalam Undang-

undang No. 5 tahun 1997. Pasal 2 ayat 2 membagi psikotropika menjadi 4 golongan,yaitu

:

1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakanuntuk tujuan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, sertamempunyai potensi amat

kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan  

2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan

3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan

4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-andan sangat

luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan Berdasarkan

uraian tersebut metamfetamin yang merupakan psikotropika golongan II yang dapat

digunakan untuk pengobatan. Setiap kegiatan yang terkait dengan psikotropika sama

pengaturannya dengan narkotika. Analisis toksikologi forensik narkotika sama

dengan analisis toksikologi forensik untuk obat-obatan psikotropika seperti

metamfetamin. Pemeriksaan toksikologi forensik psikotropika juga ditegakkan

dengan uji yang lengkap, tidak hanya cukup dengan uji penapisansaja. Hal ini

berhubungan dengan ketentuan pidana yang akan dijatuhkan kepada tersangka sesuai

dengan UU no 5 tahun 1997.

Page 12: Pemeriksaan Forensik Dalam Kasus Keracunan