Upload
tuti-alawiyah
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pemeriksaan laboratorium jantung.
Citation preview
PEMERIKSAAN LABORATORIUM JANTUNG
( oleh : Wijayanti Efedi / 0910211048 )
A. Laboratorium Rutin
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Hb, hematokrit, leukosit, trombosit, ureum dan gula
darah.
a. Hb dan hematokrit : mendeteksi anemia yang menyertai atau
menjadi penyebab penyakit jantung.
b. Leukosit : leukositosis sedang menyertai infark miokard
dalam darah tepi selama 5 – 7 hari. Leukositosis dengan
eosinofilia pada gagal jantung dan endokarditis.
c. Laju endap darah : meningkat pada infark miokard akut,
demam reumatik akut.
d. Gula darah : biasanya ditemukan pada infark miokard akut
akibat stress, penderita jantung non-iskemik dengan curah
jantung rendah yang kornik akibat rendahnya pengeluaran
glukosa dari darah dan rendahnya peningkatan kadar insulin
plasma.
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urinalisis rutin dilakukan untuk mendeteksi dan
memantau kelainan intrinsik dari ginjal dan saluran kencing, atau
perubahan sekunder akibat penyakit lain.
- Px. Osmolalitas urin : menilai kepekatan ginjal dengan
menilai berat jenis urin dengan menggunakan
urinometer ( tak ada proteinuria atau glukosuria berat ).
Interpretasi : nilai berat jenis urin yang tinggi gagal
jantung.
- Hematuria : tanda infark ginjal yang terjadi sekunder
akibat emboli dari jantung bagian kiri atau endokarditis
bakterialis.
- Proteinuria ringan atau sedang : sering ditemukan pada
gagal jantung yang akan diperparah dengan penurunan
aliran darah ginjal.
B. Laboratorium Spesifik
Dilakukan pada penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai penunjang
menegakkan diagnostik.
1. Enzim Jantung
- Menegakkan infark miokard akut. Ditemukan juga pada
pasca operasi jantung, perikarditis.
- Otot miokard yang engalami kerusakan melepas
beberapa ensim kadar dalam serum meningkat.
a. Kreatin fosfatase ( CK ) :
- meningkat pada infark miokard akut.
- tidak spesifik untuk kerusakan otot miokard karena dapat ditemukan pada
kerusakan organ –organ lain.
- meningkat dalam waktu 6 – 8 jam setelah infark, mencapai puncak
setelah 24 jam, turun kembali ke normal dalam waktu 3 – 4 hari.
b. Troponin T :
- troponin T jantung merupakan protein miofibril dari serat otot lintang.
- kerusakan miokard akibat iskemik pelepasan troponin T dari
sitoplasma ke dalam darah. Penglepasa troponin T berlangsung 30 – 9- jam
dan setelah itu menurun.
- merupakan penanda kejadian koroner akut pada penderita angina pektoris
tak stabil.
c. SGOT ( serum glutamic-oxaloacetic transamiase ) :
- dilepaskan oleh sel miokard yang rusak atau mati.
- meningkat dalam 8 – 12 jam setelh infark, mencapai puncaknya pada 18-
36 jam, akan turun norml setelah 3 – 4 hari.
- indikator lemah untuk diagnosa infark miokard karena ensim ini terdapat
juga pada hati dan otot skelet.
d. LDH ( lactic dehydrogenase )
- hampir terdapat di semua jaringan tubuh.
- meningkat pada infark miokard akut dalam waktu 24 – 48 jam, mencapai
puncak dalam 3 – 6 hari setelah onset, kembali normal setelah 8 – 14 hari.
- LDH mempunyai 5 isoenzim : LDH 1 spesifik kerusakan otot jantung.
LDH 4 dan 5 kerusakan hati dan otot skelet.
e. Alpha-HBHD ( alpha hydroxybutyric dehydrogenase )
- bukan enzim spesifik untuk infark miokard.
- LDH 1 dan LDH 2 akan bereaksi lebih besar dengan alpha-hydroxy-
butyrate daripada LDH 4 dan LDH 5.
- aktifitas LDH meningkat = alpha-HBHD meningkat pada infark miokard.
f. CRP ( C-reactive protein )
- tidak ditemukan dalam darah orang normal.
- meningkat selama infeksi bakteri, tidak pada infeksi virus.
- ditemukan pada : demam reumatik akut dengan atau tanpa gagal jantung,
infark miokard, merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner.
g. ASTO ( anti streptolisin )
- pada demam reumatik akut.
- tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya infeksi kuman streptokokus.
- titer tinggi pada 4 – 6 minggu setelah infeksi kuman streptokokus beta
hemolitikus, kembali normal setelah 4 bulan.
2. Tes Fungsi Hati
- gagal jantung kanan : tekanan yang tinggi pada
ventrikel kanan bendungan pada hati hipoksia
parenkim kati, gangguan sekresi empedu dan gangguan
sintesa protein fungsi hati terganggu, kadar bilirubin
serum meningkat.
3. Sistem Koagulasi
- penderita kelainan jantung bawaan biru yang berat : adanya tanda-
tanda hiperviskositas, fenomena trombotik dan hemoragik.
- hemolisis intravascular yang persisten : pada defek septum atau
penderita dengan katup buatan.
4. Kultur Darah
Dilakukan pada dugaan enokarditis bakterialis.
5. Pemeriksaan Cairan Ekstra Vaskuler
- penimbunan cairan di rongga-rongga badan seperti efusi pleura atau
pericardial dan asites : ditemukan pada gagal jantung kongesti,
obstruksi vena, sirosis hepatic, gagal ginjal, proses keganasan, infeksi
dan hipoproteinemia.
7. Lain –lain
a. mioglobinemia
- terdeteksi dalam darah 2 – 6 setelah infark miokard akut. Mencapai
puncak : 4 – 6 jam. Kembali normal : setelah 12 -24 jam.
b. hiperurisemia
- kadar asam urat yang tinggi : pada hipertensi primer atau hipertensi
renal akibat dari menurunnya glomerular filtration rate.
c. kadar aktivitas renin dalam plasma
- pemeriksaan untuk mencari penyebab hipertensi.
-Px. Angiotensin I : menentukan kadar aktifitas renin dalam plasma.
- penyempitan arteri renalis kadar renin meningkat.
d. hiperlipidemia
- merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.
( referensi : buku ajar kardiologi dan pedoman pemeriksaan laboratorium
& diagnostik edisi 6 )
SIRKULASI JANTUNG JANIN
( oleh : Wijayanti Efendi / 0910211048 )
Sirkulasi jantung janin berbeda dengan sirkulasi neonatus ( setelah
lahir ).
Perbedaan utama keduanya adalah penyesuaian terhadap kenyataan
bahwa janin tidak bernapas, sehingga paru tidak berfungsi. Janin
memperoleh O2 dan pertukaran CO2 melalui plasenta. ( fisiologi
sherwood edisi 2 hal. 260 )
Sirkulasi janin dibagi menjadi dua sirkulasi yaitu sirkulasi pada saat
janin / di dalam kandungan dan sirkulasi neonatus / transisi ( setelah
lahir ).
A. Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin melalui dua jalan pintas, yaitu :
1. foramen ovale = lubang di septum antara atrium kana dan kiri
2. duktus arterious = pembuluh yang menghubungkan aorta
dengan A. Pulmonalis ( fisiologi sherwood edisi 2 hal. 260 )
Aliran sirkulasi darah dari plasenta ( beroksigen tinggi / cukup )
melewati v. umbilikalis yang dibawa ke vena cava inferior melalui
duktus venosus dan ke sirkulasi hepatika melalui vena porta dan vena
hepatika. Selain itu darah janin dari bagian distal / jaringan janin yang
beroksigen rendah dibawa ke v.cava inferior. Dengan demikian darah
yang dibawa oleh v. cava inferior merupakan darah campuran dari
darah beroksigen tinggi ( dari plasenta ) dan darah beroksigen rendah
( dari jaringan janin. Kemudian darah masuk ke atrium kanan. Selama
masa janin, paru masih dalam keadaan kolaps sehingga tekanan pada
separuh kanan jantung dan sirkulasi paru lebih tinggi daripada di
separuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik. Keadaan ini terbalik pada
saat neonatus.
Setelah masuk ke atrium kanan, karena perbedaan tekanan
antara atrium kanan yang lebih tinggi daripada atrium kiri makan darah
yang beroksigen cukup akan kembali ke atrium kiri melalui foramen
ovale menuju ventrikel kiri untuk dialirkan ke sirkulasi sistemik
( jaringan ) dan plasenta untuk pertukaran darah ibu-janin.
Sisa darah di atrium kanan yang tidak dialirkan ke atrium kiri,
akan dibawa ke ventrikel kanan yang memompa darah ke A.
Pulmonalis. Karena tekanan di arteri pulmonalis lebih kecil daripada di
aorta maka darah mengalir ke aorta melalui duktus arterious menuju
sirkulasi sistemik. ( fisiologi sherwood edisi 2 hal. 260-261 )
B. Sirkulasi Transisi
Merupakan perubahan dari sirkulasi janin ke neonatus. Terjadi
penghentian sirkulasi dari plasenta paru-paru berfungsi.
Plasenta yang terlepas penurunan tekanan arteri pulmonalis
darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Dalam
waktu yang singkat, aliran darah paru-paru meningkat peningkatan
aliran darah pada v.pulmonalis ke atrium kiri peningkatan tekanan
atrium kiri menutup daun foramen ovale mencegah terjadinya
pencampuran darah antar kedua atrium. Foramen ovale yang sudah
menutup disebut fosa ovalis.
Dalam waktu 10 – 15 jam, duktus arterious akan kontriksi /
kolaps terbentuk ligamen arterious.