10
Pemeriksaan Neurologis dan Fisik Persiapan Alat Pemeriksaan Fisik Persyarafan 1. Refleks hammer 2. Garputala 3. Kapas dan lidi 4. Penlight atau senter kecil 5. Opthalmoskop 6. Jarum steril 7. Spatel tongue 8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin 9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh 10. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum 11. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka 12. Baju periksa 13. Sarung tangan a. Pemeriksaan Saraf Kranial 1. Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius) Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya. 2. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus) a. Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh. b. Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60- 100 cm, minta untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan mata

Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

  • Upload
    aryaari

  • View
    34

  • Download
    16

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,,

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

Pemeriksaan Neurologis dan FisikPersiapan Alat Pemeriksaan Fisik Persyarafan

1. Refleks hammer

2. Garputala

3. Kapas dan lidi

4. Penlight atau senter kecil

5. Opthalmoskop

6. Jarum steril

7. Spatel tongue

8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin

9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh

10. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum

11. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka

12. Baju periksa

13. Sarung tangan

a. Pemeriksaan Saraf Kranial1. Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)

Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan

pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan

seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk

lubang hidung yang satunya.

2. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)a. Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa

ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart

untuk jarak jauh.

b. Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta

untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan

mata yang berlawanan dengan mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah

luar klien dank lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut.

Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya. Ukur berapa derajat

kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan opthalmoskop untuk

melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk)

3. Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan Abdusen)a. Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan

ptosis kelopak mata

Page 2: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

b. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan

pupil

c. Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal)

yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien

mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya

4. Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)a. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula

dan frontal dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan ya bila

merasakan sentuhan, lakukan kanan dan kiri.

b. Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga

area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.

c. Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area

wajah tersebut. Minta klien menyebabkanutkan area mana yang merasakan

sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.

d. Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang

digetarkan dan disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan

getaran tersebut terasa atau tidak

e. Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke

depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks

menutup mata.

f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot

maseter dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien

melakukan gerakan mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.

5. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)a. Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke

ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam

b. Fungsi motorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is

berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa

kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan

coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan

dengan kedua jari.

6. Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)a. cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber

test dan rhinne test

b. Cabang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak,

kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh,

Page 3: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

minta klien menutup mata tanpa mengubah posisi, lihat apakah klien dapat

mempertahankan posisi

7. Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus)a. Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula

terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.

b. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring

menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring.

c. Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi

gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien

berbicara.

8. Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)a. Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara

bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.

b. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan

dan ke kiri, minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa

mengangkat bahu lalu observasi rentang pergerakan sendi

c. Periksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua

telapak tangan danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya

ke atas, perhatikan kekuatan daya dorong.

d. Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh

kesatu sisi melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya

dorong

9. Fugsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)a. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, observasi

kesimetrisan gerakan lidah

b. Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi dengan

ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan

kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain

b.Pemeriksaan Fungsi MotorikSistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri,

impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus pyramidal medulla spinalis

dan bersinaps dengan lower motor neuron.

Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.

1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi

2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai

persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti dan

Page 4: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan

pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.

a. Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut kaku.

Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap

gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot tidak

tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas klien.

b. Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan

terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.

c. Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.

3. Kekuatan otot :

Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan

tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan

diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0

– 5)

0 = tidak ada kontraksi sama sekali.

1 = gerakan kontraksi.

2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau

gravitasi.

3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.

4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.

5 = kekuatan kontraksi yang penuh.

c. Pemeriksaan Fungsi SensorikPemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan

sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya

dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang

menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan

masih bisa konsentrasi dengan baik).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon klien terhadap beberapa

stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.

Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli

(tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin (coldness) atau

perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik (kelemahan

otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai

keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:

Page 5: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada perlengkapan

refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.

2. Kapas untuk rasa raba.

3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.

4. Garpu tala, untuk rasa getar.

5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :

a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.

b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk

pemeriksaan stereognosis

c. Pen / pensil, untuk graphesthesia.

d.Pemeriksaan Fungsi RefleksPemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks

hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :

0 = tidak ada respon

1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan (+)

2 = normal (++)

3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (+++)

4 = hyperaktif, dengan klonus (++++)

Refleks-refleks yang diperiksa adalah :

1. Refleks patellaPasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 300.

Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks

hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks bicepsLengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah

ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.

biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer.

Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan

gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada

lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks tricepsLengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 , tendon triceps diketok dengan

refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).

Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan

dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebabkanar keatas sampai otot-otot bahu

atau mungkin ada klonus yang sementara.

Page 6: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

4. Refleks achillesPosisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang

diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.

Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar

fleksi kaki.

5. Refleks abdominalDilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores

seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.

6. Refleks BabinskiMerupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus

kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki

dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon

Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar.

Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.

Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui rangsangan selaput otak

(misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan :

1. Kaku kudukBila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat

menempel pada dada, kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski ILetakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien

dan tangan lain didada klien untuk mencegah badan tidak

terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara

pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan

fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

3. Tanda Brudzinski IITanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara

pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.

4. Tanda KernigFleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba

meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Normal, bila

tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai

atas.

Kernig (+) bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan

rasa sakit terhadap hambatan.

5. Test Laseque

Page 7: Pemeriksaan Neurologis Dan Fisik

Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang

m. ischiadicus.

Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :

1. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.

Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua

pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar

kedalam dan kaki plantar fleksi.

2. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau

diencephalon.

Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi

dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.