25
1 PENA BUDAYA APRIL 2015 Fakultas Ilmu Budaya PeremPuan PENA BUDAYA PeremPuan | 15 DON’T WORRY LADIES PEREMPUAN BERJILBAB YANG PACARAN 12 SIASAT PERAN Demam Paris 19

Pena budaya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kisah tentang perempuan memang tak pernah ada habisnya. Dalam rangka bentuk apresiasi terhadap perempuan, redaksi Pena Budaya kini hadir menyuguhkan berita yang informatif dan menarik dalam bentuk majalah PeremPuan. Selamat menikmati tiap sensasinya!

Citation preview

Page 1: Pena budaya

1PENA BUDAYA PENA BUDAYA

APRI

L 2

015

Fak

ulta

s Il

mu

Bud

aya

PeremPuan

PEN

A B

UD

AYA

Pere

mPu

an |

15

DON’T WORRY LADIES PEREMPUAN

BERJILBAB YANG PACARAN 12

SIASAT PERAN

Demam Paris19

Page 2: Pena budaya

2 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

PENA BUDAYA // April 2015

PeremPuan

daftar isi

ACARA 4

OPINI 6

KARYA SASTRA 12

FEATURES 19

AKADEMIK 22

RAJAPATI DI ULANG TAHUN TEPAS

PEREMPUAN DAN KEMAMPUAN |DON’T WORRY LADIES

PEREMPUAN BERJILBAB YANG PACARAN | SIASAT PERAN

DEMAM PARIS

BERBAGI PENGALAMAN, SAYU SITI SOLIHAH BERANGKAT KE MESIR

HANYA DENGAN BERMODALKAN IPK

Page 3: Pena budaya

PENA BUDAYA 3PENA BUDAYA PENA BUDAYA

REDAKSI

Pemimpin UmumUlfa Kurniasih SekretarisChintya FrasticaHumas / MarketingClara Nurvian Pemimpin Redaksi CetakWilly Kurniawan

Acara / EventIhfa FirdausyaIrfan Hadi NugrahaAfrah SalmaTiara Rizkita

Karya Sastra

April 2015

Suci Purnama CahyaniRobi Afrizan SaputraKevin Ridho AlkhudriFauziah Sri Rachma

OpiniPutri Syifa NurfadilahRomi Angga D.C.Aiz BudhiNisa AmaliaSiti Maemunah

Akademik (Prestasi, Beasiswa)Nurrahmi HayunasariUsi Sabrina N. Afifah

Susi Sumarni Noer Imayati

FeatureSusi Sopiani Hasna Fitriani Intan Setyawati Nunung Nurjanah

Desain dan LayoutRomi Angga D. C.Wulan SariNatalie AmadeaYunita Amelia Rahma Laviena RieskaHasya Hanifan

Salam Redaksi

Bicara tentang perempuan memang tak pernah ada habisnya. Kehidupan mereka yang pelik dan menarik memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan kaum pria. Bulan Maret dan April adalah harinya perempuan-perempuan Indonesia yang dimulai dari tanggal 8 Maret sebagai hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) hingga 21 April sebagai hari Kartini – ikon perempuan Indonesia. Menurut seorang antropolog, Kartini Syahrir, mengatakan bahwa topik perempuan selalu seru diperbincangkan karena perempuan seringkali ditampilkan dalam dua sisi sekaligus. Di samping men-jadi subyek juga menjadi obyek sehingga di dalam kediri-annya, perempuan mengaktualisasikan pikiran-pikiran,

kehendak-kehendak, dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu, dalam rangka apresiasi terhadap kaum perempuan,

kami Redaksi Pena Budaya menyuguhkan sekelumit tentang perempuan yang ahadir pada edisi majalah Pena Budaya ke-15.

Selamat hari perempuan Indonesia! Selamat Menikmati!

Page 4: Pena budaya

4 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

“Rajapati” di Ulang Tahun Tepass

Dalam rangka memperingati ulang tahun ke-25, Teater Pa-guyuban Mahasiswa Sastra

Sunda atau biasa disingkat Tepass menghadirkan sebuah pementasan teater yang berjudul “Rajapati” karya Ahmad Bakri pada tanggal 6-7 Maret 2015. Bertempat di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, pementasan yang diselenggarakan dua hari ini cukup banyak meyedot perhatian mahasiswa serta kalangan pe-lajar yang berada di wilayah Jatinangor dan sekitarnya. Tarian tradisional Sunda menjadi

pembuka sekaligus suguhan yang menarik sebelum pementasan teater dimulai. Penonton terlihat antusias ketika tirai panggung di-buka yang menandakan pemen-tasan teater bertajuk “Rajapati” ini dimulai. Musik dan tepuk tangan dari penonton semakin mem-buat riuh suasana gedung tem-pat diselenggarakannya acara.

Berlatar di sebuah ruang tamu, tempat hiburan, dan rumah salah seorang tokoh, para aktor memain-kan perannya dengan piawai. Ak-ting yang mereka tunjukan di atas panggung pun sungguh menghibur

ACARA

Page 5: Pena budaya

PENA BUDAYA 5PENA BUDAYA PENA BUDAYA

penonton, terlebih saat para ak-tor memainkan adegan lucu. Dan seolah tak ingin “kehilangan” cerita, penonton begitu khusyuk menyak-sikan pertunjukan “Rajapati” ini.

Ketika diwawan carai, Yandi Nur-diansyah selaku sutradara menjelas-kan alasan memilih naskah “Ra-japati” karya Ahmad Bakri adalah karena mepetnya waktu yang tersedia untuk garapan, yakni ha-nya satu bulan. Berlatar belakang hal tersebut, maka diadakanlah musyawarah dengan para anggota dalam memilih naskah dengan tujuan agar para pemain bisa bermain de-ngan nyaman dan penonton dapat terhibur. Cara Yandi sendiri untuk menghibur penonton adalah de-ngan menggarap naskah ini lebih ke arah komedi. Lebih dari itu, pesan moral yang terkandung dalam cerita “Rajapati” ini bisa memenuhi sasa-ran terhadap penonton yang seba-gian besar adalah kalangan pelajar. Pesan moral yang bisa kita ambil dalam cerita “Rajapati” ini adalah untuk tidak meniru sifat-sifat jelek seperti: sering berprasangka bu-ruk terhadap orang lain, menuduh orang lain tanpa bukti, memiliki rasa benci, mementingkan diri sendiri seperti yang digambarkan oleh salah satu tokoh dalam cerita tersebut.

Karena itu juga, naskah ini dipilih lantaran dianggap sebagai naskah yang memiliki tontonan sekaligus tuntunan yang baik untuk para pe-nonton. Setelah acara selesai, Yandi mengaku tidak merasa puas dengan pementasan ini. Karena menu-rutnya, apabila seorang seniman telah puas dengan satu pagelaran, apalagi itu adalah orang yang baru berkecimpung dalam dunia seni, itu merupakan hal yang konyol baginya.

“Lamun urang tos ngaraos puas ku hiji pagelaran, berarti urang geus stak kanu berkereasi jeung berino-vasi dinu berkesenian.” Ujar Yandi.

Harapan Yandi sendiri untuk Tepass kedepannya adalah agar Tepass bisa lebih maju lagi dalam berteater dan ia berharap dapat lestarinya budaya berbahasa Sunda, khu-susnya melalui jalan teater. (IHN)

ACARA

Page 6: Pena budaya

6 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Perempuan dan Kemampuan

P e r e m p u a n adalah sosok makh-luk istimewa yang Tu-han ciptakan, seorang perempuan mampu

melakukan hal hebat yang ti-dak mampu dilakukan oleh kaum laki-laki yaitu mengandung dan mela-hirkan generasi hebat calon penerus bangsa. Disamping mendapat keis-timewaan tertentu, menjadi seorang

perempuan bukan-hal yang mudah,

banyak tugas lain yang harus diembanya sebagai seorang perempuan diantaranya mengurus keluarga. Perempuan yang adalah perempuan yang mam-

pu mendidik anaknya dengan baik, karena sebagian besar waktu yang dihabiskan anak adalah bersama ibunya . Se-

bagai warga negara Indonesia, kita tidak bisa terlepas dari sosok perempuan hebat bernama Raden Ajeng Kartini atau yang biasa kita menyebutnya sebagai R.A. Kartini. Beliau adalah pelopor penegakan emansipasi perempuan di Indone-sia. Hal inilah yang harus dicontoh oleh perempuan zaman sekarang, agar mampu hidup mandiri tetapi tidak pula melupakan kodratnya se-bagai seorang perempuan.

Lantas bagaimanakah dengan perempuan yang bekerja di luar rumah sementara dia juga pu-nya kewajiban sebagai seorang istri dan ibu? Meringankan beban sua-mi juga merupakan hal yang patut

OPINI

Page 7: Pena budaya

PENA BUDAYA 7PENA BUDAYA PENA BUDAYA

dilakukan oleh seorang istri, apa-lagi bila penghasilan seorang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, seorang istri bisa memban-tu suaminya mencari nafkah tetapi dengan batasan tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri.

Menjadi seorang perempuan sangatlah istimewa, apalagi dalam sudut pandang agama Islam. Islam sangat menjunjung tinggi kehor-matan seorang perempuan, hal tersebut dapat dilihat dalam hal berpakaiannya, Islam menyarankan perempuan menutup ang-gota tubuhnya terkecuali muka dan telapak tangan, hal tersebut dianjurkan untuk melindungi tu-buh perempuan agar tidak memancing birahi kaum laki-laki, fakta itu hanya sebagian kecil saja perhatian Islam terhadap kaum perempuan.

Lembaga hukum di Indone-sia pun sangat melindungi hak-hak perempuan, diantaranya :

1. Hak Atas Pemulihan Medis Dan Hak Atas Pemulihan PsikologisHak ini diatur dalam Undang-undang No. 23 tahun 2004 ten-tang PKDRT, Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang PTPPO, Undang-undang No. 23 tahun 2004.

2. Hak Atas Bantuan Hukum Hak ini diatur dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang per-lindungan anak, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PK-DRT, Undang-undang No. 16 ta-hun 2011 tentang bantuan hukum.

3. Hak Atas Restitusi (Trafiking, Perkosaan)Diatur dalam Undang-undang No. 21 tahun 2007 ten-tang PTPPO/Penghapusan Tin-dak Pidana Perdagangan Orang

Menjadi seorang perempuan (pun) tidak hanya berpaku terhadap per-kataan yang menganggap bahwa “perempuan itu jangan sekolah tinggi nanti juga tetap kembali ke dapur, sumur, dan kasur”. Hal tersebut seolah menjadi ciri khas perempuan di Indonesia semen-jak dulu, namun saat ini telah dipatahkan oleh beberapa sosok perempuan tangguh antara lain:

- Megawati Soekarnoputri yang tidak lain adalah mantan Presiden Indonesia, dapat disimpulkan bahwa perempuan juga mampu memimpin sebuah negara yang identiknya dipimpin oleh seorang laki-laki.

OPINI

Page 8: Pena budaya

8 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

- Sri Mulyani Indrawati, sosok perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini merupakan mantan Menteri Keuangan Kabinet Indone-sia Bersatu, sejak 1 Juni 2010 beliau diangkat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang merupakan perem-puan sekaligus orang Indonesia pertama yang bisa mendudukinya.

- Sosok inspirasi kaum muda untuk semangat dan cita-cita yang tinggi, dia adalah sosok penyanyi kebang-gaan Indonesia yakni Agnes Monica. Ia mampu membuktikan meski-pun ia seorang perempuan yang berasal Indonesia. Dengan semangat dan kerja keras yang luar biasa, sekarang ia mampu menembus pasar musik dunia sesuai dengan yang ia cita-citakan.

Perempuan haruslah menjadi sosok tangguh, hebat dan tidak memiliki pemikiran yang sem-

pit tentang suatu hal. Sosok perempuan haruslah menjadi panutan dan mampu merubah dirinya dan lingkungan-nya menjadi lebih baik.(AB)

OPINI

Page 9: Pena budaya

PENA BUDAYA 9PENA BUDAYA PENA BUDAYA

Don't Worry, Ladies !!

Media sosial sudah jadi teman hidup perempuan ‘keki

nian’. Perempuan kekinian secara tidak sadar menganggap bahwa apresiasi masyarakat terhadap dirinya hanya sebatas like di Face-book, Instagram, dan Path, atau retweet di Twitter. Lebih mempri-hatinkan lagi pada apa yang “di-persembahkan” perempuan kekinian untuk diapresiasi masyara-kat. Media sosial bukannya dila-rang, toh hal tersebutmenjadi salah satu kebebasan individu saat ini.

Hanya saja, media sosial mem-bangun emosi baru dalam diri perempuan kekinian, yang sayangnya bukan emosi yang positif.

Ada suatu kesenangan dan kepua-san tersendiri ketika perempuan kekinian membagikan foto dirinya ke media sosial. Bayangkan delapan puluh persen perempuan kekinian merasakan hal yang sama. Hasilnya adalah yang kita temui sekarang, seakan media sosial adalah sebuah ajang fotografi. Ketika seorang perempuan menemukan foto perem-puan lain yang dirasa lebih cantik

OPINI

Page 10: Pena budaya

10 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

dari dirinya, ada emosi kecil—sangat kecil—yang perlahan-lahan merun-tuhkan kepercayaan diri seorang perempuan. Kemudian mereka ber-tanya-tanya bagaimana caranya agar mereka bisa menjadi cantik juga.

Perempuan kemudian menjadi ge-lisah. Muncul keinginan ini dan itu untuk memperbaiki yang dianggapnya tidak cantik. Kepercayaan dirinya telah runtuh dan hal ini menyebar, mempengaruhi berbagai aspek, dari intensitas yang wa-jar sampai ke tingkat yang memba-hayakan. Program diet ramai-ramai diserukan oleh berbagai produk obat sampai industri makanan. Operasi plastik merebak ke berbagai belahan dunia. Alat-alat kosmetik laris di pasaran. Perempuan men-jadi tergoda dan tertarik untuk men-coba ini dan itu. Yang beruntung, menjadi semakin cantik. Yang salah strategi, agaknya kurang beruntung.

Yang tercipta dari proses itu adalah perempuan yang hidup dari opini masyarakat. Mereka menjadi tun-duk pada selera orang banyak. Mereka diam-diam malu jika berbeda sedikit saja dari orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka cenderung menyamakan posisinya dengan orang lain. Sulit untuk mengingatkan perempuan bahwa setiap dari me

reka punya kecantikannya masing-masing. Bahwa kita tidak perlu ber-bicara mengenai fisik lagi. Soal fisik toh itu ciptaan Tuhan. Menghina fisik sama saja menghina Tuhan. Dalam hidup, ada takdir yang bisa diubah dengan diperjuangkan, ada pula yang takdir yang harus diterima dengan bijak. Terima saja kenyataan bahwa masalah fisik adalah sebuah takdir yang harus diterima dengan bijak, bahkan disyukuri. Sebab takdir kita selalu satu tingkat lebih berun-tung di atas takdir orang lain. Tentu saja, ada orang lain yang takdirnya lebih beruntung dari kita. Yang perlu kita ingat bahwa hal tersebut tidak perlu diperdebatkan karena Tuhan telah menciptakan segala sesuatu pada porsinya yang paling pas.

Orang bilang, cantik itu tidak dilihat dari luar, tapi pada kenyataannya indera penglihatan selalu mendahu-lui akal. Sadar atau tidak, kita sebenarnya hanya melihat kecantikan dari wajah. Jika didalam masyarakat kita merasa bukan termasuk yang cantik wajahnya, santai saja, kita tidak hidup untuk sebuah kontes kecanti-kan. Disisi lain, masalah kecantikan hati tidak bisa dilihat dengan mata, melainkan hanya bisa dirasakan. Perlu ada interaksi yang berkelan-jutan untuk merasakannya. Hati yang positif akan terpancar lewat

OPINI

Page 11: Pena budaya

PENA BUDAYA 11PENA BUDAYA PENA BUDAYA

aura yang positif juga. Kita mungkin pernah punya satu teman yang kita merasa bahagia berada di dekatnya, tiba-tiba saja s u a s a n a menjadi be-gitu cerah meskipun kita hanya berbicara m e n g e -nai hal-hal kecil.

P e r e m -puan juga harus be-lajar untuk m e m b e -sarkan hati temannya k e t i k a t e m a n n y a -mengeluhkan wajahnya yang tidak cantik. Kebanyakan perempuan justru ikut-ikutan menyebut dir-inya tidak cantik demi menjaga perasaan temannya. Jika yang be-gini terus berputar membentuk siklus, sampai kapan perempuan bisa mencintai dirinya sendiri?

Ketika perempuan tidak bisa men-cintai dirinya sendiri sementara dia berharap orang-orang mencin-

tainya, bisakah itu terjadi? Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri, baru kemudian kita berbuat untuk orang

lain. Mari kita jangan m e m b u a t perjuangan p e r e m -p u a n -p e r e m -puan di masa lalu m e n j a d i s i a - s i a . Jangan bi-arkan juga m a s a l a h -m a s a l a h yang tidak p e n t i n g m e n j a d i topik uta-

ma percaka-pan kita setiap harinya. Perempuan haruslah fokus pada tujuan-tujuan hidupnya demi memberi arti pada dunia. (NA)

OPINI

Page 12: Pena budaya

12 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Perempuan Berjilbab yang Pacaran

Me m a n g w a k t u adalah

misteri. Kadang terasa lambat kadang begitu cepat. Tapi se-jatinya ialah tetap sama. Tak pernah dipacu, tak pernah di-perlambat, s e g a l a n y a berjalan sesuai waktu yang telah d i t e t a p k a n . Waktu cepat, waktu lambat, hanya permainan perasaan. Ma-nusia yang dimainkan rasa.

Dua tahun yang lalu saya masih sekolah. Kini tidak lagi di sana, tidak pada bangku sekolah menengah. Sekarang telah lulus, dan kini sedang menempuh studi pada salah satu perguruan tinggi negeri. Saya lulu-

san sekolah berbasis keagamaan. Sekali

lagi, kauharus ingat bahwa saya dulu

pernah menun-tut banyak

ilmu agama.

D u l u , s e m a s a s e k o l a h , b a n y a k sekali ke-n a n g a n y a n g saya ukir pada ru-

ang kehidupan ini. Semua ma-

sih teringat, semua masih melekat

dalam benak kepala. Beberapa kali saya mena

ngis, tertawa, kadang juga terse-nyum sendiri mengingat kenangan dulu yang pernah ada. Pernah suatu ketika, saya disebut tidak waras oleh teman kuliah, walau saya tahu itu hanya candaan. Mungkin, mereka

KARYA SASTRA KARYA SASTRA

Page 13: Pena budaya

PENA BUDAYA 13PENA BUDAYA PENA BUDAYA

bilang begitu karena sering melihat saya menangis tanpa sebab, sering melihat saya tertawa entah karena apa. Yang jelas saya suka menyendiri ketika kenangan itu kembali teringat.

Ya menyendiri. Harapnya jangan sampai ada godaan untuk meng-gantung diri. Bunuh diri karena pa-tah hati, cinta yang terhenti atau se-gala yang takberarti. Itu hanya basi!

Banyak sekali nilai-nilai agama yang dipelajari di sekolah saya. Persen-tasenya lebih banyak daripada seko-lah umum. Jika pada sekolah umum hanya belajar agama dua jam pela-jaran dalam seminggu, sekolah saya lebih dari itu. Jika sekolah umum hanya mempelajari ‘kulit-kulitnya’, sekolah saya memperdalam hingga ‘isi-isinya’. Ada belajar hadits, fiqih, sejarah islam hingga dulu pernah diwajibkan menghapal kitab suci.

Semua itu saya jalankan. Semua itu telah terlalui. Bahkan, saya pernah menjadi siswa terbaik di sekolah. Banyak ilmu, banyak hapal akan hadits, banyak mempelajari hal-hal kekinian. Sebut saja kontempo-rer. Segalanya saya hapal, segalanya saya catat. Mungkin yang kurang hanyalah suatu hal bernama….

Dalam keseharian saya berjilbab,

lumayan dalam dan lebar. Jika dalam seminggu adalah tujuh hari, dapat dikatakan enam hari saya memakai rok kemanapun pergi. Jarang sekali memakai celana. Paling hanya hari minggu, ketika di rumah. Saat libur akhir pekan.

Namun seringkali hati dengan tin-dakan tak pernah sejalan. Saya sering mengalami konflik batin. Ya, sebut saja itu konflik batin. Karena yang paling merasai adalah hati. Dan hati adalah tentang cin-ta. Cinta dekat dengan pacaran, bagi anak muda, bagi para remaja.

Cinta memang fitrah. Namun, ka-lau tidak terjaga sebelum waktu-nya datang bisa menjadi musibah. Itulah konflik yang sering saya rasakan. Hati mengatakan ti-dak pada pacaran. Namun tinda-kan mengerjakan. Mulut menen-tang, namun sikap melaksanakan.

Inilah tentang cinta. Mewaba-hi setiap pemudi dan pemuda. Remaja, tua hingga para ‘de-wasa’ yang berkepala lima.

Sekarang bicarakan saja tentang cin-ta yang saya alami. Rasa yang pernah saya rasai. Jangan bicarakan orang lain. Mengacalah pada diri. Sendiri!

KARYA SASTRA

Page 14: Pena budaya

14 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Banyak, sungguh banyak sikap yang tak sejalan dengan nura-ni. Kalau tega, bilang saja saya munafik! Kalau tidak, bimbing diri ini menuju lebih baik lagi.

Bimbing saya jika kaupeduli. Lepaskan saya jika kautidak bernurani.Penampilan saya. Ya, bisa dibi-lang seperti akhwat, muslimah, perempuan berjilbab lebar. Na-mun, saat seorang adam datang, entah itu menggombal, merayu, hati saya malah tertunduk lesu, mengikuti apa yang dikata, ter-buai, terbang, melayang hingga saya lupa bahwa itu dilarang.

Pernah suatu ketika, malam selepas pukul sembilan. Dia yang saya anggap dekat dan peduli mengirimkan pesan singkat, mengajak bertemu di sekitar kampus. Ber-dua. Entah tidak menimbang, en-tah lupa larangan, entah dirayu setan, saya malah mengiyakan.Padahal, saya seringkali ‘bercera-mah’ pada teman lain bahwa berdua dengan laki-laki yang tak sedarah itu tidak boleh. Sering mulut saya ber-cerocoh, kalau itu dilakukan, akan datang makhluk ketiga yang ter-kutuk. Bernama setan. Tapi, sekali lagi tapi, saya malah melakukan.

Tak sejalan apa yang di dada, apa

yang di jiwa dengan apa yang ditin-dak, dengan apa yang disikap. Saya kadang merasa berdosa. Namun ma-sih saja tetap ingin berdua. Dengan dia yang tak boleh bertemu saat ini.

Pernah seorang teman, perempuan, lumayan dekat dengan saya bertanya. “Kamu punya pacar?”Singkat pertanyaannya, tetapi saya jawab panjang lebar, me-nentang, berdalil, dan menolak. “ T i d a k ! ”Saya jelaskan, pacaran tidak boleh pada agama kita. Itu dilarang, pernah juga saya singgung tentang larangan berdua dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Yang ketiga adalah setan. Selalu saja mulut saya me-nentang, namun keadaan sebena-rnya sebaliknya. Sangat berlawanan. Saat ada adam yang saya diam-diam mengaguminya mengajak bertemu, saya malah mengiyakan, menyetujui yang dipintanya. Namun saat teman saya bertanya dengan hal itu, saya menjawab dengan nada menolak.

Tanya saya, kenapa? Ba-tin menyeruak. Padahal saya-banyak belajar ilmu agama.Saya mengaku tidak pacaran, tetapi berdalih dengan sebutan hanya teman dekat atau sahabat.Kadang, entahlah. Begitu-lah kondisi sebenarnya saya.

KARYA SASTRA KARYA SASTRA

Page 15: Pena budaya

PENA BUDAYA 15PENA BUDAYA PENA BUDAYA

Yang saya pernah alami itu.

***Banyak gagak hitam menyelinap di antara dedaunan. Terbang menembus cakrawala. Meliuk-liuk dalam samudera angin. Biru langit menambah lihai sang gagak terbang dengan kegagahannya.Kini, saya telah berkepala lima. Punya lima orang anak. Dua laki-laki dan tiga bidadari. Dari seorang sua-mi. Anak pertama telah menikah. Punya anak perempuan juga. Sama seperti saya. Dia seorang laki-laki.

Sedangkan yang kedua adalah perempuan. Punya suami orang jauh. Luar pulau. Telah tujuh ta-hun menikah. Belum punya anak. Kemarin baru saja pulang dari dokter kandungan. Katanya, sekarang mulai mual-mual. Ka-lau perempuan anaknya, saya banyak-banyak menasihati jika ma-sih hidup. Takutnya, ya seperti itu. Jangan sampai pokoknya!

Yang ketiga laki-laki. Sama halnya dengan yang keempat. Satu semester akhir di bangku ku-liah. Satu lagi belum melepas sta-tus dari mahasiswa baru. Kema-rin mendesak ingin menikah. Saya melarang. Bersikeras tunda dulu.

Kelima, paling bungsu, adalah perempuan. Dia saya sekolahkan di madrasah aliyah. Keseharian-nya luar biasa. Muslimah. Berjilbab. Berkaos kaki. Sering menunduk. Malu-malu. Namun pintar memasak.

Saya mengaca pada pengalaman dulu. Betapa iba hati seorang ibu. Betapa iba diri saya mengingat sejarah. Mencabik lembaran lama yang ada pada buku kenangan. Saya intip, betapa malu. Malu sekali. Saya dulu berjilbab dalam dan lebar namun kelakuan sama seperti ‘perempuan pasar’. Saya berjilbab, mengaku tidak pacaran namun dekat dengan laki-laki berbadan kekar.

KARYA SASTRA

Page 16: Pena budaya

16 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Malu.Malu sekali ketika mengin-gatnya.Biarlah. Biarlah berlalu.

Biarlah semua itu diterbangkan angin jauh-jauh. Diseret arus hing-ga pulau sana. Menginap di samu-dera. Paling dalam. Paling jauh. Paling mencekam. Biarlah kenangan pahit itu menginap di sana.

Kini, hal yang terjadi pada diri saya dulu, jangan sam-pai terjadi pada si bungsu.

Suatu pagi akhir pekan. Di bang-ku dekat jendela yang mengarah pada langit. Saya nikmat dengan segelas teh. Bungsu yang pagi itu berjilbab ungu datang. Dia meme-gang pundak saya. Betapa lem-but tangannya. Wajahnya meng-hadap. Melempar senyum. Lalu menarik bibir dan mulai berkata.

“Bunda, aku mau bercerita”Saya tidak langsung mengiyakan. Terlebih dahulu saya hanyutkan dia pada suasana kedamaian. Tujuannya, agar bungsu ber-cerita penuh rasa. Tidak tergesa-gesa. Dia saya suruh duduk di samping. Juga menghadap jendela. Saya ambil teh di atas tingkap. Kemu-dian menyuapinya. Merasa telah tenang. Merasa telah dapat keadaan. Saya jawab “Berceritalah, Nak”

“Bunda dulu pernah muda ‘kan?” Saya balas dengan senyum walau wajah telah mulai keriput. Dalam hati saya menebak. Pasti bungsu akan cerita tentang masa mudanya. Masa yang dialaminya sekarang. Tentang cinta. Tenta jiwa yang se-dang berdebar penuh rasa. Tentang hari ini yang akan diceritakannya.Lalu dia mulai bercerita. Sepenuh hati. Sepenuh cinta.

“Bunda, cinta itu apa?”Saya tersenyum lagi. Merengkuh-nya. Kemudian menatap bola matanya dalam-dalam. Serasa saya masuk pada jiwa. Kembali lagi mengingat masa muda. Seketika tersentak. Saya coba menjawab.

“Cinta itu bersih, Nak. Cinta itu fitrah. Jangan engkau kotori. Jagalah ia. Cin-tailah cinta. Jika kau mampu menja-ga, kau akan dapatkan dia yang juga mampu menjaga. Suatu waktu, suatu hari yang telah Tuhan tetapkan. Cinta itu menjaga, Nak. Jika terge-sa-gesa itu hanyalah nafsu belaka.”

Saya lempar senyum dengan sebongkah pertanyaan yang mungkin dianggapnya berat, “Kamu sedang jatuh cinta?”

Dia menyipu malu. Menunduk. Wajahnya memerah. Saya usap

KARYA SASTRA

Page 17: Pena budaya

PENA BUDAYA 17PENA BUDAYA PENA BUDAYA

jilbab ungunya. Jangan dulu! Jangan dulu, Nak. Engkau berjilbab.

***Malam-malam hari, dalam sebuah mimpi. Ada perempuan yang dima-rahi. Entah itu ibunya, neneknya, saudaranya atau temannya sendiri. Dengan nada kasar yang ti-dak bermakna dangkal. Sebaris kalimat menghujam pada dada-nya terdalam. Menyeruak ma-suk dalam bilik-bilik qalbunya.

Tidak menangis. Tidak marah. Tidak tertawa. Tidak sedih. Tidak kecewa. Tidak gundah-gulana. Tidak ber-linang air mata. Tidak memerah wa-jahnya. Hanya saja ini penting demi dia dalam awang-awang masa di mana ia telah putih bagian kepalanya.

“Apalagi kau yang dangkal dalam urusan aga Jasad yang murka ma. Jangan coba-coba pula!”

(Robi Afrizan Saputra)

KARYA SASTRA

Page 18: Pena budaya

18 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Siasat PeranFauziah Sri Rachma

Tentang apa yang kau cari dari kami yang matiBukankah telah kami korbankan seluruh tenaga yang kau perahTidakkah cukup perjuangan yang berabadAtaukah petuah terdahulu masih diwarisi zaman

Kami tetap ada pada diri kami yang matiBahkan tetap berjalan pada jiwa kami yang hilangLakon macam apa yang dilakukan sang pemeranSedang kami dalam keadaan terkapar tak bernyawa

Tidakkah kau hitung berapa jiwa yang kau terbangkanYa, itu lebih sedikit dari perkataanmu yang terbungkamKami hanya perlu rela mati untuk dolarDan menjadi mayat dengan dendam tak terampunkan

KARYA SASTRA

Page 19: Pena budaya

PENA BUDAYA 19PENA BUDAYA PENA BUDAYA

Demam Paris

FEATURES

Paris, siapa kini perempuan yang tak mengenal jenis kerudung segi empat ini.

Bahannya halus, ringan, dan mu-dah sekali dipakai. Kerudung de-ngan banyak warna dan dapat di-modifikasi sesuai selera. Seiring dengan banyaknya perempuan yang mulai memakai kain penutup aurat, paris adalah jenis kerudung yang selalu dipilih para perempuan. Mengapa kerudung je-nis ini disebut paris? Pada awalnya orang-orang me-nyebutnya paris karena melihat merek atau label yang tertera pada bagian ujung kerudung. Namun seiring berkembang-nya jenis kerudung ini, paris menjadi nama yang akrab dikenal untuk me-nyebut kerudung segi empat ini.

Ada beberapa kele-bihan dari kerudung yang akrab disebut paris ini, sehingga

banyak perempuan mengge-marinya. Kerudung paris juga tidak hanya terkenal di kalangan remaja saja, tapi juga menyeluruh di semua kalangan baik

kaum muda maupun orang tua .

Page 20: Pena budaya

20 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

FEATURES

Fenomena kerudung paris me-mang telah mengubah gaya berpakaian perempuan-perem-puan masa kini. Dahulu anak perempuan yang memakai kerudung di sekolah cenderung memakai kerudung lang-sung atau sering disebut geblus. Namun saat ini rata-rata anak perempuan yang masih sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas, termasuk di Pergu-ruan Tinggi sering menggunakan kerudung jenis paris sebagai gaya berkerudung mereka . Selain itu para ibu pun tidak ketinggalan oleh para remaja, dan ikut meng-gunakan kerudung paris untuk berbagai kepentingan mereka.

Demam memakai kerudung paris ini juga terjadi di Kampus Univer-sitas Padjadjaran (Unpad). Setiap melihat perempuan yang berkeru-dung, pasti sering kali kita temu-kan model kerudung paris, bahkan dapat dibilang hampir semua ma-hasisiwa Unpad pernah memakai kerudung paris. Fakultas Ilmu Budaya Unpad pun tak jauh ber-beda, semua perempuan berkeru-dung pasti pernah memakainya, bahkan mungkin paris adalah kerudung kegemaran mereka. Selain nyaman dan mudah dipa

kai, kerudung paris ini juga dapat digunakan dengan berbagai variasi, baik dilipat menjadi segitiga maupun dibagi menjadi persegi panjang. Wa-rana-warna kerudung paris pun sangat banyak dan beragam, dan selalu dapat disesuaikan dengan baju yang sedang dipakai. Para perempuan juga dapat memodifikasi kerudung paris sesuai keinginannya, dan dapat memiliki gaya berbeda setiap hari.

Para perempuan di Fakultas Ilmu Budaya Unpad pun ternyata sering menggunakan kerudung paris. Mereka juga berpendapat bahwa kerudung paris ini memiliki kelebi-han dan juga kekurangan. Menurut nara sumber yang kami temui (18/3) yaitu Olivia, seorang mahasiswa Sastra Indonesia Unpad berkata “Dalam pemakaiannya kerudung paris memang gampang diatur, ber-beda dengan kerudung dengan je-nis bahan lain. Selain mudah diatur, kerudung paris tergolong murah. Hanya yang menjadi kekurangan dari kerudung paris itu sendiri ba-hannya yang transparan dan uku-rannya yang sering tidak sesuai.”

Kelebihan dan kekurangan kerudung paris ini ternyata menjadi keunikan tersendiri. Para perempuan selalu memiliki tips dan cara mereka ma-sing-masing untuk menanggulangi

Page 21: Pena budaya

PENA BUDAYA 21PENA BUDAYA PENA BUDAYA

FEATURES

kekukarangan dari kerudung paris ini. (18/3) Menurut Seni Isramawa-ti, mahasiswa Sastra Indonesia yang kami temui bersama teman-temannya mengatakan “Kekurangan dari kerudung paris memang lebih mengarah ke bahannya yang tipis atau transparan, saya sendiri sebagai pemakai mempunyai salah satu cara tepat dalam menanggulan-gi hal tersebut, seperti memakai ker-udung ninja sebelum saya menggunakan kerudung paris, atau memakai dua kerudung paris sekaligus dengan cara yang satu melapisi yang lainnya.”Dunia Perempuan dalam hal perkem-

bangan mode dan gaya berpak-aian memang sangat unik. Sei-ring berjalannya waktu, perempuan semakin berkembang dalam hal pakaian. Dengan semakin banyaknya perempuan yang berkerudung membuat semakin banyak pula pilihan kerudung yang dapat digu-nakan. Paris kini sudah menjadi tren perempuan masa kini dalam berkerudung. Kerudung nyaman, mudah

dipakai, memiliki banyak warna, dan dapat dimo-

difikasi sesuai selera ini ternyata sudah banyak memikat hati para perem-puan berkerudung.

(Nunung Nurjanah/SusiSopiani)

Page 22: Pena budaya

22 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

Berbagi Pengalaman, Sayu Siti Solihah Berangkat ke Mesir

Hanya dengan Bermodalkan IPK

Sayu Siti Solihah, mahasiswi kelahiran Bandung, 19 Juli 1992 ini berhasil berangkat

ke Mesir karena prestasinya. Sayu mendapatkan beasaiswa dari ni-lai IPKnya. “Dalam rangka Sand-wich Program (nama beasiswanya), ada sekitar dua puluh orang yang memiliki IPK yang cukup sebagai persyaratannya, nah dari dua pu-luh orang itu salah satunya adalah saya yang terpilih.” Ungkap Sayu.

Program yang diadakan oleh Dikti ini, merupakan beasiswa unggu-lan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin berkunjung ke Mesir selama satu semester dalam rangka untuk mempelajari budaya dan bahasa yang ada di sana. “Dalam satu se-mester, biasanya beasiswa terse-but berlangsung selama lima bu-

lan cuma saya hanya melaluinya selama tiga bulan, karena pada saat itu Mesir sedang bergejolak,masyarakatnya tegah menggulingkan Presiden mereka, Mursi.” Tutur Sayu.

Demo hampir terjadi setiap hari ke-tika itu, karena hal itulah keberang-katannya beserta rombongan diun-dur menjadi bulan Desember yang seharusnya berangkat di bulan Agus-tus. “Selama di sana, alhamdulillah kondisi saya dan rombongan aman-aman saja, karena sewaktu di sana kami menaati peraturan, walaupun ada tentara-tentara yang meme-riksa dan mengintrogasi, kami aman-aman saja karena password dan identitas yang selalu kami bawa se-bagai bukti bahwa kami adalah ma-hasiswa Indonesia yang legal belajar di Mesir.”tutur Sayu. Canal Suez Uni-

AKADEMIK

“ Tipsnya ada diri masing-masing, semua orang mem-punyai caranya sendiri untuk menjadikan dirinya lebih unggul, jadi ikuti saja apa kata hati berdasarkan saran positif orang lain, bukan berdasarkan kemauan orang lain.”

Page 23: Pena budaya

PENA BUDAYA 23PENA BUDAYA PENA BUDAYA

versity adalah tempat Sayu dan rom-bongan belajar pada waktu berada di Mesir. Tak hanya itu, ketika bera-da di sana Sayu mampu beradaptasi dengan baik, karena ia adalah tipe orang yang mudah beradaptasi, se-lama di sana ia juga membawa ber-bagai macam kebutuhannya, seperti obat-obatan dan berbagai macam suplemen sebagai antisipasi a g a r k o n d i s i kesehatannya

tetap stabil. “Angakatan saya yang

b e r a n g -kat itu

adalah Hamzah, Husna, Rais, dll.

Delegasi ke Mesir itu hanya satu tahun sekali, jadi setiap anggkatan mengalaminya. Program ini juga khusus hanya untuk Sastra Arab, karena tujuan dari programnya adalah mengembangkan dan mem-perdalam seperti apa budaya dan ba-hasa yang ada di Arab.”ungkap Sayu. Banyak harapan dari orang-orang terdekat setelah Sayu kembali ke Indonesia, agar dirinya beserta rom-bongan terus dan selalu menjadi orang yang bermanfaat buat ke-pentingan orang banyak. Cukup diapresiasi, meskipun dibagi dua, dengan tiket yang harus ditanggung oleh tiap peserta. “Nah untuk

mendapatkan uang tiket itu saya mem-perolehnya dari orang

tua, dan sebagian lagi saya membuat sebuah proposal.”

Ungkap Sayu. Ketika di sana tak hanya belajar tetapi mereka juga me-nikmati keindahan Mesir, salah satu-nya melihat Piramida dan Sungai Nil. “ Tipsnya ada diri masing-masing, semua orang mempunyai caranya sendiri untuk menjadikan dirinya lebih unggul, jadi ikuti saja apa kata hati berdasarkan saran positif orang lain, bukan berdasarkan kemauan

orang lain.”tutur Sayu. Prestasi

AKADEMIK

Page 24: Pena budaya

24 PENA BUDAYAPENA BUDAYA

yang pernah diraihnya adalah men-jadi juara satu lomba Sastra Arab tingkat Nasional di FTT UI yang pia-lanya disponsori oleh Menpora lang-sung, selain itu bulan Oktober lalu ia dan temannya, Ali Munawar sesama mahasisawa Sastra Arab mendapat delegasi dari Unpad sebagai putra-putri Arab yang terpilih sebagai Malik dan Malikah di FKA di UGM tinggkat Nasional mahasiswa seindonesia.(NHS/ima)

AKADEMIK

Page 25: Pena budaya

PENA BUDAYA 25PENA BUDAYA PENA BUDAYA

www.penabudaya.fib.unpad.ac.id Fakultas Ilmu Budaya

Pena Budaya