Upload
vannguyet
View
256
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS KETAN (COLOCASIA
ESCULENTA L SCHOTT) PADA PEMBUATAN
BUTTER CAKE
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
DAMAYANTI
NIM. 140309255794
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TATA BOGA
BALIKPAPAN
2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS KETAN (COLOCASIA
ESCULENTA L SCHOTT) PADA PEMBUATAN BUTTER CAKE
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada
Jurusan Tata Boga Politeknik Negeri Balikpapan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Ahli Madya
Disusun Oleh :
DAMAYANTI
NIM : 140309255794
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Nur Amaliah, S.TP, M.Si Praseptia Gardiarini S. Gz. MPH
NIK. 2010.09.010 NIK. 2017.09.002
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS KETAN (COLOCASIA
ESCULENTA L SCHOTT) PADA PEMBUATAN BUTTER CAKE
Disusun Oleh :
DAMAYANTI
NIM : 140309255794
PROGRAM STUDI TATA BOGA
Pembimbing I Pembimbing II
Yogiana Mulyani, MM.Par Abdul Gafur, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19720328 199603 2 002 NIP. 19890218 201504 1001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Tata Boga
Yogiana Mulyani, MM.Par
NIP. 19720328 199603 2 002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Damayanti
Tempat/Tanggal Lahir : Balikpapan/ 23 Juni 1996
NIM : 140309255794
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “Penambahan Tepung Talas Ketan
(Colocasia Esculenta L Schott) Pada Pembuatan Butter Cake” Adalah bukan
merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagaimana pun keseluruhannya,
kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan nama sumbernya. Demikian pernyataan
yang kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar kami
bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 14 Juli 2017
Mahasiswa
Damayanti
NIM : 140309255794
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Yogiana Mulyani, MM.Par Abdul Gafur, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19720328 199603 2 002 NIP. 19890218 201504 1001
v
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Daim dan Trismaryanti
Kedua Adik ku tersayang
Sahabat tercinta
Tri Wijiyanti
Andi Syamsiah Diana
Yang terkasih
Edwyn Yuliantino
Teman-teman Angkatan 2015 Tata Boga
vi
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai citivas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Damayanti
NIM : 140309255794
Program Studi : Tata Boga
Judul TA : Penambahan Tepung Talas Ketan (Colocasia Esculenta L
Schott) Pada Pembuatan Butter Cake
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat : Balikpapan
Pada Tanggal : 14 Juli 2017
Yang Menyatakan
Damayanti
vii
ABSTRAK
Damayanti. Penambahan Tepung Talas Ketan (Colocasia Esculenta L Schott) Pada
Pembuatan Butter Cake. Tugas akhir, Balikpapan, Program Studi Tata Boga.
Politeknik Negeri Balikpapan, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui proses pengolahan tepung talas,
2) mengetahui tepung talas dapat diolah menjadi butter cake, 3) mengetahui tingkat
kesukaan terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa dari butter cake dengan
penambahan tepung talas.
Tahap penelitian yaitu dengan melakukan eksperimen dan pengujian
organoleptik dengan uji penerimaan yaitu uji hedonik yang melibatkan 25 panelis
agak terlatih kemudian hasilnya dianalisa menggunakan metode statistik deskriptif
untuk mengetahui tingkat kesukaan butter cake dengan penambahan tepung talas
sebanyak 40 gr, 60 gr, dan 80 gr.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen didapatkan tepung talas dapat
dijadikan bahan tambahan pada pembuatan butter cake dengan tahap pembuatan
tepung talas dengan cara dikupas kulitnya, cuci bersih, iris tipis, rendam dengan
larutan air garam, tiriskan, jemur hingga kering, haluskan menggunakan blender dan
ayak. Dari hasil uji hedonik didapatkan panelis menyatakan suka terhadap warna
dengan nilai 4.12 (F1 sebanyak 40 gr), dengan nilai 3.88 (F2 sebanyak 60 gr), dengan
nilai 3.72 (F3 sebanyak 80 gr). Menyatakan suka terhadap tekstur dengan nilai 4.24
(F1 sebanyak 40 gr), dengan nilai 3.76 (F2 sebanyak 60 gr), dengan nilai 3.76 (F3
sebanyak 80 gr). Menyatakan suka terhadap aroma dengan nilai 4,48 (F1 sebanyak 40
gr), dengan nilai 4.00 (F2 sebanyak 60 gr), dengan nilai 4.08 (F3 sebanyak 80 gr) dan
menyatakan suka terhadap rasa dengan nilai 4.20 (F1 sebanyak 40 gr), dengan nilai
4.20 (F2 sebanyak 60 gr), dan nilai 3.96 (F3 sebanyak 80 gr).
Kata kunci : butter cake, tepung talas, warna, tekstur, aroma, rasa
viii
ABSTRACT
Damayanti. The addition of Sticky Taro (Colocasia Esculenta L Schott) Flour On
Butter Cake. Final project, Balikpapan, Food and Beverage Department. Balikpapan
State Polytechnic, 2017.
This study are purposed to 1) to know the process of taro flour processing, 2)
to know taro flour can be processed into butter cake, 3) to know the level of
preference to the color, texture, flavor and the taste of butter cake with the addition of
taro flour.
There is two step experiment and organoleptic test with acceptance test that is
hedonic test which involves 25 trained panelists, then the result is analyzed by using
descriptive statistic method to know the level of favorite butter cake with addition of
taro flour 40 gr, 60 gr, and 80 gr.
Based on the experimental results, it is found that taro flour can be used as an
additional material in the making of butter cake with the stage of taro flour by
peeling, washing, thinly slicing, soaking with salt water solution, draining, dry to dry,
blending and blend. From the results of hedonic test, the panelists found that they
liked the color with value of 4.12 (F1 as much 40 gr) with value of 3.88 (F2 as much
60 gr), with value 3.72 (F3 as much 80 gr). Expressing likes to textures with value
4.24 (F1 as much 40 gr), with value 3.76 (F2 as much 60 gr), with value 3.76 (F3 as
much 80 gr). Expressing likes to aroma with value 4.48 (F1 as much 40 gr), with
value 4.00 (F2 as much 60 gr), with value 4.08 (F3 as much 80 gr) and express liking
to taste with value 4.20 (F1 as much 40 gr), with value 4.20 (F2 as much 60 gr) and
with value 3.96 (F3 as much 80 gr).
Keywords: butter cake, flour taro, color, texture, flavor, taste
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT. Atas berkat rahmatNya
penyusunan tugas akhir guna memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Tata Boga
Politeknik Negeri Balikpapan ini dapat terselesaikan. Adapun judul dari Tugas Akhir
yang penulis susun adalah: “Penambahan Tepung Talas Ketan (Colocasia
Esculenta L Schott) Pada Pembuatan Butter Cake”.
Dalam penulisan Tugas Akhir, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam proposal tugas akhir ini, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati dan keterbukaan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kemajuan penulis dimasa yang akan datang. Pada akhirnya penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang
membantu penulis selama proses pembuatan Tugas Akhir ini oleh sebab itu penulis
ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Yogiana Mulyani, MM.Par selaku kepala program studi Tata Boga
Politeknik Negeri Balikpapan. Sekaligus sebagai pembimbing 1.
2. Bapak Abdul Gafur, M.Pd selaku pembimbing 2, yang telah banyak memberi
arahan dan bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Ibu Nur Amaliah, S.TP, M.Si selaku penguji I dan Ibu Praseptia Gardiarini S.
Gz. MPH selaku penguji II yang telah memberi arahan dan masukan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
3. Ayah , Ibu dan serta teman-teman saya yang telah banyak mendukung
penuh selama penyususunan Tugas Akhir.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita
semua.
Balikpapan, 14 Juli 2017
Damayanti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................... v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACK ............................................................................................viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 5
A. Kajian Teori ................................................................................... 5
1. Talas .......................................................................................... 5
a. Definisi Talas......................................................................... 5
b. Jenis Talas ............................................................................. 6
c. Klasifikasi Talas .................................................................... 7
d. Kandungan Gizi Talas ........................................................... 8
e. Manfaat Talas ........................................................................ 8
xi
f. Hasil Olahan Talas ............................................................... 11
2. Cake ......................................................................................... 11
a. Definisi Cake ....................................................................... 11
b. Jenis Cake ............................................................................ 11
c. Berdasarkan Metode Pembuatannya ................................... 12
d. Bahan Pembuatan Cake ....................................................... 14
e. Kriteria Cake Yang Baik ..................................................... 21
f. Resep Acuan Butter Cake .................................................... 22
3. Uji Organoleptik......................................................................... 22
a. Pengertian Uji Organoleptik ................................................ 22
b. Jenis-Jenis Panelis ............................................................... 23
c. Metode Pengujian Organoleptik ......................................... 26
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 31
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 35
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
1. Penelitian Pendahuluan ............................................................ 35
2. Penelitian Lanjutan .................................................................. 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 36
1. Penelitian Pendahuluan ............................................................ 36
2. Penelitian Lanjutan .................................................................. 36
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................... 36
1. Populasi .................................................................................... 36
2. Sampel ...................................................................................... 36
3. Teknik Sampling ....................................................................... 37
D. Teknik dan Instrumen Pengumpula Data..................................... 38
1. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 38
2. Instrumen Penelitian ................................................................ 39
E. Teknik Analisa Data .................................................................... 42
xii
1. Penelitian Pendahuluan ........................................................... 42
2. Penelitian Lanjutan ................................................................. 42
F. Prosedur Penelitian ...................................................................... 42
1. Penelitian Pendahuluan ............................................................ 42
2. Penelitian Lanjutan .................................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 49
A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 49
1. Penelitian Pendahuluan ............................................................ 49
2. Penelitian Lanjutan .................................................................. 58
B. Pembahasan .................................................................................. 71
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 75
A. Kesimpulan ................................................................................. 75
B. Saran............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 78
LAMPIRAN .............................................................................................. 81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Talas Sutera, Talas Ketan, Talas Bentul .................................. 6
Gambar 2.2 Talas Bogor .............................................................................. 7
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................. 34
Gambar 3.4 Diagram Alur Pembuatan Tepung Talas ................................ 46
Gambar 3.5 Diagram Alur Pembuatan Butter Cake................................... 47
Gambar 3.6 Alur Penelitian Lanjutan ........................................................ 48
Gambar 4.7 Butter Cake Eksperimen Pertama ......................................... 50
Gambar 4.8 Butter Cake Eksperimen Kedua ............................................. 51
Gambar 4.9 Butter Cake Eksperimen Ketiga ............................................. 52
Gambar 4.10 Talas Ketan ........................................................................... 53
Gambar 4.11 Pengupasan dan Pengirisan Talas ........................................ 53
Gambar 4.12 Perendaman Talas ................................................................ 54
Gambar 4.13 Pengeringan Talas ................................................................ 54
Gambar 4.14 Penghalusan Tepung Talas ................................................... 54
Gambar 4.15 Menyiapkan Bahan ............................................................... 55
Gambar 4.16 Pencampuran Bahan ............................................................. 55
Gambar 4.17 Pencampuran Telur .............................................................. 56
Gambar 4.18 Pencampuran Bahan Kering ................................................. 56
Gambar 4.19 Proses Pencetakan ................................................................ 57
Gambar 4.20 Pemanggangan Adonan ........................................................ 57
Gambar 4.21 Pengemasan Butter Cake ...................................................... 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Talas .................................................................. 8
Tabel 3.2 Skala Hedonik dan Skala Numerik ............................................ 43
Tabel 3.3 Lembar Uji Hedonik .................................................................. 44
Tabel 4.4 Eksperimen 1.............................................................................. 50
Tabel 4.5 Eksperimen 2.............................................................................. 51
Tabel 4.6 Eksperimen 3.............................................................................. 53
Tabel 4.7 Hasil Uji Hedonik Warna (40 gr) ............................................... 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Hedonik Warna (60 gr) ............................................... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Hedonik Warna (80 gr) ............................................... 60
Tabel 4.10 Hasil Statistik Uji Hedonik Warna .......................................... 61
Tabel 4.11 Hasil Uji Hedonik Tekstur (40 gr) ........................................... 62
Tabel 4.12 Hasil Uji Hedonik Tekstur (60 gr) ........................................... 63
Tabel 4.13 Hasil Uji Hedonik Tekstur (80 gr) ........................................... 64
Tabel 4.14 Hasil Statistik Uji Hedonik Tekstur ......................................... 65
Tabel 4.15 Hasil Uji Hedonik Aroma (40 gr) ............................................ 66
Tabel 4.16 Hasil Uji Hedonik Aroma (60 gr) ............................................ 66
Tabel 4.17 Hasil Uji Hedonik Aroma (80 gr) ............................................ 67
Tabel 4.18 Hasil Statistik Uji Hedonik Aroma .......................................... 68
Tabel 4.19 Hasil Uji Hedonik Rasa (40 gr)................................................ 69
Tabel 4.20 Hasil Uji Hedonik Rasa (60 gr)................................................ 69
Tabel 4.21 Hasil Uji Hedonik Rasa (80 gr)................................................ 70
Tabel 4.22 Hasil Statistik Uji Hedonik Rasa ............................................. 71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner Uji Hedonik ............................................ 81
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Jawaban Data Kuesioner .......................... 82
Lampiran 3 Foto-Foto Penyebaran Kuesioner ........................................... 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis mempunyai kekayaan alam
melimpah. Di antaranya adalah kekayaan akan jenis pangan lokal berupa umbi -
umbian. Namun pada saat ini pemanfaatan umbi - umbian belum optimal. Umbi -
umbian memiliki banyak manfaat bagi tubuh, serta mempunyai kandungan gizi
yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan pangan pengganti. Salah satu
umbi - umbian yang dapat diolah sebagai bahan pengganti adalah talas.
Talas merupakan sumber pangan penghasil karbohidrat yang berpotensi
sebagai diversifikasi bahan pangan, selain mengandung karbohidrat talas juga
mengandung protein, vitamin dan serat. Talas memiliki tekstur yang khas yaitu
sedikit lengket dan pulen jika diolah. Talas memiliki daya simpan yang kurang
lama hanya mampu bertahan yakni 5 minggu (Slamet DS dan Tarkotjo, 1980).
Talas ketan dipanen setelah berumur 4-5 bulan, setelah itu 3-4 bulan
sekali. Hasil panen bisa mencapai 3,7-7,5 ton per hektar. Pada umumnya
tanaman ini telah di budidayakan oleh para petani. Pembudidayaan secara teratur
ada di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi
Utara, Bengkulu, dan Nusa Tenggara Barat. Menurut hasil survei Direktorat Bina
Produksi Tanaman Pangan Tahun 2015 tanaman ini terdapat atau di usahakan
petani di pekarangan dan ladang-ladang dekat rumah. Talas ketan merupakan
hasil pertanian dari kelompok palawija. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Kaltim, (2001) budidaya talas di Kalimantan Timur mencapai 38.713
ton per tahun dengan areal tanam 5.875 ha sebagian besar adalah jenis talas ketan
(Colocasia esculenta L Schott).
Umbi talas juga banyak dibuat makanan ringan seperti keripik dan getuk
talas (Purwono & Purnamawati, 2008). Umbi, pelepah dan daun talas dapat di
2
manfaatkan sebagai bahan pangan, obat, maupun pembungkus makanan,
sedangkan daun, kulit dan ampas umbinya dapat pula di manfaatkan sebagai
pakan ternak karena talas mengandung kadar air yang tinggi sehingga mudah
rusak oleh karena itu harus ada pengolahan yang tepat agar dapat
memperpanjang masa simpan talas yaitu dijadikan produk antara yaitu tepung
talas (Danumiharja, 1978).
Pengolahan talas saat ini kebanyakan memanfaatkan umbi segar yang di
jadikan berbagai hasil olahan. Produk olahan umbi talas dengan bahan baku
tepung talas memungkinkan munculnya produk olahan talas yang lebih beragam
seperti kerupuk, cake dan kue – kue lainnya, karena kurangnya kreativitas
penganekaragaman pangan dari talas maka dari itu untuk memperpanjang daya
simpan talas maka dijadikanlah tepung karena talas bersifat mudah busuk
sehingga alternatif pengolahannya yaitu dijadikan produk antara yaitu tepung
talas agar dapat dijadikan berbagai macam kuliner. Produk-produk yang dapat
dijadikan produk antara seperti berbagai macam cake dan salah satunya adalah
butter cake karena karakteristik talas yang bersifats liat sehingga dapat
digunakan sebagai bahan tambahan pada proses pembuatan butter cake.
Oleh karena itu pada tugas akhir ini penulis membuat butter cake dengan
penambahan tepung talas, agar tingkat ketergantungan tepung terigu tidak begitu
tinggi dan juga agar banyak masyarakat tahu akan keberadaan umbi talas ini
bahwa umbi talas dapat dijadikan sebagai tepung-tepungan yang dapat diolah
untuk bahan industri (Koswara, 2010) sehingga pada proposal tugas akhir ini
penulis mengangkat sebuah judul “ Penambahan Tepung Talas Pada
Pembuatan Butter Cake”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan masalah
diantaranya :
1. Bagaimana proses pembuatan tepung talas ketan ?
2. Bagaimana proses pembuatan butter cake dengan penambahan tepung talas
ketan ?
3. Bagaimana tingkat kesukaan terhadap butter cake dengan penambahan tepung
talas ketan dari segi warna, tekstur, aroma dan rasa ?
4. Bagaimana kualitas butter cake dengan penambahan tepung talas ketan dari
segi warna, tekstur, aroma dan rasa?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun batasan masalah sebagai berikut :
1. Proses pembuatan tepung talas ketan.
2. Proses pembuatan butter cake dengan penambahan tepung talas ketan.
3. Tingkat kesukaan terhadap butter cake dengan penambahan tepung talas
ketan dari segi warna, tekstur, aroma dan rasa.
4. Menganalisa kualitas butter cake dengan penambahan tepung talas ketan dari
segi warna, tekstur, aroma dan rasa
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan tepung talas ketan.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan butter cake dengan penambahan tepung
talas ketan.
3. Untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap butter cake dengan
penambahan tepung talas ketan dari segi warna, tekstur, aroma dan rasa.
4
4. Untuk mengetahui kualitas butter cake dengan penambahan tepung talas ketan
dari segi warna, tekstur, aroma dan rasa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi tiga yaitu manfaat bagi akademik, manfaat
bagi mahasiswa, dan manfaat bagi masyarakat.
1. Bagi Akademik
a. Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian praktikum patiseri
menggunakan tepung talas.
b. Sebagai acuan dalam kegiatan penelitian kepada masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa
a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang penggunaan tepung
talas dalam pembuatan butter cake.
b. Sebagai pra-latihan dalam menciptakan produk baru.
c. Memberikan keterampilan untuk merencanakan, melakukan dan
melaporkan penelitian ilmiah di bidang pangan.
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk lebih kreatif dalam
memanfaatkan talas.
b. Memberikan informasi mengenai proses pembuatan butter cake dengan
penambahan tepung talas.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses pembuatan
tepung talas.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Talas
a. Definisi Talas
Talas (Colocasia esculenta L Schott) merupakan tanaman pangan berupa
herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae),
berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim
atau sepanjang tahun. Talas merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
termasuk kedalam umbi – umbian seperti ubi kayu dan ubi jalar (Purwono dan
Purnamawati, 2008).
Talas (Colocasia esculenta L Schott) merupakan tanaman pangan jenis
umbi-umbian dari suku Araceae (talas-talasan). Umbi talas berbentuk lonjong
hingga agak bulat, kulitnya agak kasar, terdapat bekas-bekas pertumbuhan akar
dan berwarna coklat. Daging buahnya berwarna putih atau sedikit merah jambu
(Wirakusumawati, 2011).
Tanaman ini berasal dari tanah Asia Tenggara. Selanjutnya, talas
menyebar ke Cina (abad pertama), Jepang, daerah Asia Tenggara lainnya, dan
beberapa pulau di Samudra Pasifik akibat terbawa oleh migrasi penduduk. Talas
dapat tumbuh beriklim tropis dan subtropis, tumbuh optimal pada ketinggian 0-
1300 meter dpl, dengan struktur tanah yang gembur, kaya bahan organik atau
humus dengan tingkat keasamaan tanah pH (5,5-6,5), semisal jenis tanah
berlempung berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah, tanah
vulkanik, andosol dan tanah latosol. Talas menginginkan curah hujan optimum
untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat
tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada
lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih. Tanaman talas menyukai
6
tempat yang terbuka dengan penyinaran penyinaran sinar matahari penuh dengan
suhu 25-30 ˚C dan kelembaban tinggi (Subandi, 2003).
b. Jenis Talas
Menurut (Wirakusumawati, 2011) terdapat beberapa jenis-jenis talas yaitu
sebagai berikut :
1. Talas Sutera mempunyai ciri daun berwarna hijau muda dan miliki bulu halus
yang apabila di sentuh miliki kesamaan dengan tekstur kain sutera. Umbi yang
di hasilkan berwarna kecoklatan dengan ukuran sedang atau tidak terlalu besar
dan umumnya dipanen pada umur 5-6 bulan.
2. Talas Bentul mempunyai ciri batang berwarna keunguan di bandingkan
dengan jenis talas lainnya. Umbi yang dihasilkan berwarna muda kekuningan
dengan ukuran yang lebih besar dan umumnya dipanen pada umur 8-10 bulan.
3. Talas Ketan mempunyai ciri daun berwarna hijau tua sedikit keungguan dan
jenis talas ini akan lengket apabila selesai direbus memiliki ukuran sedang
atau tidak terlalu besar dan umumnya dipanen pada umur 6-7 bulan.
Gambar 2.1 Talas Sutera, Talas Ketan, Talas Bentul
Sumber: Ermayuli (2011)
7
4. Masa tanam yang tepat untuk tanaman talas bogor adalah ketika musim hujan,
karena talas dapat berkembangbiak dengan sulur umbi anakan serta bagian
pelepah daunnya. Namun, anakan tersebut perlu dibuang supaya induk
tanaman ini dapat tumbuh menjadi besar. Masa umurnya sekitar 6 hingga 9
bulan. Tanaman talas bogor sangat mudah dipelihara, sehingga tidak perlu
memerlukan waktu dan perawatan khusus.
Gambar 2.2 Talas Bogor
Sumber: Ermayuli (2011)
c. Klasifikasi Talas
Dalam sistematika tumbuhan, tanaman talas di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatelas
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta L.
8
d. Kandungan Gizi Talas
Dalam talas terdapat kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, rendah
lemak dan terdapat kandungan serat yang cukup baik untuk memperlancar kerja
pencernaan. Kandungan vitamin yang terdapat dalam umbi talas diantaranya
vitamin C, vitamin E, vitamin B6, dan betakaroten.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Talas per 100 gram
Sumber : Slamet dan Tarkoco (1980)
Komponen Kandungan Gizi
Energi 98 kkal
Protein 1,9 gr
Lemak 0,2 gr
Karbohidrat 23,7 gr
Kalsium 28 mg
Fosfor 61 mg
Zat Besi 1 mg
Hidrat arang total 28,2 gr
Serat 0,7 gr
Vitamin B1 0,13 mg
Vitamin C 4 Mg
e. Manfaat Talas
Tanaman ubi talas tumbuh hampir seukuran singkong, memiliki bentuk
yang bulat lonjong dengan kulit yang berserat berwarna coklat. Sedangkan warna
daging ubi ini berwarna putih, tetapi terkadang berwarna lain karena ubi talas
banyak sekali jenisnya. Walaupun mempunyai jenis yang beraneka ragam, ubi
talas ini mempunyai manfaaat yang hampir sama. Berikut beberapa manfaat
talas menurut Slamet dan Tarkoco (1980) yaitu sebagai berikut :
9
1. Merupakan sumber energi
Umbi talas mempunyai kandungan kalori yang lebih tinggi. Setelah di
lakukan penelitian per 100 gram buah ini menyediakan 112 kalori.
Kandungan karbohidrat kompleks yang dikenal sebagai amilosa dan
amilopektin yang merupakan sumber kalori dalam ubi talas ini. Akan tetapi
ubi talas ini sangat rendah lemak dan protein jika di bandingkan dengan sereal
dan kacang kacangan. Kandungan protein ubi talas ini setara dengan singkong
dan ubi yang lain, tetapi ubi talas dapat di jadikan makan pokok pengganti
nasi.
2. Baik untuk pencernaan
Umbi talas ini merupakan salah satu sumber serat terbaik pada
makanan. Di dalam 100 gr ubi talas memberikan 4,1 gram atau 11 % dari
kebutuhan serat harian.
3. Sehat untuk jantung
Kandungan kalium di dalam ubi talas merupakan komponen penting
dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengatur detak jantung.
4. Menurunkan resiko hipertensi
Zat kalium yang terkandung di dalam ubi talas ini selain baik untuk
jantung juga dapat menstabilkan tekanan darah, bahkan pada penderita
hipertensi atau tekanan darah tinggi mengkonsumsi ubi talas ini dapat
menurunkan tekanan darah menjadi normal.
5. Meningkatkan kekebalan tubuh
Umbi talas ini kaya akan vitamin C dan antioksidan, ubi talas ini
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sehingga mampu menangkal
radikal bebas yang membuat tubuh terhindar dari berbagai macam penyakit
berbahaya.
10
6. Mengatasi kelelahan
Dalam melakukan rutinitas sehari hari anda akan mengalami
kelelahan, dan mengkonsumsi ubi ini dapat menjadi sebuah obat alami untuk
menghilangkan lelah. Kandungann indeks glikemik inilah yang sangat baik di
gunakan untuk mengatasi kelelahan. Dengan mengkonsumsi ubi talas ini juga
akan mendapatkan tambahan energi tanpa menambah glukosa yang tidak baik
bagi kesehatan apabila di konsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
7. Pencegah kanker
Ubi talas merupakan sumber antioksidan alami yang baik bagi tubuh
kita, tingginya kandungan vitamin A, vitamin C, dan antioksidan fenolik
membuat ubi talas ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
mencegah radikal bebas. Radikal bebas adalah hasil sampingan dari
metabolisme sel yang berbahaya dan dapat menyebabkan sel sel sehat berubah
menjadi sel kanker. Kandungan cryptoxanthin yang di temukan pada ubi talas
di percaya dapat menurunkan berkembangnya kanker paru- paru dan kanker
mulut.
8. Mencegah diabetes
Kandungan yang kaya akan serat memungkinkan ubi talas ini dapat
menurunkan resiko diabetes. Serat alami pada ubi talas dapat mengatur
pelepasan insulin dan glukosa dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan
yang kaya akan serat dapat membantu mencegah peningkatan gula darah
sehingga anda akan terhindar dari penyakit diabetes.
9. Menjaga kesehatan mata
Umbi talas mengandung berbagai jenis zat antioksidan, termasuk beta
karoten dan cryptoxanthin. Antioksidan ini bisa juga membantu memperbaiki
penglihatan, dengan cara mencegah radikal bebas menyerang sel-sel mata
yang menyebabkan degenerasi makula atau katarak.
11
f. Hasil Olahan Talas
Tepung talas sebagai sumber karbohidrat dan sebagai pengganti beras,
tepung talas dapat diolah baik sebagai bahan dasar atau sebagai bahan tambahan
dalam pembuatan cake, cookies dan lain-lain. Contohnya seperti : bronis,
panggang tepung talas, cake lapis talas, dodol talas, cheese stick talas.
2. Cake
a. Definisi cake
Pengertian cake menurut (Subagjo, 2007) dalam Manajemen Pengolahan
Kue dan Roti: ”Cake ialah adonan panggang yang terbuat dari tepung, gula,
garam, bahan pengembang, shortening, susu, telur, dan bahan penambah aroma”.
Istilah Cake di Prancis di gunakan untuk menamai beberapa jenis cake yang kaya
akan buah-buahan, sedangkan di Inggris dan Amerika, cake menunjukkan
sesuatu yang lebih umum dan jenis gateaux (Sponge Cake, Iced Cake, Chocolate
Cake, Christmas Cake).
Cake ialah adonan panggang yang terbuat dari tepung, gula, garam, bahan
pengembang, shortening, susu, telur, dan bahan penambah aroma”. (Subagjo,
2007).
Perbandingan bahan baku pembuatan cake berbeda, tergantung dari jenis
cake yang dibuat. Kualitas cake juga tergantung dari bahan yang digunakan.
Pembuatan cake akan berhasil apabila : bahan bermutu tinggi, proses
pencampuran adonan dan metode pembuatannya benar, serta lama pembakaran
dan temperaturnya tepat.
b. Jenis cake
Menurut (Subagjo, 2007) jenis cake berdasarkan kegunaan atau acara
dikelompokkan kedalam empat bagian, yaitu layer cake, birthday cake, wedding
cake dan special cake.
12
1. Layer Cake
Layer cake umumnya dihias dan disajikan untuk acara-acara tertentu
misalanya ulang tahun dan pernikahan. Bahan yang biasanya digunakan
untuk menghias layer cake selain butter cream yaitu whipping cream dan
pastry cream.
2. Birthday Cake
Birthday cake atau kue ulang tahun dapat dibuat beraneka ragam,
pembuatan kue ulang tahun biasanya disesuaikan dengan umur yang berulang
tahun. Misalnya untuk anak-anak atau orang dewasa.
3. Wedding Cake
Wedding cake biasanya dibuat untuk acara pernikahan yang dapat
dinikmati keindahannya maupun untuk dicicipi cita rasanya.
4. Spesial Cake
Spesial cake biasanya dibuat untuk kesempatan-kesempatan khusus,
misalnya New Year cake, Valentine cake, dan Idul Fitri Cake.
c. Berdasarkan metode pembuatannya
Pada dasarnya cake bisa dibuat dengan berbagai variasi bahan dan dengan
berbagai metode pula. Itulah sebabnya ada cake yang bertekstur kasar, lembut,
chewy, crunchy, dan seterusnya. Akan tetapi secara garis besar, ada empat teknik
dasar pembuatan cake, yaitu:
1. Teknik Sponge Cake
Untuk membuat cake dengan teknik sponge, pertama-tama telur
dikocok hingga berbusa, lalu masukkan gula sedikit demi sedikit. Kocok terus
dengan menaikkan kecepatan secara bertahap sampai mengembang. Setelah
itu tepung terigu diayak di atas adonan, lalu diaduk menggunakan spatula.
Bersama tepung terigu ini disertakan juga bahan kering lainnya seperti baking
powder, soda kue, vanili bubuk, garam dan lain-lain. Baru kemudian
ditambahkan margarin cair, disusul bahan-bahan cair lainnya seperti coklat
13
masak, susu kental manis, atau yang lainnya. Pengadukan tidak perlu terlalu
lama, asal rata saja.
Contoh : bolu marmer cake
2. Teknik Butter Cake
Untuk membuat cake dengan teknik butter, sebaiknya digunakan gula
kastor (gula pasir yang butirannya sangat halus). Hal ini untuk mempermudah
saja, sebab langkah pertamanya adalah mengocok margarin bersama gula
sampai gula hancur. Berikutnya ditambahkan telur, cukup setengah saja dari
jumlah yang digunakan. Masukkan satu persatu supaya lebih mudah rata.
Setelah itu, sisa telur bisa dimasukkan bergantian dengan tepung terigu.
Pengocokan tidak boleh dilakukan terlalu lama agar tepung tidak elastis
(mengaret) seperti roti dan cake tidak banyak remahnya.
Contoh : cupcake dan pound cake
3. Kombinasi antara Teknik Sponge Cake dan Butter Cake
Pada teknik kombinasi, margarin dan sebagian gula dikocok
bersamaan hingga gula hancur. Sisa gula dikocok bersama telur di tempat
terpisah. Tepung kemudian bisa dimasukkan ke dalam kocokan margarin lalu
dicampur dengan telur yang sudah mengembang, atau tepung masuk dulu ke
dalam adonan telur, setelah rata baru dimasukkan kocokan margarin. Kita bisa
menggunakan cara ini untuk membuat bolu gulung yang padat namun lentur
(tidak mudah patah saat digulung).
Contoh : bolu gulung
4. Teknik Chiffon Cake
Teknik chiffon cake prosedurnya agar unik. Kuning telur diaduk
dengan bahan-bahan lainnya. Sementara si putih telur di kocok kaku bersama
sedikit gula pasir. Baru kemudian keduanya digabungkan. Pembuatan kue ini
tidak menggunakan margarin, tetapi minyak sayur.
Contoh : chiffon pandan dan chiffon keju
14
5. Cotton Cake
Cotton cake termasuk jenis cake yang baru di kenal, namun langsung
digemari karena lembut seperti kapas. Metode pembuatannya mirip dengan
chiffon cake yaitu putih telur di kocok terpisah hingga kaku, sedangkan
kuning telur dicampur dengan bahan lain. Namun pada cotton cake,
menggunakan bahan cair (susu) lebih banyak sehingga menghasilkan tekstur
cake yang lembut. Selain itu juga memanggangnya memakai metode ‘steam
bake’ atau bain marie, yaitu cake dipanggang dalam oven sambil loyangnya
direndam dalam air hangat seperti di kukus.
Contoh : Japanese cheese cake dan cotton layer cake.
d. Bahan pembuatan cake
Menurut (Syarbini 2013), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji
gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian yang biasa tumbuh di
negara seperti Amerika, Kanada, Eropa, dan Australia. Secara umum tepung
terigu biasa digunakan untuk membuat aneka macam makanan seperti kue dan
roti. Hal ini menjadi salahsatu dikonsumsi masyarakat karena dianggap sebagai
pengganti karbohidrat. Tepung terigu mengandung gluten yang dapat membuat
adonan makanan menjadi tipis dan elastis.
Berdasarkan kandungan glutennya tepung terigu dibedakan menjadi 3
kategori, kategori tersebut adalah :
a) Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi (hard flour). Hard flour
memiliki kandungan protein antara 12%-14%. Tepung jenis ini merupakan
tepung yang sangat baik untuk membuat berbagai jenis roti.
b) Tepung terigu dengan kandungan protein sedang (medium flour). Medium
flour memiliki kandungan protein antara 10%-11,5%. Tepung jenis ini
merupakan tepung yang digunakan untuk berbagai jenis aplikasi produk,
seperti untuk membuat aneka cake, mie basah, bolu dan aneka pasrty.
15
c) Tepung terigu dengan kandungan protein rendah (soft flour). Soft flour
memiliki kandungan protein antara 8%-9,5%. Tepung jenis ini sangat tepat
digunakan untuk pembuatan produk yang tidak memerlukan volume atau
kekenyalan namun lebih memerlukan tingkat kerenyahan. Produk-produk
yang cocok menggunakan bahan dasar tepung soft adalah cookies atau biskuit,
wafer, goreng-gorengan, mie kering (Syarbini, 2013).
1. Macam-macam Tepung
a. Tepung terigu
Tepung terigu adalah tepung yang berasal dari biji gandum murni.
Disebut murni karena yang diambil adalah bagian daging yang sudah bebas
dari kulit ari maupun inti gandum. Tepung terigu ini memiliki tekstur
halus, juga elastisitas yang tinggi.
b. Tepung maizena
Tepung maizena masuk ke dalam golongan pati. Teksturnya hampir
sama seperti tepung terigu, hanya saja warnanya lebih pucat dan keruh.
Biasanya maizena ini digunakan sebagai bahan utama pembuatan custard.
Maizena ini sering juga digunakan sebagai pengental pada sup maupun
saus. Jika di gunakan pada sponge cake dan puding, akan memberikan efek
lembut.
2. Tinjauan Tepung Talas
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan yang dilakukan
dengan memperkecil ukuran bahan menggunakan metode penggilingan
sehingga luas permukaan bahan meningkat dan kandungan air bahan menjadi
rendah.
Menurut (Winarno, 1997), tepung merupakan produk yang memiliki
kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi. Proses penggilingan
bahan disebabkan oleh bahan yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat
16
penggiling. Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan
baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu
sekitar 70-80%.
Selain itu, tepung talas memiliki ukuran granula yang kecil, yaitu
sekitar 0,5-5μm. Ukuran granula pati yang kecil dapat membantu individu
yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena talas mudah untuk
dicerna.
3. Gula
Gula memberikan rasa manis serta warna kecoklatan pada kue karena
efek karamelisasi. Gula yang bisa digunakan dalam pembuatan cake yaitu,
gula pasir, gula kastor, dan gula halus.
a) Gula pasir atau granulated sugar terbuat dari kristalisasi sari tebu. Gula
pasir adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu. Biasanya berwarna putih
namun ada pula yang berwarna coklat (raw sugar). Disebut gula pasir
karena bentuknya yang seperti pasir. Biasanya gula pasir digunakan untuk
pemanis dalam minuman, kue, makanan, dll.
b) Gula kastor
Gula kastor memiliki warna putih bersih. Gula kastor memiliki bentuk
yang lebih halus daripada gula pasir. Karena sifatnya yang mudah
bercampur, maka gula kastor sering digunakan sebagai bahan campuran
untuk pemanis dalam adonan kue, cookies, pastry, dan lain sebagainya.
Gula kastor bisa dibuat dengan memasukkan gula pasir ke kantong plastik
lalu memukul-mukulnya hingga hancur. Hasil ayakannya dapat
menggantikan gula kastor.
17
c) Gula bubuk (Icing Sugar)
Gula bubuk atau disebut juga dengan tepung gula adalah gula yang telah
mengalami penghalusan sehingga berbentuk bubuk gula. Karena sifatnya
yang halus, gula bubuk baik digunakan untuk membuat krim untuk cake
dan taburan untuk cake. Ada beberapa jenis gula bubuk yang mengandung
pati jagung sehingga tidak menggumpal.
4. Lemak (shortening)
Lemak yang digunakan untuk cake adalah mentega, butter, margarin,
atau minyak. Mentega putih (shortening) tidak mengandung air seperti
margarin hingga membuat kue kurang lembap. Tetapi, jika tetap ingin
memakai shortening, gunakan shortening yang mengandung emulsifier.
Karena emulsifier mampu membantu mengikat air hingga tidak terjadi
penguapan.
Fungsi lemak untuk menjaga kue agar tahan lama, menambah nilai
gizi, memberi aroma pada cake, dan membuat cake terasa empuk. Tentu juga
menimbulkan rasa enak. Lemak juga membantu menahan cairan dalam cake
yang telah jadi.
5. Telur
Pada pembuatan kue, telur yang biasa digunakan adalah telur ayam.
Kualitas telur yang baik adalah telur yang utuh dan bersih dari kotoran, masih
segar dan kuning telurnya masih utuh dan berada ditengah-tengah putih telur
dan kental. Telur dan tepung membentuk suatu kerangka pada cake. Telur
juga akan memberi cairan, aroma, rasa, nilai gizi, dan warna pada kue. Telur
juga dapat melembabkan cake. Sebelum digunakan telur harus dikocok
terlebih dahulu sampai bagus dan kaku. Lechitin pada kuning telur
mempunyai daya pengemulsi, sedangkan lutein dapat memberi warna pada
hasil akhir produk (Desrosier, 1988)
18
6. Cake Emulsifier
Cake emulsifier adalah zat penstabil adonan cake agar adonan tidak
mudah “turun” pada saat pengocokan dan hasil akhir cake menjadi lebih
lembut dan tahan lama. Cake emulsifier ini juga merupakan zat “pengirit”
telur. Karena dengan menambahkan cake emulsifier, telur yang digunakan
tidak terlalu banyak. Dipasaran terdapat berbagai macam merk dagang, seperti
sponge 28, TBM, Ovalet, SP, Quick, dan lain-lain. Semuanya mempunyai
fungsi yang sama.
Cake emulsifier, sesuai dengan namanya adalah bahan penstabil
adonan. Karena cake dibuat dari aneka bahan, yaitu bahan cair (telur), padat
(gula, tepung), dan lemak (bisa padat atau cair) maka diperlukan bahan yang
dapat menyatukan dan menstabilkan seluruhnya. Pemakaian cake emulsifier
dapat menghemat pemakaian kuning telur, namun harus hati-hati karena
pemakaian yang berlebihan dapat meninggalkan rasa yang kurang enak di
lidah (Ananto, 2014)
7. Susu bubuk
Bila susu yang digunakan sebagai susu padat kering maka cake akan
mempunyai susunan yang lengkap. Laktosa gula susu menghasilkan warna
kerak. Susu padat membangkitkan rasa (aroma) dan merupakan bahan
penahan cairan yang baik.
8. Bahan tambahan cake
Bahan tambahan cake ini dipakai untuk memaksimalkan hasil cake.
Penggunaan dalam jumlah banyak akan merusak bentuk, rasa dan aroma cake
yang dihasilkan. Berbagai macam bahan tambahan cake yang sering
digunakan seperti :
19
1. Baking Powder
Baking powder merupakan bahan pengembang (leavening agent),
yang terdiri dari campuran sodium bicarbonat, sodium alumunium fosfat,
dan monocalcium fosfat. Sifat zat ini jika bertemu dengan cairan/air dan
terkena panas akan membentuk karbondioksida. Karbon dioksida inilah
yang membuat adonan jadi mengembang. Baking powder berfungsi untuk
mengembangkan kue atau cake. Baking powder, karena sudah mengandung
bahan penetral, biasanya dipakai untuk resep-resep yang adonannya sudah
bersifat netral (bahan-bahan yang dipakai bersifat netral,. contohnya: susu).
Baking powder menghasilkan rasa yang netral dan tekstur yang berpori
kecil tapi cenderung lebih beremah.
2. Soda Kue/Baking Soda
Soda kue/baking soda merupakan komponen baking powder,
kandungannya adalah sodium bicarbonat. Sifat bahan ini mengeluarkan gas
(CO2) sehingga kue akan mengembang. Untuk membuat cake,
penggunaannya biasanya bersamaan dengan baking powder. Untuk kue
kering, soda kue memberikan efek tekstur kering, garing, dan renyah.
Untuk membuat cake, menggunakan baking powder saja sebenarnya sudah
cukup.
3. Cream of Tar-Tar
Krim ini membantu mengeluarkan gas dalam adonan cake, agar lebih
mengembang. Biasanya digunakan saat mengocok putih telur agar lebih
kaku. Kandungannya merupakan garam potassium (kalium) dan asam
tartaric.
20
4. Susu UHT
Selain memberikan rasa gurih yang sedap dalam kue, susu juga
memiliki banyak fungsi lainnya karena mengandung lemak dan protein.
Protein pada susu membantu untuk membuat adonan yang kuat, bisa
mengembang dan tahan dipanggang. Sementara lemak pada susu membantu
membuat kue terasa lebih lembut dan lembab (moist). Susu juga memegang
peranan dalam mencoklatkan permukaan kue seperti halnya gula.
9. Bahan perasa dan pewarna
Penambahan rasa dan aroma dalam adonan cake akan memperkaya
rasa dan aroma khas dari cake itu sendiri. Bahan perasa dan pewarna
digunakan dalam jumlah yang sedikit. Penggunaan yang berlebihan akan
menghasilkan cake yang beraroma sangat kuat sehingga mengubah rasa khas
dari cake itu sendiri (Faridah, 2008). Berbagai macam bahan perasa dan
pewarna yang digunakan seperti :
1. Pasta (pemberi aroma)
Pasta ini ditambahkan pada produk cake dengan tujuan meningkatkan
cita rasa dan aroma lebih kuat. Seperti cake cokelat. Meskipun sudah
menggunakan cokelat blok atau cokelat bubuk, dengan ditambahkan pasta
cokelat maka warna akan lebih cokelat dan aroma cokelat lebih kuat.
2. Vanili
Vanili merupakan bumbu yang hampir disertakan dalam proses
pembuatan kue atau dessert manis. Ada 2 macam vanilli yang beredar
dipasaran, yang alami (buah kering mirip vanilli seperti buncis yang kering
dan ekstraknya). Vanilli sintetis (vanilii bubuk dan essence vanilli). Ekstrak
vanilli berbentuk cair, aroma dan memiliki cita rasa paling tajam karena
merupakan ekstraksi dari batang vanilli hingga terbentuk cairan vanilli
yang pekat. Essence vanilli berbentuk cair harga lebih murah karena hanya
memberikan aroma khas vanilli tetapi tidak memberikan rasa. Vanilli
21
bubuk banyak dijumpai dipasaran. Fungsinya sama dengan essence vanilli,
yaitu hanya memberikan aroma pada kue.
3. Rum
Rum biasanya digunakan sebagai bahan pemberi aroma cake, puding,
minuman atau saus pada hidangan penutup atau dessert. Bentuk rum adalah
cairan berwarna agak kecokelatan. Rum seringkali mengandung alkohol,
namun jumlah alkohol rendah dan biasanya akan menguap ketika
dipanaskan. Agar lebih aman, gunakan rum essence yang tidak
mengandung alkohol.
e. Kriteria cake yang baik
Cake yang baik adalah cake yang mempunyai penampilan menarik
dengan rasa yang enak. Kriteria cake yang baik menurut Yogha (2005) yaitu :
1. Cake harus Simetris
Cake yang dipilih harus rata atau tidak miring dan tidak bergelombang
permukaan atasnya.
2. Warna cake
Warna cake harus berwarna cerah dan sesuai yang diinginkan.
3. Volume cake
Untuk volume cake harusnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil atau
standart.
4. Butiran cake atau pori-pori cake lembut dan tidak kasar.
5. Tidak berkerak
Kerak, biasanya warna kerak cake yang sering muncul adalah kuning
kecokelatan.
6. Tekstur cake
Susunan atau tekstur cake tidak ada gumpalan dan halus.
7. Aroma cake
Biasanya aroma pada cake itu sedap, harum, dan segar.
22
8. Rasa cake
Rasa yang baik itu biasanya sejalan dengan aroma yang diinginkan.
9. Mutu simpan
Mutu simpan cake biasanya sangat berbeda-beda itu semua tergantung pada
lemak atau bahan yang digunakan.
f. Resep acuan butter cake
Resep acuan yang digunakan penulis diambil dari sumber buku Panduan
Membuat Cake Istimewa di Rumah. Adapun komposisi bahan dan cara membuat
yang digunakan dalam pengolahannya sebagai berikut (Lizzarni, 2012) :
Bahan:
- Margarin 120 gr
- Telur 2 butir
- Tepung terigu 200 gr
- Baking powder 1 sdt
- Susu UHT 150 ml
- Gula halus 250 gr
Cara Membuat:
1) Kocok margarin dan gula pasir hingga pucat.
2) Tambahkan telur satu per satu, kocok hingga mengembang.
3) Tambahkan tepung dan baking powder yang sudah dicampur sebelumnya dan
susu secara bergantian, kocok dengan kecepatan rendah.
4) Panggang hingga matang.
3. Uji Organoleptik
a. Pengertian uji organoleptik
Menurut (Nurbahri, 2011) pengujian organoleptik atau sensory test
adalah metode yang dilakukan untuk mengukur, menganalisa dan
menginterpretasikan reaksi dari karakteristik bahan pangan yang diterima melalui
23
penglihatan, bau, rasa, sentuhan dan pendengaran atau suara. Uji organoleptik
terdiri dari dua macam yaitu :
1. Uji rangsangan tunggal
Uji pasangan tunggal adalah pengujian untuk menilai suatu
produk/bahan yang akan diuji dengan cara menyuguhkan beberapa contoh
yang berbeda dan memilih contoh yang sama dengan acuan yang telah dikenal
terlebih dahulu.
Uji rangsangan tunggal disebut juga sebagai salah satu metode uji
pembedaan dimana panelis disediakan 1 standar baku dan 2 atau lebih sampel
uji yang digunakan untuk menggolongkan suatu contoh dengan contoh
lainnya.
2. Uji pasangan jamak
Uji pasangan jamak adalah uji yang serupa dengan uji rangsangan
tunggal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, apabila pada uji
rangsangan tunggal digunakan satu buah contoh baku, maka pada uji
pasangan jamak digunakan dua kelompok contoh yang harus dipisahkan atau
dinilai apakah termasuk contoh kelompok A atau dinilai bukan kelompok A
(Setyaningsih, 2010).
Kedua uji ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi
industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua
produk dari komoditi yang sama, terutama dari segi konsumen.
b. Jenis-jenis panelis
Menurut (Soekarto, 1985) untuk melaksanakan suatu penilaian
organoleptik diperlukan panel. Alat yang terdiri dari orang atau kelompok orang
yang disebut panel yang bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan
kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Penggunaan
24
panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuan. Karena itu perlu dikenali
tiap jenis panel. Ada enam macam panel yang biasa digunakan dalam penilaian
organoleptik yaitu sebagai berikut :
1. Panelis Pencicip Perorangan
Pencicip perorangan juga disebut pencicip tradisional. Pencicip
demikian telah lama digunakan dalam industri-industri makanan seperti
pencicip teh, kopi, anggur, es krim atau penguji bau pada industri minyak
wangi.
2. Panelis Pencicip Terbatas
Untuk menghindari ketergantungan pada pencicip maka beberapa
industri menggunakan 3-5 orang penilai yang mempunyai kepekaan tinggi
yang disebut panel pencicip terbatas. Biasanya panel ini diambil dari personal
laboratorium yang sudah mempunyai pengalaman luas akan komoditi tertentu.
3. Panelis Terlatih
Anggota panel terlatih lebih besar daripada panel pencicip terbatas,
yaitu antara 15-25 orang. Anggotanya tidak hanya personal laboratorium
tetapi dapat pula karyawan atau pegawai yang lain. Tingkat kepekaan yang
diharapkan tidak perlu setinggi panel pencicip terbatas, sedangkan tugas
penilaian dan tanggung jawabnya juga tidak sebesar panel pencicip terbatas.
Untuk menjadi anggota panel ini perlu diseleksi dan yang dipilih kemudian
dilatih. Panel terlatih ini juga berfungsi sebagai alat analisis dan pengujian
yang dilakukan biasanya terbatas pada kemampuan membedakan. Di sini
diperlukan cukup banyak jumlah anggota panelis agar data penilaian dapat
dianalisis secara statistik.
25
4. Panelis Tak Terlatih
Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan (difference
test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan (preference
test). Demikian juga dalam hal pemilihan anggota, panel terlatih diambil dari
pegawai, sedangkan panel tak terlatih diambil dari luar. Pemilihan yang
dilakukan bukan terhadap kepekaan calon latar belakang pendidikan, asal
daerah, kelas ekonomi dalam masrakat dan sebagainya.
5. Panelis Agak Terlatih
Diantara panel terlatih dan panel tidak terlatih terdapat suatu panel
yang disebut panel agak terlatih. Panel ini tidak dipilih menurut prosedur
pemilihan panel terpilih, tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam
yang tidak mengenal sifat-sifat sensorik dari penelitian organoleptik. Panelis
dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh yang dinilai
karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan. Tetapi, latihan-latihan yang
diterima tidak cukup intensif dan tidak teratur, karena itu belum mencapai
tingkat sebagai panel terlatih.
Termasuk dalam panel agak terlatih adalah sekelompok mahasiswa
atau staff peneliti yang dijadikan panelis secara musiman. Jika, akan
digunakan mereka dikumpulkan dan dilatih sebentar atau diberi penjelasan
secukupnya. Mereka tidak diberi latihan secara rutin seperti pada panel
terlatih.
Seperti halnya pada panel terlatih, panel pada panel agak terlatih
dipilih berdasarkan kepekaan dan kendala penilaian datanya tidak turut
dianalisis. Tetapi sebaiknya jika ia sudah terlanjur menjadi anggota tim jangan
dikeluarkan dan tetap dirahasiakan bahwa ia tidak memenuhi syarat sebagai
panelis.
26
Panelis untuk panel agak terlatih jumlahnya terletak diantara panelis
terlatih dan panelis tidak terlatih. Jumlahnya berkisar antara 15-25 orang.
Makin kurang terlatih makin besar jumlah panelis yang diperlukan.
6. Panelis Konsumen
Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya, dari 30
sampai 1000 orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan
(preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. Hasil uji kesukaan
dapat digunakan untuk menentuakan apakah suatu jenis makanan dapat
diterima oleh masyarakat. Tetapi uji dengan panel konsumen tidak
menggambarkan kesediaan konsumen tidak menggambarkan kesediaan
konsumen untuk membeli makan itu. Sampai sekarang belum ada prosedur
pengujian yang sederhana yang dapat menentukan apakah di pasaran komoditi
itu akan dibeli.
Anggota panel konsumen dapat diambil dari sejumlah orang yang ada
di pasar atau dapat pula dilakukan dengan mendatangi rumah konsumen.
Dalam hal kelompok pertama pengujian dapat diselenggarakan sekaligus,
sedangkan dalam hal yang kedua diselenggarakan dengan mendatangi rumah
konsumen.
c. Metode Pengujian Organoleptik
Menurut (Soekarto, 1985) menyatakan bahwa pengujian organoleptik
mempunyai macam-macam cara. Cara-cara pengujian itu dapat digolongkan
dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang paling popular adalah kelompok
pengujian pembedaan (defference test) dan kelompok pengujian pemilihan
(preference test).
1. Pengujian Pembedaan
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada
perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun
27
dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh di sajikan bersama tetapi untuk
melaksanakan pembedaan selalu dua contoh yang dapat di pertentangkan.
Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil
pengujian. Meskipun demikian uji pembedaan yang di lakukan secara
seksama dengan menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil
pembedaan yang jauh lebih baik daripada yang dilakukan tanpa
menggunakan panelis terlatih meskipun dengan anggota panelis yang besar
jumlahnya. Uji pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang
berjumlah 15-30 orang yang terlatih.
2. Uji Pasangan
Uji pasangan juga disebut paired comparison. Cara pengujian ini
termasuk paling sederhana dan paling tua, karena itu juga sering digunakan.
Dalam pengujian dengan uju pasangan, dua contoh disajikan bersamaan atau
berurutan dengan nomor kode berlainan. Masin-masing anggota panel diminta
menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang di ujikan. Agar
penguji ini efektif, sifat atau criteria yang ditujukan harus jelas dan dipahami
panelis.
3. Uji Segitiga
Uji segitiga di gunakan untuk mendekat perbedaan yang kecil.
Penguian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan.
Uji mula-mula diperkenalkan oleh dua ahli statistik Denmark pada tahun
1946. Dalam pengujian ini kepada masing-masing panelis disajikan secara
acak contoh berkode. Pengujian ketiga contoh itu biasanya dilakukan
bersamaan tetapi dapat pula berurutan. Dua dari 3 contoh itu sama dan yang
ketiga berlainan panelis diminta memilih satu diantara 3 contoh baku atau
pembanding.
28
4. Uji Duo-Trio
Uji ini sama seperti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel
disajikan tiga contoh, dua contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari
bahan yang lain. Bedanya ialah bahwa salah satu dari dua contoh yang sama
itu dicicip atau dikenali dulu dan dianggap sebagai contoh baku, sedangkan
kedua contoh lainnya kemudian. Dalam penyuguhannya ketiga contoh itu
dapat diberikan bersamaaan. Atau contoh bakunya diberikan lebih dulu
kemudian kedua contoh yang lain disuguhkan.
5. Uji Peneriman
Kelompok uji penerimaan juga disebut preference test. Uji penerimaan
menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan
yang menyebabkan orang menyenangi. Jika pada uji pembedaan panelis
mengemukakan kesan adanya perbedaan tanpa disertai kesan senang atau
tidak maka pada uji penerimaan, panelis mengemukakan tanggapan pribadi
yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau
tidaknya terhadap sifat sensorik atau kualitas yang dinilai.
Dalam interpretasi data, uji penerimaan perlu membatasi diri. Uji
penerimaan tidak dapat digunakan untuk meramalkan penerimaan dalam
pemasaran. Dalam kelompok uji penerimaan ini termasuk uji kesukaan dan uji
mutu hedonik.
a. Uji Kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji kesukaan panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
ketidaksukaan. Di samping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka
atau sebaliknya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik.
Misalnya dalam hal “suka”, dapat mempunyai skala hedonik sperti, amat
sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika yang “tidak
suka”, dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat tidak suka,
29
sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. Diantara agak tidak suka dan
agak suka dianggap netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka.
b. Uji Mutu Hedonik
Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonic tidak menyatakan suka
atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk.
Kesan baik-buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Karena itu, beberapa
ahli memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji hedonik.
Kesan mutu hedonik lebih spesifik daripada sekedar kesan suka
atau tidak suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum yaitu baik-buruk dan
bersifat spesifik seperti empuk-keras untuk daging, pulen-keras untuk nasi,
renyah-lembek untuk mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari
ekstrim baik samping ke ekstrim jelek.
6. Pengujian Skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau
dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam: pertama,
bentuk garis lurus berarah dengan pembagian skala dengan jarak yang sama.
Kedua, pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah (contoh : degradasi
warna dari sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar ini meliputi :
a. Uji skalar garis
b. Uji Skor (Pemberian skor atau Scoring)
c. Uji perbandingan pasangan (Paired Comparation) : prinsip uji ini hampir
menyerupai uji pasangan. Perbedaannya adalah pada uji pasangan
pertanyaannya ada atau tidak adanya perbedaan. Sedang pada uji
perbandingan pasangan, pertanyaanya selain ada atau tidak adanya
perbedaan, ditambah mana yang lebih, dan dilanjutkan dengan tingkat
lebihnya.
30
d. Uji perbandingan jamak (Multiple Comparision) : prinsipnya hampir
sama dengan uji perbandingan pasangan. Perbedaannya pada uji
perbandingan pasangan hanya dua sampel yang disajikan, tetapi pada uji
perbandingan jamak tiga atau lebih sampel disajikan secara bersamaan.
Pada uji ini panelis diminta memberikan skor berdasarkan skala
kelebihannya, yaitu lebih baik atau lebih buruk.
e. Uji penjenjangan (uji pengurutan atau ranking) : uji penjenjangan jauh
berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini komoditi diurutkan atau diberi
nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Data
penjenjangan tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran, sehingga
tidak dapat dianalisa statistik lebih lanjut, tetapi masih mungkin dibuat
reratanya.
7. Pengujian Diskripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada
satu sifat sensorik, sehingga disebut “penilaian satu demensi”. Pengujian ini
merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang
lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu
suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini
banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat
menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih
sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan
yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut
termasuk dalam atribut mutu.
31
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil yang relevan adalah hasil penelitian yang telah diuji oleh peneliti
sebelunya dan judulnya bersangkutan dengan judul penelitian penulis. Berikut adalah
hasil penelitian yang relevan diambil dari beberapa sumber yaitu :
1. Menurut (Annis Mulyati, 2015) Pembuatan Brownies Panggang dari Bahan Dasar
Tepung Talas Komposit Tepung Ubi Ungu dengan Penambahan Lemak Yang
Berbeda. Penelitian dilakukan pada tahun 2015. Dalam penelitian ini eksperimen
yang akan dilakukan pada brownies dengan komposisi bahan dasar tepung talas
komposit tepung ubi jalar ungu 50%:50% dengan penambahan lemak yang
berbeda, yakni dengan penambahan lemak 5%, 10% dan 15%. Jenis penelitian
eksperimen, desain eksperimen post test only control design. Data uji inderawi
dianalisis menggunakan analisis deskriptif presentase dan analisis hasi penilaian
objektif dengan uji laboratorium.
2. Menurut (Siti Permatasari, 2013) Pengaruh Rasio Tepung Talas dan Tepung
Terigu terhadap sifat kimia dan Organoleptik Mie Basah, hasil penelitian
menunjukan bahwa rasio tepung talas dan tepung terigu memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, warna, elastisitas
dan rasa mie basah.
3. Menurut Hanafi (1999) dengan judul Pemanfaatan Umbi Talas sebagai Substitusi
dalam Pembuatan Cookies, tepung talas Lampung yang dibuat dalam penelitian ini
memiliki rendemen sebesar 34%. Berat rendemen tepung talas yang dihasilkan
dalam penelitian yang dilakukan oleh yaitu, berkisar 36,50-38,76 persen. Nilai
rendemen merupakan parameter yang sangat penting guna mengetahui nilai
ekonomis suatu produk. Semakin tinggi rendemennya maka semakin tinggi nilai
ekonomis produk tersebut, dan semakin rendah angka rendemennya maka produk
tersebut bisa dianggap kurang bernilai ekonomis.
32
Skor rata-rata kesukaan panelis terhadap warna cookies talas Lampung
berkisar antara 2,3-4,6 atau suka sampai agak tidak suka. Semakin tinggi
kandungan tepung talas Lampung, kesukaan terhadap warna cookies semakin
berkurang. Warna cookies talas Lampung dipengaruhi oleh derajat putih tepung
talas Lampung yang cukup tinggi (81,75%). Warna ini juga dipengaruhi oleh
reaksi Maillard, yaitu reaksi gula pereduksi dengan asam amino yang terjadi pada
waktu pemanggangan sekitar suhu 150-160⁰C, juga karamelisasi gula sederhana.
Formulasi tepung talas Lampung berpengaruhnya terhadap warna cookies talas
Lampung. Semakin tinggi kandungan tepung talas Lampung warna cookies
semakin gelap, karena adanya reaksi Maillard.
C. Kerangka berfikir
Dasar pemikiran penulis menggunakan talas karena kebanyakan talas pada
saat ini kurang diminati oleh masyarakat. Adapun dimanfaatkan oleh masyarakat
hanya dengan cara direbus, digoreng dan dijadikan keripik. Alasan penulis
menggunakan talas karena kandungan karbohidrat yang tinggi, bernilai ekonomis
tinggi dengan penambahan tepung talas pada olahan kue dan cake dan memanfaatkan
bahan pangan lokal. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan tepung talas untuk dapat
dijadikan berbagai macam variasi olahan kue dan cake. Tepung talas sangat potensial
untuk dijadikan bahan tambahan olahan kue dan cake yang bervariasi. Alasan penulis
membuat butter cake karena banyak digemari oleh masyarakat, sebagai makanan
alternatif atau mengenyangkan dan mudah untuk membuatnya.
Tepung talas dapat diperoleh dengan mengupas, merajang, merendam,
mencuci umbi, kemudian dikeringkan dan digiling, kemudian menjadi bahan untuk
penambahan dalam pembuatan butter cake.
Untuk mengetahui daya terima masyarakat terhadap tepung talas, penulis
melakukan penelitian dengan melakukan uji organoleptik pada produk butter cake
dengan memberikan tiga perlakuan. Sampel pertama yang diberi kode “F1” adalah
33
butter cake yang pembuatannya menggunakan 160 gram tepung terigu (80%) dan 40
gram tepung talas (20%), sampel kedua yang diberi kode “F2” adalah butter cake
yang pembuatannya menggunakan 140 gram tepung terigu (70%) dan 60 gram tepung
talas (30%), sampel ketiga yang diberi kode “F3” adalah butter cake yang
pembuatannya menggunakan 120 gram tepung terigu (60%) dan 80 gram tepung talas
(40%).
Setelah membuat 3 produk butter cake dengan penambahan tepung talas yang
berbeda, penulis melakukan tahap Uji Tingkat Kesukaan terhadap butter cake dengan
penambahan tepung talas dengan memberikan angket kepada panelis. Setelah
memberikan angket kepada konsumen, penulis mengolah data angket tersebut dan
pada akhirnya mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap butter cake. Dibawah
ini adalah alur kerangka berfikir dari penulis terhadap produk butter cake dengan
penambahan tepung talas.
34
Gambar 2.3 Alur Kerangka Berfikir
Penggunaan tepung talas pada
produk butter cake
Hasil tepung
Memperoleh 3 formula butter
cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 40 gram,
60 gram, dan 80 gram
Mengetahui proses pengolahan
butter cake dengan penambahan
tepung talas
Uji kesukaan produk oleh
panelis
Hasil produk
Pembuatan tepung talas
Mengetahui tingkat
kesukaan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian eksperimen di bidang Tata Boga. Dalam penelitian ini terbagi dua
tahap penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menguji standar resep
butter cake dengan penambahan tepung talas. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen. Menurut Prasetyo (2005) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen merupakan kondisi yang ada dimanipulasi oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti.
2. Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan
panelis terhadap produk butter cake dengan penambahan tepung talas.
Adapun jenis penelitiannya adalah penelitian organoleptik. Menurut
Prasetyo (2005) penelitian organoleptik merupakan pengujian yang
didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang akan diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Metode pengujian organoleptik yang digunakan adalah uji penerimaan
melalui uji hedonik.
36
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Waktu penelitian pendahuluan dimulai dari bulan Mei 2017. Tempat
penelitian dilakukan di rumah penulis, beralamat di Jl. Al-Falah Rt 38 No
23, Kelurahan Baru Ilir, Kecamatan Balikpapan Barat.
2. Penelitian Lanjutan
Waktu penelitian lanjutan dimulai dari bulan Juni 2017. Tempat penelitian
dilaksanakan di Politeknik Negeri Balikpapan Km. 08, Kecamatan
Balikpapan Utara, Kalimantan Timur.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Adapun populasi dan sampel yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini terbagi dua
yaitu:
a. Populasi Penelitian Pendahuluan
Populasi dalam penelitian tahap ini adalah talas yang ada di kota
Balikpapan.
b. Populasi Penelitian Lanjutan
Populasi dalam penelitian tahap ini adalah Mahasiswa/I Jurusan Tata
Boga di Politeknik Negeri Balikpapan Angkatan 2015 dengan jumlah
55 orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013) menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
37
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Kesimpulannya akan diberikan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus respresentatif (mewakili).
a. Sampel Penelitian Pendahuluan
Sampel dalam penelitian tahap ini adalah talas yang diperoleh di Pasar
Pandansari sebanyak 4 kg kemudian, akan diproses menjadi tepung
talas.
b. Sampel Penelitian Lanjutan
Sampel penelitian tahap lanjutan ini adalah kategori panelis agak
terlatih. Jumlah panelis agak terlatih yang diambil penulis adalah 25
orang panelis.
3. Teknik Sampling
a. Teknik Pengambilan Sampel Pendahuluan
Pada penelitian ini jenis pengambilan sampel yang digunakan
yaitu probabilitas sampling dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Teknik simple random
sampling menurut Kerlingger (2006) adalah metode penarikan dari
sebuah populasi dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi
memiliki peluang yang sama.
Teknik pengambilan sampel ini dengan cara membeli talas
dengan kualitas yang baik untuk dijadikan tepung talas. Lalu dijadikan
sebagai penambahan dalam pembuatan butter cake.
b. Teknik Pengambilan Sampel Lanjutan
Pada teknik pengambilan sampel lanjutan ini, selanjutnya
dilakukan uji organoleptik secara acak, dengan memberikan nomor atau
kode pada setiap butter cake. Untuk mengetahui tingkat perbedaan
konsumen terhadap produk butter cake yang meliputi aspek warna,
38
tekstur dan aroma serta rasa dilakukan satu kali pengulangan uji
organoleptik kepada panelis. Panelis dalam penelitian ini merupakan
panel agak terlatih yaitu panelis yang mengetahui sifat-sifat dasar
makanan. Pengambilan sampel pengujian panelis ini dilakukan dengan
teknik sampling probabilitas (probability) merupakan teknik yang
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Selain itu probability
sampling merupakan pemilihan sampel tidak dilakukan secara subjektif,
dalam arti sampel yang terpilih tidak didasarkan semata-mata pada
keinginan peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen uji hedonik
sebagai pengumpulan data yang di jabarkan sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu sebagai berikut :
a. Eksperimen
Suatu teknik mengumpulkan data pada penelitian pendahuluan
dengan melakukan beberapa percobaan untuk mendapatkan formula
butter cake yang tepat untuk menghasilkan suatu produk yang layak
yang selanjutnya disebarkan kepada penulis untuk mengetahui tingat
kesukaan.
b. Studi Kepustakaan
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan yaitu
buku referensi yang digunakan dalam membuat tinjauan pustaka
mengenai pokok pembahasan yang akan disajikan pada penulisan
laporan usulan penelitian dan mencari sumber serta data pendukung
lainnya dari internet, jurnal, artikel, dan buku resep butter cake.
39
c. Observasi
Observasi yang dilakukan penulis yaitu melakukan
pengamatan di Pasar Pandansari dan talas yang digunakan oleh
penulis terdapat di Pasar Pandansari.
d. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh melalui gambar-gambar maupun foto-
foto yang penulis ambil sendiri dalam pembuatan produk butter cake,
agar pembaca dapat mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam
penelitian ini dan mengetahui proses pembuatan butter cake dengan
penambahan tepung talas.
e. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
(Sugiyono, 2005).
Kuesioner yang penulis lakukan yaitu memberikan pertanyaan-
pertanyaan dengan opsi jawaban yang tersedia tentang produk berupa
lembaran dengan tujuan untuk mendapatkan hasil uji hedonik yang
dibutuhkan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima
konsumen terhadap sifat organoleptik yang meliputi aspek warna, tekstur,
aroma dan rasa dengan menggunakan skala hedonik dan lembar uji
penilaian. Penulis melakukan uji organoleptik untuk menilai uji hedonik
terhadap produk butter cake dengan penambahan tepung talas yang dilihat
dari keempat aspek tersebut. Berikut adalah lembar skala hedonik dan
lembar penilaian pada uji hedonik.
40
Tabel 3.2 Skala Hedonik dan Skala Numerik
Aspek Penilaian Skala Hedonik Skala Numerik
Warna Sangat Suka 5
Suka 4
Agak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Tekstur Sangat Suka 5
Suka 4
Agak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Aroma Sangat Suka 5
Suka 4
Agak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Rasa Sangat Suka 5
Suka 4
Agak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1
Sumber: Soekarto, (1985)
41
Tabel 3.3 Lembar Uji Hedonik
Nama Panelis :
Tanggal :
Kelas :
Berilah tanda (√) pada jawaban pertanyaan untuk setiap sampel yang diajukan
terhadap Produk Butter Cake dengan Penambahan Tepung Talas sebagai berikut :
No Aspek Penelitian Skala Hedonik Kode Sampel
F1 F2 F3
1 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
warna dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
2 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
tekstur dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
3 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
aroma dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
4 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
rasa dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
42
E. Teknik Analisa Data
1. Penelitian Pendahuluan
Data dari penilitian akan dianalisa penulis secara deskriptif. Menurut
(Sugiyono, 2012), menyatakan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
2. Penelitian Lanjutan
Pada penelitian lanjutan, data yang terkumpul dari hasil uji hedonik
dianalisis secara statistika deskriptif dengan melihat tingkat kesukaan
konsumen terhadap butter cake dengan penambahan tepung talas dengan
beberapa persen dan gram penambahan yaitu sebanyak 20% = 40 gram, 30%
= 60 gram, 40% = 80 gram. Dengan menggunakan SPSS20 for windows untuk
melihat tingkat kesukaan konsumen terhadap butter cake dengan penambahan
tepung talas.
F. Prosedur Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan yang penulis akan lakukan dalam
proses pengolahan butter cake dengan penambahan tepung talas yaitu
menggunakan bahan dan peralatan sebagai berikut :
1) Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian
Bahan yang penulis gunakan dalam pembuatan butter cake dengan
penambahan tepung talas adalah sebagai berikut :
a) Tepung terigu
Digunakan sebagai pembentuk struktur dan tekstur butter cake,
pengikat bahan-bahan lain dan berperan dalam membentuk cita
rasa.
43
b) Tepung talas
Tepung talas yang digunakan merupakan umbi dari talas yang di
proses hingga menjadi tepung sebagai penambahan pada butter
cake.
c) Margarin
Berfungsi sebagai pelumas adonan, meningkatkan kelembutan
menambah nilai gizi, memberi aroma, dan membuat cake terasa
empuk.
d) Telur
Berfungsi membentuk suatu kerangka pada cake. Telur juga akan
memberi cairan, aroma, rasa, nilai gizi, dan warna pada cake dan
melembabkan cake.
e) Baking powder
Digunakan sebagai penambah sedikit volume pada butter cake.
f) Susu UHT
Berfungsi memberikan rasa gurih, lembut dan lembab.susu cair
juga membuat adonan mengembang dan tahan dipanggang
g) Gula halus
Berfungsi sebagai penambah rasa, memperbaiki tekstur dan
keempukan, memberikan rasa manis serta warna kecoklatan pada
cake karena efek karamelisasi.
2) Peralatan yang Digunakan Dalam Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian pada proses
pembuatan butter cake dengan penambahan tepung talas antara lain
yaitu :
44
a) Baskom
Baskom digunakan sebagai wadah mencuci, merendam, dan
membersihkan talas serta sebagai alat pencampuran bahan-bahan
butter cake yang akan diaduk.
b) Blender
Blender digunakan untuk menghancurkan talas yang sudah kering
hingga menjadi serpihan seperti tepung.
c) Saringan
Saringan digunakan sebagai pengayak dari talas yang sudah
dihancurkan dengan blender agar mendapatkan hasil yang halus.
d) Timbangan digital
Timbangan digunakan sebagai alat ukur bahan yang akan diolah
sesuai dengan takaran yang ada pada resep.
e) Gelas ukur
Gelas ukur digunakan sebagai alat ukur bahan cair yang akan
digunakan.
f) Spatula
Spatula digunakan untuk mengaduk dan membersihkan adonan
yang menempel pada dinding baskom.
g) Pisau
Pisau digunakan untuk memotong butter cake yang sudah selesai
dipanggang.
h) Kertas roti
Kertas roti digunakan sebagai alas loyang ketika adonan dituang
kedalam loyang.
i) Mixer
Mixer digunakan sebagai alat pencampuran bahan dengan cara
mengocok adonan hingga menjadi lembut dan tercampur rata.
45
j) Loyang
Loyang digunakan sebagai tempat meletakkan adonan cake akan
dimasukan kedalam oven.
k) Oven
Oven digunakan sebagai alat pemanggangan kue.
l) Kompor
Kompor digunakan sebagai alat untuk membantu proses pemanasan
dari bahan mentah menjadi matang atau siap makan.
Menurut (Jogiyanto, 2008), prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang
digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam penelitian. Untuk membuat butter cake dengan penambahan tepung
talas yang baik didukung oleh beberapa hal, diantaranya adalah resep yang tepat,
penimbangan bahan yang tepat, pengolahan talas menjadi tepung talas yang tepat,
teknik membuat adonan dan pemanggangan yang sesuai standar resep dan
penambahan unsur bahan yaitu tepung talas sesuai dengan standar resep. Dalam
proses penelitian dari butter cake dengan penambahan tepung talas, dapat diuraikan
prosedur penelitian sebagai berikut:
46
Gambar 3.4 Diagram Alur Pembuatan Tepung Talas
Pengupasan, pengirisan dan
pencucian talas
Perendaman talas dengan
larutan air garam
Pencucian talas dengan air
mengalir
Penjemuran Talas
Proses penggilingan talas
Proses pengayakan talas
Pemilihan talas
yang baik
Tepung Talas
47
Gambar 3.5 Diagram Alur Pengolahan Butter Cake dengan Penambahan
Tepung Talas
Proses pembuatan adonan
butter cake
Penambahan tepung talas
pada butter cake
Proses pemanggangan
adonan butter cake
Pendinginan butter cake
Menyiapkan bahan
Pengemasan untuk uji
hedonik kepada panelis
48
b. Penelitian Lanjutan
Dalam proses penelitian dari butter cake dengan penambahan
tepung talas, penulis melakukan penelitian dengan alur sebagai berikut:
a) Persiapan diri.
b) Menyiapkan produk dan lembar kuesioner.
c) Melakukan uji organoleptik terhadap tingkat kesukaan dari segi
warna, aroma, rasa, dan tekstur.
d) Mengolah data dari hasil tingkat kesukaan.
e) Menyiapkan hasil pengolahan data.
Gambar 3.6 Alur Penelitian Lanjutan
Persiapan diri
Persiapan produk & lembar kuesioner
uji hedonik
Melakukan uji organoleptik terhadap
tingkat kesukaan produk dari segi
aroma, rasa, tekstur dan rasa
Mengolah data hasil dari uji tingkat
kesukaan
Menyimpulkan hasil pengolahan data
uji tingkat kesukaan
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan ini diawali dengan menguji coba resep
acuan butter cake untuk melihat hasil produk butter cake layak atau tidak
untuk dijadikan uji coba agar mendapatkan resep yang baik dengan tekstur
volume yang padat, seratnya sama besar, dan remahnya kasar dengan
menambahkan tepung talas yang akan diuji organoleptik pada penelitian
lanjutan.
Untuk membuat produk butter cake dengan penambahan tepung talas
diawali dengan pembuatan tepung talas terlebih dahulu dengan cara pertama
pilih talas yang baik sebanyak 4 kg, lalu dikupas kulitnya dan dicuci bersih.
Setelah itu talas diiris tipis dan dicuci lagi. Kemudian talas yang telah diiris
tipis-tipis tadi direndam dengan larutan air garam selama ± 1 jam untuk
menghilangkan lendir yang bersifat gatal. Setelah direndam talas dicuci bersih
dengan air mengalir. Kemudian talas ditiriskan lalu dilakukan proses
pengeringan dengan cara dijemur pada sinar matahari langsung selama 2-3
hari. Talas yang telah dikeringkan tadi dihaluskan menggunakan blender,
kemudian diayak untuk mendapatkan tekstur yang halus. Tepung yang
dihasilkan sebanyak 445 gr dengan warna putih agak kusam dan bertekstur
halus.
a. Eksperimen Pertama
Eksperimen pertama dilakukan pada tanggal 1 Mei 2017 setelah
tepung talas selesai dibuat peneliti mulai membuat butter cake dengan
penambahan tepung talas dengan uraian sebagai berikut :
50
Tabel 4.4 Resep Butter Cake dengan penambahan tepung talas
Eksperimen I
Bahan Jumlah
Margarin
Telur
Tepung terigu
Tepung talas
Baking powder
Susu UHT
Gula halus
120 gr
2 butir
160 gr
40 gr
1 sdt
150 ml
250 gr
Cara Membuat
1. Pertama kocok margarin dan gula halus hingga tercampur.
2. Lalu masukan telur satu per satu, dikocok hingga mengembang, kemudian
tambahkan tepung terigu, tepung talas dan baking powder yang sudah
dicampur sebelumnya dan tuang susu cair secara bergantian, dikocok dengan
kecepatan rendah.
3. Lalu tuang ke dalam loyang yang telah diolesi margarin dan dialasi kertas
roti.
4. Panggang hingga matang dengan suhu oven 180⁰C selama kurang lebih 30
menit.
Hasil yang diperoleh dari penelitian pertama dari aspek warna yaitu
kuning keemasan, butter cake juga matang merata, dari aspek tekstur yang
dihasilkan lebih lembut, aroma butter cake juga beraroma margarin dan
aroma talas agak terasa dan untuk aspek rasa agak terasa talas.
Gambar 4.7 Butter Cake Eksperimen Pertama
b. Eksperimen Kedua
Eksperimen kedua ini dilakukan pada tanggal 5 Mei 2017 dengan
menggunakan resep yang sesuai dengan formula pertama tetapi dengan
penambahan tepung yang berbeda yaitu tepung talas 60 gr dan tepung
terigu 140 gr.
51
Tabel 4.5 Resep Butter Cake dengan penambahan tepung talas
Eksperimen II
Bahan Jumlah
Margarin
Telur
Tepung terigu
Tepung talas
Baking powder
Susu UHT
Gula halus
120 gr
2 butir
140 gr
60 gr
1 sdt
150 ml
250 gr
Cara Membuat
1. Pertama kocok margarin dan gula halus hingga tercampur.
2. Lalu masukan telur satu per satu, dikocok hingga mengembang, kemudian
tambahkan tepung terigu, tepung talas dan baking powder yang sudah
dicampur sebelumnya dan tuang susu cair secara bergantian, dikocok dengan
kecepatan rendah.
3. Lalu tuang ke dalam loyang yang telah diolesi margarin dan dialasi kertas roti.
4. Panggang hingga matang dengan suhu oven 180⁰C selama kurang lebih 30
menit.
Hasil dari eksperimen kedua dari aspek warna kuning agak
kecoklatan, butter cake juga matang merata, dari aspek tekstur yang
dihasilkan lembut dan agak padat, aroma butter cake juga beraroma
margarin dan aroma talas terasa dan untuk aspek rasa talas terasa.
Gambar 4.8 Butter Cake Eksperimen Kedua
c. Eksperimen Ketiga
Eksperimen ketiga ini dilakukan pada tanggal 6 Mei 2017 dengan
menggunakan resep yang sama dengan eksperimen kedua tetapi dengan
penambahan tepung yang berbeda yaitu tepung talas 80 gr dan tepung
terigu 120 gr.
52
Tabel 4.6 Resep Butter Cake dengan penambahan tepung talas
Formula III
Bahan Jumlah
Margarin
Telur
Tepung terigu
Tepung talas
Baking powder
Susu UHT
Gula halus
120 gr
2 butir
120 gr
80 gr
1 sdt
150 ml
250 gr
Cara Membuat
1. Pertama kocok margarin dan gula halus hingga pucat.
2. Lalu masukan telur satu per satu, dikocok hingga mengembang,
kemudian tambahkan tepung terigu, tepung talas dan baking
powder yang sudah dicampur sebelumnya dan tuang susu cair
secara bergantian, dikocok dengan kecepatan rendah.
3. Lalu tuang ke dalam loyang yang telah diolesi margarin dan dialasi
kertas roti.
4. Panggang hingga matang dengan suhu oven 180⁰C selama kurang
lebih 30 menit.
Hasil dari eksperimen ketiga dari aspek warna kuning lebih
kecoklatan, butter cake juga matang merata, dari aspek tekstur yang
dihasilakan lembut dan lebih padat, aroma butter cake juga beraroma
margarin dan aroma talas sangat terasa dan untuk aspek rasa talas
sangat terasa.
Gambar 4.9 Butter Cake Eksperimen Ketiga
53
d. Proses Pembuatan Butter Cake dengan Penambahan Tepung Talas
Pada proses pembuatan butter cake ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan oleh penulis, yaitu :
1. Pemilihan bahan
Pemilihan bahan-bahan harus dicermati berdasarkan beberapa
aspek yaitu kualitas bahan. Talas yang dipilih adalah jenis talas ketan
yang tua, kulitnya bagus, dan tidak busuk.
Gambar 4.10 Talas Ketan
2. Pengupasan dan Pengirisan Talas
Mengupas kulit talas lalu dicuci dengan air mengalir lalu
mengiris tipis-tipis talas.
Gambar 4.11 Pengupasan Talas dan Pengirisan talas
3. Perendaman Talas
Setelah mengiris tipis-tipis talas kemudian direndam dengan
larutan air garam selama ± 1 jam lalu dibilas dengan air mengalir.
54
Gambar 4.12 Perendaman talas
4. Penjemuran Talas
Proses pengeringan dengan cara dijemur pada sinar matahari
langsung selama 2-3 hari sampai benar-benar kering.
Gambar 4.13 Pengeringan Talas
5. Penghalusan Tepung Talas
Talas yang sudah kering, lalu di blender dan diayak dengan
menggunakan saringan agar didapatkan hasil tepung yang halus.
Gambar 4.14 Penghalusan Tepung Talas
55
6. Menyiapkan bahan
Menyiapakan bahan menjadi aspek penting agar produk yang
dihasilkan maksimal sesuai dengan resep yang digunakan.
Gambar 4.15 Menyiapkan Bahan
7. Proses pencampuran bahan
Setelah semua bahan disiapkan dan ditimbang, langkah
selanjutnya yang diakukan ialah sebagai berikut :
a. Pertama-tama penulis mencampur margarin dan gula halus lalu di
kocok hingga pucat.
Gambar 4.16 Pencampuran Bahan
56
b. Kemudian penulis memasukan telur satu per satu, dikocok hingga
mengembang.
Gambar 4.17 Pencampuran Telur
c. Kemudian penulis menambahkan tepung terigu, tepung talas dan
baking powder yang sudah dicampur sebelumnya dan tuang susu
cair secara bergantian, dikocok dengan kecepatan rendah.
Gambar 4.18 Pencampuran Bahan Kering
d. Lalu tuang ke dalam loyang yang telah diolesi margarin yang telah
dialasi kertas roti.
57
Gambar 4.19 Proses Pencetakan
e. Panggang hingga matang dengan suhu oven 180⁰C selama kurang
lebih 30 menit.
Gambar 4.20 Pemanggangan Adonan
f. Pengemasan
Produk butter cake dikemas dengan menggunakan mika
dengan tujuan agar produk yang diuji panelis dapat terjaga
kebersihannya.
58
Gambar 4.21 Pengemasan Butter Cake
2. Penelitian Lanjutan
Uji hedonik merupakan suatu uji organoleptik yaitu suatu kegiatan
pengujian yang dilakukan oleh beberapa panelis yang mana panelis memiliki
tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan ketidaksukaan suatu produk
tertentu, pada penelitian ini penulis ingin memastikan apakah terdapat
pengaruh pada penambahan tepung talas terhadap warna, tekstur, aroma dan
rasa pada pembuatan butter cake. Penulis mengambil 25 orang panelis agak
terlatih. Penulis mengolah data menggunakan aplikasi SPSS Windows 20
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul, serta mengetahui perbedaan dari aspek warna,
tekstur, aroma dan rasa pada penambahan tepung talas dalam pembuatan
butter cake.
a. Uji Hedonik Warna Butter Cake dengan penambahan Tepung Talas
1) Uji hedonik warna butter cake tepung talas F1
Berdasarkan uji hedonik terhadap warna sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka, maupun tidak suka. Terdapat 3 panelis
menyatakan agak suka dengan presentase 12%, 16 panelis menyatakan
suka dengan presentase 64% dan 6 panelis menyatakan sangat suka
dengan presentase 24% terhadap produk butter cake dengan
59
penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tersebut. Berikut tabel dan
grafik hasil uji hedonik terhadap warna butter cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 40 gr, yaitu :
Tabel 4.7 Hasil Uji Hedonik Warna
Butter Cake Tepung Talas 40 gr (F1)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik warna butter cake tepung talas F2
Berdasarkan uji hedonik terhadap warna sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 1 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 4%, 4 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 16%, 17 panelis menyatakan suka dengan presentase 68%
dan 3 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 12% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap warna butter
cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr, yaitu :
60
Tabel 4.8 Hasil Uji Hedonik Warna
Butter Cake Tepung Talas 60 gr (F2)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji hedonik warna butter cake tepung talas F3
Berdasarkan uji hedonik terhadap warna sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 2 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 8%, 6 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 24%, 14 panelis menyatakan suka dengan presentase 56%
dan 3 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 12% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap warna butter
cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr, yaitu :
Tabel 4.9 Hasil Uji Hedonik Warna
Butter Cake Tepung Talas 80 gr (F3)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
61
Berdasarkan nilai rata-rata pada warna butter cake, sampel
pertama dengan bahan tambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gr di
dapatkan nilai rata-rata yaitu 4.12, sampel kedua dengan tambahan
tepung talas F2 sebanyak 60 gr yaitu 3.88, dan sampel ketiga dengan
tambahan tepung talas F3 sebanyak 80 gr yaitu 3.72.
Berdasarkan total keseluruhan dari uji hedonik warna dapat
disimpulkan bahwa di dapatkan nilai tertinggi pada butter cake dengan
penambahan tepung talas sebanyak 40 gram dengan jumlah 103. Hal ini
menyatakan bahwa panelis paling suka warna pada sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gr. Adapun tabel hasil
total mean warna butter cake tepung talas, sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Statistik Uji Hedonik Warna
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
b. Uji Hedonik Tekstur Butter Cake dengan penambahan Tepung Talas
1) Uji hedonik tekstur butter cake tepung talas F1
Berdasarkan uji hedonik terhadap tekstur sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tidak seorang pun
62
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 1 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 4%, 2 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 8%, 12 panelis menyatakan suka dengan presentase 48% dan
10 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 40% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap tekstur
butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr, yaitu :
Tabel 4.11 Hasil Uji Hedonik Tekstur
Butter Cake Tepung Talas 40 gr (F1)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik tekstur butter cake tepung talas F2
Berdasarkan uji hedonik terhadap tekstur sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 1 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 4%, 6 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 24%, 16 panelis menyatakan suka dengan presentase 64%
dan 2 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 8% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap tekstur
butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr, yaitu :
63
Tabel 4.12 Hasil Uji Hedonik Tekstur
Butter Cake Tepung Talas 60 gr (F2)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
3) Uji hedonik tekstur butter cake tepung talas F3
Berdasarkan uji hedonik terhadap tekstur sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 2 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 8%, 7 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 28%, 11 panelis menyatakan suka dengan presentase 44%
dan 5 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 20% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap tekstur
butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr, yaitu :
64
Tabel 4.13 Hasil Uji Hedonik Tekstur
Butter Cake Tepung Talas 80 gr (F3)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada tekstur butter cake, sampel
pertama dengan bahan tambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gr di
dapatkan nilai rata-rata yaitu 4.24, sampel kedua dengan tambahan
tepung talas F2 sebanyak 60 gr yaitu 3.76, dan sampel ketiga dengan
tambahan tepung talas F3 sebanyak 80 gr yaitu 3.76. Berdasarkan total
keseluruhan dari uji hedonik tekstur dapat disimpulkan bahwa di
dapatkan nilai tertinggi pada butter cake dengan penambahan tepung
talas F1 sebanyak 40 gram dengan jumlah 106. Hal ini menyatakan
bahwa panelis paling suka tekstur pada sampel butter cake dengan
penambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gr . Adapun tabel dan grafik
hasil total mean tekstur butter cake tepung talas, sebagai berikut.
65
Tabel 4.14 Hasil Statistik Uji Hedonik Tekstur
c. Uji Hedonik Aroma Butter Cake dengan penambahan Tepung Talas
1) Uji hedonik aroma butter cake tepung talas F1
Berdasarkan uji hedonik terhadap aroma sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka dan tidak suka. Terdapat 2 panelis
menyatakan agak suka dengan presentase 8%, 9 panelis menyatakan
suka dengan presentase 36%, dan 14 panelis menyatakan sangat suka
dengan presentase 56% terhadap produk butter cake dengan
penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tersebut. Berikut tabel dan
grafik hasil uji hedonik terhadap aroma butter cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 40 gr, yaitu :
66
Tabel 4.15 Hasil Uji Hedonik Aroma
Butter Cake Tepung Talas 40 gr (F1)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik aroma butter cake tepung talas F2
Berdasarkan uji hedonik terhadap aroma sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 1 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 4%, 4 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 16%, 14 panelis menyatakan suka dengan presentase 56%,
dan 6 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 24% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap aroma
butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr, yaitu
Tabel 4.16 Hasil Uji Hedonik Aroma
Butter Cake Tepung Talas 60 gr (F2)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
67
3) Uji hedonik aroma butter cake tepung talas F3
Berdasarkan uji hedonik terhadap aroma sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 1 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 4%, 4 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 16%, 12 panelis menyatakan suka dengan presentase 48%,
dan 8 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 32% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap aroma
butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr, yaitu :
Tabel 4.17 Hasil Uji Hedonik Aroma
Butter Cake Tepung Talas 80 gr (F3)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada aroma butter cake, sampel pertama
dengan bahan tambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gr di dapatkan
nilai rata-rata yaitu 4.48, sampel kedua dengan tambahan tepung talas F2
sebanyak 60 gr yaitu 4.00, dan sampel ketiga dengan tambahan tepung
talas F3 sebanyak 80 gr yaitu 4.08. Berdasarkan total keseluruhan dari uji
hedonik aroma dapat disimpulkan bahwa di dapatkan nilai tertinggi pada
butter cake dengan penambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gram
dengan jumlah 112. Hal ini menyatakan bahwa panelis paling suka aroma
68
pada sampel butter cake dengan penambahan tepung talas F1 sebanyak 40
gr. Adapun tabel dan grafik hasil total mean aroma butter cake tepung
talas, sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil Statistik Uji Hedonik Aroma
F1 F2 F3
N Valid 25 25 25
Missing 0 0 0
Mean 4.48 4.00 4.08
Median 5.00 4.00 4.00
Mode 5 4 4
Std. Deviation .653 .764 .812
Variance .427 .583 .660
Range 2 3 3
Minimum 3 2 2
Maximum 5 5 5
Sum 112 100 102
d. Uji Hedonik Rasa Butter Cake dengan penambahan Tepung Talas
1) Uji hedonik rasa butter cake tepung talas F1
Berdasarkan uji hedonik terhadap rasa sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka dan tidak suka. Terdapat 5 panelis
menyatakan agak suka dengan presentase 20%, 10 panelis menyatakan
suka dengan presentase 40%, dan 10 panelis menyatakan sangat suka
dengan presentase 40% terhadap produk butter cake dengan
penambahan tepung talas sebanyak 40 gr tersebut. Berikut tabel dan
grafik hasil uji hedonik terhadap rasa butter cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 40 gr, yaitu :
69
Tabel 4.19 Hasil Uji Hedonik Rasa
Butter Cake Tepung Talas 40 gr (F1)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
2) Uji hedonik rasa butter cake tepung talas F2
Berdasarkan uji hedonik terhadap rasa sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka dan tidak suka. Terdapat 2 panelis
menyatakan agak suka dengan presentase 8%, 16 panelis menyatakan
suka dengan presentase 64%, dan 7 panelis menyatakan sangat suka
dengan presentase 28% terhadap produk butter cake dengan
penambahan tepung talas sebanyak 60 gr tersebut. Berikut tabel dan
grafik hasil uji hedonik terhadap rasa butter cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 60 gr, yaitu :
Tabel 4.20 Hasil Uji Hedonik Rasa
Butter Cake Tepung Talas 60 gr (F2)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
70
3) Uji hedonik rasa butter cake tepung talas F3
Berdasarkan uji hedonik terhadap rasa sampel butter cake
dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr tidak seorang pun
menyatakan sangat tidak suka. Terdapat 2 panelis menyatakan tidak
suka dengan presentase 8%, 4 panelis menyatakan agak suka dengan
presentase 16%, 12 panelis menyatakan suka dengan presentase 48%,
dan 7 panelis menyatakan sangat suka dengan presentase 28% terhadap
produk butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr
tersebut. Berikut tabel dan grafik hasil uji hedonik terhadap rasa butter
cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr, yaitu :
Tabel 4.21 Hasil Uji Hedonik Rasa
Butter Cake Tepung Talas 80 gr (F3)
Sumber : IBM SPSS 20.0 for Windows (2017)
Berdasarkan nilai rata-rata pada rasa butter cake, sampel pertama dengan
bahan tambahan tepung talas F1 40 gr di dapatkan nilai rata-rata yaitu
4.20, sampel kedua dengan tambahan tepung talas F2 sebanyak 60 gr
yaitu 4.20, dan sampel ketiga dengan tambahan tepung talas F3 sebanyak
80 gr yaitu 3.96.
Berdasarkan total keseluruhan dari uji hedonik rasa dapat
disimpulkan bahwa di dapatkan nilai tertinggi pada butter cake dengan
penambahan tepung talas F1 sebanyak 40 gram dengan jumlah 105 dan
butter cake dengan penambahan tepung talas F2 sebanyak 60 gram
71
dengan jumlah 105. Hal ini menyatakan bahwa panelis paling suka aroma
pada sampel butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr
atau F1 dan sampel butter cake dengan penambahan tepung talas
sebanyak 60 gr. Adapun tabel dan grafik hasil total mean rasa butter cake
tepung talas, sebagai berikut:
Tabel 4.22 Hasil Statistik Uji Hedonik Rasa
B. Pembahasan
Dalam penelitian kali ini, penulis memvariasikan butter cake dengan
penambahan tepung talas. Tepung talas dibuat terlebih dahulu melalui proses
pengupasan, pengirisan, perendaman, pengeringan/penjemuran di bawah sinar
matahari langsung, lalu dihaluskan dengan cara di blender dan diayak
menggunakan saringan agar menghasilkan tekstur tepung yang lembut.
Proses pembuatan butter cake tepung talas diawali dengan mencoba resep
acuan butter cake yang telah didapat. Pada percobaan pertama butter cake dengan
penambahan tepung talas masih terasa gatal di lidah karena karena saat
perendaman talas yang telah diiris tipis dengan larutan air garam kurang lama,
sehingga perlu dilakukan percobaan selanjutnya untuk mendapatkan produk yang
lebih baik. Pada percobaan kedua dilakukan perendaman talas selama 1 jam untuk
mendapatkan tepung talas yang tidak terasa gatal, setelah menjadi tepung talas lalu
72
dilanjutkan pada eksperimen pembuatan butter cake dengan penambahan tepung
talas.
Berdasarkan hasil uji hedonik butter cake dengan penambahan tepung talas
dengan formula 40 gr dari aspek warna diperoleh hasil sebesar 4.12, dengan
formula 60 gr diperoleh hasil sebesar 3.88, dengan formula 80 gr diperoleh hasil
sebesar 3.72 yang menunjukkan bahwa panelis suka terhadap warna butter cake
tetapi yang paling disukai adalah penambahan tepung talas dengan formula 40 gr
formula ini mendekati kriteria butter cake pada umumnya karena dengan
penambahan tepung talas yang sedikit tidak akan mengubah warna dari butter cake
seperti pada resep acuan.
Pada aspek tekstur butter cake dengan penambahan tepung talas dengan
formula 40 gr diperoleh hasil sebesar 4.24, dengan formula 60 gr diperoleh hasil
sebesar 3.76, dengan formula 80 gr diperoleh hasil sebesar 3.76 yang
menunjukkan bahwa panelis suka terhadap tekstur butter cake tetapi yang paling
disukai adalah penambahan tepung talas dengan formula 40 gr karena tekstur yang
dihasilkan formula ini lebih lembut dibandingkan formula 60 gr dan 80 gr. Hal ini
disebabkan semakin banyak penggunaan tepung talas maka semakin berat adonan
butter cake dan padat.
Pada aspek aroma butter cake dengan penambahan tepung talas dengan
formula 40 gr diperoleh hasil sebesar 4.48, dengan formula 60 gr diperoleh hasil
sebesar 4.00, dengan formula 80 gr diperoleh hasil sebesar 4.08 yang
menunjukkan bahwa panelis suka terhadap aroma butter cake tetapi yang paling
disukai adalah penambahan tepung talas dengan formula 40 gr karena penambahan
tepung talas yang terlalu sedikit membuat aroma dari butter lebih terasa dan
disukai oleh panelis.
Pada aspek rasa butter cake dengan penambahan tepung talas dengan
formula 40 gr diperoleh hasil sebesar 4.20, dengan formula 60 gr diperoleh hasil
sebesar 4.20, dengan formula 80 gr diperoleh hasil sebesar 3.96 yang
menunjukkan bahwa panelis suka terhadap aroma butter cake tetapi yang paling
73
disukai adalah penambahan tepung talas dengan formula 40 gr dan 60 gr karena
penambahan tepung talas yang dihasilkan pada formula ini membuat rasa dari
butter masih terasa dan disukai panelis dibandingkan dengan formula 80 gr.
Berdasarkan uji mutu hedonik dilihat dari aspek warna menyatakan F1
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr menghasilkan warna yang
menarik karena memiliki warna kuning keemasan yang menarik, F2 dengan
penambahan tepung talas sebanyak 60 gr menghasilkan warna yang agak menarik
karena memiliki warna kuning kecoklatan dibandingkan F3 dengan penambahan
tepung talas sebanyak 80 gr menghasilkan warna yang tidak menarik di karenakan
semakin banyak menambahkan tepung talas akan mempengaruhi warna dari butter
cake itu sendiri karena tepung talas memiliki bintik-bintik berwarna coklat yang
menjadi sangat berbeda dari butter cake pada umumnya.
Berdasarkan uji mutu hedonik dilihat dari aspek tekstur menyatakan F1
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr memiliki tekstur yang sangat
lembut, F2 dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr memiliki tekstur yang
agak lembut dan sedikit padat, F3 dengan penambahan tepung talas sebanyak 80
gr memiliki tekstur yang tidak lembut dan padat dikarenakan tepung talas yang
berat karena tepung talas mempunyai massa yang lebih berat sehingga semakin
banyak menambahkan tepung talas akan membuat butter cake menjadi semakin
berat dan padat dari segi tekstur.
Berdasarkan uji mutu hedonik dilihat dari aspek aroma menyatakan F1
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr memiliki aroma agak berbau
talas, F2 dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr memiliki aroma berbau
talas, F3 dengan penambahan tepung talas sebanyak 80 gr memiliki aroma yang
sangat berbau talas. Aroma tepung talas seperti talas mentah dan kurang harum
dan akan mempengaruhi aroma dari butter cake apabila semakin banyak
ditambahkan maka akan semakin hilang aroma dari butter itu sendiri.
Berdasarkan uji mutu hedonik dilihat dari aspek rasa menyatakan F1
dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr memiliki rasa yang tidak gurih
74
dan tidak terasa talas, F2 dengan penambahan tepung talas sebanyak 60 gr
memiliki rasa yang guring dan agak terasa talas, F3 dengan penambahan tepung
talas sebanyak 80 gr memiliki rasa yang sangat gurih dan sangat terasa talas. Rasa
talas akan mempengaruhi rasa dari butter apabila semakin banyak ditambahkan
tepung talas maka akan semakin hilang rasa dari butter itu sendiri.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini penulis memiliki keterbatasan penelitian yaitu :
1. Kurangnya ketersediaan buku atau referensi yang terkait dengan talas ketan dan
butter cake dan sering mendapatkan kendala dalam mencari teori atau sumber
informasi dari internet karena banyaknya sumber yang kurang jelas sehingga
tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Kurangnya penelitian lanjutan mengenai kandungan gizi talas ketan agar lebih
bermanfaat bagi masyarakat luas.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan:
5. Proses pembuatan tepung talas yaitu pilih talas yang baik, kupas kulitnya, cuci
bersih, iris tipis-tipis, rendam dengan larutan air garam selama ± 1 jam, cuci
bersih dengan air mengalir, tiriskan lalu dilakukan proses pengeringan dengan
cara dijemur pada sinar matahari langsung selama 2-3 hari. Talas yang telah
dikeringkan tadi dihaluskan menggunakan blender dan diayak untuk
mendapatkan tekstur yang halus.
6. Proses pembuatan butter cake dengan penambahan tepung talas yaitu kocok
margarin dan gula halus hingga tercampur rata. Masukan telur satu per satu,
kocok hingga mengembang, tambahkan tepung terigu, tepung talas dan baking
powder yang sudah dicampur sebelumnya dan tuang susu cair secara
bergantian, kocok dengan kecepatan rendah. Tuang ke dalam loyang yang
telah diolesi margarin dan dialasi kertas roti. Panggang hingga matang dengan
suhu oven 180⁰C selama kurang lebih 30 menit.
7. Berdasarkan hasil uji hedonik dari 25 panelis pada produk butter cake dengan
penambahan tepung talas diperoleh hasil panelis menyatakan suka terhadap
warna dari butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr
dengan rata-rata 3,90. Panelis menyatakan suka terhadap tekstur dari butter
cake dengan penambahan tepung talas sebanyak 40 gr dengan rata-rata 3,92.
Panelis menyatakan suka terhadap aroma dari butter cake dengan penambahan
tepung talas sebanyak 40 gr dengan rata-rata 4,18 dan panelis menyatakan
suka terhadap rasa dari butter cake dengan penambahan tepung talas sebanyak
40 gr dan 60 gr dengan rata-rata 4,12.
76
8. Berdasarkan hasil analisa uji mutu hedonik aspek warna pada formula 40 gr
penambahan tepung talas menghasilkan warna yang menarik karena memiliki
warna kuning keemasan yang menarik, pada formula 60 gr penambahan
tepung talas menghasilkan warna yang agak menarik karena memiliki warna
kuning kecoklatan, pada formula 80 gr penambahan tepung talas
menghasilkan warna kuning lebih kecoklatan. Dari aspek tekstur dinyatakan
formula 40 gr penambahan tepung talas memiliki tekstur yang sangat lembut,
formula 60 gr penambahan tepung talas memiliki tekstur yang agak lembut
dan sedikit padat, formula 80 gr penambahan tepung talas memiliki tekstur
yang tidak lembut dan lebih padat. Dari aspek aroma pada formula 40 gr
penambahan tepung talas memiliki aroma agak berbau talas, formula 60 gr
penambahan tepung talas memiliki aroma berbau talas, formula 80 gr
penambahan tepung talas memiliki aroma yang sangat berbau talas. Dari
aspek rasa pada formula 40 gr penambahan tepung talas memiliki rasa yang
tidak gurih dan tidak terasa talas, formula 60 gr penambahan tepung talas
memiliki rasa yang guring dan agak terasa talas, formula 80 gr penambahan
tepung talas memiliki rasa yang sangat gurih dan sangat terasa talas.
B. Saran
Setelah penulis menyimpulkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat
menyarankan beberapa hal untuk penelitian lanjutan diantaranya sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengadaan buku teori tentang talas ketan dan butter cake agar
memudahkan mahasiswa/i untuk mendapatkan referensi dan perlu adanya teori
mencari teori atau sumber informasi dari internet karena banyaknya sumber
yang kurang jelas sehingga tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2. Perlu diadakan pengembangan penelitian lanjutan mengenai kandungan gizi
butter cake dengan penambahan tepung talas agar lebih bermanfaat bagi
masyarakat luas khususnya di Kota Balikpapan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ananto. (2014). Buku Pintar Membuat Cake. Jakarta: DeMedi
Danumihardja. (1978). Pemanfaatan dan Pembudidayaan Talas. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Biologi. Bogor: Jurusan ilmu-ilmu Sosial
Pertanian Fakultas Pertanian IPB.
Desrosier. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Muchji Mulyohardjo.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Faridah, Anni. (2008). Patiseri Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Hanafi. (1999). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Jogiyanto. (2008). Metodelogi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: UGM.
Karlingger. (2006) . Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM.
Koswara. (2010). E-Book Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian. Jakarta: Media
Pustaka Utama.
Lizzarni. (2012). Cake: Panduan Membuat Cake Istimewa di Rumah. Kanaya Press,
Jakarta: Grup Puspa Swara.
78
Mulyati, Annis. (2015). Pembuatan Brownis Panggang dari bahan Tepung Talas
Komposit Tepung Ubi Jalar Ungu dengan Penambahan Lemak yang
Berbeda. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Permatasari, Siti. (2009). Pengaruh Rasio tepung Talas dan Tepung Terigu terhadap
sifat Kimia dan Organoleptik Mie Basah. Diambil pada tanggal 7 April
2017, 21.10. Di http://tanamanpangan.deptan.go.id/docupload/
Manfaat%20Aneka%20Umbi.pdf.
Pranowo. (2004). Perencanaan Agro Industri Tepung Talas. Bogor. Institut
Pertanian. Bogor: IPB Press.
Prasetyo, Bambang. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Teori dan
Aplikasi.Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Purwono dan Purnamawati Heni. (2008). Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul,
Jakarta: Penebar Swadaya.
Setyaningsih. (2010). Analisis Sensoris untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB
Press.
Slamet, D.S dan Tarkoco, Ig. (1980). Majalah Gizi dan Makanan Jilid 4, hal 26 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
Soekarto, T Soewarno, (1985). Uji Organoleptik: Untuk Industri Pangan dan
Pertanian, Jakarta: Bhrata Karya Aksara.
Subandi. (2003). Memanfaatkan Lahan Marginal dengan Tanaman Talas. Solo: Tiga
Serangkai.
79
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Syarbini, Husin. (2013). A-Z Bakery Fungsi Bahan, Proses Pembuatan Roti,
Panduan Menjadi Bake Preneur, Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Winarno. (1995). Enzim Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yogha. (2005). Modul Mata Kuliah Cake dan Roti. Bandung: Jurusan Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga FPTK UPI.
80
LEMBAR KUESIONER UJI HEDONIK
Nama Panelis :
Tanggal :
Kelas :
Berilah tanda (√) pada jawaban pertanyaan untuk setiap sampel yang diajukan
terhadap Produk Butter Cake dengan Penambahan Tepung Talas sebagai berikut :
No Aspek Penelitian Skala Hedonik Kode Sampel
F1 F2 F3
1 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
warna dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
2 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
tekstur dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
3 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
aroma dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
4 Bagaimana tingkat
kesukaan anda terhadap
rasa dari Butter Cake
dengan Penambahan
Tepung Talas ?
Sangat Suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
LAMPIRAN 1
81
REKAPITULASI HASIL JAWABAN DATA KUESIONER
UJI HEDONIK WARNA
Panelis F1 F2 F3
1. 4 4 3
2. 4 4 4
3. 4 4 4
4. 4 3 4
5. 4 4 5
6. 4 4 4
7. 5 5 4
8. 4 4 3
9. 4 4 4
10. 5 5 5
11. 5 3 3
12. 4 4 4
13. 5 4 4
14. 3 2 3
15. 4 5 4
16. 4 3 4
17. 3 3 2
18. 4 4 4
19. 3 4 2
20. 5 4 3
21. 4 4 3
22. 5 4 4
23. 4 4 5
24. 4 4 4
25. 4 4 4
LAMPIRAN 2
82
UJI HEDONIK TEKSTUR
Panelis F1 F2 F3
1. 4 4 5
2. 3 4 4
3. 4 4 4
4. 5 4 4
5. 5 4 4
6. 5 3 3
7. 2 4 2
8. 5 5 5
9. 5 4 3
10. 4 4 4
11. 4 4 5
12. 4 2 2
13. 5 4 3
14. 4 4 4
15. 4 3 3
16. 4 4 5
17. 4 3 3
18. 5 4 3
19. 5 5 5
20. 4 4 4
21. 4 4 4
22. 4 3 3
23. 4 4 4
24. 5 4 4
25. 5 4 4
83
UJI HEDONIK AROMA
Panelis F1 F2 F3
1. 5 4 4
2. 5 4 4
3. 4 4 4
4. 4 3 3
5. 5 4 5
6. 4 4 4
7. 5 5 5
8. 4 3 3
9. 4 4 4
10. 5 5 5
11. 5 5 5
12. 4 4 4
13. 4 4 5
14. 3 2 2
15. 5 4 4
16. 3 3 4
17. 5 5 5
18. 4 4 4
19. 4 5 4
20. 5 4 4
21. 4 3 4
22. 5 4 3
23. 5 4 4
24. 4 4 5
25. 5 4 4
84
UJI HEDONIK RASA
Panelis F1 F2 F3
1. 5 4 3
2. 5 5 4
3. 3 4 4
4. 3 4 4
5. 4 5 5
6. 4 4 4
7. 5 5 5
8. 5 4 4
9. 4 4 3
10. 5 5 5
11. 4 4 4
12. 3 3 4
13. 5 4 4
14. 3 3 2
15. 3 4 5
16. 4 4 3
17. 5 4 5
18. 4 4 4
19. 4 4 2
20. 5 4 4
21. 4 5 5
22. 4 4 3
23. 5 4 4
24. 4 4 4
25. 4 5 5
85
FOTO-FOTO PENYEBARAN KUESIONER
LAMPIRAN 3
86
CURRICULUM VITAE
Nama : Damayanti
Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 23 Juni 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Daim
Nama Ibu : Trismaryanti
Alamat : Jl. Al-Falah RT.38 No.23 Kel. Baru Ilir
Kec. Balikpapan Barat
Email : [email protected]
Latar Belakang Pendidikan
1. SD Negeri 018 Balikpapan Barat, Alumni 2008.
2. SMP Negeri 9 Balikpapan, Alumni 2011.
3. SMA Negeri 8 Balikpapan, Alumni 2014.
Pengalaman
1. Uji Kompetensi sebagai Commis Chef (2017).
2. Pelatihan Kerja produk Makanan dan Minuman di Hotel Le Grandeur
Balikpapan (Juni - Desember 2016).