Upload
anom-indraswara
View
63
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedqh orto
Citation preview
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Refarat
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Pembimbing : dr. Andre Sihombing, Sp.OT
Oleh : Aquilando David Mario Simatupang ( 04-115 )
KEPANITERAAN ILMU BEDAH
PERIODE 19 DESEMBER 2011 – 21 JANUARI 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2012
1 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
DAFTAR ISI
Pendahuluan .................................................................................................... 1
Anatomi Panggul .................................................................................................... 2
. Articulatio .................................................................................................... 3
. Ligament .................................................................................................... 3
. Batas .................................................................................................... 4
. Perdarahan .................................................................................................... 4
. Persyarafan .................................................................................................... 5
. Gerakan .................................................................................................... 5
Epidemiologi .................................................................................................... 5
Jenis Dislokasi .................................................................................................... 6
. Kongenital .................................................................................................... 6
. Etiologi dan Patogenesis ................................................................ 6
. Gambaran Klinik ................................................................ 7
. Radiologi ................................................................ 8
. Treatment ................................................................ 9
. Trauma .................................................................................................... 11
. Dislokasi Posterior .................................................................................................... 11
. Mekanisme ................................................................ 11
. Gambaran Klinis ................................................................ 12
. Klasifikasi ................................................................ 12
. Radiologi ................................................................ 13
. Terapi ................................................................ 13
. Komplikasi ................................................................ 14
2 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
. Dislokasi Anterior .................................................................................................... 16
. Mekanisme ............................................................... 16
. Gambaran Klinis ................................................................ 16
. Klasifikasi ................................................................ 16
. Radiologi ................................................................ 17
. Terapi ................................................................ 17
. Komplikasi ................................................................ 17
. Dislokasi Sentral ..................................................................................................... 18
. Mekanisme ................................................................. 18
. Gambaran Klinis ................................................................ 18
. Radiologi ................................................................. 18
. Terapi .................................................................. 18
. Komplikasi .................................................................. 18
Kesimpulan .................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 20
3 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
PENDAHULUAN
Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi. Cedera
ini dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui batas normal anatomisnya.
Pindahnya ujung tulang yang incomplete disebut dislokasi tidak sempurna atau subluxation.
Karena fungsi ligament adalah juga untuk mencegah perpindahan atau pergerakan sendi yang
abnormal,semua sprains menghasilkan beberapa derajat subluxation. Dislokasi yang komplit,
atau luxation, terjadi saat ada pemisahan yang komplit dari ujung tulang.
Dislokasi pinggul traumatik hampir selalu disebabkan oleh trauma berenergi
tinggi. Adanya cedera dislokasi menandakan bahwa ada gaya yang mencapai 90 pound atau
bahkan lebih pada mekanisme traumatik atau adanya patologi yang mendasari yang
menyebabkan ketidakstabilan sendi. Penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman
lebih memiliki resiko mengalaminya. Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah
pada cedera dashboard, yaitu terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati posterior
acetabular rim saat lutut yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada
kecelakaan. Selain oleh dashboard,dikatakan juga bahwa cedera ini bisa terjadi saat
mekanisme mengerem.Dislokasi anterior dihasilkan dari rotasi eksternal dan abduksi
panggul. Kasus dislokasi posterior mendekati 90% kasus, sementara dislokasi anterior hanya
10%. Cedera nervus sciatic mungkin terjadi pada 10-20% kasus dan lebih dari setengah
pasien juga mengalami fraktur lain.
Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik, nampak dengan
pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi pinggul, adduksi, dan rotasi
internal. Adanya caput femoris kadang-kadang dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal
ini dapat diandalkan pada pasien dengan dislokasi pinggul sederhana, kehadiran patah tulang
pada femur ipsilateral atau pelvis dapat secara dramatis mengubah posisi pasien yang
ditunjukan pasien. Meskipun jarang, dislokasi pinggul bisa menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti avaskular necrosis caput femoris, kelumpuhan nervus sciatic sementara
atau permanen, myositis ossificans dan arthrosis degeneratif posttraumatik. Dislokasi pinggul
posterior meregangkan dan memelintir arteri iliac external, femoris comunis, dan circumflex
sehingga terjadi perubahan aliran darah extraosseous. Meskipun sirkulasi kontralateral dari
pembuluh gluteal mungkin mempertahankan aliran darah intraosseous, relokasi yang tertunda
mungkin menghasilkan kerusakan arteri yang progresif dan tertunda yang bisa menjadi
osteonecrosis.
4 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Anatomi panggul
Pada vertebrata anatomi , pinggul (atau "coxa" dalam istilah medis) mengacu ke
wilayah anatomis atau sendi.
Wilayah pinggul terletak lateral yang ke daerah gluteal (yaitu pantat), lebih rendah
daripada krista iliaka , dan melapisi trokanter mayor dari tulang paha , atau "tulang paha".
Pada orang dewasa, tiga dari tulang panggul telah menyatu ke dalam tulang pinggul yang
merupakan bagian dari daerah pinggul.
Sendi pinggul, ilmiah disebut sebagai sendi acetabulofemoral (pasal coxae), adalah
gabungan antara femur dan acetabulum dari panggul dan fungsi utamanya adalah untuk
mendukung berat tubuh di kedua statis (misalnya berdiri) dan dinamis ( misalnya berjalan
atau berlari) postur. Sendi pinggul adalah bagian paling penting dalam mempertahankan
keseimbangan. Para sudut kemiringan panggul , yang merupakan elemen paling penting dari
postur tubuh manusia, disesuaikan pada pinggul.
Sendi pinggul terletak dimana tulang paha (femur) memenuhi tulang panggul. Ini
adalah "bola dan soket" bersama. Ujung atas femur dibentuk menjadi bola bulat ("kepala"
dari femur). Sebuah rongga di tulang panggul membentuk soket (acetabulum). Bola biasanya
diadakan di soket dengan ligamen yang sangat kuat yang membentuk lengan lengkap sekitar
sendi (kapsul sendi). Kapsul ini memiliki lapisan halus (sinovium). Kepala femur ditutupi
dengan lapisan tulang rawan halus yang merupakan substansi, cukup lembut putih sekitar 1 /
8 inci tebal. Soket ini juga dilapisi dengan kartilago (juga sekitar 1 / 8 inci tebal). Tulang
rawan sendi bantal, dan memungkinkan tulang untuk bergerak satu sama lain dengan sangat
sedikit gesekan. Sebuah x-ray dari sendi panggul biasanya menunjukkan sebuah "ruang"
antara bola dan soket karena tulang rawan tidak muncul pada x-ray. Dalam pinggul normal,
ini "ruang bersama" adalah sekitar 1 / 4 inci lebar dan cukup bahkan di garis.
5 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Articulatio
Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere
dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan
sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan dibagian bawah membentuk takik disebut
incisura acetabuli. Rongga acetabulum diperdalam dengan adanya fibrocartilago dibagian
pinggrinya yang disebut sebagai labrum acetabuli. Labrum ini menghubungkan incisura
acetabuli dan disini dikenal sebagai ligamentum transversum acetabuli. Persendian ini
dibungkus oleh capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.
Ligament
Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah ligamentum yang
kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral yang melekat pada SIAI dan pinggiran
acetabulum serta pada linea intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah
ekstensi yang berlebihan sewaktu berdiri .
Di bawah simpai tadi diperkuat oleh ligamentum pubofemoral yang berbentuk
segitiga. Dasar ligamentum melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat
dibawah pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini membatasi gerakan
ekstensi dan abduksi.
6 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Di belakang simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk
spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli. Ligamentum ini mencegah
terjadinya hieprekstensi dengan cara memutar caput femoris ke arah medial ke dalam
acetabulum sewaktu diadakan ekstensi pada articulatio coxae.
Ligamentum teres femoris berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat
melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui dasarnya pada
ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi
dan dibungkus membrana sinovial.
Batas batas articulatio coxae
Anterior : M. Iliopsoas, m.pectineus, m. rectus femoris. M. Iliopsoas dan m.pectineus
memisahkan a.v. femoralis dari sendi.
Posterior : M.obturatorius internus, mm.gemelli, dan m.quadratus femoris memisahkan
sendi dari n.ischiadicus.
Superior : Musculus piriformis dan musculus gluteus minimus
Inferior : Tendo m.obturatorius externus
Perdarahan
Cabang cabang arteria circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexia femoris medialis
dan arteri untuk caput femoris, cabang arteria obturatoria.
7 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Persyarafan
Nervus femoralis (cabang ke m.rectus femoris, nervus obturatorius (bagian anterior) nervus
ischiadicus (saraf ke musculus quadratus femoris), dan nervus gluteus superior.
Gerakan
· Fleksi dilakukan oleh m. Iliopsoas, m. Rectus femoris, m.sartorius, mdan juga
mm. Adductores.
· Ekstensi dilakukan oleh m. Gluteus maximus dan otot otot hamstring
· Abduksi dilakukan oleh m. Gluteus medius dan minimus, dan dibantu oleh m.
Sartorius, m.tensor fascia latae dan m. Piriformis
· Adduksi dilakukan oleh musculus adductor longus dan musculus adductor brevis
serta serabut serabut adductor dari m adductor magnus. Otot otot ini dibantu oleh
musculus pectineus dan m.gracilis.
· Rotasi lateral
· Rotasi medial
· Circumduksi merupakan kombinasi dari gerakan gerakan diatas.
Epidemiology
Dislokasi pinggul posterior lebih sering ditemukan dibanding dislokasi pinggul
anterior yaitu sekitar 90 % dari semua jenis dislokasi hips. Frekuensi menurun dengan
dipakainya sabuk pengaman ketika berkendaraan. Anterior dan central dislokasi terjadi
sekitar 10% dari seluruh dislokasi hips.
Insidensi congenital hip dislocations kira kira 1 dari 500 populasi. Data penelitian
menyebutkan bahwa prevalensi congenital hip dislocation kira kira 587.310 kasus.
8 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Jenis Jenis Dislokasi Pinggul
Kongenital Hip Dislocation
Merupakan suatu fase ketidakstabilan sendi panggul pada bayi baru lahir. Dalam
keadaan normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi.
Insidensi ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000kelahiran hidup, namun biasanya
pinggul menjadi stabil secara spontan dan dengan pemeriksaan ulang 3 minggu
setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per 1000 kelahiran hidup.
Etiologi dan patogenesis
faktor genetik
faktor hormonal yaitu tingginya akdar esterogen,proesteron, dan relaks ain pada ibu
dalam beberapa minggu terakhir kehamilan dapat memperlonggar ligamentum pada
bayi.
Malposisi intrauterin (terutama posisi bokong dengan kaki yang ekstensi) dapat
mempermudah terjadinya dislokasi hal ini berhubungan dengan lebih tingginya
insisdensi pada bayi yang merupakan anak sulung dimana versi spontan lebih sedikit
kemungkinan untuk terjadi. Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri
ini sesuai dengan posisi verteks biasa (oksiput anterior kiri) dimana pinggul kiri agak
beradduksi.
9 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Faktor pasca kelahiran
Gambaran klinis
Asimetri pada lipatan lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi
panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah :
1. Uji Ortolani
Pada pemeriksaan ini ibu jari pemeriksa memegang paha bayi bagian medial dan
jari lainnya pada trochanter mayor. Sendi panggul difleksikan 90 derajat
kemudian di abduksi secara hati hati. Pada bayi normal abduksi dpat sebesar 65-
80 derajat dapat dengan mudah dilakukan, dan bila abduksi kurang dari 60
derajat maka harus dicurigai adanya dislokasi panggul bawaan dan kemudian
jika trochanter mayor ditekan terdengar bunyi klik maka hal ini menandakan
adanya reduksi dislokasi dan kemudian pinggul berabduksi sepenuhnya dan
disebut uji ortolani +. Jika abduksi berhenti ditengah jalan dan tidak ada
sentakan ke dalam, mungkin adanya suatu dislokasi yang tidak dapat direduksi.
2. Uji Barlow
Dilakukan dengan cara yang sama, tetapi disini ibu jari pemeriksa ditempatkan
pada lipatan paha dan, dengan memegang paha bagian atas, diusahakan
mengungkit kaput femoris ke dalam dan keluar asetabulum baik dalam keadaan
abduksi dan adduksi. Bila caput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya
(asetabulum) dan dimasukkan kembali disebut dislocatable/unstable of the hip.
10 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
3. Tanda Galeazzi
Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam
keadaan fleksi 90 derajat serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bwah dengan ibu jari depan.
Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi
panggul bawaan maka tungkai yang mengalami dislokasi,lututnya akan terlihat
lebih rendah dan disebut tanda galeazy .
Radiologis
Ada gambaran radiografi spesifik dalam congenital hip dislocation. Dalam CHD, ada
hubungan abnormal antara caput femoral dan acetabulum, tetapi masih ada kontak antara
keduanya. CHD di sisi lain, tidak terjadi kontak antara caput femur dengan tulang rawan
acetabular.
Sayangnya caput femoris dan acetabulum pada bayi baru lahir tidak dpat dinilai
dengan visualisasi langsung, karena caput femur beluk mengalami ossifikasi dan merupakan
tulang rawan tubuh yang tidak divisualisasikan pada sinar x ray.
Pusat ossifikasi untuk caput femoris umumnya muncul antara
tiga dan enam bulan.Leher femur digunakanuntuk memastikan hubungan antara acetabulum d
an kepala femoralis sampai pusat ossifikasi muncul. Pengukuran digunakan
untuk mengevaluasi hubungan caputfemoral dan acetabulum termask garis Hilgenreiner, inde
ks acetabular, garis Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard.
11 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Garis Hilgenreiner atau Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari
tulang rawan triradiate. Pada bayi normal, jarak diwakili oleh garis (ab) tegak lurus terhadap
garis-Y pada titik paling proksimal dari leher femoralis harus sama pada kedua sisi panggul,
sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) yang ditarikbertepatan dengan garis-Y
medial ke lantai acetabular. Pada usia bayi enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata untuk
jarak (ab) telah bertekad untuk menjadi 19,3 mm + / - 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + /
- 1,4 mm. Indeks acetabular adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap
acetabular dari titik (c) di lantai acetabular di garis-Y. Nilai normal sudut ini berkisar dari 25
derajat hingga 29 derajat. Garis Shenton-Menard adalah garis yang ditarik melalui aspek
medial leher femoralis di perbatasan superior foramen obturatorius.
Garis Perkins-Ombredanne adalah garis yang ditarik tegak lurus dengan garis-
Y, melalui tepi palinglateral tulang rawan acetabular,yang sebenarnya sesuai dengan SIAI
pada bayi baru lahir, aspek medial leher femoralis harusnya berada pada lower inner quadran
. Munculnya salah satu dari struktur di luar kuadran tersebut menunjukkan subluksasi
atau dislokasi pinggul.
Treatment
3-6 bulan pertama
Jika uji ortolani dan barlow positif, harus dicurigai dan dirawat dengan
popok dobel atau bantal abduksi selama 6 minggu. Pada stadium ini diuji lagi,
bayi yang pinggulnya stabil dbiarkan bebas tetapi tetap dalam pengawasan
setidaknya dalam 6 bulan pertama, jika tetap dalam ketidakstabilan maka
dilakukan pembebatan abduksi yang lebih formal setidaknya selama 6 bulan,
sampai rontgen sinar X memperlihatkan bahwa atap asetabulum berkembang
dengan baik (biasanya 3-6 bulan). Karna 80-90% pinggul yang tak stabil pada
saat kelahiran akan stabil secara spontan dalam 3 minggu, maka pembebatan
tidak perlu segera dilakukan kecuali dislokasi sudah jelas terjadi. Jika setelah 3
minggu dislokasi masih terjadi maka pembebatan abduksi dilakukan. Kalau
pinggul sudah mengalami dislokasi pada pengujian pertama dengan hati hati
pinggul ditempatkan dalam posisi reduksi dan pembebatan abduksi dilakukan.
Reduksi dipertahankan jika pinggul stabil, dan pembebtana sebaiknya
12 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
dipertahankan hingga sinar-X memperlihatkan suatu atap asetabulum yang
baik.
Tujuan pembebatan adalah mempertahankan pinggul agar berfleksi
dan berabduksi. Untuk bayi yang baru lahir , popok dobel atau bantal abduksi
cukup memadai. Bebat van rosen adalah bebat suatu bebat lunak berbentuk H
yang bermanfaat karna mudah digunakan. Tiga aturan pembebatan yang
terbaik adalah pinggul harus direduksi sebagaimana mestinya sebelum
dibebat, posisi ekstrim harus dihindari, dan pinggul dapat digerakkan.
Dislokasi yang menetap 6-18 bulan
Jika setelah terapi dini pinggul belum tereduksi dengan sempurna
maka dapat dilakukan reduksi tertutup namun jika diperlukan operasi dan tetap
direduksi hingga perkembangan asetabulum memuaskan.
Reduksi tertutup
Ideal tetapi memiliki resiko rusaknya pasokan darah pada caput
femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk memperkecil resiko ini reduksi
dilakukan berangsur angsur, traksi dilakukan pada kedua kaki, dan berangsur
angsur abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu kaki direntangkan lebar
lebar.
Pembebatan pinggul yang direduksi sitahan dalam spika gips dalam
posisi 60 derajat fleksi, 40 derajat abduksi dan 20 derajat rotasi internal.
Setalah 6 minggu spika digantikan dengan bebat yang menyebabkan abduksi
dan dipertahankan selama 3-6 bulan. Kalau reduksi belum tercapai dilakukan
reduksi terbuka.
Dislokasi menetap 18 bulan – batas umur
Pada umur 18 bulan ke atas reduksi tertutup jarang berhasil, sehingga
dilakukan reduksi terbuka dan melakukan artografi operasi pinggul ditahan
dalam spika gips selama 3 bulan dan kemudian dengan bebat yang
13 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
memungkinkan beberapa pergerakan pinggul selama 1-3 bulan selanjutnya
sambil memriksa dengan sinar x apakah pinggul sudah tereduksi dan
berkembang secara memuaskan.
Dislokasi di atas batas umur
Istilah batas umur menerangkan diatas umur tertentu , reduksi
dislokasi tidaklah bijaksana, jika dilakukan reduksi nekrosis avaskular
meningkat.
Pada penderita dislokasi unilateral batas umurnya adalah 10 tahun. Bila
terdapat dislokasi bilateral, risiko intervensi dengan operasi juga meningkat
karna kegagalan pada satu sisi akan menyebabkan terjadinya deformitas
asimetri, sehingga ahli bedah menghindari oprasi diatas umur 6 tahun kecuali
nyeri atau deformitasnya sangat hebat.
Dislokasi menetap pada orang dewasa
Untuk orang dewasa, yang sudah beradaptasi selama bertahun tahun
pada usia 30-40 an tahun akan merasakan tidak nyaman yang semakin
meningkat akibat dislokasi kongenital yang tidak direduksi berjalan semakin
melelahkan disertai nyeri punggung.
Traumatic Hip Dislocation
Dislokasi Posterior
14 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Mekanisme trauma
Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang
dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
Trauma biasanya terjadi karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan
fleksi dan menabrak dengan keras benda yang ada didepan lutut.
Gambaran Klinis
Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi panggul
teraba dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi. Namun kadang pada
fraktur tulang panjang dapat terlewat.
Klasifikasi
Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation
Type I : Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment
Type II : Dislocation associated with fracture posterior acetabular rim
Type III : Dislocation with a comminuted acetabular rim
Type IV : Dislocation with fracture of the acetabular floor
Type V : Dislocation with fracture of the femoral head (Pipkin Class)
15 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Pipkin Classification of Posterior Hip Dislocation
Type Description
I dislocation with femoral fracture caudal to fovea centralis
II dislocation with femoral fracture cephalad to fovea centralis
III Type I or II + fracture of femoral neck
IV Type I or II + fracture of acetabulum
Stewart-Milford System
Type I : Simple dislocation without fracture
Type II : Dislocation with one or more rim fragments but with sufficient socket to
ensure stability after reduction
Type III : Dislocation with fracture of the rim producing gross instability
Type IV : Dislocation with fracture of the head or neck of the femur
16 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Gambaran radiologis
Pada foto anteroposterior caput femoris terlihat di luar mangkuknya dan diatas
acetabulum, segmen atap acetabulum mungkin caput femoris mungkin telah patah atau
bergeser.
Terapi
Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Padasebagian besar
kasus dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang asisten menahan pelvis, ahli bedah
ortopedi memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90 derajat dan menarik paha keatas
secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat
didislokasi dengan cara menggerakkan secara vertikal pada sendi panggul.
Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan mempertahankannya
selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah nyeri mereda.
Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada fragmen
yang terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar tidak tereduksi dengan
reduksi tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal dan dipertahankan selama 6 minggu
diperlukan.
Pada cedera tipe III umumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika ada
fragmen yang terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi terbuka dan
pemasangan fiksasi interna dan traksi dipertahankan selama 6 minggu.
Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput
femoris dapat tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau ct scan pasca
reduksi. Jika fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi terbuka dengan caput
femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada posisinya dengan sekrup countersunk pasca
operasi traksi dipertahankan selama 4 minggu, dan pembebatan ditunda selama 12 minggu.
Komplikasi
Tahap dini
a. Cedera nervus skiatikus
Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama
awal trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai
17 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
verifikasi sebelum dan sesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya
komplikasi ini. Jika ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini
setelah reposisi maka surgical explorasi untuk mengeluarkan dan
memperbaikinya. Penyembuhan sering membutuhkan waktu lama
beberapa bulan dan untuk sementara itu tungkai harus dihindarkan dari
cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki
terkulai “foot drop”
b. Kerusakan pada Caput Femur
Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur menabrak asetabulum hingga
pecah.
c. Kerusakan pada pembuluh darah
Biasanya pembuluh darah yang mengalami robekan adalah arteri glutea
superior. Kalau keadaan ini dicurigai perlu dilakukan arteriogram.
Pembuluh darah yang robek mungkin perlu dilakukan ligasi.
d. Fraktur diafisis femur
Bila terjadi bersamaan dengan hip dislokasi biasanya terlewatkan.
Kecurigaan adanya dislokasi panggul, bilamana pada fraktur femur
ditemukan posisi fraktur proksimal dalam keadaan adduksi. Pemeriksaan
radiologis sebaiknya dilakukan di atas dan dibawah daerah fraktur.
Tahap lanjut
a. Nekrosis avaskular
Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu sekurang
kurangnya 10% pada dislokasi panggul traumatik, kalau reduksi ditunda
menjadi beberapa jam maka angkanya meningkat manjadi 40%. Nekrosis
avaskular terlihat dalam pemeriksaan sinar x sebagai peningkatan
kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang
kurangnya selama 6 minggu, bahkan ada yang 2 tahun dan pada
pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fragmentasi ataupun sklerosis.
18 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
b. Miositis osifikans
Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya
cedera. Tetapi gerakan tak boleh dipaksakan dan pada cedera yang berat
masa istirahat dan pembebanan mungkin perlu diperpanjang
c. Dislokasi yang tidak dapat direduksi
Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama sehingga sulit dimanipulasi
dengan reduksi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Dengan seperti
ini insidensi kekakuan dan nekrosis avaskular sangat meningkat dan
dikemudian hari pembedahan reksontruktif diperlukan
d. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh kerusakan
kartilago saat dislokasi, adanya fragmen yang tertahan dalam sendi, atau
nekrosis iskemik pada caput femoris.
Dislokasi Anterior
Dislokasi ini lebih jarang terjadi dibandingkan dislokasi posterior. Penyebab
utamanya adalah kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan penerbangan. Pada dislokasi anterior
caput femoris ada pada bagian anterior (bagian depan) dari acetabulum. Terjadi dislokasi dari
caput femoris dalam hal ini dikarenakan hyperekstensi berlebihan dan abduksi dari kaki.
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian atau
trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang
dipaksakan, leher femur menabrak asetabulum dan terjungkir keluar melalui robekan pada
kapsul anterior. Bila sendi panggul dalam keadaan fleksi maka akan terjadi dislokasi tipe
obturator (inferior) dan jika sendi panggul dalam posisi ekstensi akan terjadi dislokasi tipe
pubik atau iliaka (superior).
Gambaran klinis
Kaki berada dalam posisi external rotasi, abduksi dan sedikit fleksi. Tidak terjadi
pemendekan kaki, dikarenakan perlekatan rectus femoris mencegah pemendekan caput
19 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
bergerser ke atas. Jika dilihat dari samping tonjolan anterior pada caput yang berdislokasi
sangat jelas. Caput yang menonjol mudah diraba dan gerakan pinggul tak dapat dilakukan.
Klasifikasi
Epstein Classification of Anterior Hip Dislocation
Type I Superior dislocations, including pubic and subspinous
· IA No associated fractures
· IB Associated fracture or impaction of the femoral head
· IC Associated fracture of the acetabulum
Type II Inferior dislocations, including obturator, and perineal
· IIA No associated fractures
· IIB Associated fracture or impaction of the femoral head
· IIC Associated fracture of the acetabulum
Klasifikasi ini menetukan prognostic dimana yang berkaitan dengan acetabulum atau caput
femoris memliki prognostic lebih buruk dibanding yang lainnya.
Inferior (obturator) dislocation
Inferior anterior dislocation hip berhubungan dengan abduksi paksa, external rotasi,
dan flexi pada pinggul. Pada kasus ini, caput femoral keluar melalui capsul anterior dibawah
ligamentum pubofemoralis. Inferior dislokasi mudah dikenali dari gambaran radiography
oleh posisi caput femoris diatas foramen obturator dan posisi femur abduksi dan external
fiksasi.
Superior (pubic atau iliaka) dislocation
Superior anterior hip dislocation jarang terjadi, dengan prevalensi kurang dari 10%.
Kasus ini berhubungan dengan abduksi paksa, rotasi external, dan extensi femur. Ruptur dari
caput femoralis melalui capsul anterior diantara ligamentum ileofemoral dan dan
pubofemoral dengan menarik SIAI. Dislokasi superior biasanya menjalar hingga dislokasi
pubic.
20 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Gambaran radiologis hampir mirip dengan dislokasinposteruor pada posisi anteroposterior.
Keadaan yang membedakannya adalah letak trochanter yang lebih rendah. Pada superior
anterior dislocation pinggul pada keadaan external rotasi dan letak trochanter yang lebih
rendah sangat menonjol sedang pada dislokasi posterior femur dalam keadaan rotasi interna
dan letak trochanter yang lebih rendah tidaklah menonjol.
Gambaran radiologis
Pada foto anteroposterior biasanya jelas, namun tak jarang caput hampir berada di
depan posisi normalnya, dan diperjelas dengan posisi lateral.
Terapi dan komplikasi
Manuver yang digunakan hampir sama yang digunakan untuk mereduksi dislokasi
posterior, kecuali bahwa sewaktu paha yang di fleksikan ditarik ke atas, paha harus
diadduksi. Komplikasi satu satunya adalah nekrosis avaskular.
Dislokasi Sentral
Mekanisme trauma
Terjadi apabila caput femur terdorong ke medial asetabulum pada rongga panggul
kapsul tetap utuh. Fraktur asetabulum terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau
jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau suatu tekanan yang melalui femur dimana panggul
dalam keadaan adduksi.
Gambaran klinis
Didapatkan perdarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi
posisi tetap normal. Nyeri pada daerah trokanter. Gerakan sendi panggul sangat terbatas.
Radiologis
21 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
Adanya pergeseran dari caput femur menembus panggul.
Terapi
Diusahakan untuk mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke
bentuk normalnya. Pada fraktur asetabulum dengan penonjolan caput femur ke dalam
panggul, maka dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang selama 4-6 minggu. Pada
fraktur dimana caput femur tembus ke dalam asetabulum, sebaikinya dilakukan traksi pada 2
komponene yaitu komponene longitudinal dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu
diperbolehkan untuk berjalan dengan menggunakan penopang berat badan.
Komplikasi
Pada tahap dini seperti fraktur lainnya mungkin terjadi cedera viseral ataupun syok.
Pada tahap lebih lanjut kekakuan sendi dengan atau tanpa osteoartritis sering terjadi.
KESIMPULAN
1. Articulatio coxae adalah persendian antara caput femoris yang berbentuk hemisphere
dan acetabulum os coxae yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”.
2. Articulatio coxae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum ligamentum yang
mempertahankan articulation ini pada tempatnya
3. Dislokasi pinggul dapat dibagi menjadi dislokasi pinggul kongenital, dislokasi
posterior,dislokasi anterior dan dislokasi pusat.
4. CHD dapat diketahui dengan berbagai uji pada bayi baru lahir yaitu uji ortolani,
barlow dan tanda galeazzi, selain itu juga dengan pemendekan sebelah kaki,
kemudian asimetris lipat paha, dan terbatasnya abduksi atau fleksi panggul.
5. Pada pemeriksaan radiologis adad beberapa tanda pendukung diagnosis CHD yaitu
garis Hilgenreiner, indeks acetabular, garis Perkin-Ombredanne, line Shenton-Menard
22 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
6. Penatalaksanaan CHD dapat dibagi berdasarkan umur pasien
7. Dislokasi posterior dapat terjadi pada 90% dislokasi pinggul
8. Mekanisme trauma dapat menentukan jenis dislokasi pinggul yang terjadi
9. Penegakan diagnosis dislokasi posterior dari gejala klinis mudah ditegakkan, kaki
pendek, dan sendi panggul teraba dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal
dan fleksi
10. Dislokasi posterior dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi namun yang terutama
digunakan dan juga sebagai patokan penatalaksanaan adalah klasifikasi berdasarkan
Thompson-Epstein
11. Komplikasi dapat dibagi menjadi tahap dini yaitu Cedera nervus skiatikus, Kerusakan
pada Caput Femur, Kerusakan pada pembuluh darah, Fraktur diafisis femur,
sedangkan tahap lanjut yaitu Nekrosis avaskular, Miositis osifikans, Dislokasi yang
tidak dapat direduksi, Osteoartritis
12. Dislokasi anterior berdarakan gejala klinis yaitu external rotasi, abduksi dan sedikit
fleksi serta tidak terjadi pemendekan kaki
13. Dislokasi anterior dapat dibagi menjadi dislokasi anterior superior atau inferior
berdarakan keadaan pinggul fleksi atau ekstensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, Graham dan Louis Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Appley. Jakarta : Widya Medika.
2. Moore, Keith L dan Anne M. R. Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC.
3. Pate, Deborah. 1991. Congenital Hip. Dislocation. Mei 1991.
http://emedicine.medscape.com
23 | P a g e
Penanganan Dislokasi Sendi Panggul
4. Rasjad, Chairrudin. 2002. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampone
5. Snell, Richard S.2006. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC.
6. Howard, 1992. Synopsis of orthopaedics. New York : Thieme Medical Publishers,Inc.
7. Salter R B. 1981. The musculoskeletal system. London : Williams & Wilkins
24 | P a g e