5
A. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa Obat-obatan untuk pengobatan TB paru disebut sebagai OAT (Obat Anti Tuberkulosis). OAT sendiri dibagi menjadi dua, yaitu : a. Lini Pertama Contoh obat lini pertama seperti isoniazid (H), rifampisin, (R), etambutol (E), pirazinamid (Z), danstreptomisin. b. Lini Kedua Contoh obat lini kedua adalah obat-obatan seperti, antibiotic golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin, kanamisin, kapreomisin dan paraaminosalisilat (Istiantoro & Setiabudy, 2009). Pengobatan TB paru juga didasarkanpadakategorinya, yaitu : a. Kategori I 2HRZE/4H3R3 Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan tersebut, isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol selama dua bulan pertama, OAT diberikan sehari satu kali. b. Kategori II 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan seperti kategori I, akan tetapi ditambah injeksi streptomisin (Kemenkes, 2009).

Penatalaksanaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tatalaksana tuberkulosis

Citation preview

Page 1: Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Obat-obatan untuk pengobatan TB paru disebut sebagai OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

OAT sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Lini Pertama

Contoh obat lini pertama seperti isoniazid (H), rifampisin, (R), etambutol (E),

pirazinamid (Z), danstreptomisin.

b. Lini Kedua

Contoh obat lini kedua adalah obat-obatan seperti, antibiotic golongan fluorokuinolon

(siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin,

kanamisin, kapreomisin dan paraaminosalisilat (Istiantoro & Setiabudy, 2009).

Pengobatan TB paru juga didasarkanpadakategorinya, yaitu :

a. Kategori I

2HRZE/4H3R3

Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan tersebut, isoniazid, rifampisin,

pirazinamid dan etambutol selama dua bulan pertama, OAT diberikan sehari satu kali.

b. Kategori II

2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan seperti kategori I, akan tetapi ditambah

injeksi streptomisin (Kemenkes, 2009).

Pengobatan TB paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa obat, dengan jumlah tepat

dan dosis yang tepat.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien meminum obat maka diterapkan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment) yang dilakukan oleh seorang PMO

(PengawasMenelanObat).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan.

Tahap intensif diberikan dalam jangka waktu 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan

diberikan dalam 4 bulan berikutnya (Kemenkes, 2009).

Page 2: Penatalaksanaan

Tabel 4. Ringkasan paduan obat 

Kategori

Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan

I - TB paru BTA +,

  BTA - , lesi luas       

 

2 RHZE / 4 RH atau

2 RHZE / 6 HE

*2RHZE / 4R3H3

 

II - Kambuh

- Gagal pengobatan

-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE

-3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE

Bila streptomisin alergi, dapat diganti kanamisin

II - TB paru putus berobat

Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau

*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

 

III -TB paru BTA neg. lesi minimal

 

2 RHZE / 4 RH atau

6 RHE atau

*2RHZE /4 R3H3

 

IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

 

IV - MDR TB

 

Sesuai uji resistensi + OAT   lini 2 atau H seumur hidup

 

Catatan : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB

Sekarang, penggunaan obat yang terpisah kurang dianjurkan. Selain obat menjadi

banyak, pasien juga akan menjadi malas untuk meminum obat dalam jumlah yang

banyak. Maka dari itu, WHO dan IUATLD merekomendasikan untuk memberikan pasien

dengan OAT-KDT (KombinasiDosisTetap). OAT-KDT adalah satu obat yang

Page 3: Penatalaksanaan

mengandung beberapa jenis obat. Jadi, dalam 1 OAT-KDT terkandung isoniazid (75 mg),

rifampisin (150 mg), pirazinamid (400 mg) dan etambutol (275 mg). Penggunaan OAT-

KDT ini mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat, walaupun

memiliki kelemahan seperti dosis yang kurang tepat, karena hanya berpatokan pada berat

badan pasien (Kemenkes, 2009). Adapaun panduan pemberian jumlah OAT-KDT

sebagai berikut :

BeratBadan (kg) Jumlah OAT-KDT

30-37 2 tablet KDT

38-54 3 tablet KDT

55-70 4 tablet KDT

>71 5 tablet KDT

2. Non-medikamentosa

a. Pasien harus mengenakan masker untuk pencegahan penularan ke orang lain.

b. Pasien harus patuh dalam meminum obat.

c. Mengisolasi pasien dalam ruang tersendiri, agar penularan dapat diminimalisir.

d. Menjaga atau memperbaiki imunitas tubuh dengan cara memakan makanan yang

bergizi serta berolahraga yang teratur.

e. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, terutama dalam hal ventilasi, kelembaban

dan kecukupan cahaya yang masuk ke dalam rumah (Alsagaff & Mukty, 2008).

B. Prognosis

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad sanam : Dubia Ad bonam

Ad fungsionam : Dubia Ad bonam

Kementerian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :

Kementeriam Kesehatan Republik Indonesia.

Page 4: Penatalaksanaan

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 334 hal.