Upload
rizky-aditya-dewandaru
View
216
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH AMDAL
“PENCEMARAN AIR’’
OLEH :CLAUDIA GITA ANJANI
RIZKY ADITYA DEWANDARU
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI KONSTRUKSI GEDUNG
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2016
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, Maret 2015
2
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran yang ada di Indonesia dan
limbah sektor perindustrian merupakan sumber pencemaran air yang dominan.
Disamping sektor perindustrian, pencemaran air ini juga ditimbulkan di sektor-sektor
yang lain seperti pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Akibat dari
pencemaran air tersebut adalah menurunnya kadar kualitas air yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Pencemaran air terjadi karena ada sebagian pabrik yang
tidak memperdulikan bahan sisa proses produksi yang berupa limbah untuk diolah
secara sempurna pada Unit Pengelolaan Limbah (UPL), sehingga bahan buangan
masih mengandung senyawa yang bersifat toksik (senyawa beracun) dan penyebab
kematian.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan yang menimbulkan pencemaran tersebut langsung
berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan
tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah.
Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah,
sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran memiliki dampak secara langsung
bagi kesehatan misalnya keracunan (diare,muntah) dan memiliki efek tidak langsung
(efek jangka panjang) bagi kesehatan misalnya kanker. Alam memiliki kemampuan
sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki
keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemaran akan berada di alam
secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia,
material,hewan, tumbuhan dan ekosistem.
1.2 Rumusan Masalah
3
Adapun Rumusan Masalah yang dikemukakan oleh penulis dalam penulisan
ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengn pencemaran air?
2. Apa saja penyebab dan akibat pencemaran air?
3. Apa saja usaha mengatasi pencemaran air bagi kehidupan manusia?
4. Bagaimanakah cara pengolahan air buangan untuk mengatasi pencemaran?
2.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pencemaran air
2. Mengetahui penyebab dan akibat pencemaran air
3. Mengetahui usaha mengatasi pencemaran air bagi kehidupan manusia
4. Mengetahiu proses pengolahan air buangan untuk mengatasi pencemaran
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang
Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup,
zat, energi dan komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitaas air menurun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi
lagi peruntukannya (pasal 1).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan / peruntukannya digolongkan
menjadi :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pertanian,dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik
negara.
2.1 Penyebab dan Akibat dari Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan vital bagi seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia. Untuk dapat dikonsumsi air harus memenuhi syarat fisik, kimia maupun
biologis. Secara fisik air layak dikonsumsi jika tidak berbau, berasa, maupun tidak
berwarna. Di samping itu air tidak boleh mengandung racun maupun zatzat kimia
5
berbahaya (syarat kimia), dan tidak mengandung bakteri, protozoa ataupun
kumankuman penyakit. Oleh karena itu kebersihan dan terbebasnya air dari polutan
menjadi hal yang sangat penting.
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan
danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan
tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini
menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh
hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati,
dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan
mati, dan aktivitas bakteri menurun.
2.2 Akibat dari Pencemaran Air
Akibat yang akan ditimbulkan dari pencemaran air adalah sebagai berikut:
1.Dapat menyebabkan banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya
disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai
akibat curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut.
Banjir adalah hal yang rutin.Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya
merupakan fenomenakejadian alam “biasa” yang sering terjadi dan dihadapi
hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.Banjir sudah
temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
2. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin,air atau es, karakteristik hujan,
creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh
makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-
6
erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana
merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi
maupun fisik, atau gabungan keduanya. Dampak dari erosi adalah menipisnya
lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya
kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan
meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di
sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat
tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga
akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan
baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang
lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat
menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem
dan kehilangan air secara serentak.
3. Menimbulkan Bebagai Penyakit
Limbah dari sisa detergen dan pestisida (misalnya DDT) dapat merangsang
pertumbuhan kanker (bersifat karsinogen), menyebabkan gangguan ginjal,
dan gangguan kelahiran. DDT (Dikloro Difenil Trikloretana) bersifat
nonbiodegradabel (tidak dapat terurai secara alamiah), karena itu jika
dipergunakan dalam pemberantasan hama DDT akan mengalami perpindahan
melalui rantai makanan, akhirnya tertimbun dalam tubuh konsumen terakhir.
Makin tinggi tingkat trofi makin pekat kadar zat pencemarnya. Hal ini disebut
biomagnifiation (pemekatan hayati).
Senyawa nitrat dan pospat yang terkandung dalam pupuk apabila terbawa air
dan terkumpul di suatu perairan (misalnya danau, waduk) dapat menimbulkan
eutrofikasi, yaitu terkonsentrasinya mineral di suatu perairan. Hal ini akan
merangsang pertumbuhan dengan cepat alga dan tumbuhan air seperti enceng
gondok dan sejenisnya sehingga menimbulkan blooming. Jika permukaan air
tertutup oleh tumbuhan air, maka difusi oksigen dan penetrasi cahaya
matahari ke dalam air menjadi terhalang. Sementara tumbuhan air terus-
7
menerus mengambil air dan menguapkannya ke udara, sehingga mempercepat
habisnya cadangan air di tempat tersebut. Alga menjadi kekurangan cahaya,
sehingga laju fotosintesis terganggu.
Makin sedikit kadar oksigen terlarut menyebabkan kematian organisme air.
Pembusukan oleh organisme pengurai juga makin menipiskan kadar oksigen
terlarut. Pengaruh negatif dari eutrofikasi adalah terjadinya perubahan
keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan hewan air, sehingga
beberapa spesies ikan mati. Menurut laporan hasil penelitian, kandungan
nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan gangguan sistem
peredaran darah pada bayi berumur di bawah 3 bulan. Penyakit ini disebut
blue baby syndrome (gejala bayi biru), ditandai dengan warna kebiruan pada
daerah sekitar bibir dan pada beberapa bagian tubuh.
2.3 Studi Kasus
Sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung
mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah
administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan
28 Juta masyarakat, Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di
Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269
km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan
sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross
Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai
Citarum.
Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa barat. Dan sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemanfaatan sungai Citarum
sangat bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenehui kebutuhan rumah
tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan Industri. Dengan perkembangan industri di
Sepanjang DAS citarum dan tidak terkelolanya limbah industri merupakan salah satu
penyebab pencemaran sungai.
Sungai terpanjang di Jawa Barat ini merupakan sumber air minum bagi DKI
Jakarta, Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Bandung, Kota
Bandung, dan Kota Cimahi. Tetapi, fungsi yang pernah disandang Citarum kini
berubah. Hampir di semua lokasi di Bantaran Sungai Citarum ditetapkan dengan
8
status air tercemar berat. Dari empat skala pencemaran (A,B,C, dan D), status
pencemaran sudah mencapai angka paling berat alias "beracun". "Pada penelitian
yang kita lakukan di tahun 2007, status mutu air Citarum berada pada indeks
pencemaran D, yaitu tercemar berat," tutur Setiawan Wangsaatmaja, Kepala Bidang
Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD)
Jabar. Hal tersebut tak dapat dipungkiri, secara fisik pun dapat dilihat kondisi
Citarum yang tercemar. "Dulunya jernih, ini mah karena ada limbah dari pabrik-
pabrik di Majalaya," tutur Sam (25), penduduk Desa Mekarsari, Baleendah. Sungai
yang mempunyai luas seluruhnya 6.080 km2 dan panjang sungai 269 km ini
mempunyai kualitas air berkelas IV, yang hanya dapat dimanfaatkan untuk
pertamanan atau pengairan. "Kalau sudah sampai kelas IV, ya jangan diminum. Air
pada kelas IV hanya boleh dilakukan untuk pertamanan," ucap Setiawan. Dengan
status tercemar berat dan kualitas air yang sangat rendah, Citarum tak dapat lagi
berfungsi sebagai sumber mata air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-
hari. Dari segi kesehatan, cemaran logam berat dapat membahayakan kehidupan
warga yang tinggal di sekitarnya. Dalam pengujian yang dilakukan BPLHD Jabar
sebanyak tiga kali dalam setahun, ditemukan kandungan nitrit (NO2), timbal (Pb),
klorin (Cl), fosfat (PO4), seng (Zn), boron (B), tembaga (Cu), dan sulfat (SO4) yang
melebihi ambang batas. Keracunan nitrit dapat mengakibatkan methemoglobinema
atau penyakit baby blue yang rentan menyerang bayi berumur kurang dari empat
bulan. "Kalau kandungan logam berat, pasti berbahaya untuk makhluk hidup, bisa
berakibat sangat fatal," lanjut Setiawan. Selain itu, ditemukan juga bakteri koli dalam
jumlah besar. Keberadaan bakteri itu menunjukkan air telah tercemar kotoran
makhluk hidup. "Kandungan koli yang paling besar itu dapat menyebabkan sakit
perut," tutur Atih Witartih, Kepala Subdinas Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bandung. Citarum yang mempunyai potensi sebagai
sumber irigasi bagi 300.000 ha tanah pertanian mulai tercemar pada tahun 1986, saat
tumbuh banyak industri di sekitar bantaran Sungai Citarum. "Adanya industri pasti
ada turunannya, seperti adanya permukiman, apartemen, dan segala macam itu pun
semua sebenarnya ikut menyumbang limbah di Sungai Citarum," tutur Setiawan. Tak
hanya itu, perubahan tata guna lahan, erosi, sedimentasi, banjir, pemompaan pada air
tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh pabrik-pabrik juga menjadi satu mata
rantai permasalahan Sungai Citarum. "Pabrik dalam hal ini sangat berperan dalam
mencemari air sungai, bahan kimia yang mereka pakai tidak pernah diketahui kadar
9
idealnya seberapa banyak. Kebanyakan dari mereka, memakai bahan kimia yang
berlebihan," tutur Otto. Dari penelitian yang dilakukan BPLHD, logam berat yang di
kandung oleh Citarum memang berasal dari pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik
nakal, yang menidurkan IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) mereka dan memilih
membuang limbah langsung ke Citarum. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh
pabrik-pabrik. Pengolahan limbah mahal dan memerlukan banyak biaya. "Kalau ada
inspeksi, IPAL mereka hidupkan, kalau tidak, ya dimatikan. Biasanya, malam-malam
mereka buang, ketika secara visual, orang tidak tahu," ucap Setiawan. Bagi pelaku-
pelaku yang terbukti melanggar hukum lingkungan ini tentu saja akan diperkarakan
secara hukum. "Untuk sampai sebuah pidana dalam hukum lingkungan, itu sudah
luar biasa. Karena itu kan perlu bukti-bukti, dan susah untuk mencari bukti-bukti
tersebut," ujar Setiawan. Sebelum sampai pada tahap diajukan ke pengadilan, pabrik
yang terbukti melanggar sebelumnya telah diberikan pengawasan dan pembinaan
(kompas, 2005).
1) Lingkungan Sosial
a) Industri yang berada di sekitar sungai, membuang limbah secara
langsung ke sungai citarum tanpa adanya proses filtrasi terlebih dahulu
(limbah industry). Limbah industry yang dibuang ke sungai mengandung
logam berat sehingga dapat memusnahkan ekosistem yang berada di
sungai citarum.
b) Masyarakat sekitar membuang limbah rumah tangga ke sungai citarum
(limbah domestic). Limbah rumah tangga terbagi kedalam dua kategori
yaitu limbah organic dan anorganik. Bahan buangan organic umumnya
berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan
populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak
tertutup kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat
berkembang pula bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.
Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya
adalah juga bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat.
Umunya buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus
amina, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah
menguap dan berbau busuk.
10
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah
logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam
dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yang
melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As),
Cadmium (Cd), Air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), dan
Magnesium (Mg). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air
bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak
peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi), juga dapat
menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ion-ion logam berasal dari
logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd, ataupun Hg, maka air yang
mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air
tersebut tidak layak minum.
2) Lingkungan Biologis
a) Dari faktor biologis, adalah kandungan E.Coli yang melampaui ambang
batas sehingga air sungai citarum tidak dapat lagi dikonsumsi oleh
masyarakat sekitar sungai citarum. Kandungan
3) Lingkungan Fisik
a) Kondisi kawasan hutan yang terletak sekitar empat kilometer dari hulu
sungai citarum sudah sangat buruk, karena banyak hutan di daerah
tersebut telah gundul dan pohon baru yang ditanam pun tidak tumbuh
karena tidak mampu menyerap air dengan baik, dan akibatnya ketika
hujan turun, hutan yang telah gundul tadi tidak dapat menahan aliran
lumpur yang mengalir ke DAS Citarum sehingga mengakibatkan
pengendapan di DAS Citarum.
b) Bangunan-bangunan industry yang berada disekitar sungai.
2.3 Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam
air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat
11
matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas
dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air
limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
2.4 Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri,
Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.
2.5 Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,
maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau
yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.
2.6 Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Air
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar
antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit,
sampah/limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai,
danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara
berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah
pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-
logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat
meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan
yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil.
12
Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan karena
terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi
penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan
pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pencegahan terjadinya
pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan terhadap pencemaran yang
telah terjadi.
2.7 Pengolahan limbah
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai
atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian
diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai
melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.
Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak
dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan
lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah
membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
13
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan makhluk hidup, maka dalam hal ini kualitas air harus
tetap terjaga. Namun air juga dapat tercemar oleh bahan – bahan pencemar seperti
pencemar bahan buangan organic, bahan buangan an organic,bahan buangan kimia.
Upaya pencegahan & penaggulangan pencemaran air ini, dan pada dasarnya ada tiga
hal pokok yang perlu di perhatikan dalam pencegahan pencemaran air, yakni :
Penanggulangan secara administrative , teknologi dan edukatif.
4.2. Saran
Untuk menjaga kualitas air maka kita selaku makhluk yang sangat rentan
melakukan pencemaran terhadap air maka, kita harus sadar akan lingkungan artinya
bahwa kita lah yang menjaga lingkungan ini agar tetap baik. Mari bersama kita jaga
lingkungan ini agar tetap dapat kita nikmati dan demi anak cucu kita di hari
kemudian.
14
DAFTAR PUSTAKA
A. Tresna Sastrawijaya, 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
Ricki, 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu, Jakarta.
Kompas, 2005. Study Kasus Pencemaran Sungai Citarum. http://www.kompas.com.
Di akses pada tanggal 27 Maret 2015
Anonim, 2015. Definisi Sungai. http://www.wikipedia.com. Di akses pada tanggal 27 Maret
2015
Kumpulan Materi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Jayapura, 2015.
15