25
DAFTAR ISI Daftar Isi ………………………………………………………………........1 Pendahuluan ………………………………………………………………...2 Isi ……………………………………………………………………………3 Lahirnya IPA ……………………………………………………………..3 Mitos ……………………………………………………………………..3 Penalaran Deduktif……………………………………………………….4 Penalaran Induktif……………………………………………………….5 Metode Ilmiah ……………………………………………………………5 Perkembangan Ilmu Pengetahuan ………………………………………..6 Produk IPA ………………………………………………………………10 IPA Klasik dan IPA Modern …………………………………………….11 a. Tahap Deskriptif dan Kualitatif …………………………………….11 b. Tahap Simulative dan Kuantitatif …………………………………..12 c. Ilmu Pengetahuan Alam Bersifat Dinamis …………………………13 Kesimpulan …………………………………………………………………15 Daftar Pustaka ……………………………………………………………...17 1

PENDAHULUAN

  • Upload
    tooough

  • View
    558

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………........1

Pendahuluan ………………………………………………………………...2

Isi ……………………………………………………………………………3

Lahirnya IPA ……………………………………………………………..3

Mitos ……………………………………………………………………..3

Penalaran Deduktif ……………………………………………………….4

Penalaran Induktif ……………………………………………………….5

Metode Ilmiah ……………………………………………………………5

Perkembangan Ilmu Pengetahuan ………………………………………..6

Produk IPA ………………………………………………………………10

IPA Klasik dan IPA Modern …………………………………………….11

a. Tahap Deskriptif dan Kualitatif …………………………………….11

b. Tahap Simulative dan Kuantitatif …………………………………..12

c. Ilmu Pengetahuan Alam Bersifat Dinamis …………………………13

Kesimpulan …………………………………………………………………15

Daftar Pustaka ……………………………………………………………...17

1

Page 2: PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Ilmu alamiah (I.A) atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (IPA) dan

akhir-akhir ini ada juga yang menyebut Ilmu Kealaman, yang dalam bahasa

inggris disebut Natural Science atau disingkat Science dan dalam bahasa

Indonesia sudah lazim digunakakan istilah Sains.

Ilmu alamiah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-

gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga termasuk konsep

dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar (Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-

konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.

Awal IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala alam yang

terjadi, mencatatnya, lalu mempelajarinya. Sebagai makhluk berpikir yang

dibekali rasa ingin tahu yang besar, manusia terdorong untuk lebih mengenal,

memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam yang terjadi, serta berusaha untuk

dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dari dorongan rasa ingin

tahu dan usaha untuk dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah

alamiah yang terjadi itulah, pada akhirnya manusia dapat mengorganisasikan

pengetahuan yang disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Mula-mula pengetahuan yang diperoleh manusia terbatas pada hasil

pengamatan menggunakan panca indera terhadap gejala alam yang timbul.

Kemudian pengetahuan itu makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh

dari hasil pemikiran. Melalui peningkatan daya pikir ini, manusia berkemampuan

melakukan eksperimen untuk membuktikan atau menguji kebenaran suatu

pengetahuan. Pengolahan data yang diperoleh dari eksperimen di dapatkan hasil

berupa pengetahuan baru. Selanjutnya setelah manusia mampu memadukan

kemampuan penalaran dengan eksperimentasi, maka lahirlah IPA sebagai ilmu

yang mantap. Dengan demikian perkembangan alam pikiran manusia sampai

dengan kelahiran IPA sebagi ilmu yang mantap melalu empat tahapan, yaitu tahap

mitos, tahap penalaran, tahap pengalaman eksperimentasi, dan tahap metode

keilmuan.

2

Page 3: PENDAHULUAN

ISI

Lahirnya IPA

Pada mulanya manusia masih percaya pada mitos yang sekarang hanya

dinilai sebagai pengetahuan semu (pseudo science). Karena mitos yang dianggap

tidak memuaskan, kemudian dicari pengetahuan murni (pure science). Obyek

utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam

(natural science).

Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala

alam, mencatatnya, dan kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh

mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada dan

kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil

pemikiran. Dengan peningkatan daya pikirnya, manusia akhirnya dapat

melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu

pengetahuan. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan

eksperimen maka lahirlah Ilmu Pengetahuan Alam.

Mitos

Sejak semula manusia berupaya untuk dapat memahami dan menjelaskan

gejala-gejala alam yang terjadi, namun pemahaman dan penjelasannya kerena

masih terbatasnya kemampuan belum menggunakan penalaran. Untuk menjawab

pertanyaan keingintahuan tentang alam, manusia menciptakan mitos. Mitos

merupakan cerita yang dibuat-buat atau dongeng yang pada umumnya

menyangkut tokoh kuno, seperti dewa atau manusia perkasa, yang ada kaitannya

dengan apa yang terdapat di alam. Secara garis besar dapat dibedakan 3 macam

mitos, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat, dan legenda. Dalam mitos

sebenarnya manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya

menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat karena kurangnya

pengetahuan, sehingga orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa.

Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa

3

Page 4: PENDAHULUAN

penting yang menyangkut kehidupan masyarakat, biasanya juga disampaikan dari

mulut ke mulut sehingga sulit diperiksa kebenarannya. Dalam mitos sebagai

legenda, dikemukakan tentang tokoh yang dkaitkan dengan terjadinya suatu

daerah. Pada masa prasejarah tersebut, mitos dapat diterima dan dipercaya

kebenarannya karena:

1. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan pengindraan,

baik langsung maupun dengan alat.

2. Keterbatasan penalaran manusia pada saat itu.

3. Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

Karena kemampuan berpikir manusia makin maju dan disertai pula dengan

perlengkapan pengamatan yang makin baik, mitos dengan berbagai legendanya

mulai ditinggalkan. Orang mulai menggunakan akal sehat serta rasionya untuk

menjawab berbagai pertanyaan tentang alam. Kegiatan untuk memperoleh atau

menemukan pengetahuan yang benar disebut berpikir, sedangkan proses berpikir

dalam menarik kesimpulan yang benar disebut penalaran. Pengetahuan yang

diperoleh tidak berdasarkan penalaran digolongkan pada pengetahuan yang non

ilmiah atau bukan ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa cara untuk memperoleh

kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu:

1. Prasangka, pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.

2. Intuisi, kegiatan berpikir yang tidak analistis, tidak berdasrkan pola berpikir

tertentu.

3. Coba-ralat, suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau

untung-untungan.

Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah cara berpikir diamana ditarik kesimpulan yang

bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara

deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.

Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan

yang mendukung silogisme disebut premis. Premis dibedakan dibedakan sebagai

premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang

4

Page 5: PENDAHULUAN

didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Cara berpikir

deduktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme. Pengetahuan ini memberikan

sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan

pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Rasionalisme adalah paham

yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran.

Penalaran Induktif

Cara berfikir induktif adalah cara berfikir yang menarik suatu kesimpulan

yang bersifat umum dari pernyataan khusus. Penalaran secara induktif dimulai

dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup

terbatas dalam penyusunan argumentasi dan diakhiri pernyataan yang bersifat

umum. Cara berfikir induktif terkait dengan empirisme, dimana dibutuhkan fakta-

fakta yang mendukung. Empirisme adalah paham yang berpendapat bahwa fakta

tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Dalam

metode ilmiah, pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris,

secara sederhana hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah harus memenihi 2 syarat

utama, yaitu:

Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak

terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan

Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun

konsistennya, jika tidak didukung oleh penguji empiris tidak dapat diterima

kebenarannya secara ilmiah

Metode Ilmiah

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

1. Perumusan masalah

Yang dimaksudkan dengan masalah merupakan pernyataan apa, mengapa

dan bagaimana tentang suatu objek yang diteliti. Masalah ini harus jelas

batasan-batasannya serta dikenal factor-faktor yang mempengaruhinya.

5

Page 6: PENDAHULUAN

2. Penyusunan hipotesis

Merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pernyataan yang

diajukan, materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang

dikembangkan.

3. Pengujian hipotesis

Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang

telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta tersebut

mendukung hipotesis atau tidak.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan atas penilaian melalui analisis dari

fakta untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak.

Hipotesis diterima bila fakta yang terkumpul itu mendukung hipotesis

tersebut.

Hipotesis yang telah teruji kebenarannya, dianggap sebagai pengetahuan

baru dan diterima sebagai bagian dari ilmu atau bagian dari teori ilmiah. Secara

luas teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu kejelasan teoritas mengenai suatu

gejala alam tertentu. Pengetahuan ini kemudian dapat digunakan untuk masalah

lain yaitu dapat dipakai sebagai premis dalam usaha kita menjelaskan berbagai

gejala yang lain. Dengan demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar

lagi

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Awal mulanya ilmu pengetahuan timbul di Asia, meluas ke Yunani,

kembali ke Asia yaitu di Timur Tengah, dan kemudian ke Eropa. Perkembangan

ilmu pengetahuan yang dikenal manusia dimulai sejak zaman kuno sampai

modern.

a. Zaman kuno

Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan

mengamati dan membeda-bedakan dan dari hasil percobaan yang sifatnya

spekulatif. Pengetahuan yang diperoleh diterima apa adanya, belum ada usaha

6

Page 7: PENDAHULUAN

untuk mencari asal usul dan sebab akibat dari segala sesuatu. Ketika manusia

menpunyai kemampuan menulis, membaca, dan berhitung, maka pengetahuan

yang terkumpul mulai dicatat secara tertib dan berkelanjutan. Contohnya

adalah dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi

Babilonia menetapkan pembagian waktu. Tahun dibagi dalam 12 bulan,

minggu dibagi dalam 7 hari.

b. Zaman Yunani Kuno

Di Yunani ilmu pengetahuna ini disempurnakan melalui penyelidikan

(inquiring). Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan

sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab tentang

asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.

Beberapa tokoh dan pandangan-pandangannya adalah sebagai berikut :

1. Thales (624 – 548 SM)

Merupakan ahli filsafat dan matematika. Thales dianggap sebagai orang

pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya. Thales

berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air.

2. Pythagoras (580 – 500 SM )

Mengemukakan 4 unsur suatu benda, yaitu tanah, air, api, dan udara.

Pythagoras terkenal dengan dalil Pythagoras yang mengatakan bahwa

kuadrat panjang sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah

kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.

3. Socrates ( 470 – 399 SM )

Dianggap sebagai tonggak sejarah ilmu pengetahuan Yunani karena sejak

Socrates banyak penyelidikan yang dilakukan terhadap pengetahuan yang

menyangkut kehidupan manusia. Hasil pemikirannya dihimpun oleh Plato

diantaranya tentang logika, yakni adanya premis mayor, premis minor, dan

conclusion.

4. Leucipus dan Demokritos ( 460 – 370 SM )

Penemu teori atom. Menerut mereka, zat memiliki bangun buti. Segala zat

terdiri dari atom. Atom ini tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat

7

Page 8: PENDAHULUAN

diubah. Atom dapat berbeda dalam bentuk dan ukurannya. Segala

perubahan yang terjadi pada benda adalah akibat dari penggabungan dan

penguraian atom menurut hokum sebab akibat.

5. Aristoteles ( 384 – 322 SM )

Berpendapat bahwa ada 5 unsur dari segala sesuatu, yaitu tanah, air, udara,

api, dan eter (quint essential). Unsure yang satu dapat berubah menjadi

unsur yang lain kecuali eter.

6. Archimedes ( 287 – 212 SM )

Merupakan ahli matematika, fisika, dan mekanika. Dia menggunakan cara

empiris yang didasarkan pada pengalaman atau percobaan. Archimedes

menemukan bahwa benda yang terapung di air akan kehilangan berat

sesuai dengan berat air yang terdesak.

c. Zaman Pertengahan

1. Zaman Alkimia ( abad 1 – 2 )

Selama 4 unsur dasar yang telah dikemukakan oleh ahli dari zaman

Yunani, ahli alkimia menambahkan 3 unsur lagi, yaitu air raksa, belerang,

dan garam. Pengertian unsure lebih dimaksudkan pada sifatnya daripada

unsure itu sendiri, misalnya :

Air raksa : logam yang mudah menjadi uap

Belerang : mudah terbakar dan member nana

Garam : tidak dapat terbakar dan bersifat tanah

2. Zaman Latrokimia

Tokoh-tokoh pada zaman ini antara lain:

a) Al-Khowarizmi ( 780 – 850 M )

Dalam bukunya Al Jabr wal Mukabala (Pengutuhan kembali dan

pembandingan) memperkenalkan asas algorisme yang merupakan

sisten hitungan nilai angka menurut tempatnya dari kanan ke kiri

yaitu satuan, puluhan, ribuan, dan seterusnya. Hal ini yang

kemudian menjadi dasar penggunaan system desimal.

8

Page 9: PENDAHULUAN

b) Niarizi

Menulis buku tentang cuaca, iklim, dan pengetahuan tentang

bintang. Niarizi juga membuat Planetarium dan alat bantu ilmu

bintang untuk menggambarkan gerak benda langit dan mengukur

jaraknya.

c) Ar-Razi ( 866-909 M )

Merupakan tokoh kedokteran dan kimia. Merupakan orang pertama

yang mendiagnosa penyakit cacar dengan membedakan atas cacar

air (variola) dan cacar merah (rougella). Ar-Razi menemukan air

raksa (mercury).

d) Ibn Sina (980-1037 M)

Merupakan tokoh kedokteran. Bukunya Al-Qanun fi’ith Thibb

(pedoman kedokteran) adalah buku terluas yang dipergunakan

dalam dunia kedokteran.

e) Ibn Baithar

Seorang ahli tumbuh-tumbuhan. Dalam bukunya Al-Adwiyati’l

(Ramuan Sederhana) Ibn Baithar mengemukakan 1400 ramuan

obat, 300 diantaranya adalah temuannya sendiri.

f) Al-Ashama’I (740-828 M)

Dalam bukunya Al-Hayawan menguraikan tentang singa,

harimau,gajah, dan unggas dalam alamnya serta perpindahannya

berhubungan dengan musim.

Secara garis besar, sumbangan bangsa Arab dalam perkembangan

penegtahuan alam adalah:

Menerjemahkan karya-karya peninggalan Yunani, mengembangkan, dan

menyebarkannya ke Eropa.

Mengembangkan metode eksperimen sehingga memeperluas pengamatan

dalam bidang kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia, dan biologi.

Memantapkan penggunaan system bilangan denagan dasar sepuluh.

9

Page 10: PENDAHULUAN

d. Zaman Modern

Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai pertengahan sudah

banyak tapi belum tersusun secara sistematis dan belum dianalisis menurut

jalan pikiran tertentu. Kesimpulan yang didapat, biasanya masih diwarnai oleh

cara berpikir ahli filsafat, agama, atau mistik. Setelah ditemukannya alat-alat

yang makin sempurna maka dikembangkanlah metode eksperimen.

Setelah dikembangkannya metode eksperimen ini ilmu pengetahuan

berkembang dengan pesat. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini antara

lain:

1) Evangelisa Torricelli (1588-1647 M)

Seorang ahli fisika dan ilmu pasti yang berhasil menemukan thermometer

sebagai alat pengukur suhu udara sekaligus dapat memperkirakan tekanan

udara pada suata tempat.

2) Antonio Lourent Lavoisier (1743-1749M)

Pelopor di bidang kimia. Lavoisier menemukan hubungan zat asam dan

udara dalam pembakaran, serta menemukan sifat asam dan basa dalam

suatu zat.

3) Antony van Leuwenhock (1632-1723 M)

Seorang ahli biologi. Dengan menggunakan mikroskop hasil karyanya,

dapat melihat bakteri dengan perbesaran 270 kali. Ia juga menemukan

spermatozoa anjing, kelinci, ikan, manusia,dan sejumlah binatang lain.

Produk IPA

Produk IPA adalah semua pengetahuan yang diperoleh tentang gejala alam

yang telah dikumpulkan melalui observasi. Jadi dasar pembentukan produk IPA

adalah data yang diperoleh melalui observasi.

1) Fakta ialah data dari hasil observasi berulang-berulang yang telah diketahui

kondisinya.

10

Page 11: PENDAHULUAN

2) Konsep adalah idea atau gagasan yang diabstraksikan atau digeneralisasikan

dari pengalaman. Pengamatan atas sifat-sifat yang sama dari berbagai obyek

seperti besi, tembaga, aluminium, seng, emas dan lain-lainnya.

3) Prinsip adalah generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang

berhubungan.

4) Hukum adalah generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang

digunakan untuk menjelaskan banyak gejala.

5) Teori adalah model yang abstrak yang dapat digunakan untuk menjelaskan

berlakunya prinsip dan hukum.

IPA Klasik dan IPA Modern

Pada tahap awalnya semua kegiatan ilmu pengetahuan alam masih

terbatas pada pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala alam yang

terjadi. bgejala-gejala alam itu, namun bersifat deskriftif dan kualitatif.

Dengan demikian IPA masih bersifat deskriptif dan kualitatif. Pernyataan

secara kualitatif ini pada awalnya sudah cukup memadai, tetapi kurang cermat

dan eksak, bahkan seringkali menyesatkan.

Pada tahap berikutnya sejalan dengan perkembangan matematika,

kegiatan IPA lebih bersifat simulative dan kuantitatif. Maka pernyataan-

pernyataannya lebih seksama dan lebih eksak, sehingga lebih mendekati

kebenaran. Di samping itu kegiatan IPA yang menggunakan metode ilmiah

bersifat terbuka untuk diuji kembali kebenarannya dan ini menjadikan IPA

bersifat dinamis.

Selanjutnya akan dibahas perkembangan IPA dari tahap deskreptif

dan kualitatif menuju ke tahap simulative dan kuantitatif, serta sifat IPA yang

dinamis dengan segala keuntungan dan resikonya:

a) Tahap Deskriptif dan Kualitatif

Kegiatan IPA dimulai dengan pengamatan dan pencatatan atas

gejala-gejala alam, yang ternyata hasilnya dapat berupa kesamaan-

kesamaan atau perbedaan-perbedaan. Kemudian hasil-hasil ini

11

Page 12: PENDAHULUAN

disederhanakan melalui proses Klasifikasi dan sistemtaisasi, sehingga

diperoleh prinsip-prinsip yang lebih mendasar dan bersifat umum.

Dalam perkembangannya, IPA telah berhasil mengklasifikasikan

tumbuh-tumnbuhan dan hewan, yang dibedakan atas spesies, genus,

familia. Demitri Mendelejef (1869) telah dapat menyusun klasifikasi

unsure-unsur kimia yang disebut sistem periodic unsure.

Setelah banyak terkumpul pengetahuan berdasarkan klasifikasi,

muncul keinginan untuk membandingkan, yang merupakan konsep yang

lebih tinggi dan lebih efektif. kon srp “panas”, “pendek”, “besar”, hanya

menyatakan kedudukan tertentu, namun konsep “lebih panas”, “lebih

pendek”, “lebih besar”, menyatakan hubungan kedudukan suatu obyek

jika dibandingkan dengan obyek lain.

Pernyataan lebih panas, lebih pendek, lebih besar, ini merupakan

contoh suatu konsep perbandingan. Kedua konsep diatas, yaitu konsep

klasifikasi dan konsep perbandingan atau komparatif masih bersifat

kualitatif. Sebenarnya pernyataan yang bersifat kualitatif sudah erupakan

pengetahuan yang memadai dan bermanfaat, terutama dibidang yang

belum dapat mengembangkan metode kuantitatif.

Sebagai contoh adalah kaidah-kaidah dalam ilmu social, yang

kebanyakan masih berupa pernyataan yang bersifat kualitatif, sebab

terdapat kesulitan dalam teknik pengukuran terhadap gejala-gejala social.

namun kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi, sehingga ahli-ahli

ilmu social dewasa ini sudah memasuki tahap yang bersifat kuantitatif.

b) Tahap Simulative dan Kuantitatif

Pada tahap kualitatif telah ditemukan prinsip bahwa “semua

logam bila dipanasi akan bertambah panjang”. Peryataan semacam ini

memang telah cukup banyak bermanfaat. namun masih banyak diusahakan

untuk mengetahui seberapa banyak “bertambah panjangnya” itu. maka

muncul keinginan untuk meng ”kuantifikasikan” data, sehingga dapat

diperoleh pengukuran yang lebih teliti, dengan tujuan agar hasil

12

Page 13: PENDAHULUAN

kesimpulannya lebih mendekati kebenarannya. agar diperoleh hasil

pengukuran yang seksama perlu dilakukan proses simulasi, yaitu

menirukan atau mengulangi peristiwa alam dengan jalan melakukan

percobaan-percobaan di laboratorium.

Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan

matematikandalam IPA. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya

control dan daya ramal ilmu, serta dapat memberikan jawaban yang lebih

eksak. sehingga akan dihasilkan pemecahan masalah yang lebih seksama,

cermat,tepat, dan lebih mendekati kebenaran. Dengan demikian

pengetahuan yang diperoleh melalui metode kuantitatif menjadi lebih

dapat diandalkan.

c) Ilmu Pengetahuan Alam Bersifat Dinamis

Telah dikemukakan bahwa kegiatan IPA berawal dari

pengamatan dan pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada

umumnya maupun percobaan-percobaan yang dilakukan di laboratorium.

Dari hsil-hasil pengamatan ini manusia berusaha merumuskan konsep

prinsip, hokum dan teori. Dilihat dari arah prosenya, ternyata eksperimen

mendahului teori. Proses IPA yang berupa konsep, prinsip, hokum dan

teori ini, masih terbuka kesempatan untuk diuji kebenarannya.

Berdasarkan teori-teori yang ada dimungkinkan untuk melakukan

eksperimen. Data baru yang diperoleh dari eksperimen tersebut

kemungkinan mendukung berlakunya teori yang lama, namun ada juga

kemungkinan tidak sesuai lagi, sehingga perlu disusun teori yang baru.

Demikianlah proses IPA berlangsung terus dan terdapat

mekanisme control, bersifat terbuka untuk selalu diuji kembali, dan besifat

kumulatif. Pengetahuan baru yang diperoleh selalu bertumpu pada dasar-

dasar pengetahuan sebelumnya dalam kerangka yang bersifat kumulatif,

sehingga bersifat konsisten dan sistematis. Dengan demikian IPA

berkembang secara dinamis.

13

Page 14: PENDAHULUAN

Proses IPA yang dinamis itu dapat berlangsung karena

menggunakan metode ilmiah, dengan peranan teori dan eksperimen saling

melengkapi dan saling memperkuat. Contoh: Dengan teori optic manusia

dimungkinkan membuat alat-alat optic dengan presisi tinggi dan

berkemampuan lebih besar. Dengan peralatan yang berkemampuan besar

ini dimungkinkan pembaharuan teori-teori yang telah ada.

IPA modern lebih menekanka teori yang mendahului

eksperimen. Ciri IPA modern yang lain adalah bahwa hokum sebab akibat

yang memberikan kepastian mutlak dan bersifat deterinistik mulai

ditinggalkan, digantikan dengan pendekatan statistika yang bersifat

probabilitas. Dengan statistika ini memberikn keterangan tentang

kemungkinan terbesar atau mendekati kebenaran mutlak dari gejala yang

dipermsalahkan.

Dengan IPA yang dinamis ini menjadikan IPA berkembang

pesat. Dalam jangka waktu 10-15 tahun perkembangan IPA menjadi dua

kali lipat. Kemajuan IPA ini juga mendukung perkembangan teknologi,

yang pada gilirannya dapat menaikkan kesejahteraan manusia. Namun

demikian hasil IPA yang banyak ini bila pemanfaatannya tidak diarahkan

justru akan merugikan manusia, bahkan dapat merusakkan peradaban

manusia itu sendiri. Beberapa contoh penemuan yang dapat merugikan

manusia adalah senjata nuklir, senjata kimia dan biologis, serta terjadinya

pencemaran udara, air, dan tanah, yang dapat mengganggu keseimbangan

dan keserasian lingkungan hidup. Pada dasarnya hasil-hasil IPA memang

bersifat netral, namun pemanfaatannya yang tidak terarah dan tidak

terkendali oleh nilai-nilai kemanusiaan akan sangat berbahaya.

Jadi perkembangan IPA yang dinamis ini di samping

memberikan banyak keuntungan juga membawa resiko. Agar resiko yang

akan terjadi sekecil mungkin, maka arah perkembangan IPA dan

pemanfaatan hasil-hasilnya haruslah dilandasi oleh kemanusiaan yang

luhur.

14

Page 15: PENDAHULUAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dijabarkan di depan maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alamiah Ilmu alamiah merupakan ilmu

pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk

di muka bumi ini, sehingga termasuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar

(Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar

yang esensial saja.

Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-

gejala alam, mencatatnya, dan kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang

diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang

ada dan kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari

hasil pemikiran.

Perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran IPA

sebagai ilmu yang mantap melalui empat tahap, yaitu tahap mitos, tahap penalaran

induktif, tahap penalaran deduktif, dan metode ilmiah. Sedangkan perkembangan

ilmu pengetahuan terbagi menjadi 4 zaman, yaitu zaman kuno, zaman Yunani

kuno, zaman pertengahan, dan zaman modern. Masing-masing zaman mempunyai

tokoh ilmu pengetahuan masing-masing seperti Pythagoras dan Socrates pada

zaman Yunani kuno, Ar-Razi dan Ibn Sina pada zaman pertengahan, dan Antony

van Leuwenhock pada zaman modern.

IPA juga menghasilkan produk. Produk IPA adalah semua pengetahuan

yang diperoleh tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi.

Jadi dasar pembentukan produk IPA adalah data yang diperoleh melalui

observasi. Produk IPA itu adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.

Selanjutnya dibahas perkembangan IPA dari tahap deskreptif dan kualitatif

menuju ke tahap simulative dan kuantitatif, serta sifat IPA yang dinamis dengan

segala keuntungan dan resikonya.

Jadi perkembangan IPA yang dinamis ini di samping memberikan banyak

keuntungan juga membawa resiko. Agar resiko yang akan terjadi sekecil

15

Page 16: PENDAHULUAN

mungkin, maka arah perkembangan IPA dan pemanfaatan hasil-hasilnya haruslah

dilandasi oleh kemanusiaan yang luhur.

16

Page 17: PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo, JS. 2005. Ilmu Alam Dasar.UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS.

Surakarta, Jawa Tengah.

Jasin, Maskoeri. 1994. Ilmu Alamiah Dasar. PT Grafindo Persada. Jakarta.

17