28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya merupakan anugrah Tuhan kepada hamba-Nya. Salah satu fungsi bahasa sebagai media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi di antara sesama penutur. Widada (2009:17) menyatakan bahwa bahasa lebih dari sekedar perbendaharaan kata, bahasa merupakan sistem tanda, yakni suatu keterjalinan tanda-tanda menurut suatu aturan tertentu yang memungkinkan bahasa menjalankan fungsi hakikinya sebagai sarana representasi dan komunikasi. Pada umumnya tidak ada individu yang dapat berkomunikasi di luar jalur kaidah sosial yang ada akan tetapi, selalu ada kemungkinan bagi individu untuk menciptakan bahasa kreasi mereka sendiri. Widada (2009:16) menambahkan bahwa seorang kreatif atau seorang penulis tidak sepenuhnya menciptakan bahasa, ia hanya menyiasati, mengeksploitasi bahasa konvensional yang telah tercipta secara sosial. Selain berkomunikasi, individu kreatif seringkali menggunakan gaya bahasa dalam berkomunikasi , sebagaimana diungkapkan oleh Keraf (2007: 112-113), gaya bahasa merupakan kemampuan menulis atau menggunakan kata-kata secara indah dan merupakan cara untuk mengungkapkan ide melalui bahasa khususnya yang menunjukkan jiwa dan kepribadian penutur. Seseorang dapat berkreasi dengan bahan baku bahasa, tetapi kreasi yang sama sekali baru akan sulit dipahami oleh orang lain.

PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

  • Upload
    lyphuc

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya merupakan

anugrah Tuhan kepada hamba-Nya. Salah satu fungsi bahasa sebagai media

komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi di antara sesama

penutur. Widada (2009:17) menyatakan bahwa bahasa lebih dari sekedar

perbendaharaan kata, bahasa merupakan sistem tanda, yakni suatu keterjalinan

tanda-tanda menurut suatu aturan tertentu yang memungkinkan bahasa menjalankan

fungsi hakikinya sebagai sarana representasi dan komunikasi.

Pada umumnya tidak ada individu yang dapat berkomunikasi di luar jalur

kaidah sosial yang ada akan tetapi, selalu ada kemungkinan bagi individu untuk

menciptakan bahasa kreasi mereka sendiri. Widada (2009:16) menambahkan bahwa

seorang kreatif atau seorang penulis tidak sepenuhnya menciptakan bahasa, ia hanya

menyiasati, mengeksploitasi bahasa konvensional yang telah tercipta secara sosial.

Selain berkomunikasi, individu kreatif seringkali menggunakan gaya bahasa

dalam berkomunikasi , sebagaimana diungkapkan oleh Keraf (2007: 112-113), gaya

bahasa merupakan kemampuan menulis atau menggunakan kata-kata secara indah

dan merupakan cara untuk mengungkapkan ide melalui bahasa khususnya yang

menunjukkan jiwa dan kepribadian penutur. Seseorang dapat berkreasi dengan

bahan baku bahasa, tetapi kreasi yang sama sekali baru akan sulit dipahami oleh

orang lain.

Page 2: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

2

Para penulis bahasa sastra menggunakan tulisan mereka selain untuk

mengungkapkan ide, juga untuk menyampaikan perasaan mereka. Untuk membuat

para pembaca mengerti dan merasakan perasaan mereka serta untuk menimbulkan

rasa ketertarikan pembaca, mereka seringkali menggunakan gaya bahasa kiasan

dalam bertutur maupun dalam tulisan mereka.

Salah satu bentuk bahasa kiasan adalah metafora. Metafora merupakan

bagian dari figure of speech atau gaya bahasa kiasan (Keraf, 2007: 129-145). Keraf

(2007: 129) membagi gaya bahasa berdasarkan makna langsung dan tidak langsung.

Makna langsung dari sebuah gaya bahasa adalah makna yang hanya sama dengan

penampilan fisik dari tuturan tersebut. Sedangkan makna tidak langsung merupakan

bentuk penyimpangan bahasa yang menyebabkan tekanan, ornament, humor,

keseriusan, atau efek-efek emosional lainnya. Makna tidak langsung disebut figure of

speech, yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris

(rhetorical language style) dan gaya bahasa analogi (analogical language style).

Berdasarkan gaya bahasa kiasan retoris dibagi menjadi apostrof, eufemisme, litotes,

pertanyaan retorik, hiperbola, paradox, dan oksimoron. Sementara itu analogical

language style dibagi menjadi metafora, simile, alegori, personifikasi, ironi,

sarkasme, dan synecdoche. Metafora digunakan untuk mengantisipasi kekurangan

manusia yang memiliki keterbatasan dalam membahasakan sesuatu. Melalui

metafora, karya puisi dapat diperindah. Selain itu, menurut Black (2006: 102)

metafora digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Puisi Arab adalah salah satu jenis karya sastra yang banyak mengandung

metafora di dalamnya. Metafora dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah isti’arah,

yaitu peralihan makna dari kata yang dalam penggunaan bahasa keseharian memiliki

Page 3: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

3

makna dasar, atau makna asli, kemudian karena alasan tertentu makna tersebut

beralih kepada makna lainnya, bahkan terkadang melampaui batas makna

leksikalnya (Al-`ālim, tanpa tahun: 65). Orang Arab sering meminjam kata dan

menempatkannya untuk kata lain tatkala ditemukan alasan-alasan yang

memungkinkan, seperti memperkuat makna yang terkandung dalam sebuah kata

atau mengantisipasi kekurangan manusia yang memiliki keterbatasan dalam

membahasakan sesuatu. Puisi pada penelitian ini adalah puisi berbahasa Arab.

Pertimbangannya adalah karena pada versi terjemahan sering terjadi salah

penerjemahan, yang mengakibatkan hilangnya metafora pada hasil terjemahan atau

bahkan justru menampakkan metafora pada hasil terjemahan sedangkan dalam teks

asli tidak tercantum metafora. Oleh karena itu dalam menganalisis metafora, penulis

menggunakan teks asli berbahasa Arab dan mengartikannya menggunakan kamus

dibandingkan terjemahan Indonesia untuk lebih mengetahui sisi ke-metafora-annya.

Metafora ditemukan dalam berbagai bahasa di dunia. Misalnya dalam

bahasa Indonesia terdapat kalimat Sari bunga desa di kampung saya. Bunga desa

bukan berarti Sari adalah sebuah bunga dalam arti yang sebenarnya, namun

mengandung makna lain yang terkandung dalam sifat bunga yaitu cantik dan

mempesona. Jadi, makna yang terkandung dalam kalimat tersebut adalah Sari

memiliki paras yang indah dan mempesona. Contoh lain dapat kita perhatikan dalam

kalimat dalam bahasa Inggris berikut, the tongue is a fire. Tongue ‘lidah’ pada

contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

kemiripan antara lidah dan api dalam budaya tertentu. Lidah, melalui kata-katanya

dapat menghancurkan seperti halnya api menghancurkan benda-benda yang

Page 4: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

4

dilalapnya. Dengan demikian, titik kemiripan antara lidah dan api adalah dapat

menghancurkan.

Dalam bahasa Arab, bahasa kiasan metafora juga banyak ditemukan dalam

berbagai sumber baik tertulis maupun lisan seperti drama, novel, prosa, dan puisi.

Dari beberapa sumber tersebut, puisi adalah sumber data tertulis yang paling banyak

dijumpai adanya makna kiasan. Puisi (syair) pada masa dahulu mempunyai

kedudukan sangat tinggi yang menjadi identitas kemurniaan sastra Arab yang

diwariskan dari pendahulu mereka. Puisi Arab terutama puisi pada masa sebelum

islam datang dijadikan rujukan sejarah dan budaya yang paling utama bagi

masyarakat arab untuk mengetahui sejarah mereka pada zaman nenek moyang

mereka.

Seorang penyair akan cenderung menggunakan bahasa kiasan dalam

membuat puisi untuk memperindah karangannya. Dari beberapa buku puisi Arab

yang ada, makna kiasan yang digunakan oleh penyair Arab dalam menulis puisi

lebih banyak mengandung simile dan metafora, tetapi dalam penelitian ini penulis

memfokuskan pada metafora karena simile dinilai lebih mudah ditemukan dalam

diwan Imam Syafi`i. Hal tersebut karena ciri khas pada simile lebih mudah

ditemukan dibandingkan metafora. ciri tesebut diantaranya kata seperti, bak,

bagaikan, bagai dan lain sebagainya. Jadi bila ada sebuah kalimat yang

menggunakan kata tersebut, maka dapat dipastikan mengandung bentuk kiasan

berupa simile.

Metafora yang digunakan dalam puisi memiliki karateristik yang berbeda-

beda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Setiap penyair yang kreatif

akan menemukan kekhasan masing-masing dalam bertutur. Hal ini yang

Page 5: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

5

mengakibatkan lahirnya begitu banyak gaya bahasa metafora. Begitu pula dalam

dunia Arab yang memiliki banyak suku di dalamnya. Setiap suku memiliki

penggubah syair sendiri yang kemudian pada satu hari yang ditentukan, mereka

akan berlomba untuk memamerkan puisi terbaik mereka agar menjadi pemenang

yang kemudian akan dihormati dan disanjung oleh suku-suku Arab lainnya. Masing-

masing suku memiliki kekhasan masing-masing, karena perbedaan lingkungan,

watak, pergaulan dan lain sebagainya. Bahkan karena perbedaan rezim, kekuasaan,

politik, dan pengaruh budaya dapat mengakibatkan setiap generasi memiliki ciri

yang membedakan dengan penyair generasi sebelumnya ataupun sesudahnya.

Dalam dunia Arab, salah satu sastrawan Arab yaitu Imam Syafi`i. Saat belia,

beliau sudah berguru kepada beberapa ahli ilmu pada zaman tersebut atas saran

ibunya. Salah satu ilmu yang beliau pelajari adalah ilmu bahasa Arab dan syair-

syairnya. Untuk tujuan tersebut beliau mengembara ke kampung-kampung dan

tinggal bersama puak (kabilah) “Huzail” lebih kurang sepuluh tahun, lantaran

hendak mempelajari bahasa mereka dan juga adat istiadat mereka. kabilah Huzail

adalah suatu kabilah yang terkenal baik bahasa Arabnya. Imam Syafi`i banyak

menghafal syair-syair dan qasidah dari kabilah Huzail. Sebagai bukti Al-Asma`i

pernah berkata bahwa beliau pernah membetulkan atau memperbaiki syair-syair

Huzail dengan seorang muda dari keturunan bangsa Quraisy yang disebut dengan

namanya Muhammad Bin Idris, maksudnya ialah Imam Syafi`i (Asy-Syurbasi,

1991:143-144).

Mayoritas muslim di Indonesia lebih mengenal Imam Syafi`i sebagai

seorang imam mazhab, yaitu mazhab Syafi`i yang mengajarkan segala sesuatu

tentang hukum-hukum dan tata cara mengamalkan ajaran agama Islam. Mazhab ini

Page 6: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

6

banyak dianut mayoritas muslim Indonesia. Selain menjadi ahli hukum Islam beliau

juga ahli dalam bahasa karena, pada awal beliau belajar adalah mengenai bahasa

Arab. Beliau juga ahli dalam bidang kesusastraan, syair, dan sajak. Di kala beliau

masih berumur 15 tahun, Syekh Ash-Ashmu`y telah mengakui kehebatan Imam

Syafi`i dalam membuat syair (Chalil, 1955: 175).

Salah satu buku yang merangkum syair-syair Imam Syafi`i adalah Dîwân al-

Imâm asy-Syâfi‘i. Ada sekitar seratus tiga puluh syair yang terdapat dalam karya

tersebut. Sebagian besar syair-syair dalam diwan memotret soal moral dan nasihat

serta refleksi dari keadaan masyarakatnya saat itu. Di dalamnya juga banyak

menggunakan bahasa kiasan, metafora salah satunya.

Sebagian besar daerah Arab merupakan daerah gersang dan tandus. Sebagai

imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari

suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat.

Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara, selalu berpindah-pindah mencari

padang rumput dan menuruti keinginan hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara

lain selain pengembaraan itu. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara

itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka

hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah

yang penuh (Faruqi, 2003: 48-49). Daerah yang berada jauh dari aliran sungai

sangat jarang memiliki tanah. Daerah mereka hanya debu yang bertebaran, bahkan

mereka harus membeli tanah dengan harga tinggi hanya untuk menanam pohon-

pohon disekitar tempat mereka.

Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, disana banyak

terdapat pasar-pasar yang digunakan oleh para pedagang untuk berjual-beli misalnya

Page 7: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

7

saja pasar Ukaz, Majnah, dan Dzu almajaz. Selain digunakan untuk berjual beli

pasar-pasar tersebut juga sering dipergunakan sebagai tempat bertemunya aliran-

aliran kebudayaan. Para penyair juga sering berkumpul di pasar-pasar tersebut untuk

menyenandungkan puisi buatan mereka di muka umum. Mekah merupakan pusat

peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran

seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa peradaban tinggi.

Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. Bila

peradaban di suatu tempat melemah, maka ia kuat di tempat yang lain

(http://msubhanzamzami.wordpress.com).

Kehidupan bangsa Arab identik dengan alamnya yang panas, segi

keagamaan yang kental, kesenjangan hidup bagi kaum hawa, berbagai minuman

yang memabukkan dan lain sebagainya yang mengakibatkan seorang penyair akan

membuat syair tidak jauh dari kehidupan sosial mereka, hal ini tentu akan berbeda

dengan daerah lain dalam segi pemilihan kata yang digunakan dalam syair.

Jika dicermati lebih dalam, maka dalam puisi Arab terdapat penggunaan

sejumlah metafora seperti yang tampak pada puisi Imam Syafi`i berikut:

� �� ���ـ�� ر ����ن �ــء �و� ��ج ا� � ا� �� Wa lā tarujju as-samāḥatu min bakhīlin

Famā fī an-nāri li ẓ-ẓammāni māun

‘Jangan engkau harapkan Kemurahan orang yang kikir Sebab orang yang sedang kehausan Tak akan mendapatkan air dalam api’

Puisi di atas mengandung gaya bahasa metafora, karena di dalamnya

terdapat pebanding dan pembanding serta persamaan antara keduanya. Dalam

kalimat tersebut kelapangan dada, toleransi atau keikhlasan seorang bakhil

Page 8: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

8

dapat disebut pebanding, sedangkan pembandingnya adalah air dalam api.

Persamaan antara kelapangan dada seorang bakhil dan ketiadaan air dalam api

adalah keduanya sama-sama mustahil, walaupun dapat terjadi, akan tetapi hal itu

sangat kecil kemungkinannya. Seorang yang pelit sedikit kemungkinan akan

memberi sebagian dari harta yang dimilikinya untuk orang lain. Sebagaimana

seorang yang sedang kehausan yang ingin mendapatkan air minum, dia tidak akan

mendapatkan air seteguk jika berada di dalam api yang membara.

Untuk menambah ilustrasi dalam pikiran pembaca, berikut akan ditampilkan

contoh metafora lain dalam bahasa Arab yang masih terdapat dalam puisi Imam

Syafi`i.

آ'ب ه�$� ا!�%ا�$ـــ و� ه� إ� !� ــ� �����ــ�� $��) Wamā hiya illa jaifatun mustahīlatun

`alaihā kilābun hamhunna ijtaẓābuhā

‘dan tiada dia kecuali bangkai yang bau diatasnya anjing-anjing yang memakannya dan menarik-nariknya’

Dalam kalimat tersebut terdapat dua metafora sekaligus. Pertama, kalimat

yang berbunyi ‘dan tiada dia kecuali bangkai yang bau’. Dalam kalimat tersebut

pebandingnya tidak terlihat yaitu dunia, sedangkan pembandingnya adalah bangkai

yang bau. Bangkai merupakan jasad binatang yang telah mati dan tidak dikuburkan

sehingga menimbulkan bau yang menyengat yang dapat merugikan dan mengganggu

orang lain sebagaimana dunia yang lama tidak dirawat dan hanya tempat untuk

membuang kotoran akan menjadi tempat timbulnya bencana yang dapat merugikan

banyak orang.

Page 9: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

9

Sedangkan kalimat yang kedua yaitu ‘diatasnya ada anjing-anjing yang

memakan dan menarik-nariknya’. Pada kalimat tersebut pebandingnya juga masih

tidak terlihat. Manusia merupakan pebanding yang diumpamakan sebagai anjing-

anjing yang menjadi pembandingnya. Anjing merupakan hewan yang dapat

memakan daging apa saja, baik daging yang masih hidup atau sudah menjadi

bangkai.manusia disini diumpamakan sebagai anjing yang rakus dan tamak, mereka

selalu memakan apa saja yang ada di bumi tanpa memeperdulikan akibat dari

perbuatan mereka.

Berdasarkan uraian di atas, maka fokus penelitian ini adalah metafora dalam

puisi berbahasa Arab. Pembahasan ini dipandang menarik karena dapat memperkaya

penelitian bidang linguistik mengenai gaya penulisan sastrawan Arab dalam

merangkai kata-kata melalui penggunaan gaya bahasa metafora. Lebih jauh, adanya

perbedaan beberapa faktor seperti lingkungan, budaya, sosial politik antara satu

negara dengan negara lain dapat dimungkinkan akan terjadi perbedaan pula dalam

hal pengkiasan sebuah karya.

Sebuah karya mampu menunjukkan keahlian pengarangnya dalam menulis

bahasa kiasan yang mungkin belum dijumpai dalam karya lain. Seringkali di dalam

karya sastra terdapat kata-kata yang memiliki arti, makna yang mendalam, serta

nasehat dan kebenaran yang sulit dibenarkan oleh sebagian orang sehingga memberi

kesan bagi pembaca. Hal ini juga terlihat dengan banyaknya penggunaan gaya

bahasa dalam bahasa Arab seperti halnya metafora. Semakin sedikit unsur dari

perumpamaan tersebut dimunculkan bagi mereka malah semakin baik dan bagus

perumpamaan tersebut.

Page 10: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

10

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang serta agar tercapainya pembahasan yang tepat

dan terarah, maka diperlukan adanya rumusan masalah. Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini meliputi:

1. Apa sajakah jenis metafora yang terdapat dalam Diwan Imam Syafi`i?

2. Bagaimana bentuk kebahasaan yang terdapat dalam Diwan Imam

Syafi`i?

3. Bagaimana hubungan metafora dalam Diwan Imam Syafi`i dengan

budaya Arab?

1.3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari masalah yang menjadi objek penelitian seperti yang

dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan jenis metafora bahasa Arab dalam Diwan Imam Syafi`i.

2. Mendeskripsikan bentuk kebahasaan yang terdapat dalam Diwan Imam

Syafi`i.

3. Mendeskripsikan hubungan metafora bahasa Arab dalam Diwan Imam

Syafi`i dengan budaya Arab.

1.4. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada gaya bahasa

metafora puisi Imam Syafi`i yang termuat dalam Diwan Imam Syafi`i. Terdapat

sekitar 130 puisi dalam syair Diwan Syafi`i yang selanjutnya dicari data yang

Page 11: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

11

mengandung metafora. Data yang telah diperoleh akan dianalisis menurut jenis

metafora, bentuk kebahasaan dan hubungan metafora tersebut dengan budaya Arab.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak yang

berkepentingan baik secara praktis maupun secara teoritis.

1.5.1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu mendorong atau

bahkan meningkatkan kembali rasa bangga bagi pembelajar bahasa Arab, karena di

dalamnya mengandung banyak keindahan yang terdapat dalam berbagai karya sastra

berbahasa Arab terutama mengenai pemahaman gaya bahasa kiasan, khususnya,

metafora.

1.5.2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsihnya bagi kajian

linguistik dan kajian budaya secara teoritis. Gambaran mengenai bentuk variasi

bahasa Arab memberikan pengetahuan linguistik, sedangkan penggambaran situasi

ekstra lingual kiasan dalam karya sastra Arab menyumbang pengetahuan budaya.

Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi dalam studi metafora puisi khususnya

puisi berbahasa Arab.

1.6. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang gaya bahasa kiasan metafora telah banyak dilakukan oleh

beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut:

Page 12: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

12

Penelitian dengan judul Metafora Leksikal Dalam Novel Larung Karya Ayu

Utami Suatu Kajian Linguistik Fungsional oleh Aisyah (2007). Penelitian ini

bertujuan mengklarifikasikan jenis metafora leksikal yang ada dalam novel tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengarang yang melihat

berbagai macam peristiwa sebagai sesuatu yang tidak konstan dan sesuatu yang

mengalami proses tertentu serta berharap ada unsur puitis yang dapat mempengaruhi

perasaan atau membangkitkan emosi pembaca.

Tulisan berjudul “A Corpus Study Of Metaphor & Metonym In English

And Italian” yang diteliti oleh Deignan dan Potter (2004: 1231-1252). Terdapat

perbedaan antara metafora dan metonimi dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan

bahasa Italia di dalam tulisan tersebut. Keduanya menggunakan pendekatan

komparatif untuk meneliti metafora dan metonimi. Sebagai contoh kalimat anger is

the heated fluid in the container ‘kemarahan adalah cairan panas yang terdapat

dalam sebuah wadah’. Anger merupakan sesuatu yang abstrak yang tidak dapat

dilihat atau diraba, sehingga untuk menjelaskan konsep anger digunakan konsep

pembanding ‘cairan panas’ dengan asumsi keduanya memiliki persamaan sifat

yaitu mudah meledak dan meluap-luap. Sedangkan metonim merupakan penyebutan

salah satu bagian dari sebuah benda untuk merujuk keseluruhan benda itu,

contohnya bite one`s tongue off. Secara metonim, tongue merujuk pada speech atau

kemampuan berbicara seseorang. Namun, dalam ungkapan di atas juga mengandung

ungkapan metaforis yang berarti menghilangkan kesempatan orang untuk bicara.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian pada tesis ini adalah pada objek

kajian. Jika Deignan dan Potter meneliti dalam bahasa Inggris dan Italia, pada

penelitian tesis ini mengambil objek bahasa Arab.

Page 13: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

13

Sari (2011) yang melakukan penelitian dengan judul Metafora Pada Lagu-

Lagu Spiritual Negro (The Negro Spirituals). Penelitian ini bertujuan untuk

menjawab rumusan-rumusan masalah berupa bagaimana hubungan pebanding dan

pembanding yang terdapat pada metafora lagu-lagu spiritual Negro, jenis-jenis

metafora pada lagu-lagu spiritual Negro, dan hubungan metafora pada lagu-lagu

spiritual Negro dengan budaya Black America, serta bagaimana fungsi metafora

tersebut. Hasil dari rumusan masalah tersebut adalah setiap metafora memiliki tiga

elemen pembentuk yaitu elemen tenor atau pebanding, elemen vehicle atau

pembanding dan elemen ground atau persamaan diantara kedua elemen sebelumnya,

hasil yang kedua menyebutkan adanya delapan jenis metafora berdasarkan pada

medan semantik Haley. Kedelapan jenis tersebut adalah metafora keadaan (being),

metafora kosmos (cosmos), metafora tenaga (energy), metafora permukaan bumi

(terrestrial), metafora benda mati (object), metafora tumbuhan (living), metafora

binatang (animate) dan metafora manusia (human). Budaya kaum Black American

sangat mempengaruhi penciptaan metafora pada lirik-lirik lagu spiritual mereka.

dari beberapa metafora yang ditemukan terdapat lima fungsi metafora yaitu

metafora kesedihan, metafora kemarahan, metafora ketaatan kepada Tuhan,

metafora putus asa, dan metafora harapan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang penulis kerjakan adalah selain berbeda dalam objek kajian karena

penelitian ini mengambil objek pada lagu dalam bahasa Inggris sedangkan objek

penelitian penulis adalah syair dalam bahasa Arab juga berbeda dalam rumusan

masalah. Penelitian ini membuat rumusan masalah berupa fungsi sedangkan

penelitian penulis tidak menyertakan fungsi, akan tetapi selain rumusan masalah

Page 14: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

14

tersebut beberapa rumusan masalah lainnya memiliki persamaan dengan rumusan

masalah yang penulis kerjakan.

Tinjauan pustaka selanjutnya diambil dari penelitian yang dilakukan oleh

Udu (2006) dengan judul Metafora Dalam Kalganti Pengantar Tidur. Kalganti

merupakan nyanyian rakyat untuk menidurkan anak mereka. Temuan pertama dari

penelitian ini mengenai unsur metafora, makna metafora dan pandangan masyarakat

Wangi-wangi dari segi budayanya di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Penelitian mengenai unsur metafora menemukan adanya tiga unsur

utama, yaitu tenor, vehicle, dan ground dan dari analisis tersebut ditemukan makna

dan pandangan budaya masyarakat Wangi-Wangi yang terkandung dalam metafora..

penciptaan metafora dipengaruhi oleh ekosistem tempat dimana dia berada dan

berinteraksi. Berdasarakan kategori dan ekosistem yang digunakan dalam metafora

dapat diketahui jenis-jenis metafora yaitu metafora keadaan (being), metafora

kosmos (cosmos), metafora tenaga (energy), metafora Subtansi (subtance), metafora

permukaan bumi (terrestrial), metafora benda mati (object), metafora tumbuhan

(living), metafora binatang (animate) dan metafora manusia (human). Temuan yang

kedua adalah jenis dan ciri khas metafora dalam nyanyian tersebut. Ciri khas yang

terdapat dalam kalganti hampir selalu menggunakan nama benda-benda atau hal

lain yang akrab dengan kehidupan anak. Sedangkan kaitan antara metafora dengan

cara pandang masyarakat terhadap dunia adalah bahwa metafora memberi gambaran

terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan adat istiadat, ilmu pengetahuan,

alam, dan harmonisasi kehidupan keluarga. Penelitian ini memiliki persamaan

dengan penelitian yang penulis kerjakan yaitu sama-sama mengkaji jenis metafora

yang dikemukakan oleh Haley, sedangkan perbedaanya terletak pada objek kajian.

Page 15: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

15

Penelitian ini mengambil objek kalganti yang merupakan syair pengantar tidur

sedangkan penelitian yang akan penulis kerjakan adalah syair Arab yang digunakan

untuk mengintropeksi diri dan mengisahkan cerita-cerita serta beberapa nasehat.

Tesis terbaru mengenai metafora adalah yang berjudul Metafora Percakapan

Antartokoh Pada Film The King`s Speech Oleh Effendi (2012). Penelitian ini

membahas tiga permasalahan. Pertama, mencari jenis-jenis metafora, kedua,

mendeskripsikan fungsi elemen penyusun metafora dan yang ketiga menjelaskna

konteks penggunaan metafora yang terdapat dalam percakapan antartokoh film The

King`s Speech. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah

jenis yang banyak digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metafora ontologis,

kemudian jenis metafora struktural dan metafora orientalis adalah jenis yang sangat

jarang digunakan dalam metafora film tersebut. Metafora ontologia adalah metafora

yang menerapkan konsep perbandingan dari benda konkret yang diwujudkan ke

benda konkret lain. Metafora jenis ini mengkonsepkan pikiran, pengalaman, proses

abstrak lain ke suatu yang bersifat fisik. Contohnya adalah kalimat hari ini otak

saya tidak berjalan. Otak merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak

kemudian dikonsepkan ke dalam sebuah konsep yang fisik yaitu berjalan

sebagaimana makhluk hidup berjalan. Metafora orientalis adalah metafora yang

berhubungan dengan orientasi ruang seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang

dan lain-lain. Metafora ini muncul dari kenyataan bahwa manusia memiliki tubuh,

dan tubuh tersebut berfungsi dalam lingkungan fisik (Lakof, 2003:15). Contohnya

adalah kalimat happy is up health is up. Konsep kalimat tersebut memicu timbulnya

ekspresi i`m feeling up today ‘saya merasa bersemangat hari ini’. Sedangkan

metafora struktural adalah jenis metafora yang memiliki konsep melihat persamaan

Page 16: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

16

yang ada dari benda abstrak kemudian diwujudkan ke benda konkret yang dibentuk

dari ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora ini mengkonsepkan bahwa A sama

dengan B dan B sama dengan A, seperti contoh time is money ‘waktu adalah uang’.

Jadi dalam dalam metafora tersebut waktu disamakan dengan uang dan dapat pula

uang disamakan dengan waktu. penggunaan konteks situasional metafora

dipengaruhi oleh medan, pelihat dan sarana yang ada dalam sebuah situasi tertentu.

Sedangkan penggunaan konteks budaya metafora terkait dengan maknanya dalam

budaya itu dan terkait pula dengan latar situasi. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang penulis kerjakan adalah dalam jenis metafora yang dikemukakan

Lakof (1980), penelitian ini lebih merujuk pada jenis metafora ontologis sedangkan

penulis cenderung memakai jenis metafora struktural.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian yang dilakukan penulis mengenai

metafora dalam puisi diwan Imam Syafi`i dapat diterima secara ilmiah dengan

memperhatikan etika keilmuan. Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang

lain dengan objek formal metafora dan objek material berupa puisi Imam Syafi`i.

1.7. Landasan Teori

1.7.1. Definisi Metafora

Metafora sudah menjadi bahan studi sejak zaman kuno. Kata metafora secara

etimologi berasal dari bahasa Yunani ‘meta’ yang berarti ‘over, beyond’ dan

‘pherein’ yang berarti ‘to trasnfer’. Aristoteles menganggap metafora sebagai

bentuk analogi dan penghias bahasa dalam retorika dan dia mendefinisikan metafora

sebagai sebuah kata yang digunakan dalam arti yang berbeda. Pada intinya

Aristoteles menganggap metafora merupakan upaya dalam memberikan kesan

Page 17: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

17

kemiripan antara suatu hal dengan hal-hal yang lain, kesan kemiripan tersebut dapat

muncul melalu perpindahan makna dari benda hidup ke benda mati maupun

sebaliknya (Aristotle, 1909: 63 dalam Punter, 2007: 12).

Wahab (1990:11), mengartikan metafora dalam devinisi yang lebih lebar dari

devinisi Aristoteles, yaitu sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat

dijangkau secara langsung dari lambang yang dipakai, karena makna yang dimaksud

terdapat pada prediksi ungkapan kebahasaan tersebut. Kridalaksana (2001:136)

mengatakan bahwa metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek

atau konsep lain berdasarkan kiasan atau persamaan, misalnya kaki gunung, kaki

meja yang dianalogikan dengan kaki manusia. Metafora juga dapat didefinisikan

sebagai sebuah penggunaan bahasa untuk merujuk sesuatu dengan menggunakan

sesuatu yang lain dimana kedua hal tersebut memiliki persamaan, “the use of

language to refer to something other than what it was originally applied to, or what

it ‘literally’ means, in order to suggest some resemblance or make a connection

between the two things” (Knowles dan Moon, 2006:2). Persamaan di dalam kedua

hal yang dibandingkan disebut sebagai ground. Persamaan ini dapat berupa

persamaan bentuk, sifat, konsep, maupun emosi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

metafora membuat perbandingan terhadap dua hal atau benda untuk menciptakan

suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan

menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka,

serupa, seperti perumpamaan atau yang lebih dikenal dengan simile.

Page 18: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

18

1.7.2. Unsur-Unsur Metafora

Teori mengenai metafora terdiri dari dua jenis yaitu teori metafora linguistik

dan teori metafora konseptual (Taylor, 2003:135). Kedua teori ini memiliki

pandangan yang berbeda dalam melihat metafora. Teori metafora linguistik

memandang bahwa suatu metafora terdiri dari tiga elemen yaitu tenor, vehicle dan

ground. Tenor merupakan elemen yang dibandingkan atau dilambangkan, vehicle

merupakan elemen yang melambangkan atau menjadi lambang sedangkan ground

merupakan persamaan sifat maupun konsep antara tenor dan vehicle. Dan untuk

memudahkan dalam pembacaan tesis ini selanjutnya kata tenor akan diganti dengan

pebanding, kata vehicle akan diganti dengan pembanding. Bertolak dari pendapat

tersebut dapat dilihat bahwa metafora memiliki tiga elemen pokok didalamnya,

yaitu:

1. Pebanding (tenor or target domain) adalah konsep, objek yang

dideskripsikan, dibicarakan, dikiaskan, dilambangkan, dan dibandingkan.

2. Pembanding (vehicle atau source domain) adalah kata-kata kias itu

sendiri.

3. Persamaan antara pebanding dan pembanding (ground and sense) adalah

relasi persamaan antara target domain dan vehicle atau source domain.

Relasi persamaan ini dapat bersifat objektif: bentuk, tempat, sifat atau

kombinasi diantaranya serta persamaan emotif, konsep, fungsi, dan sosial

budaya.

Ketiga elemen tersebut harus ada dalam setiap metafora, sebagai contoh

adalah kalimat Jono bintang lapangan di klub bolanya. Kalimat tersebut

digunakan untuk menyebut seorang yang jago bermain bola. Jono dalam kalimat

Page 19: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

19

diatas disebut sebagai pebanding, sedangkan bintang lapangan adalah pembanding.

Adapun persamaan antara keduanya adalah bintang merupakan benda langit yang

tinggi dan dapat menyinari disaat kegelapan disamakan dengan kepandaian dan

keahlian seseorang dalam menggocek dan memainkan bola saat dilapangan.

Pandangan teori metafora linguistik dan metafora konseptual dalam

memahami sebuah metafora berbeda. Jika metafora linguistik memandang bahwa

metafora terdiri dari tiga elemen yang berbeda yaitu tenor, vehicle dan ground,

maka metafora konseptual memandang bahwa metafora memiliki dua ranah

konseptual dimana salah satu ranah (domain) dimengerti atau dijelaskan dengan

domain lain. Dua ranah tersebut adalah target domain yaitu hal yang dijelaskan atau

dimengerti dengan source domain dan source domain yaitu hal yang menjelaskan

target domain (Kovecses, 2002:4). Sebagai contoh adalah kalimat Ina pelita

hidupku. Jika dalam teori metafora linguistik kalimat tersebut terdiri dari pebanding

yaitu Ina yang merupakan persona perempuan ketiga tunggal dan masih abstrak

karena belum dijelaskan siapa itu Ina, apakah hubungan Ina dengan pelaku.

Kemudian kata Ina dikonsepkan dengan pelita hidupku yang merupakan bentuk

frasa, setelah kata Ina disandingkan dengan pelita hidupku maka konsep abstrak Ina

dapat ditemukan yaitu Ina adalah sebuah pelita bagi hidup si pelaku. Antara Ina dan

pelita adalah dua unsur metafora yang memiliki persamaan diantara keduanya, yaitu

sama-sama menerangi dan menuntun kehidupan pelaku sebagaimana pelita

menerangi keadaan yang gelap. Kalimat Ina pelita hidupku juga dapat

dikonsepkan ke dalam teori metafora konseptual. Ina menjadi target domain yang

akan dijelaskan oleh source domain yaitu pelita hidupku. Ina adalah hal yang

dijelaskan atau dimengerti oleh source domain, sedangkan pelita hidupku adalah hal

Page 20: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

20

yang menjelaskan target domain yaitu Ina. Jadi dapat dikatakan bila Ina adalah inti

dari metafora tersebut sedangkan pelita hidupku adalah atribut yang melengkapi

pengertian target domain.

Teori metafora konseptual di atas terkadang disebut sebagai teori metafora

kognitif . Teori ini kemudian mulai dikenal oleh banyak orang ketika terbit buku

Metaphor We Live by yang ditulis oleh Lakoff dan Johnson. Lakoff dan Johnson

(1980:4) mengatakan bahwa metafora menanyangkan peta kognitif dari satu ranah

pebanding kepada ranah pembanding sehingga menyebabkan pembanding terikat

dalam pengalaman fisik spasial melalui ranah pebanding. Hasilnya adalah skema-

skema yang menengahi diantara tingkat konseptual dan indrawi dalam ranah

pebanding menjadi aktif, dan begitu juga dalam ranah pembanding. Satu skema

metafora merupakan satu representasi mental yang mengikat struktur konseptual

dari ranah abstrak ke ranah indrawi yang lebih fisikal. Artinya, metafora berusaha

untuk menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak dengan sesuatu yang lain yang

bersifat lebih nyata. Selain itu, metafora juga berada pada sistem kognitif manusia

karena metafora menunjukkan bagaimana pikiran mempersepsikan atau membentuk

kenyataan. Metafora tidak hanya digunakan dalam berbahasa, melainkan digunakan

juga dalam pikiran dan tindakan manusia karena sistem konseptual manusia dalam

berpikir dan bertindak secara fundamental terkait dengan metafora (Lakoff dan

Johnson, 1980:4).

1.7.3. Jenis-Jenis Metafora Berdasarkan Medan Semantik

Semantik merupakan cabang sistemik bahasa yang menyelidiki makna atau

arti (Veerhar, 1978: 9). Semantik juga merupakan bagian tertentu dari leksikon yang

Page 21: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

21

didefinisikan dengan istilah atau konsep umum. Menurut Haley (1980: 139) dalam

penciptaan metafora, bahasa yang digunakan tergantung pada lingkungan sosial dan

budaya. Hal ini dikarenakan persepsi manusia terjadi dalam suatu keseluruhan

dengan lingkungannya.

Wahab (1990, 126-129) membagi metafora menjadi dua kategori, yaitu

kategori metafora universal dan metafora kultural. Metafora universal merupakan

metafora yang memiliki medan semantik yang sama bagi sebagian besar budaya di

dunia, baik lambang kias maupun makna yang dimaksudkan. Wahab juga

menjelaskan bahwa metafora universal diambil dari medan semantik yang

diciptakan oleh Halley. Haley (1980: 139-154) dalam buku Linguistics Perspective

on Literature membagi metafora ke dalam sembilan jenis berdasarkan medan

semantik pembandingnya, yaitu:

a. Metafora keadaan (being) yaitu metafora yang meliputi hal-hal abstrak,

seperti kebenaran dan kasih.

b. Metafora kosmos (cosmos) yaitu metafora yang meliputi benda-benda

kosmos, misalnya bulan dan matahari.

c. Metafora tenaga (energy) yaitu metafora dengan medan makna semantik

hal-hal yang memiliki kekuatan angin, cahaya, api, dengan prediksi

dapat bergerak.

d. Metafora Subtansi (subtance) yaitu metafora yang meliputi macam-

macam gas dengan prediksinya dapat memberi kelembaban, bau,

tekanan, dan sebagainya.

e. Metafora permukaan bumi (terrestrial) metafora yang meliputi hal-hal

yang terikat atau terbentang di permukaan bumi, misalnya sungai, hutan,

Page 22: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

22

gunung, laut, dan sebagainya. Selain itu metafora ini juga meliputi hal-

hal yang berhubungan dengan segala hal yang jatuh karena pengaruh

gravitasi bumi.

f. Metafora benda mati (object) adalah metafora yang meliputi benda-

benda yang tidak bernyawa, misalnya meja, buku, kursi, gelas dan

sebagainya yang dapat hancur dan pecah.

g. Metafora tumbuhan (living) yaitu metafora yng berhubungan dengan

seluruh jenis tumbuh-tumbuhan, seperti daun, sagu, padi dan sebagainya.

h. Metafora binatang (animate) adalah metafora yang berhubungan dengan

makhluk organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang dan sebagainya

seperti kuda, burung, kucing, harimau dan sebagainya.

i. Metafora manusia (human) adalah metafora yang berhubungan dengan

makhluk yang dapat berpikir dan memiliki akal.

1.7.4. Bentuk Kebahasaan Metafora Diwan Imam Syafi`i

Kata adalah satuan terkecil dalam kalimat yang dapat diujarkan sebagi

bentuk yang bebas dan dapat berdiri sendiri (Kridalaksana, 2001:110). Kata

merupakan cakupan kebahasaan yang dibahas oleh Morfologi. Morfologi sendiri

adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk

bentuk kata.

Kata merupakan satuan terbesar dalam morfologi, akan tetapi dalam tataran

sintaksis kata adalah satuan terkecil yang dapat membentuk menjadi satuan terbesar

yaitu paragraf. Kata dalam hal ini akan membahas menengenai kata sebagai satuan

terkecil sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai

Page 23: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

23

pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis dan sebagai perangkai

dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagaian dari satuan sintaksis (Chaer,

2007: 219).

Kridalaksana (2008:223) mengatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan dan

hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan yang lebih besar, atau antara

satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan kecil dalam bidang itu

adalah kata. Jadi hal-hal yang membicarakan mengenai seluk beluk wacana,

kalimat, klausa dan frasa merupakan bidang kajian sintaksis.

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;

gabungan itu dapat rapat dapat pula renggang. Seperti misalnya gunung tinggi

adalah frasa karena gunung tinggi merupakan kontruksi nonpredikatif. Konstruksi

tersebut berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan termasuk frasa karena

bersifat predikatif (Kridalaksana, 2008:66).

Klausa adalah kalimat berpredikat yang merupakan bagian dari kalimat yang

lebih besar (Wirjosoedarmo:1985:327). Perbedaan antara klausa dan frasa adalah

bila klausa berpredikat sedangkan frasa tidak. Di dalam sebuah klausa akan

ditemukan adanya fungsi predikat dari sebuah kata ataupun frasa dan kata yang

lainnya menyatakan fungsi subyek, sebagai objek ataupun sebagai keterangan.

Klausa terbagi menjadi dua golongan, yakni klausa bebas atau klausa

lengkap dan klausa terikat atau klausa tidak lengkap, sedangkan menurut jenis kata

pedikatnya, klausa bebas dibedakan atas dua macam, yakni klausa verbal dan klausa

nominal (Wirjosoedarmo:1985:327).

Kridalaksana (2008:103) menyebutkan bahwa kalimat merupakan konstruksi

gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu,

Page 24: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

24

dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan. Sesungguhnya yang menentukan

satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan

intonasinya. Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat dapat dibedakan

menjadi kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat suruh.

1.7.5. Metafora dan Budaya

Cara masyarakat membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain terikat

pada pengalaman masyarakat (bodily experience) (Marley, 2008: 565-568). Oleh

karena itu, daerah dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki metafora yang

berbeda pula yang disebabkan oleh konsep-konsep skema yang dihasilkan terbentuk

dari budaya masyarakat yang berbeda.

Budaya dalam hal ini juga termasuk berbagai pengalaman hidup yang

senantiasa mempengaruhi penciptaan metafora. Oleh karena itu, untuk mengetahui

makna sebenarnya dari sebuah metafora, seseorang harus mengetahui konteks dan

budaya dimana metafora tersebut muncul. Apabila tidak mengetahui konteks dan

budaya, maka pemaknaan terhadap makna yang sebenarnya dari sebuah metafora

dapat keliru.

Hal ini sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Lyons (1996:280-281)

bahwa untuk mengetahui apakah suatu ungkapan hanya bermakna harfiah saja atau

bermakna metaforis dibutuhkan konteks dan situasi pembicaraan. Ungkapan John is

a tiger dapat bermakna harfiah saja yaitu John adalah nama seekor harimau ataupun

dapat bermakna metaforis berdasarkan konteks pembicaraan.

Menyebarnya kesusastraan arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya

Islam secara luas ke berbagai belahan dunia. Penerimaan terhadap agama Islam di

Page 25: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

25

kalangan bangsa Arab pada mulanya memang tidak banyak membawa perubahan

terhadap perkembangan sastra Arab, juga tidak banyak memberi perubahan terhadap

sifat-sifat, watak dan tabiat bangsa Arab.

Perubahan besar terjadi setelah munculnya penulisan mushaf Al-Qur’an.

Pengaruh langsung tampak pada berkembangnya kajian terhadap teks kitab suci,

terutama dari segi bahasa dan sastra. Semenjak itu orang Arab juga mulai giat

mengumpulkan puisi lama dan cerita lisan warisan nenek moyang mereka. Gaya

bahasa Al-Qur’an semakin menarik perhatian penyair yang nantinya mempengaruhi

corak penulisan dan pola bercerita. Para penyair pada saat itu belum dapat

menandingi keindahan kata yang terdapat dalam Al-Qur`an, oleh sebab itu mereka

menggunakannya sebagai rujukan untuk mengetahui budaya, keadaan dan kisah-

kisah kaum sebelum mereka.

1.8. Metode Penelitian

Kata ‘penelitian’ merupakan bentuk pembendaan dari kata ‘peneliti’ yang

mengandung makna sebagai tindakan melakukan kerja penyelidikan secara cermat

terhadap suatu sasaran untuk memperoleh hasil tertentu (Soeratno, 2011:58).

Penelitian ini menganalisis metafora yang terdapat pada puisi yang terangkum

dalam buku puisi Diwan Imam Syafi`i dengan membatasi kajiannya pada gaya

bahasa kiasan metafora. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian yang

bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berarti

penelitian ini akan memberikan deskripsi dan eksplanasi atas gejala-gejala

kebahasaan yang muncul (Mahsun, 2007:257). Pendekatan kualitatif merupakan

pendekatan yang bersifat alamiah dan menghasilkan data deskritif berupa kata-kata

Page 26: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

26

tertulis atau lisan dari orang-orang, perilaku atau data-data lainnya yang dapat

diamati oleh peneliti (Moleong, 2000:3). Sebagaimana penelitian kualitatif,

penelitian ini tidak menggunakan data statistik yang berupa angka-angka, melainkan

mencari data-data berupa gaya bahasa kiasan metafora dalam bahasa Arab yang

terkandung dalam buku puisi Diwan Imam Syafi`i.

1.8.1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan library research, karena data diperoleh dari sumber

tertulis. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik simak bebas libat cakap yang

artinya melakukan penjaringan data dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa

ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Kesuma (2007:43) memberikan

pengertian metode simak sebagai cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah

penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah, dan lain-

lain.

Untuk mendukung metode ini, teknik yang digunakan adalah teknik catat,

yaitu penulis mencatat dan mengklasifikasikan data kebahasaan (Mahsun,

2007:133). Data yang telah dipilih diidentifikasi sesuai dengan rumusan masalah

yang telah dibuat sebelumnya.

1.8.2. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode agih. Metode ini

merupakan metode yang alat penentunya terdapat di dalam dan merupakan bagian

dari bahasa yang diteliti. Di dalam analisis data, penulis juga menggunakan teknik

bagi unsur langsung. Teknik tersebut merupakan teknik yang menganalisis data

dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan

Page 27: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

27

bagian-bagian serta unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang

langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Kesuma, 2007:54-55).

Dalam Analisis pertama penulis akan mengklarifikasikan vehicle tersebut

berdasarkan teori medan semantik metafora yang dikemukakan Haley (1980: 139-

154). Kemudian, penulis akan mengklarifikasikan metafora berdasarkan bentuk

kebahasaannya sesuai yang dikemukakan oleh Keraf (1969: 90-100), yang

menggolongkan kata berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata itu menjadi kata

benda, kata kerja, kata sifat dan kata tugas. Dan bentuk kebahasaan lainnya berupa

frasa dan klausa. selanjutnya yang terakhir menghubungkan metafora tersebut

dengan budaya bangsa Arab. Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa bantuan

untuk menghubungkan pembanding metafora tersebut dengan budaya Arab pada

umumnya, diantaranya yaitu Al-Qur`an yang di dalamnya banyak menceritakan

kehidupan bangsa Arab terdahulu, kamus Munjid yang di dalamnya terdapat kajian

mengenai budaya, dan beberapa narasumber yang telah lama tinggal di kawasan

Arab.

1.8.3. Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dapat menggunakan dua cara penyajian, yaitu bersifat

formal dan informal. Penyajian formal adalah penyajian hasil analisis data dengan

menggunakan sejumlah rumus dan skema tertentu dalam beberapa pembahasan.

Sementara penyajian yang bersifat informal adalah penyajian hasil analisis data

yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa untuk mendeskripsikan hasil

analisis data (Sudaryanto, 1993:144). Penyajian hasil analisis data dalam penelitian

ini berupa penyajian secara informal, yaitu penyajian hasil analisis data yang

dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa.

Page 28: PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/59232/potongan/S2-2013...contoh tersebut dibandingkan dengan fire ‘api’ karena anggapan tentang adanya

28

1.9. Sistematika Penulisan

Penyajian penelitian dengan judul Gaya Bahasa Metafora dalam Puisi Imam

Syafi`i ini akan dibagi ke dalam lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang

terdiri dari latar belakang; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian

yang terdiri dari manfaat praktis dan manfaat teoritis; landasan teori yang terdiri dari

hubungan antara linguistik, sastra dan karya sastra arab; gaya bahasa; gaya bahasa

kiasan; jenis-jenis gaya bahasa kiasan; dan metode penelitian.

Bab kedua akan menyajikan jenis-jenis metafora yang terdapat dalam Syair

Diwan Imam Syafi`i. Selanjutnya, pada bab ketiga akan mendeskripsikan tata

bahasa atau bentuk kebahasaan yang terdapat dalam puisi diwan Imam Syafi`i.

Pemaparan mengenai hubungan metafora dalam puisi diwan Imam Syafi`i dengan

budaya Arab, akan dibahas pada bab keempat. Pada bab terakhir akan berisi

kesimpulan penelitian dan saran.