16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palumbo menyatakan bahwa pendengaran adalah suatu kecacatan yang teta dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis memengaruhi kualitas hi seseorang. Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua memengaruhi lansia. Beberapa orang yang menyatakan bahwa hal te memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi ar dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah. Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengal gangguan pendengaran dalam deraat yang berbeda. !iantara mereka berusia lebihdari 8" tahun,66% mengalami gangguan pendengaran. !iperkirakan #"% orang yang berada dalam institusi mengalami ma pendengaran. $ebih kurang "% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran &presbiskusis'. (angguan pendengaran mulai dari deraat ringan sampai b dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umunya laki)la lebih sering menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan. B. Rumusan Masalah *. +pakah defenisi gangguan pendengaran pada lansia 2. +pakah etiologi dari gangguan pendengaran pada lansia -. +pakah lasifikasi gangguan pendengaran pada lansia . +pakah manifestasi klinis dari gangguan pendengaran pada lansia 5. Bagaimanakah patofisiologi gangguan pendengaran pada lansia 6. Bagaimanakan pemeriksaan untuk gangguan pendengaran pada lansia /. Bagaimanakah penatalaksaanaan gangguan pendengaran pada lansia 8. Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan pendengaran pada lansia C. Tujuan *. 0ntuk mengetahui definisi gangguan pendengaran pada lansia. 2. 0ntuk mengetahui etiologi gangguan pendengaran pada lansia. -. 0ntuk mengetahui klasifikasi gangguan pendengaran pada lansia. . 0ntuk mengetahui manifestasi klinis gangguan pendengaran pada lansia. 1

Pendengaran Pada Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPalumbo menyatakan bahwa pendengaran adalah suatu kecacatan yang tetap dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis memengaruhi kualitas hidup seseorang. Penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang memengaruhi lansia. Beberapa orang yang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah.Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantara mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada dalam institusi mengalami masalah pendengaran.Lebih kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan pendengaran (presbiskusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umunya laki-laki lebih sering menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan.

B. Rumusan Masalah1. Apakah defenisi gangguan pendengaran pada lansia?2. Apakah etiologi dari gangguan pendengaran pada lansia?3. Apakah Klasifikasi gangguan pendengaran pada lansia?4. Apakah manifestasi klinis dari gangguan pendengaran pada lansia?5. Bagaimanakah patofisiologi gangguan pendengaran pada lansia?6. Bagaimanakan pemeriksaan untuk gangguan pendengaran pada lansia?7. Bagaimanakah penatalaksaanaan gangguan pendengaran pada lansia?8. Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan pendengaran pada lansia?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui definisi gangguan pendengaran pada lansia.2. Untuk mengetahui etiologi gangguan pendengaran pada lansia.3. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan pendengaran pada lansia.4. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan pendengaran pada lansia.5. Untuk mengetahui patofisiologi gangguan pendengaran pada lansia.6. Untuk mengetahui pemeriksaan pada gangguan pendengaran pada lansia.7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan pendengaran pada lansia.8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pendengaran.

BAB IIKONSEP DASAR MEDIS

A. DefenisiGangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan (Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert, 1990, Vander Cammen, 1991).

B. Etiologi1. Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:a. Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)b. Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural). 2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi menjadi:a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak padatelinga dalam).b. Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh: a. Trauma akustik (suara yang sangat keras) b. Infeksi virus pada telinga dalam c. Obat-obatan tertentu d. Penyakit Meniere4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh: a. Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan infeksi batang otak.b. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke). Beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).

C. Klasifikasi1. Gangguan Pendengaran Tipe KonduktifGangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.2. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-NeuralPenyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.3. PrebiakusisHilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :a. Presbiakusis SensorikPatologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.b. Prebiakusis StrialAbnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.c. Prebiakusis Konduktif KoklearDiakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.4. TinitusSuatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.5. Persepsi Pendengaran AbnormalSering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.6. Gangguan Terhadap Lokalisasi SuaraPada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara, terutama dalam lingkungan yang agak bising.

D. Manifestasi Klinis1. Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada kedua telinga dan tidak didasari oleh penderita.2. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk mengerti pembicaraan.3. Sulit mendengar pembicaraan di sekitar, terutama jika berada di tempat dengan latar belakang suara yang ramai.4. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah di dengar daripada suara berfrekuensi tinggi.5. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga. Telinga terdengar berdenging (tinnitus).

E. PatofisiologiTelinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi dalam 3 bagian yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespons pada gerakan kepala.Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan satu-satunya bagian yang tidak di sokong oleh kartilago mengalami pengeriputan, aurikel tampak lebih besar, dan tragus sering di tutupi oleh rumbai-rumbai rambut yang kasar. Saluran auditorial menjadi dangkal akibat lipatan ke dalam. Pada dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar juga produksi serumen agak berkurang dan cenderung menjadi lebih keringPerubahan atrofi telinga tengah khususnya membran timpani karena proses penuan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbiskusis. Presbiskusis merupakan akibat dari proses degenaratif pada satu / beberapa bagian koklea (strias vaskularis, sel rambut, dan membran basilaris) maupun serabut saraf auditori. Presbiskusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik individu dengan faktor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus menerus , obat ototoksik, dan penyakit sistemik.

F. Pemeriksaan1. Pemeriksaan Dengan GarputalaPada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga. Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak. Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga dalam saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif. Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.2. AudometriAudiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya. Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.3. Audimetri Ambang BicaraAudiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.4. DiskriminasiDengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi kata-kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal. Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawah normal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.5. TimpanometriTimpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif. Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga. Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa: a. Penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung bagian belakang)b. Cairan di dalam telinga tengahc. Kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui telinga tengah.Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga tengah). Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara yang keras/gaduh (refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan melindungi telinga tengah. Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot stapedius tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh.6. Respon Auditoris Batang OtakPemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.7. ElektrokokleografiElektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara. Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).

G. PenatalaksanaanAsuhan keperawatan gangguan sistem pendengaran lansia :1. Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi.2. Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu keras.3. Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan tidak terlalu panjang.4. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan.5. Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi klien.6. Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan.7. Beri motivasi dan reinforcement.8. Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran.9. Lakukan pemeriksaan secara berkala.

BAB IIIKonsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian Keluhan utama1. Pusing dirasakan terutama saat bergerak2. nyeri seperti ditusuk jarum, pada pasien vertigo biasanya nyeri kepala seperti berputar-putar Pemeriksaan fisik1. Adanya dizziness terutama saat bergerak, nistagmus, unstable.2. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf3. Aktivitas /istirahatLetih, lemah,malaise, keterbatasan gerak4. SirkulasiRiwayat hipertensi, denyutan vaskuler, pucat wajah tampak kemerahan5. Integritas EgoFaktor-faktor strees / lingkungan tertentu6. Makanan dan cairanMual muntah anoreksia, penurunan berat badan7. Interaksi sosialPerubahan tanggung jawab / peran interaksi yang berhubungan dengan penyakit

B. Penyimpangan KDMDegenerasi tulang-tulangpendengaran bagian dalam

Perubahan struktur kokhlea

Atrofi koklea,Hilangnya sel-sel rambutpada basal kokhlea

Perubahan vascular, Penurunan jumlah dan ukuran sel ganglion dan saraf

Fungsi pendengaran menurun

Pendengaran terhadapMenarik diri Ancaman perubahankata-kata/ rangsangan dari lingkunganstatus kesehatansuara menurun HDRkurang informasitentang penyakitGangguan persepsi/Gangguan Sensori: pendengarankomunikasi verbal Kurang pengetahuanC. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan persepsi/sensori: pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi pendengara3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi penurunan fungsi pendengaran4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan dengan keterbatasan informasi mengenai penyakitnya.

D. IntervensiGangguan persepsi/ sensori: pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaranTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 224 jam perbaikan pendengaran.Kriteria hasil : klien akan mengalami perbaikan pendengaran implikasi hilang.

IntervensiRasional

1. Kaji kapasitas fisiologik secara umum.

2. Lakukan irigasi sesuai program.

3. Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap diperlukan jika tersedia.4. Dorong pasien untuk mengungkapkan emosi selama kehilangan pendengaran.1. Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.2. Melakukan irigasi untuk melakukan pembersihan pada telinga.3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi.4. Membuat pasien merasa dihargai dan berarti.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi pendengara

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 224 jam klien mampu berkomunikasi verbal dengan baik Kriteria hasil : klien berkomunikasi dengan baik

IntervensiRasional

1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam menerima pesan

2. Periksa apakah ada serumen di telinga klien

3. Berbicara dengan pelan dan jelas

4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan.

5. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik1. Untuk mengetahui sejauh mana klien dapat menerima pesan dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.2. Agar pendengaran klien tidak terganggu dan terjaga kebersihannya.3. Memudahkan klien untuk memahami pembicaraan.4. Memudahkan klien menyampaikan pesan.5. Memudahkan klien untuk mengerti dengan apa yang diungkapkan.

Harga diri rendah berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi penurunan fungsi pendengaranTujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 224 jam klien dapat menerima keadaan dirinya.Kriteria hasil : harga diri rendah klien teratasi

IntervensiRasional

1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungan derajat kemampuannya.2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.3. Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan tentang kritikan orang.4. Beri pujian atas keberhasilan yang telah klien capai.5. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain 6. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian mengunjungi klien

1. Menentukan faktor- faktor secara individu dalam mengembangkan intervensi.2. Agar dapat mengenal perasaan yang menyebakan perilaku menarik diri 3. Kemungkinan memiliki perasaan tidak realistik saat dikritik dan perlu mempelajari4. Menumbuhkan rasa percaya diri klien.5. Memudahkan klien bersosialisasi.

6. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan dengan keterbatasan informasi mengenai penyakitnya.Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 224 jam klien memahami penyakitnya.Kriteria hasil : mengutarakan pemahaman tentang kondisi dan prosedur

IntervensiRasional

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit.

2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit dan kondisi sekarang.

3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.

4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.1. Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien tentang penyakitnya.2. Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.3. Untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tentyang penyakitnya.4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.5. Agar klien mampu melakukan dan mengubah posisi letak tubuh yang kurang baik

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan 1. Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. 2. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan.3. Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam, Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising.4. Perubahan atrofi telinga tengah khususnya membran timpani karena proses penuan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbiskusis

B. Saran Perawat harus memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan bertanggung jawab Keluarga harus memberi dukungan dan motivasi pada klien untuk mengembangkan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Keluarga harus memotivasi klien untuk selalu menjaga kebersihan telinganya.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Nurbaiti.2006.Ilmu penyakit Telinga Hidung Tenggorokan untuk Perawat.Jakarta:FKUIMaryam, Sisi, dkk.2008.Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.Jakarta: Salemba MedikaSoepardi, Efiaty Aryad dan Nurbaiti iskandar.2000.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan.Jakarta: FKUIStanley, Mickey, dkk.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2.Jakarta: EGCWahyudi, Nugroho.2003.Keperawatan Gerontik Edisi 3.Jakarta: EGC17