Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG “FRAKTUR ANTE BRAKHII:
PENATALAKSANAAN DAN KOMPLIKASI”
Oleh:
Risa Syahbana Badar
NIM 152310101100
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ii
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada hadirat Allah SWT,
Pencipta alam semesta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan kegiatan Pendidikan Kesehatan ini dapat selesai dengan baik.
Pendidikan kesehatan tentang “Fraktur Ante Brakhii: Penatalaksanaan dan
Komplikasi” sangat penting bagi klien yang pernah mengalami fraktur tersebut
maupun yang berisiko. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan
klien dalam berperan aktif untuk bertanggungjawab menjaga keselamatan dan
kesehatan dalam bekerja atau beraktivitas.
Upaya pemerintah dalam penanganan fraktur khususnya berhubungan
dengan dunia kerja sudah cukup bagus salah satu contohnya yaitu dengan
diberlakukannya standar kemanan kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja yang dapat menimbulkan cedera seperti fraktur dan lain-lain. Pemerintah
juga telah menyediakan fasilitas layanan kesehatan yang dapat menangani kasus-
kasus cedera khususnya fraktur. Namun disisi lain, kasus fraktur bukan hanya
berisiko tinggi terjadi para p
Kami berharap kegiatan pendidikan kesehatan ini berjalan dengan lancar
dan sesuai tujuan sebelumnya. Kami berharap saran yang membangun sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Jember, Mei 2016
Pelaksana
(Risa Syahbana Badar)
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Analisa Situasi ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT .................................................................... 3
2.1 Tujuan ............................................................................................................ 3
2.2 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH ...................................... 4
3.1 Dasar Pemikiran ........................................................................................... 4
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah ................................................................... 4
BAB 4. PELAKSANAAN KEGIATAN .............................................................. 6
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah .................................................................... 6
4.2 Khalayak Sasaran .......................................................................................... 6
4.3 Metode yang Digunakan................................................................................ 6
BAB 5. HASIL KEGIATAN ................................................................................ 7
5.1 Analisa Evaluasi ............................................................................................ 7
5.2 Faktor Pendukukng ........................................................................................ 8
5.3 Faktor Penghambat ........................................................................................ 8
BAB 6. PENUTUP 10
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
6.2 Saran ............................................................................................................ 10
iv
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
LAMPIRAN:
Lampiran 1: Berita Acara
Lampiran 2: Daftar hadir
Lampiran 3 : Materi
Lampiran 4 : Media
Lampiran 5 : Foto kegiatan
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Berita Acara
Lampiran 2: Daftar hadir
Lampiran 3 : Materi
Lampiran 4 : Media
Lampiran 5 : Foto kegiatan
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Semakin maju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berdampak pada
kehidupan masyarakat termasuk pada bidang kesehatan. Hal ini menuntut
kesiapan dan kesiagaan berbagai pihak untuk antisipasi permasalahan yang
mungkin timbul kemudian, termasuk juga dengan penanganan kesehatan.
Contoh masalah kesehatan yang sering di temui yaitu fraktur. Fraktur
merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang disebabkan karena rudapaksa.
Dalam gambaran epidemiloginya, fraktur merupakan masalah kesehatan yang
menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua trauma kecelakaan kendaraan
bermotor. Salah satu contoh dari fraktur ini adalah fraktur antebrachii karena saat
terjadi trauma lengan bawah mengalami benturan, atau penekanan yang kuat yang
akhirnya menimbulkan suatu perpatahan. Fraktur antebrachii merupakan suatu
perpatahan pada lengan bawah yaitu pada tulang radius dan ulna dimana kedua
tulang tersebut mengalami perpatahan.
Fraktur Antebrachii yang tidak mendapat penanganan yang baik akan
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya gangguan aktivitas
atau hilangnya fungsi dari anggota badan itu sendiri, proses penyembuhan tulang
yang lama atau pula dapat meningkatkan adanya perubahan bentuk (deformitas)
yang terjadi pada tulang itu sendiri, dan terjadinya komplikasi yang dapat
memperburuk keadaan. Penatalaksanaan yang salah ini sering terjadi pada
masyarakat dan mengakibatkan hal-hal negatif seperti yang dijelaskan diatas.
Oleh karena itu pelakasana sebagai calon perawat melakukan Pendidikan
Kesehatan “Fraktur Anthe Brakhii: Penatalaksanaan dan Komplikasi” sebagai
fungsi educator agar masyarakat dapat mengetahui cara penatalaksanaan yang
benar pada fraktur anthe brakhii dan komplikasi yang mungkin terjadi.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa situasi di atas, maka rumusan masalah dalam kegiatan
yang akan dilakukan adalah pendidikan kesehatan tentang fraktur anthe brakhii
pada masyarakat usia dewasa awal di PPM. Al Husna Jember.
3
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang fraktur anthe brakhii pada
masyarakat usia dewasa awal mampu memahami konsep penatalaksanaan dan
komlikasi fraktur anthe brakhii
2.1.2 Tujuan Khusus
a. mampu menjelaskan definisi fraktur anthe brakhii
b. mampu menjelaskan penyebab fraktur anthe brakhii
c. mampu menjelaskan penatalaksanaan fraktur ante brakhii
d. mampu menjelaskan komplikasi fraktur ante brakhii
e. mampu menjelaskan proses penyembuhan fraktur ante brakhii
2.2 Manfaat
a. mengetahui definisi fraktur anthe brakhii
b. mengetahui penyebab fraktur anthe brakhii
c. mengetahui penatalaksanaan fraktur ante brakhii
d. mengetahui komplikasi fraktur ante brakhii
e. mengetahui proses penyembuhan fraktur ante brakhii
4
BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Dasar Pemikiran
Fraktur atau patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi pada
masyarakat. Biasanya disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung,
seperti benturan dan tekanan yang tidak mampu ditahan oleh tulang. Dalam
gambaran epidemiloginya, fraktur merupakan masalah kesehatan yang
menimbulkan kecacatan paling tinggi dari semua trauma kecelakaan kendaraan
bermotor, terutama fraktur anthe brakhii.
Epidemiologi yang tinggi pada fraktur anthe brakhii tidak di imbangi
dengan penatalaksanaan yang benar. Masyarakat Indonesia yang masih percaya
pada pengobatan tradisional melakukan penatalaksanaan dengan cara membawa
penderita fraktur pada “sangkal putung”. Ditinjau dari segi medis, hal ini kurang
tepat dilakukan karena proses penyembuhan fraktur tidak akan sempurna dan akan
menimbulkan komplikasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan kepada
masyarakat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan agar masyarakat
mengetahui dan memahami penatalaksanaan fraktur yang benar dan komplikasi
yang mungkin terjadi apabila penatalaksanaannya salah.
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Masalah penatalaksanaan fraktur yang tidak tepat masih sering di jumpai.
Hal ini menjadi tugas kita sebagai perawat untuk meluruskan pandangan
masyarakat yang salah tentang penatalaksanaan fraktur agar tidak terjadi
kompilkasi.
Salah satu hal yang dapat yang dilakukan yaitu dengan melakukan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penatalaksanaan fraktur yang
benar dan komplikasi yang mungkin terjadi apabila penatalaksanaan yang
dilakukan tidak tepat. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak lagi melakukan
5
penatalaksanaan fraktur yang salah dan agar tingkat kesehatan masyarakat dapat
lebih baik dengan dilakukannya penanganan fraktur yang benar.
6
BAB 4. PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi yang kondusif pada masyarakat usia
dewasa awal di PPM.Al Husna untuk mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi
akibat fraktur anthe brakhii. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Mei
2017 jam 07.30-09.30 WIB di PPM. Al Husna Jember.
4.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah
masyarakat usia dewasa awal di PPM. Al Husna Jember.
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model pembelajaran: ceramah
2. Landasan teori: Diskusi
3. Langkah pokok
a. menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajikan masalah
c. mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindakan lanjutan
= Sasaran
= Pemateri
7
BAB 5. HASIL KEGIATAN
5.1 Analisa Evaluasi
5.1.1 Evaluasi Persiapan
a. Pelaksana menyebar undangan kepada peserta pendidikan kesehatan.
b. Pelaksana mencari literatur yang berkaitan dengan Penatalaksanaan
Fraktur Antebhrakii.
c. Pelaksana mengurus kelengkapan administrasi dan perlengkapan.
d. Pelaksana menyipakan berita acara, daftar hadir, SAP, materi, serta
media yang telah dilampirkan.
e. Pelaksana melakukan kontrak waktu dengan semua peserta pendidikan
kesehatan.
f. Pelaksana menyiapkan tempat yang nyaman dan sesuai dengan jenis
kegiatan yang dilakukan.
g. Pelaksana menyiapkan peralatan yang dibutuhkan peserta pendidikan
kesehatan.
h. Pelaksana memastikan kesiapan peserta pendidikan kesehatan untuk
mengikuti kegiatan.
5.1.2 Evaluasi Proses
a. Tim pelaksana dosen menyampaikan materi tentang Penatalaksanaan
dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii dengan metode ceramah,
demonstrasi, dan diskusi menggunakan bahasa yang jelas, sederhana
dan mudah dimengerti.
b. Peserta pendidikan kesehatan kooperatif selama mengikuti kegiatan
dapat mempraktikkan dan dapat mengikuti pelaksana.
c. Peserta pendidikan kesehatan menunjukkan antusiasme selama kegiatan
hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta
pendidikan kesehatan dan setelah diberikan penjelasan peserta
8
pendidikan kesehatan menyatakan sudah mengerti dan memahami
tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii.
5.1.3 Evaluasi Hasil
a. 90% peserta pendidikan kesehatan sudah mampu menjawab pertanyaan
tentang penatalaksanaan dan komplikasi fraktur anthe brakhii yang
diajukan oleh pelaksana.
b. 90% peserta pendidikan kesehatan menunjukan mampu untuk
mengulangi penjelasan tentang penatalaksanaan dan komplikasi fraktur
anthe brakhii yang disampaikan oleh pelaksana.
c. peserta pendidikan kesehatan menyatakan bersedia melaksanakan
penatalaksanaan yang benar pada fraktur apabila terjadi fraktur.
5.2 Faktor Pendukukng
Faktor pendukung yang dapat dilakukan terkait kegiatan pendidikan
kesehatan tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii di
PPM. Al Husna kepada peserta pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Suasana dan tempat yang sangat sejuk sehingga membuat nyaman peserta
pendidikan kesehatan selama mengikuti kegiatan ini
b. Pemanfaatan media penunjang yang atraktif sehingga menarik
c. Semangat yang tinggi untuk belajar kesehatan pada peserta pendidikan
kesehatan
5.3 Faktor Penghambat
Faktor penghambat yang dapat di lakukan kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi Fraktur Anthe Brakhii di PPM. Al
Husna kepada peserta pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan cukup ramai/berisik karena adanya santri lain yang sedang
beraktivitas
9
b. Waktu yang terbatas karena peserta harus melanjutkan aktivitas yang lain
sebagai santri dan mahasiswa.
10
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kegiatan pendidikan kesehatan tentang Penatalaksanaan dan Komplikasi
Fraktur Anthe Brakhii pada santri PPM. Al Husna penting untuk dilakukan karena
masih ada dari mereka yang kurang tepat dalam melakukan penatalaksanaan
fraktur, masih ada masyarakat yang percaya pada “sangkal putung” dalam
mengobati fraktur padahal hal tersebut berisiko membuat proses penyembuhan
fraktur terganggu.
Oleh sebab itu, sebagai perawat kita harus melaksanakan peran sebagai
edukator agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan
fraktur yang benar agar tidak terjadi komplikasi yang tidak di inginkan.
6.2 Saran
Saran yang ada dalam laporan pertanggung jawaban ini ditujukan pada:
a. Bagi usia dewasa awal
Bagi usia dewasa awal diharapkan dapat saling berbagi ilmu dan pengetahuan
anatar sesama dalam menjaga kesehan khususnya dalam hal penatalaksanaan
fraktur anthe brakhii, serta mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi orang tua
Diharapkan orang tua dapat membimbing anak ketika terjadi fraktur agar
langsung membawanya ke fasilitas kesehatan agar dapat mendapat penanganan
yang tepat.
c. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu meluruskan pemahaman
masayarakat terhadap penatalaksanaan fraktur yang benar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Noor Zairin. 2013. Trigger Finger. Buku Ajar Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman
236-238
Mitra Home Care. 2017. Fraktur Antebrachii. [on line].
http://www.mitrahome care.com/2010/04/fraktur-antebrachii.html. [13 Mei
2017]
12
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Berita Acara
13
Lampiran 2 : Daftar Hadir
14
Lampiran 3 : Materi
FRAKTUR ANTHEBRAKHII
a. Pengertian
Fraktur ante brakhii adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna
yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma langsung maupun
tidak langsung (Helmi, 2013).
b. Anatomi Ante Brakhii
Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan
bawah, terletak medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua
tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang medial antebrachium. Ujung
proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini membentuk
tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.
Tulang Radius Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih
pendek dari dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi
caput pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial.
Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke
distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong
9 melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus
styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut
memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami
fraktur (Hartanto, 2013).
15
Gambar b.1 Anatomi Ante Brakhii
Gambar b.2 Fraktur ante brakhii
16
c. Penyebab fraktur ante brakhii
Pada umumnya frkatur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu
tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya karena tekanan yang diberikan
terlalu banyak dibandingkan kemampuan tulang untuk menhan. Menurut Nampira
(2014), fraktur ante brakhii karena terjadi karena cedera langsung pada lengan
bawah, kecelkaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur ini
biasanya disebabkan oleh cedera hebat.
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut
dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
d. penatalaksanaan fraktur ante brakhii
Untuk penyembuhan fraktur diperlukan immobilisasi. Imobilisasi
dilaksanakan dengan cara (Syamsul, Hidayat : 1997) dalam www.mitrahomecare
.com:
1. Pembidaian Physiologik
Pembidaian semacam ini terjadi secara alami karena menjaga pemakaian dan
spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan.
2. Pembidaian secara orthopedi eksternal
Ini digunakan dengan gips dan traksi.
3. Fiksasi internal
17
Pada metode ini, kedua ujung tulang yang patah dikembalikan kepada posisi
asalnya dan difiksasi dengan pelat dan skrup atau diikat dengan kawat. Setelah
immobilisasi dilaksanakan, tulang akan beradaptasi pada kondisi tersebut, yaitu
mengalami proses penyembuhan dan perbaikan tulang.
Terapi Latihan
Tujuan utama program latihan adalah mengembalikan fungsi, kinerja, kekuatan
otot, dan daya tahan ke tingkat sebelum terjadinya trauma. Atrofi otot dan
hilangnya kekuatan otot karena tidak dipergunakan berkisar antara 5% per hari
sampai 8% per minggu (Kuncara, 2011).
a. Active Exercise
Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan sendi melalui gerakan penuh atau
parsial yang ada sesuai keinginannya sendiri. Tujuan latihan kisaran gerak aktif
adalah menghindari kehilangan ruang gerak yang ada pada sendi. Latihan ini
diindikasikan pada fase awal penyembuhan tulang, saat tidak ada atau sedikitnya
stabilitas pada tempat fraktur. Umpan balik sensorik langsung pada pasien dapat
membantu mencegah gerakan yang dapat menimbulkan nyeri atau mempengaruhi
stabilitas tempat fraktur (Kuncara, 2011).
b. Active assisted (Gerak aktif dengan bantuan)
Pada latihan ini, pasien dilatih menggunakan kontraksi ototnya sendiri untuk
menggerakkan sendi, sedangkan professional yang melatih, memberikan bantuan
atau tambahan tenaga. Latihan ini paling sering digunakan pada keadaan
kelemahan atau inhibisi gerak akibat nyeri atau rasa takut, atau untuk
meningkatkan kisaran gerak yang ada. Pada latihan ini dibutuhkan stabilitas pada
tempat fraktur, misalnya bila sudah ada penyembuhan tulang atau sudah dipasang
fiksasi fraktur. (Kuncara, 2011).
c. Resisted Exercise
Latihan penguatan meningkatkan kemampuan dari otot. Latihan ini
meningkatkan koordinasi unit motor yang menginervasi suatu otot serta
keseimbangan antara kelompok otot yang bekerja pada suatu sendi.
Latohan penguatan bertujuan untuk meningkatkan tegangan potensial yng
dapat dihasilkan oleh elemen kontraksi dan statis suatu unit otot-tendon.
18
Latihan penguatan ada berbagai macam (Kuncara, 2011).
d. Hold Relax
Hold rilex adalah suatu latihan yang menggunakan otot secara
isometric kelompok antagonis dan diikuti relaksasi otot tersebut. Dengan
kontraksi isometric kemudian otot menjadi rileks sehingga gerakan kearah
agonis lebih mudah dilakukan dan dapat mengulur secara optimal.
Mekanisme kontraksi isometric pada penguluran otot ini karena
sarcomere otot yang semula memendek akan dapat memanjang kembali
dan berakibat pada kembalinya fungsi otot secara normal kemudian diikuti
dengan relaksasi grup otot antagonis, mobilitas menjadi baik, nyeri
berkurang. Maka pasien akan lebih mudah untuk menggerakkan sendi
yang semula terbatas. Menurut Alder (2008) tujuan dari terapi ini dalah
mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Indikasi dilakukannya
latihan hold-rilex adalah pasien yang mengalami penurunan lingkup gerak sendi,
serta kontra indikasinya apabila pasien tidak bisa melakukan kontraksi isometri.
e. komplikasi akibat fraktur ante brakhii
Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT
(capillary refil time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartment Sindrom
Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu
kuat. Tanda-tanda sindrom kompartemen (5P) sebagai berikut: (1) Pain (nyeri
lokal), (2) Pallor (pucat bagian distal), (3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi,
perubahan nadi, perfusi yang tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian
19
distal kaki), (4) Paraestesia (tidak ada sensasi), (5) Paralysis (kelumpuhan tungkai).
3) Fat Embolism Syndrom Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea, demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
osthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman Ischemia (Helmi, 2013).
Komplikasi Dalam Waktu Lama
1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi (bergabung) sesuai
dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk menyambung.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan perubahan bentuk
(deformitas).
f. Proses penyembuhan Fraktur
Hematom :
• Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
• Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
• Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama
penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.
20
Proliferasi sel :
• Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
• Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus,
lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.
• Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk
collar di ujung fraktur.
Pembentukan callus :
• Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk
callus.
• Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
• Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang
melebihi normal.
• Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan,
sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.
Ossification
• Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan
garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
• Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam
dan berakhir pada bagian tengah
• Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
Consolidasi dan Remodelling
• Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast
dan osteoklast.
21
22
Lampiran 4 : Media
23
24
Lampiran 5 : Foto Kegiatan