136

Pendidikan Pancasila - Kendari

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Pancasila - Kendari
Page 2: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila

(Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)

Buku Ajar Mahasiswa (BAM)

Berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS)

PENULIS :

Dra. Irawaty, M.Pd.

Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd.

Dr. Darnawati, M.Pd.

Page 3: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)

Buku Ajar Mahasiswa (BAM)

Berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS)

Penulis : Dra. Irawaty, M.Pd.

Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd.

Dr. Darnawati, M.Pd.

© 2019

Diterbitkan Oleh:

Cetakan Pertama, Februari 2019 Ukuran/ Jumlah hal: 176x250 mm / xx+119 hlm Layout : Wisnu Cover: Emjy

ISBN : 978-602-5815-44-7

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Ketentuan Pidana Pasal 112 - 119. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 4: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, limpahan rezki, kesehatan dan kesempatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Ajar Pendidikan

Pancasila.

Penyusunan materi pokok Buku Ajar Mahasiswa Pendidikan

Pancasila yang merupakan Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS) dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan bahan belajar mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah

Pendidikan Pancasila. Sleain itu, BAM ini disusun berdasarkan sistematika

perkuliahan yang ditetapkan dalam rambu-rambu pelaksanaan mata kuliah

pengembangan kepribadian di Perguruan Perguruan Tinggi berdasarkan

Surat Keputusan Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002.

Dalam pembahasan bahan belajar ini di mulai dari; (1) Landasan dan

Tujuan Pendidikan Pancasila; (2) Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan

Bangsa Indonesia, (3) Pancasila sebagai Sistem Filsafat; (4) Pancasila sebagai

Etika Politik; (5) Pancasila sebagai Ideologi; (6) Pancasila dalam Konteks

Ketatanegaraaan Republik Indonesia; dan (7) Pancasila dan Paradigma

Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan

penulisan ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat

dan terima kasih kepada:

1. Kemristekdikti yang telah memberi kesempatan pada penulis dalam

penyusunan Buku Ajar Mahasiswa (BAM) ini melalui hibah penelitian

PSNI.

2. Ketua LPPM yang selalu memberikan dukungan dan arahan dalam

pengajuan dan penyusunan buku ajar sampai dengan tersusunnya buku

ini.

3. Keluarga, sahabat, dan rekan kerja yang senantiasa memberikan

dukungan semangat dan doa untuk tim penulis.

iii

Page 5: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Penyusunan buku ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak

melalui [email protected], agar buku ini dapat dijadikan acuan dalam

kegiatan pembelajaran, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Agustus, 2018

Tim Penulis

iv

Page 6: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

KURIKULUM Tanggal Revisi :

UHO RENCANA

Kode Dokumen :

Universitas PERKULIAHAN

Halu Oleo SEMESTER

Fakultas : FKIP Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Mata Kulia/Bobot : Pendidikan Pancasila/2 SKS

Kode Mata Kuliah : UHO6102

Capaian Pembelajaran Mata : Memanfaatkan teknologi informasi untuk

Kuliah/Kompetensi: menelusuri

data/informasi dalam rangka menemukenali dan

menyelesaikan masalah-masalah pembangunan

Bangsa dan

Negara dalam:

a. Perspektif nilai-nilai dasar Pancasila

sebagai ideologi dan dasar negara

Indonesia.

b. Memiliki pengetahuan tentang nilai-

nilai dasar Pancasila sebagai prinsip dan

pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara

c. Mampu mengambil keputusan yang tepat

dalam

Deskripsi Mata Kuliah: : Mata kuliah ini akan membahas tentang konsep

dan hakikat Pancasila sebagai dasar dan ideologi

negara, serta pandangan hidup bangsa. Mata kuliah

ini juga mengkaji Pancasila. Secara Historis,

Yuridis, dan Filosofis serta aktualisasinya dalam

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan; Pancasila

sebagai landasan dalam Etika Politik dan Paradigma

Pembangunan serta implementasinya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

melalui pengkajian, pemaparan konsep, diskusi, studi

kasus, dan pemberian tugas baik individu maupun

kelompok

v

Page 7: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Referensi : [1] Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila:

Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogjakarta Paradigma

[2] Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital

Kritik der poltischen Oekonomie, diterjemahkan

oleh Oey Hay Djoen dalam buku ‘Kapital,

Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II,

III’. Bandung: Penerbit Ultimus,.

[3] Depdiknas. 2003. Undang-undang RI

No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional

[5] Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara

Pancasila. Semarang: IAIN Walisongo

pers.

[6] Subandi. Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu

Mengurai, Ontologis, Epitimologis, dan

Aksiologis Pengetahuan. Bandung.

A. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Kemampuan yang Bahan Kajian/Materi Metode Pembelajaran Waktu

Ke Diharapkan Pembelajaran dan Pengalaman Belajar (Menit)

1 a. Mendeskripsikan a. Latar Belakang Ceramah, tanya jawab, 100’

pentingnya Pendidikan Pendidikan curah pendapat .

Pancasila Pancasila a. Curah pendapat

b. Menjelaskan tujuan b. Urgensi Pendidikan tentang latar

pendidikan Pancasila Pancasila belakang, pengertian,

c. Menjelaskan landasan c. Tujuan pendidikan urgensi. Tujuan, dan

pendidikan Pancasila Pancasila landasan Pendidikan

d. Menjelaskan fungsi d. Landasan Pancasila berdasar

Pancasila Pendidikan PPT presentasi dosen

Pancasila dan buku sumber.

e. Fungsi Pancasila b. Mahasiswa memiliki

keyakinan akan

pentingnya Mata

Kuliah Pendidikan

Pancasila dala

konteks kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa, dan

bernegara

vi

Page 8: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2. a. Mendeskripsikan nilai- a. nilai-nilai luhur Projeck based learning 100’

nilai luhur Pancasila Pancasila pada Mahasiswa

pada masa pra kerajaan masa pra kerajaan mengembangkan

nasional sampai dengan nasional kemampuan untuk

masa kerajaan nasional b. nilai-nilai luhur menghasilkan produk

b. Mendeskripsikan Pancasila pada

tumbuhnya nasionalisme masa masa

pada masa colonial kerajaan nasional

Mendeskripsikan c. Proses perumusan

secara runtut proses dan pengesahan

perumusan dan Pancasila

pengesahan Pancasila d. Proses pengesahan

Pancasila

3 a. Mengidentifikasi a. nilai-nilai luhur Projeck based learning 100’

nilai-nilai luhur dalam dalam proses Mahasiswa

proses perumusan dan perumusan mengembangkan

pengesahan Pancasila Pancasila kemampuan untuk

b. Mengargumentasikan b. nilai-nilai luhur menghasilkan produk

relevansi nilai-nilai dalam proses

luhur dalam proses pengesahan

perumusan dan Pancasila

pengesahan Pancasila c. dinamika

dalam konteks kekinian Pancasila dalam

c. Mendeskripsikan sejarah bangsa

dinamika Pancasila sejak kemerdekaan

dalam sejarah bangsa sampai sekarang

sejak kemerdekaan (1945-1949,

sampai sekarang. 1949-1950, 1950-

1959, 1959-1998,

1998-sekarang)

4 a. Menjelaskan pengertian a. Konsep dasar 100’

filsafat filsafat

b. Mendeskripsikan b. pokok-pokok

pokok-pokok pikiran pikiran dalam

dalam Pancasila Pancasila sebagai

sebagai sistem filsafat sistem filsafat

yang sistematis, c. unsur-unsur

hirarkhis dan logis Pancasila sebagai

c. Mengidentifikasi sistem filsafat

unsur-unsur Pancasila

sebagai sistem filsafat

5 a. Menjelaskan hakekat a. hakekat nilai, Projeck based learning 100’

nilai, moral dan norma moral dan norma

dalam Pancasila b. hakekat nilai,

b. Menganalisis Pancasila moral dan norma

sebagai nilai dasar dalam Pancasila

dan maknanya c. Pancasila sebagai

dalam kehidupan nilai dasar dan

bermasyarakat, maknanya dalam

berbangsa dan kehidupan

bernegara bermasyarakat,

berbangsa

vii

Page 9: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6 a. Mampu memahami a. Pengertian Ceramah, tanya jawab 100’

ideology pancasila ideology

sebagai ideology b. Fungsi ideology

Negara c. Dimensi ideology

b. Mampu memahami d. Ideologi Pancasila

eksistensi ideology

pancasila dengan

ideology terbuka

7 a. Menjelaskan a. Konsep dasar Tanya jawab 100’

pengertian, Ideologi Diskusi , CTL

konsep dasar dan b. Ideologi Pancasila

makna ideologi di tengah ideologi Membuat laporan

b. Mengidentifikasi lain perbandingan ideologi

kelebihan c. Pancasila sebagai Pancasila dengan ideologi

ideologi ideologi terbuka lain dari berbagai

Pancasila dengan d. Tantangan sumber untuk memahami

ideologi lain ideology bangsa di kelebihan pancasila

melalui telaah masa depan sebagai ideologi negara

pustaka dari Indonesia

berbagai sumber Melalui diskusi mahasiswa

c. Menganalisis dapat menganalisis

Pancasila sebagai Ideologi Pancasila

ideologi bangsa sebagai Ideologi terbuka

dan negara dan tantangannya di

Indonesia yang masa depan bagi bangsa

bersifat terbuka Indonesia berdasar

beserta tantangan berbagai sumber belajar.

dimasa depan

8 Ujian Tengah Semester

9 a. Menjelaskan Pancasila a. Pancasila sebagai Ceramah, tanya jawab 100’

sebagai dasar negara dasar negara

b. Menjelaskan b. UUD NRI Tahun

pengertian UUD NRI 1945 sebagai

Tahun 1945 sebagai konstitusi

konstitusi c. Kedudukan UUD

c. Menjelaskan NRI Tahun 1945

kedudukan UUD NRI sebagai konstitusi

Tahun 1945 sebagai d. Hubungan

konstitusi Pancasila dengan

d. Menjelaskan hubungan Pembukaan UUD

Pancasila dengan NRI Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI e. Hubungan

Tahun 1945 Pancasila dengan

e. Menjelaskan hubungan UUD NRI Tahun

Pancasila dengan UUD 1945

NRI Tahun 1945

viii

Page 10: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

10 a. Menjelaskan fungsi a. Pancasila sebagai Kuliah mimbar 100’

UUD bagi negara dasar negara Penugasan

b. Menjelaskan b. Pengertian UUD Diskusi (kooperatif

sistematika UUD dan Konstitusi learning)

sebelum dan sesudah c. Fungsi UUD bagi Discovery learning

amandemen negara Melalui diskusi mahasiswa

UUD 1945 d. Hubungan dapat memahami sistem

c. Menganalisis sistem Pancasila dengan ketatanegaraan Republik

pemerintahan negara UUD NRI 1945 Indonesia berdasarkan

menurut UUD hasil e. Sistematika UUD Pancasila dan UUD 1945

amandemen 2002 dalam negara RI berdasar PPT presentasi

dosen dan buku sumber

Mampu menganalisis

perbedaan sistem

pemerintahan negara

menurut Amandemen

UUD

Mampu menganalisis

hubungan keterkaitan

Pancasila dengan UUD

NRI 1945.

11 a. Menjelaskan Pengertian a. Pengertian Etika Tanya jawab 100’

Etika dan Etika Politik Studi Kasus

b. Menjelaskan Pengertian b. Dimensi politik Tematik (presentasi dan

Etika Politik kehidupan diskusi)

c. Menjelaskan Dimensi manusia Melalui diskusi dan

politik dalam c. Manusia sebagai diberikan studi kasus

kehidupan manusia mahluk individu mahasiswa dapat

d. Mendeskripsikan dan sosial menganalisis Pancasila

Manusia sebagai d. Nilai-nilai sebagai Etika Politik

mahluk individu dan Pancasila sebagai berdasarkan buku sumber

sosial sumber etika Melalui studi kasus

e. Menganalisis nilai- politik mahasiswa dapat

nilai Pancasila sebagai memahami nilai-nilai

sumber etika politik Pancasila sebagai sumber

etika politik

12 a. Menjelaskan konsep a. Konsep paradigm 100’

paradigma b. Konsep

b. Menjelaskan fungsi pembangunan

paradigma c. Konsep masyarkat,

c. Menjelaskan konsep bangsa, dan

pembangunan Negara

d. Menjelaskan konsep d. Pancasila sebagai

pradigma pembangunan paradigma

e. Menganalisis Pancasila pembangunan

sebagai paradigma

pembangunan

ix

Page 11: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

13 a. Mengidentifikasi a. Pancasila -Diskusi (presentasi) 100’

Pancasila sebagai sebagai - Tanya jawab

paradigma paradigma - Analisis kasus PBL

pembangunan di pembangunan di (presentasi)

bidang politik, bidang politik, Melalui analisis kasus

ekonomi, sosial ekonomi, sosial, mahasiswa dapat

budaya, hukum, budaya, hukum memecahkan masalah-

Hankam Hankam masalah dalam kehidupan

b. Mengidentifikasi b. Pancasila bermasyarakat, berbangsa

Pancasila sebagai sebagai dan bernegara sesuai

paradigma paradigma dengan bidang-bidang

pembangunan kehidupan antar pembangunan

kehidupan antar umat umat beragama

beragama dan IPTEKS dan IPTEKS c. Menganalis

implementasi Pancasila

sebagai paradigma

pembangunan

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara

14 a. Menganalisis a. Aktualisasi 100’

Implementasi Pancasila nilai Pancasila

dalam kehidupan dalam kehidupan

berbangsa dan bermasyarakat-

bernegara berbangsa

b. Membuat dokumen b. Implementasi

bukti/contoh Pancasila dalam

Implementasi Pancasila kehidupan

dalam kehidupan di bernegara

masyarakat

15 a. Memberikan contoh a. Aktualisasi nilai Diskusi 100’

Implementasi Pancasila Pancasila dalam Unjuk kerja

dalam kehidupan dari kehidupan kampus Presentasi

sisi budaya kampus, b. Kampus sebagai Melalui presentasi

dosen, staf admin, dan miniatur tugas dan diskusi dapat

mahasiswa kehidupan yang menunjukkan aktualisasi

b. Menganalisis ber-Pancasila Pancasila dalam kehidupan

Implementasi bangsa Indonesia melalui

Pancasila dalam tayangan PPT

kehidupan kampus dari

sisi budaya kampus,

dosen, staf admin, dan

mahasiswa

16 Ujian Akhir Semester

x

Page 12: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

B. Kisi-kisi Penilaian

Bahan Kajian /Materi Tugas Waktu (Menit Bobot

Waktu penilaian Pembelajaran

Mandiri Kelompok

a. Model/metode/strategi Terstruktur 90’ 10-100

pembelajaran MK.

Pancasila b. Kompetensi Akhir (KD)

dalam MK. Pancasila

c. Pokok-pokok materi

yang akan dibahas dalam

MK. Pancasila d. Tugas-tugas yang harus

diselesaikan dalam

MK. Pancasila Sistem penilaian dalam

MK. Pancasila a. Latar Belakang Mandiri 90’ 10-100

Pendidikan Pancasila b. Urgensi Pendidikan

Pancasila

c. Tujuan pendidikan

Pancasila

d. Landasan

Pendidikan Pancasila

e. Fungsi Pancasila a. nilai-nilai luhur Pancasila Terstruktur 90’ 1. Menjelaskan 10-100

pada masa pra kerajaan nilai-nilai

nasional Pancasila

b. nilai-nilai luhur Pancasila pada zaman

pada masa masa kerajaan Pra kerajaan

nasional Nasional

c. Proses perumusan dan sampai kerajaan

pengesahan Pancasila nasional

d. Proses pengesahan

Pancasila a. nilai-nilai luhur dalam Mandiri 90’ 1. Menjelaskan 10-100

proses perumusan proses

Pancasila perumusan

b. nilai-nilai luhur dalam Pancasila sampai

proses pengesahan disahkannya

Pancasila sebagai dasar

c. dinamika Pancasila negara

dalam sejarah bangsa

sejak kemerdekaan

sampai sekarang (1945-

1949, 1949-1950,

1950-1959, 1959-1998,

1998-sekarang)

xi

Page 13: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

a. Konsep dasar filsafat Kelompok Presentase 90’ 1. Membuat 10-100

b. pokok-pokok pikiran makalah yang

dalam Pancasila sebagai materinya

sistem filsafat menganalisis

c. unsur-unsur Pancasila Pancasila

sebagai sistem filsafat sebagai dasar

kehidupan

bermasyarakat,

Berbangsa dan

Bernegara

a. hakekat nilai, moral dan Mandiri 90’ 10-100

norma

b. hakekat nilai, moral dan

norma dalam Pancasila

c. Pancasila sebagai nilai

dasar dan maknanya

dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa

a. Pengertian ideology Mandiri 90’ 10-100

b. Fungsi ideology

c. Dimensi ideology

d. Ideologi Pancasila

a. Konsep dasar Ideologi Kelompok Presentase 90’ 1. Mengidentifikasi 10-100

b. Ideologi Pancasila di pancasila

tengah ideologi lain sebagai Ideologi

c. Pancasila sebagai ideologi yang bersifat

terbuka terbuka

d. Tantangan ideology

bangsa di masa depan

UTS Mandiri 90’ 10-100

a. Pancasila sebagai dasar Mandiri 90’ negara

b. UUD NRI Tahun 1945

sebagai konstitusi

c. Kedudukan UUD NRI

Tahun 1945 sebagai

konstitusi

d. Hubungan Pancasila

dengan Pembukaan UUD

NRI Tahun 1945

e. Hubungan Pancasila

dengan UUD NRI Tahun

1945

xii

Page 14: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

a. Pancasila sebagai dasar Mandiri 90’ 1. Memahami 10-100

negara sistem

b. Pengertian UUD dan ketatanegaraan

Konstitusi RI berdasarkan

c. Fungsi UUD bagi negara Pancasila dan

d. Hubungan Pancasila UUD 1945

dengan UUD NRI 1945

e. Sistematika UUD dalam

negara RI

a. Pengertian Etika dan Etika Mandiri 90’ 10-100

Politik

b. Dimensi politik kehidupan

manusia

c. Manusia sebagai mahluk

individu dan sosial

d. Nilai-nilai Pancasila

sebagai sumber etika

politik

a. Konsep paradigm Mandiri 90’ 10-100

b. Konsep pembangunan

c. Konsep masyarkat,

bangsa, dan Negara

d. Pancasila sebagai

paradigma pembangunan

a. Pancasila sebagai Kelompok Presentase 90’ 1. Memberikan 10-100

paradigma pembangunan tugas untuk

di bidang politik, menganalisis

ekonomi, sosial, budaya, kasus-kasus

hukum Hankam yg dapat

b. Pancasila sebagai paradigma menyebabkan

kehidupan antar umat dis Integrasi

beragama dan IPTEKS Bangsa

a. Aktualisasi nilai Pancasila Mandiri 90’ 10-100

dalam kehidupan

bermasyarakat-berbangsa

b. Implementasi Pancasila

dalam kehidupan

bernegara

a. Aktualisasi nilai Pancasila Mandiri 90’ 10-100

dalam kehidupan kampus

b. Kampus sebagai miniatur

kehidupan yang ber-

Pancasila

UAS Mandiri 80’ 10-100

xiii

Page 15: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Catatan: bobot hasil penilaian sebesar 20% diperoleh dari tingkat partisipasi mahasiswa

baik dalam hal kehadiran dalam perkuliahan, keaktifan dalam mengikuti

perkuliahan (bertanya, memperhatikan, dan bersungguh-sungguh), dan keaktifan

dalam kegiatan diskusi kelompok dan presentasi kelas.

Kendari, Agustus 2018 Dosen Mata Kuliah

Dra. Irawaty, M.Pd. NIP. 196705102002122001

xiv

Page 16: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

DAFTAR ISI

Halaman

Cover.................................................................................................. i

Prakata.............................................................................................. iii

Rencana Perkuliahan Semester (RPS) .......................................... v

Daftar Isi ........................................................................................... xv

BAB I Landasan dan Tujuan Pancasila.......................................... 1

A. Pendahuluan................................................................................. 1

B. Uraian Materi ............................................................................... 1

1.1 Landasan Pancasila....................................................................... 1

1.1.1. Landasan Historis............................................................. 1

1.1.2. Landasan Kultural............................................................ 3

1.1.3. Landasan Yuridis.............................................................. 3

1.1.4. Landasan Filosofis............................................................ 4

1.2. Tujuan Pancasila.......................................................................... 5

1.3. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah........................................... 6

1.3.1. Berobjek........................................................................... 6

1.3.2. Bermetode......................................................................... 7

1.3.3. Bersistem.......................................................................... 8

1.3.4. Bersifat Universal............................................................. 8

1.4. Rangkuman.................................................................................. 8

1.5. Latihan......................................................................................... 9

C. Daftar Bacaan............................................................................... 10

BAB II Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa

Indonesia........................................................................................... 11

A. Pendahuluan................................................................................. 11

B. Uraian Materi................................................................................ 11

2.1. Pengantar .................................................................................... 11

2.2. Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan....................................... 13

2.2.1. Zaman Kutai..................................................................... 13

2.2.2. Zaman Sriwijaya............................................................... 13

xv

Page 17: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.3. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit................. 15

2.2.4. Kerajaan Majapahit.......................................................... 16

2.2.5. Zaman Penjajahan............................................................ 17

2.2.6. Kebangkitan Nasional...................................................... 19

2.3. Masa Proklamasi Kemerdekaan.................................................. 20

2.3.1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945..................... 20

2.3.2. Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan........................... 21

2.4. Pembentukan Negara Republik Indonesia................................... 22

2.5. Rangkuman.................................................................................. 23

2.6. Latihan......................................................................................... 24

C. Daftar Bacaan............................................................................... 25

BAB III Pancasila sebagai Sistem Filsafat..................................... 26

A. Pendahuluan................................................................................. 26

B. Uraian Materi................................................................................ 26

3.1. Pengertian Filsafat ...................................................................... 26

3.2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................................... 28

3.3. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem..... 31

3.3.1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila

yang bersifat Organis........................................................ 32

3.3.2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkis

dan Berbentuk Piramidal.................................................. 33

3.3.3. Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkis

dan Berbentuk Piramidal.................................................. 34

3.3.4. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila

yang saling mengisi dan saling Mengkualifikasi.............. 35

3.4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat........ 36

3.4.1. Dasar Ontologi.................................................................. 37

3.4.2. Dasar Epistemologis......................................................... 37

3.4.3. Dasar Aksiolobis............................................................... 37

3.5. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila................................................ 38

3.6. Obyek Filsafat Pancasila............................................................. 38

xvi

Page 18: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.7. Rangkuman.................................................................................. 39

3.8. Latihan......................................................................................... 39

C. Daftar Bacaan............................................................................... 40

BAB IV Pancasila sebagai Etika Politik......................................... 41

A. Pendahuluan................................................................................. 41

B. Uraian Materi................................................................................ 41

4.1. Etika Politik................................................................................. 41

4.1.1. Pengertian Etika Politik.................................................... 41

4.1.2. Legitimasi Kekuasaan...................................................... 43

4.1.3. Legitimasi Moral dalam Kekuasaan................................. 44

4.2. Pengertian Nilai, Moral dan Norma............................................ 46

4.2.1. Nilai.................................................................................. 46

4.2.2. Moral................................................................................ 48

4.2.3. Norma............................................................................... 48

4.3. Nilai Dasar, Nilai Instrumentak, dan Nilai Praktis...................... 49

4.3.1. Nilai Dasar........................................................................ 49

4.3.2. Nilai Instrumental............................................................. 50

4.3.3. Nilai Praktis...................................................................... 51

4.4. Rangkuman.................................................................................. 52

4.5. Latihan......................................................................................... 53

C. Daftar Bacaan............................................................................... 54

BAB V Pancasila sebagai Ideologi................................................... 55

A. Pendahuluan................................................................................. 55

B. Uraian Materi................................................................................ 55

5.1. Ideologi........................................................................................ 55

5.1.1. Arti Ideologi..................................................................... 55

5.1.2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional................................. 57

5.2. Makna Ideologi Bagi Negara....................................................... 58

5.3. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain.............. 59

5.3.1. Ideologi Liberalisme......................................................... 59

xvii

Page 19: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.3.2. Ideologi Sosialisme........................................................................... 59

5.4. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ......................................................... 60

5.4.1. Arti Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka .................................... 60

5.4.2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila .................. 60

5.4.3. Sifat Ideologi ...................................................................................... 61

5.4.4. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila .............................. 61

5.5. Rangkuman .................................................................................................... 61

5.6. Latihan............................................................................................................. 62

C. Daftar Bacaan ................................................................................................... 62

BAB VI Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik

Indonesia ............................................................................................................... 63

A. Pendahuluan ..................................................................................................... 63

B. Uraian Materi ................................................................................................... 63

6.1. Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan

UUD1945......................................................................................................... 63

6.1.1. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi UUD 1945 .............. 63

6.2. Pembukaan UUD 1945................................................................................ 66

6.2.1. Makna Pembukaan UUD 1945 ...................................................... 66

6.2.2. Makna Alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945 ................ 68

6.2.3. Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 ........................... 69

6.2.4. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan

UUD 1945 Dengan Pasal-pasal UUD 1945 70

6.3. Pasal-pasal UUD 1945 ................................................................................ 71

6.3.1. Kelembagaan Negara ....................................................................... 71

6.3.2. Hubungan Negara dan Warga Negara dan HAM ...................... 73

6.3.3. Perubahan UUD 1945 ...................................................................... 74

6.4. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 ........................................................... 75

6.4.1. Masa Awal Kemerdekaan ............................................................... 75

6.4.2. Masa Orde Lama ............................................................................... 76

6.4.3. Masa Orde Baru................................................................................. 78

6.4.4. Masa Transisi dan Reformasi ......................................................... 78

xviii

Page 20: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.5. Rangkuman.................................................................................. 80

6.6. Latihan......................................................................................... 81

C. Daftar Bacaan............................................................................... 81

BAB VII Pancasila dalam Paradigma Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.................................. 82

A. Pendahuluan................................................................................. 82

B. Uraian Materi................................................................................ 82

7.1. Pancasila Paradigma Pembangunan............................................ 82

7.2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek...................... 83

7.3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik,

Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan ................. 87

7.3.1. Pengembangan Ideologi................................................... 87

7.3.2. Pengembangan Politik...................................................... 88

7.3.3. Pengembangan Sosial Budaya.......................................... 90

7.3.4. Pengembangan Ekonomi.................................................. 90

7.3.5. Pengembangan Hankam................................................... 91

7.4. Rangkuman.................................................................................. 91

7.5. Latihan ........................................................................................ 92

C. Daftar Bacaan............................................................................... 93

Kunci Jawaban................................................................................. 94

Glosarium.......................................................................................... 110

Daftar Pustaka.................................................................................. 113

Indeks................................................................................................. 115

xix

Page 21: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB I

LANDASAN DAN TUJUAN PANCASILA

A. Pendahuluan

Deskrispsi:

Bab ini membahas tentang pengertian landasan pancasila, tujuan pancasila

dan kajian pancasila secara ilmiah.

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa diharapkan mampu:

a. Memahami konsep landasan pancasila

b. Memahami tujuan pancasila

c. Mengkaji pancasila secara ilmiah

B. Uraian Materi

1.1. Landasan Pancasila

1.1.1. Landasan Historis

Landasan historis Pancasila dimulai dari proses pembentukan bangsa

Indonesia itu sendiri. Proses pembentukan bangsa Indonesia secara garis

besar dapat dirangkumkan sebagai berikut:

a. Zaman Kerajaan-kerajaan Kuno (Hindu-Budha, abad IV-XVI)

b. Zaman Kerajaan-kerajaan Islam (Abad XIV-XVII)

c. Masa penjajahan bangsa Barat (Abad XVII-XX)

d. Masa pejuangan mengusir penjajah secara fisik (sebelum abad XX-

Kebangkitan Nasional)

e. Kebangkitan Nasional (berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908)

f. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1982)

1

Page 22: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)

h. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945)

i. Masa Revolusi fisik (1945-1949)

j. Masa Demokrasi Liberal (1945-1949)

k. Masa Demokrasi Terpimpin (Orde Lama, 1959-1966)

l. Masa Orde Baru (1966-1998)

m. Masa Reformasi (1998-sekarang)

Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam

masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta

pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing ditengah-tengah

masyarakat internasional. Dengan lain perkataan bangsa Indonesia harus

memiliki nasionalisme serta rasa kebanggaan yang kuat. Hal ini dapat

terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi

melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara.

Jadi secara historis, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila

pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia

secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga

asas nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia

sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis

pancasila. Oleh karena berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan

bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pancasila. Atas

dasar pengertian dan alasan historis inilah maka sangat penting bagi para

generasi penerus bangsa terutama kalangan terutama kalangan intelektual

kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan

pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta

wawasan kebangsaan yang kuat setra berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya

sendiri. Konsekuensinya dalam historis pancasila dalam kedudukannya sebagai

dasar filsafat Negara serta ideologi bangsa dan Negara bukannya suatu ideologi

yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila pancasila itu

melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri.

2

Page 23: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1.1.2. Landasan Kultural

Setiap bangsa di dunia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup

serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam kancah

pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa memiliki ciri khas serta

pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara komunisme dan

liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi

tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep

pemikiran Karl Marx.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan

pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada

suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-

nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam nilai-nilai

pancasila bukanlah hanya merupakan hasil konseptual seseorang Raja

melainkan merupakan suatu basil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang

diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri

melalui proses refleksi filosofis para pendiri Negara seperti Soekarno,

M.Yamin, M.Hatta, Soepomo serta para tokoh pendiri Negara lainnya.

Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya

besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan

Negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang

dalam nilai-nilai pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa

terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya mendalam secara

dinamis dalam arti mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.

1.1.3. Landasan Yuridis

Ada beberapa landasan yuridis Pancasila, antara lain:

a. Pembukaan UUD 1945, Di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat

disebutkan, “maka disususnlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu

dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk

dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

3

Page 24: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang

adil yang beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. “Jelaskan di situ bahwa dasar negara kita adalah Pancasila.

b. Undang-undang republik indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 2 menyatakan, “ Pendidikan

nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Surat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departement

Pendidikan Nasional tanggal 5 Januari 2010 Nomor 06/D/T/2010 perihal

Penyelengaraan Perkuliahan Pancasila, bahwa dengan maksud

menumbuhkembangkan kesadaran terhadap nilai-nilai Pencasila kepada

mahasiswa, bahwa secara filosofis, yuridis, dan sosisologis penyelengaraan

Pancasila di Perguruan Tinggi tidak melanggar Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku. Bagi Perguruan Tinggi yang telah

menyelengarakan masa kuliah Pancasila agar meningkatkan proses

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, kontekstual dan menyenangkan.

1.1.4. Landasan Filsofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan

filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu

keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap

aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini

berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis darn objektif bahwa

bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan

pada nilai-nilai yang tertuang dalam nilai-nilai pancasila yang secara

filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan bangsa.

Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah

sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan

kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

4

Page 25: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Syarat mutlak suatu Negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan

sebagai rakyat (merupakan unsur pokok Negara), sehingga secara filosofis

Negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah

merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula

kekuasaan Negara.

Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam kehidupan

bernegara nilai-nilai pancasila termasuk sistem peraturan perundang-

undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan

termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan

bahwa pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan,

baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya,

maupun pertahanan dan keamanan.

1.2 Tujuan Pancasila

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan

juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan

bahwa tujuan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan

terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman

dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas

berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan,

perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan

bersama diatas kepentingan Pribadi dan golongan sehingga perbedaan

pemikiran, diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya terwujudnya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual

penuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada

bidang profesi masing-masing. Kompetensi lulusan Pancasila adalah

seperangkat tindakan intelektual, penuh tanggung jawab sebagai seorang

warga Negara dalam memecahkan masalah dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan

nilai-nilai pancasila. Sifat intelektual tersebut tercermin pada kemahiran,

5

Page 26: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggung

jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan titik dari aspek iptek, etika

ataupun kepatutan agama serta budaya.

Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan

sertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku. (1) memiliki

kemampuan untuk mengambil sikap yang sertanggung jawab sesuai dengan

hati nuraninya, (2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan

kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya. (3) mengenali perubahan-

perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta (4)

memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya

bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

Melalui Pendidikan Pancasila, warga Negara RI diharapkan mampu

memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi

oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten

berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

1.3 Pembahasan Pancasila secara ilmiah

Pembahasan Pancasila termasuk filsafat pancasila, sebagai suatu

kajian ilmiah. harus mmemenuhi syarat ilmiah seperti yang dikemukakan

oleh I.R. Posedjowijanto dalam bukunya ‘Tahu dan pengetahuan’ yang

merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:

1.3.1 Berobjek

Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah

adalah bahwa semua ilmu pengetahuan itu harus memilki objek. Oleh karena

itu pembahasan pancasila secara ilmiah harus memiliki objek, yang di dalam

filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu `objek formal’ dan

‘objek material’. `objek formal’ Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu

dalam pandangan pancasila, atau dari sudut pandang apa pancasila itu dibahas.

Pada hakikatnya pancasila dapat dibahas dari berbagai macam sudut pandang,

yaitu dari sudut pandangan ‘moral maka terdapat bidang

6

Page 27: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

pembahasan ‘moral pancasila’, dari sudut pandang `ekonomi’ maka

terdapat bidang pembahasan ‘ekonomi pancasila’, dari sudut pandang

‘pers’, maka terdapat bidang pembahasan `Pens pancasila’. Dari sudut

pandang ‘hukum dan kenegaraan’ maka terdapat bidang pembahasan

‘pancasila yuridis kenegaraan’. Dari sudut pandang “filsafat’ maka

terdapat bidang pembahasan filsafat pancasila’ dan lain sebagainnya.

Objek material pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran

pembahasan pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun non

empiris. Pancasila adalah merupakan hasil budaya bangsa Indonesia, bangsa

Indonesia sebagai kausa materialis pancasila atau sebagai asal mula nilai-nilai

pancasila. Oleh karena itu, objek material pembahasan pancasila adalah bangsa

Indonesia dengan segala aspek budayanya, dalam masyarakat, berbangsa dan

bernegara. Oleh katena itu objek material pembahasan pancasila adalah dapat

berupa budaya bangsa yang berupa : lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah,

benda-benda sejarah, lembaran Negara, lembaran hukum maupun naskah-

naskah kenegaraan lainnya, maupun adat istiadat bangsa Indonesia itu sendiri.

Adapun objek yang bersifat non empiris antara lain meliputi nilai-nilai budaya,

nilai moral, serta nilai-nilai religious yang tercermin dalam nilai kepribadian,

sifat karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

1.3.2. Bermetode

Setiap pengetahusn ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat

cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan pancasila untuk

mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam

pembahasan pancasila sangat tergantung pada karakteristik objek formal

maupun objek material pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan

pancasila adalah `analityca syntetic’ yaitu suatu perpaduan metode analisis

dan sintesis. Oleh karena objek pancasila banyak berkaitan dengan hash-

hash budaya dan objek sejarah oleh karena itu lazim digunakan metode

‘hermeneutika’, yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik objek,

7

Page 28: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

demikian juga metode `koherensi historic’, serta metode `pemahaman,

penafsiran dan interpretasi’, dan metode-metode tersebut senantiasa

didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.

1.3.3. Bersistem

Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh.

Bagian-­bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan,

antara bagian-­bagian itu saling berhubungan, baik berupa intelerasi (saling

berhubungan), maupun interpedensi (saling ketergantungan). Pembahasan

pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, bahkan

pancasila itu sendiri dalam dirinya adalah merupakan suatu kesatuan dan

keutuhan `majemuk tunggal’ yaitu kelima sila itu bukan rumusnya, inti dari

sila-sila pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.

Pembahasan pancasila secara ilmiah dengan sendirinya sebagai suatu sistem

dalam dirinya sendiri yaitu pada pancasila itu sendiri sebagai objek

pembahasan ilmiah senantiasa bersifat koheren (runtut), tanpa adanya suatu

pertentangan di dalamnya, sehingga sila-sila pancasila itu sendiri adalah

merupakan suatu kesatuan yang sistematik.

1.3.4. Bersifat Universal

Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya

kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi

maupun jumlah tertentu. Dalam kaitannya dengan kajian pancasila hakikat

ontologis nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal, atau dengan kata

lain perkataan inti sari, esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila pada

hakikatnya adalah bersifat universal.

1.4. Rangkuman

a. 4 landasan Pancasila, yaitu landasasn historis, landasan kultural,

landasan yuridis, dan filsofis.

8

Page 29: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

b. Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan

sertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku. (1)

memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang sertanggung jawab

sesuai dengan hati nuraninya, (2) memiliki kemampuan untuk

mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara

pemecahannya. (3) mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta (4) memiliki kemampuan

untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk

menggalang persatuan Indonesia c. Pembahasan Pancasila termasuk filsafat pancasila, sebagai suatu kajian

ilmiah harus mmemenuhi syarat ilmiah seperti yang dikemukakan oleh

I.R. Posedjowijanto dalam bukunya ‘Tahu dan pengetahuan’ yang

merinci syarat-syarat ilmiah adalah berobjek, bermetode, bersistem dan

bersifat universal

1.5. Latihan:

a. Jelaskan 4 landasan Pancasila? b. Jelaskan apa yang membedakan antara landasan historis dan landasan

sosiokultural Pancasila? c. Jelaskan apa yang menjadi tujuan pancasila? d. Apa yang dimaksudkan oleh Darji Darmodihardjo bahwa tujuan

Pancasila adalah untuk mengetahui Pancasila yang benar? (diskusikan

dengan teman anda). e. Dilihat dari syarat ilmu, apakah Pancasila dapat disebut atau memenuhi

syarat sebagai ilmu pengetahuan? (diskusikan dengan teman anda). f. Bagaimana sikap anda apabila ada yang berupaya untuk mengganti

Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham yang lain? (diskusikan

dengan teman anda).

9

Page 30: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

C. Daftar Bacaan

Ali. L. (1996). Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional

Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogjakarta Paradigma

Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen

Oekonomie, diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku

‘Kapital, Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’.

Bandung: Penerbit Ultimus,.

10

Page 31: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB II

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Pendahuluan

Deskripsi:

Bab ini membahas tentang nilai sila pancasila pada zaman kerajaan,

termasuk uraian kedatangan bangsa penjajah diwilayah nusantara, dan

rumusan pancasila serta bentuk-bentuk penyimpangan pelaksanaan UUD

1945 pada masa orde lama dan orde baru.

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu:

a. Menjelaskan nilai sila-sila pancasila pada zaman kerajaan b. Menjelaskan rumusan pancasila c. Menjelaskan bentuk-bentuk penyimpangan pelakasanaan UUD 1945

pada orde lama dan orde baru

B. Uraian Materi

2.1. Pengantar

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan

pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa

Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan

Negara, yang berupa nilai-­nilai adat istiadat, kebudayan serta nilai-nilai

religious. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam

kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi pancasila

11

Page 32: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia

sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh

para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara

Indonesia. Proses perumusan materi pancasila secara formal tersebut

dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia “9”, siding

BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar

filsafat Negara republik Indonesia.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami pancasila secara

lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia,

mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk

membentuk suatu Negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi

kesejahteraan hidup bersama, yaitu Negara yang berdasarkan pancasila. Selain

itu secara epistemologis sekaligus sebagai pertanggung jawaban ilmiah, bahwa

pancasila selain sebagai dasar Negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup

bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa

Indonesia pada waktu mendirikan Negara.

Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu :

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam

kenyataannya, secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak

zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya

Negara dan bangsa Indonesia melalui suatu

proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian

timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV ke V kemudian dasar-dasar

kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika

timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra di Palembang,

kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-

kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme moderen dirintis oleh para

pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para

tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan

12

Page 33: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara tercapai dengan

diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agusutus 1945.

2.2. Sejarah Pancasila Pada Masa Kerajaan

2.2.1 Zaman Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan

ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang- batu). Berdasarkan

prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari

raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut

prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberikan sedekah kepada

para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda

terima kasih raja yang dermawan (Bambang Sumadjo, dkk.,1977 : 33-32).

Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya

ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk

kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.

Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan

raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa

dan Sumatera. Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang

berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh

Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya

di Sumatera dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

2.2.2. Zaman Sriwijaya

Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan

Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang

merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan

Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu pertama, zaman Sriwijaya di

bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kesatuan, kedua,

Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan

keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia

13

Page 34: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

lama. Kernudian ketiga, Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia

merdeka (sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945) (Skretariat Negara

RI, 1995: 11).

Pada abad ke VII muncullah suatu kerajaan di Sumatera yaitu

kerajaan Sriwijaya, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat

dalam Prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Siguntang dekat Palembang

yang sertarikh 605 ‘aka atau 683, M- dalam bahasa Melayu kung dan huruf’

Pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan maritim Yang mengandalkan

kekuatan lautnya, kunci-kunci lau-Iintas laut di sebelah barat dikuasainya

seperti Selat Sunda (686), kemudian Selat Malaka (775). Pada zaman itu

kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup di segani di

kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan

dengan pedagang- pengrajin dan pegawai raja yang disebut sebagai

pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk

memasarkan barang dagangannya (Keneth R. Hall, 1976: 75-77). Demikian

pula dalam sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta

benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan

gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaaan

dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai-

nilai Ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).

Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan suatu

Universitas Agama Budha, yang sangat terkenal dinegara lain di Asia.

Banyak musyafir dari Negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih

dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa

Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan, banyak guru-

guru besar tamu dari India mengajar di Sriwijaya misalnya Darmakitri.

Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin

pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua Criwijaya

siddhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur)

(Sulaiman, tanpa tahun : 53).

14

Page 35: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.3. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang

memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di

Jawa dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke

VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangung Candi

Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha

didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII

dan IX). Refleksi puncak budaya dari Tengah dalam periode-periode

kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya Candi Borobudur (Candi

agama Budha pada abad ke IX). dan Candi Prambanan (Candi Agama

agama Hindu pada abad ke X).

Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur

muncullah kerajaan-kerajaan isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad

ke X) demikian juga kerajan Airlangga pada abad ke X1. Raja Airlangga

membuat bangunan keagamaan asrama, dan Raja ini memiliki sikap

toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajan adalah agama

Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara

damai (Toyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah

mengadakan hubungan dagang dengan Benggala, Chola dan Champa

. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlanga

mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para

pengikutnya, rakyat dari para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan

untuk memohon Airlanga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana,

sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula isi prasasti Kelagen, pada

tahun 1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dari

waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat yang merupakan nilai-nilai sila

kelima (Toyibin, 1997 : 28-29).

Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula Kerajaan Singasari (pada

abad ke XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya

Kerajaan Majapahit.

15

Page 36: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.4. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai

zaman keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan

Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam

memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan

Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu

(Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.

Pada awal itu agama Hindu dan Budha berdampingan dengan damai

dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Nagarakertagama (1365).

Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah ”Pancasila”. Empu Tantular

mengarang buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka

persatuan nasional yaitu ”Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya

”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun

berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki

tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama

pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu bawahan

kekuasaannya yaitu Pasai, justru telah memeluk agama Islam. Toleransi

positif dalam agama dijunjung tinggi sejak massa bahari yang telah silam.

Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada dalam

sidang Ratu dan menteri-menteri di Paseban keprabuan Majapahit pada

tahun 1331, yang berisi mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai

berikut : `Saya akan berhebti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh

nusantara sertakluk di bawah kekuasaan Negara, jikalau Gurun, Seram,

Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik

telah dikalahkan (Yamin, 1960:60).’

Selain itu dalam hubungannya dengan Negara lain Raja Hayam Wuruk

senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan

Tiongkok, Ayodya, Champs, dan Kamboja. Menurut prasasti Brumbung

(1329), dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam

penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang bertugas

memberikan nasehat kepada raja. Hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah

16

Page 37: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme

Negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemudian disebabkan oleh

faktor keadaan dalam negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara

pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur

mengalami keruntuhan dengan ”Sinar Hilang Kertanian Bumi” pada

permulaan abad XVI (1520).

2.2.5. Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka

berkembanglah agama islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan

dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan islam seperti kerajaan

Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di Nusantara. Mereka

itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang

Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.

Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang

adalah orang-orang bangsa Portugis. Namun lama kelamaan bangsa portugis

mulai peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek

penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh portugis.

Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia

dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindarkan

persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan

suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C. (Venenigde Oost Indische

Compagnie), yang dikalangan rakyat di kenal dengan istilah ’kompeni’.

Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan

sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah

pemerintahan Sultan Agung (16131645)­ berupa upaya mengadakan

perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929,

walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen

tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

17

Page 38: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Beberapa saat setelah Sultan Agung mengkat maka Mataram menjadi

kekuasaan kompeni. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya

dengan licik di Indonesia.

Di Makasar yang memiliki kedudukan yang paling vital

berhasil juga dikuasai oleh kompeni tahun (1667) dan timbullah perlawanan

dari rakyat Makasar di bawah Sultan Hasanuddin. Menyusul pula wilayah

Banten (Sultan Agung Tirtoyoso) dan ditundukkan juga oleh kompeni pada

tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati dijawa Timur pada

akhir abad XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan

kompeni pada saat itu.demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan

armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap

kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa

Indonesia terhadap penjajah yang terpencar-pencar dan tidak memiliki

koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak

menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa. Demikianlah pada awal

Belanda menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil

rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat

kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.

Pada abad itu sejarah mencatat Belanda berusaha dengan keras untuk

memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Maka

ingin membulatkan hagemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara kita.

Melihat praktek-­praktek kekuasaan penjajahan Belanda tersebut maka

meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :

Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di

Minangkabau (1821-1837), Pangeran Diponegoro di Jawa Terngah (1825-

1830), Jelentik, Polim, Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh

(1860), anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895),

Sisingamangaraja di Tanah Batak (1900), dan masih banyak perlawanan rakyat

diberbagai daerah di Nusantara. Dorongan akan cinta tanah air akan

menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda,

namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka

dalam perlawanan melawan penjajah, maka perlawanan tersebut

18

Page 39: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.

Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan

sistem monopoli melalui sistem tanam paksa (1830-1870) dengan

memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa.

Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli

lagi dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam

menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

2.2.6. Kebangkitan Nasional

Pada abad XX di panggung politik Internasional terjadilah

pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan

kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal,

kemengan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan Sun Yat Sen dengan

Republik Cinanya (1911). Partai konggres di India dengan tokoh Tilak dan

Ghandi, adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran

berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin

Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan

gerakan awal nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki

kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.

Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah yang

merupakan pelopor pergerakan Nasional, sehingga segera setelah itu

muncullah organisasiorganisasi­ pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi

pergerakan itu antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI (1909), yang

kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politk

dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun (1911) di

bawah H.O.S. Cokroaminoto.

Berikutnya muncullah Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga

serangkai yaitu : Douwes Dekker, Clptomangunkusumo, Suwardi

Suryadiningrat (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kihajar

Dewantoro). Sejak semula partai ini menunjukkan keradikalannya, sehingga

tidak dapat berumur panjang karena pimpinannya di buang keluar negeri

19

Page 40: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

(1913).

Dalam situasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional

Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno,

Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan

nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan

yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu diekspresikan dengan kata-

kata yang jelas, kemudian diikuti oleh golongan pemuda yang tokoh-

tokohnya antara lain Moh. Yamin, Wonsonegoro, Kuncoro Purbopranoto,

serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan nasional

kemudian diikuti oleh Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang

isinya Satu Bahasa, Satu Bangsa dan Satu Tanah Air Indonesia. Lagu

Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus

sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.

Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti

bentuknya dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931).

Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir

mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan

semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

2.3. Masa Proklamasi Kemerdekaan

2.3.1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Setelah Jepang menyerah itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh para

pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun terdapat perbedaan

pendapat dalam pelaksanaan serta waktu Proklamasi. Perbedaan itu terjadi

antara golongan pemuda antara lain : Sukarni, Adam Malik, Kusnaini,

Syahrir, Soedarsono, Soepono dkk. Dalam masalah ini golongan pemuda

lebih bersikap agresif yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat

mungkin. Perbedaan itu memuncak dengan diamankannya Ir. Soekarno dan

Moh. Hatta ke Rengasdengklok, agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.

Setelah diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada tanggal 16 agustus

1945 dan diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah maka

20

Page 41: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Dwitunggal Soekarno-Hatta setuju untuk dilaksanakannya proklamasi

kemerdekaan, akan tetapi dilaksanakan di Jakarta.

Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah

malam. Soekarno-Hatta pergi kerumah Laksamana Maeda di Orange

Nassau Boulevard (sekarang JI. Imam Bonjol No. 1) di mana telah

berkumpul di sana : B.M. Diah, Bakri, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Chaerul

Saleh, dkk., untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak ikut campur

tentang Proklamasi. Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta

mengadakan pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo,

Sukarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.

Iwakusumasumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan

redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep

Soekarnolah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.

Kemudian pada pagi harinya pada tangal 17 Agustus 1945 di

Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jum’at Legi, jam 10 pagi

waktu Indonesia Barat (jam 11:30 waktu Jepang), Bung Karno dengan

didampingi Bung Hatta membacakan Proklamasi dengan Khidmat dan

diawali dengan pidato.

2.3.2. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Secara Ilmiah Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung

pengertian sebagai berikut

a. Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis) Proklamasi merupakan saat

tidak berlakunya tertib hukum colonial, dan saat mulai berlakunya

tertib hukum nasional.

b. Secara politik ideologi Proklamasi mengandung arti bahwa bangsa

Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing dan memiliki

kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu Negara

Proklamasi Republik Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa

Indonesia masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya untuk

21

Page 42: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan

untuk mengakui pemerintah NICA (Netherlands Indies Civil

Administration). Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepala

dunia luar bahwa Negara Proklamasi R.I. hadiah Fasis Jepang.

Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional, maka

pemerintah R.I. mengeluarkan 3 maklumat :

a . Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang

menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa

waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian maklumat

tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula

dipegang oleh Presiden kepada KNIP.

b. Maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan

partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai

akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri-ciri demokrasi

adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia

Barat menilai bahwa Negara Proklamasi sebagai Negara Demokratis.

c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya

maklumat ini mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi

Kabinet Parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.

Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di bidang

politik. Berlakunya sistem demokrasi liberal adalah jelas-jelas merupakan

penyimpangan secara konstitusional terhadap UUD 1945., Serta secara

ideologi terhadap pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer

tersebut maka pemerintahan Negara Indonesia mengalami jatuh bangunnya

kabinet sehingga membawa konsekuensi yang sangat serius terhadap

kedaulatan Negara Indonesia saat itu.

2.4. Pembentukan Negara Republik Indonesia

Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB), maka di tandata­

ngani suatu persetujuan (Mantelresolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan

wakil Pemerintah RI di kola Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949,

22

Page 43: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB

lainnya dengan konstitusi RIS, antara. lain :

a) Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara serikat (federalis) yaitu

16 negara bagian (pasal 1 dan 2).

b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan alas

demokrasi liberal dimana menteri-menteri serta tanggungjawab atas

seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118 ayat

2).

c) Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa

dan semangat maupun semangat isi Pembukaan UUD 1945,

Proklamasi Kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.

Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki

kedaulatan, oleh karena itu persetujuan 27 desmber 1949 tersebut bukannya

penyerahan kedaulatan melainkan `pemulihan kedaulatan’ atau ‘pengakuan

kedaulatan’ atau ‘pengakuan kedaulatan’.

2.5. Rangkuman

1. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu: ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Nilai-nilai ini telah

ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa

Indonesia mendirikan Negara, yang berupa nilai-­nilai adat istiadat,

kebudayan serta nilai-nilai religious. 2. Menrut Mr. M. Yamin Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui

tiga tahap yaitu pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra

(600-1400), yang bercirikan kesatuan, kedua, Negara kebangsaan

zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap

tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama. Kernudian

ketiga, Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka

(sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945). 3. Kebangkitan nasional (1908) yang merupakan gerakan awal nasional

untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan

23

Page 44: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

kemerdekaan dan kekuatannya sendiri dipelopori oleh dr. Wahidin

Sudirohusodo dengan Budi Utomonya.

4. Saat upaya memerdekakan Indonesia terdapat perbedaan pendapat dalam

pelaksanaan serta waktu Proklamasi antara golongan pemuda antara lain :

Sukarni, Adam Malik, Kusnaini, Syahrir, Soedarsono, Soepono dkk

dengan golongan tua. Dalam masalah ini golongan pemuda lebih bersikap

agresif yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat mungkin.

5. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia

masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya untuk menanamkan

kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk

mengakui pemerintah NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepala dunia luar

bahwa Negara Proklamasi R.I. hadiah Fasis Jepang.

2.6. Latihan:

a. Coba anda identifikasi nilai sila-sila pancasila yang hidup pada zaman

kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.

b. Tuliskan bagaimana rumusan Pancasila menurut usul Muh. Yamin yang

disampaikan pada sidang BPUPKI 29 Mei 1945?

c. Jelaskan isi Piagam Jakarta! Apakah bedanya dengan Pembukaan UUD

1945 tentang rumusan dasar Negara?

d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan bahwa:

1) Proklamasi 17-8-1945 sebagai sumber lahirnya Negara RI?

2) Proklamasi 17-8-1945 merupakan norma pertama tata hukum

Indonesia?

e. Tuliskan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan UUD 1945:

1) Pada masa orde lama

2) Pada masa orde baru (diskusikan dengan teman anda)

f. Bagaimanakah pembangunan menurut pandangan orde baru dalam

segala bidang?

24

Page 45: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. Bagaimanakah penilaian Anda terhadap pemerintahan reformasi yang

telah berjalan sampai saat ini (1999 s/d sekarang 2010)?

C. Daftar Bacaan

Darmawijaya. (2010). Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar. Darmowiharjo. D. (1984). Pancasila dalam beberapa Perspektif. Jakarta:

Aries Lima

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

2010. Perihal Penyelenggaraan Perkuliahan Pendidikan Pancasila.

(surat edaran Tanggal 5 Januari Nomor 06/D/T/2010)

25

Page 46: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB III

PANCASILA SEBAGAI SISTEM

FILSAFAT

A. Pendahuluan

Deskripsi:

Bab ini membahas tentang pengertian dari filsafat, pancasila sebagai sistem

filsafat, rumusan kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem dan

kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat serta prinsip-

prinsip filsafat pancasila.

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa diharapkan mampu :

a. Menjelaskan pengertian pancasila sebagai sistem filsafat

b. Mendalami aliran-aliran filsafat

c. Menjelaskan konsep negara menurut pancasila

B. Uraian Materi

3.1. Pengertian Filsafat

Dalam wacana ilmu pengetahuan, banyak orang yang memandang

bahwa filsafat adalah merupakan bidang ilmu yang rumit, kompleks dan

sulit dipahami secara definitif. Namur demikian sebenarnya pendapat yang

demikian ini tidak selamnya benar. Selam manusia hidup sebenarnya tidak

seorangpun dapat menghindar dari kegiatan berfilsafat. Dengan kata lain,

perkataan setiap orang dalam hidupnya senantiasa berfilsafat, sehingga

berdasarkan kenyataan tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat mudah

dipahami. Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang

26

Page 47: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

esensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat materialisme. Jikalau

seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio

maka orang tersebut berfilsafat rasionalisme, demikian juga jikalau seseorang

berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan,

kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme,

demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup masyarakat

maupun Negara yang terpenting adalah kebebasan individu, atau dengan kata

lain bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas maka orang

tersebut berpandangan individualisms, liberalisme.

Secara etimologis istilah ”filsafat” berasal dari bahasa Yunani

”Philein” yang artinya ”Cinta” dan ”sophos” yang artinya ”hikmah” atau

”kebijaksanaan” atau ”wisdom” (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah

istilah ”filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan, dan nampaknya

hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan, yang

sebelumnya di bawah naungan filsafat. Namun jikalau kita membahas

pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasanya maka

mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam,

pengetahuan, etika, logika, dan lain sebagainya. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan maka muncullah filsafat yang berkaitan

dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik, sosial,

hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama, dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut

dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut : Pertama : filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.

a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-

pemikiran dari pada filsuf, pada zaman dahulu yang lazimnya

suatu aliran atau sistem tertentu, misalnya, rasionalisme,

materialisme, pragmatise, dan lain sebagainya.

b. Filsafat sebagai suatu jenis problem yang dihadapi oleh

manusia senagai hasil dari aktivitas berfilsafat, jadi manusia

mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang

bersumber pada akal manusia.

27

Page 48: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Kedua : filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan

dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan

suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode

tertentu yang sesuai dengan objeknya. Dalam pengertian ini filsafat

merupakan suatu kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni

dan dipahami sebagai suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses

dinamis dengan menggunakan suatu metode tersendiri.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:

a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi

dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontology, kosmologi,

dan antropologi.

b. Epistemology, yang berkaitan dengan persoalan hakikah

pengetahuan.

c. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode

dalam pengetahuan.

d. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berpikir, yaitu

rumus-rumus dan dalil-dalil berpikir yang benar.

e. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

f. Estetika, yang berkaitan dengan hakikat keindahan.

Berdasarkan cabang-cabang filsafat inilah kemudian muncullah

berbagai macam aliran dalam filsafat.

3.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Menurut ruslan abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat

Negara yang lahir sebagai collectieve ideologie (cita-cita bersama) dari

seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila

merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the

founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.

Sedangkan menurut Notonogoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan

dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.

28

Page 49: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat

tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :

- Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan

utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak

bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka

itu bukan Pancasila.

- Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat

digambarkan sebagai berikut :

Dalam susunan yang lain dapat juga digambarkan sebagai berikut :

29

Page 50: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa :

• Sila 1; meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5

• Sila 2; diliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan mendasari dan

menjiwai sila 3, 4, 5

• Sila 3; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2 dan mendasari dan

menjiwai sila 4, 5

• Sila 4; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan

menjiwai sila 5

• Sila 5; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4

Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur

asli/permanen/primer Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang

unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.

Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia

Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang

tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila yang terdiri dari lima sila merupakan sistem filsafat. Sebagai

30

Page 51: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

sistem filsafat, Pancasila memenuhi 5 persyaratan bagi suatu sistem, yaitu:

a. Adanya kesatuan dari kelima unsur silanya yang satu sama lain tidak

dapat dipisah-pisahkan.

b. Adanya keteraturan dari sila-silanya, yakni bereksistensi secara

hierarkis dan koheren, serta konsisten, tak ada satupun di antara

kelima silanya itu yang saling bertentangan; masing-masing sila

berada dalam suatu urutan yang berjenjang-tingkat secara urut dan

runtut, sila yang mengandung nilai-nilai yang lebih esensial

menempati urutan di depan sila-sila lainnya.

c. Adanya keterkaitan dan saling berhubungan antara sila yang satu

dengan sila-sila lainnya.

d. Adanya kerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain guna

merealisasikan tujuan Negara.

e. Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai, dan untuk

mewujudkannya diperlukan adanya pemerintahan yang stabil dalam

satu wadah Negara yang mempunyai dasar filsafat Negara Pancasila.

3.3. Rumus Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu

Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan

suatu sistem filsafat. Pengertian sistem filsafat adalah suatu kesatuan

bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan

tertentu secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem

lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suatu kesatuan bagian-bagian

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

(tujuan sistem).

e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,

31

Page 52: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1974).

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap

sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri

namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

3.3.1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang

Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.

Dasar filsafat Negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing

merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila pancasila itu

merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur

(bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka pancasila merupahkan suatu

kesatuan Yang majemuk tunggal. Konsekwensinya setiap sila tidak dapat

berdiri sendiri terlepas dari sila-sila lainya serta diantara sila yang satu

dengan sila yang lainnya tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada

hakikatnya Secara filosofis bersumber pada hakikat dasar Ontologis

manusia sebagai pendukung dari inti substansi manusia.isi dari sila–sila

pancasila yaitu hakikat manusia yang Mono pluralis yang memiliki unsur–

unsur susunan kodrat jasmani dan rohani Sifat kodat yaitu sebagai mahluk

sosial skaligus mahluk individu; dan kedudukan kodrat sebagai pribadi

yang berdiri sendiri serta sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur–

unsur hakikat manusia tersebut merupahkan suatu kesatuan yang bersifat

organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsinya masing-masing dan

saling berhubungan atau inter dependensi ketergantungan antara satu

dengan yang lain. Oleh karena sila-sila pancasila merupahkan penjelmaan

hakikat manusia Monopluralis yang merupakan kesatuan organis akan sila-

sila pancasila juga memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.

32

Page 53: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.3.2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkis

dan Berbentuk Piramidal

Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk piramidal.

Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan

hierarki silasila­ pancasila dalam urutan-urutan luas (Kuantitas) dan juga dalam

hal isi sifatnya (Kualitas). Kalau dilihat dari intinya urutan-urutan lima sila

menunjukkan suatu rangkaian pengkhususan dari sila-sila di mukanya.

Jika urutan–urutan lima sila diangap mempunyai maksud demikian

maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat antara yang satu

dengan yang lainya sehingga Pancasila merupahkan suatu keseluruhan yang

bulat dan utuh dengan kemajemukanya. Andai kata urutan–urutan itu di

pandang sebagai tidak mutlak maka di antara satu sila dengan yang lainya

tidak ada hubungan dan sangkut pautnya,maka pancasila itu menjadi

terpecah-pecah. Oleh karena itu tidak dapat di pergunakan sebagai asas

kerohanian negara. Setiap sila dapat di artikan bermacam–macam maksud

dan penafsiranya sehingga sama saja dengan tidak adanya Pancasila.

Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis

piramidal ini maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila

Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan

Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan

perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya

Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan sosial sehingga didalam setiap

sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.

Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada

landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil

(Notonagoro, 1975:49).

Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan

pancasila sebagai dasar filsafat Negara, maka segala hak yang berkaitan

dengan sila dan hakikat Negara harus sesuai dengan landasan sila-sila

pancasila. Hal ini berarti hakikat dan inti sila-sila pancasila adalah sebagai

berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus

33

Page 54: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

sesuai dengan hakikat tuhan, sila kedua kemanusian adalah sifat-sifat dan

keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga

persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan

hakikat satu, sila keempat kerakyatan sifat-sifat dan keadaan Negara yang

harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat

dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat adil. (Notonagoro,

1975 : 50).

Kemanusiaan yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-

nilai sila-sila pancasila dalam Negara, dalam pengertian kesesuaian sebab

dan akibat. Makna kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut, bahwa

hakikat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa (sebagai sebab)

(hakikat sila I dan II) yang membentuk persatuan mendirikan Negara dan

persatuan manusia dalam suatu wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan

IV), yang ingin mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu keadilan dalam

suatu persekutuan hidup masyarakat Negara (keadilan sosial) (hakikat sila

V) demikianlah maka secara konsisten Negara haruslah sesuai dengan

hakikat pancasila.

3.3.3. Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan

Berbentuk Piramidal

a. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai

sila-­sila, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/

perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi oleh

sila ketuhanan yang maka Esa, meliputi dan menjiwai persatuan

Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila

Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

34

Page 55: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

d. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam

permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila-sila

Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial

bagia seluruh rakyat Indonesia.

e. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia adalah

diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta

meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

dalam permusyawaratan/perwakilan.

3.3.4. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila

yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi.

Kesatuan sila-sila pancasila yang ‘Majemuk Tunggal’, hierarkhis

piramidal’ juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi.

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila

lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh

keempat sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang

saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil

dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah berketuhanan

yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan

berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang Maha Esa,

35

Page 56: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan

berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah berketuhanan yang maha esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan

berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah

berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,

berpersatuan Indonesia, dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

dalam permusyawaratan / perwakilan (Notonagoro:, 1975: 43-44).

3.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem

Filsafat

Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan

kesatuan yang bersifat formal dan logis saja namun juga meliputi kesatuan

dasar ontologis, dasar epistemologis, serta dasar aksiologis dari sila-sila

pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah

bersifat hierarkhis dan mempunyai piramidal, digunakan untuk

menggambarkan hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas

(kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila

itu dalam arti formal logis. Selain kesatuan sila-sila pancasila itu hierarki

dalam hal kuantitas juga dalam hal isi yaitu sifatnya menyangkut makna serta

hakikat-hakikat pancasila. Kesatuan yang demikian ini meliputi kesatuan

dalam hal dasar ontologis, dasar epistemologis, serta dasar aksiologis dari sila-

sila pancasila (lihat Notonagoro, 1984: 61 dan 1975: 52, 57). Secara filosofis

pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,

dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem

filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,

komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.

36

Page 57: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.4.1. Dasar Ontologi

Ontologi berasal dari kata dasar “ontos”, yang artinya “ada “, “being”

dan “logoi” yang artinya ilmu, sehingga ontologi merupakan salah satu cabang

filsafat yang bekhidmat menelaah hal ihwal ‘ada’ atau ‘being’ pada umumnya.

Filsafat ontology atau filsafat metafisika dalam jajaran cabang-cabang filsafat

lainnya menempati posisi yang sangat sentral dan menentukan.

Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat

kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan yang tidak

terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaimana yang ada (being, sein,

het zijn) (Subandi, 2006:40)

Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat meliputi dasar

ontologism yang terdiri atas 5 sila yang setiap sila itu bukanlah asas yang

berdiri sendiri-sendiri melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism.

Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki

hakikat mutlak monopluralis oleh karena itu, hakikat dasar ini juga disebut

sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokoknya adalah manusia.

Jika kita pahami dari segi filsafat Negara bahwa pancasila adalah dasar

filsafat Negara. Adapun pendukung pokok negara adalah rakyat. Dan unsur

rakyat adalah manusia itu sendiri. Sehingga tepatlah jikalau filsafat

pancasila bahwa dasar antropologis sila-sila pancasila adalah manusia.

3.4.2. Dasar Epistemologis

Pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar ontologisnya.

Pancasila sebagai suatu ideology bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu

filsafat pancasila.

3.4.3. Dasar Aksiologis

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai hanya nilai macam apa

saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan

nilai-nilai tergantung pada sudut pandang apa yang akan dibahas. Contoh:

37

Page 58: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kewajiban, dan sebagainya.

3.5. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan

materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial

budaya yang ada dalam bangsa indonesia sendiri.

b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan

bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 1945

memenuhi syarat formal (kebenaran formal).

c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam

menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara

Indonesia merdeka

d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan

diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

3.6. Obyek Filsafat Pancasila

Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara

ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam

bangunan bangsa dan Negara Indonesia (Syarbaini, 2003).

Obyek material Filsafat Pancasila adalah semua sila pancasila yang

memang unsur-unsurnya benar-benar ada dalam kenyataan, dan masih dapat

dipikirkan lebih lanjut mengenai segala kemungkinan-kemungkinannya.

Sedangkan obyek formal filsafat pancasila adalah sudut pandang yang

digunakan dalam mengkaji obyek materialnya sehingga dapat mencapai

pengertian hakekat atau zat, atau inti sejati, atau inti mutlak sila-sila Pancasila.

38

Page 59: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.7. Rangkuman

1. secara harfiah istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.

Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil

perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father

kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.

2. Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila

setiap sila, pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi

sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan

yang sistematis.

3. Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai

berikut: a) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan

dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai

sosial budaya yang ada dalam bangsa indonesia sendiri, b) Kausa

Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,

Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat

formal (kebenaran formal), c) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan

BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila

menjadi dasar negara Indonesia merdeka, d) Kausa Finalis,

maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

3.8. Latihan:

a. Jelaskan perbedaan cara berpikir filsafat dengan berpikir biasa?

b. Jelaskan aliran-aliran filsafat?

c. Jelaskan tiga bidang garapan filsafat?

d. Tuliskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan

antara hak dan kewajiban asasi manusia?

e. Tuliskan nilai-nilai pancasila yang dituangkan di dalam peraturan

perundang-undangan RI (lihat Tap MPR No. MPR

No.III/MPR/2000 dan UU No.10 Tahun 2004).

39

Page 60: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

C. Daftar bacaan

Bakri, Nur MS. ( 2001). Orientasi Filsafat Pancasila. Jogjakarta: Pers.

Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara Pancasila. Semarang: IAIN

Walisongo pers.

Notonagoro. (1983). Dasar Filsafah Negara. Jakarta: PT Bina Aksara

Subandi. Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu Mengurai, Ontologis, Epitimologis,

dan Aksiologis Pengetahuan. Bandung.

40

Page 61: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pendahuluan

Deskripsi

Bab ini membahas tentang Pancasila sebagai Sistem Etika. Di dalamnya

diuraikan pengertian etika politik, pengertian nilai, moral dan norma, nilai

dasar, nilai instrumental dan nilai praktis, pancasila sebagai nilai dasar

fundamental bagi bangsa dan Negara RI, makna nilai-nilai setiap sila

pancasila; dan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu:

a. Menjelaskan konsep Pancasila sebagai sistem etika

b. Menjelaskan konsep nilai, moral dan norma

c. Memahami pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa

dan Negara RI

d. Memahami makna nilai-nilai setiap sila pancasila

B. Uraian Materi

4.1. Etika Politik 4.1.1. Pengertian Etika Politik

Etika politik adalah sebagai salah satu cabang etika yang termaksud

dalam lingkungan filsafat. Filasafat yang langsung mepertanyakan praktis

manusia adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban

manusia. Ada berbagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial,

etika keluarga, etika profesi dan etika pendidikan. Dalam hal ini ternaksud

41

Page 62: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

etika politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.

Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma yang mengukur

betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika

politik mempertanyakan tanggung jawab dan keawajiban manusia sebagai

manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap Negara hukum

yang berlaku dan lain sebagainya.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat

teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara

sertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,

melainkan secara rasional, objektif, dan argumentative. Etika politik tidak

langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar

pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif Etiak

politik dapat memberikan patokan orientasi dan pegangan normative baik

mereka yang memang mau menilai kulitas tatanan dan kehidupan politik

dengan tolak ukur martabat manusia atau mempertanyakan legitimasi moral

sebagai keputusan politik. Suatu keputusan bersifat politis apabila diambil

dengan memperhatikan masyarakt secara keseluruhan.

Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika

politik. Hukum sebagai lembaga baga penata masyarakat yang normative,

kekuasaan Negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif yang

sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan

sosial). Jadi, etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Sebetulnya

keduanya tidak terpisah, hukum tanpa kekuasaan Negara tidak dapat

berbuat apa-apa, sifatnya normative belaka, hukum tidak mempunyai

kemampuan untuk bertindak. Sedangkan Negara tanpa hukum adalah buta.

Negara yang memakai kekuasaannya di luar hukum sama dengan manusia

yang berbuat tanpa pengertian. Negara semacam itu menjadi Negara

penindas dan sangat mengerikan.

Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral

bagi suatu Negara adalah cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis

masyarakat, jaminan hak-hak asasi manusia kekhasan paham kemanusiaan

dan struktur sosial budaya masyarakat masing-masing keadilan sosial.

42

Page 63: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.1.2. Legitimasi Kekuasaan

Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan,

yang dapat dirumuskan dengan suatu pertanyaan, yaitu dengan moral apa

seseorang atau sekelompok orang memegang dan menggunakan kekuasaan

yang mereka miliki? Betapa besarnya kekuasaan yang dimiliki seseorang,

dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.

Paham pertanggungjawaban menyatakan bahwa penguasa memang

memiliki kekuasaan dan bahwa masyarakat berhak untuk menuntut

pertanggungjawaban.

Dalam etika politik, kekuatan batin penguasa berpancaran sebagai

wibawa ke dalam masyarakat, sehingga rakyat dapat merasakannya.

Penguasa dianggap memiliki kekuatan-kekuatan tertentu. Wibawa penguasa

itu bukan suatu yang sekedar psikis atau mistik, melainkan ditunjang oleh

kemampuannya untuk mengerahkan kekuatan fisik. Ia dapat mengatur dan

mengorganisasi orang banyak dan memastikan kemampuannya itu dengan

ancaman atau saksinya terhadap mereka yang mau membangkang.

Kewibawaan penguasa yang paling meyakinkan adalah keselarasan

sosial yaitu tidak terjadi keresahan dalam masyarakat. Segala bentuk kritik,

ketidakpuasan, tantangan, perlawanan, dan kekacauan merupakan tanda

bahwa masyarakat resah. Sebaliknya, keselarasan akan tampak apabila

masyarakat merasa tenang, tentram dan sejahtera.

Budi luhur penguasa tampak dalam cara ia menjalankan

pemerintahannya. Sesuai dengan sifat dan hakikat kekuasaan sendiri cara

pemakaiannya secara halus. Kehalusan pemerintahan diharapkan dapat

mencapai keadaan sejahtera, adil dan tentram dalam masyarakat tanpa perlu

memakai cara-cara kasar.

Penyusutan kekuasaan seorang penguasa akan dihubungkan dengan

pamrih yang berlebihan, karena pamrih menunjukkan bahwa ia tidak lagi

sanggup untuk memusatkan diri pada alam batin atau hati nurani yang

sebenarnya. Karena pamrih penguasa untuk menyadap kekuatan-kekutan alam

semesta semakin berkurang sampai akhirnya ia kehilangan kekuasaannya.

43

Page 64: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Oleh sebab itulah, sejarah telah membuktikan sekuat-kuatnya seorang

penguasa pada titik puncaknya, namun akhirnya dia akan jatuh bagaikan tidak

bernayawa. Oleh sebab itu, bahaya besar bagi kedudukan penguasa tidak

berasal dari musuh dari luar atau faktor obyektif dalam masyarakat, melainkan

dari kemerosotan akhlak budi pekerti penguasa itu sendiri.

Apabila ia menyalahgunakan kedudukannya untuk memperkaya diri

dan keluarganya, ia membuktikan bahwa secara batiniah sudah miskin.

Begitu juga kalau kekuasaannya merosot menjadi sistem penghisapan

kekayaan dan tenaga masyarakat demi keuntungan material, maka hakikat

kekuasaan yang sempurna sudah menguap hilang. Jadi, secara etika politik

seorang penguasa yang sesungguhnya adalah keluhuran budinya.

Legitimasi kekuasaan meliputi:

a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang

Negara (kekuasaan Negara) berdasarkan prinsip-prinsip moral.

b. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuatan itu berkaitan dengan

fungsi-fungsi kekuasaan Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu

diperoleh dan dilakukan dengan sesuai hukum yang berlaku.

Tuntutan legalitas itu merupakan tuntutan etika politik, namun, legalitas

semata-mata tidak dapat menjamin legitimasi etis, karena legalitas

menggunakan hukum yang berlaku (hukum positif). Padahal belum tentu

bahwa hukum yang berlaku sendiri dapat dibenarkan secara etis. Oleh sebab

itu, hukum dalam kerangka etika politik adalah hukum yang berkeadilan

dengan fungsinya untuk memanusiakan pengguna kekuasaan. Karena adanya

hukum, kehidupan bersama masyarakat tidak ditentukan semata-mata oleh

kepentingan mereka yang kuat, melainkan oleh suatu aturan rasional yang

seoptimal mungkin menjamin kepentingan semua pihak.

4.1.3. Legitimasi Moral Dalam Kekuasaan

Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuatan politik dari segi

norma-norma moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap

tindakan Negara baik legislatife maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari

44

Page 65: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

segi norma-norma moral. Tujuannya adalah agar kekuasaan itu

mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara yang

semakin sesuai dengan tuntutan kemanusian yang adil dan beradab.

Pada zaman sekarang (modern), tuntutan legitimasi moral merupakan

salah satu unsur pokok dalam kesadaran bermasyarakat. Anggapan bahwa

Negara hanya bertindak dalam batas‑batas hukum, bahwa hukum harus

menghormati hak-hak asasi manusia, begitu pula berbagai penolakan

terhadap kebijakan politik tertentu, seperti isu ketidak adilan sosial, semua

berwujud tuntutan agar Negara melegitimasikan diri secara moral. Dalam hal

inilah kalangan paham agama secara klasik membuat rumusan bahwa kita

harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.

Moralitas kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Apabila masyarakatnya adalah

masyarakat religious, maka ukuran apakah penguasaan itu memiliki etika

politik tidak lepas dari moral agama yang di anut masyarakatnya. Oleh

sebab itu, pernyataan-pernyataan yang sering dilontarkan oleh umat

beragama adalah bahwa kekuasaan itu adalah amanah dari Allah dan harus

dipertanggung jawabkan kepada-Nya kelak. Di samping itu, terdapat juga

ungkapan dari tradisi masyarakat yang menyatakan raja adil, raja

disembah, raja zalim dan raja disanggah. Makna dari ungkapan ini tidak

lepas dari kemuliaan dan kebaikan seorang penguasa sangat ditentukan

oleh masyarakatnya, tentunya sikap masyarakat tersebut dilandasi oleh

moralitas yang hidup dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, alat

pengukur etika politik yang dilandaskan oleh penguasa ditentukan oleh

nilai, moral, dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Pada hakikatnya kekuasaan memiliki hati nurani, yaitu keadilan dan

kemakmuran rakyat. Apabila kehilangan hati nurani tersebut, maka

kekuasaan yang terlihat adalah perebutan kekuasaan semata-mata yang

dilumuri oleh intrik, fitnah, dengki, caci maki dan iri hati. Sehingga kekuasaan

akan merusak tatanan kerukunan hidup masyarakat. Apabila hati nurani

kekuasaan melekat pada nurani seseorang penguasa, maka kekuasaan adalah

amanat rakyat sehingga akan melahirkan martabat, harga diri, dan rezeki.

45

Page 66: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.2. Pengertian Nilai, Moral, Dan Norma

Nilai, moral, dan norma merupakan konsep yang sangat berkaitan,

dimana ketiga konsep ini berkaitan dalam memahami pancasila sebagai

etika politik.

4.2.1. Nilai

Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun

sebagai kolektivitas, senantiasa senang berhubungan dengan nilai-nilai,

norma, dan moral. Kehidupan masyarakat dimanapun tumbuh dan

berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai, moral, dan norma yang

memberi motivasi dan arah seluruh anggota masyarakat untuk berbuat,

bertingkah, dan bersikap. Dengan demikian, nilai adalah suatu yang

berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia

akan harkat dan martabatnya. Nilai yang bersumber pada budi yang

berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai

sebagai nafsu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan

disamping sistem sosial dan karya.

Cita-cita, gagasan, konsep ide tentang sesuatu adalah wujud

kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau

persepsikan dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan

yang abstrak. dalam menghadapi alam sekitarnya, manusia di dorong untuk

membuat hubungan yang bermakna melalui budinya. Budi manusia menilai

benda-benda itu serta kejadian yang beranekaragam dan sekitarnya yang

dipilihnya menjadi kelakuan kebudayannya. Proses pemilihan itu dilakukan

secara terus-menerus. Alport mengidentifikasi nilai-­nilai yang terdapat

dalam kehidupan masyarakat pada enam macam, yaitu nilai teori, nilai

ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik, dan nilai religi. Manusia

dalam memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan

menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.

Apabila tujuan penilaian itu untuk mengetahui identitas benda serta

kejadian yang terdapat di sekitarnya. Terlihat proses penilaian teori yang

menghasilkan pengetahuan yang disebut nilai teori. Jika tujuannya untuk

46

Page 67: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menggunakan benda-benda atau kejadian, manusia dihadapkan kepada

proses penilaian ekonomi, yang mengikuti nalar efisiensi untuk memenuhi

kebutuhan hidup disebut nilai ekonomi. Perpaduan antara nilai teori dan

nilai ekonomi itu merupakan aspek progresif dari kebudayaan manusia.

Apabila dari manusia menilai alam sekitar sebagai wujud rahasia

kehidupan dan alam semesta,di situlah tampakya nilai religius yang

dipesiapkan sebagai sesuatu yang di amalkan. Jika manusia mencoba

memahami yang indah, kita berhadapan dengan proses penilaian estetik.

Perpaduan antara nilai religi dengan nilai estetik yang lebih menekankan

kepada intuisi, rasa, dan imajinasi kedudukan yang khusus karena nilai itu

bukan hanya menyangkut keindahan yang dapat memperkaya batin, tetapi

juga berfungsi sebagai media yang memperluas budi pekerti.

Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antara manusia dan

menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai

politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam

kehidupan masyarakat maupun politik.

Disamping teori nilai di atas, Prof. Nogoro membagi nilai dalam 3

kategori, yaitu sebagai berikut : 1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

melakukan aktivitas. 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia. 3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dapat diringi menjadi empat macam, yaitu sebagai

berikut:

a) Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia, budi

dan cipta.

b) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.

c) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau

kemauan (karsa, etika).

d) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai

47

Page 68: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada

keyakinan dan keimanan manusia terhadap tuhan. Nilai religi itu

berhubungan dengan nilai penghayatan yang bersifat transedental,

dalam usaha manusia untuk memahami arti dan makna

kehadirannya di dunia. Nilai ini berfungsi sebagai sumber moral

yang dipercayai sebagai rahmat dan ridha Tuhan.

Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma,

ukuran dan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau

larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh kaena itu nilai berperan

sebagai dasar pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai

berada dalam hati nurani, kata hati, dan pikiran sebagai suatu keyakinan,

dan kepercayaan yang bersumber dari berbagai sistem nilai.

4.2.2. Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) = kesusilaan, tabiat kelakuan.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut

tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada

atutan-atutan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam

masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika

sebaliknya yang terjadi, pribadi itu dianggap tidak benar secara moral.

Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-pinsip yang

benar, baik terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan

terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, Negara,

dan bangsa. Sebagaimana nilai norma, moralpun dapat dibedakan seperti

moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum,

moral ilmu dan sebagainya. Nilai norma dan moral secara bersama

mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

4.2.3. Norma

Manusia cenderung untuk memelihara, hubungan dengan Tuhan,

masyarakat, dan sekitarnya dengan selaras. Hubungan manusia terjalin

48

Page 69: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

secara vertikal (Tuhan), horizontal (masyarakat), dan hubungan vertikal

horizontal (alam, lingkungan) secara seimbang, serasi dan selaras. Oleh

sebab itu, manusia juga memerlukan pengendalian diri baik terhadap

manusia sesamanya, lingkungan alam, dan Tuhan. Kesadaran akan

hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap peraturan

atau norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang yang harus

dijalankan dalam kehidupan sehari-hari berdasakan motivasi tertentu.

Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai mahluk

budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan

sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu,

norma dalarn perwujudannya, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan

untuk dapat dipatuhi, yang dikenal sebagai sanksi, misalnya

a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan.

b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap

diri sendiri. c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa pengucilan dalam

pergaulan masyarakat. d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau

denda yang dipaksakan oleh alat Negara.

4.3. Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Dan Nilai Praktis

Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan

kepada tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

4.3.1. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca

indera manusia, tetapi dalam kenyatannya nilai berhubungan dengan tingkah

laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai

memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau makna yang

dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena

menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat

49

Page 70: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Tuhan, manusia, dan mahluk lainnya.

Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai

dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab

pertama), segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan.

Nilai dasar itu juga berkaitan dengan hakikat manusia itu sendiri, maka

nilai-nilai tersebut bersumber pada hakikat manusia itu sendiri. nilai dasar

yang bersumber pada hakikat kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma

hukum yang dapat diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Nilai

dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila.

4.3.2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan

dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai

dasar tersebut belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang

jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah

laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan

menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan

dengan organisasi atau Negara, maka nilai-nilai instrumental itu merupakan

suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar,

sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan

suatu eksplitasi dari nilai dasar.

Dalam kehidupan ketatanegaraan kita, nilai instrumental itu dapat

kita temukan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, nilai-nilai itu

terkandung dalam sila-sila pancasila. Tentang ketentuan dalam pasal-pasal

undang –undang dasar 1945, nilai-nilai dasar yang termuat dalam pancasila

belum memberikan makna dan implementasi yang konkrit dalam praktek

ketatanegaraan kita sekarang ini secara murni dan konsekuen.

50

Page 71: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.3.3. Nilai Praktis

Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai

instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Dengan demikian, nilai

praktis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai­-nilai dasar dan nilai

instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan

nilai instrumental, maka nilai paktis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan

instrumental dan sekaligus tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan

instrumental tersebut.

Universal dari nila-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam

pancasila sebagai acuan dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku

dalam kehidupan berbangsa. Pembinaan etika politik dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara sangatlah urgent. Langkah permulaan dimulai

dengan membangun kontruksi berfikir dalam rangka menata kembali kultur

politik bangsa Indonesia. Kita sebagai warga Negara telah memiliki hak-

hak politik, pelaksanaan hak-hak politik dalam kehidupan bernegara akan

Baik bersosialisasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan sesama warga

dalam berbagai wadah, yaitu dalam wadah infrastruktur dan suprastuktur.

Wadah infrastruktur, antara lain mimbar bebas, unjuk rasa, bicara

secara lisan atau tulisan. Aktivitas organisasi partai politik atau lembaga

sosial kemasyarakatan, kampanye pemilihan umum, penghitungan suara

dalam memilih wakil di DPR atau pimpinan eksekutif. Sedangkan wadah

suprastruktur antara lain mencakup semua lembaga legislatif disemua

tingkat dan jajaran eksekutuf (mulai dari Pesiden sampai ke RT/RW) dan

semua jajaran lembaga kekuasaan kehakiman (tingkat pusat sampai

kedaerah-daerah). Kesemua wadah tersebut telah diatur dengan perundang-

undangan dengan sedemikian rupa agar hak-hak politik dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Etika politik lebih banyak bergerak dalam wilayah dimana seseorang

secara ikhlas dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku tanpa adanya rasa

takut kepada sanksi dari pada hukum yang berlaku. Pada hakikatnya etika

politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap, tetapi melalui

51

Page 72: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

moralitas yang bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat,

dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kehidupan politik Indonesia banyak suara masyarakat untuk

menuntut agar dibentuknya dewan kehormatan dalam berbagai institusi

kenegaraan dan kemasyarakatan, dengan harapan etika politik dapat terwujud

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan Tap.

VI/MPR/2002 tentang rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR

oleh Pesiden, DPR, DPA, MA, dan BPK harus segera membentuk dewan

kehormatan untuk memeriksa anggota DPR yang kurang disiplin.

Dalam Tap. MPR No. VI/MPR/2002 ditegaskan: DPR perlu

meningkatkan kinerja anggotanya dengan landasan moral, etika, dan rasa

tanggung jawab yang tinggi. Dalam pasal 6 tata tertib DPR mengenai kode

etika DPR, diungkapkan dalam ayat (1) anggota DPR harus mengutamakan

tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi

kewajibannya. Ayat (2) menegaskan, ketidak hadiran anggota secara fisik

sebaiknya tiga kali beturut-turut dalam rapat sejenis, tanpa izin dari

pimpinan fraksi merupakan suatu pelangaran kode etik.

Berbicara tentang etika politik dalam kehidupan bernegara kita

tampaknya lebih banyak pengaruh subyektif. Banyak polotisi melihat dan

mencari kesalahan kelompok politik pihak lain. Mereka lupa apakah etika

tersebut telah dilaksanakan pada diri kelompok mereka sendiri.

Oleh sebab itu, terwujudnya etika politik dengan baik dalam kehidupan

bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keikhlasan hati nurani dari

masing-masing warga Negara yang telah memiliki hak-hak politiknya untuk

melaksanakan norma-norma dan aturan-aturan berpolitik dalam Negara.

4.4. Rangkuman

1. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma yang mengukur

betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian,

etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan keawajiban manusia

sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara

52

Page 73: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

terhadap Negara hukum yang berlaku dan lain sebagainya.

2. Legitimasi kekuasaan meliputi: a) Legitimasi etis, yaitu pembenaran

atau pengabsahan wewenang Negara (kekuasaan Negara)

berdasarkan prinsip-prinsip moral, b) Legitimasi legalitas, yaitu

keabsahan kekuatan itu berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan

Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan

dengan sesuai hukum yang berlaku.

3. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut

tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada

atutan-atutan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam

masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.

4. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal sebagai

sanksi, misalnya: a) Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan,

b) Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal

terhadap diri sendiri, c) Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa

pengucilan dalam pergaulan masyarakat, d) Norma hukum, dengan

sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan

oleh alat Negara.

5. Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan

kepada tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai

praktis.

4.5. Latihan:

a. Jelaskan pengertian Pancasila sebagai Etika Politik? b. Jelaskan perbedaan antara nilai, moral, dan norma? Disertai contohnya c. Apabila anda melihat seseorang dan perilakunya tidak sama dengan

anda atau orang lain, apa sebaiknya yang anda lakukan terhadap orang

itu? Berikanlah contoh pada orang itu perilaku yang sesuai dengan:

1) Nilai-nilai pancasila

2) Moral Pancasila

53

Page 74: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3) Norma-norma Pancasila

d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai dasar, nilai instrumental, dan

nilai praksis?

e. Apakah yang dimaksud etika politik dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara?

f. Jelaskan makna nilai-nilai setiap sila Pancasila?

C. Daftar Bacaan

Franz. Magni. Suseno. (1987) Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral dasar

Kenegaraan. Jakarta: Gramedia.

Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogjakarta Paradigma.

Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafat Pancasila. Jakarta:

Penerbit Pancuran 7.

54

Page 75: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB V

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

A. Pendahuluan

Deskripsi:

Bab ini membahas tentang Pancasila sebagai ideologi, makna ideologi bagi

Negara, perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain serta konsep

pancasila sebagai ideologi terbuka

Tujuan:

Mahasiswa dapat memahami:

a) Konsep pancasila sebagai ideologi

b) Makna ideologi bagi Negara

c) Perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain

d) Konsep pancasila sebagai ideologi terbuka

B. Uraian Materi

5.1. Ideologi

5.1.1. Arti Ideologi

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos,

yang berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana ideologi

berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya

dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata luas istilah ideologi

dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan

keyakinan-keyakinan yang menjadi dijunjung tinggi sebagai pedoman

normatif. Dalam artian ini ideologi disebut terbuka.

Dalam arti sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh

55

Page 76: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukkan dengan mutlak

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak, dalam artian ini disebut juga

ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga dijumpai untuk pengertian

memutlakkan gagasan tertentu, sifat idiologi tertutup dimana teori-teori

bersifat pura-­pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan

kepentigan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam

hal ini ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif.

Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang

diyakini kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk

pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Bahan Penataran

BP-7 Pusat, 1993). Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu

falsafat hidup. Sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk suatu

ideologi. Keterikatan ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan

ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.

Dalam praktek orang menganut dan mempertahankan ideologi

karena memandang ideologi itu sebagai cita-cita, ideologi merumuskan

cita-cita hidup. Oleh sebab itu, menurut Gunawan Setiatdja (1993) ideologi

dapat dirumuskan sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan

seluruh realitas, yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.

Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks.

Dalam pekembangan itu ideologi mempunyai arti yang berbeda.

• Pertama, ideologi diartikan sebagai welianschuung, yaitu pengetahuan

yang mengandung pemikian-pemikian besar, cita-cita besar, mengenai

sejarah, manusia, masyarakat, Negara (science of ideas). Dalam pengertian

ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran filsafat.

• Kedua, ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan

kebenaran internal dan kenyataan empiris, ditujukkan dan tumbuh

berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan karena itu ideologi

cenderung menjadi bersifat tertutup.

• Ketiga, ideologi diartikan sebagai belief sistem dan karena itu berbeda

56

Page 77: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dengan ilmu, filsafat, ataupun ideologi yang secara formal merupakan

suatu knowledge sistem (bersifat refleksif, sistematis, dan kritis).

5.1.2. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan

menunjukkan beberapa arti. Semua arti itu menurut Destutt Dewan Tracy

pada tahun 1796, memakai istilah ideologi dengan pengertian science of

ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan

institusional dalam masyarakat prancis. Namun Napoleon mencemoohkan

sebagai khayalan belaka yang tidak akan mempunyai kenyataan rill.

Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991 ; 384), yaitu sebagai

berikut: 1. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada

(status qou), setidak­-tidaknya secara umum, walaupun membuka

kemungkinan perbaikan hat-hal teknis. 2. Kontra ideologi, yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam

masyarakat sebagai yang sesuai dan malah dianggap baik. 3. Ideologi reformis, yaitu berkehendak untuk merubah keadaan. 4. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh

sistem nilai masyarakat itu.

Kita mengenal istilah ideologi, seperti ideologi Negara, ideologi bangsa,

dan ideologi nasional. Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan

penyelenggaraan pemerintahan negara. Sedangkan ideologi nasional

mengakup, ideologi Negara dan ideologi yang berhubungan dengan pandangan

hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia, ideologi nasionalnya tercermin dan

terkandung dalam Pembentukan UUD 1945, Pancasila sebagai ideologi

nasional dapat diatikan ”sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan

dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan

Negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia”.

57

Page 78: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.2. Makna Ideologi Bagi Negara

Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya

bangsa Indonesia, yaitu cara berfikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila

bersifat integralistik, yaitu tentang hakikat Negara yang dilandasi dengan

konsep kehidupan bernegara, pancasila yang melandasi kehidupan

bernegara menurut Supomo adalah dalam kerangka Negara integralistik,

untuk membedakan paham-paham yang digunakan oleh pemikir

kenegaraan lainnya. Untuk memahami konsep Pancasila bersifat

integralistik, maka terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori

(paham) mengenai dasar negara, yaitu sebagai berikut:

1. Teori Perseorangan (Individualistic)

Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistik adalah Herbert

Spncer (1820-1903) dan Horald J. Laski (1893-1950). Pada intinya

menurut teori ini, Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang

disusun kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu (sosial

contrac).

2. Teori Gabungan (Class Theory)

Teori ini diajarkan, antara lain Karl Marx (2004). Menurut Karl Marx,

Negara merupakan penjelmaan dari pertentangan-pertentangan

kekuatan ekonomi.

3. Teori Kebersamaan (Integralistik)

Teori integralistik semula diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler, dan lain-

lain yang mengemukakan bahwa Negara adalah suatu susunan masyarakat

yang integral diantara semua golongan dan semua bagian dari seluruh

anggota masyarakat. Persatuan masyarakat itu merupakan persatuan

masyarakat organis. Pancasila bersifat integralistik karena : (a)

mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan, (b) Adanya

semangat kerja sama (gotong-royong), (c) Memelihara persatuan dan

kesatuan, dan (d) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

58

Page 79: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.3. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain

Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, seperti

kapitalisme dan komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahir

sebagai pemikiran filosofis, yang kemudian dituangkan dalam rumusan

ideologi dan setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep polotik.

Jangka waktu yang dilalui keseluruhan proses ini bisa sampai puluhan

tahun. Manifesto komunis, misalnya diumumkan pada tahun 1841 sebagai

pernyataan ideologi dari falsafah Marxisme. Konsep politiknya diwujudkan

pada tahun 1917, dalam Revolusi Oktober di Rusia.

5.3.1. Ideologi Liberalisme

Inggrislah yang memulai timbunya liberalism yang diakibatkan oleh

alam pemikiran yang disebut zaman pencerahan (aufklarung) yang

menyatakan bahwa manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan

bisa pada rasio. Ajaran liberalism bertitik tolak dari hak asasi yang melekat

pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun,

termaksud penguasa kecuali dengan persetujuannya.hak asasi tersebut

memiliki nilai-nilai dasar (intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentigan

pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak, yaitu kebebasan

mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tengah kekayaan material yang

melimpah dan dicapai dengan bebas. Ancaman dari paham liberalism

hampir tidak dapat digolongkan dalam uraian sejarah tergambar dalam

ancaman golongan komunis.

5.3.2. Ideologi Sosialisme

Tokoh utama yang menganjurkan komunisme adalah Karl Marx

(1818-1883), tokoh sosialis revolusioner yang banyak menulis naskah

bidang sosial dan ekonomi. Ajaran komunis di dasarkan atas kebendaan.

Oleh karena itu, komunisme tidak percaya kepada Tuhan. Bahkan agama

dikatakan sebagai racun bagi masyarakat. Ajaran tersebut jelas bertolak

belakang dengan ajaran Pancasila.

59

Page 80: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

5.4.1. Arti Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Ciri khas ideologi ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak

dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani,

moral, dan budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsekuensi

masyarakat, tidak diciptakan oleh Negara, melainkan ditemukan dalam

masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik diri semua

rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuka

bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar

menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup dari nilai-

nilai dan sikap-sikap dasarnya.

Idelogi terbuka adalah idelogi yang dapat berinteraksi dengan

perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat

ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945,

yang menyatakan, “…… terutama bagi Negara baru dan Negara

muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat atuan-aturan

pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu

diserahkan kepada undang-­undang yang lebih mudah cara membuatnya,

mengubahnya, dan mencabutnya.”

5.4.2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila

Faktor yang mendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila

(BP-7 Pusat, 1993, adalah sebagai berikut : (a) kenyataan dalam proses

pembangunan dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat,

(b) kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan

terbuka cenderung merupakan perkembangan dirinya, (c) Pengamalan sejarah

polotik kita di masa lampau, (d) Tekad memperkokoh kesadaan akan nilai-nilai

dasar pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembanakan secara kreatif

dan dinamis dalam rangka mengapai tujuan nasional.

60

Page 81: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.4.3. Sifat Ideologi

Kebenaran pola pikir seperti terurai di atas adalah sesuai dengan sifat

ideologi yang memiliki tiga dimensi penting (BP-7 Pusat, 1993) sebagai

berikut. (a) Dimensi Realitas (b) Dimensi Idealisms, (c) Dimensi Fleksibilitas.

5.4.4. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila

Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi pancasila ada batas-

batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut, (a) Stabilitas

nasional yang dinamis, (b) larangan paham liberal, (c) larangan terhadap

pandangan skstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat, dan (e)

Penciptaan norma yang baru harus melalui consensus.

5.5. Rangkuman

1. Ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna

hidup dan nilai-nilai yang mau menentukkan dengan mutlak bagaimana

manusia harus hidup dan bertindak, dalam artian ini disebut juga

ideologi tertutup. 2. Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diatikan sebagai suatu

pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai

sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan Negara Indonesia, yang

bersumber dari kebudayaan Indonesia. 3. Pancasila bersifat integralistik karena : (a) mengandung semangat

kekeluargaan dalam kebersamaan, (b) Adanya semangat kerja sama

(gotong-royong), (c) Memelihara persatuan dan kesatuan, dan (d)

Mengutamakan musyawarah untuk mufakat. 4. Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, seperti kapitalisme

dan komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahi sebagai

pemikiran filosofis, yang kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi

dan setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep politik. 5. Faktor yang mendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila

61

Page 82: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

(BP-7 Pusat, 1993, adalah sebagai berikut : (a) kenyataan dalam proses

pembangunan dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat,

(b) kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup

dan terbuka cenderung merupakan perkembangan dirinya, (c)

Pengamalan sejarah polotik kita di masa lampau, (d) Tekad

memperkokoh kesadaan akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat

abadi dan hasrat mengembanakan secara kreatif dan dinamis daam

rangka mengapai tujuan nasional.

5.6. Latihan:

a. Apakah yang dimaksud ideologi?

b. Apakah yang dimaksud dengan ideologi Pancasila?

c. Jelaskan kapan ideologi dapat menjadi ideologi Negara?

d. Sebut dan jelaskan 4 tipe ideologi? Dari 4 tipe ideologi tersebut

pancasila anda masukkan pada tipe ideologi yang mana?

e. Jika anda mau memilih, manakah yang paling sesuai dengan anda

antara ideologi berikut dan apa alasan anda?

1) Ideologi Pancasila

2) Ideologi Liberalisme

3) Ideologi Sosialisme

f. Jelaskan batasan Pancasila sebagai ideologi terbuka?

C. Daftar Bacaan

Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogjakarta Paradigma.

Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen

Oekonomie, diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku

‘Kapital, Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’.

Bandung: Penerbit Ultimus,.

Sastra Pratiji. M. (1991). Dalam Pancasila Sebagai Ideologi dalam

kehidupan Budaya. Jakarta BP-7 Pusat.

62

Page 83: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VI

PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

A. Pendahuluan

Deskripsi:

Bab ini membahas tentang sistem ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 termasuk didalamnya pengertian, kedudukan Sifat dan

Fungsi UUD 1945

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan makna sistem ketatanegaraan RI berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945

2) Menjelaskan konsep, kedudukan sifat dan fungsi UUD 1945

3) Memahami dinamika pelaksanaan UUD 1945

B. Uraian Materi

6.1. Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945

6.1.1. Pengertian, Kedudukan, Sifat, dan Fungsi UUD 1945

a) Pengertian UUD 1945

Undang-Undang Dasar ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam

suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang mendasar atau pokok ketatanegaran

suatu Negara sehingga kepadanya diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan

untuk mengubahnya diperlukan cara yang istimewa serta lebih berat kalau

63

Page 84: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan perundang-­

undangan sehari-hari.

UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis, yang mempunyai arti

bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, setiap lembaga Negara, lembaga

masyarakat, dan seluruh warga Negara Indonesia dimanapun mereka berada

dan setiap penduduk yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia.

Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, dan ketentuan yang

dilaksanakan dan ditaati.

Secara teoritis, undang-undang dasar harus memenuhi dua syarat,

yaitu syarat mengenai bentuknya dan syarat mengenai isinya. Bentuknya

sebagai naskah tertulis yang merepakan Undang-Undang yang tertinggi

yang berlaku dalam suatu Negara. Isinya merupakan peraturan yang bersifat

fundamental, artinya bahwa tidak semua masalah yang penting baru dimuat

dalam undang-undang dasar, melainkan hal-hal yang pokok, dasar atau asas

saja. Penampilan hukum itu sendiri berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman, sehingga isi dari undang-undang dasar itu hanya

meliputi hal-hal yang bersifat dasar saja. (Moh. Kusnardi, 1983:65-67).

b) Kedudukan UUD 1945

Undang-undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan

landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai

landasan stuktural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi

aturan atau ketentuan pokok atau dasar ketatanegaraan, bahkan lebih dari

itu, yaitu untuk menjamin suatu sistem atau bentuk Negara serta cara

penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya, maka

undang-undang dasar harus merupakan hukum Negara yang tertinggi.

Sekalipun konvensi juga merupakan hukum dasar, tetapi konvensi

tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUD 1945 dan biasanya

merupakan aturan sebagai pelengkap atau mengisi kekosongan yang timbul

dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam

Undang-Undang Dasar 1945.

64

Page 85: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

c) Sifat UUD 1945

Dalam teori konstitusi (Undang-Undang Dasar) dikenal sifat dari

UUD yaitu luwes (flexibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis.

Untuk menentukan apakah sifat UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran

sebagai berikut

1. Cara Mengubah Konstitusi

Ada dua cara mengubah UUD, Pertama, UUD diubah dengan cara

prosedur yang biasa, sebagaimana mengubah dan membuat undang-undang

biasa. Dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (flexible). Seperti

konstitusi inggris. Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur

istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid). Seperti orde baru telah

menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah

dengan mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.

2. Tertulis dan tidak tertulis

Suatu konstitusi disebut tertulis apabila ia tertulis dalam suatu naskah

atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis,

karena ketentuanketentuan­ yang mengatur suatu pemerintahan tidak

tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal diatur

dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa.

d) Fungsi UUD 1945

Sebelum kita membicarakan fungsi UUD 1945, terlebih dahulu kita

harus memberikan penilaian terhadap konstitusi, secara teoritis. Ada tiga jenis

penilaian terhadap konstitusi menurut Karl Loewenstein sebaai berikut: 1) Nilai Normatif

Apabila suatu konstitusi (UUD) telah resmi diterima oleh suatu bangsa.

Maka konstitusi itu bukan saja berlaku dalam arti hukum (legal),

melainkan merupakan suatu kenyataan dan efektif, artinya konstitusi itu

dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

65

Page 86: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2) Nilai Nominal

Suatu konstitusi secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak

sempurna, karena ada pasal-pasal tertentu yang dalam kenyataanya

tidak berlaku.

3) Nilai Semantik

Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya

hanya sekedar untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi konstitusi

disini hanya sekedar istilah, sedangkan pelaksanaanya digantikan

dengan kepentingan penguasa.

Berdasarkan penilaian konstitusi (UUD) diatas maka dapat kita

melihat fungsi yang bagaimanakah UUD 1945 yang sesuai dengan

ketentuan yang terdapat dalam naskah UUD tersebut. UUD mempunyai

fungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek apakah norma hukum yang lebih

rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan undang-

undang dasar. UUD juga berfungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek

apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak

sesuai dengan ketentuan undang-undang dasar 1945.

6.2. Pembukaan UUD 1945

6.2.1. Makna Pembukaan UUD 1945

UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang

berlaku di Indonesia. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan

sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia

untuk mencapai tujuan Nasional. Pembukaan juga merupakan sumber dan

cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan. Baik dalam

lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di

dunia. Pembukaan UUD 1945 itu mempunyai arti yang dalam dan lestari,

karena dia mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetapi

menjadi landasan perjuangan bangsa Indonesia selama bangsa Indonesia

tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

66

Page 87: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan dari proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi pada hakikatnya

adalah pemcetusan dari segala perasaan yang sedalam-dalamnya yang

terbenam dalam kalbu rakyat Indonesia. Proklamasi beserta anak

kandungnya yang berupa pembukaan UUD 1945 talah melukiskan

pandangan hidup, tujuan hidup, falsafah hidup, dan rahasia hidup kita

sebagai bangsa. Apabila proklamasi itu merupakan suatu proclamation of

independence, maka pembukaan UUD 1945 merupakan declaration of

independence dari Republik Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang

menjadi landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum

lainnya, termaksud hukum dasar yang tertulis serta hukum dasar yang tidak

tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara yang fundamental itu

terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut : 1. Dasar-Dasar Pembukaan Negara

a. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai

fungsi sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

b. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara

Indonesia yang berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.

c. Asas kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila,

yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hukum Indonesia. 2. Ketentuan diadakannya UUD Negara

Ketentuan ini dapat terlihat dalam kalimat, maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia...”.

Hal ini menunjukkan sebab keberadaan sumber hukum UUD Negara. Kaidah

Negara yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat dan

kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan

67

Page 88: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

jalan hukum apapun tidak mungkin lagi akan diubah. Berhubung UUD

1945 memuat kaidah-­kaidah Negara yang fundamental, maka pembukaan

UUD 1945 itu tidak dapat diubah secara hukum, perubahan itu berarti

pembubaran Negara poklamasi 17 Agustus 1945.

6.2.2. Makna Alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945

Alinea pertama

1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi

masalah kemerdekaan melawan penjajah.

2. Tekad bangsa Indonesia yang tetap berdiri di barisan yang paling depan

untuk menentang dan menghapuskan penjajahan diatas dunia.

3. Pengungkapan suatu dalil objektif yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai

dengan perkemanusiaan dan perikeadilan, oleh karenanya harus

ditentang dan harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat

menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasi.

4. Pengungkapan suatu dalil subjekrif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia

sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil ini menyatakan

tugas kewajiban kepada bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa

melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung setiap kemerdekaan

suatu bangsa

Alinea kedua

1. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada saat

yang menentukan.

2. Momentum yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk

menyatakan kemerdekaan.

3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih diisi

dengan usaha mewujudkan negaa Indonesia yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil dan makmur. Hal ini merupakan cita-cita nasional

bangsa Indonesia.

68

Page 89: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Alinea ketiga

1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita berkat

rahmat dari tuhan. 2. Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia untuk

hidup yang berkeseimbangan antara kehidupan material dengan

spiritual dan kehidupan dengan akhirat. 3. Pengukuhan melalui proklamsi kemerdekaan sebagai suatu Negara yang

berwawasan kebangsaan.

Alinea keempat

1. Tujuan sekaligus fungsi Negara Indonesia yaitu : (1) Melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. (2)

Memajukan kesejahteraan umum. (3) mencerdaskan kehidupan bangsa.

(4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berkedaulatan,

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 2. Negara Indonesia berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat.

3. Negara Indonesia mempunyai dasar Negara filsafah pancasila.

6.2.3. Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

a. Pokok pikian pertama, Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara

mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Negara

menurut pengertian ”pembukaan” itu menghendaki persatuan meliputi

segenap bangsa Indonesia dan seluruhnya. Rumusan ini menunjukkan

pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim, Negara,

penyelenggara Negara, dan setiap warga Negara wajib mengutamakan

kepentingan Negara diatas kepentingan golongan ataupun perseorangan. b. Pokok pikiran kedua, Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negara,

bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia itu

69

Page 90: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mengiptakan keadilan

sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Pokok pikiran ketiga, Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan

atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Sistem Negara yang

berbentuk UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan

permusyawaratan/perwakilan. Yang menyatakan bahwa kedaulatan

adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis

permusyarawatan rakyat.

d. Pokok pikiran keempat, Negara bedasarkan atas ketuhanan yang maha

esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap. Oleh karena itu,

UUD harus mengandung isi yang mewujudkan pemeritahan dll

penyelenggara negara untuk rnemelihara budi pekerti kemanusiaan

yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

6.2.4. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan

UUD 1945 dengan Pasal-Pasal UUD 1945

Suasana kebatinan UUD 1945 serta cita-cita hukum UUD 1945

bersumber atau dijiwai oleh dasar falsafah pancasila. Disinilah anti dan

fungsi pancasila sebagai dasar Negara. Selain itu fungsi pembukaan UUD

1945 mempunyai hubungan langsung dengan batang tubuh UUD 1945,

karena pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang

dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikian yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

sebagai berikut:

1. Pokok Pikiran Pertama, ”Negara-begitu bunyinya- melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar

atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.

2. Pokok Pikiran Kedua, ”Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat”.

3. Pokok Pikiran Ketiga, ”Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan

70

Page 91: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

atas kerakyatan dan permusyarawatan/perwakilan”.

4. Pokok Pikiran Keempat, ”Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha

esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

6.3. Pasal-pasal UUD 1945

UUD 1945 yang terdiri atas 37 pasal (sebagian pasalya telah

diadakan perubahan dan penambahan oleh MPR) ditambah dengan 3 pasal

Aturan Pealihan dan 2 ayat Aturan Tambahan, disamping mengandung

semangat dan merupakan perwujudan dari pokok pikiran yang terkandung

dalam pembukaan UUD 1945, juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-

pasal yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi yang pada dasarnya

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan Negara,

didalamnya termaksud pengaturan tentang kedudukan, tugas,

wewenang, dan saling berhubungan dari kelembagaan Negara. 2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga

Negara dan penduduknya serta dengan dipertegas oleh pembukaan

UUD 1945, berisi konsepsi Negara deberbagai aspek kehidupan, yaitu

kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum, serta kearah

mana Negara, bangsa, dan rakyat Indonesia akan bergerak mengapai

cita-cita nasionalnya. 3. Hal-hal lain, seperti bendera, bahasa, lambang Negara, dan lagu

kebangsaan serta perubahan UUD itu sendiri.

6.3.1. Kelembagaan Negara

Setelah UUD 1945 diamandemen, maka tidak lagi dikenal istilah

lembaga Negara tertinggi dan lembaga tinggi, melainkan lembaga

kekuasaan negara. Lembaga-lembaga. Negara yang ada terdiri dari : MP,

Presiders, DPD, DPR, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi

Yudisial (KY).

71

Page 92: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Berdasarkan perubahan UUD 1945; maka kekuasaan legislative

dijalankan yaitu MPR, DPR, Dan DPD. Kekuasaan efektif, yaitu President

dan Wakil Presiden, dan kekuasaan yudikatif dilaksanakan yang memegang

kekuasaan kehakiman, terdiri atas MA, MK, KY. Lembaga-lembaga ini

melaksanakan tugas dan fungsi sesuai amanah UUD 1945.

Perbedaan MPR sebelum dan sesudah perubahan UUD 1945 dapat

dilihat dari bagan berikut :

Perbedaan Sebelum perubahan Sesudah perubahan UUD

UUD 1945 1945

Komposisi DRP, utusan daerah, dan Anggota DPR dan DPD

golongan

Rekrutmen DPR (lewat pemilu dan Seluruh anggota DPR dan

diangkat), utusan daerah DPD dipilih lewat pemilu

dan golongan yang

diangkat

Legislasi Oleh DPR Kekuasaan legislasi ada

di DPR, DPD juga dapat

mengajukan dan membahas

RUU berkaitan dengan

ototmi daerah

Kewenangan Tak terbatas Terbatas tiga, yaitu

mengubah UUD, melantik

Presiden/wakil presiden, dan

impeachment

Berdasarkan perubahan pasal-pasal UUD 1945 tentang kelembagaan

Negara, maka struktur kelembagaan Negara tentu pula mengalami perubahan.

Oleh sebab itu pada bagian ini kita dapat membandingkan struktur

ketatanegaraan sebelum dan sesudah terjadinya perubahan UUD 1945.

72

Page 93: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Struktur Ketatanegaraan Sebelum perubahan UUD 1945

Struktur Ketatanegaraan Setelah perubahan UUD 1945

Keterangan:

MK : Mahkamah Konstitusi

MA : Mahkamah Agung

KY : Komisi Yudisial

6.3.2. Hubungan Negara dan Warga Negara dan HAM

Dalam batang tubuh UUD 1945 berisi pasal-pasal yang menyangkut

materi hubungan antara Negara dengan warga Negara serta penduduknya.

Yang ada hakikatnya berisi konsepsi Negara diberbagai kehidupan polotik,

ekonomi, sosial budaya dan bahkan kearah manjadi Negara, bangsa, dan

rakyat Indonesia akan bergerak dalam mencapai cita-cita nasionalnya.

73

Page 94: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Materi mengenai warga Negara dari penduduk itu tidak lepas dari dua hal yang

mendasar, yaitu hak asasi manusia dan demokrasi. Latar belakang perjuangan

kemerdekaan bangsa Indonesia adalah Amanat Penderitaan Rakyat, yang

merupakan esensi dari hak asasi manusia. Negara Indonesia yang merupakan

Negara demokrasi sesuai dengan alinea keempat pembukaan UUD 1945, yang

menyatakan : ..... susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat”. Demikian pula dalam batang tubuh UUD 1945

diungkapkan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat. Dalam penjelasan kata

”demokrasi atau demokratis” terungkap beberapa kali.

6.3.3. Perubahan UUD 1945

UUD 1945 telah menetapkan dalam pasal terakhirnya, yaitu pasal 37

tentang perubahan UUD, menyatakan bahwa untuk mengubah UUD

sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus hadir. Pasal

37 ayat (1) putusan diambil dengan persetujuan sekurang-­kurangnya 2/3

dari pada jumlah anggota yang hadir ayat (2).

UUD 1945 telah menyatakan sendiri keterbatasan dan

ketidaksempurnaanya, apalagi untuk menghadapi perkembangan masyarakat

dan bangsa yang selalu akan mengalami perubahan. Sebagaimana pandangan

Bung Karno dalam sidang BPUPKI bahwa UUD 1945 inilah bersifat

sementara, nanti setelah keadaan Negara agak baik kita akan membuat UUD

yang lebih baik. Namun, UUD 1945 itu sendiri oleh pemerintahan orde baru

mempersulit perubahan UUD 1945 dengan mengeluarkan ketetapan MPR No.

IV/MPR/1983 tenang referendum. Sulitnya mengubah UUD melalui

referendum yang harus disetujui 90% rakyat yang berhak ikut referendum,

barukah MPR akan mengubahnya. Karena sulitnya mengubah UUD 1945,

maka MPR pada masa orde baru berketetapan untuk tidak mengubah dan akan

melaksanakan secara murni dan konsekuensitas melestarikannya.

Makna konstitusional pasal 37 UUD 1945 (Rancangan GBHN 1999-

2004). Konstitusi suatu Negara sebagai hukum tertinggi dalam suatu negara

yang mengatur kehidupan Negara, baik dalam prakteknya maupun menurut

74

Page 95: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

teori konstitusi, senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan moral dan

sosial bangsa yang bersangkutan pada masanya. Berkenaan dengan itu, ada

lagi yang menyatakan bahwa konstitusi dibuat untuk manusia, bukan

manusia untuk konstitusi adalah benar, akan tetapi teori konstitusi

mengajarkan prosedur perubahannya harus dipersukar. Biasanya penukaran

itu dituangkan dalam bentuk yang diserahi kekuasaan legislative dan ikut

menentukan GBHN berdaarkan maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16

Oktober 1945. Kedua, berdasarkan perubahan sistem kabinet Komite

Nasional Pusat tangal 11 November 1945 yang kemudian dinyatakan oleh

presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemeritah diganti dengan

sistem kabinet parlementer.

6.4. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

Pembahasan ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan

UUD 1945, yang meliputi hal-hal berikut ini. (1) Masa awal kemerdekaan,

(2) Masa orde lama, (3) Masa orde baru dan (4) Masa era global.

6.4.1. Masa Awal Kemerdekaan

Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, maka

mulai saat itu berlaku tata hukum baru yang bersumber dari proklamasi

kemerdekaan Indonesia dan tidak berlaku lagi tata hukum lama (zaman

kolonia). Untuk mengganti seluruh tata hukum peninggalan kolonial dalam

UUD 1945. Pasal 11 Aturan peralihan menyatakan, “Segala badan Negara

dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan

yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”

UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaannya

pada kurun waktu 1945-1949, jelas tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita

memang sedang dalam masa pancaroba, dalam usaha membela dan

mempertahankan kemerdekaan yang baru saja di proklamirkan, sedangkan

pihak kolonial belanda justru ingin menjajah kembali Indonesia yang telah

merdeka. Segala perhatian bangsa dan Negara diarahkan untuk memenangkan

perang kemerdekaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya UUD 1945

75

Page 96: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

terjadi penyimpangan-penyimpangan konstitusional.

Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD

1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat DPA

sementara, sedangkan MPR dan DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu

itu masih diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan Pasal IV yang

menyatakan, “sebelum Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut

Undang-Undang Dasar ini. segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden

dengan bantuan Komite Nasional.

Penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu

1945-1949. Pertama, berubahnya fungsi Komite Nasional Pusat dari

pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan

ikut menentukan GBHN berdasarkan maklumat Wakil Presiden No. X

tanggal 16 Agustus 1945. Kedua. berdasarkan perubahan sistem kabinet

Komite Nasional Pusat tanggal 11 November 1945 yang kemudian

dinyatakan oleh Presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah

diganti dengan sistem kabinet parlementer.

6.4.2. Masa Orde Lama

Sejak 5 Juli 1959 UUD 1945 berlaku bagi Bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia. Setelah seat itu sudah cukup banyak pengalaman

yang telah kita peroleh dalam melaksanakan UUD 1945. Dalam masa orde

lama, presiden, selaku pemengang kekuasaan eksekutif dan pemegang

kekuasaan legislatif bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah

menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Presiden telah

mengeluarkan produk legislatif yang pada hakikatnya adalah undang-undang

(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuannya DPR) dalam bentuk

penetapan presiden, tanpa persetujuan DPR. Selam itu terdapat pula

penyimpangan-penyimpangan lain antara lain sebagai berikut:

1. MPR, dengan ketetapan No.1/MPRS/1960 telah mengambil putusan

menetapkan pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul

76

Page 97: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Politik Republik Indonesia (Manipol) sehingga GBHN bersifat tetap.

Hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945. 2. MPRS telah mengambil putusan mengangkat Ir. Soekarno sebagai

presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UUD

1945 yang menetapkan masa jabatan presiden selama lima tahun. 3. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak

mengajukan Rancangan Undang-Undang APBN untuk mendapat

persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui Rancangan

Pendapatan dan Belanja Negara yang diajukan oleh pemerintah. Maka

presiden waktu itu membubarkan DPR basil pemilihan umum tahun 1955

dan membentuk DPR­Gotong-Royong (DPR-GR). 4. Pemimpin lembaga-lembaga Negara dijadikan menteri-menteri Negara,

sedangkan presiden sendiri menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak

sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

Penyimpangan ini jelas bukan saja mengakibatkan tidak berjalannya

sistem yang ditetapkan dalam UUD 1945, melainkan juga telah

mengakibatkan memburuknya keadaan politik dan keamanan serta

terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya dengan

pemberontakan tersebut dapat digagalkan melalui kekuatan-kekuatan yang

melahirkan pemerintahan orde baru. Dipersyaratkannya suara yang

menyetujui perubahan harus berkualifikasi mayoitas 2/3 sampai dengan 4/5

jumlah anggota pemegang kedaulatan rakyat.

Bahasa yang popular dalam perubahan UUD adalah amandemen yang

dimaksud seperti tercantum dalam pasal 37 yaitu mengubah pasal yang

terdapat dalam batang tubuh UUD 1945. Beberapa kategori arti amandemen

adalah sebagai berikut, (1) membuat artinya mencipta pasal baru. (2)

mengubah artinya mengganti suatu pasal tertentu dalam pasal baru. (3) mencabut artinya menyatakan suatu pasal tidak berlaku tanpa mengganti

dengan pasal baru. (4) menyempurnakan artinya menambah suatu sub

dietum dari suatu pasal. (5) memberi interpretasi baru dalam suatu pasal.

77

Page 98: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.4.3. Masa Orde Baru

Lahirnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) ini dianggap sebagai

lahirnya pemerintahan orde baru. Orde baru lahir dengan tekad awalnya

adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara

murni dan konsekuen.

Konsensus nasional ini telah mewarnai pelaksanaan demokasi di

Negara. Republik Indonesia sepanjang pemerintahan orde baru sehingga

UUD 1945 lebih cenderung berpihak kepada rezim yang berkuasa dari pada

upaya penegakkan kedaulatan rakyat sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam UUD 1945 itu sendiri. Pemerintahan orde baru telah

banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan pemilu-

pemilu, antara lain sebagai berikut:

a. Campur tangan birokrasi terlalu besar dalam mempengaruhi pilihan

rakyat.

b. Panitia pemilu tidak independen, memihak salah satu kontestan.

c. Kompetisi antara kontestan tidak leluasa.

d. Rakyat tidak bebas mendiskusikan dan menentukan pilihan.

e. Penghitungan suara tidak jujur.

f. Kontestan tidak bebas kampaye karena dihambat aparat keamanan/

perizinan. (Lihat Eep Saefuiioh Fatah, 1997:22-23).

Mengigat pemilu adalah titik awal dari pembentukan demokrasi,

maka kelemahan dan praktek pemilu membawa kinerja sisitem politik,

yaitu tercipta perwakilan politik yang kurang kondusif bagi demokrasi.

Wakil rakyat lebih cenderung loyal kepada parpol yang menunjuknya

menjadi wakil rakyat dari pada rakyat pemilih (tipe partisan). Akibat

pemilu orde baru kepada DPR menyokong pembatasan kestabilitas politik

legislatif itu, sehingga penggunaan hak-hak DPR, seperti hak insiatif dan

fungsi pengawasan menjadi lemah. Kenyataan ini makin memperkuat

eksekutif sebagai pemilik pusat kekuasaan yang mengatasi legislative.

78

Page 99: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Alokasi nilai dibidang politik dalam pelaksanaan UU No. 1 tahun

1983 tentang susunan dan kedudukan MPR/DPR. Presiden Soeharto

melakukan hat-hal berikut: 1. Menetapkan penelitian khusus (litsus) kepada segenap calon anggota

MPR/DPR dell-an kritium hanya yang berkualifikasi monoloyalitas

terhadap dirinya, yang diizinkan menjadicalon resmi dari partai politik

dan Golkar. 2. Menetapkan keluarga Presien, para pejabat eksekutif beserta beberapa

keluarganya dan orangorang­ yang berkaitan dengan bisnis keluarga

Presiden sebagai calon resmi dari partai politik dan Golkar.

Dalam pelaksanaan UU No. 2 tahun 1983 tentang Pemilu, ada

beberapa yang perlu dijadikan catatan, yaitu sebagai berikut: a. Presiden Soeharto secara subjektif mencoret dan mengganti calon yang

tidak memenuhi syarat subjektif dari Partai Politik dan Golkar. b. Tempat pemungutan suara (TPS) dibuat di kantor-kantor dan waktu

pelaksanaan pemungutan suara ditetapkan bukan pada hari libur, tetapi

pada hari kerja. c. Pelaksanaan pemungutan suara, sejumlah pemilih mendukung Golkar

diberi formulir A-B sampai 5 -10 lembar seorang.

Semua pegawai negeri dan warga ABRI yang masih aktif maupun

pensiun pada semua tingkat jabatan terbuka melakukan pemaksaan dengan

sanksi pada segenap anggota jajarannya untuk memilih Golkar. Di samping

itu, organisasi masyarakat (ormas), menurut UU No. 5 tahun 1985 tidak

dibolehkan berafiliasi kepada Partai Politik, tetapi banyak ormas yang

memperbolehkan Golkar. Undang-Undang No. 5 Tahun 1985 tentang

referendum mengatur tidak memungkinkannya diselenggarakannya

referendum karena mempersyaratkan suara 90% dai seluruh peserta

referendum (Universitas Pancasila :1990 : 12-13).

79

Page 100: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.4.4. Masa Transisi dan Reformasi

Dalam proses reformasi dewasa ini, terdapat berbagai pendapat dan

kajian untuk mengamandemen UUD 1945, karena UUD 1945 harus bersifat

fleksibel, yaitu mampu menyesuikan diri dengan perkembangan bangsa dan

negara Indonesia. Keinginan untuk mengamandemen itu juga muncul

karena adanya sifat “ multiinter-pretable” pada pasal UU1945, sehingga

mengkibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama Presiden dimasa

Orde Lama dan Orde Baru. Melalui sidang umum MPR tahun 1999, sidang

tahunan MPR tahun 2000, sidang tahunan MPR 2001 dan sidang tahunan

2002, UUD 1945 telah mengalami perubahan (amandemen). Perubahan ini

dimaksudkan untuk menyempurnakan Batang Tubuh UUD 1945 dan tidak

mengubah pembukaan UUD 1945. Karena Pembukaan UUD 1945

merupakan ikrar berdirinya negara kesatuan Republik Indonesiadan ia

memuat Pancasila sebagai Dasar Negara, MPR berketetapan hati untuk

tidak mengubahnya. Pembukaan UUD 1945 serta mandemen UUD 1945

berdasarkan sidang umum MPR 1999, sidang tahunan MPR tahun 2000,

sidang tahunan MPR 2001 men,dan sidang tahunan 2002.

6.5. Rangkuman

1. Undang-Undang Dasar ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam

suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang mendasar atau pokok

ketatanegaran suatu Negaa sehingga kepadanya diberikan sifat kekal

dan luhur, sedangkan untuk mengubahnya diperlukan cara yang

istimewa serta lebih berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau

perubahan peraturan perundang-undangan sehari-hari.

2. Dalam teori konstitusi (Undang-Undang Dasar) dikenal sifat dari UUD

yaitu luwes (flexibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis.

3. Suasana kebatinan UUD 1945 serta cita-cita hukum UUD 1945

bersumber atau dijiwai oleh dasar falsafah pancasila. Disinilah anti dan

fungsi pancasila sebagai dasar Negara. Selain itu fungsi pembukaan

UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dengan batang tubuh UUD

80

Page 101: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1945, karena pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran

yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasalnya 4. Dalam batang tubuh UUD 1945 berisi pasal-pasal yang menyangkut materi

hubungan antara Negara dengan warga Negara serta penduduknya. Yang

ada hakikatnya berisi konsepsi Negara diberbagai kehidupan polotik,

ekonomi, sosial budaya dan bahkan kearah manjadi Negara, bangsa, dan

rakyat Indonesia akan bergerak dalam mencapai cita-cita nasionalnya. 5. UUD 1945 telah menetapkan dalam pasal terakhirnya, yaitu pasal 37

tentang perubahan UUD, menyatakan bahwa untuk mengubah UUD

sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus hadir.

Pasal 37 ayat (1) putusan diambil dengan persetujuan sekurang-

­kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir ayat (2). 6. Dinamika pelaksanaan UUD 1945 meliputi hal-hal berikut ini. (1) Masa

awal kemerdekaan, (2) Masa orde lama, (3) Masa orde baru dan (4)

Masa Trasisi dan Reformasi.

6.6. Latihan:

Baca kembali isi uraian di atas, lalu jawablah pertanyaan di bawah ini.

Cocokkan jawaban anda dengan jawaban teman anda.

a. Jelaskan pengertian UUD 1945? b. Bagaimanakah kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945 dalam Negara

kesatuan RI? c. Jelaskan secara rinci makna setiap alinea Pembukaan UUD 1945? d. Mengapa UUD 1945 diamandemen?

C. Daftar Bacaan

Eep Saefuiioh Fatah. (1997). Pemilu dan Demokratisasi. Jakarta: Mizan

Kusnardi. Moh. Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

81

Page 102: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VII

PANCASILA DALAM PARADIGMA

KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,

BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pendahuluan

Deskripsi

Bab ini membahas tentang pengertian paradigma, pancasila sebagai

paradigma pengembangan dan pancasila sebagai paradigma pengembangan

ipoleksosbudhankam

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan mampu:

a) Menjelaskan konsep paradigma

b) Menjelaskan Pancasila sebagai paradigma pembangunan IPTEK

c) Memahami pancasila sebagai paradigma pengembangan ideologi,

politik, ekonomi, social budaya, pertahanaan keamanan

B. Uraian Materi

7.1. Pancasila Paradigma Pembangunan

Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990)

memilki beberapa pengertian, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan dari

sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2)

model dalain teori ilmu pengetahuan (3) kerangka berpikir. Dalam koneksi ini

pengertian paradigma adalah pengertian kedua dan ketiga, khususnya yang

ketiga, yaitu karangka berpikir. Sacara terminologis tokoh yang

82

Page 103: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mengembangkan Istilah paradigma sebagai ilmu pengetahuan terutama

dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S.Khun.

pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi

teoritis yang umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta

penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta

karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Kaelan 2002).

Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin banyak

hasil-hasil penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan kelemahan-

kelemahan pada teori-teori yang digunakan. Dengan demikian, para ilmuwan

mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu sendiri. Contohnya dalam ilmu

sosial manakala suatu teori yang didasarkan kepada suatu hasil penelitian

ilmiah berdasarkan metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat

berdasarkan sifat-sifat parsial, terukur dan korelatif ternyata hasil dari pada

ilmu pengetahuan itu secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari

objek ilmu pengetahuan, yaitu manusia. Dengan demikian, ilmuwan sosial

kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut, yaitu manusia. Berdasarkan

hakikatnya manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat ganda. Berdasarkan

kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kamudian dikembangkan

metode baru, yaitu metode kualitatif.

Istilah ilmiah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan

lainnya, sehingga menjadi terminologi dari suatu perkembangan dan

pembangunan yang mengadung konotasi pengertian (1) Kerangka berpikir,

(2) Sumber nilai dan (3) Orientasi arah.

7.2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek

Pada hakikatnya pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional

mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-

nilai pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,

dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai mahluk

individu dan mahluk sosial. Manusia tidak hanya mengejar kepentingan pribadi

tetapi, juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia tidak

83

Page 104: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

hanya mengutamakan kebutuhan material, tetapi juga kebahagiaan spiritual.

Manusia memiliki fungsi monuduolistis tidak hanya mengejar kepentingan

dunia, tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh sebab itu,

pembanguna nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.

Keberhasilan manusia mencapai tujuan dan hakekat hidupnya untuk

mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, maka manusia menggunakan

ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai usaha kreativitas manusia

melalui proses akal dan pemikiran. Berdasarkan kreativitas akal dan

pemikiran manusia dalam mengembangkan iptek manusia mampu

mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa

untuk kepentingan kesejahteraan manusia., maka oleh sebab itu usaha-

usaha iptek harus mengikuti nilai-nilai dan moral Ketuhanan dan

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan

sumber nilai, kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan

iptek. Apabila kita melihat sila-sila demi sila menunjukkan sistem etika

dalam pembangunan iptek (Kaelan 2002), yaitu sebagai berikut :

1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan,

mencipta, pengimbangan antara rasional, antara akal, rasa, dan kehendak.

Berdasarkan sila pertama ini iptek tidak hanya memikirkan apa yang

ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga mempertimbangkan

maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan manusia dan

sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama

menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral melainkan

sebagai bagian yang sistematika dari alam yang olahnya.

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar

moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara

beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya manusia yang beradab dan

bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus berdasarkan kepada

usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia. Iptek harus dapat

diabadikan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia, bukan

84

Page 105: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menjadikan manusia sebagai mahluk yang angkuh dan sombong akibat

dari penggunaan iptek.

3) Sila Persatuan Indonesia, menberikan kesadaran kepada bangsa

Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari

sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat

terwujud dan terpelihara, tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh

sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa

persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat dikembangkan

dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional. 4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dan

Permusyarawatan Perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila

keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas untuk

mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus pula

memiliki sikap menghormati terhadap hasil pemikiran orang lain dan

terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya. Penemuan

iptek yang telah teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan

kepada kepentingan rakyat banyak. 5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus

dapat menjaga keseimbangan keadilan dan kehidupan kemanusiaan, yaitu

keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan

antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya, hubungan manusia

dengan lingkungan dimana mereka berada.

Pembangunan sebagai pengamalan pancasila diartikan sebagai upaya

bersama untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, sumber

daya manusia, serta sarana-sarana sedemikian rupa sehingga tercipta tingkat

dan mutu kehidupan bangsa dan Negara secara seimbang, baik dalam sikap

dan perilaku warga bangsa maupun dalam tata kemasyarakatan. Maka

didalam kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional

harus memperhatikan konsep berikut ini. 1) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif, dalam indenfikasi diri sebagai

bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang

85

Page 106: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

objektif rasional dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh sebab itu,

perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan dalam memupuk rasa

persatuan dan kesatuan bangsa.

2) Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang

terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus

semakin menempatkan nilainilai­ pancasila yang dapat dirasakan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

3) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan

nasional tidak terlepas dari control nilai-nilai pancasila. Oleh sebab itu,

kemana arah pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat

dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai pancasila,

sehingga pembangunan adalah pengamalan pancasila.

4) Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk mewujudkan

visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan pancasila

secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan

tindakan, merupakan paradigma baru dalam menjadikan pancasila

sebagai etika pembangunan nasional.

5) Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung

maksud agar nilainilai­ luhur pancasila (norma-norma pancasila yang

tercantum dalam pembukaan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam

melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan,

pengorganisasiaan, pelaksana, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.

Pembangunan dalam perspektif pancasila adalah pembangunan yang

arah nilainilai­ kemanusiaan sebagai coral values. Kelima nilai-nilai inti

secara terpadu menjadikan rujukan dalam perkembangan pranata sosial dan

pola tingkah laku segenap warga Negara, baik secara perseorangan maupun

kolektif. Sebagai konfigurasi budaya, nilai-nilai inti pancasila tidak dapat

diperlakukan satu-persatu secara terpisah. Perlakuan butir demi butir akan

menimbulkan kesenjangan pada pemberian makna dan pengamalannya.

Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karateristik

86

Page 107: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

masyarakat untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso, 1998: 42-43).

Pertama, kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua,

dinamika mayarakat dan keterbukaan kebudayaan terhadap pembaruan.

Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan

yang amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan

globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common frame of reference)

dalam menanggapi tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu,

pembangunan harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

1) Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang;

2) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek

(manusia seutuhnya);

3) Kesatuan bangsa yang melayani sebagai bentuk sekretarianisme. Ini

berarti komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan

komitmen moral untuk mempertahankan eksistensi dan

perkembangan seluruh bangsa Indonesia;

4) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrai kontitusional (persamaan

politi, hak-hak asasi, hak-hak dan kewajiban kewarganearaan;

5) Keadilan soial yang yang mencakup persamaan (equality) dan

pemerataan (equity).

7.3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi,

Politik, Ekonomi, Sosial­ Budaya, Pertahanan

dan Keamanan (Ipoleksodbudhankam)

7.3.1. Pengembangan Ideologi

Dalam pembangunan pancasila sebagai ideologi harus memandang

sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda

perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan

peranan dan kedudukan pancasila dalam kehidupan berbanga dan

bernegara, seperti berikut ini:

a) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

87

Page 108: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Nilai-nilai dasar dalam ideologi pancasila dirumuskan dalam UUD 1945

untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik,

ekonomi, sosial budaya, hankam dan sebagainya. Nilai dasar ini tidak berubah

dengan gampang sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional

dapat berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan

amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak mudah berubah karena merupakan

tolak ukur stabilitas dan dinamika untuk pasal 37 UUD 1945.

b) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

Konsep Negara (staatside) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari

pokok­-pokok pikiran yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945.

Negara adalah keadaan kehidupan berkelompoknya bangsa Indonesia, yang

: (1) atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, (2) didorongkan oleh

keinginan luhur bangsa, untuk (3) berkehidupan yang bebas, dalam arti (4)

merdeka, berdaulat, adil dan makmur (5) berdasarkan pancasila.

Dengan adanya unsur pertama menjadi jelas bahwa kita didalam Negara

tidak akan sekuler. Dengan adanya unsur kedua kita didalam bernegara tidak

merupakan Negara agama melainkan berwawasan kebangsaan (didorong oleh

keinginan luhur bangsa). Sedangkan unsur berikutnya menjelaskan wawasan

kebangsaan tersebut. Oleh karena itu, wawasan kebangsaan Indonesia atau

nasionalisme Indonesia ialah berkebangsaan yang bebas, yaitu merdeka,

berdaulat, bersatu, adil, dan makmur (Padmo wohjono. 1991 : 31-32).

Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang

sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.

7.3.2. Pengembangan Politik

Landasan: kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh

sebab itu, perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan

kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntunan reformasi dengan tetap memelihara

kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat

pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD), dan lembaga tinggi Negara lainnya dengan

88

Page 109: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang mengacu pada

prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga

eksekutif, legislative, dan yudikatif.

Dalam usaha membangun usaha politik, maka beberapa unsur yang

perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut : (1). Sistem

pilitik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka. (2).

Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

(3). Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya

politik yang demokratis. (4). Pemilihan umum yang lebih berkualitas

dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.

Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai

berikut • Demorasi sebagai sistem pemerintahan, meliputi rakyat sebagai

pendukung kekuasaan dan pemerintahan sebagai pembuat kebijakan.

Dukungan rakyat kepada pemerintah dapat menjadikan pemerintah

membuat kebijakan yang dapat dipercayai rakyat untuk membawa

kesejahteraan kepadanya. • Demokrasi sebagai kebudayaan politik, dalam masyarakat yang sedang

membangun harus melakukan perubahan melalui proses dari budaya

tradisional patrimordial kepada cara berfikir rasional objektif yang

dapat memperkuat kemandirian bagi setiap warga Negara. Kesatuan dan

persatuan hak yang disadari oleh setiap warga merupakan keberhasilan

proses demokratisasi. • Demokrasi harus dapat melaksanakan fungsi dan peranannya, seperti

organisasi masyarakat, partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), Eksekutif, birokrasi dan peradilan keberhasilan proses

demokratisasi sangat ditentukan oleh keseimbangan dari peranan dan

kedudukan badan-badan tersebut. Dalam posisi yang seimbang setiap

badan tersebut dapat saling mengontrol satu badan dengan badan yang

lainnya.

89

Page 110: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau

didukung oleh demokrasi sebagai budaya politik yang rasional objektif.

Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan

kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam kesetaraan dan keseimbangan

peranan lembaga-lembaga demokrasi.

7.3.3. Pengembangan Sosial Budaya

Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau

pancasila semakin credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara

nyata realisasi dari prinsip-­prinsip yang terkandung dalam pancasila.

Usaha yang dilakukan melalui cara-cara : (1) Dihormati martabatnya

sebagai manusia; (2) Diperlakukan secara manusiawi; (3) mengalami

solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi

dan budaya; (4) Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan

politik, dan (5) Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

7.3.4. Pengembangan Ekonomi

Pengembangan dan peningkatan SDM terdiri atas beberapa kriteria

kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : (1) Memiliki

kemampuan dasar untuk berkembang; (2) Mampu menggunakan ilmu dan

teknologi untuk mengolah sumber daya alam secara efektif, efisien, lestari,

dan berkesinambungan; (3) Memiliki etos professional, tanggung jawab

atas pengembangan keahliannya, kejujuran dalam pelaksanaan tugas,

ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap waktu dan

ketetapan waktu; (4) Penciptaan kesejahteraan yang merata berakses kepada

sumber ekonomi, dunia kerja, pendidikan, kesehatan, dan informasi.

Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada permasalahan,

bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan berkembang

menjadi ekonomis dengan nilai-nilai pancasila.

90

Page 111: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

7.3.5. Pengembangan Hankam

Ketahanan nasional, Pembangunan nasional tidak terlepas dari

ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan

nasional, yang terjabar sebagai berikut : (1) Nilai-nilai fundamental yang

meyangkut pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam matra

horizontal dan vertical, pertumbuhan sosial ekonomi, keanekaragaman, dan

persamanaan derajat; (2) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/

struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan/stabilitas dan

keseimbangan lingkungan; (3) nilai-nilai fundamental yang menyangkut

interaksi antara pribadi-pribadi warga Negara dan sistem/struktur kehidupan

masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan, dan keseimbangan lingkungan.

Kondisi keamanan yang stabil sangat mendukung pelaksanaan

pembangunan nasional, dan sebaliknya keberhasilan pembangunan nasional

juga harus dapat menunjang terciptanya kondisi keamanan yang stabil.

Hasil pembangunan yang tidak stabil dan merata dapat menimbulkan

kesenjangan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap stabilitas pertahanan

keamanan Negara. Oleh karena itu, keseimbangan antara pendekatan

keamanan dengan pendekatan kesejahteraan sangat diharapkan sehingga

menghasilkan keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan nasional.

7.4. Rangkuman

1. Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990)

memilki beberapa pengertian, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan

dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata

tersebut, (2) model dalain teori ilmu pengetahuan (3) kerangka berpikir. 2. Pada hakikatnya pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional

mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan

nilai-nilai pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia

Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai

mahluk individu dan mahluk sosial. Manusia tidak hanya mengejar

kepentingan pribadi tetapi, juga memperhatikan kepentingan

91

Page 112: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

masyarakat.

3. wawasan kebangsaan Indonesia atau nasionalisme Indonesia ialah

berkebangsaan yang bebas, yaitu merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan

makmur (Padmo wohjono. 1991 : 31-32). Pancasila dijadikan platform

kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar

tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.

4. Dalam usaha membangun usaha politik dalam aspek pengembangan

politik, maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan

ditingkatkan adalah sebagai berikut : (1). Sistem pilitik nasional yang

berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka. (2). Kemandirian partai

politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. (3). Pendidikan

politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang

demokratis. (4). Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan

partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.

5. Dalam pembangunan pancasila sebagai ideologi, Pancasila sebagai

Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial­ Budaya,

Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksodbudhankam) harus memandang

sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda

perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita harus

memperhatikan peranan dan kedudukan pancasila dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara

7.5. Latihan

a. Jelaskan arti paradigma?

b. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma

pembangunan IPTEK?

c. Bagaimanakah cara kita mengembangkan Pancasila sebagai paradigma

pengembangan politik?

d. Ada tiga aspek demokrasi. Jelaskan!

e. Bagaimanakah pengembangan ekonomi sebagai paradigma pembangunan

92

Page 113: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Pancasila?

f. Ada dua cara mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan. Jelaskan! g. Apakah yang dimaksud dengan budaya akademik? Jelaskan! h. Apakah yang dimaksud dengan kebebasan akademik? Jelaskan! i. Bagaimanakah hubungan kampus dengan politik? Manakah yang kuat

tarikannya? Jelaskan pendapat Anda! j. Ada beberapa hal pokok dalam pembangunan hukum. Jelaskan!

C. Daftar Bacaan

Ending Rahmat. (2000). Gerakan Reformasi Terhadap Penegakan

Supremasi Hukum. Universitas Jaya Baya Jenie., U., A., (2006). Pancasila sebagai Paradigm Ilmu Pengetahuan dan

Pembangunan Bangsa. UGM Yogyakarta Poepowardojo, S., (1997). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai

Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.

Jakarta: BP7

93

Page 114: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

KUNCI JAWABAN

BAB I. LANDASAN DAN TUJUAN PANCASILA

a. 1) Landasan historis

Landasan historis pancasila dimulai dari proses pembentukan

bangsa Indonesia itu sendiri. Dalam hidup berbangsa dan bernegara

dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia

sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat

agar tidak terombang ambing ditengah-tengah masyarakat

international. Jadi secara hostoris, bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam setiap pancasila sebelum dirumuskan dan

disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif, historis

telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.

2) Landasan kultural

Setiap bangsa didunia dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan

bernegara senantiasa memiliki pandangan hidupnya dalam

bermasyarakat, filsafah hidup serta pegangan hidup agar tidak

terombang ambing dalam kancah pergaulan masyarakat

internasional. Berbeda dengan bangsa lain Indonesia memiliki dan

mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat

pada bangsa itu sendiri.

3) Landasan yuridis

Ada beberapa landasan yuridis, antara lain sebagai berikut:

(1) Pembukaan UUD 1945. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia

ke 4: dijelaskan bahwa dasar Negara kita adalah pancasila. (2)

Undang-undang Republik Indonesianomor 20 tahun 2003 tentang

system pendidikan nasional BAB II Pasal 2 menyatakan: pendidikan

nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 (3)

94

Page 115: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Durat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional tanggal 5 januari 2010 Nomor 06/D/T/2010

perihal penyelenggaraan perkuliahan pancasila.

4) Landasan filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafah dan dan pandangan filosofis

bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan

moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara filososfis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara

adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan hal

ini berdasarkan masyarakat objektif.

b. Landasan historis, menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam

setiap pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara

Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia

sendiri, sehingga asas nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain dari bangsa

Indonesia sendiri. Sedangkan landasan cultural membahas tentang

Negara komunisme dan liberalisme meletakkan dasar filsafat negaranya

pada suatu konsep ideology tertentu. Misalnya komunisme meletakkan/

mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran karl max.

c. Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan dan juga

termuat dalam SK Dirjen Dikti No 38/Dikti/Kep/2003 dijelaskan bahwa

tujuan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan

terwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan

iman dan takwa terhadap tuhan yang maha esa.

95

Page 116: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB II. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

a. (1) Zaman Sriwijaya

Menurut MR. M. Yamin berdirinya negara kebangsaan indonesia

tidak dapat dipisihkan dengan kerajaan-kerajaan yang merupakan

warisan nenek moyang bangsa indonesia, negara kebangsaan bangsa

indonesia terbentuk melalui 3 tahap yaitu: (a) Pertama zaman

sriwijaya dibawah wangsa syailendra (600-1400), yang bercirikan

kesatuan. (b) Negara kebangsaan zaman majapahit (1293-1525)

yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara

kebangsaan indonesia lama kemudian. (c) Negara kebangsaan

moderen yaitu negara indonesia merdeka (sekarang negara

proklamasi 17 Agustus-1945), (sekretariat negara RI, 1995:11)

(2) Zaman Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan majapahit yang mencapai

zaman ke emasannya pada masa pada pemerintahan hayam wuruk

dengan majapahit dibantu dengan Laksamana Noto dalam

memimpin armaadanya untuk menguasai nusantara.

Pada awal itu agama hindu budha berdampingan dengan damai

dalam satu kerajaan. EMMPU Prapanca menulis Nagarakertagama

(1365). Dalam kitab tersebut terdapat istilah “Pancasila”. Empu

tantular mengarang buku sutasoma dan dalam buku itulah kita

jumpai selaka persatuan nasional yaitu”BHINEKA TUNGGAL

IKA” yang bunyi lengkapnya “BHINEKA TUNGGAL Ika Tan

Hara Dharma mangrua”. Artinya walaupun berbeda namun satu jua

adanya sebab tidak agama yang memiliki tuhan yang berbeda hal ini

menunjukan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu yaitu

agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu tawaran kekuasaan

yaitu pasal justru telah memeluk agama Islam, Toleransi, dalam

agama di junjung tinggi sejak masa bahari telah silam.

96

Page 117: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

b. Rumusan masalah yang disampaikan oleh Muh. Yamin ada 2

Dari segi pidato ada 5 rumusan masalah: (a) Prikebangsaan, (b)

Prikemanusiaan, (c) Priketuhanan, (d) Prikerakyatan, (e) Kesejateraan

rakyat.

Dari segi tertulis beda dengan yang di sampaikan pada pidatonya

antara lain: (a) Ketuhanan Yang Maha Esa, (b) Kebangsaan persatuan

Indonesia, (c) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, (d) Kerakyatan

yang di pimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan

perwakilan.

c. Isi Piagam Jakarta ➢ ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi

pemeluknya

➢ (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab

➢ Persatuan indonesia

➢ Dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

➢ Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

bangsa indonesia.

Perbedaan Piagam Jakarta dengan pembukaan UUD 1945

Perbedaan terdapat pada naskah piagam jakarta yang menyatakan bahwa

susunan. Negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan

berdasar kepada pada ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi

pemeluk-pemeluknya inilah yang menimbulkan berbagai konflikantar

pemeluk agama terutama non muslim yang tidak menyetujui keharusan

menjalankan syariat islam yang dianggap tidak menghargai agama lain.

Sampai pada akhirnya di amandemenkan dalam UUD 1945 yang diganti

dengan bunyi Pancasila Sila-Sila pertama.

97

Page 118: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 1) karena proklamasi/sumber hukum pada pembentukan negara

kesatuan indonesia pembentukan negara yang dicetuskan. Melalui

Proklamasi tersebut. Bukanlah merupakan tujuan semata-mata.

Melainkan sebagai alat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara

proklamasi kemerdekaan negara indonesia menjadi sarana untuk

mewujudkan masyarakat indonesia yang merdeka. Berdaulat adil dan

makmur serta bebas dari belengu penjajah bangsa lain. Proklamasi juga

mempunyai arti sebagai berikut: (a) merupakan titik awal penghentian

segala bentuk penjajahan di Indonesia, (b) lahirnya negara kesatuan

republik Indonesia, (c) merupakan titik puncak, perjuangan pergerakan

kemerdekaan sebelah berjuang berpuluh-puluh tahun sejak 20 mei

1908, (d) titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat.

2) Sebagai norma pertama daripada tatanan hukum yang baru, yaitu

tatanan hukum indonesia tidak pula dapat dicari kekuatan berlakunya,

kepada salah satu norma aturan/ketentuan/dari pada tatanam hukum

yang sebelumnya yaitu tatanam hukum penjajah entah, itu tatanam

hukum pendudukan jepang ataupun tatanam hukum Hindia-Belanda.

e. 1) Penyimpangan pada masa orde lama

a) presiden telah mengeluarkan peraturan dalam bentuk penetapan

presideitu tidak dikenal di UUD 1945.

b) MPRs dengan ketetapan No 1/MPRs/1966 telah mendapatkan

pidato-pidato presiden tanggal 17 agustus 1959 yang berjudul

“penemuan kembali kita

c) Pimpinan lembaga-lembaga negara di beri kedudukan sebagai

GBHN tetap yang berarti sejajar dengan pembantu-pembantu

presiden

d) Hak budget tidak berjalan karena setelah tahun 1960 pemerintah

tidak mengajukan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR

sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan

e) 5 maret 1960 lewat penetapan presiden No 3 tahun 1960 tanggal

98

Page 119: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

24 juni 1960 di bentuk DPR gotong-royong (DPR-GR)

f) MPR mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur Hidup

melalui ketetapan No III/MPRS/1963

g) Politik luar negeri RI yang bebas aktif di selewangkan menjadi

politik poros-porosan di mana indonesia hanya menjalin kerja

sama dengan blog negara komunis dan mamasuki negara-negara

barat.

h) Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 19 september 1960

i) Adanya ajaran naskom (nasionalis agama dan komunis)

2). Penyimpangan Pada masa orde baru

a) Adanya KKN

b) kesejangan pembangunan antara kesatuan dan daerah

c) Menyelesaikan masalah dengan kekarasan

d) tidak ada kebebasan berorganisasi dan pers

e) Pemilu tidak lagi luber dan jurdil

f) terlalu beraksi antara pemerintah dan di dasarkan pada prinsip

g) Terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat pendatang dan

penduduk asli.

f. Pada masa orde baru pembangunan nasional dilakukan dengan tujuan

terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila

dan UUD 1945. Arah dan kebijakan adalah pembangunan pada segala

bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah trilogi

pembangunan dan 8 jalur pemerataan/ kesejahteraan bagi semua lapisan

masyarakat dalam suasana politik ekonomi yang stabil.

g. pemerintah berjalan pada masa reformasi saat ini sudah baik di tinjau

dari aspek-aspek tertentu dimana pemerintahan negara indonesia sudah

sedemikian bagus hanya saja masih ada masalah mengganjal yaitu

korupsi, kalau secara keseluruan sudah begitu baik.

99

Page 120: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB III. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

a. Berpikir filsafat yaitu berpikir dengan cara bertanya deperti simbol

tanya jawab/ proses berpikir yang dapat dimengerti atau dipahami,

sedangkan perpikir biasa adalah proses berpikir yang sulit dimengerti.

b. Aliran-aliran filsafat:

➢ Moderialisme, yaitu paham yang memahami bahwa esensi

kenyataan termasuk esensi manusia bersifat material/fisik.

➢ Idealism, lebih menekankan pad aide dunia roh menurut ini

kenyataan sejati adalah bersifat spiritual.

➢ Dualism yaitu ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri

dari dua subtansi yang berlainan dan bertolak belakang.

➢ Eksistensialisme, yaitu aliran filsafat yang menyatakan

bahwa cara berada manusia dan mendalam tidaklah sama.

➢ Struktualisme yaitu aliran filsafat yang hendak memahami

masalah yang muncul dalam sejarah filsafat.

c. 3 bidang garapan filsafat yaitu:

1) Ontologi yaitu ilmu yang meliputi apa hakikat ilmu itu apa

hakikat kebenaran dan kenyataan yang dengan pengetahuan

ilmiah yang tidak terlepas dari presepsi filsafat.

2) Epistomologi yaitu meliputi sumber-sumber sarana dan tata cara

menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan

(ilmiah) pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar

entologisnya.

3) Aksiologis yaitu melipiti nilai-nilai valensi yang bersifat normotif

dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan

sebagaimana kita sampai dalam kehidupan kita sehari-hari.

100

Page 121: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 1) Nilai kenikmatan yaitu nilai yang bersumber dari/pada kehangatan

kenikmatan yang dirasakan manusia.

2) Nilai kehidupan yaitu nilai yang bersumber pada unsure kehendak.

3) Nilai kewajiban yaitu nilai yang bersumber pada kewajiban seorang

untuk melaksanakan kewajiban seperti kepada rumah tangga .

e. Ketetapan MPR No III/MPR/2000 tentang peraturan perundang-

undangan RI.

1. UUD

2. Ketetapan MPR

3. PERPU

4. PP

5. KEPRES

6. Perda (pasal 2)

➢ perda paruna

➢ perda kabupaten

➢ perda (ayat 7) pasal 3

Dalam UUD No. 10 tahun 2004 tentang peraturan perundang-undangan

a. UUD Negara tahun 1945

b. UUD peraturan pemerintahan pengganti undang-undang

c. Peraturan pemerintah

d. Peraturan presiden

e. Peraturan daerah (ayat (1) ayat 2) meliputi:

1. Peraturan daerah provinsi

2. Peraturan daerah kabupaten

3. Peraturan desa.

101

Page 122: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB IV. PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

a. Pengertian Pancasila sebagai etika politik adalah Pancasila merupakan

dasar asas sebagai dasar Negara yang menjadi pedoman dan pandangan

hidup bangsa tentang bagaimana hidup bermasyarakat serta

berhubungan dengan sesame warga masyarakat maupun pembagian

kekuasaan dalam masyarakat atau pada lingkup pemerintah.

b. Perbedaan antara nilai, moral dan norma, yaitu:

1) nilai merupakan suatu yang berharga berguna, indah dan

memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan hasrat dan

martabat contohnya nilai kaidah, nilai kehidupan dan nilai sosial.

2) Moral merupakan ajaran tentang hal yang baik dan buruk yang

menyangkut tingkah laku perbuatan anusia contohnya kesedian,

kepatuhan terhadap nilai dan norma.

3) Norma merupakan petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan

dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu

contohnya: norma agama.

c. Contoh perilaku yang sesuai dengan:

1) Nilai-nilaiPancasila

- Tidak mengganggu ibadah orang lain

- Melakukan gotong royong

- Berkata jujur

- Taat tata tertib.

2) Moral Pancasila

- Menolong orang lain

- Berbakti pada orang tua.

3) Norma-norma Pancasila

102

Page 123: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

- Norma kesusilaan : 1. Jujur dalam perbedaan dan perbuatan

2. menghormati sesame manusia

- Norma kesopanan : 1. Memberi salam ketika bertemu

2. tidak berkata kasar.

- Norma agama : 1. Melaksanakan ibadah

2. menjalankan perintah agama

- Norma hukum : 1. Mematuhi aturan lalu lintas

2. Membayar pajak.

d. Yang dimaksud dengan.

1) Nilai dasar adalah nilai yang mutlak ada, tidak bisa di ubah dan

tidak bisa di hilangkan yang meliputi: nilai ketuhanan, kemanusiaan

dan kerakyatan dan keadilan, Nilai-nilai ini bersifat abstrak.

2) Nilai instrumental adalah penyebaran dari nilai dasar yang bersifat

lebih konsektual dan lebih harus di sesuaikan dengan perkembangan

zaman.

3) Nilai praktis yaitu pengalaman atau melaksanakan dari nilai dasar dan

nilai instrumental dalam sebagai ini target yang sejatinya dinamis.

e. Yang dimaksud dengan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara yaitu prinsip pedoman dasar yang diartikan sebagai pondasi

pembentukan dalam perjalanan roda pemerintah yang biasanya

dinyatakan perjalanan roda pemerintahan yang biasanya dinyatakan

dalam konstitusi Negara serta merupakan rumusan yang bersifat

universal dan Nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam Pancasila

sebagai acuan dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku, dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. f. Makna Nilai-nilai setiap sila Pancasila, yaitu:

1) Ketuhanan yang maha esa makna sila ini adalah percaya dan

103

Page 124: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

takwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing saling menghargai. Kebebasan

dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaan orang lain.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradap makna sila Pancasila ini

adalah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan

kewajiban antar manusia.

3) Persatuan Indonesia maknanya adalah menjaga persatuan dan

kesatuan NKRI rela berkorban demi bangsa dan Negara.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan makna sila pancasila ini adalah

menjunjung tinggi dan memperkokoh peratuan dan kesatuan

dalam hidup bersama,

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maknya sila ini

adalah bersikap adil terhadap sesame menghargai orang lain dan

menghormati hak-haknya.

BAB V. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

a. Ideologi adalah gabungan dari 2 kata majemuk yaitu idea dan logos

yang secara sederhana diartikan sebagai suatu gagasan ynag

berdasarkan pemikiran yang sederhana dan sedalam-dalamnya dan

merupakan pemikiran filsafat yang dipergunakan untuk segala

kelompok sila-sila nilai-nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi

sebagai pedoman normatif.

b. Ideologi Pancasila adalah suatu pemikiran yang membuat pandangan

dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hokum, dan

Negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia sendiri.

104

Page 125: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

c. Ideologi dapat menjadi ideologi Negara yaitu sejak dinyatakan

kemerdekaan suatu Negara dimana Ideologi tersebut berkaitan dengan

peratura penyelenggaraan pemerintah Negara uang digali dan diambil

dari kekayaan rohani moral dan budaya.

d. 4 tipe Ideologi yaitu sebagai berikut:

1) Tipe konservatif yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada

setidak-tidaknya secara umum walaupun membuat keyakinan

perbaikan hal-hal teknis

2) Kontra Ideologi yaitu melegitimasi penyimpangan yang ada dalam

masyarakat sebagai dan dianggap baik

3) Ideologi Reformis yaitu berkehendak untuk merubah keadaan.

4) Ideologi revolusioner yaitu ideology yang bertujuan mengubah

seluruh sistematis nilai masyarakat itu.

Pancasila dimaksukkan dalma ideology reformis yang bertujuan

mengubah keadaan.

e. Diantara ketiga ideologi diatas yang paling sesuai adalah ideologi

pancasila karena di dalam ideologi tersebut terkandung pencerminan

pedoman dalam bertindak.

f. Batasan Pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah suatu batasan yang

tidak boleh dilanggar seperti stabilitas nasional yang dinamis, larangan

paham liberal, batasan terhadap pandangan yang ekstrim yang

menghasikan kehidupan masayarakat dan penciptaan norma yang baru

harus melalui konsensus.

105

Page 126: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VI. PANCASILA DALAM KONTEKS

KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

a. Undang-undang 1945 adalah hukum dasar yang tertulis yang

mempunyai arti bahwa UUD 1945 menurut pemerintah setiap lembaga

negara, lembaga masyarakat dan seluruh negara Indonesia dimanapun

mereka berada.

b. KedudukanUUD1945mempuyaiperananpentingdalampenyelenggaraan

pemerintah yang berisi aturan atau ketentuan pokok.

- Sifat UUD 1945 yaitu luwes (fleksibel) atau tertulis dan tidak tertulis.

Sifat UUD 1945 diubah dengan cara prosedur yang sebagaimana

mengubah dan membuat UUD 1945 biasa.

-Fungsi UUD 1945 yaitu sebagai alat kontrol, alat mengecet dengan

ketentuaan UUD 1945.

c. Makna alinea 1 dalam pembukaan UUD 1945.

1. Alinea pertama yaitu adanya keteguhan dan kekuatan pendirian

bangsa Indonesia menhadapi masalah kemerdekaan melawan

penjajah.

2. Alinea kedua

- Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia sampai pada

saat yang ditentukan.

-Menentukan yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk

meyakinkan kemerdekaan

-Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi

masih di isi dengan usaha manusia jadikan Negara Indonesia.

3. Alines ke 3

-Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita

berkat dari rahmat tuhan.

106

Page 127: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

-Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia

untuk hidup yang berkesinambungan .

-Penegakan melalui proklamasi kemerdekaan sebagai suatu

negara yang berwawasan ke bangsaan.

4. Alinea ke 4

-Tujuan sekaligus fungsi bangsa Indonesia.\

-Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

-Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Karena perubahan UUD 1945 yang diacumkan amandemen yang

termaksud atau tercantum dan pasal 27 yaitu mengubah pasal yang

terdapat dalam batang tubuh UUD 1945.

BAB VII. PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

a. Paradigma berarti daftar dari semua bentuk dari sebuah kata yang

memperlihatkan konjugasi yang/dan deklinasi kata tersebut modal

dalam ilmu pengetahuan dan kerangka berfikir.

b. Pancasila sebagai paradigm pembangunan politik, adalah pembangunan

yang mencerminkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengelola

kekayaan alam yang disediakan oleh tyme induk kesejahteraan manusia.

c. Cara mengembangkan pancasila sebagai paradigm pembangunan politik

yaitu dengan tetap sesuai dengan dan memelihara kesatuan dan

persatian bangsa.

107

Page 128: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 3 aspek demokrasi, yaitu:

1) Demokrasi sebagai system pemerintahan yang rakyatnya

sebagai pendukung kekuasaan dan pemerintah sebagai

pembuat kebijakan yang dapat dipercayai.

2) Demokrasi sebagai kebudayaan politik yaitu dalam masyarakat

yang sedang membangun harus melakukan perubahan proses

dari budaya tradisional pastrimodial kepada cara berfikir

rasional objektif yang dapat memperkuat kemandirian.

3) Demokrasi harus dapat melaksanakan fungsi partai politik,

DPRD, eksekutif, birokrasi, dan peradilan dimana

keberhasilan proses demokrasi sangat ditentukan oleh

keseimbangan dari peran dan kebudayaan.

e. pengembangan ekonomi seabagai paradigm pembangunan pancasila,

yaitu

1) memiliki kemampuan dasar untuk berkembang

2) mampu mengenakan ilmu dan teknologi untuk mengubah

sumber daya alam

3) memiliki etos professional, tanggung jawab, atas

pengembangan kehilangan

4) penciptaan kesejahteraan yang mintabereaksi kepada sumber

ekonomi

f. cara mengklasifikasikan pancasila yaitu:

1) pancasila sebagai ideology terbuka dalam ideology pancasila

dirumuskan dalam UUD 1945 untuk memperjelas dari

tataran pendidikan

2) wawasan kebangsaan, konsep Negara bangsa Indonesia

dapat dirangkum dari praktek-praktek pikiran yang

terkandung dalam pembukaan UUD 1945

108

Page 129: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. budaya akademik merupakan suatu totalitas dari kehidupan dan

kekerasan akademik warga masyarakat dilembaga penelitian

h. kebebasan akademik merupakan kebebasan yang memiliki ciri khas

akademik untuk melakukan kegiatan umrah yang berupa penulisan hasil

studi penelitian hasil diskusi sebagai mana yang menemui kriteria

i. kampus merupakan bagian masyarakat yang dilibatkan dalam

mengawal poses transi demokrasi Indonesia. Kampus sebagai praktik

penghasil intelektual, kampus memiliki sumberdaya potensial untuk

mengambil peran dalam arena politik

j. hal-hal pokok dalam pembangunan hokum yaitu masalah peningkatan

kualitas penegakan hokum atau perubahan system hokum nasional,

masalah perkembangan globalitas yang memiliki kompleks masalah

internasional hokum globalisasi/tradisional.

109

Page 130: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

GLOSARIUM

Analityca Syntetic: perpaduan metode analisis dan sintesis dari objek

formal maupun objek materil formal.

Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua: semboyan yang ada

dalam kitab Sutasoma yang artinya walaupun berbeda, satu jua adanya.

Collectieve Ideologie: Pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir

dengan cita-cita bersama dari seluruh Bangsa Indonesia.

Epistemology: berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

Estetika: Hakikat keindahan.

Etika: Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Filsafat: cinta kebijksanaan.

Hermeneutika: suatu metode yang menemukan makna dibalik objek

formal maupun objek materil.

Ideologi: berasal dari kata idea dan logos. Yang berarti suatu gagasan yang

berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan

pemikiran filsafat.

Ideologi Konservatif: ideologi yang memelihara keadaan yang ada.

Kontra Ideologi: melegitimasikan penyimpanan yang ada dalam

masyarakat yang sesuai dan yang dianggap baik.

Ideologi reformis: berkehendak merubah keadaan.

Ideologi revolusioner: ideologi yang bertujuan mengubah seluruh sistem

nilai masyarakat.

Kausa Materialis: berhubungan dengan materi, pancasila digali dari nilai-

nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia.

Kausa Formalis: berhubungan dengan bentuk, bahwa pancasila yang ada

dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal.

110

Page 131: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Kausa Efisiensi: kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan

merumuskan Pancasila menjadi dasar Negara Indonesia merdeka. Kausa Finalis: berhubungan dengan tujuan, tujuan diusulkan Pancasila

sebagai dasar Negara indonesia. Kebenaran Universal: kebenaran yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu

keadaaa, kondisi apapun juga. Koherensi Historic: metode pemahaman, penafsiran dan interpretasi yang

didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan

kesimpulan. Legitimasi etis: pembenaran atau pengabsahan wewenang Negara

berdasarkan prinsip-prinsip moral. Legitimasi legalitas: keabsahan kekuatan dengan fungsi-fungsi kekuasaan

Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan

sesuai hukum yang berlaku. Matelresolusi: suatu persetujuan yang ditandatangani oleh Ratu Belanda

pada Konferensi Meja Bundar. Marvuat Vanua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa: Suatu cita-cita yang

dan makmur pada zaman kerajaan Sriwijaya. Metafisika: hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, meliputi bidang

ontology, kosmologi dan antropologi. Metodologi: berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam pengetahuan.

Monopluralis: kesatuan organis akan sila-sila pancasila yang memiliki

kesatuan yang bersifat organis. Multiinter-pretable: sifat yang mempunyai keinginan untuk

mengamandemen UUD 1945.

Objek Formal Pancasila: suatu sudut pandang tertentu atau sudut pandang

pancasila. Objek Material Pancasila: suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan

pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun non empiris.

111

Page 132: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Ontologi: Hakikat Ilmu, hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren

dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang

apa dan bagaimana yang ada.

V.O.C: perkumpulan pedagang pada zaman Belanda yang dikenal dengan

istilah Kompeni.

112

Page 133: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. L. (1996). Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta

Bakri, Nur MS. ( 2001). Orientasi Filsafat Pancasila. Jogjakarta: Pers. Darmawijaya. (2010). Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar. Darmowiharjo. D. (1984). Pancasila dalam beberapa Perspektif. Jakarta:

Aries Lima

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

2010. Perihal Penyelenggaraan Perkuliahan Pendidikan

Pancasila. (surat edaran Tanggal 5 Januari Nomor 06/D/T/2010) Eep Saefuiioh Fatah. (1997). Pemilu dan Demokratisasi. Jakarta: Mizan

Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara Pancasila. Semarang: IAIN

Walisongo pers. Ending Rahmat. (2000). Gerakan Reformasi Terhadap Penegakan

Supremasi Hukum. Universitas Jaya Baya. Franz. Magni. Suseno. (1987) Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral dasar

Kenegaraan. Jakarta: Gramedia. Jenie., U., A., (2006). Pancasila sebagai Paradigm Ilmu Pengetahuan dan

Pembangunan Bangsa. UGM Yogyakarta Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogjakarta Paradigma Kusnardi, Moh. Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Indonesia. Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen Oekonomie,

113

Page 134: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku ‘Kapital, Sebuah

Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’. Bandung: Penerbit

Ultimus,.

Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafat Pancasila. Jakarta:

Penerbit Pancuran 7.

_________. (1983). Dasar Filsafah Negara. Jakarta: PT Bina Aksara

Poepowardojo, S., (1997). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai

Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.

Jakarta: BP7.

Sastra Pratiji. M. (1991). Dalam Pancasila Sebagai Ideologi dalam

kehidupan Budaya. Jakarta BP-7 Pusat.

Subandi, Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu Mengurai, Ontologis, Epitimologis,

dan Aksiologis Pengetahuan. Bandung.

Tukiran Taniredja, Muhammad Afandi, Efi Miftah Faridli. Paradigma

Baru Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Penerbit Alfabeta:

Bandung.

114

Page 135: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Index

A

asas 12, 13, 22, 32, 43, 44, 48, 50, 76, 97,

107, 108, 115, 123

B

BPUPKI 22, 34, 49, 50, 86, 124

C

consensus 73

D

Dinamika 8, 87, 93

E

Eksekutif 56, 63, 88, 90, 91, 102, 121

F

Filosofis 5

Filsafat 3, 6, 7, 20, 37, 38, 39, 47, 48, 49,

51, 66, 74, 123, 129, 130

G

gagasan 58, 67, 68, 73, 117, 123

H

Historis 11, 12, 18, 19, 107, 108

I

ideologi 12, 13, 31, 32, 67, 68, 69, 70, 71,

72, 73, 74, 95, 100, 101, 105, 118,

123

intelektual 12, 13, 15, 122

L Liberalisme 8, 71, 74, 127

M Majapahit 6, 22, 23, 25, 26, 27, 33, 34,

109, 127 Moral 7, 56, 58, 60, 65, 66, 115, 127, 129

N nasionalisme 12, 22, 25, 27, 98, 101, 104

O objektif 12, 14, 17, 22, 54, 61, 80, 99, 102,

103, 107, 108, 121 P PPKI 21, 31, 49, 50, 124, 127

R Reformasi 8, 12, 92, 93, 106, 127, 129

Republik 3, 6, 8, 13, 14, 21, 29, 31, 32, 76,

79, 86, 89, 90, 92, 107, 127

S sosial 14, 15, 23, 38, 43, 44, 45, 46, 47, 49,

50, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 61, 63, 70,

71, 79, 81, 82, 83, 85, 87, 93, 96, 99,

101, 104, 110, 112, 115, 117, 123 T Toleransi 25, 26, 109

K U Kesejahteraan 16, 19, 22, 24, 25, 79, 81, 97, Universal 5, 18, 63, 124

102, 103, 104, 112, 120, 121, 127 V Koheren 18, 42, 127 VOC 27 Kultural 5, 13, 127

115

Page 136: Pendidikan Pancasila - Kendari

Pendidikan Pancasila Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

W

wilayah 23, 25, 28, 45, 63, 76

Y

Yuridis 5, 13

Z

Zaman 5, 6, 11, 23, 25, 27, 109

116