22
PENDINGINAN Pengertian Pendinginan Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara – 1oC sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya. Langkah Praktikum Pada praktikum ini bahan yang digunakan antara lain : Terong ungu, Pisang, Ikan kembung dan Daging Sapi. Prosedur yang dilakukan meliputi : 1. Pencuncian bahan, bahan yang akan di uji sebelum masuk ke pendinginan adalah bahan yang akan didinginkan dianjurkan untuk dilakukan pencuncian terlebih dahulu dengan tujuan menghilangkan kotoran atau debu yang masih melekat sehingga jumlah kontaminan dan kerusakan awal dapat dicegah. 2. Pemotongan dan Pengamatan Awal: Bahan yang berukuran besar sebaiknya dilakukan pemotongan dengan tujuan untuk memperluas permukaan sehingga transfer pendinginan dapat merata keseluruh bagian bahan. Kemudian dilakukan pengamatan awal yang meliputi tekstur, warna, berat dan kenampakan bahan.

Pending in An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemanasan olahraga

Citation preview

PENDINGINAN

Pengertian Pendinginan Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara 1oC sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.

Langkah Praktikum Pada praktikum ini bahan yang digunakan antara lain : Terong ungu, Pisang, Ikan kembung dan Daging Sapi. Prosedur yang dilakukan meliputi : 1. Pencuncian bahan, bahan yang akan di uji sebelum masuk ke pendinginan adalah bahan yang akan didinginkan dianjurkan untuk dilakukan pencuncian terlebih dahulu dengan tujuan menghilangkan kotoran atau debu yang masih melekat sehingga jumlah kontaminan dan kerusakan awal dapat dicegah. 2. Pemotongan dan Pengamatan Awal: Bahan yang berukuran besar sebaiknya dilakukan pemotongan dengan tujuan untuk memperluas permukaan sehingga transfer pendinginan dapat merata keseluruh bagian bahan. Kemudian dilakukan pengamatan awal yang meliputi tekstur, warna, berat dan kenampakan bahan. 3. Pengemasan : Untuk menjaga kesegarannya bahan yang telah dicuci dan dipotong dikemas dalam plastik. Dalam praktikum ini digunakan 4 jenis perlakuan yaitu dikemas dengan plastik biasa, dikemas dengan plastik berforasi, tampa dikemas dan kontrol (tampa perlakuan) dengan tujuan untuk melihat pengaruh pengemasan terhadap mutu (perubahan) dari bahan yang didinginkan. 4. Refrigerator : Setelah persiapan selesai bahan dengan 4 perlakuan yang berbeda dimasukan ke dalam refrigerator dengan suhu yang di setting 50 C dalam waktu 2 hari.

Faktor-Faktor Dalam proses pendinginan ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hasil akhir bahan yang di dinginkan. Faktor faktor tersebut antara lain : 1. Jenis dan Varietas Produk Pendinginan biasanya digunakan untuk jenis bahan yang mudah mengalami kerusakan dan peka terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Jenis dan varietas setiap bahan tidak sama dengan tingkat kematangan dan pemanenan yang berbeda pula sehingga suhu yang digunakan selama pendinginan harus dapat disesuaikan dengan jenis dan sifat bahan tersebut agar tujuan dari pendinginan tersebut dapat tercapai.

2. Suhu Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan berkisar antara 1OC sampai dengan 2OC. Suhu pendinginan di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury, sedangkan suhu di atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat. Fluktuasi suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi kondensasi yang ditandai adanya air pada permukaan komoditi simpanan. Kondisi ini juga menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada komoditi tersebut.

3. Kelembaban Relatif Untuk kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban relatif dalam penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban komoditi. Kelembaban yang mendekati 100% kemungkinan akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah.

4. Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan Untuk tetap mempertahankan kesegaran bahan maka sebaiknya sayuran, buah- buahan maupun bunga potong yang akan disimpan terbebas dari luka atau lecet maupun kerusakan lainnya. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam penyimpanannya akan mengalami susut bobot hingga empat kali lebih besar bila dibandingkan buah- buah yang utuh dan baik.

5. Jenis Pengemas Pengemasan merupakan salah satu upaya modified packaging storage yang dapat membantu mempertahankan mutu dari bahan. Dengan dilakukan pengemasan maka proses reaksi enzimatis dan chilling injury dapat diminimalisir sehingga kesegaran produk tetap terjaga. Beberapa perubahan yang terjadi selama proses pendinginan Perubahan Tekstur Pada proses pendinginan Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Buah pisang tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat dan teksturnya menjadi lembek karena mengalami dehidrasi (kehilangan air), sedangkan buah terong akan menjadi lunak karena teksturnya rusak.

Penyusutan Berat Kehilangan berat pada buah, sayuran maupun bunga potong selama penyimpanan disebabkan karena hilangnya air pada bahan. Kehilangan air pada bahan yang disimpan tidak hanya menyebabkan kehilangan berat, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan yang akhirnya menyebabkan penurunan kualitas. Kehilangan dalam jumlah sedikit yang terjadi secara perlahan tidak akan memberikan kenampakan yang nyata, tetapi kehilangan yang besar dan terjadi secara cepat akan menyebabkan pengkeriputan dan pelayuan. Penyusutan berat pada bahan yang dikemas jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan yang tidak dikemas dan tampa perlakuan apapun. Menurut Fellow (2000) penyusutan berat selama pendinginan dapat disebabkan karena kelembaban yang ada pada bahan meninggalkan permukaan bahan dan menuju ke udara disekitarnya melalui proses kondensasi uap air. Setiap komoditi memiliki laju transpirasi yang berbeda walaupun disimpan pada kondisi yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan permukaan komoditi yang disimpan. Komoditi sayuran berdaun memiliki kecenderungan mentranspirasikan air jaringan yang lebih tinggi. Selain luas permukaan komoditi, sifat alami permukaan kulit komoditi juga mempengaruhi laju transpirasi. Perbedaan jumlah penyusutan berat pada komoditi terong dan pisang disebabkan karena perbedaan sifat-sifat yang ada. Sifat tersebut adalah ada-tidaknya lapisan lilin atau lapisan alami yang dapat berfungsi menahan laju transpirasi, mapun tebal-tipisnya kulit. Sedangkan pada produk daging penyustan berat dapat disebabkan karena terjadi kerusakan gel protein dan mengalami proses koagulasi protein, sehingga menurunkan daya ikat protein terhadap air dan air bebas di dalam daging akan lepas menuju ke udara disekitarnya yang akan hilang bersama dengan uap air. Kerusakan struktur molekul akibat pendinginan ini juga dapat menyebabkan penyusutan beratKehilangan air pada bahan dapat dicegah dengan cara pengaturan suhu dan kelembaban ruang simpan dengan tepat. Walaupun masing-masing jenis atau komoditi memiiki kandungan air bahan yang berbeda-beda, namun secara umum buah-buahan dan sayuran serta bunga potong memiliki kandungan air bahan sejumlah 80 hingga 90 persen. Sebagian besar air tersebut akan menguap selama penyimpanan. Dalam penyimpanan pada suhu rendah, yang terpenting untuk diperhatikan adalah temperatur dan kelembapan pengawetan untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda.

Perubahan Warna Perubahan warna selama pendinginan pada produk sayur dan buah diakibatkan karena reaksi enzimatis (pencoklatan) dimana terjadi degradasi pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek suhu pendinginan. Pori-pori buah yang disimpan pada suhu rendah menjadi lebih terbuka akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga mengubah rasa, warna dan kualitas bahan. Pada produk daging dan ikan yang disimpan pada suhu 0-2 oC dapat bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Namun akan tetap mengalami perubahan warna. Perubahan ini disebabkan karena terjadi oksidasi pigmen heme yang merupakan penyusun utama dalam warna daging. Pigmen mioglobin mengalami proses perubahan menjadi oksiomioglobin yang bewarna merah kecoklatan. Menurut Buckle (1987) tingkat kecerahan warna pada daging ditentukan oleh tebalnya lapisan oksiomiglobin dipermukaan atau daerah yang memerlukan oksigen biasanya terjadai pada proses pendinginan sehingga daging ikan maupun sapi menjadi lebih merah bila disimpan di dalam lemarin pendingin. Hal ini juga terjadi pada produk daging yang dikemas dalam plastik yang berforasi. Oksigen yang ada dalam kemasan akan habis karena adanya aktivitas biokimiawi dan mikroorganisme aerobik. Daging akan mengalami perubahan warna menjadi ungu hasil dari mioglobin yang telah mengalami proses reduksi. Sedangkan perubahan warna coklat kehijauan pada produk yang tidak dikemas (kontrol) disebabkan karena mioglobin yang mengalami oksidasi menjadi metmioglobin yang bewarna coklat abu-abu-hijau. Perubahan ini sesuai dengan hasil yang didapatkan dari sumber studi literatur.

PEMBEKUAN Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira 17 oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara 12 oC sampai 24 oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba. Langkah Praktikum Pada praktikum ini bahan yang digunakan antara lain : Wortel, Apel, Sosis, Daging Sapi dan Daging Ayam. Prosedur yang dilakukan meliputi : 1. Pencuncian bahan, bahan yang akan di uji sebelum masuk ke freezer dilakukan pencuncian terlebih dahulu dengan tujuan menghilangkan kotoran atau debu yang masih melekat sehingga jumlah kontaminan dan kerusakan awal dapat dicegah. 2. Pemotongan dan Pengamatan Awal: Bahan dilakukan pemotongan 3x3x3 dengan tujuan untuk memperluas permukaan sehingga transfer udara dingin dapat merata keseluruh bagian bahan. Kemudian dilakukan pengamatan awal yang meliputi tekstur, warna, berat dan kenampakan bahan. 3. Pengemasan : Pada praktikum ini pengemasan dilakukan dengan menggunakan styrofoam dan plastik polietilen. Dengan tujuan untuk melihat pengaruh dan sifat pengemasan terhadap mutu (perubahan) dari bahan yang dibekukan. 4. Pembekuan dan Thawing Pembekuan dilakukan selama 3 hari dengan mengukur suhu freezer. Setelah 3 hari keluarkan bahan kemudian lakukan proses thawing dan catat waktu yang diperlukan sampai thawing sempurna. Proses thawing dilakukan pada kondisi suhu ruang dan microwave (300C). Perubahan yang diamati meliputi : warna dengan color reader dan visual, tekstur dengan penetrometer dan berat bahan setelah thawing.

Purse SeinePukat Cincin

1. Definisi dan Klasifikasi Purse seine adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk kantong dilengkapi dengan cincin dan tali purse line yang terletak dibawah tali ris bawah berfungsi menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali purse line tersebut sehingga jaring membentuk kantung. Alat penangkapan ikan purse seine ini termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong (Nedelec, 2000).

2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan Alat tangkap purse seine ini tersusun atas beberapa bagian yaitu badan jaring dan tali temali . Konstruksi dari bagian-bagian tersebut adalah bagian jaring, nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi menjadi 2 bagian yaitu bagian tengah dan jampang. Namun yang jelas badan jaring terdiri dari 3 bagian yaitu: jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1. Jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1, dan jaring kantong, nilon #3/4. Srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1). Sebanyak 20,25 dan 20 mata. Bagian yang lainnya yaitu tali temali dengan konstruksinya yaitu : tali pelampung dengan bahan PE 10mm, panjang 420m, tali ris atas dengan bahan PE 6mm dan 8mm, panjang 420m. Lalu tali ris bawah dengan bahan PE 6mm dan 8mm, panjang 450m, tali pemberat dengan bahan PE 10mm, panjang 450m, tali kolor bahan dengan bahan kuralon 26mm, panjang 500m, dan yang terakhir tali slambar dengan bahan PE 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m.Bagian yang lain yaitu pelampung, ada dua pelampung dengan dua bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir. Kemudian ada pemberat yang terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat. Dan cincin yang terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line). Parameter utama dari alat tangkap purse seine ini adalah dari ukuran mata jaring dan ketepatan penggunaan bahan pembuat alat tersebut (Nedelec, 2000). Gambar alat tangkap ada pada lampiran.

3. Kelengkapan dalam unit Penangkapan Ikan 3.1 Kapal Pengoperasian alat tangkap ini dibutuhkan unit penangkapan yaitu berupa kapal. Kapal ini berfungsi ketika pengoperasian yaitu untuk melingkarkan jaring pada gerombolan ikan. Kapal yang digunakan yaitu jenis kapal purse seine yang biasanya kapal ini terbuat dari bahan kayu. Untuk ukuran kapal ini cukup relatif tergantung dari skala penangkapan mulai dari yang ukurannya kecil antara 10-30 GT dengan kekuatan mesin 20 HP, ukuran sedang antara 30-50 GT dengan kekuatan mesin 120 HP, hingga ukuran yang besar 50-100 GT dengan kekuatan mesin 300-360 HP (Ayodyoa, 1975).3.2 Nelayan Unit penangkapan ikan salah satunya adalah nelayan dan ini hal yang paling penting. Dalam pengoperasian alat ini jumlah nelayan yang dibutuhkan sebanyak 4 sampai 10 orang tergantung dari skala penangkapannya. Pembagian tugas dari masing-masing ABK yaitu satu orang sebagai navigator, satu orang sebagai pengemudi kapal, satu orang sebagai kapten dan sisanya sebagai pengoperasi alat tangkap tersebut (Subani dan Barus, 1989).3.3 Alat bantu Untuk pengoperasian alat tangkap purse seine ini alat bantu yang sering digunakan adalah rumpon dan lampu. Rumpon digunakan pada saat pengoperasian siang hari, biasanya rumpon ini sudah dipasang sebelumnya. Rumpon diletakkan pada tengah-tengah untuk mengumpulkan ikan lalu alat tangkap utama yang mengelilinginya. Sedangkan lampu digunakan pada saat pengoperasian malam hari, fungsinya sama seperti rumpon yaitu sebagai pengumpul ikan. Biasanya nelayan menggunakan sumber lampu ini dari oncor atau obor, petromaks, dan lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri) (Subani dan Barus, 1989). 3.4 Umpan Pengoperasian alat tangkap purse seine ini tidak menggunakan umpan karena kami tidak menemukan sumber pustaka yang menyatakan hal tersebut. 4. Metode Pengoperasian Alat Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) tetapi ada juga yang menggunakan samping kapal. Tahapan operasi penangkapan dengan alat purse seine sama seperti proses penangkapan dengan alat lainnya yaitu persiapan, setting, hauling dan memindahkan hasil tangkapan. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut : Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu seperti fish finder waktu operasi pun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang hari pun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang. Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototakxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul dipindahkan ke atas kapal. Lama pengoperasian alat ini tidak lebih dari 30 menit hal ini dilakukan karena ikan yang bergerombol harus segera dilingkari jaring lalu ditangkap. Jika terlalu lama maka peluang keberhasilan mendapatkan ikan yang banyak sangat kecil (Nedelec, 2000).

5. Daerah Pengoperasian Purse seine dapat digunakan pada fishing ground dengan kondisi yang a spring layer of water temperature adalah areal permukaan laut, jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air dan kondisi laut dalam keadaan bagus dan tenang. Kedalaman perairan yang dapat di operasiakan alat purse seine yaitu 15m-50m dari permukaan laut tergantung besarnya alat tangkap tersebut. Purse seine banyak dioperasiakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai selatan Jawa Cilacap dan Prigi (Subani dan Barus, 1989).

6. Hasil Tangkapan Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang Pelagic Shoaling Species, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air sea surface dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus sp), bentang, kembung (Rastrehinger sp) lemuru (Sardinella sp), slengseng, cumi-cumi (Loligo sp) dan lain-lain (Subani dan Barus, 1989).

penangkapan Ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yangmenggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya.

Klasifikasi Perikanan TangkapKlasifikasi Perikanan TangkapBerdasarkan lokasi:1. Laut: Perikanan pantai, Perikanan lepas pantai, Perikanan samudera2. Perairan umum: Danau, waduk, SungaiKlasifikasi Perikanan Tangkap Berdasarkan habitat: 1. Perikanan demersal2. Perikanan pelagis3. Perikanan karangKlasifikasi Perikanan Tangkap Berdasarkan spesies target :1. Perikanan tuna2. Perikanan cakalang3. Perikanan udang4. dsb Klasifikasi Perikanan Tangkap Berdasarkan alat tangkap:1. Perikanan purse seine2. Perikanan gillnet3. Perikanan pole and line4. dsbMenurut FAOterdapat sembilan kriteria penangkapan ikan ramah lingkungan antara lain(Alam Ikan 2):

1. Selektivitas tinggi adalah alat tangkap yang dapat memiih jenis hasil tangkapan ikan berdasarkan ukuran, sasaran target penangkapan. Ada dua jenis kriteria selektivitas yaitu seletivitas ukuran dan selektivitas jenis. Berikut contoh selektivitas : Seletivitas Alat penangkap ikan lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh Seletivitas Alat penangkap ikantiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh Seletivitas Alat penangkap ikankurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama. Seletivitas Alat penangkap ikansatu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.2. Pengunaan alat tangkap ikan tidak merusak habitat, tempat tinggal ikan, tempat berkembang biak ikan dan organisme selain sasaran target penangkapan.Terdapat kriteria pembobotan yang ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat tangkap antara lain sebagai berikut :1. Dapat menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas2. Dapat menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit3. Dapat menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit4. Tidak merusak dan aman bagi habitat (tidak merusak habitat)

3. Alat tangkap tidak berbahaya bagi pemakai atau nelayan. Adapun pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu :1. Cara Penggunaan alat tangkap dapat berakibat kematian pada nelayan2. Cara Penggunaan alat tangkapdapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan3. Cara Penggunaan alat tangkapdapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya sementara4. Cara Penggunaan alat tangkap aman bagi nelayan4. Alat tangkap ikan dapat menghasilkan ikan yang bermutu baik. Adapun pembobotan jenis hasil tangkapan yaitu:1. Hasil tangkapan ikan mati dan busuk2. Hasil tangkapan ikanmati, segar, dan cacat fisik3. Hasil tangkapan ikanmati dan segar4. Hasil tangkapan ikanhidup5. Hasil tangkapan ikan tidak membahayakan kesehatan konsumen. Adapun pembobotan jenis hasil tangkapan berdasarkan tingkat racun, atau pemakaian alat tangkap seperti peledakan, bom, pupuk, kimia atau racun sianida. Berikut tingkat bahaya yang mungkin menjadi pertimbangan :1. Hasil tangkapan berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen2. Hasil tangkapan berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen3. Hasil tangkapan berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen4. Hasil tangkapan aman bagi konsumen6. Adanya hasil tangkapan yang terbuang minimum. Menangkap ikan yag bukan sasaran menyebabkan ikan tidak terpakai dan dibuang sehingga hasil tangkapan non target kemungkinan ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Berikut pembobotan kriteria hasil tangkapann yang ditetapkan :1. Hasil tangkapan tambahan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar2. Hasil tangkapan tambahan(by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar3. Hasil tangkapan tambahan(by-catch) kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar4. Hasil tangkapan tambahan(by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar.7. Dampak alat tangkap harus minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati. Berikut kriteria pembobotan dampat minimum seperti :1. Pengoperasian dan alat tangkap dapat menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat.2. Pengoperasian dan alat tangkap dapatmenyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat3. Pengoperasian dan alat tangkap dapatmenyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat4. Pengoperasian dan alat tangkap aman bagi keanekaan sumberdaya hayati8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang - undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:1. Sering terjadi tertangkapnya ikan yang dilindungi2. Beberapa kaliterjadi tertangkapnya ikan yang dilindungi3. Pernahterjadi tertangkapnya ikan yang dilindungi4. Tdak pernahSering terjadi tertangkapnya iIkan yang dilindungi9. Alat tangkap dapat diterima secara sosial. Penggunaan alat tangkap harus dapat diterima masyarakat sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat dapat diterima secara sosial apabila alat tersebut : biaya investasi murah, menguntungkan secara ekonomi, tidak bertentangan dengan budaya setempat, tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Berikut kriteria pembobotan:1. Memenuhi empat butir persyaratan di atas2. Memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas3. Memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas4. Memenuhi semua persyaratan di atasKlasifikasi Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO :1. Surrounding net (Jaring Lingkar)Jaring lingkar ( Surrounding net) adalahalat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengoperasiannya(Alam Ikan 1). Seperti With purse lines (Purse seines),One boat operated purse seines,Two boats operated purse seines, Without purse lines (lampara)

2. Seine net (Pukat)Pukat atau pukat tarik (Seine nets) adalah alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Seperti : Beach seines, Boat or vessel seines, Danish seines, Scottish seines, Pair seines, Seine nets (not specified)

3. TrawlTrawl adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang(Alam Ikan 1).Kriteria Trawl secara umum yaitu1. Jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi.2. Miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal3. Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.

Trawl asli adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang bukan dari hasil modifikasi tidak ada perubahan dari aspek desain - konstruksi, karakteristik dan metoda pengoperasian(Alam Ikan 1).Ciri-ciri Trawl asli yaitu :1. Karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis jaring yang lazim2. Banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada bagian jaring3. Miliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square) bagi trawl dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl) pertengahan permukaan (mid water trawl)4. Cara operasi dirancang dengan dihela / diseret oleh sebuah atau dua buah kapal.

Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan denganciri-ciri1. Ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan ukuran sayap2. Teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh),3. Kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap seperti kondisi aslinya4. Ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal(Alam Ikan 1).Kelompok alat tangkap trawl menurut FAO terdiri dari: Bottom trawls, beam trawls, otter trawls, pair trawls, nephrops trawls, shrimp trawls, bottom trawls (not specified), Midwater trawls ,Otter twin trawls, Otter trawls (not specified), Pair trawls (not specified), Other trawls (not specified)

4. Dredge (Penggaruk)Penggaruk adalah alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya(Alam Ikan 1).

5. Lift net (Jaring Angkat)Lift net adalah jaring angkat yang dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm)(Alam Ikan 1).

6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)Falling gear adalah alat penangkapan ikan yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal(Alam Ikan 1).

7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)Jaring insang (gill net) adalahalat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah(Alam Ikan 1).Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring, dua lapis, maupun tiga lapis jaring. Menurut ISSCFG yang dikeluarkan oleh FAO (Alam Ikan 2) kelompok alat tangkap jaring insang terdiri dari: Set gillnets (anchored), Driftnets, Encircling gillnets, Fixed gillnets (on stakes), Trammel nets, Combined gillnets-trammel nets, Gillnets and entangling nets (not spicied), Gillnets (not specified)

8. Trap (perangkap)Perangkap adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal(Alam Ikan 1).Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Alam Ikan 2) kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:, Stationary uncovered pounds nets, Pots, Fyke nets, Stow nets, Barriers, fences, weirs, dll, Aerial traps, Traps (not specified)

9. Hook and line (pancing)Hook and line (pancing) adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan(Alam Ikan 1). Contoh :1. Handlines and pole-lines (hand operated)2. Handlines and pole-lines (mechanized)3. Set longlines4. Drifting longlines5. Longlines (not specified)6. Trolling lines7. Hook and lines (not specified)10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal. Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah satu ujungnya(Alam Ikan 1). Contoh Harpoon

11. Harvesting machine (mesin pemanen)Pump fishing(mesin pemanen)adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi(Alam Ikan 1).

12. Alat tangkap lainnya.Merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap.Seperti : alat tangkap muro ami, serok teri dan alat penangkap lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini. (Alam Ikan 1)