33
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alasan diadakan pengawetan kayu yang memiliki kelas awet rendah ialah kerena kayu yang memiliki kelas awet tinggi sulit didapatkan dengan jumlah yang banyak dan harga yang sukup mahal, selain itu memiliki nilai estetika dan nilai dekoratif yang baik. Kayu sengon yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini merupakan jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dan daerah – daerah lainnya selain itu kayu sengon memiliki pertumbuhan sangat cepat sehingga tidak perlu memerlukakn waktu yang lama untuk mengolahnya menjadi kebutuhan masyarakat seperti membuat bahan – bahan bangunan ringan bawah atap contohnya meja, rak piring, tempat tidur, rak buku serta untuk kebutuhan industri seperti industri korek api, industri pulp dan kertas dan lain – lain, namun kayu sengon memiliki beberapa kekurangan yaitu keawetan kayu sengon sangat rendah yaitu digolongkan pada kayu

PENELITIAN ABI

  • Upload
    saparu

  • View
    301

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENELITIAN ABI

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alasan diadakan pengawetan kayu yang memiliki kelas awet rendah

ialah kerena kayu yang memiliki kelas awet tinggi sulit didapatkan dengan

jumlah yang banyak dan harga yang sukup mahal, selain itu memiliki nilai

estetika dan nilai dekoratif yang baik. Kayu sengon yang diambil oleh penulis

dalam penelitian ini merupakan jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah

Kalimantan Timur dan daerah – daerah lainnya selain itu kayu sengon memiliki

pertumbuhan sangat cepat sehingga tidak perlu memerlukakn waktu yang lama

untuk mengolahnya menjadi kebutuhan masyarakat seperti membuat bahan –

bahan bangunan ringan bawah atap contohnya meja, rak piring, tempat tidur, rak

buku serta untuk kebutuhan industri seperti industri korek api, industri pulp dan

kertas dan lain – lain, namun kayu sengon memiliki beberapa kekurangan yaitu

keawetan kayu sengon sangat rendah yaitu digolongkan pada kayu kelas awet IV

– V sehingga dalam penggunaannya kayu sengon harus diawetkan terlebih

dahulu.

Pada umumnya proses pengawetan terhadap kayu dilakukan dengan

berbagai metode seperti pengawetan dengan penyemprotan, pencelupan,

pembalutan, vakum, dan rendaman, dari beberapa cara mengawetkan kayu

tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode pengawetan

yaitu rendaman panas dan dingin dan metode rendaman dingin, penulis

mengambil metode ini dikerenakan prosesnya yang sangat sederhana dan tidak

membutuhkan biaya yang besar.

Page 2: PENELITIAN ABI

2

Untuk melakukan suatu pengawetan terhadap kayu tentunya diperlukan

bahan pengawet agar katy yang diawetkan dapat bertahan lama dan terhindar dari

serangan organisme perusak kayu, dalam penelitian ini bahan pengawet yang

digunakan adalah bahan kimia yang berkualitas tinggi dan digolongkan kedalam

bahan kimia yang ramah lingkungan, bahan kimia tersebut adalah pengawet kayu

merek Prevail 100EC buatan Amerika Serikat ( USA ) yang memiliki kandungan

bahan aktif Cypermnathrium yang dapat mencegah berkembangnya organisme

perusak kayu pada kayu kelas awet rendah. Bahan pengawet Prevail 100EC

adalah produk unggulan baru FMC Coorperation (AS), yang mengandung bahan

aktif cypermnathrium yang aman bagi lingkungan asal tepat pengaplikasiannya.

Produk ini memiki daya basmi cepat terhadap Jamur dan serangga perusak kayu

seperti Rayap, penggerek, kumbang dan lain sebagainya, namun dengan tingkat

keracunan yang rendah terhadap mamalia ( Surya Wisnu Utama (2009) )

Pengawetan kayu yang diartikan sebagai suatu cara memberi dan

memasukan bahan pengawet kedalam kayu yang bertujuan untuk memperpanjang

masa pakai kayu. Proses pengawetan pada kayu dengan kelas awet rendah sangat

penting kerena kayu tersebut sangat mudah terserang organisme perusak kayu,

oleh sebab itulah penulis melakukan penelitian ini dengan harapan besarnya

retensi dengan menggunakan kedua metode ini bisa menjadi acuan untuk

melakukan pengawetan kayu dan tentunya kayu yang telah diawetkan bisa

bertahan lama dan tahan terhadap organisme perusak kayu.

Page 3: PENELITIAN ABI

3

B. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa banyak bahan pengawet Prevail 100EC dengan

konsentrasi 10 % yang dapat masuk ke dalam kayu sengon dengan motode

rendaman panas dan dingin dan metode rendaman dingin.

2. Untuk menentukan metode yang tepat dan lebih efisien pada proses

pengawetan kayu terutama dengan metode yang diujikan ini.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar bahan baku kayu

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu sengon yang memiliki kelas awet

rendah setelah dilakukan pengawetan dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pengerjaan kayu seperti dimanfaatkan untuk bahan – bahan bangunan ringan

bawah atap seperti meja, rak piring, tempat tidur, rak buku, industri korek api dan

lainnya serta ketahanan kayu sengon terhadap serangan organisme perusak kayu

menjadi lebih baik dibandingkan ketika sebelum diawetkan.

Selanjutnya penggunaan terhadap bahan pengawet yang baik dan bermutu

tinggi serta dalam penggunaan bahan pengawet hendaknya diperhatikan jenis

racun yang digunakan, pemilihan bahan pengawet hendaknya memilih bahan

pengawet yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak membahayakan

terhadap lingkungan sekitarnya seperti pengawet Prevail 100EC ini yang telah di

tetapkan sebagai bahan pengawet yang ramah lingkungan.

Page 4: PENELITIAN ABI

4

Dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuan bagi

masyarakat dan industri pengawetan kayu, acuan yang dimaksud adalah metode

yang tepat dalam proses pengawetan kayu, sehingga hasil yang diharapkan

didapat dengan baik kerena tingkat keawetan kayu menjadi lebih tinggi atau bahan

pengawet yang masuk kedalam kayu semakin baik sehingga kayu bisa bertahan

lama dan aman dari serangan organisme perusak kayu.

Page 5: PENELITIAN ABI

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengawetan Kayu

Pengawetan kayu adalah proses pengawetan kayu dengan cara

memberikan bahan kimia beracun yang bertujuan untuk memperpanjang masa

pakai kayu dan untuk memperbesar sifat keawetan kayu yang memiliki sifat

keawetan kayu rendah sehingga memiliki daya tahan lama.

Menurut Dumanau (1982) Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis

kayu terhadap faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri.

Kondisi lingkungan pada saat menyimpan atau menggunakan kayu sebagai

bahan bangunan sangat mempengaruhi keaetan kayu terhadap serangan organisme

perusak kayu, seperti penggunaan kayu ditempat yang relatif lembab akan mudah

terserang terhadap jamur, begitu juga sebaliknya apabila penggunaan kayu

ditempat yang kering dan teduh bisa diserang oleh hama penggerek kayu,

penggunaan kayu hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat kayu

tersebut digunakan dan salah satu antisipasi untuk menanggulangi serangan yang

akan terjadi pada kayu hendaknya sebelum digunakan kayu tersebut diawetkan

terlebih dahulu.

Selanjutnya menurut Tawakal (1987) Pengawetan kayu adalah proses

perlakuan kimia atau perlakuan fisik terhadap kayu yang ditinjau untuk

memperpanjang masa pakai ( service life ) kayu, tujuanya adalah untuk mencegah

kerusakan kayu akibat serangga organisme perusak kayu sehingga tahan lebih

lama untuk mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi.

Page 6: PENELITIAN ABI

6

Proses pengawetan terhadap kayu bisa ilakukan dengan memasukan bahan

kimia kedalam kayu seperti dengan , pencelupan, pembalutan, vakum, rendaman

dan lain sebagainya, selain itu perlakuakan terhadap fisik kayu seperti

pengeringan kayu, pengetaman dan penyimpanan kayu juga sangat penting untuk

diperhatikan supaya kayu yang akan dipergunakan dapat bertahan lama.

Penggunaan kayu yang memiliki keawetan yang baik sangat mempengaruhi nilai

ekonomi terhadap bahan-bahan bangunan, dan benda – benda lain yang dibuat

dengan kayu, hal ini dikerenakan tingkat keawetan akan mempengaruhi masa

pakai terhadap bahan kayu yang digunakan sehingga perbaikan dan penggantian

terhadap bahan kayu akan dapat dihemat yang berarti akan menghemat biaya juga

untuk keprluan penggantian dan perbaikan bahan – bahan kayu yang rusak.

B. Metode Rendaman Dingin

Metode rendaman dingin merupakan salah satu cara untuk megawetkan

kayu dengan bahan pengawet yang larut dengan air, proses yang dilakukan dalam

metode rendaman dingin ini relatif sederhana yaitu hanya dengan merendam kayu

yang akan diawetkan deng campuran bahan pengawet dan air dan perendaman

dilakukan pada suhu pada kisaran 10 0C – 25 0C atau dalam ruangan ber AC

selama beberapa hari atau beberapa minggu, perendaman dilakukan dengan

memberikan pemberat di atas kayu yang akan diawetkan supaya semua

permukaan kayu terendam, hal ini juga dijelaskan oleh Yoesoef (1997) yang

mengatakan bahwa perendaman dingin dapat dilakukan dengan cara memasukkan

Page 7: PENELITIAN ABI

7

kayu ke dalam larutan bahan pengawet dan dibiarkan terendam selama beberapa

hari atau beberapa minggu dan biasanya dilakukan pada suhu kamar.

Sedangkan menurut Barly (1988) peresapan bahan pengawet akan

berlangsung cepat pada waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari pertama rendaman

yang kemudian akan berlangsung secara lambat setelah hari-hari berikutnya.

Makin lama kayu terendam dalam bahan pengawet semakin besar penembusan

yang diperoleh sehingga hasilnya akan sama dengan yang diperoleh dengan

tekanan.

Lebih lanjut Dumanau (1982) menambahkan bahwa waktu pengawetan

perendaman kayu harus seluruhnya terendam jangan sampai ada yang terapung,

oleh karena itu kayu harus diberi pemberat yang berguna untuk sirkulasi dalam

perataan masuknya bahan pengawet.

C. Metode Rendaman Panas Dan Dingin

Metode rendaman panas dan dingin merupakan salah satu metode yang

sering dilakukan dalam kegiatan proses pengawetan kayu, penggunaan metode ini

sangat sederhana kerena proses yang akan dilalui sangat mudah yaitu dengan

menaikan temperatur campuran larutan bahan pengawet dan kayu yang akan

diawetkan dengan cara direbus sampai pada titik didih pada kisaran 90 0C – 110

0C dan selanjutnya diganti dengan perendaman dingin pada suhu kamar antara 20

0C – 34 0C. Proses pergantian perendaman kayu ini ada beberapa cara yaitu

dengan cara membiarkan campuran larutan bahan pengawet dingin setelah

dipanaskan tampa mengganti larutan bahan pengawet dan cara selanjutnya yaitu

Page 8: PENELITIAN ABI

8

dengan memindahkan kayu pada campuran larutan bahan pengawet pada

campuran larutan bahan pengawet yang dingin setelah direbus dengn larutan

campuran bahan pengawet yang memiliki konsentrasi yang sama, pemindahan

kayu dari larutan pengawet panas ke larutan pengawet panas hendaknya dengan

cepat yaitu sebelum larutan pengawet untuk merebus kayu dingin. Hal yang ini

juga dijelas oleh Rudy Tarumingkeng dkk (2002) perendaman kayu selama

beberapa jam secara bergantian dengan rendaman bahan pengawet panas dan

bahan pengawet relatif dingin berfungsi untuk mengembangkan udara dalam

lapisan luar kayu dan untuk menguapkan lengas dipermukaan kayu dan lamanya

rendaman dan suhu bahan pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara

dan uap air yang meninggalkan kayu.

D. Bahan Pengawet Prevail 100 EC

Menurut Surya Wisnu Utama (2009) Prevail 100 EC adalah produk

unggulan baru FMC Coorperation (AS), yang mengandung bahan aktif

cypermnathrium yang aman bagi lingkungan asal tepat pengaplikasiannya. Produk

ini memiiki daya basmi cepat, namun dengan tingkat keracunan yang rendah

terhadap mamalia, Prevail 100 EC merupakan produk anti rayap dan serangga

yang mengandung bahan aktif cypermnathrium. Bahan aktif ini mempunyai

karakteristik :

1. Tingkat keracunan pada hewan menyusui (mamalia) rendah.

2. Mempunyai efek daya serap yang cepat.

3. Mempunyi sifat penolakan terhadap rayap dan serangga yang tinggi.

Page 9: PENELITIAN ABI

9

4. Tingkat aplikasi yang rendah.

5. Tingkat kelarutan dalam air yang rendah.

E. Retensi Bahan Pengawet

Retensi adalah bahan pengawet yang tertinggal atau diserap oleh kayu

pada satuan tertentu yang dinyatakan dalam Kg/m3. Besarnya tergantung pada

golongan atau jenis bahan pengawet . Penyerapan bahan pengawet kedalam kayu

dipengaruhi oleh jenis kayu hal ini disebabkan oleh setiap jenis kayu memiliki

kerapatan serat yang berbeda – beda, dimana beberapa jenis kayu memiliki

kerapatan yang tinggi akan membutuhkan waktu yang lama untuk memasukan

bahan pengawet kedalam kayu tersebut, begitu juga sebaliknya kayu yang

memiliki kerapatan serat yang rendah akan relatif mudak untuk dimasuki bahan

pengawet. Dalam proses pengawetan bahan pengawet yang bisa masuk kedalam

kayu juga memiliki variasi yang berbeda ada bahan pengawet yang mudah dan

ada juga yang susah masuk ke dalam kayu, hal ini disebabkan oleh tingkat

kelarutan bahan pengawet yang cepat dan lambat, kondisi fisik bahan pengawet

dan metode yang dilakukan pada saat pengawetan, selanjutnya mengenai retensi

bahan pengawet ini banyak dipaparkan oleh pada ahli diantaranya, menurut

Anonim (1992) menjelaskan salah satu cara menghitung besarnya retensi adalah

berdasarkan perbedaan berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan. Untuk

mendapatkan pengawetan kayu yang baik.

Page 10: PENELITIAN ABI

10

F. Risalah Kayu Sengon

Menurut Santoso (1992) sengon yang bahasa latin disebut Paraserianthes

Falacataria, termasuk famili mimosaceae (keluarga petai-petaian). Kadang-kadang

sengon disebut pula ”albisia” yang sesungguhnya berasal dari bahasa latin

tersebut. Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :

Jawa : Jeujing, Jeujing Laut (Sunda), Kalbi, Sengon Landi, Sengon

Seberang (Jawa).

Maluku : Seia (Ambon), Sikat (Banda), Tawa (Ternate) dan (Tidore).

Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomis pada tanaman sengon adalah

kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi 30-50 meter, dan diameter batang

mencapai 70-80.

Batang sengon tumbuh tegak lurus, kulit luar batangnya berwarna kelabu

keputih-putihan. Kayu sengon mempunyai serat membujur dan berwarna putih,

kayu sengon mempunyai berat jenis (BJ) 0.33 dan untuk tingkat keawetannya

digolongkan kelas IV-V, sedangkan untuk kelas kekuatannya digolongkan kelas

IV-V juga. Melihat sifat itu, kayu sengon dapat digunakan sebagai bahan

bangunan ringan di bawah atap, atau bangunan lain bersifat sementara, kecuali

kayu sengon yang berwarna putih juga digunakan untuk perabotan rumah tangga,

misalnya : meja, kursi, rak piring, tempat tidur, industri korek api dan sebagai

bahan baku industri kertas.

Page 11: PENELITIAN ABI

11

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah dimulai dari mei 2010 sampai juli 2010 atau

±2 bulan, adapun rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :

No KeteranganWaktu

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1 Persiapan dan pengambilan sampel XXXX

2 Proses pengawetan kayu XXXX

3 Pengolahan data dan penyusunan laporan XXXX

B. Tempat Pelaksanaan Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian di Laboratorium Pengawetan Kayu Jurusan

Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

C. Bahan Baku Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan antara lain :

1. Bahan pengawet dengan konsentrasi 10 % atau 50 ml. Bahan pengawet

yang digunakan adalah pengawet kayu dengan merek Prevail 100 EC.

2. Kayu sengon (Paraserianthes Falacataria). Dengan contoh uji yang

berukuran 2 x 2 x 2 cm sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel

untuk diawetkan dengan metode rendaman panas dingin dan 30 sampel

dengan metode rendaman dingin.

3. Air sebanyak 450 ml. Air digunakan sebagai pelarut bahan pengawet.

Page 12: PENELITIAN ABI

12

D. Alat

Peralatan yang digunakan adalah ;

1. Cain Saw.

2. Ampalas.

3. Mikro Kapiler.

4. Timbangan analitik.

5. Pemberat.

6. Pengaduk.

7. Hot Plate Stirrer.

8. Desikator.

9. Kalkulator dan alat tulis.

10. Beaker glass.

11. Oven listrik.

E. Inastrumen Pelaksanaan

1. Pembuatan larutan bahan pengawet merek Prevail 100 EC dengan

konsentrasi 10 %.

a. Larutan bahan pengawet yang dibutuhkan ialah sebanyak 500 ml.

b. Pencampuran bahan pengawet prevail ke dalam gelas ukur sebanyak

50 ml.

c. Siapkan air dalam bak sebanyak 450 ml

d. Campurkan bahan pengawet ke dalam Beaker glass yang berisi air

aduk secara merata.

Page 13: PENELITIAN ABI

13

2. Pembuatan contoh uji dari kayu sengon.

a. Contoh uji dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm yang terdiri dari 60

sampel dan dibagi dua, 30 sampel untuk metode rendaman dingin dan

30 sampel untuk metode rendaman panas dan dingin dan selanjutnya

ditimbang untuk mendapatkan berat basah.

b. Contoh uji yang telah dibuat sebanyak 60 sampel tadi dikeringkan di

dalam oven listrik dengan suhu 103 ± 2o C selama kurang lebih 48 jam,

selanjutnya di keluarkan dan di masukkan ke dalam desikator lalu

ditimbang untuk mengetahui berat awalnya.

c. Contoh uji sebanyak 60 sampel dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 30 sampel

dengan metode rendaman panas dan dingin dengan konsentrasi 10 %,

dan 30 sampel lagi dengan metode rendaman dingin dengan

konsentrasi 10 %.

Adapun pengambilan contoh uji dari pohon Sengon adalah sebagai berikut :

Gambar. 1 Cara Pengambilan dan Contoh Uji Kayu Sengon

3. Prosedur Kerja Pengawetan Kayu

Page 14: PENELITIAN ABI

14

a. Menyiapkan Beaker glass untuk merendam kayu dengan larutan bahan

pengawet

b. Masukan campuran larutan bahan pengawet kedalam Beaker glass dan

masukan pula contoh uji yang akan diawetkan pada masing – masing

Beaker glass ada 30 buah contoh uji kayu.

c. Pada perlakuan dengan metode Rendaman Panas dan Dingin, campuran

bahan pengawet yang dimasuki contoh uji direbus dengan

menggunakan Hot Plate Stirrer sampai mendidih, dan setelah direbus

Hot Plate Stirrer dimatikan dan Beaker glass dipindahkan ke dalam

ruangan ber AC serta supaya contoh uji terendam semuanya maka

diberi pemberat diatasnya dan dibiarkan selama 3 (tiga) hari.

d. Pada perlakuan dengan metode Rendaman Dingin, campuran bahan

pengawet yang dimasuki contoh uji direndam langsung dan diatas

contoh uji diberi pemberat supaya contoh uji terendam semuanya dan

disimpan diruangan ber AC selama 3 (tiga) hari.

e. Setelah perendaman selama 3 (tiga) hari contoh uji diangkat dan

ditiriskan sampai air tidak menetes lagi selama 5 hari.

f. Apabila contoh uji sudah kering maka kegiatan selanjutnya adalah

menimbang contoh uji untuk mendapatkan nilai berat setelah

perendaman.

F. Pengolahan Data

Page 15: PENELITIAN ABI

15

1. Perhitungan retensi bahan pengawet.

Menurut Duljapar (1996) untuk menghitung retensi bahan pengawet digunakan

rumus sebagai berikut :

R=Ba−BoV

x K

Keterangan :

R = Retensi (kg/m3)

V = Volume contoh uji sebelum diawetkan (m3)

K = Konsentrasi larutan (%)

Ba = Berat akhir setelah kayu diawetkan

Bo = Berat awal sebelum kayu diawetkan

Selanjutnya dari hasil perhitungan retensi di atas akan dihitung pada rata-rata total

(keseluruhan) retensi sebagai berikut :

X=Rtn

Keterangan :

X = Rata-rata retensi total (gr)

Rt = Jumlah retensi total (gr)

N = Jumlah sampel uji

Adapun caramembuat larutan bahan pengawet adalah sebagai berikut :

Volume bahan pengawet :

Vbp= K100

x LBP

Keterangan :

Page 16: PENELITIAN ABI

16

Vbp = Volume bahan pengawet

K = Konsentrasi

LBP = Larutan bahan pengawet

Sedangkan untuk mencari volume air yang diperlukan adalah :

Va= P100

x LBP

Keterangan :

Va = Volume air

P = Pembanding dengan konsentrasi

LBP = Larutan bahan pengawet

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 17: PENELITIAN ABI

17

A. Hasil

Dari hasil pengukuran dan perhitungan dalam penelitian diperoleh nilai

retensi bahan pengawet Prevail 100EC dengan perlakuan rendaman panas dan

dingin dan rendaman dingin terhadap jenis kayu Sengon dengan konsentrasi 10 %

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Pada Batang Kayu Sengon

No

.

Konsentrasi Perlakuan Retensi ( kg/m3 )

1. 10 % Rendaman Panas dan Dingin 11.4537

2. 10 % Rendaman dingin 5.5727

Untuk masing – masing perlakuan, perlakuan dengan metode rendaman

panas dan dingin rata – rata retensinya sebesar 0.0114537 gr/cm3 (11.4537 kg/ m3)

dan metode rendaman dingin rata – rata retensinya sebesar 0.0055727 gr/cm3

(5.5727 kg/m3 ), hasil perhitungan rata – rata dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan

hasil pengukuranya dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2 untuk metode rendaman

panas dan dingin serta tabel 4 dan 5 untuk metode rendaman dingin. Untuk

mengetahui perbandingan antara kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada

grafik berikut :

Page 18: PENELITIAN ABI

18

Rendaman Panas dan Dingin Rendaman Dingin0

2

4

6

8

10

12

Grafik Reteni Pengawet Prevail 100EC

Gambar 2. Grafik Perbandingan Retensi Bahan pengawet Prevail 100EC

Dari 60 contoh uji kayu sengon yang dibagi masing – masing perlakuan

menjadi dua yaitu untuk metode rendaman panas dan dingin sebanyak 30 contoh

uji dan perlakuan dengan rendaman dingin sebanyak 30 contoh uji juga, dari

setiap perlakuan yang dilakukan terdapat perbedaan ciri fisik yang terjadi pada

masing contoh uji dengan perlakuan yang berbeda tersebut setelah dilakukan

pengawetan terhadap contoh uji, perbedaan ciri fisik tersebut ialah :

Tabel 2. Ciri Fisik Contoh Uji yang Setelah Diawetkan

No Perlakuan Aroma Warna Berat

1 Rendaman Panas dan dingin Menyengat Kecoklatan Berat

2 Rendaman dinginTidak

menyengatPutih Ringan

Page 19: PENELITIAN ABI

19

Untuk sisa bahan pengawet setalah dipergunakan untuk mengawetkan

kayu sengon juga memiliki perbedaan fisik, ciri fisik bahan pengawet yang

digunakan pada perlakuan rendaman panas dan dingin berwarna agak kecoklatan

dan aroma yang menyengat sedangkan untuk ciri fisik bahan pengawet pada

perlakuan rendaman dingin berwarna putih dan bau yang tidak terlalu menyengat.

B. Pembahasan

Dari hasil perhitungan retensi bahan pengawet Prevail 100EC dari kayu

Sengon dengan perlakuan yang berbeda menunjukan bahwa nilai retensi dengan

perlakuan rendaman Panas dan dingin memiliki nilai retensi yang lebih tinggi hal

ini disebabkan mengembangnya udara di dalam lapisan luar kayu dan untuk

menguapkan lengas dipermukaan kayu dan lamanya rendaman dan suhu bahan

pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara dan uap air yang

meninggalkan kayu, hal ini sangat ini senada dengan penyataan Rudy

Tarumingkeng dkk (2002) yang mengatakan bahwa perendaman kayu selama

beberapa jam secara berganti-ganti dengan rendaman bahan pengawet panas dan

bahan pengawet relatif dingin berfungsi untuk mengembangkan udara dalam

lapisan luar kayu dan untuk menguapkan lengas dipermukaan kayu dan lamanya

rendaman dan suhu bahan pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara

dan uap air yang meninggalkan kayu.

Selanjutnya rentensi dengan perlakuan rendaman dingin relatif rendah

dibanding metode rendaman panas dan dingin hal ini dikerenakan lambatnya

Page 20: PENELITIAN ABI

20

pengembangan udara di dalam lapisan luar kayu dan menguapkan legas

dipermukaan kayu sehingga bahan yang masuk kedalam kayu juga relatif sedikit.

Perubahan yang terjadi pada sifat fisik contoh uji pada masing – masing

metode pengawetan disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan, pada metode

rendaman panas dan dingin contoh uji berubah warna, aroma menyengat dan

beratnya bertambah dikerenakan oleh akibat perebusan terhadap contoh uji

dengan larutan bahan pengawet prevail 100EC dan dengan dipanaskannya larutan

bahan pengawet maka zat kimia kayu seperti lignin dan ekstaktif larut bersama

larutan bahan pengawet sehingga warna contoh ujki juga akan mengalami

perubahan warna, pada metode rendaman dingin sifat fisik kayu berwarna putih,

aroma tidak menyengat dan beratnya ringan hal ini disebabkan oleh proses

perendaman yang dilakukan dimana bahan pengawet yang relatif sedikit yang

masuk kedalam kayu.

Pada perubahan sifat fisik sisa bahan pengawet yang telah digunakan

untuk pengawetan kayu sengon mengalami perubahan fisik disebabkan oleh

metode yang dilakukan dalam penelitian ini, bahan pengawet berubah menjadi

kecoklatan dan beraroma menyengat pada metode rendaman panas dan dingin

disebabkan oleh proses pemanasan bahan pengawet yang dilakukan dan larutnya

zat kimia kayu seperti lignin dan ektraktif sehingga bercampur dengan larutan

bahan pengawet, begitu juga sebaliknya pada proses rendaman dingin sifat fisik

bahan pengawet tidak terlalu mengalami perubahan dikernakan bahan pengawet

tidak dipanaskan sehingga zat kimia kayu yang ada pada kayu sengon tidak terlalu

cepat larut bersama campuran bahan pengawet dan air.

Page 21: PENELITIAN ABI

21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan analisis data dalam retensi bahan pengawet

Pravail 100EC pada perlakuan yang berbeda menunjukan bahwa rentensi bahan

pengawet dengan metode rendaman panas dan dingin lebih besar dibanding

metode rendaman dingin, jadi metode yang baik dilakukan dalam pengawetan

kayu adalah metode rendaman panas dan dingin.

B. Saran

Dari hasil diperoleh retensi bahan pengawet Prevail 100EC yang

mengunakan metode rendaman panas dan dingin dan rendaman panas penulis

menyarankan untuk menggunakan konsentrasi yang berbeda dan waktu

perendamn yang lebih bervariasi lagi agar diketahui besaran retensi yang lebih

bervariasi da konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda.

Page 22: PENELITIAN ABI

22

DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta.

Anonim, 1978. Peraturan Pengawetan dan Kering Kayu Bangunan. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Pembangunan.

Barly. 1988. Teknik Pengawetan Kayu. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor

Duljapar, 1996. Pengawetan Kayu. Gramedia. Jakarta

Dumanauw, 1982. Mengenal Kayu. Pendidikan Industri Kayu Atas. Kanisius. Yogyakarta

Hunt and George Garrat, 1976. Pengawetan Kayu. Radar Jaya Offset. Jakarta

Santoso, H.B, 1992. Budidaya Sengon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Sutrisno dkk, 1990. Teknologi Hasil Hutan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Universitas Padjadjaran. Bandung

Tarumingkeng, Rudi, 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tawakal, M. Imam, 1987. Teknologi Hasil Hutan Proyek Pembangunan Kehutanan Daerah Dengan Dana IHH. Pusdiklat Departemen Kehutanan

Utama, surya wisnu. 2009. Anti Rayap. http://bumimakmur.net/tag/anti-rayap

Yoesuf, 1997. Pengawetan Kayu. Yayasan pembinaan fakultas kehutanan UGM. Yogyakarta