66
LAPORAN PENELITIAN PUSAT STUDI : SAINS & TEKHNOLOGI SIKAP PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN KUDUS Oleh : Dhini Rama Dhania, S.Psi, M.Si (0623058601) Iranita Hervi Mahardayani, S.Psi, M.Psi ( 0628077501) Dibiayai oleh anggaran Penerimaan dan belanja Universitas Muria Kudus Th. Anggaran 2018 1 PENELITIAN KERJASAMA

eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

LAPORAN PENELITIAN

PUSAT STUDI : SAINS & TEKHNOLOGI

SIKAP PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP

PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS

SATPOL PP KABUPATEN KUDUS

Oleh :

Dhini Rama Dhania, S.Psi, M.Si (0623058601)

Iranita Hervi Mahardayani, S.Psi, M.Psi ( 0628077501)

Dibiayai oleh anggaran Penerimaan dan belanja

Universitas Muria Kudus Th. Anggaran 2018

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2019

1

PENELITIAN KERJASAMA

Page 2: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Halaman Pengesahan

Judul Kegiatan : Sikap Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap penegakan Perda berbasis Budaya Humanis Satpol PP Kabupaten Kudus

Bidang Penelitian : Kerjasama InstitusionalMasalah Penelitian : Sikap Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap penegakan perdaTujuan Penelitian : Untuk mengetahui dan menguji secara empirik Sikap

Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap Penegakan Perda berbasis Budaya Humanis Petugas Satpol PP Kabupaten

KudusLuaran : Angket dan Skala Sikap PKL, Skala Budaya Humanis Peneliti- Nama Lengkap : Dhini Rama Dhania, M.Si- NIDN : 0623058601- Pangkat/golongan : Lektor/IIIc- Fakultas : Psikologi- Alamat : Perum muria indah 3 no:44 Bae Kudus

Email : [email protected] Peneliti (1)- Nama Lengkap : Iranita Hervi Mahardayani, M.Psi- NIDN : 0628077501- Pangkat/golongan : Lektor/IIIcBiaya Penelitian : a. Satpol PP : Rp. 1.000.000,-

b. APBU 2018 : Rp. 6.000.000,-

Kudus,25 Nopember 2019Mengetahui :Dekan, Ka. Pusat Studi Ketua Pelaksana

Iranita Hervi M. M.Psi Moh, Dahlan, ST, MT Dhini Rama D . M.Si NIS.0610701000001195 NIS.0610701000001141 NIS. 0610701000001222

Menyetujui,

Rektor, Ka. LPPM

Dr.Suparnyo,SH, MS Dr. Mamik Indaryani MS NIS.0610701000001014 NIP.195004111980031001

2

Page 3: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

ABSTRAKBanyak cara yang telah dilakukan Satpol PP agar tidak terjadi bentrokan dengan masyarakat. saat melakukan penegakan perda. Salah satunya dengan menerapkan budaya humanis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara empirik sikap pedagang kaki lima terhadap penegakan perda ditinjau dari budaya humanis Satpol PP. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dan korelasional. Analisis data menggunakan analisis product moment dan koding. Penelitian ini melibatkan 45 pedagang kaki lima yang berada di kecamatan Kota,Kabupaten Kudus, dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 77 % menyatakan citra Satpol PP cenderung baik. Selain itu, 60% menyatakan Satpol PP sudah melakukan penegakan perda secara humanis. Meski seluruh responden atau 100% menyatakan sikap mendukung terhadap gerakan perda secara humanis, namun yang menyatakan senang dengan adanya gerakan humanis ini sejumlah 67% dan yang merasa optimis bahwa gerakan penegakan perda secara humanis dapat berjalan lebih efektif dalam menjaga ketertiban dan keamanan daripada sebelumnya sejumlah 69%. Hipotesis pada penelitian ini di tolak yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara budaya humanis Satpol PP dengan sikap PKL terhadap penegakan perda. Besarnya koefisien antara kedua variabel rxy sebesar 0,271 dengan p sebesar 0,072 (p>0,05). Artinya sikap positif/negatif PKL terhadap penegakan perda tidak dipengaruhi oleh budaya humanis Satpol PP.

Kata kunci : sikap pedagang kaki lima;budaya humanis Satpol PP

3

Page 4: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Daerah (Perda) merupakan salah satu jenis Peraturan Perundang-

undangan dan merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan

Pancasila. Fungsinya sangat strategis yaitu sebagai instrumen kebijakan untuk

melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang

tentang Pemerintahan Daerah. Melihat fungsinya yang sangat penting tersebut, maka

penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat menaati dan mematuhinya.

Namun faktanya, masih ada sebagian pihak yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap

perda-perda yang ada. Terhadap pelanggaran atas perda, peraturan perundang-undangan

mengamanatkan kepada satuan polisi pamong praja (Satpol PP) untuk melakukan

langkah-langkah penegakan. (Ghafur, 2018)

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, dijelaskan tentang wewenang Satpol PP yaitu (1)

melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah

(2) menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat (3) fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas

penyelenggaraan perlindungan masyarakat (4) melakukan tindakan penyelidikan

terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan

pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah dan (5) melakukan tindakan

administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya sebagai Satpol PP dituntut untuk

selalu bersikap tegas sehingga sering terjadi gesekan antara masyarakat dengan petugas

Satpol PP di lapangan saat penertiban atau penegakan perda. Satpol PP dinilai arogan,

sombong dan tidak manusiawi serta suka bertindak semena-mena sehingga menimbulkan

citra negatif dan sikap antipasti masyarakat. Hal ini membuat prihatin berbagai pihak.

(Umar, 2013)

4

Page 5: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Oleh karena itu muncul gagasan tentang budaya humanis di internal Satpol PP. Tak

ketinggalan di Kabupaten Kudus juga mendukung gagasan ini. Pembinaan terhadap para

anggota Satpol PP di Kudus dilakukan dengan melakukan pelatihan agar menerapkan

budaya humanis saat di lapangan dalam rangka mewujudkan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat di Kabupaten Kudus. Tujuan dari pembinaan ini adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi anggota Satpol PP sehingga mampu

menegakkan perda secara humanis dan tidak ada kesan melakukan penegakan Perda

secara semena-mena (Aji, 2018)

Menurut Schein (Umam, 2010) Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang

diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran

untuk mengatasi masalah. Budaya juga merupakan pola-pola asumsi dasar yang diyakini

bersama (Yuwono, 2005). Sedangkan, humanisme adalah memanusiakan manusia, yaitu

yang mempunyai komitmen untuk terwujudnya manusia seutuhnya meliputi semua aspek

perkembangan positif pribadi seperti cinta, kreativitas, makna, dan sebagainya. Humanis

peduli dengan kesejahteraan semua makhluk, komitmen pada keragaman, dan

menghargai mereka yang mempunyai pandangan yang berbeda.(Miarso, 2007). Jadi,

budaya humanis adalah pola-pola asumsi dasar yang diyakini bersama dalam

memanusiakan manusia, dengan peduli terhadap kesejahteraan semua makhluk dan

menghargai pandangan yang berbeda

Tindak lanjut gerakan penegakan Perda oleh Satpol PP berbasis budaya humanis

ini, dilakukan dengan cara memberikan sosialisasi Perda yang berlaku kepada

masyarakat Kudus di berbagai kecamatan yang dihadiri oleh kepala desa, elemen Badan

Permusyawaratan Desa, tokoh masyarakat dan karang taruna. Menurut Fariq (Ghozali,

2018) puncak dari segala peraturan yang ada yaitu ketertiban. Sebelum dilakukan

penindakan Perda, perlu untuk dilakukan sosialisasi, karena belum banyak masyarakat

yang tahu terkait peraturan-peraturan yang menyentuh masyarakat secara langsung.

Gerakan ini mendulang berbagai sikap dari masyarakat. Beberapa menyambut dengan

sikap positif, namun ada pula yang bersikap biasa-biasa bahkan ada yang tetap bersikap

antipati.

Menurut Ahmadi (2007), sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau

negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini memberikan gambaran

bahwa sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi yang relatif stagnan yang

disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberi dasar pada orang tersebut untuk

membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya (Mulyana, Hidayat,

5

Page 6: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Sholih, 2013). Selanjutnya Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013) Orang yang

memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki

sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap

objek psikologi bila tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek

psikologi.

Dalam penelitian ini, sasaran masyarakat yang akan diteliti adalah Pedagang Kaki

Lima (PKL). Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pedagang yang berjualan tapi tidak

mempunyai kios atau foto. Kebanyakan PKL memilih berjualan di tepat keramaian

seperti di pasar, stasiun, halte dan tempat wisata. Ada yang memakai lapak dengan bahan

kayu, triplek, terpal. Ada juga yang memakai gerobak beroda, gerobak dorong, pikulan

atau gendongan

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap Pedagang Kaki Lima terhadap penegakan Perda berbasis budaya

humanis

2. Bagaimana hubungan antara Budaya Humanis Satpol PP terhadap Sikap Pedagang

Kaki Lima Terhadap Penegakan Perda

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Sikap Pedagang Kaki Lima terhadap penegakan Perda berbasis

budaya humanis serta alasannya

2. Untuk menguji secara empiris hubungan Budaya Humanis Satpol PP terhadap Sikap

Pedagang Kaki Lima Terhadap Penegakan Perda

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan sumbangan pemikiran di bidang

psikologi sosial dan organisasi yang berkaitan dengan Sikap Pedagang Kaki Lima

terhadap Penegakan Perda berbasis Budaya Humanis Petugas Satpol PP Kabupaten

Kudus

6

Page 7: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

2. Manfaat praktis

Memberi informasi dan masukan berupa data/hasil penelitian kepada instansi Satpol

PP terkait sikap pedagang kaki lima terhadap penegakan perda berbasis budaya

humanis petugas satpol pp kabupaten kudus sebagai dasar dalam membuat intervensi

kebijakan

E. Luaran Penelitian

Melalui publikasi ilmiah dalam jurnal Psikologi UNDIP. Jurnal Psikologi adalah

jurnal nasional terakreditasi Kemristekdikti Peringkat B (tahun 2017-

2022) berdasarkan SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti RI No.

51/E/KPT/2017 Tanggal 4 Desember 2017 (yang terindeks di pengindeks internasional:

DOAJ dan Google Scholar). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu psikologi sosial dan organisasi. Secara khusus, hasil dari penelitian

ini dapat digunakan sebagai masukan kepada petugas Satpol PP dalam penerapan

penegakan Perda di lapangan saat berhadapan dengan masyarakat. Luaran dalam

penelitian ini berupa skala sikap PKL, dan skala budaya humanis

7

Page 8: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap Pedagang Kaki Lima Dalam Penegakan Perda

1. Pengertian Sikap Pedagang Kaki Lima Dalam Penegakan Perda

Pengertian sikap dijelaskan oleh Azwar (2010) sikap diartikan sebagai suatu reaksi

atau respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian

memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.

Gerungan (2009) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai suatu reaksi

pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objeknya

sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama, hal itu dapat

dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan kebutuhan masing-

masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan membentuk perilaku

individu terhadap objek.

Pengertian mengenai sikap juga disampaikan oleh Sarlito dan Eko (2009), Sikap

adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seorang individu terhadap suatu objek.

Objek yang disikapi individu dapat berupa benda, manusia atau informasi. Proses

penilaian seorang terhadap suatu objek dapat berupa penilaian positif dan negatif. Azwar,

dalam Ananda (2009), menggolongkan definisi sikap ke dalam tiga kerangka pemikiran.

Pertama, sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan. Dalam hal ini,

sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah memihak maupun tidak memihak.

Kedua, sikap merupakan kesiapan bereaksi terhadap objek tertentu, Ketiga, sikap

merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi

satu sama lain. 

Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah provinsi

maupun Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah pelaksanaan penyelenggaraan

otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan eksekusi pemerintah daerah (Indrati,

2007). Penegakan perda yang merupakan tugas Satpol PP, bertujuan untuk mejaga

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yaitu suatu keadaan dinamis yang

memungkinkan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan

kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2018)

8

Page 9: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PKL (Pedagang Kaki

Lima) adalah pedagang yang menjalankan usaha dagang dan jasa yang bersifat non

formal. baik menggunakan gerobak dorong atau shelter, yang mempergunakan lahan

tertentu (Handayani, 2009). Dijelaskan lebih lanjut oleh Permadi (2007) tempat berjualan

PKL tidak terbatas lima kaki tapi disesuaikan dengan lahan yang ada atau lahan yang

dibutuhkan. Lokasinya pun bukan sekedar di trotoar dan emperan toko, sudah meluas

sampai ke pinggir jalan maupun lahan kosong yang sekiranya bisa menghasilkan untung.

Masalah yang timbul adalah kesemrawutan kota, kekotoran, bau busuk sampah, dsb,

sehingga PKL ini sering kali memperoleh penertiban dan penggusuran oleh aparat

pemerintah sebagai bentuk penegakan perda

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap PKL terhadap penegakan perda

adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang berbeda-beda yang muncul dari

setiap individu (PKL) terhadap penegakan peraturan daerah

2. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Pedagang Kaki Lima Dalam Penegakan Perda

Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek

sikap antara lain:

1. Pengalaman pribadi,

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting,

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi

oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

4. Media massa

9

Page 10: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh

sikap penulisnya,

5. akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah

mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahananan ego

Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh adanya interaksi

dengan sekitarnya melalui proses yang kompleks. Gerungan (2009) menguraikan faktor-

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seorang individu yang berasal dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal pembentuk sikap adalah pemilihan terhadap objek

yang akan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada disekitarnya itu disikapi.

Objek yang disikapi secara mendalam adalah objek yang sudah melekat dalam diri

individu. Individu sebelumnya sudah mendapatkan informasi dan pengalaman mengenai

objek, atau objek tersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan atau

disenangi oleh individu kemudian hal tersebut dapat menentukan sikap yang muncul,

positif maupun negatif.

Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk sikap manusia, yaitu :

1. Interaksi kelompok, pada saat individu berada dalamsuatu kelompok pastiakan terjadi

interaksi. Masing-masing individu dalam kelompok tersebut mempunyai karakteristik

perilaku. Berbagai perbedaan tersebut kemudian memberikan informasi, atau

keteladanan yang diikuti sehingga membentuk sikap.

2. Komunikasi, melalui komunikasi akan memberikan informasi. Informasi dapat

memeberikan sugesti, motivasi dan kepercayaan. Informasi yang cenderung diarahkan

negatif akan membentuk sikap yang negatif, sedangkan informasi yang memotivasi

dan menyenangkan akan menimbulkan perubahan atau pembentukan sikap positif

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi Sikap

antara lain (a) Faktor internal berupa pengalaman pribadi, emosional (b) Faktor eksternal

10

Page 11: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

berupa interaksi antar individu, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga

pendidikan/ agama

3. Aspek Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek, mempunyai struktur yang

terdiri dari beberapa komponen. Azwar (2010) menjelaskan komponen dalam struktur

sikap yaitu:

1. Komponen kognitif, yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman seorang individu pada

suatu objek melalui proses melihat, mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan

pemahaman yang terbentuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai objek

tersebut.

2. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan permasalahan

emosional subjektif individu terhadap sesuatu.

3. Komponen perilaku atau konatif, yaitu kecenderungan berperilaku seorang individu

terhadap objek yang dihadapinya.

Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk mengetahui arah

sikap manusia dapat dilihat dari komponen-komponen sikap yang muncul dari seorang

individu. Sarlito dan Eko (2009) juga menjelaskan bahwa sikap adalah konsep yang

dibentuk oleh tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif

berisi pemikiran dan ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap, misalnya meliputi

penilaian, keyakinan, kesan, atribusi, dan tanggapan mengenai objek sikap. Komponen

afektif merupakan komponen yang meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap

objek sikap. Komponen afektif pada sikap seseorang dapat dilihat dari perasaan suka,

tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Sedangkan komponen konatif,

dapat dilihat melalui respon subjek yang berupa tindakan atau perbuatan yang dapat

diamati.

Sedangkan komponen sikap menurut Mar’at (Rahayuningsih, S. U., 2008)

mencakup tiga hal yaitu:

1. Komponen kognitif berhubungan dengan belief (kepercayaan dan keyakinan), ide,

konsep. Bagian dari kognitif yaitu: persepsi, stereotype, opini yang dimiliki individu

mengenai sesuatu.

11

Page 12: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

2. Komponen afeksi berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut

perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Afeksi

merupakan komponen rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.

3. Komponen perilaku / konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap objek sikap.

Komponen sikap dapat digunakan untuk menilai bagaimana sikap seseorang

terhadap objek sikap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen sikap mencakup tiga

aspek yaitu, komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berupa

pemahaman, pengetahuan, pandangan dan keyakinan seseorang terhadap objek sikap.

Komponen afektif yaitu perasaan senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

Komponen konatif yaitu kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang menunjukan

intensitas sikap yaitu besar kecilnya intensitas bertindak atau berperilaku seseorang

terhadap objek sikap.

B. Budaya Humanis

1. Pengertian Budaya Humanis

Menurut Greenberg & Baron (Yuwono, 2005) memberikan definisi budaya sebagai

suatu kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku dan harapan yang

diyakini bersama oleh anggota organisasi. Budaya juga merupakan pola-pola asumsi

dasar yang diyakini bersama (Yuwono, 2005). Budaya mengikat anggota kelompok

masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman

berperilaku dan bertindak (Marliani, 2015)

Menurut Mangunhardjana (Al Fandi, 2011) Kata humanisme memiliki banyak

pengertian, dilihat dari sisi kebahasaan, istilah humanisme ini berasal dari kata Latin

humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanis berarti sifat

manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. Adapun secara terminologis, humanisme

berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan

kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh. Dalam kamus bahasa

Indonesia, juga disebutkan bahwa humanisme adalah sebuah aliran (pemikiran) yang

bertujuan menghidupkan rasa peri kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup

12

Page 13: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

yang lebih baik. Sikap humanis juga mengedepankan sikap memanusiakan manusia

dalam konteks menghadapi perbedaan dalam keberagaman (Arifin, 2012)

Suseno (2008) memberikan pendapat bahwa humanis secara umum berarti sikap

yang secara prinsip menghormati setiap orang dalam keutuhannya sebagai manusia,

dalam martabatnya sebagai makhluk yang bebas, yang berhak menentukan sendiri arah

kehidupan, serta keyakinannya. Lebih lanjut dijelaskan pengertian humanisme sebagai

menghormati orang lain dalam identitasnya, dalam keyakinan-keyakinan, kepercayaan-

kepercayaan, cita-cita, ketakutan-ketakutan, dan kebutuhan-kebutuhannya

Dari definisi budaya dan humanis dapat memberikan memberikan kesimpulan

bahwa budaya humanis merupakan tindakan membiasakan atau membudayakan sikap

menghormati manusia, berdasar nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka membangun

masyarakat yang lebih manusiawi

2. Nilai-Nilai Budaya Humanisme

Nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan humanis seperti dikemukakan oleh

Rogers (Miarso, 2007) adalah bahwa :

1. Setiap manusia hidup sebagai pribadi dalam dunianya sendiri, dan mencari makna

berdasarkan pemikiran dan pengalamannya

2. Manusia berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya dengan mempertahankan

keakuannya

3. Realitas yang ada dalam lingkungannya ditanggapi dengan cara dan prinsip yang

sesuai dengan dirinya

4. Pandangan hidupnya berkembang berdasarkan pada hasil penalaran, perasaan dan

pengalaman.

Selain itu, Manurung (2012) menyatakan nilai-nilai yang terkandung dalam

perspektif humanis adalah

1. Mengembangkan dan menumbuhkan nilai positif manusia, seperti suka menolong,

berbuat baik, beriman, dan bertaqwa

2. Mengajarkan pesan moral kepada manusia, terutama pemimpin, agar berbuat yang

sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran, dan kejujuran

3. Mendorong orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan

bersama

13

Page 14: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

4. Memperkukuh dan menumbuhkembangkan karakter pribadi, identitas dan ketahanan

bangsa yang positif, tangguh, dan kuat, demi mencapai cita-cita bangsa dan negara.

Menurut Hardiman (2012), nilai-nilai budaya humanisme ada 6 yaitu.

1. Menghargai pendapat orang lain (kebebasan mengeluarkan pendapat)

Kebebasan mengeluarkan pendapat adalah sebuah hak bagi warganegara biasa yang

wajib dijamin dengan Undang-Undang dalam sebuah sistem politik demokrasi

(Taniredja, 2009).

2. Kerjasama

Kerjasama adalah sebuah perbuatan yang diperlukan untuk mengatasi persoalan yang

muncul dalam masyarakat. Kerjasama dalam hal ini yakni kerjasama dalam hal

kebaikan (Taniredja, 2009).

3. Rela berkorban

Rela berkorban adalah merelakan waktu, tenaga dan pikiran dalam bentuk apapun

demi kebaikan (Sunarso, 2009: 15). Rela berarti bersedia dengan ikhlas, tidak

mengharapkan suatu imbalan atau dengan kemauan sendiri. Berkorban berarti

memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya

sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat berarti bersedia dengan ikhlas

memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pikiran) untuk kepentingan orang lain atau

masyarakat. Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi

dirinya sendiri. Bagi seseorang yang memiliki sikap rela berkorban, kepentingan

bersama jauh lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

4. Peduli terhadap orang lain

Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif

terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli adalah sebuah sikap

keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan keadaan atau kondisi yang

terjadi di sekitar kita (Pratiwi, 2010). Sikap peduli merupakan suatu sikap yang

memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Orang-orang yang peduli adalah orang-orang

yang tidak bisa diam dan melihat kelemahan sikap berpangku tangan dan membiarkan

hal-hal yang buruk terus terjadi pada orang lain.

5. Tolong-menolong

Menurut Salam (2000) tolong-menolong adalah mau membantu atau menolong baik

dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga atau moral. Suka menolong

orang lain memiliki ciri-ciri sbb: Mau menolong siapa saja yang mengalami kesulitan,

14

Page 15: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Tidak membeda-bedakan orang yang ditolongnya, Atas dasar kemauan sendiri atau

tidak diperintah oleh orang lain, Mendahulukan kepentingan orang lain diatas

kepentingan pribadi.

6. Solidaritas

Solidaritas adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan bekerjasama

dengan orang lain. Nilai solidaritas mengikat manusia yang sama-sama memiliki

kebebasan untuk mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Sebagai nilai, solidaritas

ini dapat menumbuhkan sikap batin dan kehendak untuk menempatkan kebaikan

bersama di atas kepentingan pribadi, mengasihi sesama dan murah hati terhadap

manusia (Suteng, 2007)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan nilai-nilai budaya humanis yang akan

digunakan dalam menyusun skala dalam penelitian ini menurut Hardiman (2012) adalah

(1) menghargai pendapat orang lain, (2) kerjasama, (3) rela berkorban, (4) peduli

terhadap orang lain, (5) tolong menolong, (6) solidaritas.

C. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian Koesmono (2005) dikatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari

seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk

pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan

perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang

kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia

atau seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan

membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam

menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari

masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah budaya dimana

individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya.

Hal senada juga diungkapkan dalam penelitian Jusmin (2016) bahwa keutamaan

budaya merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia

yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Diperkuat oleh hasil penelitian

Akbar ( 2013) dalam Journal of Social and Industrial Psychology yaitu adanya pengaruh

yang signifikan antara budaya organisasi terhadap sikap positif pegawai dan perusahaan

yang berwujud komiten, keterlibatan dan keterikatan terhadap nilai-nilai budaya dan

pencapaian keberhasilan perusahaan (employee engagement), dengan nilai koefisien

regresi 0,623 dan thit = 8,481 dengan p = 0,000 (p < 0,05).

15

Page 16: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ada hubungan positif antara budaya humanis Satpol PP dengan sikap pedagang kaki

lima terhadap penegakan perda, artinya semakin kuat budaya humanis Satpol PP maka

semakin positif sikap pedagang kaki lima terhadap penegakan Perda

E. Kerangka Pikir

Penegakan Perda yang dilakukan oleh Satpol PP kepada masyarakat sering

menimbulkan ketegangan bahkan perseteruan. Akibatnya Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) memiliki citra buruk di tengah-tengah masyarakat. Stigma di masyarakat,

khususnya para pedagang, yang menganggap sekelompok Satpol PP adalah sosok-sosok

mengerikan. Fenomena ini disikapi dengan cermat oleh internal Satpol PP dengan

membuat gagasan budaya humanis dalam penegakan Perda artinya Satpol PP perlu

menjadi tegas untuk menegakkan, namun santun dalam memberikan pelayanan.

(Prabowo, Indarja, dan Diamantina, 2016)

Gerakan budaya humanis Satpol PP ini mengundang reaksi dari banyak

masyarakat, khususnya di Kabupaten Kudus. Untuk itu, menjadi sangat menarik dalam

penelitian ini untuk mengetahui secara empirik Sikap Pedagang Kaki Lima terhadap

Penegakan Perda berbasis Budaya Humanis Petugas Satpol PP

16

Page 17: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian

deskriptif dan penelitian korelasional. Secara umum tujuan penelitian deskriptif adalah

untuk membuat penyandraan atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, sedangkan penelitian

korelasional adalah penelitian untuk melihat hubungan antar 2 variabel (Periantalo, 2016)

B. Identifikasi Variabel

Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan identifikasi dari variabel-variabel yang

akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel bebas : Budaya humanis Satpol PP

2. Variabel tergantung : Sikap pedagang kaki lima terhadap penegakan Perda

C. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel-variabel penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Budaya Humanis Satpol PP

Budaya yang menjadi pedoman perilaku Satpol PP dalam melakukan penegakan

Perda yaitu tindakan membiasakan atau membudayakan sikap menghormati manusia,

berdasar nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka membangun masyarakat yang lebih

manusiawi

2. Sikap pedagang kaki lima terhadap Penegakan Perda

Suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang berbeda-beda yang muncul dari setiap

pedagang kaki lima terhadap penegakan peraturan daerah yang dilakukan Satpol PP

D. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sample

Populasi adalah sekelompok orang yang menjadi lingkup dalam penelitian

(Sukmadinata, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Pedagang kaki lima yang

berada di kecamatan kota. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian

ini adalah purposive sampling yaitu peneliti membuat kriteria khusus terhadap subjek

penelitian (Periantalo, 2016). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu pedagang

kaki lima yang berpindah-pindah tempat dalam berjualan, pada saat diambil data berada

17

Page 18: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

di area kecamatan kota, pernah mendapatkan sosialisasi tentang penegakan perda secara

humanis, pernah mendapatkan tindakan atau teguran dari Satpol PP

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan skala

psikologi. Angket dibuat berdasarkan kebutuhan data yang akan dieksplorasi dalam

penelitian. Angket bersifat terbuka dan tertutup. Angket dalam penelitian berupa angket

Sikap pedagang kaki lima terhadap penegakan Perda berbasis budaya humanis Satpol

PP.

Sedangkan skala psikologi dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan

indikator atau aspek yang ada pada variabel yang hendak diukur yaitu Skala Sikap

Pedagang kaki Lima terhadap Penegakan Perda dan Skala Budaya Humanis Satpol PP.

Bentuk jawaban terdiri dari empat alternatif dan tiap subjek dapat memilih salah satunya

yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Pernyataan yang digunakan dalam skala penelitian ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu

(1) Pernyataan favorable yaitu item-item yang mendukung variabel. Penilaian jawaban

untuk pernyataan ini adalah sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2,

sangat tidak setuju (STS) = 1 (2) Pernyataan unfavorable yaitu item-item yang tidak

mendukung variabel. Pernyataan ini menggunakan penilaian jawaban sebagai berikut:

sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS) = 3 dan sangat tidak setuju (STS)

= 4.

Pada penilaian Skala terlihat semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin

tinggi kecenderungan individu terhadap variabel tersebut, sebaliknya semakin rendah skor

yang diperoleh semakin rendah pula kecenderungan individu terhadap variabel tersebut.

Berikut blue print rancangan jumlah item dalam masing-masing variabel :

Tabel 1Skala Sikap PKL Terhadap Penegakan Perda

No Aspek Favorabel Unfavorabel1 Kognitif 1,3,5,7,9 2,4,6,8,102 Afektif 11,13,15,17,19 12,14,16,18,203 Konatif 21,23,25,27,29 22,24,26,28,30

Jumlah masing-masing 15 15Total 30

Tabel 2Skala Budaya Humanis Satpol PP

18

Page 19: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

No Aspek Favorabel Unfavorabel1 Menghargai pendapat orang lain 1,3,5 2,4,62 Kerjasama 7,9,11 8,10,123 Rela berkorban 13,15,17 14,16,184 Peduli terhadap orang lain 19,21,23 20,22,245 Tolong menolong 25,27,29 26,28,306 Solidaritas 31,33,35 32,34,36

Jumlah masing-masing 18 18Total item 36

F. Analisis Data

1. Validitas Skala

Validitas diartikan sejauh mana alat ukur mampu mengungkap apa yang hendak ia

ungkap. Apakah item-item di dalam alat ukur mencerminkan hal yang semestinya ia

ungkap, tidak mengungkap hal di luar tujuan ukurnya (Periantalo, 2015). Selanjutnya,

agar instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, maka

dilakukan uji validitas. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini terhadap skala

sikap PKL terhadap penegakan perda dan skala budaya humanis

Menurut Azwar (2006) koefisien validitas yang berada disekitar angka 0,05 akan

lebih dapat diterima dan dianggap memuaskan, namun apabila koefisien validitas kurang

dari 0,30 dianggap tidak memuaskan. Untuk itu dalam penelitian ini penulis membatasi

koefisien validitas dianggap memuaskan bila rxy lebih dari 0,30.

Pengujian validitas alat ukur / skala dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap

item (pertanyaan) dengan total skala tersebut, menggunakan program Statistical

Packages for Social Sciences (SPSS) 15. 0 for Windows.

2. Reliabilitas Skala

Reliabilitas diartikan sebagai konsistensi atau keakuratan hasil ukur. Seberapa

konsistensi skor yang dihasilkan tersebut sama apabila diukur pada kurun waktu yang

berbeda. Reliabilitas memiliki skor yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Reliabilitas

yang baik adalah mendekati skor satu (1). (Periantalo, 2015)

Teknik yang digunakan untuk menghitung reliabilitas alat ukur / skala dalam

penelitian ini adalah teknik reliabilitas koefisien Alpha yang dikembangkan oleh

Cronbach dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) 15.0 for

Windows.

19

Page 20: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

3. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode teknik korelasi product

moment dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) 15.0 for

Windows untuk uji hubungan antara 2 variabel yaitu budaya humanis Satpol PP dengan

sikap PKL terhadap penegakan perda. Sedangkan data deskriptif kuantitatif yang

diperoleh dari angket sikap terhadap budaya humanis Satpol PP dianalisis dengan

mengkategorisasikan data-datanya melalui proses penyuntingan (editing), pengkodean

(coding) dan tabulasi

BAB IV

20

Page 21: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, sasarannya

adalah pedagang kaki lima yang berpindah-pindah tempat dalam berjualan, pada saat diambil

data berada di area kecamatan kota, pernah mendapatkan sosialisasi tentang penegakan perda

secara humanis, dan pernah mendapatkan tindakan atau teguran dari Satpol PP

Penelitian ini dilakukan atas kerjasama antara pihak Satpol PP dengan Fakultas Psikologi

Universitas Muria Kudus, sesuai dengan mou yang telah disepakati bersama

no.007/Psik.UMK/C.06.02/XI/2018. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, dari bulan

Pebruari 2019 sampai dengan Juni 2019, dengan mendapatkan rekomendasi penelitian dari

Pemerintah Kabupaten Kudus, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik No. 070/ 143 /

39.00/2019

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pedagang kaki lima di area kecamatan Kota, Kabupaten

Kudus. Pelaksanaan penelitian saat pengambila data dimulai bulan Maret 2019 – Mei 2019.

Dalam penelitian ini penulis membagikan 1 angket dan 2 skala sikap kepada subjek

penelitian tersebut.

Pengambilan data dilakukan setelah 5 bulan pelatihan budaya humanis dilaksanakan,

dengan asumsi bahwa Satpol PP telah menerapkan budaya humanis dalam kurun waktu

tersebut sehingga penelitian ini dapat mendeskripsikan dampak dari budaya humanis yang

diterapkan oleh Satpol PP setelah pelatihan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling yaitu peneliti membuat kriteria khusus terhadap subjek penelitian. Di

lapangan, peneliti memperoleh 45 responden yang sesuai dengan ciri-ciri yang telah

ditetapkan dan bersedia terlibat, dengan mengisi angkat dan skala penelitian.

C. Intervensi Pelatihan

Sebelum melakukan pengambilan data, penulis memberikan pelatihan tentang budaya

humanis kepada Satpol PP di Kudus. Pelatihan yang berjudul “Penegakkan Perda secara

Humanis” dilaksanakan pada hari Rabu, 03 Oktober 2018 di Hotel Proliman Kudus, dengan

narasumber Dhini Rama Dhania, S.Psi, M.Si dari Fakultas Psikologi Universitas Muria

Kudus dan Any Ismayawati dari IAIN Kudus. Materi pelatihan mencakup transformasi satpol

21

Page 22: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

PP menjadi humanis, branding Satpoll PP, cara menjadi satpol PP yang humanis dengan

pengelolaan emosi yang efektif. Pelatihan juga menggunakan metode ice breaking dan

games sesuai dengan materi pelatihan untuk memudahkan peserta dalam memahami materi.

D. Hasil Penelitian

1. Sikap Masyarakat Kudus Terhadap Penegakan Perda Berbasis Budaya Humanis

a. Citra Satpol PP

Buruk23%

Baik77%

Citra Satpol PP

Citra Satpol PP menurut subjek penelitian diperoleh 77 % orang menyatakan citra Satpol PP

baik. Bentuk perilaku baik yang dilakukan oleh Satpol PP adalah menegur dengan sopan,

tidak arogan, tegas, melakukan tugas/penindakan sesuai dengan pengaduan masyarakat/ jika

ada kesalahan, memberikan penjelasan / anjuran / petunjuk / pengarahan terlebih dahulu

sebelum melakukan penertiban. Sisanya 23% menyatakan citra Satpol PP buruk. Perilaku

buruk yang dilakukan oleh Satpol PP menurut subjek penelitian adalah saat penindakan

hanya mencari kesalahan tanpa mengarahkan solusi, tebang pilih/tidak adil dalam penegakan

perda, emosional pakai kekerasan, jika melakukan penertiban tidak konfirmasi / tidak ada

peringatan terlebih dahulu.

b. Satpol PP sudah melakukan penegakan secara humanis

22

Page 23: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Ya60%

Tidak7%

Kadang-kadang20%

Tidak semua Satpol

PP9%

Tidak tahu4%

Satpol PP sudah melakukan penegakan perda secara humanis

Menurut subyek penelitian, 60% menyatakan Satpol PP sudah melakukan penegakan perda

secara humanis, 20% menyatakan kadang-kadang, 9% menyatakan tidak semua Satpol PP

melakukan penegakan perda secara humanis, 7% menyatakan Satpol PP tidak melakukan

penegakan perda secara humanis, dan 4% menyatakan tidak tahu

c. Bentuk perilaku humanis yang ditunjukkan Satpol PP dalam penegakan perda

Menegur dg sopan55%

Tidak melakukan tindakan kek-

erasan24%

Memberikan so-lusi13%

Tidak pernah bohong

5% Menegur hanya yang salah2% Memberikan peringatan

secara sopan2%

Bentuk perilaku humanis yang ditunjukkan Satpol PP dalam penegakan perda

Bentuk perilaku humanis yang ditunjukkan Satpol dalam penegakan perda menurut subjek

penelitian adalah 54% menyatakan Satpol PP telah menegur dengan sopan, 24% menyatakan

Satpol PP tidak melakukan tindakan kekerasan, 13% menyatakan Satpol PP telah

memberikan solusi, 5% menyatakan Satpol PP tidak pernah berbohong, dan masing-masing

2% menyatakan Satpol PP menegur hanya yang salah dan memberikan peringatan secara

sopan.

23

Page 24: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

d. Gerakan penegakan perda secara humanis dapat berjalan lebih efektif dalam

menjaga ketertiban dan keamanan daripada sebelumnya

Ya69%

Tidak yakin9%

Mungkin22%

Gerakan humanis dapat berjalan efektif

Pendapat subjek penelitian terkait pertanyaan apakah gerakan penegakan perda secara

humanis dapat berjalan lebih efektif dalam menjaga ketertiban dan keamanan daripada

sebelumnya adalah 69% menyatakan iya akan lebih efektif, 22% menyatakan mungkin akan

efektif dan 9% menyatakan tidak yakin akan efektif

e. Tanggapan terhadap gerakan perda secara humanis yang dilakukan oleh Satpol PP

Biasa saja24%

Senang67%

Tidak tahu4%

setuju2%

sudah seharusnya2%

Tanggapan terhadap gerakan penegakan perda secara humanis

Subyek penelitian memberikan tanggapan yang berbeda terhadap penegakan perda secara

humanis yang dilakukan oleh Satpol PP yaitu 67% menyatakan senang dengan adanya

24

Page 25: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

gerakan humanis ini, 24% memberikan tanggapan biasa saja, 5% menyatakan tidak tahu

terhadap gerakan perda secara humanis yang dilakukan Satpol PP ini serta masing-masing

2% menyatakan setuju dan berpendapat sudah seharusnya dilakukan Satpol PP

f. Sikap terhadap gerakan perda secara humanis

Mendukung100%

Sikap terhadap gerakan perda secara humanis

Dari seluruh subyek penelitian 100% menyatakan sikap mendukung gerakan perda secara

humanis

g. Alasan mendukung gerakan perda secara humanis

Agar tidak terjadi ben-trokan32%

Agar tidak menimbulkan rasa sakit hati

28%

Lebih manusiawi akan menjadi lebih baik

14%

berharap Kudus menjadi tertib tanpa kekerasan /

pemaksaan26%

Alasan mendukung gerakan humanis

Alasan subyek penelitian mendukung gerakan perda secara humanis ini yaitu 32%

menyatakan agar tidak terjadi bentrokan, 28% menyatakan agar tidak menimbulkan sakit

hati, 26% berharap Kudus menjadi tertib tanpa kekerasan / pemaksaan dan 14%

menyatakan lebih manusiawi akan menjadi lebih baik

25

Page 26: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

h. Saran kepada Satpol PP agar lebih efektif dalam menegakkan perda

Beberapa saran yang diberikan oleh subjek penelitian adalah

1) Bersikap lebih sopan dan sabar dalam menertibkan, tidak dengan kekerasan atau bicara

kotor/merendahkan

2) Bersikap lebih ramah dan merakyat, jangan menganggap remeh, lebih bijaksana, lebih

fleksibel saat melakukan penertiban

3) Melakukan pendekatan tanpa kekerasan, dan menindak tegas pelanggar yang sudah

benar-benar menganggu

4) Penegakan perda tidak tebang pilih, harus merata di semua lokasi

5) Lebih adil dalam penegakan perda

6) Sebaiknya dilakukan secara humanis dalam melaksanakan tugas agar tidak menimbulkan

rasa sakit hati

7) Jangan bersikap kasar / arogan, menasehati dengan solusi ,jangan menyakiti pedagang

8) Bertindak tegas tapi tetap humanis, utamakan mencari solusi yang lebih baik daripada

mencari kesalahan, lebih sering patroli di waktu yang acak akan bisa membuat ciut nyali

bagi yang melakukan pelanggaran

9) Jangan asal angkat barang dagangan, dikasih penjelasan pelanggarannya

10) Harus selalu berpatroli baik pada jam sore maupun malam

11) Tidak emosional dan tidak terprovokasi

12) Mengikuti aturan yang berlaku, harus ada peringatan 1,2,3 dan surat pernyataan

kemudian ketegasan

13) Pendekatan secara kekeluargaan agar saat penindaan masyarakat jadi sungkan apabila

melanggar aturan, usahakan tidak membentak agar tidak terjadi salah paham,seperti

terbawa emosi

14) Saat melakukan penertiban, konfirmasi dulu jangan sewenang-wenang

15) Hendaknya menggusur dengan halus dan menyediakan lahan

16) Konsisten dan memberi solusi yang menguntungkan masyarakat

2. Hubungan Antara Budaya Humanis Satpol Pp terhadap Sikap PKL Terhadap

Penegakan Perda

a. Perhitungan Validitas dan Reliabiltas Skala Sikap PKL terhadap Penegakan Perda

Agar diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setelah

data terkumpul dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas untuk skala sikap PKL

terhadap penegakan perda. Pada uji validitas skala ini menunjukkan dari 30 item

26

Page 27: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

terdapat 8 item yang gugur dan 22 item yang valid dengan koefisien 0,301 sampai

dengan 0,765 . Adapun sebaran item yang gugur maupun yang valid dapat dilihat di tabel

dibawah ini :

Tabel 3Sebaran item skala sikap PKL terhadap penegakan perda yang valid dan gugur

No Aspek Favorable Unfavorable1 Kognitif 1,3,5,7,9 2,(4),(6),8,102 Afektif 11,13,15,17,19 12,(14),16,18,203 Konatif 21,(23),(25),(27),(29) (22),24,26,28,(30)

Jumlah masing-masing 15 15Total 30

Keterangan : tanda kurung ” ()” = item yang gugur tanpa tanda = item yang valid

Untuk hasil reliabilitas menunjukkan bahwa pada skala sikap PKL terhadap

penegakan perda mempunyai skor reliabilitas sebesar 0,876. Ini berarti skala sikap PKL

terhadap penegakan perda memiliki konsistensi atau keakuratan hasil ukur, yaitu skor

yang dihasilkan tersebut akan sama apabila diukur pada kurun waktu yang berbeda,

karena reliabilitas yang baik adalah mendekati satu (1).

b. Perhitungan Validitas dan Reliabiltas Skala Budaya Humanis Satpol PP

Agar diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setelah

data terkumpul dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas untuk skala budaya

humanis. Pada uji validitas skala ini menunjukkan dari 36 item terdapat 2 item yang

gugur dan 34 item yang valid dengan koefisien 0,329 sampai dengan 0,871 . Adapun

sebaran item yang gugur maupun yang valid dapat dilihat di tabel dibawah ini :

Tabel 4Budaya Humanis Satpol PP

No Aspek Favorable Unfavorable1 Menghargai pendapat orang lain 1,3,5 2,4,62 Kerjasama 7,9,11 8,10,123 Rela berkorban 13,15,17 14,16,(18)4 Peduli terhadap orang lain 19,21,23 20,(22),245 Tolong menolong 25,27,29 26,28,306 Solidaritas 31,33,35 32,34,36

Jumlah masing-masing 18 18Total item 36

Keterangan : tanda kurung ” ()” = item yang gugur tanpa tanda = item yang valid

27

Page 28: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Untuk hasil reliabilitas menunjukkan bahwa pada skala budaya humanis Satpol

PP mempunyai skor reliabilitas sebesar 0,970. Ini berarti skala budaya humanis

memiliki konsistensi atau keakuratan hasil ukur, yaitu skor yang dihasilkan tersebut

akan sama apabila diukur pada kurun waktu yang berbeda, karena reliabilitas yang baik

adalah mendekati satu (1).

c. Uji Normalitas dan Linieritas

Hasil uji normalitas pada skala sikap PKL terhadap penegakan perda diperoleh

taraf signifikansi p sebesar 0,116 (p>0,05) dengan K-SZ sebesar 1,193. Untuk uji

normalitas pada skala budaya humanis diperoleh taraf signifikansi p sebesar 0,120

(p>0,05) dengan K-SZ sebesar 1,186. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 5Hasil Uji Normalitas Sebaran

No Keterangan K-SZ p Keterangan1 Sikap PKL terhadap penegakan perda 1,193 0,116 Distribusi Normal2 Budaya humanis Satpol PP 1,186 0,12 Distribusi Normal

Hasil uji linieritas pada sikap masyarakat terhadap penegakan perda diperoleh

nilai F sebesar 1,790 dengan p sebesar 0,099 (p>0,05), angka tersebut menunjukkan

bahwa data bersifat linier. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6Uji linieritas

Keterangan F SigBudaya humanis Satpol PP terhadap sikap PKL terhadap penegakan perda 1,79 0,099

d. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

product moment, hasilnya adalah sebagai berikut :

28

Page 29: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Tabel 7Uji hipotesis

Keterangan rxy p. Sig. (2 tailed)Budaya humanis terhadap sikap PKL terhadap penegakan perda 0,271 0,072

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa besarnya koefisien antara kedua

variabel rxy sebesar 0,271 dengan p sebesar 0,072 (p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak

ada hubungan antara budaya humanis Satpol PP dengan sikap PKL terhadap penegakan

perda . Artinya sikap positif / negatif pedagang kaki lima terhadap penegakan perda

tidak dipengaruhi oleh budaya humanis Satpol PP

D. Pembahasan

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang

Satuan Polisi Pamong Praja pasal 5, Satpol PP mempunyai tugas menegakkan Perda dan

Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman dan menyelenggarakan

perlindungan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya tersebut Satpol PP dituntut untuk

menindak pelanggaran-pelanggaran yang ada di masyarakat, sehingga tak jarang terjadi

bentrokan-bentrokan. Seperti yang terjadi di kawasan Menara Kudus, meski sudah berkali-

kali ditindak tegas, Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Menara Kudus masih

membandel, masih berjualan di zona merah PKL itu. Satpol PP juga menyita dua kotak es

campur sebagai barang bukti karena jualan di zona merah.(Mustofa, 2019)

Berbagai cara dilakukan Satpol PP untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya terutama

menertibkan masyarakat yang melakukan pelanggaran. Salah satunya adalah menerapkan

budaya humanis, seperti yang diberitakan di Muria News bahwa Satpol PP Kudus gelar

sosialisasi penegakan Perda secara humanis (Aji, 2018). Dijelaskan lebih lanjut dalam

sambutan tertulis Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bahwa Satpol PP boleh keras,

boleh tegas tapi tidak boleh kasar. Dengan kata-kata dan cara-cara yang santun itu

masyarakat akan bersedia menjaga ketertiban dengan sendirinya. Satpol PP melakukan

perubahan dalam upaya penegakan perda yang selalu berhadapan dengan beragam

kepentingan masyarakat. Untuk itu, Satpol PP dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

sebagai penegak perda hendaknya dengan proporsional dan professional. Bukan harus keras

29

Page 30: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

suara, atau bahkan bertindak kasar namun menyentuh masyarakat dengan suara dan sikap

yang kultural agar mereka lebih simpatik. Sehingga pelayanan kepada masyarakat betul-betul

dapat dirasakan ( Pambudi, 2019)

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pedagang kaki lima

terhadap penegakan Perda berbasis budaya humanis. Dari data penelitian diperoleh hasil

bahwa 77 % orang menyatakan citra Satpol PP cenderung baik. Bentuk perilaku baik yang

dilakukan oleh Satpol PP adalah menegur dengan sopan, tidak arogan, tegas, melakukan

tugas/penindakan sesuai dengan pengaduan masyarakat/ jika ada kesalahan, memberikan

penjelasan / anjuran / petunjuk / pengarahan terlebih dahulu sebelum melakukan penertiban.

Data lain juga mengungkapkan bahwa 60% menyatakan Satpol PP sudah melakukan

penegakan perda secara humanis. Bentuk perilaku humanis yang ditunjukkan Satpol dalam

penegakan perda menurut subjek penelitian adalah 54% menyatakan Satpol PP telah menegur

dengan sopan, 24% menyatakan Satpol PP tidak melakukan tindakan kekerasan, 13%

menyatakan Satpol PP telah memberikan solusi, 5% menyatakan Satpol PP tidak pernah

berbohong, dan masing-masing 2% menyatakan Satpol PP menegur hanya yang salah dan

memberikan peringatan secara sopan.

Seluruh responden atau 100% menyatakan sikap mendukung terhadap gerakan perda

secara humanis. Alasan subyek penelitian mendukung gerakan perda secara humanis ini yaitu

32% menyatakan agar tidak terjadi bentrokan, 28% menyatakan agar tidak menimbulkan

sakit hati, 26% berharap Kudus menjadi tertib tanpa kekerasan / pemaksaan dan 14%

menyatakan lebih manusiawi akan menjadi lebih baik. Meski seluruhnya mendukung, namun

yang menyatakan senang dengan adanya gerakan humanis ini hanya sejumlah 67% dan yang

merasa optimis bahwa gerakan penegakan perda secara humanis dapat berjalan lebih efektif

dalam menjaga ketertiban dan keamanan daripada sebelumnya sejumlah 69%.

Untuk menguji secara empiris hubungan budaya humanis Satpol PP terhadap sikap

masyarakat terhadap penegakan perda diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara budaya humanis Satpol PP dengan sikap PKL terhadap penegakan perda.

Besarnya koefisien antara kedua variabel rxy sebesar 0,271 dengan p sebesar 0,072 (p>0,05).

Artinya sikap positif / negatif masyarakat (PKL) terhadap penegakan perda tidak dipengaruhi

oleh budaya humanis Satpol PP. Oleh karena itu hipotesis pada penelitian ini di tolak.

30

Page 31: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Bagi pedagang kaki lima bisa melakukan aktifitas bekerja setiap harinya adalah bagian

dari cara mereka mempertahankan diri untuk bisa menyambung hidupnya. Setiap jengkal

tanah yang mereka gunakan untuk berdagang pada dasarnya adalah ruang ekonomi utama

yang mereka miliki dan harus mereka pertahankan mati-matian, sehingga apapun akan

dilakukan untuk mempertahankan diri, jika perlu dengan cara (alat) konflik. Seringkali

mereka menempati kawasan yang diklaim oleh pemerintah kota melanggar peraturan. Tarik

menarik kepentingan yang akhirnya harus berujung pada konflik antara mereka seringkali

menjadi pemandangan umum dalam penanganan pedagang kaki lima. Menjadi pedagang kaki

lima berarti harus berani bertaruh dengan aparat pemerintah. Biasanya adalah SatPol PP

(Satuan Polisi Pamong Praja) sebagai penegak ketertiban tata ruang kota. Dalam banyak

kesempatan, cara-cara yang dilakukan SatPol PP kadang-kadang tidak memberi ruang dialog

kepada pedagang kaki lima. Dari konteks seperti inilah mereka mencoba melakukan siasat-

siasat tertentu agar bisa terlepas dari jeratan SatPol PP. (Hayat, 2012)

Penelitian yang dilakukan Suranto (2015) yang berjudul Korelasi Komunikasi Persuasif

Kepala Desa dengan Sikap Pedagang Kaki Lima terhadap Ketertiban Lingkungan,

menunjukkan hasil bahwa 1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

karakteristik kepala desa sebagai komunikator dalam proses komunikasi persuasif dengan

sikap PKL terhadap ketertiban lingkungan; 2) Terdapat korelasi antara daya tarik pesan

komunikasi persuasif yang disampaikan komunikator dengan sikap PKL terhadap ketertiban

lingkungan. Dari hasil penelitian tersebut dikaitkan dengan tertolaknya hipotesis dalam

penelitian adalah bahwa karakteristik dari sosok yang melakukan penertiban (dalam

penelitian ini Satpol PP) serta cara komunikasi persuasif yang dilakukan dapat menjadi

penentu efektif tidaknya penertiban yang dilakukan kepada PKL

Hasil analisis variabel budaya humanis Satpol PP diperoleh mean empirik sebesar

94,22 dengan standard deviasi sebesar 13,497. Berdasarkan norma kategori budaya humanis,

maka diperoleh hasil bahwa budaya humanis yang telah diterapkan Satpol PP tergolong

tinggi menurut masyarakat khususnya PKL . Hal ini diketahui dari hasil respon subjek pada

item skala budaya humanis yang menunjukkan prosentase sebagai berikut 0% pada taraf

sangat tinggi, 47% pada taraf tinggi, 31% pada taraf sedang, 9% pada taraf rendah dan 13%

pada taraf rendah sekali

Hasil analisis variabel sikap PKL terhadap penegakan perda diperoleh mean empirik

sebesar 61,31 dengan standard deviasi sebesar 6,694. Berdasarkan norma kategori sikap PKL

31

Page 32: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

terhadap penegakan perda, maka diperoleh hasil bahwa sikap PKL yang merespon positif

terhadap penegakan perda tergolong pada taraf sedang ke atas. Hal ini diketahui dari hasil

respon subjek pada item skala sikap PKL terhadap penegakan perda yang menunjukkan

prosentase sebagai berikut 5% pada taraf sangat tinggi, 24% pada taraf tinggi, 47% pada taraf

sedang, 20% pada taraf rendah dan 4% pada taraf rendah sekali

Penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Adapun beberapa kemungkinan

yang menyebabkan kelemahan tersebut adalah :

1. Banyaknya item pertanyaan dan pernyataan yang harus dijawab oleh subjek

penelitian

2. Kurang konsentrasi karena pada saat mengisi skala dan angket, dilakukan sambil

berjualan

32

Page 33: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Sebanyak 77 % orang menyatakan citra Satpol PP cenderung baik. Data lain juga

mengungkapkan bahwa 60% menyatakan Satpol PP sudah melakukan penegakan perda

secara humanis. Seluruh responden atau 100% menyatakan sikap mendukung terhadap

gerakan perda secara humanis.. Meski seluruhnya mendukung, namun yang menyatakan

senang dengan adanya gerakan humanis ini hanya sejumlah 67% dan yang merasa optimis

bahwa gerakan penegakan perda secara humanis dapat berjalan lebih efektif dalam

menjaga ketertiban dan keamanan daripada sebelumnya sejumlah 69%.

2. Hipotesis pada penelitian ini di tolak yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

budaya humanis Satpol PP dengan sikap PKL terhadap penegakan perda. Besarnya

koefisien antara kedua variabel rxy sebesar 0,271 dengan p sebesar 0,072 (p>0,05).

Artinya sikap positif / negatif masyarakat (PKL) terhadap penegakan perda tidak

dipengaruhi oleh budaya humanis Satpol PP.

B. Saran

1. Satpol PP hendaknya melakukan cara-cara komunikasi yang sopan, tidak arogan tapi tegas

saat melakukan penegakan perda dengan berpedoman pada aturan yang berlaku

2. Tidak hanya sebagian namun seluruh Satpol PP memiliki sikap dan perilaku yang sama/

konsisten saat melakukan penegakan perda dimanapun berada

33

Page 34: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Ananda.(2009). Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Al-Fandi, H. (2011). Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis. Yogyakarta: Ar

Akbar, MR (2013). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Employee Engagement (Studi Pada Karyawan Pt.Primatexco Indonesia Di Batang). Journal of Social and Industrial Psychology. ISSN 2252-6838. Volume 2, Nomor 1. Oktober 2013. Universitas Negeri Semarang

Aji, DU. (2018). Tegakan Perda Secara Humanis, Satpol PP Kabupaten Kudus Berikan Pelatihan. www.murianews.com

Arifin Z. (2012). Pendidikan Multikultural-Religius untuk Mewujudkan Karakter Peserta Didik yang Humanis-Religius. Jurnal Pendidikan Islam Volume I, Nomor 1, Juni 2012. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar,S. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gerugan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Ghafur, J. (2018). Penegakan Peraturan Daerah Tinjauan Terhadap Peran dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP. https://www.researchgate.net /publication/327600238

Ghozali, R. (2018). Satpol PP Kudus : Sosialisasi Perda ke Masyarakat Bentuk Penertiban Secara Humanis. https://jateng.tribunnews.com/2018/09/19/satpol-pp-kudus-sosialisasi-perda-ke-masyarakat-bentuk-penertiban-secara-humanis.

Hardiman, FB. (2012). Humanisme dan Sesudahnya: Meninjau Ulang Gagasan Besar

tentang Manusia . Jakarta. Gramedia

Hayat, M. (2012). Strategi Bertahan Hidup Pedagang Kali Lima (PKL). Jurnal Sosiologi Reflektif. Volume 6. Nomor 2

Handayani, S. (2009). Memahami Pelaku Sektor Informal Perkotaan: Penataan Pedagang

Kaki Lima Tanpa Kekerasan. Jurnal Analisis Sosial. Vol.14. Nomor 1

Indrati, MF (2007). Ilmu Perundang-undangan . Yokyakarta: Kanisius.

34

Page 35: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Jusmin, A. (2016). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Adminitrasi Perhubungan Jayapura . Future Jurnal Manajemen dan Akuntansi. jurnal.uniyap.ac.id

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Jakarta: Balai Pustaka

Koesmono. H.T. (2005). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, September 2005: 171-188 Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra. http://Puslit.Petra.Ac.Id/~Puslit/Journals/

Manurung, RT. (2012). Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter Dan Humanistik . Jurnal Sosioteknologi. Edisi 27 Tahun 11, Desember 2012

Mulyana, A.Hidayat, S. Sholih. (2013). Hubungan Antara Persepsi, Minat, Dan Sikap Siswa Dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013

Mustofa, A. (2019). Berkali-kali ditindak Satpon PP, PKL Kawasan Menara Tak Kapok jualan. https://radarkudus.jawapos.com. 19 Juni 2019

Miarso. YH. (2007). Teknologi yang Berwajah Humanis. Jurnal Pendidikan Penabur - No.09 Tahun ke-6. Desember 2007

Pambudi, A. (2019). Satpol PP Diharapkan Semakin Humanis dan Profesional. https://pasfmpati.com. 25 Juli 2019

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

Periantalo, J.(2016). Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi. Yogyakarta.Pustaka Pelajar

Permadi, G. (2007). Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu Nasibmu Kini. Jakarta. Yudhistira

Prabowo,IA.Indarja. Diamantina, A. (2016). Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja menurut Peraturan Daerah no 5 tahun 2013 tentang Ketertiban Umum di Kota Pekalongan. Diponegoro Law Journal.Volume 5. No. 3 tahun 2016. Universitas Diponegoro

Rahayuningsih, S.U. (2008) Psikologi Umum 2. Jakarta: gunadarma

Suseno, FM. (2008). Etika kebangsaan Etika Kemanusiaan. : 79th Sesudah Sumpah Pemuda. Yogyakarta. Kanisius

Trianingrum. (2017). Model Penegakan Peraturan Daerah (PERDA) Terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) Oleh Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Berbasis Pemberdayaan Partisipatif Di Kabupaten Batang. Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 1 Maret 2017

35

Page 36: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Umam, K. (2010). Perilaku organisasi. Bandung, CV Pustaka Setia

Umar, M. (2013). Membangun Citra Positif Satpol PP di Tengah Masyarakat DKI Jakarta. https://musniumar.wordpress.com

Walgito B. (2001). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

36

Page 37: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota

BIODATA PENELITI

1. Ketua Peneliti

Nama : Dhini Rama Dhania, S.Psi, M.Si

Tempat, tgl Lahir : Kudus, 23 Mei 1986

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perum Muria Indah 3 No : 44 Bae Kudus

Phone : 085640094823

Email : [email protected]

Pengalaman Penelitian dan Publikasi

1. Penelitian ”Stres Buruh Rokok di kota Kudus, APBU, 2010.

2. Penelitian ”Efektifitas metode sociodrama dalam meningkatkan kecerdasan moral”,

APBU, 2011

3. Penelitian Copyng Stress Pedagang Pasar Kliwon Kab Kudus Pasca Kebakaran, APBU

2012

4. Penelitian Budaya Organisasi UMK Versi OCAI

Demikian data ini saya buat dengan sebenarnya.

Kudus, Januari 2019

Saya yang bersangkutan,

Dhini Rama Dhania, S.Psi, M.Si

37

Page 38: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

2. BIODATA ANGGOTA PENELITI

Nama : Iranita Hervi Mahardayani, S.Psi, M.Psi

Tempat, tgl Lahir : Semarang, 28 Juli 1975

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wanara I / no. 778 Perumahan Kekancanmukti Semarang

Phone : 085325596659

Email : [email protected]

Pengalaman Penelitian dan Publikasi

1. Penelitian “ Persepsi Buruh dan Pengusaha Terhadap Kenaikan Upah Minimum

Kabupaten (UMK) Tahun 2006 di Kabupaten Kudus”, APBU, 2006.

2. Penelitian ”Identifikasi perilaku bullying pada remaja di Kabupaten Kudus”, Dikti, 2010.

3. Penelitian ” Efektivitas Situasional Leadership Training pada Section Head, APBU, 2010

4. Penelitian ” Identifikasi Minat Entrepreneur pada Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan di

Kabupaten Kudus”. APBU, 2012.

5. Penelitian “Survey Budaya Organisasi versi OCAI di Universitas Muria Kudus, APBU,

2012

6. Penelitian “Komitmen Organisasi ditinjau dari Stress Kerja dan Job insecurity pada

karyawan outsourching”, DIKTI, 2016

Demikian data ini saya buat dengan sebenarnya.

Kudus, Januari 2019

Saya yang bersangkutan,

Iranita Hervi Mahardayani, S.Psi, M.Psi

38

Page 39: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Lampiran 1 : Skala Sikap Pedagang Kaki Lima Terhadap Penegakan Perda

PETUNJUK PENGISIAN SKALA SIKAP PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PENEGAKAN

PERATURAN DAERAH (PERDA)Dari beberapa pernyataan dibawah ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan

sesuai diri anda, dengan memberi tanda (x) pada pilihan jawaban yang tersedia. Pilihan

jawaban terdiri dari :

SS (Sangat Setuju) – S (Setuju) – TS (Tidak Setuju) – STS (Sangat Tidak Setuju)

- Selamat Mengerjakan -

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1. Saya mengerti tindakan tegas Satpol PP apabila ada pelanggaran Perda

SS S TS STS

2. Saya menganggap penegakan Perda hanya membuat takut masyarakat saja

SS S TS STS

3. Saya pikir cara penegakan Perda yang dilakukan Satpol PP sudah sesuai dengan aturan yang berlaku

SS S TS STS

4. Saya tidak yakin penegakan Perda oleh Satpol PP dapat membuat sadar masyarakat yang melanggar

SS S TS STS

5. Saya yakin penegakan Perda yang dilakukan oleh Satpol PP untuk menjaga keamanan dan ketertiban

SS S TS STS

6. Saya menganggap penegakan Perda tidak perlu dilakukan

SS S TS STS

7. Saya yakin Satpol PP dapat bekerja efektif untuk mentertibkan masyarakat yang melanggar Perda

SS S TS STS

8. Saya beranggapan penegakan Perda oleh Satpol PP hanya mencari-cari kesalahan saja

SS S TS STS

9. Saya yakin penegakan Perda oleh Satpol PP karena ada yang melanggar

SS S TS STS

10. Saya pikir Satpol PP tebang pilih dalam menertibkan Masyarakat

SS S TS STS

11. Saya merasa aman jika penegakan Perda dilakukan dengan disiplin

SS S TS STS

12. Saya tidak suka dengan penegakan Perda yang dilakukan oleh Satpol PP

SS S TS STS

13. Saya merasa senang penegakan Perda oleh Satpol PP membuat masyarakat kudus menjadi lebih tertib

SS S TS STS

14.Saya pesimis penegakan Perda yang dilakukan Satpol PP dapat berjalan efektif dalam menertibkan masyarakat

SS S TS STS

39

Page 40: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

NO PERNYATAAN SS S TS STS

15.Saya merasa lega melihat Satpol PP berhasil menertibkan masyarakat yang melakukan pelanggaran

SS S TS STS

16. Saya merasa kurang nyaman dengan adanya kegiatan penegakan Perda yang dilakukan oleh Satpol PP

SS S TS STS

17. Saya merasa senang penegakan Perda selalu dilakukan setiap saat

SS S TS STS

18.Saya merasa tidak senang dengan penegakan Perda yang dilakukan Satpol PP karena membuat masyarakat menjadi tidak bebas

SS S TS STS

19. Saya ikut senang penegakan Perda menjadi prioritas dalam menciptakan ketetiban masyarakat

SS S TS STS

20. Saya tidak suka dengan penegakan Perda oleh Satpol PP karena merugikan masyarakat

SS S TS STS

21. Saya mendukung kegiatan penegakan Perda oleh Satpol PP di masyarakat

SS S TS STS

22. Saya tidak peduli penegakan Perda dilakukan atau tidak

SS S TS STS

23. Saya melapor jika ada masyarakat yang melanggar Perda

SS S TS STS

24. Saya tidak peduli dengan kegiatan Satpol PP dalam menegakkan Perda

SS S TS STS

25. Setiap ada sosialisasi tentang Perda saya selalu mengikuti

SS S TS STS

26. Saya tidak tertarik membahas penegakan Perda yang dilakukan Satpol PP

SS S TS STS

27. Saya mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan

SS S TS STS

28. Saya tidak terima dengan penegakan Perda yang dilakukan Satpol PP

SS S TS STS

29. Saya berusaha membantu Pemerintah dalam menertibkan Masyarakat

SS S TS STS

30. Saya malas untuk mengikuti kegiatan sosialisasi Perda dan penegakannya

SS S TS STS

40

Page 41: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Lampiran 2 : Angket Sikap masyarakat terhadap penegakan Perda berbasis budaya

humanis Satpol PP.

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENEGAKAN PERATURAN DAERAH

(PERDA) BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP

Dari beberapa pertanyaan dibawah ini, Anda diminta untuk menjawab pertanyaan

sesuai dengan kondisi diri sendiri yang sebenarnya dengan memberi tanda (x) pada pilihan

jawaban yang tersedia atau mengisi jawaban

NO PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN

1Citra Satpol PP saat ini di mata

Anda adalah ……

Pilih salah satu :a. Buruk (jelaskan dg contoh perilaku, mis arogan,

dll) .............................................................................................................................................................................................................................................

b. Baik (jelaskan dg contoh perilaku, mis tegas, dll)………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

1.Apakah saat ini Satpol PP sudah melakukan penegakan Perda secara humanis ?

Pilih salah satu :a. Yab. Tidakc. Kadang-kadangd. Tidak semua Satpol PPe. Tidak tahu

2.Perilaku humanis apa yang ditunjukkan oleh Satpol PP dalam penegakan Perda adalah …..

Boleh memilih jawaban lebih dari satu ;a. Menegur dengan sopanb. Tidak melakukan tindakan kekerasanc. Memberikan solusid. Tidak pernah bohonge. ………………………………………

(silahkan diisi jika ada jawaban lain)atau

f. Satpol PP tidak humanis dalam penegakan Perda

41

Page 42: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

3.

Apakah gerakan penegakan Perda secara humanis dapat berjalan lebih efektif dalam menjaga ketertiban dan keamanan daripada sebelumnya ?

Pilih salah satu :a. Yab. Tidak yakinc. Mungkind. Tidak akan berhasile. ………………………………………………

……………………………………………………(silahkan diisi jika ada jawaban lain)

4.Apa tanggapan Anda terhadap gerakan penegakan Perda secara humanis

Pilih salah satu :a. Biasa sajab. Senangc. Percuma sajad. Tidak pedulie. Tidak tahuf. ………………………………………………

……………………………………………………

(silahkan diisi jika ada jawaban lain)

5. Bagaimana sikap Anda terhadap gerakan penegakan Perda secara humanis

Pilih salah satu :a. Mendukung ( ke soal no 6)b. Tidak mendukung (ke soal no.7)

6.

Jika menjawab “mendukung” jawab pertanyaan di bawah ini :Apa alasan Anda mendukung gerakan penegakan Perda secara humanis ini ?

Boleh memilih jawaban lebih dari satu ;a. Agar tidak terjadi bentrokan antar masyarakat

dengan Satpol PPb. Agar tidak menimbulkan rasa sakit hati di

hati masyarakatc. Lebih manusiawi akan menjadi lebih baikd. Berharap Kudus menjadi tertib tanpa

kekerasan / pemaksaane. ………………………………………………

……………………………………………..(silahkan diisi jika ada jawaban lain)

7.

Jika menjawab “tidak mendukung” jawab pertanyaan di bawah ini :Apa alasan Anda tidak mendukung gerakan penegakan Perda secara humanis ini ?

Boleh memilih jawaban lebih dari satu ;a. Hanya sebatas teori saja, prakteknya akan sama

menggunakan kekerasanb. Hanya berjalan beberapa saat saja, setelah lama

akan kembali spt semulac. Tidak akan efektif karena bersikap lunak akan

memperbanyak pelanggarand. ……………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………..(silahkan diisi jika ada jawaban lain)

42

Page 43: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

8.Berikan saran Anda kepada Satpol PP agar lebih efektif dalam menegakkan Perda

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

43

Page 44: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

Lampiran 3 : Skala Budaya Humanis Satpol PP

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BUDAYA HUMANIS SATPOL PP

Dari beberapa pernyataan dibawah ini, anda diminta untuk menjawab pernyataan

sesuai diri anda, dengan memberi tanda (x) pada pilihan jawaban yang tersedia.

Pilihan jawaban terdiri dari :

SS (Sangat Setuju) – S (Setuju) – TS (Tidak Setuju) – STS (Sangat Tidak Setuju)

- Selamat Mengerjakan -

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

1 Satpol PP menghargai warga masyarakat SS S TS STS

2 Satpol PP tidak memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengungkapkan pendapatnya

SS S TS STS

3 Satpol PP mau mendengarkan pendapat masyarakat

SS S TS STS

4 Satpol PP sering memaksakan kehendak SS S TS STS

5 Satpol PP mudah diajak komunikasi SS S TS STS

6 Satpol PP menganggap dirinya paling benar SS S TS STS

7 Satpol PP dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam menjaga ketertiban

SS S TS STS

8 Satpol PP bertindak secara sewenang-wenang SS S TS STS

9 Satpol PP mau bekerjasama saat masyarakat butuh bantuan

SS S TS STS

10Satpol PP sulit untuk diajak bekerjasama dalam menertibkan masyarakat tanpa kekerasan

SS S TS STS

11 Satpol PP mampu bekerjasama dengan masyarakat dalam mensosialisasikan Perda

SS S TS STS

12 Satpol PP tidak mau berkoordinasi sebelum melakukan tindakan menertibkan masyarakat

SS S TS STS

13 Satpol PP bekerja tanpa mengenal waktu SS S TS STS

14Satpol PP kurang sabar ketika berhadapan dengan masyarakat yang bertindak anarkis

SS S TS STS

15Satpol PP menjaga ketertiban masyarakat tanpa mengeluh

SS S TS STS

44

Page 45: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

16 Satpol PP tidak mau peduli terhadap kepentingan masyarakat lemah

SS S TS STS

17 Satpol PP rela mengorbankan keselamatan fisiknya dalam menjalankan tugas

SS S TS STS

18Satpol PP mengharapkan imbalan dari masyarakat yang melanggar agar tidak dikenai sangsi

SS S TS STS

19 Satpol PP bekerja dengan penuh kepedulian terhadap masyarakat lemah

SS S TS STS

20 Satpol PP bertindak kasar dalam menjalankan tugas

SS S TS STS

21 Satpol PP peduli dengan kesulitan yang dialami masyarakat

SS S TS STS

22 Satpol PP tidak memberikan jalan keluar bagi para pelanggar Perda

SS S TS STS

23 Sebelum melakukan penertiban Satpol PP memberi masukan untuk membantu masyarakat

SS S TS STS

24 Satpol PP merusak barang jualan milik masyarakat saat melakukan penertiban

SS S TS STS

25 Satpol PP selalu menolong masyarakat sekitar saat ada permasalahan

SS S TS STS

26 Satpol PP enggan membantu masyarakat dalam menertibkan barang jualannya

SS S TS STS

27 Satpol PP berinteraksi baik dengan masyarakat SS S TS STS

28 Satpol PP mengancam dengan keras para Masyarakat pelanggar Perda

SS S TS STS

29 Satpol PP membantu memindahkan barang dagangan masyarakat agar sesuai dengan aturan

SS S TS STS

30Satpol PP tidak mau menolong saat masyarakat butuh bantuan

SS S TS STS

31 Satpol PP terlihat ramah dalam menertibkan masyarakat pelanggar Perda

SS S TS STS

32Satpol PP tidak memiliki rasa iba saat melakukan penertiban

SS S TS STS

33 Satpol PP memberikan kenyamanan saat berinteraksi dengan masyarakat

SS S TS STS

34 Satpol PP tidak pernah mempertimbangkan kerugian yang dialami masyarakat

SS S TS STS

35 Satpol PP selalu proaktif untuk memberikan informasi mengenai penegakan Perda

SS S TS STS

36 Tak jarang para Satpol PP bertindak kasar pada masyarakat

SS S TS STS

45

Page 46: eprints.umk.ac.ideprints.umk.ac.id/12567/1/Laporan penelitian fix Satpol... · Web viewPEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENEGAKAN PERDA BERBASIS BUDAYA HUMANIS SATPOL PP KABUPATEN

LAMPIRAN

PUBLIKASI

46