21
DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/) PENENTUAN BEDA TINGGI DENGAN SIFAT DATAR Adapun Istilah-istilah yang sering di gunakan dalam penentuan beda tinggi ini adalah: 1. Pengukuran Tinggi, pengukuran beda tinggi adalah pengukuran yang dilaksankan di lapangan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih. 2. Bidang nivo, adalah suatu permukaan yang melengkung rata dan semua garis arah gaya berat yang melalaui titik-titik pada bidang permukaan akan tegak lurus terhadap bidang permukaan tersebut. 3. Geoid, yaitu bidang nivo yang terletak pada ketinggian muka air laut rata-rata. 4. Garis nivo, adalah adalah garis yang terletak pada bidang nivo, sehingga semua garis arah gaya berat yang melalui titik pada garis tersebut akan tegak lurus terhadap garis nivo tersebut. 5. Garis mendatar (Horizontal), adalah garis lurus yang menyinggung satu titik pada garis nivo dan tegak lurus terhadap arah garis gaya berat yang melalui titik tersebut. 6. Bidang datum/referensi vertical, adalah suatu bidang nivo tertentu awal dari titik-titik mulai dihitung. 7. Ketinggian dan beda tinggi, ketinggian adalah jarak vertical titik tersebut terhadap bidang referensi, sedangkan beda tinggi adalah jarak vertical antara dua bidang nivo 8. Sudut Vertikal, adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis lurus yang berpotongan dan terletak ada bidang vertical. 9. Benchmark(BM), adalah suatu titik tetap yang diketahui ketinggian terhadap geoid Gambar 12.1 Bidang nivo dan geoid

Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

PENENTUAN BEDA TINGGI DENGAN SIFAT DATAR

Adapun Istilah-istilah yang sering di gunakan dalam penentuan beda tinggi ini

adalah:

1. Pengukuran Tinggi, pengukuran beda tinggi adalah pengukuran yang dilaksankan di

lapangan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih.

2. Bidang nivo, adalah suatu permukaan yang melengkung rata dan semua garis arah

gaya berat yang melalaui titik-titik pada bidang permukaan akan tegak lurus terhadap

bidang permukaan tersebut.

3. Geoid, yaitu bidang nivo yang terletak pada ketinggian muka air laut rata-rata.

4. Garis nivo, adalah adalah garis yang terletak pada bidang nivo, sehingga semua garis

arah gaya berat yang melalui titik pada garis tersebut akan tegak lurus terhadap garis

nivo tersebut.

5. Garis mendatar (Horizontal), adalah garis lurus yang menyinggung satu titik pada

garis nivo dan tegak lurus terhadap arah garis gaya berat yang melalui titik tersebut.

6. Bidang datum/referensi vertical, adalah suatu bidang nivo tertentu awal dari titik-titik

mulai dihitung.

7. Ketinggian dan beda tinggi, ketinggian adalah jarak vertical titik tersebut terhadap

bidang referensi, sedangkan beda tinggi adalah jarak vertical antara dua bidang nivo

8. Sudut Vertikal, adalah sudut yang dibentuk oleh dua garis lurus yang berpotongan dan

terletak ada bidang vertical.

9. Benchmark(BM), adalah suatu titik tetap yang diketahui ketinggian terhadap geoid

Gambar 12.1 Bidang nivo dan geoid

Page 2: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Gambar12.2 Bidang mendatar

Gambar12.3 Ketinggian dan beda tinggi

12.1.DASAR TEORI

Pengukuran sipat datar untuk menentukan beda tinggi dan ketinggian titik-titik

dilapangan, dilakukan dengan memakai alat ukur sifat datar dan rambu ukur.

Gambar 12.4. Bayangan rambu ukur yang dilihat okuler teropong waterpass

Page 3: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Misalkan akan ditentukan Beda tinggi antara titik A ke titik B,sehingga rambu ukur

yang ditempatkan diatas Titik A disebut rambu ukur belakang dan yang diatas titik B

disebut rambu ukur muka.

Gambar 12.5

Bila titik A dan B berdekatan maka bidang-bidang nivo yang melalui titik A dan B

tersebut dapat dianggap sebagai bidang-bidang yang sejajar. Disamping itu,karena jari-jari

bidang nivo sangat besar maka bidang-bidang mendatar yang sejajar . dengan demikian

bedatingi antara titik A dan B adalah jarak vertical antara dua bidang mendatar yang sejajar

yang masinng-masingnya melalui titik A dan B.

Gambar 12.6

Karena pada teropong , benang diafragma horizontalnya terdiri atas benang atas

benang tengah dan benang bawah maka yang dimaksud beda tinggi adalah selisih bacaan

skala rambu ukur yang ditunjukan benang tengah diafragma horizontal ke A dan B

Page 4: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

��� � �� � �

Dimana :

��� � Beda tinggi antara titik A dan B

�� � Bacaan benang tengah ke diafragma ke skala rambuukur belakang (titik A)

� � Bacaan benang tengah diafragma ke skala rambu ukur belakang (titik B)

Jika diketahui ketinggian titik A terhadap bidang referensi, maka ketinggian titik B

dapat ditentukan yaitu :

� � � � ���

Apabila akan ditentukan beda tinggi antara dua titik yang letaknya sangat

berjauhan, maka pengukuran sifat datar dibagi atas beberapa seksi dengan cara memasng

patok-patok pada tempat yang baik dan aman di lapangan sepanjang jalur pengukuran sifat

datar antara kedua titik tersebut.

Gambar 12.7

Pembagian atas beberapa seksi tersebut berdasarkan ketentuan, bahwa pengukuran

sifat datar antara dua titik yang ditandai. Dengan patok-patok dilapangan harus mampu

diselesaikan dalam 1 hari secara bolak balik atau pulang pergi.

Setiap seksi harus diukur dengan cara membaginya atas beberapa slag dengan

jumlah genap. Jarak atau panjang slag sebaiknya tidak lebih besar dari 120 m. karena jarak

pandang terbaik dari alat sifat datar ke rambu sekitar 30 m -60 m. sedangkan jumlah slag

Page 5: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

genap di maksudkan untuk menghindarkan secara langsung pengaruh dari kesalahan nol

rambu terhadap hasil ukuran beda tinggi dengan prosedur penempatan rambu secara selang

seling.

Perhatikan gambar 12.7. untuk menentukan beda tinggi antara titik A dan B yang

berjauhan dilakukan pengukuran beda tinggi antara beberapa seksi dan setiap seksi dibagi

atas beberapa slag dengan jumlah genap. Dengan demikian beda tinggi antara titik A dan B

adalah jumlah beda tinggi setiap seksi atau jumlah beda tinggi setiap slag,yaitu:

Seksi A1:

-slag Aa : ��� � � � � �

-slag ab ; ��� � � � � �

-slag bc : ��� � � � � �

-slag c1 : ��� � � � � � +

��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ���

Atau : ��� = ∑ ���

Atau : ��� = ∑ � � ∑

Page 6: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

12.1.1 Teknik-teknik pengukuran sifat datar

1. Menempatkan alat sifat datar diatas salah satu stasion

Gambar12.8

Beda tinggi antara titik A dan B adalah :

��� � �� �

Dimana :

�� = tinggi alat water pass dari titik A

� Bacaan benang tengah diafragma ke skala rambu ukur yang ditempatkan

diatas titik B

2. Menempatkan alat sifat datar diantara kedua stasion

Perhatikan gambar 12.5, maka beda tinggi antara A dan B adalah :

��� � �� � �

3. Menempatkan alat sifat datar diluar antara kedua stasion

Gambar 12.9

Page 7: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Dari ketiga ketiga teknik pengukuran sifat datar diatas, maka teknik no 2 akan

memberikan ketelitian pengukuran lebih baik dibandingkan teknik pengukuran yang

lainnya.

12.1.2 Kesalahan Garis bidik

Kesalahan garis bidik adalah kesalahan yang timbul akibat tidak sejajarnya garis

bidik dengan garis nivo. Walaupun alat ukur waterpass telah dirancang sedemikian rupa

dan tidak dapat digerak-gerakkan dalam arah vertical, namun kesalahan garis bidik yang

mungkin ada sebaiknya tetap di perhitungkan.

Harga kesalahan garis bidik dapat di ketahui dengan cara pemeriksaan dan hitungan

seperti berikut (perhatikan gambar 12.10)

Pada daerah pengukuran di pilih tempat mendatar dan cukup rata. Tempatkan dan

tegakkan dua rambu berjarak sekitar 100-200 m.alat sifat datar di tempatkan diantara

kedua rambu pada dua posisi yang berbeda (double stand). Dari masing-masing stand

dilakukan pengamatan dan pembacaan rambu muka dan belakang yang di tunjukkan

benang atas, benang tengah, dan benang bawah diafragma horizontal.

Gambar : 12.10

Dari data-data yang diperoleh dapat di lakukan hitungan untuk menentukan harga

kesalahan garis bidik untuk alat sifat datar tersebut, yaitu :

Page 8: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Data ukuran :

a. Dari stand I :

-harga bacaan skala rambu ukur belakang : bacaan benang atas=ba1, bacaan benang

bawah = bb1 dan bacaan benang tengah =bt1

-harga bacaan skala rambu ukur muka: bacaan benang atas =ma1, benang tengah

=mt1, benang bawah= mb1

b. dari stand II

di peroleh pula bacaan skala rambu, yaitu ba2, bt2, bb2, ma2, mt2, mb2.

Sehingga :

�� � � ������������������������� ��������� ��

Dimana :

�� � � kesalahan garis bidik

Db = jarak alat waterpass ke rambu belakang

Dm = Jarak alat waterpass ke rambu muka

12.1.3 Kesalahan nol rambu

Gambar 12.11

Page 9: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Pada umumnya dalam pengukuran sifat datar di gunakan 2 rambu ukur. Salah satu

atau keduanya dari rambu ukur tersebut karena sering di pakai ada yang telah aus.dan

akibatnya panjang rambu lebih pendek dari yang sebenarnya.

12.1.4 Kesalahan miringnya rambu

Bila rambu tidak berdiri betul-betul tegak, mengakibatkan hasil pengukuran sifat

datar tidak lagi benar karena di pengaruhi kesalahan miringnya rambu. Oleh karena itu

pada waktu pengukuran, di usahakan selalu agar rambu benar-benar tegak, sebab akibat

kesalahan ini tak dapat di eliminir langsung di lapangan.

Gambar 12.12

Pada gambar 12.12 terlihat bahwa rambu miring sebesar γ, sehingga harga beda tinggi

yang di peroleh antara titik A dan B adalah :

��� � �� �

Seharusnya :

�!�� � �� � !

Jadi , apabila ketinggian titik A lebih besar dari ketinggian titik B, maka harga beda tinggi

yang di peroleh akibat miringnnya rambu sellau lebih besar dari harga beda tinggi yang

sebenarnya. Begitu juga sebaliknya.

Page 10: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

12.1.5 Kesalahan Pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi

Bila dilakukan pengukuran sifat datar dari titik P ke Q (lihat gambar 12.12) maka

menurut defenisi beda tinggi P dan Q adalah :

�"# � � � "

Tetapi dari data hasil pengukuran bila tidak ada pengaruh refraksi udara, maka

garis bidik akan menunnjuk skala m’. harga (m’- m”) di sebut kesalahan pengaruh

kelengkungan Bumi.

(m’- m”) =. ��

%&

Karena lapisan Udara di atas P dan Q mempunyai kerapatan tidak sama maka garis

bidik ke m’ akan di biaskan ke m. harga (m’ – m) disebut Kesalahan pengaruh refraksi

udara

(m’- m) = k. ��

%&

Jadi, harga kesalahan pengaruh refraksi udara dan kesalahan pengaruh

kelengkungan Bumi (m – m”) adalah:

(m – m”) = (m’ – m”) – (m’ – m)

=(1 – k). ��

%&

Bila dilakukan pengukuran sifat datar antara titik O dan Q, maka diperoleh harga

kesalahan pengaruh refraksi udara dan kesalahan pengaruh kelengkungan Bumi adalah :

∆h = ��'%&

((�% � (�

% �

Dimana :

∆h = kesalahan pengaruh refraksi dan kesalahan pengaruh kelengkungan Bumi

K ≈ Koefisien refraksi Udara (≈ 0.14)

R =Jari-jari Bumi (=6370 km)

Db= jarak dari alat ke rambu belakang

Dm=jarak dari alat ke rambu muka

12.2 Prosedur pengukuran dan hitungan

Misalkan di ukur beda tinggi antara A dan B dengan teknik penyipatan datar

menempatkan waterpass di antara 2 stasiun.

Page 11: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

1. Prosedur Pengukuran

a. Jika jarak A dan B sangat berjauhan dan telah di prakirakan bahwa pengukuran

sifat datar Pulang-pergi dari A ke B tidak mampu diselesaikan dalam 1 hari. Maka

bagi lah pengukuran dalam beberapa seksi ditandai dengan patok yang kuat dan d

prakirakan setiap seksinya mampu di selesaikan dalam 1 hari.

b. Sebelum alat waterpass di gunakan untuk pengukuran dan begitupun setelah selesai

pengukuran setiap harinya, harus dilakukan pemeriksaan kesalahan garis bidik alat,

sehingga diketahui kesalahn garis bidik setiap harinya.

c. Pengukuran harus di lakukan dalam jumlahslag genap untuk setiap seksinya, dan

cara perpindahan rambu harus bergantian secara selang seling sebagai rambu muka

dan belakang. Hal ini diperlukan agar kesalahan nol rambu dapat tereliminir

langsung dan tidak berpengaruh terhadap hasil ukuran

d. Rambu harus diletakkan diatas stratpot (tatakan) atau diatas patok yang kuat

e. Usahakan penempatan alatsedemikian rupa sehingga untuk setiap seksinya dapat di

peroleh jumlah jarak alat ke rambu belakang hamper sama dengan jumlah jarak alat

ke rambu muka

f. Jarak maksimal antara alat ke rambu usahakan tidak lebih dari 60 meter, pada

waktu terik matahari jarak tersebut harus di perpendek sampai 40 m.

g. Alat harus didirikan pada tanah yang keras dan stabil.

h. Alat harus di payungi terutama pada waktu terik matahari.

i. Sebelum dilakukan pembacaan skala rambu, harus selalu dilakukan pemeriksaan

apakah gelembung nivo tabung telah di tengah atau(berkoisidensi). Kalau belum

maka lakukan pengaturan dulu sampai gelembung nivo tepat di tengah, kemudian

baru dilakukan pembacaan skala rambu.

j. Pembacaan skala rambu harus selalu di dahulukan ke rambu belakang, kemudian ke

rambu muka.

k. Pada sat dilakukan pembacaan rambu usahakan rambu berdiri se vertical mungkin.

l. Pembacaan ke skala rambu sebaiknya di mulai dari pembacaan benang tengah

kemudian benang atas baru dilanjutkan benang bawah. Usahakan urutan

pembacaan selalu konsisten agar tidak terjadi kekekliruan dalam pencatatan data.

2. Prosedur hitungan

Page 12: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

a. Hitung pembacaan benang tengah ke skala rambu belakang(∑ b t)dan jumlah

pembacaan benang tengah ke skala rambu muka (∑m t)

b. Hitung jumlah jarak alat ke rambu belakang (∑D b) dan jumlah jarak alatke rambu

muka (∑D m).Harga Db dan D m di peroleh dari hasil hitungan optis.

c. Beda tinggi ukuran satu seksi (= satu hari) adalah :

��� � �∑� � ∑ �

d. Jika pengaruh kesalahan garis bidik di perhitungkan, maka hitunglah harga rata-rata

kesalahan garis bidik dari data-data yang di peroleh pada pemeriksaan alat yang

dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran pada hari tesebut.

e. Beda tinggi ukuran setelah di berikan koreksi garis bidik, adalah

���) � �∑� � ∑ � - �∑(� � ∑(�� . �� �

f. Jika di perhitungkan kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi, maka

beda tinggi ukuran adalah :

���" � �∑� � ∑ � - �∑(� � ∑(�� . �� � –

��'%&

. (∑(�% � (�

% �

12.3 Kontrol dan toleransi pengukuran

Untuk menghindari kesalahan dalam menaksir skala dan pencatatan data, maka si

pencatat harus selalu mengontrol setiap satu set data pengamatan (BT, BA dan BB),

Dimana:

2 BT ≈ BA + BB

Bila perbedaan harga antara 2 BT dengan (BA+BB) lebbih besar dari 2 mm, maka

pengamtan uuntuk set bersangkutan harus langsung di ulang.

Untuk mengetahui baik tidaknya hasil pengukuran sifat datar (terutama sifat datar

memanjang), maka di tentukan batas toleransi pengukuran sifat datar sebagai berikut:

T = ± k +(�'��

Dimana:

T = toleransi pengukuran sifat datar dalam satuan mm

K = konstanta tingkat ketelitian pengukuran, pada umumnya untuk keperluan

Praktis : k = 10

D = jarak antara 2 titik yang di ukur beda tingginya dalam satuan kilometer (km)

Jadi bila diukur beda tinggi antara 2 titik secara pulang pergi, maka selisih harga

beda tinggi pergi dan pulang tidak boleh lebih dari T

Page 13: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

12.4 Macam-macam pengukuran sifat datar

Ada 6 macam pengukuran sifat datar yang umum dan sering di gunakan,yaitu :

- Sifat datar memanjang

- Sift datar propel yang terdiri dari propel memanjang dan propel melintang.

- Sifat datar luas (spot-heights)

- Reciprocal leveling, dan

- Sifat datar teliti (precise leveling)

12.4.1 Sifat datar memanjang

Pengukuran sifat datar memanjang adalah pennguukuran sifat datar untuk

mennentukan beda tinggi dan ketinggian titik-titik kerangka dasar.

Pengukuran sifat datar memanjang harus dilakukan pulang-pergi untuk penentuan beda

tinggi dan titik-titik kerangka dasar yang berbentukk jaringan polygon terrbuka yang tidak

diketahui ketinggian titiik awal dan akhirnya (salah satu atau keduanya)

Sedangkan untuk menentukan beda tinggi atau ketinggian titik-titik kerangka dasar

yang berbentuk :

- Jaringan polygon terbuka yang diketahui ketinggian titik awal dan akhirnya.

- Jaringan polygon tertutup.

- Jarring segitiga dan

- Jarring triangulasi.

Maka pengukuran sifat datar memanjang boleh dan cukup hanya dilakukan sekali jalan

saja.

Prosedur hitungan ketinggian titik-titik ketinggian kerangka dasar adalah sebagai

berikut :

1. Sifat datar memanjang pulang pergi

Pengukuran satu titik ke titik kerangka dasar lainnya yang berurutan, disebut

pengukuran satu seksi. Untuk setiap seksinya di hitung masing-masing harga beda

tinggi pulang dan perginya dengan prosedur perhitungan sama seperti prosedur

pada bab 12.2

Selanjutnya dilakukan prosedur perhitungan sebagai berikut:

a. Hitung harga selisih pulang dan pergiyang telah bebas darin kesalahan garis

bidik dan pengaruh dari refraksi dan kelengkungan bumi :

W = �,-./� � �,01�2/

Page 14: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Catatan;

Tanda harga h pulang harus sama dengan tanda h pergi.jadi bila tanda hpergi “+” maka

tanda h pulang juga harus “+”.

b. Bila ada harga W untuk setiap seksi lebih besar dari toleransi pengukuran, maka

pengukuran pada seksi bersangkutan harus di ulang.

c. Harga beda tinggi sebenarnya untuk setiap seksi adalah harga rata-rata antara h

pergi dan h pulang pada masing-masing seksi tersebut.

d. Jika di defenisikan/diketahui harga ketinggian titik awal, maka ketinggian titik-

titik kerangka dasar lainnya dapat di hitung.

2. Sifat datar memanjang sekali jalan

a. Prosedur hitungan untuk memperoleh harga beda tinggi yang bebas dari

kesalahan garis bidik, refraksi dan kelengkungan bumi untuk setiap seksi sama

dengan prosedur di atas.

b. Selanjutnya hitung salah penutup beda tinggi :

- Untuk jaringan polygon terbuka yang di ketahui titik awal dan akhirnya :

W = ∑h – (�'3�. � �4�1)

- Untuk polygon tertutup, jarring segitiga dan triangulasi :

W = ∑h

Jika W lebih besar dari toleransi pengukuran sifat datar (T), maka

pengukuran harus di ulang.

c. Koreksi beda tinggi untuk masing-masing seksi :

∆��� � � �2 . w

Dimana:

n= jumlah seksi dalam jaringan kerangka dasar.

d. Beda tinggi sesungguhnya untuk masing-masing seksi adalah �5�� � ��� � 6���

e. Hitungan keinggian titik-titik kerangka dasar dspst dilskuksn jiks dikrtshui

ketinggian titi kawal.

12.4.2 Sifat datar propil

Sipat datar propel terdiri atas 2 macam :

- Propil memanjang, dan

- Propel melintang

Page 15: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

1. Propil memanjang

Maksud dan tujuan pengukuran propel memanjang adalah untuk menentukan

ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat di

gambarkan irisan tegak keadaan permukaan tanah sepanjang garis rencana proyek

tersebut.

Gambar irisan tegak keadaan permukaan tanah (lapangan) sepanjang garis rencana

proyektersebut di sebut propel memanjang.

a. Prosedur pengukuran dan perhitungan

Dilapangan ,sepanjang garis rencana garis proyek dipasang patok-patok dari

kayu atau beton yang menyatakan sumbu proyek. Patok-patok ini digunakan

untuk pengukuran propel memanjang.

Gambar 12.13

Gambar 12.14

Page 16: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Terlebih dahulu lakukan pngukuran sipat datar memanjang untuk menentukan

beda tinggi antara titik 1 dan 2, titik2 dan 3, titik 3 dan 4. Dan tentukan

ketinggian titik 2, 3 dan 4 yang di hitung dari titik 1.

Selanjutnya di lakukan propel pengukuran memanjang sepanjang garis rencana

proyek, yaitu mengukur dan menentukan ketinggian titik-tiik khusus sepanjang

garis rencana proyek seperti dasar dan puncak daerah bergelombang (berbukit-

bukit), ujung dan tengah lerengan, tepi air kali atau tepi air sungaidan lain-

lainnya.

b. Prosedur penggambaran

Setelahdi ketahui ketinggian titik-titik kerangka dasar (1, 2, 3 dan 4), kemudian

telah di hitung ketinggian titik-titik propel( titik a, b, c, d pada seksi 1-2dan

seksi 2-3 titik a dan b pada seksi 3-4), maka penggambaran siap dilakukan.

Untuk menggambarka propil memanjang terlebih dahulu harus ditentikan skala

untuk jarak(panjang garis proyek) dan tinggi. Karena jarak akan lebih panjang

dari tinggi, maka skala untuk jarak dan tinggi diambil berbeda. Skala jaraklebih

kecil dari skala tinggi misalnya diambil skala jarak 1 : 1000 dan skal tinggi 1 :

100. Untuk menghemat penggunaan kertas sebaiknya ketinggian titik-titik di

translasikan terhadap bidang persamaan ketinggian, sehingga ketinggian titik-

titik terhadap bidang persamaan akan menjadi lebih kecil

Penggambaran dapat dilakukan :

- Sediakan kertas gambar . penggambaran akan lebih cepat apabila di gunakan

kertas millimeter.

- Perhatikan gambar 12.14, yang pertama di gambarkan adalah 4 garis mendatar

dengan jarak tertentu.

- Pada garis pertama di tuliskan nomor titik-titik kerangka dasar dan nomor titik-

titik propil denggan jarak satu sama lainnya sesuaidengan jaraknya masing-

masing dalam skala 1 : 1.000

- Diantara garis pertama dan garis kedua pada garis tegak yang melalui masing

masing titikdi tuliskan angka jarak titik tersebut di lapangan.

- Di antara garis kedua dan ketiga kedua pada garis tegak yang melalui masing

masing titikdi tuliskan angka ketinggian masing-masing titik.

- Garis ke empat adalah garis/bidang persamaan ketinggian.

Page 17: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

- Pada garis tegak yang melalui masing-masing titik, di tandai posisi-posisi titik

tersebut pada ketinggian yng sesuai dengan jaraknya terhadap bidang persamaan

dalam skala 1 : 100

- Hubungkannmasing-masing titik tersebut, sehingga di peroleh propil memanjang

permukaan tanah daerah proyek.

- Kemudia rencanakan dan gambarkan propil memanjang garis rencana proyek

yang feasible, sesuai dengan kondisi lapangan dan ketentuan-ketentuan yang

harus di penuhi dalam perencanaan tersebut

- Perpotongan-perpotongan antara propil memanjang permukaan tanahdan garis

rencana proyek, akan menggambarkan irisan memanjang daerah galian dan

timbunan tanah daerah proyek tersebut.

- Harga gradient garis rencana proyekuntuk masing—masing sub tali busur (%), di

tuliskan pada kolom diantara garis ketiga dengan garis keempat ( bidang

persamann)

2. Propil melintang

Maksud dan tujuan pengukuran propil melintang adalah untuk menentukan

ketinggian titik-titik (propil permukaan tanah ) sepanjang garis tegak lurus terhadap

garis rencana proyek atau sepanjang garis yang membagi sama besar sudut antara

dua sub garis rencana proyek yang berpotongan (lihat gambar 12.15)

Gambar 12.15

Page 18: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

Gambar 12.16

Sebagai contoh, lihat gambar 12.15. pada titik-titik (patok-patok) :1, a (=1a), b

(=2b),… b (=3b) dan 4, di buat propil melintang terhadap garis rencana proyek.

Panjang masing-masing propil melintang tersebut tergantung pada kebutuhan,

tetapi pada umumnya berkisar antara 100 sampai 120 m ( terhadap kiri kanan garis

rencana proyek berjarak sekitar 50-60 m).

Yang di ukur pada propil melintang adalah ketinggian titik-titik detail untuk tiap

jarak tertentusepanjang garis propil melintang, misalnya untuk setiap titik pada

jarak-jarak 10 m sepanjang garis propil melintang tersebut.

Adapun prosedur pengukuran, perhitungan dan penggambaran sama halnya seperti

pada propil memanjang, umumnya skala jarak dan tinggi pada propil melintang di

buat sama.

3. Pekerjaan Tanah (earth work)

Dalam pekerjaan teknik sipil, pekerjaan yang menyangkut penimbunan, penggalian

dan pemindahan tanah di sebut pekerjaan tanah (Earth work ). Untuk keperluan

tersebut perlu di lakukan pekerjaan pengukuran propil memanjang dan propil

melintang untuk mengetahui besarnya volume tanah yang akan di gali, di timbun

maupun untuk pemindahan tanah.

Rumus umum sederhana untuk menghitung volume galian dan volume timbunan

adalah :

7 � 8� � 8%

2 . (

Dimana :

V = volume galian atau timbunan tanah.

A = luas irisan tanah (galian/timbunan) pada propil melintang. Sedangkan A1 dan

Page 19: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

A2 adalah luas dari dua irisan tanah(galian/timbunan)propil melintang yang

berjarak sebesar D m.

D= panjang propil memanjang antara dua propil melintang pada garis rencana

Proyek

12.4.3 Sifat datar luas (spot-heights)

Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau

pertamanan, pada umumnya perlu di ketahui keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah

(relief permukaan tanah). Untuk itu dilakukan pengukuran sifat datar luas dengan

mengukur sebanyak mungkin ketinggian titik-titik detail permukaan tanah.

Gambar 12.17

Kerapatan dan letak titik-titik detail yang akan di amati ketinggiannya, diatur sesuai

dengan kebutuhan . makin rapat titik-titiknya akan dapat memberikan relief gambaran

permukaan tanah lebih baik. Bentuk permukaan tanah akan di lukiskan oleh garis-garis

yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, yang di sebut garis

kontur.

Supaya pekerjaan pengukuran berjalan dengan cepat maka pilih lah tempat

meletakkan alat ukur sedemikian rupa sehingga dapat di bidik sebanyak mungkin titik-titik

di sekitarnya.

Setelah diukur dan di hitung ketinggian titik-titk detail, maka pada kertas gambar

dilukiskan letak titik-titik detail tersebut, dan pada titik-titik bersangkutan dituliskan

Page 20: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

angka-angka ketinggiannya. Dengan cara interpolasi dapat di lukiskan garis-garis

konturnya. Dari garis-garis kontur yang terggambar dapat di lihat bentuk atau relief

permukaan tanah.

Pada gambar 12.17 merupakan salah satu teknik penyipatan datar luas dengan

menggunakan system kotak (raster).pada gambar tersebut dapat di lihat garis-garis kontur

(4,0 ; 5,0 ; 6.0 ;… 11.0) yang diperoleh dari hasil interpolasi sehingga di peroleh garis-

garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama di

permukaan tanah.

12.4.4 Sifat datar resiprokal (reciprocal leveling)

Sifat datar resiprokal di gunakan apabila kita tidak dapat menempatkan alat sifat

datar diantara dua titik yang akan di tentukan beda tingginya. (dalam teknik penyipatan

datar, metoda ini adalah tiada lain teknik penyipatan datar dengan caramenempatkan alat

sifat datar di luar antara dua stasion)

Gambar 12.18

Misalkan akan di tentukan beda tinggi antara titik A-B yang terletak berseberangan

di pinggir sungai . dengan cara melakukan pengukuran sifat datar pulang pergi yang di

laksanakan dengan teknik dan prosedur pengukuran tertentu maka beda tinggi titik A dan

B dapat ditentukan yaitu :

��� � �: � �� � �:) � �) �

2

Pada umumnya metoda reciprocal leveling ini di gunakan untuk menentukan beda

tinggi antara dua titik yang berjarak jauh yang dipisahkan oleh sungai atau lembah yang

Page 21: Penentuan Beda Tinggi Dengan Sifat Datar

DI@My(http://aku-kau-dan-mereka.blogspot.com/)

lebar dengan tujuan untuk memperoleh hasil pengukuran yang teliti. Alat sifat datar yang

di gunakan adalah alat sifat datar tipe jungkit.