94
1 PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.102 (STUDI KASUS PADA PT BANK SYARIAH BANK RAKYAT INDONESIA, KANTOR CABANG MAKASSAR) SKRIPSI ANDI GUNARSIH A 311 04 066 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010

PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

1

PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI

PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.102 (STUDI

KASUS PADA PT BANK SYARIAH BANK RAKYAT

INDONESIA, KANTOR CABANG MAKASSAR)

SKRIPSI

ANDI GUNARSIH

A 311 04 066

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2010

Page 2: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

2

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI PERBANKAN

SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO.102 (STUDI KASUS PADA PT BANK

SYARIAH BANK RAKYAT INDONESIA, KANTOR CABANG MAKASSAR)

NAMA : ANDI GUNARSIH

NIM : A31104066

Makassar, 11 Februari 2010

Telah disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Abd. Hamid Habbe, SE, M. Si Drs. Abd. Rahman, Ak

Nip. 132002441 Nip.132002437

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Dr. H. Abd. Hamid Habbe, SE, M. Si

Nip. 132002441

Page 3: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

3

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus para Rasul, menurunkan al-Kitab,

membuat syari‟at , menetapkan hukum, dan menjelaskan halal dan haram kepada

hamba-hamba-Nya. Segala puji bagi Allah yang hanya milik-Nya segala puji-pujian

seluruhnya, hanya kepada-Nya kita mengabdi dan memohon pertolongan, dan

kepada-Nya kita bersyukur atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Aku

bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang Haq diibadahi dengan benar kecuali Allah yang

Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba

dan Rasul-Nya. Semoga shalawat serta salam terlimpah kepadanya, keluarganya dan

para sahabatnya.

Selanjutnya kepada Mama & Bapak yang sangat aku cintai. Trimakasih sudah

menyayangiku, selalu mendoakanku, selalu berkorban untukku. Ya Rabb… terima

kasih telah menitipkan hamba kepada dua orang luar biasa ini. Sungguh hamba-Mu

ini lemah tidak akan sanggup membalas jasa-jasa mereka, namun izinkanlah hamba

menjadi anak yang sholeh, anak yang berbakti kepada mereka, hingga hamba dapat

membahagiakan & membuat mereka bangga di dunia maupun di akhirat. Amiinn…!!!

Kepada Kakak yang ku sayangi Wawan & Dandhy (timakasih telah

menjagaku selama ini dan selalu menasehatiku), adik2Q tercinta Budhy &

Page 4: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

4

Acho‟(trimakasih ya de‟ sudah jadi adik yang baik dan patuh sama kakaknya),

keponakanku Dhina dan IparQ Nidhar (kehadiran kalian membawa warna baru dalam

keluarga kita), aku bangga memiliki kalian. Semoga Allah membukakan petunjuk-

Nya kepada kita, senantiasa menjaga kita dijalan-Nya, agar kebersamaan kita tidak

hanya di dunia akan tetapi juga dijannah-Nya. Amiiinn….!!!

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak untuk

memperlancar proses study maupun penelitian, untuk itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. H. Abd. Hamid Habbe, SE, M. Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan

sekaligus merangkap sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, dan saran kepada penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini.

2. Drs. Abd. Rahman, Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini dengan penuh ketelitian dan kesabaran.

3. Seluruh karyawan dan karyawati PT Bank Syariah Bank Bank Rakyat

Indonesia, Kantor Cabang Makassar. Terutama kepada Pa Eka dan Pa Andi

Maulana yang telah banyak membantu dan memberikan pelayanan yang baik

kepada penulis selama melakukan penelitian.

Page 5: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

5

4. Saudari2Q di Dept. Kemuslimahan KM. MDI : Sani, Ika, Sukma, Mawar, Wanti,

Marisna, Uni, Sri, Tini, Nur, Eda, Ulfah,Hafsyah, Astrid, Nisa, Cimma, Dani ’07, Dani ’08, Fite’, Lisa,

Dahlia, Mia, Ana, Tuti, Sani’07, Fira, Alam, Titin, Yati. Syukran atas bantuan, doa dan

dukungannya, semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik. Ana

uhhibbukunna fiellah.

5. Saudari2Q di C10/7: Yayank yang selalu mendukungku dengan semangat 45, Mala

yang selalu mendoakanku dengan tulus, K Syukriyyah yang selalu menasehatiku, K

Utami Chandrawhathi yang selalu mengingatkanku untuk terus berusaha dan berjuang,

Adhe yang selalu membuatku tertawa, Novi, Echie, Lilies, Nhia yang baik hati dan

tidak sombong. Ana uhhibbukunna fiellah..

6. Saudari2Q di An-nisaa’7: Uni, Tini, Ilma, Ummu Syarif, Lela, Eka, Nuning, Najwah, Yanie, Isra,

Ummu Afif. Tetap semangat ukh.., semoga Allah mengistiqomahkan kita

dijalan-Nya.amiiinn….!!! K Syifa (cepat pulang ka.., kami merindukanmu...!)

7. Teman2 seperjuangan: Rhya, Nina, Diana, Dian, Edha, Tuti, Wida, Hasni, wilda, lhya,

Ummi. Yang telah banyak memberi kenangan selama di bangku kuliah.

Dinhi & Anhi (smangaat…….!!!)

Page 6: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

6

8. Semua pihak yang selalu berdoa untuk kebaikanku yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala bantuan yang telah

diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan masih amat jauh dari kesempurnaan. Olehnya, penulis menerima

dengan tangan terbuka atas segala kritik dan sumbang sarannya.

Akhir kata, segala kekurangan datang dari penulis sebagai manusia yang

dhaif, dan kesempurnaan hanya milik Allah subahanahu wa ta‟ala. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 09 Februari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………….………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………………………………………... ii

Page 7: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

7

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. viii

ABSTRAK……………………………………………………………………… xi

BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 4

1.3 Tujuan…………………………………………………………………... 5

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………… 5

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Perbankan Syariah…………………………………... 7

2.1.1 Definisi Bank Syariah…………………………………………... 7

2.1.2 Tujuan Sistem Perbankan Syariah………………………………. 7

2.1.3 Operasional Bank Syariah…………………………….………… 9

2.1.4 Laporan Keuangan Bank Syariah……………………………….. 11

2.2 Tinjauan tentang Riba…………………………………………………… 14

2.2.1 Larangan Riba dalam Al Qur‟an………………………………… 15

2.2.2 Larangan Riba dalam Hadits……….……………………………. 17

2.3 Tinjauan tentang Murabahah…………….………………………………. 18

Page 8: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

8

2.3.1 Karakteristik Murabahah…………………..……………………... 18

2.3.2 Landasan Syariah………………………...……………………….. 21

2.4 Prinsip Dasar Jual Beli menurut Islam………………………………….. 25

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian………………………………………………………… 34

3.2 Variabel Penelitian………………………………………………………. 34

3.3 Metode Pengumpulan Data……………………………………………… 34

3.4 Jenis dan Sumber Da…………………………………………...………... 35

3.4.1 Jenis Data…………………………………………………...…… 35

3.4.1 Sumber data……………………………………………………… 36

3.5 Metode Analisis………………………………………………………….. 36

BAB. IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan…………………………………………..…. 37

4.2 Peranan PT. Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang

Makassar…………………………………………………………………. 38

4.3 Struktur Organisasi………..……………………………………………... 39

4.4 Uraian Tugas….…………………………………………………………. 40

BAB. V PEMBAHASAN

Page 9: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

9

5.1 Analisis Kesesuaian Kebijakan PT. Bank Syariah BRI Kantor Cabang

Makassar dengan PSAK No. 102………………………………………… 45

5.2 Jurnal Akuntansi Murabahah………….………………………………… 57

5.2.1 Jurnal Akuntansi Berdasarkan Kebijakan PT. Bank Syariah BRI

Kantor Cabang Makassar………………………………………… 60

5.2.2 Jurnal Akuntansi Berdasarkan PSAK 102……………………….. 64

5.3 Kebijakan untuk Piutang Murabahah yang Bermasalah…………………. 73

5.3.1 Penyisihan Kerugian Piutang…………………………………….. 73

5.3.2 Penghapusan dan Penyelesaian Piutang Murabahah yang

Bermasalah……………………………………………………..……….. 74

5.3.3 Penerimaan Setoran Nasabah yang telah Dihapuskan…………... 76

BAB. VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 77

6.2 Saran……………………………………………………………………… 78

DAFTAR PUSTAKA..………………………………….……………………….. 75

LAMPIRAN

Page 10: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

10

ABSTRAK

Andi Gunarsih. 2010. Penerapan Akuntansi Piutang Murabahah di

Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK No. 102 (Study pada PT Bank Syariah Bank

Rakyat Indonesia, Kantor Cabang Makassar), skripsi, Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi Universitas Hasanuddin.

Keywords: Piutang murabahah, kebijaakan, PSAK no.102, penyelesaian piutang

murabahah yang bermasalah.

Page 11: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

11

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia dengan

tujuan mengetahui kesesuaian kebijakan akuntansi murabahah PT Bank Syariah Bank

Rakyat Indonesia dengan PSAK No. 102 dan mengetahui kebijakan yang diambil

dalam menangani piutang murabahah yang bermasalah.

Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif

komparatif yang bersifat studi kasus, yaitu dengan cara membandingkan kasus yang

diteliti dengan konsep pembandingnya. Analisa data dilakukan dengan: menganalisis

perlakuan akuntansi atas piutang murabahah yang diterapkan oleh PT Bank Syariah

Bank Rakyat Indonesia, setelah diberlakukannya PSAK No.102, yang meliputi:

karakteristik murabahah, pengakuan dan pengukuran, serta penyajian dan

pengungkapan.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan, bahwa Secara umum,

kebijakan murabahah yang diterapkan oleh Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia

kantor cabang Makassar telah sesuai dengan PSAK No. 102, walaupun masih

terdapat kebijakan Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang Makassar

yang belum diatur berdasarkan PSAK No. 102.

Dalam penyelesaian murabahah yang bermasalah, PT Bank Syariah Bank

Rakyat Indonesia terlebih dahulu melakukan survey ke nasabah untuk mengetahui

mengapa nasabah tersebut tidak dapat melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo.

Langkah yang digunakan adalah menawarkan penyelesaian dengan jalan : (1)

Memperpanjang jangka waktu murabahah, (2) Mengurangi angsuran murabahah,

sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Ketentuan penyelesaian yang

dilakukan PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, antara lain: (i) Obyek murabahah

atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui PT Bank Syariah Bank

Rakyat Indonesia dengan harga pasar yang disepakati, (ii) Nasabah melunasi

hutangnya kepada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia dari hasil penjualannya

ditambah biaya administrasi, (iii) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka

PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia mengembalikan sisanya kepada nasabah,

(iv) Apabila hasil penjualan tidak dapat menutupi jumlah hutang maka PT Bank

Syariah BRI dapat meminta kekurangannya kepada nasabah. Setelah ketentuan diatas

dilaksanakan, maka PT Bank Syariah BRI akan menghapus hutang nasabah yang

bersangkutan dari catatan perusahaan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang menggunakan paradigma

syariah merupakan hal yang sangat unik yang diperoleh dari hukum “Islam” dan

Page 12: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

12

bukan sekedar hukum buatan manusia. Oleh karena itu akuntansi syariah tidak saja

sebagai bentuk akuntabilitas (accountability) manajemen terhadap pemilik

perusahaan (stockholders) dan pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi juga sebagai

akuntabilitas kepada Sang Pencipta. Akuntansi Syariah sesungguhnya memiliki akar

filosofi yang sangat jelas. Allah Subahanahu wata‟ala telah menyatakan secara tegas

dalam QS. Al Baqarah ayat 282, yang artinya : Hai orang-orang yang beriman,

apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya

sebagaimana Allah mengajarkannya,...” Ayat tersebut menunjukkan kewajiban umat

beriman untuk menulis setiap transaksi yang dilakukan dan masih belum tuntas.

Tujuannya jelas, yakni untuk menjaga keadilan dan kebenaran. Artinya perintah

tersebut ditekankan pada kepentingan pertanggungjawaban, sehingga pihak-pihak

yang terlibat dalam transaksi tidak dirugikan.

Tercapainya tujuan wacana dan penerapan ilmu akuntansi syariah akan

mendatangkan manfaat besar bagi umat, salah satunya adalah menunjukkan kepada

orang-orang muslim dan orang-orang nonmuslim, bahwa Islam itu meliputi ibadah,

dan muamalah, yang mempunyai aturan universal, yang meliputi seluruh fenomena

kehidupan, yang mengatur urusan-urusan keduniaan dan akhirat. (DR. Husein

Syahatah, 2001:12).

Page 13: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

13

Salah satu aspek yang mendorong akuntansi dengan perspektif Islam atau

akuntansi syariah di Indonesia adalah dengan munculnya perbankan syariah. Bank

syariah dalam usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu

berlandaskan pada prinsip syariah, antara lain dengan tidak menggunakan sistem

bunga dalam aktivitas perbankannya. Karena bunga merupakan jenis riba yang

diharamkan dalam Islam. Riba merupakan salah satu hal yang dilarang dalam Islam,

karena juga termasuk dalam kategori mengambil atau memperoleh harta dengan cara

yang tidak benar. Allah Subahanahu wata‟ala berfirman, yang artinya : “...Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....(QS. Al Baqarah: 275) dan dalam

surah lainnya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu... (QS. An Nisaa‟ ayat 29)”

Kegiatan operasional bank syariah terdiri dari kegiatan penghimpunan dana,

penyaluran dana dan jasa. Dalam rangka penghimpunan dana, bank syariah menerima

simpanan dari masyarakat. Kemudian dalam Penyaluran dana, dapat dikembangkan

ke dalam tiga, yaitu : (1) transaksi pembiyaan yang ditujukan untuk memiliki barang

yang dilakukan dengan prinsip jual-beli (murabahah), (2) transaksi pembiayaan yang

ditujukan untuk mendapatkan jasa dengan prinsip sewa (ijarah) dan (3) transaksi

pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna

mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil (syirkah).

Page 14: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

14

Sedangkan dalam pelayanan jasa, produknya misalnya : al-hiwalah, rahn (gadai), al-

qard, wakalah dan kafalah.

Salah satu produk pembiayaan pada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia,

Kantor Cabang Makassar adalah piutang murabahah. Murabahah adalah transaksi

penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah

harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Bank dapat meminta kepada

nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah

pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila

murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan

kepada nasabah setelah dikurang kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang

muka tersebut lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan

dari nasabah. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai yang diperjanjikan,

bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak

mampu melunasi. Denda diterapkan pada nasabah mampu yang menunda

pembayaran.

Piutang murabahah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang

dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat

mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang

dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara

Page 15: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

15

bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan tersebut akan

mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam menentukan laba rugi pemegang

saham dan depositor.

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang

Akuntansi Murabahah yang berlaku secara efektif mulai 1 Januari 2008 tampaknya

amat perlu dicermati lebih mendalam, mengingat penerapan ketentuan dimaksud

berpotensi mempunyai dampak yang sangat besar terhadap laju perkembangan Bank

Syariah selanjutnya. Piutang murabahah yang merupakan salah satu produk

perbankan syariah dengan prinsip murabahah (jual beli), bisa dimungkinkan pula

telah mengalami perubahan perlakuan akuntansi akibat dibelakukannya PSAK No.

102 ini.

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini penulis akan mengambil judul

“Penerapan Piutang Murabahah di Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK No. 102”

(Studi Kasus pada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang

Makassar).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai Berikut :

Page 16: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

16

1. Apakah perlakuan akuntansi atas piutang murabahah yang diterapkan oleh PT

Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang Makassar telah sesuai

dengan PSAK 102 ?

2. Bagaimana kebijakan PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor

Cabang Makassar dalam menangani piutang murabahah yang bermasalah?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesesuaian kebijakan akuntansi murabahah PT Bank

Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang Makassar dengan PSAK No.

102.

2. Untuk mengetahui kebijakan PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia,

Kantor Cabang Makassar dalam menangani piutang murabahah yang

bermasalah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan apa yang

diperoleh di bangku kuliah dengan fakta yang ada dalam rangka memecahkan

permasalahan secara ilmiah.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan pertimbangan bagi PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor

Page 17: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

17

Cabang Makassar dalam menetapkan kebijakan penerapan piutang

murabahah.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan wawasan serta menambah khasanah kepustakaan

khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin.

BAB II

Page 18: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

18

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Perbankan Syariah

2.1.1. Definisi Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan,

keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan

berdasarkan prinsip syariah.

Bank Syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank Syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun

membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan

riba yang diharamkan.

2.1.2. Tujuan Sistem Perbankan Syariah

Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi umat

Islam untuk mengamalkan syariah (Zainul Arifin, 2005:11), yaitu :

Prinsip At Ta‟awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara

anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al

Qur‟an yaitu :

Page 19: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

19

......... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya. (QS. Al Maidah : 2)

Prinsip menghindari Al Ikhtinaz, yaitu menahan uang (dana) dan

membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang

bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan dalam Al

Qur‟an :

.................

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu..... (QS. An Nisa : 29)

Sejak awal dasawarsa 1970-an, umat Islam di berbagai negara telah berusaha

untuk mendirikan Bank Islam. Tujuannya adalah untuk mempromosikan dan

mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah Islam dalam transaksi keuangan

dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.

Menurut Zainul Arifin (2005:12), prinsip utama yang dianut oleh bank syariah

adalah :

Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi;

Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan

keuntungan yang sah menurut syariah; dan

Memberikan zakat.

Page 20: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

20

2.1.3. Operasional Bank Syariah

Menurut Muhammad (2002:86), secara garis besar usaha muamalah bank

syariah dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Penghimpunan dana

2. Penyaluran dana

3. Jasa.

Dalam bank syariah Penghimpunan Dana dapat diterapkan berdasarkan prinsip

masing-masing, yaitu:

A. Prinsip Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan

kapan saja penitip menghendaki.

B. Prinsip Mudharabah, aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan

bertindak sebagai sahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana digunakan

bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah.

Jenis Produk Bank Syariah bila dilihat dari fungsi Penyaluran Dana (financing)

dibagi menjadi 3 kategori besar:

A. Prinsip Jual-beli

Ada tiga jenis jual beli yang banyak dikembangkan dalam pembiayaan modal

kerja dan investasi dalam perbankan syariah, antara lain :

Page 21: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

21

1) Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya

perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus

mengungkapkan biaya perolehan tersebut kepada pembeli.

2) Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan

pembayaran dilakukan dimuka.

3) Istishna‟ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang

tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara

pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani)

B. Prinsip Bagi Hasil

Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan

dalam empat akad utama, antara lain :

1) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana

(atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

2) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua

(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara

mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung

oleh pemilik dana. Pengelola dana menanggung kerugian jasa tenaga kerja.

Page 22: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

22

3) Muzara‟ah adalah kerja sama pengolahan perjanjian antara pemilik lahan dan

penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si

penggarap untuk ditanami dan dipeliharah dengan imbalan bagian tertentu

(persentase) dari hasil persen.

4) Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara‟ah di mana si

penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

Jenis Produk Bank bila dilihat dari fungsi pelayanan jasa terdiri dari :

A. Al-Wakalah (Deputyship). Al wakalah berarti, penyerahan, pendelegasian, atau

pemberian mandat.

B. Al-Kafalah (Guaranty). Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh

penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak

kedua atau yang ditanggung.

C. Al-Hawalah (Transfer Service). Al-Hawalah adalah pengalihan hutang dari

orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

D. Ar-Rahn (Mortgage). Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si

peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

E. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan). Al-qard adalah pemberian harta kepada

orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

Page 23: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

23

2.1.4. Laporan Keuangan Bank Syariah

Laporan keuangan syariah adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah.

Perintah untuk membuat laporan keuangan dinyatakan dalam Q.S Al-Baqarah

ayat 282:

Page 24: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

24

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah

penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka

hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan

(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika

yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari

orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh)

seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,

supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah

saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan

janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai

batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan

lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa

bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu

berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika

kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;

dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Perintah dalam ayat ini ditekankan pada kepentingan pertanggungjawaban,

sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tidak dirugikan.

Adapun tujuan laporan keuangan syariah berdasarkan PSAK NO. 101, adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja serta perubahan

posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu tujuan lainnya adalah :

1) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi

dan kegiatan usaha;

Page 25: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

25

2) Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta

informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan

prinsip syariah, bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;

3) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab

entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan

4) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam

modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai

pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk

pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.

2.2 Tinjauan tentang Riba

Riba secara bahasa bermakna : Ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,

secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah

teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil

(Muhammmad Syafi‟i antonio, 2001:37)

Mengenai hal ini, Allah Subahanahu waTa‟ala mengingatkan dalam firman-Nya,

..

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, ..(QS. An-Nisaa‟:29)

Page 26: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

26

Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba-

utang piutang dan riba-jual beli. Kelompok pertama terbagi menjadi riba qardh dan

riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua, riba jual beli, terbagi menjadi dua riba

fadhl dan riba nasi‟ah.

1) Riba Qardh. Sesuatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang

disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh)

2) Riba Jahiliyyah. Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak

mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.

3) Riba Fadhl. Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang

berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis

barang ribawi.

4) Riba Nasi‟ah. Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi

yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi‟ah

muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang

diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.

Adapun jenis-jenis barang ribawi, diantaranya adalah : 1) Emas dan Perak, baik

itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya, serta 2) bahan makanan pokok

seperti beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan tambahan seperti sayur-

sayuran dan buah-buahan.

Page 27: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

27

Umat Islam dilarang untuk mengambil riba apapun jenisnya. Larangan supaya

umat islam tidak melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai surah dalam

Al-qur‟an dan hadits Rasulullah sallallahu‟alaihi wa sallam.

2.2.1 Larangan riba dalam Al-qur’an

Alarangan riba dalam al-qur‟an tidak diturunkan sekaligus melainkan

diturunkan dalam empat tahap.

Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-

olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau

taqarrub kepada Allah subahanahu wa ta‟ala.

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada

harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang

kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan

Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat

gandakan (pahalanya).”(QS. Ar-Ruum:39)

Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah subahanahu wa

ta‟ala mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang yahudi yang

memakan riba.

Page 28: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

28

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas

(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi

mereka, dan Karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,

Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka Telah

dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan

jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di

antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa‟:160-161)

Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat

ganda.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.” (QS. Ali-Imran: 130)

Tahap terakhir, Allah subahanahu wa ta‟ala dengan jelas dan tegas mengharamkan

apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan

sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka

jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah,

bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari

Page 29: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

29

pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan

tidak (pula) dianiaya.” (Qs. Al-Baqarah: 278-279)

2.2.2 Larangan riba dalam Hadits.

Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah,

Rasulullah sallahu‟alaihi wasallam, masih menekankan sikap Islam yang melarang

riba.

“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan

menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh

karena itu, hutang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu

adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami

ketidakadilan.”

Selain itu, masih banyak lagi hadits yang menguraikan masalah riba.

Diantaranya:

Jabir berkata bahwa Rasulullah sallahu‟alaihi wasallam, mengutuk orang

yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya,

dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, “mereka itu semuanya

sama.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah sallahu‟alaihi wasallam

berkata, “Pada malam perjalanan malam mi‟raj, aku melihat orang-orang yang

perut mereka seperti rumah, di dalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang

kelihatan dari luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril

menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan riba.”

Al-hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud bahwa Nabi sallahu‟alaihi

wasallam, bersabda: “Riba itu mempunyai 73 pintu(tingkatan); yang paling

rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan

ibunya.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah sallahu‟alaihi wasallam,

bersabda, “Tuhan sesungguhnya berlaku adil karena tidak membenarkan

empat golongan memasuki surga atau tidak mendapat petunjuk dari-Nya.

(mereka itu adalah) peminum arak, pemakan riba, pemakan harta anak yatim,

dan mereka yang tidak bertanggungjawab/menelantarkan ibu-bapaknya.

Page 30: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

30

2.3 Tinjauan tentang Murabahah

2.3.1 Karakteristik Murabahah

Murabahah berarti penjualan barang seharga barang tersebut ditambah

keuntungan yang disepakati. Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan

yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu

pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya, si fulan membeli unta 30 dinar, biaya-

biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika menawarkan untanya mengatakan, “saya

jual unta ini 50 dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar. (Adiwarman A. Karim,

2007:86)

Para ulama mahzab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat

dibebankan kepada harga jual barang tersebut;

Ulama mahzab Maliki membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan

transaksi jual beli dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi

tersebut, namun memberikan nilai tambah pada barang itu.

Ulama mahzab Syafi‟I membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara

umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri

karena komponen ini termasuk dalam keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya

yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen

biaya.

Page 31: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

31

Ulama mahzab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara

umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan

biaya-biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh sipenjual.

Ulama mahzab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun tidak

langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus

dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mahzab membolehkan

pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat

mahzab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan

dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya

langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna. Keempat mahzab juga

membolehkan pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak

ketiga dan pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus

dilakukan oleh sipenjual, mahzab Maliki tidak membolehkan pembebanannya,

sedangkan ketiga mahzab lainnya membolehkannya. Keempat mahzab sepakat tidak

membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambah nilai barang

atau tidak berkaitan dengan hal-hal yang berguna.

Dalam praktiknya, murabahah dapat dilakukan langsung oleh si penjual dan si

pembeli tanpa melalui pesanan. Akan tetapi, murabahah dapat pula dilakukan dengan

cara melakukan pemesanan terlebih dahulu. Misalnya, seseorang ingin membeli

barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada

Page 32: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

32

pada saat pemesanan, maka sipenjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai

dengan spesifikasinya kemudian menjualnya kepada si pemesan. Contoh mudahnya,

si fulan ingin membeli mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli

dan dipasang pada mobil pesanannya oleh dialer mobil. Transaksi murabahah

melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih islam, antara lain dikatakan oleh Imam

Muhammad Ibnul-Hasan asy-Syahibani, Imam Syafi‟I, dan Imam Ja‟far ash-Shiddiq.

Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta pembayaran

Hamish ghadiyah “uang tanda jadi” ketika ijab kabul. Hal ini sekedar

untukmenunjukkan keseriusan si pembeli. Bila kemudian si penjual telah membeli

dan memasang berbagai perlengkapan dimobil pesanannya, sedangkan si pembeli

membatalkannya, Hamish ghadiyah ini dapat digunakan untuk menutupi kerugian si

dealer mobil. Bila jumlah Hamish ghadiyah-nya lebih kecil dibandingkan jumlah

kerusakan yang harus ditanggung si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya.

Sebaliknya jika berlebih maka si pembeli berhak atas kelebihan itu. (Adiwarman A.

Karim, 2007:87-88)

Secara umum, aplikasi perbankan dari murabahah dapat digambarkan dalam

skema berikut ini:

BANK NASABAH

Musyawarah

&

Persyaratan

1

2 Akad Jual Beli

Page 33: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

33

2.3.2 Landasan syariah

Sebagai dasar hukum pelaksanaan murabahah dalam sumber utama hukum islam

adalah sebagai berikut :

QS. al-Baqarah (2) ayat 275 :

.....

“... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”

HR. Al Baihaqi dan Ibnu Majah dari Sa‟id al-Khudri bahwa Rasulullah Sallallahu

alaihi wasallam, bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka

sama suka.

Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam, bersabda :

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,

muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk

keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah)

SUPPLIER

PENJUAL

Bayar 6

5

5

4

3

Beli barang kirim Terima barang

& dokumen

Page 34: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

34

“Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli

yang mabrur.” (HR. Ahmad Al Bazzar Ath Thabarani)

Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-

MUI/IV/2000. Dalam Fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai

murabahah, yaitu sebagai berikut :

Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam.

Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakati kualifikasinya.

Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan

pembelian ini harus sah dan bebas riba.

Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga

jual senilai harga perolehan ditambah keuntungannya. Dalam kaitan ini bank

harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut

biaya yang diperlukan.

Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati seuai jangka waktu

tertentu yang disepakati.

Page 35: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

35

Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak

bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip

menjadi milik bank.

Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa adalah

sebagai berikut :

Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau

aset kepada bank.

Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu aset

yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus

meminta (membeli-nya) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya,

karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak

harus membuat kontrak jual beli.

Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang

muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus

dibayar dari uang muka tersebut.

Page 36: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

36

Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank

dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka

: (1) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut , ia tinggal

membayar sisa harga; atau (2) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi

milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat

pembatalan tersebut; dan jika unag muka tidak mencukupi, nasabah wajib

melunasi kekurangannya.

Dalam pelaksanaan murabahah ini pihak bank diperbolehkan untuk meminta

jaminan yang dapat dipegang dari nasabah agar nasabah serius dengan pesanannya.

Utang yang dimiliki oleh nasabah adalah kewajiban yang harus dilunasi oleh nasabah

kepada bank. Dalam fatwa juga ditentukan mengenai hal ini, bahwa apabila nasabah

menjual kembali barang tersebut kepada pihak ketiga dengan keuntungan ataupun

kerugian, nasabah tetap harus melunasi utang tersebut kepada bank. Pelunasan utang

ini sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati baik mengenai jumlah harga

maupun waktu pelunasannya. Meskipun penjualan barang tersebut oleh nasabah

menyebabkan kerugian, nasabah tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran

atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

2.4 Prinsip Dasar Jual Beli menurut Islam

a. Hukum asal setiap perniagaan adalah halal.

Page 37: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

37

Dalam ilmu fiqih dikenal sebuah kaedah besar yang berbunyi :

“Hukum asal dalam segala hal adalah boleh, hingga ada dalil yang menunjukkan

keharamannya.”

Kaedah ini didukung oleh banyak dalil dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah,

diantaranya adalah firman Allah Ta‟ala:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia

berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia

Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-Baqarah:29)

Dan sabda Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam:

“Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.” (HR. Muslim)

Adapun yang berkaitan dengan perniagaan secara khusus, maka Allah Ta‟ala

telah berfirman:

“Padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.“ (QS.

Al-Baqarah: 275)

Dan Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam juga telah bersabda:

“Bila dua orang telah berjual beli, maka masing-masing dari keduanya

memiliki hak pilih, selama keduanya belum berpisah dan mereka masih

bersama-sam (satu majelis).”

Dari sahabat Rafi‟ bin Khadijia menuturkan: dikatakan (kepada Rasulullah

sallallahu „alaihi wa sallam), “Wahai Rasulullah! Penghasilan apakah yang

Page 38: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

38

baik?” Beliau menjawab, “Hasil pekerjaan seseorang dengan tangannya

sendiri, dan setiap perniagaan yang baik.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Al-

Hakim, dan disahihkan oleh syaikh Al-Albani)

Berangkat dari dalil-dalil ini, para ulama menyatakan bahwa hukum asal setiap

perniagaan adalah boleh, selama tidak menyelisihi syaria‟at.

b. Memudahkan orang lain

Syariat islam memerintahkan umat nya untuk senantiasa membelanjakan dan

menggunakan harta bendanya pada jalan-jaln yang diridhai Allah Ta‟ala. Diantaranya

dengan cara membantu orang yang dalam kebutuhan dan kesusahan, baik dengan cara

memberinya atau meminjamkan kepadanya, atau dengan cara menunda penagihan

bila orang yang berhutang belum mampu untuk membayarnya.

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh

sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)

itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(QS. Al-Baqarah:280)

Membantu saudara kita sesama muslim, diantaranya dengan cara yang disebutkan

dalam ayat ini, adalah salah satu amalan yang besar pahalanya disisi Allah Ta‟ala.

Hadits berikut ini dapat menggambarkan betapa besarnya pahala amalan ini:

Dara sahabat Abu Hurairah radiallahu „anhu ia menuturkan: Rasulullah

sallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyelesaikan suatu

kesusahan seorang mukmin didunia, niscaya Allah akan menyelesaikan satu

kesusahan yang menimpanya di hari kiamat. Dan barang siapa yang

memudahkan orang yang ditimpa kesusahan, niscaya Allah akan

Page 39: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

39

memudahkannya di dunia dan diakhirat. Dan barang siapa yang menutupi

(aib) seorang muslim ketika di dunia, niscaya Allah akan menutupi (aibnya)

di dunia dan diakhirat. Dan Allah senantiasa akan menolong seorang hamba

selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

c. Perniagaan yang benar dapat menjadi ibadah

Diantara bukti yang menunjukkan betapa besarnya pahala orang yang

memiliki perangai terpuji ketika berniaga ialah hadits berikut:

Sahabat Hudzaifah radiallahu „anhu menuturkan: Rasulullah sallallahu

„alaihi wa sallam bersabda, “(Pada hari kiamat kelak) Allah mendatangkan

salah seorang hamba-Nya yang pernah ia beri harta kekayaan, kemudian

Allah bertanya kepadanya, Apa yang engkau lakukan di dunia? (Dan mereka

tidak menyembunyikan dari Allah suatu kejadian pun), Ia pun menjawab,

„Wahai Rabbku, Engkau telah mengaruniakan kepadaku harta kekayaan, dan

aku berjual beli dengan orang lain, dan kebiasaanku (akhlakku) adalah

senantiasa memudahkan, aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan

menunda (tagihan kepada) orang yang tidak mampu. „Kemudian Allah

berfirman, Aku lebih berhak melakukan ini dari pada engkau, mudahkanlah

hamba-Ku ini,”

Oleh karena itu, hendaknya setiap orang muslim mengindahkan hal ini, yaitu

senantiasa memudahkan saudaranya ketika berniaga. Jangan sampai ambisi untuk

mengeruk keuntungan menjadikannya lupa daratan dan menutup mata akan etika

seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Jangan sampai ambisi

mengumpulkan harta benda menjadikannya lupa bahwa manfaat dan kegunaan harta

tidak dapat diukur hanya dengan jumlah, akan tetapi faktor keberkahan harta jauh

lebih penting dari jumlah yang banyak.

Dan hendaknya setiap orang muslim dalam setiap keadaannya senantiasa

mengingat pesan Rasulullah sallallahu‟alaihi wa sallam berikut ini:

Page 40: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

40

“Sesungguhnya engkau tidaklah pernah meninggalkan suatu hal karena Allah

„Azza wa Jalla melainkan Allah akan menggantikanmu dengan sesuatu yang

lebih baik bagimu darinya.” (HR.Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani)

d. Kejelasan status

setiap akad dalam kehidupan masyarakat pasti memiliki fungsi dan konsekuensi

yang berbeda-beda. Fungsi masing-masing akad tersebut merupakan tujuan dari

setiap orang yang menjalankannya. Rasulullah sallallahu‟alaihi wa sallam telah

menegaskan hal ini dalam banyak hadistnya, diantaranya ialah sabda beliau:

Dari sahabat Ibnu Umar radiallahu‟anhu dari Rasulullah sallallahu‟alaihi

wa sallam beliau bersabda, “Bila dua orang yang sedang berjual beli, maka

masing-masing dari keduanya memiliki hak pilih selama keduanya belum

berpisah dan masih bersama-sama, atau salah satu dari keduanya

menawarkan pilihan kepada kawannya. Bila salah satu dari keduanya

menawarkan pilihan, kemudian mereka berjual beli dengan asas pilihan yang

ditawarkan tersebut maka telah selesailah akad jual beli tersebut. Bila

kemudian mereka berpisah setelah mereka menjalankan akad jual beli dan

tidak ada seorang pun dari keduanya yang membatalkan akad penjualan,

maka telah selesailah akad penjualan tersebut.” (Muttafaqun‟alaihi).

e. Tidak merugikan masyarakat banyak

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjadi umat yang

bersatu, saling bahu membahu, sehingga sebagian dari mereka merasakan penderitaan

saudaranya sesama muslim sebagai bagian dari penderitaannya.

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah

(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap

Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Page 41: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

41

Dari sahabat Abu Hurairah radiallahu‟anhu ia menuturkan: Rasulullah

sallallahu‟alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau saling menaikkan

penawaran barang (padahal tidak ingin membelinya), janganlah saling

membenci, janganlah saling merencanakan kejelekan, janganlah sebagian

dari kalian melangkahi pembelian sebagian lainnya,dan jadilah hamba-

hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara orang

muslim lainnya, tidaklah ia menzhalimi saudaranya, dan tidaklah ia

membiarkannya dianiaya orang lain, dan tidaklah ia menghinanya.

Berdasarkan beberapa dalil ini dan juga dalil-dalil yang tidak disebutkan, para

ulama ahli fiqih mengatakan bahwa tidak dibenarkan bagi siapapun untuk

mengadakan perniagaan yang akan mengakibatkan keresahan, kemudharatan, atau

kerugian pada masyarakat banyak. Baik kerugian dalam urusan agama atau dalam

urusan dunia mereka.

f. Kejujuran

Syari‟at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala

keadaan, walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin,

Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu

memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu

kerjakan.” (QS. An Nisaa‟: 135)

Page 42: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

42

Rasulullah sallallahu‟alaihi wa sallam menegaskan kepada para sahabatnya yang

sedang menjalankan perniagaan di pasar:

“Wahai para pedagang!” Maka mereka memperhatikan seruan Rasulullah

sallallahu‟alaihi wa sallam dan mereka menengadahkan leher dan

pandangan mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya para

pedagang akan dibangkitkan kelak pada hari kiamat sebagai orang-orang

fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik dan

berlaku jujur.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan dishahih oleh

Al-Albani)

Al-Qadhi „Iyadh menjelaskan hadits ini dengan berkata, Karena kebiasaan para

pedagang adalah menipu dalam perniagaan, dan amat berambisi untuk menjual

barang dagangannya dengan segala cara yang dapat mereka lakukan diantaranya

dengan sumpah palsu dan yang serupa. Nabi sallallahu‟alaihi wa sallam memvonis

mereka sebagai orang-orang jahat (fajir), dan beliau mengecualikan dari vonis ini

para pedagang yang senantiasa menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa

memenuhi sumpahnya dan senantiasa jujur dalam setiap ucapannya.”

Penjelasan Qadhi „Iyadh ini selaras dengan sabda Nabi sallallahu‟alaihi wa

sallam berikut ini:

Dari sahabat Abu Hurairah radiallahu‟anhu ia menuturkan: Aku pernah

mendenganr Rasulullah sallallahu‟alaihi wa sallam bersabda, “sumpah itu

akan menjadikan barang dagangan menjadi laris, (akan tetapi) menghapuskan

keberkahan.” (Muttafaqun „alaih)

Oleh karena itu tidak heran bila Allah Ta‟ala murka kepada orang yang

menyelisihi prinsip ini dalam perniagaannya, sampai-sampai Allah mengancamnya

dengan ancaman yang keras, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya berikut ini:

Page 43: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

43

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan

sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak

mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata

dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan

tidak (pula) akan mensucikan mereka. bagi mereka azab yang pedih.”

(QS.Ali Imran:77)

Ayat ini diturunkan karena ada seseorang yang menawarkan barang dagangannya,

kemudian ia bersumpah dengan nama Allah, sungguh barang dagangannya tersebut

telah ditawar dengan penawaran lebih banyak dari penawaran yang diberikan oleh

pembeli (kedua), padahal penawaran pertama yang ia sebutkan tidak pernah terjadi,

maka turunlah firman Allah Ta‟ala diatas, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-

Bukhari.

g. Kecurangan dalam perniagaan penyebab Paceklik

Diantara bukti kemurkaan Allah Kepada orang yang berbuat curang dan tidak

jujur ketika berniaga ialah firman Allah Ta‟ala berikut ini:

Page 44: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

44

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang

yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan

apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka

mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya

mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika)

manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (Qs. Al Muthaffifin: 1-6)

Dan diantara bentuk wujud kemurkaan Allah Ta‟ala kepada orang-orang yang

berbuat curang dalam perniagaan ialah:

“Dan Tidaklah mereka berbuat curang ketika menakar dan

menimbang,melainkan mereka akan ditimpa kekeringan, mahalnya biaya

hidup, dan kelaliman para penguasa.” (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-

Baihaqi dan dihasankan oleh Al-Albani)

h. Niat seseorang mempengaruhi hukum transaksi

Niat seseorang memiliki pengaruh yang amat besar pada hukum perbuatan dan

ucapannya, bukan hanya dalam hal peribadahan, bahkan dalam hal mu‟amalat

(hubungan interaksi sesama manusia).

“Sesungguhnya setiap amalan pasti disertai oleh niat, dan sesungguhnya

setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun „alaihi)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan sisi pendalilan dari hadits ini dengan

berkata, “Niat adalah ruh, inti dan tonggak setiap amalan, dan amalan adalah cabang

dari niat. Amalan akan menjadi sah bila niatnya sah, dan rusak bila niatnya rusak.

Dan Nabi sallallahu‟alaihi wa sallam telah mensabdakan dua kalimat yang

mencakup dan jelas, dan pada keduanya terkandung ilmu-ilmu yang amat berharga.

Beliau sallallahu‟alaihi wa sallam menjelaskan dengan kalimat pertama, bahwa tiada

satu amalanpun yang dilakukan (oleh seseorang) kecuali disertai dengan niat, oleh

Page 45: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

45

karena itu tidaklah ada satu amalan pun melainkan disertai dengan niatnya. Kemudian

beliau menjelaskan pada kalimat kedua: bahwa pelaku amalan tidaklah akan

mendapatkan sesuatu dari amalannya tersebut selain apa yang telah ia niatkan dan

hadits ini mencakup amalan ibadah, mu‟amalah, sumpah, nazar dan seluruh macam

transaksi dan amalan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian.

Page 46: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

46

Penelitian dilakukan pada wilayah kerja PT Bank Syariah Bank Rakyat

Indonesia, Kantor Cabang Makassar.

3.2 Variabel Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami dan menganalisis dalam penelitian ini

maka dikemukakan terlebih dahulu tentang variabel penelitian. Variabel penelitian

adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Adapun variabel penelitian meliputi :

1. Piutang murabahah pada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor

Cabang Makassar.

2. Piutang murabahah sesuai PSAK No. 102

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 3

metode, yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian dilakukan langsung ke objek

penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta yang terjadi pada objek

penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan. Teknik yang digunakan

untuk memperoleh data dengan melaksakan penelitian lapangan adalah

sebagai berikut :

a. Wawancara, dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung

terhadap pihak-pihak yang bersangkutan, guna mendapatkan data dan

keterangan yang berlandaskan pada tujuan penelitian.

Page 47: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

47

b. Dokumentasi, dengan melakukan pengumpulan data-data dan

dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Kepustakaan (library research), penelitian dilakukan dengan

menelaah buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang diangkat untuk

mendapatkan kejelasan konsep.

3. Mengakses Website dan situs-situs yang menyediakan informasi yang

berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, data kualitatif,

yang merupakan kumpulan data non angka yang bersifat deskriptif, seperti :

a. Gambaran umum PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor

Cabang Makassar.

b. Struktur organisasi dan pembagian tugas setiap bagian yang ada

pada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang

Makassar.

c. Dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah pokok dalam

penelitian.

3.4.2 Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Page 48: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

48

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya.

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan wawancara langsung

dengan pihak-pihak perusahaan.

2. Data sekunder, merupakan data yang tidak diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh penulis. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh

dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan

baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

3.5 Metode Analisis

Dalam penelitian deskriptif ini dipakai pendekatan analisa komparatif

yang bersifat studi kasus, yaitu dengan cara membandingkan kasus yang diteliti

dengan konsep pembandingnya. Adapun analisa dan pembahasan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menganalisis perlakuan akuntansi atas piutang murabahah yang

diterapkan oleh PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia, Kantor Cabang

Makassar setelah diberlakukannya PSAK No. 102, yang meliputi :

a. Karakteristik murabahah.

b. Pengakuan dan pengukuran murabahah.

c. Penyajian dan pengungkapan murabahah.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Page 49: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

49

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk yang didirikan sejak tahun 1895

didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil hingga saat ini masih tetap konsisten.

Konsistensi ini dibuktikan dengan masih fokusnya pemberian fasilitas kredit kepada

golongan pengusaha menengah dan kecil.

Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, memenuhi

kebutuhan masyrakat akan pelayanan perbankan yang bebas bunga, maka pada

desember tahun 2000 di bentuk Tim Pengembangan Bank Syariah BRI untuk

mempersiapkan berdirinya Unit Usaha Syariah di BRI. RAPAT Umum Pemegang

Saham Luar Biasa pada bulan juni tahun 2001 berhasil merubah Anggaran Dasar BRI

dengan menambah atau mencantumkan kalimat kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah. Dengan dasar tersebut, maka pada tanggal 7 Desember 2001 dikeluarkan

Surat Keputusan Direksi mengenai struktur organisasi Unit Usaha Syariah BRI. Unit

Usaha Syariah BRI tersebut berhasil mendirikan Kantor Cabang BRI Syariah yang

pertama pada tanggal 17 April 2002 bertempat di Jakarta dan Serang.

Seiring dengan perkembangan dunia usaha perbankan syariah yang semakin

pesat, hingga saat ini unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia telah berhasil

membuka 27 kantor cabang, dan 18 kantor cabang pembantu diberbagai wilayah

nusantara yang salah satu diantaranya yaitu Kantor Cabang Syariah Makassar.

4.2 Peranan PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang

Makassar

Page 50: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

50

Peranan bank syariah serta sumbangsihnya terhadap tercapainya suatu solusi bagi

perbankan tidak lepas dari penerapan hukum Islam pada kegiatan transaksi ekonomi

dan keuangan. Pendekatan secara Islam pada praktek perbankan, menyodorkan

konsep yang berbeda mengenai hubungan antara uang dan kegiatan ekonomi.

Hubungan kreditur dan debitur pada bank konvensional berubah menjadi

hubungan kemitraan dengan bagi hasil dan resiko yang ditanggung bersama antara

pemodal dan pengusaha pada konsep syariah. Hal ini sesuai dengan pendekatan

ekonomi Islam, yang mengharamkan riba. Oleh karena itu, penghapusan riba dari

sistem perekonomian bertujuan agar kegiatan ekonomi dapat didasari oleh keadilan

dan pemerataan ekonomi.

Selain prinsip yang mengharapkan riba, bank syariah juga mengandung prinsip

yang mengharapkan penimbunan harta atau modal secara tidak produktif. Oleh

karena itu, modal harus dijalankan secara produkti agar kesejahteraan pemilik modal

maupun masyarkat di lingkungannya dapat tercapai. Dengan demikian, konsep

perekonomian syariah yang mengutamakan bagi hasil serta kegiatan usaha mampu

memberikan pilihan yang lebih baik dibanding pembiakan modal. Sebagai bank

syariah, PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor cabang Makassar berusaha

menjalankan usahanya sesuai dengan nilai-nilai dan syariat-syariat Islam.

4.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung menggambarkan

Page 51: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

51

skema wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi pada setiap jenis

pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, struktur

organisasi PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor cabang Makassar saat ini

dibuat sesederhana dan seefektif mungkin untuk dapat bekerja secara efisien. Selain

itu, struktur organisasi sering dsebut bagan atau skema organisasi dengan cara

memberikan gambaran secara skematis tentang hubungan pekerjaan antara personil

yang satu dengan yang lainnya yang terdapat dalam suatu organisasi untuk mencapai

tujuan bersama.

Demikian pula halnya dengan PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor

cabang Makassar, personilnya melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

dan wewenangnya masing-masing, dan satu sama lain saling berhubungan dalam

usaha menciptakan suasana kerja yang disiplin dan dinamis. Skema struktur

organisasi PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor cabang Makassar dapat

menggambarkan bahwa semua tugas perencanaan berada dibawah satu tangan.

Demikian juga dengan garis komando, wewenang, tanggung jawab dan pengawasan.

Adapun struktur organisasi PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor

cabang Makassar (terlampir).

4.4 Uraian Tugas

Adapun job description yang menggambarkan uraian tugas dan tanggung jawab

personil pada PT Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia kantor cabang Makassar

secara garis besar adalah sebagai berikut :

Page 52: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

52

a. Pimpinan Cabang (Pinca)

1. Mempersiapkan, mengusulkan, melakukan negosiasi, merevisi dan

mengupayakan pencapaian RKAP.

2. Menciptakan dan menjamin kelancaran operasional dikantor cabang secara

aktif dalam meningkatkan kemampuan pegawai di kantor cabang guna

meningkatkan kualitasnya seperti fungsi, marketing, dan operasional.

3. Mengembangkan bisnis perkreditan di kantor cabang guna memperoleh

keuntungan yang optimal.

4. Melakukan pembinaan keterampilan, kemampuan, dan sikap perilaku

kepada seluruh pegawai dikantor cabang, dan jajaran Bank Rakyat

Indonesia.

5. Melakukan kegiatan pemasaran untuk dana dan jasa kredit serta

melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Asisten Manajer Operasional

1. Membantu pimpinan cabang dalam penanganan kegiatan operasional

kantor cabang dan membantu kelancaran pelayanan bidang operasional

kepada nasabah.

Page 53: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

53

2. Mengelola kas, surat berharga, melakukan pergeseran kas antar unit kerja,

memelihara pekerjaan register, memastikan rekening pinjaman, dan

memastikan buku transaksi pinjaman.

3. Melaksanakan verifikasi akhir transaksi tunai kewenangan teller.

4. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan.

c. Account Officer

1. Membuat RPT perkreditan atas sektor yang dikelolanya dan bertanggung

jawab atas pencapaiannya.

2. Mempersiapkan dan melaksanakan rencana atas account yang dikelolanya,

serta memantau hasil laba/pendapatan yang dapat dicapai.

3. Melakukan pembinaan dan penagihan serta pengawasan mulai dari

pemberian kredit hingga kredit dilunasi.

4. Melaksanakan fungsi dan penyelamatan penyelesaian kredit yang

bermasalah.

5. Membina serta menjaga hubungan baik dengan pimpinan/bendahara

perusahaan yang diberikan kredit.

6. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

d. Teller

1. Membantu dan melayani nasabah yang akan melakukan transaksi dana dan

pengecekan atas transaksi nasabah pada kantor cabang.

Page 54: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

54

2. Mengelola kas serta melakukan pergeseran kas atau teller.

3. Melaksanakan verifikasi akhir transaksi tunai kewengan teller

4. Melaksanakan tugas-tugas kewajiban teller terhadap nasabah dengan sikap

yang baik dan ramah.

5. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

e. Unit Pelayanan Nasabah

1. Membantu calon nasabah maupun nasabah yang ingin mengetahui tentang

Bank BRI Syariah dan produk-produk dari Bank Syariah BRI kantor

cabang Makassar.

2. Membantu dan melayani calon nasabah maupun nasabah yang ingin

membuka rekening simpanan maupun yang ingin mengajukan proposal

peminjaman kredit pada kantor cabang.

3. Mambantu dan melayani nasabah yang ingin melakukan klarifikasi atau

transaksi maupun terhadap hal lainnya yang berhubungan dengan nasabah

dan kantor cabang.

4. Membina serta menjaga hubungan baik dengan nasabah secara

keseluruhan.

5. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

f. Petugas Kliring

Page 55: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

55

1. Membantu dan melayani transaksi nasabah yang membutuhkan akses

kliring kepada bank-bank lain.

2. Mempersiapkan dan melaksanakan rencana perusahaan dalam melakukan

transaksi-transaksi antar bank maupun terhadap Bank Indonesia.

3. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasannya.

g. Petugas Operator

1. Memastikan sistem yang berjalan pada kantor cabang telah berjalan dengan

baik.

2. Menciptakan dan menjamin kelancaran operasional di kantor cabang secara

aktif dalam meningkatkan pelayanan kepada nasabah.

3. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

h. Petugas Akuntansi/Laporan Keuangan

1. Memastikan arus keuangan yang berjalan pada kantor cabang telah berjalan

dengan baik.

2. Mempersiapkan dan membuat rekapitulasi tentang pemasukan dan

pengeluaran kas perusahaan secara lengkap dan teratur.

3. Membuat laporan-laporan keuangan perusahaan secara teratur, untuk

memastikan kondisi keuangan perusahaan masih dalam keadaan baik.

4. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

Page 56: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

56

i. Pelayanan Intern

1. Mengelolah unit kerja intern, guna menjamin kesejahteraan dan tingkat

kompetensi SDM serta ketersediaan sarana dan prasarana kerja untuk

kelancaran operasional di kantor cabang.

2. Menjamin ketersediaan sarana dan alat kerja secara tepat waktu yang

dibutuhkan oleh operasional kerja perusahaan.

3. Mengadministrasikan semua bentuk hukuman jabatan dan mengatur

pembagian kerja sopir, pramubakti, dan satpam secara efektif dan efisien.

4. Mengerjakan data pembayaran gaji, biaya, dan hak-hak karyawan lainnya.

5. Menyiapkan nota-nota pembukuan atas setiap transaksi keuangan yang

berkaitan dengan operasional perusahaan.

6. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh

atasannya.

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis kesesuaian kebijakan PT Bank Syariah BRI Kantor Cabang

Makassar dengan PSAK No. 102

Page 57: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

57

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan kebijakan Murabahah yang

diterapkan PT Bank Syariah BRI dengan PSAK No.102 tentang Akuntansi

murabahah. Analisa kualitatif disajikan pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Analisis Kualitatif terhadap Kebijakan Akuntansi Murabahah

No PSAK 102 No Kebijakan PT Bank Syariah BRI

kantor cabang Makassar.

Ket

Karakteristik

1 Murabahah dapat dilakukan

berdasarkan pesanan atau tanpa

pesanan. Dalam murabahah

berdasarkan pesanan, penjual

melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari

pembeli.

1 Murabahah dapat dilakukan

berdasarkan pesanan atau tanpa

pesanan. Dalam murabahah

berdasarkan pesanan, penjual

melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari

pembeli.

Sesuai

2 Murabahah berdasarkan pesanan

dapat bersifat mengikat atau tidak

mengikat.

2 Murabahah berdasarkan pesanan

dapat bersifat mengikat atau tidak

mengikat.

Sesuai

3 Jika asset murabahah yang telah

dibeli oleh penjual mengalami

penurunan nilai sebelum diserahkan

kepada pembeli, maka penurunan

nilai tersebut menjadi tanggungan

penjual dan akan mengurangi nilai

akad.

3 Jika asset murabahah yang telah

dibeli oleh penjual mengalami

penurunan nilai sebelum diserahkan

kepada pembeli, maka penurunan

nilai tersebut menjadi tanggungan

penjual dan akan mengurangi nilai

akad.

Sesuai

4 Pembayaran murabahah dapat

dilakukan secara tunai atau

tangguh.

4 Pembayaran murabahah dapat

dilakukan secara tunai atau

tangguh.

5 Akad murabahah memperkenankan

penawaran harga yang berbeda

untuk cara pembayaran yang

berbeda sebelum akad murabahah

dilakukan. Namun, jika akad

tersebut telah disepakati, maka

hanya ada satu harga (harga dalam

akad yang digunakan.

5 - Tidak

diatur

6 Harga yang disepakati dalam

murabahah adalah harga jual,

6 - Tidak

diatur

Page 58: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

58

sedangkan biaya perolehan harus

diberitahukan. Jika penjual

mendapatkan diskon sebelum akad

murabahah, maka diskon itu

merupakan hak pembeli.

7 Diskon atas pembelian barang yang

diterima setelah akad murabahah

disepakati diperlakukan sesuai

dengan kesepakatan dalam akad

tersebut. Jika tidak diatur dalam

akad, maka diskon tersebut menjadi

hak penjual.

7 Apabila setelah akad transaksi

murabahah pemasok memberikan

potongan harga atas barang yang

dibeli oleh bank dan dijual kepada

nasabah, maka potongan harga

tersebut dibagi berdasarkan

perjanjian atau persetujuan yang

dimuat dalam akad.

Sesuai

8 Penjual dapat meminta pembeli

menyediakan agunan atas piutang

murabahah, antara lain, dalam

bentuk barang yang telah dibeli dari

penjual dan/atau asset lainnya.

8 Bank dapat meminta nasabah

menyediakan agunan atas piutang

murabahah antara lain dalam

bentuk barang yang telah dibeli dari

bank.

Sesuai

9 Penjual dapat meminta uang muka

kepada pembeli sebagai bukti

komitmen pembelian sebelum akad

disepakati. Uang muka menjadi

bagian dari pelunasan piutang

murabahah jika akad murabahah

disepakati. Jika akad murabahah

batal, maka uang muka

dikembalikan kepada pembeli

setelah dikurangi kerugian riil yang

ditanggung oleh penjual. Jika uang

muka itu lebih kecil dari kerugian,

maka penjual dapat meminta

tambahan dari pembeli.

9 Penjual dapat meminta uang muka

kepada pembeli sebagai bukti

komitmen pembelian sebelum akad

disepakati. Uang muka menjadi

bagian dari pelunasan piutang

murabahah jika akadmurabaha

disepakati. Jika akad murabahah

batal, maka uang muka

dikembalikan kepada pembeli

setelah dikurangi kerugian riil yang

ditanggung oleh penjual. Jika uang

muka itu lebih kecil dari kerugian,

maka penjual dapat meminta

tambahan dari pembeli.

Sesuai

10 Jika pembeli tidak dapat

menyelesaikan piutang murabahah

sesuai dengan yang diperjanjikan,

maka penjual dapat mengenakan

denda kecuali jika dapat dibuktikan

bahwa pembeli tidak atau belum

mampu melunasi disebabkan oleh

force majeur.

10 Jika pembeli tidak dapat

menyelesaikan piutang murabahah

sesuai dengan yang diperjanjikan,

maka penjual dapat mengenakan

denda kecuali jika dapat dibuktikan

bahwa pembeli tidak atau belum

mampu melunasi disebabkan oleh

force majeur.

Sesuai

Page 59: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

59

11 Penjual boleh memberikan

potongan pada saat pelunasan

piutang murabahah jika pembeli :

Melakukan pelunasan

pembayaran tepat waktu; atau

Melakukan pelunasan

pembayaran lebih cepat dari

waktu yang telah disepakati.

11 Penjual dapat member potongan,

apabila nasabah melakukan

pelunasan pembayaran tepat waktu

atau lebih cepat dari waktu yang

telah disepakati, dengan syarat

tidak diperjanjikan dalam akad dan

besarnya potongan diserahkan pada

kebijakan bank.

Sesuai

Pengakuan dan Pengukuran

I. Pengakuan dan Pengukuran Aset Murabahah

1 Pada saat perolehan, aset

murabahah diakui sebagai

persediaan sebesar biaya perolehan.

1 Pada saat perolehan, aset

murabahah diakui sebagai

persediaan sebesar biaya perolehan.

Sesuai

2 Pengukuran aset murabahah setelah

perolehan:

a) Jika murabahah pesanan

mengikat, maka :

(i) Dinilai sebesar biaya

perolehan

(ii) Jika terjadi penurunan nilai

aset karena usang, rusak, atau

kondisi lainnya sebelum

diserahkan ke nasabah,

penurunan nilai aset tersebut

diakui sebagai beban dan

mengurangi nilai aset.

2 Pengakuan dan pengukuran

persediaan :

a) Jika murabahah pesanan

mengikat, maka :

(i) Dinilai sebesar biaya

perolehan

-

Sesuai

Tidak

diatur

b) Jika murabahah pesanan tidak

mengikat, maka :

(i) Dinilai berdasarkan biaya

perolehan atau nilai bersih

yang dapat direalisasi, mana

yang lebih rendah;

(ii) Jika nilai bersih yang dapat

direalisasi lebih rendah dari

biaya perolehan, maka

selisihnya diakui sebagai

kerugian.

b) Jika murabahah pesanan tidak

mengikat, maka :

(i) Dinilai berdasarkan biaya

perolehan atau nilai bersih

yang dapat direalisasi, mana

yang lebih rendah;

(ii) Jika nilai bersih yang dapat

direalisasi lebih rendah dari

biaya perolehan, maka

selisihnya diakui sebagai

kerugian.

Sesuai

Sesuai

II. Diskon Murabahah

1 Diskon pembelian aset murabahah 1 Diskon pembelian aset murabahah

Page 60: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

60

diakui sebagai:

a) Pengurang biaya perolehan aset

murabahah, jika terjadi sebelum

akad murabahah;

b) Kewajiban kepada pembeli jika

terjadi setelah akad murabahah

dan sesuai akad yang disepakati

menjadi hak pembeli;

c) Tambahan keuntungan

murabahah, jika terjadi setelah

akad murabahah dan sesuai akad

menjadi hak penjual.

d) Pendapatan operasi lain, jika

terjadi setelah akad murabahah

dan tidak diperjanjikan dalam

akad.

diakui sebagai:

Diskon pembelian dari pemasok

sebelum akad ditandatangani diakui

sebagai pengurang biaya perolehan

aktiva murabahah

-

-

-

Sesuai

Tidak

diatur

Tidak

diatur

Tidak

diatur

2 Kewajiban penjual kepada pembeli

atas pengembalian diskon akan

tereliminasi pada saat :

a) Dilakukan pembayaran kepada

pembeli sebesar jumlah potongan

setelah dikurangi dengan biaya

pengembalian;

b) Dipindahkan sebagai dana

kebajikan jika pembeli sudah

tidak dapat dijangkau oleh

penjual.

2 - Tidak

diatur

III. Pengakuan dan Pengukuran Piutang Murabahah

1 Pada saat akad murabahah, piutang

murabahah diakui sebesar biaya

perolehan asset murabahah

ditambah keuntungan yang

disepakati.

1 Pada saat akad murabahah, piutang

murabahah diakui sebesar biaya

perolehan aset murabahah ditambah

keuntungan yang disepakati.

Sesuai

2 Pada akhir periode laporan

keuangan, piutang murabahah

dinilai sebesar nilai bersih yang

dapat direalisasi, yaitu saldo

piutang dikurangi penyisihan

kerugian piutang.

2 Pada akhir periode laporan

keuangan, piutang murabahah

dinilai sebesar nilai bersih yang

dapat direalisasi, yaitu saldo

piutang dikurangi penyisihan

kerugian piutang.

Sesuai

Page 61: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

61

IV. Pengakuan Keuntungan Murabahah

1 Pada saat terjadinya penyerahan

barang jika dilakukan secara tunai

atau secara tangguh yang tidak

melebihi satu tahun;

1 Pada periode terjadinya apabila

akad berakhir pada periode laporan

keuangan yang sama;

Sesuai

2 Selama periode akad sesuai dengan

tingkat resiko dan upaya

untukmerealisasikan keuntungan

tersebut untuk transaksi tangguh

lebih dari satu tahun. Metode-

metode berikut digunakan, dan

dipilih yang paling sesuai dengan

karakteristik risiko dan upaya

transaksi murabahahnya :

a) Keuntungan diakui saat

penyerahan aset murabahah.

b) Keuntungan diakui proporsional

dengan besaran kas yang berhasil

ditagih dari piutang murabahah.

c) Keuntungan diakui pada saat

seluruh piutang murabahah

berhasil di tagih.

2 Selama periode akad secara

proporsional, apabila akad

melampaui satu periode laporan

keuangan.

Sesuai

dengan

metod

e b)

V. Potongan Pelunasan

1 Potongan pelunasan piutang

murabahah yang diberikan kepada

pembeli yang melunasi secara tepat

waktu atau lebih cepat dari waktu

yang disepakati diakui sebagai

pengurang keuntungan murabahah.

1 Potongan pelunasan dini diakui

sebagai pengurang keuntungan

keuntungan murabahah

Sesuai

2 Pemberian potongan pelunasan

piutang murabahah dapat dilakukan

dengan menggunakan salah satu

metode berikut :

2 Potongan pelunasan dini diakui

dengan menggunakan salah satu

metode berikut ini:

a) Diberikan pada saat pelunasan,

yaitu penjual mengurangi

piutang murabahah dan

keuntungan murabahah;

a) Diberikan pada saat pelunasan,

yaitu penjual mengurangi piutang

murabahah dan keuntungan

murabahah;

Sesuai

b) Diberikan setelah pelunasan,

yaitu penjual menerima

pelunasan piutang dari pembeli

b) Diberikan setelah pelunasan,

yaitu penjual menerima

pelunasan piutang dari pembeli

Sesuai

Page 62: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

62

dan kemudian membayarkan

potongan pelunasannya kepada

pembeli.

dan kemudian membayarkan

potongan pelunasannya kepada

pembeli.

3 Potongan angsuran murabahah

diakui sebagai berikut :

a) Jika disebabkan oleh pembeli

yang membayar secara tepat

waktu, maka diakui sebagai

pengurang keuntungan

murabahah;

b) Jika disebabkan oleh penurunan

kemampuan pembeli, maka

diakui sebagai beban.

3 Potongan angsuran murabahah

diakui sebagai berikut :

Potongan pelunasan dini diakui

sebagai pengurang keuntungan

murabahah.

-

Sesuai

Tidak

diatur

VI. Denda

Denda dikenakan jika pembeli lalai

dalam melakukan kewajibannya

sesuai dengan akad, dan denda

yang diterima diakui sebagai bagian

dana kebajikan.

Denda dikenakan jika pembeli lalai

dalam melakukan kewajibannya

sesuai dengan akad, dan denda

yang diterima diakui sebagai bagian

dana kebajikan.

Sesuai

VII. Pengakuan dan Pengukuran Uang Muka (urbun).

1 Uang muka diakui sebagai uang

muka pembelian sebesar jumlah

yang diterima ;

1 Urbun diakui sebagai uang muka

pembelian sebesar jumlah yang

diterima.

Sesuai

2 Jika barang jadi dibeli oleh

pembeli, maka uang muka diakui

sebagai pembayaran piutang

(merupakan bagian pokok) ;

2 Jika transaksi murabahah

dilaksanakan, maka urbun diakui

sebagai bagian dari pelunasan

piutang.

Sesuai

3 Jika barang batal dibeli oleh

pembeli, maka uang muka

dikembalikan kepada pembeli

setelah diperhitungkan dengan

biaya-biaya yang telah dikeluarkan

oleh penjual.

3 Jika transaksi murabahah tidak

dilaksanakan, maka urbun

dikembalikan kepada nasabah

setelah dikurangi dengan biaya-

biaya yang telah dikeluarkan bank.

Sesuai

Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian

1 Piutang murabahah disajikan

sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang

murabahah dikurangi penyisihan

1 Piutang murabahah disajikan

sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang

murabahah dikurangi penyisihan

Page 63: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

63

kerugian piutang kerugian piutang

2 Margin murabahah tangguhan

disajikan sebagai pengurang (contra

account) piutang murabahah.

2 Margin murabahah tangguhan

disajikan sebagai pos lawan piutang

murabahah.

3 Beban murabahah tangguhan

disajikan sebagai pengurang (contra

account) hutang murabahah.

3 Persedian disajikan sebagai aktiva

persediaan.

Pengungkapan

1 Harga perolehan aset murabahah; 1 Rincian piutang murabahah

berdasarkan jumlah, jangka waktu,

jenis valuta, kualitas piutang dan

penyisihan penghapusan piutang

murabahah.

2 Janji pemesanan dalam murabahah

berdasarkan pesanan sebagai

kewajiban atau bukan;

2 Jumlah piutang murabahah yang

diberikan kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa.

3 Pengungkapan yang diperlukan

sesuai PSAK : 101 Penyajian

Laporan Keuangan Syariah.

3 Kebijakan dan metode akuntansi

untuk penyisihan, penghapusan dan

penanganan piutang murabahah

yang bermasalah.

4 Besarnya piutang murabahah baik

yang dibiayai sendiri oleh bank

maupun secara bersama-sama

dengan pihak lain sebesar bagian

pembiayaan bank.

5 Rincian saldo persediaan

berdasarkan jenis akad, harga

perolehan, nilai relaisasi bersih.

6 Jumlah dari setiap pemulihan nilai

persediaan dari setiap penurunan

nilai persediaan yang diakui

sebagai penghasilan selama periode

pemulihan tersebut.

7 Kondisi atau peristiwa penyebab

terjadinya pemulihan nilai

persediaan.

8 Kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam pengukuran

persediaan.

9 Saldo barang pesanan yang masih

harus diterima karena

Page 64: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

64

pemasok/supplier tidak dapat

memenuhi janjinya.

Setelah melakukan analisa kesesuaian antara kebijakan akuntansi murabahah

yang diterapkan oleh Bank Syariah BRI kantor cabang Makassar dengan PSAK No.

102 (table 5.1), dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum, kebijakan murabahah

yang diterapkan oleh Bank Syariah BRI kantor cabang Makassar telah sesuai dengan

PSAK No. 102, walaupun masih terdapat kebijakan Bank Syariah BRI kantor cabang

Makassar yang belum diatur berdasarkan PSAK No. 102, hal ini perlu untuk dikaji

ulang karena dapat mempengaruhi saldo piutang murabahah dalam laporan keuangan.

Ketidaksesuaian Kebijakan Bank Syariah BRI dengan PSAK No. 102 tentang

Akuntansi murabahah pada tabel 5.1 diatas dijelaskan berdasarkan fiqh dan fatwa

DSN-MUI sebagai berikut:

I. Karakteristik

Karakteristik mencakup aturan-aturan dalam akad dan transaksi murabahah.

Hal-hal yang berkaitan dengan akad dan pelaksanaan transaksi perlu diperhatikan

karena inilah yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional.

Murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa DSN-

MUI selanjutnya dapat dijadikan dasar dalam mengevaluasi kebijakan lembaga

keuangan syariah.

Page 65: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

65

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, pada bagian karakteristik, terdapat kebijakan

yang belum diatur dalam kebijakan murabahah bank syariah BRI antara lain pada

kolom 5 dan 6. Masing-masing penjelasannya sebagai berikut :

Pada kolom 5, PSAK 102 : “Akad murabahah memperkenankan penawaran

harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah

dilakukan”. Ketentuan ini dapat dijelaskan dengan contoh kasus, misalnya : seseorang

ingin menjual barangnya, dan dia menawarkan dua cara pembayaran dalam penjualan

barang tersebut kepada pembeli : cara pertama, secara tunai seharga Rp. 10.000.000

atau cara kedua, secara kredit seharga Rp. 12.000.000. Dalam buku fatwa-fatwa jual

beli yang disusun oleh Syaikh Ahmad bin „Abdurrazzaq ad Duwaisy di jelaskan

bahwa, diperbolehkan bagi seseorang menjual barangnya secara tidak tunai dengan

batas waktu tertentu, meskipun dia menaikkan harganya sampai pada batas waktu

tertentu. Pembeli dapat membeli barang tersebut dengan pembayaran tunai atau

dengan cara mengangsur. Namun, jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada

satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.

Adapun larangan nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam untuk melakukan dua

akad dalam satu jual beli, maka jumhur ulama menafsirkan dengan penafsiran : “Bila

seseorang menjual mobil atau lainnya kepada orang lain dengan harga sepuluh ribu

dengan pembayaran tunai, atau dua belas ribu dengan pembayaran kredit, kemudian

mereka berdua berpisah dari tempat berlangsungnya transaksi tanpa ada kesepakatan

dengan satu dari dua pilihan: pembayaran tunai atau kredit, maka penjualan dengan

Page 66: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

66

cara ini tidak boleh, dan tidak sah, karena akad yang dijalankan tidak diketahui,

apakah dengan pembayaran tunai atau dikredit.

Diantara dalil persyaratan ini ialah hadits berikut:

“Dari sahabat Abu Hurairah radiallahu‟anhu ia menuturkan: Rasulullah

Shallallahu „Alaihi Wasallam melarang dua akad penjualan dalam satu akad

penjualan.” ( HR.Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa‟I, Ibnu Hibban dan

dihasankan oleh Al-Albani)

Namun, jika kedua belah pihak (penjual dan pembeli) bersepakat sebelum

berpisah dari tempat pelaksanaan jual beli untuk memilih salah satu dari kedua cara

pembayaran tersebut; tunai atau kredit; kemudian keduanya berpisah setelah

menentukan pilihan tersebut, jual beli itu sah. Karena harga penjualan dan cara

pembayaran telah jelas.( Syaikh Ahmad bin „Abdurrazzaq ad Duwaisy: 151 dan 191).

Pada kolom 6, PSAK 102 : “Harga yang disepakati dalam murabahah adalah

harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan

diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli.”

Pernyataan ini telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum murabahah bahwa: “harga jual senilai harga

beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur

harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Dan Fatwa

Dewan Syariah Nasional NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang ketentuan umum diskon

dalam murabahah bahwa; “Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan

biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan dan jika

Page 67: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

67

dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya

adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.”

II. Pengakuan dan pengukuran .

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, pada bagian pengakuan dan pengukuran,

terdapat kebijakan yang tidak diatur dalam kebijakan murabahah bank syariah BRI

antara lain pada Butir I tentang “pengakuan dan pengukuran aset murabahah” point

ke 2, butir II tentang “diskon murabahah” point 1 dan 2, serta butir V tentang

potongan angsuran murabahah” point 3 . Masing-masing penjelasannya sebagai

berikut :

Penjelasan butir I point ke 2 tentang “pengakuan dan pengukuran aset

murabahah terhadap aset yang mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan

kepada nasabah” (lihat tabel 5.1), Merupakan kewajiban setiap orang muslim yang

beriman kepada Allah Ta‟ala dan hari akhir, untuk senantiasa berbuat jujur dalam

segala urusannya, termasuk ketika berjual beli. Sehingga bila ia mengetahui bahwa

pada barang yang diperjualbelikan ada cacatnya, ia berkewajiban untuk

memberitahukannya kepada calon pembeli. Sehingga bila pembeli benar-benar

mendapatkan barang sesuai dengan yang diharapkan, ia akan sepenuhnya rela dengan

pembeliannya tersebut. Dan bila pembeli benar-benar rela dengannya, maka harga

pembelian yang diterima oleh penjual benar-benar halal, serta diberkahi Allah Ta‟ala:

“ Dari sahabat Hakim bin Hizam radiallahu‟anhu dari Nabi Shallallahu

„Alaihi Wasallam beliau bersabda: “Kedua orang penjual dan pembeli

Page 68: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

68

masing-masing memiliki hak pilih selama keduanya belum berpisah, bila

keduanya berlaku jujur dan menjelaskan, maka akan diberkahi untuk mereka

penjualannya, dan bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi,

niscaya akan diahpuskan keberkahan penjualannya.” (muttafaqun „alaihi)

Oleh karena itu, ketika suatu saat nanti terbukti bahwa barang yang ia jual ada

cacatnya dan ia tidak memberitahukannya kepada pembeli, syariat islam memberikan

hak kepada pembeli untuk membatalkan pembeli dan menarik kembali uang

pembayarannya, walaupun pembeli telah menggunakan barang tersebut. Hal ini

berdasarkan hadits berikut :

“ Dari Aisyah radiallahu‟ anhu‟: bahwa seorang lelaki yang membeli seorang

budak, kemudian ia memperkerjakannya, lalu ia mendapatkan pada budak

tersebut cacat, sehingga ia mengembalikannya (kepada penjual). Maka

penjual mengadu (kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam) dan

berkata: wahai Rasulullah , sesungguhnya ia telah memperkerjakan budakku?

Maka Rasulullah bersabda: “Keuntungan itu adalah imbalan atas tanggung

jawab/ jaminan.” (HR.Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah,Al-Hakim, Al-

Baihaqi dan dihasankan oleh Al-Albani)

Sebagian ulama lainnya mengungkapkan definisi aib/cacat yang dimaksud

dengan ucapan yang lebih simple, yaitu: “setiap hal yang menyebabkan berkurangnya

harga suatu barang.”

Dari definisi dan juga penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa cacat

yang dapat menjadi alasan untuk membatalkan penjualan ialah cacat yang terjadi

pada barang sebelum terjadinya akad penjualan, atau disaat sedang akad penjualan

berlangsung atau sebelum barang tersebut diserah terimakan kepada pembeli. Yang

demikian itu karena barang tersebut pada tiga keadaan ini merupakan tanggung jawab

penjual. (Muhammad Arifin bin Badri, MA:2008)

Page 69: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

69

Penjelasan butir II tentang “diskon murabahah” point 1 dan 2 : Ketentuan

umum tentang diskon murabahah telah dimuat dalam fatwa Dewan Syari'ah Nasional

No: 16/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Diskon Dalam Murabahah, bahwa : “Jika dalam

jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah

harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah. Jika pemberian diskon

terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian

(persetujuan) yang dimuat dalam akad.” Tetapi dalam penetapan pengakuan dan

pengukuran diskon murabahah selama tidak menyelisihi syariat dan tidak

mengandung unsur penipuan (najesy) maka hukumnya boleh. Dalam ilmu fiqih

dikenal sebuah kaedah besar yang berbunyi : “Hukum asal dalam segala hal boleh,

hingga ada dalil yang menunjukkan akan keharamannya.” (Muhammad Arifin bin

Badri, MA:2008)

“Dari sahabat ibnu „Umar Radiallahu „Anhu, ia menuturkan: “Nabi

Shallallahu „Alaihi Wasallam melarang perbuatan najesy.” (muttafaqun

„alaihi)

Penjelasan butir V tentang “potongan angsuran murabahah” point 3 : oleh para

ahli fiqih dikenal istilah “potong dan percepatlah pembayaran.” Mengenai

kebolehannya masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Dan yang benar

adalah pendapat mereka yang membolehkan “pemotongan harga dan percepatan

pembayaran.” Yang demikian itu berdasarkan riwayat dari Imam Ahmad dan menjadi

pilihan Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim, yang dinisbatkan kepada Ibnu „Abbas

Radiallahu „anhu.

Page 70: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

70

Dengan nada membolehkan Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:

“Karena praktek tersebut kebalikan dari praktek riba. Riba mengandung penambahan

pada salah satu pihak, sebagai ganti dari dilampauinya jangka waktu, sedangkan

praktek ini mengandung keterlepasan tanggung jawabnya dari salah satu pihak

sebagai imbalan dari berhentinya akhir jangka waktu. Dengan demikian, sebagian

kewajiban pembayaran gugur sebagai ganti gugurnya sebagian jangka waktu yang

diberikan. Dengan demikian masing-masing pihak mendapatkan keuntungan dan

dalam praktek tersebut tidak ada riba, baik dalam pengertian sebenarnya, bahasa,

maupun tradisi. Sebab, riba berarti tambahan. Sedang praktek di atas sama sekali

tidak mengandung pengertian itu. Orang-orang yang mengharamkan hal tersebut

mengqiyaskannya dengan riba. Padahal tampak jelas perbedaan antara ucapan: “Baik

kamu harus menambah atau kamu akan melunasinya”, dan ucapan: “Segerakan

pembayaran kepada saya dan saya akan berikan kepadamu seratus.” Itu jelas tidak

ada kesamaan antara keduanya. Tidak ada nash, ijma‟ maupun qiyas shahih yang

mengharamkan hal tersebut. ( Syaikh Ahmad bin „Abdurrazzaq ad Duwaisy, 2005:

161).

Namun, jika potongan angsuran disebabkan oleh penurunan kemampuan

pembeli. Allah Subahanahu wa Ta‟ala berfirman :

Page 71: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

71

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak

menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (

QS. Al Baqarah: 276)

Pada ayat ini Allah Ta‟ala mengancam para pemakan riba dan kemudian

dilanjutkan dengan menyebutkan ganjaran yang akan diterima oleh orang yang

bersedekah. Dan dalam ayat lain Allah Ta‟ala berfirman :

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh

sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)

itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. (QS. Al Baqarah:280).

Potongan pelunasan angsuran murabahah telah diatur dalam Fatwa Dewan

Syari'ah Nasional No: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah

(Khashm Al-Murabahah) bahwa “LKS boleh memberikan potongan dari total

kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam transaksi (akad) murabahah yang telah

melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan nasabah yang

mengalami penurunan kemampuan pembayaran.”

III. Penyajian dan Pengungkapan

Allah Subahanahu Wa Ta‟ala berfirman:

Page 72: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

72

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan

janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, …

5.2 Jurnal Akuntansi Murabahah.

5.2.1 Jurnal akuntansi berdasarkan kebijakan PT Bank Syariah BRI Kantor

Cabang Makassar.

Dalam pelaksanaannya, jurnal akuntansi murabahah oleh pihak Bank dimulai

pada saat pengadaan aktiva non-kas hingga pada saat penyelesaian pembiayaan

murabahah.

1. Pada saat pembayaran uang muka kepada pemasok. Akun Piutang murabahah

didebet karena aktiva belum diperoleh, sebaliknya akun Kas berkurang sehingga

harus dikredit. Jurnalnya:

Dr.Piutang uang muka xxx

Cr.Kas xxx

2. Pada saat perolehan barang murabahah. Akun Persediaan bertambah didebet,

sebaliknya akun Piutang uang muka dikredit karena uang muka merupakan

bagian dari pelunasan piutang kemudian akun kas berkurang dikredit sebesar

kekurangan dari pelunasan piutang. Jurnalnya:

Dr.Persediaan aktiva murabahah xxx

Cr.Piutang uang muka xxx

Cr.Kas/rekening pemasok xxx

Page 73: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

73

3. Pada saat dibatalkan, sebagian uang muka diterima kembali.

Dr.Kas/rekening pemasok xxx

Dr.Beban operasional lain xxx

Cr.Piutang uang muka xxx

4. Bila terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, misalnya rusak, kadaluarsa dan

ketinggalan teknologi. Penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan

mengurangi nilai aset (persediaan). Jurnalnya:

Dr.Kerugian penurunan nilai persediaan-aktiva murabahah xxx

Cr.Persediaan-aktiva murabahah xxx

5. Bila terjadi penurunan nilai wajar persediaan dibawah harga perolehannya.

Dr.Beban selisih penilaian aktiva murabahah xxx

Cr.Selisih penilaian persediaan aktiva murabahah xxx

6. Bila terjadi kenaikan nilai wajar setelah terjadi penurunan nilai wajar persediaan.

Dr.Selisih penilaian persediaan aktiva murabahah xxx

Cr.Keuntungan selisih penilaian persediaan murabahah xxx

7. Pada saat perolehan aktiva murabahah, aset murabahah diakui sebagai

persediaan sebesar biaya perolehan. Ini berarti, penambahan (debet) terhadap

akun persediaan, dan pengurangan (kredit) terhadap akun kas. Jurnalnya:

Dr.Persediaan/aktiva murabahah xxx

Cr.Kas/rekening pemasok xxx

Page 74: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

74

8. Pada saat penjualan/penyerahan kepada nasabah (akad murabahah), piutang

murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang

disepakati. Ini berarti, penambahan (debet) terhadap akun piutang, penurunan

(kredit) akun persediaan sebesar biaya perolehan persediaan, dan penambahan

(kredit) margin murabahah yang ditangguhkan sebesar keuntungan yang ditelah

disepakati. Jurnalnya:

Dr.Piutang murabahah xxx

Cr.Persediaan/aktiva murabahah xxx

Cr.Margin murabahah yang ditangguhkan xxx

9. Uang muka (urbun).

(a) Penerimaan uang muka (urbun) dari nasabah. Urbun diakui sebagai uang

muka pembelian sebesar jumlah yang diterima. Ini berarti, penambahan

(debet) terhadap akun kas dan penambahan (kredit) terhadap akun kewajiban

lain. Jurnalnya:

Dr.Kas xxx

Cr.Kewajiban lain-uang muka murabahah xxx

(b) Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada nasabah. Dalam kondisi

ini, kewajiban lain menurun (debet), pendapatan operasional bertambah

(kredit) sebesar jumlah biaya yang telah dikeluarkan bank pada saat

pembelian aset murabahah, kemudian kas berkurang (kredit) sebesar selisih

antara uang muka dengan biaya yang telah dikeluarkan bank. Jurnalnya:

Page 75: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

75

Dr.Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun) xxx

Cr.Pendapatan operasional xxx

Cr.Kas/rekening pemasok xxx

(c) Apabila murabahah jadi dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai bagian dari

pelunasan piutang. Ini berarti, penurunan (debet) pada akun kewajiban lain,

dan penurunan (kredit) pada akun piutang murabahah. Jurnalnya:

Dr.Kewajiban lain-uang muka murabahah (urbun) xxx

Cr.Piutang murabahah xxx

10. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin).

Dr.Kas xxx

Cr.Piutang murabahah xxx

Dr.Margin murabahah ditangguhkan xxx

Cr.Pendapatan margin murabahah xxx

11. Pengakuan pendapatan murabahah pokok dan margin.

Dr.Piutang murabahah jatuh tempo xxx

Cr.Piutang murabahah xxx

Dr.Margin murabahah yang ditangguhkan xxx

Cr.Pendapatan margin murabahah xxx

12. Penerimaan angsuran tunggakan pokok dan margin

Dr.Kas/rekening xxx

Cr.Piutang murabahah jatuh tempo xxx

Page 76: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

76

13. Pemberian potongan pelunasan dini

(a) Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan

keuntungan murabahah.

Dr.Kas/rekening xxx

Cr.Margin murabahah yang ditangguhkan xxx

Dr.Piutang murabahah xxx

Cr.Pendapatan margin murabahah xxx

(b) Jika setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang

murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan dini

murabahah kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah.

Dr.Kas xxx

Cr.Piutang murabahah xxx

Dr.Margin murabahah yang ditangguhkan xxx

Cr.Pendapatan margin murabahah xxx

Dr.Beban operasional-potongan pelunasan dini xxx

Cr.Kas/rekening xxx

14. Penerimaan denda dari nasabah. Denda diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Dr.Kas/rekening xxx

Cr.Rekening simpanan wadiah-dana kebajikan xxx

Page 77: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

77

5.2.2 Jurnal akuntansi berdasarkan PSAK 102

Akuntansi untuk penjual.

1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya

perolehan.

Dr.Aset Murabahah xxx

Cr.Kas/Aset Non Kas xxx

2. Untuk murabahah pesanan mengikat maka, dinilai sebesar biaya perolehan.

Jika penurunan nilai aset karena rusak atau usang atau kondisi lainnya sebelum

diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan

mengurangi nilai aset, jurnalnya :

Dr.Beban xxx

Cr.Aset Murabahah xxx

Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat

maka aset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat

direalisasi dan dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat

direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai

kerugian.

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat,

maka :

Page 78: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

78

Dr.Kerugian xxx

Cr.Aset Murabahah xxx

3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka

perlakuannya adalah sebagai berikut :

(a) Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi

sebelum akad murabahah, jurnal :

Dr.Aset Murabahah xxx

Cr.Kas xxx

(b) Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah

dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, jurnal :

Dr.Kas xxx

Cr.Hutang xxx

(c) Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad

murabahah sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, jurnal :

Dr.Kas xxx

Cr.Keuntungan Murabahah xxx

(d) Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak

diperjanjikan dalam akad , jurnal :

Dr.Kas xxx

Cr.Pendadapatan Operasional Lain xxx

Page 79: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

79

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan

tereliminasi pada saat

(a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal :

Dr.Utang xxx

Cr.Kas xxx

Atau

(b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat

dijangkau oleh penjual, jurnal :

Dr.Utang xxx

Cr.Kas xxx

Dr.Dana Kebajikan Kas xxx

Cr.Dana kebajikan potongan pembelian xxx

5. Keuntungan murabahah diakui :

(a) Pada saat terjadinya akad murabahah jika penjualan dilakukan secara tunai

atau tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu

periode laporan keuangan maka keuntungan langsung diakui pada periode

tersebut. Jurnal :

Page 80: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

80

Dr.Kas xxx

Dr.Piutang Murabahah xxx

Cr.Aset Murabahah xxx

Cr.Keuntungan xxx

(b) Namun apabila lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai

berikut :

(1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat

apabila risiko penagihannya kecil, dicatat dengan cara yang sama

pada butir (a).

(2) Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang

berhasil ditagih dari piutang murabahah, maka jurnal :

Pada saat penjualan kredit dilakukan :

Dr.Piutang Murabahah xxx

Cr.Aset Murabahah xxx

Cr.Keuntungan tangguhan xxx

Pada saat penerimaan angsuran :

Dr.Kas xxx

Cr.Piutang Murabahah xxx

Dr.Keuntungan Tangguhan xxx

Cr.Keuntungan xxx

Page 81: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

81

(3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih,

dicatat dengan cara yang sama pada poin (2), hanya saja jurnal

pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai di

tagih.

6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah

dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,

piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama

dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan

kerugian piutang.

Dr.Beban Piutang tak Tertagih xxx

Cr.Penyisihan Piutang tak Tertagih xxx

7. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang

melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui

sebagai pengurang keuntungan murabahah.

(a) Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai

pengurang keuntungan.

Dr.Kas xxx

Dr.Keuntungan ditangguhkan xxx

Cr.Piutang Murabahah xxx

Cr.Keuntungan xxx

Page 82: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

82

(b) Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima

pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan

pelunasannya kepada pembeli. Jurnal :

Dr.Kas xxx

Dr.Keuntungan ditangguhkan xxx

Cr.Piutang Murabahah xxx

Cr.Keuntungan xxx

(sesuai porsi pengakuan keuntungan)

Dr.Pada saat pengembalian kepada pembeli

Dr.Keuntungan Murabahah xxx

Cr.Kas xxx

Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan

pembayaran pembeli diakui sebagai beban:

Dr.Kas xxx

Dr.Keuntungan ditangguhkan xxx

Dr.Beban xxx

Cr..Piutang Murabahah xxx

Cr.Keuntungan xxx

8. Denda diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Dr.Kas xxx

Cr.Dana Kebajikan Denda xxx

Page 83: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

83

9. Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka :

(a) Penerimaan uang muka dari pembeli.

Dr.Kas xxx

Cr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

(b) Apabila murabahah jadi dilaksanakan.

Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr.Piutang Murabahah xxx

Sehingga untuk penentuan margin keuntungan didasarkan atas nilai

piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka)

(c) Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli

lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan penjual,maka selisihnya

dikembalikan. Jurnal :

Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr.Pendapatan operasional xxx

Cr.Kas xxx

(d) Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli

lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan penjual.

Dr.Kas/Piutang xxx

Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr.Pendapatan Operasional xxx

Page 84: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

84

(e) Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama

dengan beban yang dikeluarkan.

Dr.Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx

Cr.Pendapatan Operasional xxx

Akuntansi untuk pembeli.

1. Aset yang diperoleh melaui transaksi murabahah diakui sebesar biaya

perolehan murabahah tunai.

Dr.Aset xxx

Dr.Beban Murabahah Tangguhan xxx

Cr.Utang murabahah xxx

Jika ada uang muka :

Dr.Uang muka xxx

Cr.Kas xxx

Dr.Aset xxx

Dr.Beban Murabahah Tangguhan xxx

Cr.Uang Muka xxx

Cr.Utang Murabahah xxx

2. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui

sebagai beban murabahah tangguhan. Beban murabahah tangguhan

diamortisasi secara proporsional dengan porsi uatang murabahah. Jurnal :

Page 85: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

85

Dr.Utang Murabahah xxx

Cr.Kas xxx

Dr.Beban xxx

Cr.Beban Murabahah Tangguhan xxx

3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan

dan potongan utang murabahah sebagai pengurang beban murabahah

tangguhan.

Dr.Kas xxx

Cr.Beban Murabahah Tangguhan xxx

Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan uang murabahah:

Dr.Utang Murabahah xxx

Cr.Kas xxx

Dr.Beban xxx

Cr.Beban Murabahah Tangguhan xxx

4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai

dengan akad diakui sebagai kerugian.

Dr.Kerugian xxx

Cr.Kas/Utang xxx

5. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai

kerugian. Jurnal :

Page 86: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

86

Dr.Uang muka xxx

Cr.Kas xxx

Dr.Kas xxx

Dr.Kerugian xxx

Cr.Uang Muka xxx

5.3 Kebijakan untuk Piutang Murabahah yang Bermasalah

5.3.1 Penyisihan Kerugian Piutang

Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai

bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian

piutang. Contoh penyajian piutang dalam neraca tampak seperti dibawah ini:

Piutang murabahah Rp. 17.881.000.000

Dikurangi: penyisihan piutang tak tertagih Rp. 1.370.050.000

Piutang murabahah neto Rp. 16.510.950.000

Terdapat dua cara dalam menaksir jumlah penyisihan kerugian piutang, yaitu: (1)

berdasarkan saldo piutang, dan (2) berdasarkan saldo penjualan. Adapun metode

akuntansi yang diterapkan oleh PT Bank Syariah BRI dalam menaksir penyisihan

kerugian piutang murabahah yaitu penyisihan atas dasar saldo piutang. Saldo yang

dipakai adalah rata-rata antara saldo piutang pada awal dan akhir periode.

Ilustrasi perhitungan penyisihan kerugian piutang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 87: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

87

Saldo piutang rata-rata = Rp. 9.520.000.000 + Rp. 17.881.000.00

2

= Rp. 27.401.000.000

Penyisihan kerugian piutang = 5% x 27.401.000.000

= Rp. 1.370.050.000.

Jumlah penyishan sebesar Rp 1.370.050.000 akan muncul di neraca sebagai

saldo penyisihan kerugian piutang. Jumlah inilah yang akan dikurangkan ke akun

piutang murabahah untuk memperoleh nilai piutang murabahah yang dapat direalisasi.

5.3.2 Penghapusan dan Penyelesaian Piutang Murabahah yang bermasalah

Untuk menangani piutang murabahah bagi nasabah yang tidak bisa

menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah

disepakati, PT Bank Syariah BRI terlebih dahulu melakukan survey ke nasabah untuk

mengetahui mengapa nasabah tersebut tidak dapat melunasi hutangnya pada saat jatuh

tempo. Langkah yang digunakan adalah menawarkan penyelesaian dengan jalan : (1)

Memperpanjang jangka waktu murabahah, (2) Mengurangi angsuran murabahah,

sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

PT Bank Syariah BRI dapat melakukan penyelesaian murabahah bagi nasabah

yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang

telah disepakati, dengan ketentuan:

a. Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui

PT Bank Syariah BRI dengan harga pasar yang disepakati.

Page 88: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

88

b. Nasabah melunasi hutangnya kepada PT Bank Syariah BRI dari hasil

penjualannya ditambah biaya administrasi.

c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka PT Bank Syariah BRI

mengembalikan sisanya kepada nasabah.

d. Apabila hasil penjualan tidak dapat menutupi jumlah hutang maka PT Bank

Syariah BRI dapat meminta kekurangannya kepada nasabah.

Setelah ketentuan diatas dilaksanakan, maka PT Bank Syariah BRI akan

melakukan penghapusan piutang. Dalam penghapusan piutang, saldo piutang kepada

pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan perusahaan. Dengan penghapusan piutang

tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi

dalam rincian piutang. Untuk menggambarkan pencatatan penghapusan piutang

anggaplah bahwa saldo piutang murabahah pada tanggal 31 Desember 2008 adalah

Rp.17.881.000.000 . saldo penyisihan piutang tak tertagih yang berhubungan

dengannya untuk tanggal yang sama adalah Rp. 1.370.050.000 pada tanggal 15 januari

2009 diputuskan bahwa piutang murabahah nyonya A.aryani sebesar Rp. 13.000.000

dihapuskan karena yang bersangkutan dikatakan bangkrut. Ayat jurnal yang perlu

dibuat untuk mencatat penghapusan piutang ini adalah sebagai berikut:

Dr.Penyisihan Kerugian Piutang Rp. 13.000.000

Cr.Piutang Murabahah Rp. 13.000.000

Page 89: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

89

Ayat jurnal diatas tidak mempengaruhi jumlah yang dapat direalisasi dari

piutang murabahah, karena beban yang berhubungan dengan tidak tertagihnya piutang

telah dicatat pada waktu dibuat penyisihan.

5.3.3 Penerimaan Setoran Nasabah yang telah dihapuskan

Adakalnya, tanpa diduga-duga , piutang yang telah dihapuskan, ternyata dapat

ditagih. Dalam hal ini, kebijakan yang diambil oleh PT. Bank Syariah BRI yaitu

dengan mengacu pada PSAK 31 (revisi 2000), paragraph 40, “ Penerimaan kredit yang

telah dihapuskan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian piutang

sebesar nilai pokok. Anggaplah bahwa dalam ilustrasi diatas, pada tanggal 1 juni 2009

Nyonya. A. Aryani datang dan melunasi hutangnya. Ayat jurnal yang harus dibuat

untuk kejadian ini adalah:

(1)

Dr.Piutang Murabahah Rp. 13.000.000

Cr.Penyisihan Kerugian Piutang Rp. 13.000.000

(menyatakan kembali piutang A. Aryani yang sebelumnya telah dihapuskan)

(2)

Dr. Kas/Bank Rp. 13.000.000

Cr.Piutang Murabahah Rp. 13.000.000

(mencatat penerimaan uang dari penagihan piutang seperti biasa dilakukan)

Page 90: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

90

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara umum, kebijakan murabahah yang diterapkan oleh Bank Syariah BRI

kantor cabang Makassar telah sesuai dengan PSAK No. 102, walaupun masih

terdapat kebijakan Bank Syariah BRI kantor cabang Makassar yang belum diatur

berdasarkan PSAK No. 102.

2. Baik kebijakan murabahah yang diterapkan oleh PT Bank Syariah BRI maupun

yang tercantum dalam PSAK No. 102, telah mengacu pada ketentuan umum

murabahah yang diatur dalam Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 04/DSN-

MUI/Iv/2000 Tentang Murabahah.

3. Pencatatan piutang murabahah oleh bank pada jurnal mencakup seluruh transaksi

murabahah yang meliputi: (i) pengadaan aktiva murabahah diawali pada saat

pembayaran uang muka kepada pemasok, saat perolehan aktiva murabahah, dan

saat pengadaan aktiva murabahah dibatalkan; (ii) proses akad pembiayaan yang

meliputi pencatatan pada saat penjualan aktiva, pencatatan atas urbun

(penerimaan uang muka) dari nasabah; dan (iii) setelah proses akad, yang

meliputi penerimaan angsuran dari nasabah baik pokok maupun margin,

pengakuan pendapatan dan penerimaan angsuran tunggakan, pemberian

potongan pelunasan dini serta penerimaan denda dari nasabah.

Page 91: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

91

4. Dalam menaksir penyisihan kerugian piutang PT Bank Syariah BRI,

menggunakan metode “Penyisihan atas Dasar Saldo Piutang” dengan

menetapkan suatu persentase terhadap saldo piutang. Saldo yang dipakai adalah

rata-rata antara saldo piutang pada awal dan akhir periode.

5. Ketentuan yang dilakukan PT Bank Syariah BRI dalam penyelesaian hutang

murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi

pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, antara lain: (i)

Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui

PT Bank Syariah BRI dengan harga pasar yang disepakati, (ii) Nasabah melunasi

hutangnya kepada PT Bank Syariah BRI dari hasil penjualannya ditambah biaya

administrasi, (iii) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka PT Bank

Syariah BRI mengembalikan sisanya kepada nasabah, (iv) Apabila hasil

penjualan tidak dapat menutupi jumlah hutang maka PT Bank Syariah BRI

dapat meminta kekurangannya kepada nasabah. Setelah ketentuan diatas

dilaksanakan, maka PT Bank Syariah BRI akan menghapus hutang nasabah

yang bersangkutan dari catatan perusahaan.

6. Dalam mengakui penerimaan tagihan nasabah yang telah dihapuskan PT. Bank

Syariah BRI mengacu pada PSAK No.31 (revisi tahun 2000).

6.2 Saran

Adapun saran penulis, terhadap PT. Bank Syariah BRI Kantor Cabang Makassar,

untuk mendukung tercapai pengakuan dan pengukuran piutang murabahah yang tepat

Page 92: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

92

agar melakukan penyesuaian kebijakan murabahah yang diterapkan, sesuai PSAk No.

102 tentang akuntansi murabahah dan senantiasa memperhatikan penerapan prinsip-

prinsip syariah didalam setiap aktivitas perusahaan.

Untuk menentukan kebijakan dalam mengakui penerimaan tagihan nasabah yang

telah dihapuskan, hendaknya PT. Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia tetap merujuk

pada ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional-

Majelis Ulama Indonesia, karena aturan yang tercantum dalam PSAK No.31 masih

menganut prinsip perbankan konvensional.

Diharapkan kepada PT. Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia , untuk selalu

membuka akses kepada mahasiswa dalam melakukan penelitian terutama yang

berkaitan dengan teknis pelaksanaan transaksi bank agar mahasiswa dapat menyusun

skripsi dengan lebih baik dan dapat memberikan saran yang lebih baik pula kepada PT.

Bank Syariah Bank Rakyat Indonesia .

Page 93: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

93

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur‟an dan Hadits

Ad-Duwaisy, Syaikh Ahmad bin „Abdurrazzak. 2006.Fatwa-Fatwa Jual beli oleh

Ulama-Ulama Besar Terkemuka. Cetakan Kedua. Bogor: Penerbit Pustaka

Imam Asy-Syafi‟i.

Arifin bin Badri Muhammad, MA. 2008. Sifat Perniagaan Nabi Sallahu‟alaihi Wa

Sallam. Bogor: Penerbit Pustaka Darul Ilmi.

Arifin Zainul, Drs. Mba. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cetakan

ketiga. Jakarta: Penerbit Pustaka Alvabet Anggota IKAPI.

IAI, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, 2008.

IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang akuntansi

Murabahah, 2008.

Karim Adiwarman, IR. H. 2007. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta:

penerbit Gema Insani.

Muhammad, Drs. M. Ag. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Penerbit

UUP AMP YKPN.

Rifai mohammad, DR. 2002. Konsep Perbankan Syari‟ah. Semarang: Penerbit

Wicaksana.

Sugiono, Dr. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung: Penerbit

CV Alfabeta.

Soemarso S. R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Page 94: PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG MURABAHAH DI …

94

Syafi‟i Antonio Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Cetakan ke

satu. Jakarta: Penerbit Gema Insani Press.

Syahatan Husein, DR. 2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam. Cetakan

Pertama. Jakarta: Penerbit Akbar Media Eka Sarana.

Wirdyianingsih, SH., MH., et al. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.

Cetakan pertama. Jakarta: Percetakan Kencana.

Zulkifli Sunarto. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta:

Penerbit Zikrul Hakim.