Upload
ilma-hudalina-fumasa
View
84
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ifrs
Citation preview
TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL
Penerapan IFRS di Indonesia dan
Pakistan
OLEH
ILMA HUDALINA FUMASA
11 158 005
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
A. Penerapan IFRS di Indonesia
Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada Standar Pelaporan Keuangan
Internasional atau IFRS. Batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan
pemerintah untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012. Konvergensi akuntansi
Indonesia ke IFRS diperlukan agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari
komunitas internasional yang sudah lama menganut standar tersebut. Selain IFRS, kutub
standar akuntansi yang berlaku di dunia saat ini adalah United States General Accepted
Accounting Principles (US GAAP). Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa,
termasuk Inggris, menggunakan International Accounting Standard (IAS) dan
International Accounting Standard Board (IASB).
Tahun 2006 – 2008 dilakukan konvergensi IFRS tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai
dengan tahun 2010, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak enam kali, yakni 1 Oktober 1995,
1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007 dan 1 Juli
2009. Sampai dengan 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru 10 standar. Manfaat
penerapan IFRS :
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK)
2. Mengurangi biaya SAK
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan
5. Meningkatkan transparansi keuangan
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui
pasar modal
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
B. Faktor pendukung dan penghambat penerapan IFRS di Indonesia
Beberapa kendala yang dihadapi dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS, yaitu :
1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
3. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, dan acapkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastruktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
Manfaat konvergensi IFRS secara umum adalah :
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability)
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management.
- Reklasifikasi antar kelompok surat berharga (securities) dibatasi cenderung
dilarang
- Reklasifikasi dari dan ke FVTPL, dilarang
- Reklasifikasi dari L&R ke AFS, dilarang
- Tidak ada lagi extraordinary items
Walaupun untuk menerapkan konvergensi IFRS di Indonesia tidaklah mudah, namun
tentu saja hal ini mempunyai manfaat sehingga konvergensi ini dilakukan tidak untuk sia-sia
saja. Manfaatnya adalah sebagai berikut:
1) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikenal secara internasional
2) Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi
3) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global
4) Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan
5) Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan
untuk melakukan earning management
Sebenarnya penerapan IFRS di Indonesia telah dimulai secara bertahap sejak tahun
2007, namun akan diterapkan penuh tahun 2012 mendatang,” Sedangkan untuk standar
pencatatan keuangan yang tidak ada di atur dalam IFRS seperti akuntansi syariah, akuntansi
untuk UKM dan akuntansi untuk organisasi nirlaba akan dikembangkan sendiri oleh IAI.
Tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada
diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut
kesesuaian dengan IFRS, dengan demikian diharapkan meningkatkan kegiatan investasi
secara global, memperkecil biaya modal (cost of capital) serta lebih meningkatkan
transparansi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan.
Dengan konvergensi IFRS ini, PSAK akan bersifat principle-based, bukan rule-based
lagi seperti selama ini. Hal itu memerlukan professional judgment, sehingga seiring
peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan peningkatan integritas. Peta arah
(roadmap) program konvergensi IFRS yang dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama
tahap adosi (2008 - 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan
infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang
berlaku. Kedua tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang
diperlukan. Ketiga yaitu tahap implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK
yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
C. Penerapan IFRS di Pakistan
The Institute of Chartered Accountants of Pakistan (ICAP) adalah badan yang
mengatur standar akuntansi di Pakistan, yang bekerjasama dengan Securities and
Exchange Commission of Pakistan (SECP) yang merupakan regulator untuk sektor
korporasi dan bursa efek. Selain itu, ICAP juga bekerja sama dengan State Bank of
Pakistan (Bank Pakistan). Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir, Pakistan telah
membuat kemajuan yang signifikan dalam mengadopsi dan mengimplementasi IFRS
untuk perusahaan yang telah terdaftar melalui usaha bersama dan kerjasama yang erat
untuk profesi akuntansi dan dewan pengawas.
Perekonomian di Pakistan yang tumbuh cukup pesat sekitar 7% pada lima tahun
terakhir telah mengindikasikan bahwa Pakistan menjadi salah satu negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang cepat, di samping Cina, India dan Vietnam. Pakistan
memiliki sekitar 660 perusahaan yang terdaftar, yang secara tidak langsung telah membuat
suatu kerangka kerja untuk mengatur aktivitas bisnis, termasuk institusi regulator untuk
pengembangan standar akuntansi dan standar audit.
ICAP, sebagai badan yang didirikan di bawah The Chartered Accountants Ordinance,
pada tahun 1962, adalah regulator untuk profesi akuntansi di Pakistan. Seluruh laporan
keuangan perusahaan publik diharuskan untuk diaudit oleh akuntan beregister ini, yang
menjadi anggota dari ICAP. ICAP telah membentuk sebuah proses yang melakukan
review teknikal dan konsultasi dengan mendirikan berbagai komite yang mereview IFRS,
menyebarkan eksposur draft kepada sektor korporasi dan anggotanya, dan berkonsultasi
dengan para stakeholder dan merekomendasikan kepada dewan standar untuk melakukan
adopsi. Sebagai tambahan, Pakistan telah mengadopsi IFRS tanpa membuat banyak
perubahan didalamnya.
Pakistan telah membuat usaha yang signifikan untuk menghilangkan perbedaan antara
permintaan lokal untuk pelaporan keuangan perusahaan dengan standar internasional
dengan tidak hanya mengadopsi IFRS tapi juga melakukan mekanisme untuk mengurangi
permasalahan perbedaan tersebut.
Seluruh IAS telah diadopsi oleh ICAP dan disetujui oleh SECP untuk perusahaan
terdaftar kecuali IAS 29 (pelaporan keuangan untuk ekonomi hiperinflasi), dan IAS 41
(pertanian), dan IFRS 1 hingga 6. Untuk sektor perbankan, sehubungan dengan
rekomendasi Pakistan Bank’s Association dan ICAP, SBP telah memberi suspensi untuk
aplikasi IAS 39 dan IAS 40. SBP telah setuju dengan ICAP, bahwa selama dua tahun ke
depan, akan mengadopsi bersama dengan IFRS lainnya, sehingga laporan keuangan bank
dan lembaga keuangan lainnya menjadi kompatibel dengan IFRS secara keseluruhan.
Aplikasi wajib dari IFRS untuk seluruh perusahaan cenderung memberatkan
perusahaan kecil dan menengah (UKM). Tidak mungkin bagi UKM untuk mengikuti
kepatuhan secara penuh dengan seluruh persyaratan pada IFRS. Pada kenyataannya, UKM
tidak memiliki kemampuan teknikal dan sumber daya yang memadai untuk mengikuti
kepatuhan dengan permintaan pelaporan yang sangat kompleks. ICAP telah
mengembangkan dua standar untuk UKM, yaitu Accounting and Financial Reporting
Standard for Small Sized Entities (SSEs) dan Accounting and Financial Reporting
Standard for Medium Sized Entities (MSEs).
D. Perbandingan Penerapan IFRS di Pakistan dan Indonesia
Secara keseluruhan, terdapat perbedaan antara penerapan IFRS di Pakistan dan
Indonesia. Banyak hambatan yang dihadapi kedua negara ini dalam penerapannya.
Namun, terdapat juga beberapa persamaan pada penerapan IFRS untuk kedua negara
tersebut.
Beberapa hambatan yang dihadapi Pakistan sehubungan dengan penerapan IFRS :
1. Menurut sejarah, Companies Ordinance 1984, memiliki beberapa ketentuan yang
tetap dan Undang-undang Lokal lainnya yang tidak konsisten dengan persyaratan
yang diberikan IFRS
2. Beberapa standar IFRS, seperti IAS 29, IAS 39, IAS 40, IAS 41 berisikan pernyataan-
pernyataan yang cukup kompleks. Kurangnya kapasitas dan kemampuan teknikal
yang ada di Pakistan dalam hal pemahaman, penafsiran dan pelatihan mengenai IFRS,
pihak-pihak yang mempersiapkan adopsi IFRS membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam penerapannya.
3. Dengan keterbatasan kapasitas dan kemampuan tersebut, dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk membujuk para regulator di Pakistan untuk mengadopsi IFRS.
4. Pada sektor perbankan, walaupun Bank Pakistan telah menyetujui untuk
mengimplementasi secara penuh IAS 39 dan IAS 40, namun beberapa pihak yang
terlibat di dalamnya seperti bank dan lembaga keuangan lainnya masih belum
memiliki keyakinan penuh akan adopsi terhadap standar tersebut. Perbedaan dan
perlawanan dari pihak ini menunda implementasi IFRS secara penuh.
5. Kurangnya fasilitas pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk IFRS.
Untuk sektor UKM, Indonesia dan Pakistan bisa dibilang memiliki persamaan.
Walaupun Pakistan membagi tiga struktur untuk standar SME, dan Indonesia
membaginya menjadi dua bagian, namun secara keseluruhan, hal ini sama. IFRS di
Indonesia dan Pakistan hanya dapat diterapkan, untuk tahap awal, pada perusahaan-
perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik. Sedangkan untuk sektor UKM level
menengah dan bawah, tidak bisa diterapkan IFRS di sana. Indonesia mengeluarkan PSAK
ETAP (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik), sedangkan Pakistan mengeluarkan Accounting and Financial Reporting Standard
for Small Sized Entities (SSEs) dan Accounting and Financial Reporting Standard for
Medium Sized Entities (MSEs).
Untuk tanggal efektif penerapan IFRS, Indonesia menetapkan mulai 1 Januari 2012.
Sedangkan Pakistan, mulai menerapkan IFRS untuk pelaporan keuangan pada
perusahannya tanggal 1 Januari 2010. Dengan dua tahun lebih dulu Pakistan menerapkan
IFRS dibandingkan Indonesia, menandakan bahwa Pakistan lebih siap dan lebih mampu
dalam hal ini daripada Indonesia.
Pakistan dan Indonesia, sama-sama menghadapi hambatan dan tantangan dari
lingkungan lokal masing-masing negara dalam proses konvergensi dan adopsi IFRS ini.
Banyaknya pihak yang tidak menyetujui untuk proses penerapan IFRS dan terlalu
kompleksnya isi dan maksud dari pernyataan-pernyataan standar IFRS menjadi
penghambat lamanya proses penerapan IFRS di kedua negara. Selain itu, IFRS pada
awalnya diutamakan untuk perekonomian di negara-negara maju, bukan di negara
berkembang seperti halnya Indonesia dan Pakistan.
Proses penerapan IFRS di Indonesia dilakukan secara konvergensi, sementara
Pakistan menerapkan adopsi penuh tanpa melakukan perubahan di dalamnya. IFRS
memang tidak dibuat untuk cocok dengan semua ukuran perusahaan. Untuk itu,
diperlukan pemahaman lebih lanjut dalam hal penerapan IFRS pada perusahaan.
Kerjasama dari semua pihak yang berkepentingan di dalamnya menjadikan suatu
kekuatan bagi suatu negara untuk dapat menerapkan IFRS dengan lebih cepat dan lebih
baik. Pengetahuan dan kapabilitas yang dimiliki orang-orang yang berkepentingan juga
menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan.