Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA IBU-IBU
MAJELIS TA’LIM GAMPONG SUAK PERBONG
KECAMATANSEUNAGAN TIMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh
DEWI YUNITA
NIM. 211323802
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Prodi Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2017 M/1438 H
xi
ABSTRAK
Nama : Dewi Yunita
NIM : 211323802
Fakultas / Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Penerapan Metode Takrir Dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Ibu-Ibu Majelis
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
Tanggal sidang : 08 Agustus 2017
Tebal skripsi : 72 Halaman
Pembimbing I : Dra. Raihan Putry, M.pd
Pembimbing II : Dra. Juairiah Umar, M. Ag
Kata kunci : Metode Takrir, Membaca Al-Qur’an
Penelitian ini dilatar belakangi kurangnya kemampuan membaca Al-Qur’an
ibu-ibu majelis ta’lim dan tidak membiasakan diri dalam mengulang-ulang
bacaan Al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam pengajian ini adalah
metode takrir dimana ibu-ibu diharuskan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an
sesampai dirumah bukan hanya ditempat pengajian tetapi juga ketika sedang
memasak, menjaga anak, dan juga setelah shalat fardhu. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah (1) Faktor apa saja yang menyebabkan
ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya tidak mentakrir (mengulang-ngulang) bacaan Al-
qur’an? (2) Bagaimana peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu
majelis ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya dengan penerapan metode takrir. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif.
Tenik pengumpulan data adalah Observasi, wawancara, angket, dan
dokumentai. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
majelis ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya yang terdiri dari 24 orang ibu-ibu. Adapun hasil
penelitian yang didapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu-ibu
tidak mengulang bacaan Al-Qur’an diantaranya faktor internal dan eksternal.
Penerapan metode takrir mampu meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong, Kecamatan Seunagan
Timur, Kabupaten Nagan Raya. Hal ini sesuai dengan persentase angket yang
diperoleh yaitu ibu-ibu yang mampu membaca Al-Qur’an sebanyak 6 orang
(20,83%) dan yang sangat mampu membaca Al-Qur’an sebanyak 18 orang
(72,56%).
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadhirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan, kesehatan
serta kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini.
Shalawat dan salam tidak lupa pula kita sanjung sajikan kepangkuan Nabi
besar Muhammad, Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mana oleh beliau
yang telah membawa kita semua dari alam kebodohan kepada alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, dari alam kegelapan hingga kepada alam
yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Berkat rahmat, taufik dan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis
telah dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul: Penerapan
Metode Takrir Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada
Ibu-Ibu Majelis Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya” penulisan karya ilmiah ini sebagai beban studi
untuk menyelesaikan Starta 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.
Dalam mentelesaikan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan
arahan dan bimbingan serta bantuan informasi dari berbagai puhak, baik
berupa komentar maupun saran dan dorongan, untuk itu penulis dengan
tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dekan beserta jajaran Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh
ii
pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Ar-
Raniry.
2. Bapak Dr. Jailani, S. Ag, M.Ag selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Ar-Raniry
3. Ibu Dra. H. Raihan Putry, M.Pd, selaku pembimbing pertama
dengan rasa tanggung jawab telah bersedia membimbing dan
mengarahkan penulis dengan pikiran dan ide-idenya sehingga
penulis telah dapat menyelesaikan pendidikan pada tingkat
Sarjana ini.
4. Ibu Dra. Juariah Umar M.Ag selaku pembimbing kedua yang
telah banyak meluangkan waktu dan pemikirannya dalam
mengarahkan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen, karyawan serta seluruh civitas akademika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah banyak
memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan bantuan moril
kepada penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Juga ucapan terima kepada kepala perpustakaan
beserta karyawannya yang telah begitu sabar melayani para
mahasiswa khususnya penulis sendiri ketika meminjamkan
buku-buku pustaka.
6. Untaian terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan
kepada seluruh keluarga, teristimewa kepada ayahanda
Syarifuddin dan ibunda tercinta Rohani dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang yang tidak terhingga telah
mendidik serta banyak memberi dukungan baik materi
iii
maupun non materi kepada penulis sehingga apapun
permasalahan yang penulis rasakan menjadi mudah dan
ringan, karena berkat do’a merekalah penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Kawan-kawan seperjuangan khususnya di jurusan Pendidikan
Agama Islam teristimewa kepada kawan-kawan unit 4 yang
telah banyak membantu dan memberi motivasi dalam proses
belajar semasa di UIN Ar-Raniry.
Akhirnya, hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala penulis
berserah diri serta memohon ampunan atas segala kesilapan, dan
penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena demikian penulis
mengharapakan kritikan dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semuanya di masa yang akan datang. Amin
Ya Rabbal ‘Alam..
Banda Aceh, 08 agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
TRANSLITRASI ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
E. Penjelasan Istilah ............................................................................ 4
F. Kajian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 9
G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Membaca Al-Qur’an ................................................... 12
B. Penerapan Metode Takrir dalam Membaca Al-Qur’an ................. 18
C. Keunggulan Metode Takrir ........................................................... 20
D. Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-Qur’an .......................... 22
E. Keutamaan Membaca Al-Qur’an .................................................. 24
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ................................................... 31
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 33
C. Subyek Penelitian .......................................................................... 33
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 33
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 35
F. Analisis Data ................................................................................. 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 43
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 47
C. Faktor Yang Menyebabkan Ibu-Ibu Majelis Ta’lim
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya Tidak Mentakrir (Mengulang-
Ngulang) Bacaan Al-Qur’an ......................................................... 50
D. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Ibu-Ibu Majelis Ta’lim
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya Setelah Penerapan Metode Takrir .......... 52
E. Analisis penelitian ......................................................................... 62
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 64
B. Saran-Saran ................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Menurut Dusun tahun 2017 ............................. 44.
Tabel 4.2 : Pertumbuhan Penduduk Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur kabupaten Nagan Raya ..................................... 44
Tabel 4.3 : Potensi Sumber Daya Alam di gampong suak perbong ................ 45
Tabel 4.4 : Jumlah Fasilitas yang ada di Gampong Suak Perbong ................. 46
Tabel 4.5 : Jumlah tempat pendidikan atau sekolah di Gampong Suak Perbong
...................................................................................................... 47
Tabel 4.6 : Daftar nama ibu-ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong ..... 49
Tabel 4.7 : Respon metode takrir dapat memperbagus bacaan Al-Quran ibu-ibu
majelis ta’lim Gampong Suak Perbong ........................................ 52
Tabel 4.8 : Respon metode takrir mendorong ibu-ibu majelis ta’lim untuk selalu
mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an ............................................ 53
Tabel 4.9 : Penerapan metode metode takrir membuat ibu-ibu tidak bisa
mengerjakan pekerjaan rumah ..................................................... 54
Tabel 4.10 : Respon ibu-ibu dengan penerapan metode takrir ibu-ibu lebih lancar
dalam membaca Al-Qur’an .......................................................... 54
Tabel 4.11 : Respon metode takrir tidak membantu saya lebih mampu dalam
membaca Al-Qur’an ..................................................................... 55
Tabel 4.12 : Respon respon Ibu-ibu memahami hukum bacaan Al-Qu’an seperti
izhar, ikhfa, idgham bighunnah, idgham bilaghunnah dan iqlab . 55
Tabel 4.13 : Respon Ibu-ibu membaca Al-Qur’an makharijul huruf dengan yang
benar ............................................................................................. 56
Tabel 4.14 : ibu-ibu majelis taklim mampu menyebutkan huruf mad beserta
contohnya dan menerapkan dalam membaca Al-Qur’an ............. 57
Tabel 4.15 : respon Ibu-ibu membaca Al-quran dengan terburu-buru saat
membacanya ................................................................................. 57
ix
Tabel 4.16 : Rekapitulasi nilai minat dari data angket ibu-ibu majelis ta’lim
Gampong Suak Perbong ................................................................ 59
Tabel 4.17 : Frekuensi kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode takrir
....................................................................................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap umat Islam diwajibkan untuk menjaga kesucian Al-Qur’an agar
selalu terpelihara kesuciannya Al-Qur’an yaitu dengan cara membaca
dengan fasih dan benar serta dapat mengapliksikan nilai-nilai yang
terkandung didalam Al-Qur’an sehingga dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, Untuk menjaga kesucian Al-Qur’an harus benar dan
fasih dalam membaca Al-Qur’an, baik itu makharijul hurufnya, tajwidnya
dan lain sebagainya.
Dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an diperlukan
metode yang tepat agar kemampuan membaca Al-Qur’an lebih meningkat.
Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian
“Cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”.1 Yaitu
merupakan cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin
baik metode, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan
merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan
suatu metode.
Dalam pembelajaran Al-Qur’an, metode memegang peranan yang tidak
kalah penting dalam komponen-komponen lain. Metode dalam pengajaran
al-Qur’an banyak sekali jenisnya metode iqra’, qiraati, qawaidul
baghdadiyah dan lain sebagainya saling melengkapi dan mendukung
tercapainya tujuan membaca Al-Qur’an dengan fasih.
____________ 1 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Rosda Karya,
2002), h.9.
2
Untuk menguasai Al-Qur,an dengan baik benar, maka harus menguasai
makharijul huruf dan memahami tajwid dengan baik.2 Dalam mengingat
bacaan juga harus mengulang-ngulang bacaan yang telah dipelajari yang
didapatkan di majelis ilmu. Mengulang sendiri dapat menentukan waktu
kapan saja dan dimana saja. Bisa mengulang ketika sedang melakukan
shalat fardhu atau sunnah, saat dalam perjalanan, dan diatas kendaraan.3
Mengulang juga dapat dilakukan setelah melakukan ibadah shalat, sambil
memasak, menjaga anak, ditempat kerja, dan lain sebagainya.
Di dalam Al-Qur’an banyak yang memerintahkan umat islam untuk
membacanya antara lain firman Allah swt dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-
18 sebagai berikut:
���� ������ �������
������������� �� !
��"�#�$ ��%��$&���
'(�)�*���$ �����������
��+!
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya
itu. (Q.S Al-Qiyamah: 17-18)
Berdasarkan observasi awal penulis, pada umumnya ibu-ibu Majelis
Ta’lim Gampong Suak Perbong kabupaten Nagan Raya, kurang mampu
____________ 2 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-qur’an ( Banguntapan
jogjakarta : DIVA press, 2014),h.113. 3 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa … h.77.
3
dalam mengenal masalah hukum bacaan Al-Qur’an baik makharijul huruf,
panjang pendeknya dan lain sebagainya. Namun, ada juga yang mampu
memahami tapi tidak bisa menerapkan ketika dalam membacanya dan tidak
membiasakan diri dalam mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian, penelitian yang dilakukan ini berjudul: Penerapan
Metode Takrir Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Pada Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan ibu-ibu majelis ta’lim
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya tidak mentakrir (mengulang-ngulang) bacaan Al-
Qur’an?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-
ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya dengan penerapan metode takrir?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menyebabkan ibu-ibu
majelis ta’lim Gampong Suak Perbong, Kecamatan Seunagan
Timur, Kabupaten Nagan Raya tidak mentakrir (mengulang-
ngulang) bacaan Al-Qur’an?
4
2. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan membaca
Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan
penerapan metode takrir?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
para pembaca, ibu-ibu majlis ta’lim, ustadz/ustazah, dan peneliti
sendiri mengenai peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
bagi penulis maupun bagi ustad/ustazah dalam peningkatan
kemampuan membaca Al-Qur’an.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman
dan pengetahuan baru khususnya proses pelaksanaan
membaca Al-Qur’an, dan mengenai masalah yang serupa
yakni tentang meningkatkan kemampuan membaca A-Qur’an.
E. Penjelasan Istilah
Dalam judul skripsi ini istilah yang akan penulis jelaskan adalah :
1. Penerapan
2. Metode takrir
3. Membaca Al-Qur’an
4. Majlis
5
5. Ta’lim
Adapun penjelasan dari ke-enam istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan berasal dari kata “terap” yang artinya berterap, berukur,
penerapan adalah pemasangan, penggunaan, perihal mempraktekkan.4 Kata
penerapan sama halnya dengan itu pelaksanaan yaitu perbuatan atau usaha
yang dilaksanakan untuk mencapai rencana atau teori tertentu.5 Yang
penulis maksudkan dengan penerapan disini yaitu bagaimana cara
menerapkan metode takrir dalam membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu majelis
taklim.
2. Metode Takrir
Metode: cara dan prosedur melakukan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan secara efektif. Sedangkan Takrir: diambil dari kata ( ر /0-
ر 39/را -34/ ) yang artinya mengulang kembali. Takrir yaitu mengulang
hafalan atau men-sima’-kan hafalan yang pernah dihafalkan/sudah pernah
di-sima’-kan kepada guru tahfizh.6 Metode Takrir yang penulis maksud
disini adalah mengulang bacaan ayat atau surah Al-Qur’an yang sudah
dibaca dengan baik. Mengulang setelah melakukan ibadah shalat, sambil
memasak, menjaga anak, diwaktu senggang, dan seharusnya menluangkan
waktu untuk membacakan Al-Qur’an bukan menggunakan waktu yang
tersisa.
____________ 4 Datok Paduka Haji Muhammad bin Haji Bakery, Kamus Melayu Nusantara,
(Bandar Sri Begawan: Dewar Bahasa Pustaka Brunai, 2003), h.76.
5 W.J.S poerwadarminta, kamus bahasa indonesia. (jakarta: Balai Pustaka,1976), h.553.
6 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, (jakarta: Gema Insani, 2008) h.54.
6
3. Membaca Al-Qur’an
Membaca dalam bahasa Arab adalah qara’a (أ/<) dan mashdarnya
adalah qar’an atau qur’an yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti
mewariskan ilmu kepada generasi selanjutnya dengan lisan. Menurut
Rahayu S. Hidayat dalam bukunya “Pengetesan Kemampuan Membaca
Secara Komunikatif” membaca adalah melihat dan memahami tulisan
dengan melisankan atau hanya dalam hati. Definisi tersebut menyangkut
tiga unsur dalam kegiatan membaca, yaitu pembaca (yang melihat,
memahami dan melisankan dalam hati), bacaan (yang dilihat) dan
pemahaman (oleh pembaca).7
Dengan demikian membaca dipandang sebagai sarana memenuhi
kebutuhan dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau dapat
dikataan membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk
memperoleh kesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata
atau bahasa tulis.8
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca kata Al-
Qur’an diambil dari kata masdar )ر>?@( diartikan menurut kata isim maf’ul
( )ABل اDEF@( ) yakni maqru’ )@H/ؤ( .9 Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan
menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lainnya dalam satu ungkapan kata teratur. Al-Qur’an asalnya
sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan
____________ 7 Rahayu S. Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif, (Cet.
I, Intermasa, Jakarta, 1990), h. 27.
8 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Aksara, Bandung, 1987),h. 8.
9 Ali AS, Sabuni Attibyani fi Al-‘Ulum Al-Qur’an Haququth Trabi wa Al-Naasri Mahfudhoh, Aththobaatul Ula, 1405 H/ 1985 M, h. 8.
7
wa qur’anan.
Qur'anah di sini berarti qira'ah (bacaan atau cara membacanya). Jadi
kata itu adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tasrif) dari kata fu’lan
seperti “ghufran” dan “syukran.” Anda dapat mengatakan; qara’tuhu,
qur’an, qira’atan dan qur’anan, dengan satu makna. Dalam konteks ini
mqru’ (yang dibaca, sama dengan qur’an) yaitu satu penamaan isim maf’ul
dengan masdar.
Secara khusus, Al-Quran menjadi nama bagi sebuah kitab yang
diturunkan kepada Muhammad SAW. maka, jadilah ia sebagai sebuah
identitas diri. Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama
Al-Quran diantara kitab-kitab Allah itu, karena kitab ini juga mencakup
esensi dari kitab-kitab-Nya, bahkan mencakup esensi dari semua ilmu. Hal
itu diisyaratkan dalam firmannya.
�,�-�.�� /0��)�� 1�2 !34�5 )6�78&
�9:;�<⌧> ?�<���@ 'ABC7
�DFGHIJ��& K ����LGM�� NO�P
�9:;FQ R1*� B�STI�U%� R
����V�W���� NO�;�� X�%�YGZ�V��
�[�%�;�\B* !34�ZB]V &�_⌧` W[:����
�6☺'��b�� ZW�c'd�e��
�2fB☺��g/☺$�BV �+h!
Artinya:“Dan (ingatkanlah tentang) hari dimana Kami bagkitkan di
kalangan tiap-tiap umat, seorang saksi bagi mereka, dari
golongan mereka sendiri; dan Kami menjadikanmu (hai
Muhammad) untuk menjadi saksi atas mereka ini; Kami telah
menurunkan kepadamu Al-Quran yang mengandung penjelasan
8
bagi segala sesuatu, dan menjadi hidayah, rahmat dan berita
yang menggembirakan, bagi orang-orang Islam.”(An-Nahl: 89)
Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan lainnya
bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad
SAW, yang pembacaannya menjadi suatu ibadah. Maka kata “kalam” yang
termaktub dalam definisi tersebut merupakan kelompok jenis yang
mencakup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah yang
menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-
Nya, bukan kalam manusia jin, maupun malaikat.10
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa membaca Al-
Qur’an adalah proses berfikir disertai dengan efektifitas yang komplek yang
melibatkan berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam diri pembaca
dengan maksud untuk menerima informasi dari sumber tertulis firman Allah
yang diturunkan kepada Muhammad SAW, yang pembacaannya menjadi
suatu ibadah.
4. Majlis
Majelis ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata
ta’lim. Dalam bahasa Arab kata majlis ( IJKL ) adalah bentuk isim makan
( kata tempat) kata kerja yang artinya “ tempat duduk, tempat sidang,
dewan.11 Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian majlis adalah
Lembaga (Organisasi) sebagai wadah pengajian dan kata Majlis dalam
____________ 10 Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (jakarta, pustaka
Al-kautsar), 2006. h. 16-18
11 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke- 14, h. 202
9
kalangan ulama’ adalah lembaga masyarakat non pemerintah yang terdiri
atas para ulama’ Islam.12
5. Ta’lim
Kata ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja
( OPJQR ) yang mempunyai arti “ pengajaran”13 Adapun arti Ta’lim
adalah Pengajaran , jadi menurut arti dan pengertian di atas maka secara
istilah Majlis Ta’lim adalah Lembaga Pendidikan Non formal Islam yang
memiliki kurikulum sendiri/aturan sendiri, yang diselenggarakan secara
berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan
bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan
serasi antara manusia dan Allah, manusia dan sesamanya dan manusia dan
lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada
Allah SWT.
F. Kajian Terdahulu yang Relevan
Pada kajian terdahulu, penelitian yang penulis lakukan berjudul
“Penerapan Metode Takrir Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Pada Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”. Belum penulis temukan. Namun
berdasarkan keterbatasan yang ada pada diri penulis, penulis menemukan
beberapa skripsi yang relevan dan berkaitan dengan judul di atas untuk
dapat dijadikan pertimbangan penulis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. “Pembelajaran Al-Qur’an di balai pengajian Desa Ie Alang
Kecamatan Kuta Cot Glie”14 Skripsi ini ditulis oleh Lismunziah di
____________ 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. Ke-4, h. 859
13 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa … h. 1038
10
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Skripsi ini
hampir mirip dengan penulis teliti yakni sama-sama mengkaji
tentang Pembelajaran Al-qur’an. akan tetapi penelitian yang
dilakukan Lismunziah memfokuskan pada bagaimana sistem dan
strategi pembelajaran baca Al-qur’an di balai pengajian.
Sedangkan penulis meneliti tentang Menerapkan metode takrir
dalam membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu mejelis ta’lim Gampong
Suak Perbong, Kabupaten Nagan Raya.
2. Selain penelitian tersebut diatas, penulis juga menemukan skripsi
yang berjudul “Kemampuan Membaca Al-Qur’an pada Siswa SDN
46 Banda Aceh”. Skripsi ini ditulis oleh Imran di jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah.15 Skripsi ini hampir
mirip dengan penulis teliti yakni sama-sama mengkaji tentang
kemampuan membaca Al-Qur’an. akan tetapi penelitian yang
dilakukan Imran memfokuskan pada kemampuan membaca Al-
Qur’an dan bagaimana upaya guru dalam membina dan
membiasakan siswa mereka dalam membaca Al-Qur’an.
Sedangkan penulis meneliti tentang Menerapkan metode takrir
dalam membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu mejelis ta’lim gampong
Suak Perbong, Kabupaten Nagan Raya.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan karya ilmiah, metode utama untuk memberi arahan
atau atau acuan dalam penyusunan dan penyempurnaan karya ilmiah ini.
14 lismunziah, Pembelajaran Al-Qur’an Di Balai Pengajian Desa Ie Alang
Kecamatan Kuta Cot Glie, skripsi, (Banda Aceh : UIN Ar-raniry, 2009) 15
Imran, Kemampuan Membaca Al-qur’an pada Siswa SDN 46 Banda Aceh,
Skripsi, (banda aceh : UIN Ar-Raniry. 2013)
11
Dalam skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab skripsi ini berjudul
“Penerapankan metode takrir dalam meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an Pada Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya” yang berisi sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdiri atas 6 sub bab, yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan istilah tujuan,
kajian terdahulu yang relevan, sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdiri dari 3 bagian tentang Al-qur’an yang meliputi
: Pengertian membaca Al-qur’an, Metode Takrir dalam Membaca Al-
qur’an, Keunggulan metode takrir.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini terdiri 6 bagian tentang metode penelitian yaitu :
Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian,
Instrumen Pengumpulan Data, Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis
Data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini terdiri 4 bagian tentang hasil penelitian yaitu :
Gambaran umum lokasi penelitian, Faktor Yang Menyebabkan Ibu-Ibu
Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya Tidak Mentakrir (Mengulang-Ngulang) Bacaan Al-
Qur’an, Kemampuan Membaca Al-Qur’an Ibu-Ibu Majelis Ta’lim
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya Setelah Penerapan Metode Takrir dan Analisis penelitian.
BAB V : PENUTUP
12
Dalam bab ini terdiri dari 2 bagian penutup yaitu:
Kesimpulan dan saran-saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Membaca Al Qur’an
Adapun pengertian membaca Menurut Abdurrahman dalam bukunya
“Membina Minat Baca di Jawa Timur”, mengatakan bahwa membaca
adalah suatu ajaran yang lahirnya komunikasi antara seseorang dan bahan
bacaan sebagai bentuk upaya pemenuhan kebutuhan dan tujuan tertentu.1
Dengan demikian membaca dipandang sebagai sarana memenuhi kebutuhan
dan sarana untuk mencapai tujuan lewat bahan bacaan atau dapat dikataan
membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk
memperoleh kesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata
atau bahasa tulis.2 Sehingga membaca yang penulis maksudkan disini ialah
membaca Al-Qur’an bukan sekedar mengenal huruf hijayyah dan mengeja,
tetapi jauh lebih dalam lagi yaitu dapat memahami makharijul huruf dan
memahami tajwid dengan baik, mengingat wakaf-wakaf dan menggerakkan
mata secara lincah, tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk
memahami bacaan.
Pengertian Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca
kata Al-Qur’an diambil dari kata masdar )ر� !( diartikan menurut kata
isim maf’ul )ا'& !%$#ل( yakni maqru ’ )!+*ؤ( .3 Menurut bahasa lafadz Qur’an
asalnya merupakan bentuk masdar yang ,(-*اة) sama dengan Qira’at (-*ان)
berpolakan fu’lan (/$0) sebagaimana hal lafadz ghufran (1%*ان) dan syukran
1Abdurrahman, Membina Minat Baca di Jawa Timur, (Pusat Pembinaan Bahasa
Depdikbud, Jakarta, 1985), h. 17. 2 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu … h. 8. 3 M. Ali AS, Sabuni Attibyani fi Al-‘Ulum Al-Qur’an … h. 8.
12
) Adapun bentuk kata kerja yaitu qara’a .(23*ن) ا-* ) mengandung arti
mengumpulkan (4567ا) dan menghimpun (&87ا) sehingga lafadz qur’an dan
qiraat mempunyai arti mengumpulkan atau menghimpun huruf-huruf dan
kata-kata 1 dan lainnya secara rapi.4 kata Al-Qur’an tersebut, M.Hasbi
menjelaskan bahwa mashdar dari ا-*أن –:+*أ –-*أ yang artinya baca’an atau
yang dibaca.5
Adapun pengertian Al-Qur’an secara istilah adalah kalam Allah SWT
yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan bahasa Arab disampaikan dengan mutawatir dan yang membacanya
adalah ibadah.6 Al-Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya
(mu’jizat) diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, penutup para nabi dan
rasul, dengan perantara’an malaikat Jibril alaihis salam, ditulis dalam
mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang
banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan
surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.7
Penulis dapat ambil kesimpulan Pengertian membaca Al-Qur’an adalah
suatu perbuatan atau aktifitas yang disertai dengan proses berfikir dengan
maksud memahami yang tersirat dalam hal yang tersurat, melihat pikiran
yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis dalam Al-Qur’an ataupun
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang dalam membaca Al-
Qur’an secara benar dapat memahami makharijul huruf dan memahami
4 Otong surasman, jadilah Al-qur’an sebagai teman hidup, (jakarta : percetakan
negara RI, 2004, h.1. 5 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir/A1-Qurban, cet. XV,
(Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1994), h. 01.
6 M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar … H. 1.
7 Muhammad Aly Ash Shabuny,Pengantar Study al-Qur’an (At-
Tibyan),Bandung: PT.Al-Ma’arif,1984,h.18.
12
tajwid dengan baik.
Membaca Al-Quran termasuk amal yang sangat mulia, dan Allah
menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi yang melakukannya meskipun
kita tidak mengerti makna dan atau artinya. Orang mu'min yang tidak
membaca Al Qur'an berati ia telah menghilangkan salah satu baik pada
dirinya. Ini merupakan kekurangan bagi pribadi seorang muslim, yang
seharusnya mampu membaca Al Qur'an, menghafalkannya dan
mentadabburinya.
Membaca Al-Qur’an adalah interaksi pertama dan minimal bagi kita
sebagai seorang muslim terhadap Al-qur’an. Untuk itu tidak boleh ada
seseorang yang mengaku beragama islam, namun ia tidak mampu membaca
Al-Qur’an. Dengan Alasan apapun harus tetap berusaha membaca Al-
Qur’an.8
Oleh karena itu banyak sekali dalam Al-Qur’an maupun hadist yang
menerangkan keutamaan membaca Al-Qur’an. Dalam al-Qur’an surah Al-
fatir : 29 yang berbunyi :
���� ������ ��������� ������� ��� � ������� �
!"#�!�$%&� � �'�⌧)*�� � �+☺�� -.0� 124 5 678
19 :�*;⌧�� � ����<-=�� 1"�=�90�� >& 5�@�A BCDE
Artinya :“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi”(al-fathir : 29).
8 Hasan El-qudsy, Dahsyatnya Bacaan Al-qur’an Bagi Ibu Hamil, (banyuanyar
Surakarta, Al-qudwah publishing : 2013) h.18.
12
Maka oleh sebab itu setiap umat diwajibkan untuk menjaga kesucian
Al-qur’an agar selalu terpelihara kesuciannya Al-qur’an yaitu dengan cara
membaca dengan fasih dan benar serta dapat mengapliksikan nilai-nilai
yang terkandung didalam Al-qur’an sehingga dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an sebuah kitab yang teratur tata cara membacanya, mana yang
dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapannya, dimana
tempat yang terlarang atau yang boleh, atau harus memulai dan berhenti,
bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika membacanya.9
F��=2� GHIJ���K @�!K 5 L��� �M!�N BOE �M!�N
P>��QRST� U>�� VM!��� BCE F��=2� @�K 5 �
�W�=2�XN� BYE L��� PHZ��[ GH!���2&���K BE PHZ��[ P>��QRST� ��� IH�&
�]�^���� B�E
Artinya ; 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kata أGHا)) iqra’ terambil dari kata kerja (أGH)qara’a yang pada mulanya
berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi SAW
bertanya !ا-*أ= “maa iqra” apakah yang saya harus baca? Beraneka ragam
9 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal… h.2.
12
pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang
berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah itu dalam
arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang
berpendapat objeknya adalah (>@ا'& ر) “ismi rabbika”sambil menilai huruf
ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah(ب)
nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa Nabi SAW
menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah
perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh
sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah,
menyampaikan, dan sebagainya.
Huruf (ب) ba’ pada kata (&' =@) bismi ada yang memahaminya sebagai
fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut
berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama
memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah
menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu
pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan.
Kata (BCD) khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu),
mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya.
Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun
sebagaimana iqra’ bersifat umum dengan demikian, allah adalah pencipta
semua makhluk.10
Kata (&C+7ا) al-qalam terambil dari kata kerja (&C-) qalama yang berarti
pemotong ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari penggunaan alat-alat
10 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009), h. 392
12
tersebut yakni tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam
al-quran ayat 1 yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa yang mereka
tulis. Dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat
bahkan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak
demikian.
Ayat diatas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji
Allah diatas manfaat membaca itu. Menurut syaikh Muhammad ‘Abduh
mengemukakan kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat
diperoleh tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya
saja keharusan latihan demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi Muhammad
SAW.
Pada ayat diatas dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak disebutkan
sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang
bergandengan, karena keterangan yang dimaksud sudah disebut pada
kalimat yang lain. Pada ayat 4, kata manusia tidak disebut karena telah
disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena
pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan
demikian, kedua ayat diatas bearti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena
(tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia
mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.
Dari uraian diatas, kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara yang
ditempuh Allah SWT. Dalam mengajarkan manusia. Pertama melalui pena
(tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan
istilah ‘ilm Ladunniy.11
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…h. 393
12
B. Penerapan Metode Takrir dalam Membaca Al-Qur’an
Takrir adalah isim mashdar (verbal noun) dari kata ر*J-2*رK-*:*2L .
secara harfiyah kata ini berarti pengulangan. Sedangkan menurut istilah
berarti “mengulang kembali hafalan yang sudah pernah diperdengarkan
kepada instruktur”.12 Namun metode takrir yang penulis maksud dalam
membaca Al-Qur’an adalah mengulang bacaan dengan benar yang telah
didapatkan di majlis ilmu, baik mengulang sendiri ketika habis shalat fardhu
maupun berkelompok yang ditetapkan secara bergantian, dan ketika orang
membaca, maka yang lain mendengarkan. Membaca Al-Qur`an merupakan
suatu proses yang tidak dapat dikatakan mudah untuk dilalui. Dalam sabda
Rasulullah Saw sendiri digambarkan bagaikan unta yang diikat, kalau sering
diulangi maka tidak mudah hilang. Keistimewa’an daripada kitab-kitab
lainnya, tidak menjemukan jika sering dibaca dan enak didengar,
mempelajari materi baru lebih mudah dan senang jika dibandingkan dengan
materi yang sudah dipahami.
Adapun metode takrir itu terbagi :
1. Takrir Sendiri
Seseorang yang menginginkan bacaannya lancar maka harus
memanfaatkan waktu untuk takrir dan melancarkan bacaan Al-
qur’an. Ilmu tajwid yang baru dipelajari harus selalu di takrir
minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu.
Sedangkan yang lama harus di takrir setiap hari atau dua hari
sekali. Artinya, semakin banyak hafalan harus semakin banyak
pula waktu yang dipergunakan untuk takrir.
12 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok Pesantren,
Tsanawiyah, Aliyah, Dan Perguruan Tinggi, (Percetakanonline.Com:2012) h.6-7
12
2. Takrir dalam Shalat
Seseorang yang ingin membaca Al-Quran tetap terjaga
kelancarannya hendaknya bisa memanfaatkan bacaannya sebagai
bacaan dalam shalat, baik sebagai imam atau untuk shalat sendiri.
Selain menambah keutamaan, cara demikian juga menambah
kemantapan bacaan.13 Jika kita mengerjakan shalat otomatis kita
akan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an setidaknya surah Al-
fatihah.
3. Takrir Bersama
Seseorang yang ingin kemampuan membaca Al-Qur’an
meningkat perlu melakukan takrir bersama dengan dua teman atau
lebih. Dalam takrir ini setiap orang membaca yang ditetapkan
secara bergantian, dan ketika seorang membaca, maka yang lain
mendengarkan.14
4. Takrir dihadapan Guru
Seseorang yang belum lancar membaca Al-Qur’an harus
selalu menghadap guru untuk men takrir bacaan yang sudah
diajukan. Materi takrir yang dibaca harus didengarkan baik-baik
oleh guru dan menyimaknya ketika ada kesalahan guru bisa
memperbaiki bacaan tersebut.
Seorang ahli psikologi ternama, Atkinson, menyatakan bahwa
ahli psikologi menganggap penting membuat perbedaan dasar
mengenai ingatan.
a. Mengenai tiga tahapan, yaitu encoding, (memasukkah
informasi kedalam ingatan), storage (menyimpan informasi
13
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal … h.68. 14
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal … h.68.
12
yang telah dimasukkah), dan retrieval (mengingat kembali
informasi tersebut).
b. Mengenai dua jenis ingatan, yaitu short term memory (ingatan
jangka pendek), dan long term memory (ingatan jangka
panjang).15
Takrir yang dilakukan pada umumnya yaitu mengulang
dan mengulang sampai ayat tersebut lancar, jadi dengan
mengulang-ulang ayat tersebut ibu-ibu akan bisa membaca Al-
Qur’an dengan lancar dan tidak mudah lupa karena sudah masuk
ke memori jangka panjang.
C. Keunggulan metode takrir
Pelajarilah ilmu terus menerus karena ilmu akan terasa hidup dengan
dipelajari, Al-qur’an sangat mudah lepas dari hati sehingga harus senantiasa
dijaga.16 Jadi, dengan men takrir minimal dua kali dalam sehari, sekali
membaca dimalam hari sekali membaca disiang hari akan membuat para
pembaca Al-qur’an semakin lancar dalam membaca Al-Qur’an sehingga
tidak mudah lupa.
Takrir wal-muraja’ah (mengulang-ulang). Anas bin malik, pembantu
Rasulullah, menuturkan apabila berbicara sesuatu, beliau selalu mengulang
ulangnya hingga tiga kali, sehingga materi yang disampaikannya betul-betul
bisa dipahami dengan baik oleh para sahabatnya. Bahkan ketika
mengunjungi orang-orang, beliau juga menyampaikan salam hingga tiga
kali, dan biasanya, kalimat yang diulang-ulang itu terutama terkait materi
15
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal… h.46. 16 Said Abdul Adhim, Nikmatnya Membaca Al-Qur’an,( Solo : Aqwam, 2009) h.67.
12
yang sangat penting. Umpamanya ketika beliau menyampaikan meteri dosa-
dosa besar, kata-kata dusta dan sebagainya.17
Seseorang anak keliru berkata-kata saat masih kecil. Namun karena
terus mengulang-ngulang, ia menjadi mampu berbicara dengan lancar. Jadi
faktor mengulang memiliki banyak manfaat dalam proses belajar.
Tiap kali orang yang mengulang-ngulang bacaan ayat A-Qur’an, akan
menambah pula kelancarannya dalam membaca. seseorang yang menghafal
dipagi hari, ia meletakkan apa yang telah dihafal dalam ingatan dengan
tempo tertentu. Dan ketika ia mengulanginya pada siang hari keesokan
harinya atau hari ketiga, dikirimlah file-file keotak dengan masa
penyimpanan yang lama. Karenanya orang yang menghafal Al-Qur’an
dituntut mengulang semua yang telah ia hafal pada siang keesokan harinya
atau esok lusanya. Bila engkau mengulang hafalan, selalu lakukan diisiang
hari keesokan harinya atau esok lusannya.18 Maka, mengoreksi dan
mengulang-ngulang mutlak dilakukan agar kita tidak kehilangan apa yang
telah kita pelajari. Ada sebuah teori mengatakan “Jadikanlah membaca Al-
Qur’an sebagai kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan setiap waktu,
setiap saat, dan kesempatan”. Sebagaimana jasmani kita membutuhkan
makan dan minum setiap hari, begitu juga rohani kita membutuhkan makan
dan minuman berupa membaca Al-Qur’an dan siraman rohani. Artinya,
kedua kebutuhan pokok rohani tersebut sudah semestinya dipenuhi menurut
takaran dan ukuran masih masing, sesuai kemampuan.19 Jadi dengan kita
men takrir Al-Qur’an otomatis kita sudah bisa menghatam Al-Qur’an baik
itu sebulan sekali ataupun dua bulan sekali karena pada dasarnya
17
Maarif, Nurul H, Samudra Keteladanan Muhammad, (jakarta: PT. Pustaka Alvabet,2017) h.260.
18 Qasim Amjad, Sebulan Hafal Al-Qur’an ,(solo :Zamzam, 2015) h. 65-66. 19 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal … h.70-71.
12
kemampuan dan kesempatan seseorang berbeda-beda, tergantung
kesibukannya. Karena itu, lamanya takrir dan mengkhatamkan Al-Qur’an
sangat tergantung kepada kemauan pribadi dan kesempatan yang ada.
Walaupun demikian yang perlu diperhatikan adalah setiap orang yang telah
bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar harus mempunyai kemauan yang
kuat untuk mengkhatamkan Al-Qur’an secara istiqamah walaupun dua
bulan atau empat bulan sekali. Untuk mengkhatamkan Al-Qur’an sebulan
sekali, maka setiap hari kita harus membaca sebanyak satu juz Al-Qur’an.
Karena setiap juz Al-Qur’an rasm Ustmani terdiri dari 10 lembar (20
halaman), maka setiap waktu shalat kita harus membaca sebanyak dua
lembar untuk menyelesaikannya.20
Jadi metode takrir ini sangat penting sekali diterapkan, karena
menjaga bacaan yang telah diketahui hukum tajwidnya merupakan suatu
kegiatan yang sulit dan kadangkala terjadi kebosanan. Sangat dimungkinkan
sekali suatu bacaan yang telah diketahui hukum bacaannya yang sudah baik
dan lancar menjadi tidak lancar atau bahkan menjadi hilang sama sekali.
D. Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah khazanah agung dan lengkap, menyajikan menu yang
dibutuhkan setiap orang agar dicintai dan diridhai Allah, juga yang
dibutuhkan umat agar bangkit dari keterpurukan berabad-abad.
Sangat tepat bila Al-Qur’an dijadikan ruh kebangkitan umat. Ia ibarat
matahari, sinarnya takkan memancar kecuali kepada orang yang membuka
diri. Al-Qur’an tak memberi pengaruh apapun kecuali kepada orang yang
membuka hatinya. Namun, tak seperti matahari, cahaya Al-Qur’an tak akan
hilang oleh ruang dan waktu.
20
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal … h.77
12
Tidak sulit sesungguhnya mengakrabi Al-Qur’an. Namun, pada
kenyataannya tak sedikit umat yang enggan menjadikan ia satu-satunya
sumber keimanan dan petunjuk jalan menuju tuhan. Mereka merasa puas
hanya dengan pahala dari membaca atau menghafalkannya. Sehingga
banyak sisi penting Al-Qur’an yang terabaikan.21
Kiat menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an antara lain :
1. Bertawakal dan meminta pertolongan Allah Swt. Kita berusaha
senantiasa berinteraksi dengan Al-Quran dan meminta pertolongan
Allah dengan sungguh-sungguh dan berdoa kepada-Nya untuk
dianugerahi sifat cinta Al-Qur’an.
2. Menghadirkan penyebab cinta Al-Qur’an, salah satu yang paling
utama adalah ilmu. Caranya dengan membaca tentang keagungan
Al-Qur’an yang disebutkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan
perkataan para ulama tentang cinta dan pengagungan terhadap Al-
Qur’an. Ambillah pelajaran dari para sahabat dan ulama akan
kecintaan mereka terhadap Al-Quran dan kebaikan-kebaikan yang
diperoleh dengan mencintai Al-Quran.
3. Menjadikan Al-Quran sebagai kebutuhan, yakni perasaan muslim
yang membutuhkan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman
kehidupan. Menjauhkan dari perasaan terbebani dengan kewajiban
terhadap Al-Quran. Tanyakan diri sendiri, apa jadinya
keberagamaan kita tanpa Al-Quran?
4. Memahami dan berusaha mewujudkan ciri-ciri muslim cinta Al-
Qur’an. Diantaranya :
21 Al-hilali, Majdi, Agar Al-Qur’an Menjadi Teman, (jakarta : Zaman, 2011). h.12.
12
a. Gembira bila bersua Al-Quran.
b. Duduk membacanya dalam waktu lama tanpa bosan dan jemu.
c. Merasa rindu bila terhalang membacanya beberapa waktu dan
berusaha selalu dekat dengannya.
d. Selalu merujuk Al-Qur’an dan memgambil nasihat-nasihat
yang ada di dalamnya bila menemukan kesulitan hidup, baik
berat ataupun ringan.
e. Menaati hukum-hukum dalam Al-Qur’an baik perintah
ataupun larangan.
D. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Rasanya ada yang kurang pas ketika kita, sebagai muslim,
belum apalagi tidak mampu membaca Al-Qur,an dengan baik dan
benar. Imam nawawi mengatakan, “Membaca Al-Qur’an itu lebih
utama dari membaca tasbih, takbir, dan bentuk-bentuk zikir lainnya.”
Pendapat ini selaras dengan beragam sabda nabi Muhammad saw
dalam berbagai kesempatan dimasa hidup beliau.
Adalah sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam bukunya
Khashaais Al-Ummah Al-Muhammadiyah (Keistimewaan-
Keistimewaan Umat kanjeng Nabi Muhammad). Apasaja keutamaan
membaca Al-Qur’an sesuai petunjuk Nabi Muhammad saw?
1. Ketika kita membaca Al-Qur’an berarti kita tengah membaca
kalam yang paling agung, tiada banding dan tandingannya.
Kehidupan yang tidak diwarnai dengan Al-Qur’an akan
membuatnya menjadi liar, tidak terkendali, sehingga kerusakan
terjadi di berbagai sendi kehidupan. Pergaulan bebas, tawuran
antar remaja, kriminalitas yang semakin tinggi, aurat yang semakin
12
vulgar, atau korupsi yang merajalela, adalah bukti betapa
masyarakat kita belum akrab dengan Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman:
�=-_` ���;D�� 5 aL��� �bYL*c� �d:�F
�� e-='�2&� fgh�i ���k��l& mS�"kGno�K �
P>�n� pLh02&� E���-=')2&� �
Artinya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Al – Baqarah
: 185)
2. kita perlu menghafal Al-Qur’an karena ia adalah ruh bagi orang-
orang yang beriman, Al-Qur’an memiliki fungsi viral sebagai
motor penggerak dalam perbuatan kita. Ia merupakan motivasi
yang menyuntikkan semangat didalam jiwa untuk mengukir karya
dalam bentuk amal shaleh. Karenanya, dengan kita menghafal Al-
Qur’an, kita akan senantiasa memiliki semangat untuk melakukan
kebaikan disetiap waktu.
3. Al-Qur’an adalah peringatan. Dengan kita mempelajari Al-Qur’an
kita akan selalu diingatkan untuk selalu istiqamah di atas jalan
kebaikan, tidak menyimpang dan tidak terjerumus kedalam
keburukan. Di suatu waktu kala kita terjatuh dalam keburukan, kita
segera bangkit dan melepas diri dari kejahatan yang pernah
menjerat kita. Sebagai peringatan Al-Qur’an membuat kita ingat
kepada siapa sesungguhnya kita melakukan maksiat ketika kita
12
bermaksiat? Coba bayangkan. Jika kita selalu diingatkan oleh Al-
qur’an sebagai dampak dari hafalan yang kita kerjakan, kehidupan
ini akan menjadi terbimbing dan tersinari oleh cahayanya.
Firman Allah SWT:
…….. -=�l�⌧q�F E� e-='�2&���K >�� �����r
�h:�� � B�E
Artinya : Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang
takut dengan ancaman-Ku. (Q.S.Qaaf : 45)
4. Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan. Inilah alasan yang
kesekian kenapa kita perlu menghafalnya. Al-Qur’an adalah kitab
yang berisi dengan beragam ilmu pengetahuan, seperti pendidikan,
ekonomi, politik, seni, budaya, biologi, matematika, astronomi,
dan kedokteran. Tatkala kita membaa Al-Qur’an, berarti otak kita
akan penuh dengan informasi ilmiyah darinya.
5. Menjaga ke-mutawatir-an Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah
kalamullah. Karena itu sangat sulit, bahkan mustahil sepakat untuk
berdusta. Sejak awal diturunkan higga kini, Al-Qur’an dijaga oleh
para penghafal Al-Qur’an (Huffadzul Qur’an). Dalam ke-
mutawatir-an seperti ini, Al-Qur’an tidak mudah untuk diubah,
ditambah, dikurangi, apalagi dipalsukan seperti terjadi pada kitab-
kitab sebelumnya.
6. Mengangkat kualitas umat. Hafalan Al-Qur’an yang melekat akan
menjadikan derajat kita naik disisi Allah. Mulia dan terhormat.
Allah SWT berfirman :
Uh���& �� 12&�L*�� -.ep-q�&�� �ks���7t �d:�F
12
-.e��=2��u � ;⌧�F�� �����G����A BOGE
Artinya : “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu
sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab
kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada
memahaminya?” (Q.S Al-Anbiya : 10).
7. Demi menjaga kelestarian sunnah-sunnah Rasulullah saw.
Beberapa ibadah memiliki kaitan yang erat dengan hafalan Al-
Qur’an misalnya, dalam pelaksanaan shalat wajib atau sunnah.
8. Dapat menjauhkan diri dari aktivitas yang tidak bermanfaat.
Disadari atau tidak kita sering terjebak kedalam perbuatan yang
sia-sia, perbuatan yang tidak mendatangkan pahala dan tidak
menutup kemungkinan justru mendatangkan dosa. Di kereta, bis,
pesawat, kita bisa membaca Al-Qur’an. Ketika kita berhadas kecil,
kita masih boleh membaca Al-Qur’an dan tidak dihukumi makruh.
Pendapat disampaikan oleh imam Al-Haramain.22
Sesungguhnya orang yang paling mulia ibadahnya serta serta besar
pahalannya ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah membaca
Al-Qur’anul-karim. Hal ini telah diperinthkan kepada kita untuk selalu
membaca Al-Qur’an, sebagai mana diterangkan dalam firman Allah SWT,
� � �ve�=2���F ��� 6w+ :�A P>�� E� e-='�2&� # …….
Artinya: “…karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-
Qur’an…”(Al-Muzammil:20).
22
Ali Akbar bin Aqil, Charis M. Abdullah, Lima Amalan Penyuci Hati, (Qultummedia: Jakarta Selatan :2016) H.32-34.
12
Mengenai keutamaan membaca Al-Qur’an juga dijelaskan dalam firman
Allah SWT,
���� ������ ��������� ������� ��� � ������� �
!"#�!�$%&� � �'�⌧)*�� � �+☺�� -.0� 124 5 678
19 :�*;⌧�� � ����<-=�� 1"�=�90�� >& 5�@�A BCDE
IH0 :�lF ��q�& -.�i 5��<c� .�ih�YL�� � >�n� )x��� UD�F #
ydZ*�� ⌦5�')⌧{ ⌦5�'s⌧ BYGE
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi,
30. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala
mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.(Q.S Fathir : 29-30).23
Hadits Mempelajari Al Qur’an dan Mengajarkannya.
ضي الله تعاىل عنه قال: قال رسول اهللا ر عن عثمان بن عفان
صلى الله عليه وسلم:خيـركم من تـعلم القرآن وعلمه
Artinya :Dari Utsman bin 'Affan ra berkata: bersabda Rasulullah saw
23Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis … h. 18.
12
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari AlQur’an dan
mengajarkannya”. (ImamBukharii24
Faidah-faidah yang bisa diambil dari hadits di atas adalah:
a. Beragamnya keutamaan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
b. Bahwasanya ilmu yang paling utama adalah mempelajari AlQur’an
dan mempelajari makna-makna yang terkandung di dalam
AlQur’an, serta mengamalkan ilmu tersebut, bukan hanya hafalan
yang kosong dari pemahaman maknanya.
c. Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-
Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-
aktivitas lainnya.
d. Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang
yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di
dunia.
24
Imam Nawawi,1999 Riyadhus Sholihin Jilid 2 ,Jakarta, Pustaka Amani, h. 115.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Adapun karya ilmiyah ini mengunakan pendekatan kualitatif.
berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka penelitian ini
adalah penelitian lapangan yang besifat deskriptif, yang bertujuan untuk
mengemukakan keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian ini
dilaksanakan. Oleh karena itu pengumpulan data dilakukan dengan
penelitian lapangan (field Research) dan kajian pustaka (library Research).
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting)1. Penelitian yang dilakukan ke lokasi secara langsung
dengan maksud untuk memperoleh data secara akurat, cermat dan lebih
lengkap. Menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang–orang, perilaku yang dapat diamati dan fenomena-fenomena
yang muncul, sehingga penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif.
Di dalam buku Husaini Usman penelitian Kualitatif adalah penelitian
ini mengutamakan penghayatan atau berusaha memahami dan menafsirkan
makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri.2 Penelitian ini tergolong dalam
penelitian lapangan (field research). Field research adalah pencarian data
dilapangan, karena penelitian yang dilakukan menyangkut dengan persoalan
atau kenyataan dalam kehidupan nyata, bukan pemikiran abstrak yang
1 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D ( Cet.10; Bandung : Alfabeta,2014) h.14. 2Husaini Usman, Metodologi Peneltian Sosial,( Jakarta: PT Bumi
Aksara,2009),hal.78.
31
terdapat dalam teks-teks atau dokumen-dokumen tertulis atau terekam.3
Serta disebut penelitian lapangan, karena peneliti harus terjun langsung ke
lapangan. peneliti harus memiliki pengetahuan tentang kondisi, situasi, dan
pergolakan hidup partisipan dan masyarakat yang diteliti.4
Penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan dan untuk
menginterprestasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi
atau kecenderungan yang telah berkembang”.5 Studi kasus ini penulis
arahkan pada penerapan metode takrir dalam peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur’an pada ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”. Dalam penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel.6
tetapi sumber
data, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada
pada situasi tertentu dan hasil kajiaannya tidak akan diberlakukan
kepopulasi, tetapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial tertentu.
Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis
dengan menggunakan rumus persentase, untuk mendapatkan tingkat
kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim setelah penerapan
metode takrir.
3Nasir Budiman dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah cet: I
(Banda Aceh: Ar-Raniry, 2004), hal. 23. 4Conny Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Gramedia, 2010), hal. 9. 5 Asrof Syafi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya:
ELKAF, 2005), h.21.
6 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif… h. 216.
32
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Gampong Suak Perbong, Kecamatan Seunagan
Timur, Kabupaten Nagan Raya. Digampong Suak Perbong tersebut terdapat
pengajian ibu-ibu majelis ta’lim. Pengajian tersebut mengkaji tentang Al-
Qur’an dan hukum-hukum dalam islam.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu majelis ta’lim di Gampong
Suak Perbong. Adapun tempat penelitian yang digunakan oleh si peneliti
dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan, yaitu
salah satu Majlis yang bertempat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yang penulis lakukan adalah:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik dalam pengumpulan data dengan
mendatangi langsung tempat atau lokasi penelitian. Hal-hal akan di
observsi meliputi sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim, dimana
penulis mengamati langsung pada majlis pengajian yang bersangkutan
untuk memperoleh informasi yang akurat. Observasi adalah
pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis, dan perbuatan, untuk
kemudian dilakukan pencatatan.7
7Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek,
(Jakarta: PT Renika Cipta, 2004), hal. 62.
33
Aspek yang diamati dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah
penerapan metode, pemanfaatan media dan kemampuan atau
antuasisme ibu-ibu mengikuti pengajian. Aspek pengelolaan meliputi
tata tertib di ruang, pengaturan posisi duduk ibu-ibu majlis, sikap dan
pengaturan waktu. Aspek penilaian meliputi sikap, kemampuan
mengaji ibu-ibu, termasuk makharijul huruf. Aspek pengelolaan
ruangan selama penelitian juga dibantu oleh pengamat pembantu, yaitu
ustad/ustadzh di Gampong Suak Perbong juga anggota keluarga dari
ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara yang digunakan seseorang untuk tujuan
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dan responden
dengan bercakap-cakap langsung dengan orang itu.8 Wawancara
adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan
sebagainya yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai
(interviewee).9 Maka wawancara ini adalah salah satu teknik yang
penulis gunakan untuk memperoleh informasi dan data kongkrit yang
berhubungan dengan masalah penerapan metode takrir pada pengajian
majelis taklim ibu-ibu Gampong Suak Perbong.
3. Angket
Angket yaitu sejumlah daftar pertanyaan yang tertulis yang
diajukan kepada ibu-ibu majlis yang telah penulis tetapkan sebagai
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek, edisi revisi IV, (Jakarta: Rinieka Cipta, 2006), h. 236 9Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial,...h.55.
34
sampel. Berdasarkan jawaban pada angket tersebut penulis akan
menganalisa dan mengambil suatu kesimpulan.
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.10
Untuk memperoleh
data yang lebih jelas, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan Penerapan Metode Takrir pada ibu-ibu majelis
taklim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur , yaitu
dengan cara mengambil gambar dengan kamera dan alat rekam sebagai
alat untuk wawancara.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian, karena alat atau instrumen ini
mencerminkan juga cara pelaksanaannya, maka sering juga disebut teknik
penelitian.11
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
SOAL RESPON
IBU-IBU MAJELIS TA’LIM GAMPONG SUAK PERBONG
Nama :
Umur :
Status :
Berilah tanda silang (x) pada a,b,c, dan d di bawah ini sesuai
dengan tanggapan ibu-ibu secara jujur dan tanpa pemaksaan dari
pihak manapun.
10
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam … hal. 69. 11
Wina Sanjaya, Penelitian Tingkat Kelas, (Jakarta: Kencana 209)
H.84.
35
1. Penerapan metode takrir dapat memperbagus bacaan Al-Quran
ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong.
a. Selalu Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Metode takrir mendorong ibu-ibu majelis ta’lim untuk selalu
mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Penerapan metode takrir membuat ibu-ibu tidak bisa mengerjakan
pekerjaan rumah.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Penerapan metode takrir ibu-ibu lebih lancar dalam membaca Al-
Qur’an.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Metode takrir tidak membantu saya lebih mampu dalam membaca
Al-Qur’an.
a. Sangat Setuju
36
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Ibu-ibu memahami hukum bacaan Al-Qu’an seperti izhar, ikhfa,
idgham bighunnah, idgham bilaghunnah dan iqlab.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Ibu-ibu membaca Al-Qur’an dengan makharijul huruf yang benar.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Ibu-ibu majelis taklim mampu menyebutkan huruf mad beserta
contohnya dan menerapkan dalam membaca Al-Qur’an
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Respon Ibu-ibu membaca Al-Quran dengan terburu-buru saat
membacanya.
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Saya tidak sempat membaca Al-Qur’an karena…
37
a. Sibuk
b. Tidak biasa
c. malas
d. ……
EVALUASI HARIAN MEMBACA AL-QUR’AN IBU-IBU MAJELIS
TAKLIM GAMPONG SUAK PERBONG KECAMATAN
SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA
Nama :
Umur :
Status :
NO
HARI/TANGGAL
JUZ
SURAT
AYAT
KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
38
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN USTAD/USTAZH
PENGAJIAN IBU-IBU MAJELIS TA’LIM
GAMPONG SUAK PERBONG
KEC. SEUNAGAN TIMUR KAB. NAGAN RAYA
1. Kapan majelis taklim Gampong Suak Perbong ini terbentuk?
2. Didalam majelis taklim ibu-ibu mempelajari apa saja disini?
3. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis
ta’lim Gampong Suak Perbong?
4. Menurut ustad/ustazh apakah ibu-ibu memahami apa saja yang
sudah diajarkan tentang membaca Al-Quran?
5. Menurut ustd/ustazh apakah ibu-ibu perlu memilih waktu yang lain
untuk mengulang-ulang ayat yang telah dipelajari di majelis
ta’lim?
6. Menurut ustd/ustzh Apakah ibu-ibu mengualang-ulang bacaan A-
Qur’an yang telah di pelajari di majlis ta’lim sesampai dirumah?
7. Jika tidak, Menurut ustad/ustazah apa saja faktor yang
menyebabkan ibu-ibu tidak sempat mengulang-ulang bacaan Al-
Qur’an?
8. Setelah penerapan metode takrir, bagaimanakah kemampuan
membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis taklim?
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus persentase untuk mengetahui peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong setelah
penerapan metode takrir sebagai hasil dari penelitian. Menganalisis data
penulis mengunakan metode yang diharapkan agar memperoleh hasil yang
maksimal.
39
Selanjutnya perolehan data dari penelitian tersebut dianalisa secara
kualitatif yaitu analisa secara persentase dengan mengunakan rumus
persentase:
Nilai =jumlahskor
jumlahskormaksimum�100
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi analisis peneliti ini adalah
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majlis ta’lim
gampong Suak Perbong Kabupaten Nagan Raya. Setelah data yang telah
terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif
Kualitatif dengan berdasarkan instrumen yang diperoleh dari tes dan
observasi. Kemudian setelah dianalisis maka peneliti akan memberikan
kesimpulan atas apa yang ingin diteliti.
Adapun motode yang penulis gunakan untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan ibu-ibu majelis ta’lim tidak mentakrir (mengulang-ulang)
bacaan Al-Qur’an adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode
dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang terjadi masa sekarang
yang didasarkan pada gambaran yang dilihat dan didengar serta hasil
penelitian baik data dari lapangan ataupun berupa data-data dan buku-buku
yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti.
Setelah data yang telah terkumpul baik itu dalam bentuk pendataan atau
unsur yang lainnya yang berupa dokumen kemudian diolah dan dianalisis
dengan analisis deskriptif Kualitatif dengan berdasarkan data yang
diperoleh dari wawancara, dokumentasi dan observasi. Kemudian setelah
dianalisis maka peneliti akan memberikan kesimpulan atas apa yang ingin
diteliti.
Dalam hal ini penulis mengumpulkan semua hasil observasi dan
wawancara lalu mengelompokkan sesuai dengan variabel masing-masing.
40
Setelah itu barulah diambil kesimpulan dari masing-masing variabel
tersebut dan kemudian didistribusikan kedalam sub-sub bab dengan uraian
uraian yang didukung oleh teori-teori yang ada serta pembahasan menurut
penulis.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Secara geografis dan secara administratif Gampong Suak Perbong
merupakan salah satu dari 35 Gampong di Kecamatan Seunagan Timur
dan tergabung di antara 224 Gampong dalam Kabupaten Nagan Raya.
Secara Geografis letak Kabupaten Nagan Raya di Kecamatan Seunagan
Timur Gampong Suak Perbong batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Mon Bateung
2. Sebelah Timur Berbatasan dengan Blang ara Gampong
3. Sebelah Selatan Berbatasan PT.USC
4. Sebelah Barat Berbatasan Ie Beudoh
Gampong Suak Perbong termasuk dalam wilayah Pemukiman
Blang Ara dengan garis bujur 97,283795, garis lintang 3,427811 dengan
luas wilayah 280 Ha. Sedangkan lahan pertanian dan perkebunan adalah
40,2 Ha. Adapun jarak tempuh dari Gampong Suak Perbong ke
Kecamatan Seunagan Timur sekitar 5 Km dan ke Ibu kota Nagan Raya
(Suka Makmue) adalah 13,5 Km.1
Jumlah Dusun Dalam Gampong Suak Perbong terdiri dari 3
dusun diantaranya dusun Bahagia, dusun Ingin maju dan dusun Jeumpa
dengan jumlah penduduk lebih kurang 281 jiwa, seperti pada tabel 4.1
dibawah ini.
1Sumber: Data Profil dari Keuchik gampong suak perbong, Tahun 2017.
42
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Dusun tahun 2017
No Dusun Jumlah kk Jenis kelamin Jumlah jiwa
Pr Lk
1 Bahagia 41 68 76 146
2 Ingin maju 23 41 34 75
3 Jeumpa 15 32 28 60
Jumlah 79 82 91 281
Sumber : Data dari sekretaris Gampong Suak Perbong
2. Demografi
Jumlah Penduduk Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur berdasarkan profil Gampong tahun 2017 sebesar 281
jiwa yang terdiri dari 91 laki-laki dan 82 perempuan. Sedangkan
pertumbuhan penduduk dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur kabupaten Nagan Raya.
Jenis Kelamin 2015 2016 2017
Laki-laki 127 133 139
Perempuan 94 108 142
Jumlah 221 241 281
Sumber: Data Profil dari Sekretaris Gampong (Sekdes) gampong Suak
Perbong
3. Potensi Sumber Daya Alam
Sumber daya potensi yang dimiliki oleh Gampong Suak
Perbong jika dikelola secara baik akan mampu menopang laju
kemandirian kemajuan Gampong Secara berkelanjutan. Untuk itu
43
Gampong Suak Perbong mencoba untuk mengidentifikasi semua
potensi yang mampu memberikan nilai terhadap pembangunan
Gampong dengan harapan dapat meningkatkan Kesejahteraan
masyarakat.
Tabel 4.3 Potensi Sumber Daya Alam di Gampong Suak Perbong
Sumber
Daya Jenis Keterangan
Masih di manfaatkan atau
tidak
SDA Kebun karet Sebagian Termanfaatkan
- Persawahan Masih dimanfaatkan
- Perkebunan Masih dimanfaatkan
SDM
Tukang Perabot Tidak aktif
Petani Masih Aktif
Dagang Masih Aktif
EKONOMI
Kelompok tani Masih Aktif
UKM Masih Aktif
Petani Masih Aktif
SOSIAL Kelompok PKK Masih Aktif
Sumber : Profil Gampong Dari Keuchik Gampong suak perbong
4. Jumlah dan Jenis Fasilitas
Jumlah Fasilitas yang ada di Gampong Suak Perbong bisa
dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 adalah Jumlah tempat pendidikan
atau sekolah di Gampong Suak Perbong:
44
Tabel 4.4 Jumlah Fasilitas yang ada di Gampong Suak Perbong
No
Jenis Fasilitas Jumlah
(Unit)
Penggunaan fasilitas
1 Fasilitas agama
Mesjid 1 unit Aktif
Meunasah 1 unit Aktif
Balai pengajian 2 unit Aktif
2 Fasilitas Pendidikan
SDN Suak Perbong 1 unit Aktif
3 Fasilitas Pertanian
Hand Tractor 3 unit Milik masyarakat
Mesin Perontok Padi 5 unit Milik Kelompok Tani
dan milik masyarakat
4 Fasilitas Ekonomi
Perabot - -
Kios 5 unit Milik Masyarakat
Aktif
5 Fasilitas Pemerintahan
Balai Gampong
1 unit
Pelayanan
Masyarakat
6 Fasilitas Olah Raga
Lapangan Olah Raga
2 unit
Tidak Aktif
Sumber data : Dari Keuchik Gampong
45
Tabel 4.5 Jumlah tempat pendidikan atau sekolah di Gampong Suak
Perbong
No Nama Sekolah Jumlah Alamat
1 Paud Tidak ada Suak Perbong
2 Tk Tidak ada Suak Perbong
3 SD 1 Suak Perbong
4 SMP Tidak ada Suak Perbong
5 SMA Tidak ada Suak Perbong
Sumber data : Profil Gampong Suak Perbong kecamatan seunagan timur
kabupaten nagan raya
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Gampong Suak
Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan raya, maka hasil
penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
1. Gambaran Majelis Ta’lim Desa Suak Perbong
a. Sejarah berdirinya Majelis Ta’lim di Suak Perbong
Sebelum terbentuk menjadi sebuah Majelis Ta’lim di
Gampong Suak Perbong, perkumpulan ibu-ibu tersebut hanyalah
sebuah perkumpulan arisan setiap hari jumat dengan membaca
surah yasin bergiliran di rumah-rumah. Pada awal tahun 2013,
resmi didirikanlah Majelis Ta’lim ibu-ibu guna untuk belajar
membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah hukum
tajwid, dan ilmu agama lainnya seperti ilmu Fiqh, ilmu Tauhid,
ilmu Tasawuf, untuk bekal dalam pelaksanaan ibadah sesuai
tuntunan syariat yang benar dan dikarenakan ibu-ibu butuh siraman
rohani, butuh tuntunan guna menghadapi tuntutan kelak di akhirat,
46
terlebih janda-janda tua para lanjut usia dalam menepaki akhir
hidupnya. Pada kondisi seperti inilah lahir niat suci didirikannya
sebuah majelis yang diberi nama Khusnul Maghrifah yang di asuh
oleh Abu Muda Masyhuri, S.H. Pada tahun tersebut juga ibu-ibu
tidak hanya aktif membaca yasin bergiliran dari rumah kerumah
setiap hari jum’at, tetapi juga melaksanakan zikir berjamaah setiap
dua minggu sekali didalam Kecamatan Seunagan Timur dan diluar
kecamatan seunagan timur dalam kabupaten Nagan Raya.
Yang menjadi kajian dalam pembahasan ini adalah ibu-ibu
majelis ta’lim di Gampong Suak Perbong, Kecamatan Seunagan
Timur, Kabupaten Nagan Raya. Alasan peneliti mengambil ibu-ibu
majelis ta’lim Gampong Suak Perbong karena di Gampong ini ibu-
ibu menghadiri pengajian-pengajian terutama tentang pengajian
belajar membaca Al-Qur’an yang berada di Gampong Suak
Perbong.
b. Daftar Nama Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak
Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut
usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90
tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.2 Namun usia
ibu-ibu yang penulis maksud disini adalah ketika seorang wanita
telah menikah dan sudah cukup umur untuk menikah maka ia
sudah termasuk kedalam kategori ibu-ibu yang mengikut pengajian
2 https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-depkes/
47
di Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
Tabel 4.6 Daftar nama ibu-ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong.
No. Nama Tempat tanggal lahir Usia Status
1. Rohani Suak perbong, 06/06/1970 45 Kawin
2. Nurlina Suak perbong, 02/04/1991 26 Kawin
3. Keumala caya Suak perbong, 12/06/1980 37 Kawin
4. Mareudom ratna Suak perbong, 20/10/1970 47 Kawin
5. Rosmawan Bl.ara gampong, 01/05/1977 40 Kawin
6. Nurullah Suak perbong,11/03/1966 52 Janda
7. Jannaton Suakperbong, 08/04/1962 55 Janda
8. Cut Umi Salamah Suak Perbong, 02/01/1974 44 Kawin
9. Aidar Wati Suak perbong, 02/10/1979 37 Kawin
10. Nur Asma is Suak perbong, 02/05/1970 38 Kawin
11. Rusni ib Suak perbong, 05/01/1957 61 Kawin
12. Sakdiyah Blang preh, 01/10/1973 44 Kawin
13. Mariana.b Blang bayu,10/06/1970 47 Kawin
14. Cut Nurullah Suak perbong, 12/04/1967 50 Janda
15. Mariani Suak perbong, 08/04/1986 31 Janda
16. Nurmiati Suak perbong, 01/07/1977 40 Kawin
17. Salamah Suak perbong, 25/04/1975 42 Kawin
18. Asmanidar Idris Suak perbong, 08/01/1975 43 Kawin
19. Nur Aji Ahmad Suak perbong, 09/03/1952 66 Kawin
20. Bulen Suak perbong, 29/12/1964 53 Kawin
21. Rosmanidar Suak perbong, 20/07/1986 31 Kawin
22. Malaimah Suak perbong, 24/06/1980 37 Kawin
23. Dara keni Suak perbong, 08/02/1947 71 Janda
24. Nur Kalimah Suak perbong, 12/07/1963 53 Kawin
48
C. Faktor Yang Menyebabkan Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong
Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya Tidak Mentakrir (Mengulang-Ngulang) Bacaan Al-Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian Faktor yang menyebabkan ibu-ibu majelis
ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya tidak mentakrir (mengulang-ngulang) bacaan Al-Qur’an ada
dua yaitu faktor eksternal dan internal adalah sebagai berikut.
Pertama, kurangnya motivasi ataupun minat. Minat merupakan suatu
kesadaran yang ada pada diri seseorang tentang hubungan dirinya dengan
segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Hal-hal yang ada diluar diri
seseorang, meskipun tidak menjadi satu, tetapi dapat berhubungan satu
dengan yang lain karena adanya kepentingan atau kebutuhan yang bersifat
mengikat.3
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika
seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi
berminat kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika
kepuasan menurun maka minat akan menurun. Sehingga minat tidak
bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara. Jadi, alam mengulang-
ngulang bacaan Al-Qur’an mengulang-ngulang bacaan Al-qur’an baik itu
disaat sedang menjaga anak, ditempat kerja, dan setelah selesai shalat
fardhu ibu-ibu kurang termotivasi.
Kedua. Lingkungan adalah keluarga dan masyarakat tempat bergaul
dan juga berinteraksi sehari-hari dengan alam sekitar. Disebabkan oleh
sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk atau
3 H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, (Aksara Baru :Jakarta, 1991), H.135.
49
negatif serta faktor lain yang diluar kemampuannya. Jadi adanya
kesempatan (waktu) dan lingkungan yang mendukung akan mendorong
ibu-ibu mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an tetapi hasil dilapangan ibu-
ibu sibuk mengurus pekerjaan rumah, tempat kerja dan mengurus keluarga.
Sebagai mana diketahui umumnya masyarakat gampong suak perbong
adalah bekerja sebagai petani membantu kepala keluarga dalam manunjang
hasil ekonomi keluarga seperti membantu disawah, dikebun, dan ada juga
bekerja sebagai pencetak bata. Jadi, kesibukan harian ibu-ibu bukan saja
sekedar mengurus anak dan rumah tangga tetapi juga membantu kepala
keluarga dalam bekerja mencukupi ekonomi keluarga.
Ketiga, kemalasan walaupun ada waktu tapi tidak meluangkan untuk
membaca Al-Quran juga dikarnakan faktor fisiologis bermasalah dengan
panca indra lebih memilih untuk beristirahat, dan mengerjakan yang kurang
bermanfaat dan lalai tidak ingat/tidak mengindahkan untuk membaca Al-
Qur’an, terlupa disebabkan karena tertidur, lalai dengan mengurus anak dan
lain sebagainya.
Keempat, minimnya ustad/ustazah dalam mengontrol kegiatan sehari-
sehari ibu-ibu Majelis Ta’lim. Sebagai mana diketahui dalam majelis ta’lim
tersebut hanya mempunyai 2 ustad/ustazah yang mengasuh yaitu ustd
Masyhuri.SH dan ustzh Mulia Wati Waly. Jadi beliau hanya sempat
mengontrol sebatas dimajelis ta’lim saja, bukan kesehariannya (ibu-ibu)
sesampai dirumah.
D. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Ibu-Ibu Majelis Ta’lim
Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya Setelah Penerapan Metode Takrir
Penafsiran tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu
majelis ta’lim dari data sebanyak 24 orang ibu-ibu yang aktif. Selanjutnya,
50
memberikan Angket respon untuk ibu-ibu dengan Jumlah soal terdapat pada
angket berjumlah 9 soal, bagi ibu-ibu yang tidak mengerti dalam menjawab
akan dibantu oleh peneliti dan pengamat dalam menjawab.
Respon ibu-ibu terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an dengan
penerapan metode takrir dapat ditunjukkan pada tabel hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7 respon metode takrir dapat memperbagus bacaan Al-Quran ibu-
ibu
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat Setuju 7 29,17%
2 Setuju 17 70,83%
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden 7
(29,17%) responden yang yang menjawab sangat setuju dan 17 responden
(70,83%) yang menjawab setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada ibu-ibu yang tidak dapat memperbagus bacaan Al-Qur’an
setelah penerapan merode takrir.
Tabel 4.8 metode takrir mendorong mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an.
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat Setuju 19 79,16%
2 Setuju 5 20,83%
3 Tidak setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 24 100%
51
Sumber : majelis ta’lim gampong suak perbong (hasil pengolahan data)
2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
19 responden (79,16%) yang menjawab sangat setuju, dan 5 (20,83%)
responden yang yang menjawab setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Penerapan Metode takrir mendorong ibu-ibu untuk
selalu mengulang-ulang bacaan Al-qur’an.
Tabel 4.9 Penerapan metode metode takrir membuat ibu-ibu tidak bisa
mengerjakan pekerjaan rumah.
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat setuju - -
2 Setuju - -
3 Tidak setuju 11 45,83%
4 Sangat tidak setuju 13 54,16%
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan
data) 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
13 responden (54%) yang menjawab sangat tidak setuju, dan 11 (45,83 %)
responden yang yang menjawab tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Penerapan metode takrir tidak membuat ibu-ibu tidak
bisa mengerjakan pekerjaan rumah.
52
Tabel 4.10 respon ibu-ibu dengan penerapan metode takrir ibu-ibu
lebih lancar dalam membaca Al-Qur’an
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat Setuju 3 12,5%
2 Setuju 21 87,5%
3 Tidak Setuju - -
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan
data) 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden,
3 responden (12%) yang menjawab Sangat setuju, dan 21 responden
(87,5%) responden yang yang menjawab setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Ibu-ibu lancar membaca Al-Qur’an dengan penerapan
metode takrir (mengulang-ulang). Tidak ada ibu-ibu yang tidak lancar
setelah mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an.
Tabel 4.11 respon metode takrir tidak membantu dalam membaca Al-
Qur’an
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat setuju - -
2 Setuju - -
3 Tidak setuju 9 37,5%
4 Sangat tidak setuju 15 62,5%
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data)
2017
53
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
15 responden (62,5%) yang menjawab sangat tidak setuju, dan 9 (37,5%)
responden yang yang menjawab tidak setuju. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Metode takrir membantu ibu-ibu lebih mampu dalam
membaca Al-Qur’an.
Tabel 4.12 respon Ibu-ibu memahami hukum bacaan Al-Qu’an seperti
izhar, ikhfa, idgham bighunnah, idgham bilaghunnah dan iqlab.
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat Setuju 12 50 %
2 Setuju 6 25 %
3 Tidak setuju 6 25 %
4 Sangat Tidak setuju - -
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data)
2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
12 responden (50%) yang menjawab sangat setuju, dan 6 (25%) responden
yang yang menjawab setuju, dan 6 reponden (25%) yang menjawab tidak
setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu memahami
hukum bacaan Al-Qu’an seperti izhar, ikhfa, idgham bighunnah, idgham
bilaghunnah dan iqlab, ada juga ibu-ibu yang tidak memahami ilmu tajwid
seperti ketika ditanyakan tentang pengertian dan hukum bacaannya.
54
Tabel 4.13 Respon Ibu-ibu membaca Al-Qur’an makharijul huruf dengan
benar.
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat setuju 15 62,5%
2 Setuju 7 29%
3 Tidak Setuju 2 8,33%
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data)
2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
15 responden (62,5%) yang menjawab sangat setuju, dan 7 (29%)
responden yang yang menjawab setuju, dan 2 reponden (8.33%) yang
menjawab tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu
membaca Al-Qur’an dengan makharijul huruf setelah penerapan metode
takrir. Namun, ada juga ibu-ibu yang membaca Al-Quran dengan tidak
menerapkan makharijul huruf dengan benar.
Tabel 4.14 ibu-ibu majelis taklim mampu menyebutkan huruf mad beserta
contohnya dan menerapkan dalam membaca Al-Qur’an
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat setuju 19 79,16
2 Setuju 3 12,5%
3 Tidak setuju 2 8,33%
4 Sangat tidak setuju - -
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data)
2017
55
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden
19 responden (79,16%) yang menjawab sangat setuju, dan 3 (12,5%)
responden yang yang menjawab setuju, dan 2 (8,33%) yang menjawab tidak
setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu majelis taklim
mampu menyebutkan huruf mad beserta contohnya dan menerapkan dalam
membaca Al-Qur’an dan ada pula yang tidak bisa.
Tabel 4.15 respon Ibu-ibu membaca Al-Quran dengan terburu-buru
No. Alternatif Jawaban Frekkuensi Persentase
1 Sangat setuju - -
2 Setuju 2 8,33%
3 Tidak setuju 12 50%
4 Sangat tidak setuju 10 41,66%
Jumlah 24 100%
Sumber : majelis ta’lim Gampong Suak Perbong (hasil pengolahan data)
2017.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari 24 responden 10
responden (41,66%) yang menjawab sangat tidak setuju, dan 12 (50%)
responden yang yang menjawab tidak setuju, dan 2 reponden (8,33%) yang
menjawab kadang-kadang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ibu-
ibu membaca Al-quran dengan tidak terburu-buru saat membacanya.
Penafsiran tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis
ta’lim gampong suak perbong, sebanyak 24 ibu-ibu, adapun cara
menafsirkan data angket tersebut adalah dengan cara memberikan nilai pada
setiap jawaban yang yang diberikan oleh ibu-ibu majelis ta’lim. Jumlah soal
terdapat pada angket berjumlah 10 soal, dimana 5 diantaranya di dijawab
oleh ibu-ibu dan lainnya dijawab oleh pengamat. Berdasarkan hasil tes
56
membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim dan menurut respon yang
diberikan oleh ibu-ibu.
Jawaban dari soal yang berbentuk positif dan negatif diberi nilai sebagai
berikut.
Sangat setuju : 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
Kemudian jawaban untuk soal yang berbentuk negatif diberi nilai sebagai
berikut.
Sangat setuju : 1
Setuju : 2
Tidak Setuju : 3
Sangat Tidak Setuju : 4
Dengan memberikan nilai pada jawaban tersebut dan
menjumlahkannya maka nilai paling rendah adalah 9, sedangkan nilai
tertinggi adalah 36. Dalam pengolahan data tingkat kemampuan membaca
Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim, setiap tingkat nilai diberi kode sebagai
berikut.
1. Yang mendapatkan nilai 9 sampai 14 diberi kode A (sangat
tidak mampu membaca A-Qur’an)
2. Nilai 15 sampai 20 diberi kode B (tidak mampu membaca Al-
Qur’an)
3. Nilai 21 sampai 26 di beri kode C (biasa saja)
4. Nilai 26 sampai 30 diberi kode D (mampu membaca Al-
Qur’an)
57
5. Nilai 31 sampai 36 diberi kode E (sangat mampu membaca
Al-Qur’an).
Setelah ditranskrip, maka kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis
ta’lim gampong suak perbong sebagai berikut:
Tabel 4.16 Rekapitulasi nilai minat dari data respon ibu-ibu majelis ta’lim
Gampong Suak Perbong.
Nama No. Soal
Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai
R 4 4 4 3 4 4 4 4 3 34
NL 4 3 3 3 4 3 2 4 3 29
KC 3 4 3 3 3 2 4 4 3 29
Mdr 3 4 4 3 4 4 4 4 3 33
RM 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31
NL 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31
JN 3 3 4 3 3 4 4 4 3 31
CUS 4 4 4 4 4 3 4 4 3 34
AW 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31
NA 3 4 3 3 3 3 3 4 3 29
Ri 3 4 4 3 3 4 3 2 4 30
SD 3 4 4 3 3 4 3 4 4 32
Mb 3 4 4 3 3 3 4 4 3 32
CN 3 4 4 4 4 4 4 4 3 34
Mi 3 4 4 3 4 2 4 2 4 30
Ni 3 4 3 3 4 4 4 4 3 32
S 4 3 3 4 4 3 4 4 2 31
AI 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35
NAA 4 3 4 3 4 2 4 4 2 30
B 3 3 4 3 4 2 2 3 4 28
Rn 3 4 3 3 4 3 3 3 4 30
Mm 3 4 3 3 4 2 3 3 4 29
DK 3 4 4 3 4 2 3 4 4 31
NK 4 4 3 3 4 2 3 4 3 30
58
Dari hasil penjumlahan data angket berbentuk skala tersebut, maka
dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh oleh ibu-ibu majelis
ta’lim adalah 28 sedangkan nilai yang tertinggi adalah 35.
Selanjutnya perolehan data dari penelitian tersebut dianalisa secara
secara persentase dengan mengunakan rumus persentase:
Nilai =jumlahskor
jumlahskormaksimum�100
Untuk menyederhanakan penyebaran nilai kemampuan membaca Al-
Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim gampong Suak Perbong, maka penulis
menyederhanakan data, dengan membuat tabel distribusi frekuensi data
tunggal, sebagai berikut.
Tabel 4.17 Frekuensi kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode
takrir.
No Kode Kemampuan Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
A
B
C
D
E
-
-
-
8
16
0
0
0
56,67 %
43,32 %
Jumlah 24 100%
Sumber: penafsiran data angket di Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong
2017
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an
ibu-ibu majelis ta’lim gampong Suak Perbong menunjukkan bahwa tidak
ada satupun ibu-ibu yang sangat tidak bisa membaca Al-Qur’an, begitu pula
dengan tidak bisa membaca al-Qur’an, ibu-ibu yang mampu membaca Al-
59
Qur’an ada sebanyak 8 orang (20,83%) dan ibu-ibu yang sangat mampu
membaca Al-Qur’an sebanyak 16 orang (72,56%).
E. Analisis Hasil Penelitian
Berhubungan dengan rumusan masalah yang pertama bahwa faktor
yang menyebabkan ibu-ibu majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tidak mentakrir
(mengulang-ngulang) bacaan Al-Qur’an adalah berbagai variasi jawaban
yang ditemukan namun yang paling dominan adalah kurangnya motivasi,
sibuk mengurus pekerjaan rumah tangga, bekerja membantu kepala
keluarga dalam menunjang ekonomi keluarga, minimnya ustad/ustazah
dalam membiasakan ibu-ibu majelis ta’lim dalam mengulang-ulang bacaan
Al-Qur’an di tempat pengajian tersebut. Hasil penilitian ini pengamatan dan
wawancara dalam majelis ta’lim gampong Suak Perbong. Namun, pada
penerapan metode takrir ibu-ibu sudah mulai mengulang-ulang bacaan Al-
Qur’an meskipun tidak sempurna dan belum memadai berdasarkan tabel 4.8
dan 4.9 dan evaluasi harian membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim.
Penelitian ini tidak hanya menanyakan pada ibu-ibu majelis ta’lim saja,
tetapi juga menanyakan kepada anggota keluarga tentang kegiatan sehari-
hari ibu-ibu majelis gampong suak perbong dalam mengulang-ngulang
bacaan Al-Qur’an.
Berdasarkan rumusan masalah yang kedua, apakah penerapan metode
takrir dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis
ta’lim gampong suak perbong kecamatan Seunagan timur kabupaten Nagan
Raya, menurut hasil angket dan pengamatan, kemampuan membaca Al-
Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim gampong suak perbong sudah meningkat, baik
dalam menerapkan dan mehami ilmu tajwid, baik hukum bacaannya,
60
panjang pendeknya, makharijul huruf berdasarkan tabel yang mendukung
hasilnya yaitu tabel 4.1, tabel 4.8, tabel 4.8, tabel 4.13, dan tabel 4.15.
Tingkatan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim
gampong suak perbong dengan menggunakan metode takrir. Adapun tabel
4.16 tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode takrir mampu
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an ibu-ibu majelis ta’lim
Gampong Suak Perbong, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan
Raya. Hal ini sesuai dengan persentase angket yang diperoleh yaitu ibu-ibu
yang mampu membaca Al-Qur’an sebanyak 6 orang (20,83%) dan yang
sangat mampu membaca Al-Qur’an sebanyak 18 orang (72,56%).
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor yang menyebabkan ibu-ibu tidak mengulang-ulang bacaan Al-
Qu’an dirumah karena kurangnya motivasi dalam mengulang-ngulang
bacaan Al-Qur’an karena tidak membiasakan diri dalam mengulang-
ngulang bacaan Al-qur’an baik itu disaat sedang menjaga anak,
ditempat kerja, dan setelah selesai shalat fardhu. Sebagai mana
diketahui umumnya masyarakat gampong suak perbong adalah bekerja
sebagai petani membantu kepala keluarga dalam mencari nafkah
seperti membantu disawah, dikebun, dan lain sebagainya dan
minimnya ustad/ustzh dalam mengontrol kegiatan sehari-sehari ibu-ibu
Majelis Ta’lim.
2. Penerapan metode takrir dalam peningkatan kemampuan membaca al-
qur’an pada ibu-ibu majelis ta’lim Gampong Suak Perbong Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dapat meningkatkan
kemampuan membaca al-qur’an ibu-ibu majelis ta’lim karena ibu-ibu
sudah termotivasi dalam hal mengulang-ulang bacaan al-qur’an karena
guru juga sudah sering mengingatkan supaya ibu-ibu majelis ta’lim
mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an sesampai dirumah, bukan hanya
mengulang ketika di maj’lis saja. Hal ini dapat dilihat pada hasil
angket dan pengamatan.
65
B. Saran-saran
1. Ibu-ibu harus saling mengingatkan satu sama lainnya untuk selalu
mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an dan anggota keluarga juga harus
mengingatkan untuk ibu-ibu menyempatkan diri mengulang-ulang
bacaan Al-Qur’an, dikarenakan ibu-ibu ini adalah orang tua, jadi butuh
peringatan mungkin beliau lupa.
2. Setiap guru harus lebih giat lagi dalam menanyakan kepada ibu-ibu
apakah ada membaca Al-Qur’an dan sering memberi motivasi tentang
Al-Qur’an agar ibu-ibu selalu termotivasi untuk mengulang-ulang
bacaan Al-Qur’an.
63
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung :
Rosda Karya, 2002.
Ali AS, Sabuni Attibyani fi Al-‘Ulum Al-Qur’an Haququth Trabi
wa Al-Naasri Mahfudhoh, Aththobaatul Ula, 1405 H/ 1985 M.
Al-qaththan, syaikh manna, pengantar studi ilmu Al-qur’an,
jakarta, pustaka Al-kautsar:2006.
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997.
Abdurrahman, Membina Minat Baca di Jawa Timur, Pusat
Pembinaan Bahasa Depdikbud, Jakarta, 1985
Asrof Syafi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya:
ELKAF, 2005.
Conny Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:
Gramedia, 2010.
Datok Paduka Haji Muhammad bin Haji Bakery, Kamus Melayu
Nusantar, Bandar Sri Begawan: Dewar Bahasa Pustaka Brunai, 2003.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Fitriyah, Mahmudah, dan Ramlan A. Gani, Disiplin Berbahasa
Indonesia. Jakarta: FITK PRESS, 2010.
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa, Aksara, Bandung, 1987.
Hasan El-qudsy, Dahsyatnya Bacaan Al-qur’an Bagi Ibu Hamil,
banyuanyar Surakarta, Al-qudwah publishing : 2013.
Husaini Usman, Metodologi Peneltian Sosial, Jakarta: PT Bumi
Aksara,2009.
64
64
Imran, Kemampuan Membaca Al-qur’an pada Siswa SDN 46 Banda
Aceh, Skripsi, banda aceh : UIN Ar-Raniry. 2013.
Imam Nawawi,1999 Riyadhus Sholihin Jilid 2 ,Jakarta, Pustaka
Amani,.
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta:
PT Renika Cipta, 2004.
Lismunziah, Pembelajaran Al-qur’an di balai pengajian desa ie
alang kecamatan kuta cot glie, skripsi, Banda Aceh : UIN Ar-raniry, 2009.
M. Ali AS, Sabuni Attibyani fi Al-‘Ulum Al-Qur’an Haququth Trabi
wa Al-Naasri Mahfudhoh, Aththobaatul Ula, 1405 H/ 1985 M.
Muhammad Aly Ash Shabuny,Pengantar Study al-Qur’an (At-
Tibyan),Bandung: PT.Al-Ma’arif,1984.
M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir/A1-
Qurban, cet. XV, Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1994.
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Kairo: Lentera Hati, 2009.
Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren, Tsanawiyah, Aliyah, Dan Perguruan Tinggi,
Percetakanonline.Com:2012.
Nasir Budiman dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah cet: I Banda
Aceh: Ar-Raniry, 2004.
Otong surasman, jadilah Al-qur’an sebagai teman hidup, jakarta :
percetakan negara RI, 2004.
Qasim Amjad, Sebulan Hafal Al-Qur’an ,solo :Zamzam, 2015.
Rahayu S. Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara
Komunikatif, Cet. I, Intermasa, Jakarta, 1990.
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, jakarta: Gema
Insani, 2008.
65
65
Said Abdul Adhim, Nikmatnya Membaca Al-Qur’an, Solo :
Aqwam, 2009.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Cet.10; Bandung : Alfabeta,2014
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan
praktek, edisi revisi IV, Jakarta: Rinieka Cipta, 2006
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan
Berbahasa, Aksara, Bandung, 1987
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-qur’an
Banguntapan jogjakarta : DIVA press, 2014
W.J.S poerwadarminta, kamus bahasa indonesia. jakarta: Balai
Pustaka,1976
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keputusan Pebimbing Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Pengumpulan Data Skripsi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7 : Daftar Nama Ibu-Ibu Majelis Ta’lim Gampong Suak Perbong
Lampiran 8 : Foto Dokumentasi
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup