Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAPKEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY
SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
(SKRIPSI)
OlehHeni Yusnani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAPKEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY
SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
HENI YUSNANI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui penerapanmodel discovery learning terhadap kemampuan representasi matematis dan selfefficacy siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri13 Bandar Lampung tahun ajaran 2015-2016 yang terdistribusi dalam sembilankelas. Dengan teknik purposive sampling, terpilih kelas VIII A sebagai sampel.Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan representasi matematis danskala self efficacy. Hasil analisis data menunjukkan bahwa model discoverylearning meningkatkan kemampuan representasi dan tidak meningkatkan selfefficacy siswa
Kata kunci : discovery learning, representasi matematis, self efficacy.
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY
SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
HENI YUSNANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Heni Yusnani lahir di Nunggalrejo, pada tanggal 24 mei 1995.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suhaemi
dan Ibu Nur Anisah, memiliki adik bernama Handy Ferdiansyah
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PERTIWI
Nunggalrejo Bukit Kemuning pada tahun 2000, pendidikan dasar di SD Negeri 1
Nunggalrejo, pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1
Punggur pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1
Punggur pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung pada tahun 2012 melalui jalur undangan dengan mengambil Program
Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Desa Sukamaju, Pekon Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten
Lampung Barat sekaligus menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMA Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2015.
PERSEMBAHAN
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangkukepada:
Ibuku tercinta (Nur Anisah) dan Ayahku (Suhaemi)yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan semangat untuk putrimu ini
sehingga ia yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Adikku , Handy Ferdiansyah serta seluruh keluarga besar yang terusmemberikan dukungan dan doanya kepadaku.
Para pendidik yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan penuhkesabaran.
Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku,sehingga indahnya ukhuwah yang Allah SWT titipkan ini dapat kita rasakan
bersama-sama.
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Discovery Learning
Terhadap Kemampuan Representasi Matemats dan Self Efficacy Siswa (Studi
pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015-2016)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibu tercinta (Nur Anisah) dan Ayah (Suhaemi), adek (Handy Ferdiansyah),
dan keluarga, serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan,
menyayangi dan memberikan nasihat dan semangat yang tulus untuk
keberhasilanku.
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan
bimbingannya dengan sabar selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
3. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si. selaku selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, menyumbangkan banyak
ilmu, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
saran-saran yang membangun sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah mem-
berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Ibu Hj.Rosmaini, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 13 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Emilda Mawarni, S.Pd. selaku guru mitra di SMP Negeri 13 Bandar
Lampung yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama
melaksanakan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015-2016, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
11. Sahabat 407 : Riza Ayunda, Melia Devita,dan Hasma atas segala kenangan
indah, doa, motivasi dan dukungan yang telah diberikan.
12. Sahabat Sholehahku : Linda Nurfitiyani, Fitriyanti, Yuliana, Heni Yusnani,
Rini Haswin Pala, Mila Alifia Hamdalah, Dewi Mutia Sari dan Dyana Astuti
atas segala kenangan indah, doa, motivasi dan dukungan yang telah diberikan.
13. Teman seperjuang : Indri Kurniawati
14. Teman-teman tersayang di Pendidikan Matematika angkatan 2012: Titi, Ewi,
Elok, Nuy, Nidya, Talitha, Reysti, Agata, Arum, Yuni, Rina, Handoko
Burhan, Rian, dan teman-teman yang tidak bisa kusebutkan satu-persatu.
Terimakasih atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah
diberikan.
15. Saudaraku tercinta : Fitri Ardiana, Gina Soviana atas doa dan dukungan nya
selama ini.
16. Kakak-kakakku di Pendidikan Matematika FKIP UNILA angkatan 2011 dan
2010 serta adik-adikku angkatan 2013, 2014, dan 2015 terima kasih atas
kebersamaannya.
17. Teman-temanku di Asrama Putri Ayu: Eka, May, Isni, Riza, Nimas, Ayu,
Hida, Khorik, Hana, Nova dan Ibu Fatnah terimakasih atas kebersamaan-nya
selama ini.
18. Adikku tersayang Fitri Anitasari
19. Keluarga baruku, teman-teman KKN-KT FKIP UNILA 2015 Pekon Fajar
Bulan, Kecamatan Way Tenong: Lusiana Shinta Dewi, Nina Chintiya Saputri,
Reni Oktavia, Fitria Asmawati, Rini Setya Wati, Siti Nurhalimah, Ranando
Sofyan Hadi, Novi Kusnandang atas kebersamaan-nya yang penuh makna dan
kenangan.
20. Keluarga besar SMA Negeri 1 Way Tenong , Kabupaten Lampung Barat atas
semua pengalaman dan kebersamaannya selama menjalani KKN-KT.
21. Sekelik Bidikmisi Universitas Lampung angkatan ketiga tahun 2012 atas
kebersamaannya selama ini.
22. Penjaga gedung G, Pak Liyanto dan Pak Mariman terimakasih atas segala
bantuan yang telah diberikan selama ini.
23. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis
Heni Yusnani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ...ix
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 9
II. KAJIAN TEORI ........................................................................................ 11
A. Kemampuan Representasi Matematis ...................................................... 11
B. Self Efficacy Siswa terhadap Matematika................................................. 14
C. Model Discovery Learning....................................................................... 15
D. Penerapan ............................................................................................... 18
E. Kerangka Pikir................................................................... ....................... 18
F. Anggapan Dasar........................................................................................ 21
G. Hipotesis Penelitian.................................................................................. 22
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 23
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 23
B. Desain Penelitian..................................................................................... 23
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 24
D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 25
E. Analisi Data ........................................................................................... 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 38
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 38
B. Pembahasan ............................................................................................ 44
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 50
A. Simpulan ................................................................................................. 50
B. Saran........................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator Representasi Matematis .................................................... 13
Tabel 2.2 Sintaks Model Discovery Learning.................................................. 17
Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 24
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis............. 27
Tabel 3.3 Interpretasi Indeks Reliabilitas......................................................... 28
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 30
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 31
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal .............................................. 32
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Self Efficacy........................................................... 33
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data KemampuanRepresentasi Matematis.................................................................... 35
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data KemampuanRepresentasi Matematis.................................................................... 36
Tabel 4.1 Data Kemampuan Representasi Matematis Siswa ........................... 39
Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Representasi Matematis .......... 40
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data KemampuanRepresentasi Matematis.................................................................... 41
Tabel 4.4 Data Self Efficacy Siswa................................................................... 42
Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Self Efficacy Siswa ........................................ 43
Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Self Efficacy Siswa .......... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 55
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KelasEksperimen................................................................................ 66
Lampiran A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)....................................... 96
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ........ 128
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ........................ 129
Lampiran B.3 Pedoman Penskoran dan Kunci Jawaban Soal Tes KemampuanRepresentasi Matematis ........................................................... 130
Lampiran B.4 Form Penilaian Validitas........................................................... 135
Lampiran B.5 Instrumen Penilaian Self Efficacy Siswa................................... 136
Lampiran B.6 Skala Self Efficacy Siswa .......................................................... 137
Lampiran B.7 Uji Coba Self Efficacy Siswa.................................................... 142
Lampiran B.8 Soal Awal Kemampuan Representasi Siswa............................. 145
Lampiran C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan RepresentasiMatematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 146
Lampiran C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran HasilTes Kemampuan Representai Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 148
Lampiran C.3 Nilai Tes Kemampuan Representasi Matematis SiswaKelas Sesudah Model Discovey Learning................................. 149
Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Representasi MatematisKelas Sebelum Model Discovey Learning ................................ 150
x
Lampiran C.15 Selisih Nilai Kemampuan Representasai pada Kelas Sebelum danSesudah.......................... ........................................................... 151
Lampiran C.6 Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis SiswaKelas Sebelum Model Discovey Learning...................................152
Lampiran C.7 Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis SiswaKelas Sesudah Model Discovey Learning ...................................153
Lampiran C.8 Uji Homogenitas Varians Skor Kemampuan RepresentasiMatematis antara Kelas Sebelum dan Sesudah ........................... 154
Lampiran C.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata DataKemampuan Representasi Matematis Siswa ............................ 155
Lampiran C.10 Analisis Pencapaian Indikator Tes Representasi MatematisSiswa Kelas Sebelum dan Sesudah .......................................... 158
Lampiran C.11 Perhitungan Skor Skala Self Efficacy ...................................... 160
Lampiran C.12 Data Skor Skala Self Efficacy Kelas Sebelum dan Sesudah ModelDiscovey Learning .................................................................... 164
Lampiran C.13 Uji Normalitas Skor Self Efficacy Kelas Sebelum ModelDiscovey Learning ...................................................................... 169
Lampiran C.14 Uji Normalitas Skor Self Efficacy Kelas Sesudah Model DiscoveryLearning .......................... ........................................................... 170
Lampiran C.15 Uji Homogenitas Varians Skor Self Efficacy Matematis antaraKelas Sebelum dan Sesudah...................................................... 171
Lampiran C.16 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Self Efficacy Siswa padakemampuan awal dan akhir ......................................................... 172
Lampiran D.1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian......................... 174
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap pribadi manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan diharapkan mampu menciptakan pribadi manusia yang cerdas,
kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berbudi pekerti luhur.
Pendidikan menjadi sarana penting yang efektif untuk mencerdaskan kehidupan
suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 3 yang menyatakan secara tegas bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui
pendidikan setiap pribadi manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dan
mengembangkan potensi pribadi manusia.
Dalam pelaksanaan pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran yang
wajib dipelajari di jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menegah Atas (SMA). Hal ini
sesuai dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata
Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
wajib. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari perananya dalam
berbagai kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak
2
dikomunikasikan atau disampaikan dengan bahasa matematik serta banyak
masalah dapat disajikan dengan bahasa matematik.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa mampu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas, 2006).
Namun salah satu kelemahan dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan
para guru adalah kurangnya pengembangan kemampuan peserta didik. Setiap
proses pembelajaran matematika lebih banyak mendorong siswa menguasai
sejumlah materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan bersifat toritis dan
abstrak. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan matematis peserta didik.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika ditetapkan oleh
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000:67)
menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa
yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan
koneksi, kemampuan penalaran dan representasi. Salah satu kemampuan yang
3
harus dimiliki siswa adalah kemampuan representasi. Kemampuan representasi
adalah kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide mereka dalam model
matematika untuk merencanakan suatu penyelesaian masalah.
NCTM (2000: 280) juga menjelaskan bahwa:
Representation is central to the study of mathematics. Students can develop anddeepen their understanding of mathematical concepts and relationships as theycreate, compare, and use various representations. Representations such asphysical objects, drawings, charts, graphs, and symbols also help studentscommunicate their thinking.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, representasi merupakan pusat dari
pembelajaran matematika. Melalui representasi matematis, siswa dapat
mengembangkan dan memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep
matematika dan membantu siswa mengomunikasikan pemikiran mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan representasi adalah elemen penting
dalam proses pembelajaran matematika.
Mudzzakir (2006:20) menyatakan bahwa kemampuan representasi matematis
adalah kecakapan siswa mengungkapkan pengetahuan yang mewakili suatu
permasalahan dan kemampuan representasi tulisan adalah siswa dapat membuat
representasi visual berupa gambar, grafik atau tabel, gambar, persamaan atau
ekspresi matematis, dan kata-kata atau teks tertulis. Jadi, kemampuan representasi
matematis adalah kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide mereka ke dalam
model matematika untuk merencanakan suatu penyelesaian masalah. Hudiono
(2005:19) menyatakan bahwa kemampuan representasi mendukung siswa
memahami konsep matematika yang dipelajarinya dan keterkaitannya,
mengomunikasikan ide-ide matematika, mengenal koneksi diantara konsep
4
matematika dan menerapkan matematika pada permasalahan matematika realistik
melalui pemodelan.
Selain aspek kognitif, aspek psikologi yang penting di tingkat jenjang SMP di
Indonesia adalah kemampuan self efficacy. Menurut (Bandura, 1986), self-
efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan
dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan
kecakapan tertentu. Kepercayaan diri siswa sangat penting dalam menyelesaikan
tugas dan masalah-masalah yang terdapat pada LKK. Selain itu, pentingnya
meningkatkan kepercayaan diri pada siswa sebagai sumber kekuatan untuk dapat
mengorganisasikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Fakta di lapangan menunjukan bahwa kemampuan representasi siswa dalam
pembelajaran matematika masih rendah. Hasil survei yang dilakukan Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan
skor rata-rata 386 dari skor ideal 1000 (Mullis, et al, 2012: 462). Ada dua aspek
yang dinilai oleh TIMSS yaitu aspek materi dan aspek kognintif. Kemampuan
utama yang dinilai pada setiap aspek kognitif mencakup kemampuan representasi.
Untuk aspek kognitif yang dinilai oleh TIMMS meliputi pemahaman (knowing),
penerapan (applying) dan penalaran (reasoning). Kemampuan utama yang dinilai
pada setiap aspek kognitif mencakup kemampuan representasi di dalamnya
misalnya, kemampuan siswa dalam pemahaman masalah atau ide matematis ke
5
dalam bentuk baru dan kemampuan siswa dalam menerapkan pemahaman dan
pengetahuan siswa dalam berbagai situasi yang relatif kompeks.
Menurut (NCTM,2000) presentase siswa di Indonesia pada aspek kognitif untuk
kemampuan representasi meliputi knowing (27%), applying (28%), dan
reasoning (18%). Dengan presentasi ideal 100% ini siswa Indonesia termasuk
kategori rendah dari berbagai negara. Hal ini terjadi karena kemampuan siswa
dalam mengembangkan ide dan mengungkapkannya dalam berbagai bentuk
representasi kurang mendapat kesempatan untuk berkembang. Akibatnya
kemampuan representasi matematis siswa rendah.
Sejalan dengan hasil TIMSS, hal ini pun terjadi di SMP Negeri 13 Bandar
Lampung bahwa tingkat kemampuan representasi matematis siswa perlu
mendapat perhatian. Sebagian besar siswa SMP Negeri 13 Bandar Lampung
hanya mampu mengerjakan soal rutin dan latihan sesuai contoh yang diberikan.
Salah satu penyebab kurang optimalnya kemampuan representasi matematis
siswa adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang
digunakan sebagian guru adalah pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru
dan konsep. Hal tersebut menyebabkan siswa lebih banyak mendengarkan
daripada menemukan atau mengemukakan gagasan atau ide-ide matematis nya
sendiri ketika proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan hal tersebut,
berdasarkan data ulangan harian SMP Negeri 13 Bandar Lampung kelas VIII,
berikut salah satu soal yang menguji kemampuan representasi:
Dengan metode grafik, tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier
dua variabel x + y = 4 dan x+2y =6 jika x,y pada himpunan bilangan real
6
Soal ini menguji kemampuan representasi siswa, yaitu kemampuan siswa
menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi
grafik. Terlepas dari kelengkapan soal, hanya 24 dari 99 siswa atau 24,24 %
siswa yang menjawab dengan benar. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
kemampuan representasi matematis siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Tidak hanya berdampak pada kemampuan representasi matematis, pembelajaran
juga berdampak pada self efficacy siswa. Ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan siswa di SMP Negeri 13 Bandar Lampung bahwa siswa kurang memiliki
keyakinan diri sendiri terhadap masalah yang akan dihadapi. Dengan
karakteristik siswa di SMP N 13 Bandar Lampung adalah kurang berminat suatu
masalah yang akan dihadapi serta kurangnya optimis siswa jika diberi soal atau
permasalahan oleh guru. Sehingga self efficacy penting dimiliki siswa karena self
efficacy mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi permasalahan
matematika.
Self-efficacy siswa terhadap matematika merupakan keyakinan siswa terhadap
kemampuan siswa dalam menghadapi masalah-masalah matematika yang akan
dihadapi. Noer (2012) mengatakan bahwa self efficacy adalah penilaian tentang
kemampuan diri sendiri dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Individu dengan
self-efficacy yang rendah mungkin menghindari hal-hal yang melibatkan banyak
tugas, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan individu dengan
self-efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar dalam memotivasi
dirinya untuk mengerjakan tugas-tugas yang dianggap menantang.
7
Kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa perlu perhatian juga
terjadi pada sebagian siswa SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain adalah keyakinan siswa terhadap matematika dan
sistem pembelajaran yang di terapkan. Selain itu, sistem pembelajaran yang
digunakan cenderung berpusat pada guru dan siswa hanya pasif menerima
informasi. Akibatnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-idenya
kurang berkembang secara maksimal.
Untuk mengubah self efficacy negatif siswa dan mengembangkan kemampuan
representasi matematis tersebut, diperlukan pembelajaran matematika yang sesuai.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model discovery
learning. Hudojo (2003: 123) berpendapat bahwa model discovery learning
merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga
proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur
matematika melalui pengalaman-pengalaman belajar. Penerapan discovery
learning menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan
penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam model discovery learning siswa
didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan
prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru
(Iriana, 2008). Selama kegiatan diskusi berlangsung, siswa menganalisis masalah,
mengumpulkan informasi yang sesuai dan menghubungkannya dengan ide-ide
mereka, lalu menyajikannya ke dalam bentuk representasi matematis seperti
gambar atau ekspresi matematis. Representasi yang tepat membantu siswa
mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan. Selain itu, siswa saling
8
memotivasi teman-temannya bahwa dengan bekerjasama mereka dapat
menyelesaikan masalah dengan mudah. Kegiatan selanjutnya adalah
mempresentasikan hasil diskusi. Hasil diskusi yang baik akan menambah
keyakinan dan minat serta optimis siswa ketika mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Beberapa aktivitas yang dilakukan di kelas ini tentu berpotensi
untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
penerapan model discovery learning terhadap kemampuan representasi matematis
dan self-efficacy siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pembelajaran model discovery learning dapat meningkatkan
kemampuan representasi matematis dan self efficacy siswa?”
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. “Apakah kemampuan representasi matematis siswa setelah mengikuti model
discovery learning lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti model
discovery learning?”
2. “Apakah self efficacy siswa setelah mengikuti model discovery learning lebih
baik dibandingkan sebelum mengikuti model discovery learning ?”
9
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan model discovery learning terhadap kemampuan
representasi matematis dan self efficacy siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pembelajaran matematika, terkait penerapan model discovery
learning serta hubungannya dengan kemampuan representasi matematis dan
self-efficacy siswa.
2. Manfaat Praktis
Model discovery learning diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran
alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis dan
self efficacy siswa serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai model pembelajaran
tersebut
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Model discovery learning merupakan Pembelajaran yang memberi kesempatan
yang leluasa kepada siswa untuk belajar melakukan aktivitas “bekerja” dalam
10
mempelajari matematika. Siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi
belajarnya secara sendiri ataupun berinteraksi serta bernegosiasi dengan
sesama siswa maupun dengan guru sehingga siswa dapat menemukan prinsip
dari pembelajaran.
2. Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa
mengungkapkan ide-ide mereka ke dalam bentuk gambar dan ekspresi
matematis seperti kemampuan siswa menggunakan representasi gambar untuk
menyelesaikan masalah, membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah, membuat ekspresi matematis dari representasi lain yang
diberikan, dan menyelesaikan masalah matematika
3. Self-efficacy siswa terhadap matematika merupakan keyakinan siswa terhadap
kemampuan siswa dalam menghadapi masalah-masalah matematika yang akan
dihadapi.
11
II . KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Representasi Matematis
NCTM tahun 2000 merekomendasikan lima kompetensi standar yang utama yaitu
kemampuan Pemecahan Masalah, kemampuan Komunikasi, kemampuan
komunikasi matematis yang dapat berbentuk sebagai bahasa biasa (ordinary
language), bahasa verbal matematis, bahasa simbol, representasi visual dan
bahasa kuasi-matematis. Jenis-jenis representasi di atas berfungsi untuk
mengomunikasikan ide-ide matematis.
NCTM mengatakan bahwa representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan
ungkapan-ungkapan gagasan-gasasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan
siswa dalam upaya untuk mencari suatu solusi untuk masalah yang sedang
dihadapinya. Matematika seperti bahasa, simbol, grafik dan artifak membentuk
suatu representasi multipel dari obyek matematika tadi yang kemudian
membentuk pemahaman matematis yang lebih bermakna tentang obyek
matematika semula.
Kemampuan representasi matematis dibagi menjadi dua, yaitu: kemampuan
representasi matematis lisan dan tulisan. Kemampuan representasi matematis
lisan adalah kecakapan siswa mengungkapkan pengetahuan yang mewakili suatu
permasalahan dan kemampuan representasi tulisan adalah siswa dapat membuat
12
representasi visual berupa gambar, grafik atau tabel, gambar , persamaan atau
ekspresi matematis, dan kata-kata atau teks tertulis (Mudzzakir 2006: 21)
Lebih lanjut Mudzzakir (2006: 20) menyatakan beberapa manfaat atau nilai
tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil pembelajaran yang
melibatkan representasi matematis adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu
konteks yang kaya untuk pembelajaran guru
2. Meningkatkan pemahaman siswa
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi
matematis dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah
Panaoura (2011) mengemukakan kemampuan representasi matematis adalah alat
yang berguna untuk memahami konsep-konsep geometri dan menggunakan
representasi untuk menyelesaikan tugas dan untuk menjelaskan kepada orang lain.
Sejalan dengan itu Suparlan (2013) mengungkapkan bahwa kemampuan
representasi matematis membantu siswa dalam membangun konsep, memahami
konsep dan menyatakan ide-ide matematis, serta memudahkan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
Representasi dibagi kedalam tiga bentuk, yaitu representasi visual, representasi
simbolik dan representasi verbal. Mudzakir (2006: 47) mengungkapkan indikator
kemampuan representasi matematis seperti pada Tabel 2.1 berikut.
13
Tabel 2.1 Indikator Representasi Matematis
Representasi IndikatorRepresentasivisual; diagram,tabel atau grafik,dan gambar
Menyajikan kembali data atau informasi dari suaturepresentasi ke representasi diagram, grafik atau tabel.
Menggunakan representasi visual untukmenyelesaikan masalah
Membuat gambar pola-pola geometri Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas
masalah dan mengfasilitasi penyelesaiannyaPersamaan atauekspresi matematis
Membuat persamaan atau ekspresi matematis darirepresentasi lain yang diberikan
Membuat konjektur dari suatu pola bilangan Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis
Kata-kata atau tekstertulis
Membuat situasi masalah berdasarkan data ataurepresentasi yang diberikan
Menuliskan interpretasi dari suatu representasi Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu
representasi yang disajikan Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah
dengan kata-kata atau teks tertulis Membuat dan menjawab pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata atau teks tertulis.(Mudzzakir, 2006: 47)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Kemampuan
representasi matematis adalah kecakapan siswa menyatakan suatu permasalahan
matematis ke dalam berbagai bentuk matematis untuk menunjukkan pemahaman
dan mencari solusi dari masalah tersebut. Pada penelitian ini, kemampuan
representasi matematis yang akan diteliti meliputi kemampuan siswa:
a. Merepresentasikan secara visual berupa gambar unsur-unsur dan bangun
geometri,
b. Merepresentasikan berupa persamaan atau ekspresi matematis, dan
c. Merepresentasikan berupa kata-kata atau teks tertulis.
14
B. Self Efficacy Siswa terhadap Matematika
Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep
self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy mengacu pada
persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan
mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu (Bandura,
1986), Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan
penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Di samping itu,
Schultz (1994) mendefinisikan self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap
kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.
Self efficacy memengaruhi bagaimana individu berpikir, merasa, memotivasi diri,
dan bertindak. Bandura (2003) menyatakan bahwa perasaan positif yang tepat
tentang self efficacy dapat mempertinggi prestasi, meyakini kemampuan
mengembangkan motivasi internal, dan memungkinkan siswa untuk meraih tujuan
yang menantang. Self efficacy terkait dengan penilaian seseorang akan
kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Perasaan negatif
tentang self efficacy dapat menyebabkan siswa menghindari tantangan, melakukan
sesuatu dengan lemah, fokus pada hambatan, dan mempersiapkan diri untuk
outcomes yang kurang baik.
Dalam memecahkan masalah matematika yang relatif dianggap sulit, individu
yang mempunyai keraguan tentang kemampuannya akan mengurangi usahanya
15
bahkan cenderung akan menyerah. Individu yang mempunyai self efficacy tinggi
menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang
memiliki self efficacy rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya
kemampuan. Individu dengan self efficacy yang tinggi mampu merepresentasikan
gagasan dengan tindakan yang bijak dan dapat berlangsung efektif.
Indikator pada self efficacy terdiri dari domain motivasi, domain kognisi, domain
perilaku dan domain emosi. Indikator untuk domain motivasi terkait dengan
kepercayaan diri siswa dalam menguasai tugas matematika dan keyakinan nilai-
nilai matematika, indikator domain kognisi mencakup strategi kognitif siswa
dalam mempelajari matematika, indikator prilaku terkait siswa berupaya dalam
mengembangkan keterampilan proses berfikirnya, dan indikator domain emosi
terkait dengan manajemen diri siswa.
Berdasarkan pendapat tersebut, kemampuan self efficaccy merupakan
kemampuan dalam diri individu yang dapat meyakini untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri agar tercapai tujuan dari individu tersebut. Dengan
indikator penilaian yang terdiri dari domain motivasi, domain kognisi, domain
perilaku dan domain emosi.
C. Model Discovery learning
Hudojo (2003: 123) berpendapat bahwa model discovery learning merupakan
suatu cara penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga proses belajar
memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur matematika
melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar . Keterangan-keterangan yang
16
harus dipelajari itu tidak disajikan di dalam bentuk akhir, siswa diwajibkan
melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang dipelajari itu dapat
dipahami.
Dalam penyampaian materi pengajaran siswa tidak diberitahukan sebelumnya
sehingga sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Menurut Johnson (Wasty
Soemanto, 2003: 228) discovery learning adalah usaha untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang lebih dalam.
Kegiatan pembelajaran discovery learning menekankan pada pengalaman belajar
secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan konsep dan kemudian
menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. alam
mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah
kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam
Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya
untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli
matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut
untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
17
Tabel 2.2 Sintaks Model Discovery Learning
Tahap Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
Tahap 1Stimulation(stimulasi/pemberianrangsangan)
Guru mengajukanpertanyaan, anjuranmembaca buku, danaktivitas belajarlainnya yangmengarah padapersiapan pemecahanmasalah
Siswamengembangkan danmengeksplorasi bahan
Tahap 2Problem statement(pernyataan/ identifikasimasalah)
Guru membimbingsiswa merumuskanmasalah penelitianberdasarkan kejadiandan fenomena yangdisajikannya
Siswa merumuskanmasalah yang akanmembawa siswapada suatu persoalanyang mengandungteka-teki
Tahap 3Data collection(Pengumpulan Data)
Guru membimbingsiswa untukmengajukan hipotesisterhadap masalahyang dirumuskannya
Siswa menetapkanjawaban sementaraatau lebih dikenaldengan istilahhipotesis.
Tahap 4Data Processing(Pengolahan Data)
Guru membimbingsiswa untukmerencanakan
Siswa mencariinformasi,data, faktayang diperlukanuntuk menjawabpermasalahan
Tahap 5Verification(Pembuktian)
Selama siswa bekerjaguru membimbingdanmemfasilitasi.
Siswa mengujikebenaranjawaban sementaratersebut.
Tahap 6
Generalization (menarikkesimpulan/generalisasi)
Guru membantusiswamelakukan
Siswa mencari dataatau keterangan yangUntuk memecahkanmasalah tersebut,
(Syah, 2004:244)
Berdasarkan pendapat tersebut, model discovery learning merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam belajar untuk menemukan konsep
dari matematika sesuai dengan bimbingan dari guru sesuai dengan langkah-
18
langkah pembelajaran yang sesuai. Sehingga siswa didorong untuk berpikir kritis,
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep atau prinsip umum
berdasarkan bahan/data yang telah disediakan guru.
D. Penerapan
Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau
hasil. Adapun menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan,
memasangkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu
maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Adapun unsur-unsur penerapan menurut (Wahab, 1990:45) meliputi adanya
program yang dilaksanakan, adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang
menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut,
adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan
tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, penerapan merupakan suatu cara atau
tindakan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang sedang dicapai.
E. Kerangka Pikir
Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki
kemampuan representasi matematis. Kemampuan representasi matematis
membantu siswa dalam membangun konsep, memahami konsep dan menyatakan
19
ide-ide matematis, serta memudahkan untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Namun pada kenyataannya kemampuan representasi matematis siswa
Indonesia masih rendah. Ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan
oleh guru adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dan konsep. Hal tersebut
menyebabkan siswa lebih banyak mendengarkan daripada mengembangkan ide-
ide matematis nya sendiri ketika proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu hal yang memengaruhi peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa adalah model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa aktif berpikir
untuk menemukan representasi matematis dari permasalahan yang ada dan
melatih siswa menjelaskan representasi yang ditemukan, sehingga pembelajaran
menjadi bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah
model discovery learning.
Model discovery learning merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif dengan menemukan sendiri baik teorema, rumus, maupun dalil, sedangkan
guru hanya sebagai mediator ataupun fasilitator yang bertugas untuk
menyediakan, membimbing dan memenuhi kebutuhan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. model discovery learning menekankan pada
pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan
konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada fase yang pertama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
diperlukan dan guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang
20
memungkinkan siswa menemukan masalah. Hal ini akan memberikan siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir melalui observasi spesifik hingga
membuat inferensi atau generalisasi. Fase berikutnya yaitu mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok diskusi yang heterogen dan membimbing
siswa melakukan penyelidikan dalam kelompok. Selama kegiatan diskusi
berlangsung, siswa dituntut mampu merumuskan masalah berdasarkan kejadian
dan fenomena yang disajikan ,menganalisis masalah, mengumpulkan informasi
yang sesuai dan menghubungkannya dengan ide-ide mereka, lalu menyajikan
pemikiran mereka ke dalam bentuk gambar atau ekspresi matematika, dan terakhir
menemukan solusi dari masalah yang diberikan. Selain itu, siswa merasa berminat
dan optimis dalam menjawab/menyelesaikan permasalahan yang menyangkut
kemampuan representasi. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan
representasi matematis dan self efficacy siswa terhadap kemampuannya serta
proses pembelajaran.
Fase selanjutnya adalah mengembangkan, menyajikan dan menyimpulkan hasil
diskusi. Pada fase ini, perwakilan dari beberapa kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain bertugas untuk memberikan
tanggapan. Dalam menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan
kata-kata atau tertulis akan menambah kemampuan self efficacy, siswa dapat
menyikapi situasi dan kondisi yang beragam dengan cara yang positif. Dengan
demikian, self efficacy siswa terhadap proses pembelajaran akan meningkat
karena taraf keyakinan terhadap kemampuan dalam mengatasi masalah atau
kesulitan yang muncul dapat diselesaikan. Fase yang terakhir adalah Guru
21
membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan
sendiri konsep yang ingin ditanamkan. Secara berkelompok siswa menarik
kesimpulan, merumuskan kaidah, prinsip, ide generalisasi atau konsep
berdasarkan data yang diperoleh. dengan membuat dan menjawab pernyataan
dengan menggunakan kata-kata atau tesk tertulis. Fase ini akan meningkatkan
self efficacy, siswa dapat menghindari tantangan dan dapat mempersiapkan diri
untuk mengrmbangkan kemampuan sendiri agar tercapai tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka model discovery learning memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan representasi
matematis dan self efficacy, sedangkan pada sebelum model discovery learning
kesempatan tersebut tidak didapatkan siswa. Hal ini terlihat dari langkah-langkah
sebelumnya yaitu guru menjelaskan materi kemudian memberikan contoh soal
dan latihan soal kepada siswa yang penyelesaiannya mirip dengan contoh soal.
Dengan demikian, siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan representasinya yang mengakibatkan self efficacy siswa juga rendah.
Berdasarkan penjabaran di atas, pembelajaran matematika yang menggunakan
model discovery learning akan menghasilkan kemampuan representasi matematis
dan self efficacy siswa yang lebih baik sebelum model discovery learning,
sehingga model discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan
representasi matematis dan self efficacy siswa.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
22
1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 13 Bandar Lampung
memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan
Kurikulum 2013
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan representasi matematis dan self
efficacy siswa selain model discovery learning dan model pembelajaran
sebelumnya dianggap memiliki kontribusi yang sama.
G. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Penerapan model discovery learning siswa berpengaruh terhadap kemampuan
representasi dan self efficacy siswa.
2. Hipotesis Khusus
a. Kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan model
discovery learning lebih baik daripada siswa yang menggunakan sebelum
model discovery learning.
b. Self Efficacy siswa yang menggunakan model discovery learning lebih
tinggi daripada siswa yang menggunakan sebelum model discovery
learning.
23
III.METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandarlampung pada semester
genap tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandarlampung yang terdiri dari sembilan kelas,
yaitu kelas VIII-A sampai kelas VIII-I dan tidak memiliki kelas unggulan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel atas dasar kemampuan siswa di setiap kelas yang diambil
sebagai sampel penelitian adalah kelas-kelas dengan siswa yang kemampuannya
relatif sama dan berdasarkan wawancara dengan guru terkait, Kelas dipilih dengan
pertimbangan guru matematika SMP tersebut dan peneliti agar diperoleh sampel
yang mewakili populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih satu
kelas dari sembilan kelas yang ada. Sampel yang terpilih adalah seluruh siswa
kelas VIII A yang dijadikan sebagai kelas ekperimen.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Desain yang digunakan
adalah one group pretest-posttest. Penelitian ini membandingkan kemampuan
representasi matematis siswa sebelum diberikan model discovery learning dengan
24
kemampuan representasi matematis siswa sesudah diberikan model discovery
learning. Sebelum dikenakan model discovery learning, kelas tersebut diberikan
tes awal berupa tes kemampuan representasi materi yang telah dipelajari. Materi
yang dipilih adalah materi Persamaan Kuadrat. Tes awal ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan representasi siswa dengan model pembelajaran yang lalu.
Setelah diberi perlakuan, kelas diberikan tes akhir berupa tes kemampuan
representasi materi Persamaan Kuadrat. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan representasi siswa setelah diberi perlakuan. Desain One group
pretest-posttest menurut Sugiono (2008: 111) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain one group pretest-posttest
pretest Treatment posttest
Y1 X Y2
Keterangan:Y1 : tes kemampuan awal respresentasi materi Persamaan Linier Dua VariabelX : pembelajaran Discovery LearningY2 : tes kemampuan akhir representasi materi Persamaan kuadrat
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Melihat kondisi lapangan, seperti terdapat berapa kelas, jumlah siswa,
serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.
b. Menentukan sampel penelitian.
25
c. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran model discovery learning dan
RPP Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk pembelajaran yang
menggunakan model discovery learning.
d. Membuat instrumen penelitian.
e. Menguji coba instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model discovery
learning pada kelas eksperimen sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
b. Mengadakan post-test dan uji self efficacy di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
c. Mengambil kesimpulan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua jenis
instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan
untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa dan instrumen non tes
digunakan untuk mengukur tingkat self efficacy siswa terhadap matematika.
26
1. Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes yang
digunakan berupa tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir untuk
mengukur kemampuan representasi siswa. Tes kemampuan awal dilakukan untuk
mengetahui kemampuan representasi siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang telah lalu. Tes kemampuan akhir dilakukan untuk mengetahui
kemampuan representasi siswa setelah diberi perlakuan. Tes ini ditujukan untuk
mengetahui apakah kemampuan representasi siswa setelah mengikuti model
discovery learning lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti model discovery
learning.
Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi persamaan kuadrat. Bentuk
tes yang diberikan adalah berupa tes uraian yang terdiri dari 4 soal. Tes uraian
yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban
yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal dengan bentuk seperti ini
menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengingat kembali pengetahuan yang
telah dimiliki. Adapun kelebihan tes bentuk uraian menurut Arikunto (2011: 163)
adalah :
1. Mudah disiapkan dan disusun.2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
27
Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan representasi matematis.
Pedoman penskoran tes kemampuan representasi matematis siswa pada penelitian
ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Representasi Matematis
Skor Membuat gambarbangun geometriuntukmemperjelasmasalah
Menggunakanrepresentasivisual untukmenyelesaikanmasalah
Membuatekspresimatematis
Penyelesaianmasalah darisuatu ekspresimatematis
0 Tidak ada jawaban
1 Melukiskangambar tapi tidaksesuai dengankonsep.
Representasivisual salah tapipenyelesaianmasalah benaratau representasivisual salah danpenyelesaianmasalah salah.
Membuatekspresimatematistapi tidaksesuai dengankonsep.
Membuatekspresimatematis yangsalah danpenyelesaianmasalahnyasalah atauekspresimatematisnyasalah tapipenyelesaiannyabenar.
2 Melukiskangambar namunkurang tepat.
Membuatrepresentasivisual denganbenar, tapipenyelesaianmasalahnyasalah.
Membuatekspresimatematissecara benarnamunkuranglengkap.
Membuatekspresimatematisdengan benar,tapipenyelesaianmasalahnyasalah.
3 Melukiskangambar denganbenar.
Representasivisual benar danpenyelesaianmasalahnyabenar.
Membuatekspresimatematissecara benardan lengkap.
Membuatekspresimatematis danpenyelesaianmasalah secarabenar
Diadaptasi dari Cai, Lane, dan Jacabcsin (Muslim, 2013)
28
Untuk diperoleh data yang akurat, maka tes yang digunakan adalah tes yang
memiliki kriteria tes yang baik. Suatu tes yang baik adalah tes yang memenuhi
kriteria valid dan reliabel. Selanjutnya, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu
butir tes dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kesukaran dan daya
pembeda butir soal.
a. Validitas
Menurut Arikunto (2013: 82), sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Validitas isi dari tes representasi matematis dapat diketahui
dengan cara menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam tes representasi
matematis dengan indikator representasi matematis yang telah ditentukan.
Kevalidan isi dari tes kemampuan representasi ini terlebih dahulu dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing kemudian selanjutnya dikonsultasikan kepada guru
mitra. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.
Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada kelompok siswa yang berada di luar
sampel penelitian. Uji coba instrumen tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya beda butir tes. Dalam
penelitian ini, uji coba soal dilakukan di kelas IX SMP Negeri 13 Bandarlampung.
Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid
(lihat Lampiran B.4 hal 134).
29
b. Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas tes representasi matematis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2011: 109) sebagai berikut.
2
2
11 11
t
b
k
kr
Keterangan:
11r : koefisien reliabilitas instrumen tesk : banyaknya item
2b : jumlah varians dari tiap-tiap item tes
2t : varians total.
Nilai reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011:195)
disajikan padaTabel 3.3
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Realibilitas
Nilai Keteranganr11< 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi
Arikunto (2011: 112) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik apabila
memiliki interpretasi nilai koefisien reliabilitas sedang. Berdasarkan hasil
perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes
adalah 0,42. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan
memiliki reliabilitas yang sedang sehingga instrumen tes ini dapat digunakan
30
untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa. Hasil perhitungan
reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.1 hal 144.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi sampai ke siswa yang memperoleh nilai terendah.
Setelah itu, diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (kelompok atas)
dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (kelompok bawah). Dalam
menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:
DP =
Keterangan:DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
= Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah= Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah= Skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam Tabel 3.4. Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah
instrumen yang memilliki interpretasi nilai daya pembeda minimal cukup. Daya
pembeda butir soal berada di antara interval 0,21 sampai dengan 0,71 sehigga
sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal
dapat dilihat pada tabel 3.6 dan selengkapnya pada Lampiran C.2 hal 146.
31
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Negatif ≤ DP <0,10 Sangat Jelek
0,10 ≤ DP < 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP < 0,30 Cukup
0,30 ≤ DP < 0,50 Baik
DP ≥0,50 Sangat Baik
Sudijono (2011: 389)
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dilakukan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba mengerjakan kembali karena di luar jangkauannya.
Dalam menghitung nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus
berikut.
=Keterangan:TK = Nilai tingkat kesukaran suatu butir soal
= Jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperoleh= Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi nilai tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran sebagai berikut.
32
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar
0,16 ≤TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah
0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Sudijono (2011:372)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang memilliki
interpretasi nilai tingkat kesukaran dengan kategori mudah, sedang, dan sukar.
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal sedang dan
mudah, sehingga sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil perhitungan daya
pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan selengkapnya pada Lampiran C.2 hal
146.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Soal
NoSoal
Reliabilitas Daya PembedaTingkat
KesukaranKesimpulan
1
0,42(Reliabilitascukup)
0,27 (cukup) 0,33 (sedang) Dipakai
2 0,27 (cukup) 0,33 (sedang) Dipakai
3 0,23 (cukup) 0,41 (sedang) Dipakai
4 0,29 (cukup) 0,37 (sedang) Dipakai
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal
tes kemampuan representasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba
dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.6
33
2. Instrumen Non Tes
Instrumen nontes yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket self
efficacy yang diberikan kepada siswa sebelum mengikuti model discovery
learning dan setelah mendapat perlakuan. Untuk mengukur kemampuan self
efficacy siswa pada penelitian ini menggunakan skala yaitu sangat yakin (SY),
yakin (Y), tidak yakin (TY) dan sangat tidak yakin (STY). Skala self efficacy
dibuat dalam bentuk 25 pernyataan.
Skala self efficacy dalam penelitian ini berdasarkan pada tiga aspek pengukuran
self efficacy yaitu dimensi magnitude, dimensi strength, dimensi generally. Proses
perhitungannya menggunakan software Microsoft Excel 2007. Azwar (2012: 143)
menyatakan bahwa prosedur perhitungan skor skala self-efficacy untuk setiap
nomor adalah:
1. Menghitung frekuensi masing-masing kategori tiap butir pernyataan,
2. Menentukan proporsi masing-masing kategori,
3. Menghitung besarnya proporsi kumulatif,
4. Menghitung nilai dari = + , dimana = proporsi kumulatif
dalam kategori sebelah kiri,
5. Mencari dalam tabel distribusi normal standar bilangan baku (z) yang sesuai
dengan pktengah.,
6. Menjumlahkan nilai z dengan suatu konstanta k sehingga diperoleh nilai
terkecil dari z + k = 1 untuk suatu kategori pada satu pernyataan, dan
7. Membulatkan hasil penjumlahan pada langkah 6.
34
Adapun Indikator pengukuran self efficacy ditunjukan seperti pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Self Efficacy
NO Dimensi Indikator
1 Dimensi magnitude Kemampuan dan keyakinan siswadalam menentukan tingkatkesulitan pemasalahan yangdihadapi
2 Dimensi strength Kemampuan dan keyakinan siswadalam mengatasi masalah ataukesulitan pemasalahan yangdihadapi
3 Dimensi generally Kemampuan siswa menyelesaikanpermasalahan sesuai dengan fakta
E. Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk menjawa rumusan
masalah. Langkah-langkah yang dilakukan yakni sebagai berikut
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan
representasi matematis berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan uji chi-kuadrat.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
35
Uji ini menggunakan uji chi-kuadrat:
= ( − )Keterangan:
= frekuensi hasil pengamatan= frekuensi yang diharapkan.
Kriteria uji : terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. (Sudjana,
2005: 293).
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan RepresentasiMatematis
Sumber data Keputusan Uji
Tes awal kemampuan representasi -38,3455 9,49 H0 diterima
Tes akhir kemampuan representasi -84,7275 9,49 H0 diterima
Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa data hasil tes kemampuan awal dan tes
kemampuan akhir representasi keduanya berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.5 hal 149 dan C.6
hal 150.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis yang ditinjau dari skor rata-rata nilai
kemampuan representasi siswa sebelum diberi perlakukan dan setelah diberi
perlakuan. Oleh karena itu, uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk
membandingkan rata-rata dari hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan
akhir. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan merupakan uji pihak kanan
36
observasi berpasangan. Digunakan , yaitu selisih rata-rata skor kemampuan
representasi matematis siswa setelah menerima model discovery learning. =
- , dengan adalah rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa
setelah menerima model discovery learning; dan adalah rata-rata skor
kemampuan representasi matematis siswa sebelum menerima model discovery
learning.
Hipotesis uji yang dilakukan menurut Sudjana (2005) adalah:
1. Hipotesis uji data kemampuan representasi matematis
H0 : μa = 0 (rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa setelah
mengikuti model discovery learning tidak berbeda dengan rata-
rata skor kemampuan representasi matematis siswa sebelum
mengikuti model discovery learning)
H1 : μb > 0 (rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa setelah
mengikuti model discovery learning lebih baik dibandingkan
dengan rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa
sebelum mengikuti model discovery learning)
2. Hipotesis uji data skor self efficacy matematis
H0 : μa = 0 (rata-rata skor self efficacy setelah mengikuti model discovery
learning tidak berbeda dengan rata-rata skor self efficacy siswa
sebelum mengikuti model discovery learning)
37
H1 : μb > 0 (rata-rata skor self efficacy setelah mengikuti model discovery
learning lebih baik dibandingkan dengan rata-rata skor self
efficacy siswa sebelum mengikuti model discovery learning)
Pasangan statistik yang diuji menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut.
H ∶ μ < 0H : μ > 0Jika B1= X1-Y1, B2 =X2-Y2,..., Bn = xn-yn maka data B1, B2,..., Bn menghasilkan Bdan simpangan baku SB. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik t dengan
rumus menurut Sudjana (2005) yakni sebagai berikut.
t = /√dengan B =
∑dan SB
2 =∑ (∑ )( )
Kriteria pengujian yang digunakan menurut Sudjana (2005) yaitu tolak H0 jika
thitung ≥ dan terima H0 jika t mempunyai harga lain, dengan didapat
dari daftar distribusi t dengan peluang ( dan dk = (n-1) serta taraf signifikan
=5%
.
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar
Lampung tahun ajaran 2015-2016 dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa
penerapan model discovery learning meningkatkan kemampuan representasi
matematis siswa namun tidak pada self efficacy siswa. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dengan sesudah model
discovery learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa dengan sebelum model discovery learning. Self efficacy siswa
yang mengikuti model discovery learning tidak mengalami peningkatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan pada penelitian ini, saran-saran yang dapat
dikemukan yaitu:
1. Kepada guru yang ingin menerapkan model discovery learning pada pembe-
lajaran matematika maka perlu diperhatikan manajemen kelas pada setiap
tahapan model discovery learning dan pengelolaan kelas seefektif mungkin
agar suasana pembelajaran dapat berjalan kondusif.
51
2. Kepada guru yang ingin menerapkan model discovery learning hendaknya
digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis
siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa.
3. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang aspek psikologis
siswa khususnya self-efficacy terhadap model discovery learning disarankan
melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama.
4. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang aspek psikologis
siswa khususnya self-efficacy terhadap model discovery learning disarankan
melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama.
5. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang aspek psikologis
siswa khususnya self-efficacy terhadap model discovery learning disarankan
melakukan penelitian dengan menggunakan media misalnya kamera utuk
merekam kegiatan siswa dalam pembelajaran.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1994. Pengertian Penerapan. Tersediahttp:/eprint.uny.ac.id/file/6.pdf. [15 november 2015]
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin . 2012. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Bandura . 1986 . konsep self efficacy . edutaka.blogspot.com.[10 november 2015].
. 2003. konsep self efficacy . edutaka.blogspot.com.[10 november 2015].
Badudu J.S dan Zain, Sutan Muhammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Baron & byrne. 2000. Social Psychology. (9th Edition). Massachusetts: ApearsonEducatio Company. http://www.myenglishpages.com/files/1282044031.pdf.diakses pada tanggal 15 januari 2016.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafika.
. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta :Depdiknas
Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika den-gan Model DiscoveryLeaning untuk Meningkatkan Kemam-puan Representasi dan Pe-mecahanMasalah Matematis Siswa smp Negeri di Bandung. Tesis. Bandung: UPI.[Online] (tersedia di http://Jurnal.Upi-.Edu.) Diakses pada tanggal 27 Juni2016
Gunawan, Hendra. 2012. Gender Dalam Perspektif Academic Self Efficacy DanKecurangan Tek-Nologi Informasi. Jurnal Integ-Rasi 2012 Vol. 01 No. 06Hlm. 54-61. [Online]. Diakses di http://www.p2m.polibatam.ac.idPadatanggal 27 Juni 2016
Huda, M. 2013. Model-model pen-gajaran dan pembelajaran. Yo-gyakarta:Pustaka Pelajar
53
Hudiono, Bambang. 2005. Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasiterhadap Penge-mbangan Kemampuan Mate-matik dan Daya Representasipada Siswa SLTP. Bandung: Disertasi UPI
Hudojo, Herman. 2003. Srategi Pembelajaran Matematika Kon-temporer.Bandung: UPI.
Iriana, Dadang. 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing DalamPembelajaran Ma-tematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir LogisSiswa SMP. Skripsi pada FMIPA UPI.
Mudzakir, Hera Sri. 2006. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write untukMeningkatkan Kemampu-an Representasi Matematik Beragam Siswa SMP.Disertasi UPI. [On-line]. Tersedia: http://repository.upi.edu. [20 juni 2015].
Mullis, I. V.S., Martin, M. O., Foy, P., dan Arora, A. 2012. TIMSS 2011.Internasional Results in Mathematics. [online]. Tersedia : http://timss.bc.edu.Pada 3 Juni 2015).
Muslim, Audra Pramitha.2013. Peningkatan Kemampuan Representasi danDisposisi Matematis Siswa SMP melalui Penerapan Thinking Aloud PairProblem Solving disertai Hypnoteaching (Hypno-Tapps). UPI. Tidakditerbitkan.
NCTM (National Council of Teachers of Mathematics). 2000. Principles andStandars for School Mathematics. NCTM : Reston, Virginia.
Noer, Sri Hastuti. 2012. Self Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika.Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan FMIPA UNYTanggal 10 november 2012. [Online]. Diakses di: http:-//www.eprints-.uny.ac.id. pada 27 Juni 2016
Panaoura, Areti. 2011. Young Students’ Self – Efficacy About UsingRepresentations In Relation To The Geometry Understanding. Tersedia(online): http://www.cimt.plymouth.ac.uk. diakses pada tanggal 03Desember 2015.
Schulzt. 1994 . Self efficacy . [online]. Tersedia: edutaka.blogspot.com> psikologi [20 Juni 2015].
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeda.
54
Suparlan. 2013. Pembelajaran Bebasis Masalah untuk MengembangkanKemampuan Pemahaman dan Representasi Matematik Siswa SekolahMenengah Pertama ( Studi Eksprimen Pada Siswa Salah Satu SMP DiCirebon). Tesis Sps UPI.
Syah, muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik. AndiOffset: Yogyakarta.
Wahab . 1990. Pengertian penerapan . Tersedia: http:/eprint.uny.ac.id/file/3.pdf.
Wasty soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.