Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN
PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN
DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04
NGRINGO JATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
Endah Erviana
K7108036
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN
PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN
DAN SKALA PADA SISWA KELAS V SDN 04
NGRINGO JATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
Endah Erviana
K7108036
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Endah Erviana. PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN
PECAHAN DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA
SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dengan
diterapkannya model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo,
Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan dalam bentuk siklus sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan
dalam dua pertemuan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04
Ngringo, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 34 orang yang
terdiri dari 1 guru kelas, 18 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sumber data
dalam penelitian ini terbagi dalam sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten,
Karanganyar sedangkan sumber data sekunder adalah dokumen. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, tes, dan dokumen. Validasi data penelitian diuji dengan menggunakan
triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data model interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Keterampilan siswa
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala terlihat dari hasil
belajar yang diperoleh. Semakin terampil siswa maka semakin tinggi nilai yang
diperoleh. Pada kondisi awal/pratindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40
dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Setelah pelaksanaan tindakan, siklus I
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa naik
menjadi 62,78 dengan ketuntasan sebesar 42,42 %. Hal yang serupa terjadi pada
siklus II yang memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-
rata siswa naik menjadi 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa penerapan model
experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan
dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo,
Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: experiential learning, keterampilan, pecahan, perbandingan, skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Endah Erviana. APPLICATION OF EXPERIENTIAL LEARNING MODEL
TO IMPROVE SKILLS OF USING FRACTION IN RATIO AND SCALE
PROBLEMS OF GRADE V STUDENTS OF SDN 04 NGRINGO JATEN
KARANGANYAR ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Teacher Training
and Education Faculty of Sebelas Maret University Surakarta July 2012.
The objectives of this research is to increase the student’s skills in using
fraction in ratio and scale problems by applying experiential learning model in
SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar academic year 2011/2012.
This research is a Classroom Action Research (CAR). This research was
carry outs two cycles. Each cycle consisted of planning, action, observation and
reflection. Each cycle was handled in two meetings. The subjects of the research
were grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar, academic year
2011/2012, which consisted of 33 students, 18 females and 15 males. The source
of data in this research was divided into two kinds, namely primary and secondary
data. Primary data were teacher and grade V students of SDN 04 Ngringo, Jaten,
Karanganyar and secondary ones were documents. The techniques of data
collection were observations, interviews, tests and documents. Data validity used
in this research were source of data triangulation and method triangulation. The
data were analyzed with interactive model of data analysis.
The result of the research shows that by applying experiential learning
model can improve student’s skills in using fraction in ratio and scale problems.
The skill improvement was based on the result of the test. The higher the student’s
skill, the higher score will they achieve. In pre-action-condition, the mean of
student’s score was 54,40 with passing grade of 21,21%. After taking action, first
cycle showed that student’s achievement improved. The mean of student’s score
improved becoming 54,40 with passing grade of 42,42%. The same condition
happened in second cycle which showed the improvement of student’s
achievement. The mean of student’s score improved becoming 79,19 with passing
grade of 81,81%.
Based on the result, it can be included that experiential learning model
can increase grade V student’s skills in using fraction in ratio and scale problems
in SDN 04 Ngringo academic year 2011/2012.
Key Words: experiential learning, skill, fraction, ratio, scale
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Hidup ini tidaklah mudah.
Tidak mudah menyerah pada keadaan adalah hal terbaik dalam menghadapinya.”
(Karya sendiri)
“Saat lelah berlari maka berjalanlah.
Saat sudah tak mampu berjalan maka duduklah sejenak.
Kumpulkan semua tenaga dan berlarilah kembali.”
(Karya sendiri)
“Untuk menjadi orang yang besar diawali dengan langkah kecil.
Tiap hal sekecil apapun lakukanlah sebaik mungkin karena hal itu dapat
menghantarkan kesuksesan.”
(Karya sendiri)
“Hargai waktu yang kau miliki karena waktu tak bisa diputar kembali.
Setiap detik adalah kesempatan.”
(Karya sendiri)
“Teruslah memiliki mimpi walau tak semua mimpi akan jadi nyata.
Teruslah bermimpi walau harapan mulai pudar.
Teruslah bermimpi walau itu tak mudah diraih.
Mimpi akan membuat hidup lebih berarti.”
(Karya sendiri)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
“Keluarga”
Keluarga yang telah memberiku semangat dalam menjalani hidup ini.
Keluarga yang selalu dapat menerima setiap kekurangan yang kumiliki.
Keluarga yang senantiasa mendukung setiap langkah yang aku ambil.
Keluarga yang selalu menuntunku ke arah yang baik.
Keluarga yang selalu memberiku yang terbaik.
Terima kasih untuk semua keluargaku: ayahku, ibuku, kakak-kakakku, guru-
guruku, sahabat-sahabatku, teman-temanku, dan semua keluarga baru yang aku
miliki walaupun tanpa ikatan darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat, nikmat, dan berkah yang senantiasa penulis peroleh sehingga skripsi
dengan judul PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN PECAHAN
DALAM MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA PADA SISWA
KELAS V SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2011/2012 dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras penulis
tetapi juga karena adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Karsono, S.Sn. M.Sn. selaku Pembimbing II, yang senantiasa memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sugiyarti, Ama. Pd. selaku kepala SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar yang
telah memberikan kesempatan dan tempat untuk pengambilan data penelitian
serta bimbingan dan masukan selama pelaksanaan penelitian.
7. Nurjanah, S.Pd. selaku guru kelas V SDN 04 Ngringo yang telah memberikan
waktu dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
8. Semua guru, staf, dan siswa SDN 04 Ngringo yang telah dengan tangan
terbuka menerima kehadiran penulis.
9. Ferawati Listyaningsih dan Ingke Permatasari, selaku rekan penulis dalam
penelitian dan telah melancarkan pelaksanaan penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang senantiasa mendukung
penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
11. Semua pihak yang membantu dalam peyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………. ii
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….... iii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. v
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..... vi
HALAMAN ABSTRACT ……………………………………………………. vii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka…………………………………………………………. 6
1. Hakikat model experiential learning……………………………… 6
2. Hakikat keterampilan penggunaan pecahan
dalam masalah perbandingan dan skala………………………….. 15
B. Hasil Penelitian Yang Relevan……………………………………….. 22
C. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 24
D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………… 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………... 27
B. Subjek Penelitian……………………………………………………... 27
C. Sumber Data………………………………………………………….. 27
D. Pengumpulan Data…………………………………………………… 28
E. Uji Validasi Data……………………………………………………... 32
F. Analisis Data…………………………………………………………. 33
G. Indikator Kinerja Penelitian………………………………………….. 34
H. Prosedur Penelitian…………………………………………………… 35
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan………………………………………………… 38
B. Deskripsi Hasil Tindakan Antarsiklus………………………………... 40
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………………………… 64
D. Pembahasan…………………………………………………………... 68
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………… 72
B. Implikasi……………………………………………………………… 72
C. Saran …………………………………………………………………. 74
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 76
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika
pada Materi Perbandingan dan Skala……………………………... 39
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1………. 43
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2………. 45
Tabel 4. 4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I…………………….. 50
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1…........ 56
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2…..58
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II………… ………… 62
Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan
dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.………… 65
Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan
dengan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II……... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning
(Kolb,1984: 33) ……………………………………………… ... 12
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir ……………………………………….……… 25
Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif
diadaptasi dari Miles & Huberman (2009: 20)………………….. 34
Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian
diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 ) …………………………..... 37
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika
Materi Perbandingan dan Skala. ………………………………… 39
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 44
Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1……... 46
Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.……....................... 52
Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 56
Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1……. 58
Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
pada materi perbandingan dan skala siklus II.……………........... 63
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan
dengan Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II………... 65
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
dan Siklus II.………… …………………………………………. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I,
dan Siklus II. ………………………………………………….68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian di SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar….79
2. Silabus……………………………………………………………………. 80
3. Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Perbandingan
dan Skala Siswa Kelas V SDN 04 Ngringo……………………………… 81
4. Pedoman Wawancara Guru Mengenai Pembelajaran
Sebelum Penelitian Tindakan Kelas……………………………………… 82
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………………………. 85
6. Lembar Observasi Guru Mengajar……………………………………….. 93
7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………….. 95
8. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 1………………... 96
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………….. 97
10. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 108
11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 109
12. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I Pertemuan 2………………. 111
13. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus I…………………. 112
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 113
15. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 123
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 124
17. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 1……………… 126
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……………………………… 127
19. Lembar Observasi Guru Mengajar………………………………………. 137
20. Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………… 138
21. Analisis Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus II Pertemuan 2……………… 140
22. Analisis Ketuntasan Rata-Rata Hasil Evaluasi Siklus II………………… 141
23. Rekapitulasi Nilai Siswa………………………………………………… 142
24. Pedoman Wawancara Guru Mengenai Penerapan Model Pembelajaran
Experiential Learning…………….……………………………………… 143
25. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Model Experiential Learning…………. 145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah disiplin ilmu yang di dalamnya termuat materi yang
mengkaji benda abstrak (benda pikiran). Kajian tersebut disusun dalam suatu
sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif
(Sutawijaya dalam Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Hudoyo, Matematika berkenaan
dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur
secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak
(Aisyah, 2007: 1-1). Menurut Soedjadi, matematika memiliki objek tujuan
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif (Heruman,
2007: 1). Dari uraian-uraian pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mengkaji objek abstrak dan
berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui bersama.
Matematika cenderung sulit dipelajari oleh siswa pada tingkat sekolah
dasar apabila dalam pembelajaran masih menggunakan penjelasan dengan
konsep-konsep yang abstrak. Hal ini disebabkan karena tahap perkembangan
kognitif anak sekolah dasar masih berada dalam wilayah operasional kongkret.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa sekolah
dasar idealnya memerlukan alat bantu yang berupa media dan alat peraga. Media
dan alat peraga inilah yang diharapkan dapat memperjelas materi Matematika
yang disampaikan oleh guru.
Heruman mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Matematika harus
terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep
yang akan diajarkan. Dalam Matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep
lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lain (2007: 4). Konsep-
konsep yang ada dalam matematika saling terkait satu dengan yang lain. Beberapa
konsep merupakan dasar bagi penguasaan konsep lainnya sehingga pengalaman
yang dimiliki siswa dapat menjadi pondasi bagi pembelajaran konsep selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
Sutawijaya berpendapat bahwa memahami konsep saja tidak cukup,
karena dalam praktik kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan
Matematika. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keterampilan Matematika.
Setiap saat manusia senantiasa menerapkan konsep Matematika. Penguasaan
dalam penerapan konsep Matematika jauh lebih utama dari pada sekedar
memahami konsepnya. Artinya, penguasaaan konsep Matematika dianggap
bermasalah bila siswa tidak mampu menerapkannya untuk memecahkan persoalan
kehidupan sehari-hari yang dihadapi. (Aisyah, 2007: 1-1)
Berkaitan dengan masalah tersebut, terlihat bahwa di SDN 04 Ngringo
juga terjadi masalah dalam pembelajaran Matematika. Sebagian siswa kelas V
tahun pelajaran 2011/2012 mengaku bahwa Matematika itu sulit dan mereka
hanya dapat memahami sedikit dari penjelasan guru. Mereka sering hanya
meminta jawaban teman yang dianggap pandai saat mengerjakan soal ataupun
tugas Matematika. Hasilnya mereka yang kurang tertarik pada Matematika
semakin tertinggal prestasi dan pemahamannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V Ibu Nurjanah,S.Pd.
diperoleh keterangan bahwa kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam
masalah perbandingan dan skala merupakan materi yang sulit bagi siswa.
Dikatakan demikian karena pengalaman tahun pelajaran 2010/2011 sebagian
besar siswa tidak dapat mencapai KKM. Para siswa mengalami kesulitan
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala sehingga nilai
mereka tidak mencapai KKM. (lampiran 4: 82)
Materi perbandingan dan skala pada kelas V merupakan dasar dari materi
perbandingan dan skala yang diajarkan pada kelas VI. Materi perbandingan dan
skala pada kelas VI lebih kompleks dan luas dari materi pada kelas V sehingga di
butuhkan pondasi yang mantap. Apabila siswa tidak dapat menguasai materi
perbandingan dan skala dengan baik pada kelas V maka mereka akan mengalami
kesulitan pada saat di kelas VI.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru pada
kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala,
sebanyak 78% dari 33 siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
memperoleh nilai dibawah KKM. Nilai KKM untuk kompetensi dasar
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala adalah 66. Siswa
yang dapat melampaui KKM ada 7 siswa dan sisanya sebanyak 26 siswa tidak
mencapai KKM (data dapat dilihat pada lampiran 3: 81).
Setelah dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran diketahui
bahwa guru kelas V SDN 04 Ngringo belum menggunakan model pembelajaran
yang baik dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar masih
didominasi kegiatan ceramah dalam proses belajar mengajar. Guru belum
menerapkan prinsip ngilmu iku kalakone kanthi laku (ilmu diperoleh dari
pengalaman).
Banyak siswa kelas V SDN 04 Ngringo belum terampil menggunakan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Lemahnya keterampilan
penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala dapat disebabkan
oleh banyak hal, di antaranya : minat siswa rendah karena mengganggap
matematika itu sulit, guru belum menggunakan media pembelajaran, atau guru
belum menerapkan model pembelajaran yang baik.
Dari kemungkinan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya
keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala, salah
satu faktor penting adalah model yang digunakan. Untuk itu perlu alternatif
penggunaan model pembelajaran untuk menyampaikan materi tentang
perbandingan dan skala. Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat
diajukan disini yaitu model experiential learning.
Model experiential learning merupakan model pembelajaran yang
menekankan pentingnya pengalaman dalam pembelajaran. Model ini tidak hanya
melihat pembelajaran dari sisi kognitif ataupun tingkah laku yang muncul dari
siswa. Kolb (1984: 20) mengemukakan bahwa experiential learning theory
memandang pembelajaran secara holistik yang memadukan pengalaman, persepsi,
kognisi, dan tingkah laku (behavior). Dasar pandangan inilah yang membedakan
experiential learning dengan model pembelajaran yang lain.
Model experiential learning memandang pengetahuan sebagai bentuk
transformasi dari pengalaman. Model ini menekankan keterlibatan siswa secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
langsung dalam pembentukan pengalamannya. Siswa mendapatkan pengalaman
dari materi yang dipelajari kemudian mengolah sendiri pengalamannya.
Pengalaman yang baru akan dikonstruksi sendiri oleh siswa dengan pengalaman
yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran yang dilaksanakan lebih
bermakna bagi siswa.
Model experiential learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk
belajar dengan cara mereka karena setiap individu itu unik dan berbeda. Siswa
bebas membentuk pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang
dimilikinya. Pemberian kebebasan ini dapat membantu siswa apabila siswa dapat
memanfaatkannya dengan baik. Namun, bagi siswa yang tidak dapat
menggunakan kebebasan itu dengan baik maka dia malah akan tertinggal.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk
menerapkan model experiential learning. Tujuan utama penelitian ini untuk
meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
Dengan adanya perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan
model experiential learning diharapkan terjadi peningkatan keterampilan siswa.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi guru untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan yaitu apakah penerapan model
experiential learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan
dalam masalah perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo
tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan penggunaan pecahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
masalah perbandingan dan skala dengan diterapkannya model experiential
learning pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk ikut memberikan
sumbangan dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan penguasaan materi
pada kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala.
b. Bagi Guru
1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki
pembelajaran yang dikelola.
2) Hasil penelitian dapat membantu guru untuk mengembangkan diri
secara professional.
3) Hasil penelitian dapat meningkatkan rasa percaya diri.
4) Guru mendapat kesempatan untuk berperan dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan.
c. Bagi Sekolah
1) Hasil penelitian dapat memberi sumbangan positif terhadap kemajuan
sekolah.
2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam
perbaikan proses dan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Model Experiential Learning
Model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan
untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Anitah,
2009: 45). Menurut Syah (2010: 186), model-model mengajar adalah blue print
mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan sebagai
pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Sedangkan Winataputra berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Sugiyanto, 2009: 3). Berdasarkan uraian tersebut, model pembelajaran dapat
dirumuskan sebagai serangkaian kerangka konseptual yang telah direncanakan
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dijadikan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta evaluasi belajar.
Guru idealnya menggunakan model pembelajaran yang baik saat
mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Banyak model pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Berbagai model pembelajaran yang
inovatif telah banyak dikembangkan di dunia pendidikan. Model pembelajaran
inovatif diyakini dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa bila
dibandingkan dengan model konvensional.
Model pembelajaran inovatif lebih menekankan pada keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pergeseran paradigma
pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Banyak model
pembelajaran inovatif yang sedang berkembang saat ini dan salah satunya
adalah experiential learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
Model Experiential learning berasal dari kata experience dan
learning. Kata experience berarti pengalaman dan learning berarti belajar.
Menurut Kolb experiential learning merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman dan pengalaman sangat penting dalam proses
pembelajaran. Bahkan Kolb menegaskan “… the central role that experience
plays in the learning proses”. (Kolb, 1984: 20)
Rogers membagi belajar menjadi dua tipe yang saling bertentangan.
Dua tipe belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:
… The first type is very low in meaningfulness for the student because the
educational objectives are selected others; the condition of classroom
are chosen and arranged by the teacher or others: and the learning
experiences are presented in such a way that they may be meaningful to
the teacher or to experts in the particular field of study but have little
meaningfulness and relevance for the student. The second type is that of
significant, meaningful, experiential learning. the second type has a
quality of personal involvement, is self-initiated, tend to be pervasive in
its impact on the student, and its evaluated by the student as well as by
the teacher (Snelbecker, 1974: 153).
Menurut Rogers tipe pertama merupakan tipe belajar yang biasanya dianggap
konvensional. Tipe ini memberikan kewenangan kepada guru untuk
menentukan tujuan pembelajaran, mengatur kondisi kelas, dan menyampaikan
pengalaman belajar sesuai dengan keinginan guru walaupun tidak sesuai
dengan keinginan siswa, dengan cara yang mungkin bermakna bagi guru tetapi
kurang bermakna bagi siswa. Tipe yang kedua merupakan kondisi
pembelajaran yang penuh arti, penuh makna, dan experiential learning. Tipe
kedua ini melibatkan siswa, inisiatif sendiri, berpengaruh pada siswa dan
dievaluasi sendiri oleh siswa sebaik oleh guru. Menurut Rogers tipe kedua
lebih cocok dan dapat membantu pembelajaran lebih bermakna, berarti dan
experiential learning (Snelbecker, 1974: 153).
Sependapat dengan pandangan di atas, Kolb (1984: 38)
mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman (experience). Pengetahuan merupakan hasil
perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Kedua
pandangan tersebut beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
pembentukan pengalaman. Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat
menentukan pengetahuannya. Dalam pembelajaran, pengalaman yang dimiliki
siswa akan mampu membentuk pengetahuan siswa sebanyak pengalamannya.
Rogers bahkan beranggapan bahwa evaluasi juga harus dilakukan sendiri oleh
siswa sedangkan Kolb tidak mengutarakan hal itu.
Dari uraian di atas terlihat bahwa belajar merupakan kegiatan yang
seharusnya dialami siswa dengan penuh makna. Kebermakanaan ini dapat
dicapai dengan menggunakan tipe kedua dari tipe belajar rogers. Tipe belajar
kedua Rogers yang menekankan pada experiential learning seperti halnya
dengan Kolb. Kolb sendiri berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh
pengalaman. Pengalaman mempunyai kedudukan yang penting dalam proses
belajar. Pengalaman yang dialami siswa dapat lebih membekas dalam diri
siswa dari pada sekedar ceramah dari guru. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat
Kolb dan Kolb (tt: 39) “… students in the experiential learning classroom …
formed a better understanding of the concept thus successfully retaining
knowledge better than students in the lecture class.”
Pembelajaran yang konvensional kurang dapat membantu dalam
perkembangan siswa. Bahkan Rogers menjelaskan bahwa pembelajaran
konvensional tidak mempunyai efek atau memberi efek buruk pada siswa. Oleh
karena itu, dibutuhkan jenis pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kebermaknaan belajar. Bagi Rogers “the valuable kind of
learning was that which involved self-discovery, self-appopriated, self-initiated
learning”. Pembelajaran yang bernilai adalah pembelajaran yang melibatkan
diri siswa sepenuhnya dalam proses belajar sehingga bermakna dan bernilai
bagi siswa (Snelbecker, 1974: 488).
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya melibatkan
siswa baik secara mental dan tindakan. Rogers menekankan keterlibatan siswa
secara penuh dalam proses pembelajaran baik dari segi perasaan maupun sikap
siswa. Untuk meciptakan keterlibatan seperti ini guru berperan membantu
siswa mengalami iklim emosional yang mengijinkan mereka untuk bebas
belajar. (Snelbecker, 1974: 488). Kebebasan belajar siswa salah satunya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
terwadahi melalui model experiential learning. Model experiential learning
menekankan pada motivasi dan kesadaran siswa untuk belajar sebagai kunci
dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Secara lebih jauh Rogers
berpendapat bahwa:
… Experiential learning can’t really take place until the person
recognizes some need for that learning. Thus instruction should be
scheduled and planned in accordance with the manner in which students
will quite likely confront problems in which they will need the respective
learnings. Once the student is a ware of a problem requiring learning,
the major role of instructor is to create a climate in which the student
will feel free and stimulated to learn (Snelbecker, 1974: 492).
Experiential learning terjadi apabila timbul kesadaran untuk belajar. Instruksi
disusun sesuai dengan gaya belajar siswa seolah-olah siswa sedang
menghadapi suatu masalah yang membutuhkan pembelajaran. Saat siswa sadar
sebuah masalah membutuhkan belajar peran utama guru adalah menciptakan
iklim yang memungkinkan siswa merasa bebas dan terstimulasi untuk belajar
(Snelbecker, 1974: 492). Dari pendapat Rogers terlihat bahwa guru bertugas
sebagai fasilitator untuk menciptakan keadaan yang membuat siswa termotivasi
untuk belajar dan menyadari pentingnya belajar. Melalui kesadaran dan
motivasi siswa mampu mengembangkan dirinya.
Uraian di atas memberikan gambaran mengenai pengertian
experiential learning. Baharuddin dan Wahyuni (2010: 165), mendefinisikan
experiential learning sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Begitu juga dengan
Anitah (2009: 58) berpendapat bahwa paradigma yang mendasari jenis belajar
melalui pengalaman (experiential learning) adalah konstruktivistik. Dengan
paradigma ini, peserta didik belajar dengan mencocokkan pengetahuan dan
pengalaman baru dengan mengganti dan memperluas pengetahuan lama.
Experiential learning merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan keefektifan dan hasil belajar melalui proses pembelajaran yang
berdasarkan pengalaman yang terus berkembang. Pengalaman yang dimiliki
seseorang selalu bertambah. Bertambahnya pengalaman seseorang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
mengubah struktur pengetahuan seseorang karena setiap pengalaman baru yang
muncul akan mengganti pengalaman yang lama. Pengetahuan siswa diperkaya
dengan berbagai pengalaman baru yang diperoleh.
Carver, King, Hannum, dan Flower melakukan penelitian mengenai
model pembelajaran dalam e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model experiential learning dapat memperdalam, meningkatkan,
dan lebih bermakna bagi siswa. “When e-learning is designed to incorporate …
of experiential learning … the e-learning becomes deeper, richer, and more
meaningful to the students” (Carver, King, Hannum, dan Fowler, 2007: 250).
Kolb (1984: 21) mengemukakan bahwa experiential learning
bertujuan memberikan saran untuk memandang pembelajaran secara holistik.
Suatu pandangan yang memadukan pengalaman, persepsi, kognisi, dan
tingkah laku sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedangkan menurut Baharuddin
dan Wahyuni (2010: 165) merujuk pada pendapat Johnson & Johnson, model
experiential learning bertujuan untuk mempengaruhi siswa melalui tiga cara.
Ketiga cara tersebut adalah mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap
siswa, dan memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Pada
intinya model experiential learning menginginkan pembelajaran yang
menunjang perkembangan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sebelum model experiential yang dikemukakan Kolb terdapat model
pembelajaran yang membicarakan tentang pengalaman (experience). Ketiga
model itu menunjukkan ciri dari experiential learning yang kemudian
dijadikan dasar oleh Kolb. Merujuk pada tiga model proses experiential
learning yaitu Lewinian’s model, Dewey’s model, dan Peaget’s model, Kolb
mengungkapkan karakteristik dari experiential learning.
Kolb mengemukakan ada enam karakteristik experiential learning.
Keenam karakteristik inilah yang menjadi dasar bagi terbentuknya
pembelajaran. Penguasaan terhadap keenam karakteristik ini akan membantu
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model experiential learning. Pertama,
belajar yang baik tersusun sebagai proses bukan hasil. Ide dibentuk dan
dibentuk kembali melalui pengalaman. Belajar dideskripsikan sebagai proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
dimana konsep didapat dari pengalaman dan terus menerus diubah oleh
pengalaman. Kedua, belajar adalah proses yang berkelanjutan yang berakar
pada pengalaman. Belajar adalah proses yang berlangsung terus menerus yang
berakar pada pengalaman dan mempunyai peran penting dalam pendidikan.
Ketiga, proses belajar membutuhkan resolusi dari konflik antara dealektika
melawan cara adaptasi kepada dunia. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang baru dicapai melalui konfrontasi diantara empat gaya experiential
learning. Keempat, belajar adalah proses yang holistik dalam upaya adaptasi
terhadap dunia. Belajar merupakan proses utama dalam adaptasi yang
dilakukan oleh manusia. Kelima, dalam belajar terkandung proses pertukaran
antara orang dengan lingkungan. Keenam, belajar adalah proses menciptakan
ilmu pengetahuan (Kolb, 1984: 25 – 38).
Membicarakan lebih jauh mengenai efektivitas, Kolb memiliki
pandangan yang penting. Secara sederhana disebut sebagai empat jenis
kemampuan berbeda meliputi : concrete experience abilities (CE), reflective
observation abilities (RO), abstract conceptualization abilities (AC), dan
active experimentation (AE). Siswa harus terlibat secara penuh dalam
pengalaman baru (CE). Siswa harus mampu merefleksi dan mengamati
pengalamannya dari berbagai sudut pandang (RO). Siswa harus mampu
menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi
teori yang logis (AC) dan siswa harus mampu menggunakan teori ini untuk
membuat keputusan dan memecahkan masalah (AE) (Kolb, 1984: 30).
Belajar dari pengalaman merupakan proses mengkonstruksi
pengetahuan yang melibatkan keterikatan diantara keempat jenis kemampuan
di atas. Proses ini dilukiskan dalam bentuk siklus belajar meliputi experiencing,
reflecting, thingking, dan acting yang tanggap terhadap situasi belajar dan yang
dipelajari. Concrete experience (experiencing) merupakan dasar bagi
observation and reflection (reflecting). Hasil reflecting diasimilasi dan disaring
dalam abstract conceptualization (thinking) kemudian dalam active
experimentation muncul implementasi yang baru (acting) (Kolb dan Yeganeh,
2011: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
Kolb berpendapat bahwa Pebelajar secara terus menerus memilih
kelompok kemampuan pembelajaran tertentu dalam situasi pemebelajaran
tertentu. Menurutnya terdapat dua dimensi pokok dalam proses pembelajaran
ini. Pertama, pengalaman nyata disatu sisi dan konseptualisasi abstrak disisi
yang lain. Kedua, eksperimentasi aktif disatu sisi dan observasi reflektif disisi
yang lain. Dalam proses pembelajaran, seseorang dapat beralih dari pelaku
menjadi pengamat dan dari keterlibatan khusus menjadi bagian analitik umum.
Saat menghadapi suatu pembelajaran siswa akan memilih kemampuan tertentu.
Saat menghadapi situasi yang berbeda siswa mungkin akan memilih
kemampuan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran siswa bebas untuk
memilih menjadi pelaku, pengamat, terlibat secara khusus ataupun analitik
umum (Kolb, 1984: 30 – 31).
Proses pembelajaran experiential learning dapat digambarkan sebagai
siklus seperti dibawah ini:
Gambar 2.1. Proses pembelajaran dalam experiential learning (Kolb, 1984: 33)
Dari gambar 2.1. dapat dibuat langkah – langkah pembelajaran model
experiential learning sebagai berikut:
concrete experience
reflective observation
abstract conceptualization
active
experimentation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
a. Concrete experience (pengalaman nyata)
b. Reflective observation (observasi reflektif)
c. Abstract conceptualization (konseptuaisasi abstrak)
d. Active experimentation (eksperimentasi aktif)
Pembelajaran experiential learning terjadi melalui empat tahap.
Pertama, pengalaman nyata. Dalam pengalaman nyata, siswa terlibat
sepenuhnya dalam pengalaman baru. Kedua, observasi reflektif. Siswa
merefleksi dan mengamati pengalamannya dari berbagai pandangan/segi.
Ketiga, konseptualisasi abstrak. Siswa harus mampu menciptakan konsep-
konsep yang mengintegrasikan pengamatannya menjadi teori yang logis.
Keempat, eksperimentasi aktif. Siswa harus mampu menggunakan teori ini
untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Keempat tahap ini
membentuk siklus. Menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 160) yang merujuk
pada Kolb, sistem belajar seperti ini terjadi secara berkesinambungan dan
berlangsung tanpa disadari siswa.
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2010: 168), Experiential learning
merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau
keunikan yang dimiliki oleh siswa. Siswa merupakan individu yang berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki keunikan yang
tidak dimiliki individu lainnya. Seorang siswa mungkin memiliki pengalaman
berbeda dengan siswa lain. Masing-masing siswa juga mungkin memiliki gaya
belajar yang unik dan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan sesuatu yang dapat mengakomodir perbedaan-perbedaan itu
terutama dalam pembelajaran. Keempat tahapan dalam experiential learning
dapat digunakan sebagai salah satu jalan untuk mengakomodasi perbedaan dan
keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Model experiential
learning memberikan kebebasan kepada siswa. Keunikan dan perbedaan
masing-masing individu ini melalui experiential learning terwadahi dalam
empat tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran ini meliputi pengalaman
konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimentasi aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
Pebelajar dapat memilih tahap pembelajaran sesuai dengan yang mereka ingin
kembangkan.
Pelaksanaan experiential learning dalam pembelajaran tidaklah
mudah. Guru harus selalu teliti. Rogers menyediakan 10 panduan dalam
pelaksanaan experiential learning yang perlu diperhatikan oleh guru dengan
penjelasan sebagai berikut:
… First, the teacher should recognize that he is an important influence in
setting the tone for the class; thus it important that he communicate his
trust in the students right from the start. Second, he should stimulate
students to articulate their individual and group objectives and should
help them to clarify such purpose, recognizing that there may be quite
contradictory purposes among group members. Third, he should expect
and depend upon individual students tobheve the motivation to pursue
those learnings which are relevant for them. Fourth, he should serve as a
resourse person who makes available the widest range of learning
experiences possible for the objectives selected. Fifth, he should serve as
a general resourse person for group members. Sixth, he should recognize
and accept both the emotional and intellectual messages expressed
within the group. Eighth, he should be open in expressing his feelings
with the group, using himself as constructive maintain accurate and
sensitive emphatic understanding of the group member’s feelings,
especially when strong emotion are expressed. Finally, he must know
himself well enough to recognize his limitations as well as his strengths
in working with group. (Snelbecker, 1974: 492).
Kesepuluh pedoman meliputi: pertama, guru harus menyadari bahwa dia
adalah pengaruh penting dalam kelas, sehingga dia harus mengkomunikasikan
kepercayaannya pada siswa sejak awal. Kedua, dia harus merangsang siswa
untuk mengaitkan tujuan antara siswa dengan kelompok dan membatu mereka
menjelaskan tujuan. Ketiga, dia harus meningkatkan motivasi siswa untuk
mengejar pembelajaran yang relevan bagi mereka. Keempat, dia harus menjadi
sumber yang dapat memperluas jangkauan pengalaman belajar dari tujuan yang
telah dipilih. Kelima, dia harus menjadi sumber umum bagi semua anggota
dalam kelompok. Keenam, dia harus mengakui dan menerima semua tingkah
laku yang ditunjukkan siswa. Ketujuh, dia harus aktif mengikut sertakan semua
anggota dalam kelompok. Kedelapan, dia harus terbuka dalam kelompok dan
menjadi alat membangun experiential learning yang lebih mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
Kesembilan, dia harus tanggap terhadap semua ekspresi yang muncul.
Kesepuluh, dia harus mengetahui kemampuan dirinya dalam kelompok
(Snelbecker, 1974: 492). Kesepuluh panduan ini apabila dilaksanakan dengan
baik oleh guru tentu saja dapat meningkatkan efektivitas experiential learning.
Guru dalam hal ini sepenuhnya berkedudukan sebagai fasiliator yang
mendukung jalannya pembelajaran.
Selain kesepuluh panduan di atas terdapat pula beberapa metode yang
dapat digunakan guru dalam experiential learning. Rogers memperkenalkan
tujuh metode praktis yang dapat mempermudah pelaksanaan experiential
learning. “… these method include provision for student’s choices in structure,
use of contracts, inquiry training, simulation, basic encounter groups, special
facilitator-learning groups, and programmed instruction.” Metode tersebut
adalah siswa memilih susunan, menggunakan kontrak, pelatihan inkuiri,
simulasi, pelatihan kepekaan, fasiltator-belajar kelompok, dan instruksi
terprogram” (Snelbecker, 1974: 492). Guru dapat memilih salah satu metode
Rogers dalam melaksanakan experiential learning. Pemilihan metode yang
tepat akan mampu meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
2. Hakikat Keterampilan Penggunaan Pecahan dalam Masalah
Perbandingan dan Skala
Sukardi (2009: 1) mengungkapkan terdapat beberapa tingkah laku
yang sering muncul dalam pembelajaran dan menjadi perhatian guru yang
kemudian dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu pengetahuan intelektual
(cognitive), keterampilan (skills) yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain
adalah values dan attitudes atau yang dikategorikan ke dalam affective domain.
Terdapat tiga ranah yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran
yaitu pengetahuan intelektual, keterampilan dan sikap.
Keterampilan merupakan salah satu ranah yang diperhatikan dalam
pembelajaran. Dalyono (2005: 214) mengartikan keterampilan sebagai kegiatan
yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot (neuromuscular) yang
lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Meskipun sifatnya motorik,
namun keterampilan memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
yang tinggi. Hal yang senada diungkapkan oleh Reber yang berpendapat bahwa
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik
melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif
(Dalyono, 2005: 214). Oemar Hamalik (2010: 173) mengutarakan bahwa
keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot (muscular) untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil. Begitu pula dengan gagne yang
mengungkapkan bahwa keterampilan (skills) adalah kemampuan memberikan
jawaban dengan benar dan cepat (Aisyah, 2007: 3-2). Dari berbagai uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan yang
berkaitan dengan gerakan motorik tanpa mengabaikan aspek kognitif untuk
menyelesaikan tugas dengan benar dan cepat.
Gagne (1972: 87) membagi domain pembelajaran menjadi lima yaitu
“motor skills, verbal information, intellectual skills, cognitive strategis, and
attitudes” (keterampilan motorik, informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif dan sikap). Keterampilan motorik yaitu kapabilitas mengatur
gerak. Informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan
secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Keterampilann intelektual
merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep,
aturan, dan memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk
mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara
merekam, membuat analisis dan sistesis. Sikap adalah kecenderungan untuk
merespon secara tepat terhadap stimulus (Aisyah, 2007: 3-2). Berdasarkan
domain belajar gagne terdapat dua keterampilan dalam pembelajaran yaitu
keteramplan motorik dan keterampilan intelektual. Keterampilan motorik
menekankan pada gerak yang kasat mata sedangkan keterampilan intelektual
menekankan pada proses kognitif.
Sardiman (2006: 27) mengungkapkan keterampilan ada dua yaitu
keterampilan jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah merupakan
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
menitikberatkan pada keterampilan gerak anggota tubuh seseorang yang
sedang belajar termasuk teknik dan pengulangan. Sedangkan keterampilan
rohani lebih abstrak menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan
keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu masalah atau konsep sehingga bukan hanya pengulangan tetapi mencari
jawaban yang tepat dan cepat.
Keterampilan tidak didapatkan oleh seseorang begitu saja melainkan
melalui proses. Keterampilan perlu untuk dilatih melalui berbagai cara yang
dapat mengasah keterampilan yang dimiliki seseorang. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Sardiman (2006: 27) keterampilan dapat dididik yaitu dengan
banyak melatih kemampuan. Dengan melatih kemampuan yang dimiliki,
seseorang dapat menjadi terampil dan mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya. Keterampilan yang terus dilatih pada suatu ketika akan menjadi
kebiasaan. Hurlock (tt: 154) mengungkapkan bahwa keterampilan yang
dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah baik itu di SD, SMP, maupun SMA. Matematika sekolah merupakan
Matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana
untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi siswa. Dengan demikian,
Matematika yang diajarkan pada tingkat SD berbeda dengan yang diajarkan di
SMP maupun SMA. Perbedaannya terletak pada keluasan dan kedalaman
materi yang dikaji karena semakin tingkatannya semakin rumit dan kompleks.
Adapun ruang lingkup materi kajian Matematika di SD mencakup a) bilangan,
b) geometri dan pengukuran, dan c) pengolahan data (Syarifuddin, 2009: 1)
Pecahan merupakan salah satu materi Matematika yang dikaji di SD.
Pecahan merupakan salah satu materi kajian Matematika yang termasuk ke
dalam golongan bilangan. Pecahan di SD diajarkan pada kelas III, IV, dan V.
Materi pecahan pada kelas III masih sederhana dan masih dasar. Materi
pecahan yang masih sederhana dan dasar di kelas III kemudian dikembangkan
di kelas IV. Materi pecahan diperluas lagi di kelas V disertai terapannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
kehidupan sehari-hari. Materi pecahan pada kelas V diperluas dengan adanya
materi perbandingan dan skala. Untuk dapat menguasai materi perbandingan
dan skala diperlukan keterampilan dalam penerapan pecahan. Pecahan dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan
dan skala. Sehingga, dapat dirumuskan bahwa keterampilan penggunaan
pecahan merupakan kemampuan mencari jawaban dengan benar dan cepat
dengan menggunakan konsep pecahan.
Heruman (2007: 43) mengartikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu
yang utuh. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) mendefinisikan
bilangan pecah sebagai perbandingan dua bilangan cacah dengan pembagi
bukan nol, dengan kata lain suatu bilangan pecah adalah sembarang bilangan
yang dapat diberi nama dengan a dan b bilangan cacah dan b ≠ 0. Suatu
Bilangan pecahan didefinisikan sebagai “lambang” atau nama dari suatu
bilangan pecah yang berbentuk
dengan a dan b sama-sama bilangan cacah
dan b≠ 0. Sa’jidah (2001: 73) juga mendefinisikan pecahan sebagai bilangan
yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, yang
ditulis
dengan syarat b ≠ 0. Hal ini diperkuat dengan pendapat Riedesel,
Schwartz, & Clements (1996: 218) yang menyatakan bahwa pecahan
disimbolkan dengan
, bagian yang atas disebut numerator dan bagian yang
bawah disebut denominator dengan denominator tidak boleh nol (0).
Berdasarkan empat pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah
perbandingan dua bilangan cacah yang dapat dinyatakan dalam bentuk
dengan b ≠ 0 dan merupakan bagian dari sesuatu yang utuh.
Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 219) mengungkapkan terdapat
beragam pengertian mengenai pecahan. Pecahan dapat diartikan sebagai
pembagian, bagian dari sesuatu yang utuh, bagian dari sebuah kelompok,
ataupun perbandingan.
Riedesel, Schwartz, & Clements (1996: 218) menyatakan bahwa
pecahan disimbolkan dengan
, bagian yang atas disebut numerator dan
bagian yang bawah disebut denominator. Bird (2004: 6) mendefinisikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
pecahan sebagai pembagian. 2 dibagi 3 dapat ditulis sebagai
.
disebut
pecahan, bilangan diatas garis (2) disebut pembilang dan bilangan dibawah
garis (3) disebut penyebut. Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) menggunakan
istilah pembilang dan penyebut sebagai referensi pemberian nama bilangan
yang lambangnya dinotasikan dengan
; a disebut pembilang dan b disebut
penyebut. Begitu pula dengan Sa’dijah (2001: 74) menyebut a sebagai
pembilang dan b sebagai penyebut. Heruman (2007: 43) melalui ilustrasi
gambar mendeskripsikan bagian dari sesuatu yang utuh adalah bagian yang
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang
dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan dan dinamakan penyebut. Sebagai contoh:
Bagian yang diarsir adalah pembilang dan bagian yang utuh adalah penyebut.
Bagian yang diarsir ada 1 bagian dan bagian secara utuh ada 2 bagian sehingga
bentuk pecahan ini dapat dinyatakan sebagai pecahan
. Dari berbagai
pandangan tersebut diketahu bahwa pecahan dinyatakan dalam bentuk
dengan a dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut.
Menurut Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 153) karena bilangan pecah
yang namanya
didefinisikan sebagai perbandingaan dua bilangan cacah
(b≠0), maka b disebut juga pembagi dan a disebut juga yang dibagi.
Nama paling sederhana nama pecahan nama desimal
2
,
,
,… 1,999atau 2,00 atau 2
,
,
,… 0,500
Bila menggunakan notasi
untuk memberikan nama suatu bilangan pecah,
maka cara membacanya seperti contoh-contoh berikut:
tiga perempat,
lima perdua,
dua perdelapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
Pembelajaran pecahan pada kelas V SD meliputi mengubah bentuk
pecahan, membandingkan pecahan, menjumlah dan mengurang pecahan,
mengali dan membagi pecahan, perbandingan dan skala. Kajian pada penelitian
ini difokuskan pada materi perbandingan dan skala.
Perbandingan disebut juga dengan rasio. Sa’dijah (2001: 86)
mengatakan bahwa perbandingan adalah pasangan terurut bilangan a dan b,
ditulis a : b dengan b ≠ 0. Sedangkan, Sutawidjaja, dkk (1991/1992: 229)
mengungkapkan bahwa bila kita gunakan pasangan bilangan untuk menyatakan
hubungan banyak ke banyak, maka dalam penerapan sosial mempunyai makna
perbandingan.
Buchori, Jumadi, dan Juliatun (2007: 108) mengatakan bahwa untuk
mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua objek
yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil bagi
keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.
Pada tingkat sekolah dasar, perhatian utama anak terhadap
perbandingan adalah mencari nama-nama ekuivalen yang sesuai dari suatu
himpunan nama-nama yang ekuivalen atau menyusun nama-nama ekuivalen.
Sebagai contoh 3 mangga berharga 100 rupiah berapa banyak mangga yang
dapat dibeli dengan uang 600 rupiah?
Perbandingan
dan
dikatakan ekuivalen jika dan hanya jika
axd=bxc. Sebagi contoh
=
karena 3x8=4x6.
Definisi pasangan ekuivalen membantu kita mendapatkan
perbandingan yang benar. Kita tahu bahwa kita p x 100=3x600, atau
px100=1800. Jika
merupakan anggota dari himpunan pasangan
perbandingan yang sama dengan salah satu anggota
, maka p= 18. Ini berarti
bahwa kita dapat membeli 18 mangga dengan uang 600 rupiah.
Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.
banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis
. Dapat dikatakan banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi, penulisan
mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.
Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.
Suatu wilayah, kota, jalan, atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam
bentuk denah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya
digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah
menggambarkan jarak yang sangat jauh. (Khafid dan Suyati, 2006: 57)
Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang
sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama dengan
25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Purwanti, dkk, 2004: 51)
Jadi,
= jarak pada peta : jarak sebenarnya
Contoh: Jarak kota Yogyakarta – Solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak
tersebut berukur 3 cm. Berapa skala peta tersebut?
=
=
=
=
= 1 : 3.000.000
Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika dalam materi
pokok operasi hitung pecahan dalam perbandingan. Standar kompetensi yang
dikaji adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi
dasar yang menjadi objek penelitian yaitu menggunakan pecahan dalam
masalah perbandingan dan skala. Materi perbandingan dan skala diajarkan
melalui penerapan model pembelajaran experiential learning.
Model experiential learning merupakan model yang menjadikan
pengalaman sebagai inti dari pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator
yang menciptakan suatu situasi yang dapat menyebabkan siswa belajar
berdasarkan pengalaman. Situasi ini harus mampu menimbulkan kesadaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
motivasi belajar pada diri siswa. Situasi ini juga harus menimbulkan perasaan
bebas pada diri siswa seolah mereka dapat belajar sesuai keinginan mereka.
Kolb (1976: 25) mengungkapkan untuk menciptakan suasana
experiential learning dapat menggunakan “… games, role plays, and exercise
(concrete experience).” Peneliti bermaksud menciptakan situasi di atas melalui
permainan. Permainan yang melibatkan seluruh siswa baik secara individu
maupun kelompok. Permainan akan cocok untuk digunakan karena anak-anak
senang bermain dan dapat dilaksanakan pada materi perbandingan dan skala.
Permainan dapat membuat siswa melakukan penemuan, fasiltator-belajar
kelompok, dan instruksi terprogram dalam waktu yang bersamaan. Permainan
memberi peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keinginan dan
keunikan yang mereka miliki. Mereka dapat mengalami keempat tipe
kemampuan (CE, RO, AC, dan AE) dan memilih bagaimana mereka mau
belajar. Melalui permainan, anak-anak dapat belajar tanpa mereka sadari.
Permainan yang ingin digunakan peneliti adalah permainan isi botol,
puzzle peta, dan gambar dimana aku. Permainan ini didesain sendiri oleh
peneliti dengan mencocokan antara model experiential learning dengan materi
ajar perbandingan dan skala.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ceria Oktaviani (2007) menyatakan
bahwa penerapan model experiential learning mampu meningkatkan
vocabulary mastery pada siswa kelas IV SDN Bulukantil No. 150 Surakarta.
Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 6,4 pada pretest
menjadi 8,4 pada posttest. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan
dengan penelitian Ceria Oktaviani adalah jenis penelitiannya yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK). Persamaan yang lain terlihat dari variabel X penelitian
yaitu menggunakan model experiential learning. Perbedaannya terletak pada
variabel Y, tempat, subyek, dan tahun penelitian. Variabel Y dalam penelitian
Ceria Okatviani adalah vocabulary mastery sedangkan variabel Y dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
penelitian ini adalah kemampuan menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala. Penelitian Ceria Oktaviani dilaksanakan pada siswa
kelas IV SDN Bulukantil No. 150 Surakarta sedangkan penelitian ini
dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo, Jaten, Karanganyar.
Penelitian Ceria Okatviani dilaksanakan pada tahun 2007 sedangkan
penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012.
2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nita Praniyati (2010) menyatakan bahwa
kemampuan menghitung pecahan siswa kelas V SDN 01 Macanan tahun
pelajaran 2009/2010 meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai rata-
rata siswa dari 60,37 menjadi 69,90 dan persentase ketuntasan meningkat dari
63,32% menjadi 80%. Kesamaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan
penelitian Nita Praniyati adalah keduanya menggunakan jenis penelitian
tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek penelitian yang
sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan. Meskipun objek
penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus penelitian. Penelitian
Nita Praniyati menekankan pada kemampuan menghitung pecahan sedangkan
penelitian ini lebih khusus yaitu menekankan pada keterampilan
menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Perbedaan
yang lain terdapat pada model pembelajaran yang diterapkan, penelitian Nita
Praniyati menerapkan model kooperatif tipe STAD sedangkan penelitian ini
menerapkan model experiential learning. Tempat pelaksanaan dan subyek
penelitian pun berbeda, penelitian Nita Praniyati dilaksanakan di SDN 01
Macanan pada siswa kelas V sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN
04 Ngringo pada siswa kelas V. Satu perbedaan lagi terletak pada tahun
pelaksanaan penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012
sedangkan penelitian Nita Praniyati dilaksanakan pada tahun 2010.
3. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Warsito (2011) menyatakan bahwa
kemampuan membandingkan pecahan siswa kelas III SDN Mlese, Cawas,
Klaten tahun pelajaran 2010/2011 meningkat. Hal ini terlihat dari
meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 65 menjadi 79,6 dan persentase
ketuntasan meningkat dari 80% menjadi 100%. Kesamaan penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
akan dilaksanakan dengan penelitian Warsito adalah keduanya menggunakan
jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, keduanya mengkaji objek
penelitian yang sama yaitu pada mata pelajaran Matematika materi pecahan.
Meskipun objek penelitiannya sama tetapi terdapat perbedaan pada fokus
penelitian. Penelitian Warsito menekankan pada kemampuan
membandingkan pecahan sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan ini
menekankan pada keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala. Perbedaan yang lain terdapat pada model
pembelajaran yang diterapkan, penelitian Warsito menerapkan pendekatan
matematika realistik sedangkan penelitian ini menerapkan model experiential
learning. Tempat pelaksanaan dan subyek penelitian pun berbeda, penelitian
Warsito dilaksanakan di SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten pada siswa kelas III
sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Ngringo pada siswa kelas
V. Perbedaan yang terakhir terletak pada tahun pelaksanaan penelitian,
penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 sedangkan penelitian Warsito
dilaksanakan pada tahun 2011.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi pembelajaran Matematika materi perbandingan dan skala di
SDN 04 Ngringo sebelum dilakukan tindakan masih menggunakan model
konvensional. Model pembelajaran konvensional yang didominasi kegiatan
ceramah, penjelasan papan tulis, penugasan langsung, dan teks book. Hal ini
menyebabkan keterampilan siswa menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala rendah sehingga nilai siswa pun rendah.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan tindakan yang
berupa perbaikan dalam proses pembelajaran Matematika materi perbandingan
dan skala. Peneliti menawarkan alternatif solusi yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran experiential learning. Penerapan model experiential learning
memungkinkan siswa mengalami empat tahap pembelajaran yaitu concrete
experience (CE), reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC),
dan active experimentation (AE). Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
Masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian, tiap siklus
terdiri atas dua pertemuan.
Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan keterampilan siswa kelas V
SDN 04 Ngringo dalam menggunakan pecahan khususnya pada masalah
perbandingan dan skala meningkat. Dengan demikian, nilai siswa pun akan
meningkat. Secara ringkas kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Pembelajaran masih
konvensional :
ceramah, papan tulis,
teks book.
Keterampilan siswa
dalam menggunakan
pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala
rendah
Kondisi awal
Experiential learning (CE,
RO, AC, AE) Siklus1:
perencanaan
pelaksanaan
observasi
refleksi
Keterampilan
penggunaan
pecahan
dalam
masalah
perbandingan
dan skala
proses
siswa
Siklus 2 :
perencanaan
pelaksanaan
observasi
refleksi
Keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04
Ngringo meningkat
Kondisi akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut: Penerapan model experiential learning dapat
meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 04 Ngringo yang terletak di Kelurahan
Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan selama 7
bulan dimulai dari Bulan Januari sampai Bulan Juli. Persiapan dimulai dari bulan
Januari sampai April meliputi kegiatan koordinasi peneliti dengan kepala sekolah
dan guru kelas, diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran
dan merancang tindakan, menyusun proposal penelitian, menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian, dan mengadakan simulasi pelaksanaan
tindakan. Pelaksanaan tindakan dan analisis data dilaksanakan pada bulan April
dan Mei. Penyusunan laporan, ujian dan revisi, dan penggandaan dan
pengumpulan laporan dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli. (lampiran 1: 79)
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Subjek
penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Jumlah subjek
penelitian adalah 34 orang yang terdiri dari 1 guru kelas dan 33 siswa. 33 siswa
kelas V SDN 04 Ngringo dengan perincian 18 siswa perempuan dan 15 siswa
laki-laki.
C. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi 2 (Sugiyono, 2008: 62), yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Penjelasan dari sumber data primer dan sumber
data sekunder adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
guru dan siswa kelas V SDN 04 Ngringo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder penelitian ini
adalah dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi arsip,
foto, dan video.
D. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008: 62), teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian
adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Pengamatan (Observasi)
Menurut Arikunto (1991: 27), pengamatan atau observasi adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis. Observasi terbagi menjadi 3 macam: Pertama,
observasi partisipan yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat tetapi
pengamat mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Kedua,
observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah
didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam
observasi sistematik pengamat berada diluar kelompok sehingga tidak
dibingungkan oleh situasi kelompok yang melingkupi dirinya. Ketiga,
observasi eksperimental yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan
evaluasi.
Menurut sugiyono (2008: 64), observasi terbagi menjadi tiga:
Pertama, observasi partisipatif, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka
dukanya. Kedua, observasi terus terang atau tersamar, peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian tetapi suatu saat peneliti juga tidak terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
terang atau tersamar dalam observasi. Ketiga, observasi tak berstruktur,
observasi tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
dobservasi dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan
diobservasi.
Observasi yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah observasi
sistematik. Melalui observasi, peneliti hendak mencari data mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning dan
mengamati tingkah laku siswa meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Subjek observasi adalah siswa kelas V SDN 04 Ngringo dan peneliti
sedangkan observerbya adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Penggunaan
observasi sistematik akan memudahkan peneliti karena semua data yang
hendak dicari sudah tertata dengan rapi dan tinggal memberi tanda bila tingkah
laku yang dikehendaki terjadi.
2. Wawancara (Interview)
Menurut Arikunto (1991: 27), wawancara atau interview adalah suatu
metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan tanya jawab sepihak (responden tidak diberi kesempatan sama
sekali untuk mengajukan pertanyaan). Wawancara dapat dilakukan dengan dua
cara : Pertama, interview bebas dimana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang
telah dibuat oleh subjek evaluasi. Kedua, interview terpimpin yang dilakukan
oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sudah disusun terlebih dahulu.
Estenberg menyatakan bahwa interview merupakan hatinya penelitian
sosial. Menurutnya wawancara terbagi menjadi 3 macam : Pertama, wawancara
terstruktur yaitu pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Kedua, wawancara semiterstruktur dalam pelaksanaanya lebih bebas dibanding
dengan wawancara terstruktur yang bertujuan untuk menemukan permasalahan
secara terbuka. Ketiga, wawancara tak berstruktur yang bebas dimana peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. (Sugiyono, 2008: 72)
Peneliti menggunakan interview semi terstruktur dalam pengambilan
data. Penciptaan suasana yang terkesan bebas dalam wawancara akan
mempermudah peneliti dalam mendapatkan data yang sebenarnya. Penggunaan
interview semi terstruktur akan membuat nara sumber menjadi lebih santai
sehingga nara sumber dapat menyampaikan pemikirannya dengan terbuka dan
leluasa. Penggunaan jenis interview semi terstruktur membuat peneliti dapat
menggali informasi seluas-luasnya tanpa terkesan mendekte nara sumber dan
tanpa mengabaikan informasi yang ingin digali. Nara sumber dalam penelitian
ini adalah guru kelas V SDN 04 Ngringo. Wawancara akan digunakan peneliti
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa dan pendapat
guru mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model experiential
learning.
3. Tes
Menurut Arikunto (1991: 29), tes adalah suatu alat pengumpulan
informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat
lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari kegunaan
untuk mengukur siswa, tes dapat dibedakan atas tiga macam: Pertama, tes
diagnostik yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat. Kedua, tes formatif yang dimanfaatkan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu
program tertentu. Tes formatif diberikan pada akhir setiap program atau tes
akhir proses. Ketiga, tes sumatif yang dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Biasanya dilakukan pada akhir semester.
Tes dapat memberikan gambaran riil dari penelitian ini. Tes akan
dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan sehingga tes yang digunakan adalah
tes formatif. Tes formatif yang dimaksud adalah tes formatif untuk materi
perbandingan dan skala. Tes formatif materi perbandingan dan skala diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
kepada siswa kelas V SDN 04 Ngringo. Tes formatif ini digunakan untuk
mendapatkan data yang berupa nilai materi perbandingan dan skala. Nilai-nilai
yang didapat dari tes formatif menunjukkan keterampilan siswa dalam materi
perbandingan dan skala. Tes formatif dapat menggambarkan hasil
pembelajaran yang dilaksanakan peneliti. Tes yang dilaksanakan setiap akhir
pertemuan akan memberikan gambaran kepada peneliti mengenai proses
pencapaian dari penelitian yang telah dilaksanakan.
4. Dokumen
Menurut Sugiyono (2008: 82), dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang.
Menurut Elliot ada macam-macam dokumen yang dapat membantu
dalam pengumpulan data penelitian yang berkaitan dengan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas. Dokumen-dokumen tersebut meliputi silabi
dan rencana pembelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai
macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari
buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, dan contoh essay yang ditulis
siswa. (Wiriaatmaja, 2009: 121)
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa macam
yaitu arsip, foto, dan video. Arsip yang dimanfaatkan peneliti adalah silabus,
RPP dan data nilai siswa. Silabus memuat standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dijadikan sebagai acuan peneliti dalam menentukan materi yang
diteliti. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini mengandung
model experiential learning. Nilai siswa yang dikaji peneliti adalah nilai siswa
pada materi perbandingan dan skala. Nilai dimana banyak siswa belum
mencapai KKM. Nilai inilah yang kemudian dijadikan peneliti sebagai data
awal dari penelitian. Nilai yang diambil dari arsip guru lebih otentik dari pada
dari sumber yang lain. Foto dan video akan digunakan untuk merekam kegiatan
penelitian yang berlangsung. Perekaman dengan video akan memudahkan
peneliti dalam mengolah data karena dapat diputar berulang-ulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
E. Uji Validasi Data
Menurut Moelong (2010: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data, triangulasi metode
pengumpulan data dan triangulasi teori. Dalam penelitian ini akan digunakan dua
triangulasi yaitu triangulai sumber data dan triangulasi metode.
1. Triangulasi Sumber Data
Moelong (2010: 331) mengemukakan bahwa triangulasi sumber data
merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data yang
diperoleh melalui berbagai sumber data. Sumber data tersebut meliputi
dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang
yang berbeda. Beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video, dan foto.
Sumber-sumber data ini yang akan dibandingkan antara yang satu dengan yang
lain. Pemilihan sumber data ini didasarkan pada asumsi bahwa sumber-sumber
data ini berkaitan langsung dengan penelitian. Dengan menggunakan sumber
data ini akan didapatkan data-data yang otentik yang dapat mewakili setiap
segi dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya, peneliti membandingkan data
yang diperoleh dari arsip, hasil tes, hasil wawancara, hasil observasi, video dan
foto.
2. Triangulasi Metode
Patton (2006: 99) yang merujuk pada Denzin mengemukakan bahwa
triangulasi metode merupakan penggunaan beberapa metode untuk mengkaji
masalah atau suatu data. Metode tersebut meliputi wawancara, pengamatan,
daftar pertanyaan terstruktur, dan dokumen. Beberapa metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, tes, dan
pemeriksaan dokumen. Metode-metode ini dipilih karena dapat
menggambarkan proses penelitian secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Selain itu, metode ini dapat merekam jalannya proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
pembelajaran dan berbagai persepsi yang muncul. Dalam pelaksanaanya,
peneliti menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data penelitian
yaitu melalui metode observasi, wawancara, tes, dan pemeriksaan dokumen.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model
interaktif. Miles dan Huberman (2009) mengungkapkan bahwa teknik analisis
data model interaktif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penjelasan
ketiga alur kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Miles dan Huberman (2009: 16) mengartikan reduksi data sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di
lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Miles dan Huberman (2009: 17) mengartikan penyajian sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilakukan dengan
menggunakan matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi
Dari awal permulaan pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari
benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Pada awalnya
kesimpulan belum jelas namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan
mengakar dengan kokoh (Miles dan Huberman, 2009: 18). Secara lebih ringkas
langkah-langkah analisis data model interaktif dapat dilihat pada gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
Gambar 3.1. Teknik analisis data model interaktif diadaptasi dari Miles &
Huberman (2009: 20)
Data dikumpulkan dari berbagai sumber dan menggunakan berbagai
metode. Kemudian data dipilih dan digolongkan. Setelah itu, data disajikan
dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, ataupun bagan. Semua data yang telah
mengalami proses reduksi dan disajikan kemudian ditarik kesimpulan.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Menurut Suwandi (2009: 61), indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau
keefektifan penelitian. Pada bagian ini dirumuskan indikator sebagai tolok ukur
keberhasilan penelitian yang dilakukan.
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo dengan menggunakan model
experiential learning. Indikator penelitian ini bersumber dari KTSP SDN 04
Ngringo kelas V mata pelajaran Matematika dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yaitu 66.
Besarnya indikator kinerja pada penelitian ini adalah 80%. Pembelajaran
dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mencapai rata-rata kelas 66 dan
siswa yang memperoleh nilai ≥66 mencapai 80% dari 33 siswa.
Pengumpulan
data Penyajian data
Reduksi
data Kesimpulan-kesimpulan :
penarikan/verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang mencakup empat
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Menyusun RPP
2) Penyusunan rencana tindakan
3) Penyusunan media
4) Penyusunan instrumen
5) Penyusunan pedoman pengamatan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terbagi menjadi 2 pertemuan. Pertemuan
pertama mempelajari perbandingan sedangkan pertemuan kedua
mempelajari skala. Semua kegiatan pembelajaran yang diterapkan meliputi
empat tahap siklus experiential learning yaitu concrete experience (CE),
reflective observation (RO), abstract conceptualization (AC), dan active
experimentation (AE).
Pertemuan pertama
1) Permainan isi botol (CE, RO)
a) Siswa mengisi batu warna-warni kedalam botol dalam batas waktu
tertentu.
b) Siswa menghitung banyaknya batu yang tadi dimasukkan dalam botol.
c) Siswa membandingkan batu-batu yang berbeda warna.
2) Siswa melakukan perbandingan. (CE)
3) Siswa menyampaikan hasil kerja. (RO)
4) Siswa yang lain memberikan tanggapan. (AC)
5) Melakukan evaluasi. (AE)
Pertemuan kedua
1) Permainan susun puzzle peta. (CE)
a) Siswa melengkapi puzzle peta.
b) Siswa melengkapi soal yang rumpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
c) Siswa melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.
2) Menyampaikan hasil kerja. (RO)
3) Siswa menanggapi hasil kerja teman. (AC)
4) Melakukan evaluasi. (AE)
c. Observasi
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini
peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang
ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada
kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi.
d. Refleksi
Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah
dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan. Siklus I belum memenuhi indikator kinerja sehingga belum
berhasil. Oleh karena itu, perlu untuk mengadakan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Menyusun RPP
2) Penyusunan rencana tindakan
3) Penyusunan media
4) Penyusunan instrumen
5) Penyusunan pedoman pengamatan
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I. Upaya peningkatan
efektifitas dari kegiatan membandingkan dilakukan dengan
menggunakan lebih banyak variasi pertanyaan. Sedangkan upaya
peningkatan efektifitas penggunaan skala dilakukan dengan merubah
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang sebelumnya
menggunakan puzzle peta diganti dengan kegiatan siswa menggambar
denah dari rumah ke sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
2) Guru memantau perkembangan hasil belajar siswa.
c. Observasi
Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
dengan teknik observasi sistematik. Dengan menggunakan teknik ini
peneliti sudah mempersiapkan dengan baik secara terperinci hal-hal yang
ingin diamati sehingga peneliti hanya tinggal memberi tanda cek (√) pada
kolom yang tersedia bila perilaku yang diharapkan terjadi.
d. Refleksi
Analisis dilaksanakan sesuai dengan teknik analisis diatas. Setelah
dianalisis peneliti mengadakan refleksi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan. Siklus II sudah berhasil karena sudah memenuhi indikator
kinerja. Maka, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Secara lebih sederhana prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Tahap pelaksanaan penelitian diadaptasi dari Arikunto (2008: 16 )
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan : penerapan
model experiential learning
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan : penerapan
model experiential learning
Refleksi SIKLUS I
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pratindakan merupakan keadaan pembelajaran sebelum dilaksanakan
penelitian. Kondisi pratindakan diketahui melalui wawancara dan analisis
dokumen (nilai siswa). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu
Nurjanah, S.Pd. guru kelas V di SDN 04 Ngringo pada 12 Januari 2012, diketahui
bahwa kebanyakan siswa kelas V mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
Matematika. Secara lebih khusus para siswa kelas V mengalami kesulitan pada
materi perbandingan dan skala (lampiran 4: 82). Hal ini diperkuat dengan
rendahnya nilai ulangan harian pada materi perbandingan dan skala. Dari 33 siswa
kelas V, terdapat 7 (21,21%) siswa yang mencapai KKM 66. Sisanya 26 siswa
(78,78%) siswa tidak mencapai KKM 66 dengan nilai rata-rata kelas sebesar
56,36 (lampiran 3: 81). Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti mengadakan
penelitian pada siswa kelas V di SDN 04 Ngringo. Peneliti menerapkan model
pembelajaran experiential learning sebagai bentuk alternatif dari model
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam peningkatan keterampilan penggunaan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi nilai ulangan harian yang
dilaksanakan oleh guru kelas V SDN 04 Ngringo pada materi perbandingan dan
skala, sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika pada Materi
Perbandingan dan Skala.
Panjang Interval Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
30 – 41 8 35,5 284,0 24,24 %
42 – 53 7 47,5 332,5 21,21 %
54 – 65 11 59,5 654,5 33,33 %
66 – 77 4 71,5 286,0 12,12 %
78 – 89 1 83,5 83,5 3,03 %
90 – 101 2 95,5 191,0 6,06 %
Jumlah 33 1831,5 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
21, 21 %
Berdasarkan tabel 4.1. maka nilai ulangan siswa dapat dibentuk
grafikyang dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Harian Matematika Materi
Perbandingan dan Skala.
Tabel 4.1. dan gambar 4.1. menunjukkan distribusi frekuensi nilai
ulangan harian Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V
0
2
4
6
8
10
12
30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
SDN 04 Ngringo sebelum pelaksanaan tindakan (pratindakan). Dari tabel 4.1. dan
gambar 4.1. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 55,50 dengan perincian
nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 8 siswa, siswa
yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 7 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 – 65
sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 4 siswa, siswa
yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 1 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90
– 101 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.1. dan gambar 4.1. juga terlihat bahwa
terdapat 7 siswa atau 21,21% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.
Sebanyak 26 siswa atau 78,78% siswa tidak mencapai KKM.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri atas 2
pertemuan dan meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
1. Siklus I
Siklus I mulai dilaksanakan dari tanggal 12 April 2012 sampai 25
April 2012. Berikut ini merupakan perincian dari kegiatan penelitian pada
siklus I:
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Senin, 12 April 2012.
Peneliti berdiskusi dengan guru mengenai rancangan penelitian yang akan
dilaksanakan. Setelah diskusi, disepakati bahwa penelitian siklus I
dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat
alokasi waktu 2 x 35 menit Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 20
April 2012 dan Rabu, 25 April 2012. Berikut ini adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan
permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi
perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu
tiap pertemuannya 2 x 35 menit. Adapun RPP ini disusun dengan format:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber
belajar, langkah-langkah kegiatan, dan penilaian.
2) Membuat Media Pembelajaran
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada
pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan batu 2
warna yaitu merah dan biru sedangkan pada pertemuan kedua
menggunakan puzzle peta dan satuan jarak. Batu dua warna dibuat
peneliti dengan mewarnai batu-batu kerikil seukuran ujung ibu jari.
Puzzle peta dibuat dengan memotong-motong peta secara tidak
beraturan. Satuan jarak dibuat dengan menggambar tangga satuan jarak
pada kertas duplek. Media dibuat sendiri oleh peneliti pada hari Minggu,
15 April 2012.
Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol
dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan batu. Peta
digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam
peneliti dari SDN 04 Ngringo.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta
bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan
terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian
berlangsung.
Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar
observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar
observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran
experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10
aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan
komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa,
menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar,
memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa,
memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif
semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa,
menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok,
membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar
observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu
sama.
Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas
siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan
kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat
perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar
observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek
yaitu mengisi botol dengan batuan tepat waktu, melakukan perbandingan
dengan batuan, bekerja sama dengan teman, toleransi terhadap teman,
berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola perbandingan,
mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan, berani bertanya,
berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal perbandingan
kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat,
menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan menuliskan
perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan kedua terdiri
dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala pada peta,
mengukur jarak antarkota dalam peta, menyusun puzzle peta,
mengerjakan tugas dengan baik, toleransi terhadap teman, berani
menyampaikan hasil kerja, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi
antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3 menit, memberikan
jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala dengan benar, dan
menggunakan lambang skala dengan benar.
b. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti
bekerja sama dengan guru kelas. Peneliti berkedudukan sebagai pengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan
untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo:
1) Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April 2012.
Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul
07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media
yang digunakan adalah batu dua warna yaitu warna merah dan warna
biru. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan permainan mengisi botol
dengan batu. Kemudian siswa membandingkan batu yang berwarna
merah dan biru yang ada dalam botol sesuai dengan lembar kerja siswa.
Setelah itu, masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan
kelompok yang lain menjawab hasil perbandingan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada RPP. (lampiran 5: 84)
Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.
Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 8: 94).
Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada
materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 1 tertera pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi
Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
30 – 41 2 35,5 71,0 6,06 %
42 – 53 3 47,5 142,5 9,09 %
54 – 65 10 59,5 595,0 30,30 %
66 – 77 11 71,5 786,5 33,33 %
78 – 89 3 83,5 250,5 9,09 %
90 – 101 4 95,5 382,0 12,12 %
Jumlah 33 2227,5 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
54,54%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
Berdasarkan tabel 4.2. maka dapat digambarkan pada grafik
yang dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 1.
Tabel 4.2. dan gambar 4.2. menunjukkan distribusi frekuensi
nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada
siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1. Dari tabel 4.2.
dan gambar 4.2. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 67,50 dengan
perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 41
sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 3 siswa,
siswa yang mendapat nilai 54 – 65 sebanyak 10 siswa, siswa yang
mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 11 siswa, siswa yang mendapat nilai 78
– 89 sebanyak 3 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak
4 siswa. Dari tabel 4.2. dan gambar 4.2. juga terlihat bahwa terdapat 18
siswa atau 54,54% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.
Sebanyak 26 siswa atau 45,46% siswa tidak mencapai KKM.
0
2
4
6
8
10
12
30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
2) Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 April 2012.
Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul
07.00. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang
digunakan adalah peta, puzzle peta, dan tangga satuan jarak.
Pembelajaran diawali dengan bercerita dan mengamati peta. Kemudian,
siswa menyusun puzzle peta dan menentukan jarak pada peta, jarak
sebenarnya, ataupun skala peta. Setelah itu, masing – masing kelompok
menyampaikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain menjawab
hasil dari kerja kelompok tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada RPP. (lampiran 9: 97)
Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.
Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 12: 111).
Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada
materi perbandingan dan skala siklus I pertemuan 2 tertera pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi
Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
18 – 29
30 – 41
1
14
23,5
35,5
23,5
497,0
3,03 %
42,42 %
42 – 53 0 47,5 0,0 0,00 %
54 – 65 4 59,5 238,0 12,12 %
66 – 77 5 71,5 357,5 15,15 %
78 – 89 4 83,5 334,0 12,12 %
90 – 101 5 95,5 477,5 15,15 %
Jumlah 33 1927,5 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
42,42%
Berdasarkan tabel 4.3. maka dapat digambarkan pada grafik
yang dapat dilihat pada gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
Gambar 4.3. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus I Pertemuan 2.
Tabel 4.3. dan gambar 4.3. menunjukkan nilai hasil evaluasi
Matematika materi perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04
Ngringo pada siklus I pertemuan 2. Dari tabel 4.3. dan gambar 4.3.
terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 58,40 dengan perincian nilai
sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 18 – 29 sebanyak 1 siswa,
siswa yang mendapat nilai 30 – 41 sebanyak 14 siswa, siswa yang
mendapat nilai 42 – 53 sebanyak 0 siswa, siswa yang mendapat nilai 54 –
65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 77 sebanyak 5
siswa, siswa yang mendapat nilai 78 – 89 sebanyak 4 siswa, dan siswa
yang mendapat nilai 90 – 101 sebanyak 5 siswa. Dari tabel 4.3. dan
gambar 4.3. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42 % siswa
yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 19 siswa atau 57,58 %
siswa tidak mencapai KKM.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru
kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika
materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai
evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18 – 29 30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
untuk mendapatkan data mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan model experiential learning.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas,
dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Observer pada penelitian hari Jum’at, 20 April 2012 adalah guru
kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang
diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan batuan tepat
waktu, melakukan perbandingan dengan batuan, bekerja sama dengan
teman, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,
mengamati pola perbandingan, mengulang-ulang kegiatan
membandingkan batuan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi
antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit,
memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang
perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas
V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 2 siswa yang tidak
melakukan ke-14 kriteria. Sebanyak 1 siswa yang melakukan 5 kriteria.
Sebanyak 8 siswa melakukan11 kriteria. Sebanyak 4 siswa melakukan 12
kriteria. Sebanyak 11 siswa melakukan 13 kriteria. Sebanyak 7 siswa
melakukan ke-14 kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak
30 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah
memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran
7: 94)
Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga
dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah
sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan
meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam
kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang
membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa
untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa
muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi
yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang
memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang
dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti
yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum
terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”
maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menciptakan situasi yang
mengaktifkan kelompok. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka
peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga peneliti
sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential learning.
(lampiran 6: 93)
2) Pertemuan 2
Observasi pada siklus I pertemuan 2 yaitu hari Rabu, 25 April
2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi
aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu
mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota
dalam peta, menyusun puzzle peta, mengerjakan tugas dengan baik,
toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, berani
bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala
kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat,
menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan
benar.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V
Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 3 siswa yang melakukan 8
kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 1 siswa
melakukan 10 kriteria. Sebanyak 3 siswa melakukan 11 kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
Sebanyak 1 siswa melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan
13 kriteria. Sebanyak 23 siswa melakukan 14 kriteria. Dari uraian
tersebut diketahui bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam
pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang
telah ditentukan. (lampiran 11: 109)
Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga
dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah
sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan
meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam
kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang
membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-
rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa
untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa
muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi
yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang
memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang
dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti
yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum
terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”
maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan rangsangan-
rangsangan yang dapat membantu siswa. Berdasarkan hasil observasi
tersebut maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada
sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model
experiential learning. (lampiran 10: 108)
d. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat
diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus I (lampiran 13: 112).
Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai rata-rata Matematika siswa
pada materi perbandingan dan skala siklus I tertera pada tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
30 – 38
39 – 47
1
3
34
43
34
129
3,03 %
9,09 %
48 – 56 10 52 520 30,30 %
57 – 65 5 61 305 15,15 %
66 – 74 4 70 280 12,12 %
75 – 83 8 79 632 24,24 %
84 – 92 2 88 176 6,06 %
Jumlah 33 2076 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
42,42%
Berdasarkan tabel 4.4. maka dapat digambarkan pada grafik yang
dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
pada Materi Perbandingan dan Skala Siklus I.
Tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan distribusi frekuensi nilai
rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada
0
2
4
6
8
10
12
30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus I pertemuan 1 dan 2. Dari tabel
4.4. dan gambar 4.4. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 62,90
dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 – 38
sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 3 siswa,
siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapat
nilai 57 – 65 sebanyak 5 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak
4 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 8 siswa, dan siswa
yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 2 siswa. Dari tabel 4.4. dan gambar
4.4. juga terlihat bahwa terdapat 14 siswa atau 42,42% siswa yang dapat
memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 29 siswa atau 57,57% siswa tidak
mencapai KKM.
Hasil yang terlihat pada tabel 4.4. dan gambar 4.4. menunjukkan
bahwa indikator kinerja belum tercapai. Penelitian dikatakan berhasil
apabila siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan
nilai rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.4. dan gambar
4.4. terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 14 siswa atau
42,42% dengan nilai rata-rata 62,90. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa penelitian ini belum berhasil.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung,
peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan
pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari
aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil
belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 21,21%
(kondisi awal) menjadi 42,42% (pada siklus I) siswa yang mencapai KKM.
Walaupun demikian, hasil yang didapat masih belum memenuhi indikator
kinerja ketuntasan belajar 80% sehingga belum bisa dikatakan berhasil.
Beberapa hal yang mungkin menyebabkan kekurangberhasilan penelitian
pada siklus I ini antara lain: model pembelajaran experiential learning
adalah model yang baru bagi siswa sehingga siswa masih merasa asing,
siswa belum terbiasa melaksanakan instruksi yang diberikan oleh peneliti,
permainan puzzle peta yang digunakan kurang efektif, dan soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
digunakan peneliti kurang variatif. Apabila dilihat dari sisi guru, juga masih
terdapat kekurangan yaitu pada pertemuan 1 guru kurang menciptakan
situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok dan pada pertemuan 2
guru kurang memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu
siswa. Kekurangan ini mungkin disebabkan oleh guru yang kurang teliti
dalam memperhatikan setiap aspek pembelajaran. Walaupun masih ada
kekurangan tapi sudah cukup baik karena ke 9 aspek yang lain sudah dapat
dilaksanakan oleh peneliti sehingga situasi experiential learning sudah
dapat terbangun.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian pada siklus I belum
berhasil dan harus dilanjutkan ke siklus II. Pembelajaran pada siklus II akan
dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi di atas. Kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
Sesuai dengan kesepakatan bersama antara peneliti dengan guru kelas
maka siklus II dilaksanakan mulai dari tanggal Kamis, 26 April 2012 sampai
Sabtu, 12 Mei 2012. Seperti yang telah disepakati bahwa penelitian siklus II
dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dan setiap pertemuan mendapat alokasi
waktu 2 x 35 menit. Penelitian dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012
dan Jum’at, 11 Mei 2012. Berikut ini merupakan deskripsi kegiatan yang
dilaksanakan:
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi yang dilaksanakan peneliti terhadap
pelaksanaan siklus I maka peneliti memperbaiki rencana pembelajaran
untuk dilaksanakan pada siklus II. Peneliti berinisiatif untuk memperbanyak
variasi soal yang dikerjakan oleh siswa sebagai bentuk perbaikan dari siklus
sebelumnya. Tujuan dari pemberian soal yang variatif adalah agar siswa
lebih banyak mendapatkan pengalaman mengerjakan berbagai jenis soal
sehingga saat menemui soal yang sama siswa tidak lagi kebingungan. Selain
itu, peneliti juga memperbaiki media yang digunakan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
Peneliti juga menggunakan permainan yang berbeda. Berikut ini adalah
kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti selama tahap perencanaan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan
permasalahan yang diteliti yaitu pada mata pelajaran Matematika materi
perbandingan dan skala. RPP dibuat 2 pertemuan dengan alokasi waktu
tiap pertemuannya 2 x 35 menit. RPP yang dibuat berdasarkan hasil
refleksi dari siklus I. Adapun RPP ini disusun dengan format: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak
pengiring, materi ajar, model pembelajaran, media dan sumber belajar,
langkah-langkah kegiatan, dan penilaian.
2) Membuat Media Pembelajaran
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua pertemuan. Pada
pertemuan pertama penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
sedotan dua warna yaitu merah dan kuning sedangkan pada pertemuan
kedua menggunakan kotak tebakan satuan dan satuan jarak.
Peneliti juga menyiapkan media pendukung lainnya yaitu botol
dan peta. Botol akan digunakan untuk permainan dengan sedotan. Peta
digunakan sebagai bentuk nyata dari penggunaan skala. Peta dipinjam
peneliti dari SDN 04 Ngringo.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Observasi dilaksanakan pada tiap pertemuan. Peneliti meminta
bantuan dari guru kelas untuk menjadi observer. Observasi dilakukan
terhadap kegiatan siswa dan juga peneliti selaku guru pada saat penelitian
berlangsung.
Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu lembar
observasi guru mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar
observasi guru disesuaikan dengan kajian teori model pembelajaran
experiential learning. Berdasarkan kajian teori, peneliti merumuskan 10
aspek yang harus diamati selama proses pembelajaran yaitu menciptakan
komunikasi yang baik dalam kelas, memberikan kepercayaan pada siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas dalam belajar,
memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu siswa,
memancing motivasi siswa untuk belajar, memberikan tanggapan yang
tepat saat reaksi siswa muncul, menerima dan menaggapi secara positif
semua respon yang ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa,
menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota kelompok,
membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi siswa. Lembar
observasi guru mengajar yang digunakan pada tiap pertemuan selalu
sama.
Lembar observasi yang kedua adalah lembar observasi aktivitas
siswa. Lembar observasi aktivitas siswa meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Lembar observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan
kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa sehingga akan terdapat
perbedaan pada tiap pertemuan walaupun pada intinya sama. Lembar
observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama meliputi 14 aspek
yaitu mengisi botol dengan sedotan tepat waktu, melakukan
perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan teman, toleransi
terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja, mengamati pola
perbandingan, mengulang-ulang kegiatan membandingkan sedotan,
berani bertanya, berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab
soal perbandingan kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar
atau tepat, menggunakan lambang perbandingan dengan benar, dan
menuliskan perbandingan dengan benar. Sedangkan untuk pertemuan
kedua terdiri dari 14 aspek berikut: mengamati peta, menunjukkan skala
pada peta, mengukur jarak antarkota dalam peta, mencocokan dua kotak
yang berisi perubahan satuan dengan benar, menggambar peta/denah
sederhana, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,
berani bertanya atau berani berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab
soal skala kurang dari 3 menit, memberikan jawaban yang benar atau
tepat, menuliskan skala dengan benar, dan menggunakan lambang skala
dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
b. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat penelitian berlangsung peneliti
bekerja sama dengan guru kelas. Peneliti berkedudukan sebagai pengajar
dan guru sebagai observer. Berikut ini deskripsi tindakan yang dilaksanakan
untuk meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo:
1) Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012.
Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul
07.30. Pada pertemuan 1, siswa belajar mengenai perbandingan. Media
yang digunakan pada penelitian ini adalah sedotan dua warna yaitu
merah dan kuning. Siswa mengisi botol dengan sedotan kemudian
membandingkan sedotan sesuai dengan lembar kerja siswa. Setelah itu,
masing – masing kelompok menyampaikan hasil kerja dan kelompok
yang lain menebak hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
RPP. (lampiran 14: 113)
Pada akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.
Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 17: 126).
Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada
materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 1 tertera pada tabel
4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada Materi
Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
39 – 47 1 43 43 3,03 %
48 – 56 1 52 52 3,03 %
57 – 65 1 61 61 3,03 %
66 – 74 8 70 560 24,24 %
75 – 83 3 79 237 9,09 %
84 – 92 13 88 1144 39,39 %
93 – 101 6 97 582 18,18 %
Jumlah 33 2679 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
90,90%
Berdasarkan tabel 4.5. maka dapat digambarkan pada grafik
yang dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 1.
Tabel 4.5. dan gambar 4.5. menunjukkan distribusi frekuensi
nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada
0
2
4
6
8
10
12
14
39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 93 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel
4.5. dan gambar 4.5. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 81,18
dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 39
– 47 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1
siswa, siswa yang mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 1 siswa, siswa
yang mendapat nilai 66 – 74 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapat
nilai 75 – 83 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 84 – 92
sebanyak 13 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 93 – 101 sebanyak
6 siswa. Dari tabel 4.5. dan gambar 4.5. juga terlihat bahwa terdapat
30 siswa atau 90,90% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66.
Sebanyak 3 siswa atau 9,10% siswa tidak mencapai KKM.
2) Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari jum’at, 11 Mei 2012.
Penelitian dilaksanakan selama 2 x 35 menit yang dimulai pada pukul
07.30. Pada pertemuan 2, siswa belajar mengenai skala. Media yang
digunakan adalah peta, tangga satuan jarak, dan papan permainan. Siswa
mencocokan besarnya satuan – satuan yang ada dalam kotak. Setelah itu,
siswa menggambar denah/peta antara sekolah dan rumah mereka. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP. (lampiran 18: 127)
Pada akhir penelitian dilaksanakan evaluasi melalui tes tertulis.
Hasil evaluasi siswa segera dianalisis oleh peneliti (lampiran 21: 140).
Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada
materi perbandingan dan skala siklus II pertemuan 2 tertera pada tabel
4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
Tabel 4.6. Nilai Matematika Siswa pada Materi Perbandingan dan Skala
Siklus II Pertemuan 2.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
30 – 38
39 – 47
1
1
34
43
34
43
3,03 %
3,03 %
48 – 56 1 52 52 3,03 %
57 – 65 3 61 183 9,09 %
66 – 74 9 70 630 27,27 %
75 – 83 7 79 553 21,21 %
84 – 92 11 88 968 33,33 %
Jumlah 33 2463 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
81,81%
Berdasarkan tabel 4.6. maka dapat digambarkan pada grafik
yang dapat dilihat pada gambar 4.6. sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus II Pertemuan 2.
Tabel 4.6. dan gambar 4.6. menunjukkan distribusi frekuensi
nilai hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada
0
2
4
6
8
10
12
30 – 38 39 – 47 48 – 56 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1. Dari tabel
4.6. dan gambar 4.6. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 74,63
dengan perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 30 –
38 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat nilai 39 – 47 sebanyak 1
siswa, siswa yang mendapat nilai 48 – 56 sebanyak 1 siswa, siswa yang
mendapat nilai 57 – 65 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 –
74 sebanyak 9 siswa, siswa yang mendapat nilai 75 – 83 sebanyak 7
siswa, dan siswa yang mendapat nilai 84 – 92 sebanyak 11 siswa. Dari
tabel 4.6. dan gambar 4.6. juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau
81,81% siswa yang dapat memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa
atau 18,19% siswa tidak mencapai KKM.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru
kelas. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran Matematika
materi perbandingan dan skala berlangsung dari kegiatan awal sampai
evaluasi. Observasi dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan
untuk mendapatkan data mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan model experiential learning.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru kelas,
dan peneliti dapat disajikan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Observer pada penelitian hari Jum’at, 27 April 2012 adalah guru
kelas V yaitu Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi aktivitas siswa dilakukan
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek-aspek yang
diamati terdapat 14 kriteria yaitu mengisi botol dengan sedotan tepat
waktu, melakukan perbandingan dengan sedotan, bekerja sama dengan
teman, toleransi terhadap teman, berani menyampaikan hasil kerja,
mengamati pola perbandingan, mengulang-ulang kegiatan
membandingkan sedotan, berani bertanya, berani berpendapat, interaksi
antar siswa, menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
memberikan jawaban yang benar atau tepat, menggunakan lambang
perbandingan dengan benar, dan menuliskan perbandingan dengan benar.
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas
V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 1 siswa yang
melakukan 6 kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 8 kriteria. Sebanyak
2 siswa melakukan 9 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 10 kriteria.
Sebanyak 2 melakukan 12 kriteria. Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14
kriteria. Dari uraian tersebut diketahui bahwa sebanyak 27 siswa dapat
dikatakan aktif dalam pembelajaran karena telah memenuhi lebih dari
75% dari kriteria yang telah ditentukan. (lampiran 16: 124)
Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga
dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah
sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan
meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam
kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang
membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-
rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa
untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa
muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi
yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang
memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang
dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti
yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum
terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”
maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah memberikan tanggapan
yang tepat saat reaksi siswa muncul. Berdasarkan hasil observasi tersebut
maka peneliti telah melaksanakan 90% kriteria yang ada sehingga
peneliti sudah cukup sesuai dalam menerapkan model experiential
learning. (lampiran 15: 123)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
2) Pertemuan 2
Observasi pada siklus II pertemuan 2 yaitu hari Jum’at, 11 Mei
2012 dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. Observasi
aktivitas siswa dilakukan meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Aspek-aspek yang diamati terdapat 14 kriteria yaitu
mengamati peta, menunjukkan skala pada peta, mengukur jarak antarkota
dalam peta, mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan
benar, menggambar peta/denah sederhana, toleransi terhadap teman,
berani menyampaikan hasil kerja, berani bertanya atau berani
berpendapat, interaksi antar siswa, menjawab soal skala kurang dari 3
menit, memberikan jawaban yang benar atau tepat, menuliskan skala
dengan benar, dan menggunakan lambang skala dengan benar.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh guru kelas V
Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui bahwa sebanyak 4 siswa yang melakukan 8
kriteria. Sebanyak 1 siswa melakukan 11 kriteria. Sebanyak 1 siswa
melakukan 12 kriteria. Sebanyak 2 siswa melakukan 13 kriteria.
Sebanyak 25 siswa melakukan ke-14. Dari uraian tersebut diketahui
bahwa sebanyak 29 siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran
karena telah memenuhi lebih dari 75% dari kriteria yang telah ditentukan.
(lampiran 20: 138)
Selain observasi terhadap kegiatan siswa, observasi juga
dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam pembelajaran sudah
sesuai belum dengan model yang diterapkan. Observasi yang dilakukan
meliputi 10 kriteria yaitu menciptakan komunikasi yang baik dalam
kelas, memberikan kepercayaan pada siswa, menciptakan situasi yang
membuat siswa merasa bebas dalam belajar, memberikan rangsangan-
rangsangan yang dapat membantu siswa, memancing motivasi siswa
untuk belajar, memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa
muncul, menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa, menjadi narasumber bagi siswa, menciptakan situasi
yang mengaktifkan semua anggota kelompok, membangun suasana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
memberikan pengalaman bagi siswa. Berdasarkan observasi yang
dilaksanakan oleh guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. diketahui peneliti
yang berperan sebagai guru dapat memenuhi ke 9 dari 10 kriteria tersebut
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu kriteria belum
terpenuhi karena observer tidak memberikan tanda (√) pada kolom “ya”
maupun kolom “tidak”. Kriteria tersebut adalah menerima dan
menanggapi secara positif semua respon yang ditimbulkan siswa.
Berdasarkan hasil observasi tersebut maka peneliti telah melaksanakan
90% kriteria yang ada sehingga peneliti sudah cukup sesuai dalam
menerapkan model experiential learning. (lampiran 19: 137)
d. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat
diambil nilai rata-rata yang merupakan nilai dari siklus II (lampiran 22:
141). Berikut ini disajikan distribusi frekuensi nilai Matematika siswa pada
materi perbandingan dan skala siklus II tertera pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa pada
Materi Perbandingan dan Skala Siklus II.
Panjang
Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai tengah
(xi)
fi.xi Persentase
42 – 49
50 – 57
1
1
45,5
53,5
45,5
53,5
3,03 %
3,03 %
58 – 65 4 61,5 246 3,03 %
66 – 73 3 69,5 208,5 9,09 %
74 – 81 9 77,5 697,5 27,27 %
82 – 89 5 85,5 427,5 21,21 %
90 – 97 10 93,5 935 33,33 %
Jumlah 33 2613,5 100,00 %
Nilai rata-rata kelas = ∑
=
Ketuntasan klasikal =
81,81%
Berdasarkan tabel 4.7. maka dapat digambarkan pada grafik yang
dapat dilihat pada gambar 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
Gambar 4.7. Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Matematika Siswa
Materi Perbandingan dan Skala Siklus II.
Tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan distribusi frekuensi nilai
rata-rata hasil evaluasi Matematika materi perbandingan dan skala pada
siswa kelas V SDN 04 Ngringo pada siklus II pertemuan 1 dan 2. Dari tabel
4.7. dan gambar 4.7. terlihat bahwa nilai rata-rata kelas adalah 79,19 dengan
perincian nilai sebagai berikut : siswa yang mendapat nilai 42 – 49 sebanyak
1 siswa, siswa yang mendapat nilai 50 – 57 sebanyak 1 siswa, siswa yang
mendapat nilai 58 – 65 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapat nilai 66 – 73
sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai 74 – 81 sebanyak 9 siswa,
siswa yang mendapat nilai 82 – 89 sebanyak 5 siswa, dan siswa yang
mendapat nilai 90 – 97 sebanyak 10 siswa. Dari tabel 4.7. dan gambar 4.7.
juga terlihat bahwa terdapat 27 siswa atau 81,81% siswa yang dapat
memenuhi KKM sebesar 66. Sebanyak 6 siswa atau 18,19% siswa tidak
mencapai KKM.
Hasil yang terlihat pada tabel 4.7. dan gambar 4.7. menunjukkan
bahwa indikator kinerja telah tercapai. Penelitian dikatakan berhasil apabila
siswa yang mendapat nilai minimal KKM 66 mencapai 80% dengan nilai
rata-rata diatas 66. Dari data yang disajikan pada tabel 4.7. dan gambar 4.7.
0
2
4
6
8
10
12
42 – 49 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai minimal 66 ada 27 siswa atau
81,81% dengan nilai rata-rata 79,19. Dengan demikian, penelitian telah
berhasil pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung,
peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan
pembelajaran. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran ini terlihat dari
aktivitas siswa dimana lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hasil
belajar yang diperoleh siswa menunjukkan adanya peningkatan dari 42,42%
(pada siklus I) menjadi 81,18% (pada siklus II) siswa yang mencapai KKM.
Dengan demikian, hasil yang didapat sudah memenuhi indikator kinerja
ketuntasan belajar 80% sehingga bisa dikatakan berhasil. Akan tetapi, upaya
untuk peningkatan efektifitas dalam pembelajaran masih diperlukan agar
siswa dapat aktif 100%. Selain itu, guru juga harus lebih cermat agar ke 10
aspek dapat terlaksanakan semua dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, walaupun masih ada kekurangan namun
penelitian pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan ke
siklus III. Kekurangan yang masih terjadi dilapangan dapat diperbaiki di
masa mendatang.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Hasil dari tindakan antarsiklus akan
dibandingkan dengan pratindakan. Pembandingan ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan yang terjadi dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Berdasarkan
rekapitulasi nilai yang dilakukan oleh peneliti (lampiran 23: 142), maka dapat
disusun menjadi tabel 4.8. dan tabel 4.9. mengenai perbandingan distribusi
frekuensi nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Berikut ini disajikan
perbandingan antara distribusi frekuensi nilai pratindakan dengan distribusi
frekuensi nilai siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
Tabel 4.8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan Distribusi
Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.
Panjang
Interval
Frekuensi Nilai
tengah
(x)
fi.xi
Pra
tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Pra
tindakan
Siklus
I
Siklus
II
30 – 41 8 2 0 35,5 248,0 71,0 0,0
42 – 53 7 8 1 47,5 332,5 380,0 47,5
54 – 65 11 9 5 59,5 654,5 535,5 297,5
66 – 77 4 9 5 71,5 286,0 643,5 357,5
78 – 89 1 3 12 83,5 83,5 250,5 1002,0
90 – 101 2 2 10 95,5 191,0 191,0 955,0
Jumlah 33 33 33 1795,5 2071,5 2659,5
Nilai rata-rata kelas ∑
54,40 62,78 79,19
Berdasarkan tabel 4.8. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat
dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan dengan
Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I dan Siklus II.
Tabel 4.8 dan gambar 4.8 menunjukkan perbandingan distribusi
frekuensi nilai pratindakan, siklus I, dan siklus II. Siswa yang mendapat nilai 30 –
0
2
4
6
8
10
12
14
30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
41 pada pratindakan sebanyak 8 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada
siklus II sebanyak 0 siswa. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan
sebanyak 7 siswa, pada siklus I sebanyak 8 siswa, dan pada siklus II sebanyak 1
siswa. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 11 siswa,
pada siklus I sebanyak 9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang
mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 4 siswa, pada siklus I sebanyak
9 siswa, dan pada siklus II sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat nilai 78 – 89
pada pratindakan sebanyak 1 siswa, pada siklus I sebanyak 3 siswa, dan pada
siklus II sebanyak 12 siswa. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101 pada pratindakan
sebanyak 2 siswa, pada siklus I sebanyak 2 siswa, dan pada siklus II sebanyak 10
siswa.
Selain nilai siswa, pembandingan juga dilakukan terhadap besarnya
ketuntasan belajar siswa. Jumlah siswa yang dapat mencapai KKM yang
dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut ini disajikan perbandingan antara
persentase ketuntasan hasil belajar pratindakan dengan persentase ketuntasan
belajar siklus I dan siklus II yang tertera pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Pratindakan dengan
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II.
Panjang
Interval
Frekuensi Nilai
tengah
Persentase
Pra
tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Pra
tindakan Siklus I Siklus II
30 – 41 8 2 0 35,5 24,24% 6,06% 0 %
42 – 53 7 8 1 47,5 21,21% 24,24% 3,03%
54 – 65 11 9 5 59,5 33,33% 27,27% 15,15%
66 – 77 4 9 5 71,5 12,12% 27,27% 15,15%
78 – 89 1 3 12 83,5 3,03% 9,09% 36,36%
90 – 101 2 2 10 95,5 6,06% 6,06% 30,30%
Jumlah 33 33 33 100,00% 100,00% 100,00%
Persentase ketuntasan 21,21% 42,42% 81,81%
Berdasarkan tabel 4.9. maka dapat digambarkan pada grafik yang dapat
dilihat pada gambar 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Pratindakan dengan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
dan Siklus II.
Tabel 4.9 dan gambar 4.9 menunjukkan persentase ketuntasan hasil
belajar siswa dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Siswa yang mendapat nilai
30 – 41 pada pratindakan sebanyak 24,24%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan
pada siklus II sebanyak 0%. Siswa yang mendapat nilai 42 – 53 pada pratindakan
sebanyak 21,21%, pada siklus I sebanyak 24,24%, dan pada siklus II sebanyak
3,03%. Siswa yang mendapat nilai 54 – 65 pada pratindakan sebanyak 33,33%
siswa, pada siklus I sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa
yang mendapat nilai 66 – 41 pada pratindakan sebanyak 12,12%, pada siklus I
sebanyak 27,27%, dan pada siklus II sebanyak 15,15%. Siswa yang mendapat
nilai 78 – 89 pada pratindakan sebanyak 3,03% siswa, pada siklus I sebanyak
9,09%, dan pada siklus II sebanyak 36,36%. Siswa yang mendapat nilai 90 – 101
pada pratindakan sebanyak 6,06%, pada siklus I sebanyak 6,06%, dan pada siklus
II sebanyak 30,30%.
Berdasarkan tabel 4.8 dan tabel 4.9 juga diketahui rata-rata nilai dan
persentase ketuntasan hasil belajar yang dapat disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.10.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
30 – 41 42 – 53 54 – 65 66 – 77 78 – 89 90 – 101
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Rata-Rata Nilai Siswa dan Persentase
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tahap Pratindakan, Siklus I, dan
Siklus II.
Berdasarkan gambar 4.10. terlihat bahwa pada pratindakan siswa
mempunyai rata-rata nilai 54,40 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 21,21%.
Pada tahap siklus I, siswa mempunyai rata-rata nilai 62,78 dengan ketuntasan
hasil belajar sebesar 42,42%. Pada tahap siklus II, siswa mempunyai rata-rata nilai
79,19 dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 81,81%.
D. Pembahasan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dasar. Berbagai kajian mengenai matematika diajarkan di sekolah dasar
seperti aljabar dan geometri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran Matematika di
SDN 04 Ngringo kurang berjalan dengan baik utamanya pada materi
perbandingan dan skala. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian materi
perbandingan dan skala yang kurang baik yaitu nilai rata-rata 54,40 dengan
ketuntasan 21,21%. Melihat kenyataan tersebut, peneliti ingin memberikan
alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menawarkan model pembelajaran
experiential learning untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Penelitian dilaksanaan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setelah melalui
54,40 62,78
79,19
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90N
ilai
Rata-rata nilai hasil
belajar
Pratindakan Siklus I Siklus II
21,21%
42,42%
81,81%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Per
sen
tase
Persentase ketuntasan hasil
belajar
Pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
keempat tahap tersebut maka didapat hasil penelitian. Hasil penelitian ini yang
akan dipaparkan. Pemaparan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan keterampilan penggunaan pecahan siswa kelas V SDN 04 Ngringo
dalam masalah perbandingan dan skala setelah penerapan model pembelajaran
experiential learning tahun pelajaran 2011/2012. Data yang dipaparkan meliputi
data pratindakan, siklus I, dan siklus II.
Semua data hasil penelitian telah dipaparkan di atas. Data awal atau data
sebelum penelitian dilaksanakan. Data hasil evaluasi tiap pertemuan baik siklus I
maupun siklus II. Data rata-rata nilai tiap siklus. Pada sub bab sebelumnya juga
telah dipaparkan persentase dari ketuntasan belajar siswa dan data hasil observasi
selama penelitian berlangsung.
Pratindakan merupakan kondisi awal pembelajaran sebelum dilakukan
tindakan. Pada kondisi ini rata-rata hasil evaluasi yang diperoleh siswa adalah
54,40. Ketuntasan belajar siswa adalah 21,21% atau 7 siswa dari 33 siswa yang
dapat mencapai KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: minat
siswa yang rendah karena menganggap Matematika sebagai mata pelajaran yang
sulit, guru belum menggunakan media dalam mengajar materi perbandingan dan
skala, dan guru kelas masih menggunakan model pembelajaran yang masih
didominasi oleh ceramah. Melihat kondisi ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan memfokuskan pada model pembelajaran. Peneliti menawarkan
alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
perbandingan dan skala yaitu model pembelajaran experiential learning.
Siklus I merupakan tindakan pertama penelitian. Tindakan itu adalah
dengan menerapkan model pembelajaran experiential learning dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran experiential learning terdiri atas empat tahap
proses belajar yaitu concrete experience (CE), reflective observation (RO),
abstract conceptualization (AC), dan active experimentation (AE). Dalam
pelaksanaan di kelas terjadi banyak hal yang menarik. Siswa sangat antusias
dalam pembelajaran. Siswa melaksanakan setiap kegiatan belajar dengan cukup
baik walaupun masih terlihat sedikit kebingungan. Siswa sangat aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa mendapat pengalaman dalam perbandingan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
skala. Siswa juga terlihat sangat menikmati cara mereka belajar. Walaupun
keadaan dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik, hasil evaluasi siklus
I belum memuaskan. Hasil yang diperoleh adalah nilai rata-rata evaluasi siswa
adalah 62,78 dengan ketuntasan belajar sebesar 42,42% atau 14 siswa dari 33
siswa yang mampu mencapai KKM. Dengan demikian, masih ada 19 siswa atau
57,58% yang belum lulus KKM.
Ketuntasan belajar siklus I belum memenuhi harapan dikarenakan
beberapa hal diantaranya model experiential learning masih baru bagi siswa
sehingga belum terbiasa, permainan puzzle peta kurang memberikan pengalaman
untuk siswa, dan variasi soal yang diberikan oleh peneliti kurang sebaran tingkat
kognisinya. Oleh karena itu, peneliti melakukan beberapa perbaikan dalam
pembelajaran siklus II. Perbaikan yang dimaksud adalah dengan mengubah
permainan puzzle peta dengan permainan tebak kotak dan menggambar denah,
dan menambah sebaran kognisi dalam variasi soal.
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I berdasarkan refleksi yang
telah dilakukan. Pada siklus II peneliti menerapkan model pembelajaran
experiential learning dalam proses pembelajaran dengan perbaikan sesuai dengan
hasil refleksi siklus I. Siswa sangat aktif dan antusias dalam pembelajaran.
Perbedaan dengan siklus I adalah siswa sudah terlihat mulai dapat menguasai
situasi yang diciptakan peneliti. Siswa sudah dapat menempatkan dirinya dan
dapat melaksanakan instruksi peneliti dengan baik. Melalui variasi sebaran
kognisi pada soal yang diberikan peneliti membuat siswa mendapatkan lebih
banyak pengalaman dalam masalah perbandingan dan skala. Menggambar denah
rumah-sekolah juga memberi dampak yang positif bagi siswa. Siswa menentukan
sendiri jarak sebenarnya, jarak pada peta, dan menghitung skala gambar mereka
sehingga mereka benar-benar tahu asal dari penghitungan skala. Proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik dan hal ini berbading lurus dengan hasil
evaluasi. Hasil evaluasi sudah memenuhi harapan peneliti. Hasil evaluasi yang
diperoleh pada siklus II adalah nilai rata-rata siswa sebesar 79,19 dengan
ketuntasan belajar sebesar 81,81% atau 27 siswa dari 33 siswa mampu mencapai
KKM. Walaupun masih ada 6 siswa atau 18,19% siswa belum lulus KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Dikatakan demikian karena ketuntasan
belajar telah melampaui indikator kinerja penelitian 80% dan nilai rata-rata diatas
KKM 66 sehingga penelitian dapat dikatakan telah sukses.
Data-data di atas didukung oleh hasil wawancara pascatindakan dengan
guru kelas kelas V SDN 04 Ngringo. Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd.
menyampaikan bahwa penerapan model pembelajaran experiential learning telah
meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar mengenai perbandingan dan skala.
Guru kelas V Ibu Nurjanah, S.Pd. juga mengisyaratkan bahwa model
pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan peggunaan
pecahan dalam masalah perbandingan dan skala (lampiran 24: 143).
Uraian di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari
pratindakan, siklus I, sampai siklus II. Hasil dari penelitian menunjukkan
kenaikan nilai rata-rata siswa dari 54,40 menjadi 62,78 kemudian naik menjadi
79,19. Hasil dari penelitian juga menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar dari
21,21% naik menjadi 42,42% kemudian naik lagi menjadi 81,81%. Kenaikan
yang terjadi dalam pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan
dari keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model experiential
learning dapat meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian
sebelumnya yang dilaksanakan oleh Ceria Oktaviani. Hasil penelitian Ceria
Oktaviani memperlihatkan hal yang sama. Hasil penelitian Ceria Oktaviani
menunjukkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan
vocabulary mastery. Dengan demikian, maka penerapan model experiential
learning memang dapat meningkatkan kebermaknaan belajar siswa. Dalam
penelitian ini kebermaknaan tersebut berpengaruh pada keterampilan siswa dalam
penggunaan pecahan. Sehingga, penerapan model experiential learning dapat
meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan sebanyak dua siklus yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat
meningkatkan keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini
terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar siswa dari masa pra tindakan, siklus
I, dan siklus II. Pada kondisi awal/pra tindakan, nilai rata-rata siswa adalah 54,40
dengan ketuntasan sebesar 21,21%. Siklus I menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa adalah 62,78 dengan ketuntasan sebesar
42,42%. Dan siklus II memperlihatkan adanya peningkatan kembali, nilai rata-rata
siswa adalah 79,19 dengan ketuntasan sebesar 81,81%. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa penerapan model experiential learning dapat meningkatkan
keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala pada
kelas V SD N 04 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur penelitian didasarkan pada
penerapan model pembelajaran experiential learning dalam pembelajaran
Matematika kelas V. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
dilaksanakan pada 15 – 25 April 2012 dan siklus II dilaksanakan pada 26 April –
12 Mei 2012. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Setiap kegiatan dalam penelitian direncanakan sedemikian
rupa untuk meningkatkan efektivitas dari pembelajaran yang hendak
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan observasi untuk
mengetahui efektivitas dari pembelajaran dan kekurangan dari pembelajaran.
Kemudian, dilaksanakan refleksi untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi
kelemahan yang ada. Setiap pertemuan yang akan dilaksanakan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
memperhatikan pertemuan sebelumnya sebagai perbaikan dari pertemuan yang
akan datang. Siklus II harus memperhatikan hasil refleksi dari siklus I untuk
memperbaiki jalannya pembelajaran untuk lebih meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa keterampilan
penggunaan pecahan dalam masalah perbadingan dan skala dapat meningkat
melalui penerapan model experiential learning pada siswa kelas V SDN 04
Ngringo tahun pelajaran 2011/2012. Berkaitan dengan penelitian yang telah
dilaksanakan ini, maka dapat diutarakan implikasi dari hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan
keterampilan penggunaan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
Model experiential learning terdiri dari empat tahap yaitu pengalaman nyata,
observasi reflektif, konseptualisasi abastrak, dan eksperimentasi aktif. Keempat
tahap ini saling berkolaborasi membentuk siklus. Penerapan model experiential
learning memberikan pengalaman nyata pada siswa juga melatih siswa berpikir
dan menemukan sendiri suatu konsep kemudian menggunakannya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Matematika yang pada dasarnya abstrak
ditampilkan dalam bentuk konkrit, kemudian siswa mencari sendiri konsep dari
suatu teori, kemudian memadukan teori yang diperolehnya menjadi satu teori
yang logis selanjutnya teori tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan Matematika yaitu pada masalah perbandingan dan
skala. Dengan demikian, pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Persentase ketuntasan hasil belajar dan rata-rata nilai siswa
meningkat. Meningkatnya ketuntasan dan rata-rata nilai siswa menunjukkan
bahwa keterampilan siswa juga meningkat. Dapat dilihat, terjadi peningkatan
dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan model pembelajaran yang ingin diterapkan. Pemilihan
model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai akan
meningkatkan efektivitas dari pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai oleh siswa SDN 04 Ngringo khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya menghimbau kepada para guru untuk mencoba
menerapkan model pembelajaran experiential learning sebagai alternatif
model pembelajaran yang digunakan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru menerapkan model-model pembelajaran yang baru
sehingga dapat mencegah siswa dari kebosanan, salah satunya adalah
dengan model experiential learning.
b. Guru hendaknya melakukan upaya tindak lanjut terhadap penerapan
model experiential learning dalam pembelajaran karena tidak tertutup
kemungkinan model ini dapat diterapkan dalam materi yang lain
ataupun dalam mata pelajaran yang lain.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat tetap semangat dan antusias dalam belajar
seperti saat diterapkannya model pembelajaran experiential learning.
Selain itu, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan prinsip
belajar model experiential learning.
4. Bagi peneliti lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama
hendaknya mengkaji lebih banyak teori mengenai model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
experiential learning sehingga dapat melengkapi kekurangan yang ada agar
18,19% siswa yang belum tuntas dapat diupayakan menjadi 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, N. dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta:
Dirjendiktinasional.
Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arikunto, S. (1991). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_____. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Baharudin & Wahyuni, E. N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-ruz Media.
Bird, J. (2004). Matematika Dasar Teori dan Aplikasi. Terj. Ir. Refina Indriasari,
M.Sc. Jakarta: Erlangga.
Buchori, Jumadi, & Juliatun, E. (2007). Gemar Belajar Matematika 5. Semarang:
Aneka Ilmu.
Carver, R. King, R. & Fowler, B. (2007). Toward a Model of Experiential
Learning. MERLOT Journal of Online Learning And Teaching. 3 (3)
247-256.
Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gagne, R. M. (1972). Domain of Learning. Diperoleh 29 Februari 2012 dari
http://www.ibstpi.org/Products/pdf/chapter_3.pdf
Hamalik, O. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Heruman. (2007). Model-model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hurlock, E. B. (tt). Perkembangan Anak. Terj. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah
Zarkasih. Jakarta: Erlangga.
Khafid, M. & Suyati. (2006). Matematika untuk SD kelas 5 KTSP 2006. Jakarta:
Erlangga.
Kolb, A. Y. & Kolb, D. A. (tt). Experiential Learning Theory : a Dynamic,
Holistic Approach to Management Learning, Education and Development.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Weatherhead School of Management Case Western Reserve University.
Diperoleh 28 Februari 2012 pukul 13.00 dari
http://learningfromexperience.com/research-library/using-experiential-
learning-theory-to-promote-student-learning-and-development-in-programs-
of-education-abroad/
Kolb, D. A. (1976, Spring). Management and The Learning Process. XVIII (3)
21-31.
Kolb, D. A. (1984). Experiential Learning: Experience as The Source of Learning
and Development. New Jersey: Prentice Hall.
Kolb, D. A. & Yeganeh, B. (2011, 9 September). Deliberate Experiential Learning
: Mastering The Art of Learning from Experience. Orbh Working Paper
Case Western Reserve University.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. (2009). Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjejep
Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Moelong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Oktavianai, C. (2007). Improving Vocabulary Mastery Through Experiential
Learning. Skripsi tidak diterbitkan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNS.
Patton, M. Q. (2006). Metode Evaluasi Kualitatif. Terj. Budi Puspo Priyadi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Praniyati, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas V SDN 01 Macanan Tahun
Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS.
Riedesel, C. A, Schwartz, J. E, & Clements, D. H. (1996). Theaching Elementary
School Mathematics. USA: Library of Congres cataloging in publication
data.
Sa’jidah, C. (2001). Pendidikan Matematika II. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Snelbecker, G. E. (1974). Learning Theory, Instructional Theory, and
Psychoeducational Design. United Stated of Amerika: Mc Graw-Hill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sutawidjaja, Akbar. (1991/1992). Pendidikan Matematika III. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti.
Suwandi, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Psg Rayon 13 Surakarta Fkip UNS.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syarifuddin. (2009). Pembelajaran Inovatif: Pembelajaran Matematika Sekolah.
Diperoleh 8 Juni 2012 pukul 19.00 dari
http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-
sekolah-1.html?m=1.
Thobroni, M. & Mustofa, A. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Warsito. (2011). Penerapan Pendekatan Matematika Realistic untuk
Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Pecahan (PTK pada Siswa
Kelas III SDN 1 Mlese, Cawas, Klaten Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi
tidak diterbitkan PGSD FKIP UNS.
Wiriatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
LAMPIRAN 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
DI SDN 04 NGRINGO JATEN KARANGANYAR
Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei Juni juli
1. Persiapan Penelitian
a. Koordinasi peneliti dengan kepala
sekolah dan guru kelas.
b. Diskusi dengan guru untuk
mengidentifikasi masalah
pembelajaran dan merancang
tindakan.
c. Menyusun proposal penelitian.
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian.
e. Mengadakan simulasi pelaksanaan
tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Observasi
- Refleksi
3. Analisis data dan pelaporan
a. Analisis data
b. Menyusun laporan skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
LAMPIRAN 2
SILABUS
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Standar Kompetensi : 5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar Materi pokok Kegiatan pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
waktu
Sumber belajar
5.4. Menggunakan
pecahan dalam
masalah
perbandingan
dan skala
Operasi hitung
dalam masalah
perbandingan
dan skala
Menceritakan masalah
sehari-hari yang
melibatkan
perbandingan
Melakukan diskusi
untuk memecahkan
masalah yang berkaitan
dengan perbandingan
dan mengadakan
percobaan untuk
membuat skala dari
sekitar ruangan sekitar
(gedung sekolah)
Menjelaskan arti
perbandingan
pecahan.
Menggunakan
perbandingan
untuk
menentukan
skala.
Melakukan
operasi hitung
dengan
menggunakan
perbandingan dan
skala.
Tertulis
Kinerja
10 jp x
35 menit Buku
Pelajaran
Matematika
SD Kelas V
Buku yang
sesuai
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
LAMPIRAN 3
NILAI ULANGAN HARIAN MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN
DAN SKALA SISWA KELAS V SDN 04 NGRINGO
(NILAI PRASIKLUS)
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 60 √
2. Faris Prasetyo 60 √
3. G. Guruh Septian 70 √
4. Yessy Melinda 40 √
5. Rizal Mahmudi 80 √
6. Andreas Fajar R M 70 √
7. Andika Fakri A 60 √
8. Ain Fadhila C 40 √
9. Alzela Novia P 100 √
10. Arie Rangga W 50 √
11. Alan Prakosa 60 √
12. Chiesa Setya P 60 √
13. Diky Wasta Via D 60 √
14. Dita Aulia F 50 √
15. Grocia Gubriella 60 √
16. Guna Darma A 70 √
17. Yustinus Anton 70 √
18. Laviola Fiorentina 50 √
19. Melinda 60 √
20. Resa Nora A 30 √
21. Ridauljanah Eldik 40 √
22. Sheva Anjani A 40 √
23. Selvi Triningrum 40 √
24. Syahrul Fajar R 60 √
25. Santi Wulan Sari 50 √
26. Tyo Widyanto 60 √
27. Widya Mutiara N 50 √
28. Ananda A 30 √
29. Ervian Dwi Putra 60 √
30. Putri Gani A 50 √
31. Sri Rejeki 50 √
32. Viona 40 √
33. Zulbaidah 90 √
Jumlah 1860 7 26
Rata – rata/persentase ketuntasan 56,36 21,21 % 78,79 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
LAMPIRAN 4
PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PEMBELAJARAN
SEBELUM PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Tujuan : Menggali kelemahan siswa pada pembelajaran sebelum
pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Bentuk : Wawancara semi terstruktur
Responden : Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo
Nama Guru : Nurjanah, S.Pd
Hari, tanggal : 12 Januari 2012
No. Pertanyaan Ringkasan jawaban
1. Bagaimana perkembangan siswa saat ini? Kondisi siswa masih seperti
biasanya, karena masih awal
masuk setelah libur jadi masih
penyesuaian.
2. Bagaimana hasil ulangan akhir semester
gasal 2011/2012?
Hasinya lumayan bagus.
3. Pada mata pelajaran apa nilai siswa
rendah/tidak mencapai KKM?
Matematika, siswa mengalami
kesusahan dalam operasi hitung.
4. Pada mata pelajaran Matematika di
semester genap, kelemahan siswa pada
materi apa?
Biasanya siswa lemah pada
materi perbandingan dan skala.
5. Apa penyebab kelemahan siswa tersebut? Karena materinya baru dan sulit.
Siswa kesulitan dalam
membandingkan benda dan
menghitung jarak.
6. Berapa jumlah siswa yang mengalami
kesusahan/tidak mencapai KKM dalam
materi perbandingan dan skala?
Pengalaman tahun kemarin
(2010/2011) lumayan banyak,
diatas 50 % yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mencapai KKM.
7. Untuk tahun pelajaran 2011/2012 apakah
juga memiliki kelemahan yang sama?
Kemungkinan juga iya, tapi
untuk lebih yakin dapat dilihat
setelah ulangan harian.
Kesimpulan hasil wawancara :
Siswa kelas V SD N 04 Ngringo mengalami kesulitan pada mata pelajaran
Matematika materi perbandingan dan skala.
Ngringo, 20 Februari 2012
Narasumber Pewawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
LAMPIRAN 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus I Pertemuan 1
Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/II
Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
C. Indikator
Kognitif
5.4.1. Membuat perbandingan.
5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.
Afektif
1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan
mendengarkan.
Psikomotor
1. Melakukan perbandingan.
D. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan
benar.
2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan
menggunakan perbandingan dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Afektif
1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan
menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan
menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,
dan mendengarkan.
Psikomotor
1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar.
E. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan
perbandingan.
F. Materi Pembelajaran
Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.
Banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis
. Dapat dikatakan
banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi,
penulisan
mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.
Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk
mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua
objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil
bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.
G. Metode dan Model Pembelajaran
Metode pembelajaran
1. Ceramah
2. Penugasan
3. Inkuiri-diskoveri
4. Demonstrasi
Model pembelajaran : experiential learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
H. Media dan Sumber Belajar
1. Botol
2. Batu hias warna-warni
3. Lembar kerja siswa
4. Buku paket kelas V
I. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Nilai karakter
1. Kegiatan awal 10 menit
d) Berdo’a
e) Menyanyikan lagu nasional
f) Presensi
g) Menyampaikan tujuan pembelajaran
h) Apersepsi : membandingkan usia
guru dengan siswa.
i) Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok tiap kelompok 5 anak.
j) Menjelaskan peraturan permainan
Religius
Cinta tanah air
Disiplin
Kerja keras
2. Kegiatan inti 45 menit
Eksplorasi : Permainan isi botol (CE,
RO)
k) Siswa mengisi batu warna-warni
kedalam botol dalam batas waktu
tertentu.
l) Siswa menghitung banyaknya
batu yang tadi dimasukkan dalam
botol.
m) Siswa membandingkan batu-batu
yang berbeda warna.
Rasa ingin
tahu
Kerja sama
Kerja sama
Elaborasi :
n) Siswa melakukan perbandingan.
(AC)
o) Setiap kelompok menyampaikan
hasil kerja secara bergiliran.
p) Siswa menjawab pertanyaan yang
ditentukan oleh guru. (AC)
q) Siswa yang menyampaikan hasil
kerja menentukan benar tidaknya
jawaban dari kelompok lain. (AC)
Kerja keras
Tanggung
jawab
Kerja keras
Tanggung
jawab
Konfirmasi :
r) Memantau dan membimbing
siswa dalam penyelesaian tugas.
s) Memberi bintang pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
yang dapat menjawab soal dengan
benar.
t) Memberi pemantapan pada tiap
segmen penyampaian hasil kerja.
3. Kegiatan akhir : 15 menit
u) Membimbing siswa membuat
kesimpulan.
v) Melakukan evaluasi. (AE)
w) Mengumpulkan lembar evaluasi
siswa
Tanggung
jawab
Mandiri
Catatan:
CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete
experience.
RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective
observation.
AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract
conceptualization.
AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active
experimentation.
J. Penilaian
Prosedur : tes akhir
Jenis tagihan : individu
Jenis tes : tertulis
Bentuk tes : jawaban singkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Surakarta, 20 Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :
Anggota :
Bandingkanlah batu warna merah dan biru sesuai dengan kolom dibawah ini!
No. Jumlah
batu
merah
Jumlah
batu biru
Jumlah
semua
batu
Batu merah :
batu biru
Batu merah :
semua batu
Batu biru :
semua batu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Jumlah Soal : 10
Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk
soal
5.4. Menggunakan
pecahan dalam
masalah perbandingan
dan skala.
Operasi hitung
pecahan dalam
perbandingan
5.4.1. Membuat perbandingan.
5.4.2. Melakukan operasi hitung
dengan menggunakan
perbandingan.
1,2 3,4 5,6,7
8
9
10
Jawaban
singkat
Jawaban
singkat
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1
NAMA :
NO. ABSEN :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1. Pak Toyo mempunyai 20 ekor ayam sedangkan Pak Adi mempunyai 12 ekor
ayam. Berapakah perbandingan banyak ayam Pak Toyo dan Pak Adi?
2. Umur ayah 40 tahun sedangkan umur Ita 8 tahun. Berapakah perbandingan
umur ayah dengan Ita?
3. Dika mempunyai 15 kelereng berwarna hijau dan 20 kelereng berwarna
merah. Berapa perbandingan kelereng yang berwarna merah dengan semua
kelereng?
4. Eni mempunyai 20 pita. Pita yang berwarna merah ada 15 potong, sedangkan
sisanya berwarna kuning. Berapakah perbandingan pita berwarna merah
dengan kuning?
5. Pak Rustam memiliki 24 ekor bebek jantan dan betina. Perbandingan bebek
jantan dan betina adalah 1:2. Berapa masing-masing jumlah bebek jantan dan
betina?
6. Ibu membuat kue bolu. Terdiri dari dua rasa yaitu rasa coklat dan mocca.
Banyaknya kue bolu coklat ada 12 buah. Pebandingan kue rasa coklat dan
mocca adalah 3:4. Berapakah jumlah seluruh kue yang dibuat ibu?
7. Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada
sebanyak 6 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:5.
Berpakah jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang?
8. Jumlah gelas dan botol yang diletakkan di atas meja ada 25 buah.
Perbandingan gelas dengan botol adalah 4:1. Berapakah jumlah botol yang
ada di atas meja?
9. Toni mempunyai kelereng berwarna putih dan hijau. Kelereng hijau ada 24
butir. Perbandingan antara kelereng hijau dan seluruh kelerang adalah 2:5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berapa bagiankah kelereng hijau bila dibandingkan dengan jumlah seluruh
kelereng?
10. Banyaknya pensil dalam kotak adalah
dari jumlah bolpoin. Berapakah
jumlah pensil tersebut jika jumlah bolpoin dalam kotak ada 21 biji?
KUNCI JAWABAN
1. 5 : 3
2. 5 : 1
3. 4 : 7
4. 3 : 1
5. 8 bebek jantan dan 16 bebek betina
6. 28
7. 21
8. 5
9.
10. 12
Penilaian = jumlah betul x 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
LAMPIRAN 6
LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester : V/II
Materi : Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : I/1
Petunjuk:
Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!
Aspek yang diamati YA TIDAK
1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas
2. Memberikan kepercayaan pada siswa
3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas
dalam belajar
4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu
siswa
5. Memancing motivasi siswa untuk belajar
6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul
7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa
8. Menjadi narasumber bagi siswa
9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota
kelompok
10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi
siswa
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.
Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 20 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
LAMPIRAN 7
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan
skala
Siklus/ Pertemuan : I/1
Hari, tanggal : Jum’at, 20 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!
No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Bryan FN √ - - √ - √ - √ - √ - - - - 5
2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ 13
3. G. Guruh S - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
4. Yessy M - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ 12
5. Rizal M - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
6. Andreas - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
7. Andika FA - √ √ √ - √ - - √ √ √ √ √ √ 10
8. Ain FC √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
10. Arie RW √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
11. Alan P - - - - - - - - - - - - - - 0
12. Chiesa SP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
13. Diky WVD - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
14. Dita AF - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
15. Grocia G - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
16. Guna DA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
17. Yustinus A - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
18. Laviola F - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
19. Melinda - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
20. Resa NA - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
21. Ridauljanah - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
22. Sheva AA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 12
23. Selvi T - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
24. Syahrul FR - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
25. Santi WS - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
26. Tyo W - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 12
28. Ananda A - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
29. Ervian DP - - - - - - - - - - - - - - 0
30. Putri GA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
32. Viona - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
33. Zulbaidah - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
Keterangan:
1. Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.
2. Melakukan perbandingan dengan batuan.
3. Bekerja sama dengan teman.
4. Toleransi terhadap teman.
5. Berani menyampaikan hasil kerja.
6. Mengamati pola perbandingan.
7. Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.
8. Berani bertanya.
9. Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa.
11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit.
12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.
13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar.
14. Menuliskan perbandingan dengan benar.
Ngringo, 20 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
LAMPIRAN 8
ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI
SIKLUS I PERTEMUAN 1
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 70 √
2. Faris Prasetyo 70 √
3. G. Guruh Septian 70 √
4. Yessy Melinda 70 √
5. Rizal Mahmudi 60 √
6. Andreas Fajar R M 50 √
7. Andika Fakri A 70 √
8. Ain Fadhila C 50 √
9. Alzela Novia P 100 √
10. Arie Rangga W 30 √
11. Alan Prakosa 60 √
12. Chiesa Setya P 70 √
13. Diky Wasta Via D 40 √
14. Dita Aulia F 70 √
15. Grocia Gubriella 80 √
16. Guna Darma A 80 √
17. Yustinus Anton 60 √
18. Laviola Fiorentina 90 √
19. Melinda 70 √
20. Resa Nora A 60 √
21. Ridauljanah Eldik 60 √
22. Sheva Anjani A 70 √
23. Selvi Triningrum 90 √
24. Syahrul Fajar R 60 √
25. Santi Wulan Sari 60 √
26. Tyo Widyanto 50 √
27. Widya Mutiara N 90 √
28. Ananda A 70 √
29. Ervian Dwi Putra 70 √
30. Putri Gani A 60 √
31. Sri Rejeki 60 √
32. Viona 60 √
33. Zulbaidah 80 √
Jumlah 2200 18 15
Rata – rata/persentase ketuntasan 66,67 54,54 % 45,45 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
LAMPIRAN 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus I Pertemuan 2
Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/II
Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
C. Indikator
Kognitif
5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala peta/gambar.
5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.
Afektif Afektif
1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan
mendengarkan.
Psikomotor
1. Menyusun puzzle peta.
D. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan
tepat.
2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan
menggunakan skala dengan benar.
Afektif
1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan
menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan
menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,
dan mendengarkan.
Psikomotor
1. Melalui penugasan siswa menyusun puzzle peta dengan benar.
E. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala.
F. Materi Pembelajaran
Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.
Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam
bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya
digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah
menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57)
Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang
sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama
dengan 25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh
Purwanti,dkk 2004: 51)
Jadi, skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
= jarak pada peta : jarak sebenarnya
Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak
tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut?
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
= 3 cm
90 km =
3 cm
9 000 000 cm=
3
9 000 000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
= 1
3000 000
= 1 : 3.000.000
G. Metode dan Model Pembelajaran
Metode pembelajaran
1. Ceramah
2. Pengamatan
3. Penugasan
4. Inkuiri-diskoveri
Model pembelajaran : experiential learning
H. Media dan Sumber Belajar
1. Peta
2. Puzzle peta
3. Tangga satuan jarak
4. Lembar kerja siswa
5. Buku paket kelas V
I. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Nilai karakter
1. Kegiatan awal 10 menit
x) Berdo’a
y) Menyanyikan lagu nasional
z) Presensi
aa) Menyampaikan tujuan
pembelajaran
bb) Apersepsi : bercerita mengenai
letak rumah peneliti dengan SDN
04 Ngringo.
Religius
Cinta tanah air
Disiplin
Kerja keras
2. Kegiatan inti 45 menit
Eksplorasi :
cc) Mengamati skala yang terdapat
pada peta. (CE)
dd) Menentukan jarak sebenarnya
antarkota dalam peta. (CE)
Rasa ingin
tahu
Kerja keras
Elaborasi : Permainan susun puzzle
ee) Menyusun puzzle peta. (CE)
ff) Siswa melakukan operasi hitung
skala dengan melengkapi soal yang
rumpang. (RO)
Kerja keras
Kerja keras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
gg) Siswa menyampaikan hasil
kerjanya. (CE)
hh) Siswa yang lain menanggapi
dengan cara menjawab dengan cara
mewakilkan anggota ke depan dan
menuliskan jawaban di papan tulis.
(RO dan AC)
ii) Pengkoreksian oleh pemberi soal.
(RO dan AC)
jj) Penyampaian soal oleh guru. (AC)
Keberanian
Kerja keras
Tanggung
jawab
Konfirmasi :
kk) Memantau dan membimbing siswa
dalam penyelesaian tugas.
ll) Memberi bintang pada kelompok
yang dapat menjawab soal dengan
benar.
mm) Memberi pemantapan pada tiap
segmen penyampaian hasil kerja.
3. Kegiatan akhir : 15 menit
nn) Membimbing siswa membuat
kesimpulan.
oo) Melakukan evaluasi. (AE)
pp) Mengumpulkan lembar evaluasi
siswa
Tanggung
jawab
Mandiri
Catatan:
CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete
experience.
RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective
observation.
AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract
conceptualization.
AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active
experimentation.
J. Penilaian
Prosedur : tes akhir
Jenis tagihan : individu
Jenis tes : tertulis
Bentuk tes : jawaban singkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Surakarta, 25 Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
LEMBAR KERJA SISWA
1. Susunlah pazel peta/gambar menjadi peta/gambar yang utuh!
2. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!
(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)
……………. terletak sejauh …. km dari………………. Seseorang membuat
peta Kabupaten Karanganyar. Pada peta tersebut jarak ……….. terletak
sejauh …. cm dari……………... Skala yang digunakan dalam membuat peta
tersebut adalah…
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
3. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!
(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)
Jarak …………..dan …………. pada peta adalah ….. cm. Skala peta itu
adalah 1 : …………. Jarak sebenarnya ……………dengan ………. adalah …
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
4. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!
(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)
…………….dan ………. berada di Kabupaten Karanganyar. Jarak keduanya
………km. Jika Kabupaten Karanganyar tersebut digambar pada peta
berskala 1 : …………, berapa jarak keduanya pada peta?
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
5. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!
(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)
Desa ……….. berjarak ….. km dari Desa ……….. Pada peta jarak kedua
desa itu … cm. Besar skala peta itu adalah …
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
6. Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan peta/gambar yang kamu miliki!
(daerah yang diukur jaraknya tentukan sendiri!)
Tinggi jendela pada gambar adalah … cm. Jika gambar menggunakan skala 1
: ... Maka, tinggi jendela yang sebenarnya adalah …
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
MEDIA PUZZLE PETA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Jumlah Soal : 10
Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk
soal
5.4. Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan skala.
Operasi hitung
pecahan dalam
perbandingan
5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala
gambar.
5.4.5. Melakukan operasi
hitung dengan
menggunakan skala.
1
2,3,4
5,6,7
8
9
10
Jawaban
singkat
Jawaban
singkat
Jawaban
singkat
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
LEMBAR EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2
NAMA :
NO. ABSEN :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
1.
Besar skala peta diatas adalah …
2. Di halaman sekolah terdapat tiang bendera setinggi 10 m. Pada sebuah
gambar, tinggi tiang itu 5 cm. Skala yang digunakan dalam gambar itu adalah
…
3. Desa Ngarai berjarak 7 km dari Desa Jalu. Pada peta jarak kedua desa itu 14
cm. Besar skala peta itu adalah …
4. Kabupaten Sragen terletak sejauh 45 km dari Kabupaten Boyolali. Seseorang
membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak Kabupaten
Sragen terletak sejauh 15 cm dari Kabupaten Boyolali. Skala yang digunakan
dalam membuat peta tersebut adalah…
5. Jarak kota A dan B pada peta adalah 8 cm. Skala peta itu adalah 1 :
1.500.000. Jarak sebenarnya kota A dengan kota B adalah …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
6. Tinggi gedung pada gambar adalah 33 cm. Jika gambar gedung menggunakan
skala 1 : 400. Tinggi gedung yang sebenarnya adalah …
7. Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak
kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 :
2.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?
8. Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 7 cm dan jarak kota B ke kota C
adalah 5 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 8,4 km, berapa
jarak kota B ke kota C ?
9. Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 1.700.000 adalah 23 cm. Pada
peta B sungai itu digambar sepanjang 17 cm. Besar skala yang digunakan
untuk menggambar peta B adalah …
10. Seorang arsitek ingin membuat rancangan gedung. Ia ingin membuat gedung
setinggi 800 m. Dia menggambar gedung itu dengan skala 1 : 5.000. Berapa
tinggi gedung dalam gambar?
KUNCI JAWABAN
1. 1 : 1.800.000
2. 1 : 200
3. 1 : 50.000
4. 1 : 300.000
5. 120 km
6. 132 m
7. 3 cm
8. 6 km
9. 1 : 2.300.000
10. 16 cm
Penilaian = jumlah betul x 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
LAMPIRAN 10
LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester : V/II
Materi : Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : I/2
Petunjuk:
Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!
Aspek yang diamati YA TIDAK
1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas
2. Memberikan kepercayaan pada siswa
3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas
dalam belajar
4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu
siswa
5. Memancing motivasi siswa untuk belajar
6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul
7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa
8. Menjadi narasumber bagi siswa
9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota
kelompok
10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi
siswa
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.
Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 25 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
LAMPIRAN 11
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan
skala
Siklus/ Pertemuan : I/2
Hari, tanggal : Rabu, 25 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!
No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Bryan FN √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ √ 10
2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
3. G. Guruh S √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
4. Yessy M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - √ √ 10
8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
10. Arie RW √ √ √ √ - √ √ - - √ - - - √ 8
11. Alan Prakosa √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ 12
12. Chiesa SP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
13. Diky WVD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ 13
14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
16. Guna DA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ √ 11
17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ - - - √ √ √ √ 11
21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
24. Syahrul F R √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ 14
25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
26. Tyo W √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
Keterangan:
1. Mengamati peta.
2. Menunjukkan skala pada peta.
3. Mengukur jarak antarkota dalam peta.
4. Menyusun puzzle peta.
5. Mengerjakan tugas dengan baik.
6. Toleransi terhadap teman.
7. Berani menyampaikan hasil kerja.
8. Berani bertanya.
9. Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa.
11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit.
12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.
13. Menuliskan skala dengan benar.
14. Menggunakan lambang skala dengan benar.
Ngringo, 25 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
LAMPIRAN 12
ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI
SIKLUS I PERTEMUAN 2
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 40 √
2. Faris Prasetyo 40 √
3. G. Guruh Septian 30 √
4. Yessy Melinda 60 √
5. Rizal Mahmudi 40 √
6. Andreas Fajar R M 90 √
7. Andika Fakri A 40 √
8. Ain Fadhila C 100 √
9. Alzela Novia P 80 √
10. Arie Rangga W 30 √
11. Alan Prakosa 40 √
12. Chiesa Setya P 40 √
13. Diky Wasta Via D 40 √
14. Dita Aulia F 90 √
15. Grocia Gubriella 70 √
16. Guna Darma A 40 √
17. Yustinus Anton 40 √
18. Laviola Fiorentina 70 √
19. Melinda 70 √
20. Resa Nora A 40 √
21. Ridauljanah Eldik 80 √
22. Sheva Anjani A 60 √
23. Selvi Triningrum 90 √
24. Syahrul Fajar R 40 √
25. Santi Wulan Sari 60 √
26. Tyo Widyanto 40 √
27. Widya Mutiara N 70 √
28. Ananda A 80 √
29. Ervian Dwi Putra 20 √
30. Putri Gani A 90 √
31. Sri Rejeki 60 √
32. Viona 80 √
33. Zulbaidah 70 √
Jumlah 1930 14 19
Rata – rata/persentase ketuntasan 58,48 42,42 % 57,58 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
LAMPIRAN 13
ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI
SIKLUS I
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 55 √
2. Faris Prasetyo 55 √
3. G. Guruh Septian 50 √
4. Yessy Melinda 65 √
5. Rizal Mahmudi 50 √
6. Andreas Fajar R M 70 √
7. Andika Fakri A 55 √
8. Ain Fadhila C 75 √
9. Alzela Novia P 90 √
10. Arie Rangga W 30 √
11. Alan Prakosa 50 √
12. Chiesa Setya P 55 √
13. Diky Wasta Via D 40 √
14. Dita Aulia F 80 √
15. Grocia Gubriella 75 √
16. Guna Darma A 60 √
17. Yustinus Anton 50 √
18. Laviola Fiorentina 80 √
19. Melinda 70 √
20. Resa Nora A 50 √
21. Ridauljanah Eldik 70 √
22. Sheva Anjani A 65 √
23. Selvi Triningrum 90 √
24. Syahrul Fajar R 50 √
25. Santi Wulan Sari 60 √
26. Tyo Widyanto 45 √
27. Widya Mutiara N 80 √
28. Ananda A 75 √
29. Ervian Dwi Putra 45 √
30. Putri Gani A 75 √
31. Sri Rejeki 60 √
32. Viona 70 √
33. Zulbaidah 75 √
Jumlah 2065 14 19
Rata – rata/persentase ketuntasan 62,57 42,42 % 57,58 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
LAMPIRAN 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II Pertemuan 1
Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/II
Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
C. Indikator
Kognitif
5.4.1. Membuat perbandingan.
5.4.2. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan.
Afektif
1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan
mendengarkan.
Psikomotor
1. Melakukan perbandingan.
D. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
1. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat membuat perbandingan dengan
benar.
2. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan
menggunakan perbandingan dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Afektif
1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan
menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan
menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,
dan mendengarkan.
Psikomotor
1. Melalui demonstrasi siswa dapat melakukan perbandingan dengan benar.
E. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan
perbandingan.
F. Materi Pembelajaran
Untuk membuat plester dibutuhkan 3 ember pasir dan 2 ember semen.
banyak pasir 3 ember dari 5 ember yang ada, ditulis
. Dapat dikatakan
banyak pasir dibanding campuran adalah 3 dibanding 5, ditulis 3:5. Jadi,
penulisan
mempunyai nilai yang sama dengan 3:5.
Buchori, Jumadi, Erna Juliatun (2007:108) mengatakan bahwa untuk
mengukur adanya suatu perbandingan sekurang-kurangnya harus ada dua
objek yang sejenis. Misal membandingkan umur A dengan umur B. Hasil
bagi keduanya merupakan perbandingan umur A dengan umur B.
G. Metode dan Model Pembelajaran
Metode pembelajaran
1. Ceramah
2. Penugasan
3. Inkuiri-diskoveri
4. Demonstrasi
Model pembelajaran : experiential learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
H. Media dan Sumber Belajar
1. Botol
2. Sedotan warna-warni
3. Lembar kerja siswa
4. Buku paket kelas V
I. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Nilai karakter
1. Kegiatan awal 10 menit
qq) Berdo’a
rr) Menyanyikan lagu nasional
ss) Presensi
tt) Menyampaikan tujuan pembelajaran
uu) Apersepsi : membandingkan usia
guru dengan siswa.
vv) Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok tiap kelompok 5 anak.
ww) Menjelaskan peraturan permainan
Religius
Cinta tanah air
Disiplin
Kerja keras
2. Kegiatan inti 45 menit
Eksplorasi : Permainan isi botol (CE,
RO)
xx) Siswa mengisi sedotan warna-
warni kedalam botol dalam batas
waktu tertentu.
yy) Siswa menghitung banyaknya
sedotan yang tadi dimasukkan
dalam botol.
zz) Siswa membandingkan sedotan
yang berbeda warna.
Rasa ingin
tahu
Kerja sama
Kerja sama
Elaborasi :
aaa) Siswa melakukan
perbandingan. (RO/AC)
bbb) Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kerja
kelompok.
ccc) Siswa mengerjakan soal
presentasi teman. (RO/AC)
ddd) Siswa menjawab soal-soal
tersebut. (RO/AC)
Kerja keras
Tanggung
jawab
Kerja keras
Keberanian
Konfirmasi :
eee) Memantau dan
membimbing siswa dalam
penyelesaian tugas.
fff) Memberi bintang pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
yang dapat menjawab soal dengan
benar.
ggg) Memberi pemantapan
pada tiap segmen penyampaian
hasil kerja.
3. Kegiatan akhir : 15 menit
hhh) Membimbing siswa
membuat kesimpulan.
iii) Melakukan evaluasi. (AE)
jjj) Mengumpulkan lembar evaluasi
siswa
Tanggung
jawab
Mandiri
Catatan:
CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete
experience.
RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective
observation.
AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract
conceptualization.
AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active
experimentation.
J. Penilaian
Prosedur : tes akhir
Jenis tagihan : individu
Jenis tes : tertulis
Bentuk tes : pilihan ganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Surakarta, 27 Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
LEMBAR KERJA SISWA
Kelompok :
Anggota :
Bandingkanlah sedotan warna-warni sesuai dengan kolom dibawah ini!
No. Jumlah
sedotan
merah
Jumlah
sedotan
kuning
Jumlah
semua
sedotan
Sedotan
merah :
sedotan
kuning
Sedotan
merah :
semua
sedotan
Sedotan
kuning :
semua
sedotan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan hasil kerja kelompokmu!
1. Sedotan merah ada ….. sedangkan sedotan kuning ada ….. Perbandingan
sedotan merah dengan sedotan kuning adalah …
2. Tika mempunyai …. Sedotan berwarna merah dan …. Sedotan berwarna
kuning. Perbandingan sedotan yang berwarna merah dengan semua sedotan
adalah …
3. Rika mempunyai ….sedotan. …. sedotan merah, sedangkan sisanya berwarna
kuning. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah …
4. Ika mempunyai … sedotan merah dan kuning. Perbandingan sedotan merah
dan kuning adalah….. Jumlah masing-masing sedotan merah dan kuning
adalah …
5. Kiki mempunyai sedotan merah dan kuning. Banyaknya sedotan merah ada
… buah. Pebandingan sedotan merah dan kuning adalah … Jumlah seluruh
sedotan Kiki adalah …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
6. Di dalam botol terdapat sedotan merah dan kuning. Sedotan merah ada
sebanyak …. buah. Perbandingan sedotan merah dengan kuning adalah …:….
Jumlah semua sedotan yang ada di dalam botol adalah …
7. Beta mempunyai sedotan berwarna merah dan kuning. Sedotan merah ada ….
buah. Perbandingan antara sedotan merah dan seluruh sedotan adalah …:…
Jumlah sedotan merah adalah
bagian dari jumlah seluruh sedotan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Jumlah Soal : 10
Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk
soal
5.4. Menggunakan
pecahan dalam
masalah perbandingan
dan skala.
Operasi hitung
pecahan dalam
perbandingan
5.4.1. Membuat perbandingan.
5.4.2. Melakukan operasi hitung
dengan menggunakan
perbandingan.
1,2 3,4 5,6,7
8
9
10
Pilihan
ganda
Pilihan
ganda
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
LEMBAR EVALUASI SISWA
NAMA :
NO. ABSEN :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!
1. Adi mempunyai 30 kelereng sedangkan Dika mempunyai 25 kelereng.
Perbandingan banyak kelereng Adi dan Dika adalah ….
a. 6 : 5 c. 3 : 2
b. 6 : 4 d. 4 : 5
2. Umur Ani 15 tahun sedangkan umur Surya 5 tahun. Perbandingan umur Ani
dengan Surya adalah …
a. 5 : 1 c. 4 : 1
b. 3 : 1 d. 1 : 4
3. Susi mempunyai 20 vas berwarna hijau dan 16 vas berwarna merah.
Perbandingan vas yang berwarna merah dengan semua vas adalah …
a. 5 : 4 c. 4 : 9
b. 5 : 9 d. 4 : 13
4. Rina membeli 35 tangkai bunga mawar. 15 tangkai mawar merah, sedangkan
sisanya berwarna putih. Perbandingan mawar merah dengan mawar putih
adalah …
a. 3 : 4 c. 7 : 3
b. 4 : 3 d. 7 : 4
5. Luna membeli 28 pasang sepatu dan sandal. Perbandingan sepatu dan sandal
adalah 3 : 4. Jumlah masing-masing sepatu dan sandal adalah …
a. 14 dan 14 c. 16 dan 12
b. 18 dan 10 d. 20 dan 8
6. Firly adalah perajin boneka. Ia membuat boneka doraemon dan pikacu.
Banyaknya boneka doraemon ada 15 buah. Pebandingan boneka doraemon
dan pikacu adalah 3:2. Jumlah seluruh boneka yang dibuat Firly adalah …
a. 10 c. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
b. 20 d. 25
7. Di dalam kerajang terdapat bola besar dan bola kecil. Bola besar ada
sebanyak 8 buah. Perbandingan bola besar dengan bola kecil adalah 2:7.
Jumlah semua bola yang ada di dalam keranjang adalah …
a. 9 c. 27
b. 18 d. 36
8. Jumlah siswa kelas V ada 33 siswa. Jumlah siswa laki-laki adalah 15 siswa
sedangkan jumlah siswa perempuan adalah 18 siswa. Perbandingan siswa
laki-laki dengan siswa perempuan adalah ….
a. 11 : 5 c. 5 : 6
b. 11 : 6 d. 6 : 5
9. Rudi mempunyai bola berwarna hijau dan biru. Bola hijau ada 12 buah.
Perbandingan antara bola hijau dan seluruh kelerang adalah 3:7. Jumlah
kelereng hijau adalah …. bagian dari jumlah seluruh kelereng.
a.
c.
b.
d.
10. Banyaknya piring pada rak adalah
dari jumlah mangkuk. Jumlah mangkuk
pada rak ada 16 biji, maka jumlah piring adalah …
a. 13 c. 15
b. 14 d. 16
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. A
5. C
6. D
7. D
8. C
9. B
10. B
Penilaian = jumlah betul x 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
LAMPIRAN 15
LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester : V/II
Materi : Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : II/1
Petunjuk:
Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!
Aspek yang diamati YA TIDAK
1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas
2. Memberikan kepercayaan pada siswa
3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas
dalam belajar
4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu
siswa
5. Memancing motivasi siswa untuk belajar
6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul
7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa
8. Menjadi narasumber bagi siswa
9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota
kelompok
10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi
siswa
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.
Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 27 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
LAMPIRAN 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan
skala
Siklus/ Pertemuan : II/1
Hari, tanggal : Jum’at, 27 April 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!
No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Bryan FN √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ 12
2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
3. G. Guruh S √ √ √ √ √ - - - - √ - - - - 6
4. Yessy M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
9. Alzrela N P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
10. Arie RW √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - 9
11. Alan Prakosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
12. Chiesa Setya P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ - 10
13. Diky W Via D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ - 10
15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
16. Guna DA √ √ √ √ √ √ - √ - √ - √ √ √ 11
17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
24. Syahrul FR √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
26. Tyo Widyanto √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ √ - √ - - - - 9
30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
Keterangan:
1. Mengisi botol dengan batuan tepat waktu.
2. Melakukan perbandingan dengan batuan.
3. Bekerja sama dengan teman.
4. Toleransi terhadap teman.
5. Berani menyampaikan hasil kerja.
6. Mengamati pola perbandingan.
7. Mengulang-ulang kegiatan membandingkan batuan.
8. Berani bertanya.
9. Berani berpendapat.
10. Interaksi antar siswa.
11. Menjawab soal perbandingan kurang dari 3 menit.
12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.
13. Menggunakan lambang perbandingan dengan benar.
14. Menuliskan perbandingan dengan benar.
Ngringo, 27 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
LAMPIRAN 17
ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI
SIKLUS II PERTEMUAN 1
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 40 √
2. Faris Prasetyo 90 √
3. G. Guruh Septian 100 √
4. Yessy Melinda 50 √
5. Rizal Mahmudi 70 √
6. Andreas Fajar R M 90 √
7. Andika Fakri A 70 √
8. Ain Fadhila C 70 √
9. Alzela Novia P 90 √
10. Arie Rangga W 80 √
11. Alan Prakosa 90 √
12. Chiesa Setya P 80 √
13. Diky Wasta Via D 90 √
14. Dita Aulia F 70 √
15. Grocia Gubriella 90 √
16. Guna Darma A 100 √
17. Yustinus Anton 90 √
18. Laviola Fiorentina 90 √
19. Melinda 90 √
20. Resa Nora A 70 √
21. Ridauljanah Eldik 70 √
22. Sheva Anjani A 100 √
23. Selvi Triningrum 90 √
24. Syahrul Fajar R 90 √
25. Santi Wulan Sari 70 √
26. Tyo Widyanto 80 √
27. Widya Mutiara N 100 √
28. Ananda A 70 √
29. Ervian Dwi Putra 100 √
30. Putri Gani A 90 √
31. Sri Rejeki 60 √
32. Viona 90 √
33. Zulbaidah 100 √
Jumlah 2720 30 3
Rata – rata/persentase ketuntasan 82,42 90,90 % 9,09 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
LAMPIRAN 18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Siklus II Pertemuan 2
Nama Sekolah : SDN 04 Ngringo
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/II
Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.
C. Indikator
Kognitif
5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala peta/gambar.
5.4.5. Melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala.
Afektif Afektif
1. Perilaku berkarakter : kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan
mendengarkan.
Psikomotor
1. Menggambar peta sederhana.
D. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
1. Melalui pengamatan siswa dapat menunjukkan skala pada peta dengan
tepat.
2. Melalui inkuiri-diskoveri siswa dapat menentukan skala gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
3. Melalui penugasan siswa dapat melakukan operasi hitung dengan
menggunakan skala dengan benar.
Afektif
1. Perilaku berkarakter: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan
menunjukkan karakter kejujuran, keberanian, perhatian, ketelitian,
ketekunan, tanggung jawab, toleransi, dan tepat waktu.
2. Keterampilan sosial: Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dengan
menunjukkan keterampilan bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat,
dan mendengarkan.
Psikomotor
1. Melalui penugasan siswa menggambar peta sederhana.
E. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat menggunakan pecahan
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan skala.
F. Materi Pembelajaran
Perbandingan banyak digunakan dalam membuat denah/peta berskala.
Suatu wilayah,kota,jalan,atau tempat tertentu dapat digambarkan dalam
bentuk dengah/peta dengan skala atau perbandingan tertentu. Skala biasanya
digunakan pada peta. Dengan menggunakan skala, maka akan lebih mudah
menggambarkan jarak yang sangat jauh. (M khafid dan Suyati, 2006:57)
Skala merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang
sebenarnya, misal skala 1:25.000.000 artinya jarak1 cm pada peta sama
dengan 25.000.000 cm atau 250 km pada jarak sebenarnya. (Teguh
Purwanti,dkk 2004: 51)
Jadi, skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
= jarak pada peta : jarak sebenarnya
Contoh jarak kota Yogyakarta – solo adalah 90 km. Pada sebuah peta jarak
tersebut berukur 3 cm. berapa skala peta tersebut?
skala jarak pada peta
jarak sebenarnya
= 3 cm
90 km =
3 cm
9 000 000 cm=
3
9 000 000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
= 1
3000 000
= 1 : 3.000.000
G. Metode dan Model Pembelajaran
Metode pembelajaran
1. Ceramah
2. Pengamatan
3. Penugasan
4. Inkuiri-diskoveri
Model pembelajaran : experiential learning
H. Media dan Sumber Belajar
1. Peta
2. Papan permainan
3. Tangga satuan jarak
4. Lembar kerja siswa
5. Buku paket kelas V
I. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu Nilai karakter
1. Kegiatan awal 10 menit
kkk) Berdo’a
lll) Menyanyikan lagu nasional
mmm) Presensi
nnn) Menyampaikan tujuan
pembelajaran
ooo) Apersepsi : tanya jawab
mengenai letak karisidenan
Surakarta dengan ibukota provinsi
Jawa Tengah Semarang.
Religius
Cinta tanah air
Disiplin
Kerja keras
2. Kegiatan inti 45 menit
Eksplorasi :
ppp) Mengamati skala yang terdapat
pada peta. (CE)
qqq) Menentukan jarak sebenarnya
antarkota dalam peta. (CE)
Permainan mencocokan kotak :
rrr) Siswa memilih dua kotak dan
menentukan apakah yang tertulis
dalam kotak itu sudah cocok atau
Rasa ingin
tahu
Kerja keras
Kerja keras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
belum. (CE)
Permainan gambar dimana aku
sss) Siswa menggambar jarak rumah
mereka dari sekolah. (CE)
ttt) Siswa menentukan jarak pada peta
mereka dan jarak sebenarnya. (CE)
Ketekunan
Kerja keras
Elaborasi :
uuu) Membuat skala dari peta yang
mereka gambar. (RO)
vvv) Melakukan operasi hitung
menggunakan skala dengan
mengkapi soal yang rumpang. (RO)
www) Siswa menyampaikan hasil
kerjanya. (AC)
xxx) Siswa yang lain menanggapi
dengan cara menjawab pemaparan
temannya. (AC)
Kerja keras
Kerja keras
Keberanian
Kerja keras
Konfirmasi :
yyy) Memantau dan membimbing
siswa dalam penyelesaian tugas.
zzz) Memberi bintang pada
kelompok yang dapat menjawab soal
dengan benar.
aaaa) Memberi pemantapan pada tiap
segmen penyampaian hasil kerja.
3. Kegiatan akhir : 15 menit
bbbb) Membimbing siswa membuat
kesimpulan.
cccc) Melakukan evaluasi. (AE)
dddd) Mengumpulkan lembar evaluasi
siswa
Tanggung
jawab
Mandiri
Catatan:
CE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap concrete
experience.
RO adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap reflective
observation.
AC adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap abstract
conceptualization.
AE adalah langkah pembelajaran model experiential learning tahap active
experimentation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
J. Penilaian
Prosedur : tes akhir
Jenis tagihan : individu
Jenis tes : tertulis
Bentuk tes : pilihan ganda
Surakarta, 11 Mei 2012
i
n
g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
LEMBAR KERJA SISWA
NAMA :
NO ABSEN :
Buatlah denah sederhana antara rumah dengan sekolah!
Jarak pada denah =…..
Jarak sebenarnya = …
Skala denah jarak pada denah
jarak sebenarnya
= …………
Lengkapilah soal dibawah ini sesuai dengan denah yang kamu gambar!
1. Rumahku berjarak … km dari sekolah. Pada denah jarak rumahku ke sekolah
adalah … cm. Jadi, skala yang kugunakan untuk menggambar denah ini
adalah 1 : ………
2. Skala yang kugunakan untuk menggambar denah adalah 1 : ………
sedangkan jarak rumahku ke sekolah pada denah adalah … cm. Jarak
sebenarnya rumahku ke sekolah adalah ….. km.
3. Jarak rumahku dari sekolah adalah …. km. Aku membuat denah rumah ke
sekolah dengan skala 1 : …… Jarak sekolah ke rumahku pada denah adalah
…. cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
KISI-KISI SOAL EVALUASI SIKLUS II PERTEMUAN 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/2
Jumlah Soal : 10
Kompetensi dasar Materi Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bentuk
soal
5.4. Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan skala.
Operasi hitung
pecahan dalam
perbandingan
5.4.3. Menunjukkan skala.
5.4.4. Menentukan skala
gambar.
5.4.5. Melakukan operasi
hitung dengan
menggunakan skala.
1
2,3,4
5,6,7
8
9
10
Pilihan
ganda
Pilihan
ganda
Pilihan
ganda
133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
LEMBAR EVALUASI SISWA
NAMA :
NO. ABSEN :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!
1.
Besar skala peta diatas adalah …
a. 1 : 1.000.000 c. 1 : 1.800.000
b. 1 : 1.880.000 d. 1 : 1.888.000
2. Pada sketsa gedung itu tingginya 33 cm sedangkan tinggi gedung itu yang
sebenarnya mencapai 66 m. Skala yang digunakan untuk membuat sketsa
tersebut adalah …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
a. 1 : 100 c. 1 : 300
b. 1 : 200 d. 1 : 400
3. Desa Kujang berjarak 12 km dari Desa Pandan. Pada peta jarak kedua desa
itu 8 cm. Besar skala peta itu adalah …
a. 1 : 50.000 c. 1 : 150.000
b. 1 : 100.000 d. 1 : 200.000
4. Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 63 km dari Kabupaten Karanganyar.
Seseorang membuat peta Provinsi Jawa Tengah. Pada peta tersebut jarak
Kabupaten Sukoharjo terletak sejauh 21 cm dari Kabupaten Karanganyar.
Skala yang digunakan dalam membuat peta tersebut adalah…
a. 1 : 400.000 c. 1 : 200.000
b. 1 : 300.000 d. 1 : 100.000
5. Jarak kota Daha dan kota Kafa pada peta adalah 9 cm. Skala peta itu adalah 1
: 500.000. Jarak sebenarnya kota Daha dengan kota Kafa adalah …
a. 450 km c. 4,5 km
b. 45 km d. 0,45 km
6. Panjang rel pada gambar adalah 55 cm. Jika gambar rel menggunakan skala 1
: 150. Panjang rel yang sebenarnya adalah …
a. 8250 m c. 82,5 m
b. 825 m d. 8,25 m
7. Kota Ruteng dan Bajawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jarak
kedua kota 75 km. Jika provinsi tersebut digambar pada peta berskala 1 :
1.500.000, berapa jarak kedua kota itu pada peta?
a. 5 cm c. 3 cm
b. 4 cm d. 2 cm
8. Jarak kota A ke kota B pada peta adalah 13 cm dan jarak kota B ke kota C
adalah 7 cm. Jika jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah 5,2 km, berapa
jarak kota B ke kota C ?
a. 1,4 km c. 4,2 km
b. 2,8 km d. 5,6 km
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
9. Panjang sungai pada peta A yang berskala 1 : 600.000 adalah 23 cm. Pada
peta B sungai itu digambar sepanjang 46 cm. Besar skala yang digunakan
untuk menggambar peta B adalah …
a. 1 : 150.000 c. 1 : 250.000
b. 1 : 200.000 d. 1 : 300.000
10. Seorang kontraktor ingin membuat gedung setinggi 50 m. Dalam sebuah
gambar yang berskala 1 : 250. Tinggi gedung itu dalam gambar adalah…
a. 7.500 cm b. 20 cm
b. 20 m d. 75 m
KUNCI JAWABAN
1. C
2. B
3. C
4. B
5. B
6. C
7. A
8. B
9. D
10. B
Penilaian = jumlah betul x 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
LAMPIRAN 19
LEMBAR OBSERVASI GURU MENGAJAR
Nama Sekolah : SD Negeri 04 Ngringo
Kelas / Semester : V/II
Materi : Perbandingan dan skala
Siklus/ Pertemuan ke : II/2
Petunjuk:
Berilah tanda (√) pada kolom dibawah ini!
Aspek yang diamati YA TIDAK
1. Menciptakan komunikasi yang baik dalam kelas
2. Memberikan kepercayaan pada siswa
3. Menciptakan situasi yang membuat siswa merasa bebas
dalam belajar
4. Memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat membantu
siswa
5. Memancing motivasi siswa untuk belajar
6. Memberikan tanggapan yang tepat saat reaksi siswa muncul
7. Menerima dan menaggapi secara positif semua respon yang
ditimbulkan siswa
8. Menjadi narasumber bagi siswa
9. Menciptakan situasi yang mengaktifkan semua anggota
kelompok
10. Membangun suasana yang memberikan pengalaman bagi
siswa
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Catatan: Ya = apabila kriteria dilaksanakan dengan baik.
Tidak = apabila kriteria kurang/belum dilaksanakan.
Ngringo, 11 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
LAMPIRAN 20
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan
skala
Siklus/ Pertemuan : II/2
Hari, tanggal : Jum’at, 2 Mei 2012
Beri tanda (√) bila tingkah laku yang diinginkan terjadi!
No. Nama siswa Aspek yang diamati Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Bryan FN √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ 12
2. Faris P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
3. G. Guruh S √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
4. Yessy Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
5. Rizal M √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
6. Andreas FRM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
7. Andika FA √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
8. Ain Fadhila C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
9. Alzrela NP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
10. Arie RW √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
11. Alan Prakosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
12. Chiesa Setya P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
13. Diky W Via D √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ 13
14. Dita Aulia F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
15. Grocia G √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
16. Guna D A √ √ √ √ √ √ √ - - √ - √ √ √ 11
17. Yustinus A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
18. Laviola F √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
19. Melinda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
20. Resa Nora A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
21. Ridauljanah E √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
22. Sheva A A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
23. Selvi T √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
24. Syahrul F R √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ 13
25. Santi Wulan S √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
26. Tyo Widyanto √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
27. Widya MN √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
28. Ananda A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
29. Ervian Dwi P √ √ √ √ √ √ √ - - √ - - - - 8
30. Putri Gani A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
31. Sri Rejeki √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
32. Viona √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
33. Zulbaidah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14
Keterangan:
1. Mengamati peta.
2. Menunjukkan skala pada peta.
3. Mengukur jarak antarkota dalam peta.
4. Mampu mencocokan dua kotak yang berisi perubahan satuan dengan benar.
5. Menggambar peta sederhana.
6. Mengamati gambar peta teman.
7. Toleransi terhadap teman.
8. Berani menyampaikan hasil kerja.
9. Berani bertanya atau berpendapat.
10. Interaksi antar siswa.
11. Menjawab soal skala kurang dari 3 menit.
12. Memberikan jawaban yang benar atau tepat.
13. Menuliskan skala dengan benar.
14. Menggunakan lambang skala dengan benar.
Ngringo, 11 Mei 2012
Observer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
LAMPIRAN 21
ANALISIS KETUNTASAN HASIL EVALUASI
SIKLUS II PERTEMUAN 2
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 80 √
2. Faris Prasetyo 90 √
3. G. Guruh Septian 80 √
4. Yessy Melinda 60 √
5. Rizal Mahmudi 60 √
6. Andreas Fajar R M 70 √
7. Andika Fakri A 80 √
8. Ain Fadhila C 90 √
9. Alzela Novia P 90 √
10. Arie Rangga W 40 √
11. Alan Prakosa 90 √
12. Chiesa Setya P 70 √
13. Diky Wasta Via D 70 √
14. Dita Aulia F 90 √
15. Grocia Gubriella 90 √
16. Guna Darma A 70 √
17. Yustinus Anton 90 √
18. Laviola Fiorentina 90 √
19. Melinda 80 √
20. Resa Nora A 60 √
21. Ridauljanah Eldik 70 √
22. Sheva Anjani A 80 √
23. Selvi Triningrum 80 √
24. Syahrul Fajar R 70 √
25. Santi Wulan Sari 90 √
26. Tyo Widyanto 90 √
27. Widya Mutiara N 90 √
28. Ananda A 70 √
29. Ervian Dwi Putra 70 √
30. Putri Gani A 70 √
31. Sri Rejeki 30 √
32. Viona 50 √
33. Zulbaidah 80 √
Jumlah 2480 27 6
Rata - rata 75,15 81,81 % 18,19 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
LAMPIRAN 22
ANALISIS KETUNTASAN RATA-RATA HASIL EVALUASI
SIKLUS II
No. Nama siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Belum
1. Bryan Fajar N 60 √
2. Faris Prasetyo 90 √
3. G. Guruh Septian 90 √
4. Yessy Melinda 55 √
5. Rizal Mahmudi 65 √
6. Andreas Fajar R M 80 √
7. Andika Fakri A 75 √
8. Ain Fadhila C 80 √
9. Alzela Novia P 90 √
10. Arie Rangga W 60 √
11. Alan Prakosa 90 √
12. Chiesa Setya P 75 √
13. Diky Wasta Via D 80 √
14. Dita Aulia F 80 √
15. Grocia Gubriella 90 √
16. Guna Darma A 85 √
17. Yustinus Anton 90 √
18. Laviola Fiorentina 90 √
19. Melinda 85 √
20. Resa Nora A 65 √
21. Ridauljanah Eldik 70 √
22. Sheva Anjani A 90 √
23. Selvi Triningrum 85 √
24. Syahrul Fajar R 80 √
25. Santi Wulan Sari 80 √
26. Tyo Widyanto 85 √
27. Widya Mutiara N 95 √
28. Ananda A 70 √
29. Ervian Dwi Putra 85 √
30. Putri Gani A 80 √
31. Sri Rejeki 45 √
32. Viona 70 √
33. Zulbaidah 90 √
Jumlah 2600 27 6
Rata – rata/persentase ketuntasan 78,78 81,81 % 18,19 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
LAMPIRAN 23
REKAPITULASI NILAI SISWA
No.
Daftar nilai siswa
Nilai
awal Tuntas Belum
Siklus
I Tuntas Belum
Siklus
II Tuntas Belum
1. 60 √ 55 √ 60 √
2. 60 √ 55 √ 90 √
3. 70 √ 50 √ 90 √
4. 40 √ 65 √ 55 √
5. 80 √ 50 √ 65 √
6. 70 √ 70 √ 80 √
7. 60 √ 55 √ 75 √
8. 40 √ 75 √ 80 √
9. 100 √ 90 √ 90 √
10. 50 √ 30 √ 60 √
11. 60 √ 50 √ 90 √
12. 60 √ 55 √ 75 √
13. 60 √ 40 √ 80 √
14. 50 √ 80 √ 80 √
15. 60 √ 75 √ 90 √
16. 70 √ 60 √ 85 √
17. 70 √ 50 √ 90 √
18. 50 √ 80 √ 90 √
19. 60 √ 70 √ 85 √
20. 30 √ 50 √ 65 √
21. 40 √ 70 √ 70 √
22. 40 √ 65 √ 90 √
23. 40 √ 90 √ 85 √
24. 60 √ 50 √ 80 √
25. 50 √ 60 √ 80 √
26. 60 √ 45 √ 85 √
27. 50 √ 80 √ 95 √
28. 30 √ 75 √ 70 √
29. 60 √ 45 √ 85 √
30. 50 √ 75 √ 80 √
31. 50 √ 60 √ 45 √
32. 40 √ 70 √ 70 √
33. 90 √ 75 √ 90 √
Rt2 56,36 62,57 78,78
% 21,21% 78,79% 42,42% 57,58% 81,81% 18,18%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
LAMPIRAN 24
PEDOMAN WAWANCARA GURU MENGENAI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING
Tujuan : Mengetahui pendapat guru mengenai penerapan model
pembelajaran experiential learning.
Bentuk : Wawancara semi terstruktur
Responden : Guru kelas V SD Negeri 04 Ngringo
Nama Guru : Nurjanah, S.Pd
Hari, tanggal : 11 Mei 2012
No. Pertanyaan Ringkasan jawaban
1. Pernahkan anda menerapkan model
pembelajaran experiential learning yang
saya gunakan?
Belum pernah, model yang
pernah dicoba adalah tari
bambu.
2. Bagaimana pendapat anda mengenai
model pembelajaran yang saya
laksanakan?
Inovasi yang bagus, membuat
anak-anak tidak bosan. Tapi
agak ribet jadi seolah-olah
waktu agak terbuang.
3. Menurut anda apakah model yang saya
gunakan efektif dalam meningkatkan
keterampilan siswa dalam materi
perbandingan dan skala?
Iya, terlihat dari nilai siswa
yang meningkat.
4. Menurut anda apakah model ini mampu
meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran?
Iya, anak-anak terlibat secara
aktif. Ada 1 atau 2 anak yang
kurang aktif itu wajar.
5. Bagaimana pendapat anda mengenai
antusiasme siswa dalam kelas saat model
experiential learning diterapkan?
Antusiasme anak-anak sangat
tinggi. Anak-anak terlihat
sangat senang.
6. Apakah anda berniat untuk menerapkan Suatu saat nanti mungkin iya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
model experiential learning suatu hari
nanti?
Kesimpulan hasil wawancara :
Model pembelajaran experiential learning dapat meningkatkan keterampilan
siswa menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Guru kelas
V akan mencoba menerapkan model experiential learning di masa yang akan
datang.
Ngringo, 21 Juni 2012
Narasumber Pewawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
LAMPIRAN 25
FOTO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
SIKLUS I PERTEMUAN 1
Siswa menghitung jumlah batu berwarna merah dan biru. (Concrete Experience)
Siswa membandingkan batu yang berwarna merah dan batu yang berwarna biru.
(reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Siswa mengerjakan soal yang diajukan oleh guru. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
SIKLUS I PERTEMUAN 2
Siswa mengamati dan mengukur jarak Boyolali – Karanganyar pada peta.
(concrete experience)
Siswa mengerjakan lembar kerja yang disiapkan guru. (reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Perwakilan siswa menuliskan jawaban. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
SIKLUS II PERTEMUAN 1
Siswa menghitung jumlah sedotan merah dan kuning. (Concrete Experience)
Siswa membandingkan sedotan merah dan kuning sesuai lembar kerja siswa.
(reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Siswa membandingkan hasil kerja kelompok lain. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
SIKLUS II PERTEMUAN 2
Siswa menggambar denah/peta rumah ke sekolah. (concrete experience)
Siswa melakukan operasi hitung menggunakan skala dengan melengkapi soal
yang rumpang. (reflective observation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Siswa antusias untuk mengerjakan soal dari teman. (abstract conceptualization)
Siswa mengerjakan soal evaluasi. (active experimentation)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158