98
i PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY – TWO STRAY (TS-TS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI POKOK SEGI EMPAT KELAS VII C MTs TAQWAL ILAH TEMBALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan Ilmu Pendidikan Matematika Disusun Oleh : JUPRI 053511248 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

  • Upload
    buitram

  • View
    233

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY – TWO STRAY (TS-TS) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI POKOK SEGI EMPAT KELAS

VII C MTs TAQWAL ILAH TEMBALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Ilmu Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

JUPRI

053511248

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

ii

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

iii

ABSTRAK

Jupri (NIM: 3105248). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran 2009-2010. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo, 2010.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat (2) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010.

Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang. Obyek penelitian ini adalah di MTs Taqwal Ilah Tembalang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) yaitu kelas VII C yang jumlahnya ada 41 peserta didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri. Pengumpulan data menggunakan angket motivasi belajar dan tes evaluasi.

Data yang terkumpul dianalisis deskriptif sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar peserta didik mempunyai prosentase 50% dan rata-rata hasil belajar 59.63 dengan ketuntasan klasikal 49,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar peserta didik menjadi 45.56% dan rata-rata hasil belajar 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 81.51% dan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 75.17 dengan ketuntasan klasikal 85.36%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dengan sebelumnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS). Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada semua pihak (peserta didik, guru, orang tua) di MTs Taqwal Ilah Tembalang untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika dan dapat memberikan dorongan atau motivasi belajar kepada peserta didik untuk senantiasa meningkatkan motivasi belajar untuk bisa berprestasi dan berkompetisi dengan sehat.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang,10 November 2010 Deklarator,

JUPRI NIM. 053511248

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

v

MOTTO

..... 4 Ÿω ß#Ïk=s3 ムª!$# $²¡ø tΡ ωÎ) !$tΒ $yγ8 s?# u™ 4 ã≅ yèôfuŠ y™ ª!$# y‰÷èt/ 9 ô£ ãã # Z ô£ ç„ ∩∠∪

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar

apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan1

1Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya,

(Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 946.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

vi

PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis

sederhana ini yang telah memberi arti dalam hidupku kepada:

1. Bapak dan umi tercinta (Bpk Djayus Ilhammudin dan Ibu Parinem), hanya ini

yang baru bisa ku persembahkan. Terima kasih atas lantunan doa, motivasi,

keikhlasan, pengorbanan, kesabaran, dan ridho yang selalu mengiringi

langkahku hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah.

2. Kakak dan Adik tercinta (Nurhadi, Qoirul Anam, Abu Toyib, Ma’rifah,

Maimunah, Nur Afifah, dan si ragil Ahmad Khalim).

3. Keluarga BANI JAIZ terima kasih atas doa dan motivasi dari kalian sehingga

menghantarkan aku menuju gerbang kesuksesan.

4. NESHA (NUR MAZIYYATIN NISWAH), terima kasih atas cinta, kasih

sayang, motivasi, dan doa darimu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan

setia selalu menemaniku meniti masa depan. Yakinlah semua akan indah pada

waktunya. Jadi jangan menyerah dan terus berjuang.

Semoga Allah SWT membalas budi baik kalian, amin ….

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa kita

curahkan kehadirat beliau junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW,

keluarga, para sahabat dan pengikutnya, dengan harapan semoga kita

mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa

skripsi ini tidak akan mungkin terlesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan

dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang

telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan

kepada:

1. DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang merestui pembahasan skripsi ini

2. DR. H. Ruswan, M.A, dan Hj. Minhayati Shaleh, S.Si M.Sc., selaku

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.

3. Segenap civitas akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan

kesempatan untuk menambah ilmu.

4. Rofiur Rutab, M.Si selaku Kepala MTs Taqwal Ilah Tembalang, Wiwik

Ariyani S.Pd selaku guru pamong beserta stafnya yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian serta membantu mengarahkan dan

memberikan saran yang berharga dalam penelitian skripsi ini.

5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga dengan doa dan motivasimu sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat–sahabat terbaik dan terindah Irkham, Arifin, Etik Ndut, Sofa Y, Mas

Ari, Rohman, Faizal, Ima dan teman-teman anak Tadris Matematika

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

viii

khususnya Angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebut satu per satu, terima

kasih telah mengukir warna dalam kehidupan saya.

7. Keluarga Besar Kelompok Pekerja Teater Beta Tempat bernaung menjadi

rumah ke dua untuk mengolah rasa menebar kreasi.

8. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu, terimakasih telah ikut

mengolah rasa dan menebar kreasi dan membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Tidak ada yang peneliti kepada mereka selain untaian rasa terima kasih

dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka

dengan sebaik-baiknya. Amin.

Pada akhirnya peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan

skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

para pembaca pada umumnya.

Semarang,10 November 2010 Penulis,

JUPRI NIM. 053511248

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................... i

Abstrak................................................................................................... ii

Deklarasi................................................................................................ iii

Motto...................................................................................................... iv

Halaman Persembahan........................................................................ v

Kata Pengantar..................................................................................... vi

Pengesahan............................................................................................ viii

Daftar Isi................................................................................................ ix

Daftar Lampiran................................................................................... xi

Daftar Tabel dan Gambar.................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Penegasan Istilah .................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7

D. Perumusan Masalah............................................................... 7

E. Tujuan Penelitian................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

G. Kajian Pustaka...................................................................... 10

BAB II : LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori................................................................... 13

1. Belajar ................... .................................................... 13

2. Motivasi Belajar ........................................................ 15

3. Hasil Belajar Matematika .......................................... 24

4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 30

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray (TS-TS) ..................................................... 36

6. Segi Empat ................................................................ 43

7. Keterkaitan Teori dengan Judul.................................. 46

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

x

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ............................................................... 48

1. Model Penelitian ........................................................... 49

2. Rancangan Penelitian .................................................... 50

3. Sumber Data dan Jenis Data.......................................... 54

4. Kolaborator.................................................................... 55

5. Subyek Penelitian ......................................................... 56

6. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 56

7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................... 57

B. Teknik Pengumpulan data................................................... 57

1. Metode Angket atau Kuesioner .................................... 57

2. Metode Tes ................................................................... 58

3. Metode Observasi ......................................................... 58

4. Metode Wawancara ..................................................... 59

5. Metode Dokumentasi ................................................... 59

C. Metode Analisis Data........................................................... 60

D. Indikator Keberhasilan ........................................................ 63

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Siklus............................................................................. 64

B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ....................... 65

C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II ............................... 69

D. Pembahasan........................................................................ 72

1. Pra Siklus....................................................................... 72

2. Siklus I........................................................................... 72

3. Siklus II.......................................................................... 74

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan.............................................................................. 77

B. Saran-saran.................................................................... ...... 78

C. Penutup................................................................................ 78

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar di kelas bagi peserta didik tidak selamanya

berlangsung secara normal. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tersendat.

Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membosankan. Dalam hal ini

peserta didik dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi kadang

bisa juga menjadi rendah. Demikianlah realita yang sering dihadapi oleh guru

pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas.

Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah dengan

membangkitkan motivasi peserta didik, karena motivasi tersebut membawa

kepada senangnya peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas. Dengan tidak adanya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik untuk

mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas, peserta didik akan menjadi

malas belajar, sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan dari

pembelajaran yang diinginkan.

Dalam upaya pencapaian pendidikan yang berkualitas, pemerintah

telah mengubah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

sekolah yang efektif.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik

daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.2

1Sekolah efektif menurut Edmon adalah sekolah yang memiliki 5 ciri sebagai berikut; a. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, (strong principal leadership). b. Iklim sekolah yang aman dan kondusif, (safe and conducive school climak). c. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar, (empharis on the acquisition of basic skills). d. Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa, (teacher high expectation). e. Evaluasi belajar secara teratur, (frequency of evaluation).

Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm 34 2E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, hlm. 20.

1

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

2

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma baru

pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan

pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses

belajar-mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) guru diharapkan dapat menciptakan suasana baru di dalam

proses belajar mengajar, agar peserta didik lebih mudah untuk menerima

materi yang akan disampaikan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi, ada 5 pilar belajar dalam pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (a) belajar untuk beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan

menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara

efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e)

belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melakukan proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.3

Semua anak mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Dalam

Al- Qur’an surat Al-Isra’ ayat 84 dikatakan:

ö≅è% @≅ à2 ã≅ yϑ÷ètƒ 4’ n? tã ϵÏF n=Ï.$ x© öΝä3š/t� sù ãΝn=÷ær& ôyϑÎ/ uθèδ 3“y‰÷δ r& Wξ‹ Î6 y™ ∩∇⊆∪

Artinya: “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (QS: Al-Isra’:84).4 Belajar sudah menjadi kebutuhan pokok pada masa kini. Kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini telah menyebabkan informasi

dapat tersedia dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan akses yang mudah.

Hal ini menjadikan banyak perubahan serta perkembangan dari berbagai aspek

kehidupan. Perubahan ini tentunya perlu direspon dengan penyelesain

pendidikan yang profesional dan bermutu. Kualitas yang demikian sangat

3PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II 4Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/

Penafsir Al-Qur’an 1971), hlm. 437

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

3

diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil

agar bisa bersaing secara terbuka di era global.

Pembelajaran matematika khususnya pada materi segi empat, proses

belajar mengajar harus teliti, berani mencoba dan mengetahui rumus serta

bagian-bagianya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru

matematika kelas VII pada tanggal 24 November 2009, didapatkan informasi

bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan proses

pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah masih

dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada

waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan malah

cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi tugas,

peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah

mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik, metode

yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena metode ini

cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik

dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan duduk,

mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara

aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang

mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas terasa

membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata pelajaran

matematika. 5

Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari

matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu

merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di

dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengerjakan soal, mereka

sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa berusaha

untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain yang

menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik

5Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

4

tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidak minatan peserta

didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama. Itu pertanda

anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi

yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh

karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat

keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara

mengajar.

Masalah ini membuat guru harus memilih metode dan model

pembelajaran yang tepat dan menyenangkan agar suasana di dalam proses

pembelajaran dapat lebih menarik dan materi yang disampaikan dapat tercapai

sesuai dengan yang diinginkan.6

Namun, dalam kenyataannya di MTs Taqwal Ilah ini memiliki

permasalahan-permasalahan.

1. Masalah yang dihadapi oleh peserta didik:

a. Pada waktu pembelajaran berlangsung ada yang mengantuk,

mengobrol, ijin keluar, bengong, sehingga suasana kelas tidak

kondusif.

b. Peserta didik menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit,

terbukti pada waktu diberi tugas, peserta didik hanya mencontek

tanpa mau memahami langkah-langkah mengerjakannya.

c. Aktifitas dan motivasi belajar peserta didik kurang berkembang.

Ada beberapa peserta didik pasif saat diadakan diskusi kelompok.

Misalnya, keberanian peserta didik untuk bertanya kepada guru dan

maju mengerjakan soal-soal di depan tak lebih dari 3 anak

d. Tidak semua peserta didik di MTs Taqwal Ilah memiliki minat

yang sama di bidang matematika

6Amin suyitno, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di

MTs, (Semarang: FMIPA UNNES, 2007), hlm.1.

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

5

2. Masalah yang dihadapi oleh guru:.

Guru belum menemukan cara mengajar yang efektif untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII di

bidang matematika.

Jadi, dengan adanya hal tersebut guru matematika di MTs Taqwal Ilah

harus berkolaborasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang

efektif. Sehingga dalam penerapannya para guru harus melakukan perubahan

model pembelajaran yang tepat sasaran dan mampu meningkatkan hasil

belajar. Strategi pembelajaran semestinya mengembangkan kemampuan dasar

peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik, efektif dan

efisien dalam suasana akrab dan menyenangkan. Sehingga akan

membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik

terhadap mata pelajaran matematika. Untuk itu peneliti menerapkan salah satu

strategi model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu model

Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe “Two Stay Two Stray (TS-TS)”

Dengan karakteristik7 peserta didik tingkat SMP/ MTs yang

mempunyai rasa ingin tahu dan cenderung untuk berkelompok dalam

menyelesaikan masalah maka strategi pembelajaran Two Stay Two Stray akan

menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif. Sedangkan Two Stay

Two Stray adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim

cooperative untuk membantu para peserta didik dalam mempelajari dan

memahami materi pelajaran.8 Kegiatan ini meliputi diskusi kelompok, aktifitas

kelompok terstruktur, studi kasus dan simulasi.

Pengambilan materi segi empat, karena materi tersebut sering

ditemukan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dan memerlukan

pemahaman konsep, penalaran dan ketelitian. Dalam materi tersebut terdapat

7Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain (Membangun Karakter oleh Andrias Harefa, seorang trainer dan penulis 30 buku laris., sedangkan karakterisitik merupakan ciri khusus dari individu seperti jenis kelamin, pendidikan dan agama (www.goodreads.com)

8Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2007), Cet. 5, hlm. 55

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

6

variasi soal dan rumus sehingga peserta didik harus pandai menganalisanya.

Hasil yang diperoleh peserta didik kurang dari nilai KKM yang ditentukan

sebesar 65. Hal tersebut berdasarkan data nilai dari ibu Wiwik Ariyani, nilai

harian kelas VII C tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik

untuk materi pokok segi empat masih rendah yaitu 59. sedangkan nilai rata-

rata peserta didik kelas VII tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59.9

Dalam rangka memecahkan masalah yang ditemukan di MTs Taqwal

Ilah di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan

judul ” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two- Stray

(TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi

Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran

2009/2010”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul diatas

dan demi menghindarkan dari bermacam-macam penafsiran, maka penulis

memberikan penjelasan tentang pengertian beberapa kata yang tercantum

dalam judul sehingga diketahui arti dan makna dalam pembelajaran yang

diadakan. Beberapa istilah yang terdapat dalam judul diatas adalah sebagai

berikut:

1. Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerangkan bahwa

penerapan adalah satu proses menerapkan (hal mempraktikkan).10 Hal ini

merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran di

kelas.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah–langkah

pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari

9Wawancara dengan ibu Wiwik Ariyani pada tanggal 24 November 2009 10Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.

Balai Pustaka, 2005), hlm. 1180.

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

7

hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif

dan efisien.11

3. Kooperatif Two Stay Two Stray.

Dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia, stay berarti “tinggal,

penundaan, ruji, penupang”12, stray berarti “sesat, nyasar, datang,

menyimpang”13 dan two berarti “dua”.14

Two Stay Two Stray merupakan struktur dua tinggal dua tamu yang

di kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang memberikan

kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi

dengan kelompok lain.15

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar. Hasil

belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengajar guru

dan belajar siswa. Hasil belajar meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik.16

5. Meningkatkan

Berasal dari asal kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat,

taraf), mempertinggi, memperhebat. Mendapat awalan “me” dan akhiran

“an”, yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik.17

6. Motivasi

Motivation is often defined as any internal condition that initiates, guides, and maintains a response. Motivation is inferred from antecedent conditions and consequent responses.18

11Amin Suyitno, Opcit, hlm. 1.

12John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 554.

13Ibid, hlm. 560, 14Ibid, hlm. 609. 15Anita lie, Opcit , hlm. 61 16Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,

(Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007), hlm. 115. 17WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 2006),

cet. 3, hlm. 1280-1281 18Arno F. Wittig, Ph.D, Psychology of Learning, (United States of Amerika:McGrawHill,

1981), hlm 218

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

8

Mengandung arti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara

sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu.19

Menurut Mc. Donald "motivation is an energy change within the

person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”.

“Istilah motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan”.20

7. Peserta Didik

Merupakan subjek belajar, sebab anak didik adalah sentral kegiatan

dan pihak yang mempunyai tujuan. Komponen-komponen yang lain

adalah faktor pendukung. Jadi yang aktif adalah anak didik.21

8. Segi empat

Bangun sederhana yang bersisi empat yaitu; persegi panjang,

persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang.22

Dalam hal ini peneliti mengkaji pada Kompetensi Dasar 6.3 yaitu;

menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta

menggunakan dalam pemecahan masalah. Dengan indikator yang dipilih

yaitu:

a. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi

panjang.

b. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi.

c. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas jajar genjang.

19Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai

Pustaka, 2001), hlm; 756 20Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cetakan Kedelapan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), hlm; 158 21 Sardiman, op.cit, hlm.121

22Atik wintarti, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2008.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

9

C. Pembatasan Masalah

Tepat atau tidak penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay- To Stray (TS-TS) pada materti pokok segi empat untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah

Tembalang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang

menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two

stray (TS-TS) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik

materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah?

2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran tipe two stay-two stray (TS-

TS) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C

MTs Taqwal Ilah?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini, memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII C MTs

Taqwal Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS).

2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal

Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

10

1. Bagi Guru

a. Menambah alternatif strategi pembelajaran yang dapat

Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan

masalah segi empat.

b. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses

pembelajaran secara langsung dalam PTK untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

2. Bagi Peserta Didik

a. Meningkatkan keaktifan peserta didik.

b. Menumbuhkan sikap gotong royong dan kerja sama dalam

kelompok.

c. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

mengemukakan dan menghargai pendapat orang lain.

d. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan

masalah segi empat.

3. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga bagi

sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses

pembelajaran matematika yang lebih efektif.

b. Sekolah menjadi objek dalam PTK akan memperoleh hasil

pengembangan ilmu.

4 Bagi Peneliti

a. Memberi bekal agar peneliti sebagai calon guru matematika siap

melaksanakan berbagai model pembelajaran di lapangan, sesuai

kebutuhan lapangan agar dapat meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar.

b. Memiliki wawasan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan

dalam pendekatan mengajar matematika.

c. Menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang

pendidikan.

d. Membuat lebih percaya diri.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

11

G. Kajian Pustaka

Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto

kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun

kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang

terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang

membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang, baik

dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan lainnya maka penulis

akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang suda ada. Ada beberapa

bentuk tulisan penelitian yang akan penulis paparkan.

Penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk tulisan yang penulis

temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi pembahasannya

dengan skripsi yang akan penulis susun. Untuk menghindari duplikasi atau

pengulangan penulisan skripsi. Penulis menyertakan telaah pustaka yang

berkaitan dengan penelitian tindakan yang sedang penulis tulis ini.

Ada 2 karya penelitian yang telah peneliti temukan yaitu skripsi

tentang two stay-two stray dan skripsi yang menggunakan metode penelitian

tindakan, yaitu :

1. Skripsi Uswatun Khasanah, Uswatun. 2009. Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (Dua Tinggal

Dua Tamu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Fisika Peserta didik Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang.

Skripsi. Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA

Universitas Negeri Malang.

2. Skripsi Tri Dana Wahyuningsih 2009. Eksperimentasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS) Dan

Team Assisted Individualizasion (TAI) Ditinjau Dari Motivasi

Belajar Matematika Peserta didik (Pada Kelas V11 SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta), Jurusan Ilmu Pendidikan dan

Keguruan Matematika, Universitas Muhamadiyah Surakarta

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

12

Menurut analisa penulis, dari berbagai kajian yang telah penulis

sebutkan di atas belum ada yang membahas tentang peningkatan motivasi

belajar dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat. Oleh karena

itu layak kiranya jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian

yang akan disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat

memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan dan

melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti diharapkan

menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah khususnya pada

pelajaran matematika.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Beberapa pengertian mengenai belajar:

Menurut kamus Oxford Learner’s Pocket : Learning is

knowledge gained by study. (belajar adalah pengetahuan yang didapat

dari belajar).1

Belajar merupakan perubahan kelakuan (a change in behavior),

seperti pendapat Ernes R. Hilgrad yang dikutip olah Amin Riyanto:

“Learning is the process by which an activity originates or is Changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”, (seseorang belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau apabila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari sebelum itu).2

Writing dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan

belajar sebagai berikut:

Any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as result of experience. (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman).3

Sedangkan menurut Slameto, belajar yaitu suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar

1Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2003), hlm.

244. 2Amin Riyanto, Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, (Bandung;

YAPEMDO, 2003), hlm. 2. 3Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005), hlm. 90, Cet. 11.

13

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

14

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperopleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.4

Batasan-batasan diatas secara umum bisa disimpulkan, belajar

adalah perubahan tingkah laku yang secara relatif tetap yang terjadi

karena latihan dan pengalaman.

Sebagimana sabda Rosulullah SAW:

:قال ,وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول ان, عنه اهللا رضي هريرة بىأ وعن

)الجنة الى طريقا به له اهللا سهل علما فيه يلتمس طريقا سلك ومن (

)مسلم رواه(

“Dari Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

Barang Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka, maka Allah akan memudahkan baginya menuju surga. (HR. Muslim)”5

b. Prinsip – prinsip Belajar

Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO

melalui 4 pilar pendidikan (1996) yaitu:

1) Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi

kepada produk/hasil belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada

proses belajar.

2) Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar

mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,

akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan

kompetensi.

3) Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.

4Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

1995), hlm. 2. 5Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, Ringkasan Riyadhus Shalihin terjemahan Imam Nawawi

(Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 55.

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

15

4) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah

membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kata

lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai

individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungjawab

sebagai manusia. 6

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti

“menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi

berkembang.

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar

Mengajar menerangkan bahwa motivasi adalah perubahan energi

dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.7

Sedangkan Martinis Yamin dalam bukunya Strategi

Pembelajaran Berbasis Kompetensi menjelaskan motivasi belajar

merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk

dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan

pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk

tercapainya suatu tujuan.8 Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan

yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan

sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik

manakala peserta didik merasa membutuhkan (need). Peserta didik

yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi

kebutuhannya.9

6Wina Sanjaya, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 335. 7Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.158. 8Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2006), hlm. 80. 9Wina Sanjaya, Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Prenada Media, 2007), hlm. 135.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

16

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Setidak – tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh

sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak

subtansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang

dimaksud yaitu (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi,

(5) Kompetensi, (6) Penguatan.

Berikut disajikan secara ringkas untuk memperhatikan

bagaimana masing–masing faktor motivasi memiliki pengaruh kuat

terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor–

faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika guru merancang strategi

motivasi dalam pembelajaran.

1) Sikap

Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar

peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam

merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku

yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap

merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui

proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku

peran (guru-murid, orang tua–anak, dan sebagainya). Karena sikap

itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi atau diubah. Seorang

guru harus meyakini sikapnya akan memiliki pengaruh aktif

terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran.

2) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami individu

sebagai sesuatu kekuatan internal yang memandu peserta didik

untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan

kebutuhan, semakin besar perasaan yang menekan dalam

memenuhi kebutuhannya. Keinginan biasanya mengarahkan pada

kepuasan atau kenikmatan. Apabila peserta didik membutuhkan

atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

17

sangat termotivasi. Guru menumbuhkan motivasi belajar

berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik.

3) Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau

pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat

aktif. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi

kebutuhan belajar peserta didik apabila peserta didik tidak

memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan

terjadi pada peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi

yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap

peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan

memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun

apabila mereka tidak menemukan proses yang merangsang, maka

perhatiannya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang

mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk

belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran.

4) Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional

(kecemasan, kepedulian dan kepemilikan) dari individu atau

kelompok pada waktu belajar. Peserta didik merasakan sesuatu saat

belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasi

perilakunya kepada tujuan. Guru hendaknya memahami bahwa

emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan

juga mempengaruhi cara berfikirnya. Afeksi dapat menjadi

motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu

kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong

peserta didik bekerja keras. Integritas emosi dan berfikir peserta

didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi

kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan

kegiatan belajar yang efektif.

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

18

5) Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk

memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi

mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah bekerja keras

untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara afektif. Di dalam

pembelajaran, rasa kompetensi pada peserta didik itu akan timbul

apabila menyadari bahwa pengetahuan atau yang diperoleh telah

memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila peserta didik

mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah

dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini datang dari

kesadaran peserta didik bahwa dia secara intensional telah

menguasai apa yang telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan

dan usahanya sendiri.

Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah

saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada

kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan

emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai ketrampilan

dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu

selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat

menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.

6) Penguatan

Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah

prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa

yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.

Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang

dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan

positif atau negatif. Penggunaan penguatan yang efektif, seperti

penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian,

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

19

penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel

penting didalam perancangan pembelajaran. 10

c. Jenis–Jenis Motivasi Belajar

Adapun jenis–jenis motivasi menurut Martinis Yamin

dibedakan menjadi dua jenis, masing–masing adalah:

1) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang

tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara

mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa

bentuk motivasi belajar diantaranya adalah ; (1) Belajar demi

memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman

yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material

yang disajikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar

demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua

dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang

atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/ golongan

administratif.

2) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai

diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan

dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai

suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu–satunya jalan adalah

belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subjek

belajar.11

Ada empat kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh

seorang guru dalam usaha menghasilkan pembelajaran yang menarik,

10Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT UNNES, 2006), hlm. 158-165,

Cet. 3. 11Martinis Yamin, Op.Cit, hlm. 85-86.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

20

bermakna, dan memberikan tantangan. Keempat kondisi motivasional

tersebut adalah:

1) Perhatian (Attention)

Perhatian peserta didik muncul didorong rasa ingin tahu.

Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan,

sehingga peserta didik akan memberikan perhatian, dan perhatian

tersebut terpelihara selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu

ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen–elemen yang

baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau

kompleks. Apabila elemen–elemen seperti itu dimasukkan dalam

rancangan pembelajaran, hal ini dapat merangsang rasa ingin tahu

peserta didik. Namun perlu diperhatikan agar rangsangan tersebut

tidak berlebihan, sebab akan menjadikan rangsangan hal biasa dan

kehilangan keefektifannya.

2) Relevansi (Relevance)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi

pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka

menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi,

atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan

pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu

motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Nilai motif

pribadi (personal motive value), menurut Mc Mlelland mencakup

tiga hal, yaitu:

a) Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement),

b) Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan

c) Kebutuhan untuk berfasilisasi (needs for affiliation).

3) Kepercayaan diri (Confidance)

Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi

untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip

yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan meningkat sejalan

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

21

dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini

seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang

lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman

sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang

membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman

sukses tersebut akan memotivasi peserta didik untuk mengerjakan

tugas berikutnya.

4) Kepuasan (Satisfaction)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan

menghasilkan kepuasan, dan peserta didik akan termotivasi untuk

terus berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan

karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang

diterima, baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar peserta

didik. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik,

guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement)

berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.12

d. Cara Menggerakkan atau Membangkitkan Motivasi

Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik

mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu

menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.13 Guru dapat

menggunakan berbagai cara menggerakkan atau membangkitkan

motivasi belajar peserta didiknya, antara lain ialah sebagai berikut:

1) Memberi angka

Peserta didik yang mendapat angka baik akan mendorong

motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya bagi yang

mendapat nilai jelek akan frustasi atau dapat juga menjadi

pendorong agar belajar lebih baik.

12Ibid, hlm. 48. 13Ibid, hlm.29.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

22

2) Pujian

Pemberian pujian kepada yang telah peserta didik lakukan

dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.

3) Hadiah

Pemberian kepada peserta didik yang berprestasi di berbagai

bidang besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.

4) Kerja Kelompok

Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam

belajar, setiap anggota kelompok kadang-kadang ada perasan untuk

mempertahankan nama baik kelompok, hal itu menjadi pendorong

yang kuat dalam perbuatan belajar.

5) Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan

motif-motif sosial kepada peserta didik. Hanya saja persaingan

individu akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

6) Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan peserta didik.

7) Sarkasme

Ialah dengan jalan mengajak peserta didik yang memiliki

hasil belajar yang kurang. Hal ini mendorong kegiatan demi nama

baiknya, ataupun sebaliknya, karena peserta didik merasa dihina

sehingga memungkinkan timbilnya konflik antara guru dan peserta

didik.

8) Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong peserta didik

belajar.

9) Karyawisata dan ekskursi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi peserta didik.

10) Film pendidikan

Hal ini dapat menambah pengalaman baru dan menarik

perhatian serta minat peserta didik.

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

23

11) Belajar melalui radio. 14

Paling sedikit terdapat empat cara yang dapat dilakukan guru

untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:

kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu,

mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat

belajar peserta didik.15

Seringkali peserta didik yang tergolong cerdas tampak bodoh

karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik

mungkin. Misalnya, karena keadaan lingkungan yang mengancam,

perasaan takut diasingkan oleh kelompok bila peserta didik berhasil,

atau karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri peserta didik sendiri

kurang atau tidak ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada

diri peserta didik cukup mempengaruhi kemampuan intelektual peserta

didik agar dapat berfungsi secara optimal.

Saran–saran untuk membantu mengurangi hambatan

kemampuan intelektual:

1) Hendaknya pengajar turut memperhatikan kondisi kesehatan fisik

peserta didik.

2) Membantu pengembangan sifat – sifat positif pada diri peserta

didik seperti rasa percaya diri dan perasaan dihargai.

3) Memperbaiki kondisi motivasi peserta didik. Melalui pemberian

inisiatif atas keberhasilan peserta didik (dapat berupa pujian, angka

yang baik), guru membantu meningkatkan motivasi peserta didik

sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan usaha

pencapaian tujuan pengajaran lebih lanjut.

4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi peserta

didik. Melalui pemberian kesempatan melaksanakan tugas–tugas

yang relevan, misalnya di dalam kelompok diskusi, dimuka kelas,

14Oemar Hamalik, Op. Cit, hlm 166-168. 15E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 85.

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

24

dan lain–lain, memungkinkan kesempatan yang lebih baik bagi

peserta didik untuk belajar.

5) Memberikan rangsangan belajar sebanyak mungkin. Misalnya,

melalui penyajian sejumlah masalah yang bervariasi, pengajuan

pertanyaan-pertanyaan yang merangsang suatu pemikiran. 16

3. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Hasil Belajar

Chatarina Tri Anni dalam bukunya Psikologi Belajar

mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku

yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada

apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila

pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan

perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam

pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar

setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan

pembelajaran.17

Benyamin S. Bloom mengemukakan tiga taksonomi yang

disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotorik.18 Belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam

pengertian banyak hubungannya denga tujuan pengajaran), Gagne

mengemukakan 5 jenis/ 5 tipe hasil belajar yakni:

1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif).

2) Belajar informasi verbal.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual.

4) Belajar sikap.

5) Belajar ketrampilan motorik. 19

16Slameto, Op.Cit, hlm. 136. 17Chatarina Tri Anni, Op.Cit, hlm.5, Cet.3. 18Ibid, hlm. 7 19Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm. 288.

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

25

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran menurut definisi Oemar Hamalik adalah “suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal

material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”20

Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu guru dan

peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu

mengajar dan belajar (teaching dan learning). Jadi pembelajaran telah

mencangkup belajar. “Istilah pembelajaran merupakan perubahan

istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar

(PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM).”21 Dengan demikian

pembelajaran didefinisikan interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan secara relatif permanen di

dalam tingkah laku yang tampak sebagai hasil pengalaman. Adanya

kesimpulan dari pembelajaran dapat didefinisikan pembelajaran

matematika merupakan suatu kegiatan interaksi dalam kegiatan belajar

mengajar antara peserta didik, guru dan lingkungan sekitar dalam

menguasai beberapa kompetensi matematika yang ada.

Beberapa pendapat mengenai pengertian matematika

diantaranya, menurut Hudoyo:

Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif.”22

Menurut Sujono dalam bukunya Abdul Halim Fathani, “matematika

adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara

20Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.

57 21Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail

Media Group, 2008), hlm.9 22Techonly 13, “Proses Belajar Matematika Dan Hakekat Matematika”, http://techonly

13.wodpress.com/2009/07/04/proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/, yang diakses pada hari rabu, 10 Desember 2010

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

26

sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan

tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan

bilangan.”23 Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur-

struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara

terorgorganisasi menurut urutan yang logis dan sistematis.

Dengan beberapa sudut pandang para ilmuwan dalam

mendefinisikan matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa

karakteristik matematika sebagai berikut.24

a. Memiliki objek yang abstrak.

b. Bertumpu pada kesepakatan.

c. Berpola pikir deduktif.

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan.

f. Konsisten dalam sistemnya.

Pembelajaran matematika ini sudah harus dikenalkan kepada

peserta didik mulai dari SD sampai SMA bahkan juga di perguruan

tinggi. Cornelius mengemukakan pentingnya belajar matematika

adalah:25

a. Sarana berpikir yang jelas dan logis.

b. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.

d. Sarana untuk mengembangkan kreativitas.

e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan

budaya.

Dalam mengajarkan matematika seorang guru matematika yang

professional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat

23Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakatra: Ar-Ruzz

Media,2009), hlm.19 24R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,1990), hlm. 13. 25Mulyono Abdurrahman, op.cit., hlm. 253.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

27

dipakai dalam perencanaan dan pelaksnaan pembelajaran matematika.

Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan

untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika,

diantaranya yaitu:26

a. Teori Thorndike

Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang

memandang peserta didik selembar kertas putih, penerima

pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif.

Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap

pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan

dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat,

mengkomunasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa

mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedut baru.

Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin

banyak latiha. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak

memberi praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan

prosedur dapat mereka kuasai dengan baik.

b. Teori Jean Piaget

Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap

tingkat perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan

pelajaran matematika diberikan, terutama untuk mnyesuaikan

keabstrakan bahan matematika dengan kemampuan berpikir

abstrak anak pada saat itu. Penerapan teori Piaget dalam

pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan materi baru

pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang

telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam

memahami materi baru.

26Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2008), hlm. 8.

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

28

c. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky berusaha mengembalikan model

konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar

kelompok. Melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh

pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru

sebagai fasilitator. Dengan kegiatan yang beragam, peserta didik

akan membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, tanya

jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan, dan

presentasi.

d. Teori George Polya (pemecahan masalah)

Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan

meningkatkan pembelajaran matematika sehingga peserta didik

mempunyai pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam

ketika menghadapi suatu masalah.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

perlu ditentukankan satu terobosan alternatif, yaitu sebuah

terobosan pendekatan pembelajaran matematika, menurut Mutadi

dalam bukunya terobosan-terobosan tersebut yaitu sebagai

berikut27:

a. Membuat pelajaran matematika hadir ke tengah peserta didik

bukan sebagai sesuatu yang abstrak dan menakutkan, melainkan

sebagai sesuatu yang berangkat dari kehidupan peserta didik itu

sendiri,

b. Memberikan satu permasalahan yang menantang untuk

didiskusikan dan diselesaikan menurut cara berfikir meraka,

c. Memberikan kesempatan untuk bekerjasama dan beradu

argumentasi dalam memecahkan masalah dalam kelompok

belejarnya,

27Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat

Tenaga Teknis Keagamaan Depag Bekerjasama dengan Ditbina Widyaiswara LAN-RI, 2007)., hlm. 2-3.

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

29

d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mempresentasikan hasil pemikiran-baik pribadi maupun

kelompok- di depan kelas,

e. Memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pembelajaran

matematika.

Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila

seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran

dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Adapun

komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar meliputi

tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat

dan sumber, serta evaluasi.28

c. Pengertian Matematika

Kata “matematika” berasal dari Yunani yaitu “mathematike”

yang berarti “reating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata

“mathema” yang artinya “pengetahuan atau ilmu (knowledge,

science)” dan “mathein” yang mengandung arti “belajar (berfikir)”.29

Menurut Erman Suherman, matematika adalah ilmu yang

dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Matematika itu ilmu

tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak,

ketat dan sebagainya.30

Sedangkan Soedjadi dalam bukunya Kiat Pendidikan

Matematika di Indonesia menyajikan beberapa definisi atau pengertian

matematika diantaranya adalah:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisir secara sistematik.

28 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 48.

29Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:UNM, 2003), hllm. 43.

30Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Malang: UPI, 2003), hlm. 15.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

30

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan. 31

d. Karakteristik dan Tujuan Pendidikan Matematika

1) Ada beberapa karakteristik matematika diantaranya yaitu:

a) Memiliki objek kajian abstrak

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah

abstrak. Objek–objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar

itu meliputi fakta yang bersifat abstrak (berupa konvensi–

konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu), konsep/ide

abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau

mengklarifikasikan sekumpulan objek), operasi abstrak

(pengerjaan hutang, aljabar dan pengerjaan matematika yang

lain), dan yang terakhir yaitu prinsip (objek matematika yang

komplek).

b) Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan

yang amat penting karena untuk menentukan aksioma agar

dalam membuktikan tidak berputar–putar. Selain digunakan

untuk menentukan aksioma juga digunakan untuk konsep

primitif agar dalam mendefinisikan itu jelas sehingga tidak

terjadi perselisihan dan perbedaan.

c) Berpola pikir deduktif

Dalam matematika berpola pikir deduktif, maksudnya

yaitu matematika berpangkal dari aksioma yang bersifat umum

dapat dituturkan hingga memperoleh sifat–sifat khusus.

Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan

31Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini

Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 2000), hlm. 11.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

31

pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian

deduktif.32

d) Memiliki simbol yang kosong dari arti

Banyak sekali simbol–simbol yang digunakan dalam

matematika baik berupa huruf maupun simbol yang lain.

Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model matematika

itu justru memungkinkan “intervensi” matematika kedalam

berbagai pengetahuan. Makna huruf dan tanda itu tergantung

dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model

itu.

e) Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti simbol–simbol dan

tanda-tanda dalam model matematika tersebut maka dalam

matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu

dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol–

simbol diartikan bilangan.

f) Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem

yang mempunyai ikatan dan ada yang dapat dipandang terlepas

satu sama lain namun tidak ada satupun sistem yang

bertentangan atau kontradiksi dengan sistem tersebut. 33

2) Tujuan Pendidikan matematika

Tujuan pendidikan matematika dibagi menjadi dua yaitu

tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

a) Tujuan matematika secara umum adalah:

(1) Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi

perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang

selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar

32Erman Suherman et. al, Op. Cit, hlm. 18. 33Soedjadi, Op. Cit,hlm. 18.

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

32

pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan

efisien.

(2) Mempersiapkan peserta didik agar dapat maenggunakan

matematika dan pola fikir matematika dalam kehidupan

sehari – hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan.

b) Tujuan matematika secara khusus adalah:

Dalam GBPP matematika untuk pendidikan dasar

memiliki tujuan khusus yaitu:

(1) Menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan

sehari–hari.

(2) Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika.

(3) Memiliki pengetahuan matematika sebagai bakal untuk

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

(4) Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki

sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta

menghargai kegunaan matematika.34

e. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar diantaranya:

1) Internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani peserta didik.

2) Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan

di sekitar peserta didik.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang

34Ibid, hlm. 43.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

33

digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran.35

Nana Sudjana dalam bukunya Dasar – dasar Proses Belajar

Mengajar mengatakan jika hasil belajar yang dicapai peserta didik

dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta

didik itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau

faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama

kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar

sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping itu

juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian,

sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik

dan psikis.

Sedangkan salah satu faktor lingkungan belajar yang paling

dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas

pengajaran(tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar

mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran).36

Adapun menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor internal, terdiri dari:

a) Faktor fisiologi: keadaan jasmani yang segar dan berfungsinya

panca indera.

b) Faktor psikologis: adanya sifat ingin tahu, adanya sifat kreatif

dan adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang tua,

guru, dan teman–temannya.

2) Faktor eksternal, yang meliputi:

a) Faktor non sosial seperti: keadaan udara, suhu udara, cuaca,

waktu, tempat, dan alat yang dipakai untuk belajar.

35Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm.132. 36Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru

Algensindo, 2000), hlm.39–40.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

34

b) Faktor sosial seperti: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,

dan masyarakat. 37

f. Alat –alat Bantu untuk Mengukur Hasil Belajar

Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah

satu mata rantai yang menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran

peserta didik.

Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar–dasar Evaluasi

Pendidikan menjelaskan, tes adalah suatu percobaan yang diadakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil pembelajaran pada setiap

atau sekelompok peserta didik. Ada dua macam yaitu pretes dan post

tes (tes formatif).38

Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan bukan tes. Bentuk tes ada

yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ini dapat

dilakukan secara individu maupun kelompok, ada juga tes tertulis

(menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini disusun secara

objektif dan uraian, serta tes tindakan (menuntut jawaban dalam

bentuk perbuatan).

Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaiannya mencakup

observasi, kuesioner, wawancara, skala sosiometri dan studi kasus.39

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Soekamto,dkk mendefinisikan model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

37Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hlm.

249. 38Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

hlm. 36, Cet. 3. 39Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2009), hlm. 5, Cet. 13.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

35

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.40 Pemilihan model

pembelajaran ini mempunyai peranan penting dalam menyampaikan

materi bahan ajar kepada peserta didik dan mampu menciptakan

komunikasi dua arah sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

Proses pembelajaran dengan model ini menerapkan prinsip

belajar kooperatif yaitu proses belajar yang berbasis kerjasama.

Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar peserta didik dan

antar komponen – komponen di sekolah, termasuk kerjasama sekolah

dengan orang tua peserta didik dan lembaga terkait.41

Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang diterapkan dalam pengajaran. Mutadi

mendefinisikan pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim

untuk memecahkan masalah, melengkapi latihan atau untuk mencapai

tujuan tertentu.42

Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam penulisannya yang

berjudul “Cooperative Learning” menyatakan cooperative learning is

a successful teaching strategy in which small teams, each with students

of different levels of ability, use a variety of learning activities to

improve their understanding of a subject.43 Pembelajaran kooperatif

adalah salah satu strategi mengajar yang baik dengan dalam kelompok

kecil, dimana tingkat kemampuan setiap peserta didik berbeda,

40Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2007), hlm.5 41Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran, (Semarang, UPT MKK UNNES, 2006), hlm. 94,

Cet.4. 42Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga

Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007), hlm.35 43Spencer Kagan,”Coopoerative Learning”, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative

learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010.

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

36

menggunakan sebuah variasi dalam aktivitas pembelajaran untuk

meningkatkan pemahaman mereka pada materi.

Pengelompokan memberi kesempatan kepada peserta didik

untuk bekerjasama satu dengan yang lain, yang merupakan kesempatan

untuk merencanakan, menyimpulkan/menganalisis dalam suasana yang

lebih baik. Lebih–lebih lagi, suatu kelompok kecil membuat anak–

anak yang berbeda sifat dan kemampuannya saling berinteraksi

(misalnya, para sahabat, anak yang suka menyendiri, anak yang pandai

berbicara, pecinta mesin, suaatu gabungan berbagai kemampuan).

Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu satu sama lain.

Seperti firman Allah SWT:

… (#θ çΡuρ$ yès?uρ ’n? tã Îh�É9 ø9 $# 3“uθ ø)−G9 $#uρ ( Ÿωuρ (#θ çΡuρ$ yès? ’ n?tã ÉΟøOM}$#

Èβ≡ uρô‰ãè ø9 $#uρ....

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran .44

Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan

digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak

didik. Hal ini disadari, bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo

socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan

dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik.

Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka

masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.

Anak didik yang dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam

44Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya,

(Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 142.

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

37

kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan

kelebihan.45

Berdasarkan kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif

biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Ada beberapa faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam menentukakn besarnya kelompok

belajar, yaitu (1) kemampuan anak, (2) ketersediaan bahan, (3)

ketersediaan waktu. Kelompok belajar hendaknya sekecil mungkin

agar semua anak aktif menyelesaikan tugas–tugas mereka.46

b. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang berbeda,

tetapi semuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama. Salah satu ciri

dasar yang dimaksud adalah bahwa ketika peserta didik melakukan

pekerjaan dalam grupnya, mereka lakukan dengan saling bekerjasama

(they work cooperative).

Ciri-ciri dasar lainnya adalah:

1) Setiap anggota dalam sebuah grup harus menerima bahwa mereka

adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan tertentu.

2) Setiap anggota dalam grup harus menyadari bahwa permasalahan

yang mereka pecahkan adalah permasalahan grup.

3) Untuk menyelesaikan/melengkapi tugas kelompoknya, setiap

peserta didik harus berbicara satu dengan yang lain terlibat aktif

dalam mendiskusikan setiap permasalahan.

4) Yang perlu dijelaskan pada semua orang adalah bahwa hasil

pekerjaan setiap anggota memiliki andil yang besar dalam

sukses/tidaknya sebuah grup.47

45Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 7. 46Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), 125. 47Mutadi, Op. Cit, hlm. 35-36.

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

38

Sistem pengajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem

kerja/belajar kelompok yang terstruktur yang termasuk di dalam

struktur ini adalah lima pokok yaitu:

1) Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha

setiap anggotanya. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang

unik. Setiap peserta didik mendapat nilainya sendiri dan nilai

kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap

anggota. Untuk menjagaa keadilan, setiap anggota

menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka. Beberapa

peserta didik yang kurang mampu tidak akan minder terhadap

rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan.

Malah mereka akan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan

demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, peserta didik yang

lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya

yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan

mereka. 48

Untuk terciptanya kelompok yang efektif, setiap anggota

kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan

tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan

kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat

ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa

diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan

tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari

masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok diharapkan

mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan

tugasnya.49

48Anita lie, Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas), (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 32.

49Wina Sanjaya, Op. Cit, hlm. 246, Cet.3.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

39

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang

pertama. Jika tugas dan pola pemikiran dibuat menurut prosedur

model pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik akan meras

bertanggungjawab melakukan yang terbaik.

3) Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesmpatan untuk bertemu

muka dan diskusi, kegiatan interaksi ini akan memberikan para

pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk

saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap

muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan

peserta didik mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 50

c. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

1) Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas

pembelajaran kooperatif diantaranya:

a) Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety)

- menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.

50Anita lie, Op.Cit, hlm.35.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

40

- menggantikan bentuk persiangan (competition) dengan

saling kerjasama (cooperation).

- melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.

b) Belajar melalui komunikasi (learning through comunication) ,

seperti:

- Mereka dapat berdiskusi, berdebat, menuangkan gagasan,

konsep dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.

- Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggungjawab

(take responbility) terhadap teman lain dalam proses

belajarnya.

- Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate)

perbedaan etnite (ethnicity), perbedaan tingkat kemampuan

(performance level), dan cacat fisik (disability).

c) Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik

dapat belajar bersama, saling membantu, mengintegrasikan

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ia miliki, dna

menemukan pemahamannya sendiri lewat eksplorasi, diskusi,

menjelaskan, mencari hubungan dan mempertanyakan gagasan-

gagasan baru yang muncul dalam kelompoknya.

d. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai strategi

pembelajaran:

1) Terhambatnya cara berpikir peserta didik yang mempunyai

kemampuan lebih terhadap peserta didik yang kurang.

2) Memerlukan periode lama.

3) Sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami belum seluruhnya

dicapai peserta didik. 51

51Mutadi, Op.Cit, hlm. 37.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

41

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS)

a Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two

Stray (TS-TS)

Metode Two Stay Two Stray merupakan metode dua tinggal

dua tamu. Menurut Agus Suprijono, pembelajaran dengan metode ini

diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk

guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang

harus mereka diskusikan jawabannya.

Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-

masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada

kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas

sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu

kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya

kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu

diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai

menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-

masing.

Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang

bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu

mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.52

Sedangkan menurut Anita Lie, teknik belajar mengajar dua

tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer

Kagan (1992) dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok

lain dengan cara:

a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

52Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: PT.

Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 93-94

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

42

b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain.

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.53

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada

perbedaan status dan melibatkan peran aktif peserta didik.

Aktivitas belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Two Stay Two Stray (TS-TS) melibatkan pengakuan tim dan

tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti

kegiatan dalam Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah:

1) Mengajar: guru mempresentasikan materi pelajaran

2) Belajar pada tim: peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam

tim/kelompok dan antar kelompok dengan dipandu oleh lembar

kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran.

3) Penghargaan: pemberian penghargaan kepada peserta didik yang

berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi

dalam kuis.

Berlomba–lomba dalam memperoleh nilai sangat bagus dan

sangat mendidik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat

Al Maidah ayat 48.

شاء وول ....... الله جلعلكم أمة واحدة ولكن ليبـلوكم آتاكم ما يف فاستبقوا اخليـرات ......

53Anita lie, Op.Cit hlm. 61-62.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

43

“Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba – lombalah berbuat kebajikan”. (QS. Al Maidah: 48).54

b Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay – Two Stray (TS-TS)

Langkah–langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat adalah

sebagai berikut:

1) Guru mempresentasikan dan menyajikan garis besar tentang rumus

segi empat:

a. Persegi Panjang

1) Pengertian Persegi Panjang

Persegi Panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang

berhadapan sejajar dan sama panjang dan keempat sudutnya

siku-siku.

D C

A B

Gambar (1) Persegi Panjang

Pada gambar di atas adalah segiempat ABCD adalah

persegi panjang dengan sisi AB sama panjang dan sejajar

DC. Sisi AD sama panjang dan sejajar dengan BC, ∠ A

=∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. Sisi AB dan DC disebut

panjang, sisi AD dan BC disebut lebar. Sedangkan AC dan

DB disebut diagonal. Diagonal adalah garis yang ditarik

54Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Op. Cit, hlm.154.

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

44

dari suatu titik sudut ke titik sudut lain yang saling

berhadapan.

2) Luas dan Keliling Persegi Panjang

Luas adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan

bangun atau hasil kali antara panjang dan lebar.

Rumus : L = p × l

Dimana: L= luas persegi panjang

p = panjang

l = lebar

Keliling adalah total jarak yang mengelilingi suatu bangun

atau panjang suatu lintasan yang dimulai dari suatu titik

sampai pada titik awal semula.

Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l )

Dimana: K = keliling persegi panjang

p = panjang

l = lebar

b. Persegi

1) Pengertian Persegi

Persegi merupakan segi empat yang keempat sisinya sama

panjang, sisi-sisinya saling berhadapan sejajar dan keempat

sudutnya sama besar.

D C

A B

Gambar (2) Persegi

ABCD adalah persegi dengan AB =BC = CD = DA dan ∠ A

=∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. AB, BC, CD, DA disebut sisi

persegi. Ruas garis AC dan DB disebut diagonal persegi.

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

45

2) Keliling dan Luas Persegi

Keliling persegi adalah jumlah seluruh sisinya. Keliling

persegi ditulis sebagai berikut:

Rumus : K = s + s + s+s

= 4 s

Dimana: K = keliling persegi

s = sisi

Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya. Luas pada

persegi ABCD ditulis sebagai berikut:

Rumus : L = s × s = s2

Dimana: L= luas persegi

s = sisi

c. Jajargenjang

1) Pengertian Jajargenjang

Jajargenjang merupakan segiempat dengan sisi-sisi yang

berhadapan sama panjang dan sejajar serta sudut-sudut yang

berhadapan sama besar.

D D C

• O t

A B A E B a b

Gambar (3) Jajargenjang

Pada gambar di atas (a) ∆ ABD dan titik O tengah-tengah

BD. Jika ∆ ABD diputar setengah putaran penuh dengan

pusat O, maka bangun ∆ ABD dan bayangannya membentuk

jajargenjang ( pada gambar b). Panjang sisi AB = CD dan

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

46

AB// CD, serta panjang sisi AD = BC dan AD // BC. Ruas

garis DE disebut tinggi jajargenjang dan ruas garis DB

disebut diagonal.

2) Luas dan Keliling jajargenjang

Luas jajargenjang

D a C

n t n

A a B

Gambar (4) Jajargenjang

Rumus: L = a × t

Dimana: L =luas jajargenjang

a = alas

t = tinggi

Keliling Jajargenjang

Menentukan keliling jajargenjang dapat dilakukan dengan

menjumlahkan semua panjang sisinya. Sisi-sisi pada

jajargenjang yang sejajar adalah sama panjang. Apabila

panjang sisi yang tidak sejajar masing-masing adalah m dan

n, maka keliling jajargenjang dapat ditentukan sebagai

berikut:

Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n )

Dimana: K = keliling jajargenjang

a, n = sisi jajargenjang.55

2) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari

4-5 peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen.

3) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membahas materi

atau tugas yang diberikan guru. Materi atau tugas tiap kelompok

boleh sama atau berbeda.

55Atik wintarti , Ibid, hlm. 272

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

47

4) Dua atau tiga orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok

lain untuk mencatat hasil pembahasan materi atau tugas dari

kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di kelompoknya

untuk menerima peserta didik yang bertamu ke kelompoknya.

5) Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan

menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil

kunjungan di bahas bersama dan dicatat.

6) Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan salah satu

kelompok diminta membacakan hasilnya.

7) Memberikan kuis secara individu untuk mengetahui seberapa besar

pemahaman peserta didik tentang materi segi empat yang telah

diberikan.

8) Membahas soal kuis bersama–sama dengan peserta didik.

9) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi

pembelajaran.

10) Memberikan tes evaluasi dan pekerjaan rumah..

Ketika memberikan penilaian akhir pada peserta didik, nilai

hendaknya didasarkan pada nilai kuis dan evaluasi akhir. Karena jika

penilaian didasarkan pada kemampuan tim maka ini dipandang sebagai

sesuatu yang tidak adil bagi anggota tim yang memperoleh nilai tinggi.

6. Segi Empat

Segi Empat yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah

Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga

dan segi empat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

48

Materi segi empat terdapat pada SMP/MTs, dalam penelitian kali ini

akan dibahas mengenai menghitung keliling dan luas persegi panjang,

persegi dan jajargenjang.

a. Persegi panjang

Rumus : L = p × l

Dimana: L= luas persegi panjang

p = panjang

l = lebar

Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l )

Dimana: K = keliling persegi panjang

p = panjang

l = lebar

b. Persegi

Rumus : L = s × s = s2

Dimana: L= luas persegi

s = sisi

Rumus : K = s + s + s+s = 4 s

Dimana: K = keliling persegi

s = sisi

c. Jajargenjang

Rumus: L = a × t

Dimana: L =luas jajargenjang

a = alas

t = tinggi

Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n )

Dimana: K = keliling jajargenjang

a, n = sisi jajargenjang

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

49

Contoh : D C

1. Hitung keliling dan luas persegi panjang 4cm

ABCD serta persegi pembentuknya !

A 4 cm B

Penyelesaian :

Diketahui : panjang = p = 2 x 4 cm = 8 cm

lebar = l = 4 cm

sisi = s = 4 cm

Ditanya : Keliling dan Luas persegi panjang serta persegi

pembentuknya ?

Jawab :

K = 2( p + l)

= 2 (8 cm + 4 cm) = 24 cm

Jadi, keliling persegi panjang adalah 24 cm.

L = p x l

L = 8 cm x 4 cm

= 32 cm2

Jadi, luas persegi panjang adalah 32 cm2.

K = 4s

= 4 x 4 cm

K = 16 cm

Jadi keliling persegi adalah 16 cm.

L = s2

= 42

= 16 cm2

Jadi luas persegi adalah 16 cm2.

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

50

2. A Dari gambar jajar genjng ABCD disamping,

D- - -8 cm - -O carilah keliling dan luasnya !

10 cm Penyelesaian :

B Diketahui : AB = a = 10 cm

5 cm BC = 5 cm

C DO = t = 8cm

Ditanya : Keliling dan luas jajargenjang ?

Jawab :

K = AB + BC + CD + AD

= 10 cm + 5 cm + 10 cm + 5 cm

= 30 cm

Jadi keliling jajargenjang ABCD adalah 30 cm.

L = a x t

= 10 cm x 8 cm

= 80 cm2

Jadi luas jajargenjang ABCD adalah 80 cm2.

Dengan ringkasan materi dan contoh-contoh tersebut peserta didik

harus mampu menganalisa soal yang akan diberikan dengan cermat.

Walaupun sekilas soal yang diberikan sangat sulit tapi jika peserta didik

telah memahami konsep yang ada, pasti peserta didik dapat mengerjakan

soal tentang segi empat dengan mudah.

Pemahaman konsep dan penalaran setiap peserta didik sangatlah

berbeda-beda maka diharapkan dengan diadakannya kerja sama dalam

kelompok, peserta didik dapat saling membantu menjelaskan kepada

temannya yang belum paham demi meningkatkan pemahaman konsep

peserta didik pada materi pokok segi empat.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

– Two Stray (TS-TS) ini diharapkan peserta didik tidak merasa jenuh

karena dalam pembelajaran berlangsung peserta didik bekerjasama dalam

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

51

kelompok sehingga hal demikian dapat meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar peserta didik.

7. Penerapan TS-TS dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika Materi Pokok Segi Empat

Dalam perkembangan pembelajaran matematika sangat diperlukan

diperlukan proses berpikir peserta didik. Dalam materi segi empat peserta

didik harus teliti memahami soal dan rumus yang digunakan untuk setiap

bangun segi empat. Dalam pemecahan masalah tesebut walau rumus itu

sudah ditetapkan tetapi setiap peserta didikpasti akan menemukan suatu

cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan soal tersebut. Walu hasilnya

sama tetapi caranya berbeda. Dari dua pekerjaan tersebut merupakan

kesatuan dari pembelajaran matematika. Guru yang selesai memberikan

pembelajaran matematika diusahakan memberikan latihan baik soal

noncerita maupun soal bentuk cerita. Setelah itu peserta didik diharapkan

mampu menguasai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Penyelesaian dari masalah-masalah tersebut menghendaki adanya

metode pemecahan. Suatu pemecahan masalah dapat dikatakan berhasil

apabila peserta didik mampu mendefinisikan dan menganalisa

permasalahan, mendapat informasi yang diperlukan dan menarik

kesimpulan berdasarkan data yang dimiliki.

Bobrow Jerry, “menyatakan bahwa proses penyelesaian merupakan

metode langkah demi langkah yang membantu mengenali soal dengan cara

yang teratur, terfokus, dan sistematis.56

Tingkat kesulitan dari soal materi segi empat dipengaruhi oleh jika

hanya di ketahui 1 sisinya, kelilingnya, luasnya, dibuat ke persaman linier

atau variabel x. Hal tersebut sangat berkaitan dengan tujuan dari

pembelajaran matematika yaitu membantu peserta didik untuk mengenal

56 Bobrow Jerry, Cliff Quick Review TM Matematika Dasar dan Pra-Aljabar, Alih Bahasa:

Ervina YUdha Kusuma, S.S , (Bandung: Pakar Raya, 2004), hlm. 135.

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

52

situasi kontekstual sesuai dengan lingkungan yang memerlukan aturan

operasi matematika yang telah dipelajari. Sebagaimana pendapat George

Polya tentang langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut.57

a. Memahami masalah

1). Memahami kalimat.

2). Mengubah masalah dengan kalimat matematika.

3). Mengidentifikasi apa yang diketahui.

4). Mengidentifikasi apa yang ditanyakan.

b. Menyusun rencana pemecahan.

Dalam bagian ini peserta didik diminta untuk mencari hubungan antara

apa yang diketahuhi dengan apa yang ditanyakan. Hubungan itu

biasanya berupa teorema atau rumus-rumus matematika.

c. Melaksanakan rencana pemecahan

Peserta didik diharapkan memilih metode yang sesuai untuk

menyelesaikan dengan persamaan atau model matematika yang ada.

d. Memeriksa kembali.

Peserta didik melakukan pemeriksaan terakhir atas jawaban yang telah

diperoleh dari proses pengerjaan yang telah dilakukan, dalam hal ini

melakukan kesimpulan dari penyelesaian permasalahan.

Berkaiatan dengan langkah dalam penyelesaian, Spencer Kagan

mengatakan, Kegiatan pokok dalam TS-TS untuk memecahkan soal

meliputi rangkaian atau langkah-langkah kegiatan bersama yang spesifik,

yakni:

Dalam model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS), peserta

didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang

terdiri atas 4-5 peserta didik. Dalam pembagian kelompok bersifat

heterogen, yang tidak membedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau

tingkat kecerdasan peserta didik sehingga setiap kelompok diharapkan

terdiri dari peserta didik yang pandai, sedang/lemah, dan masing-masing

57 John L. Mark, Athur A. Hiatt, Evelyn M. Nevfeld, Metode Pengajaran Matematika

Untuk Sekolah Dasar , Alih Bahasa: Bambang Sumantri, (Jakarta:s Erlangga, 1998), hlm. 59.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

53

peserta didik merasa cocok satu sama lain. Dua atau tiga orang dari tiap

kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan

materi atau tugas dari kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di

kelompoknya untuk menerima peserta didik yang bertamu ke

kelompoknya. Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan

menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil kunjungan

di bahas bersama dan dicatat. Dengan pembelajaran kelompok tersebut,

diharapkan peserta didik mampu meningkatkan daya pikir, kritis, kreatif

dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

8. Keterkaitan Teori dengan Judul

Dalam proses belajar mengajar peserta didik sering kali kesulitan

menerima materi yang disampaikan oleh guru. Kesulitan tersebut termasuk

pelajaran matematika salah satunya materi segi empat yang terdiri dari

banyak rumus yang sebenarnya mempunyai pola yang sama. Banyak

peserta didik yang mengeluhkan rumitnya cara mengerjakan. Karena

selama ini peserta didik selalu pasif dalam proses belajar mengajar

sehingga peserta didik menyepelekan pelajaran. Padahal dalam materi

pokok segi empat ini peserta didik dituntut mengerjakan soal yang

beraneka ragam bentuk. Sehingga sebelum mengerjakan soal, peserta didik

sudah menyerah.

Materi pokok segi empat sangat cocok menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) karena di

dalamnya terdapat pengakuan tim, tanggung jawab kelompok dalam

pembelajaran individu, antar kelompok bertukar informasi dan hasil

tentang konsep sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar guna

meningkatkan kemampuan hasil belajar tim mereka, peserta didik akan

merasa nyaman dalam belajar bersama temannya. Ada tanggungjawab

individu agar hasil belajar kelompok meningkat sehingga tidak ada

tekanan karena setiap kelompok harus bekerjasama sehingga setiap

anggotanya paham akan materi yang dipelajari. Juga setiap kelompok

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

54

bertukar informasi dan hasil dengan kelompok lain mengenai suatu

konsep untuk dibuat satu kesimpulan.

Dengan demikian diharapkan dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) tidak hanya

hasil belajar peserta didik yang meningkat tetapi juga motivasi belajar

peserta didik juga karena melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) guru dapat mengkondisikan

peserta didik sedemikian hingga peserta didik dapat terlibat secara aktif

dalam pembelajaran, mampu bekerja sama diantara peserta didik sehingga

hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik meningkat.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

Tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR).1 Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan

oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.2

PTK dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan oleh

guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan

penelitian. Upaya ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya

metode, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, perubahan

tindakan yang baru ini diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil

pembelajaran. Pada umumnya PTK dibagi kedalam dua jenis, yakni (1) PTK

individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2) PTK kolaborasi, yakni guru

bekerjasama dengan orang lain, orang lain ini sebagai sebagai peneliti

sekaligus pengamat.3 Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kolaborasi.

Sumber data penelitian ini adalah peserta didik dan guru. Jenis data

yang diperoleh adalah kuntitatif dan kualitatif. Adapun lokasi penelitiannya

yaitu MTs Taqwal Ilah Tembalang. Penelitian ini mengkaji tentang motivasi

belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.

1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hlm. 93, Cet. 13. 2Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),

hlm. 3. 3Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari

Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 15, Cet. 2.

55

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

56

1. Model Penelitian

PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari

berbagai kegiatan pembelajaran. Secara garis besar prosedur penelitian

tindakan mencakup empat daur: perencanaan (planning), tindakan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara lebih

rinci prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Penelitian Tindakan4

Prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap,

secara rinci sebagai berikut:

a. Perencanaan

1). Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator

keberhasilan penelitian.

2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di

kelas.

3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis

proses dan hasil tindakan.

4Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm; 16

Gambar.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

?

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

57

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah

melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TSt) pada

materi pokok Segi Empat dalam meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar peserta didik yang telah direncanakan.

c. Pengamatan

Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan

tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat peserta

didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan,

dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran

matematika dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang

telah berlangsung guna perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti memakai 2 siklus yaitu

siklus I dan siklus II. Sebelum peneliti melaksanakan siklus, terlebih

dahulu diadakan pre tes yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemampuan

peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya

(pengertian segi empat). Nilai dari kuis akan digunakan sebagai skor awal

dalam menentukan poin bagi kemajuan tim. Sedangkan untuk tiap – tiap

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipasif

antara guru mata pelajaran matematika kelas VII C MTs Taqwal Ilah

Tembalang dengan peneliti.

a Pra siklus

Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang

akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang di

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

58

gunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model

pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran

yang masih bersifat konvensional dan kurang menarik minat peserta

didik untuk belajar matematika sehingga proses pembelajaran

matematika materi pokok segi empat pada dua tahun sebelumnya

belum memperoleh hasil yang memenuhi KKM, yaitu 65. Perolehan

ini perlu ditingkatkan menjadi 65 sesuai KKM. Informasi tersebut

diperoleh dari Wiwik Ariyani selaku guru matematika tahun ajaran

2008-2009 dan 2007-2008 di MTs Taqwal Ilah Tembalang pada

tanggal 13 Januari 2010.

b Siklus I

Pada siklus I, topik yang akan dibahas adalah menentukan rumus

luas dan keliling segi empat, pada kali ini yang dibahas adalah persegi

dan persegi panjang.

1) Perencanaan

a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada materi

pokok segi empat kemudian peneliti mencari apa penyebab

peserta didik kurang aktif saat pembelajaran matematika

berlangsung.

b) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

materi pokok segi empat menentukan rumus luas dan keliling

segi empat (persegi dan persegi panjang).

c) Peneliti menyiapkan latihan soal pada materi pokok segi empat.

d) Peneliti menyiapkan soal evaluasi.

e) Peneliti merencanakan pembentukan kelompok

f) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif

untuk peserta didik.

g) Peneliti menyiapkan lembar angket untuk mengetahui motivasi

peserta didik.

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

59

2) Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah

melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan,

yaitu sebagai berikut:

a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan

dilakukan dan memberikan motivasi belajar.

b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari

peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen.

c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang

menentukan rumus luas dan keliling segi empat.

d) Menyampaikan materi secara singkat.

e) Guru membagikan soal untuk didiskusikan oleh peserta didik..

f) Guru meminta dua orang dari tiap kelompok untuk berkunjung

ke kelompok lain untuk mencatat soal dan sisa dari anggota

kelompok tetap tinggal di kelompok untuk menerima tamu

yang berkunjung.

g) Setelah mendapat soal dari kelompok lain, peserta didik

kembali ke kelompoknya untuk membahas soal tersebut.

h) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil

diskusinya.

i) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk melaporkan atau

mempresentasikan hasil diskusi.

j) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil

belajar.

k) Memberikan tes evaluasi

l) Memberikan lembar angket motivasi.

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

60

3) Pengamatan

a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi

kelompok dan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan

tugas.

b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan latihan

soal.

c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani

bertanya kepada guru, atau berani menjawab pertanyaan dari

teman yang belum paham dan berani mengerjakan tugas di

papan tulis.

d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP.

4) Refleksi

a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan

sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.

b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada

pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II.

c Siklus II

Pada siklus II, topik yang dibahas adalah menentukan rumus

luas dan keliling jajar genjang. Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus

II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus II merupakan perbaikan dari

siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.

1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

2) Materi pelajaran berkelanjutan.

3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat.

Data hasil belajar diambil dari nilai evaluasi akhir pada tiap

siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan

penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Data

tentang refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas

diambil dari jurnal, angket, dan hasil tes akhir pembelajaran.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

61

Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata

evaluasi akhir pada siklus II lebih besar dari siklus I. Motivasi belajar

dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata angket semua peserta

didik pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I.

3. Sumber Data dan Jenis Data

a. Sumber data adalah subyek penelitian itu sendiri. Subyek yang telah

diteliti adalah peserta didik pada kelas VII yang berjumlah 41 peserta

didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri.

Tabel 1

Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang

No. NAMA 1 ABDUL KARIM 2 AHMAD NADIRIN 3 AHMAD SUSILO 4 AHMAD TAUFIQ 5 ANDI RIBOWO 6 ARGA ARFIANTO 7 BADITUL ZUHRO 8 DEWANTI SEPTIANINGSIH 9 ERTA YULIASTANTI SETYANINGRUM 10 FAHRUR ROZIQIN 11 FIROYATI 12 FITRIANINGSIH 13 GUNADI 14 INDAH PUSPORINI 15 IS FAIZAH 16 M. IMAM GHOZALI 17 MUHAMMAD ZAMRONI 18 MUNADLIROH 19 NUR ROHMADIAH 20 NURUN NIYAH 21 PURWANTO BUSRI 22 PURWANTO ROHANI 23 RIA HIDAYATI 24 ROFIATUN KHASANAH 25 ROSYIDATUL MUDLIMAH

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

62

26 SISKA ANTIKA 27 SITI NUR AZIZAH 28 SHOFIYATI 29 SOLEHAH 30 SOLEHAN 31 SUMARI 32 SUSI RAHAYUNINGSIH 33 TITIK GIANTININGSIH 34 TRI PURWANTI 35 TUTIK KRISTIANTI 36 WAHYU BUDI UTOMO 37 WAHYU PUJI LESTARI 38 WAKHID AMIN HIDAYATI 39 WIWIK PURWANTI 40 YUNIMA 41 ZUNITA

b. Jenis datanya adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa (a)

angket motivasi belajar, (b) penilaian hasil belajar

4. Kolaborator

Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara guru dengan peneliti

menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan tentang

permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan

kesamaan tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama

mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/ atau peserta didik

di sekolah. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan

adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan

terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang

sedang melakukan tindakan. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif,

kedudukan antara peneliti dan guru mempunyai peran yang saling

membutukan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerja

sama sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan

mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melakukan tindakan, observasi,

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

63

merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan hasil, dan menyusun

laporan akhir.5

Yang menjadi kolaborator disini adalah Ibu Wiwik Ariyani.

Pengalaman mengajar beliau sudah 10 tahun. Karena pengalaman

mengajar beliau sudah lama diharapkan kolaborator ini dapat memberikan

masukan-masukan dalam melaksanakan perbaikan-perbaikan

pembelajaran selama siklus dalam penelitian yang dilaksanakan.

5. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII C yang

berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari 17 putra dan 24 putri.

6. Waktu dan tempat penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari, dimulai tanggal 1

Maret sampai 10 April 2010 di kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang

5Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo,

(Semarang: -------, 2008), hlm.7.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

64

7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan

kelas di MTs taqwal Ilah Tembalang.

Tabel 2

Jadwal Penelitian

Waktu Maret April

Minggu Ke-

No Rencana Kegiatan

1 2 3 4 1 1 Observasi awal X 2 Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan X Menyepakati jadwal dan tugas X Menyusun instrumen X Diskusi konsep pelaksanaan X 3 Pelaksanaan

Menyiapkan kelas dan alat X

Pelaksanaan prasiklus X

Pelaksanaan siklus I X

Melakukan tindakan siklus I X

Pelaksanaan siklus II X

Melakukan tindakan siklus II X X

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode triangulasi yaitu:

1. Metode Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal–hal yang ia ketahui.6

Metode angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan

motivasi belajar peserta didik terhadap penerapan pembelajaran kooperatif

6Suharsimi Arikunto,Op.Cit., hlm. 151.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

65

tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS). Motivasi belajar pada siklus I dipakai

untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan

model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS), yang akan

dibandingkan dengan motivasi belajar pada pra siklus, dan siklus I sebagai

evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan motivasi belajar pada

siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS).

2. Metode Tes

Tes merupakan alat ukur yang diberikan kepada individu untuk

mendapatkan jawaban–jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau

secara lisan atau secara perbuatan.7 Metode tes digunakan untuk mengukur

hasil belajar yang telah dicapai peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah

Tembalang dalam belajar matematika pada materi pokok segi empat sub

bab menentukan rumus luas dan keliling segi empat. Tes disusun oleh

peneliti. Tes dalam penelitian ini adalah evaluasi akhir. Hasil tes tersebut

dalam penelitian ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar pada siklus

I dipakai untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS), yang

akan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, dan siklus I

sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan hasil belajar

pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS).

3. Metode Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan.8

7Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm. 100, Cet. 4.

8Ibid., hlm. 109.

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

66

4. Wawancara (Interview)

Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner

lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Interviu digunakan untuk

menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel

latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap

sesuatu.9

Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang

permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian

tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran matematika, motivasi belajar dan hasil belajar peserta

didik sebelum pemberian tindakan pada materi pokok logaritma di tahun

pelajaran sebelumnya.

5. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang–

barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda–benda tertulis seperti buku–buku, majalah, dokumen,

peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.10

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

data nama peserta didik dan guru, dokumen (catatan hasil belajar) 11, dan

arsip–arsip lain yang berhubungan dengan penelitian.

Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik

yang termasuk dalam subjek penelitian, nilai formatif materi terakhir

sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan

untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model

pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS).

9Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155. 10Ibid., hlm. 158. 11Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 125.

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

67

C. METODE ANALISIS DATA

Analisis data merupakan usaha untuk memilih, membuang,

menggolongkan, menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasikan data

untuk mendukung tujuan dari penelitian.

Sebagaimana dalam pelaksanaan PTK, analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan informasi yang

menggambarkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta

didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-

Two Stray (TS-TS).

2. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar

peserta didik dan perolehan skor motivasi belajar peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray

(TS-TS) pada materi pokok Segi Empat.

Dalam hal ini peneliti menggunakan statistik deskripif dengan mencari

nilai rata-rata dan prosentase dari hasil belajar dan motivasi belajar.

Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk

menghitung prosentase motivasi peserta didik yang dilihat dari angket dan

mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik.

a. Hasil kuesioner (angket) motivasi belajar peserta didik

Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray (TS-TS),

analisis ini dilakukan pada instrumen angket dengan menggunakan teknik

deskriptif melalui prosentase dan rata–rata skor motivasi belajar peserta

didik secara klasikal.

Instrumen angket terdiri dari 20 pertanyaan. Kriteria penilaian

untuk tiap 1 pertanyaan adalah sebagai berikut:

a) Skor 3 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan a .

b) Skor 2 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan b.

c) Skor 1 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan c.

d) Skor 0 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan d.

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

68

Sehingga jumlah skor maksimal adalah 60.

Adapun perhitungan prosentase hasil angket motivasi belajar

adalah:

Prosentase (%) = %100xN

n

Keterangan:

N = Jumlah seluruh skor

n = Jumlah skor yang diperoleh oleh peserta didik

% = Tingkat prosentase yang dicapai

Indikator motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut:

Skor %85≥ : motivasi belajar peserta didik tinggi.

65% ≤ Skor ≤ 84% : motivasi belajar peserta didik sedang.

45% ≤ Skor ≤ 64% : motivasi belajar peserta didik cukup.

Skor ≤ 44% : motivasi belajar peserta didik kurang.

Adapun rumus yang digunakan untuk rata – rata nilai motivasi

belajar semua peserta didik adalah:

P

Xx ∑=

Keterangan:P

x = Rata – rata nilai motivasi peserta didik

∑X = Jumlah seluruh nilai

P = Jumlah peserta didik

Adapun rumus yang digunakan untuk prosentase dari rata-rata nilai

motivasi belajar peserta didik adalah:

Prosentase (%) = %100xR

r

Keterangan:

R = Jumlah seluruh skor

r = Jumlah rata-rata skor motivasi belajar peserta didik

% = Tingkat prosentase yang dicapai

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

69

b. Hasil evaluasi siklus peserta didik

Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan

soal–soal evaluasi, peneliti menggunakan cara yaitu dengan menghitung

rata–rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (evaluasi

akhir). Pada siklus I evaluasi akhirnya terdiri dari 10 soal essay. Jika setiap

jawaban benar maka bernilai 10, jika kurang sedikit nilainya 8,mendekati

benar 5 namun jika jawaban salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0.

Sedangkan pada siklus II evaluasi akhirnya terdiri dari 5 soal essay. Jika

setiap jawaban benar maka bernilai 20, jika mendekati benar nilainya 12,

namun jika jawaban salah bernilai 8, bila tidak diisi bernilai 0.

Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Ketuntasan Individu

Dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai

lebih dari atau sama dengan KKM yang ada yaitu 65 .

b) Ketuntasan Klasikal

Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik dapat

menentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis

deskriptif prosentase, dengan perhitungan:

Ketuntasan belajar klasikal = %100xM

m

Keterangan: M = Jumlah seluruh peserta didik

m = Jumlah peserta didik belajar individu

% = Tingkat prosentase yang dicapai

Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika

rata–rata nilai yang diperoleh lebih dari nilai KKM dan minimal 85%

dari jumlah peserta didik dikelas tersebut mendapatkan ≥ 65.

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

70

D. INDIKATOR KEBERHASILAN

1. Tercapainya tujuan pertama, yaitu adanya peningkatan motivasi belajar

peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi

pokok segi empat ≥ 65%.

2. Tercapainya tujuan kedua, yaitu ada peningkatan hasil belajar peserta

didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi pokok

Segi Empat yang ditandai rata-rata hasil belajar adalah 65 dengan

ketuntasan klasikal 85%.

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

71

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Siklus

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru

matematika kelas VII C pada tanggal 24 November 2009, didapatkan

informasi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan

proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah

masih dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan

pada waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan

malah cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi

tugas, peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah

mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik,

metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena

metode ini cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu

banyak baik dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan

duduk, mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar

secara aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang

mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas

terasa membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata

pelajaran matematika. 1

Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari

matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu

merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di

dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengotak-atik soal, mereka

sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa

berusaha untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain

yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik

tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidakminatan peserta

1Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

72

didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama . Itu pertanda

anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi

yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh

karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat

keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara

mengajar.

Pelaksanaaan pembelajaran pra siklus untuk kelas VII C yang diampu

oleh Ibu Wiwik Ariyani, S.Pd dilaksanakan Selasa tanggal 2 Maret 2010.

Materi yang diajarkan adalah pengertian segi empat dan sifat-sifat segi empat.

Tahap ini bertujuan untuk megetahui model pembelajaran yang digunakan

dalam pebelajaran matematika di kelas sebelum diterapkannya pendekatan

pembelajaran secara TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS), dengan melihat atau

mengamati secara langsung pembelajaran yang ada di kelas, kemudian dicatat

yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan data dari ibu Wiwik Ariyani, nilai harian kelas VII C

tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik untuk materi pokok

segi empat masih rendah yaitu 59,36, sedangkan nilai rata-rata peserta didik

kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59,90 sedangkan untuk motivasi

pada 2 tahun sebelumnya juga didapat masih rendah yaitu 50 %.

B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1

Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti

dengan Ibu Wiwik Ariyani. S.Pd sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti

sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran matematika kelas VII di MTs.

Taqwal Ilah. Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data

yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam siklus I ini peneliti dan guru bersama-sama

mempersiapkan:

1). Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan

penelitian.

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

73

2). Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

3). Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil

tindakan

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 9, 11 dan 13 Maret

2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang dilakukan

dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO STAY TWO

STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan

peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan

mengabsesn kehadiran peserta didik (daftar peserta didik ada pada

lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan judul pokok

bahasan dan indikator (RPP Siklus I pada lampiran 2).

Pokok bahasan yang dipelajari adalah menghitung keliling dan

luas segi empat (persegi panjang, persegi). Guru memberi motivasi

kepada peserta didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat

kembali materi segi empat. Dalam mengingat kembali tentang materi

tersebut peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan

prasyarat yang diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya.

Kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk membentuk

kelompok yang telah dibuat secara acak (daftar kelompok pada lampiran

10) Setelah seluruh peserta didik mengelompok, guru menjelaskan cara

kerja dan tanggung jawab masing-masing peserta didik dalam kelompok.

Guru membagikan latihan soal (Lihat lampiran 4) kepada tiap kelompok

untuk dipelajari bersama. Suasana ramai ketika kelompok mempelajari

latihan soal sedikit sekali peserta didik yang saling berdiskusi dan

berusaha memahami dengan saling tanya, karena banyak yang

berbincang-bincang dan bercanda dengan teman kelompok lain hingga

guru berusaha memberikan pengarahan kembali mengenai cara kerja dan

tanggung jawab tim. Peserta didik yang berbincang-bincang dan bercanda

tadi mulai mengerti dan mengikuti diskusi yang berlangsung. Suasana

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

74

yang tadinya ramai karena banyak yang ngobrol kini berubah menjadi

kondusif dan diskusi berjalan dengan baik.

Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap

kelompok terjadi serangkaian kegiatan seperti langkah-langkah yang

telah diberikan. Guru memberikan pengarahan agar semua anggota

kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan bimbingan

kepada kelompok yang mengalami kesulitan jika diperlukan dan ketua

kelompok menyampaikan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya,

setelah waktu yang ditentukan habis, guru mempersilahkan seorang

peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan kepada

kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi tersebut. Guru

memberikan penghargaan kepada peserta didik yang telah

mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membubarkan kelompok untuk

kembali ke tempat masing-masing.

Setelah semua selesai, guru memberikan tes evaluasi (Lihat

lampiran 6) yang dikerjakan secara individu. Sebelum pelajaran diakhiri,

guru membagikan angket motivasi (Lihat lampiran 11) dan meminta

peserta didik mengisinya dengan jujur. Saat peserta didik mengisi angket

guru memberikan pengarahan untuk belajar dirumah guna meningkatkan

belajar dan lebih bisa bekerja sama. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran

dengan salam dan dijawab oleh peserta didik.

c. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus

pertama, adalah sebagai berikut:

1) Guru aktif memberikan pengarahan kepada peserta didik yang

belum paham, peserta didik yang ramai dan sudah berkeliling

memantau kerja kelompok.

2) Guru telah memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta

didik.

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

75

3) Peserta didik belum sepenuhnya bisa menggunakan waktu yang ada

dengan baik.

4) Peserta didik kurang aktif berpendapat dan bertanya kepada teman

dalam kelompok ketika diskusi berlangsung, hanya sebagian saja

yang sudah berani menjelaskan kepada teman dan bertanya pada

guru.

5) Dalam menjawab soal peserta didik terburu-buru dan kurang

berdiskusi dengan kelompok dan mengandalkan jawabannya sendiri

sehingga jawaban kadang ada yang salah.

d. Hasil Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO

STRAY (TS-TS) pada siklus I masih banyak kekurangan-kekurangan yang

harus diperbaiki. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti dan

guru berdiskusi dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam

siklus I dan perlu perbaikan adalah:

1) Kerjasama peserta didik dalam kelompok masih kurang, sehingga

kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana mestinya.

2) Masih banyak peserta didik yang ramai sendiri dengan cara berbicara

dengan teman kelompok lain, banyak peserta didik belum berani

untuk bertanya, aktif mengungkapkan pendapatnya maupun memberi

komentar terhadap jawaban teman. Hanya beberapa peserta didik saja

yang sudah mulai berani bertanya dan berpendapat.

3) Pengkondisian waktu belum tertata dengan baik, sehingga peserta

didik merasa batas waktu yang diberikan kurang lama.

4) Penjelasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik masih

kurang, sehingga peserta didik belum cukup paham dengan materi

yang diberikan.

5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan

yang ditetapkan.

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

76

Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru

untuk siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah

sebagai berikut:

1) Guru mengupayakan agar peserta didik aktif dalam kelompok,

sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan akan memberi

pengarahan manfaat kerjasama dalam kelompok.

2) Guru harus memberikan semangat agar peserta didik mau berpendapat

dan bertanya kepada guru ataupun teman sekelompok.

3) Guru akan lebih menyesuaikan waktu yang ada dan meminta peserta

didik lebih menghargai dan memanfaatkan waktu.

4) Guru membuat strategi agar peserta didik mudah menerima pelajaran

dengan waktu yang singkat.

5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan

sehingga perlu dilakukan siklus I.

C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

Dalam siklus II ini peneliti dan guru bersama-sama

mempersiapkan:

1). Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan

penelitian.

2). Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

3). Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil

tindakan

b. Pelaksanaan tindakan

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan

penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal

yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II.

Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 18, 20 dan 22

Maret 2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

77

STAY TWO STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini

dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan

dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik (daftar peserta

didik ada pada lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan

judul pokok bahasan dan indikator (RPP Siklus II pada lampiran 3).

Pokok bahasan yang dipelajari adalah Menghitung keliling dan

luas segi empat (jajar genjang). Guru memberi motivasi kepada peserta

didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi segi

empat pada siklus I. Dalam mengingat kembali tentang materi tersebut

peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan pra syarat yang

diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya. Kemudian guru

mempersilahkan peserta didik untuk membentuk kelompok yang telah

telah dilakukan pada siklus I (daftar kelompok pada lampiran 10).

Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap

kelompok terjadi serangkaian kegiatan seperti langkah-langkah yang

telah dilakukan pada siklus I. Guru memberikan pengarahan agar semua

anggota kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan

bimbingan secara merata kepada kelompok yang mengalami kesulitan,

jika diperlukan, dan ketua kelompok menyampaikan keberhasilan

kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami

anggota kelompoknya, setelah waktu yang ditentukan habis, guru

mempersilahkan peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Mereka sangat

antusias untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompok, ini dibuktikan banyaknya yang angkat tangan sebagai

perwakialan kelompok untuk maju ke depan.

Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk

menanggapi hasil presentasi tersebut. Mereka banyak bertanya kepada

peserta didik yang mempresentasikan, sehingga guru pun membantu

untuk mengkondisikan mereka. Guru membubarkan kelompok untuk

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

78

kembali ke tempat masing-masing. Setelah semua selesai, guru

memberikan tes evaluasi (Lihat lampiran 7) yang dikerjakan secara

individu. Sebelum pelajaran diakhiri, guru membagikan angket motivasi

(Lihat lampiran 12) dan meminta peserta didik mengisinya dengan jujur.

Saat peserta didik mengisi angket guru memberikan pengarahan untuk

belajar dirumah guna meningkatkan belajar dan lebih bisa bekerja sama.

Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab oleh

peserta didik

c. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus II,

adalah sebagai berikut:

1) Guru telah meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara

memberikan pengarahan ketika mereka tidak semangat dan malas.

2) Peserta didik lebih bisa memahami materi ketika guru

menyampaikannya dengan baik.

3) Guru dan peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik dan

bermanfaat.

4) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada

teman dalam kelompok/guru ketika diskusi berlangsung.

5) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan

kelompok dan diskusi berlangsung secara baik.

d. Hasil Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengadakan refleksi dengan guru partner,

hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut:

1) Guru mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan memberikan

apersepsi kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak

mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada

teman dalam kelompok ketika diskusi berlangsung.

3) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan

kelompok.

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

79

4) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan.

5) Peserta didik yang mendapat nilai tertinggi diumumkan oleh guru

pada pertemuan berikutnya (setelah penelitian selesai).

D. Pembahasan

1. Pra Siklus

Untuk pra siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai

harian materi pokok segi empat (menghitung keliling dan luas persegi

panjang, persegi dan jajar genjang) peserta didik kelas VII C tahun

pelajaran 2007-2008 dan 2008-2009. Peneliti juga meminta guru untuk

mengisi angket motivasi peserta didik untuk data pra siklus. Nilai rata-

rata kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 adalah 59,90 dengan

ketuntasan klasikal 58% sedangkan untuk tahun pelajaran 2008-2009

adalah 59,36 dengan ketuntasan klasikal 41%. Dari kedua tahun pelajaran

tersebut didapat nilai rata-rata 59.63 dengan ketuntasan klasikal

49.5%.Sedangkan untuk motivasi belajar peserta didik diperoleh 50%.

Tabel 3.

Perolehan Hasil belajar, Ketuntasan klasikal, dan motivasi belajar pada

Pra siklus.

Nilai Pra siklus

Hasil belajar 59

Ketuntasan klasikal 49.5%

Motivasi belajar 50%

Selebihnya lihat lampiran 28 dan 29.

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

80

2. Siklus I

Pelaksanaan siklus I adalah 3 hari pada hari selasa, kamis dan

sabtu tanggal 9, 11 dan13 Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru

menyampaikan materi secara singkat tentang pengertian persegi panjang

dan persegi, rumus luas dan keliling persegi panjang dan persegi, serta

menghitung luas dan keliling persegi panjang dan persegi. Setelah itu

peserta didik mengerjakan latihan soal secara individu.

Pertemuan kedua yaitu guru meminta peserta didik mengelompok

sesuai kelompok yang telah ditentukan guna pelaksanaan metode two stay

two stray. Dalam kelompok masing-masing peserta didik membahas soal

dan konsep tentang persegi panjang dan persegi. Setelah itu penerapan

metode two stay two stray di jalankan. Setelah pelaksanaan metode two

stay two stray selesai guru meminta peserta didik kembali ditempat

duduk asalnya.

Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluasi

yang dikerjakan secara individu, kegiatan terakhir adalah pengisian

angket motivasi belajar.

Dari data-data yang diperoleh didapat nilai rata-rata hasil belajar

peserta didik 68.14 dengan persentase ketuntasan klasikal 51.21%

sedangkan motivasi belajar peserta didik pada siklus I kurang optimal. Ini

terlihat dari pengamatan dan diperkuat dengan hasil angket motivasi

belajar yang telah diisi pada siklus I. Indikator motivasi belajar yang

masuk kategori sedang dengan persentase 2%, indikator motivasi belajar

yang masuk kategori cukup dengan persentase 56%, dan indikator

motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan prosentase 41%

dengan rata – rata motivasi belajar pada siklus I sebesar 27.36 dan

mencapai persentase 45.56 % (lampiran 13).

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

81

Tabel 4.

Persentase Hasil Motivasi Belajar Pada Siklus I

Indikator Siklus I

Tinggi -

Sedang 2%

Cukup 56%

Kurang 41%

Dari nilai rata-rata hasil belajar dan hasil angket motivasi belajar

peserta didik pada siklus I tersebut maka indikator keberhasilan dari

peneliti belum tercapai yaitu nilai rata – rata hasil belajar ≥ 65 dan

ketuntasan klasikal ≥ 85%, sehingga perlu diadakan siklus II.

Selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.

Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus dan Siklus I

Nilai Pra siklus Siklus I

Motivasi belajar 50% 45.56%

Hasil belajar 59.63 68.14

Ketuntasan klasikal 49.5% 51.21%

3. Siklus II

Pelaksanaan siklus II adalah 3 hari pada tanggal 18, 20 dan 23

Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru mengumumkan peserta didik

yang memperoleh nilai tertinggi, setelah itu menyampaikan materi secara

singkat tentang pengertian jajar genjang, rumus luas dan keliling jajar

genjang, dan cara menghitung luas dan keliling jajar genjang. Setelah itu

peserta didik mengerjakan latihan soal soal yang dikerjakan secara

individu.

Pertemuan kedua yaitu guru meminta peserta didik

mengelompok sesuai kelompok sebelumnya guna pelaksanaan

pelaksanaan metode two stay two stray. Dalam kelompok masing-masing

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

82

peserta didik membahas soal dan konsep tentang persegi panjang dan

persegi. Setelah itu penerapan metode two stay two stray di jalankan.

Setelah pelaksanaan metode two stay two stray selesai guru meminta

peserta didik kembali ditempat duduk asalnya.

Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluai

yang dikerjakan secara individu dan kegiatan terakhir adalah pengisian

angket motivasi belajar.

Pelaksanaan pada siklus II sudah berlangsung optimal. Ini bisa

dilihat dari peningkatan perolehan nilai rata-rata yaitu sebesar 75.17

dengan ketuntasan klasikal sebesar 85.36% dan peningkatan persentase

motivasi belajar peserta didik yang telah mencapai. Indikator motivasi

belajar yang masuk kategori tinggi dengan persentase 5%, indikator

motivasi belajar yang masuk kategori sedang dengan persentase 80%,

indikator motivasi belajar yang masuk kategori cukup dengan persentase

12% dan indikator motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan

persentase 2% dengan rata–rata motivasi belajar pada siklus II sebesar

41.97 dan mencapai persentase 81.51% (lampiran 14).

Tabel 6.

Perbandingan Persentase nilai motivasi belajar peserta didik kelas VII C

Indikator Siklus I Siklus II

Tinggi - 5%

Sedang 2% 80%

Cukup 56% 12%

Kurang 41% 2%

Adapun untuk perbandingan perolehan nilai antar pra siklus,

siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

83

Tabel 7.

Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

Nilai Pra siklus Siklus I Siklus II

Motivasi belajar 50% 45.56 % 81.51%

Hasil belajar 59.63 68.14% 75.17%

Ketuntasan klasikal 49.5% 51.21% 85.36%

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar dan motivasi

belajar peserta didik meningkat dan sudah mencapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu motivasi belajar ≥ 65%,

nilai rata–rata hasil belajar ≥ 65 dan ketuntasan klasikal ≥ 85% sehingga

siklus II dipandang sudah cukup. Dan ternyata dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat

meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik kelas VII C

MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010.

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

84

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian data dan analisis penelitian tentang penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam materi

pokok Segi Empat guna meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar

peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-

2010 dari bab I sampai bab V, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TS-TS) dalam materi pokok segi empat di kelas VII C MTs

Tembalang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-

TS) dalam pembelajaran matematika ternyata dapat meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal

Ilah Tembalang. Hal ini ditunjukan pada peninggkatan hasil akhir tiap

siklus yaitu pada pra siklus rata-rata motivasi belajar peserta didik 50%

dan rata-rata hasil belajar sebesar 59.63 dengan ketuntasan belajar 49.5%,

pada siklus I motivasi belajar peserta didik yaitu 45.56% dan nilai rata–

rata peserta didik mencapai 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%,

pada siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar menjadi 81.51% dan

nilai rata – rata peserta didik mencapai 75.17 dengan ketuntasan klasikal

85.36%.

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

85

B. Saran – saran

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil penelitian yang diperoleh

selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VII C MTs Taqwal

Ilah Tembalang semester genap peneliti menyajikan saran sebagai berikut:

1. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif

dalam menerapkan model pembelajaran yang kini telah menjamur

sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan lagi ketika pelaksanaan

proses belajar mengajar berlangsung.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) sangat

perlu diterapkan oleh guru kelas VII MTs Tembalang pada khususnya dan

guru kelas VII di sekolah lain pada umumnya, karena model pembelajaran

ini dapat memacu semangat/motivasi belajar peserta didik dan mereka

dapat melatih sosialisasi dengan teman serta dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

C. Penutup

Untaian syukur peneliti persembahkan kepada Allah SWT dengan

kalimat hamdalah “Alhamdulillahirobbil’alamin” sehingga skripsi ini bisa

selesai.

Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbalalamin. Sekian dan

terimakasih.

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim, Abu Khodijah Ibnu, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Anni, Tri, Catharina, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES, 2006

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

..............................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

..............................., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008

Bahri, Djamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971

Echols, John, M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, 2003

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Hudojo, Herman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Malang:UNM, 2003

Kagan, Spencer, Coopoerative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008

Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2007

Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

……………, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, Jakarta: Pusdiklat Tenaga Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York: Oxford University Press, 2003

Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, Semarang: -------, 2008

PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006

Riyanto, Amin Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, Bandung; YAPEMDO, 2003

Sanjaya, Wina Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2007

Sanjaya, Wina, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007

Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995)

Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Depdiknas, 2000

Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000

......................., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009

....................... dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007

Sugandi, Achmad, Teori Pembelajaran, Semarang, UPT MKK UNNES, 2006

Suherman, Erman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Malang: UPI, 2003

Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2008

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · Halaman Judul ... (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2009

Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993

Suyitno, Amin, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di MTs, Semarang: FMIPA UNNES, 2007

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005

Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, Malang: UIN Malang Press, 2008

Wintarti, Atik, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Jakarta: Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, 2008

Wittig, Arno, F. Ph.D, Psychology of Learning, United States of Amerika: McGrawHill, 1981

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006