Upload
vuhuong
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining (SFE) Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis Web
Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Belajar Mata
Pelajaran TIK Kelas IX di SMPN 8 Salatiga Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2013/2014
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Claudia Gristia (702010105)
Krismiyati, S.Pd., M.A.
Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Oktober 2014
ii
iii
iv
v
vi
1
Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE)
Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis Web Untuk Meningkatkan
Aktivitas Siswa Dalam Belajar Mata Pelajaran TIK Kelas IX di SMPN 8
Salatiga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014
1)
Claudia Gristia, 2)
Krismiyati,3)
Ramos Somya
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email :1)
Abstract
The purpose of this study is to know the student’s activity and achievment using
powtoon as media and student facilitator and explaining (SFE) as media into technology
information subject. This research is using an experimental method quasi experimental
nonequivalent control grup design. The population in this study are students of class IX
SMPN 8 Salatiga and the sampling are classes IX A and IX B. The instruments for this
study are pre-test and post-test, and observation classroom activities. The results after
treament showed student’s achievment from eksperimental class increasing from 67, 68
to 88,22 and 71,00 to 74,50 from control class. Observation classroom activities results
are 82, 50% from class eksperimental and 58,34% from control class.
Keyword : Student achievment, student actvity, instructional media, Student Facilitator
and Explaning (SFE) model, Powtoon
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa
menggunakan media powtoon dan model pembelajaran student facilitator and explaining
(SFE) pada mata pelajaran TIK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen kuasi dan desain penelitian nonequivalent control grup desing. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga dan sampelnya yaitu siswa
kelas IX A dan IX B. Instrumen penelitian ini adalah tes yaitu pretest dan posttest dan
lembar observasi keaktivan siswa. Hasil penelitian menunjukan perolehan nilai rata-rata
kelas eksperimen 67.68 menjadi 88.22 dan kelas kontrol 71.00 menjadi 74.50. Hasil
observasi keaktivan siswa dikelas eksperimen sebesar 82.50% dan kelas kontrol 58.34%.
Kata kunci : Hasil belajar, Aktivitas belajar, Media pembelajaran, Model student
facilitator dan explaining (SFE), Powtoon
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan TIK, Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
3) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2
1. Pedahuluan
Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat
terutama teknologi internet yang mempengaruhi semua aspek kehidupan.
Teknologi internet menjadi teknologi tepat guna dengan fasilitas seperti sumber
informasi dan data yang dapat diakses secara cepat, berkomunikasi dengan cepat
tanpa batasan jarak. Internet menjadi pusat layanan penting termasuk dalam
bidang pendidikan. Salah satu bentuk penerapan pemanfaatan teknologi di bidang
pendidikan adalah media pembelajaran berbasis web.
Media pembelajaran berbasis web adalah pengajaran dan pembelajaran
yang didukung oleh penggunaan teknologi internet, baik sebagai alat maupun
sebagai sumber informasi[1]. Pembelajaran berbasis web seringkali memiliki
manfaat yang banyak bagi para peserta didiknya. Bila dirancang dengan baik dan
tepat, maka pembelajaran berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang
menyenangkan, memiliki unsur interaktifitas yang tinggi, menyebabkan peserta
didik mengingat lebih banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya
oprasional yang biasanya dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran (seperti uang jajan/ biaya transportasi ke sekolah) [2].
Powtoon adalah media yang dapat digunakan sebagai media presentasi
seperti halaman arahan video, video pendidikan, produk demo, explainers, klip
media dan konten sosial [3]. Powtoon terintegrasi langsung dengan Google Mail,
dengan demikian dapat memudahkan seseorang untuk tidak perlu membawa
materi, bahan ajar pada saat akan melakukan presentasi. Materi yang sudah dibuat
pada slide presentasi Powtoon akan tersimpan secara otomatis dan dapat diakses
kapan saja dan di mana saja pada saat akan digunakan serta dapat di share kepada
sesama pengguna google mail.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat observasi, model
pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi pasif dan kurang antusias
dalam mengikuti pembelajaran. Pada mata pelajaran TIK banyak siswa yang tidak
tuntas dalam belajar atau hasil belajar tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM). KKM (kriteria ketuntasan minimal di kelas IX SMPN 8 Salatiga yang
diberikan yaitu 75. Rata-rata nilai TIK kelas IX 5.55 dengan jumlah 29 siswa, ada
17,25 % siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan 82,75 %
siswa yang belum mencapai kritetia ketuntasan minimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu dilakukan perubahan
model pembelajaran pada mata pelajaran TIK dengan memanfaatkan media
pembelajaran. Penelitian ini memilih memanfaatkan media pembelajaran yang
sudah ada yaitu media pembelajaran berbasis web dengan menggunakan Powtoon
yang terintegrasi langsung dengan Google Mail dan menggunakan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE).
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan
rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka
kemudian memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-
rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa [4].
Penggunaan powtoon sebagai media pembelajaran dan model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining (SFE) ini diharapkan dapat membantu siswa
3
lebih aktif, berpartisipasi pada saat mengikuti pembelajaran dikelas serta dapat
meningkatkan hasil belajar TIK siswa kelas IX di SMPN 8 Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model SFAE ( Student Facilitator and
Explaining ) dengan judul “Pengaruh model pembelajaran SFAE ( Student
Facilitator and Explaining ) terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika kelas 4 SDN Klero 01 kabupaten Semarang semester
genap tahun pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelas
yang diberikan model pembelajaran SFAE mempunyai mean posttest lebih tinggi
dibandingkan mean posttest dengan model pembelajaran konvensional. Aktivitas
belajar siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran SFAE pada
mata pelajaran matematika lebih baik. Rata-rata nilai posttest angket aktivitas
belajar kelompok eksperimen 84.4 dan rata-rata nilai posttest hasil belajar
kelompok eksperimen 79.1, sedangkan untuk rata-rata nilai posttest angket
aktivitas belajar pada kelompok kontrol adalah 65.3 dan rata-rata nilai posttest
hasil belajar kelompok kontrol adalah 70.8. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran SFAE
berpengaruh signifikan pada aktivitas dan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Klero
01 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.[5].
Penelitian lain yang memanfaatkan multimedia interaktif dan media
pembelajaran berbasis web sebagai media pembelajaran berjudul Perbedaan
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Dan Media
Pembelajaran Berbasis Web Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem
Pencernaan Makanan Kelas XI Semester 2. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya penigkatan hasil belajar yang signifikan. Kelas eksperimen pertama
dengan penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dan
media pembelajaran berbasis buku paket dengan nilai tertinggi 89.91 dan nilai
rata-rata 75.48, kelas eksperimen kedua dengan penggunaan media pembelajaran
berbasis web dan media pembelajaran berbasis buku paket, dengan nilai tertinggi
93.24 dan rata-rata nilai 78.144, sedangkan pada kelas kontrol dengan nilai
tertinggi 86.54 dan rata-rata nilai 68.154. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan media pembelajaran berbasis web secara tepat dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar [6].
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kemajuan teknologi informasi, dapat memberikan perubahan atau inovasi baru
dalam bidang pendidikan khususnya yang akan berpengaruh terhadap pola belajar
dan hasil belajar. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang
sebelumnya. Penelitian sebelumnya, pembelajaran berbasis web banyak
memanfaatkan weblog untuk memposting materi, diskusi sedangkan pada
penelitian ini penerapan model student facilitator and explainig (SFE) berbantuan
media pembelajaran berbasis web yaitu penggunaan Powtoon selain digunakan
untuk presentasi, powtoon dilengkapi dengan fitur-fitur yang menarik yaitu
4
gambar animasi, efek suara, video serta materi yang sudah kita buat dapat kita
share kepada sesama pengguna google mail dan model student facilitator and
explaining (SFE) yang dapat menjadikan siswa tidak pasif dan antusias selama
mengikuti pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa yaitu meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran TIK yang sudah ditentukan.
Media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan,
namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, melainkan pesan/informasi
pembelajaran yang dibawakannya, jadi disamping media pembelajaran yang
sudah canggih harus tetap di seimbangkan dengan isi, pesan atau informasi yang
hendak disampaikan [7]. Media pembelajaran berfungsi agar pembelajaran lebih
menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan rasa kemauan siswa
untuk belajar, memperjelas makna bahan pembelajaran yang bervariasi, dan siswa
dapat melakukan kegiatan belajar lebih banyak [8].
Dari beberapa pengertian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa dengan
media pembelajaran diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan menumbuhkan
antusias siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Media pembelajaran
juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang bervariasi
sehingga membuat siswa tidak cepat bosan selama mengikuti pembelajaran.
Media pembelajaran yang sudah sering digunakan seperti peta, globe, diagram,
poster, audio tape, flip chart, over head projector (OHP), dan komputer. Guru
seharusnya mampu memanfaatkan media pembelajaran yang ada dan disesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan.
Klasifikasi dan karakteristik media pembelajaran adalah : (1). Alat-alat
visual yang dapat dilihat, (2). Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat
didengar, (3). Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar [9].
Manfaat-manfaat media pembelajaran yaitu : (1). Penyimpanan materi
pelajaran dapat diseragamkan, (2). Proses pembelajaran lebih jelas dan menarik,
(3). Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4). Efisiensi dalam waktu dan
tenaga, (5). Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (6). Memungkinkan proses
belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, (7). Media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (8).
Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif [10].
Fungsi-fungsi media pembelajaran antara lain: (1). Menyampaikan
informasi dalam proses belajar mengajar, (2). Melengkapi dan memperkaya
informasi dalam kegiatan belajar mengajar, (3). Mendorong motivasi belajar, (4).
Menambah variasi dalam penyajian materi [11].
Ciri-ciri media pembelajaran adalah sebagai berikut: (1).ciri fiksatif adalah
mengambarkan kemampuan media merekam, menyimpan dan merekonstruksi
suatu peristiwa atau objek, (2). Ciri manipulatif adalah transformasi suatu
kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif, (3).
Ciri distributif adalah memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
5
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif
sama mengenai kejadian itu [12].
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan
rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka,
memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya,
yang diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa [13]. Model
pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining merupakan salah
satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen [14]. Langkah-langkah yang digunakan dalam
proses pembelajaran menggunakan model student facilitator and explaining
adalah sebagai berikut : a. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis
besar materi pembelajaran, b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal
ini bisa dilakukan secara bergiliran atau acak, c. Guru menyimpulkan ide atau
pendapat siswa, d. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu [15].
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan metode student facilitator and
explaining adalah pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai fasilitator yang
bertugas menjelaskan hasil diskusi kepada siswa lainnya mengenai materi yang
sedang dibahas seperti melalui peta konsep atau bagan yang dibuat siswa dalam
kelompok diskusi pada kegiatan pembelajaran. Walaupun yang ditunjuk hanya
satu orang perwakilan kelompok yang menjadi fasilitator tetapi hasil diskusi
adalah pekerjaan dan pemikiran dari semua anggota kelompok. Model kelompok
diskusi student facilitator and explaining terdiri dari 4-5 orang dengan
kemampuan yang berbeda-beda. Model student facilitator and explaining dapat
melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mengembangkan
kemampuan diri dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran berbasis web adalah pengajaran dan pembelajaran yang
didukung oleh penggunaan teknologi internet, baik sebagai alat maupun sumber
informasi [16]. Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-
based training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan [17]. Pembelajaran berbasis web suatu kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses
melalui jaringan internet [18]. Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa
dalam belajar, seperti; mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang
dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian mengajukan
pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan, dan kegiatan belajar yang
lainnya [19].
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses
pembelajaran [20]. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu [21].
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan hasil belajar adalah perilaku, perbuatan
atau aktivitas, apresiasi dan keterampilan seorang peserta didik setelah melewati
proses belajar dan diukur suatu skor dalam bentuk angka atau huruf.
6
Powtoon merupakan salah satu aplikasi berbasis web yang terdapat di
Google Mail. Untuk bisa menggunakannya pengguna harus mempunyai account
email di Google Mail, setelah itu aplikasi Powtoon dapat digunakan pada saat
pengguna mengakses Google Mail. Powtoon menawarkan fitur-fitur yang menarik
dalam menyampaikan materi yang hendak kita sampaikan melalui presentasi.
Fitur-fitur tersebut yaitu kita dapat menambahkan gambar animasi, efek suara,
video dan lain-lain sesuai dengan yang kita inginkan. Media presentasi Powtoon
selain digunakan dalam dibidang bisnis seperti Marketing Professionals yaitu
dapat memangkas waktu dan biaya, menigkatkan SEO anda dengan Powtoon
yang cepat dan baik untuk mengedit video animasi, Small Business and Startups
yaitu saat anda memulai usaha kecil dan anda ingin mempromosikan usaha
tersebut terhadap konsumen, pebisnis dan investor dapat menggunakan Powtoon,
menambahkannya di website untuk mempresentasikan produk anda kepada
konsumen, pebisnis, investor. Powtoon juga dapat dimanfaatkan dalam dunia
pendidikan seperti Trainers and Educators yaitu dalam hal ini dapat memotivasi
dengan pembelajaran yang menyenangkan dengan presentasi yang menarik,
singkat, padat dan jelas karena adanya fitur-fitur yang beragam didalam Powtoon
[22].
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi (quasi experimental research) [23].
Rancangan penelitian ini adalah nonequivalent control grup desing hal ini
disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan model
student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media pembelajaran berbasis
web yaitu menggunakan media powtoon terhadap hasil belajar TIK antara
kelompok eksperimen (O1-O2) dan kelompok kontrol (O3-O4) [24]. Desain
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Pola Rancangan Penelitian
pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan
O1 = Tes awal kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan
O2 = Tes akhir kelas eksperimen sesudah diberikan perlakuan
O3 = Tes awal kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan
O4 = Tes akhir kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan
X = Perlakuan yang diberikan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [25]. Berdasarkan
7
pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
IX di SMP N 8 Salatiga. Sampel Penelitian ini adalah Kelas IX A sebagai kelas
kontrol dan IX B sebagai kelas eksperimen.
Gambar 1. Tahap-tahap Penelitian [26]
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan observasi disekolah untuk
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, mengetahui
latar belakang permasalahan yang ada. Selanjutnya melakukan studi pustaka
untuk memperoleh teori mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Menentukan populasi yaitu siswa kelas IX SMP N 8 Salatiga dan sampelnya
yaitu siswa kelas IX A dan siswa kelas IX B. Selanjutnya menyusun kisi-kisi
soal dan pada tanggal 4 Agustus 2014 peneliti melakukan uji validitas soal.
Setelah itu peneliti menyiapkan RPP dan materi pembelajaran. Setelah tahap
persiapan dilakukan selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian yaitu
memberikan pretest, memberikan perlakuan (treatment), memberikan
posttest, tahapan terakhir adalah pengolahan dan analisis data. Tabel indikator
lembar observasi keaktifan siswa dikelas di tunjukan pada tabel 2 berikut.
Tahap Persiapan : Melakukan observasi,
Studi Pustaka, menentukan populasi dan
sampel, menyusun kisi-kisi soal, uji
validitas, menyusun RPP dan materi
pembelajaran
Tahap Pelaksanaan : Memberikan tes
awal (pretest), Memberikan Perlakuan
(treatment), dan Memberikan tes
akhir(postest)
Tahap Pengolahan Data dan Hasil
Penelitian : Analisa Data dan Pembuatan
Laporan
8
Tabel 2. Observasi keaktifan siswa
No Indikator
Aktivitas
Sub
Indikator
Skor
0 1
1 Visual Siswa
memperhatikan
saat guru
memberikan
penjelasan
Siswa
memperhatikan
saat teman
mempresentasikan
hasil diskusi
2 Lisan Siswa bertanya
pada guru dan
teman mengenai
materi yang belum
dipahami
Mampu
mangemukakan
pendapat atau
merespon
pertanyaan dalam
diskusi kelompok
3 Mendengarkan Siswa
mendengarkan
saat guru memberi
penjelasan
Siswa
mendengarkan
saat teman
mempresentasikan
hasil diskusi
4 Menulis Siswa membuat
catatan penting
atau menulis
penjelasan guru
dan hasil diskusi
kelompok
Siswa mampu
membuat
kesimpulan hasil
9
diskusi
5 Emosional Siswa antusias dan
menaruh minat
selama mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Kriteria presentase keaktivan siswa adalah sebagai berikut: [27]
(0) = Tidak
(1) = Ya
Total Presentase : Jumlah indikator terpenuhi
Jumlah indikator keseluruhanx 100%
Tabel 3. instrumen kisi-kisi soal tes
No Kisi-kisi Soal No Soal
1 Pengertian Internet 1, 2
2 Pengertian Intranet 3
3 Sejarah Perkembangan
Internet
4, 5, 6, 7, 8
4 Dampak negatif Internet 9, 10, 11, 12
5 Manfaat internet 13, 14, 15
6 Layanan Internet 16, 17, 18, 19, 20
7 Jenis-Jenis Jaringan
Komputer
21
8 Manfaat Jaringan Komputer 22, 23
9 Protokol Jaringan Komputer 24, 25
Pada tabel 3, kisi-kisi soal tes digunakan untuk menjadi acuan materi apa
saja yang akan di jadikan bahan evaluasi pada soal tes. Instrumen tes ini digunakan
untuk mengetahui pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi yang sudah
disampaikan.
4. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media powtoon terhadap
aktivitas dan hasil belajar TIK siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga. Penelitian ini
dilaksanakan di SMPN 8 Salatiga. Kelas IX B berjumlah 28 siswa sebagai kelas
eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran student facilitator
and explaining (SFE) dan media powtoon dalam menyampaikan materi. Kelas IX
A berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan
model pembelajaran konvensional (ceramah).
Pada tanggal 8 Agustus 2014, guru memberikan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan pada kelas IX A dan kelas
10
IX B. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum diberikan perlakuan (treatment). Setelah diketahui hasil pretest kemudian
menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari
hasil pretest kelas yang dijadikan kelas eksperimen adalah kelas IX B dan kelas
kontrol adalah kelas IXA.
Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014
dikelas eksperimen, Pertama-tama guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa melalui absensi. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan motivasi mengenai internet seperti manfaat internet, layanan yang
ada di internet dan lain-lain. Selanjutnya guru menggali kemampuan awal siswa
mengenai materi pengenalan dan sejarah internet yang akan disampaikan. Setelah
itu guru menginstruksikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
kegiatan pembelajaran yaitu student facilitator and explaining (SFE). Selanjutnya
guru menerapkan model student facilitator and explaining (SFE) dalam kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru menjelasakan materi
pengenalan internet yaitu pengertian internet, sejarah internet dan dampak positif
maupun negatif internet, layanan internet, manfaat internet secara garis besar
menggunakan media powtoon, selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok
4-5 orang untuk berdiskusi mengenai materi pengertian internet, sejarah internet
dan dampak positif maupun negatif internet, layanan internet, manfaat internet
yang sudah guru sampaikan secara garis besar diawal, guru memberikan materi
atau topik diskusi yang berbeda pada setiap kelompok. setelah berdiskusi guru
menunjuk perwakilan kelompok sebagai fasilitator untuk menjelaskan hasil
diskusinya melalui bagan atau memberikan penjelasan mengenai pengertian
internet dan sejarah internet, kelompok selanjutnya menjelaskan hasil diskusinya
mengenai layanan-layanan yang ada di internet, kelompok selanjutnya
menjelaskan manfaat internet, dampak negatif internet melalui uraian atau melalui
bagan, jika ada siswa yang belum mengerti, siswa tersebut dapat bertanya kepada
kelompok yang sedang menjelaskan hasil diskusinya, kemudian kelompok
tersebut menanggapi pertanyaan dari kelompok lain yang bertanya. Jika semua
kelompok sudah mendapat kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusinya, guru
menyimpulkan ide atau pendapat siswa dalam diskusi kelompok tersebut
kemudian menjelaskan materi pengenalan dan sejarah internet secara keseluruhan,
meluruskan kesalahpahaman siswa mengenai materi sudah dipelajari, jika masih
ada siswa yang belum memahami materi bisa bertanya langsung kepada guru,
setalah itu diakhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama membuat
kesimpulan mengenai materi yang baru saja dipelajari. Kelompok siswa yang
belum mendapat giliran untuk menjelaskan hasil diskusi, akan mendapat
kesempatan pada pertemuan selanjutnya dengan lanjutan materi pengenalan
internet. Guru berpesan kepada siswa yang belum ataupun yang sudah mendapat
kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi, untuk mencari refrensi dan
mempelajari materi terlebih dahulu untuk pertemuan pada minggu selanjutnya.
11
Gambar 2. Siswa diskusi kelompok dan memperesentasikan hasilnya
Gambar 3. Penggunaan media PowToon dalam menyampaikan materi
Pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2014,
dikelas eksperimen melanjutkan materi pengenalan internet. Pada perlakuan kedua
guru masih memberikan perlakuan model pembelajaran student facilitator and
explaining (SFE) dan menggunkan media Powtoon dalam menyampaikan materi
pelajaran. Pertama-tama guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan
salam, berdoa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa melalui
absensi. Guru bertanya kepada siswa mengenai pelajaran minggu lalu, kemudian
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Setelah itu guru
kembali menggali kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan
disampaikan. Setelah itu guru menjelaskan materi lanjutan tentang pengenalan
internet yaitu jaringan komputer, jenis-jenis jaringan komputer, protokol jaringan
komputer dan manfaat jaringan komputer secara garis besar. Selanjutnya guru
kembali memerintahkan siswa untuk berdiskusi kelompok dengan kelompok yang
sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, guru memberikan materi diskusi
jaringan komputer, jenis-jenis jaringan komputer, protokol jaringan komputer dan
manfaat jaringan komputer pada setiap kelompok. Setelah itu guru menunjuk
perwakilan kelompok sebagai fasilitator untuk menjelasakan sistem jaringan
komputer. Kelompok selanjutnya ditunjuk untuk menjelaskan jenis-jenis jaringan
komputer dengan membuat bagan, mengambar dan menjelaskannya. Kelompok
berikutnya menjelaskan protokol jaringan komputer, manfaat jaringan komputer,
sampai semua kelompok mendapat kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi
kelompok mengenai pengenalan internet. Selanjutnya guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum di pahami, baik kepada
12
kelompok diskusi maupun kepada guru. Setelah siswa menjawab pertanyaan dari
siswa lain yang bertanya, selanjutnya guru menjelaskan materi jaringan komputer,
jenis-jenis jaringan komputer, protokol jaringan komputer dan manfaat jaringan
komputer secara keseluruhan kemudian bersama-sama siswa membuat
kesimpulan mengenai materi yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut. Di
akhir pelajaran guru berpesan kepada siswa untuk mempelajari meteri yang sudah
disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua kerena pada pertemuan
selanjutnya siswa akan diberikan tes yaitu posttest.
Dari hasil pengamatan tentang kegiatan siswa dikelas dengan diberikan
perlakuan student facilitator and explaining (SFE) siswa jadi lebih aktif selama
mengikuti pembelajaran berdiskusi kelompok, mengemukakan pendapat,
merespon pendapat dari siswa lain, pertanyaan guru. Media Powtoon membuat
siswa menjadi lebih antusias karena media yang digunakan menarik dengan
adanya animasi yang bergerak, gambar-gambar animasi, efek suara, dan tampilan
background yang berwarna.
Pada pertemuan pertama di kelas kontrol yang dilaksanakan pada tanggal
11 Agustus 2014. Pertama-tama guru mengucapkan salam, berdoa, absensi setelah
itu siswa diberikan perlakuan dengan model konvensional (ceramah). Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, menggali kemampuan awal siswa mengenai
materi yang akan disampaikan. Selanjutnya guru menyampaikan materi
pengenalan internet yaitu pengertian internet, sejarah internet dan dampak positif
maupun negatif internet, layanan internet, manfaat internet dengan ceramah,
kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang kurang dipahami, ada beberapa siswa yang bertanya mengenai materi
yang kurang dipahami, kemudian guru menjawab pertanyaan tersebut. Diakhir
pelajaran guru membuat kesimpulan mengenai materi yang baru dipelajari, guru
berpesan kepada siswa untuk mencari refrensi materi pada pertemuan selanjutnya
untuk dipelajari terlebih dahulu.
Pertemuan kedua di kelas kontrol yang dilaksanakan pada tanggal 18
Agustus 2014. Masih diberikan perlakuan yang sama yaitu dengan model
konvensional melajutkan materi pengenalan internet yaitu jenis-jenis jaringan
komputer, sistem jaringan komputer, protokol jaringan komputer dan manfaat
jaringan komputer. Siswa mendengarkan penjelasan guru selanjutnya guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang
dipahami, guru menjawab beberapa pertanyaan siswa dan selanjutnya membuat
kesimpulan mengenai materi pada pertemuan tersebut. Diakhir pelajaran guru
berpesan kepada siswa untuk mempelajari meteri yang sudah disampaikan pada
pertemuan pertama dan kedua kerena pada pertemuan selanjutnya siswa akan
diberikan tes yaitu posttest. Pada tanggal 25 Agustus kelas eksperimen dan kelas
kontrol diberikan soal tes posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
setelah diberikan perlakuan (treatment).
Model pembelajaran student facilitator and explaining serta menggunakan
media powtoon dan model konvensional pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Dari hasil
wawancara kepada guru dan siswa menyatakan model pembelajaran student
facilitator and explaining guru menyatakan pembelajaran lebih aktif, melatih
13
siswa untuk bisa berbicara dan mengemukakan pendapat atau ide kepada siswa
lain. Siswa menyatakan pembelajaran lebih aktif dibandingkan dengan
pembelajaran dengan konvensional dan berpusat pada guru, siswa dilatih
kemampuannya untuk bisa bertukar pendapat, mempersiapkan ide yang kreatif.
Media powtoon sangat membantu dalam menyampaikan materi dengan tampilan
yang penuh warna, gambar animasi dan efek suara.
Berdasarkan hasil penelitian ini, setelah diterapkan proses pembelajaran
dengan memberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol dan perlakuan menggunaan model pembelajaran student facilitator
and explaining (SFE) serta menggunakan media powtoon pada kelas eksperimen,
menunjukan bahwa hasil belajar pada kedua kelompok tersebut mengalami
peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu dari 71.00
menjadi 74.50 sedangkan pada kelas eksperimen yaitu dari 67.68 menjadi 88.22,
peningkatan yang terjadi sebesar 20.54 % pada kelas eksperimen sedangkan pada
kelas kontrol yaitu sebesar 3.50%.
Hasil perolehan persentase observasi keaktifan siswa kelas eksperimen
yang diberikan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan
pengunaan media powtoon dan kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran
konvensional.
Tabel 4. Hasil presentase observasi keaktifan siswa di kelas
No Indikator Kelas
Eksperimen Kontrol Selisih
1 Visual 91.67 % 66.67 % 25 %
2 Lisan 83.34 % 58.33 % 25.01 %
3 Mendengarkan 87.50 % 54.16 % 33.35 %
4 Menulis 79.16 % 62.50 % 16.66 %
5 Emosional 70.84 % 50.00 % 20.84 %
Jumlah 82.50% 58.34 % 24.16 %
Persentase penskoran untuk hasil pada lembar observasi mengamati
keaktifan siswa secara individu adalah sebagai berikut :
Aktivitas Kurang baik : presentase aktivitas peserta didik < 25%
Aktivitas Cukup baik : 25%≤ presentase aktivitas peserta didik <50%
Aktivitas Baik : 50%≤ presentase aktivitas peserta didik <75%
Aktivitas Sangat baik : presentase aktivitas peserta didik ≥75% [28].
Dari hasil observasi mengamati keaktifan siswa dikelas, terdapat perbedaan
antara kelas eksperimen sebesar 82.50% dan kelas kontrol sebesar 58.34%. Pada
kelas eksperimen persentase indikator visual sebesar 91.67% yang berarti
keaktifan siswa dalam indikator visual sangat baik, persentase indikator lisan
14
sebesar 83.34% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator lisan juga sangat
baik, persentase keaktifan siswa dalam indikator mendengarkan sebesar 87.50%
yang berarti keaktifan siswa dalam indikator mendengarkan sangat baik,
persentase indikator menulis sebesar 79.16% yang berarti keaktifan siswa dalam
indikator menulis sangat baik, persentase indikator emosional sebesar 70.84%
yang berarti keaktifan siswa dalam indikator emosional baik. Pada kelas kontrol
persentase keaktifan siswa dalam indikator visual sebesar 66.67% yang berarti
keaktifan siswa dalam indikator visual baik, persentase indikator lisan sebesar
58.33% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator lisan juga baik, persentase
indikator mendengarkan sebesar 54.16% yang berarti keaktifan siswa dalam
indikator mendengarkan baik, persentase indikator menulis sebesar 62.50% yang
berarti keaktifan siswa dalam indikator menulis baik, persentase indikator
emosional sebesar 50.00% yang berarti keaktifan siswa dalam indikator emosional
cukup baik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dikelas
eksperimen yang diberikan perlakuan (treatment) menggunakan model
pembelajaran student facilitator and explaining (SFE) dan media powtoon dalam
menyampaikan materi berada dalam kategori sangat baik sedangkan dikelas
kontrol yang diberikan perlakuan (treatment) menggunakan model pembelajaran
konvensional berada dalam kategori baik.
Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya mengalami sedikit hambatan,
model pembelajaran yang baru memerlukan waktu penyesuaian bagi guru dan
siswa. Hambatan-hambatan yang terjadi perlahan dapat dikurangi, kegiatan di
kelas yang terarah dan kondusif dapat menambah semangat, saling bertukar
pendapat, bersama-sama memecahkan masalah dapat menciptakan lingkungan
belajar positif, sehingga pelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Dari semua
pembahasan yang telah diuraikan memperlihatkan bahwa penerapan model
student facilitator and explaining (SFE) berbantuan media pembelajaran berbasis
web menggunakan powtoon meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK kelas IX SMPN 8 Salatiga.
5. Simpulan
Hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan
yang signifikan. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 67.68 sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 71.00. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar
88.22 sedangkan pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 74.50. Perolehan
persentase keaktifan siswa dikelas eksperimen dan kontrol juga mengalami
perbedaan yaitu 82.50% dan 58.34%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining (SFE)
berbantuan media pembelajaran berbasis web menggunakan powtoon dapat
menigkatkan hasil belajar TIK siswa SMPN 8 Salatiga.
15
6. Pustaka
[1] Rusman. 2011. Pembelajaran berbasis web teknologi informasi dan
komunikasi. Rajawali Press. Hal 263
[2] Kruse. 2004. Using the web for learning. [online]. akses 16 oktober 2014
jam 1.43
[3] http://www.powtoon.com/presentoons/b5KPEgjvBk6/edit/
[4] Huda. 2013. model-model pengajaran dan pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
[5] Aryadi, 2013. Pengaruh model pembelajaran SFAE ( Student facilitator and
explaining ) terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika kelas 4 SDN klero 01 kabupaten semarang genap tahun pelajaran
2012/2013. Salatiga: Skripsi.
[6] Septeryana. 2013. Perbedaan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis
Multimedia Interaktif Dan Media Pembelajaran Berbasis Web Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI
Semester 2. Skripsi
[7] Riyana, C. (2007). Konsep Dasar e-Learning Dokumen presentasi pada
perkuliahan e learning di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
[8] Riyana, C. (2009). “Blended Learning”, dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.
[9] Hamlik, O. 1989. Media Pendidikan. Bandung : Citra aditya bakti.
[10] Dayton. 2003. Depdiknas
[11] Rohani, A. 1997. Media instruksional educatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[12] Gerlach & Ely. 1971. Teaching and media: A System Approach. (2nd).
Prentice-Hall, Inc. New Jersey
[13] Huda. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.pustaka pelajar.
Yogyakarta
[14] Trianto. 2007. Mendesain model pembelajaran inovatif berorientasi
konstruktivistik. Bandung: Prestasi Pustaka
[15] Huda. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.pustaka pelajar.
Yogyakarta
[16] Munir. (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasisteknologi informasi dan
komunikasi. Bandung. Alfabeta
[17] Harton, dalam Lawanto, Oenardi. 2000. Pembelajaran berbasis web
sebagai metode komplemen kegiatan dan pelatihan Unitas. Hal 46
16
[18] Rusman. 2011. Pembelajaran berbasis web teknologi informasi dan
komunikasi. Rajawali Press. Hal 263
[19] Sanjaya, wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
[20] Sudjana, Nana. 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakaya.
[21] Brahin. (2007). Peningkatan Hasl Belajar Sains Siswa Kelas IV SD Melalui
Pendekatan Penempatan Sumber Daya Alam Hayati di Lingkungan Sekitar.
[online]. Macam-macam hasil belajar yaitu pemahaman konsep,
keterampilan proses, sikap. Akses 16 oktober 2014 jam 1.41
[22] http://www.powtoon.com/presentoons/b5KPEgjvBk6/edit/
[23] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta.
Bandung. Hal 77
[24] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta.
Bandung. Hal 79
[25] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta.
Bandung. Hal 80
[26] Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
[27] Sardiman, A.M. 2004.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
[28] Sugiyono.metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.2011. Alfabeta.
Bandung. Hal 99