Penerapan Teori Belajar Bruner Dengan Metode Kerja Laboratorium Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mkl

Citation preview

  • PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER PADA PEMBELAJARAN FISIKA POKOK

    BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN METODE KERJA

    LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

    KELAS VIII SMP NEGERI 13 PURWOREJO

    ARIF AFFANDI

    Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Yogyakarta

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan

    hasil belajar ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa dalam pembelajaran fisika pokok

    bahasan getaran dan gelombang setelah

    diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing. Dalam hubungan ini akan

    ditelaah peran teori belajar Bruner dengan metode

    kerja laboratorium terbimbing dalam peningkatan

    hasil belajar siswa tentang konsep getaran dan gelombang.

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

    kelas dengan subjek penelitian 31 siswa SMP Negeri 13 Purworejo kelas VIII B dan berlangsung

    dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan

    melalui suatu proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

    Instrumen penelitian ranah kognitif siswa berupa

    tes hasil belajar yang meliputi pretest dan postest.

    Soal yang digunakan dalam pretest dan postest telah dikembangkan melalui proses uji coba pada

    kelas III A dan divalidasi oleh guru kemudian

    direvisi dan digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar ranah kognitif siswa. Instrumen

    penelitian ranah psikomotorik dan ranah afektif

    siswa berupa lembar observasi disusun berdasarkan

    lembar kegiatan siswa dan divalidasi oleh guru dan dosen pembimbing kemudian direvisi dan

    digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar

    ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa. Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis

    data adalah deskriptif secara persentase.

    Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa melalui penerapan teori belajar Bruner

    dengan metode kerja laboratorium terbimbing

    mampu meningkatkan hasil belajar baik ranah

    kognitif, psikomotorik, maupun afektif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada

    siklus I dan II berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55

    atau mengalami peningkatan sebesar 13,29 untuk ranah kognitif, 71,07 dan 81,68 atau mengalami

    peningkatan sebesar 10,61 pada LKS 1 serta 61,43

    dan 79,84 atau mengalami peningkatan sebesar 18,41 pada LKS 2 untuk ranah psikomotorik, dan

    72,83 dan 88, 47 atau mengalami peningkatan

    sebesar 15,64 pada LKS 1 serta 71,42 dan 86,85

    atau mengalami peningkatan sebesar 15,43 pada LKS 2 untuk ranah afektif. Berdasarkan uraian

    tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan

    teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing berperan meningkatkan

    hasil belajar siswa ranah kognitif, psikomotorik,

    dan afektif.

    Kata kunci: teori belajar Bruner, kerja

    laboratorium terbimbing, hasil belajar siswa,

    getaran dan gelombang.

    Abstract

    The purpose of this research is improvement of studies result in cognitive, psychometric, and

    affective aspects on students. Main discussions of

    physics learning are vibration and waving after

    applying learning of Bruner theory in laboratory working guidance. This would be studied about

    roles of Bruner learning theory used laboratory

    working guidance methods on increasing student study results in vibration and waving concepts.

    This research is class action which is

    conducted 31 secondary school students at SMP N

    13 Purworejo, grade VIII B, and done in 2 cycles. Every process is done in 4 steps, which are

    planning, doing, observation and reflecting.

    Cognitive aspects of studied instruments are marked learning that consists of pre-test and post-

    test. The questioners have been explored to grade

    III A, and then those are validated by teachers. After that, it is used to collect data from cognitive

    aspects. Research devices of psychometric and

    affective aspects are evaluation papers which are

    maintained based on student tasks (LKS), then it would be validated by teachers and research

    advisors, and this is used for collecting the data.

    The methods to analyze the data are descriptive percentage.

    The result shows that application Bruner

    theory can increase student studies on cognitive, psychometric, and affective aspects. However,

  • there are average results different for cognitive,

    psychometric, and affective aspects, which are conducted in first and second cycles. Cognitive,

    psychometric, and affective features are from 56.26

    to 69.55 or a rise 13.29, between 71.07 and 81.68

    or growth 10.61 for LKS 1 and between 61.43 and 79.84 or an increase 18.41 for LKS 2, and from

    72.83 to 88.47 or a rise 15.64 for LKS 1 and from

    71.42 to 86.85 or an increase 15.43 for LKS 2 respectively. Overall, it seems that the claim of

    Bruner theory can be used to increase student

    ability on learning in methods of advising laboratory.

    Key words: Bruner theory, methods of laboratory

    advising, vibration and waving, and results of learning students.

    PENDAHULUAN

    Proses belajar-mengajar fisika khususnya dan IPA pada umumnya harus dipandang sebagai

    suatu proses dan sekaligus produk. Pendidikan

    disebut bermutu dari segi proses, jika proses

    belajar-mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang

    bermakna, Oleh karena itu, dalam pembelajaran

    fisika proses dan produk dijadikan pertimbangan dalam memilih strategi atau metode mengajar

    sehingga proses belajar-mengajar dapat

    berlangsung efektif dan efisien. Salah satu indikator

    keberhasilan sekolah adalah apabila hasil ujian akhir siswa mencapai target yang telah ditetapkan.

    Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa

    hasil yang dicapai sekolah belum optimal. Selain disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa

    hal ini juga disebabkan karena proses pembelajaran

    yang kurang efektif. Melihat realitas pembelajaran yang ada di sekolah saat ini, banyak ditemukan

    bahwa kegiatan pembelajaran masih didominasi

    oleh model pembelajaran konvensional berupa

    kegiatan ceramah oleh guru saja. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 13

    Purworejo khususnya pada pokok bahasan getaran

    dan gelombang yang selama ini pembelajaran masih menggunakan strategi pembelajaran

    konvensional yaitu, siswa hanya menerima materi

    dari guru sehingga para siswa lebih cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran

    yang demikian ini menyebabkan siswa kurang aktif

    selama proses pembelajaran berlangsung sehingga

    akan menimbulkan kejenuhan, hal tersebut akan mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa.

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

    terhadap guru fisika menunjukkan bahwa nilai rata-

    rata fisika siswa yaitu 54,11 masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) fisika kelas

    VIII yaitu 63,2 serta nilai ketuntasan yang telah

    ditetapkan guru yaitu 65. Hasil observasi yang telah

    dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 13 Purworejo menunjukkan bahwa keaktifan siswa

    dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini

    terlihat dari kurangnya siswa dalam bertanya, karena selama kegiatan pembelajaran semua

    aktivitas siswa tidak diberi penilaian oleh guru.

    Menurut penjelasan guru fisika dan siswa melalui hasil wawancara pada saat observasi menunjukkan

    bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan

    didominasi dengan menggunakan metode ceramah,

    sehingga siswa merasa bosan dan cenderung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran fisika. Selain

    itu pemanfaatan laboratorium dan fasilitas yang ada

    sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan psikomotorik siswa dalam

    pembelajaran belum digunakan secara optimal,

    sehingga metode kerja laboratorium jarang sekali digunakan dalam proses pembelajaran fisika.

    Proses kegiatan belajar mengajar yang

    melibatkan keaktifan siswa serta siswa dituntut

    untuk menemukan sebuah konsep diperlukan untuk memecahkan permasalahan dalam proses

    pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 13

    Purworejo. Teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing diharapkan mampu

    menjadikan pembelajaran fisika lebih bermakna

    sehingga hasil belajar siswa baik pada aspek

    kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat ditingkatkan. Dengan demikian, perlu dilakukan

    penelitian tindakan kelas tentang penerapan teori

    belajar Bruner pada pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang dengan metode

    kerja laboratorium terbimbing untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Purworejo.

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya

    teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium

    terbimbing. 2. Meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik

    siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan

    getaran dan gelombang setelah diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium

    terbimbing.

    3. Meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang setelah diterapkannya

  • teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium

    terbimbing.

    KAJIAN PUSTAKA

    1. Penelitian Tindakan Kelas

    Penelitian tindakan banyak digunakan

    untuk meneliti upaya perbaikan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu kemudian dikenal istilah

    penelitian tindakan kelas (classroom action

    research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan baik oleh guru

    maupun calon guru sebagai peneliti untuk

    memecahkan suatu permasalahan yang timbul di

    kelas dengan memberikan perlakuan agar diperoleh kualitas pembelajaran yang lebih baik.

    Menurut Kunandar (2008: 44), tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk

    memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di

    kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam

    mengembangkan profesinya. 2. Metode kerja laboratorium terbimbing dalam

    pembelajaran fisika

    Pada dasarnya untuk mengajarkan fisika diperlukan teori-teori belajar yang

    menggunakan eksperimen di laboratorium

    sebagai metode pembelajarannya. Menurut Zuhdan Kun Prasetyo (2001: 2.4), metode untuk

    mempelajari fisika yang dilakukan di

    laboratorium disebut dengan metode kerja

    laboratorium. Kerja laboratorium melibatkan siswa dalam investigasi sesungguhnya sehingga

    mereka dapat mengamati, mengidentifikasi

    masalah, mendesain cara kerja, mengukur, dan mengambil kesimpulan sendiri. Kerja

    laboratorium akan dapat mempengaruhi sikap

    mereka untuk memulai melakukan kerja ilmiah.

    Kerja laboratorium juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip dengan

    lebih baik dalam proses pembelajaran fisika.

    3. Teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing

    Belajar penemuan (discovery learning)

    merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Jerome Bruner (1966).

    Teori belajar yang pernah dikemukakan Jerome

    Bruner yakni free discovery learning. Menurut

    teori itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan

    kepada siswa untuk menemukan suatu aturan

    termasuk (konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan

    yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner

    yakin bahwa belajar penemuan adalah proses

    belajar dimana guru harus menciptakan situasi

    belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong

    siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan

    eksperimen.

    Tahap-tahap penerapan belajar penemuan yaitu stimulus, identifikasi masalah,

    pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi,

    dan generalisasi. Adapaun manfaat dari teori belajar penemuan yang dikemukan oleh Bruner

    adalah pengetahuan yang diperoleh siswa akan

    bertahan lama atau lama dapat diingat, belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan

    masalah, hasil belajar penemuan mempunyai

    efek transfer yang lebih baik, dan secara

    menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir

    secara bebas.

    4. Hasil belajar fisika Hasil belajar secara garis besar dibagi

    dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah

    psikomotor, dan ranah afektif. Adapun bagian-bagian ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif

    disajikan pada gambar dibawah ini:

    METODE PENELITIAN

    Penelitian yang digunakan adalah penelitian

    tindakan kelas. Penelitian ini melibatkan 1 orang guru mata pelajaran fisika dan 6 observer pada

    siklus I dan 8 observer pada siklus II serta siswa

    kelas VIII SMP N 13 Purworejo dengan pokok bahasan getaran dan gelombang. Sesuai dengan

    rekomendasi dari guru dan observasi awal yang

    dilakukan maka kelas VIII B yang dipilih menjadi kelas sampelnya dari jumlah populasi kelas VIII

    yaitu 155 siswa yang dibagi menjadi 5 kelas dengan

    jumlah siswa 31 tiap kelasnya.

    Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah

    model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan

    Taggart. Secara garis besar terdapat tiga tahapan tiap siklusnya yaitu pertama perencanaan, kedua

    tindakan dan observasi, dan yang ketiga refleksi.

  • Adapun alur penelitian tindakan kelas menurut

    Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:

    Pada siklus I terdiri dari empat pertemuan. Pertemuan pertama siswa melakukan pretest,

    pertemuan kedua dan ketiga siswa melakukan kerja

    laboratorium terbimbing dengan acuan LKS yang sesuai dengan tahapan pada teori belajar Bruner

    dan pertemuan keempat siswa melakukan posttest I.

    Pada siklus II tidak ada pretest sehingga hanya terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan

    kedua siswa melakukan kerja laboratorium

    terbimbing dengan acuan LKS yang sesuai dengan

    tahapan pada teori belajar Bruner dan pertemuan ketiga siswa melakukan posttest II. LKS pada

    siklus II telah direfleksi dari siklus I.

    Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif siswa dilakukan dengan observasi

    kinerja siswa selama kegiatan pembelajaran kerja

    laboratorium terbimbing. Setelah dilakukan

    observasi dilanjutkan refleksi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan

    pada siswa. Dari refleksi ini dilakukan diskusi

    dengan guru, dosen pembimbing dan peneliti untuk menentukan rencana yang akan dipakai dalam

    siklus berikutnya. Kemudian rencana yang telah

    disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I ini dilaksanakan pada siklus II dengan tetap melakukan

    observasi dan refleksi sebagaimana pada siklus I.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian

    ini antara lain: a. Tes Prestasi

    Teknik pengambilan data untuk

    mengetahui peningkatan prestasi dilakukan melalui tes prestasi. Tes prestasi meliputi pretest

    dan posttest. Tes kemampuan awal (pretest)

    dilakukan sebelum siswa mendapat materi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

    siswa, kemudian tes dilakukan diakhir

    pembelajaran atau posttest untuk mengetahui

    kemampuan mereka setelah mendapatkan materi. Selisih nilai pretest dan posttest

    merupakan peningkatan hasil belajar. Soal-soal

    yang digunakan untuk pretest telah divalidasi,

    baik validitas konstruk maupun validitas isi. Validitas konstruk dianalisis menggunakan

    program iteman 3.00. Hasil validitas konstruk

    kemudian divalidasi oleh ahli atau validitas isi.

    Validator isi pada penelitian ini adalah guru pembimbing. Soal yang digunakan untuk

    posttest identik dengan soal pada pretest.

    b. Lembar Observasi Instrumen ini digunakan untuk menjaring

    kemampuan siswa yang berupa hasil belajar

    ranah psikomotorik dan afektif siswa. Hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif diamati

    dan dinilai selama kegiatan kerja laboratorium

    berlangsung dengan menggunakan lembar

    observasi hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif siswa. Lembar observasi disusun

    berdasarkan lembar kegiatan siswa (LKS) dan

    berjumlah sesuai dengan jumlah LKS. Instrumen ini menggunakan skala Likert dengan

    empat pilihan (1-4) untuk mengukur psikomotor

    dan afektif. Lembar observasi yang digunakan baik ranah psikomotorik maupun afektif telah

    divalidasi oleh dosen ahli.

    Teknik pengumpulan data diawali dengan

    melakukan observasi atau pengamatan terlebih dahulu sebelum memberikan perlakuan atau

    tindakan. Setelah itu, diberikan perlakuan atau

    tindakan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode kerja

    laboratorium terbimbing dengan LKS sebagai

    pedoman. LKS dibuat dengan menggunakan

    tahapan yang ada pada teori belajar Bruner. Dalam kegiatan kerja laboratorium, guru membimbing

    siswa untuk menemukan konsep getaran dan

    gelombang. Pada saat kegiatan kerja laboratorium

    berlangsung, dilakukan pengamatan dan penilaian

    ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa. Pengamatan dan penilaian dilakukan oleh observer.

    Hasil analisis lembar observasi ranah psikomotik

    dan ranah afektif siswa digunakan untuk mengukur

    keberhasilan proses pembelajaran fisika setelah diterapkannya teori belajar Bruner dengan metode

    kerja laboratorium. Hasil pengamatan pada saat

    siswa melakukan kegiatan kerja laboratorium terbimbing kemudian direfleksi untuk

    merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya.

    Tes prestasi digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa yang meliputi pretest

    dan posttest. Pretest hanya dilakukan satu kali

    untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Posttest

    dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa setelah

    mendapatkan tindakan. Hasil tes prestasi kemudian

    Keterangan :

    0 = Perenungan

    1 = Perencanaan

    2 = Tindakan dan Observasi

    3 = Refleksi

    4 = Perencanaan II

    5= Tindakan dan Observasi II

    6 = Refleksi II

  • dianalisis untuk mengetahui hasil belajar ranah

    kognitif siswa. Hasil analisis pretest dan posttest kemudian dibandingkan untuk mengetahui

    peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa.

    Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa

    merupakan keberhasilan produk dari penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika

    dengan metode kerja laboratorium terbimbing.

    Indikator keberhasilan penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika dengan

    metode kerja laboratorium terbimbing ditandai

    dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif siswa telah melebihi nilai Kriteria

    Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA

    kelas VIII SMP N 13 Purworejo serta adanya

    peningkatan hasil belajar siswa ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa minimal telah mencapai

    kriteria baik. Dengan indikator keberhasilan

    tersebut apabila telah terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa ranah kognitif yang

    telah melebihi nilai KKM mata pelajaran IPA kelas

    VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan oleh guru yaitu 65 dan kualifikasi aspek ranah

    psikomotorik dan afektif siswa yang diamati

    minimal tergolong dalam kriteria baik maka siklus

    bisa dihentikan. Analisis dilakukan dengan deskriptif secara

    persentase, yaitu dengan memadukan seluruh

    informasi yang diperoleh dari setiap siklus. Kemudian, untuk mengetahui tingkat keberhasilan

    produk yang dicapai, baik pada saat proses

    pembelajaran berlangsung maupun setelah proses

    pembelajaran selesai, dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Keberhasilan produk yang berupa kemampuan kognitif dapat diketahui dengan melihat dan menganalisis hasil pekerjaan pretest dan

    posttest.

    2. Persentase keberhasilan produk dari hasil posttest dapat diketahui dengan membandingkan

    jumlah siswa yang menjawab benar dengan

    jumlah keseluruhan siswa dikalikan 100%.

    Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

    P % = N

    B X 100 %

    Keterangan:

    P = persentase keberhasilan produk

    B = jumlah siswa yang menjawab benar N = jumlah keseluruhan siswa

    3. Tingkat keberhasilan proses kegiatan pembelajaran tercermin pada ranah

    psikomotorik dan afektif, yaitu dengan

    menganalisis lembar observasi psikomotorik

    dan afektif siswa pada saat praktikum. Menurut Ngalim Purwanto (2012: 103), kategori

    penskoran lembar observasi dikualifikasi

    dengan kriteria sebagai berikut:

    Persentase Kriteria

    80% - 100% Sangat baik

    60% - 79 % Baik

    40% - 59% Sedang

    20% - 39% Kurang

    0% - 19% Sanagat baik

    Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya prosentase psikomotorik dan afektif

    siswa adalah :

    % = %100x

    maksimalSkor

    observasihasildaridiperolehyangSkor

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Sebelum tindakan penerapan teori belajar

    Bruner dengan metode kerja laboratorium

    terbimbing dilaksanakan, peneliti melakukan

    pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui

    skor dasar siswa. Dari pelaksanaan tes

    kemampuan awal (pre-test) diperoleh rata-rata

    skor tes 44,90 dengan nilai tertinggi 68 dan

    nilai terendah 32. Hasil analisis data pada siklus I setelah

    dilaksanakan pembelajaran menggunakan penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja

    laboratorium terbimbing adalah sebagai berikut:

    1) Hasil belajar ranah psikomotorik siswa Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik

    selama kegiatan kerja laboratorium berlangsung

    dapat dinilai dengan menggunakan lembar

    observasi psikomorik siswa. Lembar observasi psikomotorik siswa terdiri dari 2 lembar

    observasi yaitu lembar observasi psikomotorik

    LKS 1 dan lembar observasi psikomotorik LKS 2. Dari hasil observasi yang telah dianalisis

    selama kegiatan pembelajaran berlangsung

    diperoleh nilai rata-rata hasil pengolahan data dari lembar observasi psikomotorik yaitu 71,07

    pada Lembar observasi psikomotorik LKS 1 dan

    61,43 pada lembar observasi LKS 2.

    2) Hasil belajar ranah afektif siswa Hasil analisis data lembar observasi

    selama kegiatan pembelajaran berlangsung

    diperoleh hasil rata-rata penilaian hasil belajar ranah afektif siswa LKS 1 yaitu 72,83 dan hasil

    belajar ranah afektif siswa LKS 2 yaitu 71,42.

  • 3) Hasil belajar ranah kognitif siswa Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus

    I selesai, siswa diberi soal postest I untuk

    mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa.

    Hasil postest I kemudian dianalisis dan

    didapatkan data hasil postest I. Berdasarkan hasil analisis postest I, dapat diketahui bahwa

    nilai rata-rata hasil postest I siswa sebesar 56,26

    dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 32. Dari hasil analisis postest I diketahui bahwa

    25,81% siswa memenuhi nilai KKM dan

    74,19% siswa tidak memenuhi nilai KKM kelas VIII SMP N 13 Purworejo. Hasil postest I

    mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar

    11,36 dari nilai pretest yaitu 44,90.

    Dari analisis pada siklus I diperoleh beberapa permasalahan yang perlu direfleksi pada siklus II.

    Permasalahan tersebut antara lain siswa cenderung

    kurang aktif pada saat kegiatan praktikum di laboratorium, masih banyak siswa yang belum jelas

    saat melakukan praktikum meskipun sebelum siswa

    melakukan praktikum guru telah menjelaskan LKS tersebut, serta banyaknya variabel yang harus

    diteliti siswa pada kegiatan ketiga LKS 1.

    Akibatnya pelaksanaan praktikum lebih lama dari

    jadwal yang seharusnya. Kurang aktifnya siswa juga terlihat dari masih banyaknya siswa yang

    belum berani bertanya.

    Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti bersama guru merencanakan langkah-langkah

    perbaikan yang akan diterapkan dalam siklus II,

    diantaranya yaitu:

    1. Diawal praktikum guru terlebih dahulu menjelaskan LKS sampai semua siswa jelas,

    2. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam melakukan

    kegiatan praktikum,

    3. Guru selalu memotivasi siswa untuk aktif selama kegiatan praktikum,

    4. Guru memotivasi siswa untuk berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru,

    5. Guru memperkecil jumlah variabel penelitian dalam kegiatan ketiga LKS 1 sehingga

    praktikum dapat selesai sesuai dengan jadwal

    yang telah direncanakan. Data yang diperoleh dari siklus II kemudian

    dianalisis dan diperoleh hasil analisis sebagai

    berikut: 1) Hasil belajar ranah psikomorik siswa

    Keaktifan siswa dalam kegiatan

    praktikum pada pertemuan pertama dan kedua

    dinilai dengan menggunakan lembar observasi psikomotorik siswa LKS 1 dan lembar

    psikomotorik siswa LKS 2. Hasil pengolahan

    data pada lembar psikomotrik LKS 1 maupun

    lembar psikomotorik LKS 2, diperoleh rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik siswa 81,68

    pada lembar psikomotorik LKS 1 dan 79,84

    pada lembar psikomotorik LKS 2.

    2) Hasil belajar ranah afektif siswa Dari hasil analisis lembar observasi

    afektif siswa selama kegiatan pembelajaran

    berlangsung diperoleh rata-rata siswa pada LKS 1 yaitu 88,47 dan pada LKS 2 yaitu 86,85.

    3) Hasil belajar ranah kognitif siswa Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus

    II selesai, siswa diberi soal postest II untuk

    mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa.

    Berdasarkan hasil analisis postest II, dapat

    diketahui bahwa nilai rata-rata hasil postest II siswa sebesar 69,55 dengan nilai tertinggi 92

    dan nilai terendah 52. Dari hasil analisis postest

    II diketahui bahwa 80,65% siswa memenuhi nilai KKM dan 19,35% siswa tidak memenuhi

    nilai KKM IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo

    yaitu 6,32. Berdasarkan hasil pengamatan selama

    kegiatan pembelajaran pada siklus II, tampak

    bahwa proses proses kegiatan pembelajaran

    berjalan dengan lancar dan lebih baik dibandingkan pada siklus I. Alokasi waktu untuk melakukan

    praktikum sudah cukup efektif. Perhatian siswa

    pada guru juga sudah baik, siswa mendengarkan saat guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang ada

    pada LKS. Keaktifan siswa sudah mulai tampak

    terlihat dari munculnya keberanian siswa untuk

    menjawab pertanyaan dan bertanya pada guru. Selain itu keaktifan siswa saat melakukan

    praktikum pada siklus II juga meningkat

    dibandingkan pada siklus I. Analisis hasil tindakan pada siklus I dan II,

    menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari tiap

    siklus mengalami peningkatan. Rata-rata nilai hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus II

    meningkat apabila dibandingkan dengan dengan

    siklus I. Perbandingan peningkatan hasil belajar

    pada siklus II dengan siklus I pada tiap hasil belajar disajikan pada tabel berikut:

    Hasil belajar Siklus I Siklus

    II

    Kenaikkan

    nilai rata-

    rata siswa

    Ranah kognitif 56,26 69,55 13,29

    Ranah psikomotorik

    LKS 1 71,07 81,68 10,61

    Ranah psikomotorik

    LKS 2 61,43 79,84 18,41

    Ranah afektif LKS 1 72,83 88,47 15,64

  • Ranah afektif LKS 2 71,42 86,85 15,43

    Dari hasil belajar yang terdapat pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran

    atau tindakan yang telah dilakukan dapat

    meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya

    pokok bahasan getaran dan gelombang. Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa

    yaitu 6,96 telah melebihi nilai ketuntasan IPA kelas

    VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan guru yaitu 65 dan hasil belajar ranah psikomotorik

    serta afektif siswa telah mengalami peningkatan

    dan termasuk dalam kriteria baik. Dengan

    tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka tindakan penelitian dipandang

    sudah dapat diberhentikan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

    di kelas VIII B SMP N 13 Purworejo serta dari

    analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran fisika pokok bahasan getaran dan gelombang

    mampu meningkatkan hasil belajar ranah

    kognitif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus I dan II

    berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55 atau

    mengalami peningkatan 13,29.

    2. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran

    fisika pokok bahasan getaran dan gelombang

    mampu meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa. Adapun nilai rata-rata hasil

    belajar ranah psikomotorik siswa pada siklus I

    dan II berturut-turut adalah 71,07 dan 81,68 atau

    mengalami peningkatan 10,61 pada LKS 1 serta 61,43 dan 79,84 atau mengalami peningkatan

    18,41 pada LKS 2.

    3. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium terbimbing dalam pembelajaran

    fisika pokok bahasan getaran dan gelombang

    mampu meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah

    afektif siswa pada siklus I dan II berturut-turut

    adalah 72,83 dan 88, 47 atau mengalami

    peningkatan sebesar 15,64 pada LKS 1 serta 71,42 dan 86,85 atau mengalami peningkatan

    sebesar 15,43 pada LKS 2.

    Saran

    Berdasarkan uraian di atas, maka

    disampaikan saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut:

    1. Penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja laboratorium terbimbing hendaknya dapat

    dikembangkan oleh guru secara berkelanjutan sehingga siswa dapat terlibat penuh dalam

    pembelajaran dan mengasah kemampuan

    berpikir siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep fisika.

    2. Dalam mengangkat permasalahan fisika hendaknya guru lebih menekankan pada fakta-fakta yang sering dialami dan dijumpai dalam

    keseharian siswa.

    3. Hendaknya guru juga melakukan penguatan (diskusi kelas) untuk meluruskan atau menyamakan konsep fisika siswa yang telah

    ditemukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abun. (2011). Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa

    dalam Pembelajaran Sains melalui Kerja

    Laboratorium di Kelas VII E SMP Negeri 1 Depok,

    Sleman, Yogyakarta, Laporan Penelitian Tindakan

    Kelas. Yogyakarta: FMIPA UNY

    Ahmad Abu Hamid. (2004). Kajian Fisika Sekolah.

    Yogyakarta: FMIPA UNY. Dwi Purwanti. (2006). Meningkatkan Kemampuan Siswa

    tentang Pembagian Menurut Teori Jerome S.

    Brunner. Semarang: FIP UNNES

    Ella Yulaelawati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran

    Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung : Pakar Raya.

    Francis W. Sears. (1993). Fisika Universitas Edisi

    Keenam Jilid 1, terjemahan Sri Jatno Wirjosoedibjo

    dan Soegeng. Jakarta: Erlangga.

    Harjanto. (2003). Perencanaan Pengajaran: Komponen

    MKDK Materi Disesuaikan dengan Silabi Kurikulum

    Nasional IAIN Cetakan Ke-3. Jakarta: Renika Cipta.

    Hendyat Soetopo. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan dan Praktek.

    Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

    Lyman, Howard B. (1978). Test Scores and What They

    Mean Third Edition. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice

    Hall, Inc.

    Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan

    Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:

    PT Raja Grafindo Persada.

    Martin Kanginan. (2002). Sains Fisika SMP 1A. Jakarta:

    Erlangga.

    Mimin Haryati. (2007). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung

    Persada Press.

    Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. (1993). Upaya

    Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:

    Remaja Rosdakarya.

  • Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar

    Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Ngalim Purwanto.2002. Prinsip-prinsip dan Teknik

    Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya.

    Oemar Hamalik. (2003). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

    Rini Pratiwi, dkk. (2008). Contextual Teaching and

    Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah

    Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Departemen

    Pendidikan Nasional.

    Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar

    Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Suharsimi Arikunto.2006. Penelitian Tindakan Kelas.

    Jakarta : Bumi Aksara.

    Suharsimi Arikunto, dkk.2010. Penelitian Tindakan

    Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

    Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanitis. Yogyakarta: Kanisius.

    Supriyadi. (2007). Kurikulum Sains dalam Proses

    Belajar Sains. Yogyakarta: Pustaka Tempel Sari.

    Throwbridge, Leslie W., & Bybee, Rodger W. (1990).

    Becoming a Secondary Science Teacher. Ohio :

    Merril Publishing Company.

    Udin S. Winaputra. (2008). Teori Belajar dan

    Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

    Zuhdan Kun Prasetyo. (2001). Kapita Selekta

    Pembelajaran Fisika. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Sumber dari web:

    Ari Widodo.

    http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._

    BIOLOGI/196705271992031-ARI_WIDODO/2006-

    Taksonomi_Bloom_dan_alat_evaluasi.pdf. diakses

    tanggal 18 November 2011

    Herman.

    http://hermanphysics.blogspot.com/2010/12/jerome-

    s-bruner.html. diakses tanggal 18 November 2011.

    Zaif. http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-

    penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/. diakses

    tanggal 15 November 2011.