6
Nama: Yunus Abdul Ghiyats Kaluku NIM: 821414100 Prodi/Jurusan/Kelas: S1/Farmasi/c Pengertian dan Definisi Etika Lingkungan Etika (Bertens, 1993) berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika identik dengan kata moral yang berasal dari kata latin mos, yang dalam bentuk jamaknya mores yang juga berarti adat atau cara hidup. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keraf (2005) memberikan suatu pengertian tentang etika lingkungan hidup adalah berbagai prinsip moral lingkungan.Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan isu lingkungan hidup. Termasuk juga apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan moral dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan hidup. Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan mahkluk lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya berbagai kebijakan yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsungterhadap alam. Untuk menuju kepada etika lingkungan hidup tersebut, diperlukan pemahaman tentang perubahan paradigma terhadap lingkungan hidup itu sendiri. Paradigma Lingkungan Hidup Paradigma adalah pandangan dasar yang dianut oleh para ahli pada kurun waktu tertentu, yang diakui kebenarannya, dan didukung oleh sebagian besar komunitas, serta berpengaruh terhadap perkembangan ilmu dan kehidupan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, filsafat dan ilmu juga berkembang semakin kritis dalam melihat dan mengkaji hubungan manusia dengan alam. Bersamaan dengan itu, ada perubahan dalam melihat hubungan manusia dengan alam. Perubahan hubungan manusia dengan alam tersebut mulai dari antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam antroposentrisme, etika, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secaralangsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai obyek, alat, dansarana bagi pemenuhan kebutuhan dna kepentingan manusia. Murdy dalam keraf (2005) ingin menyatakan bahwa yang menjadi masalah bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia yang memperalat alam semesta untuk kepentingannya. Tetapi masalah dan sumber malapetaka krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Dengan demikian,

Peng Ling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengetahuan lingkungan

Citation preview

Page 1: Peng Ling

Nama: Yunus Abdul Ghiyats KalukuNIM: 821414100Prodi/Jurusan/Kelas: S1/Farmasi/c

Pengertian dan Definisi Etika LingkunganEtika (Bertens, 1993) berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika identik dengan kata moral yang berasal dari kata latin mos, yang dalam bentuk jamaknya mores yang juga berarti adat atau cara hidup. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.Keraf (2005) memberikan suatu pengertian tentang etika lingkungan hidup adalah berbagai prinsip moral lingkungan.Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia dalam menghadapi pilihan-pilihan moral yang terkait dengan isu lingkungan hidup. Termasuk juga apa yang harus diputuskan manusia dalam membuat pilihan moral dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berdampak pada lingkungan hidup. Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan.Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan mahkluk lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya berbagai kebijakan yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsungterhadap alam. Untuk menuju kepada etika lingkungan  hidup tersebut, diperlukan pemahaman tentang perubahan paradigma terhadap lingkungan hidup itu sendiri.

Paradigma Lingkungan HidupParadigma adalah pandangan dasar yang dianut oleh para ahli pada kurun waktu tertentu, yang diakui kebenarannya, dan didukung oleh sebagian besar komunitas, serta berpengaruh terhadap perkembangan ilmu dan kehidupan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, filsafat dan ilmu juga berkembang semakin kritis dalam melihat dan mengkaji hubungan manusia dengan alam.Bersamaan dengan itu, ada perubahan dalam melihat hubungan manusia dengan alam. Perubahan hubungan manusia dengan alam tersebut mulai dari antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme.Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam antroposentrisme, etika, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secaralangsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai obyek, alat, dansarana bagi pemenuhan kebutuhan dna kepentingan manusia. Murdy dalam keraf (2005) ingin menyatakan bahwa yang menjadi masalah bukanlah kecenderungan antroposentris pada diri manusia yang memperalat alam semesta untuk kepentingannya. Tetapi masalah dan sumber malapetaka krisis lingkungan hidup adalah tujuan-tujuan tidak pantas dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Dengan demikian, krisis lingkungan hidup bukan disebabkan oleh pendekatan antroposentris semata, tetapi melainkan oleh pendekatan antroposentrisme yang berlebihan.Biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral, setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia atau mahkluk lain, sama-sama mempunyai nilai moral.  Seluruh kehidupan di alam semesta sesungguhnya membentuk sebuah komunitas moral. Oleh karena itu, kehidupan mahkluk hidup apa pun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, bahkan lepas dari perhitungan untung dan rugi bagi kepentingan manusia.Ekoseentrisme, merupakan suatu paradigma  justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara ekologis, mahkluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawabmoral tidak hanya dibatasi pada mahkluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.

Prinsip-Prinsip Etika LingkunganPrinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat dipakai sebagai pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam, baik perilaku terhadap alam secara langsung maupun perilaku terhadap sesama manusia yang berakibat tertentu terhadap alam. Serta secara lebih luas, dapat dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan hidup berkelanjutan.

Page 2: Peng Ling

Keraf (2005: 143-159) memberikan minimal ada sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup yaitu : sikap hormat terhadap alam atau respect for natureManusia hendaknya memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alambeserta seluruh isinya. tangung jawab atau moral responsibility for naturePrinsip tanggung jawab bersama ini setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki yang tinggi, seakan merupakan milik pribadinya. Solidaritas kosmis atau cosmic solidaritySolidaritas kosmis mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di alam. Solidaritas kosmis berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis, serta mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro alam, pro lingkungan atau tidak setuju setiap tindakan yang merusak alam. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam atau caring for naturePrinsip kasih sayang dan kepedulian artinya tanpa mengharapkan untuk balasan. Serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi tetapi semata-mata untuk kepentingan alam. prinsip tidak merugikan atau no harmTidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi mahkluk hidup lain di alam semesta. Manusia tidak dibenarkan melakukan tindakan yang merugikan sesama manusia. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam.Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan, sarana, standart material. Prinsip keadilanPrinsip keadilan lebih ditekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak positip pada kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati pemanfatannya. Prinsip demokrasiPrinsip demokrasi sangat terkait dengan hahikat alam. Alam semesta sangat beraneka ragam. Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakikat alam, hakikat kehidupan  artinya, setiap kecenderungan reduksionistis dan anti keanekaragaman serta antipluralitas bertentangan dengan alam dan anti kehidupan. Demokrasi justru memberi tempat seluas-luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman, pluralitas. prinsip integritas moralPrinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik.Prinsip etika lingkungan tersebut diharapkan dapat menjadi filter atau pedoman untuk berperilaku arif bagi setiap orang dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup sebagai bentuk mewujudkan pembangunan disegala bidang.

Perilaku Manusia terhadap Lingkungan HidupSniker (1938) merumuskan perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar), oleh karena itu perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme termasuk manusia, dan kemudian akan merespon. Maka teori Sniker terkenal dengan teori ”S-O-R”.Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama perilaku tertutup, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Kedua perilaku terbuka, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).Manusia dianjurkan untuk dapat berperilaku menjadi ilmuwan yang amaliah melalui amal yang ilmiah menjaga, melestarikan dan melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan alam fisik (tanah, air,udara) dan biologis (tumbuhan – hewan), lingkungan buatan (sarana prasarana), dan lingkungan manusia (hubungan sesama manusia). Bentuk perilaku terhadap lingkungan hidup juga mencakup ketiga macam lingkungan hidup tersebut.Dalam rangka usaha manusia untuk menjaga lingkungan hidup, telah banyak bermunculan perilaku nyata yang berupa gerakan-gerakan. Berbagai gerakan dapat bersifat individu, berkelompok, swasta maupun pemerintah. Pada era 1970-an muncul bebrapa lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup, antara lain adalah LP3ES, Bina desa, Yayasan Lembaga Konsumen, Himpunan untuk Kelestarian Alam Indonesia, Yayasan Pendidikan Kelestarian Alam, Yayasan Indonesia Hijau, Ikatan arsitek Landssekap Indonesia, Media Mutiara, Mapala, Perhimpunan Burung Indonesia, WALHI, PSL, SKEPHI, KRAPP. Pada lewel pemerintah yang dimulai dari presiden, menteri, Bapedal, Bapedalda, Kantor lingkungan Hidup, dsb.

Page 3: Peng Ling

Pandangan-Pandangan Tentang LingkunganDari pengertian diatas ada sebuah benang merah yang dapat diambil yakni “pengaruh” artinya lingkungan akan

berpengaruh baik positif maupun negative. sehingga tidak aneh banyak orang yang mengatakan bahwa manusia merupakan ahlu bi’ah yang tidak lepas dari lingkungan karena faktanya pun, secara kasat mata manusia hidup di lingkungan tertentu. Muhammad Irfan Helmy mengatakan bahwa lingkungan berbanding lurus dengan kualitas hidup manusia, jika lingkungannya baik, maka akan baik pula lah perangai orang yang menempatinya. Demikian pula sebaliknya jika lingkungan jelek, maka jelek pula perangainya.

Pernyataan-pernyataan diatas sebagian besar telah dibenarkan oleh teori-teori yang ada di dunia psikologi, misalnya teori empirisme yang mengatakan bahwa manusia pada masa bayinya diibaratkan dengan secarik kertas putih yang akan diwarnai oleh lingkungannya. demikian pula dalam dunia filsafat dikenal adanya aliran environmentalisme yang pada dasarnya adalah sama yakni manusia dipengaruhi oleh lingkungan.

Dalam kajian keislaman pun hal itu sudah ada haditsnya yakni hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa al-jaar Qabla daar (tetangga sebelum membangun rumah). hadits ini memberikan pengertian agar sebelum membangun rumah, perhatikan terlebih dahulu siapa lingkungan terdekat yakni tetangga yang akan hidup berdekatan nanti, hal ini perlu diperhatikan agar nanti terkena dampak pengaruh yang baik setelahnya ada proses peninjauan dalam mendirikan ruamh. kemudian dalam haditsnya yang lain, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap bayi yang terlahir itu membawa potensi, setelah itu maka kedua orang tuanya lah yang akan menjadikan ia seorang yahudi atau pun majusi.

Lingkungan dalam pendidikan islamBerbicara lingkungan dalam konteks pendidikan maka tidak akan terlepas dari apa yang dinamakan ki hajar

dewantara dengan penamaan tripusat pendidikan. ki hajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. jika dikaitkan dengan lingkungan pendidikan dalam perspektif Islam, maka ada beberapa konsep yang dilahirkan baik itu dari Al-Quran itu sendiri, Nabi Muhammad maupun dari para cendikiawan muslim. [2]

Lingkungan KeluargaTidak dapat dipungkiri bahwa dalam keluarga akan terjadi proses pendidikan, maka keluarga memilki tanggung

jawab dan peran yang besar dalam pendidikan anak-anaknya. orang tua pada lingkungan ini menjadi pendidik dan anak menjadi peserta didik. Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia. Anak merupakan amanah yang menjadi tanggung jawab orang tuanya. Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia, seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci lagi bersih. Lalu kedua orang tuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan mengotorinya. Dari Riwayat Abu Hurairah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda

: �ه� ان م�ج�س� ي و�� أ �ه� ان �ص�ر� ن ي و�

� أ �ه� ه�و�د�ان ي �و�اه ب� ف�أ ة� �ف�ط�ر� ال ع�ل�ى �د ول ي ود" م�و�ل ل$ ك )م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل )ه الل ص�ل)ى �ي$ )ب الن ق�ال�

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang tuanya (mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhori dan Muslim)

Seorang anak ibarat adonan yang siap dibentuk sesuka orang yang memegangnya, atau ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun di atasnya. Jika kedua orang tuanya membiasakannya pada kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika keduanya membiasakannya pada keburukan, maka dia pun akan tumbuh menjadi buruk pula.

Dalam ajaran-ajaran Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan lingkungan khusunya lingkungan keluarga ini. Al- Quran telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan pendidikan bagi anaknya supaya anaknya terhindar dari kelemahan baik lemah jasmani maupun rohani baik fisik maupun psikis sebagimana intisari dari Al-Quran surat ayat. demikian pula Al-Quran memerintahkan agar menjaga keluarga dari api neraka sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Quran surat ayat At-Tahrim (66) ayat 6.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]:6)

Dalam membentuk lingkungan keluarga yang kondusif, al-Quran menyebutkan agar keluarga membina segala sesuatunya dengan penuh rasa kasih sayang dan ketenangan sebagaimana tertera dalam Al-quran surat rum (20) ayat 2 yang artinya

ون� )ر �ف�ك �ت ي " �ق�و�م ل �ات" ي آل� �ك� ذ�ل ف�ي �ن) إ ح�م�ة: و�ر� م)و�د)ة: م �ك �ن �ي ب و�ج�ع�ل� �ه�ا �ي �ل إ وا ن ك �س� �ت ل : و�اجا ز�� أ م� ك �نفس� أ م�ن� م �ك ل �ق� ل خ� �ن� أ �ه� �ات آي و�م�ن�

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Rum/30: 21)

Lingkungan Sekolah

Page 4: Peng Ling

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat peserta didik menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah. mengenai hal ini Zarnuzi penulis buku ta’limul muta’allim memberikan arahan tentang guru dan teman. menurut Zarnuzi, Idealnya seorang guru memiliki sifat ‘alim wara’ dan lebih tua.Fungsi masjid menurut faham kaum muslimin di masa-masa permulaan Islam adalah amat luas. Mereka telah menjadikan masjid untuk tempat beribadat, memberi pelajaran, tempat peradilan, tentara berkumpul, dan menerima duta-duta dari luar negeri. Di antara yang mendorong mereka untuk mendirikan masjid ialah keyakinan bahwa rumah mereka tak cukup luas untuk beribadat bersama dan mengadakan suatu majelis. [3] Hal ini sejalan dengan ayat al-Quran :

�مط)ه�ر�ين� ال ح�ب$ ي )ه و�الل وا �ط�ه)ر �ت ي ن�� أ $ون� ب ح� ي Hر�ج�ال ف�يه� ف�يه� �قوم� ت ن�

� أ ح�ق$� أ " �و�م ي و)ل�

� أ م�ن� )ق�و�ى الت ع�ل�ى س�س� أ Hج�د �م�س� ل �د:ا ب� أ ف�يه� �قم� ت ال

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa , sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS at-Taubah 108)

Dalam konteks sekarang, masjid adalah sekolah. Lingkungan sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan tingkat keberhasilan anak dalam belajar, adalah sebagai lanjutan dari pendidikan lingkungan keluarga. Dalam perspektif Islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri terhadap Allah dan mentauhidkan-Nya sehingga manusia terhindar dari penyimpangan fitrahnya. Artinya, prilaku anak diarahkan agar tetap mempertahankan naluri keagamaan dan tidak keluar dari bingkai norma-norma Islam.

Demikian pula anak di sekolah tidak akan lepas dari pergaulan dengan teman sebayanya. dalam hal ini Zarnuzi menyarankan agar memilih teman tidak sembarangan.  hendaknya teman itu memiliki sifat yang tekun belajar, wara’ dan berwatak istiqomah karena hal itu secara langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi. teman yang satu akan terpengaruh dengan teman yang lainnya. sebagiman diungkapkan Zarnuzi dalam syairnya:

Janganlah bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya. karena biasanya orang itu mengikuti temannya. kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauhlah segera. dan bila berlaku baik maka bertemanlah dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk.

lingkungan masyarakatDi samping lingkungan rumah tangga dan sekolah, maka lingkungan masyarakat merupakan faktor ketiga yang

memengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan. Dalam pandangan Hadari Nawawi, pada tahap yang lebih tinggi dan komplek di masyarakat terdapat konsep-konsep berpikir yang disebut ideologi, yang membuat manusia berkelompok-kelompok dengan menjadikan ideologinya sebagai falsafah dan pandangan hidup kelompok masing-masing. Di antara ideologi-ideologi itu ada yang bersumber dari agama. Sekiranya idelogi agama ini direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka sikap dan prilaku keberagamaan seseorang akan semakin mantap dan kokoh

Lingkungan masyarakat memilki peran penting dalam pendidikan, bagaimanapun peserta didik hidup di lingkungan masyarakat sehingga pola prilaku dan gayanya akan dipengaruhi oleh masyarakat. masyarakat yang baik akan membentuk pola peserta didik yang baik pula. peran masyarakat sangat besar pengaruhnya karena anak tinggal lama di masyarakat. oleh karena itu maka masyarakat harus mengambil bagian dari proses belajar di sekolah dan memindahkannya di masyarakat agar pendidikan tidak hanya di sekolah, dengan demikian maka prinsip long life education akan tercipta. Hendaknya masyarakat dijadikan tempat penimbaan ilmu. Masyarakat dapat menyediakan akses pendidikan non formal seperti pesantren, kursus-kursus dan lain sebagainya yang dapat memacu dan menumbuh kembangkan potensi warganya terutama anak-anak.

Dalam pandangan Islam, masyarakat hendaknya didesain agar menjadi masyarakat yang madani yang terhindar dari kejahiliyahan. Madani dapat diartikan maju dalam peradaban, memilki tata nilai islami dan tidak tertinggal sedangkan jahiliyah identik dengan kebodohan, kegelapan dan penuh dengan hidup paganism dan kemusyrikan. oleh karena itu masyarakat islam harus dapat menunjukan identitasnya yang dilandasi dengan nilai rahmatan lil ‘alamin