Upload
dangquynh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGALAMAN MAHASISWA PSIK FKIK UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA MENGENAI PENERAPAN
TERAPI KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH :
HIMMATUL KHAIRA
NIM : 1112104000032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
i
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Himmatul Khaira
Tempat, tanggal lahir : Takengon, 26 September 1995
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Yos Sudarso Blang Kolak II Bebesen Aceh
Tengah
HP : +6285219668478
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. Tk Al-Qur‟an 1999-2000
2. Sekolah Dasar Negeri 08 Takengon 2000-2006
3. Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Muslimun 2006-2009
4. Madrasah Aliyah Swasta Ruhul Islam Anak Bangsa 2009-2012
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-sekarang
ORGANISASI
1. OPDA
2. CSS MoRA
3. IMAPA
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITYSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2016
Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032
The Experience of Nursing Students of Faculty of Medicine and Health Sciences
of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta Regarding The
Application of Complementary and Alternative Therapies
xvii + 94 pages + 2 schemes + 3 image + 3 attachmnts
ABSTRACT
This research explored the experience of nursing students of Faculty of
Medicine and Health Sciences of Islamic State Syarif Hidayatullah University Jakarta
regarding the application of complementary and alternative therapies (cupping
therapy, ruqyah therapy, baby massage therapy, and SEFT therapy), including the
suitability of the practice of complementary and alternative therapies by theory, the
benefits of therapy, the use of complementary and alternative therapies in lieu
medical therapy, the incorporation of complementary and alternative therapies with
medical therapy. This study used qualitative design descriptive phenomenology of the
Nursing students who have practical experience of complementary and alternative
therapies. Data were collected by in-depth interviews.
Analysis of the data used the Colaizzi method. The result showed that sevent
themes found in this study, these included the students are still lacking an
understanding on how to perform complementary and alternative therapies, the
principle of sterilization less applied in cupping therapy, complementary and
alternative therapies give benefit for patients, complementary therapies alternative
has not been used as a substitute for medical treatment, SEFT and ruqyah therapy has
not been used in conjunction with medical therapy, cupping and massage baby
therapy used in conjunction with medical treatment, the merger of cupping therapy
with medical therapy provide more effective for the patient's health. Based on these
results, it is suggested that students improve their knowledge in the field of
complementary and alternative therapies in order to act properly to the patient, and
complementary and alternative therapies can be used as an adjunct to medical therapy
in nursing services.
Key word: experience, complementary and alternative therapies, cupping therapy,
ruqyah therapy, baby massage therapy, SEFT therapy
Referensi : 69 (years 2003-2016)
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032
Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif
xvii + 94 halaman + 2 bagan + 3 gambar + 3 lampiran
ABSTRAK
Penelitian ini menggali pengalaman mahasiswa keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif (terapi bekam, terapi ruqyah,
terapi pijat bayi, dan terapi SEFT), termasuk kesesuaian praktek terapi komplementer
dan alternatif dengan teori, manfaat terapi, penggunaan terapi komplementer dan
alternatif sebagai pengganti terapi medis, penggabungan terapi komplementer dan
alternatif dengan terapi medis. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif
fenomenologi deskriptif terhadap mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang
memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif.Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam.
Analisis data yang digunakan adalah metode Colaizzi. Hasil menunjukkan
bahwa terdapat tujuh tema yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pemahaman
mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan
alternatif, prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam, terapi
komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien, terapi komplementer
alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis, terapi ruqyah dan SEFT
belum digunakan bersamaan dengan terapi medis, terapi bekam dan pijat bayi
digunakan bersamaan dengan terapi medis, penggabungan terapi bekam dengan terapi
medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien. Berdasarkan hasil
penelitian ini, disarankan agar mahasiswa meningkatkan pengetahuan di bidang terapi
komplementer dan alternatif agar dapat melakukan tindakan dengan baik dan benar
kepada pasien, dan terapi komplementer dan alternatif dapat digunakan sebagai
pelengkap terapi medis dalam pelayanan keperawatan.
Kata kunci: pengalaman, terapi komplementer dan alternatif, terapi bekam, terapi
ruqyah, terapi pijat bayi, terapi SEFT.
Referensi : 69 (tahun 2003-2016)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta anugerah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif”. Skripsi ini dikerjakan
oleh penulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan dengan melakukan
penelitian pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk guna mencapai gelar Sarjana
Keperawatan (S. Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan ilmu yang
penulis peroleh selama di bangku perkuliahan.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan, cobaan, dan hambatan yang
ditemukan. Namun Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah_Nya, serta kerja keras
dan kesabaran disertai dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga, kerabat, dan
teman-teman sekalian. Sehingga akhirnya proposal ini dapat terselesaikan. Penulis
masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Karena itu
diharapkan kritik, dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan
datang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ummi-ku Nurhafshah dan Walid-ku Drs. Nasruddin yang tercinta telah
mencurahkan kasih sayangnya, memberikan dukungan, semangat, motivasi,
dan selalu memberikan dukungan tiada henti baik berupa material maupun
doa sehingga peneliti bersemangat menyelesaikan skripsi. Dan tidak lupa
adik-adikku tersayang Khalish, Qusyairy, dan Kaisa yang terus memberikan
x
dukungan, semangat, dan motivasi serta doa sehingga peneliti terus
bersemangat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Ns. Mardiyanti, M. Kep., MDS selaku Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk melakukan bimbingan dan
memberikan motivasi kepada peneliti.
5. Ibu Yenita Agus, SKp.,MKep.,Sp.Mat.,PhD selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan motivasi.
6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing peneliti.
7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penelitit selama perkuliahan.
8. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan.
9. Kepada Kementrian Agama yang telah menyelenggarakan Program Beasiswa
Santri Berprestasi, sehingga penulis dapat melanjutkan studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat dan Temanku Irma, Indah, Emilia, Nurhidi, Puji Rahma, Puji Pertiwi,
Nuraini, Vini, Ifah, Puspa, Widya, dan Zaky yang telah banyak memberikan
masukan dan dukungan serta membantu peneliti dalam menjelaskan hal-hal
yang kurang dipahami peneliti ketika menyelesaikan skripsi.
xi
11. Teman-teman keperawatan 2012, dan sahabat yang telah berjuang bersama-
sama dalam perkuliahan di Keperawatan.
12. Teman-teman CSS MoRA UIN Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam pengerjaan proposal penelitian.
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu peneliti dalam banyak hal.
Akhir kata, peneliti hanya dapat berdoa agar segala bantuan yang telah
diberikan kepada peneliti mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Peneliti berharap
agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca serta peneliti lain
yang mempergunakannya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta, Juni 2016
Himmatul Khaira
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9
A. Pengalaman ...................................................................................................... 9
1. Definisi ........................................................................................................ 9
2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman ....................................................... 9
B. Terapi Komplementer dan Alternatif ............................................................. 11
1. Pengertian ................................................................................................. 11
2. Klasifikasi ................................................................................................. 13
xiii
C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah .............................................. 16
1. Terapi Bekam ............................................................................................ 16
2. Ruqyah ...................................................................................................... 20
3. Pijat Bayi ................................................................................................... 27
4. SEFT ......................................................................................................... 32
D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer .................................. 37
E. Penelitian Terkait .......................................................................................... 39
F. Mahasiswa ..................................................................................................... 40
1. Definisi ...................................................................................................... 40
2. PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................................... 41
G. Kerangka Teori .............................................................................................. 43
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ............................... 44
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 44
B. Definisi Istilah ................................................................................................ 44
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 46
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 46
C. Informan penelitian ........................................................................................ 47
D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 47
E. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................................... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 48
G. Keabsahan Data ............................................................................................. 50
H. Teknik Analisa Data ...................................................................................... 52
I. Etika Penelitian .............................................................................................. 55
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 57
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ........................................................... 57
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian................................................................... 57
xiv
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 73
A. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 73
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 91
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 92
A. Kesimpulan .................................................................................................... 92
B. Saran .............................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori………………………………….………..….…....…..43
Bagan 4.1 Teknik Analisa Data………………..…………….………..……….….54
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengalaman Mempengaruhi Pemahaman….……….….……..……..10
Gambar 2.2 Area Tapping Terapi SEFT pada Kepala, Wajah dan Badan ..…..…35
Gambar 2.3 Area Tapping Terapi SEFT pada Tangan………...….…….………..36
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ayat-Ayat Ruqyah
Lampiran 2 Wawancara Mendalam
Lampiran 3 Matrikulasi Analisa Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer dan alternatif telah berkembang di banyak negara
di dunia. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari data WHO (World Health
Organization). Sebanyak 80% penduduk Afrika menggunakan terapi
komplementer dan alternatif sebagai perawatan kesehatan primer. 95% rumah
sakit di China juga memiliki pengobatan tradisional. Demikian pula India,
2.860 rumah sakitnya juga memiliki pengobatan tradisional. 40% dari
populasi penduduk Indonesia dan 70% masyarakat pedesaan di negara ini juga
menggunakan terapi komplementer dan alternatif (Kamaluddin, 2010).
Berdasarkan sensus di negara negara barat seperti Australia tersebut, terdapat
8.600 orang yang bekerja sebagai terapis (Australian Bureau of Statistics,
2008). Prancis, kurang lebih 75% penduduknya menggunakan terapi
komplementer dan alternatif, dan di Amerika 29-42% populasi penduduknya
menggunakan terapi komplementer alternatif (Debas, Laxminarayan &
Strauss, 2006)
Berdasarkan data dari SUSENAS tentang penggunaan pengobatan
tradisional dari tahun 2003 hingga 2006. Penggunaan terapi komplementer
dan alternatif terus mengalami peningkatan. Pengobatan alternatif tradisional
mengalami peningkatan dari 30,24%, hingga mencapai 38,30%. Tahun 2007
hingga tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan
1
2
pengobatan tradisional mengalami naik-turun dan memiliki grafik yang
fluktuatif (Badan Pusat Statistik, 2014).
Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah
mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi
pasien yang menolak pengobatan konvensional. Seperti Rumah Sakit
Dharmais, Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo
Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD
Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Dr. Suraji
Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011 dalam Setyaningsih, 2012)
Tingkat keberhasilan terapi komplementer dan alternatif terbukti dengan
beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian mengenai terapi
mindfulness sebagai manajemen intervensi stres dengan design penelitian
systematic review. Dari 17 penelitian yang memiliki kriteria inklusi yang
sama, ditemukan hasil 16 penelitian menunjukkan perubahan yang positif
pada fisiologis dan psikologis klien berhubungan dengan ansietas dan/atau
stres (Sharma, dkk, 2014). Penelitian lain terkait terapi komplementer dan
alternatif, yaitu pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas kecamatan Bergas kabupaten Semarang. Pada penelitian tersebut
ditemukan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi.
3
Intervensi dilakukan selama satu kali 15 menit yang dilakukan selama satu
hari. Sebelum intervensi SEFT, tekanan darah systole rata-rata 158,93 mmHg
dan setelah intervensi mengalami penurunan menjadi 157,47 mmHg. Tekanan
darah diastole sebelum intervensi SEFT 88,67mmHg dan setelah intervensi
yaitu 88,00 mmHg (Rofacky, 2014).
Terapi komplementer dan alternatif yang diterapkan bersamaan dengan
terapi medis akan menghasilkan progress yang lebih baik, terbukti dari
penelitian yang telah dilakukan di sebuah klinik di Iran. Penelitian mengenai
keefektifan bekam basah untuk low back pain dengan design penelitian
randomized controlled trial, dari 98 responden yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok yang hanya diberikan tindakan medis biasa di
klinik dan kelompok yang diberikan tambahan intervensi bekam. Didapatkan
hasil setelah tiga bulan intervensi, kelompok yang mendapatkan tindakan
bekam basah melaporkan intensitas nyeri yang mereka rasakan berkurang, dan
medikasi yang digunakan juga berkurang. Sedangkan kelompok yang hanya
diberikan tindakan medis biasa di klinik, tidak mengalami perubahan
intensitas pada nyeri yang mereka rasakan dan tetap menggunakan medikasi
seperti biasa (Farhadi, dkk, 2009).
Hambatan dalam terapi komplementer dan alternatif. Hambatan yang
masih terjadi dalam terapi komplementer dan alternatif yaitu terjadinya efek
samping serta risiko terhadap keamanan dan perlindungan pasien (patient
safety), seperti pada terapi bekam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Korea dengan design penelitian systematic review, terdapat 16 penelitian yang
4
masuk kriteria pada review ini. Design penelitian yang digunakan dalam 16
penelitian tersebut yaitu cross sectional study, prospectional audit study,
observational study, dan RCT (Random Control Triall). Dua penelitian
menggunakan cross sectional study. Pada penelitian yang pertama56.5%
pasien diberikan terapi bekam kering, dan terjadi bengkak selama tindakan,
51.2% terjadi ruam atau gatal-gatal, 53.2% mengalami peningkatan nyeri.
Pada penelitian yang kedua, 45.9% mengalami pusing, 60.9% mengalami
ruam atau gatal-gatal, 68.8% mengalami peningkatan intensitas nyeri, dan
20% terkena infeksi karena tindakan bekam basah. Penelitian yang ketiga
dengan design prospective audit study tentang kemungkinan penyebab
patologis dari Iron Deficiency Anemia (IDA), dilaporkan bahwa dari 11 pasien
(5.3%) diantara 206 lelaki dewasa dengan IDA diduga karena tindakan bekam
basah. Pada penelitian observational study, anemia (n=5), factital panniculitis
(n=2), dan infeksi virus herpes (n=2). Dan pada penelitian RCT, dengan
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama diberikan terapi
bekam kering, 43 responden mengalami peningkatan nyeri. Kelompok yang
kedua diberikan terapi bekam basah, dan tidak mengalami efek samping
apapun (Tae Hun, dkk, 2013).
Beberapa perawat di San Diago telah mempraktekkan terapi
komplementer dan alternatif ke dalam praktek keperawatan dan terapi ini
berdampak positif bagi pasien, salah satunya yaitu terapi Healing Touch
(HT).Terapi Healing Touch (HT) diterapkan kepada pasien yang mengalami
distress dan tidak bisa tidur. Terapi healing touch ternyata dapat membuat
5
pasien rileks dan tertidur tanpa khawatir dengan stress yang ia rasakan (UC
San Diago, 2014). Selain itu, terapi HT juga dapat digunakan unutk
mengurangi intensitas nyeri pada pasien. Dari 36 pasien yang diberikan
intervensi HT, skor nyeri rata-rata menurun dari 6.61 menjadi 1.79. Sebelum
dilakukan inervensi HT, 19 dari 36 pasien (53%) memiliki skor nyeri tujuh ke
atas. Setelah dilakukan HT hanya 2 dari 36 pasien (2%) memiliki skor nyeri
tujuh ke atas (UCSD Journal of Nursing, 2014).
Beberapa Universitas di Indonesia yang telah mengajarkan terapi
komplementer dan alternatif yaitu Universias Brawijaya, STIKes Kuningan,
dan Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Andalas, Universitas
Airlangga, Universitas Muhammadiyah Malang, Poltekes Surabaya,
Universitas Nasional. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman praktek mengenai terapi
komplementer dan alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi
pengalaman mereka mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Februari
2016 dengan 4 mahasiswa PSIK, didapatkan hasil bahwa bekam, ruqyah, pijat
bayi, dan SEFT adalah terapi komplementer dan alternatif yang telah
dipelajari teorinya dan telah dipraktekkan. Pada penerapan terapi
komplementer dan alternatif yang dilakukan, 3 dari 4 mahasiswa menyatakan
penerapan terapi bekam belum sesuai dengan teori yang dipelajari dan 1 orang
menyatakan bahwa terapi pijat yang dipraktekkan tidak sesuai urutan seperti
pada teori yang dipelajari, akan tetapi tekniknya sudah sesuai teori. Pada
6
kefektifan terapi kompementer dan alternatif yang telah dipraktekkan, ke
empat mahasiswa menyatakan bahwa terapi yang telah dipraktekkan tersebut
efektif bagi pasien.
Dari beberapa fenomena di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk
meneliti pengalaman mahasiswa PSIK mengenai penerapan terapi
komplementer dan alternatif. Terapi komplementer dan alternatif yang
termasuk dalam penelitian yaitu pengalaman mengenai penerapan terapi pijat
bayi, bekam, SEFT, dan ruqyah.
B. Rumusan Masalah
Akhir dekade ini penggunaan terapi komplementer dan alternatif terus
meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.Banyak penelitian
juga yang membuktikan bahwa terapi komplementer dan alternatif itu efektif
digunakan bagi pasien. Dan jika terapi ini tidak dilakukan akan menyebabkan
terjadinya penurunan kesehatan bagi pasien. Di samping itu, terapi
komplementer dan alternatif juga memiliki beberapa efek samping yang
terjadi. Meskipun efek samping ini masih terjadi, akan tetapi masih banyak
pula pengguna terapi komplementer dan alternatif.
Beberapa universitas di Indonesia yang memiliki prodi ilmu
keperawatan, telah mengajarkan terapi komplementer dan alternatif kepada
mahasiswanya dan telah melakukan praktek terapi komplementer dan
alternatif. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman praktek mengenai terapi komplementer dan
7
alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi pengalaman mereka
mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.
Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah mendapatkan
materi mengenai terapi komplementer dan alternatif serta pengalaman praktek
di klinik terapi komplementer dan alternatif di Tangerang Selatan. Sehingga
peneliti ingin mengeksplorasi pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman mahasiswa
PSIK UIN Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan
alternatif.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi pengalaman mahasiswa keperawatan mengenai
penerapan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian serta
memperoleh ilmu tambahan mengenai pengalaman mahasiswa PSIK UIN
8
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan
alternatif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan untuk dijadikan
pertimbangan bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membuat
kebijakan mengenai penerapan dan pengembangan terapi komplementer di
bidang keperawatan yang lebih baik.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai masukan bagi profesi keperawatan untuk mengintegrasikan terapi
komplementer dan alternatif ke dalam pelayanan keperawatan.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang bertujuan untuk menggali pengalaman mahasiswa PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan
alternatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis
deskriptif kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Metode pengambilan
data akan dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in-depth
interview) untuk memperoleh informasi langsung dari objek serta
mengeksplorasi secara mendalam mengenai sudut pandang responden
terhadap integrasi terapi komplementer dalam keperawatan (Burnard,
2011). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016. Objek penelitian
adalah mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah segala
sesuatu yang dialami, dirasakan, dan dijalani oleh seseorang (Alwi, 2007).
Pengalaman juga merupakan kumpulan dari banyak kejadian dan
penyikapan terhadap masalah yang dialami. Pengalaman akan mendorong
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, untuk bertindak
dan pengalaman juga dapat meningkatkan daya saing dan daya nalar
setiap orang (Yudantara, 2006).
2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman
a. Pengalaman mempengaruhi pemahaman
Semakin banyak pengalaman yang dibagi, semakin tinggi tingkat
pemahaman satu sama lain. Hal ini digambarkan oleh Bovee (2003)
dalam Sukoco (2007) sebagai berikut:
Sedikit pengalaman
yang dibagi
Pengalaman yang
dibagi rata-rata
Banyak
pengalaman yang
dibagi
9
10
Pengertian tidak
serupa
Pengertian serupa Pengertian sangat
serupa
Kesalahpahaman Derajat
pemahaman rata-
rata
Derajat
pemahaman tinggi
Gambar 2.1.Pengalaman mempengaruhi pemahaman.
b. Pengalaman mempengaruhi pengambilan keputusan
Pengalaman masa lalu dapat memberi dampak dalam
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Jullison, Karlsson,
dan Garling (2005) mengindikasikan keputusan di masa lalu
mempengaruhi keputusan yang diambil seseorang di masa yang akan
datang. Hal ini berdasarkan suatu alasan yaitu ketika suatu hal yang
positif itu terjadi dari sebuah keputusan, orang-orang akan lebih
mengambil keputusan yang mendekati hal tersebut, meski diberi
situasi yang sama. Di lain sisi, orang-orang cenderung mengulang
kesalahan yang sama (Sagi & Friedland, 2007 dalam Dietrich, 2010).
c. Pengalaman mempengaruhi perilaku
Perilaku seseorang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang
pernah dialaminya. Pengaruh ini tentu berhubungan pula dengan
lingkungan sosial tempat seseorang itu melakukan aktivitasnya
(Brownlee, 2006). Contohnya, mahasiswa yang praktek di sebuah
11
klinik. Jika perilaku yang diterima dari lingkungan sosialnya baik dan
memberi dampak yang positif pula bagi dirinya, maka kemungkinan
akan tercipta perilaku yang baik pula. Hal itu dapat terjadi karena ia
diperlakukan baik oleh lingkungan sekitarnya.
B. Terapi Komplementer dan Alternatif
1. Pengertian
Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional
yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi
medis.Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis
(Moyad & Hawks, 2009). Definisi lain mengenai terapi komplementer dan
alternatif adalah pengobatan non medis yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Erry, et al, 2014).
Menurut peraturan menteri kesehatan, pengobatan komplementer-
alternatif adalah pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional (Menkes, 2007). Terapi komplementer dan
12
alternatif di Indoensia digunakan oleh 40% populasi penduduknya, dan
70% masyarakat pedesaan menggunakan terapi ini (WHO dalam
Kamaluddin, 2010).
Terapi komplementer didefinisikan pula sebagai terapi yang
digunakan bersama dengan tindakan konvensional medis. Terminologi
pengobatan integratif juga digunakan. Pada pengobatan integratif, terapi
komplementer dikombinasikan dengan terapi konvensional medis yang
sudah terbukti aman dan efektif (Cady, 2009 dalam College and
Association of Registered Nurses of Alberta, 2011).
Terapi komplementer dan alternatif telah ada selama beberapa abad.
Filosofi kuno seperti Hippocrates, Plato, dan Aristoteles lebih menyukai
menggunakan kemujaraban terapi komplementer. Penggunaan terapi
komplementer pada praktek keperawatan kembali lagi pada zaman
Florence Nightingale, penemu pendidikan keperawatan. Ia
mendeskripsikan penggunaan berbagai terapi seperti musik, panas dan
dingin, massage, dan nutrisi pada perawatan pasien secara holistik
(Lindquist, 2013). Terapi komplementer lebih kepada sekelompok
praktek keperawatan yang bukan merupakan tradisi dari negara/daerah
sendiri dan tidak disatukan ke dalam sistem perawatan kesehatan
dominan. Istilah lain terkadang digunakan untuk menggambarkan praktek
perawatan kesehatan termasuk „pengobatan alami‟, „pengobatan non-
konvensional‟ dan pengobatan holistik‟ (WHO dalam Health Professions
Licensing Authority, 2007).
13
Istilah terapi komplementer meliputi intervensi yang dapat
melengkapi perawatan dengan lebih tradisional yang diberikan dengan
perawat tapi tidak terbatas untuk sentuhan terapeutik, massage, relaksasi,
meditasi, visualisasi, aromaterapi, refleksologi, iridologi, yoga, dan
kinesiologi (Health Professions Licensing Authority, 2009)
Integrasi terapi komplementer dan pengobatan medis menimbulkan
tantangan bagi perawat yang merupakan bagian terdepan dalam pelayanan
kesehatan dan memberikan informasi kepada pasien (Chu & Wallis 2007
dalam O‟Regan, et al, 2010).
2. Klasifikasi
Menurut kementerian kesehatan, ruang lingkup pengobatan
komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan biomedik, yaitu:
a. Intervensi tubuh-pikiran (mind-body interventions)
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical
practice)
c. Metode penyembuhan manual (manuall healing methods)
d. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic
treatments)
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition
the prevention and treatment of disease)
f. Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic
and treatment methods).
14
Jenis terapi komplementer dan alternatif di atas dapat digunakan dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2007).
Menurut White House Commission on Complementary and Alternative
Medicine Policy, and the National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCCAM), klasifikasi terapi komplementer dibagi menjadi lima
kategori yaitu :
a. Sistem medikal alternatif: terapi ini dipertimbangkan sebagai sistem yang
komplit dari teori dan praktek, sistem alternatif kepada pengobatan
konvensional, dan hal tersebut telah dipraktekkan di Cina dan India
selama ribuan tahun. Terapi yang termasuk pengobatan tradisional Cina,
yaitu ayuverda, naturopathy, dan homeopati.
b. Intervensi mind-body: termasuk teknik-teknik atau intervensi yang
meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh.
Menurut NCCAM, intervensi mind-body fokus pada interaksi antara otak,
pikiran, tubuh dan sikap, dengan tujuan menggunakan pikiran untuk
mempengaruhi fungsi tubuh dan promosi kesehatan. Terapi pendukung
lain termasuk terapi kognitif dan sikap, meditasi, relaksasi dan visualisasi,
hipnotis, terapi kesenian, terapi musik, dan lain-lain (College And
Association of Registeres Nurses of Alberta, 2011)
c. Salah satu praktek mind-body yaitu imagery yang merupakan formasi
representasi mental dari objek, tempat, kejadian, situasi yang dipahami
melalui perasaan. Terapi ini adalah strategi kognitif-sikap yang
menggunakan imajinasi individu sendiri dan proses mental dan dapat
15
dipraktekkan sebagai aktivitas mandiri atau didampingi oleh seorang
professional. Imagery menggunakan seluruh sensori-visual, oral, taktil,
olfaktori, proprioseptif, dan kinestetik. Walapun imagery sering lebih
kepada visualisasi, termasuk juga membayangkan melalui semua sensori
dan tidak hanya mampu melihat sesuatu dengan mata pikiran.
Van Kuiken (2004) mendeskripsikan empat tipe imagery :
1. Terapi dasar biologis: terpai ini menggunakan produk natural, seperti
diet herbal, makanan, vitamin, probiotik, dan suplemen diet (termasuk
juga substansi yang tidak atau belum dibuktikan secara ilmiah, seperti
kartilago hiu untuk menyembuhkan kanker).
2. Metode manipulasi tubuh: terapi ini menekankan manipulasi atau
gerakan dari satu bagian tubuh atau lebih. Termasuk kiropraktik,
osteopati, massage, dan refleksologi.
3. Terapi dasar energi: terapi ini melihat penyembuhan itu dari perspektif
lapang energi. Terapi ini berdasarkan manipulasi lapang energi dan
termasuk dua kategori: terapi biofield, yang mempengaruhi lapang
energi yang mengelilingi dan menembus tubuh manusia, seperti reiki,
sentuhan terapeutik, dan terapi bioelektromagnetik, yang melibatkan
penggunaan lapang elektromagnetik yang tidak konvensional,
merubah lapang energi, dan lain-lain.
16
C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah
1. Terapi Bekam
a. Definisi
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara
mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari
dalam tubuh melalui permukaan kulit ari (Kasmui, 2014). Bekam
merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan Rasulullah
SAW. Sesuai hadits, “Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah bersabda :
“Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau
hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku
dengan besi panas” (H.R. Bukhari).
Bekam hanya boleh dilakukan pada pembekuan/penyumbatan
pembuluh darah, karena fungsi bekam yang sesungguhnya adalah
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Yasin, 2007 dalam
Kamaluddin, 2010).Bekam terbagi dua yaitu bekam basah dan bekam
kering.
b. Cara melakukan bekam
1) Bekam Basah
Teknik bekam ini merupakan cara pengeluaran darah statis
atau darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak
dikeluarkan.
17
a) Memeriksa tekanan darah
b) Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan terlebih
dahulu dengan kapas beralkohol 70%
c) Lakukan pemijatan dan pijat seluruh anggota badan dengan
minyak but-but/ zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 5-
10 menit, agar peredaran darah menjadi lancar. Sehingga,
hasil pengeluaran toksid lebih optimal.
d) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah
ditentukan titik-titiknya, 3-5 kali pompa. Biarkan selama 2-3
menit untuk membeikan kekbalan pada kulit saat dilakukan
penyayatan.
e) Lepas gelas kaca tersebut, kemudian basuh permukaan kulit
dengan minyak zaitun. Lakukan penyayatan dengan jarum
(lancing), sayatan disesuaikan dengan diameter/lingkaran
gelas kaca tersebut. Vacuum kembali 3-5 kali pompa dan
biarkan selama 3-5 menit.
f) Buang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dengan tissue
dan diberi antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak but-
but, agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh.
Hindari terkena air selama 1-2 jam.
g) Pembekaman dapat dilakukan setiap hari pada titik yang
berbeda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan pada titik yang
sama.
18
2) Bekam Kering
a) Pijat seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but
atau minyak zaitun, selama 5 menit.
b) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada
titik-titik pijat bayi yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya
dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15 menit.
c) Lepas gelas kaca tersebut dan pijat kembali bekas bekam
dengan minyak but-but atau zaitun selama 2-3 menit.
3) Bekam meluncur
a) Pijat seluruh area punggung dengan pinyak but-but, minyak
zaitun, atau habbatussauda secukupnya.
b) Vacuum dengan kop pada permukan kulit 1-3 kali pompaan.
Kemudian gerakkan kop ke seluruh area punggung, sampai
terlihat kemerahan. Cukup dilakukan selama 2-3 menit.
c) Lepas kop bekam.
Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angina pada tubuh,
melemaskan otot-otot, dan melancarkan peredaran darah.
c. Manfaat bekam
1) Bekam Basah
Manfaat bekam basah diantaranya yaitu, membersihkan darah
dan racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas
saraf spinal, mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal
19
dan pengapuran pada pembuluh darah (arteriosclerosis),
menghilangkan rasa pusing-pusing, memar di bagian kepala,
wajah, migraine, dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan
keram yang terjadi pada otot, memperbaiki permeabilitaspembuluh
darah, sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan
angina pectori, membantu dalam pengobatan mata, bagi wanita,
dapat membantu mengobati gangguan rahim dan berhentinya haid,
menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung, membantu
mengatasi kemalasan, lesu, dan banyak tidur, dapat
menyembuhkan penyakit encok dan reumatik, dapat mengatasi
gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal, dapat mengatasi
radang selaput jantung, dan radang ginjal, mengatasi keracunan,
dan dapat menyembuhkan luka bernanah dan bisul.
b) Bekam Kering
Bekam kering dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah
masuk angina, menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang
kronis, menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan,
meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah,
melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang
sumsum tulang belakang, pembengkakan liver, radang ginjal, dan
wasir(Fatahillah, 2006 dan Nilawati, dkk, 2008).
20
2. Ruqyah
a. Definisi Ruqyah
Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu
penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan
menggunakan bacaan ayat-ayat Al Qur‟an dan as-Sunnah Nabi SAW
yaitu do‟a-doa Rasulullah SAW (Akhmad, 2006).
Menurut Ibnu Qayyim, ruqyah adalah pengobatan dengan cara
membaca Al-Qur‟an dan do‟a-do‟a ma‟tsurat (yang diambil dari Al-
Qur‟an dan hadits). Dikatakan bahwa membaca Al-Qur‟an dan do‟a-
do‟a ma‟tsurat itu merupakan sesuatu yang paling utama bagi
manusia untuk mencegah sihir dan menolak pengaruh jelek sihir
(Azhim, 2006).
b. Cara Melakukan Ruqyah
Sebelum melakukan ruqyah, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu kondisi tempat, jasmani dan ruhani pasien dan
terapis sendiri.
1) Persiapan tempat
a) Tempat bersih, sejuk dan tenang. Agar bacaan Al Qur‟an yang
didengar meresap kedalam hati pasien. Jika dirumah, matikan
TV dan semua suara musik dan kebisingan lain.
21
b) Membersihkan tempat dari semua benda keramat, jimat-jimat
penangkal sihir, patung dan lukisan-lukisan bernyawa
termasuk foto.
c) Bacakan ayat Kursi untuk membentengi lokasi dan mohon
perlindungan kepada Allah, juga memberi pewangi ruangan.
2) Persiapan jasmani
a) Siapkan jiwa pasien; bimbing jiwanya agar kuat dengan
melepaskan semua bentuk dendam dan kekecewaan
dimasalalunya.
b) Anjurkan untuk berwudhu agar jasmani dan ruhaninya rileks.
c) Perintahkan untuk membebaskan diri dan rumah dari benda
keramat dan jimat-jimat penangkal dan kembali kepada Allah.
d) Ajak pasien bertaubat, dengan beristighfar atau mengajaknya
shalat taubat.
e) Bimbing pasien untu berdo‟a memohon perlindungan dan
kekuatan kepada Allah.
f) Arahkan pasien untuk rileks dan menyimak dengan khusyuk
ayat-ayat ruqyah yang akan dibacakan.
g) Jika pasien wanita tidak dianjurkn untuk mengobatinya kecuali
disertai salah seorang muhrimnya
3) Persiapan bagi peruqyah
a) Berwudhu
22
b) Jika masalahnya berat, lakukan sholat mutlak 4 rakaat untuk
memohon pertolongan Allah
c) Baca doa-doa pembentengan diri dan bentengi lokasi (dengan
ayat kursi).
d) Mempersiapkan peralatan/sarana untuk meruqyah
e) Mengidentifikasi penyakit, membedakan sihir atau medis, dan
menyimpulkan jenis terapi
Setelah persiapan, yang dilakukan selanjutnya adalah membacakan
ayat-ayat ruqyah ditelinga pasien dengan tartil, hal ini berdasarkan
contoh yang pernah dilakukan oleh Rasulullah WAS dalam menangani
pasien sihir.
Ayat-Ayat Ruqyah ini berdasarkan hadits dari Ubay bin Kaab ra,
juga diriwayatkan dari Abdurahman bin Abu Laila yang diriwayatkan
Ibn Majah dalam Sunannya (2/117) juga diriwayatkan Imam Hakim:
Hadits itu menceritakan seorang Arab Badui yang datang kepada
Rasulullah WAS dan menceritakan bahwa saudaranya sedang sakit
dan saat itu Rasulullah WASbertanya; “Apa penyakit saudaramu?”
Dia berkata; “Dia seperti orang gila (kesurupan)”. Dan beliau bersabda
lagi; “Jemputlah dia dan bawa kemari”. Dan bapa itupun
membawanya, kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat
berikut: Al Fatihah, empat ayat Awal Al Baqarah (1-4), Pertengahan
Al Baqarah (163-164), Ayat Kursi (Al Baqarah 255), Tiga Ayat Akhir
Al Baqarah (284-286), Al Imran 18, Al A‟raaf 54-56, Al Mukminun
23
(116-118), Al Jin 3, As Shafaat 1-10, Al Hasyr 22-24, Al Ikhlas, Al
Falaq dan An Nass.
Jika pasien mulai bereaksi, maka hal pertama yang harus
dilakukan adalah tetap tenang dan jangan takut, takutlah hanya kepada
Allah agar semua mahluk-Nya takut kepada kita. Setelah selesai
dibacakan ayat-ayat ruqyah. Jika pasien muntah hebat atau merasa
lemas, terapis harus memeriksa keberadaan jin. Caranya adalah
dengan melihat tanda-tandanya langsung dengan membacakan ayat-
ayat tertentu, seperti membaca surat Hud ayat 56 sambil meletakkan
tangan di atas ubun-ubun pasien.
Atau membaca surah al Baqarah 148 untuk memanggil kembali
jin tersebut jika belum keluar atau hanya keluar dan masih berada di
sekitar. Jika telah dibacakan berulang ulang namun tidak ada reaksi,
maka ucapkan Alhamdulillah dan sarankan pasien untuk sujud syukur
karena jin sudah keluar. Dan Allah yang lebih tahu hal ini. Setelah
ikhtiar yang dilakukan, sebagai manusia hanya bisa bertawakal
kepada-Nya.
Tugas terapis selanjutnya yaitu menjaga agar jin tidakmasuk lagi
setelah ia keluar. Sebelum melakukan ini, terapis harus meyakinkan
pasien mengenai apa yang ia rasakan. Jika pasien mengatakan
kondisinya baik, segar, nyaman dan kondisi yang terlihat juga normal
tanpa rasa sakit (kecuali bekas pijatan atau tekanan biasa di tubuh dan
juga rasa sakit terasa lemah badan) maka insyaAllah tahap ini selesai.
24
Tugas selanjutnya adalah menasehati pasien. Akan tetapi, jika
pasien masih merasa sedikit sakit atau terdapat kedutan di tempat-
tempat tertentu, seperti di punggung, leher, kepala, kaki, atau sekitar
pergelangan tangan dan kaki, maka ruqyah belum benar-banar belum
tuntas. Karena biasanya getaran itu akan semakin kuat dan gangguan
jin terjadi lagi. Hal yang harus terapis lakukan adalah menghilangkan
bekas-bekas sihir itu, bisa dengan terpai al-Fatihah, ataupun
menariknya dengan ayat penarik, memukul dengan ayat pemukul
dengan tatacara di atas.
Daerah pergelangan tangan, telapak tangan dan kaki beserta
pergelangannya. Biasanya setelah dilakukan ruqyah terdapat rasa
panas/dingin/kesemutan/berat atau kedutan ringan di daerah tersebut.
Jika hal ini terjadi, maka harus segera dibacakan surah al-Mukminun
ayat 115 di tiupkan ke tangan dan tarik keluar/ujung kaki atau tangan
sambil membaca “La haula wa laa quwwata illa billahil „aliyyil
„azhim”. Lakukan dua atau tiga kali sampai sakit benar-benar hilang.
(Akhmad, 2006).
c. Manfaat Ruqyah
1) Terapi ruqyah untuk penyakit fisik
Contoh ruqyah untuk pengobatan fisik yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW, yaitu untuk menyembuhkan sengatan
kalajengking. Sebagaimana dalam hadits berikut. “Diriwayatkan
25
oleh Ibnu Abi Syuaibah dalam Musnd-nya dari Hadits Abdullah
bin Mas‟ud, ia menceritakan: Ketika Rasulullah SAW shalat, pada
saat beliau bersujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat jari
tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: Semoga Allah
melaknat kalajengking. Kalajengking tidak membeda-bedakan
antara seorang nabi dengan yang lainnya. Kemudian Rasulullah
menyuruh diambilkan air dan garam, lalu bagian yang disengat
kalajengking sambil membaca Qul huwallahu ahad dan
muawwidzatain sehingga rasa sakitnya reda.”
Selanjutnya diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari
Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah datang menemui
Rasulullah menceritakan sakit yang diseritanya di bagian tubuhnya
semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi SAW bersabda:
“Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu
ucapkan bismillah tiga kali, dan ucapkanlah doa berikut sebanyak
tujuh kali:“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan
Allah dari keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan
terjadi.”
2) Terapi ruqyah untuk gangguan jiwa
Adapun terapi ruqyah untuk gangguan jiwa disebutkan di
dalam beberapa hadis berikut: Di dalam Sunan Abu Dawud dengan
sanad yang shahih melalui Kharijah Ibnush Shilt, dari pamannya
yang menceritakan: Aku datang kepada Nabi saw. dan masuk
26
Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan suatu kaum, di
antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat
dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, “Sesungguhnya
kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi SAW)telah
datang dengan membawa kebaikan, apakah engkau punya sesuatu
untuk mengobatinya?” Aku meruqyahnya dengan bacaan Fatihatul
Kitab, ternyata ia sembuh, lalu mereka (keluarga si sakit)
memberikan seratus ekor kambing. Aku datang kepada Nabi saw.
dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda, “Apakah
hanya ini (yang engkau ucapkan)?” Menurut riwayat yang lain
disebutkan, “Apakah engkau mengucapkan selain itu?” Aku
menjawab, “Tidak.” Beliau saw. bersabda, “Ambillah ternak itu.
Demi umurku, sesungguhnya orang yang memakan dari hasil
ruqyah batil (tidak boleh tetapi engkau memakan dari ruqyah yang
benar. ”Selanjutnya disebutkan juga di dalam hadis riwayat Abu
Dawud. Di dalam hadis tersebut Abu Dawud mengatakan bahwa
dia mengetengahkannya melalui Kharijah, dari pamannya yang
menceritakan: Kami kembali (pulang) dari sisi Nabi saw., lalu
kami sampai pada suatu kabilah orang Badui. Mereka berkata,
“Apakah kalian memiliki obat penawar, karena sesungguhnya di
kalangan kami ada seorang yang gila dibelenggu dengan rantai.
”Lalu mereka mendatangkan orang gila tersebut dalam keadaan
terbelenggu. Maka aku membacakan kepadanya Fatihatul Kitab
27
selama tiga hari setiap pagi dan petang. Aku menghimpun
ludahku, lalu kuludahkan kepadanya sehingga si gila tersebut
seakan-akan baru lepas dari ikatannya (sembuh), lalu mereka
memberiku upah.Tetapi aku berkata, “Jangan.” Mereka berkata, “
Tanyakanlah dahulu kepada Nabi saw.” Aku bertanya kepada Nabi
saw. dan beliau bersabda, “Makanlah demi umurku, barang siapa
yang memakan (dari hasil) ruqyah yang batil (hukumnya haram),
sesungguhnya engkau makan dari ruqyah yang benar.”
3) Terapi ruqyah untuk gangguan jin
Terapi ruqyah yang dilakukan untuk gangguan jin sudah
sering dilakukan oleh orang-orang. Dan terapi ruqyah ini efektif
bagi orang yang mengalami gangguan jin.
(Ariyanto, 2007)
3. Pijat Bayi
a. Definisi Pijat Bayi
Pijat bayi merupakan salah satu terapi yang bagus untuk
menyehatkan bayi (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Pijat bayi
adalah teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang
memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan
dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi (Suririnah, 2009).
28
b. Cara Melakukan Pijat Bayi
Berdasarkan teori Widowati (2015), Tim Galenia MCC (Mother
and Child Care) (2014), Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI
(SAM) (2015), dan Suririnah (2009) cara melakukan terapi pijat bayi
yaitu sebagai berikut:
1) Muka
a) Letakkan ibu jari di antara alis mata bayi. Pijat dengan ibu jari
secara lembut pada alis dan di atas kelopak mata.
b) Pijat dari petengahan alis turun ke bawah melalui samping
lipatan hidung.
c) Pijat menggunakan ujung jari untuk membentuk lingkaran
kecil dari atas bibir melingkar sampai ke bawah bibir di kedua
sisi secara bersamaan.
d) Ulangi pada area bawah bibir.
2) Dada, dan perut
a) Butterfly atau criss-cross
Kedua tangan berada di sisi dada bayi, lalu kedua tangan
memijat dari arah tengah miring ke bawah sampai ke atas bahu
kemudian kembali lagi ke posisi semula.
b) Whater wheel
Lakukan pijatan pada perut bayi seperti mengusap dari dada ke
bawah perut, bergantian tangan kanan dan kiri. Lakukan
sebanyak 30 kali.
29
c) Sun and moon.
Buat gerakan sun (matahari), yaitu dengan membuat satu
lingkaran penuh searah jarum jam dan tangan yang lain
membuat gerakan moon (bulan) dengan membuat setengah
lingkaran (Tim Galenia MCC (Mother and Child Care), 2014).
d) ILU (I Love You).
Memijat perut bayi dengan cara menggerakkan tangan searah
jarum jam dan membentuk huruf I, L, dan U terbalik. Pertama
kali pijat bagian kiri badan bayi dari bawah iga ke bawah
dengan gerakan huruf I. lalu, pijat melintang dari kanan ke
bawah dengan gerakan huruf L. Dan selanjutnya, pijat dari
kanan bawah bayi, melengkung membentuk huruf U.
3) Punggung
a) Letakkan bayi dalam posisi tengkurap.
b) Letakkan kedua telapak tangan di bagian punggung bayi, lalu
gerakkan kedua tangan secara berlawanan ke atas dan bawah,
mulai dari puncak sampai bokong. Lakukan beberapa kali.
4) Tangan, pergelangan tangan, dan telapak tangan
a) Letakkan satu tangan di pangkal lengan dan satu tangan di
pergelangan. Lakukan gerakan seperti memerah susu dan pijat
dengan lembut mulai dari pangkal lengan kea rah pergelangan
tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Lakukan beberapa
kali.
30
b) Buat gerakan melingkar pada telapak tangan bayi
menggunakan ibu jari tangan.
c) Pijat lembut jari-jari bayi satu per satu.
d) Lakukan pada tangan lainnya.
5) Kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki
a) Letakkan satu tangan di bagian pangkal paha dan tangan
satunya di pergelangan kaki bayi, lalu lakukan gerakan
memijat lembut seperti memerah, dari pangkal paha ke arah
pergelangan kaki dengan tangan secara bergantian. Lakukan
beberapa kali.
b) Pijat pergelangan kaki dengan ibu jari dengan lembut.
c) Pijat telapak kaki bayi mulai dari tumit ke arah jemari dengan
gerakan melingkar menggunakan ibu jari tangan (thumb press).
d) Pijat jari-jari bayi satu per satu dengan lembut.
e) Pegang pergelangan kaki dengan tangan kanan. Tekan ujung
telapak kaki dengan ibu jari, sedangkan telunjuk menekan
bantalan kaki atau bagian bawah jari. Lakukan selama 5 detik.
f) Lalu pindahkan telunjuk ke bagian tengah telapak kaki.
Lakukan selama 5 detik.
31
c. Manfaat Pijat Bayi
1) Manfaat bagi ibu
Manfaat pijat bayi bagi ibu dianatarnya yaitu mempererat
hubungan batin antara ibu dan anak, mengurangi rasa stress dan
menimbulkan ras santai, merupakan sarana untuk berkomunikasi
dengan bayi, memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang
menyusui, memudahkan orang tua untuk mengethaui kondisi fisik
bayi, meningkatkan kepercayaan diri ibu, membina ikatan yang
kuat antara orangtua dengan anak dengan dasar cinta dan
keterbukaan komunikasi, bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan
meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan
teknik meredakan stress.
2) Manfaat bagi bayi
Manfaat pijat bayi bagi bayi sendiri diantaranya yaitu
membuat bayi semakin tenang, bayi dapat tidur dengan lebih baik
karena merasa rileks dan disayangi, membantu pencernaan dengan
menyembuhkan kolik dan kembung, membantu membentuk
perkembangan mental bayi, memperbaiki konsentrasi bayi,
membantu meringankan ketidanyamanan dalam pencernaan dan
tekanan emosi, memacu perkembangan otak dan sistem saraf,
meningkatkan gerak peristaltik pencernaan, menstimulasi aktivitas
nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem
kekebalan tubuh, mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh,
32
meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stress pada
bayi, menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan kelembutan
siat anak, menciptakan suasana dan pemahaman akan pentingnya
kreativitas dalam merawat anak, mengajarkan anak mengenai
perbedaan sentuhan baik dan buruk, dan mengenalkan kepada bayi
mengenai kontrol badan mereka (Suririnah, 2009 dan Subakti &
Anggraini, 2008)
4. SEFT
a. Definisi SEFT
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu suatu
teknik yang digunakan unutk mengobati gangguan emosi yang
menimbulkan penyakit. SEFT merupakan solusi tercepat dan termudah
untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan emosi, serta untuk
meningkatkan performa kerja. SEFT adalah suatu metode yang
membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu
stabilitas emosinya, seperti sedih, marah, tertekan, dan lain-lain (Aziz,
2013).
b. Cara Melakukan SEFT
SEFT terdiri dari tiga langkah: the set-up, the tune-in, the
tapping.
33
1) The set-up
Tahap set-up ini adalah tahap yang paling penting, karena
disini harus menemukan terlebih dahulu apa yang ingin
dihilangkan baik berupa masalah fisik atau emosional. Langkah ini
dilakukan untuk menetralisir pikiran negatif atau keyakinan bawah
sadar negatif, seperti „saya selalu gagal mencapai sesuatu‟, „saya
tidak mungkin mampu bersaing‟, „saya tidak bisa lepas dari
kecanduan rokok‟, dan lain sebagainya.
Caranya dengan mengucapkan set-up words, yaitu kata-kata
yang diucapkan dengan ikhlas, dan pasrah untuk menetralisir
keyakinan dan pikiran negatif. Contoh kalimat set-up: “ Ya Allah,
meskipun saya menderita sakit, saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu.”
Sambil mengucapkan kalimat tersebut sebanyak tiga kali, kita
menekan dada, tepat di bagian sore spot (titik nyeri = daerah
sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit).
2) The tune-in
Untuk masalah fisik, dilakukan tune-in dengan cara merasakan
sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit
dan sambil hati dan mulut terus mengatakan “saya ikhlas, saya
pasrah Ya Allah”. Untuk masalah emosi, tune-in dilakukan dengan
cara memikirkan sesuatu aau peristiwa spesifik tertentu yang dapat
membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika
34
terjadi respon negatif (marah, sedih, takut, dan lain-lain), hati dan
mulut tetap megatakan “saya ikhlas, saya pasrah… Ya Allah”.
3) The tapping
The tapping dilakukan bersamaan dengan tune-in. Pada proses
ini pasien menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Tapping
adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik
tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. titik-titik ini adalah
titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika
diketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya
gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran
energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Titik-
titik tersebut adalah :
1. Cr = Crown yaitu titik di bagian atas kepala
2. EB = Eye Brow, titik permulaan alis mata
3. SE = Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata
4. UE = Under the Eye, yaitu 2 cm di bawah kelopak mata
5. UN = Under the Nose, tepat di bawah hidung
6. Ch = Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir
7. CB = Collar Bone, yaitu di ujung tempat bertemunya tulang
dada, collar bone dan tulang rusuk pertama
8. UA = Under the Arm, yaitu di bawah ketiak sejajar dengan
putting susu.
35
9. BN = Below Nipple, yaitu 2.5 cm di bagian bawah putting susu
(pria) atau di perbatasan antara tulang dada danbagian bawah
payudara (wanita).
Gambar 2.2. Area tapping terapi SEFT pada kepala, wajah dan
badan
10. IH = Inside of Hand, yaitu di bagian dalam tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan.
11. OH = Outside of Hand, yaitu di bagian luar tangan yang
berbatasan dengan telapak tangan
12. Th = Thumb, yaitu ibu jari di samping luar bagian bawah
kuku
36
13. IF = Index Finger, yaitu jari telunjuk samping luar bagian
bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
14. MF = Middle Finger, yaitu jari tengah samping luar bagian
bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
15. RF = Ring Finger, yaitu jari manis di samping luar bagian
bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)
16. BF = Baby Finger, yaitu di jari kelingking di samping luar
bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).
Gambar 2.3. Area tapping pada terapi SEFT pada tangan
(Zainuddin, 2009 dalam Rahman, 2016)
c. Manfaat SEFT
1) Mengatasi berbagai masalah fisik.
37
2) Mengatasi berbagai masalah emosi
3) Meningkatkan kinerja dan prestasi
4) Menstabilkan tekanan darah
(Zainuddin, 2009).
D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer
Di Indonesia sudah memiliki peraturan pemerintah mengenai terapi
komplementer dan alternatif. Seperti dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional,
Bab satuketentuan umum, pasal satu ayat enam dan tujuh menyatakan bahwa
“Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya
disingkat STRTKT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.” Dan “Surat
Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat
SIPTKT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan
tradisional dalam rangka pelaksanaan pemberian Pelayanan Kesehatan
Tradisional Komplementer.”
Dalam pasal dua juga disebutkan bahwa “Peraturan Pemerintah ini
bertujuan untuk membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang
bersinergi dengan pelayanan kesehatan konvensional membangun sistem
pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang bersinergi dan dapat
berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di fasilitas pelayanan
kesehatan, memberikan pelindungan kepada masyarakat, meningkatkan mutu
38
pelayanan kesehatan tradisional, dan memberikan kepastian hukum bagi
pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.”
Dalam bab tiga tentang jenis pelayanan kesehatan tradisional, pasal 11,
bagian ketiga mengenai pelayanan kesehatan tradisional komplementer
menyatakan bahwa “Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
dilakukan dengan cara pengobatan/perawatan dengan menggunakan
keterampilan dan/atau ramuan.”
Dalam bab lima tentang sumber daya, bagian kesatu yaitu tentang
sumber daya manusia, pada pasal 31 menyebutkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional komplementer dilakukan oleh tenaga kesehatan
tradisional, tenaga kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat,
merupakan tenaga kesehatan yang ilmu dan keterampilannya diperoleh
melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan paling rendah diploma.” Pada
paragraf tiga, mengenai pendaftaran penyehat tradisional, pasal 39 juga
dikatakan bahwa “setiap penyehat tradisional yang memberikan pelayanan
kesehatan tradisional empiris wajib memiliki STPT.”
Dan pada paragraf empat tentang registrasi dan perizinan tenaga
kesehatan tradisional, pasal empat menyatakan bahwa STRTKT sebagaimana
dimaksud dalam pasal 43 diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan,
dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi: memiliki
ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional, memiliki sertifikat
kompetensi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, mempunyai
surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi, dan membuat
39
pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.” (PP RI,
2014)
E. Penelitian Terkait
Ridwan Kamaluddin melakukan penelitian mengenai pertimbangan dan
alasan pasien hipertensi menjalani terapi alternatif komplementer bekam di
kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Hasil dari penelitian ini ditemukan dua tema pada penelitian ini. Kedua tema
berdasarkan temuan pada penelitian ini meliputi proses pengambilan
keputusan menjalani terapi bekam dan alasan klien menjalani terapi bekam.
Tema pertama tentang proses pengambilan keputusan memilih terapi bekam,
pada penelitian ini ditemukan dua faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan memilih terapi bekam yaitu adanya faktor sosial dan
faktor psikologis. Tema kedua tentang alasan menjalani terapi bekam, pada
penelitian ini ditemukan beberapa alasan menjalani terapi bekam yang
meliputi aspek fisiologis, psikologis, ekonomi dan spiritual (Kamaluddin,
2010).
Penelitian mengenai terapi pijat bayi juga pernah dilakukan yaitu dengan
melakukan review. Hasil penelitian tersebut ditemukan sembilan penelitian
yang memberikan data primer yang menyatakan bahwa terapi pijat bayi dapat
meningkatkan interaksi ibu dan anak, tidur, relaksasi, membuat bayi menjadi
jarang menangis dan berpengaruh pada kadar hormon yang dikeluarkan untuk
mengontrol stress (Underdown, dkk, 2009).
40
Penelitian lain mengenai efek Spiritual Emotional Freedom Technique
terhadap cemas, depresi, dan sindrom koroner akut. Metode yang digunakan
adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian ini yaitu pada kelompok intervensi
SEFT terjadi penurunan tingkat depresi dari 16.74 menjadi 12.32, terjadi pula
penurunan tingkat kecemasan dari 14.32 menjadi 8.42 dan juga terjadi
penurunan tingkat stres dari 21.68 menjadi 17.58. Sedangkan pada kelompok
kontrol yang tidak menerima intervensi SEFT, tingkat depresi, kecemasan dan
stres pasien tetap sama (Bakara, dkk, 2013).
F. Mahasiswa
1. Definisi
Mahasiswa adalah pemuda yang dinamis, terpelajar, dan seorang
warga negara yang tugas utamanya adalah menuntut dan menggali ilmu
pengetahuan seluas-luasnya, berpikir kritis terhadap masalah-masalah
yang ada serta memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga
negara lainnya (Budiman, 2006). Mahasiswa dengan segala kemampuan
yang dimilikinya diharapkan memiliki kemajuan dalam berpikir, tingkat
sosialisasi yang baik, dan bijak dalam bertindak. Mahasiswa selain
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, juga memiliki tanggung
jawab moral terhadap masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu
mencanangkan berbagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (Antoni,
2012).
41
2. PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu jurusan
yang berada di dalam naungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta memiliki visi, misi dan
tujuan. Visi Program Studi Ilmu keperawatan adalah menjadikan Program
Studi Ilmu Keperawatan Sebagai Program Studi terkemuka dalam
mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan pada
tahun 2020. Misi Program Studi Ilmu Keperawatan yaitu
menyelenggarakan pendidikan Ners yang mengintegrasikan keislaman
dan keperawatan, mengembangkan pusat ilmu keperawatan yang
berlandaskan keislaman, mengembangkan etika ilmu yang didasarkan
pada kaidah keislaman dalam pengembangan ilmu dan teknologi
keperawatan, memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter
bangsa, memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi
keperawatan melalui penelitian dan pengabdian masyarakat yang
mengintegrasikan keislaman dan kesehatan, serta memberikan kontribusi
pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat
(http://psik.fkik.uinjkt.ac.id).
Di antara seluruh angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya PSIK 2012 yang telah mendapatkan
materi dan praktek mengenai terapi komplementer dan alternatif.
Pemberian materi mengenai terapi komplementer ini adalah yang pertama
kali diterapkan kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
42
Syarif Hidayatullah Jakarta (Mardiyanti, 2015 dalam modul
Complementary Nursing).
43
Bagan 2.1. Kerangka Teori
Sumber : Akhmad (2006), Fatahillah (2006), Nilawati (2008), Zainuddin (2009),
Suririnah (2009),Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), Tim Galenia
MCC, dan Yudantara (2006).
pengalaman Mahasiswa PSIK
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Cara
melakukan
terapi
Terapi
komplementer
alternatif sebagai
pengganti medis
Penggabungan terapi
komplementer alternatif
dan medis
Mendapat materi
terapi
komplementer dan
alternatif
Praktek terapi
komplementer
dan alternatif
Bekam, ruqyah,
SEFT, pijat bayi
Telah mendapatkan
pengalaman praktek terapi
komplementer dan
alternatif
Manfaat
Terapi
G. Kerangka Teori
Manfaat
terapi
bekam
Manfaat
terapi
ruqyah
Manfaat
terapi pijat
bayi
Manfaat
terapi
SEFT
44
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Wasis (2008) menjelaskan
kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Wasis, 2008). Pada
penelitian ini peneliti hendak meneliti mengenai pengalaman mahasiswa PSIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer
dan alternatif dimana variabel yang akan diteliti yaitu pengalaman mengenai
terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT)
termasuk cara melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai
pengganti medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis.
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman
Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami, dijalani, dan
dirasakan oleh seseorang. Di sini pengalaman yang dikaji yaitu mengenai
penerapan terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah,
dan SEFT), dan beberapa hal yang dipengaruhi oleh pengalaman (cara
melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai pengganti
medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis).
44
45
2. Terapi komplementer dan alternatif
Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional
yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi medis.
Dalam penelitian ini terapi komplementer dan alternatif yang akan dibahas
adalah terapi bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT.
3. Bekam
Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan
Rasulullah SAW. Bekam juga metode pengobatan dengan cara
mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit ari.
4. Pijat bayi
Pijat bayi adalah teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang
memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan
dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi.
5. Ruqyah
Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu
penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan
bacaan ayat-ayat Al Qur‟an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do‟a-doa
Rasulullah SAW.
6. SEFT
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah suatu metode
yang membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu
stabilitas fisik dan emosinya.
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif
kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta
atau realita. Menurut Edmund Husserl, fenomenologi yaitu studi tentang
bagaimana orang mengalami dan menggambarkan sesuatu. Penelitian
fenomenologis meneliti suatu kejadian yang dirasa dan diketahui melalui
pengalaman seseorang (Conny, 2010). Metode ini digunakan untuk
mengetahui dan menggali lebih dalam pengalaman mahasiswa PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan
alternatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah kampus FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti memilih FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai tempat penelitian karena materi terapi komplementer baru diberikan
kepada mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan
melakukan penelitian pada bulan April 2016 di kampus FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
46
47
C. Informan penelitian
Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai segala
sesuatu secara umum, terutama mengenai hal di luar dirinya (Shohibuddin,
2009). Informan terdiri dari lima orang mahasiswa PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan mengacu pada kriteria inklusi yang ditentukan oleh
peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah
1) Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Bersedia menjadi responden.
3) Mahasiswa aktif kuliah.
4) Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai terapi komplementer.
5) Mahasiswa memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan
alternatif.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrument utama
dan pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar
pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden
(Danim, 2003 dan Gulo, 2005). Jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam
(in-depth interview).
48
E. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
purposive sampling dilakukan dengan cara memilih sampel sesuai dengan
yang diinginkan peneliti (Nursalam, 2008). Informan dianggap telah cukup
apabila telah mencapai saturation data/redundancy data. Ini merupakan poin
dimana peneliti tidak lagi menemukan informasi baru, atau terus menemukan
pola yang sama dari pernyataan partisipan (Pitney, 2009).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan April 2016 dan
dilakukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam (in-depth interview).
2. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu akan
mengurus perizinan penelitian ke pihak-pihak terkait di FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Merancang pedoman wawancara yang akan ditanyakan kepada
informan penelitian.
3) Melakukan pendataan informasi yang diperoleh dari informan.
4) Data akan direduksi/disederhanakan lalu akan disajikan sebagai
data akhir untuk dianalisa.
5) Data yang telah dianalisa akan ditarik simpulan penelitian.
49
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
1) Wawancara mendalam (in-depth interview)
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dipakai adalah
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara
(interview guide) yang ditujukan untuk wawancara yang lebih
mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah
salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
metode kualitatif yang dilakukan dengan cara bertanya kepada
responden untuk memperoleh informasi mengenai fenomena
yang akan diteliti. Dalam wawancara mendalam, pengalaman
hidup adalah prioritas, dan peneliti berkolaborasi dengan
partisipan penelitian (West, Richard dan Lynn H. Turner, 2008).
Pada in-depth interview peneliti berupaya untuk membuat
informan penelitian berbicara dengan bebas dan mengutarakan
apa yang hendak disampaikan dengan sebenar-benarnya (Gilbert
A. Churchil, Jr, 2005).
Wawancara mendalam ini melibatkan peneliti yang
memberikan pertanyaan kepada partisipan untuk menggali
informasi, perspektif, wawasan/pengetahuan, perasaan, sikap,
pengalaman atau fenomena yang dapat diobservasi (Janet, 2010).
Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam yaitu
memperoleh data yang lebih mendalam mengenai pengalaman
50
mahasiswa mengenai penerapan terapi komplementer dan
alternatif.
Di sini penentuan durasi waktu wawancara disesuaikan
dengan partisipan. Peneliti akan melakukan kontrak waktu
dengan partisipan sehingga mereka dapat meluangkan waktu
untuk dilakukan wawancara mendalam tanpa mengganggu
aktivitasnya yang lain (Holloway & Wheeler, 2010).
Tipe wawancara yang digunakan yaitu semi-structured
interview. Semi-structured interview menggabungkan dari
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Sering
dikombinasikan dari tanya jawab yang spesifik yang
menyebabkan jawaban yang bersifat bebas dari partisipan, dan
pewawaancara dapat mengambil kesempatan ini untuk
menanyakan lebih lanjut mengenai pertanyaan tersebut untuk
membuat partisipan menguraikan jawaban telah diberikan
(Myers, 2008). Pertanyaan baru dapat timbul selama percakapan
(Bernsen & Dybkjær, 2009).
G. Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, ada empat teknik mencapai keabsahan data,
yaitu kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas (dipendabilitas),
konfirmabilitas. Di antara empat teknik ini dapat dipilih salah satu atau lebih
untuk mencapai keabsahan data.
51
1) Kredibilitas. Kredibilitas meliputi berbagai hal, yaitu :
a) Memperpanjang cara observasi, agar cukup waktu untuk mengenal
responden, lingkungannya dan kegiatan serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi. Hal ini juga dilakukan untuk mengecek informasi, agar
dapat peneliti diterima oleh partisipan.
b) Pengamatan terus-menerus, agar peneliti dapat melihat sesuatu
secara teliti, terdeskriptif dan mendalam, sehingga dapat dibedakan
mana yang memiliki makna dan tidak.
c) Triangulasi berupa pengumpulan data lebih dari satu sumber yang
menunjukkan informasi yang sama.
d) Peer debriefing dengan cara mendiskusikan tentang penelitian
dengan orang lain, seperti teman sejawat, dan dosen.
e) Member-check artinya mengulangi kembali setiap akhir wawancara
Pada penelitian ini menggunakan peer debriefing dan member check.
Penelitian didiskusikan dengan dosen pembimbing. Pertama, peneliti
akan mendiskusikan data-data penting dari informan. Kedua,
penelitian melakukan validasi data deskriptif kualitatif yang
merupakan data hasil penelitian pada responden dengan mengajukan
pertanyaan.
2) Transferbilitas, merupakan validitas eksternal berupa keteralihan.
Pada transferebilitas ini dilihat sejauh mana penelitian dapat
52
diterapkan pada kasus daerah lain. Penelitian ini tidak menggunakan
transferbilitas pada keabsahan data.
3) Auditabilitas dan dependibilitas (reliabilitas) merupakan konsistensi,
atau sekurang-kurangnya ada kesamaan hasil bila diulang oleh peneliti
lain. Untuk menguji hal ini, perlu dilakukan langkah-langkah berikut.
a) Pengamatan oleh dua orang atau lebih terhadap fenomena yang
terjadi,
b) Checking data dilakukan dengan mencari data dari orang lain,
c) Audit trail, dilakukan oleh pembimbing untuk memeriksa proses,
jika ada pembimbing atau konsultan (Suwardi Endraswara, 2006).
Audit trail yang merupakan bagian dari auditabilitas dan
dependibilitas (reliabilitas) juga digunakan. Proses penelitian ini
diarahkan oleh dosen pembimbing. Peneliti melaporkan hasil
penelitian kepada pembimbing sebagai auditor dan melakukan
pemeriksaan guna meyakinkan dan membuktikan bahwa laporan
penelitian sesuai dengan data yang didapat.
H. Teknik Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi
komplementer dan alternatif. Analisa data yang akan digunakan metode
fenomenologi Colaizzi, meliputi:
53
1. Menyimak narasi partisipan (dalam bentuk rekaman dan/atau catatan
tertulis). Berusaha untuk mengetahui makna-makna inheren dari tiap
pernyataan partisipan dalam narasi untuk memperoleh “makna secara
keseluruhan”
2. Menfokuskan hanya pada kalimat-kalimat yang secara langsung
menyinggung persepsi terhadap integrasi terapi komplementer dalam
keperawatan. Mencari data yang penting bagi fenomena yang diteliti,
memilah-milah pernyataan-pernyataan yang penting dan membuat daftar
untuk pernyataan-pernyataan tersebut.
3. Merumuskan makna. Peneliti mengambil beberapa pernyataan penting,
mencoba untuk menggali lebih dalam makna yang terkandung dalam
sebuah pernyataan yang diutarakan partisipan, dan berupaya pula
memahaminya dalam istilah yang digunakan oleh partisipan.
4. Mengulangi proses pada no. 3 untuk masing-masing wawancara yang
direkam atau dicatat secara tertulis, lalu mengelompokkan semua makna
yang berbeda-beda itu dalam tema tertentu.
5. Uraian mendalam (exhaustive description). Membuat uraian analisis
secara terperinci mengenai perspektif partisipan yang terdapat dalam
tema integrasi terapi komplementer dalam keperawatan. Di sini peneliti
menyatukan semua kelompok tema ke dalam sebuah penjelasan yang
menyatakan pandangan partisipan terhadap integrasi terapi
komplementer dalam keperawatan.
54
6. Merumuskan uraian mendalam terkait keseluruhan fenomena yang
diteliti, dan mengidentifikasi struktur pokoknya atau esensinya.
7. Member check. Peneliti mengulang validasi data pada partisipan
mengenai data deskriptif kualitatif yang ada untuk mengklarifikasi
keabsahan data hasil penelitian. Hycner (1885) menyarankan pula
kepada peneliti untuk menunjukkan ringkasan dari tiap-tiap wawancara
dengan menggaris bawahi tema-tema yang telah ditemukan kepada
partisipan. Tindakan ini memungkinkan peneliti untuk mengubah
gagasan, atau dapat menambah gagasan-gagasan baru (Christine, 2008).
Bagan 4.1 Teknik Analisa Data Metode Collaizi (1978) dalam
Christine (2008)
Kembali ke
responden untuk
klarifikasi
keabsahan data
hasil penelitian
Membuat daftar
data-data
penting
Seleksi data-
data penting
bagi
fenomena
yang diteliti
Menyimak
data narasi
Memasukkan
data baru
ketika
validasi data
Membuat
uraian analisis
data secara
terperinci
Menggali lebih
dalam makna dari
pernyataan
responden
Pengumpulan
data
Merumuskan
tema
Menggali lebih
dalam makna dari
pernyataan
responden
Merumuskan
tema
Menggali lebih
dalam makna
dari pernyataan
responden
55
I. Etika Penelitian
Dalam sebuah penelitian, etika penelitian adalah suatu hal yang harus
diperhatikan dan sangat penting. Secara umum prinsip etika dalam penelitian
ada tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan
prinsip keadilan.
a) Prinsip manfaat
Prinsip manfaat yang diterapkan pada penelitian ini yang pertama
adalah bebas eksploitasi. Partisipan dihindarkan dari segala keadaan
yang akan merugikan dirinya. Peneliti juga telah meyakinkan partisipan
bahwa informasi yang diperoleh tidak akan dipergunakan dalam hal-hal
yang dapat merugikannya. Kedua adalah risiko, peneliti
mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang dierima partisipan dari
penelitian yang dilakukan.
b) Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
Prinsip menghargai HAM yang dilakukan pada penelitian ini yang
pertama adalah hak untuk ikut/tidak menjadi responden.partisipan
berhak menolak atau menyatakan kesediaannya untuk menjadi informan
penelitian, tanpa adanya sangsi atas keputusan partisipan tersebut.
Kedua adalah hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan.Peneliti memberikan informasi yang jelas kepada partisipan
serta bertanggung jawab jika terjadi sesuatu hal kepada partisipan. Dan
ketiga adalah informed consent. Partisipan memiliki hak untuk
mendapatkan informasi secara lengkap mengenai penelitian yang
56
akandilaksanakan. Pada informed consent perlu dicantumkan bahwa data
yang diperoleh akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
c) Prinsip keadilan
Prinsip keadilaan yang diterapkan pada penelitian ini yang pertama
adalah hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil. Partisipan
diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah penelitian
tanpa ada perbedaan bila ternyata tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian. Kedua adalah hak dijaga kerahasiaannya. Partisipan berhak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, oleh
karena itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentially) (Swarjana, 2012).
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan merupakan salah satu fakultas
yang terdapat pada Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ini menaungi empat jurusan, yang terdiri dari
Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Pendidikan Dokter,
Program Studi Farmasi, dan Program Studi Kesehatn Masyarakat. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terletak di Jalan Kertamukti No. 5, Pisangan,
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Jumlah mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yaitu kurang lebih 1589 mahasiswa. Dan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan terdapat mahasiswa yang berjumlah
kurang lebih 230 mahasiswa.
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian
1. Karakteristik informan
Gambaran karakteristik informan penelitian meliputi usia,
pengalaman praktek. Informan penelitian terdiri dari lima orang
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia rata rata 20
tahun dan memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan
alternatif di Rumah Terapi Komplementer Alternatif di Tangerang selama
57
58
tiga minggu. Terapi komplementer dan alternatif di sini terfokus pada
empat terapi yaitu terapi bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT. Dan setiap
informan penelitian diberi kode dari P1, P2, P3, P4, dan P5.
2. Pengalaman mahasiswa PSIK mengenai penerapan terapi komplementer
dan alternatif
Dari hasil analisis tematik pada terapi bekam, didapatkan tujuh tema,
tema-tema tersebut meliputi: (1) pemahaman mahasiswa masih kurang
mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif (2) prinsip
sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam (3) terapi komplementer
dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien (4) terapi komplementer
alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis (5) terapi
ruqyah dan SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis (6)
terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis (7)
penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang
lebih efektif bagi kesehatan pasien.
Berdasarkan tujuh tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara,
berikut ini uraian dari dari masing-masing tema, yang meliputi :
a. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi
komplementer dan alternatif
Penerapan terapi komplementer dan alternatif meliputi terapi bekam,
ruqyah, pijat bayi dan SEFT. Temuan yang didapat dari hasil
wawancara yang dilakukan pada informan penelitian yaitu sebagian
59
besar informan masih belum mampu menyebutkan cara melakukan
terapi bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT secara lengkap dan
berurutan. Dapat dilihat pada tiap pernyataan informan terdapat
banyak kesamaan antara pernyataan informan satu dengan yang
lainnya. Akan tetapi, masih terdapat sedikit perbedaan dari tiap tiap
pernyataan tersebut. Dan mereka juga menyatakan bahwa terapi yang
sudah dipraktekkan yaitu ruqyah, pijat bayi, dan SEFT sudah sesuai
dengan teori. Pada tema ini dibagi menjadi empat sub tema, yaitu
sebagai berikut:
1) Cara melakukan terapi bekam
Lima informan belum menyebutkan cara melakukan terapi bekam
secara lengkap dan benar. Berikut pernyataan informan:
“Caranya yang pertama itu dibersihin dulu badan pasien dengan
alkohol, abis dibersihin, 1baru di-cup, abis di-cup, di tusuk-
tusukin baru diambil lagi darahnya, selang beberapa menit,
dibuka, trus setelah dibuka baru dibersihin lagi pakek alkohol2”
(P1)
“Dibuka bajunya terus dipijit terlebih dahulu pake kom nya, baru
dikasih alkohol dulu, trus minyak, dipijit terlebih dahulu, trus
dibekam, baru dibersihin belakangnya, udah dibersihin, trus dilap
lagi.3” (P2)
“Pasiennya kita balur kaya minyak, abis itu dibekam kering dulu,
di titik-titik tertentu4, nanti di kop nya ditaruh situ, …”(P3)
“Sebelumnya dipijit dulu5, setelah dipijit, kemudian pijitnya pake
minyak, terus kita tusuk tusuk pake alat jarum itu, udah itu di kop-
1 Tidak menyebutkan untuk memeriksa tekanan darah, pemijatan terlebih dahulu sebelum
dilakukan cupping 2 Daerah yang telah dilakukan bekam seharusnya di-swab dan diberi minyak zaitun
3 Tidak memberikan detail cara melakukan bekam basah atau bekam kering dan tidak
memberi detail cara membersihkan area yang telah dibekam 4 Tidak menyebutkan untuk memeriksa tekana darah, melakukan pijat sebelum di-cup dan
tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol 5 Tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol terlebih dahulu sebelum dipijat lalu
60
in, pasang kopnya, itu kalo bekam yang basah ya, kalo misalnya
bekam kering itu kan cuman pake udara dan digeser geser6, udah
itu di copot, dibersihin7” (P4)
2) Cara melakukan terapi ruqyah
Empat dari lima informan menyatakan bahwa cara melakukan
terapi ruqyah yaitu hanya dengan membacakan ayat-ayat Al
Qur‟an. Berikut pernyataan informan:
“Terapi ruqyah itu prakteknya, lebih ke menfokuskan pasien
dengan bacaan bacaan tertentu, misalkan ada ustadz atau
ustadzah tertentu membacakan ayat-ayat, kemudian pasiennya itu
fokus terhadap ayat ayat tersebut, lebih ke ayat ayat Qur’an yang
dibacakan ke pasien.8” (P3)
Satu informan lain menyatakan bahwa teknik terapi ruqyah yaitu
dengan membacakan doa doa. Berikut pernyataan informan:
“Untuk tekniknya itu sendiri yang saya tau, saat pasien itu datang,
ke terapi ruqyah, biasanya penterapinya itu udah menyiapkan
beberapa doa doa yang memang bisa menenangkan hati.” (P5)
Empat informan menyatakan bahwa terapi ruqyah sesuai dengan
teori. Berikut pernyataan informan:
“Untuk praktek lapangan kayaknya udah sesuai sama yang
biasanya , udah sesuai sama teori” (P1)
Satu informan lainnya menyatakan bahwa :
“Ditambahkan kalau misalnya cewek (pasien) kalau bisa cewek
yang ngeruqyah”(P2)
cupping 6 Penjelasan partisipan adalah cara melakukan bekam seluncur bukan bekam kering
Tidak menjelaskan detail cara membersihkan setelah bekam basah 8 Semua informan tidak menyebutkan persiapan tempat, persiapan jasmani, dan persiapan
bagi peruqyah sebelum membacakan ayat-ayat dan do‟a-do‟a ruqyah
61
3) Cara melakukan terapi pijat bayi
Ke lima informan masih belum memahami cara melakukan terapi
pijat bayi yang sesuai dengan teori. Mahasiswa belum
menyebutkan cara melakukan terapi pijat bayi secara lengkap dan
masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan teori. Akan
tetapi, di sini mahasiswa berpendapat bahwa terapi ini sudah sesuai
dengan teori. Berikut pernyataan informan:
“Sebenarnya ada, beberapa teknik ya ada pijatan india. Kaya ada,
pijatan yang berbentuk kupu-kupu.Pokoknya dari kepala sampe ke
kaki itu ada teknik-tekniknya tersendiri.9”(P1)
“Pokoknya siapin alat-alatnya, dipijat dengan baby oil, trus yang
penting kita tu harus mulai dari kaki, abis kaki, kakinya itu yang
pokoknya kaya memerah susu, terus pokoknya di pergelangan
kakinya, kaya titik titik, yang telapak kaki ni.10
Abis itu baru di
tangan, tangan juga hampir sama dari ininya. Aku lupa urutannya,
yang pasti tu kaki, tangan, muka sama perut, kalau muka itu di
alisnya, trus ini pipinya, trus jangan lupa ada reflek di sekitar
mulutnya, terus pokoknya ke perut11
, pijitnya yang I love u trus
sama bulan bintang,12
abis itu punggung,13
yang penting kalau
dipijat itu jangan ditekan banget maksudnya, jangan ditekan
terlalu mendalam.” (P2)
“Pertama siapin alat-alatnya dulu, kaya minyak, dimulai dari
telapak kaki, trus kemudian di jari jari kaki dipijat, dari pangkal
ke ujung jari kaki, abis itu baru ke bagian betis dan pahanya dari
atas ke bawah14
, itu dilakukan menerus di yang kanan dan yang
kiri, kemudian di bagian tangan stepnya sama yang kaya di kaki,
kemudian di bagian perut, di bagian perut itu ada namanya bulan
dan matahari, kemudian ada bentuk I love you,15
kemudian bagian
9 Tidak menyebutkan detail teknik melakukan terapi pijat bayi
10 Tidak menyebutkan teknik pijat pada telapak kaki
11 Tidak ada dalam teori pijat bayi
12 Teknik pijat bulan bintang tidak ada dalam teori dan tidak menyebutkan teknik pijat water
wheel 13
Tidak menyebutkan teknik pijat di bagian punggung 14
Teknik pijat bagian kaki dan tangan yang terdapat pada teori yaitu dengan gaya seperti
memerah 15
Tidak menyebutkan teknik pijat water wheel dan sun and moon
62
dada, untuk di bagian dada itu ada yang bentuk kupu kupu, …”
(P3)
“dikasih minyak trus dipijit sesuai dengan langkah langkah yang
udah ada, pokoknya kepala tangan, trus badan, kaki, trus bagian
depan dulu, abis tu bagian belakang,16
kayak memerah susu lah
ya, tu tangan trus abis itu, aku lupa lupa namanya, kalo di bagian
perut bulan matahari.17
” (P4)
“Untuk pijat bayi itu sendiri, dimulai dengan muka, tangan, dada,
bagian perut, bagian kaki dan bagian punggung.18
untuk di bagian
kepala kita tidak boleh , nggak mesti kepala, semuanya , tidak
boleh menekan terlalu erat terhadap si bayi. Sebenernya
prinsipnya itu aja, untuk tehniknya hampir sama seperti pijat
orang biasa seperti itu.” (P5)
Empat informan menyatakan bahwa terapi pijat bayi sudah sesuai
dengan teori. Berikut pernyataan informan:
“Menurut saya sudah sesuai praktek dengan ruqyahnya (teori)
itu” (P2)
Satu informan lainnya menyatakan bahwa :
“Untuk trust ke anaknya, kadang anak kecil nggak mau dipijat
jangan dipaksa biarkan tenang dulu”(P1)
4) Cara melakukan terapi SEFT
Pemahaman mahasiswa mengenai penerapan terapi SEFT masih
kurang. Dapat dilihat dari pernyataan informan yang belum
menyebutkan secara lengkap mengenai cara melakukan terapi
SEFT dan masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan
teori. Akan tetapi, mahasiswa sendiri berpendapat bahwa terapi ini
sudah sesuai dengan teori. Berikut pernyataan informan:
16
Tidak menyebutkan teknik pijat bayi secara detail 17
Tidak menyebutkan teknik pijat water wheel dan sun and moon 18
Tidakmenyebutkan teknik pijat pada area yang telah disebutkan
63
“Kalo dari pengalaman kemaren itu untuk terapi SEFT caranya
ditekan dipijet-pijet dititik-titik tertentu, kaya ada di kepala,19
di
dahi, di dagu.Aku lupa, pokoknya kepala, dahi, sama dagu itu di
titik-titik sambil menyebut kata-kata yang positif.”(P1)
“Tekniknya itu cuma dua yang aku tau, tekniknya itu yang
mengetuk, pokoknya bagian tubuh dengan jari-jari, trus yang
penting juga berpikiran positif, caranya itu pokoknya yang paling
pertama itu di kepala, sambil mengucapkan kalimat kalimat
positif, tergantung yang kita maunya, abis kepala, dahi, trus kan di
samping mata, trus abis itu di bawah mata, trus abis itu di bawah
idung, trus abis itu di bawah dagu, terus di bawah sini, di leher, di
sini di bawah ini, trus pokoknya di dada, tempat agak atas, yang
paling sakit, itu yang paling lama, pake kata kata yang positif
juga, misalnya kaya ikhlas ikhlas sabar, terus di bawah ketiak,20
udah gitu, sama ini pokoknya di tangan.” (P2)
“Kalo terapi SEFT itu pertama kita harus fokus terhadap salah
satu masalah yang menurut kita paling berat dalam hidup kita,
kemudian dikasih sugesti sugesti positif, kalo kemaren di tempat
saya klinik, pertama itu bagian dada kalo nggak salah, bagian
dada trus diputer-puter, ditekan kemudian sambil diucapkan kata
kata positif, kata positifnya ikhlas ikhlas, kita ulang ulang, tekan
lagi di bagian-bagian tertentu, misalkan di bagian ubun ubun,
kemudian di atas alis, dekat alis, di ujung dan dipangkal nya,
kemudian di bawah mata, di bawah hidung di bawah mulut,21
kemudian di ketiak,22
trus di siku, trus di bagian jari jari tangan,
baik kanan maupun kiri.” (P3)
“Tehniknya bagian yang diketuk itu dari kepala, abis kepala trus
bagian daerah mata, trus menuju ke bawah, trus ke pipi23
, trus
19
Tidak menyebutkan tapping di daerah titik permulaan alis mata
di atas tulang di samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung 20
setelah tapping di bawah ketiak, seharusnya masih dilanjutkan dengan tapping
pada 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang
dada dan bagian bawah payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan,
serta pada jari-jari tangan 21
Setelah tapping di bawah mulut, seharusnya dilanjutkan dengan tapping di ujung
tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama 22
setelah tapping di bawah ketiak, seharusnya masih dilanjutkan dengan tapping pada 2.5
cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada
danbagian bawah payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, serta
pada jari-jari tangan 23
Tidak ada dalam teori tapping pada teknik terapi SEFT
64
bawah idung, mulut, telinga, trus bagian di atas dada, belikat itu,
trus ke tangan,24
sambil kita berserah diri kepada Allah.”25
(P4)
“…Lalu kemudian ke bagian bawah leher, dua leher, lalu
kemudian bawah ketiak atau kalau wanita itu, payudara ke dua
duanya (sambil mempraktekkan tapping di bagian bawah
payudara) terus kemudian bagian pinggang, pinggang bawah.26
”
(P5)
Empat informan menyatakan bahwa terapi SEFT sesuai teori.
Berikut pernyataan informan:
“Kayanya yang kemaren itu (waktu praktek) sama kaya yang
udah dipelajari maksudnya titik titik nya juga sama, caranya juga
sama, penekananya juga, cara penekanannya juga udah sama”
(P1)
Satu informan lainnya menyatakan bahwa:
“Mungkin pas di prakteknya harus di tempat yang bener-bener
bisa konsentrasi” (P2)
b. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam
Temuan dari hasil wawancara yaitu informan menyatakan bahwa
prinsip sterilisasi pada terapi bekam kurang diterapkan pada terapi
bekam. Berikut pernyataan informan:
“untuk teori yang perlu ditambahkan itu lebih ke teori tentang
sterilisasi itu sendiri, sterilisasinya itu sterilisasi alat, itu belum
sesuai…” (P5)
24
Tidak menyebutkan secara detail tapping pada area tangan, tidak menyebutkan lanjutan
tapping ke daerah ketiak, pada 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di
perbatasan antara tulang dada danbagian bawah payudara (wanita) 25
Tidak menyebutkan detail tapping daerah mata 26
di atas tulang di samping mata, tepat di bawah hidung, diantara dagu dan bagian
bawah bibir, di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk
pertama, dan bagian bawah payudara (wanita), bagian dalam tangan yang berbatasan
dengan telapak tangan, bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
65
Di bawah ini pernyataan detail dari tiap partisipan yang menyatakan
bahwa prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam. Berikut
pernyataan informan:
“Pakek sarung tangannya sendiri harusnya kalau udah menyentuh
badan pasien nggak boleh nyentuh alat alat yang sudah
terkontaminasi lain” (P1)
“Sarung tangannya bukan sarung tangan steril.” (P5)
“Kemaren sterilisasi kan masih ditaruh di lemari yang enggak ada
sterilisasinya walaupun alat bekam nya udah di sterilisasi tapi untuk
penyimpanannya tetep di lemari yang tanpa ada sterilisasi.”(P2)
“Ketika ingin digunakan alat steril itu terkadang tidak sesuai,
misalkan alat memang sudah disterilkan dan bagian yang terkena
cairan sudah steril, namun pekerja (terapis) mengambil alat tersebut
dengan tangan, dan memasukkan tangan ke daerah yang akan terkena
cairan tubuh, itu kan alatnya menjadi tidak steril.” (P3)
“Kalo kop udah bekas darah harusnya nggak dipake tapi kebanyakan
masih pada dipake.” (P5)
c. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien
Berdasarkan hasil wawancara, terapi komplementer alternatif memberi
efek yang baik bagi pasien. Keefektifan dari terapi komplemeter dan
alternatif ini dibagi menjadi empat subtema, yaitu:
1. Terapi bekam memberikan manfaat bagi pasien
Lima informan menyatakan bahwa terapi bekam memberikan
manfaat bagi fisik pasien, contohnya sebagaimana pernyataan
informan berikut:
“Katanya kalau abis dibekam yang tadinya badannya pegel-pegel
jadi nggak pegel-pegel.” (P1)
66
“Kadar gula darahnya tinggi, trus kolesterolnya juga agak tinggi
tapi tidak mencapai batas yang ditentukan, dia pas di tes ulang
lagi malah kadar glukosa sama kolesterolnya menurun” (P2)
“Tekanan darahnya tinggi, setelah dibekam baru tekanan
darahnyalebih berkurang” (P3)
“Emosinya lebih stabil” (P4)
“Setelah dia terapi bekam, dia sudah bisa jalan meskipun agak
tergopoh gopoh (pasien stroke)” (P5)
2. Terapi ruqyah memberikan manfaat bagi pasien
Terapi ruqyah memberi efek yang baik bagi pasien, didukung oleh
pernyataan informan:
“Pasien sendiri bilangnya lebih enakan, lebih enteng, yang
awalnya ngerasa ada beban…”(P2)
“Ruqyah itu fungsinya, kalo secara fisik tidak terlalu terliat, tapi
memang lebih ke psikososialnya lebih bisa menentramkan hati
pasiennya…”(P3)
“Manfaatnya jadi tidak tertutup dan lebih bisa legowo menerima
situasi yang sedang terjadi terhadap dirinya.” (P5)
“Sebelum di ruqyah itu suka sakit perut, tapi setelah diruqyah
katanya intensitas dari sakitnya itu berkurang, terus pasiennya
juga sering pusing sebelum di terapi ruqyah, setiap bangun tidur
itu.Tapi setelah ruqyah, intensitas pusingnya juga
berkurang.”(P1)
“Kalau ada yang dinganggu oleh jin trus setelah diruqyah jin itu
keluar dan lebih sehat orang tiu” (P4)
3. Terapi pijat bayi memberikan manfaat bagi pasien
Kelima informan menyatakan bahwa terapi pijat bayi memberikan
manfaat bagi fisik pasien, contohnya terdapat pada pernyataan
informan sebagai berikut:
“Awalnya susah makan jadi makannya lahap” (P4)
“otot ototnya sebelum dipijat itu misalnya lebih keras, maksudnya
kaku, stelah dipijet jadi lebih rileks gitu otot ototnya” (P3)
“Manfaatnya untuk anak bisa tidur cepet, tidur lelap…” (P4)
67
“Waktu itu pernah ada gangguan pencernaan kayanya diare, abis
di pijat bayi, dua hari setelahnya, dia udah nggak ada (diare)
lagi” (P3)
4. Terapi SEFT memberikan manfaat bagi pasien
Dari data hasil wawancara, didapati bahwa terapi SEFT memberi
efek yang baik bagi pasien.Seperti emosi menjadi lebih stabil,
menjadi lebih tenang menghadapi masalah, dan menjadi lebih
ikhlas terhadap sesuatu. Berikut pernyataan informan:
“Manfaatnya lebih ke emosi, emosinya lebih stabil trus lebih bisa
menerima atau mengikhlaskan.”(P1)
“Yang awalnya dia ngerasa bebannya tinggi, maksudnya kaya
tingkat stress, jadi lebih enakan, harus apa nih, harus banyak doa,
banyak pikir positif.” (P2)
“Manfaatnya lebih ke me-release masalah tersebut, jadi dengan
cara mengikhlaskan.” (P3)
“Diri kita lebih tenang, nggak gelisah, kalo mikirin ada masalah
gitu.”(P4)
“Yang pertama, kita bisa mengubah mindset kita sendiri terhadap
SEFT, untuk melihat sudut pandang terhadap sesuatu dari segala
arah.Yang kedua kita lebih bisa menerima berbagai kondisi.Yang
ketiga kita bisa melepaskan beban pikiran kita yang slama ini ada
dalam pikiran kita.Terus yang terakhir, lebih menenangkan.Ada
penurunan tekanan darah, tinggi (tekanan darah sebelum SEFT),
dan turun (tekanan darah setelah SEFT).”(P5)
d. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti
terapi medis
Berdasarkan hasil data wawancara, didapati bahwa terapi
komplementer dan alernatif belum digunakan sebagai pengganti terapi.
Tema ini dibagi menjadi empat subtema, yaitu:
68
1. Terapi bekam belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Tiga informan menyatakan belum menemukan pasien yang
berpindah dari terapi medis kepada terapi bekam. Berikut
pernyataan informan:
“Belum ada, karna emang yang saya dapatkan pasien-pasien di
sana lebih ke menjaga kesehatan tubuhnya bukan dia sudah
berpenyakit kemudian beralih ke bekam.” (P3)
Sedangkan dua informan lain menyatakan ada yang bepindah dari
terapi medis ke terapi bekam. Berikut pernyataan informan:
“Waktu itu ada jadi dokter nyaranin nggak usah terapi medis lagi,
malah ke tradisional aja misalnya kaya bekam” (P2)
“Ada contohnya dia ngobatin ke medis tapi nggak sembuh sembuh
terus ke bekam” (P4)
2. Terapi ruqyah belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Lima informan menyatakan belum menemukan pasien yang
berpindah dari terapi medis kepada terapi ruqyah. Berikut
pernyataan informan:
“Dari pengalaman belom ada, belom pernah melihat atau
mendengar yang tadinya terapi medis ke terapi ruqyah” (P1)
3. Terapi pijat bayi belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Tiga informan menyatakan bahwa belum menemukan terapi pijat
bayi yang digunakan sebagai pengganti terapi medis. Berikut
pernyataan informan:
“Saya belum menemukan yang dari medis, sakit trus ke pijat bayi”
(P5)
69
Sedangkan satu informan lainnya menyatakan bahwa ada yang
menggunakan terapi pijat bayi sebagai pengganti terapi medis.
Berikut pernyataan informan:
“Jadi misalnya kalau udah medisnya nggak ada dapet ya ke
tradisional di terapi pijat malah lebih baikan gitu (pijat bayi)”
(P2)
4. Terapi SEFT belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Lima informan menyatakan belum menemukan pasien yang
berpindah dari terapi medis kepada terapi SEFT. Berikut
pernyataan informan:
“Belum nemuin kalo dari medis ke terapi SEFT” (P1)
e. Terapi ruqyah dan terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan
terapi medis
Dari ke empat terapi, sebagian besar informan menyatakan bahwa
belum ada pasien yang menggunakan terapi ruqyah dan SEFT
bersamaan dengan terapi medis. Dan sebagian kecil informan yang
menyatakan bahwa belum ada pasien yang menggunakan terapi bekam
dan pijat bayi bersamaan dengan terapi medis.
Lima informan menyatakan bahwa belum menemukan pasien yang
menggabungkan terapi ruqyah dan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Kalau untuk menggabungkannya saya belum menemukan antara
medis dan terapi ruqyah” (P5)
70
Tiga informan menyatakan bahwa belum menemukan pasien yang
menggabungkan terapi SEFT dan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Kalo yang menggabungkan juga belom tau” (P1)
Dua informan lainnya menyatakan bahwa ada yang menggabungkan
terapi SEFT dan terapi medis. Dan hasilnya efektif bagi pasien
tersebut. Berikut pernyataan informan:
“Iya tapi memang bukan mengobati penyakit fisiknya tetapi memang
karna penyakit fisiknya akan akan menimbulkan psikologisnya juga
ikut bermasalah, dia mengobati nya di SEFT” (P3)
“Merasa lebih ikhlas terhadap penyakitnya saat itu” (P3)
“Menggabungkan iya, hipertensi, nyeri kepala hebat biasanya,
kebanyakan ini hanya sebagai tambahan, dari medis dapet obat yang
langsung menyembuhkan, belum selesai, sisanya pengobatan
alternatif” (P5)
“Hasilnya lebih efektif, skala nyerinya berkurang, tekanan darahnya
turun” (P5)
Sedangkan dua informan menyatakan bahwa terapi bekam belum
digunakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Kalo saya belum nemu (yang menggabungkan terapi bekam dan
terapi medis)” (P2)
Satu informan menyatakan bahwaa belum menemukan pasien yang
menggabungkan terapi pijat bayi dan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Kalau menggabungkan, saya juga belum” (P5)
71
f. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis
Tema ini teridentifikasi karena didapatkan pernyataan bahwa terapi
bekam dan pijat bayi digunakan tanpa meninggalkan pengobatan
medis. Terdapat tiga informan yang menyatakan bahwa terapi bekam
dilaksanakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Dia nambahin kaya tekanan darah tinggi, dia masih tetep ikut
pengobatan dari dokter, cuman dia nambahin terapi bekamnya, nggak
ninggalin obat-obat yang dikasih dokternya.” (P1)
Dan terdapat tiga informan yang menyatakan bahwa terapi pijat bayi
digunakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan
informan:
“Kalo yang menggabungkan itu, dia pakek vitamin yang buat anak
biar gampang makan itu, tapi dia tetep mengggabungkannya dengan
minum vitamin itu dan dengan pijat bayi” (P1)
“Bayinya itu panas datang ke klinik tersebut, trus dipijat bayi, namun
karna memang tidak langsung bisa langsung turun, kan maksudnya
baru pijat bayi” (P3)
“Ada, dia itu BAB nya susah lancer, makanya pencernaannya itu
nggak lancar, dia jadi pertumbuhannya itu terganggu, trus disaranin
dokter masuk ke terapi pijat bayi ini” (P4)
Ke tiga informan menyatakan bahwa belum mengetahui secara
langsung hasil dari penggabungan terapi medis dan terapi pijat bayi.
Berikut pernyataan informan:
“Saya belum tau hasilnya (penggabungan terapi medis dan pijat
bayi)” (P3)
72
g. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil
yang lebih efektif bagi kesehatan pasien
Penggabungan terapi bekam memberikan efek yang positif bagi
pasien. Tiga informan menyatakan bahwa penggabungan terapi bekam
dan medis dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah. Berikut
pernyataan informan:
“Setau saya yang kemaren pengalaman pasiennya tersebut, memang
lebih efektif, khasiat secara manfaatnya memang lebih ada
manfaatnya ketika mereka bekam juga, obat juga dilakukan, bekam
juga dilakukan, itu lebih cepat turunnya (tekanan darah)” (P3)
73
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti telah menentukan tujuh tema yang merupakan hasil dari data
wawancara pada penelitian ini.Tema tema tersebut terverikasi berdasarkan
tujuan dari penelitian. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara
melakukan terapi komplementer dan alternatif digambarkan sebagai tema
yang pertama. Prinsip sterilisasi pada terapi bekam belum benar digambarkan
sebagai tema yang kedua. Terapi komplementer dan alternatif memberikan
manfaat bagi pasien digambarkan sebagai tema yang ketiga. Terapi
komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
digambarkan sebagai tema yang keempat. Terapi ruqyah dan SEFT belum
digunakan bersamaan dengan terapi medis digambarkan sebagai tema yang
kelima.Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis
digambarkan sebagai tema yang keenam. Penggabungan terapi bekam dengan
terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien
digambarkan sebagai tema yang ketujuh.
1. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi
komplementer dan alternatif
Cara melakukan terapi komplementer dan alternatif di sini yaitu
terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT.
73
74
a. Cara melakukan terapi bekam
Hasil wawancara dengan informan didapati bahwa di sini
masih ada ketidaksesuaian dari penjelasan partisipan dengan teori.
Partisipan tidak menjelaskan cara melakukan terapi bekam secara
detail dan lengkap. Seperti tidak menyebutkan untuk melakukan
pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu sebelum terapi bekam,
tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol terlebih dahulu, dan
kemudian melakukan pemijatan sebelum dilakukan cupping. Dan
tidak memberi detail cara membersihkan area yang telah dibekam.
Ada pula yang mempersepsikan bekam meluncur sebagai bekam
kering. Sedangkan menurut teori (Fatahillah, 2006 dan Nilawati,
dkk, 2008) tentang cara melakukan terapi bekam yaitu diawali
dengan memeriksa tekanan darah, dibersihkan terlebih dahulu
dengan kapas beralkohol 70%, kemudian dilakukan pemijatan pada
seluruh anggota badan bagian yang akan dibekam dengan minyak
but-but/ zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 5- 10 menit.
Cara membersihkan area yang telah dibekam yaitu dengan
membuang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dan diberi
antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak but-but, agar tidak
terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh. Selanjutnya menghindari
area tersebut agar tidak terkena air selama 1-2 jam.
Dan cara melakukan terapi bekam seluncur yaitu dengan
memijat seluruh area punggung dengan minyak but-but, minyak
75
zaitun, atau habbatussauda secukupnya. Vacuum/pompa dengan kop
pada permukan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakkan kop ke
seluruh area punggung, sampai terlihat kemerahan selama 2-3
menit.Kemudian lepas kop bekam tersebut.
Dilihat dari pernyataan partisipan dan teori yang ada, dapat
diketahui mahasiswa memiliki pemahaman yang kurang mengenai
cara melakukan terapi bekam yang sesuai dengan teori, karena
masih belum ada pendetailan dalam melakukannya. Seperti
menggunakan alkohol 70%, waktu yang digunakan untuk menunggu
darah yang keluar dari area tusukan, masih ada yang belum
menyebutkan cara melakukan terapi bekam secara detail, dan cara
membesihkan area bekam setelah dilakukan bekam basah.
b. Cara melakukan terapi ruqyah
Cara melakukan terapi ruqyah yang dinyatakan oleh partisipan
yaitu dengan membaca ayat ayat Al-Qur‟an kepada pasien. Hal ini
sesuai dengan teori mengenai pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an untuk
meruqyah pasien (Akhmad dan Azhim, 2006). Akan tetapi,
partisipan belum memberikan spesifikasi ayat-ayat apa saja yang
harus dibaca untuk meruqyah pasien. Dan partisipan juga belum
menjelaskan persiapan tempat, jasmani, dan peruqyah sebelum
terapi. Berdasarkan teori, cara melakukan terapi ruqyah itu diawali
dengan persiapan tempat, jasmani dan peruqyah. Kemudian
76
dilanjutkan dengan membacakan ayat-ayat ruqyah yang terdiri dari
Al Fatihah, empat ayat awal Al Baqarah (1-4), pertengahan Al
Baqarah (163-164), ayat kursi (Al Baqarah 255), tiga ayat akhir Al
Baqarah (284-286), Al Imran 18, Al A‟raaf 54-56, Al Mukminun
(116-118), Al Jin 3, As Shafaat 1-10, Al Hasyr 22-24, Al Ikhlas, Al
Falaq dan An Nass.
c. Cara melakukan terapi pijat bayi
Hasil dari temuan penelitian yaitu mahasiswa belum
memahami secara keseluruhan mengenai cara melakukan terapi pijat
bayi. Karena masih ada banyak.Berdasarkan teori Widowati (2015),
Tim Galenia MCC (Mother and Child Care) (2014), Tim Admin
Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), dan Suririnah (2009) cara
melakukan terapi pijat bayi pada area muka yaitu dengan meletakkan
ibu jari di antara alis mata bayi,pijat pada alis mata, lalu memijat dari
petengahan alis turun ke bawah melalui samping lipatan hidung,
selanjutnya menggunakan ujung jari dari atas bibir di bagian
pinggirnya secara melingkar sampai ke bawah bibir-di kedua sisi
secara bersamaan.
Cara melakukan pijat bayi pada bagian dada adalah teknik pijat
butterfly atau criss-cross. Cara melakukannya diawali dengan kedua
tangan berada di sisi dada bayi, lalu memijat dari arah tengah miring
77
ke bawah sampai ke atas bahu kemudian kembali lagi ke posisi
semula.
Cara melakukan pijat di area perut bayi adalah dengan teknik
whater wheel, yaitu melakukan pijatan pada perut bayi seperti
mengusap dari dada ke bawah perut, bergantian tangan kanan dan
kiri.Teknik selanjutnya adalah sun and moon, yaitu dengan membuat
gerakan sun (matahari), yaitu dengan membuat satu lingkaran penuh
searah jarum jam dan tangan yang lain membuat gerakan moon
(bulan) dengan membuat setengah lingkaran. Dan teknik ILU yaitu
dengan memijat bagian kiri badan bayi dari bawah iga ke bawah
dengan gerakan huruf I. Lalu, pijat melintang dari kanan ke bawah
dengan gerakan huruf L. Dan selanjutnya, pijat dari kanan bawah
bayi, melengkung membentuk huruf U.
Cara melakukan pijat di area punggung bayi adalah dengan
cara meletakkan bayi dalam posisi tengkurap, meletakkan kedua
telapak tangan di bagian punggung bayi, lalu menggerakkan kedua
tangan secara berlawanan ke atas dan bawah, mulai dari puncak
sampai bokong.
Teknik pijat bayi pada telapak kaki yaitu dengan cara memijat
telapak kaki bayi mulai dari tumit ke arah jemari dengan gerakan
melingkar menggunakan ibu jari tangan (thumb press). Memegang
pergelangan kaki dengan tangan kanan. Tekan ujung telapak kaki
dengan ibu jari, sedangkan telunjuk menekan bantalan kaki atau
78
bagian bawah jari. Lalu memindahkan jari telunjuk ke bagian tengah
telapak kaki. Demikian pula pada telapak tangan.
Pernyataan partisipan yang tidak sesuai dengan teori adalah
mengenai teknik pemijatan yang belum disebutkan secara detail dan
lengkap. Seperti teknik pijat bayi pada telapak kaki, teknik pijat
bagian tangan, teknik pijat di bagian punggung, teknik pijat bagian
dada, teknik pijat water wheel dan sun moon, serta teknik ILU (I
Love You). Selain itu, masih terdapat beberapa hal yang disebutkan
itu belum sesuai dengan teori. Seperti menyebutkan pijat di area
pipi, memperhatikan reflek di sekitar mulut, dan teknik pijat bulan
bintang pada area perut.
d. Cara melakukan terapi SEFT
Hasil wawancara dengan informan didapati bahwa di sini
masih ada ketidaksesuaian antara teori dan partisipan.
Ketidaksesuaian pada terapi SEFT terdapat pada daerah yang
dilakukan tapping. Daerah tapping yang disebutkan ada yang belum
sesuai dengan teori. Dan ada juga yang tidak menyebutkan secara
lengkap daerah yang dilakukan tapping.
Daerah tapping berdasarkan teori Zainuddin (2009) yaitu titik
di bagian atas kepala, titik permulaan alis mata, di atas tulang di
samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung,
diantara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya
79
tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama, di bawah ketiak
sejajar dengan putting susu, 2.5 cm di bagian bawah putting susu
(pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah
payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan
telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak
tangan.
2. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam
Empat partisipan menyatakan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian
pada terapi bekam yang kurang menerapkan prinsip steril. Sterilisasi alat
yang kurang diterapkan pada terapi bekam menurut partisipan yaitu
penggunaan sarung tangan yang masih memegang benda benda lain
setelah memegang pasien, penggunaan cup bekam bekas yang masih
digunakan kepada pasien lain, dan penyimpanan alat bekam yang bukan di
tempat steril.
Sedangkan pada teori, seharusnya sarung tangan yang sudah
digunakan ke tubuh pasien tidak diperbolehkan untuk menyentuh benda
benda lain. Cup bekam bekas juga tidak diperbolehkan untuk digunakan
lagi kepada pasien lain, karena sudah terkontaminasi dengan darah pasien.
Sehingga nantinya akan mengakibatkan terjadinya penularan penyakit,
karena beberapa penyakit dapat ditularkan melalui penggunaan alat-alat
yang sudah terkontaminasi cairan dan darah (Oxorn, 2010).
80
Dan yang terakhir mengenai penyimpanan alat bekam. Berdasarkan
teori, penyimpanan alat yang steril harus dipisahkan dengan alat yang
tidak steril, dan alat yang steril harus disimpan dalam tempat yang steril,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh bakteri dan virus
(Maftuchah, dkk, 2014 ).
3. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien
Tema ini teridentifikasi dari pernyataan partisipan yang menyatakan
bahwa keempat terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat
bagi pasien.Empat terapi di sini yaitu bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT.
a. Terapi bekam memberikan manfaat bagi pasien
Terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi,
dapat meredakan nyeri otot (pegal-pegal), dan dapat membantu
penyembuhan stroke ringan. Hal ini sesuai dengan dua penelitian
mengenai terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah yang
menyatakan bahwa terapi bekam dapat membantu pasien hipertensi
untuk menurunkan tekanan darah. Dan penelitian lain mengenai terapi
bekam pada nyeri otot (pegal-pegal area bahu dan leher) yang
menyatakan bahwa setelah dilakukan terapi bekam terjadi penurunan
nyeri secara signifikan pada pasien (Lauche, 2011).
Bekam sering digunakan untuk rehabilitasi stroke di negara-
negara Asia. Tibb Institude, menggunakan bekam dengan hasil positif
bagi pasien yang menderita stroke. Terapi bekam merangsang organ
81
langsung di bawah area yang sedang dilakukan cupping. Terapi ini
berfungsi untuk mengatur fungsi organ dengan membantu dalam
eliminasi produk sisa. Pada insiden kecacatan pasca stroke, eliminasi
toksin yang abnormal dan berlebih dibuang dengan cara membawa
toksin naik ke permukaan kulit. Toksin-toksin ini kemudian
dieliminasi secara alami melalui permukaan kulit atau melalui sayatan
kecil yang dibuat dengan lanset atau pisau bedah. Bekam umumnya
langsung di atas area yang sakit kecuali daerah muka. Bekam dapat
mengurangi pembengkakan otak pasca stroke, dengan cara
mengurangi ketidalancaran pada sirkulasi darah. Bekam juga
menstimulasi titik titik meridian, yang merupakan sistem energi yang
digunakan dalam terapi akupuntur. Ini berarti bahwa titik-titik tertentu
memiliki efek penyembuhan jarak jauh ke area yang dilakukan
bekam.Bekam juga disebutkan dapat melepaskan endorfin, yaitu obat
penghilang rasa sakit alami tubuh.endorfin ini dilepaskan dalam
menanggapi tindakan vakum/pompa yang menarik dengan ketat pada
kulit atau sayatan dangkal yang dibuat pada teknik terapi bekam
(Saville, 2012).
b. Terapi ruqyah memberikan manfaat bagi pasien
Terapi ruqyah dapat membuat hati menjadi lebih tenang, dan
membuat seseorang menjadi lebih ikhlas terhadap masalah yang
terjadi. Sesuai dengan teori pada ruqyah syar‟iyyah yang mengatakan
82
bahwa peran agama islam dalam terapi ruqyah lebih menfokuskan
pada dimensi spiritual (dengan memberikan psikoterapi dan konseling
secara islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur‟an serta doa-doa
Rasulullah SAW).
Terapi ruqyah ini dapat membuat pasien mendapatkan
ketenangan yang luar biasa sehingga dapat merilis stres, kegundahan,
dan kesempitan dalam dadanya. Sebab salah satu cara mengingat
Allah (dengan dzikir, mendengarkan dan membaca Al-Qur‟an)
memberikan efek ketenangan, ketentraman, tidak cemas, stres, atau
depresi (Akhmad, 2005). Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah akan menentramkan hati”
(Q. S. Ar-Ra;du : 28).
c. Terapi pijat bayi memberikan manfaat bagi pasien
Terapi pijat bayi yang dapat membantu mengatasi masalah
pencernaan seperti diare dan konstipasi, dapat mengatasi sulit tidur
pada bayi, dapat merilekskan bayi, dan dapat meningkatkan nafsu
makan. Dalam sebuah teori (Tim Admin Group Sharing ASI-MPASI
(SAM), 2015) menjelaskan bahwa ada diantara teknik pijatan bayi
yang dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi, yaitu pijatan pada
perut, yang tujuannya untuk mengoptimalkan sistem pencernaan dan
mengurangi sembelit.
83
Pijat bayi dapat meningkatkan nafsu makan. Terdapat penelitian
mengenai hal tersebut yaitu efek pijat bayi pada selera makan bayi
berumur 6-24 bulan, menyatakan bahwa pada kelompok dengan
frekuensi pijat bayi yang tinggi didapatkan peningkatan selera makan
pada bayi tersebut. Pijat bayi juga dapat mengatasi sulit tidur pada
bayi. Sebagaimana yang tertulis pada Jurnal Asosiasi Terapi Pijat
Australia pijat bayi dapat meningkatkan level serotonin dan mengatur
ritme sekresi melatonin. Untuk pengaturan pola tidur, serotonin
dipercaya untuk memainkan peran yang penting dalam mengatur
emosi marah, agresi, temperature, mood, dan selera makan.Melatonin
adalah hormone yang disekresi secara primer pada malam hari untuk
membantu menstimulasi tidur. Pijat bayi juga dapat melancarkan
sirkulasi darah dan limpa sehingga dapat memperbaiki sirkulasi,
fleksibilitas, dan tonus otot (Journal of the Australian Association of
Massage Therapists, 2009).
Penelitian mengenai pijat bayi terhadap peningkatan berat badan
bayi juga pernah dilakukan di BPS BUNDA Kecamatan Mandiangin
Koto SelayanBukittinggi. Hasil temuan penelitian ditemukan rata-rata
berat badan bayi usia 3-4 bulan sebelum dilakukan terapi pijat bayi
yaitu 4.900 gram, berat badan bayi teringgi 6.800 gram. Sedangkan
setelah dilakukan terapi pijat bayi, rata-rata berat badan bayi terendah
yaitu 5.400 gram, dan berat badan tertinggi yaitu 7.300 gram (Sulung
& Gayatri, 2014). Penelitian lain juga membuktikan bahwa terapi pijat
84
bayi dapat meningkatkan tidur bayi, relaksasi otot, dan berpengaruh
pada kadar hormon yang dikeluarkan untuk mengontrol stress.
Terapi pijat bayi cukup efektif digunakan untuk meningkatkan
berat badan bayi. Karena terapi pijat bayi dapat meningkatkan level
serotonin yang juga berpengaruh pada selera makan bayi. Sehingga
bayi memiliki nafsu makan yang baik dan dapat meningkatkan berat
badan bayi. Terapi pijat bayi ini juga efektif pada bayi yang
mengalami kesulitan untuk tidur.
d. Terapi SEFT memberikan manfaat bagi pasien
Berdasarkan pernyataan dari partisipan mengenai terapi SEFT,
seperti terapi SEFT dapat membantu seseorang dalam mengurangi
bebannya ketika menghadapi masalah dengan mengikhlaskan dan
terapi SEFT juga dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah,
dan mengurangi skala nyeri.
Teori mengenai manfaat terapi SEFT, sesuai dengan pernyataan
partisipan bahwa terapi SEFT dapat mengatasi masalah fisik dan emosi
(Zainuddin, 2009). Juga terdapat penelitian mengenai terapi SEFT
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa terapi SEFT efektif menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi (Rofacky, 2014, dan Masyitah, 2013).
85
4. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi
medis
Sebagian besar partisipan mengungkapkan bahwa mereka belum
menemukan terapi medis yang diganti dengan terapi bekam, terapi ruqyah,
terapi pijat bayi, dan terapi SEFT.
a. Terapi bekam belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Hasil temuan dari penelitian didapati partisipan menyatakan
belum menemukan terapi bekam yang digunakan sebagai terapi
pengganti medis. Akan tetapi terdapat penelitian mengenai
efektifitas terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi primer yang menggunakan terapi bekam tanpa
didampingi terapi medis atau tanpa mengkonsumsi obat hipertensi.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terapi bekam ini dapat
menurunkan tekanan darah, dari awal sebelum bekam dengan rata-
rata 166/96,67 mmHg dan setelah bekam menjadi 140/75,67 mmHg
(Jasen, dkk, 2013).
Uraian di atas dapat diketahui bahwa terapi bekam juga dapat
digunakan tanpa didampingi pengobatan medis. Karena didapatkan
pada hasil penelitian terkait bahwa terapi bekam ini efektif
digunakan pada pasien hipertensi yaitu dengan menurunkan tekanan
darah yang tinggi menjadi lebih normal. Terapi bekam yang
dilakukan tersebut tanpa didampingi oleh obat-obat medis.
86
b. Terapi ruqyah belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Hasil dari penelitian didapati partisipan menyatakan belum
menemukan terapi ruqyah yang digunakan sebagai pengganti terapi
medis. Dalam sebuah buku dijelaskan bahwa terapi ruqyah ini dapat
digunakan sebagai terapi alternatif pengganti medis. Jadi, jika
terdapat pasien yang menderita suatu penyakit, maka diintervensi
dengan pengobatan atau terapi medis terlebih dahulu, bila usaha
dalam pengobatan medis gagal, baru kemudian dilakukan
pengobatan alternatif, termasuk ruqyah (Chodjim, 2008).
c. Terapi pijat bayi belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Hasil temuan penelitian yaitu partisipan menyatakan belum
menemukan terapi pijat bayi yang digunakan sebagai pengganti
terapi medis. Itu berarti terapi ini belum digunakan sebagai terapi
alternatif atau pengganti terapi medis untuk penyakit tertentu.
Karena pasien menggunakan terapi ini untuk health maintainance
bukan untuk mengobati penyakit. Juga belum ditemukan teori atau
penelitian mengenai terapi pijat bayi yang digunakan sebagai
pengganti terapi medis.
d. Terapi SEFT belum digunakan sebagai pengganti terapi medis
Partisipan menyatakan belum menemukan terapi SEFT yang
digunakan sebagai pengganti terapi medis. Sesuai dengan teori yang
terdapat pada terapi SEFT yang menyatakan bahwa terapi tersebut
87
bukan sebagai pengganti terapi medis dan tidak menganjurkan
penghentian proses medis atau psikologis (Eddy, 2016).
5. Terapi ruqyah dan seft belum digunakan bersamaan dengan terapi medis
Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi ruqyah dan
terapi SEFT yang digabungkan dengan terapi medis.
a. Terapi ruqyah belum digunakan bersamaan dengan terapi medis
Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi ruqyah
yang digabungkan dengan terapi medis. Dalam sebuah teori
dikatakan bahwa dalam psikoterapi islam, berbagai bentuk gangguan
mental itu berpusat pada aspek kalbu. Hal ini bukan berarti
psikoterapi islam atau psikoterapi ruqyah mengesampingkan peranan
dimensi fisik, psikologis, dan sosial. Gangguan mental bisa juga
berpusat pada dimensi fisik, psikologis, atau sosial. Maka peran
agama Islam dalam terapi ruqyah lebih memfokuskan pada dimensi
spiritual (dengan memberikan Psikoterapi daan konseling secara
islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan doa-doa
Rasulullah) selain dimensi fisik, psikologis, atau sosial (Akhmad,
2005).
Berdasarkan pernyataan partisipan dan teori yang ada, antara
teori dan pernyataan partisipan tidak memiliki hubungan, karena
pada teori sendiri tidak menafikan peranan dimensi fisik yang
diintervensi dengan terapi medis. Terapi ruqyah sendiri lebih
88
menfokuskan pada spiritual untuk membantu mengatasi gangguan
psikologis pasien.
b. Terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis
Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi SEFT
yang digabungkan dengan terapi medis. Akan tetapi, pada sebuah
penelitian yang dilakukan di Cilacap mengenai terapi SEFT, terapi
ini dilakukan bersamaan dengan terapi medis. Hanya saja terapi
SEFT digunakan untuk mengintervensi gangguan psikologis pasien,
yaitu depresi yang dialaminya.
Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pada data pre-test
dan post-test menunjukkan perbedaan pada tingkat depresi dengan
penurunan tingkat depresi yang signifikan pada pasien yang
mengalami hemodialysis sebelum dan setelah terapi. Hal ini
menunjukkan bahwa terapi SEFT efektif digunakan untuk
menurunkan tingkat depresi pada pasien dengan gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialysis (Safitri & Sadi, 2013).
Hasil penelitian ini didapatkan ketidaksesuian dengan
penelitian sebelumnya.Karena terapi SEFT ini dapat digabungkan
dengan medis. Terapi SEFT yang digabungkan dengan medis ini
bahkan efektif dalam mengatasi masalah psikologis pasien dengan
penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
89
6. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis
Tema ini teridentifikasi dari pernyataan partisipan, yaitu terdapat
pasien yang menggabungkan terapi bekam dan pijat bayi dengan terapi
medis pada penyakit tertentu.
a. Terapi bekam digunakan bersamaan dengan terapi medis
Terapi bekam digunakan sebagai pelengkap terapi medis pada
tekanan darah tinggi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya
mengenai keefektifan bekam basah sebagai intervensi pada
hipertensi yang menjelaskan bahwa terapi bekam ini dilakukan
secara bersamaan dengan pengobatan medis (Zarei, 2012).
b. Terapi pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis
Terapi pijat bayi digunakan sebagai pelengkap medis pada bayi
febris, bayi dengan konstipasi, dan bayi yang sulit untuk
makan.Berdasarkan sebuah studi, menunjukkan bahwa bayi
premature yang dipijat tiga kali sehari selama sepuluh hari
mendapatkan kenaikan berat badan hampir 50% lebih tinggi. Selain
itu bayi lebih aktif dan respon kewaspadaan bayi lebih tinggi dan
diperkenankan meninggalkan rumah sakit enam hari lebih cepat
dibandingkan bayi premature lainnya (Kemenkes, 2012).
Terapi pijat bayi ini cukup efektif digunakan pada bayi yang
mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan yaitu dengan
90
cara meningkatkan nafsu makan pada bayi, sehingga dapat
meningkatkan berat badan bayi.
7. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang
lebih efektif bagi kesehatan pasien
Terapi bekam digabungkan dengan terapi medis dapat memberikan
efek yang lebih baik bagi pasien. Partisipan mengungkapkan bahwa terapi
bekam yang digabung dengan terapi medis dapat lebih cepat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Hal ini sesuai dengan sebuah
penelitian mengenai keefektifan bekam basah sebagai intervensi pada
hipertensi.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan peningkatan
penggunaan bekam basah sebagai intervensi pada hipertensi dapat
meningkatkan kepuasan pasien, dan menunjukkan adanya kecocokan dan
merupakan intervensi yang tepat untuk digunakan. Berdasarkan penelitian
tersebut, terapi bekam yang digabungkan dengan medis menghasilkan
hasil yang lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tekanan darah kelompok
intervensi sebelum dan setelah bekam yaitu dengan rata-rata 151/93
mmHg menjadi 141/92 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol yang
hanya mengkonsumsi obat hipertensi hanya mengalami perubahan pada
tekanan darah sistol yaitu dengan rata-rata 141/88.9 mmHg menjadi
141/87.7 mmHg (Zarei, dkk, 2012).
91
Uraian di atas dapat diketahui bahwa terapi bekam yang
intervensinya digabungkan dengan terapi medis memiliki efek yang lebih
baik bagi pasien dengan tekanan darah tinggi. Karena dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pasien yang
diintervensi dengan bekam dan pengobatan medis dibandingkan dengan
kelompok yanghanya mengonsumsi obat medis untuk menurunkan
tekanan darah.Demikian pula hasil penelitian ini yang menunjukkan
bahwa terapi bekam yang digabungkan dengan terapi medis lebih efektif
menurunkan tekanan darah.
B. Kendala Penelitian
Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini memiliki beberapa kendala,
diantaranya yaitu :
1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti, sehingga
peneliti mengalami beberapa kesulitan dalam menentukan tema yang
dianalisa dari pernyataan partisipan.
2. Keterbatasan dalam memperoleh referensi yang berkaitan dengan
penelitian ini, sehingga mempengaruhi pembahasan dalam penelitian.
3. Data yang diperoleh peneliti merupakan data sekunder
92
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mahasiswa kurang memahami
cara melakukan terapi komplementer dan alternatif yang sesuai dengan
teori. Partisipan tidak menyebutkan secara lengkap dan detail mengenai
cara melakukan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT. Pada terapi
pijat bayi dan SEFT juga masih terdapat hal hal yang tidak berhubungan
dengan teori.
2. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam. Prinsip sterilisasi
terapi bekam yang kurang diterapkan pada terapi bekam yaitu pada
penggunaan alat-alat yang akan bersentuhan dengan area steril.
3. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien.
Terapi komplementer dan alternatif pada penelitian ini mencakup terapi
bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT. Keempat terapi
ini memberikan manfaat bagi kesehatan pasien, baik kesehatan fisik
maupun psikologis.
4. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi
medis pada pasien. Pasien menggunakan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi,
dan SEFT untuk health maitainance (mempertahankan/memelihara
92
93
kesehatannya) bukan sebagai pengganti terapi medis. Jadi terapi ini
digunakan untuk melengkapi kebutuhan kesehatan pasien.
5. Terapi ruqyah dan terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi
medis. Terapi ruqyah dan SEFT digunakan untuk mengobati psikologis
pasien. Terapi ini menfokuskan pada aspek spiritual pasien contohnya
untuk meningkatkan ketenangan hati pasien.
6. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis.
Terapi bekam digunakan bersamaan dengan terapi medis pada pasien
dengan tekanan darah tinggi. Terapi pijat bayi digunakan bersamaan
dengan terapi medis pada bayi febris, bayi konstipasi, dan bayi yang sulit
untuk makan.
7. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang
lebih efektif bagi kesehatan pasien. Terapi bekam yang digabungkan
dengan terapi medis lebih efektif untuk menurunkan tekanan darah yang
tinggi atau menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, dapat
diberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Untuk meningkatkan pengetahuan di bidang terapi komplementer dan
alternatif agar dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan teori kepada
94
pasien. Sehingga tidak merugikan kesehatan pasien yang melakukan terapi
komplementer dan alternatif.
2. Institusi pendidikan
Agar dapat membuat kurikulum yang lebih baik lagi mengenai penerapan
dan pengembangan terapi komplementer di bidang keperawatan, yaitu
menfasilitasi mahasiswa dengan pemateri dengan latar belakang tenaga
kesehatan yang juga memiliki keahlian di bidang terapi komplementer dan
alternatif.
3. Profesi keperawatan
Agar dapat mengintegrasikan praktek terapi komplementer dan alternatif
pada profesi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Perlu diadakan lagi penelitian selanjutnya mengenai penerapan terapi
komplementer dan alternatif dari berbagai segi, seperti dari segi
integrasinya di rumah sakit, dari segi hukum, dan dari segi pengalaman
masyarakat yang telah menggunakan terapi komplementer dan alternatif.
Dan sebaiknya satu penelitian dilakukan untuk satu terapi, agar lebih
mudah mendalami dan menggali informasi mengenai terapi yang diteliti
dalam waktu yang lebih lama dan dengan karakterisitk informan yang
beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Perdana. Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Gadungan. Perdana Pustaka :
Yogyakarta. 2006.
Antoni, Condra. Wacana Ruang. Yogyakarta: Andi Offset. 2012.
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
Ariyanto, M. Darojat. Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, Jiwa dan
Gangguan Jin. Jurnal Suhuf. Vol. 19 No. 1. Jakarta : Islamic College. 2007.
Azhim, Syeikh Abdul. Bebas Penyakit dengan Ruqyah. Jakarta : Qultum
Media. 2006.
Aziz, Abdul. Happy Healthy Wealthy. Jakarta : Erlangga. 2013.
Badan Pusat Statistik. Indikator Kesehatan. 2014 diakses dari http://www.bps.go.id
diakses pada 13 Februari 2016
Bernsen,Niels Ole & Laila Dybkjaer. Multimodal Usability. Springer : London. 2009.
Brownlee, Malcom. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di Dalamnya.
Gunung Mulia, Jakarta. 2006.
Burnard, Philip. Nursing Research in Action: Exploring, Understanding and
Developing Skills. New York: Palgrave Macmillan. 2011.
Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Ed 4. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. 2005.
College and Association of Registered Nurses of Alberta. Complementary
and/or Alternative Therapy and Natural Product. 2011.
Daymon, Christine dan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif
dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta :
Bentang. 2008.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta: EGC. 2003.
Dietrich, C. Decision Making: Factors That Influence Decision Making, Heuristics
Used, and Decision Outcomes. Student Pulse, Vol. 2 No. 02. 2010.
Erry, dkk. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan Komplementer Alternatif dan
Dampaknya Terhadap Perijinan Tenaga Kesehatan Praktek Pengobatan
Komplementer Alternatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No.
3 Juli 2014.
Fatahillah, Ahmad. Keampuhan Bekam. Jakarta: Qultum Media. 2006.
Farhadi, Khosro, dkk. The Effectiveness of Wet-Cupping For Nonspecific Low
Back Pain in Iran: A Randomized Controlled Trial. US National Library of
Medicine: USA. 2009.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo. 2005.
Haile T. Debas, Ramanan Laxminarayan, dan Stephen E. Straus. Disease Control
Priorities in Developing Countries. Washington (DC): World Bank. 2006.
Health Professions Licensing Authority. Use of Complementary and Alternative
Medicine in Nursing and Midwifery Practice − Position Statement. 2009.
http://psik.fkik.uinjkt.ac.id diakses pada 31-05-2016
Iskandar, Eddy. Panduan Singkat Pemula Solusi Sehat, Sukses & Sejahtera diakses
dari http://www.eft.co.id/bukusakueftv_3 diakses pada 31-05-2016
Immy Holloway, Stephanie Wheeler. Qualitative Research in Nursing and
Healthcare. USA : Blackwell. 2010.
Jansen, Susiana, dkk. Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi Primer. 2013.
Journal of The Australian Association of Massage Therapists. Infant Massage.
2009. Accessed from https://aamt.com.au at 15th
Mei 2016.
Kamaluddin, Ridwan. Tesis Pengalaman Hipertensi yang Menjalani Terapi
Alternatif Komplementer Bekam di Kabupaten Banyumas. Universitas
Indonesia. 2010.
Lindquist, Ruth, Mariah Synder, & Mary Fran Tacy. Complementary and
Alternative Therapy in Nursing: Seventh Edition. USA: Springer Publishing
Company. 2013.
Kasmui. Bekam Terapi Modern: Cara Membekam dengan Betul. As-Sabil: Jakarta.
2014.
Lauche, dkk. The Effect of Traditional Cupping on Pain and Mechanical Thresholds
in Patients With Chronic Nonspecific Neck Pain: A Randomised Controlled
Pilot Study. Germany: Hindawi Publishing Corporation. 2011.
Mardiyanti. Modul Complementary Nursing. 2015.
Moyad, M. D. Complementary and Alternative Therapies, dalam Black, J.M.,
& Hawks, J.H. Medical-Surgical Nursing: Clinical Managemen for Positive
Outcomes, (8th
Edition). Elsevier Saunders. 2009.
Maftuchah, dkk. Teknik Dasar Analisis Biologi Melokuler. Ed. 1. Yogyakarta:
Deepublish. 2014.
Masyitah, Dewi. Tesis Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Jambi. 2012.
Nilawati, Sri. Care Yourself: Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Ed 2. Jakarta
: Salemba Medika. 2008.
O’regan, Et All. Complementary Therapies: A Challenge for Nursing Practise.
2010.
Oxorn, Harry, Et Al. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta; Yayasan Essentia Medica.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109. Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer
Alternatif. 2007.
Peraturan Pemerintah No. 103 2014. Diakses dari tradkom.depkes.go.id pada 25
Januari 2016
Pink, Brian. Australian Social Trends. Australia : Australian Bureau of
Statistics. 2008.
Pitney, William A. Qualitative Research in Physical Activity and The Health
Professions. USA: Human Kinetics. 2009.
Rahman, Arif. Terapi Gangguan Jin dan Penyakit Hati. Jakarta: Shahih. 2016.
Rofacky, Hendri Fajri. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT)Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2014.
Salmons, Janet. Online Interviews in Real Time. India : Sage Publications. 2010.
Safitri, Rias Pratiwi dan Ria Safaria Sadif. Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) to Reduce Depression for Chronic Renal Failure Patients Are in
Cilacap Hospital to Undergo Hemodialysis. International Journal of Social
Science and Humanity. Vol. 3, No. 3, May 2013.
Saville, Joy. The Use of Cupping As A Therapy for Post Stroke. South Africa: Tibb
Institue. 2012.
Semiawan, Conny. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia. 2010.
Shohibuddin. Metodologi Studi Agrarian. Bogor: Sajogyo Institute. 2009.
Siswosuharjo, Suwignyo dan Fitria Chakrawati. Panduan Super Lengkap Hamil
Sehat. Jakarta: Penebar Plus. 2010.
Subakti, Yazid & Deri Risky Anggraini. Keajaiban Pijat Bayi Dan Balita. Jakarta:
Wahyu Media. 2008.
Sukoco, Badri M. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta:
Erlangga. 2007.
Sulung, Neila & Ajeng Chania Dini Gayatri. Efektivitas Massage Baby Terhadap
Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-4 Bulan di BPS BUNDA Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi Tahun 2014. Menara Ilmu. Vol. IX.
Jilid 2 No.57 Maret 2015.
Suririnah. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: Gramedia. 2009.
Suwardi Endraswara. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2006.
Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi. 2012.
UC San Diago Health System. UCSD Journal of Nursing. San Diago: UCSD Image
of Nursing Council. 2014.
Tae Hun, dkk. Prevalence of Complementary and Alternative Medicine Use in A
Community-Based Population in South Korea: A Systematic Review. Elsevier.
Vol. 21. Issue 3. 2013.
Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM). Superbook for Supermom. Jakarta:
FMedia. 2015.
Tim Galenia MCC. Home Baby Spa. Jakarta: Penerbit Plus. 2014.
Underdown, Angela, dkk. Massage Intervention for Promoting Mental and Physical
Health in Infants Aged Under Six Months (Review) The Cochrane
Collaboration. Published By Johnwiley & Sons, Ltd. 2009
Kemenkes, 2012. Tradkom. Ed. 1. 2012 diakses dari www.gizikia.depkes.co.id
pada 15 Mei 2016
Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008.
West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba
Humanika. 2008.
Widowati, Nuning. Cerita Cinta Mommy. Jakarta : Transmedia Pustaka. 2015.
Yudantara, I Ketut. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Peluang. Gramedia :
Jakarta. 2006.
Yuni Setyaningsih. Hubungan Antara Persepsi dengan Sikap Masyarakat
Terhadap Pengobatan Komplementer di Kecamatan Grogol Kabupaten
Sukoharjo. 2012.
Zainuddin, A. F. Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta: Afzan Publishing.
2009.
Zarei, Mohammad, dkk. The Efficacy of Wet Cupping in The Treatment of
Hypertension. ARYA Atherosclerosis Journal. 2012.
Lampiran 1
Ayat- Ayat Ruqyah
Q.S Al-Fatihah
( سحي ـ هلل سح (بع
( ي زب ؼـ ) (حد سحي ـ ) (سح دي إيان (ـه ي إيان ؼبد
( داص(عخؼي عخمي () سع غضب ػي غيس أؼج ػي صسط ري
( (٧ا ضاي
Q.S Al-Baqarah: 1 – 4
صة يمي بغيب يؤ )( ري خمي د )( ذه ڪخـب ا زيب في ا
بأخسة لبه ا أصي ا أصي إيه ب يؤ ري )( يفم ـ ا زشل
)( يل
Q.S. Al-Baqarah: 163-164
أزض ث ـ ف خك ع )( إ سحي ـ سح إا حد ا إـ ى إـ إـ
ا ع ا أصي ا يفغ اض فه خ حجس ف بحس ب از خخـف ي
عحاب حصسيف سيـح دابت ڪ بث فيہا حہا أزض بؼد يا ب فأح ا
)( يؼم أزض أيـج م ا ع عخس بي
Q.S. Al-Baqarah: 255
مي ح ئا اإـ احأخر ا ۥظت افأزض ح ـ افع ۥ
راريشفؼؼد ۦ ۥإابئذ اخف أيدي ابي يؼ اشا ۦإاب ؼ ايحيغبش
أزض ح ـ ع ظؼىسظي ايـد ا ۥحفظ ؼظي ؼ ()
Q.S. Al-Baqarah: 284-286
أفعڪ أ حخف يحاظبى ب ا ف إ حبدا ا ف أزض ث ـ ا ف ع
ا أصي سظي ب ا لديس )٨( ش ػ ڪ يشا يؼرب يشا فيغفس
أحد ۦ ا فسق بي زظ ۦ وخب ۦ ـٮىخ ب ا و ؤ ۦ زب إي
فعا إا صيس )٨( ا يىف إيه ا ا غفساه زب أعؼ ا ؼ لاا ظ ۦ زظ
ا حح ا زبا ا إ عيا أ أخغأ ا ا حؤاخر ا وخعبج زب ػيہا ا وعبج ا ا ظؼ
ػف ػا ۦ ا ب ا ا عالت ا ا حح ا ا زب لب ۥ ػ ري خ ا ح ا إصسا و ػي
ڪـ ا ػ م ا فصس ٮ ا أج زح ا غفس
Q.S. Ali Imran: 18
أ د ابمعظ ش ماٮ اؼ أ ـٮىت ئا ۥاإـ ؼصيصحڪي ئا (٨) اإـ
Q.S. Al-A’raf: 54-56
ػ ؼسغ يغش ي ظخ ث أزض ف ظخت أيا ث ـ ر خك ع زبى إ
أس حبازن خك ۦ أا عخسث بأس ج س م شط ۥ حثيثا ہاز يغب
ا حفعدا )( ؼخدي ۥ ا يحب خفيت إ )( دػا زبى حضسػا ي زب ؼـ
)( حعي لسيب ج زح ؼا إ ع دػ خفا ا ف أزض بؼد إصـح
Q.S. Al-Mukminun: 116-118
ا إـ غ يدع )( زب ؼسغ ڪسي إا ه حك ا إـ فخؼـ
ل زب )٧( ۥ ا يفح ىـفس ۦ إ ۥ ػد زب ا حعاب ۦ فئ ۥ ب ـ اخس ا بس
)٨( ي أج خيس سح زح غفس
Q.S. Al-Jin: 3
أ دا ا احخرصـحبت () ۥحؼـجدزبا
Q.S. Ash-Shaffat: 1-10
حد )( زب ى إـ صـفـج صفا )( فصجسث شجسا )( فخـيـج ذوسا )( إ
اوب ديا بصيت ى ا شـسق )( إا شيا ع زب ا ہ ا بي أزض ث ـ ع
جاب و يمرف ئ أػ إ ؼ ازد )٧( ا يع شيغـ و حفظا )(
ۥ شہاب ثالب )( خغف خغفت فأحبؼ اصب )٩( إا ػراب )٨( دحزا
Q.S. Al-Ikhlash
ا أحد )( ۥ ڪف يى يد )( د )( يد ص أحد )( ل
Q.S. Al-Falaq
شس لب )( شس غاظك إذا ا خك )( شس ل أػذ بسب فك )(
شس حاظد إذا حعد )( فـثـج ف ؼمد )(
Q.S. An-Nas
اض خاض ظ شس اض )( ه ااض )( إـ ل أػذ بسب اض )(
اض )( جت ض ف صدز اض )( ظ )( ر ي
Lampiran 2
Wawancara Mendalam
1. Bagaimana pengalaman mahasiswa mengenai penerapan terapi bekam?
a) Bagaimana cara melakukan terapi bekam yang telah dipraktekkan ?
1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah
dipelajari?
b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah
diterapkan?
1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang
mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan
karena penggunaan terapi bekam?
2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan
setelah menggunakan terapi bekam ?
c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah
dari pengobatan medis kepada terapi bekam?
1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi bekam
sebagai pengganti medis?
d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi bekam dengan terapi
medis ?
1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi bekam?
2. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi ruqyah?
a) Bagaimana cara melakukan terapi ruqyah yang telah dipraktekkan ?
1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah
dipelajari?
b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah
diterapkan?
1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang
mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan
karena penggunaan terapi ruqyah?
2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan
setelah menggunakan terapi ruqyah ?
c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah
dari pengobatan medis kepada terapi ruqyah?
1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi bekam
sebagai pengganti medis?
d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi ruqyah dengan terapi
medis ?
1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi ruqyah?
3. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi pijat bayi?
a) Bagaimana cara melakukan terapi pijat bayi yang telah dipraktekkan ?
1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah
dipelajari?
b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah
diterapkan?
1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang
mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan
karena penggunaan terapi pijat bayi?
2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan
setelah menggunakan terapi pijat bayi ?
c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah
dari pengobatan medis kepada terapi pijat bayi?
1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi pijat bayi
sebagai pengganti terapi medis?
d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi pijat bayi dengan terapi
medis ?
1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi pijat
bayi?
4. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi SEFT?
a) Bagaimana cara melakukan terapi SEFT yang telah dipraktekkan ?
1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah
dipelajari?
b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah
diterapkan?
1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang
mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan
karena penggunaan terapi SEFT ?
2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan
setelah menggunakan terapi SEFT ?
c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah
dari pengobatan medis kepada terapi SEFT ?
1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi SEFT sebagai
pengganti terapi medis?
d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi pijat bayi dengan terapi
medis ?
1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi SEFT?
No Pernyataan signifikan Kategori Subtema Tema P1 P2 P3 P4 P5
1 Kita liat dulu tensinya Memeriksa
tekanan darah
cara
melakukan
terapi bekam
pemahaman
mahasiswa
masih kurang
mengenai
cara
melakukan
terapi
komplementer
dan alternatif
2 Menggunakan alkohol, alkoholnya itu biasanya disemprot untuk
titik titik tempat dilakukannya bekam
Penggunaan
desinfektan
sebelum terapi
bekam
3 Sebelumnya dipijit dulu pijitnya pake minyak Relaksasi otot
sebelum terapi
bekam
4 Kop ditempelkan ke kulit kemudian pompa, stelah sudah agak
merah baru cabut satu per satu
Bekam kering
5 Tusuk dengan lanset melingkari arah jarum jam, tarik sebanyak
dua atau sampai tiga kali tarikan, selang beberapa menit dibuka
(kopnya) baru dibersihin
Bekam basah
Matrikulasi Analisa Data
Lampiran 3
6 Di swab daerah (bekam) tersebut menggunakan tisu abis itu
dibalurkan lagi minyak (zaitun)
Desinfektan
setelah bekam
7 Pasiennya itu dibacakan ayat ayat Al-Qur’an Membaca ayat
al Qur’an pada
pasien saat
terapi ruqyah
cara
melakukan
terapi ruqyah
8 Saat pasien itu datang ke terapi ruqyah biasanya penterapinya itu
udah menyiapkan beberapa doa doa yang bisa menenangkan hati
Membacakan
doa-doa kepada
pasien
9 Pertama siapin alat alatnya dulu kaya minyak Persiapan
sebelum pijat
bayi
cara
melakukan
terapi pijat
bayi
10 Untuk pijat bayi itu sendiri dimulai dengan muka, tangan, dada,
bagian perut, bagian kaki, dan bagian punggung
Tahapan pijat
bayi
11 Kita mulai dari kaki, pergelangan kakinya, tangan, muka, sama
perut, trus itu punggung
Tahapan pijat
bayi
12 Dimulai dari telapak kaki, kemudian di jari jari kaki, baru ke
bagian betis dan pahanya, bagian perut, bagian dada, abis itu di
bagian kepala
Tahapan pijat
bayi
13 Ada pijatan india, kaya pijatan yang berbbentuk kupu kupu,
pokoknya dari kepala sampe kaki itu ada teknik-tekniknya
tersendiri
14 Tekniknya hampir sama seperti pijat orang seperti biasa Teknik terapi
pijat bayi
15 Dipijat itu jangan ditekan terlalu mendalam Teknik terapi
pijat bayi
16 Kakinya itu pokoknya kaya memerah susu Teknik terapi
pijat bayi di
bagian kaki
17 Kaya titik titik yang telapak kaki ini Teknik terapi
pijat bayi di
bagian telapak
kaki
18 Bagian betis dan pahanya dari atas ke bawah Teknik terapi
pijat bayi di
bagian kaki
19 Di bagian perut itu ada namanya bulan dan matahari Teknik terapi
pijat bayi di
bagian perut
20 Kemudian ada bentuknya I love you (di bagian perut) Teknik
terapipijat bayi
di bagian perut
21 Di bagian dada itu ada yang bentuk kupu kupu Teknik terapi
pijat bayi di
bagian dada
22 Muka itu di alisnya, pipinya (dipijat) Pijat bayi di
bagian muka
23 Di bagian kepala, dipijat di dahinya sampai ke bawah pipi,
sampai bawah mata dipijat, kemudian di atas mulut, di bawah
dagu membentuk senyum
Teknik terapi
pijat bayi di
bagian muka
24 Di bagian punggung dari atas ke bawah terus ke samping Teknik terapi
pijat bayi di
bagian
punggung
25 Tangannya disilangkan dan kakinya juga Teknik terapi
pijat bayi di
bagian kaki dan
tangan
26 Tekniknya (SEFT) itu mengetuk bagian tubuh dengan jari-jari
trus yang penting berpikiran positif
Teknik terapi
SEFT
cara
melakukan
terapi SEFT
27 Ditekan di titik titik tertentu kaya di kepala, di dahi, di dagu Tahapan
ketukan di
bagian tubuh
pada terapi
SEFT
28 Ditekan di titik tertentu kaya di kepala, dahi, di samping mata, di
bawah mata, di bawah hidung, di bawah dagu, di bawah sini di
leher, di dada agak atas, di bawah ketiak , di tangan
Tahapan
ketukan di
bagian tubuh
pada terapi
SEFT
30 Ditekan di bagian bagian tertentu, misalkan di bagian ubun-
ubun, di atas alis, di ujung dan di pangkalnya, di bawah mata, di
bawah hidung, di bawaah mulut, di ketiak, di siku (lipatan atas),
di bagian jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
Tahapan
ketukan di
bagian tubuh
pada terapi
SEFT
31 Mulai dengan bagian wajah, di bagian alis, pelipis bawah mata,
bagian bawah kuping, bagian bawah leher, bawah ketiak,
kemudian bagian pinggang bawah
Tahapan
ketukan di
bagian tubuh
pada terapi
SEFT
32 Bagian yang diketuk itu dari kepala, bagian daerah mata, ke pipi,
bawah hidung, mulut, telinga, bagian atas dada, terus ke tangan
sambil berserah diri kepada Allah
Tahapan
ketukan di
bagian tubuh
pada terapi
SEFT
33 Untuk praktek lapangan kayanya udah sesuai sama yang Persepsi
biasanya, udah sesuai sama teori (ruqyah) partisipan
terhadap teori
dan praktek
terapi ruqyah
34 Ditambahkan kalau misalnya cewek (pasien) kalau bisa cewek
yang ngeruqyah
35 Kayanya cukup sesuai (teori dan praktek terapi pijat bayi) Persepsi
partisipan
terhadap teori
dan praktek
terapi pijat bayi
36 Untuk trust ke anaknya, kadang anak kecil nggak mau dipijat
jangan dipaksa biarkan tenang dulu
37 Kayanya yang kemaren itu (waktu praktek) sama kaya yang
udah dipelajari maksudnya titik titik nya juga sama, caranya
juga sama, penekananya juga, cara penekanannya juga udah
sama
Persepsi
partisipan
terhadap teori
dan praktek
terapi SEFT
38 Mungkin pas di prakteknya harus di tempat yang bener-bener
bisa konsentrasi
39 Proses sterilisasinya aja yang harus diperbaikin Prinsip
sterilisasi
Prinsip
sterilisasi pada
Prinsip sterilisai
kurang
terapi bekam diterapkan pada
terapi bekam
40 Pakek sarung tangannya sendiri harusnya kalau udah menyentuh
badan pasien nggak boleh nyentuh alat alat yang sudah
terkontaminasi lain
Prinsip steril
penggunaan
sarung tangan
41 Sarung tangannya bukan sarung tangan steril Prinsip steril
penggunaan
sarung tangan
42 Kemaren sterilisasi kan masih ditaruh di lemari yang enggak ada
sterilisasinya walaupun alat bekam nya udah di sterilisasi tapi
untuk penyimpanannya tetep di lemari yang tanpa ada sterilisasi
Sterilisasi cup
bekam
43 Ketika ingin digunakan alat steril itu terkadang tidak sesuai,
misalkan alat memang sudah disterilkan dan bagian yang
terkena cairan sudah steril, namun pekerja (terapis) mengambil
alat tersebut dengan tangan, dan memasukkan tangan ke daerah
yang akan terkena cairan tubuh, itu kan alatnya menjadi tidak
steril
Sterilisasi cup
bekam
44 Kalo kop udah bekas darah harusnya nggak dipake tapi
kebanyakan masih pada dipake
Sterilisasi cup
bekam
45 Awalnya kan pegel pegel, tapi abis dibekam pegel pegelnya
udah agak ilang
Efek terapi
bekam pada
nyeri otot
Terapi bekam
memberi
memberikan
Terapi
komplementer
dan alternatif
manfaat bagi
pasien
memberikan
manfaat bagi
pasien
46 Tekanan darahnya tinggi, Setelah dibekam baru tekanan darahnya lebih berkurang
Efek terapi
bekam pada
tekanan darah
tinggi
47 Emosinya lebih stabil Efek terapi
bekam pada
emosi
48 Setelah dia terapi bekam, dia sudah bisa jalan meskipun agak
tergopoh gopoh (pasien stroke)
Efek terapi
bekam pada
stroke
49 Kadar gula darahnya tinggi, trus kolesterolnya juga agak tinggi
tapi tidak mencapai batas yang ditentukan, dia pas di tes ulang
lagi malah kadar glukosa sama kolesterolnya menurun
Efek terapi
bekam pada
kadar gula
darah dan
kolesterol
50 Awalnya susah makan jadi makannya lahap Efek terapi pijat
bayi pada
peningkatan
nafsu makan
Terapi pijat
bayi
memberikan
manfaat bagi
pasien
51 Otot ototnya sebelum dipijat itu misalnya lebih keras,
maksudnya kaku gitu, stelah dipijet jadi lebih rileks gitu otot
ototnya
Efek terapi pijat
bayi pada otot
yang kaku
52 Bayi juga lebih terlelap saat tidur Efek terapi pijat
bayi pada bayi
yang sulit tidur
53 Waktu itu pernah ada gangguan pencernaan kayanya diare, abis
di pijat bayi, dua hari setelahnya, dia udah nggak ada (diare) lagi
Efek terapi pijat
bayi pada
masalah
pencernaan
54 Lebih bisa menentramkan hati pasien Efek terapi
ruqyah
Terapi ruqyah
memberikan
manfaat bagi
pasien
55 Kalo ada yang diganggu oleh jin, trus setelah diruqyah, jin itu
keluar dan lebih sehat orang itu
Peningkatan
kesehatan karna
terapi ruqyah
56 Ruqyah itu fungsinya kalo secara fisik tidak terlalu terliat tapi
memang lebih ke psikososialnya lebih bisa menentramkan hati
Efek terapi
ruqyah
57 Sebelum di ruqyah itu suka sakit perut, tapi setelah diruqyah
katanya intensitas dari sakitnya itu berkurang
Efek terapi
ruqyah
58 Pasiennya juga sering pusing sebelum di terapi ruqyah, setiap
bangun tidur itu. Tapi setelah ruqyah, intensitas pusingnya juga
berkurang
Efek terapi
terapi ruqyah
59 Me-release masalah tersebut, jadi dengan cara mengikhlaskan Manfaat terapi
SEFT pada
psikologi pasien
60 Bisa mengubah mindset kita untuk melihat sudut pandang
terhadap sesuatu dari segala arah
Efek terapi
SEFT pada
psikologis
pasien
61 Emosinya lebih stabil trus lebih bisa menerima atau
mengikhlaskan sesuatu
Efek terapi
SEFT pada
psikologi pasien
Terapi SEFT
memberikan
manfaat bagi
pasien
62 Ada penurunan tekanan darah, Tinggi (tekanan darah sebelum
SEFT), dan turun (tekanan darah setelah SEFT)
Efek terapi
SEFT pada
tekanan darah
tinggi
63 Belum ada karna emang yang saya dapatkan pasien-pasien di
sana lebih ke menjaga kesehatan tubuhnya bukan dia sudah
berpenyakit kemudian beralih ke bekam
Terapi bekam
sebagai terapi
pengganti medis
Terapi bekam
belum
digunakan
sebagai
Terapi
komplementer
alternatif belum
digunakan
pengganti
terapi medis
sebagai
pengganti terapi
medis
64 Waktu itu ada jadi dokter nyaranin nggak usah terapi medis lagi,
malah ke tradisional aja misalnya kaya bekam
Terapi bekam
sebagai terapi
pengganti medis
65 Ada contohnya dia ngobatin ke medis tapi nggak sembuh
sembuh terus ke bekam
Terapi bekam
sebagai
terapipengganti
medis
66 Dari pengalaman belom ada, belom pernah melihat atau
mendengar yang tadinya terapi medis ke terapi ruqyah
Terapi ruqyah
sebagai terapi
pengganti medis
Terapi ruqyah
belum
digunakan
sebagai
pengganti
terapi medis
67 Saya belum menemukan yang dari medis, sakit trus ke pijat bayi Terapi pijat
bayi sebagai
terapi pengganti
medis
Terapi pijat
bayi belum
digunakan
sebagai
pengganti
terapi medis
68 Jadi misalnya kalau udah medisnya nggak ada dapet ya ke
tradisional di terapi pijat malah lebih baikan gitu (pijat bayi)
Terapi pijat
bayi sebagai
terapi pengganti
medis
70 Belum nemuin kalo dari medis ke terapi SEFT Terapi SEFT
sebagai terapi
pengganti medis
Terapi SEFT
belum
digunakan
sebagai
pengganti
terapi medis
71 Kalo saya belum nemu (yang menggabungkan terapi medis dan
bekam)
Terapi bekam
sebagai terapi
komplementer
Terapi ruqyah
dan terapi SEFT
belum
digunakan
sebagai
pelengkap terapi
medis
72 Kalau untuk menggabungkannya saya belum menemukan antara
medis dan terapi ruqyah
Terapi ruqyah
sebagai terapi
komplementer
Terapi ruqyah
belum
digunakan
sebagai
pelengkap
terapi medis
73 Kalau yang menggabungkan (terapi pijat bayi dan medis) saya
juga belum (menemukan)
Terapi pijat
bayi sebagai
terapi
komplementer
74 Kalo yang menggabungkan (terapi SEFT dan medis) juga belum
tau
Terapi SEFT
sebagai terapi
komplementer
Terapi SEFT
belum
digunakan
sebagai
pelengkap
terapi medis
75 Iya tapi memang bukan mengobati penyakit fisiknya tetapi
memang karna penyakit fisiknya akan akan menimbulkan
psikologisnya juga ikut bermasalah, dia mengobati nya di SEFT
Terapi SEFT
sebagai terapi
komplementer
pada gangguan
psikologis
76 Menggabungkan iya, hipertensi, nyeri kepala hebat biasanya,
kebanyakan ini hanya sebagai tambahan, dari medis dapet obat
yang langsung menyembuhkan, belum selesai, sisanya
pengobatan alternatif
Terapi SEFT
sebagai terapi
komplementer
pada nyeri
kepala hebat
dan hipertensi
77 Hasilnya lebih efektif, skala nyerinya berkurang, tekanan
darahnya turun
Efek
penggabungan
terapi medis
dan terapi SEFT
pada nyeri
78 Merasa lebih ikhlas terhadap penyakitnya saat itu Efek
penggabungan
terapi medis
dan terapi SEFT
pada gangguan
psikologis
79 Dia nambahin kaya tekanan darah tinggi, dia masih tetep ikut
pengobatan dari dokter, cuman dia nambahin terapi bekamnya,
nggak ninggalin obat-obat yang dikasih dokternya.
Terapi bekam
sebagai terapi
komplementer
pada tekanan
darah tinggi
Terapi bekam
digunakan
sebagai terapi
komplementer
Terapi bekam,
pijat bayi,
digunakan
sebagai terapi
komplementer
80 Kalo yang menggabungkan itu, dia pakek vitamin yang buat
anak biar gampang makan itu, tapi dia tetep
mengggabungkannya dengan minum vitamin itu dan dengan
pijat bayi
Terapi pijat
bayi sebagai
terapi
komplementer
pada bayi
dengan
penurunan
nafsu makan
81 Bayinya itu panas datang ke klinik tersebut, trus dipijat bayi,
namun karna memang tidak langsung bisa langsung turun, kan
maksudnya baru pijat bayi
Terapi pijat
bayi sebagai
terapi
komplementer
pada bayi febris
Terapi pijat
bayi digunakan
sebagai terapi
komplementer
82 Ada, dia itu BAB nya susah lancer
Makanya pencernaannya itu nggak lancar, dia jadi
pertumbuhannya itu terganggu, trus disaranin dokter masuk ke
terapi pijat bayi ini
Terapi pijat
bayi sebagai
terapi
komplementer
pada konstipasi
83 Ketika mereka bekam juga, obat juga dilakukan, itu lebih cepat
turunnya (tekanan darah)
Efek
penggabungan
terapi bekam
dan medis pada
tekanan darah
Penggabungan
terapi bekam,
dengan terapi
medis
memberikan
hasil yang lebih
efektif
84 Saya belum tau hasilnya (penggabungan terapi medis dan pijat
bayi)
Efek
penggabungan
terapi medis
dan pijat bayi