14
MENTALITAS MANUSIA PANCASILA DI ERA REFORMASI Hak-Hak Anak sebagai bagian dari kewarganegaraan dan Pengamalan Sila kelima Pancasila Nama : Indah Sinta Wati NPM : 201343500980 Kelas : S4J

Pengamalan Hak Anak Di Era Globalisasi

  • Upload
    indah

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

10 Jenis Hak anak di Era Globalisasi yang makin tak dipedulikan. masalah yang terjadi pada anak .

Citation preview

MENTALITAS MANUSIA PANCASILA DI ERA REFORMASI

Hak-Hak Anak sebagai bagian dari kewarganegaraan dan Pengamalan Sila kelima Pancasila

Nama : Indah Sinta Wati

NPM : 201343500980

Kelas : S4J

Manusia telah mempunyai hak asasi yang harus dijunjung tinggi dan diakui semua orang. Hak ini lebih penting dari hak seorang penguasa atau raja. Hak asasi berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, diberikan kepada manusia. Akan tetapi, hak asasi sering kali dilanggar manusia untuk mempertahankan hak pribadinya. Sebanarnya apa sih hak asasi manusia (HAM) itu? Secara umum HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia selaku makhluk ciptaan Tuhan yang sama derajatnya. Manusia dilahirkan bebas dan memiliki martabat serta hak-hak yang sama. Atas dasar itulah manusia harus diperlakukan secara sama adil dan beradab. HAM bersifat universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa mebeda-bedakannya berdasarkan atas ras, agama, suku dan bangsa (etnis). Lalu bagaimana dengan Hak Asasi Anak? Apa saja Hak yang dimiliki oleh seorang anak? Berikut ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang Apa itu Hak Asasi Anak dan Apa saja Hak yang dimiliki oleh setiap anak .

Hak Asasi Anak merupakan hak yang didapatkan seorang anak sejak dalam kandungan. Tahukan kamu, bahwa sejak dalam kandungan mereka berhak untuk hidup, mempertahankan kehidupan serta meningkatkan taraf kehidupan? Yupp, atas dasar inilah hak-hak anak muncul, diiringi pula oleh keinginan untuk melindungi dan memperjuangkan masa depan anak. Konvensi Hak-Hak Anak adalah sebuah perjanjian internasional yang mengakui hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya dari anak-anak. Perjanjian ini diadopsi oleh perserikatan bangsa bangsa pada tanggal 20 November 1989.Tujuan penerapan hak-hak tersebut adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta terlindung dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera..

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dimajukan, dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara (Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak RI), sebab sedari mereka lah kelak nasib bangsa ini akan ditentukan.

Agar terwujud maka pemerintah dari seluruh dunia harus dapat menghormati dan menjujung tinggi Hak-hak anak, melalui UU yang mereka kembangkan ditingkat nasional. Namun demikian agar anak anak dapat menikmati Hak-hak mereka secara penuh konfensi itu harus dihormati dan dipromosikan oleh semua anggota masya rakat mulai dari orang tua untuk mendidik, kepada anak-anak sendiri.

Sayangnya, Keberadaan hak-hak anak di masyarakat kita belum seluruhnya diketahui. Kurangnya sosialisasi dan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai hak-hak tersebut membuat kita sebagai masyarakat tanpa disadari sesungguhnya juga melakukan pelanggaran hak-hak anak. Maka dari itu, artikel ini akan memaparkan secara umum poin-poin yang terdapat dalam 10 hak-hak anak, sebagai berikut:

1. Hak atas persamaan

Hak persamaan disini membuat setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Hak untuk memiliki nama

Setiap anak berhak untuk mempunyai nama dan tercatat dalam dokumen negara. Hak ini erat kaitannya dengan hak berikutnya, yaitu hak untuk memiliki kewarganegaraan.

3. Hak untuk memiliki kewarganegaraan

Setiap anak berhak untuk diakui kewarganegaraannya oleh suatu bangsa secara resmi melalui penerbitan dokumen kewarganegaraan, meliputi akta kelahiran dan kartu tanda penduduk. Dokumen-dokumen tersebut penting untuk menjamin hak-haknya mendapatkan pendidikan, pekerjaan yang layak, pelayanan kesehatan yang memadai, dan hak sosial politik saat pemilihan umum.

4. Hak atas perlindungan

Setiap anak berhak dilindungi baik secara fisik, psikis, spiritual, dan moral. Anak perempuan dan anak laki-laki harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, dan perlakuan yang merugikan diri anak dan berdampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Termasuk pemberdayaan anak untuk produktif secara ekonomi sebagai pekerja anak.

5. Hak atas makanan

Anak adalah cikal bakal masa depan suatu bangsa. Maka, ia harus terpenuhi kebutuhan utamanya, yang dalam hal ini adalah nutrisi. Setiap anak berhak dan harus mendapat asupan nutrisi yang cukup melalui makanan yang layak.

6. Hak atas pendidikan

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan yang layak tidak hanya mencakup keikutsertaan anak dalam lembaga pendidikan, melainkan kebutuhan pendukung untuk mengikuti pendidikan; seperti buku, alat tulis, seragam, lingkungan belajar yang kondusif.

7. Hak atas kesehatan

Setiap anak berhak mendapatkan jaminan kesehatan yang memadai. Jaminan kesehatan mencakup imunisasi dasar saat bayi, makanan dengan gizi seimbang, akses ke Pos Layanan Terpadu (Posyandu) setiap bulannya, imunisasi dasar di sekolah, pemeriksaan gigi setiap enam bulan, termasuk juga pelayanan kesehatan reproduksi yang ramah remaja.

8. Hak rekreasi

Salah satu hak yang juga merupakan kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan hiburan. Rekreasi bersama keluarga atau teman harus menjadi hal yang wajib dimiliki anak. Rekreasi tidak harus kegiatan yang menghabiskan banyak biaya. Kegiatan yang menyenangkan anak seperti membacakan buku cerita dan menonton kartun bersama juga bisa jadi hiburan berarti bagi anak.

9. Hak bermain

Masa kanak-kanak identik dengan masa asyiknya bermain. Bermain bagi anak merupakan bentuk pembelajaran juga. Pastikan anak memiliki waktu bermain setiap harinya, hal ini juga diperlukan bagi anak agar dapat belajar bersosialisasi sedari dini.

10. Hak atas peran dan keterlibatan dalam pembangunan

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh anak-anak. Sejak usia dini, anak-anak sudah harus diperkenalkan dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka harus diperkenalkan perannya dalam proses pembangunan bangsa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya, didengarkan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka. Pemenuhan hak anak seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk berperan aktif mencapai cita-citanya dan berperan memajukan bangsanya.

Dibawah ini, akan saya berikan beberapa contoh pelanggaran Hak Asasi Anak yang terjadi disekitar kita beserta penyelesaian sederhana nya.

Anak-anak Putus Sekolah

Sebut saja Dik Ali, usianya baru genap 10 tahun, tapi ia sudah harus bekerja menghidupi tiga orang adik dan ibunya. Ia mau tak mau rela menghentikan impiannya untuk mengenyam pendidikan yang layak. Siang itu, ia sedang menatap anak lain sebayanya yang ramai-ramai pulang sekolah, sedangkan dirinya hanya terpaku sambil menjajakan tisu di salah satu jembatan penyebrangan.

Sahabat, sekilas kutipan kisah di atas adalah gambaran sehari-hari yang sering kita lihat diwaktu kini. Bukan hanya segelintir, tapi sejumlah besar anak harus merelakan masa kecilnya untuk bekerja dan bekerja. Idealnya, anak seusia mereka sedang asyik menikmati masa-masanya bermain dengan teman sebayanya, belajar di sekolah, mengembangkan minat dan bakatnya lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Jika demikian, kenapa tidak semua anak bisa mengalaminya? Bukankah itu hak mereka? Maka inilah salah satu tugas kita sebagai orang dewasa dan bagian dari bangsa ini untuk dapat memenuhi hak-hak mereka sebagai anak-anak.

Penyelesaian :

pendidikan merupakan faktor penting dalam memartabatkan negara maupun meningkatkan kemajuan secara majemuk sebuah negara. Tanpa pendidikan, kemajuan sebuah bangsa akan semakin pudar tergerus oleh maraknya perkembangan zaman yang menuntut pemahaman keilmuan yang satu-satunya jalan adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan tersebut. Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah diantaranya dengan Mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan anak. Permasalahan anak secara internal mencangkup tidak ada motivasi diri, malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Maka yang dapat kita lakukan adalah dengan menyadarkan orang tua tentang pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Sekarang ini pemerintah telah membebaskan biaya pendidikan. Maka, sudah seharusnya mereka mendapat pendidikan yang sesuai dengan tingkat usia mereka. Kita pun harus mengambil bagian dari pendidikan mereka, misalnya saja dengan menemani anak-anak yang berada dilingkungan kita, seperti adik kita, saudara, atau tetangga kita saat mengerjakan latihan atau tugas dari sekolah. Dan jangan lupa untuk memberikan waktu bermain bagi mereka sebab dengan memberikan waktu bermain bagi anak-anak, kita telah mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Usaha lainnya adalah dengan menyadarkan orang tua tentang pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Motivasi merupakan keadaan internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Peran pemerintah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam mengawasi dan menggalakkan berjalannya program Wajib belajar merupakan salah satu program yang harus terus dilakukan. Peran masyarakat luas juga dibutuhkan dalam mengurangi jumlah anak putus sekolah di Indonesia, pasalnya hal ini telah diatur dalam UU negara. Implementasi Undang-undang tersebut merupakan tindakan nyata yang harus dimulai untuk menyelamatkan masa depan anak-anak bangsa ini. Fungsi negara yang menjamin bahwa tiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik sesuai dengan usia mereka adalah kewajiban yang harus nya dapat dirasakan oleh setiap

anak di negeri ini. Akses pendidikan juga seharusnya dapat menjangkau hingga ke daerah pelosok atau perbatasan negara.

Menurut Undang – Undang nomor 23 tahun 2002 bahwa anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kebutuhan fisik meliputi pakaian, tempat tinggal, makan. Kebutuhan mental meliputi dorongan motivasi dari orang tua, teman, saudara. Sedangkan spiritual dapat melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dipeluk.

Kasus lain yang tak kalah banyak kita jumpai dilingkungan kita saat ini adalah kekerasan dan penelantaran anak oleh keluarganya sendiri.

Penelantaran dan Kekerasan pada Anak

Kasus Penelantaran Anak Terjadi di Mana-mana

Polisi dari Polda Metro Jaya memeriksa 11 orang saksi terkait kasus penelantaran 5 anak di bawah umur oleh orangtuanya sendiri di Cibubur. Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ledia Hanifa Amaliah mengatakan kasus penelantaran di Cibubur merupakan salah satu contoh penelantaran anak yang disebabkan orang tua dan hal itu jamak terjadi.

peristiwa penelantaran anak yang terjadi di Cibubur merupakan satu dari jutaan kasus penelantaran anak yang terjadi di Tanah Air. Mengacu pada data dari Kementerian Sosial, hingga 2014 ada lebih dari empat juta anak terlantar di Indonesia.

Data Komnas Anak menunjukkan, kekerasan pada anak tidak mengenal strata sosial. Di kalangan menengah ke bawah, kekerasan pada anak karena faktor kemiskinan. Di kalangan menengah ke atas, karena ambisi orangtua untuk menjadikan anaknya yang terbaik, di sekolah, di masyarakat, termasuk selebritis cilik agar bisa tampil di televisi.

Faktor penyebab lainnya adalah terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi maupun media-media lainnya yang tersebar di lingkungan masyarakat. Yang sangat mengejutkan ternyata 62% tayangan televisi maupun media lainnya telah membangun dan menciptakan perilaku kekerasan (Sutrisno, 2009).

Penyelesaian :

Kasus penelantaran dan penganiayaan anak marak terjadi akhir-akhir ini, banyak motif yang melatarbelakangi tejadinya kasus tersebut. Namun sebagai orang tua, maka sudah seharusnya kita dapat mengontrol emosi dan menjaga sikap kita dalam mendidik dan merawat anak-anak kita. Pembekalan ilmu sebagai orang tua adalah hal yang mutlak harus kita pelajari baik sebelum maupun selama maenjadi orang tua, sebab hal tersebut merupakan benteng diri dalam menjalani kehidupan keluargayang pasti terdapat banyak menemukan masalah.

Menciptakan konsisi Lingkungan yang ramah bagi anak adalah salah satu solusi dalam mencegah kekerasan pada anak, peran masyarakat yakni memberikan akses agar anak dapat berpartisipasi dalam dimensi sosial-budaya tanpa diskriminasi apa pun. Hal ini dikuatkan dengan pembentukan social norms yang setara. Ketiga, negara sadar akan kewajibannya untuk menghormati (respect), melindungi (protect), memenuhi (fulfill),

dan memajukan (promote) anak guna mendapatkan hak-haknya.Hal yang harus kita sadari adalah anak korban penelantaran dan kekerasan dapat menjadi pribadi yang murung, pemalu penakut atau bahkan menjadi sosok yang tempramen dan ringan tangan. Mereka juga memerlukan waktu yang lama untuk memulihkan kondisi psikologis nya. Maka, Apabila kita menemukan anak korban penelantaran atau kekerasan coba cari atau periksa mungkin terdapat luka-luka pada anak yang menjadi korban, jika ada mak kita dapat memberikan pengobatan medis kepada mereka. Sebagai orang dewasa kita harus berusaha untuk dapat melindungi mereka. Jika kita menjumpai anak terlantar maka sebisanya bantu layaknya yang kita mampu. Atau paling tidak jangan takut dan ragu untuk melaporkan hal tersebut ke Komnas Perlindungan Anak atau panti asuhan dengan alasan yang kuat.

Upaya pencegahan kekerasan dan perlindungan anak harus terus kita lakukan. Jangan sampai karena terlambat ada tindakan akhirnya anak yang menjadi korbannya, saya juga mengimbau pemerintah dalam hal ini kementerian atau lembaga terkait seperti Kemensos, KPAI dan P2TP2K untuk aktif melakukan penguatan jaringan dengan perwakilan masyarakat seperti kelurahan, RW hingga RT, ormas, LSM dan yayasan sosial. Tujuannya agar masyarakat memahami apa dan bagaimana bertindak bila di wilayah mereka ditengarai ada kasus-kasus penelantaran anak.

Di dalam ketentuan Nomor 6 UU Perlindungan Anak no 35 tahun 2014 disebutkan bahwa anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Di sisi lain, penelantaran anak ini menurut ketentuan no 15a di Undang-Undang yang sama merupakan bagian dari tindak kekerasan pada anak.

Kasus Gizi Buruk yang terjadi pada Anak-anak Balita yang terjadi di wilayah Indonesia

Gizi Buruk Tewaskan Enam Balita di NTT

KAMIS, 12 MARET 2015 | 10:49 WIB

TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak enam balita usia di bawah 5 tahun (balita) meninggal di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2014 karena menderita gizi buruk. "Ada enam anak yang meninggal karena gizi buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT Stef Bria Seran dalam acara workshop penguatan jurnalis untuk advokasi di bidang kesehatan ibu dan anak, Kamis, 12 Maret 2015.

Salah satu Hak Asasi anak adalah mendapatkan makanan yang layak untuk mendukung tumbuh kembang nya dikemudian hari, namun yang terjadi pada masyarakat kita saat ini adalah banyaknya kasus anak dan balita yang mengalami kekurangan gizi dengan alasan yang sering kita dengar, yakni akibat kondisi ekonomi keluarga, padahal seharusnya hal tersebut tidak serta merta menjadi penyebab seorang anak mengalamai masalah gizi buruk. Peran pemerintah dan keluarga sangat diperlukan dalam hal ini. Pengadaan sosialisasi makanan yang sehat dan seimbang bagi anak dari pemerintah agar setiap orang tua paham dan mengetahui pentingnya asupan makanan yang baik bagi putra-putri mereka.

Penyelesaian :

Kerjasama pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam menangani kasus kekurangan gizi yang terjadi pada anak-anak balita di negeri ini,terutama peran orang tua yang sangat penting dalam memberikan nutrisi pada anak-anaknya. Pemberian bantuan berupa makanan sehat dan makanan tambahan pendamping asi dari pemerintah atau dinas kesehatan juga salah satu cara yang harus dilakukan agar kematian bayi dan balita akibat gizi buruk dapat kita tekan jumlahnya.

Upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan melindungi anak yang dapat menggangu kesehatan anak sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh instansi terkait (Departemen Kesehatan ) diantaranya  melalui :

Program dan Kegiatan sebagai kewajiban Pemerintah dalam mewujudkan pencapaian Hak-Hak Anak dalam Pelayanan Kesehatan diantaranya

1. Mempersiapkan   ibu dengan persalinan yang aman2. Pemberian ASI Eksklusif yang dimulai secara dini (Inisiasi Dini)3. Imunisasi dan  Pemantauan Tumbuh Kembang Balita4. Pemenuhan Asupan Gizi yang optimal5. Pemeliharaan kesehatan bagi anak yang mengalami kelainan.6. Deteksi Stimuasi Dini Intervensi Tumbuh Kembang Anak7. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak SD8. Kesehatan Reproduksi Remaja dan upaya kesehatan lainnya misalnya perlindungan anak dari

NARKOBA dan AIDS

Sedangkan bagi para orang tua, kekurangan gizi dapat diatas bukan hanya dengan makanan atau minuman pendamping asi yang mahal. Berikut ini beberapa cara mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak balita yang dapat dilakukan :

Berikan ASI eksklusif

Faktor ekonomi tidak selalu menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Penyebab lainnya adalah anak tidak mendapatkan ASI. Tak heran jika umumnya anak mengalami kekurangan gizi pada usia 6 bulan ke atas. Oleh karena itu, agar anak tidak mengalami malnutrisi, memberi makanan tambahan sebagai pendamping ASI sangat penting. Misalnya, berilah anak bubur susu yang encer atau buah manis seperti pisang yang dihaluskan.

Perbanyak buah dan sayuran

Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran untuk anak, yaitu sekira 5-7 porsi dalam seminggu dapat mencegah mereka kekurangan gizi.

Fortifikasi makanan

Fortifikasi adalah suatu proses di mana beberapa zat gizi ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan makanan atau makanan. Dan biasanya zat gizi yang ditambahkan merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh. Fortifikasi makanan berguna untuk mengatasi masalah kekurangan gizi terutama zat mikro, seperti kekurangan zat besi, iodium, dan vitamin A pada anak. Fortifikasi bisa juga berupa menambahkan kandungan vitamin A pada tepung terigu atau menambahkan zat iodium pada garam dan beberapa makanan tertentu lainnya. Makanan yang mengalami fortifikasi harus mudah didapat dan tidak boleh mengganggu zat essensial yang sudah terkandung dari makanan tersebut.

Perbanyak asupan kalori

Penderita kurang gizi harus banyak mengkonsumsi kalori dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Selain itu asupan mineral dan vitamin juga penting bagi penderita gizi buruk. Peluang anak terkena gizi buruk sebenarnya tidak hanya terjadi di desa dan kota-kota kecil. Gizi buruk pun menghantui anak-anak di perkotaan besar seperti Jakarta. Selain faktor keterbatasan ekonomi, makanan seperti junk food yang nilai gizinya rendah dapat menjadi salah satu pemicu. Makanan bergizi dan kaya nutrisi untuk anak tidaklah sulit ditemukan dan harus mahal, berikut beberapa makanan bergizi sederhana yang bisa Anda coba di rumah:

- Rebus sayur-sayuran segar seperti wortel dan kacang-kacangan, lalu tambahkan kaldu alami agar rasanya lezat. Jika anak Anda masih bayi, sayuran bisa dihaluskan dengan blender terlebih dahulu.

- Belilah buah-buahan segar yang cocok untuk jus atau dihaluskan. Tambahkan susu untuk menambah lengkap gizinya si kecil.

- Berikan asupan ikan atau daging tanpa lemak yang dihaluskan dan campurkan ke dalam bubur.

Dalam UU no 23 tahun 1992 ( pasal 2) ————– sekarang sudah diamandemen menjadi UU no. 36 tahun 2009 ———— tentang Kesehatan juga telah menjadi untaian harapan dalam pembangunan kesehatan dan perhatian pada anak yaitu “keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis” Untuk memulainya anaklah yang menjadi fokus utama sebagai Sumber Daya Manusia Dini Usia yang biasa disingkat ” SDM Dini Usia”

Demikian juga dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah “pasal 14,ayat 1. urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota diantaranya ”penanganan bidang kesehatan dan Penanggulangan masalah sosial”

Wujud nyata dari Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 adalah Peraturan Presiden no. 7 tahun 2005 tentang RPJMN 2004-2009 “bab 28 tentang peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan berkualitas disebutkan bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan” tentunya disini anak-anak dalam berbagai kelompok umur diatas mempunyai Hak Optimal untuk memperoleh pelayanan kesehatan daripada kewajiban yang belum seharusnya mereka emban.

Pekerja Anak

Dimas Ramadhan (11) mencari penumpang saat bekerja sebagai kondektur Bus Kopaja di kawasan Kalibata-Kramatjati, Jakarta, Kamis (19/1). Karena permasalahan himpitan perekonomian, Dimas yang putus sekolah sejak kelas 5 Sekolah Dasar terpaksa bekerja untuk membantu keluarganya. Sementara itu, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) berencana menarik sekitar 11.000 pekerja anak untuk kembali bersekolah pada 2012 ini. TEMPO/Tony Hartawan

Penyelesaian :

Stop Mempekerjakan Anak di Bawah Umur!

Dalam mengatasi permasalahan pekerja anak dan pekerja muda di Indonesia, peningkatan kualitas pendidikan sejak usia anak-anak akan menjadi sumbangan penting untuk menjamin hak-hak dalam memperoleh pekerjaan yang layak.

Selama ini perlindungan terhadap pekerja anak seperti tertuang dalam Undang-Undang Tenaga Kerja dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam aturan ini, dengan tegas disebut anak yang karena faktor sosial harus tetap mendapat hak untuk bersekolah dan bersosialisasi dengan rekan sebaya. Waktu kerja mereka hanya boleh tiga-empat jam sehari. "Faktanya masih banyak perusahaan yang memperlakukan pekerja anak seperti pekerja dewasa." Saya berharap pemerintah bisa lebih meningkatkan kontrol dan evaluasi berkala pada perusahaan-perusahaan yang masih memperkerjakan anak. Pemerintah juga harus memberi sanksi tegas pada perusahaan dan sektor informal yang cenderung eksploitatif pada pekerja anak. Kementerian juga harus terus berkoordinasi dengan penegak hukum agar tegas bila menemukan adanya laporan eksploitasi terhadap pekerja anak. Peran kita sebagai masyarakat pun, terutama pengurus RT dan RW, juga diminta lebih kooperatif melapor dan mengawasi keadaan sekitar, khususnya terhadap perusahaan di lingkungan setempat yang masih mempekerjakan anak.

Masalah pekerja anak juga tidak bisa terlepas dengan upaya kesejahteraan anak yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yaitu Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979, seperti dijelaskan dalam Pasal I, bertujuan menciptakan suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Karena itu anak harus diberikan perlindungan secara khusus untuk melindungi dari hal-hal yang dapat membahayakan kesejahteraan mereka.

penanggulangan pekerja anak lebih dipertegas lagi dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 5 Tahun 2001, tanggal 8 Januari 2001, tentang Penanggulangan Pekerja Anak, dijelaskan dalam pasal 1 ayat 4, bahwa Penanggulangan Pekerja Anak atau disebut PPA adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghapus, mengurangi dan melindungi pekerja anak berusia 15 tahun ke bawah agar terhindar dari pengaruh buruk pekerjaan berat dan berbahaya. Sedangkan pelaksanaan kegiatan PPA dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Kemasyarakatan dan lembaga lain

yang peduli terhadap pekerja anak. Dunia anak adalah dunia sekolah dan dunia bermain, yang diarahkan

kepada peningkatan dan akselerasi perkembangan jiwa, fisik, mental, moral dan sosial. Setting dan kurikulum sekolah anak di desain sedemikian rupa sehingga anak benar-benar “IN” dalam dunia mereka sendiri, yang merupakan bagian integral dari proses yang sistematis dalam melahirkan generasi serta dunia anak yang kondusif.

Pendekatan perlindungan, muncul berdasarkan pandangan bahwa anak sebagai individu mempunyai hak untuk bekerja. Oleh karenanya hak-haknya sebagai pekerja harus dijamin melalui peraturan ketenagakerjaan sebagaimana yang berlaku bagi pekerja dewasa, sehingga terhindar dari tindak penyalahgunaan dan eksploitasi.

Kesimpulan :

"Masyarakat harus disadarkan untuk terus mengawasi, melindungi dan menjalankan, memenuhi dan menjamin hak-hak asasi pada anak. Sebab merekalah kelak bangsa ini akan ditentukan, dan tugas kita lah untuk memberikan hak yang semestinya mereka peroleh untuk menentukan masa depan mereka. Untuk itu, bisa dibuat sebuah sosialisasi mengenai Hak-Hak Anak pada masyarakat luas. Apalagi, hari ini kita hidup diera reformasi. Bukankah memenuhi hak-hak mereka sebagai anak adalah bagian dari perwujudan dari reformasi dan demokrasi itu sendiri?? Serta merupakan upaya untuk menyukseskan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan masyarakat yang sarat dengan IMTAK & IMTEK dalam mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Daftar Sumber informasi :

http://sehatceriaavail.blogspot.com/2012/01/program-penanggulangan-gizi-buruk-dari.html

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/03/12/058649351/gizi-buruk-tewaskan-enam-balita-di-ntt

http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/11/pengertian-hak-asasi-anak-tujuan-dan-prinsip.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

http://yuqqamacdalena.blogspot.com/2014/08/mereka-yang-tersingkirkan.html

http://imadiklus.com/solusi-alternatif-guna-mengurangi-anak-putus-sekolah-wajib-belajar-9-tahun/

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=13&id=28763

https://arali2008.wordpress.com/2009/07/27/anak-dan-hak-anak-memperoleh-pelayanan-kesehatan/

https://www.google.co.id/search?q=pekerja+anak&es_sm=93&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAcQ_AUoAWoVChMIppzo8tWFxgIVhaqmCh3pEQBM&biw=1366&bih=624#imgrc=_

http://nasional.tempo.co/read/news/2013/07/23/078498803/pemerintah-harus-jamin-hak-pekerja-anak

http://www.voaindonesia.com/content/organisasi-buruh-internasional-pendidikan-sebagai-solusi-atasi-masalah-pekerja-anak/1216299.html