Makalah PPKN Pengamalan Nilai

Embed Size (px)

Citation preview

MakalahPengamalan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan MasyarakatMakalah Ini Disusun Untuk Memenu hi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disus un Oleh; M. TAUFIQ (085514220)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk mewuju dkan ketahanan nasional Indonesia dala m kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak t erlepas adanya ketahanan di bidang Ideologi. Ketahanan di bidang ideologi bangsa Indonesia ditujukan untuk mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan, baik yang datang dari dala m maupun dari luar, baik secara langsung maupun tidak langsu ng yang membayakan kelangsunga n kehidupan Pancasila s ebagai dasar dan ideology Negara. Kea mpuhan Pancasila sebagai ideologi Negara t ergantung kepada nilai-nilai yang dikandu ngnya yang dapat memenu hi serta menja min segala aspirasi hidup da n kehidupan ma nusia, baik secara pribadi, sebagai makhluk social maupu n sebagai warga Negara s ebagai kodrat dan irodat Tuhan Yang Maha Esa. Rangkaian nilai tersebut tidak ident ik dengan agama, tetapi mempu nyai keterkaitan yang erat, bahkan tidak dapat dipisahkan dala m kehidupan sehari-hari. Rangkaian nilai tersebut adalah kongkr etisasi dari ajaran semua aga ma dan berfungsi s ebagai pemersatu kehidupan antarumat beraga ma yang menciptakan kekuatan keagamaan, baik secara mental maupun spiritual di dalam Ketahanan Nasional. Nilai tertinggi tersebut menjiwai dan meliputi nilai-nilai sila berikutnya dala m Pancasila. Di dalam nilai kemanusiaan misalnya, tersimpul cita-cita kema nusiaan yang memandang manusia s ebagai makhlu k Tuhan yang harus menja min adanya toleransi, tolong menolong, hormat-menghor mati yang dilandasi jiwa gotong royong. Nilai Persatuan Indonesia merupakan faktor pengikat yang menja min persatuan Indonesia yang teruta ma bersifat persatuan spiritual dan merupakan paduan hasrat untuk hidup bersa ma di dala m kesu kaan, p enderitaan dan sepenanggunga n. Persatuan nasional, intelegensi dan dinamik merupakan anasir utama bagi bangsa yang menginginka n kemajuan, sedangkan nilai kerakyatan dijelmakan oleh persatuan yang riil dan wajar, sedangkan kedaulatan berada di tangan rakyat atas dasar musyawarah untuk mufakat. Demokrasi tanpa pimpinan dapat menjelma menjadi anarki dan pimpinan tanpa demokrasi akan mengarah ke diktator.

II. RUMUSAN MASALAH Jika meli hat pada nilai-nilai pancasila yang telah diuraikan diatas, tentang gambaran u mum nilai-nilai yang terkandu ng dala m pancasila, maka dapat dilihat bahwa pencasila merupakan ideology atau landasan yang sesuai dengan karakt er bangsa Indonesia yang beragam, na mun pada kenyataannya dala m praktik kehi dupan sehari-hari kita dapat melihat mas yarakat tidak lagi menjadikan pancasila sebagai pedoman untuk hidup berbangsa dan bernegara, jangankan untuk menjalankan nilai-nilai yang t erkandu ng dalam pancasila, bahkan segelintir masyarakat cenderung mengabaikan ataupun melanggar nilai-nilai pancasila. Dala m hal ini penulis mencoba untuk merumus kan beberapa per masalahan yang dituangkan dalam bentuk beberapa pertanyaan, diantaranya: 1. Masih adakah rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air? 2. Masih adakah rasa persat uan dan kesatuan dalam masyarakat saat ini? 3. Masih adakah ingatkah masyarakat terhadap nilai-nilai yang terka ndung dalam pancasila? 4. Masih adakah s emanat gotong royong dalam kehidupan masyarakat? 5. Bagaimana menu mbuhkan nilai-nilai pancasila dala m kehidupan masyarakat? III. MAKSUD DAN TUJUAN Makalah ini disusun unt uk mengetahui apa yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga nilai-nilai pancasila yang menjadi palsafah cenderung mulai memu dar, selain itu juga perlu diketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kondisi ters ebut dan bagaimana mengatasinya.

BAB II PEMBAHASAN I. Sejarah Pancasila Istilah Pancasila yang dip ergunakan sebagai dasar negara Indonesia merdeka pertama kali disampaikan oleh Ir. Soekarno (Bung Karno) dalam sidang Badan P enyelidik Usah-usaha P ersiapan Kemer dekaan Indonesia (BP UPKI) pada tanggal 1 Juni 1945 dengan menya mpaikan usulan dasar-dasar yang dipergu na kan sebagai dasar negara Indonesia mer deka yang aka n dib entuk dengan disebut Pancasila (ejaan lama Pantja = lima, dan sila = dasar, sehingga artiya lima dasar). Ideologi berasal dari kata idea, yang artinya pemikiran, kons ep atau gagasan dan kata logos, yang artinya pengetahuan. S ecara sederhana ideology berarti pengetahuan tentang ide-ide, keyaki nan atau gagasan. Secara lebih luas, ideologi adalah s ep erangkat prinsip-prinsip yang dijadikan dasar untuk memb erikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dala m mela ngsungkan dan mengembangkan kehidupan nasional suatu bangsa dan negara. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional merupaka n landasan Bangsa Indonesia dala m memb entuk NKRI untuk mencapai tujuan nasional yang melindu ngi segenap bangsa dan seluruh t umpah darah Indonesia; memajukan kes ejahteraan u mu m, ikut serta dala m upaya memelihara ket ertiban dunia yang b erdasarkan kemerdekaan; dan perda maian abadi serta kea dilan sosial. Pancasila sendiri tertuang dalam P embu kaan UUD 1945 merupaka n falsafah, dasar negara dan ideologi nasional yang pada hakikatnya merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang mencerminka n nilai-nilai kes eimba ngan, keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan serta tanggung jawab dalam kehidupan ber masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandanga n hi dup bangsa memiliki nilai-nilai dasar ideology yang dapat menampu ng dan mewadahi kebhinekaan aspirasi dari seluruh bangsa Indonesia. II. Makna yang terkand ung dalam p ancasila Pancasila sebagai suatu sist em Nilai dalam sistem filsafat kemanusiaan diyakini sebagai suatu kebenaran hakiki oleh seluruh anak Bangsa Indonesia, dala m kehidupan mas yarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu sistem filsafat kema nusiaan yang mema du kan keberadaan manusia sebagai ma khlu k individu yang tidak dipisahka n dengan keb eradaannya sebagai mahluk sosial, yang didalam dirinya mengandung nilai-nilai Spritual Pancasila yang harus dipahami, dihayati, dan diamalkan. S uatu nilai yang merupakan kristalisasi dari nilai-

nilai luhur bangsa, teruta ma nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama yang dimiliki bangsa Indonesia, yang melekat pada s etiap sila, mulai dari sila pertama hingga sila kelima: 1. Sila Pertama ( Ketuhanan Yang Maha Esa ) Kunci dan t itik sentral pemikiran dari kelima sila ada pada sila perta ma, yaitu KeTuhanan, karena Tuhan adlah dasar keberadaan bagi ma klu k pemb erian kekuatan oleh oleh-Nya, merupakan syarat bagi s etiap gerakan, upaya, dan perubahan pada mahluk-Nya. S emua agama di NKRI ini, meya kini keb eradaan Tuhan. Tuhan Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala s esuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan ini, adalah ciptaan dan atas kehendak Tuhan. Kaum Kristiani menyatakan bahwa Tuha n ada dalam diri setiap orang. Kaum Hindu/Budha menyatakan, bahwa diri manusia merupakan ru mah Tuhan ya ng harus dijaga keb ersihannya dan dijauhka n dari hal-hal yang b ert entangan dengan aga ma. Sedang kau m Islam, sesuai dengan Firman Tuha n (Allah) di nyatakan, bahwa Allah ada sangat dekat dengan diri mu, tidak lebih dari kedua urat nadi leher mu. Keb eradaan dan keesahan Tuhan ini, mendasari suatu kesepakatan untuk menempatkan Ketuhanan Ya ng Maha Esa sebagai Sila Pertama, yang menjiwai semua sila-sila dibawahnya. (Belief in God). 2. Sila Kedua ( Kemanusiaan yang adil dan beradab ) S emua agama meyakini, bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, lebih sempurna dari binatang. Kalau binatang diberi makanan, cenderung rebutan bahkan cakar-cakaran. Sedang manusia s ebagai mahluk yang dib eri kelebihan akal, akan membaginya secara adil. Binatang bila telah besar (dewasa) mau menggauli indu knya, sedang manusia sebagai mahluk yang beradab tak akan mu ngkin sebiadab yang dilaku kan binatang. Sehubu ngan dengan ini, pada dasarnya ma nusia adalah mahluk yang adil dan beradab, yang taat dan patuh pada ajaran agama, serta norma yang berlaku yang telah dis epakati bersama yang tidak bertentangan dengan ajaran aga ma. Didasarkan pada pemikiran ini, Bangsa Indonesia bersepakat, merumuska n Kema nusiaan yang adil dan beradab s ebagai Sila Kedua. Bangsa Indonesia sangat menentang ketida kadilan dan perbuatan yang t idak manusiawi, serta menentang penjajahan dala m bentuk apapun (Nationalism).

3. Sila Ketiga ( Persatuan Indonesia ) Pada umu mnya semua aga ma meya kini, bahwa kehadiran manusia di du nia ini, semata-mata bertugas untuk menyemba h dan mencintai Pencipta. Hal ini sesuai Fir man Tuhan dala m salah satu Kitab Suci (Al-Quran), mengatakan Tiada Ku ciptakan Jin dan Manusia selain untuk beribadah kepada KU. Sehubungan dengan ini, manusia diharuskan berjuang memp ertahankan hi dup, bersama-sa ma manusia lainnya secara ruku n, tentra m dan da mai, sehingga dengan tenang beribadah menyembah dan mencintai P encipta. Untuk ini, Tuhan menganugerahka n Ala m dengan s egala isinya, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan bersa ma. Nikmat dan Anugerah Tuhan yang sangat besar ini, harus dijaga, dip elihara, dan di ma nfaatkan sebaik-baiknya, serta jangan sampai terjadi pengrusakan t erhadap ala m ciptaan T uhan. Agar tidak terjadi kerusakan maka bangsa ini harus bersatu, tidak memperebutka n ruang hidup diatas nikmat Tuhan yang memberikan sumb er kehidupa n bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia. Adanya ketentraman, keda maian dan kerukunan dala m hidup ini, memungkinkan Bangs a ini dapat beribadah denga n tenang dan khusuk menyembah dan mencintai Pencipta (Tuhan). Dasar pemikiran ini, secara filosofis dituangkan dalam ru musan Persatuan Indonesia sebagai Sila Ketiga. Bangsa Indonesia cinta akan bangsanya dan seluruh bangsa di dunia (Internationalis m). 4. Sila Keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaks anaan dalam permusyawaratan/ perwakilan) Firman Tuha n dala m salah satu Kitab Suci (Al-Qur an), yang int inya mengatakan bahwa Manusia sengaja diciptakan Tuhan berbeda-beda, supaya saling mengenal. Tidak dapat dipu ngkiri, bahwa dengan adanya perbedaan, pasti ada ketidaks esuaian, ada gesekan, bahkan bisa meluas pada pertengkaran atau per musuhan. Sebagai manusia yang Ber-Tuhan dan beradab, yang menginginkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan, ketentraman, keda maian dan kerukunan hidup bersama, seyogianya dala m set iap mengha dapi berbagai masalah sekecil apapun, diselesaikan secara mus yawarah, demi tetap utuhnya persatuan dan kesatuan. Hit orogenitas masyarakat atau rakyat Indonesia dengan beragam aspirasi dan kepent ingan, telah menempatkan penyelesaian secara musyawarah menjadi sangat penting, t eruta ma dalam memelihara P ersatuan da n Kesatuan Bangsa. Bertolak dari pemikiran ini, dengan memp erti mbangka n kemajemu ka n dari bangsa Indonesia dan menempatkan kedaulatan berada di tangan rakyat, maka dirumuskan Sila Keempat, yaitu Kerakyatan yang dipimpin ol eh hikmat kebijaksanaan dalam per musyawaratan perwakilan. Dari rakyat

diputuskan oleh rakyat dalam bentuk peraturan p erUUan, dan dikembalikan kepada rakyat untuk ditaati (Democracy). 5. Sila Kelima (Keadil an Sosial bagi seluruh Raky at Indo nesia) Pada hakekat nya manusia diciptakan Tuhan dimu ka bumi adalah s ebagai Khalifah atau pemimpin yang bertugas mengelola alam dengan segala isinya, sehingga berada dala m kehidupan yang ama n, tenteram, dan da mai, yang memu ngkinkan manusia melaksanakan kewajibannya dengan khusyuk dala m menyembah dan mecintai pencipta/Tuhan. Khalifah/pemimpin yang memiliki kema mpuan dan kemauan untuk memecaha n dan menyelesaikan berbagai masalah secara musyawarah, terhadap beragam maca m kebutuhan ma nusia, baik kebutuhan s ebagai mahlu k individu maupun sebagai mahlu k sosial. Dala m hal ini dip erlukan pemimpin yang ma mpu dan mau manga mbil keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak sengan keputusan yang seadil-adilnya tanpa keberpihakkan. Didasarkan pada pemikiran ini, bangsa Indonesia bersepa kat secara filos ofis merumuska n Keadilan S osial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia . Semua keput usan yang telah dis epakati bersa ma, ditaati sebagai produ k hukum yang harus ditegakkan dan dikenakan tindakan tegas/keras bagi siapa yang melanggarnya (S ocial Justice). Kelima nilai ini merupakan sat u kesatuan yang utuh, tak t erpisahkan mengacu kepada yang sat u. Pancasila sebagai suatu sistim nilai termasuk ke dalam nilai moral (nilai kebaikn) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak. Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa indonesia menjadi landasan, dasar, serta motifasi atas segala p erbuatan baik dala m kehidupan sehari-hari dan dala m kehi dupan kenegaraan. Degan perkataan lain. Nilai-nilai pancasila merupakan das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein. Nilai-nilai pancasila merupakn filsafat (pandangan hidup) bangsa indonesia, sehingga menjadi jatidiri bangsa, yang di yakini sebagai sumb er nilai atas keb enaran, kebikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat dala m hidup ber masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hat i nurani bangsa indonesia, karena bersu mb er pada kepribadian bangsa. Manusia sebagai ma hkluk yang ada di du nia ini seperti halnya mahkluk lain diciptaka n oleh pencipt nya . pencipta adalah CAUSA prima yang mempunyai hubungan dengan yang di ciptakannya. Manusia sebagai manusia yang di cipta wajib menjalankan printah tuhan da n menjauhi larangannya. Dala m konteks bernegara Natonegoro membagi niliai menjadi 3:

1. Nila material yaitu segala sesuatu yang bergu na bagi jas mani manusia. Misalnya kebutuhan minum, sandang, panga n, kesehatan dll. 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi ma nusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas, misalnya semangat, kemau an, kerja keras, keteku nan dll. 3. nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani ma nusia.nilai kerohanian dapat di bedakan menjadi empat ; a. Nilai keb enaran, yang bersumber dari akal (rasio, budi cipta manusia); b. Nilai keindahan, (nilai estet is) yang bersu mber pada perasaan; c. Nilai kebaika n, (nilai moral) yang bersu mb er dari kehendak manusia (will, wollen, karsa ma nusia) d. Nilai religuis, yang merupakan nilai kerohanian t ertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumb er pada nilai kepercayaan dan keyakinan manusia. III. Kondisi msyarakat dal am meng hayati dan mengamalkan nilai-nil ai pancasila saat ini. A. Kondisi Masyarakat Saat Ini. Kondisi masyarakat saat ini dalam memahami, menghayati dan menga malkan Ideologi Pancasila sangat memp engaruhi terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, bahkan integritas NKRI di masa yang akan datang, karena penyelenggaraan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Bagi masyarakat dan negara Republik Indonesia, Pancasila adalah kenyataan yang tidak dapat diganggu gu gat. Maksudnya adalah bahwa Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara yang maki n hari ma kin p erlu dipahami, dihayati dan diamalkan. Namu n, kedudukan formal Pancasila yang sangat kuat tidak selalu sejajar denga n pengamalan Pancasila dalam kehidupan sosial seharihari. Pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila yang t erkandu ng di dala mnya sering diabaikan bahkan belu m ditaati sebagai mana mestinya. Hal ini dis ebabkan adanya berbagai faktor. Salah satu diantaranya adalah kurangnya pengertian dan pema haman mengenai Pancasila itu sendiri serta latar belakang proses pertu mbuha n Pancasila sebagai falsafah Negara. Oleh karena it u, diperlukan penanaman wawasan kebangsaan di setiap warga negara Indonesia kepada s eleuruh masyarakat Indonesia. Hal ini perlu disadari, bahwa dala m pengamalan s erta penghayat an terhadap nilai-nilai Pancasila di dalamnya terdapat rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan (nasionalis me) yang kenyataannya pada akhir-akhir inicenderung menurun, sehingga dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Cara pandang yang berwawasan nusantara pada masa-masa ini bias dikatakan sudah luntur dan ha mpir berada pada tit ik terendah pada diri sikap anak bangsa ini. Kita bisa dengan mu dah menya ksikan berbagai komponen bangsa t erlibat dalam konflik dan terpeca h-belah. Banyak di antara mereka yang t erjebak dala m sekat-sekat primordialis me dan terpeca h dala m golongan suku, ras, agama, daerah dan kepentingan ya ng sempit Mencer mati perilaku sep ert i itu, dapat dipastikan bahwa ikatan nilai-nilai kebangsaan ya ng merupakan pengejawantaha n dari rasa cinta tanah air, bela negara dan semangat patriot isme bangsa mulai luntur dan longgar, bahkan ha mpir sirna. Bahkan akhirakhir ini tela h berkembang pula sebuah kesadaran etnis yang sempit berupa tuntutan pemisahan wilayah dari beb erapa daerah, s ep erti tuntutan refer endum s eiring denga n pemberlakuan ot onomi daerah yang tidak dipaha mi secara mendalam. Berdasarkan kondisi ini, maka dapat dikataka n bahwa adanya penghayatan nilai rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan menurun, antara lain pada : a. Rasa Kebangsaan. Rasa kebangsaan tercer min pada perasaan rakyat, masyarakat dan bangsa t erhadap kondisi bangsa Indonesia yang da la m perjalana n hidup nya menuju cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini masih dirasakan jauh untuk menggapainya, karena lunturnya rasa kebangsaan yang t ercer min dalam kehidupan sehari-hari dengan b erbagai peristiwa, baik perasaan mu dah tersinggung yang mengakibatkan emosional tinggi yang b erujung pada pembunuha n, bahkan pada peringatan Hari Ulang Tahu n Kemer dekaan 17 Agustus yang s etiap tahun diraya kan kurang menggema, karena kurangnya penghayatan dan pengamalan t erhadap Pancasila. Di samping itu, adanya tuntutan sekelompok masyarakat dengan isu putra daerah terutama dala m Pilkada masih terjadi a muk massa dengan kepentingan s ektoral, sehingga akan mengakibatkan pelaksanaan pembangu nan nasional terha mbat. b. Paha m Kebangsaan. Paha m Kebangsaan merupakan pengert ian yang mendala m tentang apa dan bagaimana bangsa itu mewujudkan masa depannya. Dalam mewujudkan paham t ersebut belum diimba ngi adanya legitimasi terhadap sist em pendidikan secara nasional, bahkan masih terbatas muatan lokal, sehingga muatan nasional masih diabaikan. Tidak adanya materi pelajaran Moral Pancasila atau Pendidikan Sejarah P erjuangan Bangsa (PSPB) atau sertifikasi terhadap Pedoma n Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P 4) di setiap strata pendidikan, baik formal, nonformal, maupun di masyarakat luas. c. Semangat kebangsaan, Belum terpadunya semangat kebangsaan atau nasionalis me yang merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Hal ini

t ercer min pada sekelomp ok masyarakat mulai luntur dala m mema ha mi adanya pluralisme, karena pada kenyataannya bangsa Indonesia terdiri atas bermaca m suku, golongan dan keturunan ya ng memiliki ciri lahiriah, kepribadian, kebudayaan yang b erbeda, serta tidak menghapus keb hinekaan, melainkan melestarikan dan mengembangkan kebhinekaan seba gai dasarnya. P enghayatan dan penga malan Pancasila dala m wawasan kebangsaan yang t erasakan saat ini, belum mampu menjaga jati diri, karakter, moral dan kema mpuan dalam mengha dapi berbagai masalah nasional. Padahal dengan pengala man krisis multidimensional yang berkepanjangan, agenda pema ha man, penghayatan dan p enga malan Pancasila dala m bentuk wawasan kebangsaan bagi bangsa Indonesia harus diarahkan untuk memb entuk s erta memperkuat basis budaya agar ma mpu menjadi tumpuan bagi usaha pembangunan di segala aspek kehidupa n maupun di s egala bidang. B. Implikasi Terhadap Strategi Pe mbinaan Masyarakat Dalam Menghay ati dan Menga malkan Nilai-nilai Pancasila. Apabila dicer mati adanya beb erapa fenomena peristiwa pada kehidupan masyarakat yang terjadi di berbagai daerah pada akhir-akhir ini, baik berupa perkelahian massal antar kelompok kepentingan akibat pemekaran wilayah, berebut laha n kehidupan, selisih paham antar pemuda /pelajar ter masuk mahasiswa dan lainnya, merupakan bukt i konkrit adanya pema haman terhadap nilai-nilai Pancasila dala m bentuk wawasan kebangsaan suda h menurun. Melihat perkembangan Wawasan Kebangsaan yang dimiliki komp onen bangsa saat ini, apabila dibiarkan dapat dipast ikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini aka n berimplikasi terhadap hal-hal sebagai berikut ini. a. Tidak terlaksananya pemaha ma n terhadap nilai-nilai Pancasila terutama paham kebangsaan. b. Tidak terlaksananya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila terutama rasa kebangsaan. c. Tidak terlaksananya pemaha ma n terhadap nilai-nilai Pancasila terutama s ema ngat kebangsaan. Adanya indikasi menurunnya pema haman terhadap nilai-nilai Pancasila, teruta ma paha m, rasa dan s emangat keba ngsaan tersebut, akan sangat mempengaruhi di dala m menjaga keutuhan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Na mun yang menjadu per masalah adalah Masih adanya s ebagian masyarakat yang belum mengha yati, mema ha mi dan menga malkan secara utuh terha dap nilai-nilai Pancasila

t eruta ma tentang wawasan kebangsaan yang terdapat rasa, paham dan sema ngat kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. C. Kondisi masy arakat dalam meng hayati dan mengamalkan nilai-nilai pancasila yang diharapkan P enyelenggaraan pembinaan masyarakat dala m penghayatan dan penga malan t erhadap nilai-nilai Pancasila terutama gu na menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat mutlak dip erlukan. Hal tersebut dapat terwujud apabila pandangan seluruh komp onen bangsa dan elemen masyarakat telah terjalin dengan solid adanya pema ha ma n dan penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila dala m pemaha ma n adanya wawasan kebangsaan yang terint egrasi dala m setiap nurani dan jiwa setiap insan sesuai yang di harapkan. D. Kondisi Masyarakat Yang Diharapkan. Dala m pemahaman dan p enghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila terutama dala m wawasan kebangsaan tidak hanya merupakan tuntutan bagi bangsa dala m mewujudkan jati diri atau identitasnya saja, melainkan juga pembinaan tata lakunya sebagai suatu bangsa yang meya kini nilai-nilai hakiki yang dimilikinya. Cara pandang yang berwawasan nusantara pada masa-masa mendatang harus ditingkatka n pada diri setiap anak bangsa, karena kita tidak ingin lagi menyaksika n berbagai komp onen bangsa ini terlibat konflik serta t erjebak dala m sekat-sekat primordialis me dan serpiha n-serpihan golongan suku, ras, agama, daerah maupun kep entingan ya ng lebi h sempit dan bersifat sektoral. Tidak ada lagi ada sekelomp ok anak bangsa yang rela dan dengan rasa tidak bersalah mengenya mpingkan kep entingan persatuan dan kesatuan bangsa hanya untuk mendapatkan popularitas murahan, kedudukan ataupun materi. Guna mewuju dkan kondisi seperti ini, maka harus ditingkatkan ikatan Nilai-nilai kebangsaan yang selama ini telah ada dala m diri setiap anak bangsa yang merupakan perwuju dan dari rasa cinta tanah air, bela negara dan semangat patriotis me bangsa. Nilai-nilai budaya gotong royong, kes ediaan untuk saling menghargai dan saling menghor mati perbedaan s erta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa harus dipert ebal. Dengan demikian diharapka n t idak akan ada lagi berkembangnya kesadaran etnis yang sempit serta tuntutan pemisahan wilayah dari NKRI denga n mengatasnamakan ketidakadilan yang t elah dilaku kan oleh kelompok-kelomp ok yang tidak bertanggu ng jawab. Wawasan Kebangsaan yang telah ada dala m diri setiap anak bangsa harus ditingkatkan, agar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini tetap terjaga keutuhannya, bahkan sudah final yang merupakan harga mat i dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Nasionalis me merupakan salah satu unsur dalam pembinaan kebangsaan atau nation building. Dala m proses pembinaan kebangsaan semua anggota masyarakat bangsa dibentuk agar berwawasan kebangsaan serta berpola tatalaku secara khas yang mencer minkan budaya maupun ideologi. Proses p embinaan keba ngsaan berbeda bagi t iap bangsa dan bagi bangsa Indonesia yang plural dan het erogen akan lebih mengedepankan Wawasan Keba ngsaan yang unsur-unsurnya adalah Rasa Keba ngsaan, Paham Kebangsaan dan S ema ngat Kebangsaan yang harus dibina s ecara berlanjut dan sinergis, karena letak kekuat an penangkalannya justru di dalam kesinergisannya. E. Faktor yang mempengaruhi cara pand ang masyarakat terhad ap peng amalan nilainilai pancasila 1. Globalisas Globalisasi secara harfiah berarti mendu nia. Dunia menjadi sema kin terbuka, negara-negara menjadi saling t erhubungkan (interconnected) dan ditandai oleh saling ketergantungan, sehingga mempunyai dampak atau p engaruh yang tidak mengenal batasbatas negara (borderless). Era globalisasi telah membu ka berbagai keterkaitan antarnegara, sehingga hampir tidak ada satu negarapun yang bebas dari pengaruh negara-negara lainnya. Globalisasi telah menimbulkan t erjadinya perubahan besar dalam tatanan kehidupan mas yarakat dunia, karena karakterist iknya yang sangat berb eda denga n era sebelumnya. Era ini dis ebut juga seba gai era teknol ogi infor masi, yang menjadi salah satu karakter utama arus globalisasi yang melanda dunia. P erkembangan t eknologi infor masi mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga transparansi infor masi dunia terkesan tanpa batas antarnegara, bahkan peran mass media sangat berpengaruh dalam pembentu kan berbagai opini publik. Berbagai perkembangan dunia yang bersifat global ini, akhirnya berinteraksi langsu ng dengan kondisi nasional Indonesia yang memperkuat pot ensi ke arah disintegrasi bangsa, apabila tidak disikapi dengan membangun karakt er bangsa melalui pengha yatan da n pengamalan nilai-nilai Ideologi. Pancasila yang b erfungsi seba gai dasar negara sekaligus sebagai filter terhadap dinamika global. Konflik horizontal dala m masyarakat yang mengedepankan isu SARA dan pema haman terhadap nilai-nilai Pancasila yang kurang, akan menimbulkan t erhadap gangguan stabilitas dan keamanan nasional, terutama nilai dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. P erkembangan teknologi infor masi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh bangsa Indonesia untuk membangun dan mengembangkan dirinya, sehingga mampu menyejajarkan

diri dengan negara-negara lainnya dala m pergaulan masyarakat int ernasional. Namun pada sisi yang lain, pesatnya kemajua n teknologi informasi juga mengakibatkan masuknya pengaruhp engaruh budaya negatif dari luar negeri yang belum tent u sesuai denga n budaya bangsa Indonesia, sehingga dapat mempengaruhi terhadap kondisi wawasan kebangsaan segenap komponen bangsa dala m melaksanakan kehi dupan berbangsa dan bernegara. Globalisasi merupakan proses transparansi dan menjadikan ruang dan waktu sema kin sempit, sehingga menjadikan du nia sebagai satu keseluruhan, bahkan sebagai rangkaian ma nifestasi kehidupan baru. Kehidupan global yang mengarah kepada percepatan proses moder nisasi telah membawa da mpak b esar terhadap corak kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek dan dimensi. Dalam dina mika kehidupan global tersebut telah terjadi perges eran nilainilai. Nilai universal yang seharusnya dijunju ng tinggi, telah berges er menjadi nilai-nilai sesaat, karena sebuah tuntutan dengan lebih mengedepankan kep entingan kelompok atau golongan tert entu. P ergeseran nilai-nilai khususnya yang menyangkut nilai budaya dan karakt er bangsa sebagai akibat dinamika kehidupan global tersebut, telah membuat pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila teruta ma pema haman wawasan kebangsaan oleh sebagian komp onen bangsa menjadi luntur dan longgar, sehingga menyebabkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa telah bergeser bahkan cenderung diabaikan. 2. Nasional Arus refor masi yang terjadi di Indonesia telah membawa cakrawala baru dala m sistem polit ik dan pemerintahan di Indonesia yang cenderung bersifat stagnan. Oleh karena itu, perubahan ya ng terjadi dipandang sebagai suatu langka h baru menuju terciptanya Indonesia baru di masa depan dengan dasar - dasar efisiensi dan demokratisasi dalam penyel enggaraan pemerintahan. Secara internal, tunt utan reformasi mu ncul akibat terjadinya peningkatan berbagai aspek kehidupan masyarakat yang ditandai oleh meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, terbukanya berbagai isolasi sertaaks es infor masi yang mudah dip eroleh. Kondisi ini telah menyebabkan masyarakat semakin kritis dala m mencer mati pengel olaan kekuasaan Negara yang dianggap telah menyimpang. Keb erhasilan yang diraih pemerintah di bidang p embangu nan ekonomi, telah meningkatkan harapan da n t untutan masyarakat untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Na mu n pada sisi lain masyarakat cenderung kurang sabar dan menginginkan peningkatan penghasilan kes ejahteraannya secara cepat (instant), sementara tuntutan mas yarakat selalu lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan untuk memenu hinya.

T erlebih lagi dengan ada nya kemelut mavia p eradilan dan hukum para birokrasi pemerintah yang di du ga mewarnai jalanya proses hu ku m telah menyedot perhatian publik s ebagai akibat kurangnya transparansi dan kesadaran hukum secara mendala m. Di sa mping itu, kenaikan harga BBM pada waktu itu, telah memicu adanya gejolak masyarakat dalam bent uk berbagai aksi massa yang menentang terhadap keb ijakan pemerintah tersebut. Di sisi lain pemerintah akan memberikan dana komp ensasi terhadap pelayanan kes ehatan dan pendidikan dalam bentuk pengobatan gratis dan beasiswa. Kondisi dan tuntutan masyarakat t ersebut apabila dima nipulasi, diagitasi dan dimobilisasi oleh pihak-piha k yang tida k bertanggung ja wab akan mu dah meletupkan gejolak dan kerusuhan social Dalam bidang politik, pema ha man politik oleh sebagian komponen bangsa telah memacu kep edulian t erhadap dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Na mun pada sisi yang lain, akibat adanya pemahama n politik secara s empit yang diakibatkan belu m adanya kedewasaan berpolitik, dapat meni mbulka n kecenderungan mengentalnya kotak-kotak dala m masyarakat yang berpotensi menjadi konflik. Konflik politik yang bersifat horisontal akan sangat memp engaruhi aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang menjadi kerawanan sosial dan menciptakan instabilitas nasional yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia yang majemu k atau het erogen dengan kea nekaraga man suku, etnis, aga ma, bahasa dan adat istiadat, apabila dikelola denga n baik dan pros es sosialisasi keindonesiaannya terus digencarkan, terutama melalui pemahaman terhadap wawasan kebangsaan, maka hal t ersebut merupakan su mb er kekuatan bangsa yang sangat potensial guna mewuju dkan pembangu nan nasional. Sebaliknya apabila tidak dikelola dengan baik, hal ters ebut akan dapat memunculkan ancaman disintegrasi yang membahayaka n kesatuan dan persatuan bangsa.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan P enyelenggaraan pembinaan masyarakat dala m penghayatan dan penga malan t erhadap nilai-nilai Pancasila terutama gu na menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat mutlak dip erlukan. Hal tersebut dapat terwujud apabila pandangan seluruh komp onen bangsa dan elemen masyarakat telah terjalin dengan solid adanya pema ha ma n dan penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila dala m pemaha ma n adanya wawasan kebangsaan yang terint egrasi dala m setiap nurani dan jiwa setiap insan sesuai yang di harapkan. Untuk it u perlu dilaku kan suatu tinda kan yang nyata Dalam p embinaan masyarakat dalam pema ha man, pengha yatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila untuk mena nggulangi ancaman terhadap disintegrasi bangsa, harus dilakukan secara si multan, berkesinambu ngan dan t erarah di seluruh komp onen bangsa. P eningkatan pembinaan masyarakat dalam pema haman, penghayatan dan pengamalan nilai-ni lai Pancasila merupakan salah satu cara yang dapat dilaksanakan untuk menghindari bahaya disintegrasi bangsa yakni dengan melibatkan seluruh komponen bangsa. Kurangnya pengamalan terhadap ideologi Pancasila oleh masyarakat dapat terjadi karena prinsip-prinsip dasar dan arah tujuan yang t erkandu ng dalam ideololgi tersebut tidak dipahami, dimengerti, dipergunakan dan dilaksana kan sebagai pedoma n hidup berbangsa dan bernegara. Pembinaan masyarakat dala m menghayati dan menga malkan terhadap nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat keba ngsaan, mutlak p erlu diajarkan sejak usia dini melalui lembaga pendidikan formal maupun infor mal. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat diberikan guna mewuju dkan upaya pembinaan masyarakat dala m menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan, antara lain: 1. Untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan bagi segenap komp onen bangsa diperluka n perhatian da n pena nganan pihak-pihak terkait s ecara int egrat if. Untuk itu, perlu diwujudkan adanya suatu wada h atau lembaga yang akan menangani masalah Wawasan Kebangsaan serta perlunya buku pedoma n nasional yang dapat digu nakan baik melalui pendidikan for mal maupun nonfor mal.

2. Peran para elit pemerintah, elit politik dan t okoh masyarakat LSM serta media massa sangat diperlukan untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan. Untuk itu para tokoh tersebut harus mempunyai komit men untuk s elalu mengutamakan kep entingan bangsa dan negara di atas kep entinga n pribadi dan golongan dengan mengeyampi ngkan pemikiran sempit yang menguntungkan hanya sekelompok orang. 3. Perlunya pengamalan Pancasila s ecara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui penataran atau sertifikasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P 4), di seluruh lembaga pendidi kan, baik for mal maupun nonfor mal, agar lebih tertana m rasa cinta tanah air, bangsa dan negara bahkan selalu siap dala m usaha bela negara. 4. Perlunya penyegaran di seluruh elemen masyarakat tentang pembinaan dala m menghayat i dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan, rasa keba ngsaan dan semangat kebangsaan, di setiap Kabupaten atau Kota denga n melibat kan instansi terkait secara b ertahap dan berlanjut.

Referensi - Rukiyati, M., dkk. P endidikan Pancasila, UNY Press. 2008. Yogyakarta - Anonim. Ideol ogi pancasila. http://ideologipancasila.wordpress.com/. Februari 2008. (diakses pada Des emb er 2011) - Anonim. Aktualisasi P embinaan Masyarakat Dalamenghayati Dan Mengamalka n NilaiNilai Pancasila Guna Menjaga Kedaulatan Nkri. http://www.tni.mil.id/idiologi_p ncsila%20(Juara%20II).pdf